SKRIPSI
AFIFAH AZZAHRA
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
AFIFAH AZZAHRA
11150960000046
LEMBAGA MANAPUN.
Afifah Azzahra
11150960000046
ABSTRAK
AFIFAH AZZAHRA. Sintesis Ester Geraniol Minyak Sereh Wangi dan Uji
Sitotoksik Terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7. Dibimbing oleh TARSO
RUDIANA dan GALUH WIDIYARTI
Minyak sereh wangi merupakan minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman sereh
wangi (Cymbopogon nardus). Komponen utama dalam minyak sereh wangi
adalah sitronelal, sitronelol, dan geraniol. Geraniol diketahui memiliki bioaktivitas
sebagai agen antitumor, sehingga senyawa turunan dari geraniol dapat berpotensi
sebagai agen kemoprevensi untuk kanker. Tujuan penelitian ini adalah
mensintesis ester geraniol yaitu geranil propionat dari minyak sereh wangi dan
melakukan uji sitotoksik terhadap sel kanker payudara MCF-7. Tahapan
penelitian ini meliputi reaksi estrifikasi geraniol dengan asam propionat
menggunakan katalis basa, pemisahan dan pemurnian hasil reaksi dengan metode
ekstraksi dan kromatografi kolom, identifikasi struktur dengan metode
spektroskopi FTIR, GCMS, dan 1H-NMR, serta uji aktivitas antikanker payudara
(MCF-7) dengan metode alamar blue. Estrifikasi geraniol dilakukan pada suhu
80C selama 7 jam menghasilkan berat ester sebanyak 263 mg dengan rendemen
sebesar 25,02%. Hasil analisis GCMS menghasilkan 32 puncak dengan puncak
dominan pada waktu 12,629 menit, yang merupakan puncak dari senyawa (Z)-3,7-
dimetil-2,6-oktadien-1-ol propanoat, (MS = 210 g/mol). Analisis FTIR
menunjukkan adanya vibrasi dari gugus fungsi C=O (1724,36 cm-1) dan C-O ester
(1074 cm-1). Analisis 1H-NMR menunjukkan (δH 2,04 H-2ʹ), (δH 0,89 H-3ʹ), (δH
3,66 H-1), (δH 5,34 H-2), (δH 2,35 H-4), (δH 2,12 H-5), (δH 5,23 H-6), (δH 1,28 H-
8), (δH 1,34 H-9), (δH 1,76 H-10) yang memiliki kesesuaian tinggi dengan isomer
senyawa dari geranil propionat. Uji antikanker menunjukkan ester hasil sintesis
memiliki aktivitas antikanker dengan nilai IC50 sebesar 0,40 ppm.
Kata kunci: minyak sereh, geraniol, ester, sitotoksik, sel kanker payudara MCF-7
.
ABSTRACT
Citronella oil is an essential oil produced from the citronella plant (Cymbopogon
nardus). The main components in citronella oil are citronellal, citronellol, and
geraniol. Geraniol is known to have bioactivity as an antitumor agent, so
compounds derived from geraniol can be potential as chemoprevention agents for
cancer. The purpose of this study was to synthesize geraniol esters, namely geranil
propionate from citronella oil and to carry out cytotoxic tests on MCF-7 breast
cancer cells. The stages of this research include the reaction of estrangement of
geraniol with propionic acid using alkaline catalysts, separation and purification
of reaction products by the extraction and coloumn chromatography methods,
identification of the structure by FTIR, GCMS, and 1H-NMR spectroscopy, and
breast anticancer activity test (MCF-7) with the alamar blue method. Geraniol
estrification was carried out at 80C for 7 hours to produce an ester weight of
263 mg with a yield of 25.02%. GCMS analysis results produced 32 peaks with a
dominant peak at 12,629 minutes, which is the peak of the compound 2,6-
Octadient-1-ol-3,7-dimethyl-propanoate, (Z) (MS = 210 g/mol). FTIR analysis
shows the vibrations of the functional group C=O (1724.36 cm-1) and C-O ester
(1074 cm-1). 1H-NMR analysis shows (δH 2,04 H-2ʹ), (δH 0,89 H-3ʹ), (δH 3,66 H-1),
(δH 5,34 H-2), (δH 2,35 H-4), (δH 2,12 H-5), (δH 5,23 H-6), (δH 1,28 H-8), (δH 1,34
H-9), (δH 1,76 H-10) which has high compatibility with the compounds isomers of
geranil propionate. Anticancer test shows that the ester produced has anticancer
activity with IC50 values of 0.40 ppm.
Keywords: citronella oil, geraniol, ester, cytotoxic, MCF-7 breast cancer cells
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohim
Segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, atas segala
salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul Sintesis Ester Geraniol Minyak Sereh Wangi dan Uji
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
3. Dr. Siti Nurbayti, M.Si selaku penguji I yang telah memberikan saran serta
4. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si selaku penguji II dan Ketua Program Studi Kimia,
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
5. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains
6. Yursraini Dian Inayati Siregar, M.Si selaku pembimbing akademik, yang telah
i
7. Segenap dosen Prodi Studi Kimia atas ilmu pengetahuan dan pengalaman
hidup yang telah diajarkan dan diberikan dengan ikhlas kepada penulis.
8. Ir. Mustahada, Diah Sadiah, dan Rais Akbar selaku orang tua dan keluarga
yang telah memberikan doa dan selalu mendukung baik moril maupun materil.
penelitian.
10. Anggi, Annisa, Balqis, Dewi, Evi, Inayah, Novi, Sofia, Tasya, Yanti, dan Zaza
kepada penulis.
11. Teman–teman Program Studi Kimia angkatan 2015 atas dukungan dan
12. Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung atau tidak langsung,
Semoga arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal
ibadah bagi keluarga, bapak, ibu, dan rekan-rekan, sehingga memperoleh balasan
yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
3.4.1 Reaksi Esterifikasi .................................................................................23
3.4.2 Ekstraksi ................................................................................................23
3.4.3 Kromatografi ........................................................................................23
3.4.4 Karakterisasi .........................................................................................25
3.4.5 Uji Sitotoksik .......................................................................................26
3.5 Diagram Alir Penelitian .....................................................................................27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................28
4.1 Sintesis Ester Geraniol .......................................................................................28
4.2 Analisis GCMS ..................................................................................................31
4.3 Pemurnian Senyawa Ester ..................................................................................33
4.4 Uji Kemurnian dengan KLT 2 Dimensi (2D) ....................................................35
4.5 Analisis FTIR .....................................................................................................35
4.6 Analisis 1H-NMR ...............................................................................................37
4.7 Uji Sitotoksik .....................................................................................................39
BAB V PENUTUP .......................................................................................................42
5.1 Simpulan ............................................................................................................42
5.2 Saran ...................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................43
LAMPIRAN .................................................................................................................47
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Sel kanker dapat berkembang
(GLOBOCAN) hingga tahun 2018 terdapat 9,6 juta kematian akibat kanker di
seluruh dunia. Kanker payudara berada pada urutan kedua untuk kematian akibat
kanker di seluruh dunia dengan persentasi sebesar 6,6% (Bray et al., 2018). Hal
Menurut Cragg & Newman (2013), selama ribuan tahun alam telah
menjadi sumber produk obat, dengan banyak obat yang berguna dikembangkan
dari berbagai sumber tanaman. Tanaman juga diketahui telah memiliki sejarah
tanaman yang baik di atas muka bumi ini sebagaimana yang telah difirmankan di
(Asy-Syu’araa’ : 07)
1
Ayat di atas mengajak manusia untuk belajar dari alam, memperhatikan
apa yang mereka lihat di hamparan bumi sebagai tanda kekuasaan Allah SWT.
