Anda di halaman 1dari 74

FORMULASI LOTION EKSTRAK DAUN

DURIAN (Durio zibethinus L)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
Pinke Pinderline
14070078

YAYASAN AL-FATAH
AKADEMI FARMASI
BENGKULU
2017
PERNYATAAN KEASLIAAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah :

Nama : Pinke Pinderline


NIM : 14070078
Program Studi : DIII Farmasi
Judul : Formulasi Lotion Ekstrak Daun Durian (Durio zibethinus L)

Menyartakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah ini

merupakan hasil karya sendiri dan sepengetahuan penulis tidak berisikan materi

yang dipublikasikan atau ditulis orang lain atau dipergunakan untuk

menyelesaikan studi di perguruan tinggi lain kecuali untuk bagian-bagian tertentu

yang dipakai sebagai acuan.

Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi

tanggung jawab penulis.

Bengkulu, Juli 2017

Yang Membuat Pernyataan

Pinke Pinderline

ii
iii
Motto dan Persembahan

Motto

Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu


telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
pekerjaan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap.
(QS. Al-Insyirah,6-8)
Memulai dengan penuh keyakinan, Menjalankan dengan penuh keikhlasan,
Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan
Pendidikan merupakan senjata yang paling mematikan di dunia, karena dengan
Pendidikan mampu mengubah dunia
Pendidikan bukanlah suatu proses untuk mengisi wadah yang kosong, akan tetapi
Pendidikan adalah suatu proses menyalakan api pikiran
Your duty as a child is lifting your family pride

Persembahan
Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain Engkau YA ALLAh…. Syukur

Alhamdulillah berkat rahmat dan karuniamu, saya bisa menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini. Walaupun banyak rintangan, suka maupun duka yang dihadapi,

dengan izin ALLAH SWT akhirnya dapat kugapai satu cita dengan penuh syukur

dan bahagia, dengan rasa kasih dan sayang yang tulus kupersembahkan hasil

karya yang sederhana ini kepada mereka yang ku cintai :

Kedua orang tua ku yang tercinta Mama (Filma) dan Papa ( Harta) yang telah

mendo’akan, memotivasi, memberikan nasehat serta yang selalu memberikan

dukungan atas keberhasilan ku. Terimakasih atas semua cinta,kasih sayang dan

iv
semua pengorbanan kalian yang tak ternilai. Kalian adalah energi ku, aku ada

hanya untuk kalian.

For my sister (Fince Charoline, S.pd), (Finde Pareline, Amd.Keb) dan (Finia

Chareline) yang selalu memberikan nasehat dan memberikan solusi ketika ada

tugas kuliah maupun masalah. Aku sayang kalian sekali lagi terimakasih atas

dukungan, do’a dan semangat yang telah kalian berikan.

Kakak ku Bripka Okvi Dendy Purnawarman yang selalu memberikan dukungan ,

do’a serta semangat.

Keponakan ku tersayang Raja Fakhri Purnawarman yang selalu memberikan

semangat dan do’a untuk kesuksesan bunga. Terimakasih kesayangan bunga.

Terimakasih untuk kedua pembimbing ku ibu Aina Fatkhil Haque, M.Farm., Apt

dan ibu Putri Dewi Sartika, S.Farm., Apt yang telah memberikan ilmu nya,

membimbing, mserta meluangkan waktu nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini

dapat diselesaikan.

Terimakasih juga untuk ibu Nurwani Purnama Aji, S.Farm., Apt yang telah

membantu menyelasikan Proposal Karya Tulis Ilmiah

Sahabat ku tersayang Mariatul ulfa ,Yepi Ema Fitri Ariani , Agnes Pelita Sari

yang awal nya tidak dekat tetapi akhirnya yang selalu menemani di saat suka

maupun duka, membantu saat penelitian sampai ujian KTI dan selalu

memberikan masukan, semangat serta do’a. Sukses untuk kita

Sahabat SMA ku (bbycup2, Cypau, Cewrock, Mei2, Otan) yang selalu

memberikan semangat serta do’a nya.

