Anda di halaman 1dari 76

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI MINYAK IKAN DARI

LIMBAH IKAN BANDENG (Chanos chanos)

OLEH :

PARAMITA
STKE 19013

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KELAUTAN BALIKDIWA
MAKASSAR
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Ekstraksi dan Karakterisasi Minyak Ikan Dari Limbah


Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Nama : Paramita
Nim : STKE 19013
Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan

Telah diperiksa dan disetujui oleh :


Pembimbing I Pembimbing II

Mutemainna Karim, SP., M. Si Harianti, S.Pi., M. Si


NIDN : 0907097404 NIDN : 0030127604

Mengetahui :

Ketua Program Studi Teknologi Hasil Perikanan

Yeni Savitri Andi Lawi, S. Pi, M. Si


NIDN : 0906039102

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul Ekstraksi dan Karakterisasi Minyak

Ikan dari Limbah Ikan Bandeng sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan

STITEK Balik Diwa Makassar. Salawat serta salam semoga senantiasa

tercurah dan terlimpah pada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

langsung. Penulis yakin sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak mungkin

dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan semua pihak.

Karenanya Penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang setinggi-

tingginya kepada :

1. Ketua Yayasan Pendidikan Balik Diwa Makassar Ibu Dr. Hj. Andi

Aslinda, M.Si

2. Ketua STITEK Balik Diwa Makassar Bapak Prof. Dr. H. Muh Akmal

Ibrahim, M.Si

3. Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Pengajaran STITEK Balik Diwa

Makassar Bapak Awaluddin, SP., M.Sc

ii
4. Pembimbing ketua Ibu Mutemainna Karim, SP., M.Si dan

Pembimbing anggota Ibu Harianti, S.Pi, M.Si

5. Ketua Program Studi Tekonologi Hasil Perikanan STITEK Balik Diwa

Makassar Ibu Yeni Savitri Andi Lawi, S.Pi., M.Si

6. Penasehat Akademik Ibu Mutemainna Karim, SP., M.Si

7. Semua pihak Staf Administrasi STITEK Balik Diwa Makassar.

8. Ayahanda dan Ibunda serta seluruh keluar besarku tanpa bantuan

moril dan material dan semangat serta doanya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu per satu, yang

selama ini membantu penulis baik secara moril maupun materil

selama penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini memberikan tambahan informasi bagi pelaku

perikanan dan diharapkan bermanfaat dalam pengembangan perikanan

kedepannya.

Makassar, Mei 2020

Penulis

iii
ABSTRAK

PARAMITA. Ekstraksi dan Karakterisasi Minyak Ikan dari Limbah Ikan


Bandeng (Chanos chanos) (dibimbing oleh Mutemainna Karim dan
Harianti).

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui karakteristik (kadar


lemak, FFA (Free Fatty Acid), bilangan peroksida) minyak ikan yang
dihasilkan dari limbah ikan bandeng. Hasil penelitian ini diharapkan untuk
memaksimalkan pemanfaatan kulit ikan bandeng dan jeroan (isi perut)
ikan bandeng yang dianggap sebagai limbah untuk mengurangi dampak
lingkungan dari limbah hasil perikanan dengan dijadikan sebagai produk
yang memiliki nilai ekonomis tinggi, selain itu dapat menjadi sumber
informasi untuk pengetahuan baru mengenai karakteristik minyak yang
dihasilkan dari ekstraksi limbah ikan bandeng (Chanos chanos). Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan pada bulan November sampai dengan
Desember 2019 di Laboratorium Biokimia Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan di kampus Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan
Kepulauan. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksploratif
(Explorative Research) dan komparasi (Comparation). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa rendemen limbah jeroan ikan bandeng (Chanos
chanos) lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen kulit ikan bandeng
(Chanos chanos) yaitu sebesar 19,99 g per ekor ikan bandeng, kadar
lemak pada jeroan ikan bandeng (Chanos chanos) paling tinggi yaitu
sebesar 7,46 %. FFA (Free Fatty Acid) limbah kulit ikan bandeng paling
rendah yaitu sebesar 1,65%. Bilangan peroksida limbah kulit ikan
bandeng juga yang paling rendah yaitu sebesar 1,27%. Hasil analisis
statistik Uji One Way ANOVA bahwa rendemen ukuran panjang dan berat
sampel ikan bandeng (Chanos chanos) berbeda nyata p> 0,05. Hasil
analisis statistik Mann Whitney Test sampel limbah jeroan ikan bandeng
(Chanos chanos) dan sampel kulit ikan bandeng (Chanos chanos)
berbeda nyata (p> 0,05) terhadap analisis kadar lemak, FFA (Free Fatty
Acid), dan bilangan peroksida.

Kata kunci : limbah jeroan ikan bandeng (Chanos chanos),limbah kulit ikan
bandeng (Chanos chanos), minyak, ekstraksi, karakterisasi

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
ABSTRAK .............................................................................................. iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Morfologi Chanos chanos.......................................................... 4
B. Kandungan Gizi Chanos chanos ............................................... 5
C. Limbah Chanos chanos ............................................................. 6
D. Minyak dan Lemak .................................................................... 12
E. Ekstraksi .................................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ..................................................................... 22
B. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................... 24
C. Bahan dan Alat Penelitian ........................................................ 24
D. Unit Analisis .............................................................................. 25
E. Teknik Sampling ....................................................................... 25
F. Objek Penelitian ....................................................................... 26
G. Analisis Data ............................................................................ 28

v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Rendemen ................................................................................. 30
B. Uji Kadar Lemak Ekstrak Minyak Pada Limbah Ikan Bandeng
(Chanos chanos) ....................................................................... 33
C. Uji FFA (Free Fatty Acid) Ekstrak Minyak Pada Limbah Ikan
Bandeng (Chanos chanos)........................................................ 35
D. Uji Bilangan Peroksida Ekstrak Minyak Pada Limbah Ikan
Bandeng (Chanos chanos)........................................................ 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................ 42
B. Saran......................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 44
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
Tabel 1. Nutrisi ikan bandeng dalam 100 gram........................... 5
Tabel 2. Bilangan peroksida minyak ikan (SNI 8392-2:2018) ..... 14
Tabel 3. Kadar asam lemak bebas minyak ikan (SNI 8392-
1:2017) .......................................................................... 17
Tabel 4. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ........... 24
Tabel 5. Alat yang digunakan dalam penelitian........................... 24
Tabel 6. Ukuran panjang dan berat ikan bandeng ...................... 30
Tabel 7. Rata-rata ukuran panjang dan berat ikan bandeng ....... 32
Tabel 8. Kadar lemak ekstrak minyak pada limbah kulit ikan
bandeng dan limbah jeroan (isi perut) ikan bandeng .... 33
Tabel 9. Perbandingan kadar lemak ekstrak minyak pada kulit
ikan bandeng dan isi perut ikan bandeng ...................... 34
Tabel 10. FFA (Free Fatty Acid) ekstrak minyak pada limbah
kulit ikan bandeng dan limbah jeroan (isi perut) ikan
bandeng ........................................................................ 36
Tabel 11. Perbandingan FFA (Free Fatty Acid) ekstrak minyak
pada kulit ikan bandeng dan isi perut ikan bandeng .... 37
Tabel 12. Bilangan peroksida ekstrak minyak pada limbah kulit
ikan bandeng dan limbah jeroan (isi perut) ikan
bandeng ........................................................................ 39
Tabel 13. Perbandingan Bilangan Peroksida Kulit Ikan Bandeng
dan Isi Perut Ikan Bandeng ........................................... 41

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 1. Ikan Bandeng (Chanos chanos).................................... 4
Gambar 2. Tulang Ikan Bandeng (Chanos chanos)........................ 7
Gambar 3. Kepala Ikan Bandeng (Chanos chanos) ....................... 7
Gambar 4. Sirip Ikan Bandeng (Chanos chanos) ........................... 8
Gambar 5. Kulit Ikan Bandeng (Chanos chanos)............................ 9
Gambar 6. Jeroan Ikan Bandeng (Chanos chanos)........................ 11
Gambar 7. Sisik Ikan Bandeng (Chanos chanos) ........................... 12
Gambar 8. Penentuan Bilangan Peroksida Minyak Ikan Kasar
(SNI 8392-2:2018) ........................................................ 15
Gambar 9. Penentuan bilangan peroksida minyak ikan semi
murni (SNI 8392-2:2018) .............................................. 15
Gambar 10. Penentuan bilangan peroksida minyak ikan murni
(SNI 8392 - 2: 2018) ..................................................... 16
Gambar 11. Penentuan kadar asam lemak bebas minyak ikan
kasar (SNI 8392-1:2017) ............................................... 17
Gambar 12. Penentuan kadar asam lemak bebas minyak ikan
semi murni (SNI 8392-1:2017) ...................................... 18
Gambar 13. Penentuan kadar asam lemak bebas minyak ikan
murni (SNI 8392-1:2017) .............................................. 18
Gambar 14. Diagram alur penelitian ................................................. 23
Gambar 15. Diagram simpangan baku dan rata-rata perbedaan
ukuran panjang dan berat ikan bandeng....................... 32
Gambar 16. Diagram rata-rata kadar lemak ekstrak minyak pada
limbah ikan bandeng ..................................................... 35
Gambar 17. Diagram rata-rata FFA (Free Fatty Acid) ekstrak
minyak pada limbah ikan bandeng................................ 38

viii
Gambar 18. Diagram Perbandingan Bilangan Peroksida Kulit Ikan
Bandeng dan Isi Perut Ikan Bandeng ........................... 41

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Pengujian Sampel ............ 47
Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian .................................. 48
Lampiran 3. Data Analisis Kadar Lemak .................................... 49
Lampiran 4. Data Analisis Asam Lemak Bebas dan Bilangan
Peroksida ............................................................... 50
Lampiran 5. Hasil Uji ANOVA One Way .................................... 51
Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas Saphiro-Wilk, SPSS
Independent Sampel T Test, SPSS Mann
Whitney U Test ...................................................... 57
Lampiran 7. Dokumentasi .......................................................... 62

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu Negara yang memiliki kawasan perairan

yang hampir 1/3 dari seluruh kawasannya, baik perairan laut, payau

maupun perairan tawar yang sangat mendukung untuk pengembangan

usaha perikanan baik perikanan tawar, payau maupun laut.