yang baik dan membawa banyak sekali kemanfaatan bagi manusia. Manfaat yang
dapat diambil dari tumbuhan salah satunya yaitu untuk digunakan sebagai obat
Sampai saat ini, hampir lebih dari 95% bahan baku obat sintesis masih
diimpor. Oleh karena itu, perlu diupayakan memanfaatkan potensi bahan alam
lokal seperti minyak sereh sebagai senyawa antikanker untuk dikembangkan lebih
jauh menjadi kandidat bahan baku obat terapi kanker. Minyak sereh dapat
2017).
Minyak sereh atau Citronella oil adalah minyak esensial yang didapatkan
dari daun dan batang tanaman sereh (Cymbopogon nardus). Minyak ini
bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan parfum atau pewangi dan produk
2
antioksidan, antimaag dan aktivitas neuroprotektif. Geraniol diketahui berpotensi
payudara, kanker paru-paru, kanker usus, kanker prostat, kanker kulit, kanker hati,
kanker mulut, ginjal dan leukimia (Cho et al., 2016). Pada penelitian ini, geraniol
yaitu senyawa ester. Menurut penelitian Widiyarti (2017), ester geraniol juga
menunjukkan potensi sebagai antikanker yaitu pada geranil isobutirat dengan nilai
IC50 sebesar 4,83 g/mL dan geranil 2,2 dimetil butirat sebesar 1,32 g/mL terhadap
asam karboksilat dengan alkohol. Katalis yang dapat digunakan berupa asam, basa
dan enzim (Zeng et al., 2013). Penelitian reaksi esterifikasi geraniol dengan asam
karboksilat selama ini dilakukan menggunakan katalis enzim. Paroul et al. (2010)
enzim lipase dari Candida antarctica. Kondisi operasi optimal pada produksi
geranil propionat yaitu pada temperatur 40C, rasio molar geraniol terhadap asam
propionat 3:1, 150 rpm dan 10% berat enzim, dengan konversi reaksi yang
alkohol telah diteliti oleh Damayanti & Budimarwanti (2016). Pada penelitiannya
sitronelol direaksikan dengan asam formiat menggunakan katalis asam sulfat pada
temperatur 48°C selama 2 jam dan dihasilkan rendemen sitronelil formiat sebesar
3
25,09%. Penelitian tentang sintesis ester dengan katalis basa masih jarang
dilakukan, oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan esterifikasi geraniol dan
asam propionat menggunakan katalis basa dengan rasio mol geraniol : asam
propionat 1:1,5. Reaksi dilakukan pada temperatur 80°C dan waktu reaksi selama
senyawa ester yang dihasilkan dilakukan dengan metode alamar blue terhadap sel
sereh wangi?
payudara MCF-7?
1. Ester turunan geraniol minyak sereh wangi berbentuk minyak yang berbau
2. Ester hasil sintesis memiliki aktivitas sitotoksik yang cukup kuat terhadap
4
1.4 Tujuan Penelitian
MCF-7.
turunan geraniol minyak sereh wangi yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
antikanker.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak sereh wangi merupakan jenis minyak atsiri yang dihasilkan oleh
digolongkan menjadi dua golongan yaitu sereh lemon atau sereh bumbu
Tanaman sereh wangi memiliki bentuk daun yang lebih lebar dibandingkan
bentuk sereh biasa. Daunnya membentuk rumpun yang lebih besar dengan jumlah
batang lebih banyak seperti Gambar 1. Warna daun lebih tua (hijau tua),
sedangkan sereh biasa berdaun hijau muda agak kelabu (Suroso, 2018).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Species : Cymbopogon nardus (L.) Rendle
6
Dua tipe minyak sereh wangi yang dikenal dalam dunia perdagangan,
yaitu tipe Ceylon dan tipe Jawa. Tipe Ceylon disebut lenabatu, berasal dari
berasal dari Cymbopogon winterianus Jowitt atau Java Citronella. Minyak sereh
(Sastrohamidjojo, 2017).
Minyak sereh tipe Jawa merupakan salah satu minyak atsiri yang paling
penting dan merupakan sumber dari beberapa komponen yang dapat diisolasi,
seperti sitronelal, geraniol, dan sebagainya, yang dapat diubah menjadi beberapa
senyawa penting yang digunakan secara luas dalam bidang parfum seperti
sitronelol, hidroksi sitronelal, mentol sintetik, ester geraniol, ester sitronelol dan
sitronelol, dan geraniol, serta senyawa ester dari geraniol dan sitronelol. Senyawa-
senyawa tersebut merupakan bahan dasar yang digunakan dalam parfum atau
pewangi dan juga produk farmasi. Permintaan pasar terhadap produk minyak atsiri
dan derivatnya saat ini cenderung meningkat. Derivat minyak sereh wangi yang
7
Fraksi Minyak Sereh
OH
CHO
OH
CHO SITRAL
OH O OR
OH O R
OH
ISOPULEGOL OH HIDROKSI ESTER SITRONELIL
SITRONELAL
O OR
O O O
H H H
B-IONON a-IONON H-IONON
2.2 Geraniol
C10H18O dan memiliki bobot molekul sebesar 154,253 g/mol (NCBI, 2004).
