Nama Kelompok :
Sarah Choerunnisa
Siti Habibiyah N
Salah satu bahan alami yang aman digunakan untuk memperpanjang kesegaran
ikan adalah kitosan. Kitosan merupakan senyawa polimer yang dihasilkan dari ekstraksi
hewan bercangkang keras (krustasea). Pencampuran kitosan ke dalam komposit akan
semakin meningkatkan karakteristiknya selain efisiensi biaya (Sorrentino et al. 2007).
Kitosan memiliki sifat yang mudah mengalami degradasi secara biologis, tidak beracun,
merupakan kation yang kuat, koagulan yang baik, dan mudah membentuk membran atau
film. Kitosan banyak digunakan sebagai bahan pengental, pengikat, penstabil, pembentuk
kekenyalan, dan pembuatan gel
1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh penggunaan edible coating pada fillet ikan patin terhadap perubahan
warna, kekerasan selama penyimpanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kitosan
Menurut Teguh (2003) seperti dikutip oleh Istiqomah (2012), Kitosan adalah
deasetilasi kitin yang merupakan polimer rantai panjang glukosamin (β-1,4-2 amino-2-
doksida-D-Glukosa) memiliki rumus molekul [C6H11NO4]n dengan bobot molekul 2,5 x
10-5 Dalton. Kitosan berbentuk serpihan putih kekuningan, tidak berbau dan berasa.
Kitosan tidak dapat larut dalam air, larutan basa kuat, asam sulfat, dan pelarut-pelarut
organik seperti alkohol, aseton, dimetilformamida, dan dimetilsulfoksida. Sedikit larut
dalam asam klorida, asam nitrat, asam asetat 1%-2% dan asam format 0,2%-1,0%.
Kitosan diisolasi dari kerangka hewan invertebrata kelompok Antrhopoda sp,
Molusca sp,Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp dan beberapa dari kelompok
jamur. Sumber utamanya adalah ialah cangkang Crustasea sp, yaitu udang, lobster,
kepiting, dan hewan bercangkang lainnya, terutama asal hewan laut.
Tabel 2.1 Sumber-sumber kitin dan kitosan (Sembiring, 2011)
Cangkang udang mengandung 20-30% senyawa kitin, 21% protein dan 40-50%
mineral. Oleh karena itu untuk memperoleh kitin dari cangkang udangmelibatkan proses-
proses pemisahan protein (depoiteinasi) dan pemisahan mineral (demineralisasi).
Sedangkan untuk mendapatkan kitosan dilanjutkan dengan proses deasetilasi. Kitosan
banyak digunakan dalam industri kesehatan dan terapan karena kitosan dapat dengan
mudah berinteraksi dengan zat-zat organik lainnya seperti protein.
2.2 Edible Coating
Edible coating merupakan kategori bahan kemasan yang unik yang berbeda dari
bahan-bahan kemasan konvensional yang dapat dimakan. Coating didefinisikan sebagai
bahan lapisan tipis yang diaplikasikan pada suatu produk makanan (Arief dkk., 2012).
Edible Coating banyak digunakan sebagai pelapis produk daging beku, buah-
buahan, obat-obatan dan produk ikan beku. Menurut Handoko dkk., (2005) dalam Alim
(2016), manfaat dari edible coating yaitu dapat mengoptimalkan kualitas luar produk
yang melindungi produk dari pengaruh mikroorganisme, mencegah adanya air, oksigen
danperpindahan larutan dari makanan yang dapat membuat produk menjadi cepat rusak
dan berjamur.
Edible coating memiliki beberapa cara salah satunya dengan petose pencelupan.
Metode pencelupan (dipping) merupakan metode yang paling banyak digunakan terutama
pada sayuran, buah, daging, dan ikan, dimana produk dicelupkan ke dalam larutan yang
digunakan sebagai bahan coating. Hal ini dikarenakan metode pencelupan (dipping)
mempunyai keuntungan seperti ketebalan materi coating yang lebih besar serta
memudahkan pembuatan dan pengaturan viskositas larutan sedangkan kelemahannya
adalah munculnya deposit kotoran dari larutan (Arief dkk., 2012).
Santoso dkk., (2004) dalam Alim (2016) menyatakan bahwa bahan pangan yang
dikemas menggunakan edible coating memiliki beberapa keuntungan, antara lain :
a. Edible coating dapat menurunkan Aw permukaan bahan sehingga kerusakan oleh
mikroorganisme dapat dihindari,
b. Edible coating dapat memperbaiki struktur permukaan bahan sehingga
permukaan menjadi mengkilat,
c. Edible coating dapat mengurangi terjadinya dehidrasi sehingga susut bobot
dapat dicegah,
d. Edible coating dapat mengurangi kontak oksigen dengan bahan sehingga oksidasi
dapat dihindari (ketengikan dapat dihambat),
e. Pelapisan edible coating pada produk tidak menyebabkan perubahan pada sifat
asli produk seperti flavor,
f. Edible coating dapat memperbaiki penampilan produk.
