Anda di halaman 1dari 110

ANALISIS RADIONUKLIDA ALAM (238U, 226Ra, 232Th, dan 40K)

PADA SAYURAN DARI PANGALENGAN, BANDUNG


MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

SKRIPSI

ELLEN SOLEHA BEGUM

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2024 M/1445 H
ANALISIS RADIONUKLIDA ALAM (238U, 226Ra, 232Th, dan 40K)
PADA SAYURAN DARI PANGALENGAN, BANDUNG
MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

ELLEN SOLEHA BEGUM


NIM. 11190960000022

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2024 M/1445 H
ABSTRAK

ELLEN SOLEHA BEGUM. Analisis Radionuklida Alam (238U, 226Ra, 232Th,


dan 40K) Pada Sayuran dari Pangalengan, Bandung Menggunakan Spektrometer
Gamma. Dibimbing oleh YUSRAINI DIAN INAYATI SIREGAR dan JUNE
MELLAWATI
Sayuran merupakan salah satu jenis bahan pangan yang dibutuhkan sebagai
sumber kebutuhan pokok manusia. Apabila sayuran mengandung zat berbahaya
seperti unsur radionuklida alam, maka dapat mengganggu kesehatan manusia.
Radionuklida alam dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui bahan pangan
yang dikonsumsi dan melewati berbagai metabolisme tubuh. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menentukan aktivitas radionuklida alam ( 238U, 226Ra, 232Th, dan 40K)
pada sayuran dan membandingkannya dengan nilai acuan rekomendasi IAEA TE
1788, dan menentukan dosis efektif tahunan yang diterima penduduk serta
membandingkannya dengan Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic
Radiation (UNSCEAR) Tahun 2000. Hal ini untuk mengetahui tingkat keamanan
pangan dan risiko kanker dengan menentukan nilai Excees Lifetime Cancer Risk
(ELCR). Pengukuran radionuklida alam menggunakan Spektrometer Gamma
yang dilengkapi detektor Germanium murni (HPGe) dan analisis data dengan
software Maestro. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas radionuklida alam 238U
berada dibawah MDC, sedangkan 226Ra, 232Th, dan 40K terdeteksi dengan aktivitas
tertinggi masing-masing adalah 0,2617; 0,0161; dan 1,9012 Bq/kg. Nilai total dosis
efektif tahunan pada 226Ra, 232Th dan 40K adalah 4,56 x 10 -5 mSv dan nilai total
Excees Lifetime Cancer Risk (ELCR) adalah 0,16 x 10-3 yang masing-masing
masih memenuhi nilai acuan dari UNSCEAR 2000 dan ICRP 1993.
Kata kunci: radionuklida alam, dosis efektif tahunan, estimasi risiko kanker
ABSTRACT

ELLEN SOLEHA BEGUM. Analysis of Natural Radionuclides (238U, 226Ra,


232
Th, and 40K) in Vegetables from Pangalengan, Bandung Using a Gamma
Spectrometer. Supervised by YUSRAINI DIAN INAYATI SIREGAR and
JUNE MELLAWATI
Vegetables are one type of food needed as a source of basic human needs. If
vegetables contains harmful substances such as natural radionuclide elements, it
can interfere with human health. Natural radionuclides can enter the human body
through food consumed and pass through various body metabolisms. The purpose
of the study was to determine the activity of natural radionuclides ( 238U, 226Ra,
232
Th, and 40K) in vegetables and compare them with the reference values of IAEA
recommendation TE 1788, and determine the annual effective dose received by
the population and compare it with the Nations Scientific Committee on the
Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) Year 2000. This is to determine the
level of food safety and cancer risk by determining the value of Excees Lifetime
Cancer Risk (ELCR). Natural radionuclide measurements using a Gamma
Spectrometer equipped with pure Germanium (HPGe) detectors and data analysis
with Maestro software. The results showed that the natural radionuclide activity of
238U was below MDC, while 226Ra, 232Th, and 40K were detected with the highest
activity of 0.2617; 0,0161; and 1,9012 Bq/kg. The total annual effective dose
values at 226Ra, 232Th, and 40K were 4,56 x 10-5 mSv and the total Excees Lifetime
Cancer Risk (ELCR) values were 0,16 x 10-3 which still meet the reference values
of UNSCEAR 2000 and ICRP 1993 respectively..

Keywords: natural radionuclides, annual effective dose, estimation of cancer risk


KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, atas segala

karunia- Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta

salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul Analisis Radionuklida Alam (238U, 226


Ra, 232
Th, dan 40
K)

Pada Sayuran dari Pangalengan, Bandung Menggunakan Spektrometer

Gamma. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung sehingga penelitian

dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

1. Dr. Yusraini DIS, M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan waktunya dalam penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. June Mellawati, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan

ilmu, bimbingan, dan arahan dalam pelaksanaan penelitian di lapangan

maupun di laboratorium.

3. Dr. Meyliana Wulandari, M.Si selaku penguji I yang telah memberikan

masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Nurmaya Arofah, M.Eng selaku penguji II yang telah memberikan masukan

dan saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Hendrawati, M.Si selaku Ketua Prodi Kimia Fakultas Sains dan

Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Husni Teja Sukmana, S.T., M.Sc, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

i
7. Isalmi Aziz, M.T selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama penulis melaksanakan perkuliahan.

8. Seluruh dosen Program Studi Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberi ilmu pengetahuan serta bimbingan selama penulis

melaksanakan perkuliahan.

9. Dr. Heru Prasetio selaku Kepala Pusat Riset Teknologi Keselamatan,

Meteorologi dan Mutu Nuklir yang telah memberikan izin melaksanakan

penelitian di Laboratorium Radioekologi Terrestrial, Bapak Wahyudi yang

telah membantu dalam proses pengukuran sampel menggunakan Spektrometer

Gamma, serta seluruh staf Laboratorium PRTKMMN, ORTN BRIN yang

telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

10. Mama Enung Nuraeni, Almarhum Bapak Adi Pawira Syanaf, kak Iskandar

Ahmad Gumay, kak Saima Nuraeni Gumay, kak Farid Ahmad Gumay dan

Jalis Ghulam A. Farid yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan doa

kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan melaksanakan

penelitian ini.

11. Kak Sandi Septian, kak Aditya Imam Saputra, Citra Aini Fadila, Dewi

Nuryana Fitri, Nur Fitriah Azizah, dan Sukma Wati yang selalu menemani

dikala sendiri dan mendengarkan semua cerita penulis tentang penelitian yang

dilakukan.

12. Teman-teman Program Studi Kimia 2019 yang telah membantu, memberikan

dukungan, dan semangat kepada penulis.

Jakarta, Februari 2024

Ellen Soleha Begum

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4
1.3 Hipotesis............................................................................................................5
1.4 Tujuan Penelitian.............................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian...........................................................................................5
BAB I I....................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
2.1 Radionuklida Alam..........................................................................................6
2.1.1 Radionuklida Alam 238U...............................................................................8
2.1.2 Radionuklida Alam 226Ra.............................................................................9
2.1.3 Radionuklida Alam 232Th............................................................................10
2.1.4 Radionuklida Alam 40K..............................................................................11
2.2 Cemaran Radionuklida Alam Pada Bahan Pangan....................................11
2.3 Sayuran dari Pangalengan.............................................................................12
2.3.1 Bawang Daun (Allium fistulosum L.).........................................................12
2.3.2 Cabai Gendot (Capsicum chinense habanero group)................................13
2.3.3 Cabai Keriting (Capsicum annuum L.)......................................................14
2.3.4 Jagung (Zea mays)......................................................................................15
2.3.5 Kubis (Brassica oleracea L.).....................................................................15
2.3.6 Labu Siam (Sechium edule Sw.).................................................................16
2.3.7 Sawi Putih (Brassica pekinensis L.)...........................................................17
2.4 Dosis Efektif Tahunan....................................................................................18
2.5 Excees Lifetime Cancer Risk (ELCR)...........................................................18
2.6 UNSCEAR, 2000.............................................................................................18
2.7 IAEA TE 1788…............................................................................................19
2.8 International Commission on Radiologial Protection (ICRP).....................19
2.9 Spektrometer GammaError! Bookmark not defined.....................................20
2.9.1 Kalibrasi Energi..........................................................................................21

iii
2.9.2 Kalibrasi Efisiensi......................................................................................22
BAB III..................................................................................................................23
METODE PENELITIAN....................................................................................23
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian......................................................................23
3.2 Alat dan Bahan...............................................................................................23
3.2.1 Alat.............................................................................................................23
3.2.2 Bahan..........................................................................................................23
3.3 Diagram Alir Penelitian.................................................................................24
3.4 Prosedur Penelitian........................................................................................25
3.4.1 Sampling Sayuran (SNI 13-6717-2002).....................................................25
3.4.2 Preparasi Sampel........................................................................................26
3.4.3 Kalibrasi Spektrometer Gamma….........................................................27
3.4.3.1 Kalibrasi Energi…..............................................................................27
3.4.3.2 Kalibrasi Efiensi..................................................................................28
3.4.3.3 Pengukuran Sampel...............................................................................29
3.4.3.4 Ketidakpastian Pengukuran...............................................................30
3.4.3.5 Konsentrasi Minimum Terdeteksi.....................................................30
3.5 Analisis Data...................................................................................................31
3.5.1 Penentuan Konsentrasi Aktivitas Radionuklida Pada Sampel Sayuran.....31
3.5.2 Penentuan Dosis Efektif Tahunan...........................................................31
3.5. 3. Excees Lifetime Cancer Risk (ELCR)....................................................32
BAB IV..................................................................................................................33
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................33
4.1 Analisis Kualitatif...........................................................................................33
4.1.1 Kalibrasi Energi..........................................................................................33
4.1.2 Identifikasi Jenis Radionuklida Alam Pada Sampel................................34
4.2 Analisis Kuantitatif........................................................................................35
4.2.1 Kalibrasi Efisiensi Spektrometer Gamma................................................35
4.2.2 Aktivitas Radionuklida Alam pada Sampel..............................................36
4.2.2.1 Aktivitas Radionuklida 238U pada Sampel.............................................37
4.2.2.2 Aktivitas Radionuklida 226Ra pada Sampel...........................................37
4.2.2.3 Aktivitas Radionuklida 232Th pada Sampel...........................................38
4.2.2.4 Aktivitas Radionuklida 40K pada Sampel..............................................39
4.3 Dosis Efektif Tahunan (AED).......................................................................41
4.4 Excess Lifetime Cancer Risk (ELCR)............................................................42

iv
BAB V…................................................................................................................44
5.1 KESIMPULAN...............................................................................................44
5.1 SARAN............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................45
LAMPIRAN..........................................................................................................52

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
238
Gambar 1. Rantai Peluruhan U...........................................................................8
Gambar 2. Rantai Peluruhan 226Ra..........................................................................9
Gambar 3. Rantai Peluruhan 232Th.......................................................................10
Gambar 4. Bawang Daun (Allium fistolosum L.).................................................12
Gambar 5. Cabai Gendot (Capsicum annum var. Abbreviata)............................13
Gambar 6. Cabai keriting (Capsicum annum L.).................................................14
Gambar 7. Jagung (Zea mays).............................................................................15
Gambar 8. Kubis (Brassica oleracea L.).............................................................16
Gambar 9. Labu Siam (Sechium edule Sw.).........................................................17
Gambar 10. Sawi Putih (Brassica pekinensis L.).................................................17
Gambar 11. Spektrometer Gamma.......................................................................20
Gambar 12. Skema Penelitian..............................................................................24
Gambar 13. Peta Lokasi Pengambilan Sampel....................................................26
Gambar 14. Kurva kalibrasi energi standar kode GM-016 (a) dan GM-014
(b)...........................................................................................................................33
Gambar 15. Kurva kalibrasi efisiensi standar kode GM-014 a) dan kode GM-014
b)..........................................................................................................................35

vi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Nilai Acuan Aktivitas Radionuklida Alam Pada Sayuran…...................19
Tabel 2.Nilai Referensi Untuk Konsentrasi Radionuklida dalam Seri Uranium dan
Thorium Pada Makanan dan Air Minum...................................................19
Tabel 3. Lokasi Pengambilan Sampel...................................................................25
Tabel 4. Data analisis kualitatif sampel menggunakan spektrometer gamma.......34
Tabel 5. Aktivitas 238U, 226Ra, 238Th dan 40K pada sampel sayuran........................38
Tabel 6. Data rerata aktivitas 226Ra pada sayuran di beberapa lokasi....................37
Tabel 7. Data rerata aktivitas 238Th pada sayuran di beberapa lokasi....................38
Tabel 8. Data rerata aktivitas 40K pada sayuran di beberapa lokasi.......................39
Tabel 9. Hasil penentuan dosis efektif tahunan pada sayuran…...........................40
Tabel 10. Hasil penentuan Excess Lifetime Cancer Risk (ELCR)….....................42

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Sertifikat sumber standar GM-016...................................................52
Lampiran 2. Sertifikat sumber standar GM-014...................................................53
Lampiran 3. Data hasil kalibrasi energi sumber standar GM-016........................54
Lampiran 4. Data hasil kalibrasi energi sumber standar GM-014........................55
Lampiran 5. Perhitungan aktivitas radionuklida sumber standar GM-014..........56
Lampiran 6. Perhitungan aktivitas radionuklida sumber standar GM-016..........57
Lampiran 7. Data perhitungan nilai efisiensi sumber standar GM-014...............58
Lampiran 8. Data perhitungan nilai efisiensi sumber standar GM-016...............60
Lampiran 9. Perhitungan aktivitas radionuklida pada sawi putih........................62
Lampiran 10. Perhitungan aktivitas radionuklida pada sampel kubis..................65
Lampiran 11. Perhitungan aktivitas radionuklida pada bawang daun..................68
Lampiran 12. Perhitungan aktivitas radionuklida pada cabai gendot...................71
Lampiran 13. Perhitungan aktivitas radionuklida pada cabai keriting.................74
Lampiran 14. Perhitungan aktivitas radionuklida pada labu siam........................77
Lampiran 15. Perhitungan aktivitas radionuklida pada jagung............................80
Lampiran 16. Perhitungan MDC pada GM-014...................................................83
Lampiran 17. Perhitungan MDC pada GM-016...................................................85
Lampiran 18. Tabel Perhitungan Berat Kering dan Berat Basah.........................87
Lampiran 19. Perhitungan Dosis Efektif Tahunan (AED)...................................88
Lampiran 20. Perhitungan Excees Lifetime Cancer Risk (ELCR)........................91

viii
1.1 Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Radionuklida alam merupakan suatu inti atom tidak stabil yang mampu

memancarkan radiasi dan terdapat di alam sejak bumi terbentuk. Radionuklida


238 226 232 40
alam tersebut adalah U, Ra, Th dan K yang bersifat toksik dan sangat

berbahaya jika terakumulasi dalam tubuh (Fitria, 2015). Manusia dapat terpapar

radiasi melalui asupan radionuklida yang terkandung pada berbagai macam bahan

pangan yang berasal dari hewani maupun nabati (Caridi et al., 2019). Paparan

radiasi yang sampai ke tubuh manusia sebagian besar dihasilkan dari radionuklida
238 232
seri U, Th dan turunannya, serta 40K melalui konsumsi air minum dan bahan

pangan (Canbazoǧlu & Doǧru, 2013).

Apabila zat radionuklida masuk ke dalam tubuh manusia melalui konsumsi

bahan pangan, maka akan menyebabkan dampak yang bersifat kronis atau akut.

Dampak zat radioaktif pada makhluk hidup bersifat kronis karena menyebabkan

terjadinya suatu gangguan, diantaranya menyebabkan rusaknya kromosom dalam

tubuh. Munculnya pengaruh kronis dalam jangka waktu yang panjang dapat

terjadi pada sistem reproduksi dan sel tubuh (Mulia, 2005). Gejala sindrom radiasi

akut seperti muntah, mual, pendarahan, diare, koma hingga kematian juga dapat

ditimbulkan (Makmur et al., 2020).

Pangalengan, Bandung, Jawa Barat merupakan salah satu sentra bahan

pangan berupa sayuran dan buah-buahan. Pangalengan berada di dataran tinggi

Kabupaten Bandung dan memiliki luas wilayah sekitar 27.294,77 Ha yang terdiri

dari 13 desa dan 31 dusun (Kurniawan, 2020). Kebun sayur di desa Sukaluyu,

Pangalengan bagian barat merupakan sentra beberapa jenis sayuran seperti


1
bawang

2
daun, cabai gendot, cabai keriting, jagung, kubis, labu siam, dan sawi putih.

Kegiatan penanaman sayuran yang dilakukan biasanya memanfaatkan sejumlah

pupuk fosfat yang mempunyai unsur pengotor radionuklida alam (Hatika, 2018).

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang digunakan dalam kegiatan

pertanian, seperti pupuk single superphosphate (SSP), triple superphosphate

(TSP), pupuk NPK, dan ammonium phosphate (MAP dan DAP). Pupuk tersebut

mengandung unsur logam berat dan radionuklida alam yang diduga berasal dari

batuan fosfat. Batuan fosfat adalah bahan baku pembuatan fosfat dalam industri
238 226
pupuk (El-Taher & Abdelhalim, 2013). Radionuklida alam seperti U, Ra,
232 40
Th, dan K diketahui terkandung dalam pupuk dengan jumlah yang cukup

banyak, sehingga pupuk tersebut dapat menjadi sumber unsur radioaktif alam di

tanah maupun tanaman (Shafi-Ur-Rehman et al., 2006).

(Kadhim dan Najam, 2020) melaporkan tentang potensi bahaya radiasi pada

kegiatan pertanian di Iraq akibat penggunaan pupuk NPK, DAP dan Urea yang

diimpor dari berbagai negara, seperti Rusia, Spanyol, dan Lebanon karena
238 226 232 40
ditemukan sejumlah radionuklida alam U, Ra, Th dan K pada pupuk

tersebut. (Hatika, 2018) juga melaporkan telah ditemukan sejumlah radionuklida

alam 238U, 226Ra, 232Th, dan 40K pada pupuk Urea NPK, TSP, KCL, ZA dan fosfat.

(Muthmainnah et al., 2020) melaporkan bahwa berbagai bahan pangan, seperti

beras, cabe, singkong, dan daun singkong yang disampling dari Pasar Raya Kota
226
Padang mengandung sejumlah radionuklida alam Ra dengan konsentrasi

aktivitasnya melebihi batas konsentrasi 226Ra yang ditetapkan oleh IAEA TE 1788

dan 40K dengan konsentrasi aktivitasnya tidak melebihi batas konsentrasi 40K yang

ditetapkan oleh IAEA TE 1788. (Jwanbot et al., 2013) menemukan sejumlah

3
226 232
radionuklida alam Ra, Th, dan 40K pada sampel kubis, terung, tomat, wortel,

jagung, talas, buncis, ubi rambat dan lada hitam dari Barkin Ladi LGA, Negara

Bagian Dataran Tinggi Nigeria. (Canbazog˘lu dan Dog˘ru, 2012) melaporkan


226 232
bahwa terdapat konsentrasi radionuklida Ra, Th, 40K pada sayuran (paprika,

peterseli, bawang daun, labu, lobak, kubis, tomat, terong, selada, bayam) yang

diproduksi dan sering dikonsumsi di Wilayah Elazıg, Turki. (Abbasi & Bashiry,

2019) melaporkan bahwa terdapat nilai rata-rata Excees Lifetime Cancer Risk

(ELCR) dari beberapa konsumsi makanan sehari-hari seperti jamur dan susu

dengan nilai totalnya yang sedikit lebih tinggi dari batas ELCR yang dapat

diterima oleh tubuh.