8
OH
Geraniol berupa cairan berwarna kuning pucat. Senyawa ini tidak dapat
larut dalam air, tetapi larut dalam bahan pelarut organik yang umum seperti
alkohol, eter, aseton dan kloroform. Baunya menyengat dan sering digunakan
sebagai parfum (Singh et al., 2011). Sifat fisik senyawa disajikan pada tabel
berikut.
pengobatan berbagai jenis kanker (Tabel 2) (Cho et al., 2016). Menurut Widiyarti
(2017), geraniol ester juga menunjukkan potensi sebagai antikanker yaitu pada
geranil isobutirat dengan nilai IC50 sebesar 4,83 μg/mL dan geranil 2,2 dimetil
Tabel 2. Dosis efektif geraniol dalam beberapa jenis kanker (Cho et al., 2016)
9
2.3 Ester
memiliki rumus umum RCOOR’ dimana R dan R’ adalah alkil atau aril. Ester
bersifat netral, tidak bereaksi dengan logam Na dan PCl3. Ester yang terdiri dari
cair yang tidak berwarna, sedikit larut dalam air dengan bau semerbak, dan mudah
menguap. Ester dari beberapa asam karboksilat dengan rantai panjang terdapat
adanya katalis dan panas. Pada reaksi esterifikasi atau pembentukan ester, gugus-
OH dari asam karboksilat dan -H dari alkohol akan dihilangkan dan bergabung
O O
Katalis
R C OH R C OR'
+ R'OH
+ H2O
reaksi dan rasio mol yang digunakan. Reaksi esterifikasi yang dilakukan tanpa
hari untuk memperoleh produk. Katalis yang dapat digunakan berupa asam, basa
10
Reaksi esterifikasi asam karboksilat dengan alkohol bersifat bolak-balik jika
+ OH
O + OH
H ROH R C OH
R C OH R C OH
O
R + H
H
:O O
+ +
H2O H
R C OH2 R C OR + +
OR
Reaksi esterifikasi selain dapat dikatalisis oleh asam [H+], dapat juga
dikatalisis oleh basa [OH-]. Mekanisme reaksi dengan katalis basa tampak pada
Gambar berikut.
-
O OH -
R' H
katalis basa
R' O + H2O
Alkohol
-
O O
- C - C
R' O + R OH R' O + R + OH
Asam Karboksilat
O
-
C + OH
R OR'
Ester
maka :
O O
C C
R' O H + R OH
katalis basa
R OR' + H2O
11
2.4 Metode Pemisahan dan Identifikasi Senyawa
dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu tipe kromatografi dengan
menggunakan sebuah lapisan tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah
lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Gel silika (atau alumina)
merupakan fase diam. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang
kapiler pada KLT lalu dimasukkan dalam tabung (chamber) yang berisi fasa gerak
(eluen) yang ditutup agar uapnya jenuh. Pengungkapan noda dapat dilakukan
dengan bantuan lampu UV untuk senyawa yang tidak berwarna. Nilai Retention
factor (Rf) adalah jarak yang ditempuh noda atau sampel (A)/jarak yang ditempuh
fasa gerak (B). Gambaran untuk menghitung nilai Rf terdapat pada gambar berikut
Batas Atas
Jarak yang ditempuh fase gerak
B
V Noda
Batas bawah
12
2.4.2 Kromatografi Kolom
sebagai wadah fase diamnya. Kolom akan terisi fase diam, baik berupa fase diam
padat maupun fase diam cair dan kemudian dialiri oleh fase gerak baik fase gerak
cair maupun fase gerak gas (Wonorahardjo, 2013). Pelarut yang dapat diguanakan
sebagai fasa gerak (eluen) adalah n-heksana, petrolum eter, sikloheksana, karbon
tetraklorida, benzena, kloroform, dietil eter, etil asetat, aseton, etanol, metanol,
dan air.
Elusi dengan menggunakan pelarut yang sama dari awal sampai akhir
dilakukan dengan pelarut yang sesuai berdasarkan uji KLT (Ibrahim dan Sitorus,
berupa gas. Kromatografi gas ada dua jenis yaitu dengan fasa diam cair disebut
kromatografi gas cair (Gas Liquid Chromatography = GLC atau GC) dan
13
yang biasa digunakan untuk analisis senyawa organik adalah GLC/GC dengan
Fasa gerak berupa gas ditempatkan dalam satu tabung silinder bertekanan
tinggi dimana untuk mengalirkannya dilengkapi dengan kran regulator dan alat
pengukur tekanan. Kolom ditempatkan dalam suatu oven untuk pengaturan suhu
saat melakukan analisis. Sampel yang memasuki kolom harus dalam bentuk gas
(uap), maka sampel diuapkan terlebih dahulu dari tempat injeksi dengan cara
dideteksi dan akhirnya dibuat suatu gambar (kromatogram) oleh rekorder yang
penahanan atau waktu retensi. Waktu retensi adalah lamanya waktu yang
dibutuhkan dari komponen analit diinjeksikan sampai terelusi dari kolom yaitu
14
spektroskopi massa atau mass spectroscopy (MS). Pada Gas Chromatography-
membandingkan pada standar yang tersedia pada library list dapat diduga struktur
(sampel) dalam bentuk uap. Ruangan dihampakan agar tekanan uapnya rendah
sehingga sampel padat dan cairan mudah menguap. Ion molekuler (M) dan ion-
ion anak (pecahan) bermuatan positif yang terbentuk akan dipercepat oleh
akselerator oleh suatu muatan negatif yang terdapat pada ujung lainnya. Ion yang
melalui celah dilewatkan melalui medan magnet dan dibelokkan sesuai dengan
detektor. Rekorder mencatat hasil berupa gambar limpahan relatif yang dikenal
sebagai sumber energi. Sinar infra merah (infra red = IR) mempunyai panjang
15
(getaran) pada ikatan baik berupa rentangan (streaching = str) maupun berupa
Gugus fungsi yang spesifik yang dapat dilacak spektra IR seperti alkena
(C=C), alkuna (C=C), karbonil (C=O), hidroksi (-OH), nitril (C=N) dan lain-lain
yang berada pada sekitar 4000-1500 cm-1. Serapan pada sekitar 1200-500 cm-1
merupakan sidik jari (fingerprint) dari molekul. Perkirakan gugus fugsional suatu
senyawa organik biasanya dirujuk pada tabel korelasi seperti gambar berikut
analisis hasil spektrum. Prinsip kerja FTIR yaitu sinar melewati celah ke sampel,
16
kepada sampel. Beberapa sinar diserap oleh sampel dan yang lainnya
sinyal yang terukur kemudian dikirim ke komputer seperti yang ditunjukkan pada
Resonance (NMR) merupakan cara lain untuk analisis suatu molekul organik yang
digunakan, spektroskopi ini didasarkan pada setiap kelompok proton (H) dalam
molekul organik yang akan beresonansi pada frekuens spesifik. Hal ini disebabkan
mengelilingi inti maka makin besar pula medan magnet yang digunakan.
