YUYUN ANGRAINI
NIM : B1A119378
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan kasih karunia-Nya yang tidak henti-hentinya,
judul “Penentuan Aktivitas Tabir Surya Sediaan Lotion Ekstrak Metanol Tinta
Cumi-cumi (Loligo sp) Secara Invitro”, yang merupakan salah satu persyaratan
untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi S1 Farmasi Fakultas
dari banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga skripsi
Alimuddin dan Ibunda Nasri dengan seluruh kasih sayang dan pengorbanan serta
dukungan penuhnya, baik berupa materi, nasehat, dan doa yang tulus kepada
penulis.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari semua pihak yang telah
memberikan bimbingan, bantuan, saran, dan nasehat. Oleh karena itu, pada
1. Ibu Hj. Suryani, SH., MH, selaku ketua YPI Megarezky Makassar.
iv
2. Bapak Prof.Dr.dr.Ali Aspar Mappahya, Sp.PD.Sp.JP(K), selaku Rektor
Universitas Megarezky.
3. Bapak Dr. apt. Jangga, S.Si., M.Kes, selaku Dekan Universitas Megarezky.
4. Bapak apt. Ahmad Irsyad Aliah, M.Si, selaku Ketua Program Studi S1
Farmasi.
5. Bapak apt. Ahmad Irsyad Aliah, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
Megarezky Makassar.
Pembimbing I dan Ibu apt. Nurul Inayah, S.Farm,. M.Si, selaku Dosen
7. Bapak Nurfiddin Farid., S.Farm., M.Si, selaku Dosen Penguji Utama yang
juga banyak memberikan saran, masukan dan arahan kepada penulis dalam
8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Universitas Megarezky yang telah
selama ini.
9. Teman terkasih (Sri Kartini dan Rusniati) yang telah menemani dan
memberikan dukungan, doa, dan kasih sayangnya selama ini dengan tulus dan
ikhlas.
v
10. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih
karena telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran, pendapat atau
bantuan dari semua pihak mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa, dan hasil
Makassar, 2022
Penulis,
Yuyun Angraini
B1A119378
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 4
B. Kulit ....................................................................................................... 13
vii
C. Kosmetik ................................................................................................ 19
D. Lotion..................................................................................................... 22
E. Melanin .................................................................................................. 24
N. Hipotesis ................................................................................................ 49
B. Pembahasan ........................................................................................... 63
viii
A. Kesimpulan ............................................................................................ 70
B. Saran ...................................................................................................... 70
LAMPIRAN .....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rancangan formula lotion Ekstrak metanol tinta cumi-cumi .......... 53
Tabel 4.6 Data hasil pengujian nilai SPF Sediaan Lotion ................................ 61
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
xiii
ABSTRAK
Kata Kunci : Tinta cumi-cumi (Loligo sp), Melanin, lotion, Tabir Surya.
xiv
BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan organ tubuh terbesar pada manusia yang memiliki fungsi
proteksi. Kulit memiliki fungsi sebagai barrier fisik, perlindungan terhadap agen
regenerasi dan penyembuhan luka. Berbagai fungsi kulit tersebut diperankan oleh
keseluruhan lapisan kulit. Terdapat tiga lapisan kulit yang paling utama yaitu
membutuhkan bantuan sinar matahari pagi. Setelah pukul 9 pagi, sinar matahari
justru memancarkan sinar UVA (Ultraviolet A) dan UVB (Ultraviolet B). Sinar
tersebut justru berbahaya bagi manusia. Terpapar sinar UVA dan UVB terlalu
lama mengakibatkan kulit terasa perih akibat terbakar, lalu muncul flek-flek hitam
pada wajah. Sinar UV juga mengganggu regenerasi sel, merusak kolagen, dan
elastisitas kulit. Tak heran bila kulit yang sering terpanggang sinar matahari
terlihat lebih tua, karena munculnya kerutan-kerutan pada kulit. Reaksi neatif
paling parah dari paparan sinar UVB adalah memicu penyakit kanker pada kulit
1
Pada dasarnya, kulit secara alami sudah memiliki kemampuan melindungi
pigmen kulit atau sering disebut dengan melanin. Melanin ini bekerja melindungi
kulit dengan cara memantulkan kembali sinar matahari. Jika kulit terpapar sinar
matahar, maka akan timbul dua reaksi pertama melanin akan bertambah dengan
cepat ke permukaan kulit. Kedua, akan terjadi pembentukan melanin baru. Jika
warna kulit wajah akan semakin gelap dan terkadang terbentuk spot hitam atau
noda-noda hitam yang tidak merata pada kulit (Dewi Mulyawan, 2013).
Semakin coklat warna kulit maka semakin tebal lapisan melanin pada kulit,
sehingga memberi perlindungan lebih banyak bagi kulit. Oleh karena itu, semakin
putih kulit seseorang, semakin rentan terhadap radiasi ultraviolet (UV). Mengingat
bahaya dari radiasi ultraviolet (UV) matahari, maka kulit perlu dilindungi meski
yang kita lakukan diluar rumah yang cenderung terpapar sinar matahari. Tabir
surya (sunblock) adalah suatu zat atau material yang dapat melindungi kulit
terhadap radiasi sinar UV. Sediaan kosmetik yang mengandung tabir surya
biasanya dinyatakan dalam label dengan kekuatan SPF (Sun Protecting Factor)
tertentu. Nilai SPF terletak diantara kisaran 2—60, angka ini menunjukkan
seberapa lama produk tersebut mampu melindungi atau memblok sinar UV yang
2
Cumi-cumi merupakan produk unggulan ekspor Indonesia yang dikonsumsi
adanya kantung tinta yang terdapat di atas usus besar dan bermuara di dekat anus.
Bila cumi-cumi diserang musuh, kantung tinta akan berkontraksi melalui pipa.
terutama ikan. Selain itu tinta cumi-cumi juga mengandung butir-butir melanin
atau pigmen hitam. Melanin alami adalah melanoprotein yang mengandung 10-
15% protein, sehingga menjadi salah satu sumber protein yang sama baiknya
dengan kandungan protein pada daging. Tinta cumi-cumi maupun tinta sotong
pelarut metanol diduga mempunyai sifat yang melarutkan semua jenis komponen
yang berupa senyawa polar, non polar dan semi polar (Chasani et al, 2013).
3
Dari latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian untuk membuktikan
bahwa ekstrak metanol tinta cumi-cumi (Loligo sp) dapat diformulasikan menjadi
lotion yang memiliki aktivitas tabir surya. Dan bertujuan menguji sifat mutu
sediaan serta penentuan nilai SPF dari sediaan lotion, serta mengubah pandangan
dimanfaatkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
2. Untuk mengetahui aktivitas tabir surya sediaan lotion ekstrak metanol tinta
D. Manfaat Penelitian
4
2. Dapat menambah wawasan penhetahuan tentang ekstrak metanol tinta cumi-
cumi (Loligo sp) dapat diformulasikan menjadi sediaan lotion yang memiliki
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Cumi-Cumi
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Cephalopoda
Subkelas : Coleoidea
Ordo : Teuthoidea
Family : Loligonidae
Genus : Loligo
6
2. Morfologi Cumi-Cumi
dan memiliki cangkang yang terbuat dari sel kapur. Secara umum, biologi
lainya. Cumicumi memiliki kepala dan kaki yang dapat dibedakan dengan
jelas. Organ mata terdapat di kepala dengan ukuran yang besar, tentakelnya
berenang. Selain itu juga tentakel digunakan untuk mempertahankan diri dan
sesuai arah yang diinginkan dengan cara mengatur posisi sifon. Sistem ini
maksimum 400 mm, namun secara umum panjang mantel cumi-cumi yaitu
7
penghuni demersal atau semipelagik pada daerah pantai dan paparan benua
yaitu pada siang hari akan berkelompok dekat dasar perairan dan akan
menyebar pada kolom perairan ketika malam hari. Cumi-cumi tertarik pada
pasang lengan yang lebih panjang dibandingkan lainnya dan disebut tentakel.
