Anda di halaman 1dari 100

FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIK SEDIAAN SUPPOSITORIA

EKSTRAK BENGKUANG (Pachyrhizus erosus.L) DENGAN


DEKSTROSA SEBAGAI ZAT PEMBAWA

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

AGUS ARIF WIBOWO

16080153

PROGRAM STUDI D III FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019
FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIK SEDIAAN SUPPOSITORIA
EKSTRAK BENGKUANG (Pachyrhizus erosus.L) DENGAN
DEKSTROSA SEBAGAI ZAT PEMBAWA

KARYA TULIS ILMIAH

Ditunjukan untuk memenhi salah satu syarat

Mencapai Gelar Ahli Madya Farmasi

Oleh :

AGUS ARIF WIBOWO

16080153

PROGRAM STUDI D III FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019

i
ii
iii
iv
v
MOTTO

 Orang – orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Dan
orang – orang yang masih terus belajar akan menjadi salah satu pemilik
masa depan.
 Masa depan itu milik orang yang mempunyai kepercayaan akan dengan
impiannya dan selalu berusaha bekerja sepenuh hati untuk
mewujudkannya.
 Orang – orang yang suka berkata jujur akan mendapatkan tiga hal, yaitu
kepercayaan, cinta, dan rasa hormat.
 Bangunlah di pagi hari dengan senyumanmu, karena hari ini kamu akan
selangkah lebih dekat dengan semua impianmu.
 Impian takan menjadi kenyataan karena sihir. Butuh keringat, kebulatan
tekad, dan kerja keras untuk mewujudkannya.
 Kesempatan ibaratkan seperti matahari terbit jika kamu menunggu terlalu
lama kesempatan itu bakaln hilang.
 Bapak ibuku tercinta motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah
jemu mendo’akan dan menyayanginyaku, atas semua pengorbanan dan
kesabaran mengantarkanku sampai kini. Takan pernah cukup aku
membalas cinta dari bapak ibu padaku.

Dapat di persembahkan kepada :


 Kedua orang Tuaku dan saudara-
saudaraku
 Keluarga besar studi D III Farmasi
Politeknik Harapan bersama tegal.
 Bapak dan ibu dosen DIII Farmasi
Politeknik Harapan Bersama Tegal.
 Keluarga Boy friend 6E
 Keluarga DIII Farmasi 6E

vi
PRAKATA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan, rahmat

serta hidayah Nya kepada kami. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W serta umatnya yang sholeh.

Alhamdulillah, Saya mengucapkan syukur karena penulisan karya tulis ilmiah ini

yang membahas tentang Formulasi dan uji sifat fisik sediaan suppositoria ekstrak

bengkuang ( Pachyrhizus erosus .L) dengan dekstrosa sebagai zat pembawa

dapat terselesaikan dalam waktu yang diharapkan walaupun dalam bentuk yang

sederhana.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Bapak Khafdilah MS, S.Kom, SH selaku ketua Yayasan Politeknik Harapan

Bersama kota Tegal.

2. Bapak Mc. Chambali, B.Eng,E.E, M.Kom selaku Direktur Politeknik Harapan

Bersama kota Tegal.

vii
3. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm, M.Sc., Apt selaku Kaprodi DIII Farmasi di

Politeknik Harapan Bersama kota Tegal.

4. IbuAnggy Rima Putri, M.Farm.,Apt selaku pembimbing I pelaksana karya Tulis

Ilmiah Program studi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal.

viii
ix
INTISARI

Wibowo, Agus Arif. Nurcahyo, Heru, Putri, Rima Anggy 2019. Formulasi Uji Sifat
Fisik Sediaan Suppositoria Ekstrak Bengkuang (Pachyrhizus erosus .L) Dengan
Dekstrosa Sebagai Zat Pembawa. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi DIII Farmasi
Politeknik Harapan Bersama Tegal.
Suppositoria merupakan sediaan padat yang pemakaiannya dengan cara
memasukan melalui lubang atau celah pada tubuh. Buah bengkuang dapat
mengandung beberapa senyawa kimia yang dapat memiliki manfaat yang sangat baik
seperti vitamin c, flavonid dan saponin. Bengkuang mengandung senyawa saponin.

Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan dalam sediaan yang
telah di buat dengan bahan dekstrosa untuk mengetahui laju kelarutan zat aktif dari
kemampuan suppositoria dari bahan ekstrak bengkuang untuk dilakukan evaluasi
pada sediaan tertentu. Uji yang dilakukan meliputi uji organolepthis, uji titik leleh, uji
keseragaman bobot jenis, uji waktu leleh, uji homogenitas dan uji kekerasan. Analisis
data menggunakan ANOVA satu arah dan di lanjutkan dengan uji sifat fisik pada
sediaan suppositoria.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terdapat pengaruh


perbedaan konsentrasi dekstrosa dalam pembuatan sediaan suppositoria dari ekstrak
bengkuang terhadap uji sifat fisik. Pada formulasi III sediaan suppositoria ekstrak
bengkuang yang memiliki hasil yang baik dengan konsentrasi dekstrosa 10%, yang
meliputi uji organoleptis, uji titik leleh = 19,280C, uji keseragaman bobot jenis, uji
homogenitas, uji kekerasan = 1,93 kg, uji waktu leleh = 11,47.

Kata kunci : Bengkuang, Dekstrosa, Uji sifat fisik, Formulas, suppositoria

x
ABSTRACT

Wibowo, Agus Arif. Nurcahyo, Heru, Putri, Rima Anggy 2019. Physical
Properties Test Formulation of Suppository preparation from Yam bean
( pachirzuz erosus .L) Extract with Dextrose as carrier substance.

Suppository is a solid preparation that is used by entering through a hole or gap


in the body. Yam bean can contain several chemical compounds that can have very
good benefits such as vitamin C, flavonides and saponins. Yam bean contains saponin
compounds.

In this study carried out by observing in preparations made with dextrose


material to determine the solubility rate of the active substance from the ability of the
suppository of the yam bean extract material to be evaluated on certain dosages.
Tests carried out include organolepthis test, melting point test, density test uniformity
test, melting time test, homogeneity test and hardness test. Data analysis was using
one-way ANOVA and proceed with testing the physical properties of suppositories

Based on the results of the research that has been carried out there is an effect of
the difference in dextrose concentration in the manufacture of suppository
preparations from yam bean extract to test the physical properties. In formulation III
the suppository preparation of yam bean extract has good results with 10% dextrose
concentration, which includes organoleptic test, melting point test = 19.280C,
uniform gravity test, homogeneity test, hardness test = 1.93 kg, melting time test =
11.47.

Keywords: Yam bean, dextrose, physical properties test, Formulas, suppositories

xi
DAFTAR ISI

Halaman sampul.................................................................................................. i
Halaman Judul..................................................................................................... ii
Halaman Persetujuan........................................................................................... iii
Halaman Pengesahan .......................................................................................... iv
Halaman Pernyataan Orisinalitas ........................................................................ v
Halaman Persetujuan publikasi ........................................................................... vi
Halaman Motto dan Persembahan ...................................................................... vii
Prakarta ............................................................................................................... viii
INTISARI............................................................................................................ ix
ABTRACT .......................................................................................................... x
DAFTAR ISI....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang masalah…………………… .............................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian......................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................... 4
1.6 Keaslian Penelitian ...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS................................... 7
2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................... 7
2.1.1 Tanaman Bengkuang............................................................... 7
2.1.1.1 Sistematikaa Tanaman Bengkuang .................................... 7
2.1.1,2 Nama Daerah ..................................................................... 8
2.1.1.3 Morfologi Tanaman Bengkuang........................................ 8
2.1.1.4 Manfaat dan Khasiat Bengkuang ....................................... 11
2.1.2 Ekstrak..................................................................................... 15
2.1.3 Pengeringan............................................................................. 16
2.1.4 Penyarian................................................................................. 16
2.1.5 Maserasi .................................................................................. 17
2.1.6 Dekstrosa................................................................................. 19
2.1.7 Suppositoria ............................................................................ 20
2.1.6.1 Pengertian Suppositoria ..................................................... 20
2.1.6.2 Jenis Suppositoria .............................................................. 23
2.1.6.3 Sifat suppositoria yang ideal.............................................. 24
2.1.6.4 Tujuan penggunaan obat berbentuk supositoria ................ 25
2.1.6.5 Metode Pembuatan Suppositoria ....................................... 25

xii
2.1.6.6 Penyimpanan Suppositoria ................................................ 27
2.1.6.7 Monografi Zat .................................................................... 27
2.2 Hipotesis ...................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 30
3.1 Obyek Penelitian .......................................................................... 30
3.2 Sampeldan Teknik Sampling........................................................ 30
3.3 Variabel Penelitian ...................................................................... 31
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 32
3.4.1 Cara Pengambilan Data ...................................................... 32
3.4.2 Alat dan Bahan ................................................................... 32
3.5 Cara Kerja..................................................................................... 33
3.5.1 Formulasi............................................................................ 33
3.5.2 Cara Kerja Pengeringan...................................................... 33
3.5.3 Cara Kerja Maserasi ........................................................... 34
3.6 Pembuatan .................................................................................... 35
3.6.1 Pembuatan Sediaan Suppositoria ....................................... 35
3.6.2 Evaluasi Sediaan................................................................. 37
3.7 Hasil Analisis................................................................................ 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 61
5.1 kesimpulan .................................................................................. 61
5.2 Saran ............................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 62
LAMPIRAN........................................................................................................ 64

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.............................................................................. 6


Tabel 3.1 Formulasi ............................................................................................ 33
Tabel 4.1 Identifikasi Hasil Data Uji Markoskopis ........................................... 43
Tabel 4.2 Identifikasi Hasil Data Uji Mikroskopis ............................................ 44
Tabel 4.3 Identifikasi Hasil Data UjiBebas etanol............................................. 46
Tabel 4.4 Identifikasi Hasil Data UjiOrganoleptis............................................. 47
Tabel 4.5 Identifikasi Hasil Data UjiTitik leleh................................................. 48
Tabel 4.6 Identifikasi Hasil Data UjiKeseragaman bobot jenis......................... 51
Tabel 4.7 Identifikasi Hasil Data UjiHomogenitas ........................................... 54
Tabel 4.8 Identifikasi Hasil Data UjiKekerasan ................................................ 55
Tabel 4.9 Identifikasi Hasil Data UjiWaktu leleh.............................................. 58

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Bengkuang....................................................................... 7


Gambar 2.2 Struktur Kimia Dekstrosa................................................................ 19
Gambar 3.1 Skema Cara Kerja Pengeringan....................................................... 34
Gambar 3.2 Skema Cara Kerja Maserasi ............................................................ 35
Gambar 3.3 Skema Cara Kerja Pembuatan Suppositoria.................................... 36
Gambar 3.4 Skema Uji Organoleptis .................................................................. 37
Gambar 3.5 Skema Uji Titik Leleh ..................................................................... 38
Gambar 3.6 Skema Uji Keseragaman Bobot Jenis ............................................. 39
Gambar 3.7 Skema Uji Homogenitas.................................................................. 39
Gambar 3.8 Skema Uji Kekerasan ...................................................................... 40
Gambar 3.9 Skema Uji Waktu Leleh .................................................................. 41
Gambar 4.1 Sediaan suppositoria........................................................................ 47

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan pengambilan bahan...................................................... 65


Lampiran 2 Perhitungan susut pengeringan ekstrak bengkuang......................... 66
Lampiran 3 Perhitungan rendemen ..................................................................... 67
Lampiran 4 Perhitungan hasil uji bobot jenis .................................................... 68
Lampiran 5 Gambar penelitian............................................................................ 77

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hemoroid sudah menjadi masalah kesehatan yang sangat umum.

Hermoroid menyebabkan masalah serius dari sekitar 45% (lebih dari 10 juta)

dari penduduk Amerika serikat. Prevelensi penyakit hemeroid meningkat

sampai dengan usia dekade ketujuh dan kemudian sedikit berkurang.

Prevelensi hemeroid di indonesia setidaknya 5,7 persen dari total populasi

atau sekitar 10 juta orang. Menurut data WHO tahun 2008, jumlah penderita

wasir atau hemeroid diseluruh dunia adalah sekitar 230 juta orang (Depkes,

2008).

Hemoroid merupakan penyebab umum dari pendarahan rectum dan

ketidaknyamanan anal, namun keakuratan insiden sulit untuk ditentukan

karena pasien cenderung mencari pengobatan sendiri, bukan penanganan

medis. Hemoroid diderita oleh 5% seluruh penduduk didunia (Slavin, 2008).

Insiden hemoroid terjadi pada 13%-36% populasi umum di inggris

(Lohsiriwat, 2012).

Sediaan dengan bahan aktif bengkuang saat ini dipasarkan dalam bentuk

seperti saat ini belum ada sediaan dari ekstrak bengkuang yang dibuat sediaan

suppositoria untuk penyakit wasir. Dengan demikian suppositoria merupakan

alternatif sediaan yang dapat di aplikasikan sesuai target tapi yaitu

1
2

memberikan efek wasir dengan membuat fase lebih lunak sehingga mudah

dikeluarkan.

Dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan metode dispersi padat

dengan menggunakan polimer hidrofilik Dekstrosa untuk meningkatkan

kelarutan ekstrak bengkuang (Pachyrhizus erosu.,L) dalam sediaan

suppositoria dengan menggunakan basis lemak coklat ekstrak bengkuang.