Lingkungan elektronik (kimia) yang berbeda pada setiap atom H (proton) suatu
atau disebut juga tetrametoilikon dengan struktur Si(CH3)4. Pergeseran kimia (δ)
menyatakan seberapa jauh (satuan ppm = part per millon) proton suatu senyawa
17
digeser dari proton TMS (δ = 0 ppm). Setiap proton atau kelompok proton pada
juga akan spesifik. Nilai pergeseran proton kimia disajikan pada tabel 4.
Alkena H C CH 1.8-3.1
C-H berdekatan C=O H C
C O
2.0-2.5
dengan besarannya δ ppm dari proton tersebut. Kelompok proton adalah sejumlah
proton mempunyai lingkungan kimia yang sama dan harga δ yang sama. Bila
18
maka harga δ akan menuju TMS, sedangkan bila lingkungannya makin
jauh dari TMS. Perbedaan harga δ bisa saja terjadi untuk kelompok (tipe) proton
yang sama bila lingkungan kimianya berbeda (Ibrahim dan Sitorus, 2013). Skema
Sitorus, 2013).
Gambar 12. Skema peralatan spektroskopi 1H-NMR (Ibrahim dan Sitorus, 2013)
pelarut tanpa proton ditambah TMS sebagai standar internal. Tabung sampel
ditempatkan di antara dua kutub magnet kemudian diputar agar semua bagian
sampel dipengaruhi oleh medan magnet. Pada celah magnet terdapat kumparan
menyerap radiasi maka putaran akan menghasilkan sinyal frekuensi rasio pada
bidang kumparan detektor dan akan memberikan respon dan mencatatnya sebagai
sinyal resonansi magnet inti (RMI=NMR) berupa puncak (Ibrahim dan Sitorus,
2013).
19
2.5 Kanker Payudara
yang menyerang kelenjar payudara, saluran kelenjar air susu dan jaringan
terbesar kedua setelah kanker leher rahim dengan angka kejadian 0,8% tahun
2013 (Kemenkes, 2015). Pada tahun 2018, kanker payudara masih berada pada
urutan kedua untuk kematian akibat kanker di seluruh dunia dengan persentasi
menghasilkan susu dan tabung tipis yang disebut duktus/saluran yang membawa
susu dari lobulus ke puting. Kanker payudara dapat menyebar dari tempat
payudara radang, payudara berwarna merah dan bengkak, dan terasa panas karena
Salah satu model sel kultur yang banyak digunakan untuk penelitian
kanker payudara yaitu sel MCF-7. MCF-7 banyak digunakan untuk uji secara
in vitro karena memiliki bentuk terbaik dari sel kanker lainnya, pada proses
pertumbuhannya sel MCF-7 pada labu kultur akan membentuk kultur selapis
20
(Widowati & Mudahar, 2009). Karakteristik dari MCF-7 yaitu resisten terhadap
Uji sitotoksik adalah uji toksisitas secara in vitro menggunakan kultur sel
senyawa. Penggunaan uji sitotoksik pada kultur sel merupakan salah satu cara
tidak beracun dan permeabel melalui membran sel. Resazurin adalah pewarna biru
MCF-7 cell line yaitu salah satu tipe sel kanker payudara. Sel kanker yang
bertahan hidup akan mengikat zat warna alamar blue, sehingga absorbansinya
berbanding lurus dengan jumlah sel yang bertahan hidup, sehingga dapat
ditentukan nilai IC50 dari sampel uji berdasarkan persamaan garis yang diperoleh.
Nilai IC50 adalah konsentrasi sampel uji yang memberikan hambatan pertumbuhan
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 sampai Juli 2019.
PUSPIPTEK Serpong.
3.2.1 Alat
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan gelas,
timbangan analitik KERN, seperangkat alat refluks, plat KLT silika gel 60 F254
(Agilent 7890 B), spektrometer 1H-NMR 500 MHz (JEOL, JNM ECA 500), serta
3.2.2 Bahan
yang diperoleh dari PT. Aroma Essence Prima dengan kemurnian sekitar 90%,
asam propionat, natrium hidroksida, asam klorida, silika gel 60 (0.063-0.200 mm,
Merck), pelarut n-heksana dan etil asetat teknis terdestilasi, diklorometan, kalium
Serum (FBS) 10%., Phosphate Buffered Saline (PBS), larutan tripsin-EDTA, dan
22
3.3 Prosedur Penelitian
(5 mmol) geraniol dengan 555,589 mg (7,5 mmol) asam propionat dan 77,4 mg
katalis NaOH 10% dalam labu didih. Campuran direfluks selama 7 jam pada
temperatur 80°C. Hasil reaksi ditambahkan dengan beberapa tetes HCl 10% untuk
asetat. Campuran tersebut kemudian dikocok dan didiamkan hingga terbentuk dua
lapisan. Perlakuan tersebut dilakukan tiga kali sampai terpisah sempurna. Fasa
bagian bawah dipisahkan dari fasa bagian atas. Fasa bagian atas atau fasa organik
dalam botol vial berkapasitas 5 mL dan ditutup almunium foil yang sudah
rendemennya.
Plat KLT berukuran 5cm x 5cm dibuat dengan memberi batas bawah setinggi
0,8 cm dan batas atas setinggi 0,2 cm. Ekstrak sampel dilarutkan dalam n-heksana
atau etil asetat kemudian ditotolkan pada garis batas bawah plat KLT silika gel
23
F254 dengan bantuan pipa kapiler sebagai garis start. Spot dikeringkan di udara. 2
Plat KLT yang telah diberi spot dan dikeringkan, dimasukkan ke dalam chamber
berisi eluen yang telah dijenuhkan kemudian wadah ditutup. Plat dibiarkan dalam
wadah sampai eluen naik hingga garis batas atas. Plat diambil, dikeringkan di
udara, dan diamati spot plat KLT di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254
nm dan 365 nm. Plat disemprot dengan H2SO4 10% kemudian dipanaskan untuk
B. Kromatografi Kolom
Kolom dipasang pada statif, ujung bagian bawah dalam kolom diberi kapas
kemudian dialiri dengan pelarut n-heksana. Silika gel 60 sebagai fase diam
rata. Ekstrak yang telah ditimbang ditambahkan dengan sedikit silika dan pelarut
Pelarut n-heksana:etil asetat (10:0, 9;1, dan 8:2) bertindak sebagai fasa gerak
dan dielusi secara gradien dengan volume 100 mL. Hasil elusi ditampung pada
botol vial 100 mL. Tampungan yang menunjukkan pola noda yang sama
24
3.3.4 Karakterisasi (Soleh, 2010)
A. GC- MS
Kondisi Keterangan
Fase gerak Helium
Suhu kolom 40ºC
Suhu injektor 300ºC
Suhu detektor 325ºC
Mode kontrol Spitless
Rasio pemisahan 1:100
Total alir 104 mL/min
Tekanan 7,07 psi
Volume injeksi 1 µL
B. FTIR
Satu mg sampel hasil kromatografi kolom ditempatkan antara dua plat KBr
untuk membuat film tipis. Plat kemudian ditempatkan dalam tempat sampel alat
C. NMR
25
3.3.5 Uji Sitotoksik (Lancaster & Fields, 1986)
dengan metode alamar blue secara in vitro. Cell line MCF-7 dikultur dalam
Dulbeccos Modified Eagle Media (DMEM) dengan FBS 10%. Sel ditumbuhkan
pada suhu 37C dengan kelembaban 95% dan 5% CO2 selama 3 hari sampai
kultur sel mencapai kepadatan 60-70%. Media lama kemudian dibuang dan
diganti dengan media baru, dan diinkubasi kembali selama 24 jam. Kultur sel
kemudian dicuci dengan PBS sebanyak 1-2 kali dan disuspensikan menggunakan
larutan tripsin-EDTA, serta ditambahkan dengan media baru. Cell line sebanyak
37C. Proses pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan alamar blue dan
diinkubasi selama 4 jam. Intensitas warna dari sel yang dihasilkan diukur dengan
menggunakan Elisa plate reader pada panjang gelombang 560 nm (eksitasi) dan
Nilai IC50 dari sampel kemudian dihitung dengan menggunakan analisis regresi
26
3.4 Diagram Alir Penelitian
Pemekatan ekstrak,
penimbangan ekstrak,
analisis GCMS dan KLT,
pemurnian menggunakan
kromatografi kolom
Senyawa Ester
27
BAB IV
(-OH) dari asam karboksilat digantikan oleh gugus alkoksi (-OR) (Keenan, 1980).
