PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ikan patin merupakan komoditas hasil budidaya perikanan yang pasarnya
cukup menjanjikan. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini, permintaan ikan
patin meningkat dua kali lipat. Potensi pasar tersebut perlu dimanfaatkan dengan
lebih menggalakkan budidaya ikan patin di Indonesia yang potensi lahannya
cukup luas. Pasar ikan patin selama ini masih dikuasai Vietnam dengan ekspor
dalam bentuk fillet dan produk olahan berbasis surimi. Selain dipasarkan dalam
bentuk fillet, ikan patin sangat cocok untuk diolah menjadi berbagai macam
produk berbasis surimi yang trend pasarnya semakin meningkat. Ikan patin
dapat diolah secara tradisional maupun modern sehingga dapat meningkatkan
nilai tambah ikan patin secara berarti. Akan tetapi dalam era globalisasi ini,
pemasaran produk ikan hasil budidaya ke berbagai negara menghadapi
banyak hambatan. Tantangan yang harus dihadapi di pasar internasional
adalah produk perikanan diharuskan memenuhi persyaratan yang cukup ketat
dalam hal kualitas, keamanan pangan, dan ketertelusurannya (traceability).
Dalam industri pengolahan ikan patin akan dihasilkan limbah yang cukup
banyak yaitu sekitar 67% dari total ikan patin. Limbah tersebut dapat diolah dan
dimanfaatkan menjadi gelatin, konsentrat protein, tepung ikan, silase, atau
minyak biodiesel sehingga dapat memberikan nilai tambah dalam industri
ikan patin. Agar industri ikan patin dapat berkembang di Indonesia maka
diperlukan dukungan dari pemerintah, lembaga riset, dan swasta untuk
mengembangkan sentra budidaya ikan patin di suatu lokasi.
Ikan patin atau yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan catfish
merupakan komoditas baru dalam dunia perikanan. Ikan ini baru dipasarkan
sebagai komoditas hasil budidaya perikanan selama satu dasawarsa terakhir ini.
Sebelumnya masyarakat penggemar seafood jarang mengenalnya dibandingkan
dengan udang, ikan tuna, dan salmon. Namun sekarang ikan patin menjadi
komoditas yang sangat penting dan popular karena pasarnya berkembang
dengan pesat. Salah satu negara yang berhasil mengembangkan budidaya ikan
patin dan merajai pasar adalah Vietnam. Produksi budidaya ikan patin di
Vietnam naik sangat pesat. Tercatat pada tahun 1977 produksinya baru
mencapai 22.000 ton dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 800.000 ton. Hal
ini dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada ribuan penduduk Vietnam
dalam bidang budidaya, pengolahan, dan pemasaran ikan patin. Ikanpatin
dipasarkan dalam bentuk fillet beku atau disebut “dory”. Kini produk tersebut
tersebar di supermarketdan hypermarket di Singapura, Malaysia, Thailand,serta
beberapa negara lain. Ikan patin juga telah mengubah kebiasaan makan
konsumen Amerika dan Eropa yang menunya biasanya ikan salmon menjadi
ikan patin, karena harganya yang murah, kualitasnya yang baik, serta tersedia
setiap saat. Produk tersebut diyakini dapat meningkatkan vitalitas karena
kualitasnya yang baik serta bebas dari bahan kimia.
Dengan pesatnya pertumbuhan industri fillet patin, menyebabkan
menumpuknya pula limbah hasil industri, yaitu salah satunya adalah kulit ikan
patin. Kulit ikan patin yang melimpah memunculkan ide untuk mengolahnya.
Ternyata kulit ikan patin da[pat di olah menjadi kerupuk kulit. Dalam
pembuatan kerupuk kulit dibutuhkan perendaman terhadap air kapur sirih agar
menghasilkan kerenyahan pada kerupuk kulit. maka dari itu perlu adanya
penelitian akan lamanya waktu perendaman air kapur sirih dapat mempengaruhi
kerupuk kulit.
I.2 Tujuan
1. Taruna/taruni dapat menjelaskan pengaruh dan peran tambahan bahan
perenyah kulit ikan patin (Pangasius hypophthalmus)
2. Terampil dalam proses pembuatan kerupuk ikan patin (Pangasius
hypophthalmus)
3. Tampil dalam pengemasan dan penyiapan kerupuk ikan patin (Pangasius
hypophthalmus)
I.3 Manfaat
III. METODELOGI
III.1 Waktu dan Tempat
Senin, 27 Mei 2019 di Teaching Factory Pengolahan
III.2 Alat dan Bahan
Alat
Pisau
Talenan
Baskom
Timbangan
Loyang
Plastic
Sealer
Alat penggorengan
Bahan
Larutan kapur CaO 6%
Kulit ikan patin 2 kg
Larutan cuka 5%
Bawang putih 60gram
Garam halus 5%
Penyedap secukupnya
Minyak goring 1 liter
Penggorengan :
Goreng kerupuk dalam minyak panas dalam suhu 185oC.
Diagram alir :
Mulai
Persiapan
Pencucian
Blanching
Penggorengan
Pengemasan
Pengujian
Selesai
Warna
Panelis 0.0.00 3.6.10 3.6.20 3.6.30 Total
P1 5 4 4 4 17
P2 5 5 5 4 19
P3 4 4 5 5 18
P3 6 5 5 5 21
Total 20 18 19 18 75
Kekerasan
Panelis 0.0.00 3.6.10 3.6.20 3.6.30 Total
P1 4 4 4 4 16
P2 3 3 3 4 13
P3 5 4 4 4 17
P3 4 5 5 4 18
Total 16 16 16 16 64
Tekstur
Panelis 0.0.00 3.6.10 3.6.20 3.6.30 Total
P1 5 5 4 4 18
P2 5 4 4 4 17
P3 4 4 4 5 17
P3 5 5 4 5 19
Total 19 18 16 18 71
Aroma
Panelis 0.0.00 3.6.10 3.6.20 3.6.30 Total
P1 7 3 5 5 20
P2 4 4 4 3 15
P3 4 4 4 4 16
P3 5 6 5 5 21
Total 20 17 18 17 72
FK = +❑ + …
2!
IV.2 Pembahasan
V.2Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bbp4b.litbang.kkp.go.id/squalen-
bulletin/index.php/squalen/article/viewFile/166/123
https://www.greeners.co/flora-fauna/ikan-patin-ikan-air-tawar-unggulan-dalam-
negeri/
LAMPIRAN