Tujuan dalam sebuah penelitian ini adalah untuk mengetahui dispersi padat

dengan dekstrosa sebagai polimer hidrofilik dalam meningkatkan persen

terdisolisi dan efisiensi disolusi ekstrak bengkuang (Parchyrhizus erosus.L)

pada sediaan suppositoria dengan menggunakan basis lemak coklat serta

menetukan rancangan komposisi formula dispersi padat yang optimum dalam

meningkatkan profil disolusi ekstarak bengkuang (Parchyrhizus erosu.L)

( Fairuz dkk, 2017).

Penggunaan polimer pada formulasi dan uji sifat fisik suppositoria

ekstrak bengkuang secara signifikan dapat meningkatkan lajunya disolusi obat

yang dapat dibuat. Penggunaan dekstrosa pada formula dan uji sifat fisik

sediaan suppositoria dapat menunjukan laju disolusi yang kemungkinan lebih

tinggi jika dapat dibandingkan dengan polimer hidrofilik lainnya (Fairuz dkk,

2017).

Buah bengkuang dapat mengandung beberapa senyawa kimia yang dapat

memiliki manfaat yang sangat baik seperti vitamin c, flavonoid dan saponin.

Bengkaung dapat mengandung senyawa saponin. Saponin merupakan salah


3

satu metabolit sekunder yang dapat mempunyai aktifitas biologi, diantaranya

dapat bersifat sebagai anti mikroba. Di indonesia, bengkuang telah banyak di

gunakan juga sebagai salah satu bahan komestik dan bahan pangan (Larasati

dan Hamzah, 2016).

Suppositoria dapat memiliki beberapa keuntungan di antaranya dapat

menghindari terjadinya iritasi pada lambung, dan kemudian dapat juga

menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan, setelah itu langsung

dapat masuk kedalam saluran darah yang berakibat dan akan memberikan

efek yang lebih cepat daripada pengguna obat per oral bagi pasien yang

mudah muntah atau tidak sadarkan diri (Voight, 1994). Pada pembuatan

suppositoria ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lainnya

penambahan bahan dasar ini yaitu : eksrak bengkuang, dekstrosa, olium caco,

dan paraffin cair sebagian salah satu bahan – bahan yang akan digunakan

untuk pembuatan sediaan suppositoria dan berdasarkan uraian di atas, maka

dalam penelitian ini yang akan diteliti mengenai “ FORMULASI DAN UJI

SIFAT FISIK SEDIAAN SUPPOSITORIA EKSTRAK BENGKUANG

(Pahyrhizus erosus. L) DENGAN DEKSTROSA SEBAGAI ZAT

PEMBAWA “.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan dengan suatu

permasalahan yang ada sebagai berikut :


4

1. Apakah ada pengaruh penambahan dekstrosa dalam sediaan

suppositoria berdasarkan uji sifat fisik ?

2. Pada formulasi berapakah yang paling baik pada sediaan suppositoria

ekstrak bengkuang (Pachyrhizus erosus, L.)?

1.3 BatasanMasalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui adanya pengaruh penambahan dekstrosa terhadap uji

sifat fisik suppositoria pada ekstrak bengkuang (Pachyrhizus

erosus.L.)

2. Uji sifat fisik suppositoria yang dapat dilakukan adalah uji

organoleptis, uji homogenitas, uji keseragaman bobot jenis, uji

kekerasan, uji titik leleh dan uji waktu leleh.

1.4 TujuanPenelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penambahan polimer

dekstrosa pada sediaan suppositoria dan berbasis lemak coklat.

2. Untuk mengetahui pada formulasi berapakah yang paling baik pada

sediaan suppositoria ekstrak bengkuang (Pachyrhizus erosus, L.).

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat diharapkan bermanfaat untuk:

1. Memberikan pengetahuan khususnya untuk para pembaca tentang

bagaimana cara untuk membuat sediaan suppositoria dan cara untuk


5

melakukan uji sifat fisik pada sediaan suppositoria dengan

menggunakan ekstrak bengkuang (Pachyrhizus erosus, L).

2. Memberikan pengetahuan khususnya pada para pembaca tentang

gunanya dekstrosa dalam sediaan suppositoria dengan menggunakan

ekstrak bengkuang(Pachyrhizus erosus.L.).


6

1.6 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Pembeda Fairuz Larasari Wibowo


(2017) (2016) (2018)
1 Judul Formulasi dan Uji efektifitas Formulasi dan uji sifat
Penelitian evaluasi dispersi ekstrak buah fisik sediaan
padat ibu profen bengkuang suppositoria ekstrak
dengan dekstrosa sebagai bengkuang
sebagai pembawa pengawet alami (Pachyrhizus erosus,
dalam sediaan cabai merah L) dengan dekstrosa
suppositoria sebagai zat pembawa
2 Sampel Ibuprofen Ekstrak buah Ekstrak Bengkuang
bengkuang
3 Variabel Formulasi, Ekstrak buah Formulasi, ekstrak
Penelitian Ibuprofen bengkuang, bengkuang, Zat
Pengawet alami pembawa
4 Metode Dispersi dengan Eksperimen Cetak tuang
Penelitian pelelehan laboratorium
5 Hasil Pengujian disolusi Ekstrak buah Ada pengaruh
Penelitian menunjukkan bengkuang perbedaan konsentrasi
bahwa jumlah dapat digunakan dekstrosa dalam
ibuprofen yang sebagai pembuatan sediaan
terdisolusi selama pengawet alami suppositoria dari
120 menit pada cabai ekstrak bengkuang
merah terhadap uji sifat fisik.

6 Aspek Lain Untuk mengetahui Pengaruh Formulasi uji sifat


pengaruh metode penambahan fisik ekstrak
disperse padat tween 20 bengkuang sediaan
dengan dekstrosa terhadap sifat suppositoria dengan
sebagai polimer fisik sediaan dekstrosa sebagai
hidrofilik dalam suppositoria pembawa
sediaan
suppositoria
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1.Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tanaman Bengkuang

Gambar 2.1 Buah Bengkuang


(Dokumentasi pribadi, 2018).

2.1.1.1 Sistematika Tanaman Bengkuang

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Phachyrrhizus

Spesies : Pachyrhizus erosus,L (Warisno, 2007).

7
8

2.1.1.2 Nama Daerah

Bengkuang (batak dan sunda), bengkuang (Jawa), singkuwang

(Aceh), jempingan (Bali), uwi pisak (Lombok), bun (Bima), yam

bean (Inggris) dan so ke (Cina) (Hariana, 2004).

2.1.1.3 Morfologi Tanaman Bengkuang

Bengkuang merupakan tanaman tahunan yang dapat mencapai

panjang 4 – 5 m, sedangkan akarnya dapat mencapai 2 m,

batangnya menjalar dan membelit dengan rambut – rambut halus

yang mengarah ke bawah. Daun majemuk menyirip beranak, daun

tiga, bertangkai 8,5 – 16 cm berambut. Tabung kelopak berbentuk

lonceng, kecoklatan, panjang sekitar 0,5cm, bertaju hingga 0,5 cm,

mahkota putih ungu kebiruan, gandul, panjang 2cm. Tangkai sari

putih dengan ujung tangkai putik, tangkai putik dibawah kepala

putik (Putra, 2012).

Nama lain dari (Pachyrhizus erosus.L) urban adalah Dolicus

erosus L, dan PachyrhizusangulatusRich. Genus Pachyrhizus

terdiri atas lima spesies, yaitu Pachyrhizuserosus, L. Urban, P.

Ahipa (Weed) parody,P. Panamensis Clausen. Dua spesies yang

terakhir merupakan spesies liar. Pachyrhizus terdiri atas dua kata,

yaitu pachys yang berarti tebal dan rhial yang berarti akar.

Bengkuang memang memiliki akar tebal. Bengkuang termasuk

tanaman herbal merambat, memanjat dan membelit ke kiri dengan

panjang tanaman 5-6 meter. Tanaman bengkuang termasuk suku


9

polong-polongan yang sering juga ditanam sebagai pupuk hijau

atau penutup tanaman perkebunan. Morfologi tanaman bengkuang

terdiri atas :

a. Batang berbentuk bulat dan berbulu, menjalar dan membelit,

memiliki rambut-rambut halus yang mengarah kebawah.

b. Akar mempunyai akar tunggang yang dapat mencapai 2 meter.

Akar bengkuang dapat mengikat nitrogen dari udara sehingga

menyuburkan tanah.

c. Umbi tanaman bengkuang membentuk umbi akar (cormus).

Umbi berbentuk bulat atau membulat seperti gasing dengan

berat mencapai 5 kg. Sepintas umbi bengkuang mirip umbi

jalar. Pada bentuk liarnya, tanaman bengkuang berumbi

banyak dan bentuknya memanjang. Namun setelah

dibudidayakan, umbi bengkuang tumbuh dengan diameter

antara 5-30 cm. Kulit umbi bengkuang berwarna coklat muda

atau coklat tua gading sampai putih. Daging umbi berwarna

putih atau kuning-keputihan. Kulitnya mudah dikupas. Umbi

yang masih muda berasa manis yang menyegarkan. Umbi

bengkuang bias dimakan mentah, cocok sebagai bahan rujak

atau asinan. Umbi bengkuang sering dijadikan masker untuk

menyegarkan wajah dan memutihkan kulit. Meskipun

demikian umbi bengkuang yang sudah tua biasanya daging

umbinya mengeras dan berserat, sehingga tidak enak dimakan.


10

d. Daun tanaman bengkuang bersifat majemuk dan beranak daun

tiga (trifoliate). Helaian daun beruncing menjari atau utuh

dengan tepi bergigi. Letak daun bergantian, anak daun

berbentuk bulat telur tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul,

pertulangan menyirip, permukaan berbulu, panjang antara 7-10

cm dan lebar 5-9 cm dan berwarna hijau. Daunnya dapat

mengandung racun yang disebut derris, berupa minyak tidak

berwarna dan mudah menguap.

e. Bunga bengkuang merupakan bunga majemuk berbentuk

tanda panjang 15-25 cm, berwarna putih sampai violet dengan

kelopak bunga berbentuk lonceng, berwarna kecoklatan,

panjang sekitar 0,5 cm, dan bertajuk hingga 0,5 cm. Mahkota

bunga berwarna putih atau ungu kebiru-biruan dan gundul,

panjang + 2 cm. Tangkai sari berbentuk pipih dengan ujung

sedikit menggulung, sedangkan kepala putik berbentuk bola

berada dibawah ujung tangkai putik. Tangkai putik berada

dibawah kepala putik dan berjanggut.

f.Buah berupa polong. Ukuran panjang polong 8-14 cm dan

berbentuk garis pipih bersegi. Polong yang muda berwarna

hijau, tetapi setelah stadium tua berwarna hijau coklat atau

coklat tua kemerah-merahan, berbulu halus dan mengandung

4-9 butir biji. Sebagai bahan perbanyak tanaman, biasanya

polong dibiarkan tetap utuh mengandung biji, tidak dikupas


11

dan disimpan di tempat yang kering atau di atas para-para

dapur. Biji yang sudah telajur dikeluarkan dari polong dan

tidak segera ditanam biasanya disimpan diwadah kaleng atau

botol beling yang tertutup rapat (kedap udara) untuk ditanam

pada musim berikutnya.

g. Biji bengkuang berbentuk pipih bersegi sampai bundar,

berjumlah antara 4-9 butir, berdiameter + 1 cm, beracun dan

berwarna hijau kecoklat-coklatan atau coklat tua kemerah-

merahan. Biji bengkuang yang telah masak mengandung lipid

+30% namun tidak dapat dimakan karena mengandung

isoflavonoid yang tinggi, yaitu retenone, isoflavonon dan

furano -3-fenil kumarin. Apabila senyawa beracun tersebut

dikeluarkan maka minyak biji bengkuang sebanding dengan

kacang tanah, yang memiliki komposisi asam palminat 26,7%,

asam stearate 5,7%, asam oleat 33,4% dan asam linoleat

34,2%. Meskipun beracun biji bengkuang dapat dijadikan obat.

Biji bengkuang yang ditumbuk dan dicampur dengan belerang

digunakan untuk menyembuhkan penyakit kulit atau kudis

(Rukmana dan Yudirachman, 2014).

2.1.1.4 Manfaat dan Khasiat Bengkuang

Bengkuang di manfaatkan sebagai bahan pangan dan berkhasiat

bagi kesehatan kulit seperti memutihkan kulit, mengatasi flek

hitam, biang kering, bisul dan eksem. Bengkuang juga dapat


12

berkhasiat juga bagi kesehatan tubuh yang seperti mengobati maag,

wasir, demam, sariawan, menurunkan kadar kolestrol darah,

menjaga sistem kekebalan tubuh, beri – beri dan kemudian pula

bengkuang ini baik juga bagi penyakit diabetes (Putra, 2012).

Umbi bengkuang menyimpan banyak manfaat dan khasiat.

Tanaman bengkuang yang mengandung zat gizi dan senyawa kimia

yang berkhasiat untuk pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan

beberapa jenis penyakit. Bengkuang juga dapat digunakan sebagai

bahan baku kosmetik untuk pemeliharaan kecantikan.

Kandungan nutrisi umbi bengkuang bermanfaat dan berkhasiat

untuk kesehatan. Kandungan vitamin B1 umbi bengkuang dapat

mencegah penyakit beri-beri. Kandungan vitamn C sangat baik

untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit,

mencegah sariawan dan panasa dalam, sekaligus berfungsi sebagai

antioksidan yang sangat baik untuk memperbaiki jaringan sel yang

rusak.