Serta untuk teman-teman almamater ku angkatan 7 terutama Teman-teman C1

yang nama nya tidak bisa disebut kan satu perstu yang sudah seperti saudara.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Formulasi Lotion Ekstrak Daun Durian

(Durio zibethinus L)”

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Farmasi di Akademi Farmasi Al-Fatah

Bengkulu. Selesainya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan

dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Aina Fatkhil Haque, M.Farm., Apt selaku Pembimbing I yang

membimbing dan memberikan masukan yang berarti sampai selesainya

Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Ibu Putri Dewi Sartika, S. Farm., Apt selaku Pembimbing II yang telah

membimbing dan memberi saran sampai selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Ibu Dewi Winni Fauziah, M.Farm., Apt selaku Penguji yang telah

memberikan masukan untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Elmitra, M. Farm., Apt selaku Pembimbing Akademik

vi
5. Bapak Drs. Djoko Triyono, Apt., MM selaku Ketua Yayasan Akademi

Farmasi Al-Fatah Bengkulu.

6. Bapak Agung Giri Samudra, S.Farm, M.Sc., Apt Selaku Direktur Akademi

Farmasi Al-Fatah Bengkulu.

7. Para dosen dan staf pengajar Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu yang

telah memberiakan ilmu nya selama di bangku kuliah.

8. Untuk kedua orang tua ku Mama dan Papa yang telah menjadi sumber

energi dan motivasi untukku.

9. Teman-teman almamater

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah yang penulis

susun ini bermanfaat untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

khususnya tentang kefarmasian.

Bengkulu, Juli 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xii
INTISARI............................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................ 3
1.5.1 Bagi Akademik ................................................... 3
1.5.2 Bagi Peneliti Lanjutan ........................................ 3
1.5.3 Bagi Masyarakat ................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

viii
2.1 Kajian Teori ................................................................... 4
2.1.1 Uraian Tanaman Durian ............................... 4
2.1.2 Flavonoid....................................................... 6
2.1.3 Ekstraksi........................................................ 7
2.1.4 Lotion ........................................................... 9
2.1.5 Evaluasi Sediaan Lotion................................ 11
2.1.6 Kulit............................................................... 13
2.1.7 Biang Keringat.............................................. 20
2.1.8 Monografi Bahan.......................................... 21
2.2 Kerangka Konsep ......................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................... 26
3.2 Alat dan Bahan .............................................................. 26
3.3 Prosedur Kerja Penelitian .............................................. 26
3.3.1 Pengumpulan Bahan Baku............................ 26
3.3.2 Proses Pembuatan Ekstrak............................ 27
3.3.4 Rancangan Formulasi.................................... 27
3.3.3 Prosedur Kerja Pembuatan Lotion................ 28
3.3.5 Evaluasi Sediaan Lotion................................ 28
3.4 Analisa Data ................................................................. 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pembuatan Ekstrak Daun Durian................................... 31
4.2 Proses Pembuatan Lotion Daun Durian......................... 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan..................................................................... 41
5.2 Saran............................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 42

ix
LAMPIRAN .......................................................................................... 45

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Basis Lotion.............................................................................. 10
Tabel 2.Rancangan Formulasi Lotion Ekstrak Daun Durian.................. 27
Tabel 3.Hasil Uji Organoleptis Lotion Ekstrak Daun Durian................. 33
Tabel 4.Hasil Uji Homogenitas Lotion Ekstrak Daun Durian................ 34
Tabel 5.Hasil Uji pH Lotion Ekstrak Daun Durian................................. 35
Tabel 6.Hasil Uji Daya Sebar Lotion Ekstrak Daun Durian................... 37
Tabel 7.Hasil Uji Viskositas Lotion Ekstrak Daun Durian..................... 38
Tabel 8.Hasil Uji Kesukaan Konsumen.................................................. 40