Lengan paling dorsal atau paling atas disebut dengan lengan I kemudian
diikuti dengan lengan II yang terletak di latero dorsal, lengan III yang
Setiap lengan memiliki alat peghisap (sucker) dengan diameter kurang dari 2
cumi berfungsi untuk menangkap mangsa terletak diantara lengan III dan IV,
panjang dan kuat. Pada bagian ujung tentakel melebar dan menebal, terdapat
duri-duri isap yang disebut dengan gada (tentacular club). Gada dapat
dibedakan menjadi tiga bagian yaitu dactylus yang terletak di bagian ujung
yang meruncing, manus yang terletak di bagian tengah yang melebar, dan
8
Selain mengandung protein yang tinggi, cumi-cumi juga mengandung
asam amino penting dan mineral seperti natrium, kalium, fosfor, kalsium,
cumi berkisar antara 18–23%, dengan kadar protein tertinggi terdapat pada
berkisar antara 1–3%, sedangkan kadar abunya adalah berkisar antara 1-2%.
kisaran kandungan gizi cumi-cumi meliputi kadar air (78,1–82,2%), abu (1,2–
air, abu, protein dan lemak pada cumi-cumi tidak jauh berbeda.
kalsium, magnesium, fosfor, seng, dan iodum yang bermanfaat bagi tubuh.
9
di masa tua (Almatsier, 2006). Hasil penelitian Santoso et al., (2014)
karapasnya.
juga memiliki 18 jenis asam amino penting yang bermanfaat bagi tubuh.
Kandungan asam amino tertinggi terdapat pada asam glutamat yaitu 2,12
g/100g, asam aspartat 1,503 g/100g, arginin 1,136 g/100g, dan lisin 1,164
neurotransmiter di otak dan saraf otot, selain itu aspartat juga berperan dalam
iodium, dan cobalt. Asam amino dibagi menjadi asam amino esensial dan
10
sel-sel tubuh yang rusak, menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh,
membuat protein darah, pemberi kalori pada tubuh, dan menurunkan kadar
Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak bisa diproduksi
sendiri oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari konsumsi makanan. Jenis-
jenis asam amino esensial yaitu triptofan, treonin, metionin, lisin, leusin,
asam amino yang bisa diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga memiliki
esensial. Asam amino nonesensial yang diproduksi oleh tubuh antara lain
adalah tirosin, sistein, serin, prolin, glisin, asam glutamat, asam aspartat,
2013). Karakteristik dari cumi-cumi yaitu adanya kantung tinta yang terdapat
di atas usus besar dan bermuara di dekat anus. Bila cumi-cumi diserang
musuh, kantung tinta akan berkontraksi melalui pipa. Hal ini menyebabkan
dari tinta yang diproduksi sebagai bentuk pertahanan diri terhadap musuhnya.
Selama ini tinta cumi-cumi belum banyak dimanfaatkan padahal didalam tinta
11
Metabolit sekunder yaitu metabolit yang tidak memiliki fungsi untuk
metabolit sekunder yang beratom nitrogen dan bersifat basa. Beberapa jenis
2008). Selain itu tinta cumi-cumi ini mengandung butir-butir melanin atau
15% protein, sehingga menjadi salah satu sumber protein yang sama baiknya
dan asam amino esensial berupa lisin, leusin, arginin, dan fenilalanin
peningkatan jumlah sel leukosit dan sel nukleat sum-sum tulang, yang
12
meningkatkan sistem imun untuk membunuh sel kanker (Zhong et al., 2009).
Melanin juga berperan sebagai antioksidan (Lei et al.,2007a), anti radiasi (Lei
cumi-cumi digunakan sebagai bahan peningkat cita rasa (Flavor). Selain itu,
bagi tubuh. Hal ini disebabkan cumi mengandung kolesterol yang cukup
kolesterol pada cumi-cumi yaitu 159 mg/100 g, setara dengan udang 161
mg/100 dan lebih tinggi dibandingkan kolesterol pada ayam broiler maupun
ayam kampung berturut-turut yaitu sebesar 110 mg/100 g dan 116 mg/ 100 g.
penyakit salah satunya adalah penyakit jantung koroner (Salim et al., 2016).
B. Kulit
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling luar, yang menutupi dan
melindungi permukaan tubuh. Kulit merupakan orhgan terluas pada tubuh dan
13
sebaceous glands (kalenjar palit), sweat glands (kalenjar keringat), folkel
area.
Setiap inci kulit terdiri dari jutaan sel. Kulit orang dewasa luasnya
sekitar 1,69 m2, beratnya 2,7 – 3 kg, dengan ketebalan berbeda di setiap
lokasi, yaitu antara 0,212 – 0,508 cm. Kulit yang paling tipis ada pada area
kelopak mata, dan yang paling tebal ada pada area telapak tangan dan kaki
(tebalnya dapat mencapai 0,6 cm) yang berfungsi untuk menlindungi. Pada
permukaan kulit terlihat adanya alur-alur dan rigi-rigi halus yang membentuk
telapak tangan, serta telapak kaki, pola alur dan rigi kulit sifatnya khasbagi
setiap orang. Pola ini disebut pola sidik jari (dermatogilifi) (Windiyanti dkk,
2019).
dengan usia. Pada usia sangat muda kulit belum matang dan fungsinya belum
baik dalam segi anatomis maupun faali (respon terhadap suhu, trauma, bahan
2. Struktur Kulit
Struktur kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu
14
a. Epidermis
jelas tampak yaitu selapis lapisan tanduk dan selapis lagi zona geinalis
Lapisan Malpighi atau disebut juga prickle cell layer (lapisan akanta)
merupakan lapisan epidermis yang paling kuat dan tebal. Terdiri dari
beda akibat adanya mitosis serta sel ini makin dekat ke permukaan,
15
dalam butir keratohyalin itu terdapat bahan logam, khususnya
jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Antara stratum lucidum
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,
keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten
b. Dermis
adneksa kulit yang berasal dari epidermis, fibroblas, makrofag dan sel
mukopolisakarida.
16
Dermis merupakann komponen terbesar yang menyusun kulit dan
Lapisan kulit ini juga memiliki fungsi untuk melindungi tubuuh dari
tubuh dan mengandung reseptor sensorik. Terdapat dua regio dari dermis,
yaitu papilla dermis dan retikuler dermis. Kedua regio tersebut dapat
besar dari lapisan dermal. Lapisan ini terutama tersusun dari serabut
c. Hipodermis (Subkutis)
sebagai bantalan kulit. Lapisan ini juga memiliki peran secara kosmetik
yaitu dalam membentuk kontur tubuh seseorang. Selain itu, lemak juga
regulasi nafsu makan. Sekitar 80% dari lemak pada tubuh manusia
17
merupakan lemak, sedangkan pada wanita sekitar 15%-20% berat badan
3. Fungsi Kulit
a. Proteksi
Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan
Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan
cara mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air,
selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar.
b. Thermoregulasi
c. Persepsi Sensoris
berupa tekanan, raba, suhu dan nyeri melalui beberapa reseptor seperti
dan Benda Krauss sebagai reseptor suhu dan Nervus End Platesebagai
18
ersebut dan diteruskan ke sistem saraf pusat dan selanjutnya diinterpretasi
d. Absorbsi
Beberpa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dalam tubuh melalui dua
jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kalenjar sebase. Material yang
mudah larut dalam lemak lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan
e. Fungsi lain
C. Kosmetik
1. Pengertian Kosmetik
kehidupan manusia, tetapi sekarang dibuat manusia tidak hanya dari bahan
19
alami, melain juga dari bahan buatan untuk maksud meningkatkan
kecantikan.
sediaan/padua bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis,
rambut, kuku, bibir, organ kelamin luar, gigi dan rongga mulut dengan tujuan
2. Penggolongan Kosmetik
dari bahan alam dan diolah menurut resep cara yang telah turun
temurun dilakukan.
dan diproduksi dengan cara modern, dan diberi bahan pengawet agar
20
3) Kosmetik modern adalah kosmetik yang diproduksi oleh industri
b. Menurut kegunaan
kulit
pengamplas.
