Anda di halaman 1dari 25

JURNAL PENELITIAN

EVALUASI PENERAPAN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA ( K3 )
( Studi Kasus di PT. Indokon Raya)
Disusun sebagai syarat meraih gelar Sarjana Tekni (ST)
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Di Susun Oleh:

Silfinus Padma Widya Cakti Bintara Leyn

431202362

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat, hidayah, serta
bimbinganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul“Evaluasi Penerapan
Keselamatan dan kesehatan Kerja ( K3 ), Studi Kasus di PT. Indokon Raya” sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Penyusun skripsi juga mengucapkan terimah kasih kepada:
1. Bapak Dr. Mulyanto Nugroho, MM. CMA. CPAI. Selaku Rektor Universitas 17
Agustus 1945.
2. Bapak Dr.Ir Sajivo, M.Kes selaku Dekan Fakultas Teknik universitas 17 Agustus
1945 surabaya.
3. Bapak Ir. Herry Widhiarto, M.Sc selaku Dosen pembimbing skripsi yang berkenan
meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan pengarahan bagi
terselesaianya tugas akhir ini.
4. Bapak Budi Witjaksana, ST.MT selaku Dosen wali dan terimah kasih atas bantuan
memberikan masukan dan arahan serta motivasi untuk skripsi saya.
5. Seluru Dosen jurusan teknik sipil Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang telah
memberikan waktu dan ilmu selama penulis menyelesaiakan studi.
6. Orang Tua tercinta atas doa, dorongan dan bantuanya yang diberikan selama ini
kepada penulis.
7. Teman-teman semuanya dan semua pihak atas bantuan yang diberikan kepada
penulis sampai terselesainya tugas akhir ini.

Semoga Allah yang Maha Kuasa melalui Yesus Kristus Putranya, melimpahkan berkah-Nya
sebagai imbalan atas budi baik atas bantuan kepada semua yang turut membantu dalam penyusunan
skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak
yang memerlukan. Penulis masih menyadari penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu perlu kritik dan saran dari pembaca guna kebaikan bersama kelak dikemudian hari.

ii
EVALUASI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATANKERJA (k3)

Nama : Silfinus Padma W.C. Binatara Leyn

N.B.I : 431202362

Dosen pembimbing :Ir. Herry Widhiarto, M.Sc

ABSTRAK

Peningkatan pembangunan di berbagai daerah di Indonesia membuat banyak kontrkator


saling bersaing dalam melaksanakan sebuah peroyek. Mulai dari kecepatan, mutu, dan biaya mereka
sangat bersaing dalam 3 hal tersebut. Namun masih banyak kontraktor mengesampingkan
Keselamatan dan KesehatanKerja (k3) pada proyek konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatankerja pada proyek
konstruksi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif dengan
cara perbandinagan. Instrumen yangdigunakan yaitu instrumenyang berasal dari Peraturan Menteri
Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/1980. Penelitian ini dilakukan pada proyek yang berada di
Jawa Timur.

Hasil dari penelitian ini masih banyak terdapat beberapa penerapan Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) yang kurang memenuhi standar Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/1980). Khususnya terkait tentang
tempat kerja dan alat-alat kerja, tentang konstruksi dibawah tanah, tentang penggalian, tentang
pekerjaan lainya.

Kata kunci : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

iii
EVALUATION OF APPLICATION OF WORK SAFETY AND HEALTH (k3)

Name : Silfinus Padma W.C. Binatara Leyn

N.B.I : 431202362

Supervisor :Ir. Herry Widhiarto, M.Sc

ABSTRACT

Increased development in various regions in Indonesia makes many contributors compete


with each other in carrying out a project. Starting from speed, quality, and their costs are very
competitive in these 3 things. However, there are still many contractors to override Occupational
Safety and Health (k3) in construction projects. This study aims to determine the level of
implementation of occupational safety and health management systems on construction projects.
The method used in this study uses qualitative research methods in a comparative way. The
instrument used is an instrument derived from the regulation of the Minister of Manpower and
Transmigration No. Per.01 / SMen / 1980. This research was carried out on projects in East Java.
The results of this study are still many there are several applications of occupational safety
and health (K3) that do not meet the Occupational Safety and Health Management standards
(Regulation of the Minister of Manpower and Transmigration No. Per.01 / Men / 1980).Especially
related to workplaces and work tools, about underground construction, about excavation, about other
work.