Umbi bengkuang juga sangat ampuh untuk mencegah produksi

asam lambung berlebih yang biasa menyebabkan maag. Disamping

itu juga cukup efektif untuk menurunkan demam, tanaman

bengkuang sangat penting sebagai bahan herbal. Umbi bengkuang

berasa manis dan mendinginkan. Rasa manis itu berasal dari

oligosakarida yang disebut inulin, yang tidak biasa dicerna oleh

usus manusia. Sifat ini berguna bagi diabetes dan orang yang diet
13

rendah kalori. Efek farmakologis umbi bengkuang diantaranya

sebagai antioksidan terhadap beberapa penyakit. Umbi bengkuang

yang seger dapat mengandung air dan serat yang tinggi, sehingga

mengurangi resiko penyakit jantung (stroke) yang disebabkan

kolestelor tinggi, sembelit, wasir, kanker, dan juga dapat mencegah

naiknya kadar gula darah untuk yang sedang diet.

Hal ini di karenakan seratnya sangat membantu proses

pencernaan. Umbi bengkuang dapat mengandung antioksidan,

termasuk di dalam vitamin C, flavonoid dan saponin yang mampu

mencegah kerusakan kulit oleh radikal bebas. Umbi bengkuang

juga memiliki manfaat lain karena mengandung senyawa fenolik

yang dapat menghambat pembentukan melani (pigmentasi) akibat

sinar ultra violet (UV) matahari mampu menghilangkan bekas

jerawat dan pengaruh negatif kosmetik.

Bengkuang dapat digunakan sebagai obat dalam dan obat luar.

Sebagai obat luar, bengkuang dibersihkan, diparut kemudian

ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit. Sedangkan untuk obat

dalam, umbi bengkuang dikupas kulitnya, kemudian dimakan atau

dibuat jus untuk diminum. Manfaat dan khasiat bengkuang bagi

kesehatan adalah sebagai berikut :

1.Wasir terjadi karena adanya gangguan aliran darah disekitar

dubur, sehingga pembuluh darah melebar dan membengkak.

Tidak semua penderita wasir memerlukan pengobatan medis.


14

Keluhan berupa pendarahan akibat adanya tonjolan dan gatal-

gatal. Wasir dapat kambuh akibat salah dalam kebiasaan

makan, minum dan buang air besar. Umbi bengkuang dapat

membantu mengatasi wasir, karena seratnya dapat

mempelancar pencernaan dan pengeluaran feses.

Mengkonsumsi umbi bengkuang akan mengurangi rasa sakit

akibat wasir. Umbi bengkuang dapat dibuat jus dan diminum

setiap bangun tidur pada pagi hari.

2.Demam terjadi karena mekanisme pertahanan tubuh (respons

imun) terhadap zat asing atau bibit penyakit asing yang telah

lemahkan yang masuk kedalam tubuh. Benda asing tersebut

akan merangsang sistem pertahanan tubuh, sehingga sel

imunitasi (Sel makrofag dan limfosit T) menjadi aktif dan

meningkatkan proteolosis yang menghasilkan asam amino.

Asam amino berperan dalam pembentukan antibody atau

sistem kekebalan tubuh. Efek sampingnya, tubuh secara

otomatis mengeluarkan zat penyebab demam (pirogen).

Pirogen akan membawa pesan melalui reseptor dalam

hipotalamus, sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh dengan

menyempitnya pembuluh darah tepi dan terhambatnya skresi

kelenjar keringat. Akibat pengeluaran keringat menurun dan

suhu tubuh meningkat. Untuk menurunkan demam, umbi


15

bengkuang dapat di makan langsung atau di buat jus yang di

minum pada pagi dan sore hari.

3.DM penyakit ini disebut juga kencing manis. Semua orang

dapat terkena penyakit ini, baik kaya maupun miskin, remaja

muda atau orang tua (Rukmana dan Yudirachman, 2014).

2.1.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cairan dibuat

dengan menyari simplisia atau hewani menurut cara yang cocok,

diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus

mudah di gerus menjadi serbuk (Depkes, 1979).

Ekstraksi merupakan peristiwa pemindahan masa zat aktif yang

semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga

terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Ekstrak

dikelompokan atas dasar sifat antara lain sebagai berikut:

1) Ekstrak encer (extractum tenue) adalah sediaan yang memiliki

konsistensi madu dan tidak dapat dituang, namun saat ini sudah

tidak terpakai lagi.

2) Ektrak kental (extractum spissum) adalah sediaan dalam

keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya

sejumlah sampai 30%. Juga sediaan obat ini pada umumnya

tidak sesuai lagi dengan persyaratan masa kini. Tinggi

kandungan airnya dapat menyebabkan suatu instabilitas sediaan


16

obat (serbuan bakteri) dan bahkan bahan akifnya (penguraian

secara kimia). Selanjutnya ekstrak kental sulit ditakar.

3) Ekstrak kering (extractum siccum) adalah sediaan yang

memiliki konsentrasi kering dan mudah digosokan. Melalui

penguapan cairan pengekstrasi dan pengeringan sisanya

terbentuk suatu produk, yang sebaiknya menujukan kandungan

lembab tidak lebih dari 5%.

4) Ekstrak cair (extractum fluidum) adalah sediaan cair yang dibuat

sedemikian, sehingga satu bagian jamu sesuai dengan 2 bagian

(kadang juga 1 bagian) ekstrak cair (Voight 1995).

2.1.3 Pengeringan

Pengeringan dilakukan agar memperoleh simplisia yang tidak

mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama.

Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan

secara alami dan secara buatan. Pengeringan secara alami dapat

dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari baik secara langsung

maupun ditutupi dengan kain hitam. Sedangkan pengeringan secara

buatan yang dapat dilakukan dengan menggunakan oven. Dan bahan

simplisianya dapat dikeringkan pada suhu 30 – 900 (Depkes, 1979).

2.1.4 Penyarian

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari

bahan yang terlarut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari,


17

mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang terlarut seperti

serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (Depkes, 1986).

Zat aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat

digolongkan kedalam alkaloida, glikosida, flavonoid dan lain-lain.

Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan

serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, logam

berat, udara, cahaya, dan derajat kesaman. Dengan diketahuinya zat

aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan cairan

penyari dan cara penyarian yang tepat.

Simplisia ada yang lunak seperti rimpang, daun, akar kelembak

dan ada yang keras seperti biji, kulit kayu, kulit akar. Simplisia yang

lunak mudah ditembus oleh cairan penyari, karena itu pada penyarian

tidak perlu diserbuk sampai halus. Sebaliknya pada simplisia yang

keras, perlu dihaluskan terlebih dahulu sebelum dilakukan penyarian.

Cara penyarian dapat dibedakan menjadi : infudasi, maserasi,

perkolasi dan penyarian berkesinambungan. Dari keempat cara

tersebut sering dilakukan modifikasi untuk memperoleh hasil yang

lebih baik (Depkes, 1986).

2.1.5 Maserasi

Maserasi merupakan proses ekstraksi (“proses M”). Istilah

maceration berasal dari bahasa latin macerare, yang artinya

“merendam”. Merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah

halus memungkinkan untuk direndam dalam pelarut sampai meresap


18

dan melunakkan susunan sel sehingga zat-zat yang mudah larut akan

melarut (Ansel, 1989).

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan akan masuk

kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif akan larut dan karena

adanya perbedaan konsentrasi antar larutan zat aktif didalam sel

dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar.

Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan diluar sel dan di dalam sel.

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang

mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak

mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari,

tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-lain. Cairan penyari yang

digunakan dapat berupa air, etanol, air- etanol atau pelarut lain. Bila

cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya

kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada

awal penyarian. Maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia

dengan derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam bejana

kemudian dituang dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan

dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya (Depkes, 1986).


19

2.1.6 Dekstrosa

Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa

karena mempunyai sifat dapat memutar bidang polarisasi cahaya

kearah kanan. Di alam glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu

lebah. Glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbohidrat dan air

dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini

disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk

pembentukan amilum dan selulosa. Sebagian besar monosakarida

dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6- rantai atau cincin

karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau

cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga

jenis heksosa yang penting, yaitu glukosa, fruktosa. dan galaktosa.

Sifat dektosa sebagai sumber karbohidrat Bila dikonsumsi, dekstrosa

segera meningkatkan produksi insulin dalam tubuh yang pada

gilirannya meningkatkan aliran darah menuju otot sekaligus

meningkatkan penyerapan nutrisi (setyawan dan widjaja, 2005).

Gambar 2.2 Struktur kimia dekstrosa


20

2.1.7 Suppositoria

2.1.7.1 Pengertian Suppositoria

Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang

pemakaiaan dengan cara dimasukan melalui celah tubuh,

dimana suppositoria akan melebur, melunak, atau melarut dan

memberikan efek lokal atau sistematik (Ansel, 1989).

Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui

dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh

pada suhu tubuh. Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut

dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang

sering digunakan adalah lemak coklat (oleum cacao),

polietilenglikol atau lemak tangkawang (oleum shoreae) atau

gelatin.

Bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 gram

untuk orang dewasa dan 2 gram untuk anak. Suppositoria

supaya disimpan dalam wadah tertutup baik dan di tempat yang

s,,ejuk. Bentuk torpedo mempunyai keuntungan, yaitu bila

bagian bear yang masuk melalui otot penutup dubur. Maka

suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya.

Penggunaan obat dalam suppositoria ada keuntungannya

dibanding pengguna obat per os, yaitu:

1. Dapat menghidari terjadinya iritasi pada lambung.

2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan.


21

3. Langsung dapat masuk saluran darah berakibat akan

memberi efek lebih cepat dari pada penggunaan obat per

os.

4. Alergi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.

5. Pembuatan suppositoria secara umum dapat dilakukan

dengan cara seperti berikut:

Bahan dasar yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh

atau dapat larut dalam cairan yang ada dalam rectum. Obatnya

supaya larut dalam bahan dasar bila perlu di panaskan. Bila

obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk

yang halus. Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau

mencair dan dituangkan dalam cetakan suppositoria dan

didinginkan. Cetakan tersebut dibuat dari besi yang dilapisi

nikel atau dari logam lain, ada juga yang dibuat dari plastik.

Cetakan ini mudah dibuka secara long tudional untuk

mengeluarkan suppositoria. Untuk mencetak basila dapat

digunakan tube gelas atau gulungan kertas. Isi berat dari

suppositoria dapat ditemukan dengan membuat percobaan

seperti berikut:

1. Menimbang obat untuk sebuah suppositoria.

2. Mencapur obat tersebut dengan sedikit bahan dasar yang

telah dilelehkan.

3. Memasukan campuran tersebut dalam cetakan.


22

4. Menambahkan bahan dasar yang telah dilelehkan sampai

penuh.

5. Mendinginkan cetakan yang berisi campuran tersebut.

Setelah dingin sediaan suppositoria di keluarkan dari

cetakan dan timbang.

6. Berat suppositoria dikurangi berat obatnya merupakan

berat bahan dasar yang harus ditambahkan.

7. Berat jenis obatnya dapat dihitung dan dibuat seragam.

Untuk menghindari masa yang hilang maka selalu dibuat

berlebihan dan untuk menghindari masa yang melekat pada

cetakan maka cetakan sebelumnya dibasahi dengan paraffin,

minyak lemak, spirtus saponatus (soft soap liniment). Yang

terakhir jangan digunakan untuk suppositoria yang mengandung

garam logam, karena akan bereaksi dengan sabunnya dan

sebagai pengganti dapat digunakan larutan oleum ricini dalam

etanol.

Untuk suppositoria dengan bahan dasar PEG dan tween tidak

perlu bahan pelicin karena pada pendinginan mudah lepas dari

cetakan karena mengkerut (Anief, 2008).

Suppositoria adalah sediaan padat, melunak, melumer dan

larut pada suhu tubuh, digunakan dengan cara menyisipkan

kedalam rectum, berbentuk sesuai dengan maksud

penggunaannya umumnya berbentuk torpedo.


23

Suppositoria dibuat dengan mencampur obat atau campuran

beberapa jenis obat dengan suppositoria yang melumer hingga

merata, tuangkan campuran pada suhu yang cocok ke dalam

cetakan yang telah di olesi zat pelicin. Dapat juga dibuat dengan

mencampurkan obat dengan suppositoria dasar hingga merata

dan dibentuk menggunakan cetakan secara kempa langsung atau

dengan mesin. Jika tidak dinyatakan lain, sebagai suppositoria

dasar digunakan lemak coklat dan untuk memperoleh massa

suppositoria yang baik, sebagai lemak coklat dapat diganti

dengan malam putih dalam jumlah yang sesuai. Suppositoria

yang dibuat menggunakan suppositorium dasar lemak coklat

berbobot antara 1 gram dan 2 gram. Keterangan bobot : waktu

hancur. Memenuhi syarat yang tertera pada farmakope

Indonesia (Depkes, 1978).

2.1.7.2 Jenis Suppositoria

1. Suppositoria rectal

Berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam, peluru,

torpedo atau jari – jari kecil. Ukurannya panjangnya + 32

mm (1,5 inchi). Amerika menetapkan beratnya 2 gram

untuk orang dewasa bila oleum cacao yang dapat

digunakan sebagai basis. Sedangkan untuk bayi dan anak –

anak ukurannya dan beratnya ½ dari ukuran dan berat

orang dewasa, bentuknya kira – kira seperti pensil.


24

2. Suppositoria vagina

Biasanya berbentuk seperti bola lonjong atau seperti

kerucut yang kemungkinan sesuai dengan kompendik yang

resmi, dan beratnya dapat mencapai 5 gram.