x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.Daun Durian (Durio zibethinus L).......................................... 4
Gambar 2.Struktur Flavonoid.................................................................. 6
Gambar 3.Kerangka Konsep Penelitian.................................................. 25
Gambar 4.Hasil Uji pH Sediaan Lotion Ekstrak Daun Durian............... 36
Gambar 5.Hasil Uji Daya Sebar Lotion Ekstrak Daun Durian............... 37
Gambar 6.Hasil Uji Viskositas Lotion Ekstrak Daun Durian................. 39
Gambar 7.Hasil Uji Kesukaan Konsumen.............................................. 40
Gambar 8. Proses Pembuatan Simplisia.................................................. 46
Gambar 9.Proses Pembuatan Ekstrak Daun Durian................................ 47
Gambar 10.Alat-Alat Pembuatan Lotion................................................ 48
Gambar 11.Bahan Pembuatan Lotion..................................................... 49
Gambar 12.Pembuatan Lotion................................................................. 53
Gambar 13.Evaluasi Sediaan................................................................... 54

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Proses Pembuatan Simplisia............................................... 46
Lampiran 2. Proses Pembuatan Ekstrak.................................................. 47
Lampiran 3. Alat-Alat Pembuatan Lotion............................................... 48
Lampiran 4.Bahan Pembuatan Lotion..................................................... 49
Lampiran 5. Perhitungan Bahan.............................................................. 51
Lampiran 6. Pembuatan Lotion............................................................... 53
Lampiran 7. Evaluasi Lotion................................................................... 54
Lampiran 8. Formulir Uji Kesukaan Konsumen..................................... 55
Lampiran 9. Hasil Uji Kesukaan Konsumen........................................... 56
Lampiran 10. Tabel Perhitungan Viskositas........................................... 57
Lampiran 11. Perhitungan Viskositas..................................................... 58
Lampiran 12. Range Viskositas Menurut SNI........................................ 59
Lampiran 13. Determinasi Tumbuhan.................................................... 60

xii
INTISARI
Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam
gangguan dan rangsangan dari luar. Kulit sehat merupakan kulit yang terhindar
dari berbagai macam penyakit yang mempengaruhi kesehatan kulit. Biang
keringat atau yang dalam bahasa latin memiliki nama miliaria adalah salah satu
masalah kulit yang sering terjadi yaitu dimana kondisi kulit mengalami ruam yang
disertai gatal, adanya bintik-bintik kecil berwarna merah. Daun durian memiliki
kandungan flavonoid, polifenol dan saponin. Adanya kandungan flavonoid pada
daun durian diketahui dapat mengambat pertumbuhan bakteri.
Lotion dibuat dalam empat formulasi, dimana pada formula 0 tidak
mengandung ekstrak daun durian, formula 1 menggandung 0,1 gr ekstrak daun
durian, formula 2 mengandung 0,2 gr ekstrak daun durian dan formula 3
mengandung 0,4 gr ekstrak daun durian. Evaluasi yang dilakukan terhadap
formulasi lotion yaitu uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji daya sebar, uji
viskositas dan uji kesukaan konsumen.Evaluasi ini dilakukan selama 1 minggu.
Dari hasil yang didapatkan, dapat diketahui bahwa ekstrak daun durian
dapat diformulasikan dalam sediaan lotion. Variasi ekstrak daun durian
menunjukkan pengaruh terhadap sifat fisik dari sediaan lotion daun durian.

Kata kunci : Lotion, daun durian, antibakteri


Daftar acuan : 31 (1962-2013)

xiii
xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya

termasuk tanaman yang berkhasiat obat. Pengobatan tradisional menggunakan

tanaman obat digemari masyarakat karena efek sampingnya minimal. Salah satu

bahan alam yang berkhasiat adalah daun durian (Durio zibethinus L)

Durian (Durio zibethinus L) merupakan salah satu tanaman yang

mengandung metabolit sekunder. Daunnya mengandung saponin, flavonoid dan

polifenol dengan adanya kandungan flavonoid sehingga daun durian dapat

menghambat pertumbuhan bakteri (Anonim, 2010).

Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam

gangguan dan rangsangan dari luar. Kulit sehat merupakan kulit yang terhindar

dari berbagai macam penyakit yang mempengaruhi kesehatan kulit. Biang

keringat atau yang dalam bahasa latin memiliki nama miliaria adalah salah satu

masalah kulit yang sering terjadi yaitu dimana kondisi kulit mengalami ruam yang

disertai gatal, adanya bintik-bintik kecil berwarna merah. Penyebab biang keringat

sendiri terjadi karena adanya bakteri. Semakin sering berkeringat jika tidak segera

dibersikan maka resiko muncuknya bakteri semakin besar (Marwali. 2000 : 23).

Lotion menurut Farmakope Indonesia Edisi III tahun 1979 adalah sediaan

cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar. Lotion dapat

diaplikasikan dengan mudah, daya penyebaran dan penetrasinya cukup tinggi,

1
2

tidak memberikan rasa berminyak, memberikan efek sejuk, mudah dicuci dengan

air (Aulton, 2007)

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik membuat sediaan dalam

bentuk yang lebih praktis dan efesien dalam penggunaannya seperti dalam bentuk

sediaan lotion maka dilakukan formulasisediaan lotion dari ekstrak daun durian

sebagai antibakteri.

1.2 Batasan Masalah

a. Metode pembuatan ekstrak daun durian menggunakan metode maserasi

dengan etanol 70%

b. Evaluasi yang digunakan pada formulasi lotion meliputi uji organoleptis,

uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji viskositas, uji kesukaan

konsumen (Hedonic Test). Evaluasi ini dilakukan selama 1 minggu

1.3 Rumusan Masalah

a. Apakah ekstrak daun durian (Durio zibethinus L) dapat dibuat menjadi

sediaan lotion?

b. Apakah variasi ekstrak daun durian (Durio zibethinus L) dapat

mempengaruhi sifat fisik dari sediaan lotion?

1.4 Tujuan Penelitian

a. Mengetahui apakah ekstrak daun durian (Durio zibethinus L) dapat

dibuat menjadi sediaan lotion


3

b. Mengetahui apakah variasi ekstrak daun durian (Durio zibethinus L)

dapat mempengaruhi sifat fisik dari sediaan lotion.

1.5 Manfat Penelitian

1.5.1 Bagi Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan kepada mahasiswa/i AKFAR AL-FATAH Bengkulu

khususnya, serta dapat dimanfaatkan dengan baik dan dapat dijadikan

referensi untuk kelanjutan peneliti bagi mahasiswa selanjutnya.

1.5.2 Bagi Peneliti Lanjut

Dapat Menambah wawasan peneliti dan memperoleh informasi

mengenai pembuatan sediaan lotion ekstrak daun durian sebagai antibakteri

dan dapat membuat bentuk sediaan farmasi lainnya dengan zat aktif dari

ekstrak daun dpurian (Durio zibethinus L).

1.5.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat dapat memanfaatkan

daun durian (Durio zibethinus L) sebagai antibakteri dan dapat digunakan

dalam bentuk sediaan lotion sebagai alternative untuk biang keringat

(miliaria).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Uraian Tanaman Durian

Gambar 1. Daun Durian (Durio zibethinus L)

Buah durian yang berasal dari pohon durian (Durio zibethinus L) banyak

tumbuh di hutan maupun di kebun milik penduduk. Ciri buahnya, bentuknya besar

bulat/oval dengan aroma rasa, baunya khas dan menjadi buah primadona yang

banyak disukai masyarakat Indonesia umumnya. Buahnya besar dan berduri

dengan kulit buah yang keras dan tebal hampir seperempat bagian dari buahnya

merupakan bagian yang dibuang begitu saja sampai akhirnya menjadi busuk.