Keywords :Occupational Health and Safety

iv
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya manusia berperan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan.
Karena manusia merupakan aset hidup yang perlu diperhatikan secara khusus oleh perusahaan.
Kenyataan bahwa manusia sebagai aset utama dalam organisasi atau perusahaan, harus mendapatkan
perhatian serius dan dikelola dengan sebaik mungkin. Hal ini dimaksudkan agar sumber daya manusia
yang dimilki perusahaan mampu memberikan kontribusi yang optimal dalam upaya pencapaian tujuan
organisasi. Dalam pengelolaan sumber daya manusia inilah diperlukan manajemen yang mampu
mengelola sumber daya secara sistematis, terencana, efisien. Dalam manajemen sumber daya
manusia, terdapat pula salah satu hal yang harus menjadi perhatian yaitu, sistem keselamatan dan
kesehatan kerja
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering
terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Di Indonesia,
khususnya dalam dunia usaha yang membutuhkan tenaga kerja yang banyak seperti halnya proyek
konstruksi seringkali kesehatan dan keselamatan kerja diabaikan dengan alasan klasik oleh para
pemilik usaha bahwa biaya untuk kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja dianggap mahal. Hal
ini tentunya sangat memprihatinkan. Padahal pekerja adalah aset penting perusahaan dan jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja adalah mutlak di dapat oleh pekerja. Seperti halnya pada PT.
Indokon Raya yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi dengan kapasitas kerja
yang besar sudah sepatutnya bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja para pekerja diperhatikan.
Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-
masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu,
setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena
penyakit akibat kerja. Angka keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara
umum ternyata masih rendah. Berdasarkan data ILO, Indonesia menduduki peringkat ke-26 dari 27
negara. Sumber : Rudi Suardi, "Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja". Kewajiban
untuk menyelenggarakan Sistem Manajemen K3 pada perusahaan-perusahaan besar melalui Undang-
Undang ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2% saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di
Indonesia yang sudah menerapkan Sistem Manajemen K3. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu
yang paling beresiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian,
perikanan, perkayuan dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi yang hanya
mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sebagian dari tenaga kerja ini
belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun. Sebagian besar dari mereka juga berstatus
tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang formal dengan
perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya di lakukan
dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem Manajemen K3 yang terapkan
pada perusahaan konstruksi.
Menurut ILO (International Labour Organization) 1989, pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja diklasifikasikan yaitu, (a) peraturan-peraturan, (b) standarisasi, (c) pengawasan,
(d) penelitian-penelitian baik teknik medis, psikologis maupun statistik, (e) pendidikan, (f) pelatihan,
(g) persuasi, (h) asuransi, (i) penataan dan pengaturan ruangan yang baik, (j) tindakan-tindakan atau
pemakaian alat-alat pengaman yang dilakukan oleh masing-masing individu berupa sepatu pengaman,
dapat melindungi kaki dari terpeleset, tertusuk benda tajam di lantai, benda jatuh; tali-temali
pelindung, dapat melindungi diri dari terjatuh.
Untuk mengetahui hal ini lebih dalam, saya mencoba mengevaluasi Penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) yang dijalankan oleh sektor konstruksi. Salah satu contoh kegiatan sektor
2

konstruksi adalah di PT. Indokon Raya. PT. Indokon Raya merupakan salah satu perusahaan di
Indonesia yang bergerak dibidang konstruksi. Melihat karakterisitk pekerjaan yang dimiliki oleh PT.
Indokon Raya yang sangat beresiko tinggi, maka penulis ingin melakukan penelitian untuk melihat
pelaksanaan manajemen K3 perusahaan, selanjutnya dibandingkan dengan standar Sistem Manajemen
K3 Indonesia (Peraturan Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/1980).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek konstruksi di PT.
Indokon Raya ?
2. Bagaimanakah tingkat kinerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada proyek konstruksi di
PT. Indokon Raya dan perbandingannya dengan Standar Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/1980)?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek
konstruksi di PT. Indokon Raya.
2. Untuk mengetahui tingkat kinerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada proyek konstruksi
di PT. Indokon Raya dan perbandingannya dengan standar Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/1980).

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam mengembangkan Sistem
keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Indokon Raya, sekaligus sebagai bahan pembanding dalam
upaya peningkatan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara berkelanjutan.

1.4.2 Bagi Penulis


Kajian ini sebagai sumber ilmu dan pengetahuan untuk menambah wawasan dan
profesionalisme dalam K3.

1.5 Batasan Masalah


Dalam pengerjaan tugas akhir kali ini penulis hanya membatasi masalah yang akan di bahas
dengan memperhatikan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang di gunakan dalam proyek
konstruksi,maka penulisan tugas akhir ini,penulis membatasi masalah pada penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja menggunakan Standart Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/1980). Di PT. Indokon Raya.

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam penelitian ini, sistematika penulisan yang di gunakan berdasarkan tahapan-tahapan
pembahasan, sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan tentang peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Menjelaskan tentang tata urutan dan langkah-langkah penelitian, penjelasan dan pemilihan
data pembahasan yang digunakan dalam penelitian, serta pembuatan kerangka sampel.
3

BAB 4 : DATA DAN PEMBAHASAN


Dalam bab ini dijelaskan tentang penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/1980.
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
Berupa penarikan kesimpulan serta saran-saran yang di perlukan untuk penerapan K3.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu


2.1.1. Jurnal Penelitian Standar K3LM (A.A. Bayu Maha Kesuma Putra, Ida Ayu Rai
Widhiawati dan Ida Bagus Rai Adnyana)
Untuk mengetahui penerapan standar K3LM dalam pelaksanaan proyek konstruksi tersebut,
maka dilakukan observasi pada pelaksanaan konstruksi dan wawancara dengan personil yang terkait
dalam pelaksanaan proyek konstruksi tersebut. Penilaian penerapan standar keselamatan dan
kesehatan kerja OHSAS 18001:2007, lingkungan 14001:2004, dan mutu 9001:2000 ini didapat
dengan metode skor audit dan skala pengukuran variabel menggunakan skala likert. Dari hasil analisis
data pada PT. Waskita Karya di proyek DSDP II ICB 1 penerapan standar keselamatan dan kesehatan
kerja OHSAS 18001:2007 presentase rata-rata sebesar 89,96% termasuk dalam kategori baik sekali,
penerapan standar lingkungan ISO 14001:2004 presentase rata-rata 84,43% termasuk dalam kategori
baik sekali, penerapan standar mutu ISO 9001:2000 presentase rata-rata sebesar 87,26% termasuk
dalam kategori baik sekali. Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam penerapan K3LM adalah faktor
tenaga kerja (SDM), metode atau prosedur kerja, dan material berupa form atau dokumen sehingga
penerapan K3LM tidak mencapai 100%.

