SKRIPSI
Diajukan Oleh:
NIM : 128114091
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
NIM : 128114091
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“And whatever you do, whether in word or deed, do it all in the name of the
Lord Jesus, giving thanks to God the Father through Him”
- Colossians 3:17
“Everything will be okay in the end, if it’s not okay, it’s not the end.”
- Unknown
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas segala berkat, rahmat dan peyertaannya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Optimasi Tween 80 sebagai Emulsifying Agent dan Carbopol 940
sebagai Gelling Agent dalam Sediaan Emulgel Sunscreen Ekstrak Lidah Buaya
(Aloe barbadensis Mill.) dengan Metode Desain Faktorial” dengan baik. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana (S.Farm)
Selama proses masa studi S1 sampai penulisan skripsi ini, penulis tidak
terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
1. Ayah Tri Suyatno, Ibu Basriyati, dan adikku Devika Putri Kuntari yang selalu
atas segala dukungan, saran dan kritik sejak penyusunan proposal hingga
skripsi.
3. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. dan Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt.
selaku dosen penguji yang telah memberikan waktu, kritik, dan saran bagi
penulis
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Pak Musrifin, Mas Agung, dan Mas Bimo atas bantuan dan kerjasamanya saat
7. Malvin Choco dan Lucia Effelin Cindya atas bantuan, kerjasama, dan
Nastiandari dan Putra atas keceriaan, motivasi, dukungan, dan suka duka
9. Pho Vania, Ira Felisia, dan Felicia Inesa atas kecerian, kerjasama, dan
10. Teman-teman Farmasi angkatan 2012, khususnya FSM C 2012 dan FST A
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis
sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, penulis
berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama dalam
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Emulgel .............................................................................................. 11
1. Paraffin ........................................................................................ 16
2. Viskositas ..................................................................................... 21
L. Hipotesis ........................................................................................... 23
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Uji pH ........................................................................................... 40
2. Uji pH ........................................................................................... 55
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Kesimpulan ........................................................................................ 63
B. Saran ................................................................................................. 63
LAMPIRAN ................................................................................................. 68
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel V. Hasil Uji Organoleptis Emulgel Sunscreen Ekstrak Lidah Buaya ....
....................................................................................................... 40
Tabel VI. Uji pH Emulgel Sunscreen Gel Ekstrak Lidah Buaya ................. 41
Tabel VII. Data Sifat Fisik Uji Viskositas Emulgel Sunscreen Ekstrak Lidah
Buaya............................................................................................. 43
Tabel IX. Data Sifat Fisik Uji Viskositas Emulgel Sunscreen Ekstrak Lidah
Buaya............................................................................................. 48
Tabel XII. Hasil Persentase Pergeseran Viskositas 48 jam dan Siklus 3 ........ 56
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 8. Uji Tipe Emulsi Emulgel Sunscreen Ekstrak Lidah Buaya ....... 42
Gambar 12. Grafik Hubungan Carbopol 940 terhadap Respon Daya Sebar . 50
Gambar 13. Grafik Hubungan Tween 80 terhadap Respon Daya Sebar ....... 51
Stabilitas ..................................................................................... 57
Stabilitas ..................................................................................... 58
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 20. Grafik Stabilitas Daya Sebar Emulgel Sunscreen Ekstrak Lidah
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4. Hasil Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan Emulgel
Validasi .................................................................................. 85
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Kata kunci: emulgel, ekstrak lidah buaya, sunscreen, Tween 80, Carbopol 940,
desain faktorial.
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Aloe vera has been studied to protect UV rays because it contains aloin.
The purpose of the research is to find optimum composition of Carbopol 940 as
gelling agent and Tween 80 as emulsifying agent in emulgel sunscreen with aloe
vera extract and produce an emulgel with desirable physics and good stability.
This study also aims to understand which factors were effectively significant
between Carbopol 940 and Tween 80 or interactions both of them in order to
determine physical properties (viscosity and spreadability) and physical stability
of emulgel sunscreen.
It is a basic experiment with factorial design method of two factors at
two levels where Carbopol 940 at 20 gram and 35 gram, Tween 80 at 11 gram and
15 gram in 100 gram of emulgel. Characteristic and physical stability were
evaluated such as organoleptic, pH, emulsion type, viscosity test, spreadability
test, and shift of viscosity and spreadability.Analysed statically using Design
Expert 9.0.6 with confidence interval at 95% to determine the significance (p-
value < 0.05) for each factor and their interaction in effect, Rstudio was also used
to indicate the stability of emulgel form.
The result shows that emulgel has a white colour, typical odor and
homogeneous mixture with O/W type and pH 6. Carbopol 940 and Tween 80 have
significant effect to increase viscosity of emulgel and have significant effect to
decrease the spreadability of emulgel, but the dominant effect indicated by
Carbopol 940. The optimum area of Carbopol 940 and Tween 80 can be found.
Keyword: emulgel, aloe vera extract, Tween 80, Carbopol 940, sunscreen,
factorial design method
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
memberikan efek yang merugikan. Jadi sinar matahari mempunyai dua efek, baik
seseorang. Kulit yang terkena radiasi sinar UV akan berwarna lebih gelap,
hingga kanker kulit. Bahkan jauh sebelum efek radiasi itu terlihat oleh mata
Himawati, 2005). Sinar UV dibedakan menjadi tiga golongan yakni UV-A (320 -
400 nm), UV-B (290 – 320 nm), dan UV-C (200 – 290 nm) (Anitha, 2012). Sinar
UV-B sering disebut sebagai sinar sunburn spectrum dan juga paling efektif
warna menjadi lebih coklat walaupun juga dapat menimbulkan sunburn namun
lebih lemah jika dibandingkan dengan UV-B (Tahir, Jumina, dan Yuliastuti,
2002). Radiasi yang tinggi tergantung pada panjang gelombangnya yang tidak
hanya menyebabkan sunburn tetapi kulit juga dapat mengalami penuaan hingga
Efek buruk dari sinar matahari dapat dicegah dengan cara menghindari
paparan sinar UV atau memakai tabir surya (sunscreen) bila sedang berada di luar
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ruangan yang terpapar langsung sinar matahari. Penggunaan tabir surya dapat
membantu mekanisme pertahanan alami tubuh agar terlindung oleh radiasi sinar
yang tinggi dari suatu tabir surya akan menawarkan perlindungan terhadap efek
sinar UV yang lebih besar dibandingkan dengan tabir surya yang memiliki nilai
sinar UV yang dapat merusak kulit. Beberapa tanaman tersebut antara lain adalah
tomat, teh hijau, lemon, apel, lidah buaya, wortel yang masing – masing memiliki
buaya (Aloe barbadensis Mill.) merupakan tanaman yang cukup manjur untuk
mengatasi akibat sengatan matahari sehingga dapat digunakan sebagai tabir surya
dan juga dapat meningkatkan fungsi jaringan dalam pembentukan sel dan
2008). Aloin pada ekstrak tanaman lidah buaya dapat memberikan perlindungan
untuk memblok radiasi yang disebabkan sinar matahari hingga 20-30% sehingga
aloin dapat digunakan sebagai senyawa sunscreen (Basmatker, Jais, and Daud,
2011). Penelitian terkait yang telah dilakukan oleh Skolastika Ruth Maharani
(2014) dengan optimasi pada Carbopol 940 dan Gliserol pada bentuk sediaan gel
dengan ekstrak lidah buaya yang berkhasiat sebagai antioksidan . Selain itu juga
tersebut adalah sediaan yang dihasilkan memiliki stabilitas fisik dan pH yang
tidak stabil.
