Disusun oleh :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Radiokimia yang
membahas mengenai “Alat Detektor Radiasi dan Jenisnya” dengan baik dan tepat
waktu. Harapan penulis semga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Makalah ini penulis akui masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap kepada para pembaca untuk
memberikan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Universitas Sriwijaya
i
DAFTAR ISI
Universitas Sriwijaya
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanpa disadari, manusia sudah lama berhubungan dengan radiasi. Radiasi di
dunia sudah ada sejak dulu kala, sejak awal terbentuknya alam semesta. Radiasi
merupakan pancaran energi dalam bentuk panas, partikel, gelombang
elektromagnetik atau cahaya dari sumber radiasi. Radioaktif bila diolah dengan
baik dapat dimanfaatkan di berbagai bidang antara lain: bidang industri dan
teknologi misalnya sebagai sumber tenaga pada pembangkit listrik tenaga nuklir
(Bere et al., 2016). Penggunaan teknologi nuklir semakin meningkat di berbagai
bidang, antara lain; bidang industri, kedokteran, pertanian dan penelitian. Bidang
industri dan kesehatan adalah dua bidang utama pemanfaatan teknologi nuklir
tersebut. Penggunaan radiasi untuk diagnostik, terapi, dan penggunaan radiofar
maka untuk kedokteran merupakan aplikasi teknik nuklir di bidang kesehatan
sedangkan aplikasi teknik nuklir di bidang industri adalah penggunaan radiasi
untuk radiografi, gauging, dan logging. Perbandingan pemakaian untuk radiasi
buatan pada kedua bidang tersebut adalah 85 % untuk kesehatan dan 15%
digunakan untuk industri (Simanjuntak et al., 2013).
Teknologi nuklir ditemukan oleh Henri Becquerel yang pada tahun 1896
melalui penelitian tentang fenomena fosforesensi pada garam uranium yang
akhirnya disebut dengan radioaktivitas. Bersama Piere dan Marie Curie,
Becquerel mulai meneliti fenomena ini dan pada 1898 Madam Curie (menemukan
unsur-unsur radioaktif radium dan polonium. Dalam prosesnya, mereka
mengisolasi unsur radium yang bersifat radioaktif. Material radioaktif
memproduksi pancaran radiasi dalam bentuk gelombang electromagnet dan
partikel yang disebut sinar alfa, beta, dan gamma. Beberapa jenis radiasi yang
mereka temukan mampu menembus berbagai bahan dan semuanya dapat
menyebabkan kerusakan. Seluruh peneliti radioaktivitas pada masa itu menderita
luka bakar akibat radiasi, yang mirip dengan luka bakar akibat sinar matahari.
Tiga bentuk radiasi yang ditemukan oleh Becquerel dan Curie meliputi peluruhan
alfa yang terjadi ketika inti atom melepaskan dua proton dan dua neutron (setara
dengan inti atom helium), peluruhan beta yaitu elektron berenergi tinggi, dan
Universitas Sriwijaya
1
2
Universitas Sriwijaya
3
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui detektor radiasi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis detektor radiasi
3. Untuk mengetahui prinsip kerja detektor
Universitas Sriwijaya
BAB II
PEMBAHASAN
Universitas Sriwijaya
4
5
Universitas Sriwijaya
6
dihasilkandi daerah ini relatif sedikit sehingga tinggi pulsanya, bila menerapkan
pengukuran model pulsa, sangat rendah. Prinsip kerja detektor ini dengan cara
berkas radiasimasuk ke dalam chamber sehingga menyebabkan menyebabkan
ionisasi ionisasi. Ionyang dihasilkan dihasilkan dikumpulkan dikumpulkan pada
elektroda + dan - .Keuntungan detektor ini adalah dapat membedakan energi yang
memasukinya dan tegangan kerja yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi (Fuadi,
2015).
2. Detektor Proporsional
Pencacah proporsional merupakan bentuk modifikasi dari kamar ionisasi.
Dibandingkan dengan daerah ionisasi di atas, jumlah ion yang dihasilkan di
daerah proporsional ini lebih banyak sehingga tinggi pulsanya akan lebih tinggi.
Salah satu kelemahan dalam mengoperasikan detektor pada daerah kamar ionisasi
adalah out put yang dihasilkan sangat lemah sehinga memerlukan penguat arus
sangat besar dan sensitivitas alat baca yang tinggi. Untuk mengatasi kelemahan
tersebut, tetapi masih tetap dapat memanfaatkan kemampuan detektor dalam
membedakan berbagai jenis radiasi, maka detektor dapat dioperasikan pada
daerah proporsional. Alat pantau proporsional beroperasi pada tegangan yang
lebih tinggi daripada kamar ionisasi. Daerah ini ditandai dengan mulai terjadinya
multiplikasi gas yang besarnya bergantung pada jumlah elektron mula-mula dan
tegangan yang digunakan. Karena terjadi multiplikasi maka ukuran pulsa yang
dihasilkan sangat besar. Keuntungan alat pantau proporsional mampu mendeteksi
radiasi dgn intensitas cukup rendah. Namun, memerlukan sumber tegangan yang
super stabil, karena pengaruh egangan pada daerah ini sangat besar terhadap
tingkat multiplikasi gas dan juga terhadap tinggi pulsa out put (Lubis, 1996).
