Oleh :
SRI FATMAWATI
16080143
2019
1
PENGARUH PERBEDAAN METODE EKSTRAKSI
MASERASI DAN PERKOLASI TERHADAP UJI
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK
KULIT BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus polyrhizus)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Derajat
Ahli Madya
Oleh :
SRI FATMAWATI
16080143
2019
ii
iii
iv
v
vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri”
(Q.S Ar-Ra’ad : 11)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan aku sayangi, yang senantiasa
memberikan kasih sayang serta doanya yang tiada henti.
vii
PRAKATA
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
polyrhizus.) tepat pada waktunya. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk
melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Diploma III Program
Studi Farmasi.
1. Bapak Ir. MC. Chambali, B.Eng, E.E, M.Kom., selaku Direktur Politeknik
2. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm. M.Sc., Apt, selaku Ka. Prodi D III
4. Ibu Purgiyanti, S.Si., Apt selaku pembimbing 2 yang telah membantu dan
viii
5. Kedua orang tuaku dan kakak-kakaku yang telah memberikan dukungan
moral maupun material serta doa dan semangat sehingga Karya Tulis
ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik atas segala
jasanya, bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kata sempurna.
Untuk itu penulis sangat mengharap kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun lebih baiknya KaryaTulis Ilmiah ini. Akhirnya penulis
berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
penulis
ix
INTISARI
x
Abstract
xi
DAFTAR ISI
xii
3.4.1 Cara Pengumpulan Data.......................................................... 28
3.4.2 Alat dan Bahan ........................................................................ 28
3.4.3 Cara Kerja ............................................................................... 29
3.5 Analisis Data ..................................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 44
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 61
LAMPIRAN........................................................................................................ 65
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
yang berasal dari daerah iklim tropis kering. Buah naga ini memiliki
yang lebih tinggi dibanding jenis buah naga putih (Ide 2009).
Kulit buah naga merah merupakan salah satu bagian tanaman yang
kulit buah naga bagi kesehatan tubuh, sebagian besar mengetahui bahwa
jika kulit buah naga merah tidak dimanfaatkan karena kulitnya mempunyai
berat 30 – 35% dari berat buah (Wahyuni 2011). Kandungan dalam kulit
antioksidan yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Untuk itu perlu dilakukan
terdapat dalam kulit buah naga merah, sehingga dapat menambah sumber
1
2
karoten, dan fitoalbumin (Putri, Gunawan, dan Suarsa 2015). Ekstrak kulit
1,02% radikal bebas, sedangkan untuk 1 mg/ml daging buah naga hanya
membran dinding sel, pembuluh darah, basa DNA, dan jaringan lipid
Helda 2016) mengenai uji aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah naga
merah, ungu, biru, pada bunga, daun, umbi, buah dan sayur yang
fungsi yang baik untuk kesehatan seperti mencegah risiko kanker usus
kolon dan kanker hati. Antosianin juga diketahui sebagai antidiabetes dan
cara panas karena flavonoid tidak tahan panas dan rusak pada suhu tinggi
nilai IC50 sebesar 397,64 ppm. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk
4
1. Kulit buah naga yang digunakan adalah kulit dari buah naga merah
5. Jenis senyawa yang bersifat antioksidan dari ekstrak kulit buah naga
difenil-1-pikrihidrazil)
5
maserasi dan perkolasi terhadap uji antioksidan kulit buah naga merah.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo : Cactales
Famili : Cactaceae
Subfamili : Hylocereanea
Genus : Hylocereus
Spesies : Hylocereus polyrhizus (daging merah)
7
8
lengkap karena tidak memiliki daun yang mana hanya memiliki akar,
tanaman ini dicabut dari tanah, ia masih hidup terus sebagai tanaman
epifit karena menyerap air dan mineral melalui akar udara yang ada
bentuknya siku atau segitiga. Batang dan cabang ini juga berfungsi
2010).
bagian dalam berwarna putih bersih sehingga pada saat bunga mekar
9
satu bunga terdapat benangsari (sel kelamin jantan) dan putik (sel
pada satu ruas batang tumbuh bunga yang berjumlah banyak dan
Bentuk buah bulat agak memanjang atua bulat agak lonjong. Kulit
buah ada yang berwarna merah menyala, merah gelap, dan kuning,
sisik-sisik ular naga. Oleh karena itu, buahnya disebut buah naga.
sangat kecil. Daging buah ada yang berwarna merah, putih, dan
buah. Bijinya kecil-kecil seperti biji selasih. Biji buah naga dapat
10
fenol) alam kulit buah naga merah dengan daging buah naga merah.