Perkembangan usahan perikanan berpengaruh pada jumlah konsumsi

ikan nasional sehingga terjadi peningkatan selama lima tahun terakhir.

Data statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan (2019) menunjukkan

bahwa angka konsumsi ikan nasional tahun 2014 sebesar 38,14 kilogram

(kg) per kapita, tahun 2015 sebesar 40,9 kg per kapita, tahun 2016

sebesar 43,88 kg per kapita, tahun 2017 sebesar 47,12 kg per kapita, dan

tahun 2018 sebesar 50 kg per kapita per tahun, sementara untuk tahun

2019, ditargetkan konsumsi perikanan nasional menjadi 54,49 kg per

kapita per tahun. Tingginya angka konsumsi ikan nasional tersebut

berbanding lurus dengan hasil samping produk dan konsumsi.

Ikan bandeng merupakan salah satu komoditi perikanan yang angka

konsumsinya cukup tinggi. Produksi ikan bandeng di Indonesia pada

tahun 2017 mencapai 537.845 ton (Soebjakto. 2018). Tingkat konsumsi

masyarakat terhadap ikan bandeng adalah 1,9 kg/kapita (Muliawan et al.

2016). Ikan bandeng pada masa sekarang ini banyak diolah menjadi
2

olahan tradisional dan modern dengan menggunakan teknologi terbaru.

Beragam jenis olahan ikan bandeng di antaranya abon, otak-otak, nugget,

bandeng krispi, dan bakso (Nusantari. et al. 2016). Produk-produk

tersebut sebagian besar hanya memanfaatkan dagingnya saja,

sedangkan bagian tubuh lain seperti kulit, kepala, jeroan dan tulang ikan

tidak dimanfaatkan secara optimal dan cenderung terbuang serta terbilang

sebagai limbah. Upaya pemanfaatan limbah baik dilakukan untuk

memberikan nilai tambah dan mengurangi dampak negatif yang

ditimbulkan apabila limbah langsung dibuang ke lingkungan (Rohmah, D.

Y. N. et al. 2015).

Bagian ikan yang dibuang dan menjadi limbah adalah kepala, ekor,

sirip, tulang dan jeroan dengan menghasilkan ikan yang telah disiangi

rata-rata sebesar 65%, sehingga meninggalkan limbah perikanan sebesar

35% (Irawan, 1995; Ramdany et al, 2014). Limbah kulit ikan umumnya

diolah sebagai kerupuk dan limbah jeroan ikan diolah menjadi pakan.

Salah satu inovasi terbaru yaitu dengan mengekstrak limbah kulit dan

jeroan ikan menjadi minyak ikan. Minyak ikan murni yang banyak

dipasarkan pada saat ini merupakan minyak hati ikan yang diekstrak dari

ikan laut seperti ikan cucut dan ikan tuna, sedangkan ikan air tawar dan

air payau yang banyak diekstrak pada saat ini yaitu ikan gabus dan ikan

patin. Sembiring, L. et al (2018) telah melakukan ekstraksi dan

karakterisasi jeroan ikan patin. Dan Kamini et al (2016) juga telah

melakukan ekstraksi jeroan ikan patin yang merupakan hasil samping dari
3

salai ikan patin. Asikin, A. N dan Kusumaningrum, I (2018) mengekstrak

ikan air tawar yaitu ikan gabus berdasarkan ukuran berat ikan asal DAS

(Daerah Aliran Sungai) MAHAKAM KALIMANTAN TIMUR.

Penelitian yang akan dilakukan penulis pada kali ini berbeda dari

penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, mengekstrak limbah

kulit dan jeroan ikan air payau yaitu ikan bandeng dan penelitian

mengenai “ Ektraksi Dan Karakterisasi Minyak Ikan dari Limbah Ikan

Bandeng (Chanos chanos) “ merupakan penelitian terbaru yang hasilnya

akan menjadi solusi untuk penanganan limbah hasil pengolahan ikan

bandeng sehingga penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana karakteristik (kadar lemak, FFA (Free Fatty Acid), bilangan

peroksida) minyak ikan yang dihasilkan dari limbah ikan bandeng?

C. Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik

(kadar lemak, FFA (Free Fatty Acid), bilangan peroksida) minyak ikan

yang dihasilkan dari limbah ikan bandeng.

D. Manfaat

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

untuk pengetahuan baru mengenai karakteristik minyak yang dihasilkan

dari ekstraksi limbah ikan bandeng (Chanos chanos).


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi Chanos chanos

Chanos chanos dalam bahasa Inggris biasa disebut milkfish.

Ditemukan pertama kali oleh seseorang bernama Dane Forsskal pada

tahun 1925 pada laut merah. Ikan bandeng (Chanos chanos) jenis ikan

yang memiliki bentuk memanjang, padat, pipih (compress), oval dan

termasuk dalam famili Chanidae (Milkfish). Bentuk tubuh ikan bandeng

menyerupai torpedo panjang, ramping, padat, pipih, oval. Tinggi dan

panjang total ikan bandeng memiliki perbandingan sekitar 1 : 4.0 – 5.2

sedangkan perbandingan panjang kepala dengan panjang total 1 : 5.2 –

5.5 (Sudrajat, 2008 ; Bakhtiar et al, 2019).

Gambar 1. Ikan Bandeng (Chanos chanos) (Sumber : Dokumentasi


penulis)
5

B. Kandungan Gizi Chanos chanos

Chanos chanos merupakan suatu komoditas perikanan yang memiliki

rasa cukup enak dan gurih sehingga banyak digemari oleh masyarakat.

Selain itu, harganya juga terjangkau oleh segala lapisan masyarakat. lkan

bandeng termasuk ikan yang bertulang keras (teleostei), dan dagingnya

berwarna putih susu dengan struktur daging padat.

Menurut USDA (United States Department of Agriculture) National

Nutrient Database for Standard Reference (2015), ikan bandeng

mempunyai nutrisi yang lengkap, terdiri dari proksimat, mineral lemak dan

asam amino yang bermanfat bagi pemenuhan nutrisi manusia (Tabel 2.1)

Tabel 1. Nutrisi ikan bandeng dalam 100 gram (USDA National Nutrient
Database for Standard Reference, 2015)
Nutrisi Units Nilai
Proksimat
Air gr 70.85
Energi kcal 148
Energi kJ 619
Protein gr 20.53
Lemak gr 6.73
Abu gr 1.14
Karbohidrat gr 0.00
Fiber, total diet gr 0.0
Minerals
Kalsium, Ca mg 51
Besi, Fe mg 0.32
Magnesium, Mg mg 30
Fosfor, P mg 162
Kalium, K mg 292
Natrium, Na mg 72
Seng, Zn mg 0.82
Tembaga, Cu mg 0.034
Mangan, Mn mg 0.020
Selenium, Se mg 12.6
6

Lanjutan Tabel 1
Vitamins
Thiamin mg 0.013
Riboflavin mg 0.054
Niacin mg 6.440
Pantothenic acid mg 0.750
Vitamin B-6 mg 0.423
Folate, total mcg 16
Asam folat mcg 0
Nutrisi Units Nilai
Folate, food mcg 16
Folate, DFE mcg_DFE 16
Vitamin B-12 mcg 3.40
Vitamin A, RAE mcg_RAE 30
Retinol mcg 30
Vitamin A, IU IU 100
Lemak
Asam lemak, total saturated gr 1.660
Asam lemak, total monounsaturated gr 2.580
Asam lemak, total polyunsaturated gr 1.840
Kolesterol mg 52
Asam amino
Tryptophan gr 0.230
Threonin gr 0.900
Isoleusin gr 0.946
Leusin gr 1.669
Lisin gr 1.886
Methionin gr 0.608
Sistin gr 0.220
Phenylalanin gr 0.802
Tyrosin gr 0.693
Valin gr 1.058

C. Limbah Chanos chanos

Limbah yang dihasilkan pada saat pengolahan ikan dapat berupa

jeroan, kepala, ekor, kulit, tulang, dan darah dengan jumlah berkisar 20-

60% dari bahan baku (Ferraro. et al. 2010; Nurhidayah, B. et al. 2019).
7

1. Tulang

Gambar 2. Tulang ikan bandeng (Chanos chanos) (Sumber :


Domentasi penulis)

Tulang merupakan komponen keras yang tidak mudah diuraikan oleh

dekomposer sehingga menjadi limbah di masyarakat. Limbah tulang ikan

bandeng yang dihasilkan oleh industri ikan bandeng setiap harinya

mencapai 15 kg atau sekitar 5,4 ton per tahun. Tulang ikan bandeng dapat

diolah kembali dan memiliki nilai gizi tambah pada produk olahan

makanan yaitu kalsium (Sari. 2013 ; Abigail dan Purwidiani, N . 2018).

Menurut Adawiyah dan Selviastuti (2014), tulang ikan bandeng

mengandung protein 32%, kalsium 4% dan fosfor 3%.

