Anda di halaman 1dari 30

10/21/2015

OBAT TRADISIONAL DAN FITOTERAPI


Dwi Hartanti
2. Pengembangan Obat Herbal

1. Etnobotani
2. Etnofarmakologi
3. Tahapan Pengembangan Obat Herbal di
Indonesia dan Aspek Legalnya
PENGEMBANGAN OBAT HERBAL

1
10/21/2015

Urgensi Studi Tanaman Obat


1. Menyelamatkan pengetahuan tentang tumbuhan obat
sebelum hilang dari muka bumi. WHO mencatat 20.000
spesies tumbuhan obat di 90 negara, dan baru 250
diantaranya yang sudah terkarakterisasi dengan baik.
2. Ketergesaan dalam membuat obat sintetis yang
berdasarkan lead compound dari tumbuhan seringkali
tidak menunjukkan efikasi yang sama seperti pada
tanaman aslinya. Misalnya pada kinina.
3. Kebutuhan untuk menemkan model molekul baru dari
tumbuhan, sebagai lead compound.
4. Penggunaan tanaman obat dalam pengobatan tradisional
yang luas.

Etnobotani = etno + botani


studi hubungan antara tumbuhan dengan manusia

Ethno: people, culture, a cultures collective body of


beliefs, aesthetic, language, knowledge, and practice.

Botany: the study of plants.

Ethnobotanical knowledge encompasses both wild and


domesticated species, and is rooted in observation,
relationship, needs, and traditional ways of knowing. Such
knowledge evolves over time, and is therefore always
changing and adding new discoveries, ingenuity and methods.

2
10/21/2015

Etnobotani menggunakan pendekatan yang multidisipliner

Etnobiologi

arkeologi, kimia, ekologi, antropologi,


linguistik, sejarah, farmakologi, sosiologi,
Etnobotani agama, dan mitologi

Etnofarmakologi

3
10/21/2015

Cabang-cabang Etnobotani
Ethnobiology is the study of the relationships between people, the
lifeforms surrounding them, and the environment in which they live,
in the past or present.

Ethnomycology is the study of folk knowledge of mushrooms and


other fungi.

Ethnomedicine is the study of traditional medicines, whether


written (as in Ayurveda or Traditional Chinese Medicine), or
remembered and transmitted via oral tradition (such as in much
Native American, Latin American or African folk medicine, or in
Euro-American herbal medicine).

Ethnopharmacology is the study of the uses, effects and modes of


actions of naturally-occurring drug compounds.

Etnofarmakologi

Penggunaan empiris tumbuhan obat

Obat herbal Obat


modern konvensional

4
10/21/2015

HARUS DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN SECARA MEDIS


(Aman, Bermanfaat, Terstandar)

1. Pemakaian OT masih berdasarkan tradisi


2. Pencatatan data mengenai kegunaan,
kemanjuran, dosis dan efek samping belum ada
3. Agar dapat digunakan untuk menunjang
yankesmas
4. Agar dapat diterima secara medis

5
10/21/2015

Pengembangan Obat Tradisional


Bersifat multidisipliner.

Bidang-bidang ilmu yang terlibat:


Etnobotani
Etnofarmakologi
Agroindustri
Agronomi
Kimiawi Tumbuhan (Fitokimia),
Farmakologi dan Toksikologi
Teknologi Farmasi
Kedokteran
Ekonomi

6
10/21/2015

Bidang Kajian Aktivitas Output

Etnobotani Mengkaji penggunaan Data manfaat tradisional Obat


tumbuhan secara Identitas taksonomi tumbuhan
tradisional oleh berbagai
etnis
Etnofarmakologi Mengkaji penggunaan Data khasiat tumbuhan obat
tumbuhan dalam secara tradisional
pengobatan secara Arah kajian farmakologi
tradisional oleh berbagai berikutnya
etnis
Agroindustri Mengkaji budidaya secara Jaminan kesinambungan suplai
massal
Agronomi Mengkaji teknik budidaya Teknik budidaya unggul
(bibit unggul, lahan,
pemupukan, pengendalian
hama)
Fitokimia Kajian kandungan kimia Zat aktif
tumbuhan obat baik aktif Zat identitas
maupun tidak aktif Pengembangan metode
standardisasi mutu bahan

