SKRIPSI
Skripsi
Oleh:
Bismillaahirrohmaanirrohim
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Alhamdulillahi Raobbil ‘Alamin penulis haturkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aktivitas
Antioksidan Serta Antibakteri Sediaan Masker yang Diperkaya Ekstrak
Daun Kelor (Moringa oleifera)”. Pelaksanaan penyusunan skripsi ini, penulis
mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
viii
7. Seluruh Staff laboratorium kimia dan biologi Pusat Laboratorium Terpadu
UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan dukungan dan bantuan
kepada penulis.
8. Teman-teman Kimia 2014, kakak-kakak dan adik-adik kelas yang telah
membantu dan memotivasi penulis dalam melakukan penelitian dan
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca
dan menjadi salah satu jembatan ilmu dikemudian hari.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
x
3.4.1 Preparasi Sampel Daun Kelor ..........................................................21
3.4.2 Pembuatan Ekstrak ...........................................................................21
3.4.3 Uji Fitokimia ....................................................................................21
3.4.4 Formulasi Masker .............................................................................22
3.4.5 Uji Organoleptik Masker ..................................................................23
3.4.6 Karakterisasi Masker ........................................................................24
3.4.7 Uji Aktivitas Antioksidan.................................................................26
3.4.8 Uji Aktivitas Antibakteri ..................................................................27
3.4.9 Analisis Gas Chromatography-Mass Spectrometer ..........................28
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiv
Tabel 30. Nilai bobot jenis .................................................................................83
Tabel 31. Nilai stabilitas emulsi .........................................................................83
Tabel 32. Persen inhibisi masker daun kelor ......................................................84
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
beragamnya produk masker yang beredar di pasar, baik dari segi merk, jenis,
harga maupun variasi bahan yang terkandung dalam produk tersebut. Penelitian
ini dibuat sediaan masker wajah yang diperkaya ekstrak tanaman sebagai zat
firman Allah SWT dalam Al-Quran surah Thaahaa ayat 53 bahwa Allah SWT
ْ ُان َّ ِذ يَج ع م َن كُ م
ََاْل ْر ضَ م ْه د ًاَو س ه ك َن كُ ْم َ ف ِ يه اَ سُ ب ُ ًلَ و
ت َش ت َّى
ٍ أ نْ ش لَ ِم نَ ان سَّ م ا ِء َم ا ًء َف أ ْخ ز ْج ن اَ ب ِ ه أ ْس و ا ًج اَ ِم ْن َن ب ا
Artinya: “Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit
air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis
dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”
bumi ini dengan berbagai jenis, bentuk dan fungsinya sehingga merupakan hal
Tumbuhan yang baik merupakan tumbuhan yang dapat bermanfaat bagi makhluk
1
Kelor merupakan tanaman sumber gizi dan obat penyembuhan bagi umat
valuable multipurpose trees dan miracle tree (Small, 2012), karena seluruh bagian
tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti makanan, obat,
kosmetik, bahkan biji juga dapat dimanfaatkan sebagai pemurni air (Hendrawati
et al., 2015). Menurut Offor et al, (2014) memperkirakan terdapat paling tidak
suplemen dengan bahan dasar tanaman kelor, karena daun kelor kaya akan
digunakan sebagai penurun tekanan darah tinggi dan obat diabetes (Ghiridhari et
al., 2011) serta antioksidan dan antibakteri (Bukar et al., 2011). Hasil uji
sitosterol (90 mg/g), total fenolik (8 μg/ml) dan flavonoid (27 μg/ml) pada daun
dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu dengan nilai IC50 62,94 ppm yang
al., 2013) dan nilai IC50 sebesar 92,5284 ppm dengan perlakuan pengeringan
tanpa freeze dry metode maserasi dengan pelarut metanol teknis (Hardiyanti,
2015).
2
Daun kelor juga memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Pendapat ini
telah diuji oleh beberapa peneliti antara lain: ekstrak etanol daun kelor terhadap
bakteri S. aureus dengan konsentrasi 20% terbentuk zona hambat 7,98 mm yang
merupakan daya hambat sedang dan pada konsentrasi 80% terbentuk zona hambat
14,02 mm yang merupakan daya hambat kuat (Savitri et al., 2018). Ekstrak etanol
hambat 7,83 mm yang merupakan daya hambat sedang dan pada konsentrasi 10%
terbentuk zona hambat 11,12 mm yang merupakan daya hambat kuat (Maharani et
al., 2017). Menurut Melayanti dan Dwiyanti (2017) bahwa daun kelor dapat
digunakan untuk kosmetik sebagai masker wajah untuk merawat kondisi wajah
seseorang agar tetap sehat dan mengatasi masalah kulit wajah seperti jerawat.
untuk mengganti masker berbahan kimia sintetik untuk pengobatan jerawat karena
alami sebagai bahan baku masker wajah sudah banyak dilakukan seperti masker
wajah sediaan serbuk dari daun jambu biji (Natsir, 2012) dan masker ekstrak air
al., 2014), namun pemanfaatan daun kelor sebagai bahan tambahan masker
bentuk ekstrak pada campuran bahan masker wajah masih jarang ditemukan
3
sehingga penelitian ini difokuskan untuk menganalisis formulasi daun kelor pada
daun kelor 12,5; 17,5; 25; 35 % yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian
sebagai bakteri penghasil nanah yang kemudian dilanjutkan uji organoleptik oleh
45 panelis serta uji karakterisasi masker dengan parameter nilai pH, stabilitas
emulsi, bobot jenis dan total cemaran mikroba sesuai dengan syarat mutu masker
bobot jenis dan total cemaran mikroba memenuhi syarat menurut SNI 16-
4. Apakah senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak daun kelor dengan
4
1.3 Tujuan Penelitian
organoleptik.
bobot jenis dan total cemaran mikroba memenuhi syarat menurut SNI 16-
4. Menentukan senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak daun kelor dengan
Hipotesis dari penelitian ini adalah ekstrak daun kelor diduga dapat
(nilai pH, stabilitas emulsi, bobot jenis dan total cemaran mikroba) berdasarkan
terkait pemanfaatan daun kelor dalam formulasi sediaan masker yang tepat dan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menyatakan bahwa kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk
digunakan pada bagian luar badan, gigi, dan rongga mulut, untuk membersihkan,
keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati
terutama kuit wajah yang sering terpapar oleh sinar ultraviolet (UV) akibatnya
dapat menimbulkan masalah kulit seperti keriput, penuaan, jerawat dan pori kulit
yang membesar, sehingga merawat kulit merupakan suatu hal yang penting
masker adalah sediaan yang digunakan secara topikal, utamanya untuk daerah
efek pembersih pada area yang diberi produk (Balsam et al., 1972). Menurut
6
peredaran darah, merangsang kembali kegiatan sel-sel kulit, mengangkat sel kulit
(premature aging).
Tanaman Kelor (Moringa oleifera L.) merupakan salah satu jenis tanaman
yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Tanaman kelor dapat
tumbuh baik pada lingkungan berbeda, yaitu suhu 25-35 oC (Palada dan Chang,
2003). Tanaman kelor memiliki ketinggian 7-11 meter dan tumbuh subur mulai
dari dataran rendah sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Kelor
7
dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis pada semua jenis tanah dan tahan
2013).
Indonesia juga dikenal dengan berbagai nama adalah kero, wori, kelo, atau keloro
(Sulawesi), maranggih (Madura), kelor (Sunda dan Melayu), murong (Aceh), kelo
sedang dilaksanakan yang berguna untuk mengkaji potensi tanaman dalam hal
2016). Pohon kelor memiliki beberapa julukan diantaranya The Miracle Tree,
Tree for Life dan Amazing Tree. Julukan tersebut muncul karena bagian pohon
kelor mulai dari daun, buah, biji, bunga, kulit batang hingga akar memiliki
manfaat yang luar biasa. Tanaman kelor mampu hidup di berbagai jenis tanah,
tidak memerlukan perawatan yang intensif, tahan terhadap musim kemarau dan
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera
(Plata et al., 2009)
8
Gambar 1.Daun kelor (Dokumentasi Pribadi, 2018)
Daun kelor merupakan jenis daun bertangkai karena hanya terdiri atas
tangkai dan helaian saja. Tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi atas agak
berbentuk bulat atau bundar (orbicularis), pangkal daunnya tidak bertoreh dan
termasuk ke dalam bentuk bangun bulat telur. Ujung dan pangkal daunnya
sama sekali, hingga ujung daun seperti suatu busur (Krisnadi, 2010).
Daun muda memiliki tekstur lembut dan lemas sedangkan daun tua agak
kaku dan keras. Daun yang telah dewasa berwarna hijau tua, bentuk helai daun
bulat telur, panjang 1-2 cm, lebar 1-2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul
(obtusus), tepi rata, susunan pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas dan
bawah halus (Krisnadi, 2010). Daun berwarna hijau tua biasanya digunakan untuk
membuat tepung atau powder daun kelor. Apabila jarang dikonsumsi maka daun
kelor memiliki rasa agak pahit tetapi tidak beracun (Hariana, 2008).
9
Daun kelor mengandung zat besi lebih tinggi dari pada sayuran lainnya
yaitu sebesar 17,2 mg/100 g (Savadogo, 2011). Kandungan nilai gizi daun kelor
asam caffeoylquinic dan kaempferol (Krisnadi, 2010) dan kelor juga berpotensi
fosfor dan besi 7,0 mg/100 daun. Daun kelor juga mengandung senyawa metabolit
terpenoid, fenol dan minyak atsiri (essential oil) yang dapat menyebabkan rasa
dan aroma yang khas pada daun kelor (Pandey et al., 2014).