3. Suppositoria uretra (Bougie)

Bentuknya ramping seperti pensil, dan berguna untuk

dimasukan kedalam lambung urin atau saluran urin baik

pria maupun wanita dengan 1 garis tengah mencapai 3-6

mm yang kemungkinan panjangnya + 140 mm. Sedangkan

ukuran pada sediaan suppositoria ini masih bervariasi

antara satu dengan yang lainnya dan apabila basisnya dari

oleum cacao, kemudian maka beratnya adalah + 4 gram

untuk bagian wanita berat dan panjangnya kemungkinan

mencapai ½ dari ukuran untuk pria (Ansel,1989).

2.1.7.3 Sifat supositoria yang ideal

Spesifikasi untuk sifat sediaan supositoria yang ideal adalah:

1. meleburkan pada suhu tubuh atau dapat melarut dalam

cairan tubuh.

2. Tidak toksik dan tidak merangsang.

3. Dapat tercampur dengan bahan obat yang lainnya.

4. Dalam melepaskannya obat harus cepat.

5. Mudah dituangkan kedalan cetakan dan mudah juga di

lepaskan dalam tempat cetakannya.


25

6. Dalam akan melakukannya suppositorianya harus

stabil di atas suhu lebur (Agoes, 2008).

2.1.7.4 Tujuan penggunaan obat berbentuk suppositoria

Di dalam pembuatan suppositoria dapat mempunyai beberapa

tujuan penggunaan terapetis obat dalam bentuk suppositoria

yang meliputi antara lain:

1. Suppositoria dapat dipakai untuk pengobatan local, baik

dalam rectum maupun vagina atau uretra, yang contohnya

seperti penyakit hemoroid atau wasir atau ambeyen dan

infeksi yang lainnya.

2. Dengan secara rectal digunakan untuk distribusi

sistematik, karena dapat diserap oleh membran mukosa

dalam rectum.

3. Salah satu aksi kerja awal yang akan di peroleh secara

cepat, karena obatnya diabsropsi dengan melalui mukosa

rektal yang langsung masuk kedalam sirkulasi darah.

4. Agar terhindar dari pengrusakan obat oleh enzim didalam

saluran gastro intestinal dan perubahan obat yang secara

biokimia didalam hempar (Voight,1994).

2.1.7.5 Metode Pembuatan Suppositoria

1. Pembuatan dengan cara mencetak

Umumnya pada dasarnya dengan langkah-langkah dalam

menggunakan metode pencetakan yang termasuk : meleburkan


26

basais, mencampurkan bahan obat yang sudah di tulis dalam

formulasi, menuangkan hasil leburan kedalam cetakan, mebiarkan

leburan agar leburan mejadi dingin dan mengental agar dapat

menjadi suppositoria dan melepaskan suppositoria (Ansel H.C,

1989).

2. Pembuatan dengan mesin pencetak langsung

Dalam pelaksanaan pencetakan yaitu dengan langkah –

langkah : penuangan, pendinginan, dan pemindahan yang

kemungkinan proses ini hanya dapat dilakukan dengan

menggunakan mesin pencetak suppositoria. Dalam seluruh

pengisian, pengeluaran, dan pembersihan cetakan suppositoria

semuanya hanya dapat dijalankan dengan cara otomatis. Dalam

mesin pencetakan yang dapat berputar, cetakan logam yang dilapisi

krom dan dipasang secara radial dalam sebuah piring putar

pendingin.

Untuk melakukan pencetakan petama - tama massa yang telah

disiapkan kedalam suatu corong pengisi, dimana massa tersebut

secara kontinew dapat dicampurkan dan dijaga pada temperatur

konstanta. Untuk pada bagian cetakan suppositoria langkah pertama

harus dilumasi dengan cara disemprot atau disikat, kemudian diisi

sampai sedikit berlebih.

Dan setelah massa yang sudah memadat bahan yang berlebih

tersebut dikerok dan dikumpulkan untuk digunakan kembali.


27

Kemudian bahan yang sudah dikorok dan dikumpulkan menjadi

satu kemudian dapat dipanaskan dengan listrik pada temperatur

yang sudah diatur. Siklus pendinginan diatur sesuai dengan

keperluan masing – masing pada massa suppositoria, dan dengan

mengatur kecepatan perputaran piring pendingin yang berputar.

Setelah itu sediaan suppositoria yang telah berubah menjadi

padat dapat dipindahkan ketempat pengeluaran, dimana cetakan

yang dibuka dan suppositoria tersebut ditekan keluar oleh batang

logam (Lachman, 1994).

2.1.7.6 Penyimpanan Suppositoria

Suppositoria harus terlindungi dari udara panas, sehingga

lebih baik disimpan dalam lemari pendingin. Suppositoria yang

dapat diolah dengan menggunakan basis oleum cacao biasanya

harus di bungkus secara terpisah-pisah atau dapat dipisahkan

dengan satu sama lainnya pada bagian celah-celah kotak untuk

mencegah hubungan dan untuk mencegah juga perekatannya

(Lachman, 1994).

2.1.7.7 Monografi Zat

1. Ekstrak bengkuang

Pemerian : Serbuk putih, rasanya manis, berwarna

putih, kadar airnya 86-90%.

Kelarutan : Larut dalam air

Penyimpanan : Diwadah yang tertutup rapat.


28

2. Dekstrosa

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur,

atau serbuk granul putih tidak berbau,

rasanya manis

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah

larut dalam air mendidih

Penyimpanan : Diwadah yang yang kering dan tertutup

rapat.

3. Lemak coklat

Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan, bau

khas aromatik, rasa khas lemak, agak

rapuh.

Kelarutan : Sukar larut dalam etanol 95% p, mudah

larut dalam klorofom p, dalam eter p,

dan minyak tanah (Depkes 1979).

4. Paraffin cair

Pemerian : Tidak berwarna, rasanya tidak berasa,

tidak berbau, berbentuk minyak cair

kental.

Kelarutan :

a. larut dalam aseton, benzena,

klorofrom, carbon disulfida eter dan

petreleum eter.
29

b. Tidak tercampur dengan minyak

menguap dan lemak padat.

c. Praktis tidak larut dalam etanol 95%

gliserin dan air.

Penyimpanan : Di wadah yang tertutup dengan rapat.

2.2.Hipotesis

1. Ada pengaruh penambahan dekstrosa dalam sediaan supositoria.

2. Formulasi berapakah yang paling baik diantara ketiga formulasi pada

sediaan supppositoria
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek yang digunakan dalam sebuah penelitian ini adalah

karakteristik fisik suppositoria ekstrak bengkuang dan oleh adanya

penambahan dekstrosa kedalam sediaan suppositoria sebagai zat pembawa

yang dapat digunakan.

3.2 Sampel dan Teknik Sampel

Sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan bahan untamanya sebagai zat aktif adalah ekstrak

bengkuang (Parchyrhizus erosus.L), dengan dekstrosa sebagai zat

pembawa untuk teknik sampel pada penelitian ini menggunakan metode

cetak tuang yang pertama – tama bahan basisnya dilelehkan terlebih

dahulu, sebaiknya pada saat melakukan melelehkan itu diatas penangas air

atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang

berlebihan, kemudian bahan –bahan aktif lainnya diemulsikan atau di

suspensikan kedalamnya. Akhirnya masa tuang yang telah didinginkan,

yang umumnya dilapisi krom atau nikel.

30
31

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya

atau berhubungan dengan variabel tergantung. Variabel bebas dari

penelitian ini adalah pembuatan suppositoria dengan menggunakan

zat aktif ekstrak bengkuang dengan perbedaan konsentrasi

dekstrosa sebagai zat pembawa.

3.3.2 Variabel Tergantung

Variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel tergantung

dari penelitian ini adalah sifat fisik yaitu uji organoleptis, uji

homogen, uji keseragaman bobot jenis, uji waktu leleh, uji

kekerasan, dan uji titik leleh pada sediaan suppositoria.

3.3.3 Variabel Terkendali

Variabel terkendali adalah variabel yang dapat dikendalikan

atau yang dapat dibuat dengan konsta, sehingga tidak dapat

mempengaruhi variabel yang akan di teliti. Variabel terkendali dari

penelitian ini adalah ekstrak bengkuang dengan dekstrosa sebagai

zat pembawa dalam metode pembuatan suppositoria.


32

3.4 Teknik Pengumpulan data

3.4.1 Cara pengambilan data

Dalam pengumpulan data dalam penelitian ini dapat

dilakukan dengan cara pengamatan dalam sediaan yang telah di

buat dengan bahan dekstrosa dan untuk mengetahui laju kelarutan

zat aktif daan kemampuan suppositoria dari bahan ekstrak

bengkuang untuk dilakukan evaluasi pada sediaan tertentu. Uji

yang dilakukan meliputi : uji organoleptis, uji titik leleh, uji

keseragaman bobot jenis, uji waktu leleh, uji homogenitas dan uji

kekerasan.

3.4.2 Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan sebagai berikut :

Timbangan analitik, Cawan porselin, Mortir dan Stemper,

Cetakan suppositoria, Uji kekerasan, Uji waktu leleh, Uji titik

leleh, Uji kekerasan bobot jenis.

2. Bahan

Bahan – bahan yang dapat digunakan sebagai berikut :

Untuk bahan aktifnya dalam penelitian ini menggunakan

ekstrak bengkuang, Basisnya menggunakan oleum cacao,

Polimernya menggunakan dekstrosa sebagai pembawa, Untuk

pelumasnya menggunakan paraffin cair.


33

3.5 Cara Kerja

3.5.1 Formulasi

Formulasi sediaan suppositoria ekstrak bengkuang dengan

dekstrosa sebagai zat pembawa.

Tabel 3.1 Formulasi Suppositoria


Bahan Fungsi Jumlah Formula Formula Formula Sumber
1 2 3
Ekstrak Zat aktif 5 5% 5% 5% (Larasati
bengkuang dan
Hamzah,
2016)
Dekstrosa Zat 5 – 10 5% 7,5% 10% (Fairuz
pembawa dkk,
2017).
Paraffin cair Pelumas Qs Qs qs (Fairuz
dkk,
2017).
Lemak Basis Ad100 1800 1750 1700 (Fairuz
coklat dkk,
2017).
Berat 100 2000 2000 2000 (Fairuz
suppositoria dkk,
2017).

3.5.2 Cara kerja pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang

tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang

lebih lama. Selain itu pengeringan akan mencegah agar simplisia

tidak berjamur dan kandungan kimianya yang berkhasiat tidak

berubah karena proses fermentasi.


34

Melakukan sortasi basah pada simplisia.

Mencuci simplisia dengan air mengalir.

Merajang simplisia dengan baik.

Melakukan Proses pengeringan dengan sinar matahari.

Melakukan sortasi kering.

Gambar Skema 3.1 Cara Kerja Pengeringan

3.5.3 Cara kerja maserasi

pengambilan ekstrak buah bengkuang dapat dilakuakan

dengan menggunakan metode maserasi dengan beberapa langkah.

Pertama dengan menimbang buah bengkuang sebanyak 100 gram

simplisia dan setelah itu serbuk dimasukan kedalam beaker glass.

Dan tambahkan pelarut etanol 70% dengan perbandinagn yang

telah ditentukan dan kemudian masukan perlahan – lahan etanol

770% sampai sampelnya terendam. Kemudian aduk sampai

tercampur rata. Tutup dan diamkan selama kurang lebih 5 hari

terlindung daricahaya matahari.

Setiap hari diaduk selama kurang lebih 5 menit selama 5 hari.

Kandungan saring dengan menggunakan kain flannel, menampung

hasil maserasi dengan beaker glass dan dapatkan hasil bebrapa

ekstrak cair. Kemudian diuapkan dengan menggunakan pemanasan

langsung yaitu pemanasan yang dilakukan dengan sedang agar

suhu tidak lebih dari 400C yang bertujuan untuk menghilangkan


35

etanol, mencegah dari kehilangannya flavonoid dan untuk

mendapatkan ekstrak kental. Setelah itu berat dari ekstrak kental

ditimbang dengan menggunakan neraca analitik untuk mengetahui

berat ekstrak yang diperoleh.

Memilihan bahan baku yang akan digunakan sebagai ekstrak


dengan metode maserasi.

Menimbang serbuk sebanyak 100 g

Menambahkan alcohol 70% sebanyak 750 ml

Melakukan maserasi selama 5 hari

Mengaduk setiap hari

Menyaring hasil maserasi dengan kain flannel.

Menguapkan filtrate sampai mendapatkan filtrate kental.

Gambar Skema 3.2 Cara Kerja Masarasi

3.6 Pembuatan

3.6.1 Pembuatan sediaan supositoria

Dalam melakukan pembuatan sediaan suppositoria ada

beberapa langkah yang harus dilakukan terlebih dalahulu seperti

siapkan alat dan bahan untuk 3 formula. Oleum cacao dileburkan

diatas waterbath. Setelah meleleh, tambahkan sisa Oleum cacao

aduk sampai leleh dan homogen. Mengukur suhu sampai 400C,

kemudian ditambahkan ekstrak bengkuang dan dekstrosa disertai

pengadukan yang intensif agar homogenitas tinggi. Massa leburan


36

yang telah homogen dituang kedalam cetakan suppositoria yang

telah di olesi paraffin cair. Dinginkan pada suhu kamar.

Suppositoria yang telah jadi dikeluarkan dari cetak.

Menyiapkan alat dan bahan dan setarakan timbangan.

Menibang bahan–bahan yang akan digunakan seperti zat aktif dan


lainnya.