11
Tabel 2.1 kandungan Nilai Gizi per 100 gr Buah Naga Merah
2.1.2 Ekstraksi
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak terlarut dengan pelarut
yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain
rongga sel tumbuhan yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut
dalam pelarut organik pada bagian luar sel untuk selanjutnya berdifusi
sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi itu sendiri. Sampel yang akan
resin atau artefak lain yang dapat terbentuk selama proses pengeringan.
perkolasi.
2.1.3 Maserasi
pelarut bukan air atau pelarut setengah air seperti etanol encer selama
pelarut selama tujuh hari dengan sesekali diaduk. Bejana dalam keadaan
dalam serbuk bahan, tingkat kelarutan dari senyawa yang larut dengan
(Renasari 2010).
simplisia dengan derajat yang halus yang cocok dalam bejana, lalu
2.1.4 Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya melalui
sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk
2.1.5 Pelarut
dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun,
menghambat kerja enzim. Selain itu etanol dapat bercampur dengan air
merupakan zat warna merah, ungu dan biru sebagai zat warna kuning
sampai biru yang tersebar luas pada tanaman (Simanjuntak, Sinaga, dan
flavonoid yang dapat larut dalam air. Flavonoid mengandung dua cincin
dua cincin benzena. Zat ini tersusun oleh aglikon yang berupa
dan kepikunan, polyp, asam urat, penderita sakit maag (asam lambung).
setiap tanaman dan berkisar antara 20 mg/100 g sampai 600 mg/ 100 g
2.1.7 Antioksidan
Yenrina 2015).
bebas adalah DPPH yang merupakan senyawa radikal bebas yang stabil
(Santoso 2016).
mampu berada secara independen dan memiliki satu atau lebih elektron
adanya satu atau lebih elektron tak berpasangan. Contoh radikal bebas
telah dilakukan oleh Bolland dan ten Have pada tahun 1947 sengan
2016).
Uji kimia ini secara luas digunakan dalam penelitian produk alami
nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada λmax 517 mm dan
Hal ini dapat erjadi apabila adanya penangkapan satu elektron oleh zat
yang cocok. Campuran yang akan dipisah adalah berupa larutan yang
ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan ditaruh di
cukup baik.
pemisahan merupaka hasil kecocokan antara fase diam dan fase gerak
gugus atau atom dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar
karboksil, amido, azo, nitro, nitroso, dan nitrat). Ausokrom atau suatu
spektrofotometri UV-Vis:
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan
0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 17%, jika dibaca sebagai
1. Instrumen
spektrum ultraviolet.
b. Monokromator
c. Tempat cuplikan
d. Detektor
e. Pencatat
paling besar.
Rohman 2007).
2.2 Hipotesis
1. Ada aktivitas antioksidan pada ekstrak maserasi dan perkolasi kulit buah
daripada perkolasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
dan perkolasi terhadap uji aktivitas antioksidan pada kulit buah naga merah
(Hylocereus polyrhizus).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kulit buah
mempertimbangan kesegaran buah dan kulit buah naga yang berwarna merah.
mencakup pada tujuan dan kerangka konsep (Sudibyo dan Surahman, 2014).
27
28
perkolasi.
1. Alat
(Ganesys 10 S).
2. Bahan
1. Pengumpulan Sampel
Tegal.
a. Mikroskopis
a. Maserasi
b. Perkolasi
Wehantouw 2013).