asalkan dapat dioleskan pada kulit, misalnya dalam bentuk larutan dalam air atau
alkohol, emulsi, krim, dan semi padat yang merupakan sediaan lipid non-air, gel,
dan aerosol (Dirjen POM, 1985). Emulgel merupakan emulsi, dengan jenis
minyak dalam air ataupun air dalam minyak, yang dapat menjadi gel setelah
bisa bertipe A/M atau M/A, namun keduanya merupakan penghantar yang baik
untuk obat bisa sampai ke kulit. Emulsi mudah dicuci dan juga memiliki
kemampuan untuk menembus kulit (Baibhav, Gurpreet, Rana, Seema, and Vikas,
sebagai pelunak kulit, atau sebagai pembalut pelindung atau pembalut penyumbat
sediaan emulsi dan sediaan gel maka diharapkan sediaan emulgel akan
Agar diperoleh sediaan emulgel dengan sifat fisik dan juga stabilitas
yang baik maka perlu dilakukan optimasi terhadap komposisi bahan yang
terhadap komposisi Tween 80 sebagai emulsifying agent dan juga Carbopol 940
sebagai gelling agent. Tween 80 dipilih sebagai emulsifying agent karena Tween
Sedangkan Carbopol 940 dipilih karena lebih stabil, lebih kompatibel dengan
berbagai zat aktif, dan memiliki daya tahan yang baik terhadap pertumbuhan
mikroba serta fungi (Ortan, 2011). Tween 80 dan Carbopol 940 dioptimasi karena
berperan penting dalam sifat fisik sediaan, di mana dengan adanya peningkatan
jumlah gelling agent pada sediaan emulgel dapat meningkatkan viskositas yang
berarti akan menurunkan daya sebar, begitu juga dengan penambahan jumlah
Tween 80 (Garg, Aggrawal, and Singla, 2002). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini untuk optimasi adalah desain faktorial pada dua faktor yaitu
Carbopol 940 dan Tween 80 yang akan dilakukan pengujian pada dua level untuk
setiap faktornya, yaitu level tinggi dan level rendah. Sehingga diharapkan metode
ini mampu menjelaskan interaksi yang dominan pada tiap faktornya dalam
menentukan sifat fisik dan juga stabilitas sediaan emulgel yang dibuat (Voight,
1994).
1. Perumusan Masalah
a. Faktor mana di antara Tween 80, Carbopol 940, dan interaksi kedua faktor
2. Keaslian Penelitian
(2014), yaitu “Optimasi Gelling Agent Carbopol 940 dan Humectant Gliserol
Mill.)”. Selain itu juga penelitian yang pernah dilakukan oleh Verlian
Control) Cream yang Mengandung Virgin Coconut Oil dan Aloe vera
Extract”.
Emulsifying Agent dan Carbopol 940 Sebagai Gelling Agent dalam Sediaan
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
agent serta Carbopol 940 sebagai gelling agent terhadap sifat fisik dan
b. Manfaat Metodologis
lidah buaya.
c. Manfaat Praktis
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Membuat sediaan emulgel sunscreen dengan bahan aktif ekstrak lidah buaya.
2. Tujuan khusus
Carbopol 940 pada level yang diteliti yang berpengaruh signifikan terhadap
sifat fisik (daya sebar, viskositas) dan stabilitas emulgel sunscreen ekstrak
lidah buaya.
menghasilkan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya dengan sifat fisik dan
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Lidah Buaya
Aloe vera (Gambar 1.) merupakan salah satu anggota dari famili liliceae.
Aloe vera (L.) juga sering disebut dengan Aloe barbadensis Mill (Joseph and Raj,
2010). Tanaman lidah buaya memiliki batang yang pendek dan tidak terlihat
karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian batangnya ada yang
tertanam di dalam tanah. Daun lidah buaya ini berbentuk helaian yang
memanjang, berdaging tebal, tidak memuliki tulang daun, berwarna hijau, dan di
dalamnya mengandung air serta getah seperti gel viskos yang jernih (Sudarto,
1997).
Furnawanthi (2002):
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Liliaflorae
Familia : Liliaceae
Genus : Aloe
Komponen bioaktif yang ada pada lidah buaya dapat digunakan sebagai
antioksidan, dan juga dapat digunakan sebagai agen anti kanker. Selain itu juga
dapat digunakan secara efektif untuk beberapa penyakit pada perut dan saluran
luka bakar, dan juga dalam penyembuhan luka. Sekarang ini tanaman lidah buaya
banyak digunakan untuk produk kulit dan kosmetik kecantikan (Joseph and Raj,
2010).
salah satu senyawa utama anthraquinone pada lidah buaya. Aloin pada ekstrak
nm sehingga aloin dapat berguna dalam penyerapan sinar UV. Aloin pada ekstrak
yang disebabkan sinar matahari hingga 20-30% sehingga aloin dapat digunakan
mg/mL atau 4000 ppm (Kumar, Datta, and Gupta, 2009). Selain itu adanya
pada lidah buaya juga dapat membantu regenerasi kulit dan meningkatkan
pada kulit, antara lain timbulnya kemerahan, adanya noda hitam, penuaan dini,
kekeringan, keriput, bahkan kanker kulit. Sinar UV terdiri dari sinar UV-A (λ
320–400 nm), sinar UV-B (λ 290-320 nm), dan yang memiliki gelombang paling
pendek tetapi memiliki energi serta daya perusak yang paling besar yaitu sinar
UV-C (λ 200-290 nm) (Tranggono dan Latifah, 2007). Untuk mencegah efek
buruk dari pancaran sinar matahari dapat dilakukan dengan cara menghindari
pancaran sinar matahari yang berlebihan, terutama pada jam 10.00-16.00, atau
dengan menggunakan pelindung fisik seperti pakaian yang tertutup dan topi, serta
untuk melindungi kesehatan kulit manusia dari pengaruh negatif UV akibat radiasi
mengandung senyawa kimia yang dapat menyerap dan atau juga dapat
10
jumlah kebutuhan.
