Anda di halaman 1dari 99

PERKEMBANGAN FITOFARMAKA

Dr. dr. Fenny Yunita, M.Si.


SEJARAH
• Berkembang dari peradaban kuno  digunakan bagian
dari tumbuh-tumbuhan dan hewan untuk
penyembuhan,  dari mantera, ilmu sihir, dan
berkembang terus sebagai resep rahasia yang tak
tertulis .
• Berkembang terus dari zaman ke zaman berdasarkan
pengalaman (empiris) sampai sekarang di kenal
theraputik agents.
• Pelajaran farmakognosi sekarang tidak berdasarkan
tukang sihir/mistik melainkan suatu spesialisasi dari
ilmu pendidikan farmasi.
Ilmu Farmasi-ilmu pengobatan
tumbuh secara akumulatif …

Museum
Deutsches Apotheken
Memberikan (Heidelberg-Jerman)
konstribusi

Pertumbuhan Ilmu
perkembangan Farmasi-ilmu
Yunani, Romawi, Farmasi pengobatan
Arab, China, Eropa,
India, dsb
Dalam sejarah obat-obatan terkenal nama-nama:
• Hippocrates (460–370 SM)  sebagai Bapak pengobatan dan
banyak karangannya mengenai anatomi, fisiologi manusia.
• Aristotle (370–322 SM) murid Plato, berusaha memisahkan tahayul
dari kenyataan dalam tulisannya mengenai dunia hewan.
• Theophrastus (370–287 SM) murid Aristotle  mengenai dunia
tanaman.
• Dioscorides seorang dokter Yunani (78 SM) menulis “ De Materia
Medica “. Di dalamnya di tulis 600 tumbuh-tumbuhan yang
mengandung obat. Hal ini sangat menakjubkan dan penting bagi
pengobatan modern.
• Galen (131–200 M) seorang dokter dan juga farmasis
Yunani menulis tentang cara-cara penyediaan dari bahan
obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Sebagai penghormatan atas jasa-jasa penyelidikannya 
disebut Galenika. Dari sini ilmu farmasi di mulai dan di
pisahkan dari tugas dokter. Dokter mendiagnosa dan
menulis obat-obat farmasis/apoteker mengkoleksi,
menyediakan dan mencampur bahan-bahan obat.
• C. A Seydler (1815) Pharmacognosy mulai dikembangkan
oleh Seydler. PharmacognosY memegang peranan penting
sebagai penghubung antara farmakologi, kimia farmasi,
farmasetika.
Literatur

• Huang Di Nei Jing / Yellow Emperors Classic


of Internal Medicine
• Shen Nong Ben Cao Jing / Shen Nong Herbal
Classic
• Ben Cao Gang Mu

Dr. Fenny Yunita, M.Si.


Feb. 2014
Shen Nong
神农
5000 tahun yang lalu
Shen Nong Ben Cao Jing
神农本草经
The Divine Farmer’s
Herb Root Classic
Ditulis pada masa Dinasti
Qin (221 SM – 206 SM)
Han (206 SM – 220)
Mencoba ratusan tanaman herbal
Monograf pertama

Dr. Fenny Yunita, M.Si.


Feb. 2018
Sun Simiao
孙思邈
581 - 682
药王 Yao Wang
King of Medicine
Beiji Qian Jin Yao Fang 5300
"Essential Formulas for Emergencies [Worth] a Thousand Pieces of Gold"

Qian Jin Yi Fang 2000


"Supplement to the Formulas of a Thousand Gold Worth“
Chinese Hippocratic Oath
A Great Physician should not pay attention to status, wealth or age; neither should he
question whether the particular person is attractive or unattractive, whether he is an
enemy or friend, whether he is a Chinese or a foreigner, or finally, whether he is
uneducated or educated. He should meet everyone on equal grounds. He should
always act as if he were thinking of his close relatives.
Li Shizhen
李时珍

1518-1593
Bencao Gangmu
本草纲目
Compendium of Materia Medica
1.892 bahan obat, 11.096 resep, 1.162 gambar
Preventive medicine
“‘To cure disease is like waiting until one is thirsty
before digging a well...’”