2. Kepala

Gambar 3. Kepala ikan bandeng (Chanos chanos) (Sumber :


Dokumentasi Penulis)
8

Ukuran kepala ikan bandeng seimbang dengan ukuran tubuhnya,

berbentuk lonjong dan tidak bersisik. Bagian depan kepala (mendekati

mulut) semakin runcing. Limbah kepala ikan banyak terbuang percuma

dipasaran, masih banyak yang tidak bisa memanfaatkan dengan baik

sehingga berpotensi besar menimbulkan pencemaran lingkungan karena

pada umumnya dibuang di tempat sampah, disungai, diselokan. Limbah

kepala ikan mengandung protein dan asam amino bersifat spesial karena

meskipun di masak kandungannya tidak rusak sama halnya dengan

bagian ikan yang lainnya. Akan tetapi ada kelemahan dari kepala ikan itu

sendiri, dimana protein yang dikandungnya tidak mudah dicerna karena

sebagian besar kepala ikan terbentuk atas protein kalogen yang

bergabung dengan phospor dan kalsium. ( Suhermiyati, et al 2008;

Lestarie Abdi, 2018). Kalogen mempunyai sifat kurang larut, amorf,

susunan asam aminonya terdiri dari 25 % glisin dan 25 % prolin serta

hidroksi prolin (Prayitno. 2007; Lestarie Abdi, 2018).

3. Sirip

(Sirip Ekor) (Sirip Punggung)

Gambar 4. Sirip ikan bandeng (Chanos chanos) (Sumber:


Dokumentasi penulis)
9

Ikan bandeng memiliki sirip yang terbentuk dari lapisan semacam lilin,

berbentuk segitiga, terletak dibelakang insang disamping perut. Sirip

punggung terbentuk dari kulit berlapis dan licin, terletak jauh dibelakang

tutup batang dan berbentuk segiempat. Sirip punggung tersusun dari

tulang sebanyak 14 batang. Sirip ini terletak persis pada puncak

punggung berfungsi untuk mengendalikan diri ketika berenang. Sirip perut

terletak pada bagian bawah tubuh dan sirip anus terletak di bagian depan

anus. Di bagian paling belakang tubuh ikan bandeng terdapat sirip ekor

berukuran paling besar dibandingkan sirip – sirip lain. Pada bagian

ujungnya berbentuk runcing, semakin ke pangkal ekor semakin lebar dan

membentuk sebuah gunting terbuka. Sirip ekor ini berfungsi sebagai

kemudi laju tubuhnya ketika bergerak (Purnomowati et al, 2007; Bakhtiar

et al, 2019).

4. Kulit

Gambar 5. Kulit ikan bandeng (Chanos chanos) (Sumber :


Dokumentasi penulis
10

Kulit ikan terdiri dari daerah punggung, perut dan ekor sesuai dengan

bentuk badannya. Kulit ikan tersusun dari komponen kimia protein, lemak,

air, dan mineral. Kulit ikan mengalami kemunduran mutu seperti bagian

ikan yang lain ketika mati. Kadar protein yang tinggi menyebabkan kulit

mudah rusak pada suasana asam, basa, serta aktivitas mikroba sehingga

kulit mudah busuk (Rahmat et al, 2008). Enzim – enzim yang berperan

pada kemunduran mutu kulit, seperti halnya pada ikan adalah enzim –

enzim proteolitik, yaitu enzim katepsin dan kolagenase.

Kulit ikan merupakan penghalang fisik terhadap perubahan lingkungan

serta serangan mikroba dari luar tubuh. Kerusakan kulit akan

mempermudah mikroba menginfeksi inang. Ikan teleostei memiliki tiga

lapisan pada kulitnya, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis atau

subkutis. Tetapi dilapisi oleh kutikula yang memiliki mukus,

mukopolisakarida, immunoglobulin spesifik, lisozim, dan sejumlah asam

lemak bebas (Cinabut et al, 1991).


11

5. Jeroan

Gambar 6. Jeroan ikan bandeng (Chanos chanos) (Sumber :


Dokumentasi penulis)

Jeroan ikan bandeng pada masa sekarang ini banyak dimanfaatkan

sebagai pakan ikan contohnya yaitu untuk pakan ikan nila karena

kandungan protein yang cukup tinggi pada jeroan ikan bandeng sehingga

sangat membantu pertumbuhan ikan nila. Menurut Purba (2001) dalam

Ekawati A. W et al (2019) bahwa pakan dengan menggunakan limbah

jeroan ikan bandeng (40% usus, 15% jeroan, 5% insang, dan 35% tulang)

dengan perbandingan 50%:50% sebagai pengganti tepung ikan

memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan ikan nila.


12

6. Sisik

Gambar 7. Sisik ikan bandeng (Chanos chanos) (Sumber :


Dokumentasi penulis)

Sisik ikan terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan luar tipis yang

merupakan epidermisnya yang dibentuk oleh sel-sel ephiteal. Lapisan

dibawahnya adalah dermis, kutin dan korium. Dibawah dermis terdapat

lapisan sel-sel yang mengandung kitin (Suwedo, 1993 ; Faridah Fathin et

al, 2012).

D. Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak adalah triester dari gliserol, yang dinamakan

trigliserida. Minyak dan lemak sering dijumpai pada minyak nabati dan

lemak hewan. Minyak umumnya berasal dari tumbuhan, contohnya

minyak jagung, minyak zaitun, minyak kacang dan lain-lain. Minyak dan

lemak mempunyai struktur dasar yang sama. Minyak merupakan salah

satu kelompok dari golongan lipida. Satu sifat yang khas dari golongan

lipida (termasuk lemak dan minyak) adalah daya larutnya dalam pelarut

organik (eter, benzene, khloroform) atau sebaliknya ketidak-larutanya


13

dalam pelarut air. Berdasarkan sumbernya, lemak digolongkan menjadi

dua, yaitu lemak hewani yang berasal dari hewan dan lemak nabati yang

berasal dari tumbuhan. Perbedaan dari lemak hewani dan lemak nabati

yaitu lemak hewani umumnya bercampur dengan steroid hewani yang

disebut kolesterol, lemak nabati umumnya bercampur dengan steroid

nabati yang disebut fitosterol. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak

hewani lebih sedikit dibandingkan lemak nabati. Lemak nabati dan hewani

umumnya diekstrak menjadi minyak (Umami, 2015).

Minyak yang diekstrak dari nabati contohnya minyak goreng dari

kelapa sawit. Sedangkan minyak yang diekstrak dari hewani contohnya

adalah minyak ikan. Minyak ikan merupakan sumber alami asam lemak

tidak jenuh atau polyunsaturated fatty acid (PUFA) omega-3 (n-3),

terutama eicosapentaenoic acid (C20: 5n-3; EPA) dan docosahexaenoic

acid (C22: 6n-3; DHA) (Vasile et al. 2016). Minyak ikan banyak digunakan

sebagai suplemen gizi (Adeoti dan Hawboldt, 2014), terutama karena

kandungan EPA dan DHA didalamnya yang bermanfaat bagi kesehatan,

yaitu sebagai zat anti-inflamasi dan anti-aritmik yang bermanfaat bagi

fungsi jantung (Endo dan Arita, 2016).

Minyak ikan dikelompokkan dalam tiga jenis yaitu minyak ikan kasar,

semi murni, dan murni. Kualitas minyak ikan berdasarkan SNI 8467:2018

dapat dilihat dalam ruang lingkupnya yang terdiri dari bilangan peroksida,

bilangan iod, bilangan asam / asam lemak bebas, bilangan anisidin dan

total oksidasi.
14

1. Bilangan peroksida (SNI 8392-2:2018)

Bilangan peroksida adalah jumlah peroksida yang terdapat dalam

sampel, dinyatakan dengan istilah miliekivalen oksigen aktif per kg, yang

mengoksidasi kalium iodida pada kondisi perlakuan. Penentuan bilangan

peroksida dilakukan dengan metode titrasi reduksi oksidasi (redoks).

Prinsip dari titrasi redoks yaitu sampel yang bersifat oksidator direduksi

dengan kalium iodida (Kl) jenuh dan akan menghasilkan iodin (I2) yang

selanjutnya dititrasi dengan larutan baku Natrium thiosulfat (Na2S2O3).

Dengan indikator larutan amilum. Banyaknya volume Natrium thiosulfat

yang digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya contoh. Tabel

dibawah ini menunjukkan bilangan peroksida minyak ikan :

Tabel 2. Bilangan peroksida minyak ikan


Bilangan Peroksida (meq/kg)
Ulangan
Minyak Kasar Minyak Semi Murni Minyak Murni
1 18,17 + 0,33 10,13 + 0,22 3,50 + 0,32
2 18,20 + 0,21 9.98 + 0,30 3,75 + 0,55
3 18,08 + 0,30 10,06 + 0,27 3,43 + 0,40
4 18,33 + 0,15 10,11 + 0,32 3,60 + 0,35
5 18,12 + 0,27 10.16 + 0,19 3,34 + 0,24
Rata-rata 18,18 10,09 3,52
SD 0,0975 0,0742 0,1565
% RSD 0,54 0,74 4,44
15

Gambar 8. Penentuan bilangan peroksida minyak ikan kasar (SNI 8392-


2:2018)

Gambar 9. Penentuan bilangan peroksida minyak ikan semi murni


(SNI 8392-2:2018)
16

Gambar 10. Penentuan bilangan peroksida minyak ikan murni (SNI


8392-2:2018)

2. Bilangan iod (AOAC 993. 20-2016)

Bilangan iod dari lemak dan minyak adalah banyaknya gram hologen

yang diserap oleh 100 gram lemak dan dinyatakan dalam berat iod.