21
a) Kosmetik dekoratif yang menimbulkan efek pada permukaan dan
washes
10) Preparat untuk kuku, misalnya cat kuku dan lotion kuku
pelindung
22
13) Preparat untuk suntan dan suncreen, misalnya sunscreen dan
D. Lotion
Produk kosmetik di pasaran saat ini sebagian besar masih didominasi oleh
sediaan lotion dan lotion. Lotion merupakan sediaan semi padat dengan
putih, mudah dicuci dengan air, tidak tembus cahaya dan tidak mudah kering
masalah dalam formulasinya, yaitu fase minyak dan air yang tidak dapat
Menurut Wilkinson dan Moore (1982) lotion adalah produk kosmetik yang
umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur
gravitasi. Lotion dapat juga didefinisikan sebagai emulsi cair yang terdiri dari fase
minyak dan fase air yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih
bahan aktif di dalamnya. Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai
dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera
kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit
23
Lotion merupakan salah satu jenis produk kosmetik yang berupa emulsi
minyak dalam air (m/a) yang dapat membersihkan dan menjaga kesehatan kulit.
Pada dasarnya skin care cosmetics dapat melindungi kulit radiasi ultraviolet dan
Lotion adalah suatu sediaan dengan medium air yang digunakan pada kulit
dapat pula berupa larutan dan emulsi yang mediumnya berupa air. Biasanya
untuk cepat kering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya (Anief,
1984).
E. Melanin
1. Pengertian Melanin
yang disintesis oleh melanosit pada epidermis dan berperan sebagai tabir
satu-satunya penghasil melanin, akumulasi melanin ini dapat terjadi pada sel
keratinosit di lapisan basal kulit (isal pada freckles), serta pada sel makrofag
dari radiasi UV. Warna kecokelatan karena kulit terkena sinar matahari
sangat jarang terjadi pada orang-orang berkulit gelap karena kulit mereka
24
pada kulit mereka. Hal ini tidak terjadi pada orang-orang berkulit erang yang
dalam mikroskop cahaya dan terdiri atas melanosom yang berisi melanin
(Natali, 2009).
2. Jenis-jenis Melanin Terdapat dua tipe pigmen mela-nin utama, antara lain :
a. Eumelanin
Pigmen ini memberikan warna coklat atau coklat gelap dan hitam. Tidak
karboksil.
b. Feomelanin
Pigmen ini memberi warna cerah, yaitu kuning hingga coklat kemerahan.
Larut terutama dalam alkali, mengan-dung nitrogen dan sulfur dan terjadi
3. Melanogenesis
25
Tirosin mengalami proses oksidasi menjadi 3,4-dihidroksi-fenilalanin
(Natalia, 2009).
F. Tabir Surya
Tabir surya (sunblock) adalah suatu zat atau material yang dapat
melindungi kulit terhadap radiasi sinar UV. Sediaan kosmetik tabir surya terdapat
matahari memaparkan bahwa penggunaan tabir surya topikal (oles) secara teratur
26
1. Jenis Tabir Surya
pembagian yaitu :
matahari dan mengubahnya menjadi energi panas. Tabir surya ini disebut
juga suncreen/ tabir surya organik. Tabir surya ini diserap oleh kulit dan
digunakan oleh bayi usia kecil 6 bulan. Contoh tabir surya ini yaitu
sinar matahari. Tabir surya ini dikenal dengan nama sunblock/tabir surya
potensi alergi yang ditimbulkan rendah dan tidak diserap oleh kulit
sehingga dapat dipakai pada anak-anak. Tabir surya fisik merupakan tabir
antara tabir surya fisik dan kimia oleh sebahagian produsen kosmetik.
27
Kemampuan dari suatu tabir surya tidak hanya tergantung dari nilai
SPFnya, ada beberapa faktor yang turut menentukan potensi tabir surya
yaitu :
1) Jenis
Tabir surya yang ideal jenisnya adalah tabir surya yang memberikan
kulit dan stabilitas seperti water resistant ( Hari, 2013; Lili, 2009).
2) Cara pakai
2011) :
28
e) Pemakaian awal atau pergantian tabir surya baru dianjurkan untuk
3) Kadar
Seperti yang telah diuraikan diatas nilai SPF yang baik adalah diatas
SPF pada kemasan tetapi tidak menyantumkan jenis tabir surya yang
proteksi terhadap paparan sinar matahari, meskipun orang yang berkulit gelap
memiliki proteksi yang lebih banyak terhadap sinar UV. Paparan sinar
kulit dalam mentoleransi efek tersebut. Beberapa cara dapat dilakukan dalam
matahari juga memeliki efek negatif bagi kesehatan kulit. Sinar UV matahari
29
terdiri dari sinar UV A, UV B dan UV C. Sinar UV A memiliki panjang
serta dapat menembus kulit hingga mencapai lapisan dermis (dalam) kulit. Di
seluruh UV, sebagian besar diserap oleh lapisan kulit stratum korneum
(lapisan terluar) dan hanya sebagian kecil yang menembus bagian atas dermis
radiasinya tidak mencapai permukaan bumi karena diserap oleh ozon pada
memiliki kemampuan menembus lapisan kulit lebih dalam dan dapat merusak
penuaan (photo aging) kulit. Sinar UV A bersifat stabil sepanjang hari, dapat
10.00-14.00 serta dapat diserap kaca dan awan (Theresia, 2014; Made, 2014,
lilik, 2009).
dalam label dengan kekuatan SPF (Sun Protecting Factor) tertentu. Nilai SPF
terletak diantara kisaran 2—60, angka ini menunjukkan seberapa lama produk
secara sederhana dengan mengalikan angka SPF dengan lamanya waktu yang
30
diperlukan untuk membuat kulitnya terbakar bila tidak memakai tabir surya
dari UV A dan UV B dengan nilai SPF diatas 15, namun tabir surya tidak
2019).
sinar matahari. Pertahanan kulit berupa Melanin (pigmen) yang terdapat pada
epidemis dan protein pada lapisan terluar kulit (Stratum Corneum) dengan
jumlah melanin (zat pigmen) yang dimilikinya. Pada orang kulit gelap
memiliki sel melanin (zat pigmen) lebih banyak sehingga lebih terlindungi
dari bahaya sinar UV matahari, tetapi bukan bearti yang memiliki kulit gelap
tidak mengalami efek dari sinar UV namun perlu paparan yang lebih lama
2014) :
31
1) Sunburn
jelas terlihat dengan gejala berupa kemerahan (eritema) pada kulit yang
6-24 jam setelah paparan sinar matahari dan dapat menghilang dalam 3-5
hari. Namun gejala sunburn dapat lebih berat disertai dengan bengkak
dan demam apalila paparan sinar matahari kuat, lama dan tipe kulit indi
2) Tanning
disebakan oleh paparan sinar matahari. Tanning pada kulit ini terdiri atas
taning awal dan taning lanjutan. Pada tanning awal perubahan warna
kulit menjadi gelap terjadi dalam beberapa menit setelah terpapar sinar
dan jenis kulit individu, sedangkan tanning lanjut timbul dalam 3 sampai
4 hari setelah terpapar dan perubahan warna kulit lebih jelas serta
Theresia, 2009 )
1) Photo Aging
32
Photo Aging merupakan perubahan yang terjadi pada kulit yang
peran lebih pada terjadinya photo aging. Gejala klinis yang terjadi pada
photo aging dapat berupa kulit menjadi kering dan kasar, pigmentasi
jangka waktu lama yang mampu merusak konfigurasi DNA, hal ini juga
tergantung pada kondisi pertahanan tubuh (imunitas) yang ada pada kulit.