Dr. Fenny Yunita, M.Si.


Feb. 2018
Perkembangan Obat Modern
Tidak dapat dipisahkan dari tanaman Obat
• Th 1513 Tanaman Cinchona
• Th 1638 bagian kulit dapat digunakan sebagai obat panas
(Peru)
• Th 1805 tanaman Cinchona ledgeriana dibawa oleh Charles
Ledger ke Indonesia.
• Pada perang dunia ke 2, kebutuhan dunia (90 %) dari Jawa
• 1834 Pelletier (Prancis) berhasil mengisolasi kuinin
• 1930 dengan makin berkurangnya perkebunan kina di
Indonesia, diupayakan sintesis obat malaria lain yang
berbasis pada struktur dasar kinin diperoleh kloroquine,
primaquine dan mefloquine (inti 8-aminokinolin) mepakrine
(quinakrine) merupakan turunan akridin yang tidak berkhasiat
terhadap malaria
Morfin, Papaverin  getah buah Papaver somniferum,
digunakan sebagai analgetik
Digoksin  Digitalis purpurea obat jantung
Kinin  Chincona spp. obat malaria
Coffein Coffea arabica, Thea sinensis sebagai stimulant
Atropin  Atropa belladonna untuk obat mata
Efedrin  Ephedra sinica gangguan pernafasan,
Ergometrin  Claviceps purpurea untuk proses melahirkan.
Proses penemuan senyawa obat dari tanaman :
proses yang cukup panjang, melalui
1. Etnofarmakologi, (adanya informasi-informasi penggunaan suatu
tumbuhan untuk pengobatan suatu penyakit)
2. Diikuti dengan percobaan eksperimental untuk membuktikan khasiat/
aktifitas biologi
3. Isolasi dan beberapa tahap fraksinasi yang diiiringi dengan monitoring
khasiat sehingga diperoleh senyawa murni
4. Elusidasi struktur guna menentukan struktur molekul.
5. Tahap selanjutnya adalah uji khasiat hasil isolasi
6. Mencari formula :suatu bentuk sediaan farmasi yang dapat diterima oleh
konsumen. Upaya lain yaitu dengan melakukan sintesis beserta
modofikasi-modifikasi molekul untuk memperoleh senyawa obat
tersebut, ataupun senyawa lain yang serupa yang kemungkinan
mempunyai khasiat lebih potensial dan efek samping yang lebih sedikit.
Artemisia annua (Asteraceae)
• Tumbuh di China, mengandung Artemisinin, berkhasiat
terhadap P. falciparum termasuk yang resisten kinin klorokuin.

• Telah 400 thn rakyat China menggunakan tanaman ini sebagai


obat penyakit malaria, 1971 diisolasi senyawa aktifnya
(artemeter & arteeter) mempunyai sifat larut dalam minyak
yang dapat dibuat sediaan injeksi & peroral.

• Artemisinin juga aktif terhadap bentuk gametosit dari parasit


malaria, sehingga senyawa ini juga dapat mengurangi penularan
penyakit malaria.
• Perlu diketahui bahwa artemisinin mempunyai efek
samping embriotoksik sehingga tidak
direkomendasikan untuk pasien hamil.
• Artemisinin telah dicoba dibuat secara sintesis (dari
1,2,4 trioksane) tetapi prosesnya amat kompleks dan
tidak ekonomis, sehingga masih lebih menguntungkan
dengan melakukan ekstraksi dari tanaman asal yang
telah dibudidayakan sehingga kadar artemisinin
mencapai 2% (tanaman liar hanya mengandung
artemisinin 0,06-0.5%) dan apabila panen dilakukan
pada waktu yang tepat yaitu saat tanaman mulai
bunga selesai mekar
Taxus brevifolia
• Kulit batangnya terdapat senyawa Paclitaxel / Taxol.
Tanaman ini merupakan sejenis cemara yang tumbuh
di Canada dan beberapa daerah di Amerika.
Pertumbuhan tanaman ini sangat lambat, dapat di
panen setelah berumur lebih kurang 100 tahun
(diameter batang mencapai 25 cm) dengan kadar
sekitar 0,01-0,02%.
• 1 g taxol = 3 batang pohon yang berumur 100 tahun,
apabila panen (Mei-Agustus). 1 kg taxol = 9000 kg kulit
batang = 2000-3000 pohon. Jumlah taxol yang
diperlukan untuk pengobatan = 100-200 kg per tahun.