10
tubuh dari seragan radikal bebas, antioksidan berfungsi untuk menstabilkan
radikal bebas dengan melengkapi kekurangan electron dari radikal bebas sehingga
menjadi tiga macam yaitu antioksidan primer, sekunder dan tersier. Antioksidan
primer adalah antioksidan yang sifatnya sebagai pemutus reaksi berantai (chain-
menjadi produk yang lebih stabil memberikan atom hidrogen secara cepat kepada
radikal lipid dan radikal yang berasal dari antioksidan ini lebih stabil daripada
radikal lipidnya atau diubah menjadi produk-produk lain yang stabil. Contoh
(GPx), katalase dan protein pengikat logam (Sayuti dan Yenrina, 2015).
vitamin C, β-caroten, isoflavon, bilirubin dan albumin (Sayuti dan Yenrina, 2015).
karena serangan radikal bebas yang termasuk dalam kelompok ini adalah jenis
antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia)
11
dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami). Beberapa contoh
merupakan radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat
C18H12N5O8 larut dalam air. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik pada suhu -
akan tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan tersebut
rangkap terkonjugasi pada DPPH. Hal ini dapat terjadi apabila adanya
12
Menurut Armala (2009), tingkat kekuatan antioksidan senyawa uji
2.4 Antibakteri
dan reproduksi bakteri (Supardi dan Sukamto, 1999). Zat yang dapat digunakan
sebagai antibakteri adalah zat atau bahan yang dapat mematikan mikroorganisme
yang luas, artinya dapat mematikan berbagai macam mikroba (Pelczar dan Chan,
2005).
anerobik sangat lambat, gram positif, berbentuk bulat, diameter 0,5-1,5 µm, tidak
13
Suhu optimum untuk tumbuh adalah 35-37 oC dengan suhu minimum 6,7 oC
dan suhu maksimum 45,5 oC. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4-9,8 dengan pH
optimum 7-7,5. Bakteri ini hidup sebagai saprofit di dalam saluran pengeluaran
lendir dari tubuh manusia dan hewan, bakteri ini juga terdapat pada pori-pori
permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus (Supardi dan Sukamto, 1999).
Metode disk diffusion (tes Kirby dan Baur) menggunakan piringan yang
berisi agen antibakteri kemudian diletakkan pada media agar yang sebelumnya
Metode difusi dapat dilakukan 3 cara yaitu metode silinder, lubang dan
cakram. Difusi cakram yaitu menginokulasi pelat agar dengan biakan dan
membiarkan zat yang memiliki potensi antibakteri berdifusi ke media agar. Pada
jarak tertentu pada cakram, antibakteri berdifusi sampai pada titik zat antibakteri
ditunjukan oleh zona hambat. Zona hambat tampak sebagai area jernih yang
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai gangguan dan ransangan luar. Luas
kulit pada manusia rata-rata ± 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika dengan
lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu:
14
2. Dermis (Korium, Kutis, Kulit Jangat). Dibagian bawah dermis terdapat
subkutis atau jaringan lemak bawah kulit (Tranggono dan Latifah, 2014).
Epidermis yaitu lapisan luar kulit yang membentuk perisai fisik dan
kedua kulit, dermis berisi jaringan pembuluh darah, ujung saraf, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea, folikel rambut, dan otot rambut. Dermis pada dasarnya terdiri
dari protein struktural urat saraf yang dikenal sebagai kolagen. Dermis paling
tebal berada di punggung, di mana sekitar 30-40 kali dari ketebalan epidermis
(James et al., 2006). Lapisan ketiga dari kulit adalah lapisan subkutis. Lapisan
subkutis merupakan lapisan jaringan ikat longgar dan lemak di bawah dermis.
Subkutis terdiri dari kumpulan sel–sel lemak dan di antara gerombolan ini
1. Pelindung (Proteksi)
Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan berfungsi untuk
dalam tubuh. Kulit memiliki kapasitas penetralisir alkali dan permukaan kulit
dijaga tetap pada pH asam lemah untuk perlindungan dari racun kimia. Pigmen
2. Penyerapan (Absorpsi)
Berbagai senyawa diabsopsi melalui kulit ke dalam tubuh. Ada dua jalur
absopsi, satu melalui epidermis, dan lainnya melalui kelenjar sebaseus pada
15
folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi melalui kulit karena
adanya barrier terhadap senyawa larut air yang dibentuk oleh lapisan tanduk
3. Fungsi Ekskresi
Fungsi ekskresi terjadi karena adanya kelenjar keringat. Racun dan sisa-sisa
metabolisme di dalam tubuh bisa dibuang melalui banyak cara, seperti melalui
4. Persepsi Pancaindra
jawab untuk sensasi kulit. Kulit memiliki berbagai reseptor sehingga dapat
berbagai senyawa dalam campuran didasarkan distribusi senyawa pada fase gerak
dan fase diam. Spektrometri massa berfungsi mendeteksi molekul senyawa yang
Dasar kerjanya adalah partisi antara fase diam dan fase gerak (gas). Jadi
gas pengangkut (Carrier Gas), pengatur aliran dan pengatur tekanan, tempat
injeksi, kolom serta detektor. Gas pengangkut berfungsi sebagai fase gerak.
Pengatur aliran dan tekanan berfungsi untuk mengalirkan uap sampel masuk ke
16
dalam kolom. Teknik menginjeksi tergantung pada jenis sampel, adapun jenis
teknik injeksi sampel dalam GC antara lain: split, split less, on column, dan wet
2.7 Organoleptik
mata, telinga, indera pencicip, indera pembau dan indera perabaan atau sentuhan.
Kemampuan alat indera memberikan kesan atau tanggapan dapat dianalisis atau
dibedakan berdasarkan jenis kesan. Luas daerah kesan adalah gambaran dari
17
Menurut Rahayu (1998) mengungkapkan bahwa untuk melaksanakan Untuk
atau analisis sifat sensori suatu komoditi, panel bertindak sebagai instrument atau
alat. Panel ini terdiri dari orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau
mutu berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut
panelis.
dan keterbatasan organoleptik diakibatkan oleh adanya sifat indrawi. Panelis juga
dapat dipengaruhi oleh kondisi mental dan fisik sehingga kepekaan menurun
18
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2018 hingga Januari 2019.
Universitas Pancasila.
Bahan utama dalam penelitian ini adalah daun Kelor yang diperoleh dari
adalah metanol. Isolat bakteri uji berupa S. aureus berasal dari Laboratorium
antibakteri adalah Mueller Hinton Agar (MHA). Bahan uji penentuan aktivitas
masker wajah yang digunakan adalah zinci oxidum, tepung bengkoang, tepung
19
3.3 Diagram Alir Penelitian
Determinasi tumbuhan
Ekstrak daun
kelor
Masker bubuk
ekstrak daun kelor
20
3.4 Prosedur Kerja
Daun kelor dari kebun daerah Bekasi dilakukan determinasi di Pusat Biologi
Bidang Botani LIPI Cibinong. Sampel sebanyak 250 gram yang telah terkumpul
dibersihkan dari kotoran yang melekat pada daun menggunakan air mengalir lalu
serbuk daun kelor. Karakter sampel yaitu daun berwarna hijau segar tanpa bercak
dengan metanol hingga 900 mL, kemudian diaduk dengan pengaduk magnet
selama 30 menit lalu dibiarkan selama 24 jam pada suhu ruang. Sampel disaring
sehingga didapatkan ekstrak yang akan dipisahkan dari pelarut dengan rotary
tetes pereaksi wagner (Lampiran 3) yaitu pereaksi dengan campuran berupa iodin
dan kalium iodida, reaksi positif jika terbentuk endapan coklat dan negatif jika
21
reaksi positif jika terjadi perubahan warna hijau kekuningan. Pemeriksaan fenolat
air. Filtrat dikocok dan didiamkan selama 15 menit. Terbentuknya busa yang
yang sudah ditentukan (Tabel 3). Sebanyak 3 tetes minyak mawar ditambahkan
masker merata. F0; F1; F2; F3; F4 merupakan formula masker bubuk dengan
penambahan ekstrak daun kelor berturut-turut sebesar 0; 12,5; 17,5; 25; dan 35%
sedangkan kontrol positif dan kontrol negatif digunakan untuk pengujian aktivitas
hambat yang terbentuk dari ekstrak uji sedangkan kontrol negatif untuk
22
membuktikan bahwa pelarut yang digunakan tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri.
masker daun kelor dengan mengisi formulir yang disediakan (Lampiran 17).
menggunakan aplikasi SPSS dengan metode uji one way ANOVA, apabila
23
Tabel 4. Skala penilaian uji organoleptik
Parameter Kriteria Skor
Tekstur Sangat tidak sesuai dengan tekstur khas masker 1
Tidak sesuai dengan tekstur khas masker 2
Agak sesuai dengan tekstur khas masker 3
Sesuai (pas) dengan tekstur khas masker 4
Sangat sesuai dengan tekstur khas masker 5
stabilitas emulsi, bobot jenis dan total cemaran mikroba. Hasil uji analisis masker
diolah dengan metode statistik menggunakan aplikasi SPSS dengan metode uji
24
one way ANOVA, apabila hasilnya signifikan maka analisis dilanjutkan dengan
uji Duncan.
Nilai pH
dicelupkan ke dalam pH standar 6,86 dan dicuci dengan akuades. Satu gram
sampel masker wajah daun kelor diencerkan dengan akuades (1:10) lalu diaduk
telah diencerkan dan angka yang terlihat adalah nilai pH-nya (AOAC, 1995).
Stabilitas Emulsi
Emulsi sebanyak 5 gram ditimbang di dalam cawan petri. Wadah dan bahan
cawan berisi sampel dimasukkan lagi ke dalam oven bersuhu 45 oC selama 1 jam.
emulsi. Air yang terpisah diserap dengan kertas saring kestabilannya dihitung
Perhitungan :
Stabilitas emulsi = x 100%
Keterangan :
Berat fase tersisa = (berat bahan emulsi setelah pengoven kedua + cawan) – berat cawan
Berat total bahan emulsi = (berat bahan emulsi + cawan) – berat cawan
Bobot Jenis
Micro tube yang sudah bersih dan kering ditimbang (a). Air sebanyak 1 mL
Micro tube ditutup dan dimasukkan ke dalam pendingin hingga suhunya menjadi
25
25 oC. Micro tube selanjutnya didiamkan pada suhu ruang dan ditimbang berat air
(c). Lakukan hal yang sama pada sampel uji (b) (SNI 16-4399-1996).