Memaasukan bahan bahan yang telah di timbang dan gerus ad


homogen lalu disisipkan.

Menimbang oleum cacao ditimbangan kasar, lalu di lemburkan


diatas penangas. Setelah melebur diangkat.

Memasukan ekstrak bengkuang sebagai zat aktif kedalam cawan


porselin yang berisi leburan oleum cacao dan di aduk ad
homogen.

Menyiapkan cetakan suppositoria sebelum cetakan digunakan di


oleskan terlebih dahulu menggunakan paraffin cair dengan
menggunakan kuas.

Menuangkan sediaan kedalam cetakan yang sudah disiapkan dan


ratakan.

Menunggu hingga dingin kemudian dimasukan kedalam kulkas.

Menyiapkan almunium foil sebagai pembungkus suppositoria.

Menunggu sediaan suppositoria yang sudah keras dan dikeluarkan


dari cetakan kemudian dibungkus dengan alumunium foil.

Melakukan uji sifat fisik pada suppositoria yang sudah jadi.

Memasukan sediaan suppositoria kedalam plastidan dan diberi


etiket.

Gambar Skema 3.3 Pembuatan Sediaan Suppositoria


37

3.6.2 Evaluasi sediaan suppositoria

I. Uji organoleptis

Satu suppositoria kemudian diamati secara visual pada

bagian internal dan eksternal untuk melihat warna dan bau

dari sediaan suppositoria.

Mengambil satu sediaan suppositoria yang udah jadi.

Mengamati bentuk, bau dan warna pada sediaan


suppositoria.

Mencatat hasil pengamatan tersebut untuk data dalam


penelitian.

Gambar Skema 3.4 Uji Organoleptis

II. Uji titik leleh

Uji ini merupakan suatu ukuran waktu yang diperlukan

suppositoria untuk melelehkan sempurna bila dicelupkan

dalam penangas air dengan temperatur tetap ( 37% ). Satu

suppositoria atau beberapa suppositoria dapat dimasukan

kedalam cawan uap, kemudian di lelehkan diatas waterbath

dengan suhu pertama 34%, setiap 3 menit di tambah 0,5 0C .

Diamati suhu saat suppositoria meleleh.


38

Memasukan satu suppositoria kedalam cawan uap

Melelehkan diatas waterbath dengan suhu pertama


34%, setiap 3 menit.

Mengamati suhu suppositoria yang meleleh dengan


sempurna.

Mencatat hasil uji titik leleh tersebut kedalam kertas


untuk dijadikan dalam penelitian.

Gambar Skema 3.5 Uji Titik Leleh

III. Uji keseragaman bobot jenis

Uji ini suppositoria ditimbang sebanyak 10 buah, dan

diambil secara acak. Lalu ditentukan bobot rata – ratanya.

Persyaratan tidak boleh lebih dari 2 suppositoria yang

masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata –

ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom A (5%) dan

tidak satu suppositoria yang bobotnya menyimpang dari

bobot rata – ratanya yang lebih dari harga yang ditetapkan

dikolom B (10%) (Dep. Kes RI, 1995).


39

Memilih 10 sediaan suppositoria yang sudah jadi.

Menimbang suppositoria sebanyak 10 buah.

Menghitung dan menentukan bobot rata – rata


suppositoria.

Menghitung suppositoria yang bobotnya menyimpang


dengan persyaratan yang sudah ditentukan.

GambarSkema 3.6 Uji Keseragaman Bobot Jenis

IV. Uji homogenitas

Uji homogenitas pada suppositoria bertujuan untuk

mengetahui homogen atau tidaknya pada satu sediaan

suppositoria. Apabila sediaan tidak homogenitas maka zat

aktif yang tidak akan terdistribusi yang merata pada sediaan

suppositoria. Pengujian homogenitas pada sediaan

suppositoria dapat dilakukan dengan melakukan pada

pengamatan suppositoria yang telah di belah secara

horizontal dan vertikal.

Mengambil sediaan suppositoria yang sudah jadi.

Membelah suppositoria secara vertikal dan horizontal.

Mengamati suppositorianya dengan teliti.

Gambar Skema 3.7 Uji Homogenitas


40

V. Uji kekerasan

Uji kekerasan dirancang sebagai metode untuk mengukur

kekerasan atau kerapuhan suppositoria. Suppositoria

diletakan pada Erweka Suppository Hardness Tester dengan

posisi tegak. Stopwatch dihidupkan bersama dengan

mulainya penekanan oleh batang pemberatnya (600 gram).

Penambahan beban dengan berat 200 gram yang dapat

dilakukan tiap 1 menit sampai suppositoria hancur. Dihitung

waktu dan berat bebannya.

Meletakan suppositoria dengan posisi tegak.

Menambahkan beban dengan berat 200 gram dilakukan


sampai suppositoria hancur.

Memberi penekanan oleh batang pemberat.

Menghitung beratnya.

Gambar Skema 3.8 Uji Kekerasan

VI. Uji waktu leleh

Uji ini perlu dilakukan terhadap suppositoria yang

ditunjukan untuk pelepasan termodifikasi atau kerja local

diperlambat. Suppositoria yang digunakan untuk uji ini

sebanyak 3 buah. Suppositoria diletakan dalam sebuah

sangkar (Spiral glass) pada pipa penguji berskala dalam


41

mantel glass dan dialiri air hangat dengan suhu 370C.

Suppositoria ditunggu sampai melebur, tetesan akan

dikumpulkan pada bagian skala yang sempit dari pipa penguji

sehingga waktu proses dapat ditentukan. Waktu dicatat

dimana suppositoria melebur semua tanpa sisa.

Memasukan suppositoria dalam sangkar pada pipa penguji


berskala dalam mantel glass dan dialiri dengan air hangat yang
bersuhu mencapai 370C.

Menunggu suppositoria sampai melebur, dan tetesannya akan


dikumpulkan pada bagian skala yang sempit dari pipa penguji.

Mencatat waktunya yang dimana suppositoria telah melebur


semua tanpa menyisakan sisa.

Gambar Skema 3.9 Uji Waktu Leleh

3.7 Hasil Analisis

Hasil uji organoleptis, titik leleh, waktu leleh, keseragaman bobot

jenis, kekerasan dan homogenitas suppositoria dari bahan ekstrak

bengkuang sebagai zat aktif yang dapat dianaslisis statistik dengan anova

satu arah yang sesuai dengan taraf kepercayaan 95%. Dan analisis ini

dalam pembuatan suppositoria yang menggunakan zat aktif ekstrak

bengkuang dengan dekstrosa sebagai zat pembawa terhadap sifat fisik

suppositoria.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukan adanya perbandingan konsentrasi dekstrosa zat

pembawa yang berbeda terhadap uji sifat fisik sediaan suppositoria ekstrak

bengkuang (Pachyrhizus erosus. L) yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada

pengaruh sifat fisik sediaan suppositoria ekstrak bengkuang (Pachyrhizus

erosus.L) dalam berbagai konsentrasi dekstrosa 5%, 7,5% dan 10%. Dalam

penelitian di lakukan dengan membuat sediaan suppositoria dari ekstrak

bengkuang (Pachyrhizus erosus.L) dengan konsentrasi zat pembawa yang berbeda

– beda untuk mengetahui adakah pengaruh sifat fisik terhadap sediaan

suppositoria ektrak bengkuang dengan dekstrosa sebagai zat pembawa.

Sampel buah bengkuang diperoleh di pasar induk Brebes dan pasar

Sumurpanggang Tegal. Dan buah bengkuang yang digunakan untuk pembuatan

ekstrak bengkuang (Pachyrhizus erosus.L), pembelian bahannya dilakukan pada

pagi hari dimana buah bengkuang dalam kedaan masih segar sehingga masih

terjaga keasliaan pada ekstraknya.

Bengkuang yang diperoleh dilakukan sortasi basah kemudian ditimbang dan

dilakukan perajangan, untuk memudahkan proses pengeringan pada buah

bengkuang, selanjutnya pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari. Proses

pengeringan buah bengkuang dapat dilakukan selama 12 hari sampai buah

bengkuang yang sudah di rajang benar – benar kering. Bobot buah bengkuang

segar 2000 gram sampai di peroleh bobot kering yaitu 203, 95 gram dan

42
43

persentase berat kering terhadap berat basah yaitu 10,15% melebihi standar yakni

˂ 10% kareng dalam melakukan pengeringan tidak maksimal karena terkendala

dengan cuaca yang tidak bagus. Selanjutnya buah bengkuang yang sudah kering

kemudian dihaluskan dengan cara diblender. Simplisia bengkuang kemudian di uji

dengan indentifikasi kandungannya.

4.1 Uji Makroskopis

Uji makroskopis pati bengkuang dilakukan untuk mengetahui

bentuk, rasa, warna dan bau dari pati bengkuang. Uji makroskopis yang

diperoleh dari pati bengkuang adalah bentuknya serbuk halus, rasa manis,

berwarna putih kecoklatan dan berbau khas bengkuang. Hal ini sesuai

dengan pustaka.

Tabel 1. Identifikasi Makroskopis dari pati bengkuang


Organoleptis Hasil Pustaka Keterangan
Bentuk Serbuk halus Serbuk halus (+)

Rasa Manis Manis (+)


Warna Putih Putih sampai kuning (+)
kecoklatan kecoklatan
Bau Khas Khas bengkuang (+)
bengkuang
Keterangan : (+) sesuai dengan pustaka menurut,Yuliana (2015).

4.2 Uji Mikrokopis

Uji mikroskopis bertujuan untuk mencari apakah ada jaringan yang

berada pada serbuk ekstrak bengkuang yang telah di haluskan.


44

Tabel 2. Identifikasi Mikroskopis dari pati bengkuang

No Keterangan Hasil Pustaka


(Depkes RI, 1989)
Jaringan gabus
1. tangensial

Parenkim xylem
2.

Parenkim korteks
3.

Jaringan gabus
4.

Parenkim floem
5.

Uji mikoskopis itu untuk mengetahui fragmen pengenal dalam pati

bengkuang seperti jaringan gabus tangensial, parenkim xilem, parenkim

korteks, jaringan gabus dan parenkim floem (Depkes RI,1989).


45

Serbuk buah bengkuang yang digunakan untuk maserasi sebanyak 100 gram

dengan penambahan pelarut etanol 70% sebanyak 750 ml. Penggunaan etanol

70% karena pelarut etanol bersifat universal, biar melarut senyawa yang bersifat

tahan panas dan tidak tahan panas. Pada proses maserasi setiap hari perlu

dilakukan pengadukan dengan bertujuan agar simplisia tertarik secara sempurna.

Pada proses maserasi dilakukan selama 5 hari, agar tercapai keseimbangan

konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat kedalam cairan. Setelah 5 hari

kemudian disaring dengan kain flannel sehingga mendapatkan ekstrak cair dan

diuapkan dengan pemanas langsung menggunakan kompor spirtus sampai

mendapatkan ekstrak kental. Ekstak buah bengkuang yang di peroleh berwarna

coklat dan bau yang khas dan manis, berat ekstrak 97,50 gram dan rendemen

37,78%. Ekstrak yang dihasilkan untuk bahan utama dalam pembuatan sediaan

suppositoria harus benar – benar bebas dari etanol. Identifikasi ekstrak bengkuang

(Pachyrhizus erosus.L).

4.3 Uji Bebas Etanol

Uji bebas etanol ini dapat bertujuan untuk mengetahui apakah masih

ada bau eter dalam pembuatan ekstrak bengkuang (Pachyrhizus erosus.L)

yang dapat digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan sediaan

suppositoria.
46

Table 3. Identifikasi Uji Bebas etanol


No Uji perlakuan Pustaka Hasil Keterangan
( -/ + )
1 Uji bebas Tidak berbau Tidak berbau (+)
etanol eter atau eter atau
Ekstrak + berbau balon berbau balon Tidak berbau
H2SO4 Pekat eter atau
+ asam asetat berbau balon
kemudian
dipanaskan
Keterangan :
( + ) : Sesuai dengan pustaka
(-) : Tidak sesuai dengan pustaka

Dari tabel diatas menunjukan bahwa sampel yang digunakan untuk

uji bebas etanol memberikan hasil yang positif, sesuai dengan pustaka

yang tidak berbau eter (Fessenden, 1982). Uji bebas etanol dilakukan

untuk memastikan ekstrak yang akan digunakan pada pembuatan sediaan

suppositoria bebas dari pelarut. Karena pada dasarnya ekstrak yang akan

digunakan sebagai bahan aktif untuk sediaan suppositoria ekstrak

bengkuang harus bebas dari pelarut.

Metode pembuatan sediaan suppositoria langkah awal yang di lakukan

menyiapkan sumua bahan – bahan dan alat yang dibutuhkan pada saat pembuatan

sediaan suppositoria dengan ekstrak bengkang (Pachyrhizus erosus.L), timbang

semua bahan seperti dekstrosa dan oleum cacao sesuai dengan formula yang

dibutuhkan. Kemudian lakukan pemanasan pada oleum cacao dengan

memanaskannya diatas penangas sambil diaduk secara rata, masukan

dekstrosanya kedalam oleum cacao dengan dikit demi sedikit sambil diaduk

hingga homogen, campurkan juga ekstrak bengkuang kedalam sediaan tersebut

dengan meneteskan dikit demi sedikit agar sediaan tersebut tercampur dengan
47

rata, setelah tercampur rata kemudian masukan sediaan ke dalam cetakan yang

telah di tetesi dengan paraffin cair agar sediaan yang sudah di cetak dalam cetakan

agar mudah di lepas pada saat sediaan yang sudah mengeras. Selanjutnya sediaan

suppositoria ekstrak bengkuang di uji dengan demikan langkah yang di lakukan

dalam pengujian sediaan suppositoria adalah uji organoleptis, uji homogenitas, uji

keseragaman bobot jenis, uji kekerasan, uji waktu leleh dan uji titik leleh.