3. Bilangan asam/asam lemak bebas/derajat asam (SNI 8392-1:2017)

Bilangan asam adalah banyaknya mg KOH yang diperlukan untuk

menetralkan 1 gram lemak. Dan asam lemak bebas adalah kadar asam-

asam lemak bebas yang terkandung dalam lemak yang merupakan

senyawa hasil oksidasi primer dan hasil hidrolisis dari triasilgliserol dalam

satuan persen (%). Sedangkan derajat asam adalah banyaknya ml larutan

basa (NaOH atau KOH) 0,1 N, yang diperlukan untuk menetralkan 100

gram lemak.
17

Penentuan asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi asam

basa. Prinsip dari titrasi asam basa yaitu jumlah asam lemak bebas dalam

suatu sampel ekuivalen dengan jumlah basa yang ditambahkan dalam

titrasi yang ditandai dengan berubahnya warna sampel menjadi warna

merah muda akibat dari perubahan warna indikator phenolpthalein. Tabel

dibawah ini menunjukkan kadar asam lemak bebas minyak ikan :

Tabel 3. Kadar asam lemak bebas minyak ikan


Asam Lemak Bebas (%)
Ulangan
Minyak Kasar Minyak Semi Murni Minyak Murni
1 14,13 + 0,28 0,87 + 0,12 0,50 + 0,006
2 14,27 + 0,37 0,87 + 0,07 0,50 + 0,01
3 14,05 + 0,31 0,82 + 0,06 0,51 + 0,00
4 14,31 + 0,29 0,78 + 0,06 0,51 + 0,00
5 14,17 + 0,17 0,83 + 0,06 0,50 + 0,01

Gambar 11. Penentuan kadar asam lemak bebas minyak ikan kasar
(SNI 8392-1:2017)
18

Gambar 12. Penentuan kadar asam lemak bebas minyak ikan semi
murni (SNI 8392-1:2017)

Gambar 13. Penentuan kadar asam lemak bebas minyak ikan murni
(SNI 8392-1:2017)
19

4. Bilangan Anisidin

Nilai anisidin merupakan produk oksidasi sekunder yang terbentuk

karena oksidasi primer yang menghasilkan produk samping karbonil

bersifat non-volatil. Pengujian yang dilakukan untuk penentuan nilai

anisidin yaitu untuk mengetahui adanya kandungan aldehid dalam minyak

dan reagen p-anisidin bereaksi dalam kondisi asam.

5. Total Oksidasi

Nilai totox merupakan parameter total oksidasi yaitu gabungan dari

bilangan peroksida dan bilangan anisidin. Nilai oksidasi sangat penting

sebagai indikator mutu minyak, semakin rendah nilai oksidasi primer dan

sekunder maka kualitas minyak semakin baik.

E. Ekstraksi

Menurut Mukhriani (2014), ekstraksi merupakan suatu proses

pemisahan senyawa dari campurannya dengan menggunakan pelarut

yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai keseimbangan

antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel.

Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan

penyaringan. Menurut Prasetiyo (2015), ekstraksi adalah proses

pemisahan berdasarkan kelarutan bahan. Ektraksi memiliki berbagai

metode diantaranya metode maserasi, perkolasi, refluks, dan soxhletasi.

Soxhletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu

komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan


20

berulang – ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua

komponen yang diinginkan akan terisolasi. Soxhletasi digunakan

pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap

yang timbul setelah dingin secara kontinyu akan membasahi sampel,

secara teratur pelarut tersebutdimasukkan kembali ke dalam labu dengan

membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah

membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary

evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu

campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat,

maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan

(Prasetiyo, 2015).

Menurut Sudaryanto et al. (2016), metode soxhletasi merupakan

metode yang paling efektif untuk mengekstrak minyak karena hampir 99%

minyak dalam sampel dapat terekstrak. Metode ekstraksi soxhetasi adalah

sejenis ekstraksi dengan pelarut cair organik yang dilakukan secara

berulang-ulang pada suhu tertentu dengan jumlah pelarut tertentu. Pelarut

yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat kepolaran ekstrak yang

ingin diperoleh. Menurut Mukhriani (2014), metode ini dilakukan dengan

menempatkan serbuk sampel dalam sarung selulosa (dapat digunakan

kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas labu dan di

bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalamlabu dan

suhu penangas diatur di bawah suhu reflux.Keuntungan dari metode ini

adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut


21

murni hasil kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan

tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat

termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-

menerus berada pada titik didih.


22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian eksploratif (explorative research)

yang bertujuan untuk melakukan uji coba hal yang baru yaitu ektraksi

minyak ikan dari limbah ikan bandeng dengan tiga tahapan proses yaitu :

(1) Preparasi sampel ; (2) Ekstraksi minyak ikan dari kulit ikan bandeng

dan jeroan ikan bandeng. Penelitan ini juga merupakan penelitian

komparasi (Comparation). Metode ekstraksi yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu metode soxhletasi; (3) Pengujian. Alur penelitian dapat

dilihat pada Gambar 14.

1. Preparasi sampel

Preparasi sampel ikan bandeng utuh ditentukan sifat morfometriknya

(tinggi badan dan lebar badan) dan ikan ditimbang bobotnya yaitu dengan

ukuran mencapai 250 g per ekor. Sampel yang dipilih yaitu ikan bandeng

dengan kesegaran prima 6 jam setelah dipanen. Sampel dibersihkan dan

dipotong bagian kepala, daging dan diambil bagian kulit dan jeroannya

kemudian ditimbang untuk diketahui rasio bagian tubuh dengan ikan utuh.

Sampel yang telah dipisahkan kemudian dicacah untuk selanjutnya

diekstrak.
23

2. Ektraksi minyak ikan dari kulit ikan bandeng dan jeroan ikan

bandeng

Sampel ( kulit dan jeroan ikan bandeng) diekstrak dengan larutan

organik untuk mengeluarkan lemak dari sampel dengan bantuan

pemanasan pada suhu titik didih pelarut selama 8 jam. Pelarut organik

yang mengikat lemak selanjutnya dipisahkan dengan penguapan

(evaporasi) sehingga hasil lemak tertinggal dalam labu. Penetapan berat

lemak dihitung secara gravimetri.

3. Pengujian

Pengujian yang dilakukan diantaranya yaitu penentuan rendemen, uji

kadar lemak, uji FFA (Free Fatty Acid), dan uji bilangan peroksida.

Ikan Bandeng

Preparasi Kulit Jeroan

Pemblenderan Pemblenderan

Soxhletasi Soxhletasi

Perhitungan Rendemen

- Uji Kadar Lemak Pengujian


- Uji FFA (Free Fatty
Acid)
- Uji Bilangan
Peroksida

Gambar 14. Diagram alur penelitian


24

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November sampai

dengan Desember 2019 di Laboratorium Biokimia Teknologi Pengolahan

Hasil Perikanan di kampus Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan

Kepulauan yang terletak di Jl. Poros Makassar – Pare, Km 83, Desa

Mandalle, Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

C. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4. Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian


No. Nama Bahan Keterangan
1. Kulit ikan bandeng Sampel
2. Isi perut (jeroan) ikan bandeng Sampel

Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 5. Alat yang digunakan dalam penelitian


No. Nama Alat Keterangan
1. Soxhlet Mengekstrak suatu senyawa
2. Heating mantle Menerapkan panas kontainer,
sebagai bentuk lain dari mandi air
panas.
3. Labu alas bulat Memanaskan atau mendidihkan
larutan.
4. Oven Memanaskan atau juga bisa
mengeringkan alat – alat
laboratorium dan bahan lain yang
dalam keadaan basah.
5. Desikator Menghilangkan kadar air suatu
bahan.
6. Neraca analitik Menimbang bahan kimia yang
sifatnya pro analytic (PA)
7. Blender Menghaluskan atau melumatkan
25

bahan yang akan digunakan dalam


penelitian atau dalam pembuatan
medium.
8. Erlenmeyer Menampung larutan yang akan
dititrasi.
9. Pipet tetes Memindahkan cairan dari suatu
wadah ke wadah lainnya dalam
jumlah kecil, yaitu setetes demi
setetes.
10. Buret Mengeluarkan variabel, jumlah
terukur dari larutan kimia.

D. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah ekstrak minyak ikan dari kulit

ikan bandeng dan ekstrak minyak ikan dari isi perut (jeroan) ikan bandeng

(jeroan) yang diekstrak menggunakan metode soxhletasi dengan 3 kali

pengulangan.

E. Teknik Sampling

Sampel kulit akan diambil sebanyak 3 kali dari bahan baku yang

sudah dipersiapkan kemudian dilakukan 3 parameter pengujian pada

setiap sampel yaitu uji kadar lemak, uji FFA (Free Fatty Acid), dan uji

angka peroksida. Sampel isi perut (jeroan) juga diterapkan perlakuan yang

sama yaitu sampel diambil sebanyak 3 kali dari bahan baku yang

disiapkan kemudian dilakukan 3 parameter pengujian pada setiap sampel

yaitu uji kadar lemak, uji FFA (Free Fatty Acid), dan uji angka peroksida.

Total pengujian untuk sampel kulit yaitu 27 dan untuk sampel isi perut

(jeroan) juga 27 sehingga jumlah keseluruhan yaitu 54 pengujian.


26

F. Objek Penelitian

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kadar lemak, FFA

(Free Fatty Acid) dan angka peroksida. Dapat diketahui berdasarkan

ketentuan yang telah berlaku atau yang umum dilakukan berdasarkan SNI

(Standar Nasional Indonesia).