• Semi sintetik dengan mengubah senyawa lain di daun


tanaman Taxus sp. dengan kadar yang lebih banyak,
yaitu baccatin III (0,2%) atau 10-deacetylbaccatin III
ditransformasi menjadi taxol.
• Semi sintetik dari geranylgeranyl diphospat (GGPP) yang
umum terdapat dalam tanaman dengan berbagai reaksi
antara lain siklisasi, oksigenasi, dan esterifikasi.
• Biotransformasi menggunakan jamur Taxomyces adreanae
yang berhasil diisolasi dari kulit batang Taxus brevifolia
atau Pestalotiopsis microspora hasil isolasi dari Taxus
wallachiana.
• Taxol digunakan untuk pengobatan penyakit kanker rahim,
payudara.
Perkembangan obat herbal Indonesia

• Beberapa publikasi tanaman obat antara lain De


Indiae Utriusquere Naturalis et Medika (1665),
Herbarium Amboinense (1741), Jamu asli Indonesia
(1940), Apotik Hijau (1980), Materia Medika I – VI,
Tanaman obat keluarga sampai pada Fitofarmaka
(2005).
• Farmakope Herbal Indonesia (2009)
• Penduduk Indonesia ± 200 juta jiwa, merupakan unsur yang
sangat potensial untuk obat herbal.
• Budaya bangsa Indonesia untuk mengkonsumsi jamu guna
pemeliharaan kesehatan merupakan salah satu penunjang
perkembangan obat herbal.
• Presiden RI mencanangkan 2008 sebagai Tahun
Kebangkitan Jamu (2008)
• Masyarakat menggunakan tanaman obat untuk menjaga
kondisi tubuh agar tetap sehat, mencegah maupun
menyembuhkan penyakit, memulihkan kondisi tubuh
(rehabilitatif).
• Tidak dapat dipungkiri penggunaan obat herbal merupakan
bagian dari budaya Indonesia, dan makin lama makin
berkembang, meskipun umumnya efektivitas dan
keamanannya belum banyak didukung oleh penelitian yang
memadai.
Faktor yang mendorong masyarakat
Indonesia menggunakan obat Herbal
• Efek samping yang lebih kecil
• Ketidakpuasan terhadap obat modern,
• Timbulnya kesadaran akan gaya hidup sehat yang lebih
cenderung pada unsur pencegahan dan harga relatif lebih
murah,
• Persepsi masyarakat bahwa karena berasal dari bahan alam,
maka obat tradisional itu aman perlu diluruskan.
• Keanekaragaman hayati : > 30.000 spesies tanaman,
menempatkan Indonesia ke 5 BESAR NEGARA
MEGABIODIVERSITAS [LIPI, 2015]
• Ristoja menghimpun informasi RAMUAN 10.048,
TUMBUHAN OBAT 1.718 SPESIES tersebar pada 96 etnis
di 24 propinsi [Laporan Ristoja B2P2TOOT, 2015]
• 4.671 SIMPLISIA telah digunakan dalam produk obat
tradisional
• Jumlah NIE OBAT TRADISIONAL sekitar 10.155 [Database
Badan POM, 2018
• Di Indonesia terdapat 1459 industri di bidang obat
tradisional yang terdiri dari 129 industri obat
tradisional (IOT) dan 1330 industri kecil obat
tradisional (IKOT), namun dari keseluruhan industri
tersebut baru 41 industri yang telah memperoleh
sertifikasi cara pembuatan obat tradisional yang
benar (CPOTB) . Sedangkan sebagian IKOT adalah
industri rumah tangga yang dikelola secara
sederhana termasuk alat-alat yang digunakan tanpa
memperhatikan produk yang dihasilkan dilihat dari
segi mutu, keamanan dan khasiat,
• Dalam Industri obat herbal ada 3 pihak yang terkait erat
:petani, industri dan konsumen.