33
Menyiapkan alat dan bahan, plat KLT lapis silika gel yang akan
untuk mengurangi kadar air pada plat KLT. Selanjutnya plat KLT
yang sudah dioven diberi garis batas atas dan batas bawah masing-
chamber yang sudah jenuh. Pada proses ini BAA akan bergerak
naik melewati butiran silika gel, dan pergerakan BAA akan diikuti
silika gel selesai ditandai dengan naiknya eluen sampai garis batas
yang baik ialah bentuk noda tidak berekor dan jarak antar nda satu
Memasukkan n-
Membuat garis batas butanol : asam asetat :
atas dan batas bawah air (4 : 1 : 5) ke dalam
pada plat KLT 1 cm chamber
Menjenuhkan dengan
Menotolkan sampel kertas saring sebagai
pada garis batas bawah indikasinya
plat KLT
maksimum.
10 mg DPPH 10 mL Metanol
gelombang 450, 460, 470, 480, 490, 500, 510, 520, 530,
(Rahmawati 2016).
Kontrol Positif
(Rahmawati 2016).
39
2016).
(2000 ppm)
2017).
2017).
41
% inhibisi =
menggunakan rumus :
Y = ax + b
5 = ax + b
(x) IC50 =
(Fatyanti 2017)
43
Sampel yang digunakan yaitu kulit buah naga merah. Pengambilan kulit
buah naga menggunakan teknik purposive smpling diperoleh dari pasar Suradadi,
Kabupaten Tegal. Kulit buah naga merah disortasi agar sampel yang digunakan
Pengeringan dilakukan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak atau
ditumbuhi jamur agar simplisia dapat disimpan dalam waktu lama. Dalam waktu
kurang lebih 5 hari hasil pengeringan diperoleh sebanyak 138,38 gram dengan
demikian diperoleh prosentase berat kering terhadap berat basah sebesar 7,89%.
pertama untuk ekstraksi dengan metode maserasi dan yang kedua untuk ekstraksi
44
Serbuk simplisia kulit buah naga yang telah diperoleh kemudian
digunakan.
2. Jaringan
pengangkut
dengan
penebalan
bentuk tangga
3. Sel parenkim
4. Rambut
5. Epidermis
Hasil dari tabel menunjukkan serbuk kulit buah naga merah dengan
yang terdapat pada kulit buah naga merah meliputi : epidermis, rambut, sel
parenkim, jaringan pengangkut dengan penebalan bentuk tangga, dan butir pati.
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah maserasi dan
kulit buah naga yang sudah dihaluskan ditimbang untuk ekstraksi dengan metode
terkandung pada simplisia tersebut dapat tertarik lebih mudah. Sampel pertama
perkolasi menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak 375 mL, sebelumnya sampel
pelarut baru membasahi simplisia, maka dengan mudah pelarut tersebut masuk
perkolator dan didiamkan terlebih dahulu selama 2 x 24 jam agar zat aktif tertarik
dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral,
absorbansinya baik, dan panas yang digunakan untuk pemekatan lebih sedikit dan
juga flavonoid bersifat polar sehingga cocok mengunakan pelarut polar agar zat
dilakukan uji bebas etanol untuk memastikan bahwa ekstrak telah terbebas dari
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa ekstrak maserasi dan perkolasi
memperoleh hasil positif pada uji bebas etanol hal ini sudah sesuai dengan
pustaka yaitu tidak berbau ester. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa
ekstrak kulit buah naga baik dengan metode maserasi maupun perkolasi terbebas
dari etanol.