Selain hanya untuk melindungi pangan, edible coating juga berfungsi sebagai
antimikroba pada pangan. Bahan yang dapat ditambahkan kedalam bahan edible
coating adalah kitosan. Karena kitosan memiliki polikation bermuatan positif yang
mampu menghambat pertumbuhan bakteri sehinga baik digunakan sebagai pengawet
makanan.
BAB III
METODELOGI
Kitosan
Kode Sebelum Sesudah Selisih
5KA1 21,687 22,832 1,145
5KA2 17,575 17,995 0,420
5KA3 25,669 25,790 0,121
Rata-rata 0,562
Tabel.1 Perhitungan berat kitosan
Air
Kode Sebelum Sesudah Selisih
5AA1 31,290 31,330 0,040
5AA2 32,321 32.774 0,432
5AA3 18,489 18,154 0,335
Rata-Rata 0,269
Tabel. 2 Perhitungan berat air
Kitosan
Kode Sebelum Sesudah Selisih
5KA1 15,34 15,60 0,26
5KA2 20,18 22,31 2,13
5KA3 21,20 21,40 0,20
Rata-rata 0,86
Tabel. 3 Perhitungan ketebalan kitosan
Air
Kode Sebelum Sesudah Selisih
5KA1 20,48 20,58 0,10
5KA2 20,16 20,23 0,07
5KA3 24,30 24,38 0,08
Rata-rata 0,083
Tabel. 4 Perhitungan ketebalan air
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa edible coating dengan menggunakan kitosan lebih
unggul dibandingkan edible coating menggunakan air. Oleh karena itu masa simpan kitosan
lebih lama dibandingan dengan air. Dikarenakan pencegahan mikroorganisme yang masuk lebih
besar menggunakan kitosan dibandingkan dengan air. Praktikum ini termasuk belum maksimal
dikarenakan suhu ruang praktikum yang hangat dan jarak perpindahan yang lumayan jauh yang
mengakibatkan lapisan edible coating ini meleleh, oleh karena itu hasil yang didapatkan belum
maksimal dan signifikan.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya :
1. Edible coating adalah
2. Perbedaan edible coating kitosan dan air
3. Cara kerja praktikum dimulai dari persiapan alat dan bahan, pembuatan larutan dengan
metode pengenceran, pelarutan larutan pada suhu 45oC selama 1 jam, pengukuran berat
dan ketebalan ikan, Chiller pada suhu 5oC selama 1 menit, pendinginan, pengukuran
berat dan ketebalan ikan sesudah diberi lapisan, pengamatan ketebalan dengan
mikroskop, pendinginan.
4. Hasil praktikum ini didapatkan rata-rata berat kitosan yaitu 0,562 gr dan rata-rata berat
air yaitu 0,269 gr. Rata-rata ketebalan kitosan yaitu 0,86 mm, dan rata-rata ketebalan air
yaitu 0,083 mm. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan edible coating menggunakan
kitosan lebih unggul dibandingkan edible coating menggunakan air. Oleh karena itu
masa simpan kitosan akan lebih lama dibandingkan dengan air, karena ketebalan lapisan
kitosan lebih tebal dibandingkan air dan mikroorganisme atau bakteri akan lebih sulit
untuk bisa menembus permukaan daging karena terhalang oleh lapisan kitosan.
5.2 Saran
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam praktikum ini diantaranya :
1. Dalam praktikum analis harus memakai pakaian lab, masker dan sarung tangan, serta
menjaga kebersihan diri dan lingkungan kerja lab.
2. Gunakan alat laboratorium dengan hati-hati dan higenis.
3. Praktikum dilaksanakan dengan cepat dan saniter dikarenakan suhu ruang dan
perpindahan barang yang lumayan jauh. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan hasil
terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Alim, L. B. (2016). APLIKASI EDIBLE COATING DARI PATI TAPIOKA DAN AIR PERASAN JERUK
NIPIS. Yogyakarta: Skirpsi universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Arief, .. P. (2012). Pengaruh Edible Coating dengan Konsentarsi berbeda terhadap Kadar Protein, Daya
Ikat Air, dan Aktivitas Air Bakso Sapi selama Masa Penyimpanan. Animal Agriculrur Journal,
1(2): 100-108.