• Peran petani sangat menentukan untuk menghasilkan


suatu simplisia yang memenuhi standar mutu sebagai
bahan baku.

• Mengingat bahwa kandungan kimia aktif dalam tanaman


dipengaruhi oleh faktor eksternal (tempat tumbuh : tanah,
suhu, iklim, cuaca panen & pasca panen) & internal.
SIMPLISIA (MMI)
• DEFINISI :
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan
sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan.
1. SIMPLISIA NABATI
• Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa
tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel
yang dengan cara tertentu (disengaja) di keluarkan
dari selnya, atau zat nabati lainnya yang dengan
cara tertentu di pisahkan dari tanamannya dan
belum berupa zat kimia murni.
• Contoh : Folium, Herba, Flos, Cortex, Radix,
Lignum, Fructus, Semen. Eksudat: Gummi
arabicum, tragacan
2. SIMPLISIA HEWANI
• Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan
utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni.
• Contoh : hormon, enzym, tulang dan lain-lain.

3. SIMPLISIA PELIKAN (MINERAL)


• Simplisia pelikan (mineral) ialah simplisia yang
berupa bahan pelikan (mineral) yang belum diolah
atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.
• Contoh : CaCO3, kaolin .
Tata Nama Simplisia
• Nama latin Simplisia ditetapkan dengan menyebut
nama Marga (Genus), atau nama Species (Jenis) atau
petunjuk lain dari Tanaman Asal, diikuti bagian
tanaman yang dipergunakan. Ketentuan ini tidak
berlaku untuk simpisia nabati yang diperoleh dari
beberapa macam tanaman yang berbeda marganya
maupun untuk eksudat tanaman
• Nama latin simplisia hewani dan pelikan ditetapkan
dengan menyebut nama latin yang paling umum bagi
simplisia
• Nama Indonesia: untuk semua jenis simplisia di tulis
dengan menyebutkan nama daerah yang paling lazim.
Bagian yang digunakan disebut sebelum nama
simplisia tersebut (di depan)
Tata nama Simplisia

• Nama latin : Orthosiphon stamineus


• Bagian yang digunakan: Daun
• Latin Simplisia: Orthosiphonis Folium
• Indonesia: Daun Kumis kucing
• Nama latin : Curcuma xanthorrhiza
• Bagian yang digunakan: Rimpang
• Latin Simplisia: Curcumae Rhizoma
• Indonesia: Rimpang Temulawak

• Nama latin : Areca catecu


• Bagian yang digunakan: biji
• Latin Simplisia: Arecae semen
• Indonesia: biji pinang
• Nama latin : Caesalpinia sappan
• Bagian yang digunakan: Kayu
• Latin Simplisia: Sappan Lignum
• Indonesia: Kayu secang
• Nama latin : Chinchona succirubra
• Bagian yang digunakan: kulit kina
• Latin Simplisia: Chinae Cortex
• Indonesia: Kulit kina
Nama latin tan. Bag. Yg digunakan Latin simplisia Indonesia