Perhitungan :
Bobot jenis sampel (g/mL) =
Keterangan :
a = Bobot micro tube kosong
b = Bobot micro tube + sampel
dalam cawan petri steril secara duplo lalu dituangkan 12-15 mL media Plate
Count Agar (PCA) cair. Cawan petri digoyangkan secara perlahan hingga sampel
inkubator (35±1 oC) dengan posisi terbalik selama 48 jam. Jumlah koloni mikroba
dalam satu gram atau satu mL contoh dihitung dengan mengalikan jumlah rata-
mL larutan DPPH ke dalam tabung reaksi, lalu divortex hingga homogen dan
diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit dalam ruang gelap. Serapan diukur
Campuran tersebut kemudian divortex hingga homogen dan diinkubasi pada suhu
26
ruang selama 30 menit dalam ruang gelap. Serapan diukur pada panjang
wajah sebanyak 2 mL sampel bahan uji yang sebelumnya sudah diencerkan lalu
pada suhu ruang selama 30 menit dalam ruang gelap. Serapan diukur pada
…(1)
…(2)
dan dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk sampai larut sempurna. Labu
ditutup dengan kapas yang dibungkus dengan kain kasa, kemudian disterilkan
Pembuatan suspensi mikroba uji dilakukan dengan cara koloni bakteri yang
27
konsentrasi 2 µg dalam tabung reaksi steril dan dihomogenkan kemudian diukur
cakram. Setelah itu, diinkubasi pada suhu 37 oC selama 18-24 jam. Pengujian
dilakukan terhadap ekstrak metanol daun kelor pada ekstrak pekat, ekstrak
konsentrasi 1g/mL; 0,5 g/mL; 0,25g/mL; 0,125g/mL. Diamati zona hambat yang
itu, diinkubasi pada suhu 37 oC selama 18-24 jam. Diamati zona hambat yang
terbentuk dan diukur diameter zona hambat. Pengujian dilakukan terhadap sediaan
aquades steril.
2017)
metanol. Jenis kolom yang digunakan kapiler tipe fase Rtx-5MS, panjang kolom
sebesar 25 m, dan diameter kolom sebesar 0.25 mm. Gas pembawanya helium.
28
Suhu ruang injeksi dan suhu pirolisis sebesar 250 °C. Suhu kolom 60 °C, laju alir
sebesar 1 ml/menit dan volume injeksi sebanyak 1 μL, tekanan 57,4 kPa dan suhu
sumber ion 230 °C. Jumlah senyawa yang terdapat dalam ekstrak ditunjukkan
oleh jumlah puncak pada kromatogram, sedangkan nama atau jenis senyawa yang
ada diinterpretasikan berdasarkan data spektro massa dari setiap puncak tersebut
29
BAB IV
tanaman uji yang diperoleh dari Bekasi adalah benar tanaman kelor (Lampiran 1).
Tujuan dari pengeringan ialah untuk mengurangi kadar air yang terkandung
pada sampel daun kelor agar dapat disimpan lebih lama, tidak mudah
mampu menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif (Agoes, 2007). Sampel daun
ukurannya semakin besar luas permukaannya maka interaksi zat cairan ekstraksi
akan semakin besar, sehingga proses ekstraksi akan semakin efektif (Tomayahu,
2014). Serbuk daun kelor yang diperoleh pada proses preparasi ialah sebanyak 63
cocok untuk mengekstrak zat aktif berupa antioksidan yang merupakan komponen
kimia yang tidak tahan panas. Tujuan maserasi adalah untuk menarik komponen
kimia yang terdapat dalam sampel, dimana pelarut akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung senyawa aktif. Senyawa aktif
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan senyawa aktif di
30
Pelarut yang digunakan adalah pelarut metanol. Pelarut ini mempunyai sifat
mudah menguap sehingga pelarut pada ekstrak mudah diuapkan tanpa merusak
kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak. Hal ini diperkuat dengan penelitian
oleh Nurindro et al, (2017); Sutrisno dan Lisawati (2011); dan Oktaviana et al,
antioksidan dalam daun kelor untuk pengujian in vivo pada mencit. Pelarut
metanol merupakan pelarut bersifat polar dibandingkan dengan etanol, air dan
untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat yang terlarut yang tak mudah
menguap dan pelarut yang mudah menguap. Menurut Tomayahu (2014), bantuan
pompa vakum akan menurunkan tekanan uap pelarut sehingga pelarut akan
pemanasan yang berlebihan. Hasil yang diperoleh berupa ekstrak kental berwarna
hijau pekat sebanyak 4,5024 g dari 42,003 g sampel daun kelor sehingga
31
Senyawa-senyawa yang dianalisis meliputi senyawa alkaloid, flavonoid, saponin,
Hasil uji fitokimia menunjukan bahwa pada daun kelor terdapat kandungan
Senyawa ini biasanya ditemukan pada daun-daunan yang memiliki rasa pahit.
Fungsi senyawa alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai zat racun untuk melawan
serangga atau hewan pemakan tanaman (Dong et al., 2005; Porras-Reyes et al.,
1993). Endapan coklat yang terbentuk pada uji alkaloid menandakan bahwa dalam
serbuk Mg dan HCl pekat pada uji flavonoid dilakukan karena senyawa flavonoid
bereaksi dengan logam Mg dan asam kuat. Hasil yang diperoleh dari uji flavonoid
positif yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna dari warna hijau
32
(Harborne, 1987). Fenolat sebagian besar adalah antioksidan yang menetralkan
reaksi oksidasi dari radikal bebas yang dapat merusak struktur sel dan
mempunyai berat molekul tinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan gugus
Mathew, 1982). Hasil positif tanin ditunjukkan dengan warna hijau kehitaman
atau biru tua setelah ditambahkan dengan FeCl 3, sehingga dimungkinkan dalam
warna menjadi hijau biru kehitaman, sementara uji positif untuk adanya
Pada uji yang telah dilakukan, penambahan asam asetat anhidrat bertujuan untuk
menghidrolisis air yang akan bereaksi dengan turunan asetil membentuk cincin
merah keunguan maupun hijau sampai biru (Sangi et al., 2008). Pada uji yang
busa yang stabil pada saat dilakukan penambahan HCl 2N. Busa menunjukkan
33
adanya glikosida yang memiliki kemampuan membentuk buih dalam air yang
terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Pardede et al., 2013). Saponin
bebas. Metode ini dipilih karena secara teknis cara kerjanya mudah dan cepat
dengan pengukuran aktivitas yang baik untuk berbagai senyawa, selain itu metode
ini terbukti akurat, efektif dan praktis (Molyneux, 2004). Hasil reaksi antara
DPPH dari ungu pekat menjadi kuning yang terjadi akibat donasi proton yang
dilakukan oleh antioksidan bahan alam kepada DPPH. Perubahan warna ini yang
maka semakin kecil nilai absorbansi yang didapat namun persen inhibisinya
sampel. Persen inhibisi didapat dari perbedaan serapan antara absorbansi DPPH
34
dengan absorbansi sampel yang diukur dengan spektrofotometer UV-Vis
(Molyneux, 2004).
Pada seri konsentrasi dan persen inhibisi diplotkan sebagai fungsi x dan y ke
dalam persamaan regresi linier sehingga didapatkan nilai IC50. Semakin kecil nilai
IC50 maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya (Zuhra et al., 2008). Aktivitas
antioksidan ditandai dengan nilai IC50 yaitu konsentrasi larutan sampel yang
dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH. Semakin kecil nilai IC50
Hasil penelitian menunjukkan nilai IC50 daun kelor sebesar 56,3385 µg/ml.
hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai IC 50 asam askorbat sebesar
2,171 µg/ml (Tabel 6). Semakin rendah nilai IC50 semakin besar daya antioksidan
yang terdapat di dalam sampel. Aktivitas antioksidan suatu senyawa uji dapat
digolongkan menurut nilai IC50. Sehingga dalam penelitian ini, ekstrak metanol
Nilai IC50 ekstrak metanol daun kelor lebih kecil dibandingkan dengan hasil
penelitian Hasanah et al, (2018) yang menyebutkan nilai IC50 ekstrak etanol daun
kelor sebesar 89,3050 ppm dan Hardiyanti (2015) melaporkan pada penelitiannya
nilai IC50 ekstrak metanol daun kelor sebesar 92,5284 ppm. Perbedaan tersebut
dapat dipengaruhi faktor geografis, genetik, sumber benih tanaman, dan kondisi
iklim karena perbedaan kesuburan tanah dan tempat tumbuh dapat memengaruhi
35
Pada penelitian dapat dikatakan bahwa daun kelor berpotensi sebagai
senyawa fenolik atau polifenol juga dapat berupa golongan flavonoid (Syarif et
al., 2008). Beberapa flavonoid yang telah diketahui terkandung dalam daun kelor
penangkapan radikal bebas melalui donor proton hidrogen dari gugus hidroksil
Flavonoid
Pada uji aktivitas antibakteri metode yang digunakan adalah metode difusi
36
akuades steril sebagai kontrol negatif. Efektivitas zat antibakteri ditunjukkan oleh
zona hambat sebagai area jernih yang mengelilingi cakram tempat zat antibakteri
dengan melihat respon zat uji dengan kerjernihan area atau diameter zona hambat
(e)
(d)
(f)
(c)
(a) (b)
hambat dengan ditandai luas area yang lebih jernih daripada sekitarnya. Pengujian
variasi konsentrasi yaitu konsentrasi 1; 0,5; 0,25 dan 0,125 g/mL. Kontrol positif
37
Tabel 7. Hasil pengukuran diameter hambat ekstrak metanol daun kelor
Berdasarkan kategori zona hambat menurut Davis dan Stout (1971) maka
ekstrak metanol daun kelor pada tiap konsentrasi dikategorikan sangat kuat
sehingga dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak metanol daun
kelor maka semakin tinggi rata-rata diameter hambat yang terbentuk di sekeliling
kertas cakram. Ekstrak daun kelor memiliki aktivitas hambatan terhadap S. aureus
Menurut Brooks et al, (2005) bahwa perbedaan diameter zona hambat pada
terkandung pada konsentrasi tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang telah dilaporkan oleh Dima dan Widya (2016) yaitu semakin
tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin besar aktivitas antibakteri dalam
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus. Begitu juga dengan hasil
penelitian, Pal et al, (1995) yang menyatakan bahwa ekstrak etanol daun kelor
memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram positif yaitu bakteri Bacillus
cereus, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Sarcina lutea dan bakteri Gram
antimikroba akan tetapi beberapa bakteri dapat memodifikasi semua sel target
38
untuk dapat bersifat resisten terhadap suatu senyawa atau antibiotik. Pelczar dan
Chan (2006), menyatakan bahwa sel bakteri dikelilingi oleh struktur kaku yang
disebut dinding sel yang melindungi membran sitoplasma dari trauma mekanik
maupun non-mekanik. Setiap zat yang mampu merusak dinding sel atau
melintasi membran. Pada proses ini, senyawa aktif yang ada dalam ekstrak daun
Daun kelor dijadikan bahan baku dalam pembuatan masker bubuk. Produk
karena memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak mudah untuk ditumbuhi oleh
mikroba dan juga tidak membutuhkan pengawet karena memiliki kadar air yang
rendah.
F2; F3; F4 secara berturut-turut dengan penambahan ekstrak daun kelor sebesar
wajah dan mengecilkan pori-pori. Kotoran dan kelebihan minyak akan terabsorpsi
oleh masker dan efek pembersihan kulit diperoleh ketika masker dibersihkan
39
(Gaffney, 1974). Hal ini juga untuk menjaga kestabilan masker terhadap pengaruh
buruk mikroorganisme.
Formula masker juga ditambahkan bahan dasar tepung beras. Tepung beras
kelebihan minyak pada wajah. Disamping itu tepung beras akan mengencangkan
(Ismiyati et al., 2014). Penggunaan minyak mawar akan memberikan aroma yang
kulit. Penambahan daun kelor ini akan mempengaruhi aspek organoleptik masker
bubuk yang dihasilkan seperti warna, aroma, tekstur, dan homogenitas (Tabel 8).
Produk masker bubuk daun kelor yang dihasilkan pada penelitian ini
memiliki warna kuning muda hingga kuning kecoklatan (Tabel 7). Perbedaan
pada formula masker. Semakin banyak konsentrasi daun kelor yang ditambahkan
40
Gambar 7. Produk masker bubuk (Dokumentasi pribadi, 2018)
yang cukup dan tektur yang halus. Masker wajah yang memiliki tektur lembut
ketika dioleskan pada wajah berfungsi mengangkat sel-sel kulit mati sehingga
dapat digantikan dengan sel-sel kulit baru (Ianddcreative, 2010). Sediaan bubuk
memiliki kelebihan, salah satunya adalah tahan lama sehingga lebih stabil
tercium aroma khas aromatik daun kelor ketika sudah dicampurkan beberapa tetes
minyak mayar sebagai pewangi ke dalam formula. Semakin banyak ekstrak daun
kelor yang ditambahkan ke dalam formula maka aroma khas aromatik daun kelor
penerimaan mengenai disukai atau tidak sukainya suatu produk. Uji kesukaan
peraba sebagai alat utama untuk mengukur, menilai, atau menguji mutu suatu
41
Uji kesukaan melibatkan 45 panelis dalam memberikan penilaian mengenai
membandingkan antar produk dengan skala sangat tidak suka hingga sangat suka
(1-5). Uji ini bersifat subjektif dan panelis yang melakukan pengujian merupakan
aroma, tekstur, homogenitas dan kesukaan umum. Rekapitulasi data hasil uji
diolah dengan metode statistik menggunakan aplikasi SPSS dengan metode uji
uji Duncan. Lembar kuisioner uji organoleptik terdapat pada Lampiran 17.
Tekstur
sangat dipertimbangkan oleh konsumen dalam pemilihan masker. Uji ini panelis
sejumlah produk pada tangan dan merasakan kesan tekstur saat pemakaian.
dibandingkan dengan masker F0 dan F3 dengan skor 3,22 dan 3,42 (Tabel 9).
Berdasarkan hasil uji statistika menggunakan anova satu jalur, tidak terdapat
42
ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0,594 (P>0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun kelor dalam formula masker tidak
melakukan penilaian adalah panelis yang tidak terlatih sehingga tidak peka
Warna
suatu produk (Winarno, 2008). Warna dapat menjadi salah satu faktor penilaian
dalam pemilihan suatu produk oleh konsumen. Uji kesukaan terhadap warna
produk dilakukan secara visual, yaitu dengan cara meminta panelis untuk melihat
yang paling tinggi yaitu pada formula masker tanpa penambahan daun kelor (F0)
sebesar 3,91 (Tabel 10). Formula masker tanpa kelor memiliki warna putih khas
tepung beras seperti pada umumnya. Hal ini menandakan bahwa panelis lebih
daun kelor (F1; F2; F3; F4) secara berurutan mengalami penurunan tingkat
kesukaan dengan skor 3,91; 3,60; 3,47; 3,20; dan 3,07. Hal ini menunjukan bahwa
43
semakin pekat warna masker memiliki tingkat kesukaan panelis semakin
berkurang.
Menurut Diana dan Thaman (2006), warna yang terbentuk pada produk
ke dalam formula sangat berperan dalam memberikan warna pada produk. Hasil
penelitian menunjukkan warna yang dihasilkan semakin pekat kecoklatan, hal ini
dikarenakan perlakuan penambahan ekstrak daun kelor yang semakin banyak dan
yang dihasilkan.
terhadap tingkat kesukaan warna diketahui bahwa F0; F1; dan F2 lebih disukai
oleh panelis.
Aroma
Aroma merupakan salah satu parameter sensori yang melekat pada suatu
ditimbulkan oleh rangsangan kimia yang tercium oleh syaraf olfaktori yang
dan mudah dikenali umumnya akan lebih dipilih dibandingkan dengan aroma
44
Aroma yang tercium dari produk masker dipengaruhi dari bahan-bahan
daun kelor sehingga ditambahkan pewangi pada formula untuk mengurangi aroma
dari bahan aktif. Aroma yang dihasilkan dari masker tergantung pada kosentrasi
penambahan ekstrak daun kelor. Semakin banyak ekstrak daun kelor yang
panelis untuk mencium atau menghirup wangi dari produk masker yang
masker F0 dengan skor 3,71 yang diikuti dengan masker F2; F1; F3; dan F4
dengan skor berturut-turut 3,09; 2,89; 2,84; dan 2,84 (Tabel 11).
Berdasarkan hasil uji statistika menggunakan anova satu jalur, tidak terdapat
panelis. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan terhadap tingkat kesukaan aroma
45
Homogenitas
masker yang dihasilkan (Erungan et al., 2009). Uji ini dilakukan untuk
Hal ini ditunjukkan pada pengamatan secara visual yaitu dengan tersebarnya
Berdasarkan hasil uji statistika menggunakan anova satu jalur, tidak terdapat
ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0,083 (P>0,05) (Tabel 12). Hal ini
menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun kelor dalam formula masker tidak
Kesukaan umum
Berdasarkan hasil uji kesukaan umum panelis diperoleh bahwa secara keseluruhan
panelis paling menyukai masker tanpa penambahan daun kelor dengan skor 3,49.