Gejala yang timbul akan tampak setelah berapa tahun atau puluhan tahun
G. Ekstraksi Cair-Cair
senyawa atau komponen dari campuran senyawa berupa larutan dengan suatu
pelarut (solven) yang sesuai dan pemisahan kedua fasa cair tersebut. Campran
diuen dan solvent bersifat heterogen atau tidak larut (immiscible), sehingga
33
menghailkan dua fasa yaitu fasa rafinat dan fasa ekstrak. Fasa ekstrak merupakan
fasa pelarut dengan solute, sedangkan fasa rafinat adalah fasa diluen. Ekstraksi
caor-cair dilakukan ketika pemisahan secara destilasi tidak dapat dilakukan karena
Prinsip ekstraksi cair-cair didasarkan dengan adanya suhu dan tekanan yang
sama diantara dua fasa yang tidak saling campur. Distribusi tersebut disebut
distribusi (KD) atau koefisien partisi. KD merupakan tetapan pada temperatur dan
KD = [A]2 / [A]1
Dimana, [A]2 merupakan konsentrasi analit dalam fase organik atau ektrak dan
alat yang disebut corong pisah. Corong pisah adalah suatu alat untuk pemisahan
suatu senyawa dalam campuran senyawa yang tidak larut. Corong pisah berbentuk
seperti kerucut dan terdapat kran dibawahnya yang dapat dibuka atau ditutup,
diekstraksi. Pada bagian atas corong pisah, terdapat lubang dengan penutupnya
yang berfungsi sebagai tempat masuknya senyawa yang akan diekstraksi. Selain
itu juga digunakan statif, dan klem yang berfungsi sebagai penyokong corong
34
pisah pada saat tahapan pendiaman campuran senyawa hingga membentuk dua
berikut :
ditentukan
dengan pennutupnya
kembali. Proses tersebut dilakukan sampai tidak ada gas CO2 yang keluar
dan klem
35
Ketika melakukan ekstraksi cair-cair yag baik, harus dilakukan pemilihan
yang diekstraksi
1. Pengocokan
2. Waktu ekstraksi
ekstraksi, akan tetapi harus dilakukan penentuan ttik (S/F) yang minimum
dkk, 2020).
H. Ekstraksi Padat-Cair
komponen (solute) dari campurannya di dalam padatan yang tidak dapat larut
36
ekstraksi padat-cair berdasaran adanya perbedaan konsentrasi antara solute di
padatan dengan pelarut, serta perbedaan kelarutan senyawa atau komponen dalam
sehingga analit akan berinteraksi dengan pelarut (larut). Selanjutnya, terjadi difusi
dalam pelarut. Kecepatan proses difusi dalam ekstraksi dapat dipengaruhi oleh
1. Jenis pelarut
1. Maserasi
Maserasi merupakan salah satu jenis ekstraksi padat cair yang paling
analit dalam sampel. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari setelah
2017).
37
2. Perkolasi
dengan jalan mengaliran pelarut secara perlahan pada sampel dalam satu
yang keluar atau dilakukan dengan penambahan pelarut dalam jumlah besar
3. Sokletasi
Sokletasi merupakan salah satu jenis ekstraksi menggunakan alat soklet. Pada
relative edikit. Bila ekstraksi telah selesai maka pelarut dapat diuapkan
pelarut-pelarut yang mudah mengup atau mempunyai titik didih yang rendah
(Maria A. U. L, 2017).
I. Pelarut Ekstraksi
polar dapat mengekstraksi analit yang bersifat polar. Bila analit yang akan
diekstraksi bersifat nonpolar, maka pelarut yang lebih sesuai bersifat nonpolar
polaritas yang khas. Semakin tinggi indeks polaritas, semakin polar pelarut
38
tersebut. Selain indeks polaritas, nilai konstanta dielektrik suatu pelarut pelarut
juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan pelarut yang sesuai untuk proses
ekstraksi analit dari sampel, termasuk sampel biofarmaka. Secara umum, pelarut
a. Pelarut polar
Contoh pelarut polar adalah air, metanol, etanol, dan asam asetat.
b. Pelarut semipolar
c. Pelarut nonpolar
sekali tidak larut dalam pelarut polar. Pelarut ini baikuntuk mengekstraksi
39
J. Spektrofotometri Uv-Vis
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan
216).
sampel yang berupa larutan, gas atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan
40
b. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis
bahwa elektron suatu molekul yang tereksitasi maupun tidak akan berasosiasi
3. Komponen-Komponen Spektrofotometer
sebuah tempat sampel, detektor, pengolah signal, dan kompuuter yang bisa
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya dari sebuah spektrometer harus stabil dan tidak berubah
41
biasanya menggunakan dua buah sumber energi. Sumber cahaya yang
untuk pengukuran di daearah sinar tampak dan infra merah dekat. Lampu
Wonorahardjo, 2020).
b. Monokromator
akan masuk dan diterima oleh lensa yang akan memantulkannya ke sebuah
alat pendispersi cahaya. Biasanya untuk keperluan ini diperlukan kisis atau
prisma. Dari kisi atau prisma ini cahaya akan didispersikan, dipisahkan
lagi. Lensa ini yang akan memantulkan cahaya dengan berbagai panjang
keluar, dimana cahaya ini akan dilewatkan ke sampel yang ada di tempat
42
sampel. Lebar spektrum cahaya yang akan melewati sampel ditentuan oleh
c. Tempat sampel
yang menjadi tenpat larutan yang akan diuji. Kuvet yang baik biasanya
terbuat dari kuarsa atau silika tembus pandang yang tidak memberikan
Wonorahardjo, 2020).
d. Detektor
maka ada arus listrik yang dapat diukur. Detektor semacam ini sangat peka
detektor Peliter PbS. Berkas cahaya akan diarahkan ke detektor paada saat
tampak. Detektor terdiri dari sebuah ‘chip’ silikon yang terdiri dari
43
elemen sensor. Chip yang biasa digunakan adalah 1024 fotodiode. Pada
tiap diode ada kapasitor ang dapat menyimpan data. Cahaya ultraviolet
atau sinar tampak yang mengenai rangkaian diode ini akan direkam dan
membuat data digital dapat dibaca dalam bentuk spektrum, bagan, atau
diagram.
menggunakan satu sumber cahaya (sinar tunggal, single beam) dan satu
dua sumber cahaya (sinar ganda, double beam) dan dua tempat sampel
tunggal dan sinar ganda, cahaya dari sumber sinar akan didispersikan
tip yang ketiga, cahaya dengan semua panjang gelombang akan melewati
44
sampel dan bagian cahaya yang diteruskan leh sampel akan didispersikan
K. Uraian Bahan
1. Aquadest
berasa.