• Abrus precatorius Daun Abri Folium Daun Saga


• Curcuma domestica Rimpang Curcumae domesticae Rhizoma Rimpang kunyit
• Chincona Succirubra Kulit batang Chinconae Cortex Kulit Kina
Chinae Cortex
• Piper nigrum Biji Piperis nigri Semen Biji Lada hitam
• Rosa gallica Bunga Rosae Flos Bunga mawar
• Tumbuhan:
- Radix = Akar
- Fructus = Buah
- Cortex = Kulit
- Semen = Biji
- Lignum = Kayu
- Herba = Seluruh bagian tumbuhan
- Flos = bunga
- Caulis = Batang
• Hewan; Hormon, enzim
• Mineral : CaCO3, Kaolin
Simplisia tanaman  makroskopis dan mikroskopis
Makroskopis: Morfologi Tanaman
Mikroskopis: Anatomi Tanaman
Morfologi Tanaman:
. Folium: bagian-bagian daun (petiolus, lamina dan vagina)
Bentuk/bangun daun (Apex folii, Basis folii, nervatio, margo
folii, warna, permukaan, daun majemuk atau tunggal)
• Caulis: bentuk permukaan,
• Radix: monokotyledonae atau dikotyledonae
• Metamorfosis akar, batang dan daun (Rhizome, tuber,
bulbus)
• Fructus: ( buah semu, buah sejati)
• Semen
Kandungan kimia

• Metabolit Primer  fotosintesis,


asam amino, gula, asetil koenzim A,
asam mevalonat, nukleotida
 bersifat esensial untuk kehidupan
• Metabolit Sekunder ;
- penyebaran lebih terbatas,
- memiliki karakteristik tiap genus atau strain tertentu
- di biosintesis dari metabolit primer atau
- dibentuk melalui pathway yang khusus dari metabolit
primer
Syarat OBA
• Tidak boleh mengandung Bahan Kimia Obat (BKO),
alkohol lebih dari 1% kecuali berbentuk Tingtur yang
pemakaiannya harus diencerkan dulu, narkotika &
psikotropika, serta bahan lain yang dapat
membahayakan kesehatan.
• Tidak boleh dibuat dalam bentuk (sediaan)
intravaginal (dimasukkan ke dalam vagina), tetes
mata, parenteral (injeksi) dan suppositoria
(dimasukkan ke dalam anus) kecuali untuk wasir.
Pengembangan Obat Herbal berdasarkan riwayat tradisional dan bukti
ilmiahnya
HERBAL

Herbal Non Tradisional Herbal Tradisional

Herbal yang tidak Jamu Herbal tradisional


memiliki riwayat
Herbal dengan komposisi
Bukti empiris)
tradisional Nonindigenus dan klaim tidak
(bukti empiris dan/atau sesuai dengan
nonklinik dan/atau riwayat
klinik) tradisionalnya
Fitofarmaka Obat Herbal
(bukti nonklinik dan
Terstandar
klinik) (bukti empiris dan
nonklinik)
Fitofarmaka
(bukti nonklinik dan
klinik)

Fitofarmaka
Pedoman Uji Klinik Obat Herbal (bukti empiris,
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia 2013 nonkilik dan klinik)
• Jamu atau OHT yang telah beredar dan telah memiliki no.
registrasi tidak harus dilengkapi data ilmiah dari uji klinik,
kecuali akan mengubah klaim yang tidak lagi tradisional
sehingga memerlukan pembuktian ilmiah lebih lanjut

• Uji klinik obat herbal dilakukan untuk :


1. Obat herbal non tradisional.
2. Obat herbal tradisional yang memerlukan bukti/data klinik
lebih lanjut.
3. Pengembangan OHT.
Contoh Herbal Indonesia Baru

Bahan Tunggal Ramuan Baru


-Mahkota dewa: Kombinasi bahan tunggal
imunostimulan yang telah diteliti:
- Biji pala: - Daun legundi +
Antidiabetes Temulawak
- Jinten hitam: u/ anti alergi
Antikanker - Jinten hitam +
- Pasak bumi: meniran
Antikanker u/imunostimulan
- Kulit manggis:
Antioksidan
PRINSIP PENGEMBANGAN OBAT HERBAL
Prof. Dr. Suwijiyo Pramono, DEA, Apt. Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta
Persyaratan sebelum uji klinik :
• Standarisasi
• Data toksisitas
• Data farmakodinamik
• Ada senyawa penanda
Proses Pengembangan Obat
Herbal
• Karakteristik produk uji & standarisasi produk uji

• Uji preklinik (uji senyawa kimia, efek biologis, farmakologi,


toksikologi, keamanan, dst.)