2.1.2. Dwi Friska G. Naibaho


Angka kecelakaan kerja di Indonesia termasuk angka kecelakaan tertinggi di kawasan
ASEAN. Tingginya persentase angka kecelakaan kerja pada sektor ini tidak lepas dari andil
kontraktor terkait penerapan peraturan-peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) konstruksi
yang masih rendah. Berdasarkan hasil audit SMK3 pada tahun 2001, dari 70 perusahaan yang
bergerak pada bidang konstruksi terdapat sebagian besar perusahaan yang bekerja tidak berdasarkan
SMK3. Sementara peraturan Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan kesejahteraan hidup. Berdasarkan fakta ini,
dibutuhkan suatu evaluasi kepatuhan kontraktor terhadap penerapan peraturan-peraturan K3,
khususnya pada kontsruksi bangunan instalasi yang memiliki detail pekerjaan yang cenderung
kompleks dan hanya dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa yang relatif sangat terbatas jumlahnya.
Dari hasil penelitian yang di dapat ternyata persentase kepatuhan masingmasing kontraktor
terhadap penerapan peraturan tersebut berbeda-beda. Variasi kategori adalah cukup dan sangat baik
sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan kontraktor masih belum merata. beberapa hal
yang melatarbelakangi ketidakpatuhan kontraktor terhadap penerapan Peraturan-Peraturan K3
Konstruksi Indonesia, antara lain:
1. Kurang pahamnya kontraktor terhadap penerapan peraturanperaturan K3 konstruksi
indonesia.
2. Minimnya alokasi biaya K3.
3. Rendahnya prioritas terhadap penerapan K3 oleh kontraktor.
4. Terdapat kebijakan K3 internal perusahaan.
5. Rendahnya pemahaman dan pengawasan pihak pemilik proyek terhadap penerapan K3.
6. Sanksi pidana pelanggaran K3 ringan.
5

2.1.3. Ade Setiawan, ddk


Pelaksanaan SMK3 di proyek pembangunan Hotel Ibis Padang yang mencakup lima tahap
kunci sukses SMK3 mulai dari kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengukuran,
serta tinjauan ulang manajemen, sudah sangat baik. Hal ini sejalan dengan pendapat dari SHEO
proyek pembangunan Hotel Ibis Padang yang mengatakan bahwa pelaksanaan SMK3 proyek Hotel
Ibis Padang ini sudah mencapai 80 %. Kebijakan yang ditetapkan di proyek pembangunan ini,
dinamakan SHE (Safety-Health Environment) yang mempunyai visi untuk menjadikan proyek
pembangunan Hotel Ibis Padang sebagai proyek yang zero accident. Proses penyususnan perencanaan
juga melalui tahap identifikasi risiko, dan pembelajaran ke kejadian kecelakaan kerja yang pernah
terjadi sebelumnya, mempunyai indikator kinerja, untuk mencapai tujuan dan sasaran, dengan adanya
sumber daya dan membuat rencana kerja yang berpedoman kepada peraturan perundang-undangan.
Dari hasil penelitian yang di dapat ternyata pada tahap pelaksanaan, diperoleh hasil
pelaksanaan K3 pada 64 tenaga kerja yang menjadi responden sudah sangat baik. Selain itu, kegiatan
K3 yang bertujuan untuk mengendalikan aspek-aspek K3 di proyek juga berjalan sesuai dengan
prosedur manajemen yang ada, dan terjadwal sehingga pelaksanaan K3 dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Tahap akhir dari SMK3 adalah pemeriksaan dan pengukuran, juga sudah dilaksanakan oleh
PT PP (Persero) Tbk. Hasi temuannya langsung disikapi di lapangan dan ditinjau ulang lagi oleh
manajemen yang diawasi langsung dan secara berkala oleh kantor pusat PT PP (Persero) Tbk untuk
memperoleh pelaksanaan SMK3 yang maksimal.

2.2. Konsep Kesehatan dan Keselamatan kerja


2.2.1. Pengertian
1. Menurut mangku negara, keselamatan dan kesehatn kerja yaitu sesuatu pemikiran dan usaha
untuk menanggung keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah atapun rohaniah tenaga kerja
pada terutama, dan manusa biasanya, hasil karya dan budaya untuk menuju orang-orang adil
dan makmur.
2. Menurut Suma’mur (1981:2), keselamatan kerja adalah rangkaan usaha untuk membuat
susana kerja yang aman dan tentram untuk beberapa karyawan yang bekerja di perusaham
yang berkaitan.
3. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja yaitu keadaan keselamatan yang bebas
dari kemungkinan kecelakaan dan rusaknya dimana kita bekerja yang meliputi mengenai
keadaan bangunan, keadaan mesin, perlengkapan keselamatan, dan keadaan kerja.
4. Mathis dan Jackson, menyebutkan kalau keselamatan yaitu mengacu pada perlindungan pada
kesejahteraan fisik soerang pada cidera yang berkaitan dengan pekerjaan. Kesehatan yaitu
mengacu pada keadaan umum fisik, mental dan kestabilan emosi pada umumnya.
5. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang paling penting dalam
pencapaian sasaran tujuan proyek. Hasil yang maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan waktu tiada
artinya bila tingkat keselamatan kerja terabaikan. Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakan kerja
yang tnggi, seperti banyak tenaga kerja yang meninggal, Cacat permanen serta instalasi proyek yang
rusak, selain kerugian materi yang besar Husen (2009).
Kesimpulan bahwa kesehatan dan keselatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dalam keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun
emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi bicara mengenai kesehatan
dan keselamatan kerja tidak selalu membicarakan keamanan fisik dan pekerja, tetapi menyangkut
berbagai unsur dan pihak. (Cecep Dani Sucipto).
6