2. Asam Stearat
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol
bagian eter P.
3. Etanol
45
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kegunaan : Pelarut
tempat sejuk, jauh dari nayala api (FI Edisi III, 1979).
4. Gliserin
minyak lemak.
5. Trietanolamin
46
Penyimpanan : Simpan ditempat yang sejuk, tertutup rapat terlindung dari
6. Setil Alkohol
Kelarutan : Larut dalam etanol (95 %), larut dalam eter, tidak mudah
47
L. Kerangka Teori
Uji evaluasi
sediaan
- Uji Organoleptis
- Uji pH
- Uji Daya Sebar
Uji nilai SPF
- Uji Viskosotas
- Cycling test
48
M. Kerangka Konsep
F1 F2 F3 F4
Keterangan :
49
N. Hipotesis
penelitian ini adalah melamin yang terkandung di dalam tinta cumi-cumi (Loligo
sp) memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sediaan lotion yang memiliki
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pembuatan ekstrak metanol tinta cumi-cumi (Loligo sp), pembuatan sediaan lotion
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2021 sampai Februari 2022
Sampel cumi-cumi (Loligo sp) di ambil dari tempat pelelangan ikan yang
gelas (Pyrex®), cawan porselin, corong pisah, gunting steril, kertas perkamen,
kertas saring, kuvet kaca, labu ukur 25 ml, 10 ml, dan 50 ml (Pyrex®), lumpang
dan stamper, magic stirrer, pinset, pipet tetes, pipet volume, sendok tanduk,
51
Bahan-bahan yang digunakan adalah Aquadest, Asam Stearat, Etanol 96%,
Gliserin, Metanol, Nipagin, Nipasol, Oleum Rosae, Parafin cair, Sampel tinta
E. Cara Kerja
ditangkap oleh nelayan lalu dicuci dengan air bersih yang mengalir dan
gunting steril. Saluran tinta dipisahkan dengan saluran pencernaan dan organ
lain menggunakan pinset steril dan kantung tinta dikeluarkan dari tubuh
dkk, 2013)
2. Ekstraksi Sampel
kemudian didiamkan selama 7 hari sebagai asumsi bahan aktif telah terikat,
52
kertas saring dan hasil penyaringan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
stirer dengan menggunakan kecepatan 250 rpm selama satu jam, kemudian
dan dipanaskan diatas waterbath agar larutan menjadi pekat. Tinta yang sudah
digunakan dipisah menjadi dua bagian, yaitu bahan yang larut fase minyak
dan bahan yang larut fase air. Bahan-bahan yang larut minyak yaitu asam
stearat, setil alkohol, nipasol, dan parafin cair dimasukkan ke dalam cawan
penguap dan dipanaskan pada suhu 70 ºC. Bahan-bahan yang larut air yaitu
pengadukan. Kemudian, fase minyak dicampurkan dalam fase larut air pada
pada lotion dan aduk kembali hingga homogen (Yola Desnera Putri, Haruman
53
Tabel 3.1 Formula Lotion ekstrak metanol tinta cumi-cumi
Bahan F1 F2 F3 F4 Kegunaan
tinta cumi-cumi
a. Uji Organoleptis
b. Uji pH
54
(7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan
d. Cycling test
jam, perlakuan ini adalah satu siklus. Percobaan diulang selama 6 siklus
dan diamati adanya perubahan kondisi fisik lotion (perubahan warna, bau,
e. Uji Viskositas
55
Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer Rheosys
Cone and Plate dengan kecepatan 11 rpm. 0,5 gram sediaan diletakkan
f. Uji Homogenitas
menggunakan dua buah kaca objek, dimana salah satu kaca dioleskan
hand cream secara tipis dan merata, kemudian diamati dibawah sinar
lotion tabir surya di pasaran (Vaseline Healthy Sunblock SPF 30). Sediaan
ml dan diencerkan dengan etanol 96% sampai pada garis tanda, larutan
56
dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml lalu diencerkan dengan etanol 96%
sampai garis tanda, akan memperoleh konsentrasi 200 ppm. Kemudian data
SPF = CF x ∑320
290 EE(λ) x I(λ) x absorbansi (λ)
Keterangan :
Abs = Absorbansi produk tabir surya (Yola Desnera Putri, Haruman K &
Intan L, 2019).
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari hasil
pengukuran nilai SPF sediaan dan sifat mutu sediaan seperti uji organoleptis, uji
viskositas, uji pH sediaan, uji daya sebar, uji homogenitas serta cycling test.
57
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Warna Aroma
No. Formula Sebelum Setelah Sebelum Setelah
Cycling Test Cycling Test Cycling Test Cycling Test
Keterangan :
58
b. Uji pH
Tabel 4.2. Hasil Pengujian pH Sediaan Lotion
Pengukuran pH
No. Formula Sebelum Setelah Syarat
Cycling Test Cycling Test
1. F1 7,68 7,67
2. F2 7,66 7,57
4,5-8
3. F3 7,49 7,42
4. F4 7,37 7,25
Keterangan :
7.8
7.7
7.6
7.5
7.4
7.3
7.2
7.1
7
Basis F1 F2 F3
58
c. Uji Viskositas
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Viskositas Sediaan Lotion
1. F1 4.200 4.150
2000-50.000
2. F2 4.090 4.050
3. F3 3.900 3.850
4. F4 3.250 3.100
Keterangan :
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
0
F1 F2 F3 F4
59
d. Uji Daya Sebar
Tabel 4.4. Hasil Pengujian Daya Sebar Sediaan Lotion
Beban 50g
No. Formula Sebelum Setelah Syarat
Cycling test Cycling tes
1. F1 5,9 6
2. F2 6 6,2
5-7
3. F3 6 6,5
4. F4 6,3 6,6
6.8
6.6
6.4
6.2
6
5.8
5.6
5.4
F1 F2 F3 F4
60
e. Uji Homogenitas
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Homogenitas Sediaan Lotion
1. F1 Homogen
2. F2 Homogen
3. F3 Homogen
4. F4 Homogen
61
2 11,7738
3 11,8007
1 16,1913
1 19,2902
1 63,0938
Keterangan :
Hasil data di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :
80
61.2754
60
40
16.2443 19.3649
20 11.7498
1.766
0
F1 F2 F3 F4 F5
Nilai SPF
Penelitian tentang formulasi dan uji aktivitas tabir surya sediaan lotion
Ekstrak Metanol Tinta Cumi-cumi (Loligo sp) ini telah dilakukan di Laboratorium
Megarezky Makassar. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kestabilan fisik maupun kimia serta aktivitas tabir surya dari sediaan lotion
penarikan zat aktif yang terkandung di dalam Tinta Cumi-cumi dilakukan dengan
metode maserasi karena maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana dan
digunakan untuk simplisia yang bertekstur lunak sehingga zat aktif yang
pengadukan pada suhu ruang. Keuntungan metode ini mudah dan tidak perlu
pemanasan sehingga kecil kemungkinan bahan alam menjadi rusak atau terurai.