No Sampel Gambar
1. Ekstrak Maserasi
2. Ekstrak perkolasi
naga merah maka diperlukan uji kualitatif. Uji kualitatif meliputi uji warna dan uji
kuantitatif flavonoid dilakukan menggunakan KLT. Hasil dapat dilihat pada tabel
4.5
Ket :
a. Perkolasi
b. Maserasi
Pada hasil uji flavonoid, ekstrak maserasi dan perkolasi buah naga merah
yaitu menjadi warna kuning. Flavonoid merupakan senyawa polar oleh karena itu,
umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol. Etanol berfungsi
menandakan adanya flavonoid akibat dari reduksi oleh asam klorida pekat dan
identifikasi dengan cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT). KLT merupakan salah
satu analisis kuantitatif dari suatu yang ingin dideteksi dengan memisahkan
dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari
bentuk plat silika dan fase gerak disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin
dipisahkan. Fase gerak yang digunakan untuk ekstrak maserasi dan perkolasi kulit
buah naga merah yaitu fase gerak BAA terdiri dari n-butanol : asam asetat : air
kejenuhan fase gerak tersebut digunakan kertas saring dengan melihat lembabnya
kertas saring sampai ke atas chamber. Sedangkan plat KLT dioven selama 3 menit
dengan suhu 45°C bertujuan untuk mengurangi kadar air supaya tidak lembab
sehingga penyerapan dapat berlangsung dengan cepat. Pada plat KLT diberi tanda
batas atas dan batas bawah, penotolan sampel ekstrak maserasi dan perkolasi kulit
buah naga merah yaitu pada batas bawah. Kemudian plat KLT dimasukkan ke
dalam bejana yang berisi fase gerak yang telah jenuh. Fase gerak dibiarkan naik
Tabel 4.5 Penampak Noda dari KLT pada panjang gelombang 366 nm
No Sampel Gambar
1. Ekstrak maserasi
2. Ekstrak perkolasi
standar Rf
No Sampel Rf HRf
(Latifah 2015)
1. Ekstrak
0,92 92
maserasi 0,91 – 0,96
2. Ekstrak
0,95 95
perkolasi
(sumber : Data Penelitian)
Nilai Rf dan hRf sampel ekstrak maserasi yaitu 0,92 dan 92, sedangkan nilai
Rf dan hRf sampel ekstrak perkolasi yaitu 0,95 dan 95. Nilai Rf kedua ekstrak
yaitu 0,91 – 0,96 (Latifah 2015). Hal ini membuktikan bahwa ekstrak kulit buah
bejana, jumlah cuplikan yang digunakan, suhu dan struktur senyawa yang
dipisahkan.
Larutan DPPH 40 ppm yang telah diinkubasi selama 30 menit diukur serapannya
450 0,653
460 0,715
470 0,797
480 0,899
490 1,011
500 1,114
510 1,174
520 1,16
530 1,073
540 0,944
550 0,827
berada pada puncak gelombang 510 nm. Langkah selanjutnya yaitu uji aktivitas
mudah, cepat, peka dan memerlukan sedikit sampel. Metode ini hanya
vitamin C. Hasil dapat diamati dengan perubahan larutan dari ungu menjadi
kuning. Perubahan warna menunjukkan bahwa DPPH telah tereduksi oleh proses
ekstrak maserasi dan perkolasi kulit buah naga merah yaitu 100 ppm, 200 ppm,
400 ppm, dan 600 ppm denagn larutan induk 2000 ppm. Langkah berikutnya
nm.
Ekstrak maserasi dan perkolasi kulit buah naga merah ketika bereaksi
dengan DPPH langsung mengubah warna ungu menjadi kuning pucat. Hal ini
larutan DPPH dalam metanol yang semula berwarna violet pekat menjadi kuning
pucat.
10 0,118 74,4
20 0,075 83,73
Vitamin C 0,461
40 0,054 88,28
80 0,025 94,57
100 0,588 51,04
Ekstrak 200 0,581 51,62
1,201
perkolasi 400 0,551 54,12
600 0,515 57,12
100 0,198 57,04
200 0,151 67,24
Ekstrak maserasi 0,461
400 0,139 69,84
600 0,127 72,45
Absorbansi blanko vitamin C dan ekstrak maserasi = 0,461
Absorbansi blanko ekstrak perkolasi = 1,201
Probit
Log Persamaan Regresi IC50
Sampel %
konsentrasi Linier (µg/mL)
inhibisi
1 5,64
1,3 5,99
Vitamin C y = 1,0633x + 4,5707 2,53
1,6 6,18
1,9 6,64
2 5,03
2,3 5,05
Ekstrak perkolasi y = 0,1796x + 4,6545 83,89
2,6 5,1
2,8 5,18
2 5,18
2,3 5,44
Ekstrak maserasi y = 0,4721x + 4,2801 33,49
2,6 5,5
2,8 5,58
) (
*
) (
*
) (
*
konsentrasi senyawa uji yang dapat menangkap radikal bebas 50%. Nilai IC50
y). Pada penelitian ini untuk mendapatkan nilai IC50 menggunakan probit. Nilai
IC50 ditentukan dengan analisis probit yang diperoleh dari konversi % inhibsi ke
dalam nilai probit, sehingga nilai konsentrasi diubah ke dalam nilai log
konsentrasi. Nilai IC50 merupakan nilai antilog pada nilai probit 50.