Tidak jauh berbeda dengan tingkat kesukaan panelis terhadap masker daun kelor
46
keberterimaan yang baik. Nilai keberterimaan yang cukup tinggi mengindikasi
Berdasarkan hasil uji statistika menggunakan anova satu jalur, tidak terdapat
ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0,171 (P>0,05) (Tabel 13). Hal ini
menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun kelor dalam formula masker tidak
dilakukan menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis pada masker daun kelor
dipengaruhi oleh tekstur, aroma, warna dan homogenitas yang menyatakan bahwa
penambahan ekstrak daun kelor sebagai zat aktif pada masker terhadap tingkat
4399-1996 mengenai mutu sediaan tabir surya dan 16-6070-1999 mengenai mutu
sediaan masker dilakukan pada produk masker dengan tanpa maupun penambahan
daun kelor dengan konsentrasi 12,5; 17,5; 25; dan 35 %. Parameter pengujian
meliputi pH, bobot jenis, stabilitas emulsi dan cemaran mikroba. Hasil uji analisis
masker dapat diihat pada Lampiran, selanjutnya data tersebut diolah dengan
47
metode statistic menggunakan aplikasi SPSS dengan metode uji one way
Nilai pH
Kadar keasaman yang dapat diketahui dari nilai pH merupakan faktor yang
produk kosmetika disyaratkan berkisar antara 4,5 - 8,0. Produk kosmetika yang
memiliki nilai pH yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah akan menyebabkan
Secara alamiah kulit dapat melindungi diri dari berbagai faktor yang
Factor (NMF) yang merupakan tabir lemak pada lapisan stratum corneum atau
disebut dengan mantel asam (Tranggono dan Latifah, 2014). Menurut Levin dan
berada dalam kisaran syarat mutu menurut SNI 16-4399-1996. Berdassarkan hasil
uji statistik dengan anova satu jalur menunjukkan adanya perbedaan nyata pada
48
sampel masker tersebut. Nilai pH pada produk masker mengalami penurunan jika
penambahan ekstrak daun kelor terdapat perbedaan nyata dengan produk masker
tanpa penambahan ekstrak daun kelor yang dihasilkan dengan nilai pH sebesar
penambahan ekstrak daun kelor 12,5; 17,5; 25; 35 % dimana kandungan daun
kelor memiliki vitamin C ini bersifat asam sehingga mampu menurunkan nilai pH
penyimpanan maka semakin lama pula sediaan dapat terpengaruh oleh lingkungan
bereaksi dengan fasa air sehingga menjadi asam dan dapat dipengaruhi dari
Bobot Jenis
suatu produk. Menurut Suryani et al, (2002) menjelaskan apabila rasio antara fasa
pendispersi dan fasa terdispersi tidak sesuai maka semakin rendah tingkat
yang dipakai pada formula produk. Menurut SNI 16-4399-1996 nilai bobot jenis
49
Tabel 15. Nilai bobot jenis masker
Sampel Nilai bobot jenis
F0 1.03 ± 0,034
F1 1,01 ± 0,005
F2 1.05 ± 0,050
F3 1.03 ± 0,024
F4 1,02 ± 0,016
Hasil menunjukkan bahwa nilai bobot jenis masih berada pada kisaran
syarat mutu SNI 16-4399-1996 dengan nilai rata-rata bobot jenis 1 g/mL. Hal ini
berarti produk masker yang dihasilkan memiliki kestabilan yang baik. Hasil uji
Hal ini membuktikan bahwa adanya penambahan ekstrak daun kelor tidak
Stabilitas Emulsi
emulsi menunjukkan suatu kestabilan bahan, dimana emulsi yang terdapat dalam
Menurut Suryani et al, (2002), emulsi yang baik jika tidak terbentuk lapisan, tidak
daya tahan suatu emulsi dalam rentang waktu tertentu. Kestabilan emulsi pada
emulsi.
sehingga kehilangan fungsi dan manfaatnya sehingga tidak akan disukai oleh
konsumen. Emulsi yang tidak stabil terjadi karena masing-masing fase cenderung
50
bergabung dengan fase sesamanya sehingga membentuk lapisan yang terpisah
(Sjoblom, 2006). Menurut Iwata dan Shimada (2013), prinsip dasar tentang
kestabilan emulsi adalah keseimbangan antara gaya tarik menarik dan gaya tolak
menolak yang terjadi antar partikel dalam sistem emulsi. Apabila tidak terjadi
yang ditandai dengan terjadinya perubahan kimia dan perubahan fisik. Perubahan
kimia yang terjadi antara lain perubahan warna, perubahan bau, dan kristalisasi,
sedangkan perubahan fisik yang terjadi antara lain pemisahan fase, sedimentasi,
fisik tersebut dapat diuji dengan melakukan uji kestabilan temperatur (Tharwat,
Hasil uji analisa masker menunjukkan bahwa nilai rata-rata stabilitas emulsi
mencapai 96,57 - 97,05 % (Tabel 16). Hasil ini menunjukkan bahwa sampel
hampir tidak menunjukkan pemisahan fase atau pemisahan fase yang terjadi
sangat kecil yang menandakan bahwa produk masker memiliki emulsi yang stabil.
Hasil uji statistika dengan anova satu jalur tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata, nilai probabilitas 0,756 (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun
51
4.7.4 Cemaran Mikroba
Analisis total mikroba yang dilakukan didasarkan bahwa setiap sel hidup
akan berkembang menjadi satu koloni yang muncul pada cawan yang merupakan
indeks jumlah mikroba yang dapat hidup dan yang terkandung dalam sampel
(Mitsui, 1997). Total cemaran mikroba merupakan salah satu parameter jaminan
menghindari efek negatif mikroba yang dapat muncul saat menggunakan produk.
pemisahan fase, dan bau yang tidak sedap seiring jangka waktu pemakaian
(Philip, 2006).
pertumbuhan mikroorganisme, antara lain pH, aktivitas air, suhu, dan kandungan
oksigen. Jumlah maksimal cemaran mikroba pada produk masker menurut SNI
dihasilkan masih aman digunakan karena total mikroba masih berada dibawah
batas total mikroba yang disyaratkan SNI 16-4399-1996 dan SNI 16-6070-1999.
dalam suatu bahan. Salah satu motede yang sering digunakan pada analisa total
cemaran mikroba adalah TPC (Total Plate Count). Menurut Apriyantono et al,
(1989), prinsip metode ini adalah jika sel jasad renik yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar maka jasad renik tersebut akan berkembang biak
dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop.
52
Hasil Uji Kualitas Masker secara Keseluruhan
Kualitas masker dalam penelitian ini merujuk pada syarat mutu SNI 16-
antioksidan dan antibakteri dari daun kelor sehingga dapat berperan menjaga
kesehatan kulit dengan penambahan ekstrak daun kelor. Berdasarkan hasil uji
organoleptik dapat diketahui faktor koreksi dari tampilan produk masker yang
jenis masker yang sesuai dengan karakteristik tampilan yang diinginkan. Salah
satu cara mengatasinya ialah dengan penambahan senyawa lain yang dapat
53
Produk masker yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki nilai pH, bobot
jenis, dan cemaran mikroba yang berada pada kisaran nilai standar mutu SNI
(Tabel 17). Berdasarkan hasil uji organoleptik, produk masker kelor terbaik
diperoleh pada masker dengan penambahan ekstrak daun kelor 17,5% yang
ekstrak daun kelor yaitu sebesar 3,29 dan memiliki tekstur yang sangat disukai
panelis.
radikal DPPH tereduksi pada panjang gelombang 516 nm. Metode DPPH yang
sampel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sampel maka
Persen inhibisi didapat dari perbedaan serapan antara absorbansi DPPH dengan
2004).
54
Tabel 18. Hasil uji aktivitas antioksidan masker
antioksidannya (Tabel 18). Hal ini dikarenakan semakin banyak sampel yang
penambahan ekstrak daun kelor 35% yang memiliki nilai persen inhibisi sebesar
66,040%. Sediaan masker bubuk tanpa penambahan ekstrak daun kelor memiliki
nilai persen inhibisi 6,500%. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
formula masker yang ditambahkan ekstrak daun kelor. Hasil uji aktivitas
kelor memiliki aktivitas antioksidan dan berpotensi mencegah penyakit kulit yang
disebabkan radikal bebas. Hal tersebut didukung oleh penelitian Baydar dan
penambahan ekstrak pada sediaan masker dapat menurunkan efek buruk tersebut.
55
4.9 Aktivitas Antibakteri Masker Daun Kelor
aureus dan konsentrasi ekstrak dalam sediaan mana yang membentuk zona
hambat yang paling besar. Bakteri S. aureus merupakan bakteri patogen penyebab
munculnya jerawat (Khan et al., 2015). Metode yang digunakan dalam pengujian
digunakan berupa campuran antara tepung bengkoang, tepung beras dan minyak
(Tabel 19). Menurut Davis and Stout (1971), hasil uji yang diperoleh pada uji
56
penambahan daun kelor) terbentuk zona hambat 10,05 mm sedangkan dengan
penambahan ekstrak daun kelor (F1; F2; F3; dan F4) secara berurutan terbentuk
zona hambat 9,4; 10; 11; dan 12,1 mm. Hasil uji antibakteri pada kontrol negatif
tidak menunjukkan adanya zona hambatan sedangkan kontrol positif pada masker
fitokimia pada penelitian ini tidak positif saponin sehingga ketika diuji antibakteri
terhadap sediaan masker antara kombinasi tepung beras dengan ekstrak daun kelor
dan efek antibakteri sangat tergantung pada konsentrasi yang diberikan (Nazzaro
et al., 2013).
(c)
(e)
(b)
(d)
(a)
57
Hasil aktivitas antibakteri didapatkan dengan melihat respon zat uji pada
media difusi sumuran yang ditandai dengan kejernihan area atau luas diameter
dihasilkan berbeda pula. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun kelor yang
dalamnya. Bila jumlah zat antibakteri dari ekstrak daun kelor semakin besar maka
semakin besar pula bakteri S. aureus yang dirusak baik itu struktur tubuh maupun
antibakteri, konsentrasi ekstrak, daya difusi ekstrak dan jenis bakteri yang
4.10 Hasil Analisis Komponen Kimia Ekstrak Metanol Daun Kelor dengan
terkandung dalam ekstrak daun kelor. Menurut Shanta dan Napotilano (1992)
mengatakan bahwa salah satu syarat untuk senyawa supaya dapat dianalisis
58
Gambar 9. Kromatogram hasil pemisahan ekstrak daun kelor
Dari spektra GC-MS terdapat dapat terlihat ada beberapa puncak dengan
waktu retensi, kelimpahan, dan luas puncak yang berbeda (Lampiran 14). Hasil
21,165 menit dengan kadar 7,42% yang diindikasikan sebagai asam quinic yang
memiliki berat molekul (m/z) 192. Puncak-puncak yang muncul pada fragmentasi
senyawa tersebut adalah m/z 186, 156, 138, 112, 100, 84, 71, 60, 43.
Salah satu asam yang terkandung di dalam kopi adalah asam quinic yang
dapat menjadi antioksidan pada kopi. Kopi mengandung beberapa spesies xanthin
seperti kafein, teobromin dan teofilin (Kiyohara, 1999). Senyawa fenolik, 200-550
mg per cangkir di minuman kopi. Asam chlorogenic seperti caffeic, asam ferulic,
59
asam quinic dan di-caffeoyl-quinic yang terkonjugasi dengan tirosin, tryptophane
atau fenilalanin dan Proanthocyanidin (Clifford, 2004). Kopi juga sumber penting
dari polifenol seperti asam kafeat, asam klorogenat, asam koumarat, asam ferulat,
Penelitian ini menghasilkan base peak atau puncak tertinggi yaitu pada
peak 12 pada waktu retensi (tR) 29,439 menit dengan kadar 41,81% yang
diindikasikan sebagai asam linoleat yang memiliki berat molekul (m/z) 278.