Farmakologi dan Kajian farmakologi dan Dosis letal


Toksikologi toksikologi Dosis efektif
Aktivitas
Efek samping
Efek toksik
Teknologi Pengembangan sediaan Bentuk sediaan, formula dan
Farmasi farmasi yang tepat proses produksi
Kedokteran Uji klinik Efektivitas produk pada manusia
Keamanan produk
Efek samping produk
Ekonomi Kajian feasibility Layak atau tidaknya produk
produksi dan diproduksi secara komersial.
pemasaran

7
10/21/2015

Rujukan Pengembangan Obat Herbal:


Jerman
Obat herbal memiliki status formal sejak Imperial Decree
tahun 1901
Diperbaharui dalam First Medicine Act (AMG) article 29-31,
tahun 1961
AMG 2, tahun 1976 mewajibkan semua obat herbal ditelaah
secara ilmiah.
Tahun 1990, semua obat herbal yang beredar ditelaah dari
aspek keamanan da khasiatnya oleh Commission E, an expert
committee for herbal medicine and preparation.
Obat yang telah beredar di pasaran diberi waktu 12 tahun untuk
melakukan validasi kualitas, kemanan, dan khasiatnya
Tahun 1995 telah ditelaah:
361 produk herbal jadi
391 sediaan herbal

Commission E
Komisi ditunjuk setiap 3 Bibliographic review
tahun sekali oleh Penggunaan tradisional
data kimia
Menteri Kesehatan kajian farmakologi dan
Jerman toksikologi eksperimental
kajian klinik
24 orang, terdiri dari studi lapangan epidemiologi
Dokter catatan kasus pasien dari file
dokter,
Apoteker kajian lain misal dari
Non-medical produsen yang tidak
dipublikasi
practicioners
Evaluasi keamanan dan
Pharmacologist khasiat:
Toxicologist Positif (disetujui)
Biostatisticians Negatif (tidak disetujui)
Doctrine of absolute proof for
Perwakilan dari industri safety
Doctrine of reasonable
certainty for efficacy
(scientific data provided
reasonable verification for
particular historical use)

8
10/21/2015

Lembaga-lembaga yang Terlibat dalam


Pengembangan Obat Tradisional di Indonesia
1. Litbang Departemen
Kesehatan
2. Balai Penelitian Tanaman
Obat Tawangmangu
3. Balai Penelitian tanaman
Obat dan Rempah (Balitro)
dibawah Dept. Pertanian
4. Perguruan Tinggi
5. BPPT
6. LIPI
7. Industri

Perkembangan Obat Tradisional Dewasa Ini


Tahun 1999: ekspor jamu senilai USD 5.3juta
Tahun 2001: telah didaftar dan disetujui peredaran dari 850 produk obat
tradisional
Rajangan
Serbuk dalam sachet
Pil
Tablet
Kaplet
Kapsul
Sirup
Balsam
Obat gosok
Salep

9
10/21/2015

Tahun 2002 Tahun 2005:


79 Industri Farmasi dan Terdaftar 1453 produk
Industri Obat Tradisional 430 produk impor
79 Industri Kecil Obat 2 produk lisensi
Tradisional 1020 industri
693 industri domestik
327 industri luar negeri (Cina,
Pertumbuhan Obat Tradisional USA, Malaysia, Australia,
Jepang)
12000