Pengerjaan metode maserasi yang lama dalam keadaan diam selama maserasi
melarutkan secara maksimal. Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah
bersifat universal selain itu pelarut metanol mempunyai sifat yang dapat
melarutkan semua jenis komponen yang berupa senyawa polar, non polar dan
63
semi polar (Chasani et al, 2013). Setelah hasil mesarasi diuapkan menggunakan
Pada penelitian ini dibuat sediaan lotion dari Ekstrak Metanol Tinta Cumi-
cumi (Loligo sp). Sediaan lotion merupakan sediaan semi padat dengan
putih, mudah dicuci dengan air, tidak tembus cahaya dan kering (Faramayuda et
al, 2010). Formulasi lotion dibuat dalam tiga konsentrasi yang berbeda yaitu 1%,
Formula dasar sediaan lotion yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari asam stearat, setil alkohol, trietanolamin, Gliserin, Parafin Cair, Nipagin,
Nipasol, Oleum rosae yang digunakan sebagai pewangi, serta aquadest untuk
melarutkan dan mencukupkan volume yang diinginkan. Salah satu polimer yang
digunakan sebagai basis dalam sediaan lotion adalah asam stearat dan
untuk menetralkan lotion (Saryanti, et al., 2019). Setil alkohol berfungsi sebagai
zat pengental dan penstabil untuk sediaan lotion, nipagin dan nipasol sebagai
pengawet pada sediaan, Gliserin berfungsi sebagai pelembab serta Parafin cair
Sediaan lotion yang telah jadi selanjutnya di uji evaluasi kestabilan fisik
sebelum dan sesudah cycling test meliputi uji organoleptik, uji homogenitas,
pengukuran pH, pengukuran viskositas, pengukuran daya sebar serta dilakukan uji
64
aktivitas tabir surya dengan menggunakan metode Spektrofotometri Uv-Vis.
Cycling test merupakan salah satu pengujian stabilitas sebagai simulasi adanya
perubahan suhu (panas dan dingin) pada interval waktu tertentu sehingga produk
dengan cara mengamati sediaan lotion secara visual terkait warna dan bau
sediaan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bentuk fisik sediaan
yang telah dibuat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk F1 yang
merupakan basis lotion tanpa ekstrak memiliki aroma khas mawar yang dihasilkan
dari pewangi yang digunakan pada sediaan dengan warna putih. F2 yang
mawar yang dihasilkan dari pewangi yang digunakan pada sediaan dengan warna
aroma khas mawar yang dihasilkan dari pewangi yang digunakan pada sediaan
dengan warna putih, dan F4 yang merupakan sediaan lotion dengan konsentrasi
ekstrak 3% memiliki aroma khas mawar yang dihasilkan dari pewangi yang
digunakan pada sediaan dengan warna putih. Namun keempat formulasi tidak
memiliki aroma yang tengik serta tidak lengket ketika diaplikasikan ke kulit.
Setelah dilakukan cycling test yakni penyimpanan pada suhu ekstrim yang
metanol tinta cumi-cumi tidak mengalami perubahan warna dan aroma pada
keempat formula. Sehingga sediaan lotion ini memenuhi standar uji stabilitas
65
Uji pH dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman sediaan, untuk
terlalu basa dapat mengakibatkan kulit menjadi bersisik, sedangkan jika terlalu
asam dapat memicu timbulnya iritasi (Swastika dkk, 2013). Syarat pH kosmetik
yang aman bagi kulit yaitu mendekati pH sediaan tabir surya yang berkisar antara
4,5-8 (SNI 4399, 1996). Pada Tabel 4.2 menunjukkan nilai pH awal sediaan lotion
Ekstrak metanol tinta cumi-cumi untuk formula 1 (basis lotion tanpa ekstrak)
yaitu 7,68, formula 2 (1%) yaitu 7,66, formula 3 (2%) yaitu 7,49 dan formula 4
(3%) yaitu 7,37. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pH sediaan sebelum
lotion Ekstrak metanol tinta cumi-cumi setelah cycling test untuk formula 1 (basis
lotion tanpa ekstrak) yaitu 7,67, formula 2 (1%) yaitu 7,57, formula 3 (2%) yaitu
7,42 dan formula 4 (3%) yaitu 7,25. Berdasarkan grafik, nilai pH sediaan lotion
nilai pH dapat terjadi karena adanya zat-zat yang terurai dalam sediaan lotion
yang terjadi selama cycling test, terutama terjadinya penguraian asam lemak tak
jenuh dari fase minyak pada lotion (Sandra Aulia, et al., 2020). Namun masih
berada pada rentang pH untuk sediaan tabir surya sehingga masih tetap aman
untuk digunakan. Dari hasil data pengukuran pH dengan Paired sample t-test
menunjukkan bahwa p > 0,05 yaitu tidak terdapat pengaruh yang signifikan
test.
66
Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui besarnya suatu kekentalan dari
sediaan lotion. Persyaratan viskositas yang baik pada sediaan lotion berada pada
rentang 2000-50.000 cPs (SNI 4399, 2019). Pada Tabel 4.3 menujukkan bahwa
hasil pengukuran viskositas pada sediaan lotion Ekstrak metanol tinta cumi-cumi
untuk formulasi pertama yaitu basis lotion tanpa ekstrak diperoleh nilai viskositas
4200 cPs dan setelah cycling test diperoleh 4150 cPs. Untuk formulasi kedua yang
mengandung 1% ekstrak diperoleh nilai viskositas 4090 cPs dan setelah cycling
test diperoleh 4050 cPs. Untuk formulasi ketiga yang mengandung 2% ekstrak
diperoleh nilai viskositas 3900 cPs dan setelah cycling test diperoleh 3850 cPs.
3250 cPs dan setelah cycling test diperoleh 3100 cPs. Dari hasil yang didapatkan
terjadi penurunan viskositas sediaan setelah cycling test tetapi masih memenuhi
semakin menurun. Hal itu dipengaruhi oleh lingkungan, selain itu juga
terpengaruh oleh penyerapan uap air dari luar sehingga akan menambah volume
air dalam sediaan (Rabima, 2017). Dari hasil data uji viskositas dengan Paired
sample t-test menunjukkan bahwa p > 0,05 yaitu tidak ada perbedaan yang
menyebarnya suatu lotion saat diaplikasikan ke kulit. Daya sebar suatu lotion
dapat dikatakan baik apabila lotion dapat dengan mudah dioleskan pada kulit
67
tanpa penekanan yang kuat dengan jari-jari tangan. Semakin mudah lotion
kulit semakin luas dan zat aktif akan terdistribusi dengan baik (Luky Oktaviasari,
2017). Daya sebar yang baik berada pada kisaran 4-7 cm dengan menunjukkan
konsistensi semi solid yang nyaman pada penggunanya (Ida Bagus, 2020).
Pengukuran daya sebar dilakukan dengan mengukur diameter sebar lotion ketika
Hasil pengukuran nilai daya sebar dapat dilihat pada Tabel 4.4 dimana sebelum
persyaratan. Adanya kenaikan nilai daya sebar pada sediaan lotion dapat
disebabkan karena terjadi penurunan pada nilai viskositas yang dijelaskan dalam
penelitian Erwiyani, et al., (2018) yang mengatakan bahwa semakin cair sediaan
lotion maka diameter sebar sediaan lotion akan semakin luas karena daya sebar
berbanding terbalik dengan viskositas lotion sehingga nilai daya sebar yang tinggi
akan menghasilkan nilai viskositas yang rendah. Dari hasil data uji daya sebar
dengan Paired sample t-test menunjukkan bahwa p > 0,05 yaitu tidak adanya
pengaruh yang signifikan terhadap kestabilan nilai daya sebar sediaan sebelum
dan sesudah dilakukannya cycling test, artinya sediaan lotion dapat dikatakan
stabil.
dilihat dari tersebarnya persamaan warna, tidak terdapat partikel tidak larut dan
Adapun hasil yang diperoleh dalam pengujian homogenitas sediaan lotion Ekstrak
68
metanol tinta cumi-cumi pada tiap formulasi menunjukkan hasil yang homogen.
sediaan lotion Ekstrak metanol tinta cumi-cumi pada tiap formulasi tetap
menunjukkan hasil yang homogen atau dengan kata lain proses cycling test tidak
Dari hasil pengukuran dan perhitungan nilai SPF pada kontrol positif
(Vaseline Sunblock) didapatkan nilai SPF sebesar 61,2754, meskipun nilai SPF
pada label menunjukkan nilai SPF sebesar 30. Ketidaksesuaian ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penggunaan pelarut dengan polaritas yang
kurang sesuai, kombinasi dan konsentrasi tabir surya, jenis sediaan atau emulsi
yang dimiliki (Mbanga dkk, 2014). Pada sediaan basis dihasilkan nilai SPF
sebesar 1,7660, dimana menurut Wasitaatmadja (1997) dengan nilai SPF tersebut
menunjukkan tidak adanya aktivitas tabir surya yang terkandung pada sediaan
basis.