1. Uji Kadar Lemak

Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam kertas saring dan

pada kedua ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan

selanjutnya dimasukkan ke dalam selongsong lemak. Selongsong lemak

kemudian dihubungkan dengan labu lemak dan ruang ekstraktor dan

disiram dengan pelarut lemak (dietil eter), kemudian direfluks selama 6

jam pada suhu 80°C. Pelarut dalam labu lemak lalu didestilasi hingga

semuanya menguap. Pelarut yang menguap pada saat didestilasi akan

tertampung di ruang ekstraktor, kemudian dikeluarkan sehingga tidak

kembali ke dalam labu lemak. Labu lemak selanjutnya dikeringkan dalam

oven pada suhu 105°C, lalu didinginkan dalam desikator hingga beratnya

konstan. Kadar lemak dapat dihitung berdasarkan rumus:

(W3 – W2)
Kadar lemak (%) : X 100%
W1
27

Keterangan:

W1 : Berat sampel (g)

W2 : Berat labu lemak kosong (g)

W3 : Berat labu lemak dan lemak (g)

2. Uji angka peroksida/Peroxide Value (PV) (AOAC, 2005)

Sampel minyak ikan sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam labu

erlenmeyer ukuran 250 mL, kemudian ditambah 18 mL larutan asam

asetat dan 12 mL kloroform, serta 0,5 mL larutan kalium iodida (KI),

larutan KI dikocok dengan hati-hati agar tercampur dan ditambah 30 mL

aquades. Selanjutnya ditambah 0,5 mL larutan indikator kanji 1% yang

akan mengubah warna larutan menjadi biru, kemudian larutan dititrasi

dengan 0,01 N sodium thiosulfat hingga larutan berubah warna menjadi

kuning. Perhitungan nilai peroksida dilakukan dengan persamaan berikut:

S x M x 1000
Nilai Peroksida (meq / kg) =
Berat sampel (g)

Keterangan :

S : Jumlah sodium thiosulfate (ml)

M : konsentrasi sodium thiosulfate (0,01)


28

3. Uji asam lemak bebas/ Free Fatty Acid (FFA) (AOAC, 1995)

Sampel sebanyak 10 gram ditambah 25 mL alkohol 95% dalam

erlenmeyer 250 mL. Sampel dipanaskan dalam penangas air selama 10

menit, kemudian ditetesi indikator PP sebanyak 2 tetes. Sampel dikocok

dan dititrasi dengan KOH 0,1 N hingga timbul warna pink yang tidak hilang

dalam 30 detik. Persentase FFA dihitung berdasarkan persamaan berikut:

AxNxM
FFA (%) =
10 g

Keterangan :

A : Jumlah titrasi KOH (ml)

N : Normalitas KOH

G = gram contoh

M = Bobot molekul asam lemak dominan

G. Analisis Data

Data hasil pengukuran rendemen ikan bandeng diuji menggunakan Uji

One Way ANOVA untuk mengetahui perbedaan rata-rata dari sampel

bahan baku yang digunakan. Rata-rata yang telah dibedakan kemudian

dilihat jumlah yang lebih tinggi. Data analisis kadar lemak, FFA (Free Fatty

Acid), dan bilangan peroksida pada minyak hasil ekstraksi kulit ikan

bandeng dan isi perut (jeroan) ikan bandeng diuji menggunakan metode

statistik yang digunakan yaitu independent sampel t test jika data


29

berdistribusi normal (p > 0,05) dan Mann Whitney U test jika data tidak

berdistribusi normal(p <0,05). Uji normalitas menggunakan Saphiro-Wilk

karena sampelnya kurang dari 50.


30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rendemen

Hasil pengukuran rendemen ikan bandeng yang meliputi ukuran

panjang total, berat total, berat daging, berat jeroan, dan berat kulit dapat

dilihat pada tabel 6. Rata-rata berat total ikan bandeng yang diperoleh

yaitu 249,77 g per ekor dan rata-rata panjang total ikan bandeng yang

diperoleh yaitu 30,33 cm per ekor. Welfrido et al (2007) dalam Hafiludin

(2015) menjelaskan bahwa habitat, umur dan cara budidaya ikan bandeng

berpengaruh terhadap hasil akhir (bobot) ikan bandeng yang akhirnya

juga berpengaruh juga pada persentase rendemennya.

Tabel 6. Ukuran panjang dan berat ikan bandeng


Bobot Ikan Bandeng (Per ekor) Rata -
No Parameter
A B C rata
1 Panjang total (cm) 30,25 30,50 30,25 30,33
2 Berat total (g) 249,70 249,90 249,70 249,77
3 Berat daging (g) 127,34 127,45 127,34 127,38
4 Berat jeroan (g) 19,98 20,00 19,98 19,99
5 Berat kulit (g) 17,48 17,50 17,48 17,49

Panjang total ikan bandeng B yaitu 30,50 cm dan lebih panjang jika

dibandingkan dengan panjang total ikan bandeng A dan ikan bandeng C

yang memiliki panjang total yang sama yaitu 30,25 cm. Berat total ikan

bandeng B adalah 249,90 g dan lebih berat jika dibandingkan dengan

berat total ikan bandeng A dan ikan bandeng C yang memiliki berat yang

sama yaitu 249,70 g. Berat daging ikan bandeng A dan C sama besarnya

yaitu 127,34 g. Berat daging ikan bandeng B yaitu 127,45 g dan lebih
31

besar jika dibandingkan dengan berat daging ikan bandeng A dan C.

Rata-rata berat daging ikan bandeng yaitu 127,38 g per ekor. Berat jeroan

ikan bandeng A yaitu 19,98 g, berat jeroan ikan bandeng B yaitu 20,00 g,

berat jeroan ikan bandeng C sama besarnya dengan berat jeroan ikan

bandeng A yaitu 19,98 g. Rata-rata berat jeroan ikan bandeng yaitu 19,99

g per ekor. Berat kulit ikan bandeng A yaitu 17,48 g, berat kulit ikan

bandeng B yaitu 17,50 g, berat kulit ikan bandeng C yaitu 17,48. Rata-rata

berat kulit ikan bandeng yaitu 17,49 g per ekor.

Berat daging ikan bandeng yaitu 51 % dari berat total ikan bandeng.

Berat jeroan (isi perut) ikan bandeng yaitu 8% dari berat total ikan

bandeng. Berat kulit ikan bandeng yaitu 7% dari berat total ikan bandeng.

Total persentase berat daging, berat jeroan, dan berat kulit yaitu 66 %,

33% dari bobot ikan bandeng per ekor merupakan kepala, tulang dan

sisa-sisa daging yang masih melekat pada kepala dan tulang. Hal ini

dikarenakan pada proses preparasi pemisahan antara daging dan tulang

serta daging dan kepala. Semakin bagus proses preparasi pemisahan

daging dan tulang ikan bandeng makan semakin besar rendemen daging

yang dihasilkan (Hafiludin, 2015).

Hasil uji One Way ANOVA pada sampel A, sampel B, dan sampel C

dapat dilihat pada tabel 4.2 dan perbedaan rata-rata dari setiap parameter

yang diuji dapat dilihat pada gambar 4.1.


32

Tabel 7. Rata-rata ukuran panjang dan berat ikan bandeng


Simpangan
n Rerata Nilai p
Baku
Panjang total cm) 3 30,330 0,144
Berat total (g) 3 249,767 0,115
Parameter Berat daging (g) 3 127,377 0,064 0,0000
Berat jeroan (g) 3 19,987 0,012
Berat kulit (g) 3 17,487 0,012
Uji One Way ANOVA

Gambar 15. Diagram simpangan baku dan rata-rata perbedaan ukuran


panjang dan berat ikan bandeng

Tabel pada Uji One Way ANOVA di atas diperoleh hasil dimana

nilai probabilitas (p) = 0,000 atau nilai (p) < 0,05 sehingga H0 ditolak dan

H1 diterima yang berarti bahwa terdapat perbedaan antara masing-masing

parameter bobot ikan bandeng. Rata-rata panjang total sampel ikan

bandeng yaitu 30,33 cm dan rata-rata berat total sampel ikan bandeng

yaitu 249,77 g. Rata-rata berat daging sampel ikan bandeng yaitu 127,38

g dan rata-rata berat jeroan sampel ikan bandeng yaitu 19,99 g. Rata-rata

berat kulit sampel ikan bandeng yaitu 17,49 g.


33

B. Uji Kadar Lemak Ekstrak Minyak Pada Limbah Ikan Bandeng

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar lemak

pada jeroan (isi perut) ikan bandeng lebih tinggi dibandingkan dengan

kadar lemak kulit ikan bandeng. Perbedaan kadar lemak jeroan (isi perut)

ikan bandeng dengan kadar lemak kulit ikan bandeng dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 8. Kadar lemak ekstrak minyak pada limbah kulit ikan bandeng
dan limbah jeroan (isi perut) ikan bandeng
Kadar Lemak (%) Rata -
No Kode Contoh
Ulangan I Ulangan II Ulangan III rata
1 Kulit 2,21 2,55 2,54 2,43
2 Isi perut 7,11 7,92 7,36 7,46

Kadar lemak yang dihasilkan dari kulit ikan bandeng pada ulangan I

yaitu 2,21%, ulangan II yaitu 2,55%, ulangan III 2,54 %, dan rata-ratanya

adalah 2,43%. Kadar lemak yang dihasilkan dari jeroan (isi perut) ikan

bandeng pada ulangan I yaitu 7,11% , ulangan II yaitu 7,92%, ulangan III

yaitu 7,36%, dan rata-ratanya adalah 7,46%. Kadar lemak pada limbah

ikan bandeng persentasenya cukup tinggi yaitu pada ulangan kedua, baik

limbah kulit ikan bandeng maupun limbah jeroan (isi perut) ikan bandeng.