10000

8000

6000

4000

2000

0
2004 2005 2006 2007 2008

Sembilan Tanaman Unggulan Indonesia


1. Temulawak
2. Kunyit
3. Jahe merah
4. Cabe Jawa
5. Sambiloto
6. Salam
7. Jambu biji
8. Mengkudu
9. Jati Belanda

10
10/21/2015

Bentuk-bentuk Obat Herbal di Indonesia


1. Dari Bahan Segar
Pulpa buah
Preparat pasta/padat yang dibuat dengan pengeringan buah, dipisahkan
dagingnya, dibuat bubur, diserkai dan diuapkan.
Contoh: produk dari tomat dan asam Jawa.
Juice/Succus
Presss Juice: buah segar ditambah sedikit air, dipres dan difermentasi.
Bukan Press: Aloe, opium, Gom Arab, Balsam Peru.
Juice buatan
Bukan dari Juice tetapi hasil ekstraksi.
Succus liquiritae dari akar direbus selama 15 jam.
Sirup
Dibuat dengan merebus 800 bagian gula dengan 475 bagian juice.
Contoh syrup Blackcurrant, Syrup Raspberry, Syrup Cherry
Alkoholat
Bahan segar direndam dalam etanol.
Preparat Homeopatik
70 % juice segar tanpa minyak atsiri, resin dan mucus.

Bentuk-bentuk Obat Herbal di Indonesia


2. Dari 3. Dari Ekstrak
Simplisia Ekstrak air
Serbuk Dekok (90oC, 30 menit, peras)
Herbal Infus (direndam dalam 33,5 bagian air panas 15 menit, + air
tea mendidih, sisanya tutup sampai dingin.
Maserat (30 menit pada suhu kamar)
Ekstrak skala industri
Tincture (etanol, eter 1(2) : 10)
Ekstrak cair (fluid) lebih pekat (ratio ekstrak - bahan = (2:1)
Ekstrak tenua (dipekatkan hingga seperti madu)
Ekstrak kering
Ekstrak cair diuapkan ditambah bahan inert menjadi ekstrak kering.
Ajuvant : maltodekstrin, laktosa, aerosil.
Ekstrak minyak (Olea medicata, medicinal oils)
Serbuk direndam dalam minyak
Asetat, Vinegar
Jarang dipakai. Bahan diekstraksi dengan asam asetat encer
dengan kerapatan 1.025 -1,045 g/ml, kandungan asam asetat.

11
10/21/2015

Peraturan-peraturan Terkait
Pengembangan Obat Herbal diIndonesia
1. Keputusan KaBPOM RI No.
HK.00.05.4.2411 .2004
tentang penggolongan obat
alami asli Indonesia
2. Permenkes RI No.
003/Menkes/Per/I/2010
tentang Saintifikasi Jamu
dalam Penelitian Berbasis
Pelayanan Kesehatan
3. Permenkes RI No.
246/Menkes/Per/V/1990
tentang Izin Usaha Obat
Tradisional dan Pendaftaran
Obat Tradisional

Peraturan tentang Penggolongan Obat


Alami Asli Indonesia telah dibahas
minggu lalu

12
10/21/2015

Permenkes RI No.
003/Menkes/Per/I/2010
Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian
berbasis pelayanan kesehatan.
Jamu adalah obat tradisional Indonesia.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Pengobatan Komplementer-Alternatif adalah pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan,
dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik,
yang belum diterima dalam kedokteran konvensional.

Tujuan Saintifikasi Jamu


1. Memberikan landasan ilmiah (evidence based)
penggunaan jamu secara empiris melalui penelitian
berbasis pelayanan kesehatan.
2. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi
dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam
rangka upaya preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif
melalui penggunaan jamu.
3. Meningkatkan kegiatan penelitian kualitatif terhadap
pasien dengan penggunaan jamu.
4. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki
khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan
secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam
fasilitas pelayanan kesehatan.

13
10/21/2015

Ruang Lingkup Saintifikasi Jamu


Diutamakan untuk upaya preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif.
Upaya kuratif hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis pasien
sebagai komplementer alternatif setelah pasien memperoleh penjelasan
yang cukup.
Jamu dan/atau bahan yang digunakan dalam penelitian berbasis
pelayanan kesehatan harus sudah terdaftar dalam vademicum atau
merupakan bahan yang ditetapkan oleh Komisi Nasional Saintifikasi Jamu.
Hanya dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang telah
mendapatkan izin atau sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
Klinik pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT)
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan.
Klinik Jamu.
Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T).
Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM)/Loka Kesehatan Tradisional
Masyarakat (LKTM).