Kuat 50 – 100
(Pranata 2013)
& ! %&$ %$%'& %&$#$"%
'! $ '&'!
$
Berdasarkan pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa ekstrak perkolasi kulit
buah naga merah menghasilkan nilai IC50 sebesar 83,89 µg/mL merupakan
menghasilkan nilai IC50 sebesar 33,49 µg/mL merupakan antioksidan sangat kuat.
memiliki kandungan antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 2,53 µg/mL merupakan
antioksidan sangat kuat. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin kuat aktivitas
kulit buah naga merah dengan metode maserasi memiliki aktivitas antioksidan
yang lebih kuat dibandingkan dengan metode perkolasi, hal ini terjadi karena
kecepatan alir yang digunakan pada saat perkolasi terlalu cepat sehingga waktu
kontak antara pelarut dan simplisia kecil. Hal ini menyebabkan pelarut tercuci
keluar sebelum keadaan jenuh dicapai oleh simplisia dan pelarut sehingga
mempunyai waktu kontak yang lebih lama dan didukung dengan adanya proses
maserasi jauh lebih kecil dari vitamin C hal ini dikarenakan pada penelitian ini
yang diuji masih berupa hasil ekstraksi belum merupakan senyawa murni.
Salah satu senyawa yang terkandung dalam kulit buah naga yang
sehingga dapat mentralisir efek toksik dari radikal bebas. Flavonoid sebagai
terjadi peningkatan gen yang berperan dalam sintesis enzim antioksidan endogen
2011).
BAB V
5.1 Simpulan
(Hylocereus polyrhizus).
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Elwadi, Novi. 2015. “Identifikasi Morfologi Tanaman Buah Naga Super Merah
(Hylocereus costaricensis) Di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.”
universitas Islam Negeri Sultan Syarif kasim riau pekan baru.
Fatyanti, Salamah. 2017. “Penentuan Kadar Total Fenol Dan Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Bunga Sukun (Artocarpus altilis L_).” Politeknik
Harapan Bersama Tegal.
Gandjar, Ibnu, dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Analisis Farmasi. 1 ed. Pustaka
Pelajar.
Ikhlas, Nur. 2013. “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum
americanum Linn) dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil).”
UIN Syarif Hidayaullah Jakarta.
Koleangan, Harry S. J., Meiske S. Sangi, dan Grace S. Baud. 2014. “Analisis
Senyawa Metabolit Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Batang
Tanaman Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.) Dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test (Bslt).” Jurnal Ilmiah Sains 14 (Oktober).
Latifah. 2015. “Identifikasi Golongan Senyawa Falvonoid dan Uji Aktivitas
Antioksidan Pada Ekstrak Rimpang Kencur Kaempferia galanga L.,
Dengan Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil).” Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Marjoni, Mhd. 2016. Dasar-dasar Fitokimia untuk diploma III Farmasi. 1 ed.
Jakarta: Trans Info Media.
Niah, Rakhmadhan, dan Helda. 2016. “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit
Buah Naga Merah Daerah Pelaihari, Kalimantan Selatan Dengan Metode
DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).” Jurnal Pharmascience 03: 7.
Pranata, Rintis. 2013. “Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Kloroform Kulit Buah
Naga Merah (Hylocereus lemairei Britton dan Rose) Menggunakan
Metode Dpph (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil).” Universitas Tnjungpura
Pontianak.