Berdasarkan data ini dapat dipastikan bahan pangan sayuran mampu

mengakumulasi sejumlah radionuklida alam sehingga diperlukan pemantauan

terkait keamanan pangan.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 172 yang berbunyi:

َ‫ُ ك ْنُت ْم ِاَّياهُ ت‬ ‫َ ِطي َ َ ر ُ َ وا ُك ِ ِٰل ِل‬ ُ ‫ي َ ها َ ن ’ا‬


ِ ‫ُكل‬ ُّ ‫’يَٰٓا‬
‫ْعُب ُد ْو َن‬ ‫’ب م َز ْق ك ش ُر ِا ْن‬ ُ َ ‫الَّ ِذ ْي‬
‫من ْوا ْوا م‬
‫ْوا‬ ’ ‫ِت ا‬ ‫ْن‬
‫ن ْم‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang

Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya

menyembah kepada-Nya”. (Al-Baqarah:172)

Berdasarkan tafsir (Kementrian Agama, 2022), ayat tersebut menjelaskan

bahwa Allah SWT telah memberikan petunjuk kepada orang-orang beriman untuk

mengonsumsi makanan yang baik, aman, dan tidak berlebihan agar tidak merusak

kesehatan manusia. Makanan yang baik dan aman menjadi syarat kelayakan untuk

dikonsumi, maka dari itu perlu dilakukan suatu upaya untuk memastikan makanan

4
yang akan dikonsumsi terbebas dari berbagai kandungan yang dapat merusak

kesehatan seperti adanya kandungan radionuklida alam.

Analisis radionuklida alam yang memancarkan radiasi gamma akan

dilakukan menggunakan spektrometer gamma yang merupakan salah satu

instrumen untuk analisis zat radioaktif (Muthmainnah et al., 2020).

Penelitian ini diawali dengan menentukan aktivitas radionuklida alam ( 238U,


226 232 40
Ra, Th dan K) pada sayuran dari Pangalengan, Bandung menggunakan

instrumen spektrometer gamma yang akan dibandingkan dengan nilai acuan dari

IAEA TE 1788 tentang batas aktivitas pada makanan. Setelah itu, dilakukan juga

perhitungan dosis efektif tahunan yang diterima oleh konsumen lalu dibandingkan

dengan UNSCEAR Tahun 2000 sebagai upaya untuk memastikan keamanan

pangan bagi masyarakat dan menentukan Excees Lifetime Cancer Risk (ELCR)

yang akan dibandingkan dengan ICRP sebagai dampak radiologi yang akan

diterima masyarakat dari konsumsi sayuran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana aktivitas radionuklida alam ( 238U, 226


Ra, 232
Th, dan 40K) pada

sayuran dari Pangalengan, Bandung apabila dibandingkan dengan nilai

acuan dari IAEA TE 1788?

2. Apakah dosis efektif tahunan penduduk melalui konsumsi sayuran telah

melebihi nilai acuan dari UNSCEAR Tahun 2000?

3. Bagaimana nilai Excess Lifetime Cancer Risk (ELCR) yang ditimbulkan

dari konsumsi sayuran yang mengandung radionuklida alam apabila

dibandingkan dengan nilai acuan ICRP (1996, 1993)?

5
1.3 Hipotesis

1. Sayuran dari Pangalengan, Bandung mengandung radionuklida alam

(238U, 226
Ra, 232
Th, dan 40K) dan nilai aktivitasnya masih memenuhi nilai

acuan dari IAEA TE 1788.

2. Dosis efektif tahunan penduduk melalui konsumsi sayuran masih relatif

aman karena tidak melebihi nilai acuan dari UNSCEAR Tahun 2000.

3. Nilai ELCR yang ditimbulkan dari konsumsi sayuran yang mengandung

radionuklida alam masih memenuhi nilai acuan ICRP (1996, 1993).

1.4 Tujuan Penelitian

1. Menentukan aktivitas radionuklida alam (238U, 226Ra, 232Th, dan 40K) pada

sayuran dari Pangalengan, Bandung dan membandingkan data

aktivitasnya dengan nilai acuan dari IAEA TE 1788.

2. Menentukan dosis efektif tahunan penduduk melalui konsumsi sayuran

yang mengandung radionuklida alam (238U, 226


Ra, 232
Th, dan 40K) untuk

mengetahui risiko radiologis kesehatan konsumen dan

membandingkannya dengan nilai acuan dari UNSCEAR Tahun 2000.

3. Menentukan nilai Excess Lifetime Cancer Risk (ELCR) yang ditimbulkan

dari konsumsi sayurang yang mengandung radionuklida alam lalu

dibandingkan dengan nilai acuan dari ICRP (1996, 1993).

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi keamanan

tentang konsumsi sayuran dari Pengalengan, Bandung. Selain itu, informasi ini

juga dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah Daerah setempat terkait kondisi

pertanian di daerah Pengalengan, Bandung dan keamanan bahan pangan.

6
BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Radionuklida Alam

Semenjak alam ini terbentuk, radionuklida alam telah menjadi sumber

radiasi dan terdapat dua golongan radionuklida alam yang berada di lingkungan

yaitu:

a. Radionuklida Kosmogenik

Interaksi antara atom target dengan sinar kosmik yang berada dalam

atmosfer dapat membentuk radionuklida kosmogenik. Permukaan bumi memiliki

radionuklida yang terdapat di atmosfer dan akan terjatuh bersamaan dengan hujan

salju atau angin. Pemakaian fosfat alam, pemakaian fosil atau bahan bakar,

pembakaran batu bara dan pemakaian bahan-bahan yang memiliki kandungan

radionuklida merupakan sumber pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh

adanya radionuklida alam.

b. Radionuklida Primordial

Radionuklida alam yang terbentuk dari dalam bumi disebut dengan

radionuklida primordial. Lapisan batuan atau tanah, udara serta air mengandung

radionuklida primordial. Jumlah unsur-unsur yang masuk ke dalam kelompok

radionuklida primordial sangatlah banyak, terdapat beberapa kelompok

radionuklida alam yang termasuk sangat tua karena memiliki waktu paruh induk

diatas 100 juta tahun dari sekian banyaknya unsur tersebut. Umumnya batuan
238
yang berusia lebih dari 600 juta tahun dengan kandungan bahan radioaktif U

memiliki kadar dengan relatif yang cukup tinggi. Radiasi terestrial merupakan

jenis radiasi yang dihasilkan oleh radionuklida primordial. Radiasi tersebut

bersumber dari adanya mineral-mineral yang terdapat di dalam tanah.

7
Radiasi primordial dibagi menjadi dua kelompok yaitu Naturally Occuring

Radioactive Material (NORM) dan Technologicaly Enhanced Naturally Occuring

Radioactive Material (TENORM)

i. NORM

Bahan radioaktif dari proses peluruhan deret primordial yang sampai pada

lingkungan secara alami atau makhluk hidup hingga telah menjadi bagian dari

kehidupan makhluk hidup disebut dengan NORM. Bahan radioaktif alami

terkandung pada hampir semua bahan alami yang terdapat di lingkungan, tubuh

dan makanan yang menandakan bahwa NORM terdapat dimana-mana. Sumber

radiasi dapat masuk melalui pernafasan, makanan, minuman dan luka pada tubuh

manusia.

ii. TENORM

Peningkatan konsentrasi radionuklida alam disebabkan oleh kegiatan yang

dilakukan oleh beberapa industri yang menggunakan bahan baku bersumber dari

dalam bumi. Hal tersebut terjadi disebabkan selama proses kegiatan pemanfaatan

dan pengolahan kandungan radionuklida alam pada batuan termobilisasi lalu

terbentuklah suatu produk yaitu bahan radioaktif. TENORM merupakan suatu zat

radioaktif yang terbentuk dari peristiwa tersebut. Radioaktif yang terkandung pada

TENORM adalah deret uranium (238U), deret thorium (232Th) dan 40K. Industri dan

fasilitas dapat terkontaminasi dengan TENORM sehingga masyarakat atau pekerja

dapat terpapar radiasi eksternal, lain halnya dengan radiasi internal yang dapat

terpapar melalui pernafasan, makanan dan minuman yang dikonsumsi (Malaka,

2019).

8
2.1.1 Radionuklida Alam 238U
238
Radionuklida alam U merupakan salah satu isotop uranium yang banyak

ditemukan di alam dengan kelimpahan relatifnya sebesar 99%. Radionuklida alam


238
U memiliki massa atom 238,048, nomor atom 92, dan terletak di deret aktinida

periode 7 pada tabel periodik. Radionuklida alam 238U mempunyai waktu paruh

4,52 x 109 tahun dan dapat digunakan untuk penanggalan usia bumi serta menjadi
238
bahan bakar primer pada reaktor nuklir. Radionuklida U mempunyai inti atom

yang tidak stabil dan selanjutnya akan mengalami proses peluruhan hingga
206 238
menjadi inti stabil, yaitu Pb dan U yang telah mengalami proses peluruhan

sejak awal pembentukan bumi (Ridwan et al., 2015).


238
Radionuklida alam U memiliki rantai peluruhan yang biasa disebut deret

uranium, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

238
Gambar 1. Rantai peluruhan radionuklida alam U (BATAN, 2001)

Paparan radiasi yang disebabkan oleh uranium maupun produk

peluruhannya,
230 226
seperti Th dan Ra dapat mengakibatkan efek kesehatan yang buruk,

seperti kanker hati atau tulang. Uranium juga merupakan bahan kimia beracun

9
yang apabila tertelan dapat menyebabkan kerusakan ginjal (Virginia et al., 2011).

10
2.1.2 Radionuklida Alam 226Ra

Radionuklida alam 226Ra merupakan isotop radium yang menjadi bagian dari
238 226
rantai peluruhan isotop U. Radionuklida alam Ra memiliki nomor atom 88,

nomor massa 226, titik didih sebesar 2010°K (1737°C, 3159°F), titik lebur 973°K

(700°C, 1292°F), terletak pada golongan 2 (logam alkali tanah) dan periode 7

tabel periodik. Radium murni berbentuk logam berwarna putih keperakan yang
226 228
mampu mengoksidasi setelah terpapar oleh udara. Hanya Ra dan Ra dari 25

isotop radium yang diketahui mempunyai waktu paruh cenderung lebih besar dari
226
satu tahun. Radionuklida alam Ra mampu meluruh secara perlahan dan

memiliki waktu paruh yaitu 1600 tahun (Division, 2007) (Livens, 1990). Reaksi

peluruhan

Gambar 2. Rantai peluruhan radionuklida alam 226Ra (BATAN, 2001)

Radionuklida alam 226Ra memiliki sifat toksik dan mampu menimbulkan


dalam

226
bahaya dengan jangka yang panjang. Apabila radionuklida alam Ra tertelan

oleh manusia, maka tubuh akan mengeluarkan (ekskresi) sebanyak 80% melalui

feses, dan akan masuk ke dalam aliran darah 20%, serta selanjutnya terakumulasi
226
pada tulang. Tubuh manusia yang terpapar radionuklida alam Ra dapat
11
mengakibatkan

12
kanker, karena radium memberikan pancaran sinar gamma setelah melalui

peluruhan serta dapat memutasi dan membunuh sel (Suhardi et al., 2012).

2.1.3 Radionuklida Alam 232Th

Radionuklida alam 232Th merupakan isotop yang memiliki nomor atom 90 dan

nomor massa 232 dalam tabel periodik unsur yang memiliki waktu paruh yaitu 14

x 109 tahun (Widodo et al., 2019). Rantai peluruhan thorium terjadi mengikuti
deret

thorium dan akan dihasilkan 208Pb stabil menjadi produk terakhir. Rantai

peluruhan thorium ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Rantai peluruhan radionuklida alam 232Th (BATAN, 2001)


232
Apabila Th masuk ke dalam tubuh manusia, maka dapat menyebabkan

keracunan radiologis, meningkatkan risiko penyakit pada hati, dan akan


232
terakumulasi dalam tulang. Selain itu, karena kelarutan Th dalam air cenderung
232
rendah, maka eksresi Th oleh ginjal dan dalam feses berlangsung secara lambat

(ATSDR, 2016).

13
2.1.4 Radionuklida Alam 40K

Radionuklida alam 40K merupakan isotop radioaktif kalium yang melimpah

di alam sebanyak 0,0117%. Radionuklida alam 40K berwarna putih keperakan dan

berbentuk logam halus, memiliki nomor atom 12 dan massa atom 40, terletak

pada golongan 1 (logam alkali), periode 4 dalam tabel periodik, dan mempunyai

waktu paruh yang panjang, yaitu 1,25 milyar tahun.

Risiko kesehatan internal dan eksternal dapat disebabkan oleh paparan


40
radiasi radionuklida alam K. Paparan eksternal terhadap radioisotop ini

menimbulkan kekhawatiran karena radiasi gamma yang intens (E = 1460,8 keV);

Sedangkan di dalam tubuh, 40K menimbulkan risiko kesehatan karena emisi

partikel beta (Emax = 1,35 MeV) dan sinar gamma, yang terkait dengan kerusakan

sel dan berpotensi menyebabkan kanker di masa depan (Afshari et al., 2009);

(Araújo et al., 2005).

2.2 Cemaran Radionuklida Alam Pada Bahan Pangan

Udara yang terhirup dan makanan yang tertelan, seperti bahan pangan

merupakan jalur secara langsung maupun tidak langsung dari masuknya

radionuklida alam ke dalam tubuh manusia (Muthmainnah et al., 2020). Bahan

pangan menjadi salah satu jalur paparan radionuklida yang harus ditinjau karena

berkaitan dengan penilaian risiko terhadap jalur masuknya polutan ke dalam tubuh

manusia yang mampu memengaruhi kesehatan di masyarakat (Indrayoga et al.,

2013)

Sistem perakaran tanaman dapat menyerap radionuklida dan

mendistribusikannya ke bagian-bagian tanaman lainnya. Pada jalur tanah ke

tanaman dapat terjadi perpindahan radionuklida yang terjadi di lingkungan

sebagai suatu peristiwa yang saling berkaitan dan dapat dipengaruhi oleh

14
beberapa faktor.

15
Nilai faktor transfer memiliki keberagaman yang didasarkan dari jenis tanah di

mana tanaman tumbuh, macam tanaman, dan jenis radionuklidanya (Rovdan &

Abramets, 2001).

2.3 Sayuran dari Pangalengan

2.3.1 Bawang Daun (Allium fistulosum L.)

Bawang daun (Allium fistulosum L.) merupakan salah satu tanaman sayuran

semusim, berupa daun berbentuk rumput. Bagian yang sering dikonsumsi adalah

bagian daun yang masih muda, dan pangkal daun yang dimilikinya berbentuk

batang semu dan bersifat merumpun (Anni et al., 2013). Bawang daun (Allium

fistulosum L.) ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Bawang Daun (Allium fistolosum L.) (Sicca, 2022)

Bawang daun ((Allium fistulosum L.) merupakan tanaman sayuran dengan

umur tanam selama 75 hari dengan maksimal jumlah anakan 7-10, serta beberapa

daunnya menguning. Bawang daun (Allium fistolosum L.) membutuhkan

pemupukan secara teratur sama seperti halnya tanaman lainnya. Pupuk yang biasa

digunakan cukup beragam, salah satunya adalah pupuk NPK. Pupuk tersebut

diberikan selama sepuluh hari satu kali supaya dapat memberikan nutrisi yang

baik bagi tanaman bawang daun (Mustika, 2019).

16
2.3.2 Cabai Gendot (Capsicum chinense habanero group)

Salah satu komoditas sayuran yang digunakan sebagai keperluan bahan

pangan adalah cabai gendot (Capsinum chinense habanero group). Rasa yang

pedas dan aromanya yang khas dengan buahnya yang berbentuk bulat benjol-

benjol menjadi ciri dan jenis sayuran ini. Cabai gendot (Capsinum chinense

habanero group) termasuk komoditas pertanian yang memiliki nilai esensial di

tengah-tengah masyarakat, dapat digunakan dalam berbagai masakan, begitu juga

menjadi bahan ramuan obat tradisional dan industri pengolahan makanan.

Kandungan gizi cabai gendot antara lain yaitu vitamin C, vitamin A, protein,

kalori, karbohidrat, lemak, fosfor, besi dan kalsium (Dewi, 2015). Cabai gendot

ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Cabai Gendot (Capsinum chinense habanero group) (Puspa, 2019)


Saat tanaman cabai gendot (Capsinum chinense habanero group) terlihat

mulai berbunga, biasanya diberikan pupuk NPK yang mampu merangsang

pertumbuhan calon buah atau buah pada tanaman cabai. Apabila tanaman cabai

(Capsinum chinense habanero group) berada di dataran tinggi, maka dapat

dilakukan panen pertama kali pada umur empat sampai lima bulan setelah

ditanam, sedangkan di dataran rendah dapat dilakukan panen pertama kali pada

umur tujuh puluh sampai tujuh puluh lima hari setelah tanaman cabai ditanam

(Pratiwi, 2021).

17
2.3.3 Cabai Keriting (Capsicum annuum L.)

Cabai keriting (Capsicum annuum L.) termasuk tumbuhan dalam genus

Capsicu. Bagian yang sering dimanfaatkan dari tumbuhan cabai keriting

(Capsicum annuum L.) adalah buahnya menjadi sayuran dan bumbu penguat rasa

pada makanan, utamanya menjadi bahan rasa pedas seperti sambal. Cabai keriting

(Capsicum annuum L.) termasuk tanaman semusim yang tumbuh berdiri tegak,

memiliki bentuk perdu dan termasuk salah satu dari komoditas sayuran yang

sering dilestarikan dan paling ternama di dunia (Waskito et al., 2018). Cabai

keriting (Capsicum annuum L.) ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Cabai Keriting (Capsicum annuum L.) (Syafei, 2022)

Sama halnya dengan cabai gendot (Capsinum annuum var. Abbreviata),

cabai keriting (Capsicum annuum L.) juga biasa ditanam menggunakan pupuk

NPK dan memiliki umur tanam umur empat sampai lima bulan setelah ditanam

pada dataran tinggi dan umur tujuh puluh sampai tujuh puluh lima hari setelah

ditanam pada dataran rendah (Pratiwi, 2021).