Apabila dilihat dari karakteristik bentuk dan sifat-sifat kulitnya, sebenarnya

banyak manfaat yang dapat dihasilkan dari kulit buahnya misalnya untuk bahan

campuran papan partikel, papan semen, arang briket, arang aktif, filler, campuran

untuk bahan baku obat nyamuk dan lain-lain (Soedarya, 2009).

4
5

a. Klasifikasi Durian

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Sub Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Ordo : Malvales

Famili : Bombacaceae

Genus : Durio

Spesies : Durio zibethinus L (Sobir Dan Napitupulu., 2010)

a. Nama Daerah

Nama daerah durian yaitu deureuyan (Aceh), duren (Gayo), drotong

(Batak), kadu (Sunda), duren (Jawa), dhurin (Madura), dahuyan (Dayak),

duren (Bali), aduria (Bima), duria (Gorotalo), durian (Sangir), duriang

(Makasar), duliango (Buol), duriang (Bugis), duria (Ternate), duria

(Tidore), dulen (Seram) (Anonim, 2010).

b. Kandungan

Buah durian mengandung vitamin B1, B2 dan vitamin C. Kulit

durian mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin, unsur selulosa,

lignin, serta 11 kandungan pati. Daunnya mengandung saponin, flavonoid

dan polifenol, sedangkanakarnya mengandung tannin (Anonim, 2007).

Penelitian (Chansiripornchai et al., 2008) berhasil mengisolasikan senyawa

polysaccharide peptidoglican (PG) dari kulit durian (Durio zibethinus L)

.
6

c. Khasiat dan Kegunaan

Daun durian mengandung saponin, flavonoid dan polifenol. Adanya

kandungan flavonoid menyebabkan daun durian dapat menghambat

pertumbuhan bakteri (Craig, 1999; Trease dan Evans, 2002).

2.1.2 Flavonoid

Gambar 2. Struktur Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang dapat larut dalam air.

Seperti karoten, flavonoid juga berperan dalam memberi warna pada buah,

sayuran dan tanaman perdu. Flavonoid mampu meningkatkan kekebalan tubuh

dan juga bersifat antialergi, antikanker, antioksidan dan antiradang, antitrombosit,

penghambat pertumbuhan tumor, anti virus, antimikroba, antispasmodik

vasoprotektif/ menurunkan tekanan dalam pembuluh darah (Craig, 1999; Trease

dan Evans, 2002).

Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada

tumbuhan. Senyawa ini dapat digunakan sebagai anti mikroba, obat infeksi pada

luka, anti jamur, anti virus, anti kanker, dan anti tumor. Selain itu flavonoid juga

dapat digunakan sebagai anti bakteri, anti alergi, sitotoksik, dan anti hipertensi

(Sriningsih, 2008)
7

Identifikasi flavonoid sejumlah lebih kurang 1 g serbuk dididihkan dalam

100 mL air panas selama 5 menit kemudian disaring. Terhadap 5 mL filtrat

ditambahkan serbuk magnesium, 1 mL asam klorida pekat dan 2 mL alkohol

kemudian dikocok kuat, dibiarkan memisah. Adanya flavonoid ditunjukkan

dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.

2.1.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif

yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan

minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa

aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).

Pembagian metode ekstraksi menurut DitJen POM (2000) yaitu :

a. Cara dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan

pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus

dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

yang akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat

aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar.
8

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses

terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi antara, tahap

perkolasi sebenarnya terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:

a) Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang

terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga

meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

b) Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran

tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler

tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan

batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

b. Cara Panas

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu

baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi

ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik.
9

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-500C

4. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk

menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan

nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 900C selama 15 menit.

5. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur

sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-1000C.

2.1.4 Lotion

Lotion menurut Farmakope Indonesia Edisi III tahun 1979 adalah sediaan

cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk

suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang

cocok atau emulsi tipe minyak dalam air (o/w atau w/o) dengan surfaktan yang

cocok. Dapat ditambahkan zat pewarna, zat pengawet dan zat pewangi yang

cocok. Pada umumnya pembawa lotion adalah air (Anonim, 1979).