Kadar lemak pada limbah ikan bandeng dengan persentase terendah

yaitu pada ulangan I, baik kulit ikan bandeng maupun jeroan (isi perut)

ikan bandeng. Jika dibandingkan dengan ikan Nila (Oreochromis niloticus)

yang memiliki kadar lemak sebesar 0,18 g (Ramlah, 2016:43), ikan

bandeng memiliki kadar lemak yang lebih tinggi. Lemak pada ikan tidak

membahayakan bagi tubuh, meskipun daging ikan mengandung lemak


34

yang cukup tinggi (0,1-2,2 %) akan tetapi 25 % dari jumlah lemak tersebut

merupakan asam lemak tak jenuh yang sangat dibutuhkan manusia dan

memiliki kadar kolestrol sangat rendah (Afrianto dan Evi, 2011:12).

Kadar lemak hasil ekstraksi limbah ikan bandeng juga lebih tinggi jika

dibandingkan dengan kadar lemak ikan laut seperti ikan tongkol.

Kandungan lemak pada ikan tongkol yaitu 1,3-2,10% (Burhanuddin et al,

1984 : Aditya. P. R et al. 2014). Setelah melihat hasil penelitian dari

beberapa peneliti terdahulu yaitu mengenai ekstraksi ikan nila dan ikan

tongkol yang dijelaskan sebelumnya menunjukkan bahwa ikan bandeng

mengandung kadar lemak yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan

dua jenis ikan dari habitat yang berbeda tersebut. Semakin tinggi kadar

lemak yang terdapat pada ikan maka akan meningkatkan jumlah minyak

yang dihasilkan (Aditya. P. R et al. 2014).

Perbandingan rata – rata kadar lemak limbah kulit ikan bandeng dan

limbah jeroan (isi perut) ikan bandeng terlihat jelas setelah dianalisis

menggunakan SPSS, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Perbandingan kadar lemak ekstrak minyak pada kulit ikan


bandeng dan isi perut ikan bandeng

Perbedaan Rata-
Kelompok n Mean±Std p-value
rata (IK 95%)

Kulit 3 2,437 (0,193) 5,026 (0,415-


0,049
Isi Perut 3 7,463 (0,415) 0,193)
Dianalisis menggunakan SPSS Mann Whitney test (p<0,05) Significant
35

Gambar 16. Diagram rata-rata kadar lemak ekstrak minyak pada limbah
ikan bandeng

Kadar lemak ekstrak minyak pada jeroan (isi perut) ikan bandeng lebih

besar yaitu7,463 (0,415) dibandingkan dengan rata-rata kadar emak kulit

ikan bandeng yaitu 2,437 (0,193) atau dengan selisih 5,026. Berdasarkan

nilai P sebesar 0,049 (P<0,05) yang berarti nilai P signifikan sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara rerata

kadar lemak isi perut ikan bandeng dengan kadar lemak kulit ikan

bandeng.

C. Uji FFA (Free Fatty Acid) Ekstrak Minyak Pada Limbah Ikan

Bandeng

Pengujian FFA (Free Fatty Acid) merupakan salah satu uji untuk

menentukan kualitas suatu minyak. Hasil penelitian yang diperoleh


36

menunjukkan bahwa FFA(Free Fatty Acid) kulit ikan bandeng lebih kecil

dibandingkan dengan isi perut ikan bandeng. Perbedaan FFA (Free Fatty

Acid) kulit ikan bandeng dengan isi perut ikan bandeng dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 10. FFA (Free Fatty Acid) ekstrak minyak pada limbah kulit ikan
bandeng dan limbah jeroan (isi perut) ikan bandeng
Asam Lemak Bebas (%FFA) Rata -
No Kode Contoh
Ulangan I Ulangan II Ulangan III rata
1 Kulit 1,66 1,66 1,64 1,65
2 Isi perut 1,88 1,88 1,96 1,91

Berbeda halnya dengan uji kadar lemak yang melihat persentase

tertinggi, uji FFA (Free Fatty Acid) yang dilihat yaitu persentase terendah.

FFA (Free Fatty Acid) ekstrak minyak dari limbah kulit ikan bandeng pada

ulangan I yaitu 1,66 %, ulangan II yaitu 1,66 %, ulangan III yaitu 1,64 %

dan rata-ratanya adalah 1,65 %. FFA (Free Fatty Acid) ekstrak minyak dari

limbah jeroan (isi perut) ikan bandeng pada ulangan I yaitu 1,88%,

ulangan II yaitu 1,88 %, ulangan III yaitu 1,96% dan rata-ratanya adalah

1,91 %. Menurut Swern (1994) dalam Aditya. P. R et al (2014), semakin

tinggi kadar asam lemak bebas maka semakin rendah kualitas minyak

tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas minyak yang

dihasilkan dari kulit ikan bandeng cukup baik jika dibandingkan dengan

kualitas minyak yang dihasilkan dari jeroan (isi perut) ikan bandeng.

Terjadinya asam lemak bebas pada minyak ikan kasar disebabkan

oleh adanya pemanasan pada saat ektraksi. Rantai karbon yang memiliki

ikatan rangkap pada asam lemak tak jenuh akan bereaksi dengan panas
37

sehingga terbentuklah asam lemak bebas yang bisa mempengaruhi

kualitas minyak ikan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat

Gunawan et al. (2003) dalam Aditya. P. R et al (2014), asam lemak tak

jenuh akan terurai karena akibat permukaan minyak yang panas dan

kontak langsung dengan udara, sehingga asam lemak bebas bertambah.

Kadar asam lemak bebas yang berkisar 1,64%-1,96% pada minyak

ikan di atas sesuai dengan standar minyak ikan kasar yang ditetapkan

oleh IFOMA (International Fishmeal and Oil Manufactured Assosiation).

Menurut Bimbo (1998) dalam Aditya. P. R et al (2014) , standar asam

lemak bebas yang terkandung dalam minyak ikan yang ditetapkan oleh

IFOMA adalah 1-7%. Data mengenai perbandingan rata-rata FFA (Free

Fatty Acid) ekstrak minyak dari limbah ikan bandeng setelah dianalisis

menggunakan SPSS sebagai berikut :

Tabel 11. Perbandingan FFA (Free Fatty Acid) ekstrak minyak pada kulit
ikan bandeng dan isi perut ikan bandeng

p- Perbedaan Rata-
Kelompok n Mean±Std
value rata (IK 95%)

Kulit 3 1,653 (0,012)


0,043 0,254 (0,046-0,012)
Isi Perut 3 1,907 (0,046)
Dianalisis menggunakan SPSS Mann Whitney test (p<0,05)*Significant
38

Gambar 17. Diagram rata-rata FFA (Free Fatty Acid) ekstrak minyak
pada limbah ikan bandeng

FFA (Free Fatty Acid) isi perut ikan bandeng lebih besar (tinggi)

yaitu1,907 (0,046) dari pada rata-rata Asam Lemak isi kulit ikan bandeng

yaitu1,653 (0,012) atau dengan selisih sebesar 0,254. Berdasarkan nilai p-

value sebesar 0,043 (P<0,05) yang berarti nilai P signifikan,sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara FFA (Free

Fatty Acid) kulit ikan bandeng dengan isi perut ikan bandeng.

D. Uji Bilangan Peroksida Ekstrak Minyak Pada Limbah Ikan

Bandeng

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bilangan peroksida kulit

ikan bandeng lebih kecil dibandingkan dengan isi perut ikan bandeng.
39

Perbedaan Bilangan Peroksida kulit ikan bandeng dengan isi perut ikan

bandeng dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 12. Bilangan peroksida ekstrak minyak pada limbah kulit ikan
bandeng dan limbah jeroan (isi perut) ikan bandeng
Bilangan Peroksida (meq/kg) Rata -
No Kode Contoh
Ulangan I Ulangan II Ulangan III rata
1 Kulit 1,31 1,66 0,85 1,27
2 Isi perut 1,71 1,7 2,06 1,82

Pengujian bilangan peroksida sangat penting untuk menentukan

kualitas minyak yang dihasilkan, nilai peroksida digunakan sebagai ukuran

sejauh mana reaksi ketengikan telah terjadi. Semakin rendah bilangan

peroksida pada minyak berarti semakin bagus kualitas minyak tersebut.

Hal ini diungkapkan oleh Panagan et al (2011) dalam Aditya. P. R et al

(2014) , bahwa semakin kecil bilangan peroksida berarti kualitas minyak

semakin baik. Bilangan peroksida ekstrak minyak dari limbah kulit ikan

bandeng pada ulangan I yaitu 1,31 meq/kg, ulangan II yaitu 1,66 meq/kg,

ulangan III yaitu 0,85 meq/kg dan rata-ratanya adalah 1,27 meq/kg.

Bilangan peroksida ekstrak minyak dari limbah jeroan (isi perut) ikan

bandeng pada ulangan I yaitu 1,71 meq/kg, ulangan II yaitu 1,7 meq/kg,

ulangan III yaitu 2,06 meq/kg dan rata-ratanya adalah 1,82 meq/kg.

Terjadinya bilangan peroksida dalam minyak ikan kasar diakibatkan

oleh panas pada proses ekstraksi, hal tersebut terjadi karena pemutusan

ikatan rangkap pada asam lemak tak jenuh. Hal ini sesuai dengan

pernyataan yang diungkapkan oleh Edwar et al (2011) dalam Aditya. P. R

et al (2014), minyak mengalami peningkatan bilangan peroksida karena

terputusnya ikatan rangkap akibat suhu pemanasan. Perbedaan kadar


40

peroksida pada minyak ikan disebabkan oleh kandungan asam lemak tak

jenuh yang terdapat pada spesies ikan. Semakin tinggi kandungan asam

lemak tak jenuh pada ikan maka semakin tinggi pula kadar peroksida

minyak yang dihasilkan.