18
2.3.4 Jagung (Zea mays)

Jagung (Zea mays) termasuk komoditas palawija unggul di Indonesia dilihat

berdasarkan aspek pengusahaan dan pemanfaatan hasilnya sebagai bahan baku

pakan dan pangan (Sarasutha, 2002). Jagung (Zea mays) adalah tanaman C4 yaitu

tanaman yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang panas dan kering serta

berupa tanaman esensial yang mampu menjadi bahan konsumsi manusia di dunia

yang membentuk biji-bijian dengan jumlah yang tinggi (Yeganehpoor et al.,

2014), serta melibatkan banyak cahaya dan sumber daya lingkungan yang lain

(Soleymani & Miransari, 2018). Jagung (Zea mays) dapat ditunjukkan pada

Gambar 7.

Gambar 7. Jagung (Zea mays) (Desideria, 2015)


Pupuk yang digunakan untuk menanam jagung (Zea mays) salah satunya

adalah pupuk NPK yang didalamnya terkandung beberapa unsur seperti unsur

kalium, fosfat dan lain sebagainya dan proses pemanenannya dapat berlangsung

saat tanaman jagung (Zea mays) sudah memasuki usia 60 hari (Maulana, 2022).

2.3.5 Kubis (Brassica oleracea L.)

Kubis (Brassica oleracea L.) termasuk famili brassicaceae merupakan salah

satu tanaman sayuran berwujud tumbuhan dengan batang yang lunak dan telah

diketahui sejak zaman purbakala (2500-2000 SM) menjadi tanaman yang

dihormati oleh masyarakat Yunani Kuno. Kubis (Brassica oleracea L.)

mempunyai beragam kandungan vitamin seperti vitamin C, vitamin A,


19
vitamin K dan banyak

20
mengandung senyawa fitonutrien yang dimanfaatkan menjadi antioksidan alami.

Kubis (Brassica oleracea L.) mempunyai banyak kandungan mineral seperti

kalsium, kalium, fosfor, natrium dan besi. Kubis (Brassica oleracea L.)

ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Kubis (Brassica oleracea L.) (Rostanti, 2021)


Kubis (Brassica oleracea L.) dapat ditanam menggunakan pupuk dasar yaitu

pupuk NPK yang mengandung beberapa unsur hara guna merangsang adanya

pertumbuhan vegetatif awal seperti pertumbuhan akar, daun dan batang kubis

(Brassica oleracea L.) serta dapat dipanen setelah tumbuh dalam kurun waktu 45-

75 hari (Sulistyaningsih, 2020).

2.3.6 Labu Siam (Sechium edule Sw.)

Labu siam (Sechium edule Sw.) adalah salah satu komoditas sayuran yang

banyak dan dijual dengan harga yang murah. Labu siam termasuk ke dalam famili

Cucurbutaceae yaitu salah satu macam tanaman yang banyak ditemukan di

Indonesia. Lebih dari 750 jenis yang didalamnya terbagi dalam 100 genus

termasuk ke dalam famili ini dan diketahui memiliki potensi untuk mengobati

beberapa penyakit. Labu siam (Sechium edule Sw.) menjadi satu-satunya jenis

dalam genus Sechium (Marliana & Suryanti, 2005). Labu siam (Sechium edule

Sw.) ditunjukkan pada Gambar 9.

21
Gambar 9. Labu Siam (Sechium edule Sw.) (Rozalina, 2020)
Labu siam (Sechium edule Sw.) biasa ditanam menggunakan pupuk NPK

sebanyak 100 gram/lubang dan dapat berbunga pada umur tanaman mencapai

90– 150 hari serta buahnya sudah dapat dipanen pada hari ke-90, berikutnya dapat

dipanen kembali pada setiap minggunya (Maysari, 2022).

2.3.7 Sawi Putih (Brassica pekinensis L.)

Sawi putih (Brassica penensia L.) termasuk sekelompok tumbuhan yang

berasal dari marga Brassica yang dapat digunakan bunga atau daunnya untuk

bahan pangan berupa sayuran baik yang diolah maupun tidak. Bagian tanaman

yang sering dikonsumi adalah daun sawi putih dalam beragam bentuk olahan

makanan, biasanya pada bagian kropnya (sekumpulan daun yang berbentuk

seperti kepala). Sawi putih (Brassica pekinensis L.) ditunjukkan pada Gambar 10.

Gambar 10. Sawi Putih (Brassica pekinensis L.) (Adlina, 2023)


Sawi putih juga termasuk kelompok tanaman sayuran daun yang telah

banyak dikenal masyarakat (Cahyono, 2011). Sawi putih (Brassica pekinensis

L.) biasa
22
ditanam menggunakan pupuk NPK pada fase vegetatif pada umur tanaman 7 hari

dan sudah dapat dipanen pada umur tanaman mencapai 21-38 hari (Andra, 2020).

2.4 Dosis Efektif Tahunan

Dosis efektif tahunan merupakan suatu besaran dosis yang digunakan pada

proteksi radiasi guna mengetahui risiko terkait nilai dosis yang diterima oleh

jaringan dengan faktor bobot jaringan (BAPETEN, 2015). Radioaktivitas di

lingkungan berasal dari radionuklida alami yang konsentrasinya bervariasi sesuai

faktor geografis dan geologi. Radioaktivitas alam memberikan sumbangan

terbesar terhadap dosis yang diterima oleh populasi manusia (Caridi et al., 2016).

UNSCEAR Tahun 2000 memberikan nilai acuan untuk dosis efektif tahunan yang

diterima pekerja radiasi maupun penduduk.

2.5 Excees Lifetime Cancer Risk (ELCR)

Di dunia saat ini, kanker merupakan penyakit utama bagi masyarakat. Salah

satu penyebab kanker adalah efek radiasi pada sel biologis. Oleh karena itu perlu

dilakukan upaya untuk menilai Excees Lifetime Cancer Risk (ELCR) akibat

konsumsi makanan sehari-hari dengan menggunakan prosedur yang diusulkan

oleh EPA (Abbasi & Bashiry, 2019).

2.6 UNSCEAR, 2000

UNSCEAR merupakan suatu organisasi secara internasional yang dibentuk

oleh sidang umum yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada

sidang ke-10, 3 Desember 1955 (BRIN, 2022). UNSCEAR Tahun 2000

memberikan nilai acuan aktivitas radionuklida pada sayuran yang ditunjukkan

pada Tabel 1 berikut:

23
Tabel 1. Nilai Acuan Aktivitas Radionuklida Alam Pada Sayuran
Konsentrasi (Bq/kg)
No Jenis Sayuran 226Ra 238U 232Th

1 Bawang Daun, Kubis, Sawi Putih 0.05 0.02 0.015


2 Labu Siam 0.03 0.003 0.0005
3 Cabai Gendot, Cabai Keriting 0.03 0.003 0.0005
4 Jagung 0.08 0.02 0.003

2.7 IAEA TE 1788

IAEA TE 1788 merangkum konsep proteksi radiasi yang berkaitan dengan

radionuklida dalam makanan dan air minum, menjelaskan standar internasional

saat ini yang berkaitan dengan makanan dan air minum yang berfokus khususnya

pada standar yang dikembangkan oleh FAO, IAEA dan WHO (IAEA, 2016).

Nilai acuan aktivitas radionuklida pada makanan dan air minum yang

direkomendasikan IAEA TE 1788 ditunjukkan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Nilai Referensi Untuk Konsentrasi Radionuklida dalam Seri Uranium


dan Thorium Pada Makanan dan Air Minum (IAEA, 2016)
Product Concentration (Bq/kg) x 10-3
230Th
238 226 210 210 232 228 228 235
U Ra Pb Po Th Ra Th U
Milk products 1 0,5 5 15 15 0,3 5 0,3 0,05
Meat products 2 2 15 80 60 1 10 1 0,05
Grain products 20 10 80 50 60 3 60 3 1
Leafy vegetables 20 20 50 80 100 15 40 15 1
Roots an fruits 3 0,5 30 30 40 0,5 20 0,5 0,1
Fish products 30 10 100 200 2000 10 ND* 100 ND*
Drinking water 1 0,1 0,5 10 5 0,05 0,5 0,05 0,04
ND* indicates that no published data are available.

2.8 ICRP (International Commission on Radiological Protection)

International Commission on Radiological Protection merupakan sebuah

organisasi internasional independen yang memajukan ilmu proteksi radiologi

untuk kepentingan publik, khususnya dengan memberikan rekomendasi dan

panduan pada semua aspek proteksi terhadap radiasi pengion.

24
2.9 Spektrometer Gamma

Spektrometer gamma merupakan suatu instrumen yang bisa digunakan

untuk melakukan suatu analisis zat radioaktif yang memancarkan radiasi gamma.

Setiap radionuklida bersifat spesifik karena memiliki energi gamma tertentu.

Spektrometri gamma adalah suatu instrumen pengukuran dan digunakan untuk

mengidentifikasi
zat-zat radioaktif dengan cara mengamati spektrum karakteristik yang muncul dari

interaksi foton-γ yang memancar dari zat-zat radioaktif dengan detektor

(Muthmainnah et al., 2020). Skema Spektrometer gamma ditunjukkan pada

Gambar 11.

Detektor
HPGe Multi Channel
Analyzer (MCA)
H
Amp

PA

Unit
Pengolahan
Cryostat Penguat
Data
awal

Gambar 11. Skema Spektrometer Gamma (Dian Milvita, Desfitri Yana, 2009)

Gambar 11 menunjukkan skema dari spektrometer gamma. Detektor HPGe

adalah detektor semikonduktor yang memiliki kemampuan untuk memisahkan

dua puncak dan mempunyai efisiensi yang baik untuk melakukan pengukuran

radiasi gamma (Aziz, Hidayanto, Miftahul, et al., 2015). Multi Channel Analyzer

(MCA) berfungsi untuk mengukur spektrum energi suatu sumber radioaktif dan

mengidentifikasi sumber radioaktif berdasarkan distribusi energinya yang telah


25
terukur. Amplifier berfungsi untuk mengubah pulsa eksponensial menjadi pulsa

Gaussian dan memperkuat amplitudo pulsa (Nugraha & Subiharto, 2000). Prinsip

kerja spektrometer gamma yaitu ketika sampel disimpan diatas detektor maka

sinar gamma akan memberikan energinya pada detektor hingga menimbulkan

sinyal. Sinyal yang dihasilkan detektor akan ditangkap oleh amplifier sebagai

penguat karena sinyal yang dihasilkan cenderung lemah. Selanjutnya, sinyal yang

dikeluarkan oleh amplifier akan diubah menjadi bentuk digital dan diproses pada

Multi Channel Analyzer (MCA) yang akan mengumpulkan sinyal menjadi

spektrum yang akan muncul pada monitor (Ambalanggi, 2017).

2.9.1 Kalibrasi Energi

Kalibrasi energi adalah suatu cara yang dilakukan untuk menganalisis secara

kualitatif sistem pencacah spektrometer gamma. Kalibrasi energi dilakukan

dengan menggunakan sumber standar radioaktif yang mempunyai rentang energi

gamma dalam cakupan energi gamma radionuklida yang akan dianalisis dalam

sampel. Sistem spektrometer bisa digunakan untuk mengukur sampel setelah

dilakukan kalibrasi energi selesai. Persamaan matematis dalam kalibrasi energi

dapat menunjukkan puncak-puncak spektrum yang terdapat pada sampel, maka

dari itu dapat ditentukan kandungan dari unsur radioaktifnya (Luhur et al., 2013).

Hubungan antara energi sinar gamma (keV) dan nomor salur perlu ditinjau

dengan cara kalibrasi energi. Hal tersebut perlu dilakukan dengan cara mengukur

(mencacah) sumber radioaktif yang standar dengan sumber-sumber energi

berdasarkan tingkat energi yang rendah hingga tingkat energi yang tinggi supaya

kalibrasi energi memiliki jangkauan energi yang luas (Wahyudi, 2020).

26
2.9.2 Kalibrasi Efisiensi

Pada analisis secara kuantitatif dengan spektrometri gamma dibutuhkan

kalibrasi efisiensi. Pengukuran efisiensi dapat dilakukan dari energi yang rendah

hingga energi yang tinggi dengan menggunakan sumber standar dan disajikan

dalam bentuk grafik efisiensi fungsi energi. Beberapa faktor dapat menentukan

nilai

efisiensi deteksi dari suatu pengukuran yaitu volume detektor, dimensi zat

radioaktif, daya pisah detektor dan jarak sampel dengan detektor (Luhur et al.,

2013). Kalibrasi efisiensi menggunakan sumber standar radioaktif campuran yang

telah diketahui aktivitasnya, sehingga dapat digunakan untuk menghitung aktivitas

radionuklida dalam sampel yang dianalisis (Candra et al., 2010).

27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2022 hingga Februari

2023 di Laboratorium Radioekologi Terrestrial, Pusat Riset Teknologi

Keselamatan Metrologi dan Mutu Nuklir, Organisasi Riset Tenaga Nuklir, Badan

Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumentasi

nuklir, yaitu Spektrometer Gamma merk Ortec dilengkapi dengan detektor HPGe.

Selain itu digunakan juga peralatan laboratorium seperti, oven menmert UN 750

Plus, timbangan analitik Shimadzu, blender dan alat penunjang berupa baki

stainless steel, spatula, beaker Marinelli volume 250 dan 1000 mL, lem araldite,

kertas label, dan spidol.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel sayuran

(cabai keriting (Capsium annuum), cabai gendot (Capsicum chinense habanero

group), jagung (Zea mays), sawi putih (Brassica rapa subsp. Pekinensis), kubis

(Brassica oleracea var. capitata), bawang daun (Allium fistulosum), dan labu siam

(Sechium edule)) masing-masing diambil dari kebun sayur di Desa Sukaluyu,

Pangalengan, Jawa Barat. Selain itu, digunakan nitrogen cair dan standar
133 152
radioaktif dengan kode GM-016 (volume 200) yang terdiri dari Ba dan Eu

dan kode GM- 014 (volume 1000) yang terdiri dari 137Cs, 60Co dan 133Ba.

28
3.3 Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sampling

sayuran, preparasi sampel dan analisis data ditunjukkan pada Gambar 12.
Dimasukkan ke beaker Marinelli
Preparasi sampel sayuran dari
Pangalengan yang disampling
oleh peneliti BRIN

Dipotong-potong sampel sayuran

Oven
T = 105ºC, t = 24 jam
Dihitung kadar air

Dihaluskan dan ditimbang


Disiapkan sumber radioaktif standar
(kode: GM-014, (mengandung isotop
133
Ba, 137Cs, 60Co) dan GM-016,
(mengandung
Dibuat isotop 133Ba dan 152Eu))
untuk Kalibrasi Instrumentasi
Ditutup dan direkatkan dengan Spektrometer Gamma
lem araldite
kurva kalibrasi energi
Kalibrasi Energi dengan standar
Sampel disimpan radioaktif dan dilanjutkan dengan
selama 30 hari Kalibrasi Efisiensi dengan standar
radioaktif yang diketahui
aktivitasnya
Diukur konsentrasi radionuklida
dengan spektrometer gamma
dengan t = 17 jam

Analisis data

Gambar 12. Skema Penelitian

29
3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Sampling Sayuran (SNI 13-6717-2002)

Pengambilan sampel sayuran dilakukan di kebun di Desa Sukaluyu,

Pangalengan, Jawa Barat oleh peneliti dari BRIN. Sampel sayuran tersebut

meliputi bawang daun (Allium fistulosum L.), cabai gendot (Capsinum chinense

group), cabai keriting (Capsicum annuum L.), jagung (Zea mays L.), kubis
habanero

(Brassica oleracea L.), labu siam (Sechium edule Sw.) dan sawi putih (Brassica

pekinensis L.) masing-masing sebanyak 2 kg. Pengambilan sampel dilakukan

menggunakan metode purposive sampling yang dilakukan peneliti berdasarkan

pengetahuan dan pertimbangan tertentu terhadap sampel yang akan dipilih

(Sugiyono, 2018). Tabel dan Peta lokasi pengambilan sampel sayuran ditunjukkan

pada Tabel 2 dan Gambar 13.

Tabel 2. Lokasi Pengambilan Sampel Sayuran

Koordinat Lokasi (GPS)


No Kode Jenis Sayuran South (S) East (E)
1 2022-CK-Pangalengan Cabai Keriting 07.22315 107.53772
2 2022-CG- Pangalengan Cabai Gendot 07.22544 107.53727
3 2022-DB-Pangalengan Bawang Daun 07.22315 107.53772
4 2022-KL-Pangalengan Kubis 07.22315 107.53772
5 2022-LS-Pangalengan Labu Siam 07.22315 107.53772
6 2022-JG-Pangalengan Jagung 07.22315 107.53772
7 2022-SW-Pangalengan Sawi Putih 07.20944 107.4274

30
Gambar 13. Peta Pengambilan Sampel di Pangalengan, Bandung (Google Maps)

3.4.2 Preparasi Sampel

Mula-mula sampel sayuran dicuci, ditimbang, lalu dipotong-potong dan

ditempatkan pada baki stainless steel untuk selanjutnya dikeringkan ke dalam

oven dengan suhu 105ºC dengan waktu ± 24 jam hingga kering dan bobot

konstan. Sampel kering ditimbang dan dicatat beratnya untuk dihitung kadar

airnya. Sampel yang telah kering dihaluskan menggunakan blender dan

disampling dengan metode quartering yaitu sampel dibagi menjadi 4 bagian,

kemudian disebar menjadi segiempat atau lingkaran di bagi menjadi 4 bagian lagi,

begitu seterusnya dilakukan beberapa kali pengulangan hingga mendapatkan

sejumlah ± 1 kg. Lalu, ditimbang ke dalam beaker Marinelli kosong yang telah

diberi label bertuliskan kode sampel. Selanjutnya, beaker Marinelli ditutup rapat

menggunakan lem araldite dan disimpan selama ± 1 bulan (4 minggu) dengan

tujuan supaya sampel dapat mencapai kesetimbangan sekular dengan anak

luruhnya. Berikutnya, setelah sampel disimpan selama 1 bulan (4 minggu) dicacah

atau diukur menggunakan spektrometer gamma ((SOP 004.003/KN 05 02/KMR 2

BATAN dan IAEA 1989).

31
3.4.3 Kalibrasi Spektrometer Gamma

Penelitian ini menggunakan sumber standar dengan kode GM-016 (volume


133 152
200) yang mengandung radioaktif Ba dan Eu dan kode GM-014 (volume
137 60 133
1000) yang mengandung radioaktif Cs, Co dan Ba yang mempunyai

aktivitas awal (A0) tercantum pada sertifikat (Lampiran 1 dan 2). Standar yang

akan digunakan diletakkan di atas detektor, kemudian dilakukan pencacahan

standar dengan spektrometer gamma. Hasil pencacahan berupa spektrum akan

muncul pada komputer dengan menggunakan software maestro untuk

mendapatkan berbagai data yang dibutuhkan (Muthmainnah et al., 2020).

3.4.3.1 Kalibrasi Energi

Kalibrasi energi dimaksudkan untuk analisis kualitatif, yaitu mengetahui

jenis radionuklida alam dalam sampel. Kalibrasi energi ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara nomor salur dengan energi sinar gamma, yang

biasanya berbentuk kurva dengan persamaan garis linier.