Gambar 4.1 Hasil Sediaan Suppositoria

4.4 Uji Organoleptis

Uji organoleptis bertujuan untuk mengamati bentuk, warna dan bau

dari sediaan suppositoria ekstrak bengkuang (Pachyrhizus erosu.L).

Berikut ini adalah hasil dari uji organoleptis sediaan suppositoria ekstrak

bengkuang.

Tabel 4. Identifikasi Hasil Uji Organoleptis


Formula Bentuk Warna Bau
Peluru Coklat Khas oleum cacao
I muda
Peluru Coklat Khas ekstrak
II muda bengkuang
Peluru Putih Khas ekstrak
III kecoklatan bengkuang
48

Suppositoria akan memiliki warna dan bau yang bentunya merupakan

hasil campuran antara basis, zat pembawa dan zat aktif yang digunakan

untuk pembuatan sediaan suppositoria dengan pembeda pada

konsentrasizat pembawa pada pembuatan sediaan suppositoria ( Nuryanti

dkk, 2016).

4.5 Uji Titik Leleh

Pengujian titik leleh ini dimaksudkan untuk mengetahui titik leleh

yang dinyatakan sebagai suatu kisaran yang dapat menunjukan temperatur

dimana sediaan suppositoria yang dibuat mulai meleleh dan untuk

temperatur melelehnya seluruh dari sediaan suppositoria yang dapat di

buat.Berikut ini adalah hasil dari uji dari titik leleh sediaan suppositoria

dari ekstrak bengkuang dengan dekstrosa sebagai zat pembawa dari

sediaan tersebut.

Table 5. Identifikasi Data Hasil uji titik leleh


0
No C(derajatcelsium)
Replikasi Formula I Formulasi II Formulasi III Standar (Nuryanti
dkk, 2016).
1 9,10 13,02 8,08 370C
2 22,30 13,25 8,33 Tidak lebih
3 26,45 15,25 10,25 Dari 30 menit
Rata– rata 57,85 41,52 26,66
0 0
Jumlah 19,28 C 13,84 C 08,880C
Keterangan
Formulasi I : Eksttak bengkuang 5% , dekstrosa 5% dan oleum cacao
1,8 g
Formulasi II : Ekstrak bengkuang 5% , dekstrosa 7,5% dan oleum cacao
1,75 g
Formulasi III : Ekstrak bengkuang 5% , dekstrosa 10% dan oleum cacao
1,7 g
Syarat : Sediaan suppositoria dapat melebur dengan sempurna pada
temperatur suhu yang tetap 370C (Lerman dkk, 1999).
49

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa hasil uji titik leleh terhadap

suppositoria ekstrak bengkuang (Pachyrhizus erosus.L)dengan dekstrosa

sebagai pembawanya dan di dapatkan nilai rata – rata data bahwa titik

leleh dari formula I adalah 19,280C , formula II 13,840C sedangkan

formula III 08,880C . Jadi dari ketiga formulasi diatas formula III adalah

formula yang paling baik dari pengujiaan titik lelehdikarenakan tititk

lelehnya dapat mendekati suhu tubuh yaitu 370C (Nuryanti dkk, 2016).

Dengan demikian dapat diketahui bahwa dekstrosa yang konsentrasinya

banyak dapat mempengaruhi dari uji titik leleh suppositoria.

Data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan menggunakan one

way anova untuk memperkuat data penelitian sehingga menjadi lebih

akurat.One way anova terdiri dari analisa deskriptif dan analisa anova.

Tabel 6. Hasil Analisis Descriptive


Descriptives
Uji_titik_leleh

95% Confidence
Std. Interval for Mean
Deviatio Std. Lower Upper
N Mean n Error Bound Bound Minimum Maximum
Formula 1
3 19.2833 9.05985 5.23071 -3.2226 41.7892 9.10 26.45

Formula 2 3 13.8400 1.22650 .70812 10.7932 16.8868 13.02 15.25


Formula 3 3 8.7867 1.26753 .73181 5.6379 11.9354 8.03 10.25
Total
9 13.9700 6.47813 2.15938 8.9905 18.9495 8.03 26.45

Pada tabel descriptive statistic di atas, diperoleh nilai rata – rata untuk

uji titk leleh adalah F I = 19,2833, F II = 13,8400 dan F III = 8,7876. Jadi

dari data descriptive di atas yang memiliki nilia rata – rata tertinggi adalah
50

F I ( Formula II ) dengan penambahan bahan bahan yang pas pada

pembuatan sediaan suppositoria ekstrak bengkuang (Pachyrhizus

erosus,L)dengan dekstrosa sebagai pembawa dari uji titik leleh 19,2833

yang artinya bahan - bahan yang digunakan pada pembuatan sediaan

suppositoria ekstrak bengkuang (Pachyrhizus erosus,L)dengan dekstrosa

sebagai pembawa yang artinya memiliki titik leleh lebih dari 35 0C dan

pada hasil penelitiannya uji titik leleh dapat mendekati dengan suhu

normal tubuh 370C.

Tabel 7. Hasil Analisis Anova


ANOVA
Uji_titik_leleh
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 165.346 2 82.673 2.911 .131
Within Groups 170.384 6 28.397
Total 335.730 8

Hipotesis yang diajukan berupa Ho yaitu tidak ada pengaruh dekstrosa

pada sediaan suppositoria ekstrak bengkuang (Pachyrhizus

erosus.L)dengan dekstrosa sebagai pembawa denga uji sifat fisik. Dan

hasil yang diperoleh pada analisis anova uji titik leleh yaitu F hitung ˃ F

tabel ( 2,911 ˃ 5,14 ). Jadi Ho yang diajukan ditolak dan Ha diterima,

artinya terdapat tidak ada pengaruh jenis dekstrosa pada sifat fisik

suppositoria ekstrak bengkuang (Pachyrhizus erosus.L) dengan dekstrosa

sebagai pembawa.
51

4.6 Uji Keseragaman Bobot jenis

Uji keseragaman bobot jenis ini merupakan indikitar bahwa campuran

massa yang telah tercampur homogen akan menghasilkan sediaan

suppositoria yang di buat dengan memiliki bobot dan kadar zat aktif yang

seragam. Variasi bobot antara sediaan suppositoria dapat terjadi karena

kurang konsisten dalam proses pembuatannya. Berikut ini adalah hasil dari

uji keseragaman bobot jenis sediaan suppositoria ekstrak bengkuang

dengan dekstrosa sebagai pembawanya.

Table 8. Data hasi uji keseragaman bobot jenis


No Formula 1
Replikasi 1 2 3
1 2,01 2,05 1,99
2 1,42 2,02 1,99
3 1,98 2,03 1,98
4 1,99 2,01 1,92
5 1,92 1,99 1,92
6 1,94 1,95 1,93
7 1,93 1,93 1,98
8 1,92 2,01 2,01
9 1,93 2,01 2,03
10 1,90 2,04 2,01
Rata – rata 1,894 2,004 1,976
5% 1,79 – 1,98 1,90 – 2,10 1,87 – 2,07
10% 1,70 - 2,08 1,80 – 2,20 1,77 – 2,17
N. Terendah 1,42 1,93 1,92
N. Tertinggi 2,01 2,05 2,03
52

Table 9.Data hasi uji keseragaman bobot jenis


No Formulasi 2
Replikasi 1 2 3
1 2,07 2,04 1,91
2 1,95 2,07 1,95
3 2,21 2,08 2,04
4 2,17 2,21 2,09
5 2,04 2,05 2,01
6 1,91 2,01 2,04
7 2,09 2,04 2,06
8 1,93 2,01 2,04
9 1,91 2,04 2,01
10 2,08 2,04 2,08
Rata – rata 2,036 2,059 2,023
5% 1,79 – 1,98 1,95 – 2,16 1,92 – 2,12
10% 1,70 – 2,08 1,85 - 2,26 1,82 – 2,22
N. Terendah 1,91 2,01 1,91
N. Tertinggi 2,21 2,21 2,09

Tabel 10.Data hasil uji keseragaman bobot jenis

No Formulasi 3
Replikasi 1 2 3
1 1,86 1,95 1,98
2 1,90 2,03 1,92
3 1,92 2,01 2,01
4 2,04 1,94 1,98
5 2,07 1,90 2,03
6 2,01 1,90 1,85
7 1,95 1,87 1,87
8 1,95 1,86 2,02
9 1,90 2,06 1,91
10 2,03 2,06 1,95
Rata – rata 1,963 1,958 1,944
5% 1,86 – 2,06 1,86 – 2,05 1,92 – 2,12
10% 1,76 – 2,15 1,76 - 2,15 1,82 – 2,22
N. Terendah 1,86 1,86 1,85
N. Tertinggi 2,07 2,06 2,03

Suppositoria ditimbang satu persatusebanyak 10 buah lalu dihitung

bobot rata-ratanya. Dari tabel di atas dapat diketahuibahwa pada formula I

(replikasi I) dari kolom (A) dan kolom (B) memilikikeseragaman bobot


53

rata-rata yaitu,kolom (A) = 1,79 g – 1,98 g, kolom (B) = 1,70 g – 2,08 g

(replikasi II) memiliki keseragaman bobotrata-rata yaitu untuk kolom (A)

= 1,90 g – 2,10 g, kolom (B) = 1,80 g – 2,20 g, (replikasi III)memiliki

keseragaman bobot rata-rata yaitukolom (A) = 1,87 g – 2,07 g, kolom (B)

= 1,77 g – 2,17 g, Pada formula II (replikasi I)memiliki keseragaman

bobot rata-rata yaitukolom (A) = 1,79 g – 1,98 g, kolom (B)= 1,70 g – 2,08

g, (replikasi II) memiliki keseragamanbobot rata-rata yaitu kolom (A) =

1,95 g – 2,16 g, kolom (B) = 1,85 g – 2,26 g, (replikasi III)memiliki

keseragaman bobot rata-rata yaitu kolom (A) = 1,92 g – 2,12g, kolom (B)

= 182 g - 2,22 g, Pada formula III (replikasi I)memiliki keseragaman bobot

rata-rata yaitukolom (A) = 1,86 g – 2,06 g, kolom (B) = 1,76 g – 2,15 g,

(replikasi II) memiliki keseragamanbobot rata-rata yaitu kolom (A) = 1,86

g -2.05 g, kolom (B) = 1,76 g – 2,15 g, (replikasi III)memiliki

keseragaman bobot rata-rata yaitu kolom (A) = 1,92 g – 2,12 g, kolom (B)

= 1,82 g – 2,22 g ( Afikoh dkk, 2017).

4.7 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dapat bertujuan untuk mengetahui pada sediaan

suppositoria yang di buat homogenitasapa tidak. Apabila pada saat

pembuatan sediaan suppositoria tidak homogeny maka zat aktif tidak akan

terdistribusi merata pada sediaan suppositoria yang dibuat. Dari uji

homogenitas suppositoria oleum cacaodan dekstrosa dapat memiliki hasil

yang sama yaitu sediaan dalam keadaan homogen.


54

Tabel 11 Hasil Uji Homogenitas


Uji Homogenitas Syarat
Replikasi Formula I Formula II Formula III FI edisi III,
1979
1 Homogen Homogen Homogen Homogen
2 Homogen Homogen Homogen Homogen
3 Homogen Homogen Homogen Homogen
Keterangan :
Formula I = Ekstrak bengkuang, Oleum cacao dan Dekstrosa 5%
Formula II =Ekstrak bengkuang, Oleum cacao dan Dekstrosa 7,5%
Formula III = Ekstrak bengkuang, Oleum cacao dan Dekstrosa 10%

Berdasarkan tabel pengamatan di atas menunjukkan bahwa semua

formula mempunyai susunan yang homogen.Hal ini menunjukkan bahwa

adanya pencampuran tiap bahan pada masing – masing formula telah

tercampur baik, sehingga terlihat homogen dan memiliki tekstur yang

tidak kasar.

4.8 Uji Kekerasan

Uji kekerasan ini dapat bertujuan untuk memastikan pada masing –

masing sediaan suppositoria yang di buat dapat dan dikemas kerusakan

minimalnya. Dalam melakukan uji kekerasan ini dapat di lakukan dengan

menggunakan alat yang bernama yang menggunakanya meletakan sediaan

suppositoria yang di buat ke dalam lubang yang sudah di sediaakan pada

alat tersebut dan kemudian sediaan suppositoria mulai di hitung waktu dan

penambahan beratnya berapa lama kerasnya sediaan suppositoria yang

dapat dibuat dengan penambahan konsentrasi yang berbeda pada sediaan

suppositoria tersebut. Dan ketikamelakukan pengujian dengan melewati

waktu 1 menit maka mulailah melakukan penambahan berat sekisar 200 g


55

pada alattersebut.Berikut ini hasil dari uji kekerasan pada sediaan

suppositoria ekstrak bengkang dengan dekstrosa sebagai pembawanya.