Purwanto, Totok Lasmono Hadi. 2009. “Optimasi Volume Etanol Dan Akuades
Dalam Proses Perkolasi Daun Stevia (Stevia rebaudina Bertonii M.)
Dengan Aplikasi Desai Faktorial.” Skripsi, Universitas Sanata Darma
Yogyakarta.
Renasari, Novita. 2010. “Budidaya Tanaman Buah Naga Super Red di Wana
Bekti Handayani.” Universitas Sebelas Maret.
Santoso, Umar. 2016. Antioksidan Pangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Sayuti, Kesuma, dan Rina Yenrina. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. Padang:
Andalas University Press.
Sumardika, I Wayan, dan I Made Jawi. 2012. “Ekstrak Air Daun Ubi Jalar Ungu
Memperbaiki Profil Lipid dan Meningkatkan Kadar SOD Darah Tikus
Yang Diberi Makanan Tinggi Kolesterol.” Jurnal Ilmiah Kedokteran 43
(Mei).
Ulfa, Siti Maria. 2016. “Identifikasi dan Uji Senyawa Antioksidan dalam bekatul
dengan Menggunakan Variasi Pelarut.” Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Umayah, Evi, dan Moch. Amrun. 2007. “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah
Naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose) (Antioxidan Activity
Assay of Dragon Fruit Extract (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. &
Rose).” Jurnal Ilmu Dasar 8: 83–90.
Yanty, Yuska, dan Vetria Siska. 2017. “Ekstrak Kulit Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus) Sebagai Antioksidan Dalam Formulasi Sediaan
Lotio.” Jurnal Ilmiah Manuntung.
2. Perhitungan Pelarut
Sampel = 50 gram
Rendemen : x 100% = 36,53%
b. Ekstrak maserasi
Beaker glass kosong : 162,07 gram
Beaker glass + isi : 212,13 gram
Beaker glass +sisa : 162,12 gram
Berat sampel : 212,13 gram – 162,12 gram
: 50,01 gram (X)
Rendemen : x 100% = 42,15%
LAMPIRAN II
n-butanol = x 10 mL = 4 mL
asam asetat = x 10 mL = 1 mL
air = x 10 mL = 5 mL
LAMPIRAN III
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 1000 = 100 . 40
1000 V1 = 4000
V1 = = 4 mL
Larutan DPPH 1000 ppm diambil sebanyak 4 mL dan diencerkan pada labu ukur
100 mL menggunakan metanol sampai tanda batas.
Rumus pengenceran : M1 . V1 = M2 . V2
Keterangan :
Larutan induk vitamin C 100 ppm yang diencerkan menjadi 10 ppm sebanyak
10 ml.
M1 . V1 = M2 . V2
100 . V1 = 10 . 10
V1 =
V1 = 1 mL
Larutan induk vitamin C 100 ppm yang diencerkan menjadi 20 ppm sebanyak
10 mL.
M1 . V1 = M2 . V2
100 . V1 = 20 . 10
V1 =
V1 = 2 ml
Larutan induk vitamin C 100 ppm yang diencerkan menjadi 40 ppm sebanyak
10 mL.
M1 . V1 = M2 . V2
100 . V1 = 40 . 10
V1 =
V1 = 4 mL
Larutan induk vitamin C 100 ppm yang diencerkan menjadi 40 ppm sebanyak
10 mL.
M1 . V1 = M2 . V2
100 . V1 = 60 . 10
V1 =
V1 = 8 mL
3. Pembuatan Larutan Induk Ekstrak kulit Buah Naga Merah (2000 ppm)
Larutan standar dibuat dari larutan induk 2000 ppm yang diencerkan menjadi 100,
Rumus pengenceran : M1 . V1 = M2 . V2
Keterangan :
1. Pembuatan Larutan Uji Seri Ekstrak Kulit Buah Naga Merah 100 ppm
Larutan induk ekstrak kulit buah naga merah 2000 ppm yang diencerkan
M1 . V1 = M2 . V2
2000. V1 = 100 . 10
V1 =
V1 = 0,5 mL
Larutan induk ekstrak buah naga merah 2000 ppm diambil sebanyak 0,5 mL
batas.