Pembentukan ester atau esterifikasi dapat terjadi jika asam karboksilat dipanaskan
katalisator adalah untuk mempercepat laju reaksi dengan cara menurunkan nilai
energi aktivasi (Ea). Reaksi esterifikasi yang terjadi adalah sebagai berikut.
-
O
O H
katalis basa
+ H2 O
Geraniol
-
O O
- -
O O
+ OH + +
OH
Asam Propionat
O -
+ OH
O
Geranil Propionat
maka :
O
OH + O
OH
katalis basa
+ H2O
O
Geraniol Asam Propionat Geranil Propionat
28
Berdasarkan Gambar 14, mekanisme reaksi esterifikasi ini dimulai dengan
pengambilan proton oleh basa dari geraniol sehingga terbentuk ion alkoksida, ion
alkoksida menyerang atom karbon pada gugus karbonil. Ester geranil propionat
NaOH dengan berat 10% (w/w) terhadap asam propionat dan perbandingan
molaritas geraniol terhadap asam propionat 1:1,5 pada suhu 80C selama 7 jam.
Widiyarti dan Hanafi (2008), proses esterifikasi dengan katalis basa dinilai dapat
katalis asam. Oleh karena itu, dapat digunakan NaOH sebagai katalis. Mol asam
propionat dengan jumlah berlebih dari mol geraniol digunakan agar reaksi
rendemen optimum.
dengan alat refluks reaksi dapat berjalan sempurna dan dalam waktu yang singkat.
Pada cara ini terjadi dua perubahan fisika, yaitu penguapan dan pengembunan.
Penguapan terjadi karena adanya pemanasan dari alat pemanas, lalu uap yang
dihasilkan akan masuk ke dalam kondensor. Uap akan terkondensasi dan kembali
ke dalam labu bulat. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga tidak ada uap
yang keluar dari sistem, maka produk akan terbentuk sempurna (Mukhriani,
2014).
29
Penambahan beberapa tetes larutan HCl 10% pada hasil reaksi dilakukan
bertujuan untuk menetralkan sisa katalis basa (NaOH) sehingga dapat dipisahkan
dimasukkan dalam corong pisah untuk memisahkan fasa organik dengan fasa
airnya menggunakan pelarut etil asetat (EA). EA digunakan dalam ekstraksi ini
bertujuan agar ester yang terbentuk dan sisa asam propionat terdistribusi dalam
fasa organik etil asetat. Fasa yang berada pada lapisan bawah adalah air dan
lapisan atas adalah etil asetat (Gambar 15 a). Hal ini terjadi karena densitas yang
dimiliki air lebih besar daripada etil asetat sehingga air berada di bawah
sedangkan ekstrak etil asetat berada di atas. Fasa organik dipisahkan dari fasa air
dimonitor pemisahan nodanya di bawah lampu Ultra Violet (UV) pada panjang
(Gambar 16).
30
Rf = 0.87
Rf = 0.12
Gambar 16. KLT geraniol (Go) dan crude ester (Ek), eluen n-heksana 100%
Berdasarkan berat yang diperoleh, menujukkan bahwa pada suhu 80C dan
rendemen sebesar 25,02%. Rendemen yang dihasilkan memiliki nilai yang cukup
rendah, hal ini diduga karena pengontrolan sintesis yang kurang maksimal. Faktor
lain yang mempengaruhi reaksi esterifikasi yaitu katalis, waktu reaksi dan rasio
mol yang digunakan (Zeki et al., 2010). Menurut Carey (2008), esterifikasi
terlihat pada Gambar 17. Salah satu puncak dominan pada kromatogram tersebut
yaitu terdapat pada waktu retensi 12,629 menit, yang merupakan puncak dari
senyawa (Z)-3,7-dimetil-2,6-oktadien-1-ol-propanoat.
31
(1) Sitronelol
(2) Geraniol
(3) (E)-3,7-dimetil, 2,6-oktadienal
(4) (E)-1,9-heksadekadiena
(5) 2,6-dimetil, 2,6-oktadiena
(6) (Z)-3,7-dimetil-2,6-oktadien-
1-ol-propanoat
(7)1-etenil-1-metil-2-sikloheksana
(8) 3,7-dimetil-okten-1-ol-
propanoat
(9) Geranil isobutirat
(10) 3-metil-6-(1-metiltenil)-
sikloheksana
(11) Kariofilen oksida
(12) Kariofilen oksida
(13) Etil neopentyl keton
pada m/z = 69. Puncak karakteristik senyawa tersebut muncul yaitu pada m/z
M + -74 = 136 yang menujukkan lepasnya asam propionat. Puncak lain yang
penting adalah m/z =136 = M + -74, m/z = 121 = M + -74-15, dan m/z 93 dibentuk
32
Senyawa (Z)-3,7-dimetil-2,6-oktadien-1-ol-propanoat merupakan senyawa
stereoisomer dari geranil propionat yang merupakan senyawa target sintesis. Hal
ini menujukkan bahwa sudah terbentuknya ester dari hasil sintesis ini. Pemurnian
dihasilkan.