Mula-mula standar GM-016 (133Ba, 152


Eu) dan GM-014 (133Ba, 137
Cs, 60C0)

diukur menggunakan spektrometer gamma selama 17 jam. Selanjutnya diperoleh

spektrum dan dicatat nilai nomor salur dari masing-masing spektrum

radionuklida, dan dibuat kurva kalibrasi energi. Kurva kalibrasi energi tersebut

dinyatakan dengan Persamaan-1:

𝑌 = 𝑎𝑋 + 𝑏............................................................................................................(1)

Keterangan:

Y = energi sinar gamma (keV)


X = nomor salur
a, b = hasil perhitunagan (nilai)
(Wahyudi, 2022)

Selanjutnya kurva kalibrasi energi tersebut digunakan untuk analisis kualitatif.

32
3.4.3.2 Kalibrasi Efisiensi

Kalibrasi efisiensi dimaksudkan untuk analisis kuantitatif, yaitu

menentukan nilai aktivitas radionuklida alam dalam sampel. Kalibrasi efisiensi

menunjukkan hubungan antara energi gamma (keV) radionuklida yang

terkandung dalam sumber standar dan nilai efisiensi masing-masing radionuklida

dalam standar tersebut, yang digambarkan dalam bentuk kurva kalibrasi efisiensi.

Mula-mula standar GM-016 (133Ba, 152


Eu) dan GM-014 (133Ba, 137
Cs, 60Co)

diukur menggunakan spektrometer gamma selama 17 jam. Selanjutnya dihitung

nilai efisiensi aktivitas dari masing-masing radionuklida yang terukur, dan dicatat

yieldnya, serta dibuat kurva kalibrasi efisiensi. Kurva kalibrasi efisiensi yang

diperoleh dinyatakan dengan Persamaan-2:

𝑌 = 𝑎𝑋𝑏............................................................................................................................................................. (2)

Keterangan:

Y = efisiensi radionuklida
X = energi sinar gamma (keV)
a, b = hasil perhitungan (nilai)

Sebelum dibuat kurva kalibrasi efisiensi, mula-mula dihitung nilai efisiensi

radionuklida dalam standar. Selanjutnya nilai efisiensi tersebut diplot dengan

energi gamma (keV) dari radionuklida yang ada dalam standar.

Nilai efisiensi diperoleh dengan cara mula mula menghitung aktivitas

radionuklida dalam standar pada saat pencacahan (At) dengan menggunakan

Persamaan- 3:

𝐴𝑡 = 𝐴0𝑒−𝜆𝑡 = 𝐴0𝑒−0,693𝑡/𝑇.............................................................................................. (3)


dengan:
At = aktivitas pada saat pencacahan (Bq)

33
Ao = aktivitas awal (tertulis dalam sertifikat standar, (Bq))
t = waktu tunda (hari)
T = waktu paro (hari)

Efisiensi tiap-tiap radionuklida dalam standar yang terukur mempunyai nilai

tertentu dan dihitung menggunakan Persamaan-4:

(N S / TS  N BG / TBG
)ε  ...........................................(4)
γ
At  pγ

Keterangan:

εγ = efisiensi radionuklida dalam standar pada energi gamma tertentu


Ns = cacah standar (cps/ count per seconds)
NBG = cacah latar (cps/ count per seconds)
Ts = waktu cacah standar (detik/ seconds)
TBG = waktu cacah latar (seconds)
At = aktivitas radionuklida standar pada saat pengukuran (Bq)
pγ = yield dari energi gamma tertentu (%)
(Wahyudi, 2022)

Selanjutnya kurva kalibrasi efisiensi tersebut digunakan untuk analisis kuantitatif.

3.4.3.3 Pengukuran Sampel

Pengukuran jenis radionuklida dalam sampel dilakukan seperti

pelaksanaan pengukuran kalibrasi energi, yaitu selama 17 jam, dan dengan

geometri yang sama. Selanjutnya menggunakan kurva kalibrasi energi untuk

menentukan jenis radionuklida alam dalam sampel. Radionuklida alam 238U diukur

sebagai 234mPa pada energi gamma 1001 keV, 226Ra diukur sebagai 214Pb dan 214Bi,
232
masing-masing pada energi gamma 351 dan 609 keV, Th sebagai 228Ac 911 dan

968 keV, sedangkan 40K pada energi 1460 keV.

Pengukuran aktivitas radionuklida dalam sampel dilakukan menggunakan

spektrometer gamma selama 17 jam. Mula mula dilakukan pengukuran radiasi

latar selama 17 jam menggunakan beaker marinelli kosong, selanjutnya dilakukan

pengukuran sampel selama 17 jam. Hasil pencacahan yang terukur dan terlihat

pada
34
monitor komputer dievaluasi dan dianalisis menggunakan Software Maestro

(Muthmainnah et al., 2020). Kurva kalibrasi efisiensi digunakan untuk

menghitung aktivitas radionuklida alam dalam sampel.

3.4.3.4 Ketidakpastian Pengukuran

Nilai ketidakpastian pengukuran dihitung menggunakan Persamaan-5

berikut:

UT  Cavg x
 u2

 u u 
  ε 2   p 
2  u
 w 
2
........................................(5)
 
2 N
N ε W 
 Sp     P   Sp 

keterangan:

𝑢𝑁 = ketidakpastian pencacahan sampel (%)


𝑢𝑧 = ketidakpastian efisiensi pada energi gamma (%)
𝑢𝑝 = ketidakpastian yield (%)
𝑢𝑤 = ketidakpastian volume sampel (%)
(Wahyudi, 2022)

3.4.3.5 Konsentrasi Minimum Terdeteksi

Kemampuan dari sebuah alat dalam mendeteksi suatu konsentrasi

minimum disebut Minimum Detectable Concentration (MDC). Konsentrasi

minimum bisa dideteksi besarnya dengan pengaruh efisiensi pencacahan, massa

sampel dan cacah latar. MDC dapat dihitung dengan tingkat kepercayaan sebesar

95% dengan persamaan 5:

√𝑁2𝐵𝐺
𝑡 𝐵𝐺
MDC = 4,66 ∙ ……………………………..(6)
𝗌𝛾 ∙ 𝑃𝛾∙ 𝐹𝑘∙𝑊

keterangan:

MDC = konsentrasi minimum yang bisa dideteksi (Bq/kg)


NBG = laju cacah latar (cps)
tBG = waktu cacah latar (detik)
εγ = efisiensi pencacahan (%)
Pγ = kelimpahan energi gamma (%)
Fk = faktor koreksi serapan diri
W = berat sampel (kg) (Putra et al., 2017)

35
3.5 Analisis Data

3.5.1 Penentuan Konsentrasi Aktivitas Radionuklida Pada Sampel Sayuran

Aktivitas radionuklida alam 226Ra, 238U, 232Th, dan 40K pada sampel sayuran

dihitung menggunakan persamaan 6:

𝐶𝑎𝑣𝑔 𝑁𝑠𝑝 −𝑁𝐵𝐺 ……………………………..(7)


= 𝗌𝛾 . 𝑃𝛾 . 𝑊𝑠𝑝

keterangan:

Cavg = aktivitas zat radioaktif dalam sampel rata-rata (Bq/kg)


Nsp = laju cacah sampel terkoreksi (cps)
NBG = cacah latar (cacah)
εγ = efisiensi radionuklida pada sampel
Pγ = yield dari energi gamma (Pustaka)
Wsp = berat sampel (gram)
(Wahyudi, 2022)

3.5.2 Penentuan Dosis Efektif Tahunan

Dosis efektif tahunan yang diterima konsumen melalui konsumsi sayuran


238 226 232
yang mengandung radionuklida alam U, Ra, Th, dan 40K pada ditentukan

menggunakan Persamaan-8:

𝑬 = 𝑪 𝒙 𝑹 𝒙 𝒇𝒄............................................................................................................................................. (8)

Keterangan:

E = dosis efektif tahunan (Sv/tahun)


C = aktivitas radionuklida (Bq/kg)
R = laju konsumsi bahan pangan per tahun (kg/tahun) (BPS)
fc = faktor koreksi dosis untuk radionuklida (ICRP, 1996;IAEA, 1996)

Dosis efektif tahunan tergantung pada tingkat laju konsumsi bahan makanan

dan aktivitas radionuklida alam. Nilai dosis efektif kemudian ditentukan dengan

mengkalikan nilai aktivitas radionuklida alam dengan laju konsumsi bahan pangan

dan koefisien dosis efektif (Canbazoǧlu & Doǧru, 2013).

36
3.5.3 Excees Lifetime Cancer Risk (ELCR)

Excees Lifetime Cancer Risk (ELCR) atau estimasi risiko kanker yang

diterima konsumen sayuran mengandung radionuklida alam 238U, 226Ra, 232Th, dan
40
K dapat ditentukan menggunakan Persamaan-9:

𝑬𝑳𝑪𝑹 = 𝑨𝑬𝑫 𝒙 𝑫𝑳 𝒙 𝑹𝑭 …………….……….………(9)

Keterangan:

AED (Annual Effective Dose) = Dosis efektif tahunan (mSv/tahun)


DL (Duration of Life) = Rata-rata durasi umur (year/tahun)
RF (Risk factor) = Faktor risiko kanker (per Sievert)

Menurut data Badan Pusat Statistik (2022) untuk wilayah Pangalengan,

Bandung, usia harapan hidup atau Duration of Life (DL) masyarakatnya adalah

71,77 tahun. Nilai faktor risiko yang digunakan untuk menghitung ELCR adalah

sebesar 0,05 (IAEA, 1996).

37
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kualitatif

4.1.1 Kalibrasi Energi

Data kalibrasi energi dalam penelitian ini (Lampiran 3) merupakan data

hasil pengukuran menggunakan sumber standar kode GM-016 mengandung unsur


152 133
radioaktif Eu dan Ba dalam beaker marinelli volume 200 mL. Standar ini

digunakan untuk menentukan jenis radionuklida alam dalam sampel bawang daun,

cabai gendot, cabai keriting, kubis, labu siam, dan sawi putih. Sedangkan, data

pengukuran sumber standar kode GM-014 (Lampiran 4) yang mengandung unsur


133 137 60
radioaktif Ba, Cs, dan Co dalam beaker marinelli volume 1000 mL

digunakan untuk mengukur sampel jagung. Penggunaan sumber standar yang

berbeda ini disebabkan hasil preparasi sampel yang diperoleh memiliki volume

sampel yang berbeda dan masing-masing memiliki rentang energi yang cukup

luas (Luhur et al., 2013). Aswood et al., 2017 melakukan analisis radionuklida

alam pada sayuran dari Cameron Highlands Farm, Malaysia menggunakan

sumber standar yang sama dengan penelitian ini.

Hasil kalibrasi energi menggunakan sumber standar kode GM-016 dan GM-

014 ditunjukkan pada Gambar 14.

38
1500 1400
y = 0,2027x + 0,1116 1200 y = 0,2479x1,0009
R² = 1

Energi-γ (keV)
Energi-γ (keV)
1000 R² = 1 1000
800
600
500
400
200
0 0
0 2000 4000 6000 8000 0 2000 4000 6000
Nomor salur Nomor salur
(a) (b)
Gambar 14. Kurva Kalibrasi Energi Standar Kode GM-016 (a), dan GM-014 (b)

Berdasarkan kedua kurva tersebut (Gambar 14) diperoleh kurva garis yang

linier, dengan persamaan y = 0,2027x + 0,1116 (untuk sumber standar GM-016),

dan y = 0,2479x + 1,0009 (untuk sumber standar GM-014). Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang linier antara energi gamma dengan nomor salur,

dengan korelasi (koefisien regresi) R2 = 1. Menurut Chan et al, 2004, apabila nilai

koefisien regresi mendekati atau sama dengan 1, maka kurva kalibrasi tersebut

dapat diterima. Kurva tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai energi

gamma, maka nomor salur akan meningkat. Nomor salur merupakan nomor yang

dapat menggambarkan besaran nilai energi gamma (Muthmainnah et al., 2020).

Hubungan linier antara energi sinar gamma dan nomor salur memperlihatkan

kesesuaian antara tingginya pulsa yang diperoleh dari detektor dan penguat

dengan

energi sinar gamma pada radionuklida yang menyentuh detektor (Susetyo, 1988).

4.1.2 Identifikasi Jenis Radionuklida Alam pada Sampel

Hasil identifikasi jenis radionuklida alam dalam sampel sayuran dari

Pangalengan, Bandung ditunjukkan pada Tabel 3.

39
Tabel 3. Data analisis kualitatif sampel menggunakan spektrometer gamma
Radionuklida
No salur (Channel) Energi Gamma (KeV)
Terukur Teridentifikasi
1734 351 214
Pb 226
Ra
3005 609 214
Bi
4495 911 228
Ac 232
Th
4778 968 228
Ac
4974 1009 234m
Pa 238
U
7205 1460 40
K 40
K
214
Berdasarkan data pada Tabel 3 telah terukur adanya Pb pada energi 351
214 226
KeV) dan Bi (609 KeV), hal ini menunjukkan adanya radionuklida alam Ra.
228
Selanjutnya terukur pula Ac pada energi gamma 911 dan 968 KeV yang

menunjukkan adanya 232Th, dan 40K pada energi gamma 1460 KeV, kecuali 234mPa

pada energi gamma 1001 KeV yang menunjukkan adanya 238U.

4.2 Analisis Kuantitatif

4.2.1 Kalibrasi Efisiensi Spektrometer Gamma

Hasil kalibrasi efisiensi sumber standar kode GM-016 dan GM-014

ditunjukkan pada Gambar 15.

0,0150 0,020
y = 0,3943x-0,65
R² = 0,9867 0,015
0,0100
Efisiensi

Efisiensi

0,010
0,0050
0,005 y = 0,9535x-0,745
0,0000 R² = 0,9916
0,000
0 250 500 750 1000 1250 1500
0 500 1000 1500
Energi-γ (keV) Energi-γ (keV)
a) b)
Gambar 15. Kurva kalibrasi efisiensi sumber standar kode GM-016 (a) dan
GM-014 (b)

Berdasarkan Gambar 15 diketahui hubungan antara energi gamma dengan

efisiensi berupa persamaan garis eksponensial dengan persamaan y = 0,3943x- 0,65

(sumber standar kode GM-016) dan y = 0,9535x–0,745 (sumber standar kode GM-

40
014) dengan korelasi (koefisien regresi) masing-masing R2 = 0,9867 dan 0,9916.

Selanjutnya, kurva efisiensi tersebut akan digunakan untuk menentukan nilai

efisiensi radionuklida pada sampel dengan mensubstitusikan nilai energi gamma

radionuklida dalam sampel menggunakan persamaan garis eksponensial tersebut

(Lampiran 7 dan 8). Kurva hasil kalibrasi efisiensi tersebut (Gambar 15)

memperlihatkan adanya penurunan dari nilai efisiensi seiring meningkatnya

besaran energi gamma. Menurut Aziz, Hidayanto, & Lestari, (2015) penurunan

energi gamma bersamaan dengan meningkatnya efisiensi detektor. Efisiensi

detektor akan mengalami penurunan secara eksponensial bersamaan dengan

meningkatnya energi gamma (Susetyo, 1988). Hal tersebut disebabkan oleh

kekuatan sinar gamma saat berinteraksi dengan detektor mencapai nilai

maksimum saat energi mencapai 100 keV, sedangkan efisiensi detektor akan

menurun saat energinya lebih besar dari 100 keV.

4.2.2 Aktivitas Radionuklida Alam pada Sampel

Hasil penentuan aktivitas radionuklida alam 238U, 226Ra, 232Th dan 40K pada

sampel sayuran dari Pangalengan, Bandung yang telah dihitung (Lampiran 9)

ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Aktivitas 238U, 226Ra, 238Th dan 40K pada sampel sayuran
Aktivitas Acuan AktivitasAcuan Aktivitas Acuan Aktivitas Acuan
Sayuran 226
Ra IAEA 238
U IAEA 232
Th IAEA 40
K IAEA
(Bq/kg) (Bq/kg) (Bq/kg) (Bq/kg)
Bawang Daun 0,2012 0,050 <MDC 0,02 0,0158 0,0150 0,5513 <MDC
Cabai Gendot 0,2440 0,003 <MDC 0,03 0,0142 0,0005 1,1659 <MDC
Cabai Keriting 0,2615 0,003 <MDC 0,03 0,0027 0,0005 1,2577 <MDC
Jagung <MDC 0,020 <MDC 0,08 - 0,0030 1,0072 <MDC
Kubis 0,1983 0,050 <MDC 0,02 0,0161 0,0150 1,1002 <MDC
Labu Siam 0,2009 0,003 <MDC 0,03 0,0035 0,0005 2,2312 <MDC
Sawi Putih 0,2506 0,050 <MDC 0,02 0,0075 0,0150 1,9012 <MDC
Rata-rata 0,2260 0,0100 1,3163
MDC 0,005 0,367 0,002 0,004

41
Tabel 4 menunjukkan aktivitas radionuklida alam pada sayuran dari

Pangalengan, Bandung yang akan dibandingkan dengan nilai acuan dari IAEA TE

1788 dan nilai rata-ratanya dibandingkan dengan nilai aktivitas dari beberapa

negara di dunia.

4.2.2.1 Aktivitas Radionuklida 238U pada Sampel


238
Aktivitas radionuklida alam U dapat dilihat pada Tabel 4 yang

menunjukkan nilai aktivitas pada semua sampel berada dibawah MDC (Minimum

Detectable Concentration). Hal tersebut tidak menyatakan bahwa semua sampel


238 238
sayuran tidak mengandung radionuklida alam U, tetapi U merupakan induk

bahan radioaktif yang tentu ditemukan dalam lapisan tanah atau batuan, dan akan

terlarut dalam air tanah, serta akan membentuk anak luruh hasil dari proses

peluruhannya. Proses peluruhan inti akan menyebabkan adanya jumlah yang

berkurang menjadi setengah dari jumlah semula, sehingga hanya anak luruh dari
238
U saja yang akan terdeteksi pada sampel yang dianalisis (Akhadi, 2021).