4. Antara bahan aktif dan bahan tambahan yang digunakan haruslah mudah
bercampur.
formulasi dan juga penyimpanan, serta mampu menyerap sinar UV-B secara
sediaan sunscreen. Jika nilai SPF yang didapatkan semakin besar, maka semakin
besar pula efektivitas perlindungan yang didapatkan. Nilai SPF dari suatu produk
menyatakan perbandingan antara waktu yang dibutuhkan oleh radiasi sinar UV-A
dan UV-B untuk dapat menimbulkan eritema pada kulit yang terlindungi
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan oleh radiasi sinar UV-A dan UV-B
untuk menimbulkan eritema pada kulit yang tidak terlindungi dengan tingkatan
eritema yang sama (Stanfield, 2003). Menurut FDA, efektivitas suatu sediaan
(SPF < 2), proteksi minimal (SPF 2-4), proteksi sedang (SPF 4-6), proteksi ekstra
(SPF 6-8), proteksi maksimal (SPF 8-15), proteksi ultra (SPF ≥ 15) (Wilkinson
11
C. Emulgel
Emulgel merupakan bentuk gabungan dari sediaan emulsi dan gel yang
penambahan gelling agent tersebut dapat membuat formulasi emulsi menjadi lebih
stabil. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan dalam waktu yang bersamaan adanya
2011). Dengan menggabungkan sediaan emulsi dan gel maka akan terbentuk
sediaan emulgel yang memiliki beberapa kelebihan antara lain dapat lebih mudah
bercampur dengan obat yang bersifat hidrofob dan juga bahan tambahan yang
lain, mempunyai daya sebar yang cukup baik, mempunyai stabilitas fisik yang
lebih baik jika dibandingkan dengan sediaan serbuk, krim, dan juga salep (Chirag,
sediaan emulsi dan gel dengan tipe M/A. Dengan adanya sediaan emulsi dapat
membantu memasukkan obat yang bersifat hirofobik ke dalam fase minyak yang
kemudian nantinya globul-globul minyak itu akan terdispersi ke dalam fase air
dan menghasilkan emulsi tipe M/A. Untuk mendapatkan stabilitas dan juga
pelepasan obat yang baik maka emulsi nantinya akan dicampurkan dengan basis
gel yang ada sehingga terbentuklah sediaan emulgel (Panwar, Upadhyay, Bairagi,
12
D. Stabilitas Emulgel
1. Creaming
2. Flokulasi
3. Koalesens
meliputi partikel rusak dan butir minyak akan berkumpul menjadi satu
4. Inversi
emulsi, dari tipe M/A menjadi A/M atau sebaliknya dan biasanya
13
E. Emulsifying Agent
hidrokarbon yang bersifat non polar dan ujung lain bersifat polar. Karena struktur
yang seperti itu maka agen pengemulsi ini tertarik pada fase minyak dan fase air
dan akan berada pada tegangan antar muka. Adanya agen pengemulsi dapat
stabil dengan cara menurunkan tegangan muka antar fase pendispersi dan fase
menarik fase air dan fase minyak sekaligus, selain itu juga dapat menempatkan
diri di antara kedua fase sehingga mampu untuk menurunkan tegangan permukaan
Tipe emulsi baik tipe M/A ataupun tipe A/M tergantung pada nilai
keseimbangan antara hidrofil dan lipofil atau sering disebut nilai HLB
emulsifying agent. Kombinasi antara nilai HLB suatu agen pengemulsi dapat
menentukan tipe emulsinya, baik tipe M/A yang umumnya mempunyai nilai HLB
9-12 atau tipe emulsi A/M dengan nilai HLB 3-6 (Martin, et al., 1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a. Tween 80
molekul etilena oksida untuk tiap molekul sorbitol dan anhidrida sorbitol.
berminyak. Tween 80 larut dalam air dan etanol (95%), namun tidak larut
sebagai suatu agen pengemulsi untuk membuat emulsi dengan tipe M/A,
pengemulsi untuk tipe M/A adalah 1-15% (Rowe, Sheskey, and Quinn,
2009).
15
F. Gelling Agent
pembuatan gel. Gelling agent yang digunakan untuk sediaan farmasetika ataupun
kosmetik haruslah memiliki sifat inert, aman, dan tidak reaktif terhadap
komponen lainnya. Gelling agent yang digunakan untuk formulasi sediaan cair
harus dapat memberikan bentuk matriks stabil selama penyimpanan, yang dapat
pecah dengan mudah ketika diberikan shear forces pada saat penggojogan atau
Syarat lain untuk suatu gelling agent yang ideal adalah harus tidak
berinteraksi dengan komponen lainnya saat proses formulasi, selain itu juga harus
memiliki reologi yang stabil ketika terjadi perubahan suhu dan juga pH, bebas dari
kontaminasi mikroba, dan mudah ketika diaplikasikan (Mahalingam, Li, and Jasti,
2008).
Gelling agent yang digunakan dalam penelitian ini adalah Carbopol 940
(Gambar 3.). Carbopol 940 merupakan serbuk berwarna putih yang memiliki sifat
higroskopis, asam, dan memiliki bau yang khas. Carbopol 940 dapat mengalami
dekomposisi jika dipanaskan pada suhu 260º C selama 30 menit. Selain berfungsi
sebagai gelling agent, Carbopol 940 juga dapat digunakan sebagai agen penstabil,
agent. Carbopol dapat digunakan sebagai gelling agent pada konsentrasi 0,5-3%
16
ekstrak lidah buaya selain Tween 80 sebagai emulsifying agent dan Carbopol 940
1. Parafin
Parafin memiliki ciri-ciri tidak berbau dan tidak berasa, dapat tembus
cahaya, biasanya tidak berwarna atau berwarna putih, selain itu jika disentuh
sediaan farmasi topikal sebagai komponen krim dan juga salep karena dapat
2. Propil Paraben
17
warna putih, tidak berbau, dan juga tidak berasa. Propil paraben banyak
dan juga formulasi farmasi. Propil paraben dapat digunakan sendiri sebagai
lainnya, namun ini adalah pengawet yang paling sering digunakan dalam
memiliki spektrum aktivitas antimikroba yang luas, dan pengawet ini sangat
et al., 2009).
3. Metil Paraben
bubuk kristal putih, dan juga berbau atau bahkan tidak berbau. Metil paraben
produk makanan, dan juga dalam formulasi farmasi. Sama seperti propil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
atau juga dapat digunakan bercampur dengan pengawet antimikroba yang lain.
Dalam produk kosmetik, metil paraben juga merupakan pengawet yang paling
banyak digunakan. Sama halnya dengan propil paraben, pengawet ini juga
yang luas juga, dan paling efektif dalam menghambat pertumbuhan ragi
jamur. Metil paraben menghambat aktivitas mikroba pada pH 4-8 dan khasiat
4. Propilen Glikol
Propilen glikol terutama digunakan sebagai pelarut atau solven dan juga
merupakan pelarut yang lebih baik jika dibandingkan gliserin karena dapat
2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
5. Trietanolamin (TEA)
tidak berwarna sampai berwarna kuning pucat, kental, dan memiliki bau
H. Desain Faktorial
juga mengevaluasi suatu efek secara objektif pada suatu besaran yang dapat
faktor-faktor yang berpengaruh secara dominan terhadap sifat fisik dan stabilitas
sediaan (Voight, 1994). Desain faktorial dengan dua faktor dan dua level yaitu A
dan B dan masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level
rendah dan level tinggi sehingga dapat diketahui faktor yang dominan
Formula Faktor
A B
1 - -
a + -
b - +
ab + +
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Keterangan:
+ : level tinggi
- : level rendah
Fab : Formula dengan faktor A level tinggi dan faktor B level tinggi.