Persetujuan Tindakan Pasien


Jamu yang diberikan kepada pasien dalam
rangka penelitian berbasis pelayanan
kesehatan hanya dapat diberikan setelah
mendapatkan persetujuan tindakan (informed
consent) dari pasien.
Persetujuan diberikan setelah pasien
mendapatkan penjelasan dan diberikan secara
lisan atau tertulis sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

14
10/21/2015

Pencatatan
Tenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang
melakukan penelitian berbasis pelayanan
jamu kepada pasien harus melakukan
pencatatan dalam rekam medis (medical
record).
Rekam medis dibuat tersendiri sesuai dengan
pedoman pelayanan jamu di fasilitas
kesehatan.

Tugas Komisi Nasional Saintifikasi Jamu


1. Membina pelaksanaan saintifikasi jamu.
2. Meningkatkan pelaksanaan penegakan etik penelitian jamu.
3. Menyusun pedoman nasional berkaitan dengan pelaksanaan
saintifikasi jamu.
4. Mengusulkan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan bahan jamu, khususnya segi budidaya, formulasi,
distribusi dan mutu serta keamanan yang layak digunakan untuk
penelitian.
5. Melakukan koordinasi dengan peneliti, lembaga penelitian dan
universitas serta organisasi profesi dalam dan luar negeri,
pemerintah maupun swasta di bidang produksi jamu.
6. Membentuk jejaring dan membantu peneliti dokter atau dokter
gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang melakukan praktik jamu
dalam seluruh aspek kepenelitiannya.

15
10/21/2015

7. Membentuk forum antar tenaga kesehatan dalam saintifikasi


jamu.
8. Memberikan pertimbangan atas proses dan hasil penelitian yang
aspek etik, hukum dan metodologinya perlu ditinjau secara khusus
kepada pihak yang memerlukannya.
9. Melakukan pendidikan berkelanjutan meliputi pembentukan
dewan dosen, penentuan dan pelaksanaan silabus dan kurikulum,
serta sertifikasi kompetensi.
10. Mengevaluasi secara terpisah ataupun bersamaan hasil
penelitianpelayanan termasuk perpindahan metode/upaya antara
kuratif dan non kuratif hasil penelitian-pelayanan praktik/Klinik
Jamu.
11. Mengusulkan kelayakan hasil penelitian menjadi program sinergi,
integrasi dan rujukan pelayanan jamu kepada Menteri melalui
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
12. Membina Komisi Daerah Santifikasi Jamu di propinsi atau
kabupaten/kota.
13. Memberikan rekomendasi perbaikan dan keberlanjutan program
Saintifikasi Jamu kepada Menteri.
14. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Menteri.

Tahapan Pengembangan Pengembangan


Tanaman Obat menjadi Jamu Saintifik
1. Studi etnofarmakologi untuk mendapatkan
base-line data terkait penggunaan tanaman obat
secara tradisional.
2. Seleksi formula jamu yang potensial untuk terapi
alternatif/komplementer.
3. Studi klinik untuk mendapatkan bukti terkait
manfaat dan keamanan.
4. Jamu yang terbukti berkhasiat dan aman dapat
digunakan dalam sistem pelayanan kesehatan
formal.