Lotion dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau

untuk obat karena sifat bahan-bahannya.Kecairannya memungkinkan pemakaian

yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas.Lotion dimaksudkan
10

segera kering pada kulit setalah pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis dari

komponen obat pada permukaan kulit (Anonim, 1989).

a. Basis

Table I. Basis Lotion (Tronnier. 1962)

Basis lotion Kegunaan Keterangan


Air Pelarut dari bahan aktif Merupakan fase kontinyu
Memberikan efek dingin
Paraffinum Memberikan lapisan occlusiv dari Merupakan disperse phase
Liquidum emolient Harga murah
Menjaga dan membuat kulit Resiko oksidasi rendah
menjadi halus Kemampuan untuk bercampur dengan
fase air rendah
Gliserin Humektan Secara polar dapat mengikat air
Caprylic/capric Merupakan minyak mineral Dengan rantai yang relatifpendek,
Triglycerid Memiliki estetika yang lebih caprylic/capric triglycerid dapat
baik  apabila strukturnya ester digunakan untuk mengatur
karakteristik lotion dalam
formulasinya.
Dimethicone Membuat kulit menjadi licin Adanya perbedaan tingkatan  minyak
Sebagai barrier dengan adanya silikon dalam hal panjang ikatan dan
fase minyak. viskositas, akan memberikan manfaat
yang berbeda sebagai barier dan
memberikan sensasi yang bebeda-
beda di kulit.
Gliseril stearat Emulgator nonionik Lipofilik > lipofobik dengan HLB 4
PEG100 stearat Emulgator nonionik Lipofilik < lipofobik dengan HLB 18
Setil alkohol Co-emulgator /lilin Menstabilkan permukaan droplet fase
pendispersi
Berperan dalam menetukanviskositas
Karbomer Cairan pengental Menaikkan stabilitas,
Menambahkan volume lotion
Natrium Penetral asam dari karbomer
Hidroksida
Tetranatrium Sebagai sequestrant, Menjaga stabilitas mikrobial dengan
EDTA untukmencegah ion logam menghilangkan ion logam
berikatan dengan gugus kationik
dari cairan pengental
Parfum  dan
Persevative

b. Keuntungan
Sediaan lotion mempunyai beberapa keuntungan diantara nya

adalah dapat diaplikasikan dengan mudah, daya penyebaran dan


11

penetrasinya cukup tinggi, tidak memberikan rasa berminyak,

memberikan efek sejuk, mudah dicuci dengan air (Aulton, 2007)

c. Kerugian

Kerugian dari sediaan lotion adalah bahaya alergi umumnya lebih

besar, penyimpanan bahan sediaan obat lotion tidak tahan lama dan

bahan sediaan obat kurang praktis dibawa kemana-mana (Aulton, 2007)

d. Cara pembuatan

Mencampurkan bahan-bahan yang larut dalam fase air pada

bahan-bahan yang larut pada fase lemak, dengan cara pemanasan dan

pengadukan (Morwanti,2006: 23-24)

e. Persyaratan

Lotion yang baik adalah lotion yang memenuhi persyaratan

seperti stabil dan homogen secara fisik dan kimia, mempunyai partikel

yang lebih kecil, tidak terjadinya pemecahan emulsi, bau dan warna

yang menarik (Suryani et al. 2000).