Jika pada desain faktorial menggunakan dua faktor dan dua level maka
Keterangan:
b1, b2, b12 : koefisien faktor yang dapat dihitung dari hasil percobaan
(Bolton, 1997).
1. Daya Sebar
jawab dalam menentukan keefektifan pelepasan suatu zat aktif dari sediaan
kemampuan suatu sediaan untuk dapat menyebar pada tempat sediaan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
suatu sediaan antara lain viskositas sediaan, lama dan beratnya sediaan
diberikan tekanan, serta suhu di mana dilakukan pengukuran daya sebar. Salah
satu metode yang biasa digunakan untuk mengukur daya sebar adalah
yaitu sederhana karena mudah digunakan serta relatif murah. Namun juga ada
kekurangan dari metode ini yaitu kurang akurat dan juga kurang sensitif
karena mudah berubah jika ada sedikit pergeseran (Garg, Aggarwal, Garg, and
Singla, 2002).
2. Viskositas
mengalir. Semakin tinggi viskositas suatu sediaan maka semakin besar pula
mengalir juga semakin besar, begitu juga sebaliknya (Sinko, 2005). Jika
namun daya sebar sediaan tersebut justru semakin menurun, jadi antara
suatu sediaan. Untuk mengukur viskositas suatu sediaan dapat digunakan alat
22
pembekuan dan juga pemanasan secara berulang dalam beberapa siklus, biasanya
dilakukan pembekuan dengan suhu yang cukup rendah bahkan bisa kurang dari 0º
C lalu dilakukan pemanasan kembali. Uji ini dapat dilakukan pada sediaan yang
memiliki bentuk semi solid maupun cair untuk melihat ada atau tidaknya
perubahan dari sediaan seperti creaming karena ada perbedaan suhu yang
mencolok. Selain adanya creaming juga untuk melihat kestabilan pH, viskositas,
ada atau tidaknya pemisahan pada sediaan, dan mungkin juga perubahan warna
K. Landasan Teori
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menangkal
sinar UV dari matahari adalah dengan menggunakan suatu sediaan farmasi yang
mengandung senyawa yang dapat menangkal radiasi sinar UV. Sediaan sunscreen
yaitu senyawa aloin, di mana senyawa tersebut dapat menangkal radiasi dari sinar
297 nm maka senyawa tersebut dipercaya dapat dijadikan sebagai suatu tabir
dari matahari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
tipe yaitu tipe M/A dan tipe A/M yang merupakan penghantar obat yang baik ke
dalam kulit selain itu juga mudah dicuci. Sedangkan sediaan gel memiliki
kandungan air yang cukup sehingga mampu memberikan kelembaban pada kulit.
Tween 80 dan gelling agent berupa Carbopol 940. Emulsifying agent memiliki
fungsi untuk menurunkan tegangan permukaan antar dua fase yang tidak dapat
Sedangkan gelling agent akan membentuk jaringan struktural di mana jika gelling
emulsifying agent dan gelling agent akan berpengaruh terhadap sifat fisik emulgel.
maupun interaksi keduanya dan dapat diketahui faktor dan/atau interaksi mana yang
signifikan mempengaruhi respon sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel. Selain itu,
dengan desain faktorial juga dapat diketahui komposisi optimum pada level faktor
yang diteliti untuk menghasilkan respon sifat fisik dan stabilitas fisik yang
dikehendaki.
L. Hipotesis
1. Terdapat faktor dan interaksi antara Tween 80 dan Carbopol 940 yang
24
emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya dengan sifat fisik dan stabilitas fisik
BAB III
METODE PENELITIAN
faktorial yang menggunakan dua faktor dan dua level untuk mengetahui faktor
dan interaksi yang berpengaruh secara signifikan dalam menentukan sifat fisik
1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
agent (Tween 80), serta komposisi gelling agent (Carbopol 940) dalam
dua level (level rendah dan level tinggi) untuk mencapai sediaan emulgel
b. Variabel tergantung
terkait viskositas, daya sebar, dan stabilitas fisik sediaan yang dilihat dari
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pemanasan bahan yang digunakan yaitu 70°C, kecepatan putar mixer skala
penyimpanan freeze-thaw.
2. Definisi Operasional
permukaan antara dua zat cair yang tidak saling bercampur sehingga
salah satu zat cair akan terdispersi pada cairan lainnya. Dalam penelitian
sistem gel dan dapat untuk menstabilkan emulgel. Dalam penelitian ini
e. Level adalah tingkatan jumlah untuk faktor, dalam penelitian ini ada dua
level, yaitu level rendah dan level tinggi. Untuk formula sebanyak 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
gram, level rendah untuk komposisi Carbopol 940 adalah 20 gram dan
level tinggi untuk komposisi Carbopol 940 adalah 35 gram. Level rendah
kuantitatif, dalam penelitian yaitu respon sifat fisik emulgel (daya sebar
emulgel).
j. Daya sebar adalah diameter penyebaran pada alat uji daya sebar untuk
tiap 1 gram emulgel yang diberi beban kaca penutup dan pemberat
28
optimum <5%.
m. Pergeseran daya sebar adalah persentase selisih daya sebar emulgel yang
disimpan pada suhu tertentu selama siklus freeze-thaw dan daya sebar
optimum <5%.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak lidah buaya
aquadest.
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain gelas ukur (PYREX-
viscotester seri VT-04 (RION-JAPAN), alat uji daya sebar, mistar penggaris,
29
dilarutkan dengan 50 mL etanol p.a dalam labu takar dan dipastikan agar
dalam labu takar 25 mL, ditambahkan etanol p.a hingga batas tanda maka
bahwa untuk menghitung SPF kadar sampel dalam kuvet harus ekuivalen
dengan 0,001% atau 0,01 g/L atau 10 mg/L bahan aktif. Pengukuran
sebagai blanko. Data serapan dibaca pada setiap interval 5 nm. Kemudian
sebagai berikut
Log SPF =
AUC
panjang gelombang terbesar - panjang gelombang terkecil
Formula (%b/b):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
31
Keterangan:
rendah
rendah
tinggi
Fab = Emulgel dengan Carbopol 940 level tinggi dan Tween 80 level
tinggi
pemanasan aquadest, Tween 80, dan parafin cair pada suhu 70ºC. Setelah
formula yang diharapkan dengan beberapa tetes TEA. Gel dan emulsi lalu
32
freeze-thaw.
b. Uji pH
dan juga ke dalam parafin cair. Jika emulgel larut dalam aquadest
maka termasuk tipe M/A, namun jika emulgel larut dalam parafin cair
33
d. Uji Viskositas
ke dalam cup yang sudah berisi sediaan hingga posisinya tegak lurus.