Bilangan peroksida parameternya yaitu angka terendah dari hasil uji.

Penelitian ini diperoleh angka terendah bilangan peroksida ekstrak minyak

dari limbah kulit ikan bandeng yaitu pada ulangan ke 3 dengan hasil 0,85

meq/kg. Akan tetapi kandungan peroksida yang berkisar 0,85-2,06 meq/kg

pada ekstrak minyak limbah ikan bandeng di atas masih kurang sesuai

dengan standar minyak ikan kasar yang ditetapkan oleh IFOMA

(International Fishmeal and Oil Manufactured Assosiation). Menurut

Bimbo (1998) dalam Aditya. P. R et al(2014), standar bilangan peroksida

yang ditetapkan oleh IFOMA adalah 3-20 Meq/kg. Hasil uji bilangan

peroksida yang masih belum mencapai standar IFOMA (International

Fishmeal and Oil Manufactured Assosiation) dipengaruhi oleh jumlah

bahan baku limbah ikan bandeng yang digunakan hanya sedikit. Bilangan

peroksida yang angkanya mendekati standar (International Fishmeal and

Oil Manufactured Assosiation) yaitu yang terdapat pada limbah jeroan (isi

perut) ikan bandeng. Perbandingan nyata bilangan peroksida ekstrak

minyak dari limbah kulit ikan bandeng dan limbah jeroan (isi perut) ikan

bandeng dapat dilihat pada tabel 4.6 dan gambar 4.3 berikut.
41

Tabel 13. Perbandingan Bilangan Peroksida Kulit Ikan Bandeng dan Isi
Perut Ikan Bandeng

Perbedaan Rata-
Kelompok n Mean±Std p-value
rata (IK 95%)

Kulit 3 1,273 (0,406) 0,550 (1,823-


0,049
Isi Perut 3 1,823 (0,205) 1,273)
Dianalisis menggunakan SPSS Mann Whitney test (p<0,05) Significant

Gambar 18. Diagram Perbandingan Bilangan Peroksida Kulit Ikan


Bandeng dan Isi Perut Ikan Bandeng

Pada tabel 4.6 memperlihatkan bahwa Bilangan Peroksida isi perut

ikan bandeng lebih besar yaitu 1,823 (0,205) daripada rata-rata kulit ikan

bandeng yaitu1,273 (0,406) atau dengan selisih 0,550. Berdasarkan nilai

P sebesar 0,049 (P<0,05) yang berarti nilai P signifikan sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara rerata Bilangan

Peroksida isi perut ikan bandeng dengan kulit ikan bandeng.


42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Limbah jeroan (isi perut) ikan bandeng memiliki rendemen

sebanyak 19,99 g per ekor ikan bandeng dan limbah kulit ikan

bandeng memiliki rendemen sebesar 17,49 g per ekor ikan

bandeng.

2. Penelitian ini menggunakan sampel yang diambil di waktu dan

tempat yang sama serta diproses dengan prosedur yang sama,

akan tetapi terdapat perbedaan bermakna pada kedua sampel.

Kadar Lemak isi perut ikan bandeng lebih besar yaitu 7,46%

daripada rata-rata kadar lemak kulit ikan bandeng yaitu 2,43% atau

dengan selisih 5,02%. Rata-rata FFA (Free Fatty Acid) kulit ikan

bandeng lebih rendah yaitu1,65%. FFA (Free Fatty Acid) jeroan (isi

perut) ikan bandeng yaitu 1,90% atau dengan selisih sebesar

0,25%. Bilangan peroksida rata-rata kulit ikan bandeng lebih

rendah yaitu1,27%. Bilangan peroksida jeroan (isi perut) ikan

bandeng yaitu 1,82% atau dengan selisih 0,55%.


43

B. Saran

Disarankan untuk mengolah lebih lanjut minyak ikan yang diekstrak

dari kulit dan isi perut ikan bandeng sehingga dapat dimanfaatkan sebagai

bahan tambahan dalam makanan,obat-obatan,kosmetik dan produk lain

yang memiliki nilai guna dan nilai jual tinggi serta untuk meminimalisir

limbah yang bisa menyebabkan pencemaran pada lingkungan.


44

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, A.R. dan Selviastuti, R. 2014. Serburia Suplemen Tulang Ikan


Bandeng dengan Cangkang Kapsul Alginat Untuk Mencegah
Osteoporosis. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 4(1), pp. 53-59.

Azman Apri Nur, Sumarto, Edison. 2018. Ekstreaksi dan Karakteristik


Minyak Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris) Dengan Bahan
Pelarut yang Berbeda. Berkala Perikanan Terubuk, Vol 46. No.1.
Februari (2018) Hal. 19- 27. ISSN 0126 – 4265

BSN 1998.SNI .01-3555-1998, Cara Uji Minyak dan Lemak. Badan


Standardisasi Nasional. Hal. 1, 5, 7.

Bakhtiar, Syarifah Rohaya, Hanif Muchdatul Ayunda. 2019. Penambahan


Tepung Tulang Ikan Bandeng (Chanos chanos) Sebagai Sumber
Kalsium dan Fosfor Pada Pembuatan Donat Panggang. Jurnal
Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia-vol.11, No.1

Ekawati Arning Wilujeng, Fakhri Muhammad, Abdillah Joko, Indahsari


Wiwit Nor. 2019. Limbah Bandeng (Chanos chanos forsskal) Sebagai
Sumber Protein Pengganti Tepung Ikan Dalam Pakan Udang Galah.
Jurnal of Aquaculture and Fish Health Vol.8 No.3

Faridah Fathin, Khafidzoh Anisatul, Mustikawati Dewi, Anggraeni Nofi,


Dharmawan Yudhy. 2012. Chitosan Pada Sisik Ikan Bandeng
(Chanos chanos) Sebagai Alternatif Pengawet Alami Pada Bakso.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vol. 2 No. 2

Jacoeb AM, Suptijah P, Kristantina WA. 2015. Komposisi asam lemak,


kolesterol, dan deskripsi jaringan fillet ikan kakap merah segar dan
goreng. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 18(1): 98-107.

Jaspreet K.C. Ahuja, Alanna J. Moshfegh, Joanne M. Holden, Ellen Harris.


2015. USDA Food and Nutrient Databases Provide the Infrastructure
for Food and Nutrition Research, Policy, and Practice. The Journal of
Nutrition, Volume 143, Issue 2, February 2015, Pages 241S–249S

Kementerian Kelautan dan Perikanan, KKP. 2018. Produktivitas Perikanan


Indonesia. Pada : Forum Merdeka Barat 9 Kementerian Komunikasi
dan Informatika

Kamini, Suptijah Pipih, Santoso Joko, Heri Suseno Sugeng. 2016.


Ekatraksi Dry Rendering dan Karakterisasi Minyak Ikan Dari Lemak
45

Jeroan Hasil Samping Pengolahan Salai PatinSiam. JPHPI 2016,


Volume 19 Nomor 3

Hafiludin. 2015. Analisis kandungan gizi pada ikan bandeng yang berasal
dari habitat yang berbeda. Jurnal Kelautan. 8(1): 37-43.

Nurhidayah B,Soekendarsi E, Erviani Andi E. 2019. Kandungan Kolagen


Sisik ikan Bandeng (Chanos chanos) dan Sisik Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Biologi Makassar, 4(1): 39-47.

Soebjakto S. 2018. Laporan kinerja 2017 Direktorat Jenderal Perikanan


Budidaya. www.djpb.kkp.go.id (30 Agustus 2019).

Muliawan I, Zamroni A, Priyatna FN. 2016. Kajian keberlanjutan


pengelolaan budidaya ikan bandeng di Gresik. Jurnal Kebijakan
Sosek KP. 6(1): 25-35.

Nusantari E, Abdul A, Harmain RM. 2016. Ikan bandeng tanpa duri


(Chanos chanos) sebagai peluang bisnis masyarakat Desa Mootinelo,
Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Agrokreatif. 3(1): 78-
87.