Tabel 12.Data Hasil uji kekerasan


Kg ( berat )
Replikasi Formula 1 Formula 2 Formula 3 Standar
(Afikoh
dkk, 2017).
1 1,6 kg 1,8 kg 1,8 kg
2 1,8 kg 2,0 kg 2,0 kg 1,8 kg – 2,0
3 1,8 kg 1,8 kg 2,0 kg kg
Jumlah 5,2 kg 5,6 kg 5,8 kg
Rata –rata 1,73 kg 1,86 kg 1,93 kg

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada formula I menghasilkan

rata – rata dari uji kekerasan 1,73 kg, pada formulasi II dapat

menghasilkan rata – rata 1,8 kg sedangkan untuk formulasi III dapat

menghasilkan rata – rata 1,93 kg. Dari ketiga formulasi diatas dapat

disimpulkan bahwa yang paling baik adalah formulasi III dengan sekisaran

rata – rata 1,93 kg hal ini dapat menyebabkan semakin keras sediaan

suppositoria akan meminimalkan kerusakan saat pengemasan dan

distribusi. Sedangkan dari ketiga formulasi diatas dapat disimpulkan

bahwa yang tidak baik adalah formulasi I dengan sekisaran rata – rata 1,73

kg hal ini dapat menyebabkan semakin lebek sediaan suppositoria yang

dibuat maka semakin jelek hasil yang di dapatkan pada melakukan uji sifat

fisik.Hal ini sesuai dengan persyaratanyaitu uji kekerasan yang tidak

kurang dari 1,8 kg – 2,0 kg (Afikoh dkk, 2017).


56

Data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan menggunakan one

way anova untuk memperkuat data penelitian sehingga menjadi lebih

akurat.One way anova terdiri dari analisa deskriptif dan analisa anova.

Tabel 13. Data Analisis Deskriptive


Descriptives
Uji_kekerasan

95% Confidence
Std. Interval for Mean
Deviatio Lower Upper
N Mean n Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
Formula 1 3 1.7333 .11547 .06667 1.4465 2.0202 1.60 1.80
Formula 2 3 1.8667 .11547 .06667 1.5798 2.1535 1.80 2.00
Formula 3 3 1.9333 .11547 .06667 1.6465 2.2202 1.80 2.00
Total 9 1.8444 .13333 .04444 1.7420 1.9469 1.60 2.00

Pada tabel descriptive statistic diatas, di peroleh nilai rata – rata untuk

uji kekerasn adalah F I = 1,7333, F II = 1,8667 dan F III = 1,9333. Jadi

data yang memiliki nilai rata – rata tertinggi dari tabel deskriftive tersebut

adalah F III ( formula III ) dengan pembuatan sediaan suppositoria ekstrak

bengkuang dengan dekstrosa sebagai pembawa dengan kekerasan 1,9333

di karenakan dekstrosa pada sediaan larut dalam air.

Tabel 14. Data Analisis Anova

ANOVA

Uji_kekerasan
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .062 2 .031 2.333 .178
Within Groups .080 6 .013
Total .142 8
57

Hipotesis yang diajukan berupa Ho yaitu tidak ada pengaruh dekstrosa

pada sediaan suppositoria ekstrak bengkuang dengan dekstrosa sebagai

pembawa dengan uji sifat fisiknya. Dari hasil yang diperoleh pada analisis

anova uji kekerasan yaitu F hitung ˃ F tabel ( 2,333 ˂ 5,14 ). Jadi Ho yang

diajukan ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat tidak ada pengaruh jenis

dekstrosa pada sifat fisik suppositoria ekstrak bengkuang dengan dekstrosa

sebagai pembawa.

4.9 Uji Waktu Leleh

Uji waktu leleh bertujuan untuk megetahui waktu leleh pada sediaan

suppositoria. Waktu leleh yang tercapai ketika melakukan uji tersebut

ketika sediaan suppositoria yang terlalu sempurna, yang terpisah juga dari

komponen – komponennya yang mukin dapat terkumpul di permukaan air

(bahan lemak meleleh) atau tenggelam didasar serbuk tidak dapat larut

atau dapat terdistribusi dari satu atau lebih dengan cara ini. Menjadi lunak

dan di barengi dengan perubahan bentuk, tanpak terpisah sempurna

menjadi komponennya, dan massanya tidak lagi memiliki inti padatan

yang membuatnya dapat bertahan.

Suppositoria dapat hancur dalam jangka waktu tidak lebih dari 30

menit untuk suppositoria basis lemak dan untuk waktunya tidak lebih dari

60 menit untuk suppositoria yang basisnya larut air, kecuali dapat

dinyatakan lain ( voight 1995 ). Beriku ini data hasil dari uji waktu leleh
58

pada sediaan suppositoria ekstrak bengkuang dengan dekstorsa sebagai zat

pembawa.

Tabel 15. Data Hasil uji waktu leleh


t ( menit )
Replikasi Formula 1 Formula 2 Formula 3 Standar (Milala, dkk
2013)
1 20,48 18,31 10,54
2 20,58 18,33 12,39 370C
3 23,50 20,50 11,50 Tidak lebih dai 60
menit
Jumlah 64,56 57,14 34,43
Rata- rata 21,52 19,04 11,47
Keterangan :
Formula I : Ektrak bengkuang 5% dengan dekstrosa 5%
Formula II : Ekstrak bengkuang 5% dan dekstrosa 7,5%
Formula III : Ekstrak bengkuang 5% dan dekstrosa 10%
Syarat :Suppositoria dapat dikatakan baik apabila dalam
melakukan uji waktu leleh tidak lebih dari 30 menit.

Dari tabel diatas telah di jelaskan bahwa terdapat perbedaan pada tiap

formula.Dengan nilai rata – rata pada uji waktu leleh dan tiap formulanya

yaitu untuk formulaI = 21,52 menit, formula II = 19,04 menit, dan formula

III = 11,47 menit. Dari ketiga formulasi diatas formula III merupakan

formula yang paling baik dikarenakan pada melakukan uji waktu lelehnya

yang paling cepat. Sedangkan untuk uji waktu leleh yang paling lama

adalah formula I dikarenakan dalam formula yang pertama konsentrasi

pada dekstrosa dan zat aktif sama (Mialala, dkk 2013).

Data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan menggunakan one

way anova untuk memperkuat data penelitian sehingga menjadi lebih

akurat.One way anova terdiri dari analisa deskriptif dan analisa anova.
59

Tabel 16. Hasil Analisis Deskriptive


Descriptives

Uji_waktu_leleh

95% Confidence
Std. Interval for Mean
Deviatio Std. Lower Upper
N Mean n Error Bound Bound Minimum Maximum
Formula 1 3 21.5200 1.71546 .99042 17.2586 25.7814 20.48 23.50
Formula 2 3 19.0467 1.25866 .72669 15.9200 22.1734 18.31 20.50
Formula 3 3 11.4767 .92522 .53418 9.1783 13.7750 10.54 12.39
Total 9 17.3478 4.67783 1.55928 13.7521 20.9435 10.54 23.50

Pada tabel descriptive statistic diatas, di peroleh nilai rata – rata untuk

uji waktu leleh adalah F I = 21,5200, F II = 19,2566 dan F III = 11,4767.

Jadi data yang memiliki nilai rata – rata tertinggi dari tabel deskriftive

tersebut adalah F III ( formula III ) dengan pembuatan sediaan suppositoria

ekstrak bengkuang dengan dekstrosa sebagai pembawa dengan waktu leleh

19,2566, di karenakan dekstrosa pada sediaan larut dalam air.

Tabel 17. Hasi Analisis Anova


ANOVA
Uji_waktu_leleh
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 164.291 2 82.145 45.780 .000
Within Groups 10.766 6 1.794
Total 175.057 8

Hipotesis yang diajukan berupa Ho yaitu tidak ada pengaruh dekstrosa

pada sediaan suppositoria ekstrak bengkuang dengan dekstrosa sebagai

pembawa dengan uji sifat fisiknya. Dari hasil yang diperoleh pada analisis

anova uji waktu leleh yaitu F hitung ˃ F tabel ( 45,780 ˃ 5,14 ). Jadi Ho

yang diajukan ditolak dan Ha diterima, artinya karena adanya pengaruh


60

jenis dekstrosa pada uji sifat fisik sediaan suppositoria ekstrak bengkuang

dengan dekstrosa sebagai pembawa.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini dapat disimpulkan :

1. Ada pengaruh perbedaan konsentrasi dekstrosa dalam pembuatan

sediaan suppositoria dari ekstrak bengkuang terhadap uji sifat fisik.

2. Formulasi yang paling baik dengan uji sifat fisik adalah fermulasi

III dengan konsentrasi dekstrosa 10%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penelitian ini dapat menyerahkan :

1. Dilakukan penelitian dengan zat pembawa gelatin pada pembuatan

sediaan suppositoria ekstrak bengkuang.

2. Dilakukan pengujiaan sifat fisik pada setiap sediaan suppositoria

dengan uji aparance.

61
62

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. pengembangan sediaan farmasi. Revisi. ITB, 2008.

Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gajahmada
University Press, 2008.

Ansel, H.C. Pengantar bentuk sediaan farmasi. IV. jakarta: UI Press, 1989.

Depkes. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia., 1986.

Depkes, RI. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan


Indonesia., 1979.

Depkes, RI. Formularium Nasional Edisi III. III. Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan, 1978.

Depkes, RI. Materia Medika Indonesia Edisi III. Jakarta: Direktora Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan, 1979.

Depkes, RI. Pravelensi penyakit hemeroid di indonesia. Jakarta, 2008.

Fairuz, dkk. “formulasi dan evaluasi dispersi padat ibuprofen dengan dekstrosa
sebagai pembawa dalam sediaan suppositoria,” 2017.

fairuz, dkk. “Formulasi dan evaluasi dispersi pada ibuprofen dengan dekstrosa
sebagai pembawa dalam sediaan suppositoria,” 30 September 2017, 51–
56.

Hariana, Arief. Tumbuhan obat dan khasiatnya. jakarta, 2004.

Lachman, L. Teori dan Praktek Farmasi Industri. III. Jakarta: UI Press, 1994.
63

Larasati, dkk. “Uji Efektivitas Buah Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.)
Sebagai Pengawet Alami Cabai Merah (Capsicum annuum L.),” 2016.

Afikoh, dkk. pengaruh konsentrasi PEG 400 dan PEG 4000 terhadap formulasi
dan uji sifat fisik sediaan suppositoria ekstrak sosor bebek
(Kalanchopinnata (L) 2016.

Nuryanti, dkk. “Formulasi dan Evaluasi Suppositoria Ekstrak Terpurifikasi Daun


Lidah Buaya (Aloe vera)” 4(1) (Maret 2016): 7–14.

Putra. “Manfaat tanaman bengkuang bagi kesehatan,” 2012.

Putra, RS. Optimalkan Kesehatan Wajah dan Kulit dengan Bengkuang.


Jogjakarta: DIVA Press, 2012.

Rukmana, dkk. Kiat Sukses Budidaya Bengkuang Tanaman Multi Manfaat. 1 ed.
Yogyakarta: LILY PUBLISHER, 2014.

Setyawan, dwi, dan Bambang Widjaja. “Pemanfaatan tepung ketela ( Amylum


Manihot) sebagai bahan pembawa kempa langsung sediaan tablet dengan
teknologi Fluidized bed” VI (2005).

Slavin. Penyakit hemeroid didunia. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada Press,


2008.

Voight, R. Buku pelajaran teknologi sediaan farmasi. 4 ed. yogyakarta:


Universitas Gajah Mada Press, 1994.

Warisno. “klasifikasi tanaman buah bengkuang,” 2007, 21.

Nuryanti dkk., “Formulasi dan Evaluasi Suppositoria Ekstrak Terpurifikasi


Daun Lidah Buaya (Aloe vera). 2016”

Milala, dkk, “karakteristik fisik Displacement Value suppositoria neomisin sulfat


berbasis PEG. universisty surabaya, 2013”
64

LAMPIRAN
65

Lamiran 1.
Perhitungan pengambilan bahan

Bahan Fungsi Jumlah Formula Formula Formula Pustaka


1 2 3
Ekstrak Zat aktif 5 5% 5% 5% Larasati
bengkuang dan
Hamzah,
Dekstrosa Zat 5 – 10 5% 7,5% 10% Fairuz
pembawa dkk.,
Paraffin cair Pelumas Qs Qs Qs Fairuz
dkk.
Lemak coklat Basis Ad100 1800 1750 1700 Fairuz
dkk.
Berat 100 2000 2000 2000 Fairuz
suppositoria dkk.