4.2.2.2 Aktivitas Radionuklida 226Ra pada Sampel


226
Hasil penentuan nilai aktivitas radionuklida alam Ra pada sayuran dari

Pangalengan, Bandung yang dibandingkan dengan data beberapa negara di dunia

ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 5. Data rerata aktivitas 226Ra pada sayuran di beberapa lokasi


Lokasi Aktivitas (Bq/kg) Sumber
India 0,50 (Shanthi et al., 2010)
Plateau State Nigeria 42,42 (Jwanbot et al., 2013)
Elazig Region, Turki 0,64 (Canbazoǧlu & Doǧru, 2013)
Cameron Highlands, Malaysia 6,05 (Aswood et al., 2017)
Pangalengan, Bandung 0,23 Penelitian ini

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa aktivitas radionuklida alam


226
Ra ditemukan hampir pada semua sampel yang dianalisis dengan aktivitasnya

42
yang berkisar dari 0,0124 sampai 0,2617 Bq/kg dan aktivitas tertinggi terdapat

pada cabai keriting yaitu 0,2617 Bq/kg diikuti oleh cabai gendot 0,2440 Bq/kg

yang dihasilkan berdasarkan perhitungan (Lampiran 12), namun setelah nilai

aktivitas sampel dibandingkan dengan IAEA TE 1788 ternyata masih melebihi

nilai acuan yang telah ditetapkan. Kemudian, berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat
226
bahwa nilai rata-rata aktivitas radionuklida alam Ra pada sampel sayuran dari
226
Pangalengan, Bandung masih berada pada nilai kisaran Ra pada sayuran dari

beberapa negara di dunia. Menurut (IAEA, 2016), aktivitas radionuklida alam


226 226
Ra yang tinggi pada sayuran dipengaruhi oleh aktivitas radionuklida alam Ra

yang terdapat pada tanah. Pemberian pupuk fosfat saat proses penanaman juga
226
berpengaruh karena radionuklida alam Ra merupakan unsur pengotor yang

terdapat pada pupuk (Chauhan et al., 2013).


232
4.2.2.3 Aktivitas Radionuklida Th pada Sampel
232
Hasil penentuan nilai aktivitas radionuklida alam Th pada sayuran dari

Pangalengan, Bandung dan beberapa negara di dunia ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Data rerata aktivitas 232Th pada sayuran di beberapa lokasi


Lokasi Aktivitas (Bq/kg) Sumber
India 1,33 (Shanthi et al., 2010)
Plateau State Nigeria 62,01 (Jwanbot et al., 2013)
Elazig Region, Turki 0,65 (Canbazoǧlu & Doǧru, 2013)
Cameron Highlands, Malaysia 4,91 (Aswood et al., 2017)
Pangalengan, Bandung 0,010 Penelitian ini

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa aktivitas radionuklida alam


232
Th ditemukan hampir pada semua sampel yang dianalisis dengan aktivitasnya

yang berkisar dari 0,0027 Bq/kg sampai 0,0161 Bq/kg dan aktivitas tertinggi

terdapat pada kubis yaitu 0,0161 Bq/kg yang dibandingkan dengan nilai acuan

IAEA TE 1788, nilainya telah melebihi nilai acuan yang telah ditetapkan. Namun

43
bila dibandingkan dengan sayuran dari beberapa negara di dunia (Tabel 6), nilai
232
rata-rata aktivitas radionuklida alam Th pada sampel sayuran dari Pangalengan,
232
Bandung masih berada pada nilai kisarannya Aktivitas Th dipengaruhi oleh

adanya unsur Ca (kalsium) yang berada di dalam tanah. Pada tanaman, kalsium

adalah unsur hara makro esensial, jika aktivitas kalsium terdapat dengan jumlah

yang sedikit maka tanaman akan menyerap unsur radionuklida yang sifatnya

serupa dalam jumlah yang banyak (Thien et al. 2020). Aktivitas radionuklida alam
232
Th pada sayuran sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk seperti pupuk urea,

superfosfat dan NPK yang terkandung berturut-turut sebesar 202 Bq/kg, 7 Bq/kg,

dan 28 Bq/kg (Chauhan et al., 2013).


226 232
Radionuklida alam Ra dan Th menunjukkan nilai aktivitas sampel

jagung berada dibawah MDC, hal tersebut bukanlah menyatakan bahwa jagung
226 232
tidak mengandung radionuklida alam Ra dan Th, hanya saja nilai minimum

pada alat tidak dapat mendeteksi aktivitas radionuklida alam pada jagung. Faktor

yang dapat memengaruhi aktivitas radionuklida alam pada jagung adalah proses

penyerapan radionuklida alam pada tanah yang dibawa oleh air ke bagian-bagian

tanaman. Jagung memiliki bagian-bagian tanaman yang berjauhan seperti jarak

akar pada buahnya. Hal tersebut dapat berpengaruh pada penyebaran radionuklida
226 232
alam Ra dan Th yang merupakan logam berat sehingga cukup sulit terangkat

ke bagian buah.

4.2.2.4 Aktivitas Radionuklida 40K pada Sampel


40
Hasil penentuan nilai aktivitas radionuklida alam K pada sayuran dari

Pangalengan, Bandung dan beberapa negara di dunia ditunjukkan pada Tabel 7.

44
Tabel 7. Data rerata aktivitas 40K pada sayuran di beberapa lokasi
Lokasi Aktivitas (Bq/kg) Sumber
India 57,64 (Shanthi et al., 2010)
Plateau State Nigeria 114,75 (Jwanbot et al., 2013)
Elazig Region, Turki 13,98 (Canbazoǧlu & Doǧru, 2013)
Cameron Highlands, Malaysia 91,00 (Aswood et al., 2017)
Pangalengan, Bandung 1,31 Penelitian ini

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa aktivitas radionuklida alam


40
K ditemukan hampir pada semua sampel yang dianalisis dengan aktivitasnya

berkisar antara 0,5516 Bq/kg sampai 1,9012 Bq/kg dan aktivitas tertinggi terdapat

pada sawi putih yaitu 1,9012 Bq/kg. Kemudian, berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat
40
bahwa nilai rata-rata aktivitas radionuklida alam K pada sampel sayuran dari
40
Pangalengan, Bandung leboh rendah dari nilai K pada sayuran dari beberapa
40
negara di dunia. Aktivitas radionuklida alam K dalam sayuram merupakan
226 232
aktivitas tertinggi diikuti oleh aktivitas radionuklida alam Ra dan Th yang

menunjukkan aktivitas lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas

radionuklida yang lebih tinggi dalam tanah memengaruhi tingkat radionuklida


40
dalam sayuran. Aktivitas radionuklida alam K merupakan aktivitas tertinggi
40
yang terdapat pada sayuran (Aswood et al., 2017b). Selain itu, K merupakan

salah satu unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman. Jadi,
40 226 232
penyerapan K akan lebih besar daripada penyerapan Ra dan Th. Tanah

merupakan kontributor radionuklida dalam rantai makanan karena penyerapan

tanaman terjadi melalui akarnya. Deposisi dari tanah ke tanaman terutama

disebabkan oleh ketersediaan radionuklida dalam tanah dan potensi serapan

masing-masing unsur radioaktif (Solehah & Samat, 2018).

45
4.3 Dosis Efektif Tahunan (AED)

Hasil penentuan dosis efektif tahunan yang telah dihitung (Lampiran 19)

ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil penentuan dosis efektif tahunan pada sayuran


Laju Dosis Efektif Tahunan (mSv/tahun) ƩAED
Sayuran
Konsumsi* 226
Ra 232
Th 40
K (mSv)
Bawang Daun 0,572 3,10 x 10-6 2,00 x 10-7 1,88 x 10−7 3,49 x 10−6
Cabai Gendot 1,456 7,65 x 10-6 3,65 x 10-7 8,10 x 10−7 8,83 x 10−6
Cabai Keriting 0,260 1,31 x 10-6 1,11 x 10-8 1,39 x 10−7 1,46 x 10−6
Jagung 4,472 - - 9,81 x 10-6 9,81 x 10-6
Kubis 2,652 9,22 x 10-6 6,15 x 10-7 1,13 x 10-6 1,10 x 10−5
Labu Siam 1,508 3,70 x 10-6 5,36 x 10-8 9,10 x 10-7 4,66 x 10−6
Sawi Putih 1,352 5,34 x 10-6 1,31 x 10-7 8,97 x 10-7 6,37 x 10−6
Total 4,56 x 10-5
UNSCEAR, 2000 1
India 1,8
Turki 0,02
Malaysia 0,12
*Data BPS (Kg/tahun), 2022

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui nilai total dosis efektif tahunan yang

dihitung menggunakan persamaan pada sayuran dari Pangalengan, Bandung yaitu

4,56 x 10-5 mSv. Nilai total dosis efektif tahunan yang diperoleh masih dapat

diterima masyarakat umum karena lebih rendah dari nilai acuan yang ditetapkan

oleh UNSCEAR 2000 yaitu 1 mSv/tahun dan dosis efektif tahunan dari beberapa

negara di dunia. Penentuan dosis efektif tahunan pada sayuran menunjukkan


226 232
bahwa yang kontributor terbesar Ra dan Th adalah kubis, sedangkan

kontributor pada 40K adalah jagung.

Dosis paparan konsumsi sebagian besar memang terkait dengan seri


238 232
peluruhan U, Th dan 40K melalui makan dan minum (Fisenne et al., 1987;

Shiraishi et al., 2000). Namun, kontribusi utama dari dosis ingesti berasal dari 40K.
226 232
Semakin tinggi aktivitas Ra dan Th di dalam tanah maka dapat berpengaruh

46
terhadap dosis efektif tahunan yang mengakibatkan tingginya risiko terkena

dampak radiologi terhadap kesehatan (Solehah & Samat, 2018).

Hubungan antara peluang timbulnya efek biologi tertentu akibat penerimaan

dosis ekuivalen pada suatu jaringan juga bergantung pada organ atau jaringan

yang terkena radiasi (Akhadi, 2021). Untuk menunjukkan keefektifan radiasi

dalam menimbulkan efek tertentu pada suatu organ diperlukan besaran yang

disebut dosis efektif. Dosis efektif tergantung dari laju konsumsi dan aktivitasnya,

jika aktivitasnya tinggi namun laju konsumsinya rendah maka dosis yang diterima

konsumen juga akan rendah. Sebaliknya bila aktivitasnya tinggi dan laju

konsumsinya tinggi, maka dosis yang diterima konsumen akan tinggi.

4.4 Excess Lifetime Cancer Risk (ELCR)

Hasil penentuan Excess Lifetime Cancer Risk (ELCR) yang telah dihitung

(Lampiran 20 ) ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil penentuan Excess Lifetime Cancer Risk (ELCR)


Dosis Efektif Tahunan (mSv/tahun)
Sayuran ƩAED
226 232 40
Ra -6
Th -7
K −7
Bawang Daun 3,10 x 10 2,00 x 10 1,88 x 10 3,49 x 10−6
Cabai Gendot 7,65 x 10-6 3,65 x 10-7 8,10 x 10−7 8,83 x 10−6
Cabai Keriting 1,31 x 10-6 1,11 x 10-8 1,39 x 10−7 1,46 x 10−6
Jagung - - 9,81 x 10-6 9,81 x 10-6
Kubis 9,22 x 10-6 6,15 x 10-7 1,13 x 10-6 1,10 x 10−5
Labu Siam 3,70 x 10-6 5,36 x 10-8 9,10 x 10-7 4,66 x 10−6
Sawi Putih 5,34 x 10-6 1,31 x 10-7 8,97 x 10-7 6,37 x 10−6
Total 4,56 x 10-5
ELCR (Penelitian ini) 0,16 x 10-3
Malaysia 0,0021 x 10-3
Mesir 0,0029 x 10-3
Turki 1,37 x 10-3

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa nilai ELCR pada sampel

sayuran dari Pangalengan, Bandung untuk radionuklida alam adalah 0,16 x 10-3.

Nilai yang dihasilkan lebih rendah apabila dibandingkan dengan nilai acuan ICRP

(1993) yaitu

47
3,5 x 10-3 dan dibandingkan dengan nilai ELCR dari negara lain yang menandakan

bahwa tidak ada resiko kanker yang dapat diterima masyarakat melalui konsumsi

sayuran. Namun, apabila dosis radiasi yang diterima tubuh semakin besar, maka

peluang kemunculan kanker akan semakin besar.

48
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Sampel sayuran dari Pangalengan, Bandung mengandung radionuklida alam

(238U, 226
Ra, 232
Th, dan 40
K). Secara umum aktivitasnya telah melebihi nilai

acuan yang ditetapkan oleh UNSCEAR 2000.

2. Dosis efektif tahunan melalui konsumsi sayuran yang mengandung

radionuklida alam (238U, 226


Ra, 232
Th, dan 40
K) adalah 4,56 x 10-5 mSv dan

nilainya masih memenuhi nilai acuan yang ditetapkan oleh UNSCEAR (2000)

yaitu 1 mSv.

3. Nilai Excess Lifetime Cancer Risk (ELCR) yang ditimbulkan dari konsumsi

radionuklida alam pada sayuran dari Pangalengan, Bandung adalah 0,16 x 10 -3,

nilai tersebut masih memenuhi nilai acuan yang ditetapkan oleh ICRP (1993)

yaitu 3,5 x 10-3 yang menandakan bahwa tidak ada resiko kanker yang dapat

diterima masyarakat.

5.2 Saran

Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan melakukan penelitian mengenai

analisis radionuklida alam pada pupuk yang digunakan masyarakat di daerah

Pangalengan, Bandung untuk mengetahui nilai aktivitas radionuklida alam yang

terkandung dalam pupuk.

49
DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, A., & Bashiry, V. (2019). Estimation of Cancer Risk Due to Radiation
Exposure for Some Daily Consumption of Foods. Journal of Cancer
Research and Therapeutics, 20(20), 1–4. https://doi.org/10.4103/jcrt.JCRT

Akhadi, M. (2021). Radioekologi Radionuklida Primordial. Deepublish.


Adlina, A. (2023). 11 Manfaat Sawi Putih yang Sayang untuk Dilewatkan.

Afshari, N. S., Abbasisiar, F., Abdolmaleki, P., & Nejad, M. G. (2009).


Determination of 40 K concentration in milk samples consumed in Tehran-
Iran and estimation of its annual effective dose. 7(3), 159–164.

Ambalanggi, M. (2017). Penentuan Konsentrasi Dan Nilai Faktor Transfer


Radionuklida Alam Dari Tanah Ke Kopi Toraja Menggunakan Spektrometer
Gamma [Skripsi]. Universitas Hasanudin.

Andra. (2020). Cara Menanam Biji Sawi Putih (Petsai) di Pot/Polibag.


https://m.andrafarm.com/_andra.php?_i=0-tanaman-
kelompok&topik=menanam&kelompok=Sawi Putih
(Petsai)&dari=suvenir#:~:text=Panen Sawi Putih (Petsai) sudah,HST (Hari
Setelah Tanam).

Anni, I. A., Saptiningsih, E., & Haryanti, S. (2013). Pengaruh Naungan terhadap
Pertumbuhann dan Produksi Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.)
di Bandungan, Jawa Tengah. Jurnal Akademika Biologi, 2(3), 31–40.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/biologi/article/view/19151

Araújo, J., João, J., Ferreira, R., Silva, M., Silveira, S. V., & Amaral, S. (2005).
Analysis of the Spectrometry K Levels in Soil using Gamma. 48(October),
221– 228.

Aswood, M. S., Jaafar, M. S., & Salih, N. (2017a). Estimation of annual effective
dose due to natural radioactivity in ingestion of vegetables from Cameron
Highlands, Malaysia. Environmental Technology and Innovation, 8, 96–102.
https://doi.org/10.1016/j.eti.2017.05.004

Aswood, M. S., Jaafar, M. S., & Salih, N. (2017b). Estimation of Annual


Effective Dose Due to Natural Radioactivity in Ingestion of Vegetables From
Cameron Highlands, Malaysia. Environmental Technology and Innovation,
8, 96–102. https://doi.org/10.1016/j.eti.2017.05.004

ATSDR. Agency For Toxic Subtances And Disease Registry. (2016).


Toxicological Profile for Thorium. U.S. Department Of Health And Human
Services Public

Aziz, M., Hidayanto, E., & Lestari, D. D. (2015). Penentuan Aktivitas 60CO dan
137
CS Pada Sampel Unknown Dengan Menggunakan Detektor HPGe.
Youngster Physics Journal, 4(2), 189–196.

50
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2022). Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tahun 2021-2022. Badan Pusat Statistik

BATAN. (2001). Radionuklida Alam. In Teknologi Nuklir BATAN.

BAPETEN. (2015). Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6


Tahun 2015 Tentang Keamanan Sumber radioaktif

Cahyono, B. (2011). Seri Budidaya Bawang Daun. Kanisius.

Canbazoǧlu, C., & Doǧru, M. (2013). A preliminary study on 226Ra, 232Th, 40K
and 137Cs activity concentrations in vegetables and fruits frequently
consumed by inhabitants of ElazIǧ Region, Turkey. Journal of
Radioanalytical and Nuclear Chemistry, 295(2), 1245–1249.
https://doi.org/10.1007/s10967-012-1995-4

Candra, H., Pujadi, & Wurdiyanto, G. (2010). Pengaruh Efek Geometri pada
Kalibrasi Efisiensi Detektor Semikonduktor HPGe Menggunakan
Spektrometer Gamma. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI, April, 258–
264.

Caridi, F., D’Agostino, M., Belvedere, A., Marguccio, S., Belmusto, G., & Gatto,
M. F. (2016). Diagnostics techniques and dosimetric evaluations for
environmental radioactivity investigations. Journal of Instrumentation,
11(10). https://doi.org/10.1088/1748-0221/11/10/C10012

Caridi, F., Marguccio, S., Belvedere, A., & D’Agostino, M. (2019). Validation of
gamma-ray spectrometry (GRS) for radionuclides analysis of environmental
and food samples. SN Applied Sciences, 1(3). https://doi.org/10.1007/s42452-
019-0267-0

Chan, C. C., Lam, H., Lee, Y. C., & Pharma, N. (2004). Analytical Method
Validation and Instrument Performance Verification. Willey Intersciense,
New Jersey.

Chauhan, P., Chauhan, R. P., & Gupta, M. (2013). Estimation of Naturally


Occurring Radionuclides in Fertilizers Using Gamma Spectrometry and
Elemental Analysis by XRF and XRD Techniques. Microchemical Journal,
106, 73–78. https://doi.org/10.1016/j.microc.2012.05.007

Choi, M. S., Lin, X. J., Lee, S. A., Kim, W., Kang, H. D., Doh, S. H., Kim, D. S.,
& Lee, D. M. (2008). Daily intakes of naturally occurring radioisotopes in
typical Korean foods. Journal of Environmental Radioactivity, 99(8), 1319–
1323. https://doi.org/10.1016/j.jenvrad.2008.04.003

Desideria, B. (2015). 12 Manfaat Hebat Jagung bagi Kesehatan.

51
Dewi, S. S. (2015). Kajian Hydrocooling dan Tempat Penyimpanan untuk
Mempertahankan Kualitas Cabai Gendot (Capsicum annum var. Abbreviata).
Planta Tropika: Journal of Agro Science, 3(1), 16–23.
https://doi.org/10.18196/pt.2015.035.16-23

Dian Milvita, Desfitri Yana, N. N. (2009). Distribusi Konsentrasi 40K, 226Ra,


228Ra, dan 228Th dalam Sampel TENORM di Fasilitas Penelitian
TENORM di PTKMR-BATAN. Prosiding Seminar Nasional Keselamatan
Kesehatan Dan Lingkungan V, 25–30.

Division, E. S. (2007). Radiological and Chemical Fact Sheets to Support Health


Risk Analyses for Contaminated Areas. March.