16
10/21/2015

Contoh Formula Jamu Saintifik untuk


Hipertensi Ringan
No Nama Nama Latin Bagian Tanaman
Lokal Kandungan
1. Seledri Apium graveolens L Herba Flavonoid (apiin, apigenin), dan
Kumarin
2 Kumis Orthosiphon Daun Diterpen, flavonoid
Kucing aristatus
3 Pegagan Centella asiatica (L.) Herba Glikosida (asiatikosida dan
madekasosida), triterpen asam
asiatat, quersetin, kaempferol
4 Temulawak Curcuma Rimpang Kurkumin, xhantorizol, kurkuminoid,
Xanthorrhiza Roxb minyak atsiri
5 Kunyit Curcuma domestica Rimpang Kurkuminoid, resin, minyak atsiri
Val
6 Meniran Phyllanthus niruri L Herba Lignan (filantin, hipofilantin),
flavonoid, minyak atsiri

Permenkes RI No.
246/Menkes/Per/V/1990
industri yg memproduksi obat
tradisional dengan total aset di
Industri Obat atas Rp. 600 juta, tidak termasuk
Tradisional (IOT) harga tanah dan bangunan.

industri yg memproduksi obat


Industri Kecil tradisional dengan total aset tidak
Obat Tradisional lebih dari Rp. 600 juta tidak
termasuk harga tanah dan
(IKOT) bangunan.

17
10/21/2015

suatu usaha peracikan, pencampuran


Usaha Jamu dan atau pengolahan obat tradisonal
dalam bentuk rajangan, serbuk, cairan,
pilis, tapel atau parem dengan skala
Racikan kecil, dijual di satu tempat tanpa
penandaan dan atau merk dagang.

suatu usaha peracikan, pencampuran,


Usaha Jamu pengolahan dan pengedaran obat
tradisonal dalam bentuk, cairan, pilis,
tapel, tanpa penandaan dan atau merk
Gendong dagang serta dijajakan untuk langsung
digunakan.

Perizinan
IOT dan IKOT:
Izin Prinsip, berlaku selama 3 tahun
Izin Usaha, berlaku selamanya
Usaha Jamu Racikan & Usaha Jamu Gendong tidak perlu izin

IOT IKOT
1. Izin Prinsip: diajukan 1. Izin Prinsip: diajukan
kepada Kepala Badan kepada Kepala Dinas
POM Kesehatan setempat
2. Izin Usaha: diajukan dengan tembusan kepada
kepada Kepala Badan Badan POM
POM dengan tembusan 2. Izin Usaha: diajukan
kepada Dinas Kesehatan kepada Kepala Dinas
setempat. Kesehatan setempat

18
10/21/2015

Persyaratan
IOT IKOT
1. Lokasi: bebas 1. Lokasi: bebas pencemaran &
pencemaran & tidak tidak mencemari lingkungan
mencemari lingkungan 2. Bentuk Perusahaan: badan
hukum PT/ Koperasi dengan
2. Bentuk Perusahaan: NPWP
badan hukum PT/ 3. Penanggungjawab Teknis:
Koperasi dengan NPWP Apoteker,. Jika hanya
memproduksi rajangan,
3. Penanggungjawab Teknis pilis, tapel & parem , boleh
Apoteker WNI bukan Apoteker
4. Wajib mengikuti & 4. Wajib mengikuti &
memenuhi persyaratan memenuhi persyaratan
CPOTB CPOTB

Produksi dan Peredaran


Memproduksi adalah membuat,
mencampur, mengolah, mengubah bentuk,
mengisi, membungkus dan atau memberi
penandaan obat tradisional untuk diedarkan
Mengedarkan adalah menyajikan,
menyerahkan, memiliki atau menguasai
persediaan di tempat penjualan dlm IOT
atau di tempat lain, termasuk di kendaraan
dgn tujuan untuk dijual kecuali jika
persediaan di tempat tsb patut diduga untuk
dipergunakan sendiri

19
10/21/2015

Bentuk Sediaan Obat Tradisional yang


Diperbolehkan
Pilis: padat atau pasta yg digunakan dgn cara
mencoletkan pada dahi.
Parem: padat, pasta atau seperti bubur yg digunakan dgn
cara melumurkan pada kaki & tangan atau pada bagian
tubuh lain.
Tapel: padat, pasta atau seperti bubur yg digunakan dgn
cara melumurkan pada seluruh permukaan perut.
Pil
Serbuk
Cair
Tablet
Kapsul

Bentuk Sediaan Obat Tradisional yang Dilarang

Segala jenis OT yg mengandung bahan kimia


hasil isolasi atau sintetik yg berkhasiat obat.
OT dalam bentuk:
Supositoria
Intravaginal
Tetes mata
Sediaan parenteral
OT dalam bentuk cairan obat dalam yg
mengandung etanol dgn kadar > 1 %.