Pada sediaan dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 3% meemiliki nilai SPF
SPF yang diberikan sebagai faktor perlindungan terhadap sinar matahari. Nilai
SPF antara 2-4 sediaan dikategorikan memiliki proteksi Minimal, nilai SPF 4-6
proteksi Ekstra, nilai SPF 8-15 dikategorikan memiliki proteksi Maksimal, nilai
SPF lebih dari 15 dikategorikan memiliki proteksi Ultra. Kategori aktivitas nilai
SPF pada masing-masing sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.6. Pada sediaan
69
lotion dengan konsentrasi 1% memiliki nilai SPF yaitu 11,7498 dimana Menurut
Wasitaatmadja (1997) dengan nilai SPF tersebut sediaan lotion tabir surya dapat
dengan konsentrasi 2% dan 3% memiliki nilai SPF yaitu 16,2443 (2%) dan
19,3649 (3%) dimana Menurut Wasitaatmadja (1997) dengan nilai SPF tersebut
sediaan lotion tabir surya dapat dikategorikan memiliki proteksi Ultra (>15).
70
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
menjadi sediaan lotion tabir surya yang stabil secara fisika dan kimia.
(Loligo sp) pada konsentrasi 1%, 2%, 3% memiliki aktivitas tabir surya
untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari langsung dan yang
memiliki nilai SPF paling tinggi pada konsentrasi 3% yaitu 19,3649 yang
secara Ultra.
B. SARAN
cumi-cumi dengan tanaman lain dan sediaan yang berbeda yang berkhasiat
sebagai tabir surya untuk menambah referensi terkait pemanfaatan Tinta cumi-
71
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2006). Prinsip Dasar Ilmu dan Gizi. Cetakan Keenam. Gramedia.
Jakarta.
Baskara Ida Bagus B., Suhendra L., Wrasiati L. P. (2020). Pengaruh Suhu
Pencampuran dan Lama Pengadukan Terhadap Karakteristik Sediaan
Krim. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, 8(2): 200-209.
Haryoto & Edy Priyatno. (2018). Potensi Buah Salak Sebagai Suplemen Obat dan
Pangan. Surakarta : Muhammadiyah University Press.
Isfardiyana, S. H., & Safitri, S. R. (2014). Pentingnya Melindungi Kulit Dari Sinar
Ultraviolet Dan Cara Melindungi Kulit Dengan Sunblock Buatan
Sendiri. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. Volume 3 No. 2, Mei
2014 Halaman 126-133.
Leba, M. A. U. (2017). Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta : Budi
Utama.
Lumentut, N., Edy H. J., & Rumondor E. M. (2020). Formulasi Dan Uji Stabilitas
Fisik Sediaan Lotion Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang Goroho (Musa
72
acuminafe L.) Konsentrasi 12.5% Sebagai Tabir Surya. Jurnal MIPA,
9(2):42-46.
Mamoto, N. F. E., Kalangi, S. J. R., & Karundeng, R. (2009). Peran Melanokortin
Pada Melanosit. Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 1, Maret 2009,
hlm. 1-11.
Putri, Y. D., Kartamihardja, H., & Lisna, I. (2019). Formulasi dan Evaluasi
Losion Tabir Surya Ekstrak Daun Stevia (Stevia Rebidiana Bertoni
M). Jurnal Sains Farmasi & Klinik. Vol. 6 No. 1.
Rabima & Marshall. (2017). Uji Stabilitas Formulasi Sediaan Lotion Antioksidan
Ekstrak Etanol 70% Dari Biji Melinjo (Gnetum gnemon L.). Journal
Pharmaceutical Natural Research Indonesia, 2(1): 107-121.
73
Rahmawanty, D. & Sari, D. I. (2019). Buku Ajar Teknologi Kosmetik. Malang :
CV IRDH
Rukmana, Wulan. (2017) Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Salep
Antifungi Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L). Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
Slamet, Anggun B. D., & Pambudi D. B. (2020). Uji Stabilitas Fisik Formulasi
Sediaan Gel Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera Lamk.). Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 13(2): 115-122.
SNI 4399. (1996). Sediaan Tabir Surya. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
Halaman 1-3, 16.
Susanty & Bachmid Fairus. (2016). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan
Refluks Terhadap Kadar Fenolik dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea
mays L.). Jurnal Konversi, 5(2): 87-93.
Swastika, A., Mufrod & Purwanto. (2013). Aktivitas Antioksidan Lotion Ekstrak
Sari Tomat (Solanum lycopersicum L.). Trad Med Journal, 18(3), 132-
140.
Uce L., Faizar F., Putri M.S. (2017) Formulasi Dan Uji Sifat Fisik Lulur Body
Scrub Arang Aktif Dari Cangkang Sawit (Elaeis Guineensis J.)
Sebagai Detoksifikasi. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Jambi.