2.2.2. Pengertian Kecelakaan Kerja Dan Keselamatan Kerja


1. Kecelakaan kerja
Pekerja-pekerja teknik bangunan banyak behubungan dengan alat, baik yang sederhana
sampai yang rumit, dari yang ringan sampai alat-alat berat sekalipun. Sejak revolusi industri sampai
sekarang, pemakaian alat-alat bermesin sangat banyak digunkan pada setiap kegiatan kerja, selalu saja
ada kemungkinan kecelakan-kecelakan selalu dapat terjadi karena berbagai sebab. Yang dimkasdkan
dengan kecelakaan adalah kejadian yang merugikan yang tidak terduga dan tidak diharapkan dan
tidak ada unsur kesengajaan. Kecelakaan kerja dimakasudkan sebagai kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja, yang diderita oleh pekerja dan atau alat-alat kerja dalam suatu hubungan kerja.
Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh dua golngan penyebab (bambang endroyo, 1989):
a. Tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts).
b. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition).
Walaupun manusia telah berhati-hati, namun apabila lingkungan tidak menunjang (tidak
aman), maka kecelakaan dapat pula terjadi. Begitu pula sbaliknya. Oleh karena itulah diperlukan
pedoman bagaimana bekerja yang memenuhi prinsip.
2. Keselamatan kerja
Keselamatan kerja adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk menjamin keadaan, keutuhan dan
kesempurnaan tenaga kerja (baik jasaminah maupun rohaniah), beserta hasil karianya dan alat-alat
kerjanya di tempat kerja. Usaha-usaha tersebut harus dilaksanakan oleh semua unsur yang terlibat
dalam porses kerja, yaitu pekerja itu sendiri, pengawas/kepala kelompok kerja, perusahaan,
pemerintah, dan masyarakat pada umumnya. Tanpa ada kerja sama yang baik dari semua unsur
tersebut tujuan keselamatan kerja tidak mungkin dapat dicapai secara maksimal.
Adapun sasaran keselamatan kerja secara ternci adalah:
a. Mencegah terjadinya kecelakaan ditempat kerja
b. Mencega timbulnya penyakit akibat kerja
c. Mencega/mengurangi kematian akibat kerja
d. Mencega atau mengurangi cacat tetap
e. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian,pemeliharaan bangunan
f. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin
kehidupan produktifnya
g. Mencega pembrsian tenaga kerja, modal, alat dan sumber-sumber prdouksi sewaktu
kerja
h. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersi,nyaman, dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan dan smangat kerja
i. Mempelancar, meningkatkan dan mengamankan produks, industri, serta pembangunan.
Kesemuan itu menuju pada peningkatan taraf kehidupan dan kesejahteraan umat manusia
(Bamban Enroyo, 1998).

2.2.3. Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Manfaat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3):
a. Identifikasi dan melakukan penilaian pada kemungkinan dari bahaya kesehatan
ditempat kerja
b. Memeberi anjuran pada rencana dan pengorganisasian dan prakatek kerja termasuk
desain tempat kerja
c. Memeberi anjuran, info, kursus dan edukasi mengenai kesehatan kerja dan APD sperti
pengunaan pakain dan sepatu safety bagi pekerja.
d. Memonitor kesehatan beberapa pekerja
e. Ikut serta dalam sistem rehabilitas pekerja yang alami sakit/kecelakaan kerja
7

f. Antisipasi identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek berbahaya


g. Terapkan, dokumentasi dan informasikan rekan lainya dalam hal pengendalian bahaya
h. Mengelola P3K dan aksi darurat

2.2.4. Penyusunan Program K3 dengan OHSAS 18001 (Occupational Health and Safety
Assessment Series)
Penyusunan program K3 harus mendokumentasikan data terdiri atas :
a. Siapa yang menyusun dan bertangung jawab terhadap program K3
b. Apa isi program K3 yang akan dilaksanakan
c. Bagaimana dan kapan harus mencapai tujuan program K3
d. Peninjauan program baik keberhasilan dan kegagalan secara berkala
e. Selalu melakukan inovasi- inovasi terhadap program yang suda dibuat
f. Implemntasi program yang terukur
g. Tujuan dan sasran K3 memiliki jadwal yang tepat, biaya ekonmis, serta hasil
pencapaian yang teratur
h. Struktur organisasi K3 dalam perusahaan.

2.3. Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja


Menurut Ridley (2004), sasaran pencegahan kecelakaan adalah mencegah terjadinya
kecelakaan dan jika kecelakaan terjadi, mencegahnya agar tidak terulang kembali. Prosedur
pencegahan kecelakaan kerja adalah mengidentifikasi bahaya, menghilangkan bahaya, mengurangi
bahaya hingga seminim mungkin jika penghilangan bahaya tidak dapat dilakukan, melakukan
penilaian resiko residual/resiko yang ditnggalkan, mengendalikan resiko residual/resiko yang
ditnggalkan (ridley, 2004).
Menurut Cecep Dani Sucipto (2009), pencegahan kecelakaan kerja dapat
dilakukan dengan:
a. Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja Pengamatan resiko bahaya merupakan basis
informasi yang berhubungan dengan banyaknya dan tingkat jenis kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja.
b. Pelaksanaan SOP secara benar di tempat kerja Standar Operasional Prosedur adalah
pedoman kerja yang harus di patuhi dan dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai
instruksi yang tercantum dalam SOP, perlakuan yang tidak benar dapat menyebabkan
kegagalan proses produksi, kerusakan peralatan dan kecelakaan.
c. Pengendalian faktor bahaya di tempat kerja Sumber pencemaran dan faktor bahaya di
tempat kerja sangat di tentukan oleh proses produksi yang ada, teknik/metode yang di
pakai, produk yang di hasilkan dan peralatan yang digunakan. Dengan mengukur
tingkat resiko bahaya yang akan terjadi, maka dapat diperkirakan pengendalian yang
mungkin dapat mengurangi resiko bahaya kecelakaan.
d. Peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja Tenaga kerja adalah
sumber daya utama dalam proses produksi yang harus di lindungi, untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya kecelakaan perlu memberikan pengetahuan kepada tenaga
kerja tentang pentingnya pelakasanaan keselamatan kerja saat melakukan aktivitas
kerja agar mereka dapat melaksanakan budaya keselamatan kerja di tempat kerja.
Peningkatan pengetahuan tenaga kerja dapat di lakukan dengan memberikan pelatihan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada awal bekerja dan secara berkala untuk
penyegaran dan peningkatan wawasan. Pelatihan ini dapat membantu tenaga kerja
untuk elindungi dirinya sendiri dari factor bahaya yang ada di tempat kerjanya.
8