El-Taher, A., & Abdelhalim, M. A. K. (1990). Elemental Analysis of Phosphate


Fertilizer Consumed in Saudi Arabia. The Journal of the Japan Society for
Bronchology, 12(1), 116.

Fitria, S. N. (2015). Pengukuran Efektivitas Tanaman Kangkung Air (Ipomoea


aquatica Forsk), Genjer (Limnocharis flava) dan Seledri (Apium graveolens
L) Untuk Pengurangan Kadar Logam Berat (Pb dan Cu) Serta Radionuklida
dengan Metode Fitoremediasi. An A-Z of Food and Drink.

Hatika, R. (2018). Penentuan Bahan Radioaktif Alami (Norm) dalam Pupuk


Kimia Menggunakan Spektrometri Sinar Gamma. Jurnal Sainsma, VII(1),
42–46. http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat

IAEA. (2016). Criteria for Radionuclide Activity Concentrations for Food and
Drinking Water. In IAEA-TECDOC-1788.

IAEA. 1996. International Basic Safety Standards for Protection Against Ionizing
Radiation and for the Safety of Radiation Sources. Safety Series No. 115.
IAEA, Vienna

Indrayoga, M. P., Sudarma, M. I., & Puspawati, M. N. (2013). Identifikasi Jenis


dan Populasi Jamur Tanah pada Habitat Tanaman Kubis ( Brassica
oleracea L .) Sehat dan Sakit Akar Gada. 2(3), 184–194.

Jwanbot, D. I., Izam, M. M., Nyam, G. G., & John, H. N. (2013). Radionuclides
Analysis of Some Soils and Food Crops in Barkin Ladi LGA , Plateau State-
Nigeria. 3(3), 79–87.

Kadhim, N. F., & Najam, L. (2020). Radiation hazard of Chemical Fertilizers


used in Growing Agriculture Crops in Iraq. Journal of Radiation and
Nuclear Applications, 5(2), 127–134. https://doi.org/10.18576/jrna/050207

Kementrian Agama. (2022). QS. Al-Baqarah Ayat 172. https://tafsirweb.com/658-


surat-al-baqarah-ayat-172.html#:~:text=Surat Al-Baqarah ayat 172%3A
Allah memerintahkan hambaNya yang beriman,mereka serta halal
untuk

52
dimakan.&text=Ayat ini perintah kepada kaum,memerintahkan secara umum
kepada manusia.

Kurniawan, A. R. (2020). Tantangan Pengembangan Pariwisata Berbasis


Masyarakat Pada Era Digital Di Indonesia. TORNARE - Journal of
Sustainable Tourisme Research, 3(1), 1–10.

Livens, F. (1990). Measurement of radionuclides in food and the environment. A


guidebook. In Journal of Environmental Radioactivity (Vol. 11, Issue 2).
https://doi.org/10.1016/0265-931x(90)90062-z

Luhur, N., Kadarusmanto, & Subiharto. (2013). Uji Banding Sistem Spektrometer
Gamma dengan Metoda Analisis Sumber Eu-152. Buletin Pengelolaan
Reaktor Nuklir, 10(1), 22–30.

Makmur, M., Prihatiningsih, W. R., & Yahya, M. N. (2020). Jurnal segara. 16(1),
29–38.
Malaka, M. (2019). Dampak Radiasi Radioaktif Terhadap Kesehatan.
Foramadiahi: Jurnal Kajian Pendidikan Dan Keislaman, 11(2), 199.
https://doi.org/10.46339/foramadiahi.v11i2.204

Marliana, S. D., & Suryanti, V. (2005). Skrining Fitokimia dan Analisis


Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam ( Sechium edule
Jacq . Swartz .) dalam Ekstrak Etanol The phytochemical screenings and thin
layer chromatography analysis of. 3(1), 26–31.

Maulana, A. H. (2022). Pilihan Pupuk Untuk Jagung Agar Buahnya Besar.


https://www.kompas.com/homey/read/2021/08/04/112111176/pilihan-
pupuk-untuk-jagung-agar-buahnya-besar#:~:text=Pupuk untuk jagung agar
buahnya besar bisa menggunakan pupuk NPK,persen%2C dan kalium 15
persen.

Maysari, R. (2022). Bertanam Labu Siam.


http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/99642/bertanam-labu-
siam/#:~:text=Tanaman mulai berbunga pada umur,produktif selama 3–4
tahun.

Mulia, R. M. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mustika, S. (2019). Budidaya Daun Bawang. Cybex Pertanian.


http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/89966/BUDIDAYA-
DAUNBAWANG/

Muthmainnah, M., Milvita, D., & Wiyono, M. (2020). Penentuan Konsentrasi


Radionuklida (Ra-226, Th-232, K-40, dan Cs-137) pada Bahan Pangan
Menggunakan Spektrometer Gamma di Pasar Raya Kota Padang. Jurnal
Fisika Unand, 9(3), 394–400. https://doi.org/10.25077/jfu.9.3.394-400.2020

53
Nugraha, L., & Subiharto, S. (2000). Evaluasi Unjuk Kerja Memori Sistem
Spektrometer Gamma. REAKTOR - Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir, 3,
112–117.

Pratiwi, A. (2021). Gunakan Kedua Pupuk Ini Untuk Membuat Cabai Berbuah
Lebat.https://www.kompas.com/homey/read/2021/03/18/174600576/gunaka
n-kedua-pupuk-ini-untuk-membuat-cabai-berbuah-lebat?page=all#:~:text=2.-
,Pupuk NPK,calon buah pada tanaman cabai.

Pratiwi, A. (2023). Ini Trik Menanam Daun Bawang Tanpa Busuk Akar.
https://www.kompas.com/homey/read/2021/02/20/111300076/ini-
trikmenanam-daun-bawang-tanpa-busuk-akar?page=all#:~:text=Seperti
tanaman lainnya%2C daun bawang,nutrisi terbaik untuk daun bawang

Puspa, A. (2019). Sudah Pernah Tahu Cabe Gendot? Super Pedas, Bila Dimasak
Isi Daging.

Putra, A. S., D, S., & Z, A. (2017). Distribusi radionuklida alam dalam sampel
lingkungan tanah , air dan tanaman sekitar PLTU Rembang. Youngster
Physics Journal, 6(4), 2–9.

Ridwan, p. J., Supriadi, B., & Dina, H. R. (2015). Simulasi Numerik Massa
Peluruhan Inti Zat Radioaktif. Jurnal Pembelajaran Fisika, 4(2), 176–180.
http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPF/article/view/2164

Rostanti, Q. (2021). Manfaat Kubis, Cegah Kanker Hingga Kurangi Peradangan.


https://ameera.republika.co.id/berita/r04ovs425/manfaat-kubis-cegah-kanker-
hingga-kurangi-peradangan

Rovdan, E. N., & Abramets, A. M. (2001). Physicochemical processes effecting


uptake by plants. 996–997.

Rozalina, A. L. (2020). 5 Manfaat Mengejutkan Labu Siam, Baik untuk Jantung


Hingga Kurangi Rasa Lelah.

Sarasutha, I. G. P. (2002). Kinerja usaha tani dan pemasaran jagung di sentra


produksi. Jurnal Litbang Pertanian. 274, 39–47.

Shafi-Ur-Rehman, Imtiaz, N., Faheem, M., Shakeel-Ur-Rehman, & Matiullah.


(2006). Determination of 238U contents in ore samples using CR-39-based
radon dosimeter - Disequilibrium case. Radiation Measurements, 41(4), 471–
476. https://doi.org/10.1016/j.radmeas.2005.10.002

Shanthi, G., Kumaran, J. T. T., Raj, G. A. G., & Maniyan, C. G. (2010). Natural
radionuclides in the South Indian foods and their annual dose. Nuclear
Instruments and Methods in Physics Research, Section A: Accelerators,
Spectrometers, Detectors and Associated Equipment, 619(1–3), 436–440.
https://doi.org/10.1016/j.nima.2009.10.068

54
Sicca, S. P. (2022). 8 Manfaat Daun Bawang untuk Kesehatan yang Perlu
Diketahui.

Solehah, A. R., & Samat, S. B. (2018). Radiological Impact From Natural


Radionuclide Activity Concentrations in Soil and Vegetables at Former Tin
Mining Area and Non-mining Area in Peninsular Malaysia. Journal of
Radioanalytical and Nuclear Chemistry, 315, 127–136.
https://doi.org/10.1007/s10967-017-5654-7

Soleymani, A., & Miransari, M. (2018). Author ’ s Accepted Manuscript.


Biocatalysis and Agricultural Biotechnology.
https://doi.org/10.1016/j.bcab.2018.06.011

Suhardi, Mulyono, Rosidi, Sukadi, & Irianto, B. (2012). Analisis Radionuklida


Ra- 226 dan Gamma Total dalam Pasir Zirkon dengan Metoda Spektrometri
Gamma. Prosiding Seminar Penelitian Dan Pengelolaan Perangkat Nuklir,
238(September), 183–186.

Sulistyaningsih, E. (2020). Pengembangan Tanaman Hortikultura Kembang Kol


di Lahan Tadah Hujan.
https://dinperta.bojonegorokab.go.id/berita/baca/76#:~:text=Umur panen
untuk sayuran ini,0.5-0%2C8 kg.

Syafei, F. R. (2022). Faktor Cuaca Jadi Penyebab Harga Cabai Keriting Merah
di Bogor Semakin Pedas. https://www.jabarnews.com/daerah/faktor-cuaca-jadi-
penyebab-harga-cabai-keriting-merah-di-bogor-semakin-pedas/

Thien, BN., Ngocba V, ThaoVy NT, dan Loan TH. (2020). Estimation of The Soil
to Plant Transfer Factor and The Annual Organ Equivalent Dose Due to
Ingestion of Food Crops in Ho Chi Minh City, Vietnam. Chemosphere
259(1):27-32

Virginia, C. on U. M. in, Resources, C. on E., & Council, N. R. (2011). Potential


Human Health Effects of Uranium Mining, Processing, and Reclamation.
National Academies Press: Washington DC.

Wahyudi. (2022). Penentuan Konsentrasi Radionuklida dalam Sampel


Lingkungan Menggunakan Spektrometer Gamma. PTKMR, BATAN.

Waskito, H., Nuraini, A., & Rostini, N. (2018). Respon pertumbuhan dan hasil
cabai keriting (Capsicum annuum L.) CK5 akibat perlakuan pupuk npk dan
pupuk hayati. Kultivasi, 17(2), 676–681.
https://doi.org/10.24198/kultivasi.v17i2.17856

Widodo, S., Purwani, M., Suyanti, Sudibyo, Syarip, & Muzakky. (2019). Dari
Monasit ke Thorium Bahan Baku Bahan Bakar Nuklir dan Radioisotop
Medik (Issue April 2020).

55
Yeganehpoor, F., Zehtab, S., Abedi, G., Samadiyan, F., & Beyginiya, V. (2014).
Effects of cover crops and weed management on corn yield. Journal Of The
Saudi Society Of Agricultural Sciences, 1–4.
https://doi.org/10.1016/j.jssas.2014.02.001

56
LAMPIRAN

Lampiran 1. Sertifikat sumber standar GM-016

57
Lampiran 2. Sertifikat sumber standar GM-014

58
Lampiran 3. Data hasil kalibrasi energi sumber standar GM-016
Radionuklida Energi (keV) Nomor Salur (Channel)
152
Eu 244,07 1206
344,28 1698
778,90 3841
1112,12 5485
1408,01 6945
133
Ba 356,02 1756
383,85 1893

59
Lampiran 4. Data hasil kalibrasi energi sumber standar GM-014
Radionuklida Energi (keV) Nomor Salur (Channel)
133
Ba 276,40 1107
302,40 1213
356,02 1427
383,85 1536
137
Cs 661,66 2648
60
Co 1173,24 4695
1332,50 5333

60
Lampiran 5. Perhitungan aktivitas radionuklida sumber standar GM-014
Pada sertifikat sumber standar diketahui:
 Radionuklida 133Ba
Ao = 49,8 Bq
t = 144 hari
T = 3846,74 hari
 Radionuklida 137Cs
Ao = 36,49 Bq
t = 144 hari
T = 10968,3 hari
 Radionuklida 60Co
Ao = 18,4 Bq
t = 144 hari
T = 1923,95 hari

Aktivitas radionuklida pada saat pencacahan dihitung dengan menggunakan rumus:


𝐴𝑡 = 𝐴0𝑒−𝜆𝑡 = 𝐴0𝑒−0,693𝑡/𝑇
dengan:
At : aktivitas pada saat pencacahan (Bq)
Ao : aktivitas mula – mula pada sertifikat standardisasi (Bq)
t : waktu tunda (hari)
T : waktu paro (hari)

 Radionuklida 133Ba
0,693𝑡

𝐴𝑡 = 𝐴0𝑒 𝑇
0,693(144)

= 49,8𝑒 3846,74
= 48,52 Bq
 Radionuklida 137Cs
0,693𝑡

𝐴𝑡 = 𝐴0𝑒 𝑇
0,693(144)

=36,49𝑒 10968,3
= 36,16 Bq
 Radionuklida 60Co
0,693𝑡

𝐴𝑡 = 𝐴0𝑒 𝑇
0,693(144)
− 1923,95
= 18,4𝑒
= 17,47 Bq

61
Lampiran 6. Perhitungan aktivitas radionuklida sumber standar GM-016
Pada sertifikat sumber standar diketahui:
 Radionuklida 152Eu
Ao = 1229,2 Bq
t = 330
T = 4953,53
 Radionuklida 133Ba
Ao = 742,05 Bq
t = 330
T = 3846,735
Aktivitas radionuklida pada saat pencacahan dihitung dengan menggunakan rumus:
𝐴𝑡 = 𝐴0𝑒−𝜆𝑡 = 𝐴0𝑒−0,693𝑡/𝑇
dengan:
At : aktivitas pada saat pencacahan (Bq)
Ao : aktivitas mula – mula pada sertifikat standardisasi (Bq)
t : waktu tunda (hari)
T : waktu paro (hari)
 Radionuklida 152Eu
0,693𝑡

𝐴𝑡 = 𝐴0𝑒 𝑇
0,693(330)
− 4953,53
= 1229,2𝑒
= 1173,52 Bq
 Radionuklida 133Ba
0,693𝑡

𝐴𝑡 = 𝐴0𝑒 𝑇
0,693(330)
− 3846,735
= 742,05𝑒
= 699,22 Bq

62
Lampiran 7. Data perhitungan nilai efisiensi sumber standar GM-014
Energi -γ Nett Area Lifetime Aktivitas Nett Area
Nuklida Yield Efisiensi
(keV) Standar (detik) (Bq/kg) Background
133
Ba 276,4 0,071 3056 61200 48,52 8 0,01446
302,85 0,1833 7552 61200 48,52 3 0,01387
356,02 0,623 20788 61200 48,52 14 0,01123
383,85 0,0892 3124 61200 48,52 7 0,01177
137
Cs 661,66 0,85 14131 61200 36,16 7 0,00751
60
Co 1173,24 0,999 5327 61200 17,47 7 0,00498
1332,5 0,999824 4736 61200 17,47 5 0,00443

Penentuan aktivitas efisiensi sumber standar:


𝑁𝑠 𝑁𝑏𝑔

𝜀𝛾 𝑡 𝑡𝑏𝑔
𝑠
= 𝐴 𝑃𝛾
𝑡

dengan :
𝑁𝑠 : laju cacah standar (cps)
𝑁𝑏𝑔 : laju cacah latar (cps)
𝐴𝑡 : aktivitas radionuklida pada saat pencacahan (Bq)
𝑃𝛾 : yield energi gamma (%)
𝜀𝛾 : efisiensi
 Penentuan nilai efisiensi radionuklida 133Ba energi 276,4 keV :
3056 8

𝜀 𝛾 = 61200 61200
48,52 𝑥 0,071 = 0,01446
 Penentuan nilai efisiensi radionuklida 133Ba energi 302,85 keV :
7552 3

𝜀 𝛾 = 61200 61200
48,52 𝑥 0,1833 = 0,01387
 Penentuan nilai efisiensi radionuklida 133Ba energi 356,02 keV :
20788 14

𝜀 𝛾 = 61200 61200
48,52 𝑥 0,623 = 0,01123
 Penentuan nilai efisiensi radionuklida 133Ba energi 383,85 keV :
3124 7

𝜀 𝛾 = 61200 61200
48,52 𝑥 0,0892 = 0,01177
 Penentuan nilai efisiensi radionuklida 137Cs energi 661,66 keV :
14131 7

𝜀 𝛾 = 61200 61200
36,16 𝑥 0,85 = 0,00751
 Penentuan nilai efisiensi radionuklida 60Co energi 1173,24 keV :

63
5327 7
𝜀𝛾 = 61200 − 61200 = 0,00498
17,47 𝑥 0,999
 Penentuan nilai efisiensi radionuklida 60Co energi 1332,5 keV :
4736 5

𝜀𝛾 = 61200 61200
17,47 𝑥 0,999824 = 0,00443

64
Lampiran 8. Data perhitungan efisiensi sumber standar GM-016
Nett
Energi - Lifetime Aktivitas Net Area
Nuklida Yield Area Efisiensi
γ (keV) (detik) (Bq/kg) Background
Standar
152
Eu 244,70 0,0755 6848 7200 1173,52 11 0,01073
344,28 0,2659 21091 7200 1173,52 6 0,00939
133
Ba 356,02 0,6205 25757 7200 699,22 6 0,00825
383,85 0,0894 3724 7200 699,22 7 0,00827
152
Eu 778,90 0,1297 5937 7200 1173,52 2 0,00542
1112,12 0,1341 4751 7200 1173,52 5 0,00419
1408,01 0,2085 5978 7200 1173,52 10 0,00339

Penentuan aktivitas efisiensi sumber standar dapat dihitung menggunakan rumus:

𝑁𝑠 𝑁𝑏𝑔

𝜀𝛾 𝑡 𝑡𝑏𝑔
𝑠
= 𝐴 𝑃𝛾
𝑡

dengan :
𝑁𝑠 : laju cacah standar (cps)
𝑁𝑏𝑔 : laju cacah latar (cps)
𝐴𝑡 : aktivitas radionuklida pada saat pencacahan (Bq)
𝑃𝛾 : yield energi gamma (%)
𝜀𝛾 : efisiensi
 Penentuan nilai efisiensi radionuklida 152Eu energi 244,70 keV :
6848 11

𝜀𝛾 = 7200 61200
1173,52 𝑥 0,0755 = 0,01073
 Penentuan nilai efisiensi radionuklida 152Eu energi 344,28 keV :
21091 6

𝜀𝛾 = 7200 61200
1173,52 𝑥 0,2659 = 0,00939
 Penentuan nilai efisiensi radionuklida 133Ba energi 356,02 keV :
25757 6

𝜀𝛾 = 7200 61200
699,22 𝑥 0,6205 = 0,00825
 Penentuan nilai efisiensi radionuklida 133Ba energi 383,85 keV :
3724 7

𝜀𝛾 = 7200 61200
699,22 𝑥 0,0894 = 0,00827
 Penentuan nilai efisiensi radionuklida 152Eu energi 778,90 keV :
5937 2