Ketika alat dinyalakan maka rotor akan berputar dan jarum paada alat
menit dan dicatat diameter sebar yang dihasilkan (Garg et al., 2002).
pendinginan selama 16 jam pada freezer dengan suhu sekitar -5ºC lalu
ruangan (25ºC). Setelah itu sediaan diuji viskositasnya dan juga daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Pada penelitian ini data sifat fisik yang didapatkan meliputi data viskositas
dan daya sebar emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya. Data viskositas dan daya
b2(X2) + b12(X1X2). Selain itu juga diperoleh contour plot untuk tiap respon dan
pada tiap faktor dan juga pada level yang diteliti. Untuk analisis statistik dari hasil
Data stabilitas fisik emulgel yang meliputi pergeseran viskositas dan daya
menggunakan aplikasi R 3.2.2 dengan uji-uji statistik yang dapat digunakan untuk
Carbopol 940, Tween 80 dan interaksi keduanya sehingga dapat diketahui faktor
yang dominan dalam pengaruhnya terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel.
Apabila diperoleh p-value > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa masing-masing
faktor dan juga interaksi antar faktor menunjukkan perbedaan yang tidak
signifikan terhadap respon yang berupa viskositas dan daya sebar. Uji Pos Hoc:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tukey HSD merupakan lanjutan dari Uji ANOVA yang dapat dilakukan pada
perbedaan bermakna dari formula tersebut berada dimana. Namun apabila data
tidak terdistribusi normal atau tidak homogen maka dilanjutkan dengan uji
BAB IV
Nusantara Yogyakarta dengan identifikasi beberapa uji yang telah dibuktikan oleh
untuk mengetahui tingkat keefektifan dari suatu sediaan sunscreen yang dapat
melindungi kulit dari paparan sinar UV dengan panjang gelombang 200-400 nm.
Tabel IV. Hasil Perhitungan Nilai SPF Ekstrak Lidah Buaya pada
konsentrasi 10 ppm
1 1,02
3 1,01
10 ppm ekstrak lidah buaya sebesar 1,01. Nilai SPF tersebut sangatlah kecil jika
perlindungan paling minimum yaitu dengan niilai SPF sebesar 2 untuk suatu
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sediaan sunscreen (Wilkinson and Moore, 2005). Pada sediaan emulgel yang
dibuat digunakan ekstrak sebanyak 0,8 gram dalam 200 gram sediaan sehingga
konsentrasi ekstrak adalah 4000 ppm. Jika dibandingkan dengan konsentrasi pada
pengujian sebelumnya tentu konsentrasi 4000 ppm lebih besar jadi kemungkinan
ada peningkatan nilai SPF ketika dilakukan pengujian. Namun perlu dilakukan
optimasi lebih lanjut terhadap konsentrasi yang bisa digunakan oleh ekstrak lidah
buaya untuk suatu sediaan sunscreen agar dapat memberikan nilai SPF yang
yang ada pada tanaman lidah buaya sebagai zat aktif. Menurut Basmatker, Jais,
dan Daud (2011) senyawa aloin yang terkandung pada tanaman lidah buaya dapat
digunakan sebagai sunscreen karena dapat memblok radiasi dari sinar UV pada
panjang gelombang tertentu. Senyawa aloin sendiri memiliki sifat yang hidrofobik
atau sukar larut dalam air dan karena sifatnya yang lebih berminyak sehingga
tipe minyak dalam air ataupun air dalam minyak, yang dapat menjadi gel setelah
penetrasinya yang cukup tinggi dalam kulit, namun memiliki keterbatasan pada
stabilitasnya dan untuk sediaan gel sendiri memiliki kelebihan yaitu mudah dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
zat aktif yang terkandung di dalamnya bersifat hidrofobik. Selain itu juga
emulgel yang memiliki sistem M/A sehingga lebih mudah dan lebih nyaman jika
diaplikasikan pada kulit dan juga lebih mudah dicuci. Sistem emulsi dibuat
dengan cara mencampurkan fase minyak yang berupa parafin cair dengan fase air
yang berupa Tween 80 dan juga aquadest. Pada sistem emulsi fase minyak
sebagai fase internal dan fase air sebagai fase eksternal sehingga akan terbentuk
suatu sistem emulsi dengan tipe M/A. Fase air dibuat dengan mencampurkan
aquadest dan Tween 80 pada suhu 70ºC di atas waterbath sambil diaduk hingga
homogen. Fase minyak dalam sistem emulsi ini juga dipanaskan pada suhu 70ºC.
Parafin cair ini dapat bertindak sebagai emolien yang bisa mencegah dehidrasi
Sedangkan pada fase air ditambahkan Tween 80 yang berperan sebagai emulgator
yang biasa digunakan sebagai emulsifying agent dalam pembuatan emulsi tipe
M/A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
adalah Carbopol 940. Menurut Patil (2005), Carbopol 940 merupakan suatu
gelling agent yang memiliki viskositas yang cukup baik dan juga lebih stabil
akan bersifat asam dan memiliki pH yang cukup rendah sehingga diperlukan suatu
bahan yang dapat menetralkan pH Carbopol 940, maka TEA perlu ditambahkan
viskositas karena akan terbentuk ion-ion yang bermuatan negatif sehingga akan
terjadi gaya tolak menolak antar ion tersebut sehingga Carbopol 940 akan lebih
rigid dan juga kaku (Barry, 1983). Aquadest dipilih karena merupakan pelarut
yang aman dan biasa digunakan serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit.
Suatu sediaan dapat dikatakan baik jika telah memenuhi persyaratan uji
sifat fisik dan juga stabil dalam kondisi penyimpanan. Uji sifat fisik terhadap
sediaan emulgel dilakukan 48 jam setelah pembuatan. Beberapa sifat fisik yang
diuji dari sediaan emulgel meliputi uji organoleptis, uji pH, uji tipe emulsi, uji
40
1. Uji Organoleptis
sudah tidak ada pengaruh dari faktor pengacau pada saat pembuatan dengan
visual terhadap sediaan yang meliputi warna, bau, dan homogenitas sediaan.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat memenuhi
aspek acceptability untuk konsumen atau tidak. Sesuai dengan tabel V hasil
uji organoleptis yang didapatkan yaitu sediaan emulgel dengan warna putih,
dengan bau yang khas, dan juga sediaan yang dibuat homogen.