gravitasi. Metode ini dipilih karena merupakan cara pemisahan yang sederhana
dimana pemisahan terjadi karena adanya gaya gravitasi (Hermanto, 2008). Pada
penelitian ini digunakan silika gel sebagai fase diam dan campuran pelarut n-
heksana : etil asetat dengan perbandingan (10:0, 9:1, 8:2) berturut-turut sebagai
(8:2) pada fraksi keempat dan kelima, ester sudah mulai terpisah, seperti yang
terlihat pada plat KLT yang dimonitor dengan lampu UV pada pada panjang
Gambar 19. KLT hasil kromatografi kolom eluen n-heksana : etil asetat (8:2)
F1-F5
33
Elusi kolom dengan perbandingan campuran n-heksana : etil asetat (8:2)
KLT hasil ester campuran terlihat pada Gambar 20. Gabungan dari fraksi
spot
geraniol
spot
ester campuran
= 254 nm = 365 nm
Gambar 20. KLT hasil kromatografi kolom eluen n-heksana : etil asetat (8:2)
F4-F13
34
4.5 Uji Kemurnian dengan KLT 2 Dimensi (2D)
sintesis ini. Eluen pertama yang digunakan adalah n-heksana : etil asetat (9:1) dan
eluen kedua yang digunakan adalah n-heksana : aseton (8:2). Hasil KLT 2D dapat
Eluen 1 Eluen 2
Gambar 21. Hasil KLT 2D ester campuran
noda, namun masih terdapat noda terbayang yang semakin jelas terlihat ketika
menggunakan eluen kedua. Hal ini diduga terjadi karena senyawa target belum
terpisah dengan baik. Pemurnian tidak bisa dilakukan karena jumlah sampel yang
tidak mencukupi.
pada ester campuran. Hasil analisis tersebut menunjukkan adanya serapan dari
beberapa gugus fungsi. Spektrum FTIR dapat dilihat pada Gambar 22.
35
Gambar 22. Spektrum FTIR ester campuran
Adapun hasil interpretasi bilangan gelombang ester campuran dapat dilihat
pada Tabel 7.
Hasil spektrum infra merah (IR) dari ester pada daerah 4.000-500 cm-1
memperlihatkan serapan pita yang khas pada bilangan gelombang 1724 cm-1 yang
merupakan vibrasi ulur gugus karbonil (C=O) dari ester, berbeda dengan serapan
gugus karbonil (C=O) dari asam propionat pada bilangan gelombang 1700 cm-1.
Hal ini diperkuat dengan adanya uluran C-O ester yang terlihat pada bilangan
gelombang 1074 cm-1. Selain itu adanya geraniol ditunjukkan dengan serapan –
36
Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa senyawa hasil sintesis ini belum
murni, sebab pita serapan –OH dan C=O ester yang masing-masing merupakan
ciri serapan geraniol dan ester geraniol masih muncul. Sehingga dari spektra IR
proton serta lingkungan kimianya dalam suatu molekul. Tipe proton yang berbeda
hasil sintesis ester ini dapat dilihat pada Gambar 23 dan perbesarannya pada
Gambar 24.
37
Gambar 24. Perbesaran spektrum 1H-NMR senyawa ester campuran
hasil sintesis yang dibandingkan dengan senyawa geranil propionat dapat dilihat
pada Tabel 8.
1
Tabel 8. Data pergeseran kimia (ppm) spektrum H-NMR
senyawa ester geranil propionat
Senyawa Hasil Sintesis Senyawa Pembanding
No Fraksi 4-13 Geranil Propionat
δH (int.; mult.; H; J =Hz) δH (int.; mult.; H; J =Hz)
a b
1’ - -
2’ 2,04 (2;m;7,2) 2,28 (2;m;7,2)
3’ 0,89 (3;t;6,5) 1,05 (3;t;7,2)
1 3,66 (2;d) 4,61 (2;d;6,6)
2 5,34 (1;t;9,5) 5,28 (1;t;6,6)
3 - -
4 2.35 (2;t;7;5) 2,07 (2;t;7,4)
5 2,12 (2;t;7,5) 2,20 (2;t;7,4)
6 5,23 (1;t;9,5) 5,36 (1;t;7,2)
7 - -
8 1,28 (3;s) 1,53 (3;s)
9 1,34 (3;s) 1,53 (3;s)
10 1,76 (3;s) 1,71 (3;s)
a
(JEOL tipe ECA 500 MHz dalam CDCl3)
b
(Bruker Spektrometer, 300 MHz dalam CDCl3)
38
1
Data spektroskopi pergeseran kimia H-NMR dari senyawa yang
dihasilkan dapat dijelaskan sebagai berikut : pada δH = 3,66 ppm (2H, d) adalah
pergeseran kimia dari 2 proton (H) dari gugus CH2 yang berbentuk doublet karena
yang elektronegatif dan gugus karbonil dari ester. Pada δH = 5,34 dan 5,23 ppm
(1H, t, 9,5 Hz) adalah pergeseran kimia dari satu proton dari 2 gugus CH yang
berinteraksi dengan 2 proton dari gugus CH2 dan downfield karena merupakan
ikatan rangkap (sp2). Pada δH = 2,04 (2H, m, 7,2) adalah pergeseran kimia dari
2 proton dari gugus CH2 yang berinteraksi dengan gugus CH3. Pada δH = 0,89
(3H, t, 6,5 Hz) adalah pergeseran kimia dari 3 proton dari gugus CH3 yang
berinteraksi dengan gugus CH2. Pada δH = 1,34 dan 1,28 (3H, s) adalah
pergeseran kimia dari 3 proton dari 2 gugus CH3 yang berinteraksi dengan atom
karbon kuartener (C). Pada δH = 2,35 (2H, t, 7,5 Hz) adalah pergeseran kimia dari
2 proton dari gugus CH2 yang berinteraksi dengan gugus CH2. Berdasarkan hasil
interpretasi spektrum 1H-NMR ini diduga struktur molekul ester yang terbentuk
9 10
dilakukan secara in vitro dengan metode alamar blue dengan konsentrasi sampel
39
0.1-30 g/mL. Efektivitas sampel dalam menyebabkan kematian sel dideduksi
sebesar 50%. Hubungan konsentrasi sampel ester dengan viabilitas sel MCF-7
Tabel 9. Hasil uji sitotoksik ester terhadap sel kanker payudara MCF-7
Konsentrasi ester % Viabilitas IC50 (ppm)
0,1 62.94
0,3 53,08
1 36,67
0,40
3 28,52
10 12,20
30 4,04
bahwa ester ini aktif terhadap sel kanker payudara MCF-7 dengan nilai IC50
sebesar 0,40 ppm. Terjadi penurunan nilai IC50 yang signifikan pada ester,
2017, senyawa geraniol memiliki nilai IC50 sebesar 39 ppm, sehingga esterifikasi
terhadap MCF-7.