𝜀𝛾 = 7200 61200
1173,52 𝑥 0,1297 = 0,00542
 Penentuan nilai efisiensi radionuklida 152Eu energi 1112,12 keV :
65
4751 5
𝜀𝛾 = 7200 − 61200 = 0,00419
1173,52 𝑥 0,1341
 Penentuan nilai efisiensi radionuklida 152Eu energi 1408,01 keV :
5978 10

𝜀𝛾 = 7200 61200
1173,52 𝑥 0,2085 = 0,00339

66
Lampiran 9. Perhitungan aktivitas radionuklida pada sampel sawi putih
Data sampel sawi putih
Kode 2022-SW-Pangalengan
Seal 04/11/2022
Cacah 26/12/2022
Berat Sampel (W) 0,0757 kg
Efisiensi y = 0,3943x – 0,65

Data perhitungan aktivitas radionuklida pada sawi putih


Energi Nett Area Nett Area
Nuklida Yield Efisiensi Lifetime
Gamma Sampel Latar
226
Ra 351 0,3560 0,0087 429 61200 105
609 0,4549 0,0061 328 61200 94
232
Th 909 0,2620 0,0047 19 61200 7
968 0,1590 0,0045 10 61200 3
238
U 1009 0,0007 0,0044 4 61200 2
40
K 1460 0,1055 0,0035 3820 61200 8

Aktivitas radionuklida pada sampel:

𝑁𝑒𝑡 𝑠 − 𝑁𝑒𝑡
1 𝑏𝑔
𝐶= 𝑥
𝑊𝑠𝑝 𝜀𝛾 𝑥 𝑃𝑡𝛾𝑥
Ket: 𝑊𝑠𝑝
𝐶𝑎𝑣𝑔 : aktivitas zat radioaktif dalam sampel rata – rata (Bq/kg)
W : massa sampel (kg)
𝑁𝑠 : cacah sampel
𝑁𝑏 : cacah latar
𝑔 : waktu cacah sampel
𝑡𝑠 : waktu cacah background
𝑡𝑏𝑔 : kelimpahan energi gamma (%)
𝑃𝛾 : efisiensi pencacahan (%)
𝜀𝛾
Ketidakpastian pengukuran dihitung menggunakan rumus:
𝑆𝐷
𝑡
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥𝐶
𝑁𝑠 − 𝑁𝑒𝑡 𝑁𝑏𝑔
𝑡

67
 Radionuklida Alam 226Ra
Perhitungan aktivitas 226Ra:
 Pada energi 351 KeV
429 − 105
1 61200
𝐶= = 0,2162 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0087 𝑥 0,3560 𝑥 0,0757
𝑥
0,0757

 Pada energi 609 KeV


329 − 94
1 61200
𝐶= = 0,2850 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0061 𝑥 0,4549 𝑥 0,0757
𝑥
0,0757

0,2162 + 0,2850
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = 0,2506 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2
Perhitungan ketidakpastian pengukuran (Unct) 226Ra:
 Pada energi 351 KeV
46
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 61200
𝑥 0,2162 = 0,0307 𝐵𝑞/𝐾𝑔
429 − 105
61200
 Pada energi 609 KeV
33
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 61200
𝑥 0,2850 = 0,0402 𝐵𝑞/𝐾𝑔
328 − 94
61200
Rata-rata Unct 226Ra pada sampel sawi putih = 0,0354 𝐵𝑞/𝐾𝑔

 Radionuklida Alam Aktivitas 232Th


Perhitungan aktivitas 232Th:
 Pada energi 909 KeV
1 19 − 7
𝐶=
61200 = 0,0109 𝐵𝑞/𝐾𝑔
𝑥 0,0047 𝑥 0,2620 𝑥 0,0757
0,0757

 Pada energi 968 KeV


10 − 3
1 61200
𝐶= = 0,0040 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0045 𝑥 0,1590 𝑥 0,0757
𝑥
0,0757

0,0109 + 0,0127
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = 0,0075 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2

68
Perhitungan ketidakpastian pengukuran (Unct) 232Th:
 Pada energi 909 KeV
28
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 19 − 7 𝑥 0,0109 = 0,0255 𝐵𝑞/𝐾𝑔
61200
 Pada energi 968 KeV
22
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 19 − 7 𝑥 0,0040 = 0,0127 𝐵𝑞/𝐾𝑔
61200
Rata-rata Unct Ra pada sampel sawi putih = 0,0191 𝐵𝑞/𝐾𝑔
226

 Radionuklida Alam Aktivitas 238U


 Pada energi 1009 KeV

4−2
𝐶238𝑈 1 61200
= = 0,0000 𝐵𝑞/𝐾𝑔
𝑥 0,0044 𝑥 0,0007 𝑥 0,0757
0,0757
Perhitungan ketidakpastian pengukuran 238U
25
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 4 61200 𝑥 0,0000 = 0,0001 𝐵𝑞/𝐾𝑔
−2
61200

 Radionuklida Alam Aktivitas 40K


 Pada energi 1460 KeV

3820 − 8
1 61200
𝐶40𝐾 = = 1,9012 𝐵𝑞/𝐾𝑔
𝑥 0,0035 𝑥 0,1055 𝑥 0,0757
0,0757

Perhitungan ketidakpastian pengukuran 40K


92
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 1,9012 = 0,0459 𝐵𝑞/𝐾𝑔
3820 − 8
61200

69
Lampiran 10. Perhitungan aktivitas radionuklida pada sampel kubis
Data sampel kubis
Kode 2022-KL-Pangalengan
Seal 04/11/2022
Cacah 26/12/2022
Berat Sampel (W) 0,0542 kg
Efisiensi y = 0,3943x – 0,65

Data perhitungan aktivitas radionuklida pada kubis


Energi Nett Area Nett Area
Nuklida Yield Efisiensi Lifetime
Gamma Sampel Latar
226
Ra 351 0,356 0,0087 325 61200 105
609 0,4549 0,0061 299 61200 94
232
Th 909 0,262 0,0047 31 61200 7
968 0,159 0,0045 21 61200 3
238
U 1009 0,00067 0,0044 12 61200 2
40
K 1460 0,1055 0,0035 2214 61200 8

 Radionuklida Alam 226Ra


Perhitungan aktivitas 226Ra:
 Pada energi 351 KeV
325 − 105
1 61200
𝐶= 𝑥 = 0,1468 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0542 0,0087 𝑥 0,356 𝑥 0,0542

 Pada energi 609 KeV


299 − 105
1 61200
𝐶= 𝑥 = 0,2497 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0542 0,0061 𝑥 0,4549 𝑥 0,0542

0,1468 + 0,2497
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = 0,1983 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2

Perhitungan ketidakpastian pengukuran (Unct) 226Ra:


 Pada energi 351 KeV

33
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,1468 = 0,0220
𝐵𝑞/𝐾𝑔 325 − 105
61200

 Pada energi 609 KeV

70
27
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,1468 = 0,0220 𝐵𝑞/𝐾𝑔
299 − 95
61200

Rata-rata Unct 226Ra pada sampel kubis = 0,0275 𝐵𝑞/𝐾𝑔

 Radionuklida Alam 232Th


Perhitungan aktivitas 232Th:
 Pada energi 909 KeV
31 − 7
1 61200
𝐶= = 0,0218 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0047 𝑥 0,262 𝑥 0,0542
𝑥
0,0542

 Pada energi 968 KeV


21 − 3
1 61200
𝐶= = 0,0104 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0045 𝑥 0,159 𝑥 0,0542
𝑥
0,0542

0,0218 + 0,0104
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = 0,0161 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2

Perhitungan ketidakpastian pengukuran (Unct) 232Th:


 Pada energi 909 KeV
15
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 31 − 7 𝑥 0,0218 = 0,0137 𝐵𝑞/𝐾𝑔
61200

 Pada energi 968 KeV


15
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 21 − 3 𝑥 0,0218 = 0,0086 𝐵𝑞/𝐾𝑔
61200

Rata-rata Unct 226Ra pada sampel kubis = 0,0111 𝐵𝑞/𝐾𝑔

 Radionuklida Alam Aktivitas 238U


Perhitungan aktivitas 238U:
 Pada energi 1009 KeV

12 − 2
1 61200
𝐶238𝑈 = = 0,0000 𝐵𝑞/𝐾𝑔
𝑥 0,0044 𝑥 0,00067 𝑥 0,0542
0,0542

71
Perhitungan ketidakpastian pengukuran 238U:

72
16
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 12 − 2 𝑥 0,0000 = 0,0000 𝐵𝑞/𝐾𝑔
61200

 Radionuklida Alam Aktivitas 40K


Perhitungan aktivitas 40K:
 Pada energi 1009 KeV

2214 − 8
1 61200
𝐶40𝐾 = 𝑥 = 1,1002 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0542 0,0035 𝑥 0,1005 𝑥 0,0542

Perhitungan ketidakpastian pengukuran 40K:


74
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 1,1002 = 0,0369 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2214 − 8
61200

73
Lampiran 11. Perhitungan aktivitas radionuklida pada bawang daun
Data sampel bawang daun
Kode 2022-DB-Pangalengan
Seal 04/11/2022
Cacah 26/12/2022
Berat Sampel (W) 0,0211 kg
Efisiensi y = 0,3943x – 0,65

Data perhitungan aktivitas radionuklida pada daun bawang


Energi Nett Area Nett Area
Nuklida Yield Efisiensi Lifetime
Gamma Sampel Latar
226
Ra 351 0,356 0,0087 376 61200 105
609 0,4549 0,0061 276 61200 94
232
Th 909 0,262 0,0047 26 61200 7
968 0,159 0,0045 28 61200 3
238
U 1009 0,00067 0,0044 3 61200 2
40
K 1460 0,1055 0,0035 1114 61200 8

 Radionuklida Alam 226Ra


Perhitungan aktivitas 226Ra:
 Pada energi 351 KeV
376 − 105
1 61200
𝐶= = 0,1808 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0087 𝑥 0,356 𝑥 21,1
𝑥
21,1
 Pada energi 606 KeV
376 − 105
1 61200
𝐶= = 0,2217 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0061 𝑥 0,4549 𝑥 21,1
𝑥 0,1808 + 0,2217
21,1
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = 0,02013 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2

Perhitungan ketidakpastian pengukuran (Unct) 226Ra:


 Pada energi 909 KeV
35
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,1808 = 0,0234
𝐵𝑞/𝐾𝑔 376 − 105
61200
 Pada energi 968 KeV
26
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,2217 = 0,0317 𝐵𝑞/𝐾𝑔
276 − 94
61200
Rata-rata Unct 226Ra pada sampel bawang daun = 0,0275 𝐵𝑞/𝐾𝑔

74
 Radionuklida Alam 232Th
Perhitungan aktivitas 232Th:
 Pada energi 909 KeV

1 26 − 7
𝐶=
61200 = 0,0173 𝐵𝑞/𝐾𝑔
𝑥
21,1 0,0047 𝑥 0,262 𝑥 21,1
 Pada energi 968 KeV
28 − 3
1 61200
𝐶= = 0,0144 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0045 𝑥 0,159 𝑥 21,1
𝑥 0,0173 + 0,0144
21,1
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = 0,0158 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2
Perhitungan ketidakpastian pengukuran (Unct) 232Th:
 Pada energi 909 KeV
17
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 26 61200 𝑥 0,0173 = 0,0155 𝐵𝑞/𝐾𝑔
−7
61200
 Pada energi 968 KeV
14
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 28 61200 𝑥 0,0144 = 0,0081 𝐵𝑞/𝐾𝑔
−3
61200
Rata-rata Unct 232Th pada sampel bawang daun = 0,0118 𝐵𝑞/𝐾𝑔

 Radionuklida Alam 238U


Perhitungan aktivitas 238U:
 Pada energi 1009 KeV
3−2
𝐶238𝑈 1 61200
= = 0,0000 𝐵𝑞/𝐾𝑔
𝑥 0,0044 𝑥 0,00067 𝑥 21,1
21,1
Perhitungan ketidakpastian pengukuran 238U:
7
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 3 − 2 𝑥 0,0000 = 0,0000 𝐵𝑞/𝐾𝑔
61200

75
 Radionuklida Alam 40K
Perhitungan aktivitas 40K:
 Pada energi 1460 KeV
1114 − 8
𝐶40𝐾 1 61200
= = 0,5516 𝐵𝑞/𝐾𝑔
𝑥 0,0035 𝑥 0,1005 𝑥 21,1
21,1
Perhitungan ketidakpastian pengukuran 40K:
50
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,5516 = 0,0249 𝐵𝑞/𝐾𝑔
1114 − 8
61200

76
Lampiran 12. Perhitungan aktivitas radionuklida pada cabai gendot
Data sampel cabai gendot
Kode 2022-CG-Pangalengan
Seal 04/11/2022
Cacah 26/12/2022
Berat Sampel (W) 0,0735 kg
Efisiensi y = 0,3943x – 0,65

Data perhitungan aktivitas radionuklida pada cabai gendot


Nett
Energi Nett Area
Nuklida Yield Efisiensi Area Lifetime
Gamma Latar
Sampel
226
Ra 351 0,356 0,0087 384 61200 105
609 0,4549 0,0061 342 61200 94
232
Th 909 0,262 0,0047 16 61200 7
968 0,159 0,0045 38 61200 3
238
U 1009 0,00067 0,0044 16 61200 2
40
K 1460 0,1055 0,0035 2347 61200 8

 Radionuklida Alam Aktivitas 226Ra


Perhitungan aktivitas 226Ra:
 Pada energi 351 KeV
384 − 105
1 61200
𝐶= 𝑥 = 0,1862 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0375 0,0087 𝑥 0,356 𝑥 0,0375
 Pada energi 609 KeV
342 − 94
1 61200
𝐶= 𝑥 = 0,3021 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0375 0,0061 𝑥 0,4549 𝑥 0,0375

0,1862 + 0,3021
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = 0,2441 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2

Perhitungan ketidakpastian pengukuran (Unct) 226Ra:


 Pada energi 351 KeV
35
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,1862 = 0,0234
𝐵𝑞/𝐾𝑔 384 − 105
61200
 Pada energi 609 KeV
27
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,1862 = 0,0234 𝐵𝑞/𝐾𝑔
342 − 94
61200

77
Rata-rata Unct 232Th pada sampel sawi putih = 0,0093 𝐵𝑞/𝐾𝑔

 Radionuklida Alam 232Th


Perhitungan aktivitas 232Th:
 Pada energi 909 KeV
16 − 7
1 61200
𝐶= = 0,0082 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0047 𝑥 0,262 𝑥 0,0375
𝑥
0,0375
 Pada energi 968 KeV
38 − 3
1 61200
𝐶= 𝑥 = 0,0201 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0375 0,0045 𝑥 0,159 𝑥 0,0375

0,0082 + 0,0201
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = 0,0142 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2

Perhitungan ketidakpastian pengukuran (Unct) 232Th:


 Pada energi 909 KeV
11
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,0082 = 0,0100 𝐵𝑞/𝐾𝑔
16 − 7
61200
 Pada energi 968 KeV
15
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,0201 = 0,0086 𝐵𝑞/𝐾𝑔
38 − 3
61200
Rata-rata Unct 232Th pada sampel cabai gendot = 0,0093 𝐵𝑞/𝐾𝑔

 Radionuklida Alam 238U


Perhitungan aktivitas 238U:
 Pada energi 1009 KeV
16 − 2
1 61200
𝐶238𝑈 = 𝑥 = 0,0000 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0375 0,0044 𝑥 0,00067 𝑥 0,0375
Perhitungan ketidakpastian pengukuran 238U:

16
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 16 − 2 𝑥 0,0000 = 0,0000 𝐵𝑞/𝐾𝑔
61200

78
 Radionuklida Alam 40K
Perhitungan aktivitas 40K:
 Pada energi 1460 KeV
2347 − 8
𝐶40𝐾 1 61200
= = 1,1665 𝐵𝑞/𝐾𝑔
𝑥 0,0035 𝑥 0,1005 𝑥 0,0375
0,0375
Perhitungan ketidakpastian pengukuran 40K:
75
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 1,1665 = 0,0374 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2347 − 8
61200

79
Lampiran 13. Perhitungan aktivitas radionuklida pada cabai keriting
Data sampel cabai keriting
Kode 2022-CK-Pangalengan
Seal 04/11/2022
Cacah 26/12/2022
Berat Sampel (W) 0,0759 kg
Efisiensi y = 0,3943x – 0,65

Data perhitungan aktivitas radionuklida pada cabai keriting


Energi Nett Area Nett Area
Nuklida Yield Efisiensi Lifetime
Gamma Sampel Latar
226
Ra 351 0,356 0,0087 422 61200 105
609 0,4549 0,0061 350 61200 94
232
Th 909 0,262 0,0047 6 61200 7
968 0,159 0,0045 14 61200 3
238
U 1009 0,00067 0,0044 16 61200 2
40
K 1460 0,1055 0,0035 2531 61200 8

 Radionuklida Alam 226Ra


Perhitungan aktivitas 226Ra:
 Pada energi 351 KeV
422 − 105
1 61200
𝐶= = 0,2115 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0087 𝑥 0,356 𝑥 0,0759
𝑥
0,0759
 Pada energi 609 KeV
350 − 94
1 61200
𝐶= = 0,3118 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0061 𝑥 0,4549 𝑥 0,0759
𝑥
0,0759

0,2115 + 0,3118
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = 0,2617 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2
Perhitungan ketidakpastian pengukuran (Unct) 226Ra:
 Pada energi 351 KeV
36
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,2115 = 0,0240
𝐵𝑞/𝐾𝑔 422 − 105
61200
 Pada energi 609 KeV
28
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,3118 = 0,0341 𝐵𝑞/𝐾𝑔
350 − 94
61200
Rata-rata Unct 232Th pada sampel cabai keriting = 0,0093 𝐵𝑞/𝐾𝑔
80
 Radionuklida Alam 232Th
Perhitungan aktivitas 232Th:
 Pada energi 351 KeV
6−7
1 61200
𝐶= = −0,0009 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0047 𝑥 0,262 𝑥 0,0759
𝑥
0,0759
 Pada energi 609 KeV
14 − 3
1 61200
𝐶= = 0,0063 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0045 𝑥 0,159 𝑥 0,0759
𝑥
0,0759

−0009 + 0,0063
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = 0,0027 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2

Perhitungan ketidakpastian pengukuran (Unct) 232Th:


 Pada energi 609 KeV
16
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 6 − 7 𝑥 − 0,0009 = −0,0146 𝐵𝑞/𝐾𝑔
61200
 Pada energi 909 KeV
18
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 14 − 3 𝑥 0,0063 = 0,0027 𝐵𝑞/𝐾𝑔
61200
Rata-rata Unct Th pada sampel cabai keriting = 0,0093 𝐵𝑞/𝐾𝑔
232