e. Pemasangan peringatan bahaya kecelakaan di tempat kerja Banyak sekali factor bahaya
yang di temui di tempat kerja, pada kondisi tertentu tenaga kerja atau pengunjung tidak
menyadari adanya faktor bahaya yang ada di tempat kerja, untuk menghindari
terjadinya kecelakaan maka perlu di pasang rambu-rambu peringatan berupa papan
peringatan, poster, batas area aman dan lain sebagainya.

2.4. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)


Sesuai dengan situs (http://ridwanrudy.blogspot.com/2012/10/alat pelindungdiri. html) yang
diakses pada 10 april 2015 menuturkan bahwa alat-alat pelindung diri yang standar pada proyek
konstruksi ada berbagai macam, antara lain:
1. Helm proyek, helm sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan suda
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakan dengan benar
sesua peraturan
2. Masker, berbagai meterial konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil yang
merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu dapat mengganggu pernafasan
maka dari itu perlu digunakan masker.
3. Pakaian kerja, digunakan untuk melindungi badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh
yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan
4. Sarung tangan, digunakan untuk melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam
selama menjalankan kegiatan
5. Sepatu, setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya
bisa bebas berjalan kemana-mana tanpa teruka oleh benda tajam.

2.5. Macam-macam Fasilitas Pengaman Proyek


Selain adanya APD maka perlu juga dilengkapi oleh alat pengaman pada proyek konstruksi
yang gunanya untuk menunjang keamanan pada proyek tersebut. Menurut situs
(http://www.ilmusipil.com/alat-pemadam-kebakarangedung) yang diakses pada 10 april 2015
menjelaskan macam-macam fasilitas pengaman proyek, antara lain:
1. Jaringan pengaman, digunakan untuk mencegah adanya benda atau material proyek
yang jatuh kebawah
2. Rambu-rambu, dipasang untuk menginformasikan sesuatu yang ada di dalam proyek
dan sebagai tanda bahaya
3. Hydrant, digunakan untuk pertolongan pertama jika terjadi kebakaran pada proyek
4. Spanduk peringatan K3, adanya spanduk ataupun poster di poryek agar seluruh pekerja
proyek paham mengenai K3 dan pencegahan kecelakaan kerja
5. Alarm peringatan, digunakan untuk mengumumkan kepada semua orang yang berada
diproyek jika terjad suatu bahaya
6. Lampu peringatan, digunakan sebagai tanda bahaya di dalam maupun di luar proyek.

2.6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/1980


Pada Bab 1 pasal 3 ayat 1,2,3, isinya antara lain: pada pekerja konstruksi diusahakan
pencegahan kecelakaan atau akibat kerja, disusun unit keselamatan dan kesehatan kerja yang harus
diberitahukan kepada setiap tenaga kerja, unit tersebut melakukan usaha pencegahan kecelakaan,
kebakaran, peledakan, penyakit, PK3, dan usaha penyelamatan. Pasal 4 menyatakan bila terjadi
kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaprokan kepada direktur atau pejabat yang
ditujuk.
Pada Bab II pasal 5 mengharuskan disetap tempat kerja dilengkapi dengan sarana untuk
keluar masuk dengan aman,tempat, tangga, lorong, dan gang tempat orang bekerja atau sering dilalui
9

harus dilengkap dengan penerangan yang cukup semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi yang
cukup.
Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi No. Per.01/men/1980 pada umumnya
peraturan ini menetapkan ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja pada pekerja konstruksi bangunan, yaitu tentang tempat kerja dan alat-alat kerja, perancang
(scaffold), tangga dan tangga rumah, alat-alat angkat, kabel baja, tambang, rantai, peralatan bantu,
mesin-mesin, peralatan konstruksi bangunan, konstruksi dibawah tanah, penggalan, pekerja
memancang, pekerja beton, pembongkaran, dan pekerja lainya, serta pengunaan perlengkapan
penyelamatan dan perlindungan diri.

2.7. Undang-undang yang Mengatur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


a. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentanng keselamatan kerja
Undang-undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan
pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
b. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Undang-undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan yang bekewajiban
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru
maupun yang akan dipindahkan ketempat kerja yang baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerja
yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para
pekerja juga berkewajiban memakai Alat Pelndung Diri (APD) dengan tepat dan benar serta
mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang
nomor 23 tahun1992, pasal 3 tentang kesehatan kerja menekankan pentingnya kesehatan
kerja agar setiap pekerja dapat berkerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakata sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja optimal. Karena itu, kesehatan
kerja meliput pelayanan kesehatan kerja, mencegah penyakit akibat kerja dan syarat
kesehatan kerja.
c. Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
Undang-undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan ketenaga
kerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak material, cuti sampai dengan keselamatan dan
kesehatan kerja.