Puncak-puncak yang muncul pada fragmentasi senyawa tersebut adalah m/z 264,
249, 222, 209, 191, 164, 149, 135, 121, 108, 95, 79, 67, 55, 41
omega 6. Jenis asam lemak ini dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan EPA
serum kolesterol dalam tubuh, sehingga dampak negatif dari sterol nabati dapat
60
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
dihasilkan nilai IC50 sebesar 56,3385 µg/ml dan aktivitas antibakteri ekstrak
ekstrak daun kelor 35% memiliki nilai inhibisi sebesar 66,040% dan tanpa
17,5; 25; dan 35 % memenuhi syarat mutu memenuhi syarat mutu SNI 16-
5.2 Saran
Saran dari penelitian ini adalah agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
61
karakterisasi mutu fisik masker bubuk dapat dilakukan dengan interval waktu
tertentu untuk mengetahui kualitas dan ketahanan suatu produk masker serta dapat
Isolasi asam quinic yang sangat berpengaruh dalam uji antioksidan dan
antibakteri.
62
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Ali D, Ali EM, Seyed FN, Seyed MN. 2009. Antioxidant Activity of the
Methanol Extract of Ferula Assafoetida and Its Essential Oil Composition.
Grasas y Aceites. 60(4): 405–412.
Armala MM. 2009. Daya Antioksidan Fraksi Air Ekstrak Herba Kenikir (Cosmos
Caudatus HBK) Dan Profil KLT [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.
Balsam MS. 1972. Cosmetics Science and Technology. United States of America:
John Wiley & Sons Canada.
63
Bhattacharya A, Agrawal D, Ghosh G, Kumar SP. 2014. GC-MS Profiling of
Ethanolic Extract of Moringa Oleifera Leaf. International Journal of
Pharma and Bio Sciences. 5(4): 263–275.
Brooks GR, Butel JS, Morse SA. 2005. Mikrobologi Kedokteran Edisi Pertama.
Jakarta: Salemba Medika.
Buck DF. 1991. Food Additive User’s Handbook. Galsgow-UK: Blakie Academic
dan Profesional.
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wotton M. 2010. Ilmu Pangan. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Bukar A, Uba A, Oyeyi TI. 2011. Antimicrobial Profile of Moringa Oleifera Lam.
Extracts against Some Food – Borne Microorganisms. Bayero Journal of
Pure and Applied Sciences. 3(1): 43-48.
Cahyana M, Taufik EA, Herry. 2002. Isolasi Senyawa Antioksidan Ekstrak Kulit
Batang Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii Nees Ex Blume). Prosiding
Penelitian SPeSIA Unisba: 223–224.
Clifford MN dan Knight S. 2004. Food Chemistry The cinnamoyl – amino acid
conjugates of green robusta coffee beans. Food Chemistry. 87(3): 457-463.
Davis WW dan Stout TR. 1971. Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic
Assay. Applied microbiology 22(4): 666–670.
Diana ZD dan Thaman A. 2006. Cosmetic Formulation Skin Care Products. USA:
Taylor dan Francis Group.
Dima LLRH dan Widya AL. 2016. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kelor
(Moringa Oleifera L.) Terhadap Bakteri Escherichia Coli Dan
Staphylococcus Aureus. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi 5(2): 282–289.
Djousse L, Pankow JS, Eckfeldt JH. 2001. Relation Between Dietary Linolenic
Acid and Coronary Artery Disease in the National Heart, Lung, and Blood
Institute Family Heart Study. Am Journal Clin Nutr. 5(1): 612-619
64
Estiasih T dan Andiyas DK. 2006. Aktivitas Oksidan Ekstrak Umbi Akar Ginseng
Jawa (Talium Triangulare). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 18(3):
166–175.
Farber L. 1974. Face Powder, Cosmetics Science and Tecnology. New York:
Willey-Interscience.
Gaffney MD. 1974. Cosmetics Science and Tecnology. New York: Willey-
Interscience.
Halliwell B dan Gutteridge MC. 2000. Free Radical in Biology and Medicine.
New York: Oxford University Press.
Hariana DHA. 2008. Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya Seri 2. Depok: Penebar
Swadaya.
Harmita dan Maksum R. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran.
Ianddcreative. 2010. Tip Dan Trik 02: Shading Dan Countouring. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
65
Ikalinus R, Widyastuti KS, Eka SN. 2015. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol
Kulit Batang Kelor (Moringa Oleifera). Indonesia Medicus Veterinus 4(1):
71–79.
Jayalaksmi A dan Mathew AG. 1982. Chemical Composition and Processing The
Arecanut Palm (Areca Catechu). India: Kasaragod.
Khan HA, Ahmad A, Mehboob R. 2015. Nosocomial Infections and their Control
Strategies. Journal Trop Biomed 5(7): 505–509.
Kleden MM. 2016. Potensi Daun Kelor (Moringa oleifera, Lam) Dari Daerah
Nusa Tenggara Timur Untuk Meningkatkan Tampilan Reproduksi Ternak
dengan Menggunakan Kelinci sebagai Model. [Repository]. Malang:
Universitas Brawijaya.
Krisnadi AD. 2010. Kelor, Super Nutrisi. Blora: Pusat Informasi dan
Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia.
Lautan J.1997. Radikal Bebas Pada Eritrosit dan Leukosit. Jurnal Cermin Dunia
Kedokteran
Levin J dan Maibach H. 2008. Human Skin Buffering Capacity. Journal of Skin
Research and Technology. 14(2): 121–126.
66
Laut (Euchema cottonii) sebagai Formula Krim Tabir Surya. Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 19(3): 183-195.
Maharani MD, Gama SI, Masruhim MA. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri
Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam) dan Daun
Salam (Syzygium Polyanthum Walp). Mulawarman Pharmaceuticals
Conferences. 3(1): 48–53.
Melayanti PC dan Dwiyanti S. 2017. Pengaruh persentase umpi rumput teki dan
tepung beras terhadap kulit wajah hiperpigmentasi. European Review for
Medical and Pharmacological Sciences journal. 6: 89–98.
Natsir NH. 2012. Pengaruh Jenis Pengikat Terhadap Sifat Fisika Sediaan Serbuk
Masker Wajah Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) [Skripsi]. Makassar:
UIN Alauddin.
Nurindro RF, Rasjad MI, Lyrawati D. 2017. Pengaruh Ekstrak Metanol Daun
Kelor Mempengaruhi Ekspresi P53 Mukosa Kolon Tikus Yang Diinduksi
DMBA (7,12 Dimethybenz(a)Anthracene). Jurnal Kedokteran Brawijaya.
67
27(4): 207–211.
Offor IF, Ehiri RC, Njoku CN. 2014. Roximate Nutritional Analysis and Heavy
Metal Composition of Dried Moringa Oleifera Leaves from Oshiri Onicha
L.G.A, Ebonyi State, Nigeria. IOSR Journal of Environmental Science,
Toxicology and Food Technology. 1(1): 57–62.
Oktaviana KT, Indra MR, Ratnawati R. 2012. Pengaruh Ekstrak Metanol Daun
Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap Penghambatan Aktivasi NF-KB Pada
Hepar Tikus Wistar Model Hepatocellular Carcinoma (HCC) Yang
Diinduksi DMBA (7,12 Dimethybenz(α)Anthracene) [Skripsi]. Malang:
Universitas Brawijaya.
Palada MC dan Chang LC. 2003. Suggested Cultural Practices for Moringa.
Taiwan: AVRDC Inc.
Pandey A, Pandey RD, Tripathi P, Gupta PP, Haider J, Bhatt S, Singh AV. 2014.
Medicinal and Aromatic Plants Moringa Oleifera Lam. (Sahijan - A Plant
with a Plethora of Diverse Therapeutic Benefits: An Updated Retrospection,
Journal of Medical Aromatic Plants. 1(1): 1–8.
Philip AG. 2006. Cosmetic Microbiology. New York: Taylor and Francis Group.
68
Pratiwi ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Saleh E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Sumatera Utara:
Universitas Sumatera Utara Press. 2-7
Sayuti K dan Yenrina R. 2015. Antioksidan Alami Dan Sintetik. Padang: Andalas
University Press.
69
Setyaningsih D, Anton A, Maya PS. 2010. Analisis Sensori Untuk Industri
Pangan Dan Agro. Bogor: IPB Press.
Shanta N dan Napotilano GE. 1992. Review: Gas Chromatography of Fatty Acid.
Journal of Chromatography. 625(1): 37-51
Sjoblom J. 2006. Emulsions and Emulsion Stability. New York: Taylor and
Francis Group.
Small E. 2012. Top 100 Exotic Food Plants. New York (US): CRC Press.
Sutrisno dan Lisawati. 2011. Efek Pemberian Ekstrak Metanol Daun Kelor
(Moringa Oleifera) Meningkatkan Apoptosis Pada Sel Epitel Kolon Tikus
(Ratus Norvegius) Wister Yang Diinduksi (7,12 Dimethybenz(α)Anthracene)
DMBA [Skripsi]. Malang: Universitas Brawijaya.
Tharwat, T. 2013. Emulsion Formation and Stability. London: John Wiley and
Sons Inc.
Tomayahu R. 2014. Identifikasi Senyawa Aktif dan Uji Toksisitas Ekstrak Daun
Binahong (Andrederacordifolia Ten.Steenis) dengan Metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT) [Tesis]. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
70
Vongsak B, Sithisarn P, Mangmool S, Thongpraditchote S, Wongkrajang Y,
Gritsanapan W. 2013. Maximizing Total Phenolics, Total Flavonoids
Contents and Antioxidant Activity of Moringa Oleifera Leaf Extract by the
Appropriate Extraction Method. Industrial Crops and Products. 44: 566–
571.