74
Lampiran
1. SKEMA KERJA
Uji Organoleptis
Uji Homogenitas
Uji pH
Uji Daya Sebar
Uji Viskositas
Cycling test
Penentuan SPF
Pengumpulan Data
Pembahasan
Kesimpulan
75
2. Perhitungan Bahan
1. Formula 1
1,0
a. Setil Alkohol = x 100 g = 1,0 g
100
7,0
b. Parafin Cair = x 100 g = 7,0 g
100
2,5
c. Asam Stearat = x 100 g = 2,5 g
100
5,0
d. Gliserin = x 100 g = 5,0 g
100
1,0
e. Trietanolamin = x 100 g = 1,0 g
100
0,1
f. Nipagin = x 100 g = 0,1 g
100
0,1
g. Nipasol = x 100 g = 0,1 g
100
+ 0,1 g)
= 100 g – 16,7 g
= 83,3 g
2. Formula 2
1
a. Ekstrak metanol tinta cumi-cumi 1% = x 100 g = 1 g
100
1,0
b. Setil Alkohol = x 100 g = 1,0 g
100
7,0
c. Parafin Cair = x 100 g = 7,0 g
100
2,5
d. Asam Stearat = x 100 g = 2,5 g
100
5,0
e. Gliserin = x 100 g = 5,0 g
100
1,0
f. Trietanolamin = x 100 g = 1,0 g
100
76
0,1
g. Nipagin = x 100 g = 0,1 g
100
0,1
h. Nipasol = x 100 g = 0,1 g
100
+ 5 g + 1 g + 0,1 g + 0,1 g)
= 100 g – 17,7 g
= 82,3 g
3. Formula 3
2
a. Ekstrak metanol tinta cumi-cumi 2%= x 100 g = 2 g
100
1,0
b. Setil Alkohol = x 100 g = 1,0 g
100
7,0
c. Parafin Cair = x 100 g = 7,0 g
100
2,5
d. Asam Stearat = x 100 g = 2,5 g
100
5,0
e. Gliserin = x 100 g = 5,0 g
100
1,0
f. Trietanolamin = x 100 g = 1,0 g
100
0,1
g. Nipagin = x 100 g = 0,1 g
100
0,1
h. Nipasol = x 100 g = 0,1 g
100
+ 5 g + 1 g + 0,1 g + 0,1 g)
= 100 g – 18,7 g
= 81,3 g
77
4. Formula 4
3
a. Ekstrak metanol tinta cumi-cumi 3% = x 100 g = 3 g
100
1,0
b. Setil Alkohol = x 100 g = 1,0 g
100
7,0
c. Parafin Cair = x 100 g = 7,0 g
100
2,5
d. Asam Stearat = x 100 g = 2,5 g
100
5,0
e. Gliserin = x 100 g = 5,0 g
100
1,0
f. Trietanolamin = x 100 g = 1,0 g
100
0,1
g. Nipagin = x 100 g = 0,1 g
100
0,1
h. Nipasol = x 100 g = 0,1 g
100
+ 5 g + 1 g + 0,1 g + 0,1 g)
= 100 g – 19,7 g
= 80,3 g
78
3. Perhitungan Nilai SPF
79
Tabel 1. Perhitungan Nilai SPF
F1 (Basis) 1
SPF
Absorbansi
Nm EE x I Absorbansi SPF Rata-rata
x EE x I
F1 (Basis) 2
Absorbansi 1,7660
nm EE x I Absorbansi SPF
x EE x I
80
F1 (Basis) 3
Absorbansi
nm EE x I Absorbansi SPF
x EE x I
F2 (1%) 1
SPF
Absorbansi
nm EE x I Absorbansi SPF Rata-rata
x EE x I
81
F2 (1%) 2
Absorbansi
nm EE x I Absorbansi SPF
x EE x I
F2 (1%) 3
Absorbansi
nm EE x I Absorbansi SPF
x EE x I
82
F3 (2%) 1 SPF
Absorbansi Rata-rata
nm EE x I Absorbansi SPF
x EE x I
F3 (2%) 2
Absorbansi 16,2443
nm EE x I Absorbansi SPF
x EE x I
83
F3 (2%) 3
Absorbansi
nm EE x I Absorbansi SPF
x EE x I
F4 (3%) 1
SPF
Absorbansi
Nm EE x I Absorbansi SPF Rata-rata
x EE x I
84
F4 (3%) 2
Absorbansi
Nm EE x I Absorbansi SPF
x EE x I
F4 (3%) 3
Absorbansi
nm EE x I Absorbansi SPF
x EE x I
85
F5 (Vaseline Sunblock) 1
SPF
Absorbansi
nm EE x I Absorbansi SPF Rata-rata
x EE x I
F5 (Vaseline Sunblock) 2
Absorbansi 61,2754
nm EE x I Absorbansi SPF
x EE x I
86
F5 (Vaseline Sunblock) 3
Absorbansi
Nm EE x I Absorbansi SPF
x EE x I
87
4. Gambar
a. Pembuatan Ekstrak
Gambar 5. Ekstrak
metanol Tinta Cumi- 88
Cumi
b. Pembuatan Sediaan lotion Ekstrak metanol Tinta cumi-cumi (Loligo sp)
89
2.) Pengujian pH
Sebelum cycling test Setelah cycling test
90
Gambar 14. Formula 4 (3%)
91
Gambar 17. Formula 3 (2%)
92
Gambar 20. Formula 2 (1%)
93
Gambar 23. Larutan sampel, kontrol negatif (basis), Kontrol positif yang
akan ditentukan nilai SPF
5. Analisis Data
94
a. Uji pH
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
sebelum cycling test .273 4 . .896 4 .411
sesudah cycling test .362 4 . .793 4 .090
a. Lilliefors Significance Correction
Nilai Sig.>0,05 maka data nilai pH sediaan lotion terdistribusi normal
Nilai Sig. (2-tailed)>0,05 maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai
pH sediaan lotion sebelum dan sesudah cycling test. Artinya pH sediaan lotion
stabil
b. Uji viskositas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
sebelum cycling test .287 4 . .864 4 .275
sesudah cycling test .302 4 . .842 4 .201
a. Lilliefors Significance Correction
Nilai Sig.>0,05 maka data nilai viskositas sediaan lotion terdistribusi normal
Nilai Sig. (2-tailed)>0,05 maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai
viskositas sediaan lotion sebelum dan sesudah cycling test. Artinya viskositas
sediaan lotion stabil.
95
c. Uji daya sebar
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
sebelum cycling test .364 4 . .840 4 .195
sesudah cycling test .252 4 . .916 4 .513
a. Lilliefors Significance Correction
Nilai Sig.>0,05 maka data nilai daya sebar sediaan lotion terdistribusi normal
Nilai Sig. (2-tailed)>0,05 maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai
daya sebar sediaan lotion sebelum dan sesudah cycling test. Artinya daya sebar
sediaan lotion stabil.
ANOVA
Nilai SPF
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 6291.647 4 1572.912 3104.828 .000
Within Groups 5.066 10 .507
Total 6296.713 14
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
NilaiFormula
SPF 1 .308 3 . .902 3 .393
Formula 2 .308 3 . .902 3 .390
Formula 3 .316 3 . .889 3 .352
Formula 4 .338 3 . .853 3 .248
Formula 5 .339 3 . .850 3 .240
a. Lilliefors Significance Correction
96
Dari hasil uji normalitas, dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh
terdistribusi secara Normal. Hal ini di tandai dengan nilai sig > 0,05
Dari tabel Sig diperoleh nilai 0,000 < 0,05, sehingga kesimpulan yang didapatkan
adalah ada perbedaan yang bermakna rata-rata Nilai SPF
Uji lanjutan
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Nilai SPF
LSD
95% Confidence Interval
(I) Formula (J) Formula
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Formula 1 Formula 2 -9.9870667* .5811494 .000 -11.281948 -8.692185
Formula 3 -14.4816000* .5811494 .000 -15.776482 -13.186718
Formula 4 -17.6021667* .5811494 .000 -18.897048 -16.307285
Formula 5 -59.5127333* .5811494 .000 -60.807615 -58.217852
Formula 2 Formula 1 9.9870667* .5811494 .000 8.692185 11.281948
Formula 3 -4.4945333* .5811494 .000 -5.789415 -3.199652
Formula 4 -7.6151000* .5811494 .000 -8.909982 -6.320218
Formula 5 -49.5256667* .5811494 .000 -50.820548 -48.230785
Formula 3 Formula 1 14.4816000* .5811494 .000 13.186718 15.776482
Formula 2 4.4945333* .5811494 .000 3.199652 5.789415
Formula 4 -3.1205667* .5811494 .000 -4.415448 -1.825685
Formula 5 -45.0311333* .5811494 .000 -46.326015 -43.736252
Formula 4 Formula 1 17.6021667* .5811494 .000 16.307285 18.897048
Formula 2 7.6151000* .5811494 .000 6.320218 8.909982
Formula 3 3.1205667* .5811494 .000 1.825685 4.415448
Formula 5 -41.9105667* .5811494 .000 -43.205448 -40.615685
Formula 5 Formula 1 59.5127333* .5811494 .000 58.217852 60.807615
Formula 2 49.5256667* .5811494 .000 48.230785 50.820548
Formula 3 45.0311333* .5811494 .000 43.736252 46.326015
Formula 4 41.9105667* .5811494 .000 40.615685 43.205448
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Dari uji lanjutan (UJI LSD) diperoleh setiap formula tidak memiliki hasil yang
sama atau berbeda signifikan. Hal ini ditandai dengan nilai sig 0,00 < 0,05
97
6. Persuratan
98