Universitas Sriwijaya
7
yang terbentuk bergantung pada besar tegangan yang dikenakan pada detektor.
Ketika tegangan yang terus dinaikkan tidak lagi ada kesebandingan dan tinggi
pulsa tidak bergantung pada besar tenaga radiasi yang dideteksi (Hilyana, 2017).
Detektor Geiger-Muller memiliki tabung logam silinder yang merupakan katoda
dan pusat elektroda sebagai anoda. Gas non-aktif yang ada pada tabung disegel
dengan tekanan rendah menggunakan kaca tipis. Tegangan beberapa kV diberikan
antara pusat elektroda dan tabung logam. Ketika sinar radioaktif mengenai
molekul gas non-aktif, molekul gas terioniasi dan tertarik ke anoda. Sinar
radioaktif dapat dideteksi dengan mengukur arus yang dihasilkan oleh molekul
gas terionisasi. Dosis radiasi per waktu didapatkan dengan menghitung
pulsa(Fajar & Mahda, 2022). Detektor Geiger-Muller mempunyai sifat khusus
yaitu tidak dapat membedakan besarnya energi yang masuk ke dalamnya. Hal ini
disebabkan karena tinggi pulsa yang terjadi tidak tergantung pada besarnya energi
radiasi yang datang. Untuk penggunaan bukan spektrometri energi maka detektor
Geiger-Müller banyak memberikan keuntungan, karena cara pengoperasian dan
konstruksinya lebih sederhana (Irianto et al., 2009).
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
9
Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Detektor merupakan bahan yang peka terhadap radiasi. Detektor radiasi
merupakan sensor yg dapat mengenali adanya radiasi nuklir, baik alfa, beta,
maupun gamma. Prinsip kerja detektor berdasarkan pada interaksi radiasi,
sehingga menghasilkan besaran fisis lain yang mudah dilihat atau diukur. Detektor
radiasi terbagi menjadi tiga bagian yaitu detektor isi gas, detektor sintilasi,dan
detektor zat padat. Prinsip kerja detektor Radiasi yang memasuki detektor akan
mengionisasi gas dan menghasilkan ion-ion positif dan ion-ion negatif (elektron).
Jumlah ion yang akan dihasilkan tersebut sebanding dengan energi radiasi dan
berbanding terbalik dengan daya ionisasi gas. Ion-ion primer yang dihasilkan oleh
radiasi akan bergerak menuju elektroda yang sesuai. Pergerakan ion-ion tersebut
akan menimbulkan pulsa atau arus listrik. Pergerakan ion tersebut di atas dapat
berlangsung bila di antara dua elektroda terdapat cukup medan listrik. Bila medan
listriknya semakin tinggi maka energi kinetik ion-ion tersebut akan semakin besar
sehingga mampu untuk mengadakan ionisasi lain. Ion-ion yang dihasilkan oleh
ion primer disebut sebagai ion sekunder. Bila medan listrik di antara dua elektroda
semakin tinggi maka jumlah ion yang dihasilkan oleh sebuah radiasi akan sangat
banyak dan disebut proses ‘avalanche’. Detektor zat padat mempunyai beberapa
keunggulan yaitu lebih effisien dibandingkan dengan detektor isian gas, karena
terbuat dari zat padat, serta mempunyai resolusi yang lebih baik daripada detektor
sintilasi.
3.2 Saran
Setelah anda membaca makalah ini, diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan referensi mengenai detektor radiasi.
Universitas Sriwijaya
11
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
12
13
Milbrath, B. D., Peurrung, A. J., Bliss, M., & Weber, W. J. (2008). Radiation
detector materials: An overview. Journal of Materials Research, 23(10),
2561–2581. https://doi.org/10.1557/jmr.2008.0319.
Saputra, R. D. dan Oktavia, V. Y. 2020. Pengukuran Cacah Radiasi Nuklir dengan
Menggunakan Geigen Muller di Laboratorium Fisika Modern Universitas
Negeri Malang. Artikel Cacah Radiasi Nuklir. 5(2): 1-8.
Sayono, S., & Sujitno, T. (2010). Pengaruh Tekanan Gas Isian Argon-Etanol Dan
Argon-Brom Terhadap Unjuk Kerja Detektor Geiger-Mueller. GANENDRA
Majalah IPTEK Nuklir, 13(2), 64–76.
https://doi.org/10.17146/gnd.2010.13.2.48
Simanjuntak, J., Camelia, A., & Purba, I. G. (2013). Penerapan Keselamatan
Radiasi pada Instalasi Radiologi di RSK Paru Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2013. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 4(November), 245–253.
Sukma, M. N. B. W. (2022). 12962-47657-1-Pb. 2(1), 29–34.
Sunardi, J., Harsono, D., & Alauddin, A. B. (2012). Pencarian Sumber Radiasi
Nuklir Menggunakan Robot Hexapod Design and Construction of
Acquisition Data System for Searching. Seminar Nasional Viii Sdm
Teknologi Nuklir, 163–170.
Taufiq, H. 2019. Radioaktivitas. Semarang: ALPRIN.
Trikasjoni,T., Harsono, D. dan Wulandari, C. (2013). Rancang Bangun Penampil
Plato Detektor Geiger Mueiler Berbasis Personal Komputer. Jurnal Forum
Nuklir (JFN). 7(2), 186-187.
Universitas Sriwijaya