Nilai IC50 diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan yaitu jika nilai IC50 <100
ppm menunjukkan sampel tersebut memiliki aktivitas yang sangat kuat terhadap
penghambatan sel. Jika nilai IC50 101-200 ppm menunjukkan aktivitas yang baik,
sedangkan jika nilai IC50 >200 ppm menunjukkan aktivitas yang lemah dalam
tersebut maka, ester geranil propionat yang dihasilkan dalam sintesis ini memiliki
40
Aktivitas geraniol sebagai antikaker payudara diduga melalui mekanisme
41
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
2. Ester campuran yang dihasilkan memiliki aktivitas sitotoksik yang sangat kuat
dengan nilai IC50 sebesar 0,4 µg/mL terhadap sel kanker payudara MCF-7.
5.2 Saran
pemurnian lebih lanjut untuk memisahkan senyawa lain dari hasil esterifikasi ini,
42
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad ST, Arjumand W, Seth A, Nafees S, Rashid S, Ali N & Sultana S. 2011.
Preclinical Renal Cancer Chemopreventive Efficacy of Geraniol by
Modulation of Multiple Molecular Pathways. Tox. 290(1):69–81.
Balittra. 2017. Serai Wangi [diakses pada 25 Desember 2018]. Tersedia pada :
https://balittra.litbang.pertanian.go.id/index.php/publikasi/prakiraan-
iklim/2104-serai-wangi.
Bray F, Ferlay J, Soerjomataram I, Siegel RL, Torre LA & Jemal A. 2018. Global
Cancer Statistics 2018: GLOBOCAN estimates of incidence and mortality
worldwide for 36 cancers in 185 countries. CA : Cancer J Clin. 68(6):394-
424.
Carey FA. 2008. Organic Chemistry, Seventh Edition. New York: Mc Graw Hills
Company Inc.
Carnesecchi S, Bras GR, Bradaia A, Zeisel M, Gosse F, Poupon MF & Raul F.
2004. Geraniol, a Component of Plant Essential Oils, Modulates DNA
Synthesis and Potentiates 5-fluorouracil Efficacy on Human Colon Tumor
Xenografts. Can Let. 215(1):53-59.
Chaudhary SC, Siddiqui MS, Athar M & Alam MS. 2013. Geraniol inhibits
murine skin tumorigenesis by modulating COX-2 expression, Ras-ERk1/2
signaling pathway and apoptosis. J Appl Toxicol. 33(8):828-837.
Cho M, So I, Chun JN & Jeon J. 2016. The Antitumor Effects of Geraniol :
Modulation of Cancer Hallmark Pathways (Review). Int J Oncol. 48(5): 1772.
Cragg GM & Newman DJ. 2013. Natural Products: A Continuing Source of
Novel Drug Leads. Biochim Biophys Acta. 1830(6):3670-3695.
Damayanti PN & Budiarwanti C. 2016. Sintesis Sitronelil Formiat Melalui Reaksi
Esterifikasi Fischer Antara Asam Formiat dan Sitronelol Hasil Reduksi
Sitronelal. Jurnal Kimia Dasar.5(4).
Duncan RE, Lau D, El-Sohemy A & Archer MC. 2004. Geraniol and beta-ionone
inhibit proliferation, cell cycle progression, and cyclin-dependent kinase 2
activity in MCF-7 breast cancer cells independent of effects on hMG-CoA
reductase activity. Biochem Pharmacol. 68:1739-1747.
Fessenden R & Fessenden J. 1986. Kimia Organik, Edisi ketiga, Jilid II. Jakarta:
Erlangga.
Freshney RI. 1987. Culture of Animal Cells : A Manual of Basic Technique (2nd
edition). New York: Liss.
Galle M, Crespo R, kladniew BR, Villegas SM, Polo M & Bravo MG. 2014.
Suppression by geraniol of the growth of A549 human lung adenocarcinoma
cells and inhibition of the meva-lonate pathway in culture and in vivo:
43
Potential use in cancer chemotherapy. Nutr Cancer. 66(5): 888-895.
Ganjewala D & Luthra R. 2009. Cymbopogon Essential Oils : Chemical
Compositions and Bioactivities. I.J. Essential Oil Therapeutics. 3:56-65.
Hermanto S. 2009. Mengenal Lebih Jauh Teknik Analisis Kromatografi dan
Spektrofotometri. Jakarta (ID): Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif
Hidayatullah.
Ibrahim S & Sitorus HM. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jin X, Sun J, Miao X, Liu G & Zhong D. 2013. Inhibitory effect of geraniol in
combination with gemcitabine on proliferation of BXPC-3 human pancreatic
cancer cells. J Int Med Res. 41(4): 993-1001.
Kemenkes. 2015. Pusat Data dan Informasi : Kanker. Kementrian Kesehatan RI.
Keenan. 1980. General College Chemistry. New York: Harper and Row
Publishers.
Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.
Kim SH, Bae HC, Park EJ, Lee CR, kim BJ, Lee S, Park HH, Kim SJ, So I, Kim
TW, et al. 2011. Geraniol inhibits prostate cancer growth by targeting cell
cycle and apoptosis pathways. Biochem Biophys Res Commun. 407(1): 129-
134.
Lancaster, MV & Fields RD. 1986. Antibiotic and cytotoxic drug susceptibility
assays using resazurin and poising agents.. US Patent. 5:501-559.
Mirmalek SA, Azizi MA, Jangholi E, Damavandi SY, Javidi MA., Parsa Y, Parsa
T, Tabatabaee TSA, Kolagar HG. & Navaei RA. 2015. Cytotoxic And
Apoptogenic Effect of Hypericin, The Bioactive Component Of Hypericum
Perforatum On The MCF-7 Human Breast Cancer Cell Line. Canc Cell Int.
16(3):1-9.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan. VII(2):363-367.
NCBI. 2004. PubChem Compound Database, CID=637566. Retrieved December
21, 2018, from https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/637566.
Paroul N, Grzegozeski LP, Chiaradia V, Treichel H, Cansian RL, Oliveura JV,
& Oilveira D. 2010. Production of Geranyl Propionate by Enzymatic
Esterification of Geraniol and Propionic Acid in Solvent-Free System.
J Chem Technol Biotechnol. 85: 1636–164.
Polo MP, Crespo R & Bravo MG. 2011. Geraniol and simvastatin show a
synergistic effect on a human hepatocarcinoma cell line. Cell Biochem Funct.
29(6): 452-458.
Rampersad SN. (2012). Multiple Applications of Alamar Blue as an Indicator of
Metabolic Function and Celluar Health in Cell Viability Bioassays.