2.8. Kebijakan Keselamatan Kerja


1. Kebijakan Keselamatan Kerja harus:
a. Menyatakan tujuan pengorganisasian untuk memastikan kesehatan dan keselamatan kerja
orang-orang yang bekerja di dalam atau yang mungkin dipengaruh oleh perusahan,
seperti para kontraktor, pekerja atau masyarakat sekitar.
b. Beroknsultasi dengan para pekerja tentang masalah-masalah keselamatan kerja dengan
mengacu pada upaya-upaya keselamatan kerja.
c. Harus mengindikasikan sumber-sumber nasehat pakar keselamatan kerja.
d. Mengacu pada sarana-sarana dalam menyebarkan informasi kesehatan dan keselamatan
kerja.
e. Menyebutkan bagian-bagian penting yang dapat diperan-sertakan oleh pekerja untuk
mencapai kondisi kerja yang aman.
f. Juga:
1) Tertulis
2) Ditandatangani oleh pimpinan perusahan
3) Diberi tanggal
4) Diumumkan kepada seluruh pekerja
10

5) Dipantau
6) Ditnjau secara berkalah
7) Diterbitkan ulang bilamana perlu
2. Organisasi untuk pengimplementasikan kebijakan tersebut harus mencantumkan:
a. Nama direktur beserta tanggung jawab menyeluruh untuk kesehatan dan keselamatan
kerja
b. Nama para anggota penanggung jawab lainya
c. Tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja bagi setiap anggota oergansasi
d. Tanggung jawab para manejer setempat dalam menyiapkan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja
e. Hubungan dengan serikat pekerja
f. Jalur-jalur konsultais tentang masalah-masalah keselmatan dan kesehatn kerja
g. Tanggung jawab khusus untuk nasehat, pelatihan, pemantaun kebijakan, keamanan
3. Tertib untuk mencapai tujuan kebijakan harus meliputi:
a. Daftar dan aturan prosedur keselmatan kerja yang disetujui beserta uraian singkatnya
b. Sistem-sistem keselmatan kerja yang suda ada
c. Klausul pemeliharaan yang aman
d. Prosedur untuk melakukan penilaian resiko
e. Prosedur pelaporan dan penyelidikan kecelakaan kerja
f. Kendali penggunaan substansi kima secara aman
g. Tertib penanganan keadaan darurat termasuk evakuasi
h. Metode penyebaran informasi
i. Fasilitas pelatihan
j. Prosedur untuk konsultasi bersama termasuk pertemuan-pertemuan komite keselamatan
kerja
k. Pendistribusian dan pemakaian alat pelindung diri
l. Langka-langka yang diambil untuk melindungi lingkungan
m. Tertib fasilitas dan kenyamanan
n. Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang
khusus untuk organisasi bersangkutan
(John Rodley)

2.9. Jenis-jenis Proyek Konstruksi


Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan, yaitu (Ervianto,
2005):
1. Bangunan gudang: rumah, kantor, pabrik dan lajnya. Ciri-ciri kelompok bangunan ini adalah:
a. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal
b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi pondasi pada
umumnya suda diketahui
c. Manajemen kebutuhan, terutama untuk progressing pekerja
2. Bangunan sipil: jalan, jembatan, bendungan, dan infrastuktur lainya. Ciri-ciri dan kelompok
banguna ini adalah:
a. Proyek konstruksi dilaksanakan untukn mengendalikan alam agara berguna bagi
kepentingan manusia
b. Pekerja dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi pondasi sangat
berbeda satu sama lain dalam satu proyek
c. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan
11

2.10. Peraturan Mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatn Kerja


Sistem Manajemen K3 adalah sistem yang digunakan untuk mengelolah aspek K3 dalam
organisasi atau perusahaan. Sistem manajemen K3 adalah pengelolaan K3 dengan menerapkan sistem
manajemen untuk mencapai hasil yang efektif dalam mencegah kecelakaan dan efek lain yang
merugikan.
Berdasarkan defenisi tersebut maka Sistem Manajemen K3 juga terjadi atas komponen-
komponen yang saling terkait dan terintegras satu dengan lainnya. Komponen-komponen ini sering
disebut elemen sistem manajemen K3. (Soehatman Ramli, 2013)

2.10.1. Peraturan Menteri PU No. 9 Tahun 2008


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dar sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, porses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembang penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna
tercapaianya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif.
SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum adalah SMK3 pada sekitar jasa konstruksi yang
berhubungan dengan kepentingan umum (masyarakat) antara lain pekerjaan konstruksi : jalan,
jembatan, bangunan gedung fasilitas umum, sistem penyediaan air minum dan perpipaanya, sistem
pengelolahan air limbah dam perpiapaanya, drainase, pengelolahan sampah, pengamanan pantai,
irigas, bendungan, bendung, waduk,dan lainya.
Pada bab 3 peraturan menteri PU nomor 9 tahun 2008 pasal 4 dijelaskan tentang ketentuan
penyelenggaraan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di bidang konstruksi, adapun
ketentuanya sebagai berikut:
1. Kegiatan jasa konstruksi yang dilaksanakan oleh pengguna jasa/penyedia jasa terdiri dari
jasa pemborongan, jasa konsultasi dan kegiatan yang aktifitasnya melibatkan tenaga kerja
dan peralatan kerja untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan wajib
menyelenggarakan SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum.
2. Penyelenggaraan SMK3 konstruksi Bidang Pekerjaan Umum wajib menggunakan
pedoman ini beserta lampiranya
3. Penyelenggaraan SMK3 konstruksi Bidang Pekerja Umum dikelompokan menjadi 3
(tiga) katagori, yaitu:
a. Risiko Tinggi, adalah pencakupan pekerjaan konstruksi yang pelaksanaanya beresiko
sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan
serta terganggunya kegiatan konstruksi
b. Risiko Sedang, adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaanya dapat
beresiko memebahayakan keselamatan umum, harta benda dan jiwa manusia serta
terganggunya kegiatan konstruksi
c. Risiko kecil, adalah mencakup pekerjaan kosntruksi yang pelaksanaanya tidak
membahayakan keselamatan umum dan harta benda serta terganggunya kegiatan
kosntruksi
4. Kinerja penerapan penyelenggaraan SMK3 konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dibag
mencapai 3 (tga), yaitu:
a. Baik, bila mencapai hasil penilaian>85%;
b. Sedang, bila mencapai hasil penilaian 60%-85%;
c. Kurang, bila mencapai hasil penilaian <60%
5. Dalam rangka penyelengaraan SMK3 konstruksi Bidang Pekerjaan Umum harus dibuat
Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja kontrak (RK3K) oleh penyedia jasa dan
disetui oleh pengguna jasa.
12