• Uji klinik (fase I – IV)


Pengembangan Obat Herbal
 PEMBUKTIAN EMPIRIS
JAMU
 UJI MUTU
>9000

SWA
PENGOBATAN
 UJI PRA – KLINIK
OBAT HERBAL (TOKSISITAS,KHASIAT)
 UJI MUTU
TERSTANDAR  CPOTB
67  BAHAN BAKU TERSTANDAR

 UJI PRA-KLINIK
TOKSISITAS & FARMAKODINAMIKA
FITOFARMAKA  UJI KLINIK
21 KEAMANAN & KHASIAT
 UJI MUTU
 BAHAN BAKU &
PRODUK JADI TERSTANDAR
Fase – fase uji klinik
• Fase 1 : Keamanan
• Fase 2A : Dose ranging / dose – escalation study
• Fase 2B : Efikasi pada pasien (populasi terbatas)
• Fase 3 : Efikasi pada pasien (populasi lebih luas)
• Fase 4 : Keamanan pasca pemasaran
Penentuan dosis uji klinik herbal
• Berdasarkan dosis empiris
• Berdasarkan uji in vivo
• Berdasarkan uji in vitro
Dosis empiris
• Obat wasir (Buku Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang, 1985)

R/ Daun wungu 1/3 genggam


Daun pegagan 1/2 genggam
Daun sembung manis 1/3 genggam
Akar simaruba 2 jari
Kelembak. 1 jari
ditumbuk seperlunya lalu direbus dengan air bersih lebih
kurang 6 gelas
minum (glm) sehingga hanya tinggal kira-kira 2 glm. Setelah
dingin disaring
lalu diminum 2 kali sehari @ 1 glm
Dosis empiris
Singkatan Perpanjangan Keterangan
bj biji Seukuran dg bendanya
bh buah idem
bt batang idem
btr butir idem
ckr cangkir 180 cc
ggm genggam 80 gram
glb gelas bir 800 cc
glm gelas minum 200 cc
glph gelas pahit 30 cc
jr jari 8 cm / jari penderita
mngk mangkuk 250 cc
sdb senduk bubur 15 cc
sdm senduk makan 20 cc
sdt senduk teh 5 cc
tk tangkai Seukuran dg bendanya
tts tetes Seukuran dg kenyataan
Pengembangan obat baru
Studi in vitro Studi fase I pada
Sintesis dan Studi in vivo pada
sukarelawan
skreening hewan coba
sehat
molekul

Studi fase III pada Studi fase II


Studi fase IV populasi besar pada manusia
lanjutan manusia sakit sakit

52
UJI KLINIK

• kegiatan penelitian eksperimental yang


mengikutsertakan subjek manusia
• Untuk menemukan atau memastikan efek klinik,
farmakologik dan/atau farmakodinamik lainnya,
• mengidentifikasi setiap reaksi yang tidak
diinginkan, mempelajari absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi
• dari suatu produk uji, untuk memastikan
keamanan dan/atau efektifitas produk yg diteliti.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANGTATA LAKSANA
PERSETUJUAN UJI KLINIK
• Produk Uji: Obat, Obat Herbal, Suplemen
Kesehatan, Pangan, atau Kosmetika yang akan
digunakan dalam Uji Klinik
• 4 fase uji klinik:
– Fase I : Human pharmacology & toxicity
– Fase II : Therapeutic explorator
– Fase III : Therapeutic confirmatory
– Fase IV : Therapeutic use
Jenis bukti utk klaim (indikasi) obat herbal :
1. Bukti riwayat penggunaan tradisional:
• Tercantum di buku teks klasik obat tradisional: Serat Jampi
Jawi, Kloppenburg, Heyne, Cabe Puyang, Warisan Nenek
Moyang, Obat Asli Indonesia, buku lain yg telah >50 tahun
tercetak atau telah 3 generasi digunakan masy.
• Farmakopeia & monograf: Farmakope Herbal Indonesia,
Materia Medika Indonesia, Monografi Ekstrak Tumbuhan
Obat Indonesia
• Sejarah penggunaan tertulis dlm literatur obat trad. atau
klasik
• References/Textbooks : Daftar Obat Alam (DOA-ISFI Jateng)
• Data base Direktorat Penilaian OT, Kosm &Prod
komplemen*
2. Bukti ilmiah: studi deskriptif, case series,kohort, uji klinik
Tingkat dan jenis klaim dan bukti pendukung yang
diperlukan– berdasarkan bukti ilmiah *(1)