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan Dan Gizi. Bogor: MBRIO Press.
71
LAMPIRAN
72
Lampiran 2. Hasil ekstraksi
Contoh perhitungan:
73
Lampiran 3. Pembuatan reagen fitokimia
1. Lieberman Burchard
Ditambahkan 5 ml asam asetat anhidrat ke dalam 5 ml asam sulfat pekat
secara perlahan, kemudian ditambahkan etanol absolut sampai volume 50
ml lalu didinginkan dengan air es. Pereaksi ini harus dibuat baru (Mulyono,
2009).
2. Wagner
Pereaksi wagner dibuat dengan cara 10 ml akuades dipipet kemudian
ditambahkan 2,5 gram iodin dan 2 gram kalium iodide lalu dilarutkan dan
diencerkan dengan akuades menjadi 200 ml dalam labu takar. Pereaksi ini
berwarna coklat.
3. FeCl3 1 %
Ditimbang 1 gram FeCl3 ke dalam labu ukur 100 ml kemudian dikocok
hingga homogen.
74
Lampiran 4. Uji aktivitas antioksidan daun kelor
Tabel 20. Pengukuran aktivitas antioksidan daun kelor
75
Lampiran 5. Uji aktivitas antioksidan asam askorbat
Tabel 21. Pengukuran aktivitas antioksidan asam askorbat
76
Lampiran 6. Uji aktivitas antibakteri daun kelor
Keterangan :
F0 : Tanpa penambahan daun kelor
F1 : Penambahan daun kelor 12,5%
F2 : Penambahan daun kelor 17,5%
F3 : Penambahan daun kelor 25%
F4 : Penambahan daun kelor 35%
77
Lampiran 7. Hasil rekapitulasi uji organoleptik masker bubuk daun kelor
78
Tabel 25. Hasil analisis ragam warna masker daun kelor
Panelis F0 F1 F2 F3 F4
1 3 3 3 5 5
2 4 4 3 3 3
3 3 4 5 4 5
4 5 5 5 4 2
5 3 3 3 3 2
6 4 4 4 2 2
7 4 4 5 4 5
8 3 3 4 3 1
9 3 4 4 3 2
10 5 4 4 3 3
11 5 3 3 3 3
12 2 4 3 3 3
13 4 3 2 1 1
14 5 5 4 4 3
15 3 2 3 4 3
16 4 4 4 4 4
17 5 4 4 2 2
18 5 3 2 3 3
19 5 3 3 3 3
20 4 3 2 2 2
21 5 4 4 4 3
22 4 3 3 3 2
23 4 4 4 3 2
24 4 3 3 2 2
25 4 4 3 3 3
26 5 4 4 4 4
27 4 3 4 4 3
28 3 3 3 3 2
29 4 4 5 3 3
30 4 3 3 2 3
31 4 3 3 3 3
32 2 3 3 4 4
33 4 4 4 4 4
34 4 3 3 3 2
35 4 4 4 4 5
36 5 4 4 4 4
37 3 4 3 5 3
38 5 4 3 3 3
39 4 4 4 4 4
40 2 3 4 4 5
41 4 4 5 4 5
42 5 5 4 2 2
43 3 4 1 2 5
44 3 3 2 2 3
45 4 3 3 2 2
Jumlah 176 162 156 144 138
Rata-rata 3,911 3,6 3,467 3,2 3,07
79
Tabel 26. Hasil analisis ragam aroma masker daun kelor
Panelis F0 F1 F2 F3 F4
1 5 3 5 2 2
2 4 3 3 2 3
3 2 3 4 4 5
4 5 4 5 4 2
5 4 3 4 3 3
6 2 3 3 3 4
7 3 4 4 4 4
8 3 2 4 2 1
9 4 1 2 2 2
10 4 2 3 4 1
11 3 2 1 1 1
12 2 4 4 3 3
13 5 1 1 1 1
14 5 4 4 4 4
15 2 2 2 3 4
16 2 4 4 3 3
17 5 3 3 2 2
18 3 4 2 1 1
19 1 1 1 2 1
20 4 2 2 2 2
21 5 3 4 3 3
22 3 1 1 2 2
23 4 3 3 3 2
24 4 3 2 2 3
25 4 3 3 2 3
26 5 5 4 4 5
27 3 2 3 2 2
28 4 3 4 2 2
29 1 5 5 4 4
30 4 3 3 3 3
31 5 4 5 5 5
32 2 1 2 3 4
33 4 3 3 2 2
34 5 4 3 4 4
35 5 4 4 4 5
36 5 4 4 3 3
37 5 2 2 2 1
38 4 1 2 4 3
39 5 4 3 4 4
40 2 4 4 4 5
41 4 4 4 5 5
42 4 3 2 2 2
43 5 1 4 2 3
44 4 1 1 1 1
45 3 4 3 4 3
Jumlah 167 130 139 128 128
Rata-rata 3,711 2,889 3,089 2,844 2,844
80
Tabel 27. Hasil analisis ragam homogenitas masker daun kelor
Panelis F0 F1 F2 F3 F4
1 2 3 3 5 4
2 4 3 3 3 3
3 4 3 5 4 5
4 4 5 5 4 2
5 3 3 3 3 3
6 4 4 4 2 3
7 1 4 5 5 5
8 1 2 3 3 2
9 2 4 4 4 3
10 3 3 3 3 3
11 4 4 4 4 3
12 2 4 2 2 2
13 2 4 3 2 2
14 5 4 4 4 4
15 3 4 3 3 3
16 1 3 3 3 3
17 4 4 3 3 3
18 4 3 3 2 2
19 4 2 4 2 4
20 3 4 3 3 3
21 5 5 5 5 5
22 3 3 4 4 5
23 2 4 4 4 2
24 4 3 3 3 3
25 4 4 4 4 4
26 4 5 5 4 5
27 5 2 3 4 4
28 4 4 4 4 4
29 2 3 4 4 4
30 4 3 4 5 5
31 3 4 4 4 4
32 1 4 4 4 5
33 2 4 4 4 4
34 3 4 4 4 4
35 4 4 4 5 5
36 4 4 4 3 3
37 3 4 4 4 3
38 3 3 3 4 5
39 4 4 4 5 5
40 2 3 3 4 5
41 4 5 5 4 5
42 4 5 5 5 3
43 4 5 2 3 1
44 3 3 3 3 3
45 4 4 4 4 4
Jumlah 145 166 167 165 162
Rata-rata 3,222 3,689 3,711 3,667 3,6
81
Tabel 28. Hasil analisis ragam kesukaan umum masker daun kelor
Panelis F0 F1 F2 F3 F4
1 3 3 3 4 3
2 4 3 3 3 3
3 2 2 5 4 5
4 5 5 5 4 2
5 3 3 3 3 3
6 3 3 4 2 3
7 2 2 4 2 5
8 2 2 3 2 2
9 4 3 3 3 2
10 2 2 3 4 4
11 4 4 3 3 3
12 2 4 3 3 3
13 5 4 3 2 1
14 5 5 4 4 4
15 3 3 2 3 2
16 2 3 1 2 2
17 5 3 2 2 2
18 4 2 2 1 1
19 3 2 2 2 2
20 4 3 3 2 2
21 4 3 4 3 4
22 3 2 2 3 2
23 2 3 4 4 2
24 4 3 4 3 3
25 4 3 3 3 3
26 4 5 3 4 4
27 5 4 3 3 2
28 4 2 3 3 3
29 1 5 5 3 4
30 5 2 2 4 4
31 3 4 4 4 4
32 2 3 4 4 5
33 3 4 4 3 3
34 4 3 3 3 3
35 5 2 2 3 4
36 5 4 4 3 3
37 4 4 3 4 3
38 4 3 3 4 5
39 4 4 5 5 3
40 2 3 3 4 4
41 4 4 4 5 5
42 4 5 4 4 2
43 3 4 5 2 1
44 4 3 2 2 2
45 3 4 4 3 2
Jumlah 157 147 148 141 134
Rata-rata 3,489 3,267 3,29 3,133 2,978
82
Lampiran 8. Hasil uji analisis masker
1. Nilai pH
2. Bobot Jenis
3. Stabilitas Emulsi
83
Lampiran 9. Hasil uji aktivitas antioksidan masker bubuk daun kelor
84
Lampiran 10. Hasil statistika oneway anova uji organoleptik masker
1. Tekstur
Descriptives
Tekstur
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Min Max
Deviation Error Mean
Lower Bound Upper Bound
F0 45 3.42 .941 .140 3.14 3.70 1 5
F1 45 3.47 .968 .144 3.18 3.76 1 5
F2 45 3.56 .893 .133 3.29 3.82 2 5
F3 45 3.22 1.126 .168 2.88 3.56 1 5
F4 45 3.49 1.121 .167 3.15 3.83 1 5
Total 225 3.43 1.012 .067 3.30 3.56 1 5
ANOVA
Tekstur
Keterangan :
F0 : Tanpa penambahan daun kelor
F1 : Penambahan daun kelor 12,5%
F2 : Penambahan daun kelor 17,5%
F3 : Penambahan daun kelor 25%
F4 : Penambahan daun kelor 35%
85
2. Warna
Descriptives
Warna
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Min Max
Deviation Error Mean
Lower Bound Upper Bound
F0 45 3.20 .894 .133 2.93 3.47 1 5
F1 45 3.60 .654 .097 3.40 3.80 2 5
F2 45 3.47 .894 .133 3.20 3.74 1 5
F3 45 3.91 .874 .130 3.65 4.17 2 5
F4 45 3.07 1.116 .166 2.73 3.40 1 5
Total 225 3.45 .939 .063 3.33 3.57 1 5
ANOVA
86
3. Aroma
Descriptives
Aroma
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Min Max
Deviation Error Mean
Lower Bound Upper Bound
F0 45 2.84 1.086 .162 2.52 3.17 1 5
F1 45 2.89 1.172 .175 2.54 3.24 1 5
F2 45 3.09 1.164 .174 2.74 3.44 1 5
F3 45 3.71 1.199 .179 3.35 4.07 1 5
F4 45 2.84 1.296 .193 2.46 3.23 1 5
Total 225 3.08 1.221 .081 2.92 3.24 1 5
ANOVA
87
4. Homogenitas
Descriptives
Homogenitas
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Min Max
Deviation Error Mean
Lower Bound Upper Bound
F3 45 3.67 .879 .131 3.40 3.93 2 5
F1 45 3.69 .793 .118 3.45 3.93 2 5
F2 45 3.71 .787 .117 3.47 3.95 2 5
F0 45 3.22 1.106 .165 2.89 3.55 1 5
F4 45 3.60 1.095 .163 3.27 3.93 1 5
Total 225 3.58 .952 .063 3.45 3.70 1 5
ANOVA
Homogenitas
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 7.422 4 1.856 2.088 .083
Within Groups 195.467 220 .888
Total 202.889 224
88
5. Kesukaan Umum
Descriptives
Kesukaan Umum
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Min Max
Deviation Error Mean
Lower Bound Upper Bound