6. Ditempat kerja harus selalu terdapat pekerjaan yang suda terlatih dan/atau bertanggun
jawab dalam pertolngan pertama pada kecelakaan (P3K).
7. Untuk kegiatan swakelola, perlu ada penentuan tentang:
a. Pihak yang berperan sebagai penyelenggara langsung
b. Pihak yang berperan sebagai pengendali.
13

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian


Penelitan ini mengambil lokasi di PT. Indokon Raya untuk pengerjaan proyek pembangunan
Gedung Rest Area Suramadu Sisi Madura.
3.2. Objek dan Saran Penelitian
1. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3L) pada PT. Indokon Raya
2. Membandingkan tingkat kinerja keselamatan dan kesehatan kerja (peraturan menteri tenaga
kerja dan transimgrasi No. Per.01/men/1980)?
3.3. Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data dilakukan dengan cara menganalisa data. Data yang didapat dari
tahapan ini yaitu berupa :
1. Data sekunder
Studi literatur berupa buku-buku panduan tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja OHSAS 18001:2007 untuk K3. Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi
No. per.01/men/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan,
permenaker nomor : per.50/men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Data primer
Pengumpulan data dari PT. Indokon Raya dalam melaksanakan Prosedur operasi Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada pembangunan proyek tersebut. data
yang didapat dianalisis untuk mengetahui sejau mana penerapan standar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) dan permasalahan yang dihadapi.

3.4. Data yang Diperlukan Dalam Penelitan


Dalam menunjang tercapainya maksud dan tujuan penelitian ini, maka diperlukan data-data
relevan yang sekiranya dapat diperoleh dari subjek penelitian. Data-data tersebut adalah :
1. Penerapan/Implementasi
Berupa penerapan dan pelaksanaan K3 pada perusahaan tersebut.
2. Pengawasan K3 yang dilakukan oleh pengawas K3
Berupa pemantaun atau kontrol terhadap SMK3 yang suda dijalankan.
3. Pengunaan APD
penggunaan Alat Pelindung Diri yang ada pada PT. Indokon Raya. Apakah suda ada dan
kalaupun sudah ada apakah alat-alat keamanan tersebut suda memenuhi standar yang berlaku
diindonesai yatui SNI (Standar Nasional Indonesai).

3.5. Analisa Data


Dalam menganalisis, data yang didapat dari hasil PT. Indokon Raya dan prosedur Operasi
Sistem Manajemen K3, digunakan untuk mengetahui penerapan Sistem Manajemen K3. Dalam
mengevaluasi penerapan standar K3 yang dilakukan PT. Indokon Raya. Pada proyek pembangunan
Gedung Rest Area Suramadu Sisi Madura akan mengunakan sistem perbandngan antara data proyek
dan peraturan menteri tenaga kerja dan transimgrasi No. Per.01/men/1980.
14

3.6. Flowcart Metode Penelitian

Mulai

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Evaluasi Data

Penerepan Pengawasan Penggunaan


K3 K3 APD

Rekomendasi

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Penelitian


15

BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Perbandingan Tingkat Kinerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Proyek
Konstruksi di PT. Indokon Raya dengan Standar Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

Perencanaan K3 yang baik, dimulai dengan melakukan identifikasi bahaya, penilaian resiko,
dan penentuan pengendaliannya. Tanpa perencanaan, sistem manajemen K3 tidak akan berjalan
dengan baik. Dalam melakukan hal tersebut, harus dipertimbangkan berbagai persyaratan
perundangan K3 yang berlaku bagi organisasi serta persyaratan lainnya seperti standar, kode, atau
pedoman perusahaan terkait atau yang berlaku bagi bagi organisasi. Dalam hal ini peraturan
perundangan yang digunakan sebagai acuan adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Per.01/Men/1980.

Tabel 4.1
Tinjauan Kondisi Lapangan terkait Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per.01/Men/1980
BAB, Keterangan
Pasal Isi Peraturan Kondisi di Lapangan
(Ayat)
BAB II Disetiap Pintu masuk dan
pasal 5 tempat kerja keluar proyek hanya
(1) harus satu pintu saja baik
dilengkapi untuk matrial
dengan sarana maupun tamu
untuk (kendaraan pribadi)
keperluan
keluar masuk
dengan aman
Kendaraan pribadi
masuk di lokasi
proyek, tanpa ada
parkir khusus
kendaraan pribadi
16

BAB, Keterangan
Pasal Isi Peraturan Kondisi di Lapangan
(Ayat)
BAB Tenaga kerja Petugas di lapangan
XIII yang tanpa dilengkapi
Pasal 86 melakukan APD (Alat
pekerjaan di Pelindung Diri)
atas atap harus
dilengkapi
dengan alat
pelindung diri
yang sesuai
Di tempat direksi
untuk keet tampak hanya
menjamin agar tersedia helm proyek
mereka tidak
jatuh dari atap
atau dari
bagian-bagian
atap yang
rapuh.
Pekerja las kerangka
atap baja tidak
dilengkapi dengan
kacamata las (APD)
dan tidak memakai
tali pengaman

Pekerja di atas atap


tanpa tali pengaman
17

BAB, Keterangan
Pasal Isi Peraturan Kondisi di Lapangan
(Ayat)

Para pekerja
memasang penutup
atap tanpa tali
pengaman, bahaya
terjatuh/ terpeleset