1. Formula 1
Zat aktif : 2000 = 100 ml
Dektrosa : 2000 = 100 mg
L.coklat : 100 + 100 – 2.000 = 1.800 mg
2. Formula 2
Zat aktif : 2000 = 100 ml
,
Dekstrosa : 2000 = 150 mg
L.coklat : 100 + 150 – 2.000 = 1.750 mg
3. Formula 3
Zat aktif : 2000 = 100 ml
Dekstrosa : = 200 mg
L.coklat : 100 + 200 – 2.000 = 1.700 mg
66

Lampiran 2.
Perhitungan susut pengeringan pada ekstrak benkuang
Perhitungan susut pengeringan pada buah bengkuang basah sampai kering

adalah

Berat Basah = 2000 gram

Berat kering = 203,95 gram

% berat kering terhadap berat basah = 100 %

,
= 100 % = 10,15%
67

Lampiran 3.
Perhitungan rendemen ekstrak bengkuang
Persiapan sebelum akan melakukan maserasi pada buah bengkuang adalah

menimbang bengkuang yang sudah kering dan halus sebanyak 100 gram, dan

menyiapkan etanol 70% sebanyak 750 ml, kemudian menyiapkan toples yang

akan digunakan dan toples tersebut telah dilakban secara rapi agar pada saat

melakukan maserasi tidak terkena sinar matahari.

o Berat sampel = 100 gram (x)

 Berat cawan kosong = 56,93 gram (a)

 Berat cawan + isi = 97, 50 gram (b)

 Berat cawan + sisa = 59, 72 gram (c)

o Berat Ekstrak =b–c

= 97,50 gram – 59,72 gram= 37,78 gram (y)

 Rendemen = 100 %

,
= 100 % = 37,78%
68

Lampiran 4
Perhitunga hasil uji keseragaman bobot jenis
TabelData hasi uji keseragaman bobot jenis

No Formula 1
Replikasi 1 2 3
1 2,01 2,05 1,99
2 1,42 2,02 1,99
3 1,98 2,03 1,98
4 1,99 2,01 1,92
5 1,92 1,99 1,92
6 1,94 1,95 1,93
7 1,93 1,93 1,98
8 1,92 2,01 2,01
9 1,93 2,01 2,03
10 1,90 2,04 2,01
Rata – rata 1,894 2,004 1,976
5% 1,79 – 1,98 1,90 – 2,10 1,87 – 2,07
10% 1,70 - 2,08 1,80 – 2,20 1,77 – 2,17
N. Terendah 1,42 1,93 1,92
N. Tertinggi 2,01 2,05 2,03

A. Formulasi 1 ( Replikasi 1 )
a) Kolom A = Penyimpangan x Rata – rata

5 x 1, 894 = 0,0947
100

 Rata – rata + A

= 1,894 + 0,0947= 1,98 g

 Rata – rata – A

= 1,894 – 0,0947= 1,79 g

 Jadi untuk Standar dari kolo A dari formulasi pertama dengan replikasi
yang pertama adalah = 1,79 g – 1,98 g
69

 Ada yang menyimpang satu dalam uji keseragaman bobot jenis


formulasi pertama dengan replikasi yang pertama.
b) Kolom B = Penyimpangan x Rata – rata

10 x 1,894 = 0,1894
100
 Rata –rata + B
= 1,894 + 0,1894= 2,083 g
 Rata – rata – B
= 1,894 – 0,1894= 1,704 g
 Jadi untuk standar pada kolom B dari formulasi pertama dengan replikasi
pertama adalah = 1,70 g – 2,08 g
 Tidak ada yang menyimpang dari formulasi yang pertama dengan replikasi
yang pertama.
B. Formulasi 1 ( replikasi 2 )
c) Kolom A = Penyimpangan x Rata – rata

5 x 2,004 = 2,100
100
 Rata – rata + A

= 2,004 + 0,100 = 2,104 g

 Rata – rata – A

= 2,004 – 0,100 = 1,904 g

 Jadi untuk standar dari kolom A formulasi pertama dengan replikasi


yang kedua adalah = 1,90 g – 2, 10 g
 Tidak ada yang menyimpang dari uji keseragaman bobot jenis dari
formulasi pertama dan replikasi yang kedua.
d) Kolom B = Penyimpangan x Rata – rata
70

10x 2,004 = 0,200


100
 Rata – rata + B

= 2,004 + 0,200 = 2,204 g


 Rata – rata – B

= 2,004 – 0,200 = 1,804 g


 Jadi untuk kolom B standar dari formulasi pertama dengan replikasi
yang kedua adalah = 1,80 g – 2,20 g
 Tidak ada yang menyimpang dari kolom B dengan formulasi yang
pertama dengan replikasi yang kedua.
C. Formulasi 1 ( Replikasi 3 )
e) Kolom A = Penyimpangan x Rata – rata

5 x 1,976 = 0,098
100
 Rata – rata + A
= 1,976 + 0,098 = 2,074 g
 Rata – rata – A
= 1,976 – 0,098 = 1,878 g
 Jadi dari formulasi yang pertama untuk kolom A dengan replikasi
yang ke tiga adalah = 1,87 g – 2,07 g
 Untuk formulasi yang pertama dengan replikasi yang ketiga tidak
ada yang menyimpang.
f) Kolom B = Penyimpangan x Rata – rata

10 x 1,976 = 0,197
100
 Rata – rata + B
= 1,976 + 0,197 = 2,173 g
 Rata – rata – B
= 1,976 – 0,197 = 1,779 g
71

 Jadi untuk kolom B dari formulasi pertama dengan replikasi yang


ketiga standarnya adalah = 1,77 g – 2,17 g
 Untuk kolom bagian B dari formulasi yang pertama dengan
replikasi yang ketiga bahwa tidak ada yang menyimpang.

Tabel Data hasi uji keseragaman bobot jenis

No Formulasi 2
Replikasi 1 2 3
1 2,07 2,04 1,91
2 1,95 2,07 1,95
3 2,21 2,08 2,04
4 2,17 2,21 2,09
5 2,04 2,05 2,01
6 1,91 2,01 2,04
7 2,09 2,04 2,06
8 1,93 2,01 2,04
9 1,91 2,04 2,01
10 2,08 2,04 2,08
Rata – rata 2,036 2,059 2,023
5% 1,79 – 1,98 1,95 – 2,16 1,92 – 2,12
10% 1,70 – 2,08 1,85 - 2,26 1,82 – 2,22
N. Terendah 1,91 2,01 1,91
N. Tertinggi 2,21 2,21 2,09

D. Formulasi 2 ( Replikasi 1 )
g) Kolom A = Penyimpangan x Rata – rata

5 x 1,894 = 0,0947
100
 Rata – rata + A
= 1,894 + 0,0947 = 1,98 g
 Rata – rata – A
= 1,894 – 0,0947 = 1,79 g
 Jadi untuk kolom A dari formulasi kedua dengan replikasi yang
pertama standarnya adalah = 1,79 g – 1,98 g
72

 Untuk kolom A dengan replikasi pertama dari formulasi kedua


tidak ada yang menyimpang.
h) Kolom B = Penyimpangan x Rata – rata

10 x 1,894 = 0,1894
100
 Rata – rata + B
= 1,894 + 0,1894 = 2,0824 g
 Rata – rata – B
= 1,894 - 0,1894 = 1,7046 g
 Jadi untuk kolom B dari formulasi kedua dengan replikasi yang
pertama standarnya adalah = 1,70 g – 2,08 g
 Untuk kolom B tidak ada yang menyimpang.
E. Formulasi 2 ( Replikasi 2 )
i) Kolom A = Penyimpangan x Rata – rata

5x 2,059 = 0,102
100
 Rata – rata + A
= 2,059 + 0,102 = 2,161 g
 Rata – rata – A
= 2,059 – 0,102 = 1,957 g
 Jadi untuk replikasi yang kedua dari formulasi kedua standar dari
kolom A adalah = 1,95 g – 2,16 g
 Untuk kolom A tidak ada yang menyimpang.
j) Kolom B = Penyimpangan x Rata – rata

10x 2,059 = 0,205


100
 Rata – rata + B
= 2,059 + 0,205 = 2,264 g
 Rata – rata – B
73

= 2,059 – 0,205 = 1,854 g


 Jadi untuk formulasi yang kedua dengan replikasi yang kedua
standarnya dari kolom B adalah = 1,85 g – 2,26 g
 Untuk kolom B tidak ada yang menyimpang.
F. Formulasi 2 ( Replikasi 3 )
k) Kolom A = Penyimpangan x Rata – rata

5x 2,023 = 0,101
100
 Rata – rata + A
= 2,023 + 0,101 = 2,124 g
 Rata – rata – A
= 2,023 – 0,101 = 1,922 g
 Jadi untuk formulasi yang kedua dengan reolikasi yang ketiga
standar darai kolom A adalah = 1,92 g – 2,12 g
 Untuk kolom A dari replikasi yang ketiga tidak ada yang
menyimpang.
l) Kolom B = Penyimpangan x Rata – rata

10x 2,023 = 0,202


100
 Rata – rata + B
= 2,023 + 0,202 = 2,225 g
 Rata – rata - B
= 2,023 - 0,202 = 1,821 g
 Jadi untuk formula yang kedua dengan replikasi yang ketiga
standar dari kolom B adalah = 1,82 g – 2,22 g
 Untuk kolom B dari replikasi yang ketiga tidak ada yang menyimp
74

Tabel Data hasil uji keseragaman bobot jenis

No Formulasi 3
Replikasi 1 2 3
1 1,86 1,95 1,98
2 1,90 2,03 1,92
3 1,92 2,01 2,01
4 2,04 1,94 1,98
5 2,07 1,90 2,03
6 2,01 1,90 1,85
7 1,95 1,87 1,87
8 1,95 1,86 2,02
9 1,90 2,06 1,91
10 2,03 2,06 1,95
Rata – rata 1,963 1,958 1,944
5% 1,86 – 2,06 1,86 – 2,05 1,92 – 2,12
10% 1,76 – 2,15 1,76 - 2,15 1,82 – 2,22
N. Terendah 1,86 1,86 1,85
N. Tertinggi 2,07 2,06 2,03

G. Formulasi 3 ( Replikasi 1 )
m) Kolom A = Penyimpangan x Rata – rata

5x 1,963 = 0,098
100
 Rata – rata + A
 = 1,963 + 0,098 = 2,061 g
 Rata – rata – A
 =1963,– 0,098 = 1,865 g
 Jadi untuk replikasi yang kesatu dari formulasi ketiga standar dari
kolom A adalah = 1,86 g – 2,06 g
 Untuk kolom A tidak ada yang menyimpang.
n) Kolom B = Penyimpangan x Rata – rata

10x 1,963= 0,196


100
 Rata – rata + B
75

 = 1,963+ 0,196 = 2,159 g


 Rata – rata – B
 =1,963– 0,196 = 1,767 g
 Jadi untuk formulasi yang ketiga dengan replikasi yang kesatu
standarnya dari kolom B adalah = 1,76g – 2,15 g
 Untuk kolom B tidak ada yang menyimpang.
H. Formulasi 3 ( Replikasi 2 )
o) Kolom A = Penyimpangan x Rata – rata

5x 1,958 = 0,097
100
 Rata – rata + A
 = 1,958 + 0,097 = 2,055 g
 Rata – rata – A
 = 1,958 – 0,097 = 1,861 g
 Jadi untuk replikasi yang kedua dari formulasi ketiga standar dari
kolom A adalah = 1,86 g – 2,05 g
 Untuk kolom A tidak ada yang menyimpang.
p) Kolom B = Penyimpangan x Rata – rata

10x 1,958 = 0,195


100
 Rata – rata + B
 = 1,958 + 0,195 = 2,153 g
 Rata – rata – B
 = 1,958 – 0,195 = 1,763 g
 Jadi untuk formulasi yang ketiga dengan replikasi yang kedua
standarnya dari kolom B adalah = 1,76 g – 2,15 g
 Untuk kolom B tidak ada yang menyimpang.
76

I. Formulasi 3 ( Replikasi 3 )
q) Kolom A = Penyimpangan x Rata – rata

5 x 1,944 = 0,097
100
 Rata – rata + A
 = 1,944 + 0,097 = 2,041 g
 Rata – rata – A
 = 1,944 – 0,097 = 1,897 g
 Jadi untuk replikasi yang ketiga dari formulasi ketiga standar dari
kolom A adalah = 1,897 g – 2,041 g
 Untuk kolom A tidak ada yang menyimpang.
r) Kolom B = Penyimpangan x Rata – rata

10 x 1,944 = 0,194
100
 Rata – rata + B
 = 1,944 + 0,194 = 2,138 g
 Rata – rata – B
 = 1,944 – 0,194 = 1,75 g
 Jadi untuk formulasi yang kedua dengan replikasi yang kedua
standarnya dari kolom B adalah = 1,75 g – 2,13 g
 Untuk kolom B tidak ada yang menyimpang.
77

Lampiran 5
Gambar penelitian

Gambar 1. penimbangan bengkuang kering dan serbuk bengkuang

Gambar 2. Penimbangan serbuk bengkuang

Gambar 3. Uji bebas etanol


78

Gambar 4. Perhitungan rendemen

Gambar 5. Alat dan bahan pembuatan suppostoria

Gambar 6. Penimbangan dekstrosa


79

Gambar 7. Penimbangan oleum cacao

Gambar 8. Pembuatan sediaan suppositoria

Gambar 9. Pencetakan sediaan suppositoria ekstrak bengkuang

Gamabr 10. Uji keseragaman bobot jenis

Gambar 11. Uji kekerasan


80

Gambar 12.Uji titik leleh Gambar 13. Hasil uji titik leleh

Gambar 14. Uji waktu leleh

Gambar 15. Pembuatan sediaan suppositoria


81
82

CURICULUM VITAE

Nama : Agus Arif Wibowo


Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 17Agustus 1997
`Alamat : JL Kh Muchtar Rt 03/05 pasarbatang No 9
Email : Agusfarmasi17@gmail.com
No Hp : 089609992988
Pendidikan
SD : SD N Pasarbatang 03 Brebes
SMP : SMP N 7 Brebes
SMA : SMA N 3Brebes
DIII : Farmasi Politeknik Harapan Bersama
Judul KTI :FORMULASI UJI SIFAT FISIK SEDIAAN
SUPPOSITORIA EKSTRAK BENGKUANG
(Pachyzuz erosus.L) DENGAN DEKSTROSA
SEBAGAI ZAT PEMBAWA
Nama Orang Tua
Ayah : DUKRI
Ibu : TARSINAH
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Buruh
83

Ibu : Ibu Rumah Tangga


Alamat Orang Tua :JL Kh Muchtar Rt 03/05 pasarbatang Brebes No 9

Anda mungkin juga menyukai