Level of Type of claim Evidence required to


claim support claim

General level:
- Health maintenance
descriptive study, case-
- Relief of symptoms
series, texts:monograph,
GENERAL (not related to a
pharmacopoeia
named disease,
Membuktikan obat herbal
disorder or condition)
tsb benar-benar tradisional
Tingkat dan jenis klaim dan bukti pendukung yang
diperlukan– berdasarkan bukti ilmiah (2)

Level of Type of claim Evidence required to


claim support claim

- Health enhancement
Medium level:
- Reduction of risk of a
• well designed controlled
disease/disorder/
trials without
condition.
randomisation
MEDIUM - Reduction in frequency
• well designed analytical
of a discrete event.
studies including
- Assists the management
epidemiological cohort and
of a named
case-control studies
symptom/disease/disord
er
Tingkat dan jenis klaim dan bukti pendukung yang
diperlukan– berdasarkan bukti ilmiah (3)
Level of Type of claim
Evidence required to support claim
claim
High level:
HIGH - Treats / cures / - a systematic review of all relevant
manages any RCT without significant variations in
disease / the directions and degrees of results;
disorder - at least one properly designed,
- Prevention of randomised controlled (preferably
any multi-centre) double blind trial. It is
disease/disorde preferable to have data from at least
r two trials independent of each other,
NATURE
• Herbal punya zat aktif yang mungkin
menguntungkan atau merugikan tubuh
manusia (metabolic/physiologic effects,
positive or negative) 
Herbal
• Tradisional = jamu  temulawak, beras kencur
• Berasal dari makanan (Indonesia & LN)  sledri dll
• Baru digunakan  kulit manggis
• Istilah yg digunakan dalam UU dan peraturan 
definisi “obat herbal” dan “obat tradisional”
Vinca rosea
Digitalis purpurea
• Banyak obat konvensional berasal dari herbal :
digitalis, vincristin dari Vinca rosea, atropin dari
Atropa belladona  satu zat aktif di isolasi dari
herbal  isolat  harus melalui tahap2
pembuktian ilmiah utk keamanan dan
manfaatnya
• Obat tradisional hanya sampai ekstraksi 
ekstrak berisi berbagai zat yg mungkin aktif
bermanfaat atau berbahaya  juga harus
melalui tahap pembuktian aman dan bermanfaat
yang sama dgn isolat
Karena:
• Tidak semua herbal aman:
 yang tradisional “dianggap” aman karena telah
digunakan 3 generasi  bisa terbukti tdk aman setelah
diperiksa dengan tehnologi baru  st john’s wort
mengganggu metabolisme obat karena
metabolismenya menggunakan enzim yang sama yi shg
misal warfarin jadi berbahaya
 laporan efek samping dari negara lain
 yg tdk tradisional harus test toksikologi dulu 
pastikan dosis aman
Post marketing surveillance
Sistem Farmakovigilance
Tradisional
• Harus ada riwayat penggunaan herbal sebagai
obat tradisional: definisi WHO terkait keamanan
jangka panjang dan terhadap keturunan  tidak
perlu diuji lagi keamanannya,
• kecuali tiba2 ada laporan efek samping yg
tadinya tidak diketahui (St Johns worts 
mempengaruhi enz pemetabolisme obat
CYP450 shg interaksi dgn obat bisa
membahayakan pasien)
Herbal baru
• Bila herbal baru berarti belum diketahui keamanan
dan manfaatnya  harus ikut tahap2 penemuan
obat baru (drug development: test toksisitas, uji
hewan model, uji klinik fase 1,2,3,4) 
• bila tidak ada alasan kuat untuk menggunakan
extrak harus gunakan isolat spt obat baru
• utk obat baru ada berbagai uji keamanan sesuai
keperluan: toksisitas akut, kronik, teratogenisitas,
mutagenisitas, carcinogenisitas, dll.
HERBAL TRADISIONAL YANG DILARANG (CONTOH)
Kecubung (alkaloid-paralisis),
Oleander (glikosida jantung-gagal jantung),
Comfrey (alkaloid-hepatotoksik),
Dlingo (asaron-karsinogenik),
Jungrahab (teratogenik)
Kava-kava (hepatotoksik)
Tapakdara (Vinca : alkaloid vinkristin-penurunan
kadar leukosit, bahan obat leukemia)
Perubahan yg memerlukan evaluasi
• Proses baru/ berbeda dengan yg sudah ada/cara
tradisional. Contoh: ekstrak alkohol vs ekstrak air
• Dosis baru/ berbeda dgn yg sudah ada. Dosis
harus sesuai antara yang diuji dgn yg dipasarkan.
• Indikasi baru.
• Bentuk baru ? Bagaimana data kinetik herbal ?
• Kombinasi baru
Safety evaluation
• Could a substance be considered as safe
just because the source is used to be
eaten daily ?
• Not necessary  because as food it is
limited in the amount that can be
consumed
• Example: how many tomatoes (lycopene
within) can be consumed daily compared
to the capsules containing lycopene
extract ?
DOSIS TERLALU BESAR (SUWIJIYO PRAMONO)