Prasetyo DY, Darmanto YS, Swastawati F. 2015. Efek perbedaan suhu


dan lama pengasapan terhadap kualitas ikan bandeng (Chanos
chanos Forsk) cabut duri asap. Jurnal Aplikasi dan Teknologi Pangan.
4(3): 94-98.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official method of


analysis of the association of official analytical of chemist. Arlington.
Virginia. USA. Published by The Association of Analytical Chemist.Inc.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1995. Official method of


analysis of the association of official analytical of chemist. Arlington.
Virginia. USA. Published by The Association of Analytical Chemist.Inc.
46

LAMPIRAN
47

Lampiran 1
48

Lampiran 2
49

Lampiran 3
50

Lampiran 4
51

Lampiran 5
ANOVA
BobotIkanBandeng (Per Ekor)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 121912,392 4 30478,098 3961624,519 ,000
Within Groups ,077 10 ,008
Total 121912,469 14

Multiple Comparisons
Dependent Variable: BobotIkanBandeng (Per Ekor)
Tamhane
95% Confidence
Interval
U
p
p
e
r

B
o
u
Mean Difference n
(I) Parameter (J) Parameter (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound d
Panjang Total (cm) Berat total (g) -
2
1
8
-219,43333* ,10672 ,000 -220,0509 ,
8
1
5
8
Beratdaging (g) -
9
6
,
-97,04333* ,09104 ,000 -97,7956
2
9
1
1
Beratjeroan (g) 1
1
,
10,34667* ,08360 ,001 9,2115 4
8
1
9
Beratkulit (g) 1
3
,
12,84667* ,08360 ,000 11,7115 9
8
1
9
52

Berat total (g) Panjang Total (cm) 2


2
0
,
219,43333* ,10672 ,000 218,8158
0
5
0
9
Beratdaging (g) 1
2
2
,
122,39000* ,07608 ,000 121,8501
9
2
9
9
Beratjeroan (g) 2
3
0
,
229,78000* ,06700 ,000 228,8828
6
7
7
2
Beratkulit (g) 2
3
3
,
232,28000* ,06700 ,000 231,3828
1
7
7
2
Beratdaging (g) Panjang Total (cm) 9
7
,
97,04333* ,09104 ,000 96,2911 7
9
5
6
Berat total (g) -
1
2
1
-122,39000* ,07608 ,000 -122,9299 ,
8
5
0
1
Beratjeroan (g) 1
0
7
,
107,39000* ,03727 ,000 106,9311
8
4
8
9
53

Beratkulit (g) 1
1
0
,
109,89000* ,03727 ,000 109,4311
3
4
8
9
Beratjeroan (g) Panjang Total (cm) -
9
,
-10,34667* ,08360 ,001 -11,4819 2
1
1
5
Berat total (g) -
2
2
8
-229,78000* ,06700 ,000 -230,6772 ,
8
8
2
8
Beratdaging (g) -
1
0
6
-107,39000* ,03727 ,000 -107,8489 ,
9
3
1
1
Beratkulit (g) 2
,
5
2,50000* ,00943 ,000 2,4476
5
2
4
Beratkulit (g) Panjang Total (cm) -
1
1
,
-12,84667* ,08360 ,000 -13,9819
7
1
1
5
Berat total (g) -
2
3
1
-232,28000* ,06700 ,000 -233,1772 ,
3
8
2
8
54

Beratdaging (g) -
1
0
9
-109,89000* ,03727 ,000 -110,3489 ,
4
3
1
1
Beratjeroan (g) -
2
,
-2,50000* ,00943 ,000 -2,5524 4
4
7
6
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Descriptives
Parameter Statistic Std. Error
BobotIkanBandeng (Per Panjang Total (cm) Mean 30,3333 ,08333
Ekor) 95% Confidence Interval for Lower Bound 29,9748
Mean
Upper Bound 30,6919
5% Trimmed Mean .
Median 30,2500
Variance ,021
Std. Deviation ,14434
Minimum 30,25
Maximum 30,50
Range ,25
Interquartile Range .
Skewness 1,732 1,225
Kurtosis . .
Berat total (g) Mean 249,7667 ,06667
95% Confidence Interval for Lower Bound 249,4798
Mean
Upper Bound 250,0535
5% Trimmed Mean .
Median 249,7000
Variance ,013
Std. Deviation ,11547
Minimum 249,70
Maximum 249,90
Range ,20
Interquartile Range .
Skewness 1,732 1,225
55

Kurtosis . .
Beratdaging (g) Mean 127,3767 ,03667
95% Confidence Interval for Lower Bound 127,2189
Mean
Upper Bound 127,5344
5% Trimmed Mean .
Median 127,3400
Variance ,004
Std. Deviation ,06351
Minimum 127,34
Maximum 127,45
Range ,11
Interquartile Range .
Skewness 1,732 1,225
Kurtosis . .
Beratjeroan (g) Mean 19,9867 ,00667
95% Confidence Interval for Lower Bound 19,9580
Mean
Upper Bound 20,0154
5% Trimmed Mean .
Median 19,9800
Variance ,000
Std. Deviation ,01155
Minimum 19,98
Maximum 20,00
Range ,02
Interquartile Range .
Skewness 1,732 1,225
Kurtosis . .
Beratkulit (g) Mean 17,4867 ,00667
95% Confidence Interval for Lower Bound 17,4580
Mean
Upper Bound 17,5154
5% Trimmed Mean .
Median 17,4800
Variance ,000
Std. Deviation ,01155
Minimum 17,48
Maximum 17,50
Range ,02
Interquartile Range .
Skewness 1,732 1,225
Kurtosis . .
56

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Parameter Statistic df Sig. Statistic df Sig.


BobotIkanBandeng Panjang Total
,385 3 . ,750 3 ,000
(Per Ekor) (cm)
Berat total (g) ,385 3 . ,750 3 ,000
Beratdaging (g) ,385 3 . ,750 3 ,000
Beratjeroan (g) ,385 3 . ,750 3 ,000
Beratkulit (g) ,385 3 . ,750 3 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
57

Lampiran 6

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
Kelompok N Percent N Percent N Percent
Asam Lemak Kulit 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
Isi Perut 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%

Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Asam Lemak Kulit Mean 1,6533 ,00667
95% Confidence Interval for Lower Bound 1,6246
Mean Upper Bound 1,6820
5% Trimmed Mean .
Median 1,6600
Variance ,000
Std. Deviation ,01155
Minimum 1,64
Maximum 1,66
Range ,02
Interquartile Range .
Skewness -1,732 1,225
Kurtosis . .
Isi Perut Mean 1,9067 ,02667
95% Confidence Interval for Lower Bound 1,7919
Mean
Upper Bound 2,0214
5% Trimmed Mean .
Median 1,8800
Variance ,002
Std. Deviation ,04619
Minimum 1,88
Maximum 1,96
Range ,08
Interquartile Range .
Skewness 1,732 1,225
Kurtosis . .

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Asam Lemak Kulit ,385 3 . ,750 3 ,000
Isi Perut ,385 3 . ,750 3 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
58

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
Kelompok N Percent N Percent N Percent
Bilangan Peeroksida Kulit 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
Isi Perut 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%

Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Bilangan Peeroksida Kulit Mean 1,2733 ,23454
95% Confidence Interval for Lower Bound ,2642
Mean Upper Bound 2,2825
5% Trimmed Mean .
Median 1,3100
Variance ,165
Std. Deviation ,40624
Minimum ,85
Maximum 1,66
Range ,81
Interquartile Range .
Skewness -,403 1,225
Kurtosis . .
Isi Perut Mean 1,8233 ,11837
95% Confidence Interval for Lower Bound 1,3140
Mean
Upper Bound 2,3326
5% Trimmed Mean .
Median 1,7100
Variance ,042
Std. Deviation ,20502
Minimum 1,70
Maximum 2,06
Range ,36
Interquartile Range .
Skewness 1,727 1,225
Kurtosis . .

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Bilangan Peeroksida Kulit ,203 3 . ,994 3 ,851
Isi Perut ,376 3 . ,771 3 ,047
a. Lilliefors Significance Correction
59

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
Kelompok N Percent N Percent N Percent
Kadar Lemak Kulit 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
Isi Perut 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%

Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Kadar Lemak Kulit Mean 2,4333 ,11170
95% Confidence Interval for Lower Bound 1,9527
Mean
Upper Bound 2,9140
5% Trimmed Mean .
Median 2,5400
Variance ,037
Std. Deviation ,19348
Minimum 2,21
Maximum 2,55
Range ,34
Interquartile Range .
Skewness -1,727 1,225
Kurtosis . .
Isi Perut Mean 7,4633 ,23947
95% Confidence Interval for Lower Bound 6,4330
Mean Upper Bound 8,4937
5% Trimmed Mean .
Median 7,3600
Variance ,172
Std. Deviation ,41477
Minimum 7,11
Maximum 7,92
Range ,81
Interquartile Range .
Skewness 1,052 1,225
Kurtosis . .

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kadar Lemak Kulit ,376 3 . ,772 3 ,049
Isi Perut ,265 3 . ,953 3 ,585
a. Lilliefors Significance Correction
60

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Asam Lemak Kulit 3 2,00 6,00
Isi Perut 3 5,00 15,00
Total 6

Test Statisticsa
Asam Lemak
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Bilangan Peeroksida Kulit 3 2,00 6,00
Isi Perut 3 5,00 15,00
Total 6

Test Statisticsa
Bilangan
Peeroksida
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -1,964
Asymp. Sig. (2-tailed) ,050
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Kadar Lemak Kulit 3 2,00 6,00
Isi Perut 3 5,00 15,00
Total 6

Test Statisticsa
Kadar Lemak
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -1,964
Asymp. Sig. (2-tailed) ,050
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
61

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Asam Lemak Kulit 3 1,65333 ,011547 ,006667
Isi Perut 3 1,90667 ,046188 ,026667
Bilangan Peeroksida Kulit 3 1,27333 ,406243 ,234544
Isi Perut 3 1,82333 ,205020 ,118369
Kadar Lemak Kulit 3 2,43333 ,193477 ,111704
Isi Perut 3 7,46333 ,414769 ,239467

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Analisis Kulit ,322 3 . ,881 3 ,326
Isi Perut ,175 3 . 1,000 3 1,000
a. Lilliefors Significance Correction

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Hasil Analisis Kulit 3 16,0333 2,64814 1,52890
Isi Perut 3 18,2700 ,02000 ,01155

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence
Error Interval of the
Sig. (2- Mean Differen Difference
F Sig. t df tailed) Difference ce Lower Upper
Hasil Equal 12,453 ,024 -1,463 4 ,217 -2,23667 1,52895 -6,48170 2,00837
Analisis variances
assumed
Equal -1,463 2,000 ,281 -2,23667 1,52895 -8,81447 4,34114
variances
not
assumed
62

Lampiran 7

1. Penimbangan bahan baku 2. Sampel jeroan ikan bandeng

3. Sampel kulit ikan bandeng 4. Ekstraksi soxhlet

Anda mungkin juga menyukai