BAB Semua Kabel listrik


XIV instalasi, tegangan tinggi
Pasal 91 listrik, gas, air, berserahkan tidak
(2) dan uap harus diatur sebagaimana
dimatikan, mestinya, bisa
kecuali apabila membahayakan para
diperlukan pekerja
sepanjang
tidak
membahayaka
n
BAB II Tempat-tempat Penempatan lampu
Pasal 5 kerja, tangga- menempel
(2) tangga, lorong- sembarangan untuk
lorong dan penerangan
gang-gang pekerjaan pada
tempat orang waktu malam
bekerja atau
sering dilalui,
18

BAB, Keterangan
Pasal Isi Peraturan Kondisi di Lapangan
(Ayat)
harus
dilengkapi
dengan
penerangan
yang cukup
sesuai dengan
ketentuan yang
berlaku.
BAB IX Di tempat
Pasal 65 kerja atau di
(1) tempat yang
selalu harus
disediakan
penerangan
yang cukup
sesuai dengan
ketentuan yang
berlaku
BAB II Semua Galian untuk pipa
Pasal 8 peralatan sisi- drainase
sisi lantai yang sembarangan, tidak
terbuka, di amankan ditutup
lubang-lubang sementara
di lantai yang
terbuka, atap-
atap atau
panggung yang
dapat
dimasuki, sisi-
sisi tangga
yang terbuka,
semua galian-
galian dan
lubang-lubang
yang dianggap
berbahaya
harus diberi Pekerja di atas atap
pagar atau tanpa tali pengaman,
tutup tidak ada pagar
pengaman sekelilingnya
yang kuat.
19

BAB, Keterangan
Pasal Isi Peraturan Kondisi di Lapangan
(Ayat)
20

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek konstruksi di PT. Indokon
Raya khususnya pada pelaksanaan Pembangunan Gedung Rest Area Suramadu Sisi Barat
Kaki Jembatan Surabaya-Madura dapat dikatakan belum terealisasikan dengan baik.
2. Masih terdapat beberapa penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang kurang
memenuhi standar Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/1980), khususnya terkait tentang tempat kerja dan
alat-alat kerja, tentang alat-alat angkat, tentang konstruksi di bawah tanah, tentang
penggalian, tentang pekerjaan lainnya, dan tentang pembongkaran.

5.2 Saran
1. Diharapkan agar perusahaan kontraktor dapat lebih meningkatkan program K3 pada setiap
proyek pembangunan agar para pekerja lebih merasa aman dan nyaman khususnya lebih tegas
terhadap pekerja yang tidak membiasakan diri untuk menggunakan APD saat bekerja
karena disamping untuk keselamatan pekeerja, perusahaan juga diuntungkan dari segi
produktifitas dan biaya yang dikeluarkan saat terjadi kecelakaan kerja.
2. Diharapkan agar perusahaan kontraktor harus lebih lagi mensosialisasikan program K3 untuk
meningkatkan dukungan pekerja terhadap program K3 yang nantinya juga meningkatkan
komitmen pekerja terhadap perusahaan.
21

DAFTAR PUSTAKA

Anonims, 2009. Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja,Lingkungan dan Mutu Denpasar
Sewerage Development Project II Package ICB 1. PT. Waskita Karya
Endroyo, B. 1989. Keselamatan Kerja Untuk Teknik Bangunan. IKIP Semarang Press : Semarang
Endroyo, B. 1998. Peranan Manajemen K3 Dalam Pencegahan Kecelakaan Kerja Konstruksi. Jurnal
Teknik Sipil, Volume III, No. 1. Januari 2006: 8 - 15
Ervianto, Wulfram I.2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi, Yogyakarta.
Gaspersz,Vincent. 2003. ISO 9001:2000 and Continual Quality Improvement, Gramedia, Jakarta.
Husen, A. 2009, Manajemen Proyek. Yogyakarta: Andi Offset.
ILO (International Labour Organization) 1989
Kemenaker RI, Undang-Undang Nomor 1 Tahun1970 tentang Keselamatan Kerja.
Lioniesa Susilo, Dida. 2012. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001:2007 Pada
PT. Tata Mulia Nusantara Indah (Studi Kasus : Proyek Westin Ubud, Kengetan, Gianyar),
Fakuktas Teknik, Universitas Udayana.
Naibaho, Dwi Friska G. 2012. Evaluasi Kepatuhan Kontraktor Terhadap Penerapan Peraturan-
Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Bangunan Instalasi.
Peraturan menteri PU nomor 9 tahun 2008 pasal 4 dijelaskan tentang ketentuan penyelenggaraan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di bidang konstruksi.
Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No. per.01/men/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
Permenaker nomor : per.50/men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Putra , A.A. Bayu Maha Kesuma, Widhiawati, Ida Ayu Rai, Adnyana, & Ida BagusRai. (2012).
Evaluasi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja,Lingkungan, dan Mutu (K3LM)
Proyek Kontruksi Pada PT Waskita Karya(Studi Kasus Pada Proyek DSDP II ICB 1). Bali.
Ridley, J., 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Ikhtisar Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Rudi Suardi .2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi I. PPM. Jakarta.
Setiawan, A., Nasfryzal C., dan Hendri GP.
Silalahi, Bennett, 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT. Pustaka Binaman P,
Jakarta.
Simanjuntak, Payaman J., 1994. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : HIPSMI
Soehatman R. 2013. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. OSHAS 18001. Jakarta:
PT. Dian Rakyat.
Sucipto, C. D. 2014. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta :Gosyen Publishing
Suma'mur. P. K. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV Haji Masagung.
Undang-undang nomor 23 tahun1992, pasal 3 tentang kesehatan kerja
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentanng keselamatan kerja

Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

http://ridwanrudy.blogspot.com/2012/10/alat pelindungdiri.html

http://www.ilmusipil.com/alat-pemadam-kebakarangedung

Anda mungkin juga menyukai