F3 45 3.13 .894 .133 2.86 3.40 1 5
F1 45 3.27 .939 .140 2.98 3.55 2 5
F2 45 3.29 .968 .144 3.00 3.58 1 5
F0 45 3.49 1.079 .161 3.16 3.81 1 5
F4 45 2.98 1.118 .167 2.64 3.31 1 5
Total 225 3.23 1.009 .067 3.10 3.36 1 5
ANOVA
Kesukaan Umum
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 6.516 4 1.629 1.618 .171
Within Groups 221.467 220 1.007
Total 227.982 224
89
Lampiran 11. Hasil statistika oneway anova uji antioksidan masker
Descriptives
Persen_inhibisi
N Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval for Min Max
Deviation Mean
Lower Bound Upper Bound
F0 2 6.500 .995 .704 -2.441 15.443 5.797 7.205
F1 2 28.905 1.753 1.240 13.155 44.656 27.666 30.145
F2 2 51.442 1.425 1.008 38.642 64.242 50.435 52.450
F3 2 60.836 1.182 .838 50.217 71.455 60.000 61.672
F4 2 66.040 .066 .046 65.451 66.630 65.994 66.087
FVitC 2 96.243 .015 .011 96.105 96.381 96.232 96.254
Total 12 51.661 29.663 8.563 32.814 70.509 5.797 96.254
ANOVA
Persen_inhibisi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 9671.581 5 1934.316 1548.495 .000
Within Groups 7.495 6 1.249
Total 9679.075 11
90
Lampiran 12. Hasil statistika oneway anova uji analisis masker
1. Nilai pH
Descriptives
Nilai_pH
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Min Max
Deviation Error Mean
Lower Bound Upper Bound
F3 2 5.500 .000 .000 5.500 5.500 5.50 5.50
F1 2 5.860 .014 .010 5.733 5.987 5.85 5.87
F2 2 5.725 .007 .005 5.662 5.788 5.72 5.73
F0 2 6.020 .000 .000 6.020 6.020 6.02 6.02
F4 2 5.455 .007 .005 5.392 5.518 5.45 5.46
Total 10 5.712 .225 .072 5.551 5.873 5.45 6.02
ANOVA
Nilai_pH
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .456 4 .114 1899.417 .000
Within Groups .000 5 .000
Total .456 9
91
2. Bobot Jenis
Descriptives
Bobot_Jenis
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Min Max
Deviation Error Mean
Lower Bound Upper Bound
F3 2 1.035 .025 .018 .811 1.260 1.017 1.053
F1 2 1.014 .005 .0038 .971 1.057 1.011 1.017
F2 2 1.053 .050 .036 .599 1.507 1.017 1.089
F0 2 1.039 .034 .024 .732 1.346 1.015 1.063
F4 2 1.031 .017 .012 .879 1.181 1.019 1.042
Total 10 1.034 .026 .008 1.015 1.053 1.011 1.089
ANOVA
Bobot_Jenis
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .002 4 .000 .433 .781
Within Groups .005 5 .001
Total .006 9
92
3. Stabilitas Emulsi
Descriptives
Stabilitas_Emulsi
N Mean Std. Std. 95% Confidence Min Max
Deviation Error Interval for Mean
Lower Upper
Bound Bound
F3 2 97.052 .185 .131 95.391 98.713 96.921 97.183
F1 2 96.865 .055 .039 96.368 97.362 96.826 96.904
F2 2 97.039 .204 .145 95.202 98.878 96.895 97.184
F0 2 96.571 .621 .439 90.993 102.150 96.132 97.011
F4 2 96.715 .670 .473 90.701 102.731 96.242 97.189
Total 10 96.848 .374 .118 96.581 97.116 96.132 97.189
ANOVA
Stabilitas_emulsi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .345 4 .086 .473 .756
Within Groups .913 5 .183
Total 1.258 9
93
Lampiran 13. Hasil kromatogram uji analisis komponen kimia GC-MS
94
Lampiran 14. Hasil uji analisis GC-MS ekstrak metanol daun kelor
Peak R.Time Area % Similarity Nama Senyawa
Index (SI)
1 7.227 4.33 94 1,2,3-Propanetriol (CAS) Glycerol
2 9.837 1.02 69 4H-Pyran-4-one, 3-hydroxy-2-methyl-
(CAS) Maltol
3 11.607 4.26 93 4H-Pyran-4-one, 2,3-dihydro-3,5-
dihydroxy-6-methyl- (CAS) 3,5-
dihydroxy-2-methyl-5,6-dihydropyran
4 13.792 2.17 81 1,2,3-Propanetriol monoacetate
5 14.488 2.79 78 1,3-Dioxolane, 2-ethenyl-2,4-dimethyl-,
trans-2,4-Dimethyl-2-vinyl-1,3-dioxolane
6 17.836 6.52 82 2-amino-9-(3,4-dihydroxy-5-
hydroxymethyl-tetrahydrofuran)-3,9-
dihydropuri
7 21.165 7.42 84 Asam Quinic
8 26.383 1.90 83 Pentadecanoic acid, 14-methyl-, methyl
ester (CAS) methyl-14-methyll-
pentadecanoat
10 28.931 4.32 87 9,12,15-Octadecatrienoic acid, methyl
ester (CAS) Methyl 9,12,15-
octadecatrienoate
11 29.075 2.95 89 2-Hexadecen-1-ol, 3,7,11,15-tetramethyl-,
[R-[R*,R*-(E)]]- (CAS) Phytol
12 29.439 41.81 91 9,12,15-Octadecatrienoic acid, (Z,Z,Z)-
Linolenic acid
13 29.739 2.81 79 Octadecanoic acid, 2-(2-hydroxyethoxy)
ethyl ester
95
Lampiran 15. Gambar alat, bahan dan proses penelitian
96
Hasil ekstraksi daun kelor Pengujian alkaloid
97
Pengujian tanin Pembuatan masker bubuk
98
Lampiran 16. Lembar kesediaan panelis
99
Lampiran 17. Lembar uji kuisioner organoleptik
DEFINISI:
Menurut SNI 16-6070-1999, sediaan masker adalah sediaan kosmetika
dimana campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya, digunakan untuk
memberikan rasa kencang pada kulit dan efek membersihkan. Masker bubuk merupakan
salah satu sediaan masker dalam bentuk serbuk dan biasanya masker ini terbuat dari bahan-
bahan yang dihaluskan dan diambil airnya.
KARAKTERISTIK:
Berbentuk serbuk dengan diameter tertentu (berbeda-beda). Tekstur masker yang ideal
adalah lembut, halus, kurang padat (serbuk). Masker memiliki warna berbeda-beda
tergantung bahan dasar yang digunakan namun pada masker ini memiliki warna
kekuningan alami yang mendekati warna campuran dari tepung beras (jika tanpa
pewarna), sedangkan aroma masker adalah aroma yang khas masker tanpa ada bau negatif.
Homogenitas masker adalah biasanya bercampurnya bahan-bahan yang digunakan secara
sempurna.
CARA PENGGUNAAN
Masker biasa digunakan sebagai pembersih dan menghaluskan wajah. Masker dapat
digunakan secara langsung kapanpun dan dimanapun. Masker bubuk ini digunakan dengan
cara melarutkannya masker dengan air mawar sehingga dapat berbentuk pasta selanjutnya
dioleskan ke punggung tangan.
100
UJI MUTU ORGANOLEPTIK
Karakterisasi Produk Masker Bubuk
WARNA
Sangat tidak sesuai dengan warna khas masker 1
Tidak sesuai dengan warna khas masker 2
Agak sesuai dengan warna khas masker 3
Sesuai (pas) dengan warna khas masker 4
Sangat sesuai dengan warna khas masker 5
AROMA
Sangat tidak sesuai dengan aroma khas masker 1
Tidak sesuai dengan aroma khas masker 2
Agak sesuai dengan aroma khas masker 3
Sesuai (pas) dengan aroma khas masker 4
Sangat sesuai dengan aroma khas masker 5
101
UJI MUTU ORGANOLEPTIK
Karakterisasi Produk Masker Bubuk
Kode Sampel
Spesifikasi Nilai 361 195 251 106 549
HOMOGENITAS
Sangat tidak homogen, (bentuk lain yang tidak
dikehendaki sangat nyata) 1
Tidak homogen, (ada sedikit bentuk lain yang tidak
dikehendaki) 2
Agak homogen, (agak (seperti) bentuk khas masker) 3
Homogen, (Sesuai bentuk khas masker) 4
Sangat homogen, (sangat sesuai bentuk khas masker) 5
KESUKAAN UMUM
Sangat tidak suka 1
Tidak suka 2
Agak suka 3
Suka 4
Sangat suka 5
……………
102