44
J.Sensors. 12(9):12347-12360.
Sastrohamidjojo H. 2013. Dasar-Dasar Spektroskopi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Sastrohamidjojo H. 2017. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Shoff, S.M., Grummer M, Yatvin MB & Elson CE. 1991. Concentration
dependent Increase of Murine P388 and B16 Population Doubling Time by
the Acyclic Monoterpene Geraniol. Cancer Res. 51(1):37–42.
Singh H, Gupta VK, Rao MM, Sannd R & Mangal AK. 2011. Evaluation of
Essential Oil Composition of Cymbopogon Spp. Int J Pharm Res. 3(1):40–
43.
Siswandono & Soekardjo B. 2000. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga
University Press.
Sriyadi. 2012. Pencirian Minyak Sereh Wangi Mahapengiri (Cymbopogon
winteranus Jowitt) Klon G1, G2, dan G3 Menggunakan Kromatograf Gas-
Spektrometer Massa. Institut Pertanian Bogor.
Soleh, K. 2010. Cara Mudah dan Sederhana Penentuan Struktur Molekul
Berdasarkan Spektra Data ( NMR, MASS, IR,UV). Jakarta : Lembaga
Penerbit Fakultas ekonomi Universitas Indonesia.
Subarnas A, Diantini A, Abdulah R, Zuhrotun A, Yamazaki C, Nakazawa M, &
Koyama H. 2012. Antiproliferative activity of primates-consumed plants
against MCF-7 human breast cancer cell lines. Biomed Rep. 1(4):38–43.
Suroso S. 2018. Budidaya Serai Wangi (Cymbopogon nardus L. Randle).
Yogyakarta.
Thermo, N. 2001. An introduction to Fourier Transform Infrared Spectrometry.
Madison : Thermo Nicolet Corporation.
Timberlake KC. 2012. General, Organic, and Biological Chemistry : Structures
of Life (4th edition). United States: Pearson Education.
Udin Z. 2013. Sitotoksitas Xanthorrhizol dari Minyak Atsiri Rimpang Curcuma
xanthorrhizaRoxb. terhadap Sel Kanker Payudara YBM-1.JKTI. 15(1):23-
29.
Widiyarti G. 2017. Sintesis Ester Sitronelol dan Geraniol Serta Uji Aktivitas
Sitotoksik Secara In Silico Terhadap Murine Leukimia dan In Vitro Terhadap
Sel Kanker Murine Leukimia P388 Dan Payudara Manusia MCF-7
[disertasi]. Universitas Indonesia.
Widiyarti G & Hanafi M. 2008. Pengaruh konsentrasi katalis dan perbandingan
molaritas reaktan pada senyawa α-monolaurin. Reaktor. 12(2):90-97.
Widowati L & Mudahar H. 2009. Uji aktivitas ekstrak etanol 50% umbi keladi
tikus (Typhoniumflagelliforme) terhadap sel kanker payudara MCF-7 in
45
vitro. Media Litbang Kesehatan. XIX(1):3–8.
Winslow T. 2012. Terese Winslow LLC : Medical and Scientific Ilustration
[diunduh 29 Desember 2020]. Tersedia pada :
https://www.teresewinslow.com/#/breast/.
Wonowaharjo S. 2013. Metode-Metode Pemisahan. Jakarta : Akademia Permata.
Zeki NS, Al-Hassani MH & Al-Jendeel HA. 2010. Kinetic study of esterification
reaction,. Al-Khwarizmi Engineering Journal. 6(2):33-42.
Zeng Z, Cui L, Xue W, Chen J & Che Y. 2013. Recent Developments on The
Mechanism and Kinetics of Esterification Reaction Promoted by Various
Catalysts. ChemInform. 44(39):239-257.
46
LAMPIRAN
massa praktik
Rendemen = 𝑥 100%
massa teori
263.0 mg
= 1.051 mg 𝑥 100%
= 25.02%
47
Lampiran 2. KLT Hasil EkstrBak dan Kromatografi Kolom
KLT kolom eluen n-heksana : EA (9:1) KLT eluen H:EA (8:2) F1-F5
48
Lampiran 3 Kromatogram GC & Spektrum MS
RT 12.629 menit :
3,7-dimetil-2,6-oktandien-
1-ol-propanoat (C13H22O2)
49
Lampiran 4. Data GCMS
50
Lampiran 5. Data GCMS
11 12.834 0.56
D:\MassHunter\Library\NIST17.L
Cyclohexane, 1-ethenyl-1-methyl-2, 74940 000515-13-9 96
4-bis(1-methylethenyl)-, [1S-(1.al
pha.,2.beta.,4.beta.)]-
Cyclohexane, 1-ethenyl-1-methyl-2, 74771 110823-68-2 60
4-bis(1-methylethenyl)-
Cyclohexane, 1-ethenyl-1-methyl-2, 74938 000515-13-9 58
4-bis(1-methylethenyl)-, [1S-(1.al
pha.,2.beta.,4.beta.)]-
51
Lampiran 6. Data GCMS
52
Lampiran 7. Data GCMS
53
Lampiran 8. Spektrum FTIR
54
Lampiran 9. Spektrum 1H-NMR Ester
55
Lampiran 10. Perbesaran Spektrum 1H-NMR
56
Lampiran 11. Perbesaran Spektrum 1H-NMR
57
Lampiran 12. Perbesaran Spektrum 1H-NMR
58
Lampiran 13. Grafik Hubungan Konsentrasi Ester dengan Viabilitas Sel
MCF-7
40,00
20,00
0,00
-2,00 -1,50 -1,00 -0,50 0,00 0,50 1,00 1,50
Log10 Konsentrasi Ester (ppm)
59
Lampiran 14. Biodata Mahasiswa
Identitas Pribadi
Nama : Afifah Azzahra
Tempat, tanggal lahir : Tasikmalaya, 10 Maret 1997
Alamat : Jl. Mahkota 2 No.31 Pondok Duta
1 RT.006/014 Kelurahan Tugu
Kecamatan Cimanggis Kota Depok
Telp/HP : 081220839361
Email : afzahra.310@gmail.com
Pendidikan Formal
Sekolah Dasar : SD Islam Pondok Duta (2004-2009)
Sekolah Menengah Pertama : MTs. Darunnajah Jakarta (2009-2012)
Sekolah Menengah Atas : MAN 2 Jakarta (2012-2015)
Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2015-2020)
Pengalaman Organisasi
Staf Ahli Kerohanian Islam Himpunan Mahasiswa Kimia (2016-2018)
Pengalaman Kerja
Praktek Kerja Lapanagan (PKL) PT.Bayer Indonesia (Depok/2018)
Bimbel Laskar UI (Depok/2019)
60