2. Pembuatan Larutan Uji Seri Ekstrak Kulit Buah Naga Merah 200 ppm
Larutan induk ekstrak kulit buah naga merah 2000 ppm yang diencerkan
M1 . V1 = M2 . V2
2000. V1 = 200 . 10
V1 =
V1 = 1 ml
Larutan induk ekstrak buah naga merah 2000 ppm diambil sebanyak 1 mL
batas.
3. Pembuatan Larutan Uji Seri Ekstrak Kulit Buah Naga Merah 400 ppm
Larutan induk ekstrak kulit buah naga merah 2000 ppm yang diencerkan
M1 . V1 = M2 . V2
2000. V1 = 400 . 10
V1 =
V1 = 2 ml
Larutan induk ekstrak buah naga merah 2000 ppm diambil sebanyak 2 mL
batas.
4. Pembuatan Larutan Uji Seri Ekstrak Kulit Buah Naga Merah 600 ppm
Larutan induk ekstrak kulit buah naga merah 2000 ppm yang diencerkan
M1 . V1 = M2 . V2
2000. V1 = 600 . 10
V1 =
V1 = 3 ml
Larutan induk ekstrak buah naga merah 2000 ppm diambil sebanyak 3 mL
batas.
LAMPIRAN IV
Tabel Probit
LAMPIRAN V
Absorbansi Rata-
Konsentrasi
I II III rata
100 0,216 0,185 0,194 0,198
200 0,16 0,145 0,149 0,151
400 0,15 0,132 0,136 0,139
600 0,131 0,123 0,12 0,127
Absorbansi Rata-
Konsentrasi
I II III rata
100 0,588 0,588 0,589 0,588
200 0,58 0,58 0,582 0,581
400 0,552 0,552 0,55 0,551
600 0,516 0,515 0,513 0,515
LAMPIRAN VI
1. Perhitungan % Inhibisi
a. Vitamin C
% inhibisi 10 ppm = x 100% = 74,40%
% inhibisi 20 ppm = x 100% = 83,73%
% inhibisi 40 ppm = x 100% = 88,28%
% inhibisi 20 ppm = x 100% = 94,57%
2. Perhitungan IC50
a. Vitamin C
y = 1,0633x + 4,5707
y = 0,4721x + 4,2801
y = 0,1796x + 4,6545
LAMPIRAN VII
No Gambar Keterangan
1. Buah naga merah
2. Proses pengeringan
3. Hasil pengeringan
4. Proses penimbangan
No Gambar Keterangan
5. Hasil penggilingan
6. Proses maserasi
7. Proses perkolasi
8. Proses penguapan
a. Perkolasi
b. Maserasi
9. Ekstrak kental
a. Maserasi
b. Perkolasi
LAMPIRAN VIII
No Gambar Keterangan
1. Uji KLT ekstrak
Maserasi
LAMPIRAN VIII
No Gambar Keterangan
1. DPPH 0,04 µG/ml
3. Larutan induk
2000ppm ekstrak
maserasi dan perkolasi
No Gambar Keterangan
5. Larutan seri ekstrak
maserasi
No Gambar Keterangan
9. Larutan seri ekstrak
perkolasi setelah
penambahan DPPH
CURICULUM VITAE
Riwayat Pendidikan :
SD : SDN Sidoharjo 02
SMP : SMP Negeri 9 Tegal
SMA : SMA Negeri 4 Tegal
Nama Ayah : Ansor
Nama Ibu : Sawipah
Pekerjaan Ayah : Petani
Pekerjaan Ibu : Petani
Alamat : Desa Sidaharja RT 08 / RW 05 Kecamatan Suradadi
Kabupaten Tegal
Judul Penelitian :Pengaruh Perbedaan Metode Maserasi dan Perkolasi
Terhadap Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit
Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus).
Tegal,
Mahasiswa