Ketimun > 2 buah besar  Tekanan darah drop,


pingsan
Seledri > 400 gram

Gambir > 1 ibu jari  Diare berhenti tetapi bisa


sulit BAB/konstipasi

Kejibeling > 8 lembar  merusak ginjal karena diuretika


kuat dan banyak mengandung silikat
CONTOH INTERAKSI JAMU

• MENIRAN (Phyllanthus niruri)  tidak toksik


• Jinten hitam/Habatus saudah (Nigella sativa) 
tidak toksik

• Campuran meniran dan jinten hitam  hepatotoksik


• Oleh karena itu:
 Pengujian toksisitas seharusnya pada produk
akhir
 jangan mencampur sendiri campuran yang tidak
tradisional, jangan menggunakan dengan cara yang
tidak tradisional
Kombinasi
• 1. Interaksi : meningkatkan efek (additive, sinergis)
atau mengurangi efek ; yang bermanfaat maupun yg
merugikan 
• 2. makin/kurang bermanfaat
• 3. Makin/kurang toksik
• 4. Sulit diduga untuk herbal  campuran baru harus
diuji meskipun masing2 sudah aman (contoh:……….)
• 5. Lebih mudah untuk vitamin & mineral  sudah
lama digunakan bersama
• 6. Bila vitamin-mineral ditambah herbal berlaku
point 4 karena herbal sulit diduga
Safety & Problems of Interactions

• Dynamics interactions: kafein & guarana & ginseng,


may increase blood pressure of those who are
sensitive, and possibly affecting blood glucose levels
• Aspirin and ginkgo biloba increase risk of cerebral
bleeding
• Patients should always inform their doctors about their
supplements
Contoh herbal tradisional
• Contoh : Echinaceae secara tradisional telah
lama digunakan di jerman utk common cold
• uji pada manusia RCT 900 mg ekstrak root E.
pallidae utk flu sembuh pada 9 hari vs 13 hr
plasebo
• Disetujui commission E Jerman utk supportif
terapi colds

• Relatif aman, penyakit flu termasuk tdk


berbahaya,
• meskipun sedikit efeknya atau tidak efektif
boleh dipakai sebagai terapi alternatif
Bentuk sediaan

Anda mungkin juga menyukai