20
10/21/2015

Larangan dan Batasan


IKOT dilarang memproduksi OT Lisensi
OT tidak boleh mengandung bahan lain yg tidak
tercantum pd komposisi sesuai yg dilaporkan pd
permohonan pendaftaran
OT pelancar haid dan sejenisnya tidak boleh
mengandung simplisia Angelicae sinensis radix
dan Linguistici rhizoma
keamanan penggunaan simplisia tersebut dalam
obat tradisional yang digunakan untuk melancarkan
haid dan sejenisnya masih diragukan
Promosi: tdk boleh dgn cara menyesatkan dan
informasi yg menyimpang dari saat
pendaftaran

Simplisia Tumbuhan yang Dilarang


Digunakan
1. Angelicae sinensis radix dan Linguistici rhizoma
(KepMenkes RI Nomor:1147/D/SK/IV/81)
Keamanan penggunaan simplisia tersebut dalam obat
tradisional yang digunakan untuk melancarkan haid dan
sejenisnya masih diragukan
2. Cinchonae cortex dan Artemisiae folium (Peraturan
KaBPOM RI No. HK.00.05.41.2803)
Penggunaan obat tradisional yang mengandung Cinchonae
cortex atau Artemisiae folium secara swa pengobatan dapat
menyebabkan resistensi Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax terhadap obat anti malaria.
3. Aristolochia sp. (Peraturan KaBPOM RI No. HK.
00.05.4.03960)
Adanya efek samping gagal ginjal stadium lanjut akibat
penggunaan obat tradisional yang mengandung tumbuhan
Aristolochia sp.

21
10/21/2015

Password email baru: obattradisionaldanfitoterapi

Tugas 2
Buatlah resume mengenai bukti-bukti dari aspek-aspek
yang mendukung pengembangan 9 tumbuhan obat
unggulan Indonesia.
Tugas kelompok
Dikumpulkan via email ke kuliahotf@gmail.com, paling
lambat hari
Kamis, 22 Oktober 2015 (kelas A)
Senin, 26 Oktober 2015 (kelas B)
Kelompok yang akan mempresentasikan tugasnya pada
pertemuan berikutnya (alokasi waktu maksimal 15 menit)
akan diumumkan lewat kuliahotf@gmail.com pada hari:
Jumat, 23 Oktober 2015 (kelas A)
Selasa, 27 Oktober 2015 (kelas B)

Password email baru: obattradisionaldanfitoterapi

Aspek-aspek yang Harus Ditelaah


1. Etnobotani
2. Etnofarmakologi
3. Agroindustri
4. Agronomi
5. Fitokimia
6. Farmakologi
7. Toksikologi
8. Teknologi Farmasi
9. Uji Klinik

22
10/21/2015

Pembagian Kelompok
Kelompok Tumbuhan Obat No Urut Presensi
Kelompok 1 Temulawak 1-7
Kelompok 2 Kunyit 8-14
Kelompok 3 Jahe merah 15-21
Kelompok 4 Cabe Jawa 22-28
Kelompok 5 Sambiloto 29-35
Kelompok 6 Salam 36-41
Kelompok 7 Jambu biji 42-47
Kelompok 8 Mengkudu 48-53
Kelompok 9 Jati Belanda 54-59

Selamat belajar

23
10/21/2015

24
10/21/2015

25
10/21/2015

26
10/21/2015

27
10/21/2015

28
10/21/2015

29
10/21/2015

30

Anda mungkin juga menyukai