Kriteria Formula
Pengamatan F1 Fa Fb Fab
2. Uji pH
formula yang telah dibuat. Pada uji pH ini, pH sediaan yang diharapkan yaitu
(Rajeswari, 2014).. Hasil dari uji pH dapat dilihat pada tabel VI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Formula F1 Fa Fb Fab
Replikasi
1 6 6 6 6
2 6 6 6 6
3 6 6 6 6
Uji tipe emulsi ini dilakukan untuk memastikan apakah sediaan yang
dibuat menghasilkan tipe emulsi sesuai dengan yang diharapkan yaitu tipe
M/A karena adanya zat aktif yang bersifat sukar larut dalam air sehingga akan
lebih stabil jika berada dalam suatu sistem emulsi dengan tipe M/A. Metode
yang digunakan untuk melakukan uji tipe emulsi adalah dengan cara
melarutkan sediaan emulgel yang telah dibuat pada fase minyak (parafin cair)
dan juga fase air (aquadest) yang ditambahkan secara berlebih. Hasil
pengujian tipe emulsi ditunjukkan dengan larutnya sediaan emulgel pada salah
satu fase tersebut. Hasil yang didapat yaitu, sediaan emulgel lebih larut dalam
aquadest sehingga tipe emulsinya adalah tipe M/A, seperti yang terlihat pada
gambar 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
(a) (b)
Buaya: (a) emulgel dilarutkan pada fase minyak dan (b) emulgel
4. Uji Viskositas
suatu sistem dengan makin kental suatu cairan maka semakin besar kekuatan
yang diperlukan oleh cairan tersebut untuk dapat mengalir (Martin et al.,
1993). Viskositas yang diharapkan untuk suatu sediaan tidak boleh terlalu
encer dan juga tidak boleh terlalu kental, viskositas sediaan emulgel yang
akan meningkat pula waktu retensi pada tempat aplikasinya, namun akan
menurunkan daya sebar dari sediaan sehingga uji viskositas ini dibutuhkan
untuk suatu sediaan semisolid untuk melihat sifat alir dari sediaan ketika
48 jam setelah pembuatan agar sudah tidak terpengaruh oleh shearing stress
yang terjadi karena energi kinetik pada saat pembuatan yang mungkin dapat
43
Carbopol 940 pada level tinggi. Formula yang memiliki viskositas paling
rendah adalah formula 1 dengan komposisi Carbopol 940 dan Tween 80 pada
level rendah. Pada tabel VII juga diketahui bahwa koefisien variasi (CV) < 5%
Formula F1 Fa Fb Fab
Replikasi
44
Carbopol 940 dan Tween 80 terhadap respon viskositas. Uji statistik yang
digunakan adalah uji ANOVA pada tingkat signifikansi p-value < 0.05.
80, dan X1X2 adalah interaksi antara Carbopol 940 dan Tween 80.
Expert 9.0.6 didapatkan nilai p-value < 0,05 yaitu < 0,0001 sehingga dapat
dikatakan signifikan. Selanjutnya dilihat efek dari kedua faktor yang nantinya
efek ini akan menunjukkan manakah faktor yang berperan dalam menentukan
respon viskositas apakah Carbopol 940, Tween 80, ataukah interaksi dari
80, dan juga interaksi antara Carbopol 940 dan Tween 80 memiliki efek untuk
memiliki nilai positif, namun Carbopol 940 memiliki efek yang lebih tinggi
terhadap respon viskositas sediaan emulgel. Pada Carbopol 940 dan juga
Tween 80 memiliki efek signifikan yang ditunjukkan dengan nilai p-value <
0,05, sedangkan untuk interaksi keduanya tidak memiliki efek yang signifikan
terhadap viskositas karena nilai p-value > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Carbopol 940 memiliki efek yang dominan terhadap respon viskositas.
Sifat Carbopol 940 sebagai gelling agent yang berbentuk serbuk mudah
45
molekul air dari Carbopol 940 dapat mangikat molekul air sehingga
mengelilingi rantai polimer dengan suatu hidrasi air (Martin, et al., 1993).
penurun viskositas pada interaksi maka dapat dilihat dari data yang dihasilkan
oleh Design Expert 9.0.6. Di mana garis merah menandakan level tinggi suatu
faktor dan garis hitam menandakan level rendah dari suatu faktor. Gambar 9
menunjukkan bahwa garis merah merupakan level tinggi Carbopol 940 dan
garis hitam merupakan level rendah Carbopol 940. Semakin banyak Tween 80
yang digunakan pada level tinggi maupun level rendah Carbopol 940 akan
buaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Viskositas
Pada gambar 10 menunjukkan garis merah adalah level tinggi Tween 80,
sedangkan garis hitam menunjukkan level rendah Tween 80. Semakin banyak
Carbopol 940 yang digunakan pada level tinggi maupun pada level rendah
47
viskositas sediaan.
yang tinggi. Penggunaan Carbopol 940 dan juga Tween 80 yang semakin
encer sehingga diameter daya sebar semakin besar, sebaliknya nilai viskositas
yang semakin tinggi maka sediaan akan semakin kental sehingga diameter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
menggunakan kaca bundar berskala dengan pemberian beban 125 gram. Hasil
yang diharapkan dari pengukuran daya sebar ini sekitar 3-5 cm yang
diaplikasikan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel IX, daya sebar dari masing-
masing replikasi pada tiap formula masuk ke dalam range daya sebar yang
ditentukan, selain itu juga menunjukkan nilai koefisien variasi (CV) < 5%
Tabel IX. Data Sifat Fisik Uji Daya Sebar Emulgel Sunscreen
Formula F1 Fa Fb Fab
Replikasi
49
Carbopol 940 dan juga Tween 80 yang dihasilkan terhadap respon daya sebar.
sebagai berikut:
Expert 9.0.6 didapatkan nilai p-value < 0,05 yaitu 0,0062 sehingga dapat
Carbopol 940, Tween 80, ataukah interaksi dari keduanya yang berpengaruh
juga interaksi antara Carbopol 940 dan Tween 80 sama-sama memiliki efek
untuk menurunkan daya sebar emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya karena
ketiganya memiliki nilai negatif, namun Carbopol 940 memiliki efek yang
paling tinggi terhadap respon daya sebar sediaan emulgel. Pada Carbopol 940
dan juga Tween 80 memiliki efek yang signifikan dengan ditunjukkannya nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
p-value < 0,05, sedangkan untuk interaksi keduanya tidak memiliki efek yang
signifikan terhadap viskositas karena nilai p-value > 0.05. hal tersebut bisa
terjadi karena adanya interaksi antar komponen dalam sediaan dan perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui komponen apa yang saling
berinteraksi.
tinggi maupun level rendah Tween 80 akan menurunkan respon daya sebar
menunjukkan hal yang sama, yaitu semakin banyak Tween 80 pada level
tinggi maupun level rendah Carbopol 940 makan juga akan menurunkan
respon daya sebar pada sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya.
Sebar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
menunjukkan daya sebar dengan nilai yang rendah, sedangkan daerah dengan
warna merah menunjukkan daya sebar dengan nilai yang tinggi. Penggunaan
Carbopol 940 dan juga Tween 80 yang semakin banyak dalam pembuatan
sediaan emulgel maka akan menurunkan respon daya sebar yang didapatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Setelah dilakukan pengujian sifat fisik dari sediaan emulgel dan juga
pengujian viskositas serta daya sebar maka perlu dilakukan optimasi formula
untuk mendapatkan suatu formula yang optimum dengan syarat sifat fisik dan
juga stabilitas fisik yang sesuai dengan harapan. Optimasi ini menggunakan
Design Expert 9.0.6. Grafik contour plot untuk viskositas dan daya sebar yang
telah dihasilkan lalu digabungkan dan menghasilkan suatu grafik yang disebut
contour plot superimposed. Dari grafik tersebut akan didapatkan area optimum
sediaan yang sesuai dengan range viskositas yaitu pada 200-350 dPa.s serta sesuai
range daya sebar yaitu pada 3-5 cm. Area optimum tersebut terdiri dari beberapa
titik yang nantinya akan diambil satu titik untuk dilakukan validasi. Berikut
merupakan salah satu titik yang diambil dan akan dilakukan validasi.