 Radionuklida Alam 238U


Perhitungan aktivitas 238U:
 Pada energi 1009 KeV
16 − 2
𝐶238𝑈 1 61200
= = 0,0000 𝐵𝑞/𝐾𝑔
𝑥 0,0044 𝑥 0,00067 𝑥 0,0759
0,0759
Perhitungan ketidakpastian pengukuran 238U:
15
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 1661200 𝑥 0,0000 = 0,0000 𝐵𝑞/𝐾𝑔
−2
61200

81
 Radionuklida Alam 40K
Perhitungan aktivitas 40K:
 Pada energi 1460 KeV
2531 − 8
𝐶40𝐾 1 61200
= = 1,2583 𝐵𝑞/𝐾𝑔
𝑥 0,0035 𝑥 0,1005 𝑥 0,0759
0,0759
Perhitungan ketidakpastian pengukuran 40K:
77
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 1,2583 = 0,0384 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2531 − 8
61200

82
Lampiran 14. Perhitungan aktivitas radionuklida pada labu siam
Data sampel labu siam
Kode 2022-LS-Pangalengan
Seal 04/11/2022
Cacah 26/12/2022
Berat Sampel (W) 0,141 kg
Efisiensi y = 0,3943x – 0,65

Data perhitungan aktivitas radionuklida pada labu siam


Energi Nett Area Nett Area
Nuklida Yield Efisiensi Lifetime
Gamma Sampel Latar
226
Ra 351 0,356 0,0087 324 61200 105
609 0,4549 0,0061 304 61200 94
232
Th 909 0,262 0,0047 11 61200 7
968 0,159 0,0045 9 61200 3
238
U 1009 0,00067 0,0044 8 61200 2
40
K 1460 0,1055 0,0035 4484 61200 8

 Radionuklida Alam 226Ra


Perhitungan aktivitas 226Ra:
 Pada energi 351 KeV
324 − 105
1 61200
𝐶= 𝑥 = 0,1461 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,1410 0,0087 𝑥 0,356 𝑥 0,1410

 Pada energi 609 KeV


304 − 94
1 61200
𝐶= 𝑥 = 0,2558 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,1410 0,0061 𝑥 0,4549 𝑥 0,1410

0,1461 + 0,2558
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = 0,2010 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2

Perhitungan ketidakpastian pengukuran (Unct) 226Ra:


 Pada energi 351 KeV
37
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,1461 = 0,0170
𝐵𝑞/𝐾𝑔 324 − 105
61200
 Pada energi 609 KeV
28
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,2558 = 0,0243 𝐵𝑞/𝐾𝑔
304 − 94
61200

83
Rata-rata Unct 226Ra pada sampel labu siam = 0,0035 𝐵𝑞/𝐾𝑔

 Radionuklida Alam 232Th


Perhitungan aktivitas 232Th:
 Pada energi 909 KeV
11 − 7
1 61200
𝐶= = 0,0036 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,0047 𝑥 0,262 𝑥 0,1410
𝑥
0,1410
 Pada energi 968 KeV
9−3
1 61200
𝐶= 𝑥 = 0,0035 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,1410 0,0045 𝑥 0,159 𝑥 0,1410

0,0036 + 0,0035
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = 0,0035 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2

Perhitungan ketidakpastian pengukuran (Unct) 232Th:


 Pada energi 909 KeV
19
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,0036 = 0,0063 𝐵𝑞/𝐾𝑔
11 − 7
61200
 Pada energi 968 KeV
18
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,0035 = 0,000069 𝐵𝑞/𝐾𝑔
9−3
61200

Rata-rata Unct 232Th pada sampel labu siam = 0,0066 𝐵𝑞/𝐾𝑔

 Radionuklida Alam 238U


Perhitungan aktivitas 238U:
 Pada energi 1009 KeV
8−2
1 61200
𝐶238𝑈 = 𝑥 = 0,0000 𝐵𝑞/𝐾𝑔
0,1410 0,0044 𝑥 0,00067 𝑥 0,1410
Perhitungan ketidakpastian pengukuran 238U:
18
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 8 − 2 𝑥 0,0000 = 0,0000 𝐵𝑞/𝐾𝑔
61200

84
 Radionuklida Alam 40K
Perhitungan aktivitas 40K:
 Pada energi 1460 KeV
4484 − 8
𝐶40𝐾 1 61200
= = 2,2323 𝐵𝑞/𝐾𝑔
𝑥 0,0035 𝑥 0,1005 𝑥 0,1410
0,1410
Perhitungan ketidakpastian pengukuran 40K:
101
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 2,2323 = 0,0723 𝐵𝑞/𝐾𝑔
4484 − 8
61200

85
Lampiran 15. Perhitungan aktivitas radionuklida pada jagung
Data sampel jagung
Kode 2022-JG-Pangalengan
Seal 04/11/2022
Cacah 26/12/2022
Berat Sampel (W) 0,6216 kg
Efisiensi y = 0,9618x-0,747

Data perhitungan aktivitas radionuklida pada jagung


Energi Nett Area Nett Area
Nuklida Yield Efisiensi Lifetime
Gamma Sampel Latar
226
Ra 351 0,356 0,0120 153 61200 105
609 0,455 0,0080 174 61200 94
232
Th 909 0,266 0,0059 55 61200 7
968 0,162 0,0057 20 61200 3
238
U 1009 0,00059 0,0055 5 61200 2
40
K 1460 0,107 0,0042 2433 61200 8

 Radionuklida Alam 226Ra


Perhitungan aktivitas 226Ra:
 Pada energi 351 KeV
153 − 136
1 61200
𝐶= 𝑥 = 0,008 𝐵𝑞/𝐾𝑔
6,216 0,0120 𝑥 0,356 𝑥 6,216

 Pada energi 609 KeV


174 − 48
1 61200
𝐶= 𝑥 = 0,117 𝐵𝑞/𝐾𝑔
6,216 0,0080 𝑥 0,455 𝑥 6,216

0,008 + 0,117
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = 0,0624 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2

Perhitungan ketidakpastian pengukuran (Unct) 226Ra:


 Pada energi 351 KeV
35
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,008 = 0,0168
𝐵𝑞/𝐾𝑔 153 − 136
61200

86
 Pada energi 609 KeV
24
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,117 = 0,0222 𝐵𝑞/𝐾𝑔
174 − 48
61200

Rata-rata Unct 226Ra pada sampel jagung = 0,0195 𝐵𝑞/𝐾𝑔

 Radionuklida Alam 232Th


Perhitungan aktivitas 232Th:
 Pada energi 909 KeV
55 − 6
1 61200
𝐶= 𝑥 = 0,036 𝐵𝑞/𝐾𝑔
6,216 0,0059 𝑥 0,266 𝑥 6,216
 Pada energi 968 KeV
20 − 2
1 61200
𝐶= 𝑥 = 0,008 𝐵𝑞/𝐾𝑔
6,216 0,0057 𝑥 0,162 𝑥 6,216
0,036 + 0,008
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = 0,0221 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2

Perhitungan ketidakpastian pengukuran (Unct) 232Th:


 Pada energi 909 KeV
19
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,036 = 0,0139 𝐵𝑞/𝐾𝑔
55 − 6
61200
 Pada energi 968 KeV
17
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 0,008 = 0,0079 𝐵𝑞/𝐾𝑔
20 − 2
61200

Rata-rata Unct 226Ra pada sampel jagung = 0,0221 𝐵𝑞/𝐾𝑔

 Radionuklida Alam 238U


Perhitungan aktivitas 238U:
 Pada energi 1009 KeV

5−1
𝐶238𝑈 1 61200
= = 0,0000 𝐵𝑞/𝐾𝑔
𝑥 0,0044 𝑥 0,00067 𝑥 6,216
6,216
Perhitungan ketidakpastian pengukuran 238U:

16
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 5 − 1 𝑥 0,0000 = 0,0003 𝐵𝑞/𝐾𝑔
61200

87
 Radionuklida Alam 40K
Perhitungan aktivitas 40K:
 Pada energi 1460 KeV
2433 − 22
𝐶40𝐾 1 61200
= = 1,007 𝐵𝑞/𝐾𝑔
𝑥 0,0035 𝑥 0,1005 𝑥 6,216
6,216
Perhitungan ketidakpastian pengukuran 40K:
59
61200
𝑈𝑛𝑐𝑡 = 𝑥 1,007 = 0,0246 𝐵𝑞/𝐾𝑔
2433 − 22
61200

88
Lampiran 16. Perhitungan MDC (Minimum Detectable Concentration) pada
GM-014
Data perhitungan MDC sumber standar kode GM-014
Energi Nett Area Wsp
Nuklida Yield Efisiensi Lifetime
Gamma Background (Kg)
226
Ra 351 0.356 0,0178 136 1 61200
609 0,455 0,0139 48 1 61200
232
Th 909 0,266 0,0116 6 1 61200
968 0,162 0,0113 2 1 61200
238
U 1009 0,0059 0,0111 1 1 61200
40
K 1460 0,107 0,0094 22 1 61200

Nilai MDC dihitung menggunakan:


𝑁 𝑏𝑔
√ 2
𝑀𝐷𝐶 = 4,66 (𝑡𝑏𝑔)
𝜀𝛾𝑃𝛾𝑊
Ket:
Wsp : massa sampel (Kg)
𝑁𝑏𝑔 : Nett Area Background
𝑡𝑏𝑔 : Live Time (detik)
𝑃𝛾 : Yield
𝜀𝛾 : efisiensi
𝑀𝐷𝐶 : aktivitas minimum terdeteksi (Bq/kg)

 MDC 226Ra pada energi 351


105

(61200)2
𝑀𝐷𝐶 = 4,66 = 0,1399 𝐵𝑞/𝑘𝑔
0,0178 𝑥 0,356 𝑥 1
 MDC 226Ra pada energi 609
94

(61200)2
𝑀𝐷𝐶 = 4,66 = 0,0833 𝐵𝑞/𝑘𝑔
0,0139 𝑥 0,455 𝑥 1
 MDC 232Th pada energi 909
7

(61200)2 = 0,0603 𝐵𝑞/𝑘𝑔
𝑀𝐷𝐶 = 4,66
0,0116 𝑥 0,266 𝑥 1
 MDC 32Th pada energi 968
3
√ = 0,0588 𝐵𝑞/𝑘𝑔
(61200)2
𝑀𝐷𝐶 = 4,66
0,0113 𝑥 0,162 𝑥 1

89
 MDC 238U pada energi 1002
2

(61200)2
𝑀𝐷𝐶 = 4,66 = 1,1604 𝐵𝑞/𝑘𝑔
0,0111 𝑥 0,0059 𝑥 1
 MDC 40K pada energi 1460
8
√(
61200)2
𝑀𝐷𝐶 = = 0,03555 𝐵𝑞/𝑘𝑔
0,0094 𝑥 0,107 𝑥 1
4,66

90
Lampiran 17. Perhitungan MDC (Minimum Detectable Concentration) pada
GM-016
Data perhitungan MDC sumber standar kode GM-016
Energi Nett Area Wsp
Nuklida Yield Efisiensi Lifetime
Gamma Background (Kg)
226
Ra 351 0.356 0,3900 136 1 61200
609 0,455 0,4146 48 1 61200
232
Th 909 0,266 0,4336 6 1 61200
968 0,162 0,4366 2 1 61200
238
U 1009 0,0059 0,4383 1 1 61200
40
K 1460 0,107 0,4571 22 1 61200

MDC dapat dihitung menggunakan rumus:

𝑁 𝑏𝑔
√ 2
(𝑡𝑏𝑔)
𝑀𝐷𝐶 = 4,66
𝜀𝛾𝑃𝛾
Ket: 𝑊
Wsp : massa sampel (Kg)
𝑁𝑏𝑔 : Nett Area Background
𝑡𝑏𝑔 : Live Time (detik)
𝑃𝛾 : Yield
𝜀𝛾 : efisiensi
𝑀𝐷𝐶 : aktivitas minimum terdeteksi (Bq/kg)
226
 Aktivitas Ra pada energi 351
105

(61200)
𝑀𝐷𝐶 = 4,66 2 𝑥 0,356 𝑥 1 = 0,002810038 𝐵𝑞/𝑘𝑔
0,3900
 Aktivitas 226Ra pada energi 609
94

(61200)
𝑀𝐷𝐶 = 4,66 = 0,00195709 𝐵𝑞/𝑘𝑔
0,41462𝑥 0,4549 𝑥 1
 Aktivitas 232Th pada energi 909
7

(61200)2
𝑀𝐷𝐶 = 4,66 = 0,000886721 𝐵𝑞/𝑘𝑔
0,4336 𝑥 0,262 𝑥 1
 Aktivitas 32Th pada energi 968
3

(61200)2 = 0,000949906 𝐵𝑞/𝑘𝑔
𝑀𝐷𝐶 = 4,66
0,4366 𝑥 0,159 𝑥 1

91
 Aktivitas 238U pada energi 1002
2

(61200)2
𝑀𝐷𝐶 = 4,66
0,4383 𝑥 0,00067 𝑥 1 = 0,183337608 𝐵𝑞/𝑘𝑔
40
 Aktivitas K pada energi 1460
8
√(
61200)2
𝑀𝐷𝐶 = = 0,002232938 𝐵𝑞/𝑘𝑔
0,4571 𝑥 0,1055 𝑥 1
4,66

92
Lampiran 18. Tabel Perhitungan Berat Kering dan Berat Basah
Fresh Weight Dry Weight/Fresh
Sayuran Dry Weight (Kg)
(Kg) Weight (Kg)
Bawang daun 0,0211 0,2196 0,0961
Cabai Gendot 0,0735 0,9555 0,0769
Cabai Keriting 0,0759 1,1058 0,0686
Jagung 0,6216 1,7692 0,3513
Kubis 0,0542 0,8664 0,0626
Labu siam 0,141 3,2355 0,0436
Sawi Putih 0,0757 1,3443 0,0563

93
Lampiran 19. Perhitungan Dosis Efektif Tahunan

Nilai dosis efektif tahunan dihitung menggunakan rumus:

𝐸 = 𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝐹𝑐
Keterangan:

E = dosis efektif tahunan (mSv/tahun)


C = aktivitas radionuklida (Bq/fresh)
R = laju konsumsi bahan pangan per tahun (kg/tahun) (BPS, 2022)
fc = faktor koreksi dosis untuk radionuklida (ICRP, 1996; IAEA, 1996)
(fc 226Ra = 2,8 x 10-7, fc 232Th = 2,3 x 10-7, fc 40K = 6,2 x 10-9)

 Radionuklida 226Ra:

1. Bawang Daun
𝐸 = 0,0193 𝑥 0,572 𝑥 (2,80 𝑥 10−7) = 3,1 𝑥 10−6

2. Cabai Gendot
𝐴𝐸𝐷 = 0,0188 𝑥 1,456 𝑥 (2,80 𝑥 10−7) = 7,65 𝑥 10−6

3. Cabai Keriting
𝐴𝐸𝐷 = 0,0180 𝑥 0,260 𝑥 (2,80 𝑥 10−7) = 1,31 𝑥 10−6

4. Kubis
𝐴𝐸𝐷 = 0,0124 𝑥 2,652 𝑥 (2,80 𝑥 10−7) = 9,22 𝑥 10−6

5. Labu Siam
𝐴𝐸𝐷 = 0,0088 𝑥 1,508 𝑥 (2,80 𝑥 10−7) = 3,70 𝑥 10−6

6. Sawi Putih
𝐴𝐸𝐷 = 0,0141 𝑥 1,352 𝑥 (2,80 𝑥 10−7) = 5,34 𝑥 10−6

 Radionuklida 232Th:

1. Bawang Daun
𝐴𝐸𝐷 = 0,0015 𝑥 0,572 𝑥 (2,30 𝑥 10−7) = 2,00 𝑥 10−7

2. Cabai Gendot
𝐴𝐸𝐷 = 0,0011 𝑥 1,456 𝑥 (2,30 𝑥 10−7) = 7,65 𝑥 10−7

94
3. Cabai Keriting
𝐴𝐸𝐷 = 0,0002 𝑥 0,260 𝑥 (2,30 𝑥 10−7) = 1,11 𝑥 10−8

4. Kubis
𝐴𝐸𝐷 = 0,0010 𝑥 2,652 𝑥 (2,30 𝑥 10−7) = 6,15 𝑥 10−7

5. Labu Siam
𝐴𝐸𝐷 = 0,0002 𝑥 1,508 𝑥 (2,30 𝑥 10−7) = 1,11 𝑥 10−8

6. Sawi Putih
𝐴𝐸𝐷 = 0,0004 𝑥 1,352 𝑥 (2,30 𝑥 10−7) = 1,31 𝑥 10−7

 Radionuklida 40K:

1. Bawang Daun
𝐴𝐸𝐷 = 0,0530 𝑥 0,572 𝑥 (6,2 𝑥 10−9) = 1,88 𝑥 10−7

2. Cabai Gendot
𝐴𝐸𝐷 = 0,0897 𝑥 1,456 𝑥 (6,2 𝑥 10−9) = 8,10 𝑥 10−7

3. Cabai Keriting
𝐴𝐸𝐷 = 0,0863 𝑥 0,260 𝑥 (6,2 𝑥 10−9) = 1,39 𝑥 10−7

4. Jagung
𝐴𝐸𝐷 = 0,3538 𝑥 4,472 𝑥 (6,2 𝑥 10−9) = 9,81 𝑥 10−6

5. Kubis
𝐴𝐸𝐷 = 0,0689 𝑥 2,652 𝑥 (6,2 𝑥 10−9) = 1,13 𝑥 10−6

6. Labu Siam
𝐴𝐸𝐷 = 0,0973 𝑥 1,508 𝑥 (6,2 𝑥 10−9) = 9,10 𝑥 10−7

7. Sawi Putih
𝐴𝐸𝐷 = 0,1070 𝑥 1,352 𝑥 (6,2 𝑥 10−9) = 8,97 𝑥 10−7

 ΣAED Bawang Daun = 3,49 x 10-6

 ΣAED Cabai Gendot = 8,83 x 10-6

 ΣAED Cabai Keriting = 1,46 x 10-6

 ΣAED Jagung = 9,81 x 10-6

95
 ΣAED Kubis = 11 x 10-6

 ΣAED Labu Siam = 4,66 x 10-6

 ΣAED Sawi Putih = 6,37 x 10-6

 ΣAED Total = 4,56 x 10-5

96
Lampiran 20. Perhitungan Excees Lifetime Cancer Risk (ELCR)

Nilai ELCR dihitung menggunakan rumus:

𝐸𝐿𝐶𝑅 = 𝛴𝐴𝐸𝐷 𝑥 𝑅𝑓 𝑥 𝐷𝐿

Keterangan:

ELCR = Excees Lifetime Cancer Risk


ΣAED = Jumlah Dosis Efektif Tahunan (mSv)
Rf = Faktor Risiko (0,05)
DL = Duration Of Life (71,77 Tahun)

Nilai ELCR:

𝐸𝐿𝐶𝑅 = 4,56 𝑥 10−5 𝑥 0,05 𝑥 71,77

𝐸𝐿𝐶𝑅 = 0,16 𝑥 10−3

97

Anda mungkin juga menyukai