53
didapat hasil viskositas = 299,329 dPa.s dan juga daya sebar = 4,40723 cm.
Validasi dilakukan dengan cara membuat sediaan sesuai dengan komposisi yang
tertera pada contour plot superimposed sebanyak tiga replikasi, lalu dilakukan uji
sifat fisik yang berupa viskositas dan daya sebar. Hasil yang diperoleh lalu
Replikasi R1 R2 R3
Respon
303,333 dPa.s dan daya sebar dengan rata-rata 4,5 cm. Selanjutnya dilakukan uji
memiliki nilai p-value > 0,05, yaitu untuk viskositas dengan nilai p-value sebesar
0,4597 dan daya sebar sebesar 0,3484. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
teorotis dengan hasil validasi tidak berbeda signifikan sehingga dapat disimpulkan
ekstrem atau yang disebut dengan freeze-thaw cycle dengan 3 siklus yang dimulai
48 jam setelah pembuatan. Suhu penyimpanan pada freeze-thaw cycle ini yaitu
penyimpanan selama 16 jam pada suhu -5ºC dan selama 8 jam pada suhu 25ºC.
Parameter kestabilan sediaan dapat dilihat dari hasil uji organoleptis, uji pH,
pergeseran viskositas, serta pergeseran daya sebar. Maka dari itu uji stabilitas
1. Uji Organoleptis
yang signifikan terhadap warna dan bau sediaan yang berarti sediaan stabil
selama penyimpanan. Selain itu, pada sistem emulgel juga tidak menunjukkan
adanya pemisahan yang berarti Tween 80 dan Carbopol 940 mampu menjaga
juga dilakukan setelah siklus freeze-thaw dan didapatkan hasil sediaan yang
masih tetap homogen tidak terjadi pemisahan antara fase minyak dari gelnya
55
2. Uji pH
stabil.
penting dari keberhasilan suatu sediaan. Dengan tidak adanya perubahan dari
bentuk fisik sediaan maka dapat dikatakan bahwa sediaan tersebut stabil.
dilakukan setelah 48 jam pembuatan dari hasil pengujian viskositas. Data yang
data viskositas, sedangkan daya sebar merupakan turunan dari hasil viskositas.
memiliki selisih yang paling banyak dengan hasil pada pengukuran setelah 48
jam. Berikut merupakan data persentase perubahan stabilitas sediaan pada tiap
56
stabilitas dimasukkan sebagai respon. Selain itu untuk mengetahui efek antara
adalah:
X2 adalah Tween 80, dan X1X2 adalah interaksi antara keduanya. Selanjutnya
57
Perubahan Stabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
sedangkan banyaknya Tween 80 pada level rendah (garis hitam) Carbopol 940
Perubahan Stabilitas
stabilitas.
persentase perubahan stabilitas dengan nilai rendah, dan daerah warna hijau
59
jumlah Carbopol yang digunakan dan semakin sedikit jumlah Tween 80 yang
Pergeseran Viskositas
Viskositas (dPa.s)
310 Formula 1
290 Formula A
270
Formula B
250
Formula AB
230
0 1 2 3
Siklus ke-
60
menunjukkan bahwa pada formula 1 dan formula A memiliki nilai p-value >
bermakna, namun pada formula B dan formula AB didapati nilai p-value <
hasil melalui pengamatan fisik yang dilakukan selama siklus tidak terjadi
perubahan fisik dari sediaan. Maka adanya penurunan hingga 11,8% pada
Hasil dari pergeseran daya sebar dapat dilihat pada gambar 20 yang
walaupun tidak terlalu meningkat secara signifikan. Selain itu hasil uji statistik
juga menyatakan bahwa tiap formula memiliki nilai p-value > 0.05 sehingga
dapat dikatakan bahwa peningkatan daya sebar memiliki perbedaan yang tidak
4,7
Daya Sebar (cm)
4,6 Formula 1
4,5 Formula A
Formula B
4,4
Formula AB
4,3
4,2
0 1 2 3
Siklus ke-
61
terjadi perubahan fisik pada sediaan, maka adanya kenaikan daya sebar tidak
optimum dari sediaan yang dapat menghasilkan stabilitas yang baik, karena
stabilitas juga merupakan salah satu parameter untuk sediaan emulgel yang
9.0.6 nantinya akan didapat suatu grafik contour plot superimposed, di mana
dari grafik tersebut akan didapatkan area optimum sediaan yang memiliki
range viskositas dan daya sebar yang diinginkan. Area optimum tersebut
biasanya terdiri dari 100 titik yang semuanya memiliki desirability atau sifat
yang diingini dengan prediksi yang cukup tinggi. Berikut merupakan salah
dPa.s, daya sebar 4,44157, dan jika dilakukan uji stabilitas akan dihasilkan
62
BAB V
A. Kesimpulan
2. Komposisi optimum dari Carbopol 940 dan Tween 80 yang dapat ditemukan
lidah buaya dengan sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel yang dikehendaki.
B. Saran
2. Optimasi ekstrak lidah buaya yang akan digunakan agar dapat mencapai
3. Uji nilai SPF pada sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya.
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
DAFTAR PUSTAKA
Anitha, T., 2012, Medical Plants Used In Skin Protecion, Asian Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research, 5 (3), 35-38.
Baibhav, J., Gurpreet, S., Rana, A.C., Seema, S., Vikas, S., 2011, Emulgel: A
Comprehensive Review On The Recent Advances In Topical Drug
Delivery, International Research Journal Of Pharmacy, 2 (11), 66-70.
Basera, K., Bhatt, G., Kothiyal, P., and Gupta, P., 2015, Nanoemulgel: A Novel
Formulation Approach for Topical Delivery of Hydrophobics Drugs,
World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 4 (10), 1871-
1886.
Basmatker, G., Jais, N., and Daud, F., 2011, Aloe vera: A Valuable
Multifunctional Cosmetic Ingredient, International Journal Medical
Plants, 1(3), 338-341.
Chirag, P., Tyagi, S., Gupta, A.K., Sharma, P., Prajapati, P.M., and Potdar, M.B.,
2013, Emulgel: A Combination of Emulsion and Gel, Journal of Drug
Discovery and Theurapeutics, 3 (1), 72-74.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi 5, Dirjen POM, hal. 687..
Friberg, S.E., L.G. Quencer, and M.L. Hilton. 1996, Theory of Emulsions, in
Lieberman H.A., Rieger, M.M., and Banker, G.S., (Eds.).
Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems, Volume 1, Second
Edition, Revised and Expanded, Marcel Dekker Inc., New York, p. 57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Furnawanthi, I., 2002, Khasiat dan manfaat Lidah Buaya, Agro Media Pustaka,
Jakarta.
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., and Singla, A., 2002, Spreading of Semisolid
Formulations, Pharmaceutical Technology, pp. 84-102.
Joseph, B., and Raj, S. J., 2010, Pharmacognostic and Phytochemical Properties
of Aloe vera (L.), International Journal of Pharmaceutical Sciences
Review and Research, 4(2), 106-110.
Kumar, S.M., Datta, P.K., Gupta, S.D., 2009, In vitro Evaluation of UV Opacity
Potensial of Aloe vera L. Gel from Different Germplasm, Journal Nat.
Medication, 63, pp. 195-199.
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktek Industri
Farmasi II, Edisi III, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi dan IIs Aisyah,
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Mahalingam, R., Li, X., and Jasti, B. R., 2008, Pharmaceutical Manufacturing
Handbook: Production and Processes, Wiley-Interscience, New Jersey,
pp. 279-293.
Maharani, S.R., 2014, Optimasi Gelling Agent Carbopol 940 dan Humectant
Gliserol dalam Sediaan Gel Antiinflamasi Lidah Buaya Gel (Aloe
barbadensis Mill.), Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Martin, A., Swarbrick, J., Cammarta, A., 1993, Physical Pharmacy, Physical
Chemical Principle in the Pharmaceutical Sciences, Edisi Ketiga, Jilid
Kedua, diterjemahkan oleh Yoshita, UI Press, Jakarta, hal. 997, 1083-
1085, 1150.
66
Panwar, A.S., Upadhyay, N., Bairagi, M., Gujar, S., Darwhekar, G.N., and Jain,
D.K., 2011, Emulgel: A Review, Asian Journal of Pharmacy and Life
Science, 1 (3), 333-343.
Pena, L. E., 1990, Gel Dosage Form: Theory, Formulation and Processing In
Osborne, D. W., and Amann, A. H., Topical Drug Delivery
Formulations, Marcell Dekker, New York, pp. 381-387.
Rosita, Ir., 2008, Sehat, Cantik, dan Penuh Vitalitas Berkat Lidah Buaya, PT
Mizan Pustaka, Bandung, pp. 17, 26,42.
Singla, V., Saini, S., Joshi, B., Rana, A. C., 2012, Emulgel: A New Platform for
Topical Drug Delivery, International Journal of Pharma and Bio
Science, 3(1), pp. 485-486.
Sudarto, Y. S. P., 1997, Lidah Buaya, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, hal. 14-16.
Tahir, I., Jumina, Yuliastuti, I., 2002, Analisis Aktivitas Perlindungan Sinar UV
secara In Vitro dan In Vivo dari Beberapa Senyawa Ester Sinamat
Produk Reaksi Kondensasi Benzaldehida Tersubstitusi dan Alkil Asetat,
Makalah Seminar Nasional XI, 1-12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tranggono, R. I., dan Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 81-83.
Verlian, W., 2015, Stabilitas Fisika dan pH Sediaan CC (Color Control) Cream
yang Mengandung Virgin Coconut Oil dan Aloe vera Extract, Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 4 (1), hal. 1-17.
Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, UGM Press, hal.
45, 47, 141, 330, 380, 402.
Wungkana, I., Suryanto, E., dan Momuat L., 2013, Aktivitas Antioksidan dan
Tabir Surya Fraksi Fenolik dari Limbah Tongkol Jagung (Zea mays L.),
Jurnal Ilmiah Farmasi, 2 (04), 1-7.
Zatz, J.L., and Kushla, G.P., 1996, Pharmaceutical Dosage Form: Disperse
System, Vol. 2, 2nd Ed., Marcel Dekker Inc, New York, pp. 413-414.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
LAMPIRAN
69
2. Pengenceran
C2 = 10 µg/mL
C2 = 10 ppm
Aa Ab
AUC = x (ΔPa – b)
2
70
4. Perhitungan SPF
Replikasi 1
0.4652
log SPF = = 0.0155
30
SPF = 1.0156
Replikasi 2
0.3825
log SPF = = 0.0127
30
SPF = 1.0127
Replikasi 3
0.3850
Log SPF = = 0.0128
30
SPF = 1.0128
Notasi
Level tinggi = +
Level rendah = -
Faktor b = Tween 80
71
Lampiran 4. Hasil Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan Emulgel
1. Uji Organoleptis
(48 jam)
72
2. Uji pH
Formula F1 Fa Fb Fab
Replikasi
1 6 6 6 6
2 6 6 6 6
3 6 6 6 6
Formula F1 Fa Fb Fab
Replikasi
Formula F1 Fa Fb Fab
Replikasi
73
4. Uji Viskositas
Formula F1 Fa Fb Fab
Siklus ke-
74
Formula F1 Fa Fb Fab
Siklus ke-
75
b. Uji ANOVA
c. Persamaan Viskositas
76
a. Efek Carbopol 940, Tween 80, dan interaksinya terhadap daya sebar
b. Uji ANOVA
77
perubahan stabilitas
b. Uji ANOVA
78
1. Pergeseran Viskositas
a. Input Data
b. Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
c. Uji Homogenitas
data tidak normal seperti pada formula 1 maka dilakukan uji non
Formula 1
Formula a
Formula b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Formula ab
d. Uji ANOVA
Formula a
Formula b
Formula ab
Formula 1 0.1686*
Formula a 0.0296**
Formula b 0.208*
Formula ab 0.0167**
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Jika * p-value > 0.05 maka berbeda tidak bermakna, ** p-value < 0.05
maka berbeda bermakna.
Pada formula A dan AB menghasilkan viskositas yang berbeda
bermakna selama pengkondisian pada saat freese-thaw, sehingga perlu
dilakukan uji pos hoc Tukey HSD untuk formula A dan juga formula
AB dengan tujuan untuk mengetahui siklus manakah yang
mempengaruhi hasil perbedaan yang bermakna tersebut.
Formula a
Formula ab
82
a. Input Data
b. Uji Normalitas
83
c. Uji Homogenitas
akan dilanjutkan dengan uji ANOVA. Namun, jika sebaran data tidak
Formula 1
Formula a
Formula b
Formula ab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
d. Uji ANOVA
Formula 1
Formula a
Formula b
Formula 1 0.33*
Formula a 0.118*
Formula b 0.201*
Formula ab 0.462*
85
Validasi
1. Viskositas
Replikasi Respon
Viskositas Rata-rata Teoritis
(dPa.s) (dPa.s)
1 295
2 305 303.333 299.329
3 310
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
2. Daya Sebar
Replikasi Respon
Daya sebar Rata-rata Teoritis
(cm) (cm)
1 4.55
2 4.60 4.50 4.40723
3 4.35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
BIOGRAFI PENULIS