2.1.5 Evaluasi Sediaan Lotion

a. Uji Fisik Lotion


1. Uji Organoleptis

Uji Organoleptis merupakan cara pengujian dengan menggunakan

indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan

terhadap produk. Uji organoleptis ini dapat dilakukan peneliti atau

pembuat sediaan sendiri dengan melihat atau secara kasat mata keadaan
12

pemisah fase atau pecahnya emulsi, tercium bau tengik atau tidak, dan

perubahan warna dalam sediaan (Anonim, 1995)

2. Uji Homogenitas

Homogenitas sediaan lotion ditunjukkan dengan tercampurnya

bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi lotion, baik bahan aktif

maupun bahan tambahan secara merata dengan menggunakan atau

meletakkan sedikit lotion diantara 2 kaca objek. Perhatikan adanya

partikel-partikel kasar atau tidak homogen (Anonim, 1995)

3. Uji pH

Pada uji pH dilakukan untuk mengetahui pH sediaan. Uji pH dapat

dilakukan dengan cara meneteskan sediaan pada kertas pH atau pH

indikator ataupun pada kertas universal. Secara umum pH lotion sama

dengan pH kulit berkisar antara 4,5-7. Angka yang ditunjukkan pH meter

merupakan nilai pH lotion (Anonim, 1995)

4. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dalam lotion dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui seberapa mudah sediaan untuk menyebar pada

kulit.Pengujian ini berkaitan dengan daya distribusibahan aktif dalam

sediaan. Sediaan akan lebih disukai apabila mudah menyebar

sehinggapenggunaan pada kulit akan semakin mudah.


13

5. Uji Viskositas

Uji viskositas dalam lotion dilakukan untuk mengetahui kekentalan

dari lotion.Lotion yang baik tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer

sehingga mudah dituang.Alat yang digunakan adalah brockfield.

b. Uji Panelis

1. Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Uji kesukaan (Hedonic Test) adalah metode uji yang digunakan

untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan

lembar penilaian.Jumlah minimal panelis standar dalam satu kali

pengujian adalah 6 orang, sedangkan untuk panelis non standar adalah 30

orang. Menurut Badan Standar Nasional (2006) syarat-syarat panelis

adalah sebagai berikut:

a) Tertarik terhadap uji organoleptis sensorik dan mau berpartisipasi

b) Konsisten dalam mengambil keputusan

c) Berbadan sehat

Penilaian sampel yang diuji berdasarkan tingkat kesukaan

panelis.Jumlah tingkat kesukaan bervariasi.Penilaian dapat diubah dalam

bentuk angka dan selanjutnya dapat dianalisis secara statistik untuk

penarikan kesimpulan (Badan Standar Nasional, 2006).

2.1.6 Kulit
a. Definisi kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar

yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan hidup manusia dan


14

merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu kira-kira

15% dari berat tubuh dan luas kulit orang dewasa 1,5 m 2. Kulit sangat

kompleks, elastis dan sensitif, serta sangat bervariasi pada keadaan iklim,

umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh serta

memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya. Rata-rata tebal

kulit 1-2 m. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan

paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit merupakan organ yang vital

dan esensial serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Djuanda,

2007).

b. Anatomi kulit secara histopatologik

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama,

yaitu (Djuanda, 2007) :

1. Epidermis

Lapisan epidermis terdiri atas :

a) Lapisan basal atau stratum germinativum. Lapisan basal merupakan

lapisan epidermis paling bawah dan berbatas dengan dermis. Dalam

lapisan basal terdapat melanosit. Melanosit adalah sel dendritik yang

membentuk melanin. Melanin berfungsi melindungi kulit terhadap

sinar matahari.

b) Lapisan malpighi atau stratum spinosum. Lapisan malpighi atau

disebut juga prickle cell layer (lapisan akanta) merupakan lapisan

epidermis yang paling kuat dan tebal. Terdiri dari beberapa lapis sel

yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda akibat adanya


15

mitosis serta sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng

bentuknya. Pada lapisan ini banyak mengandung glikogen.

c) Lapisan granular atau stratum granulosum (Lapisan Keratohialin).

Lapisan granular terdiri dari 2 atau 3 lapis sel gepeng, berisi butir-

butir (granul) keratohialin yang basofilik. Stratum granulosum juga

tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

d) Lapisan lusidum atau stratum lusidum. Lapisan lusidum terletak tepat

di bawah lapisan korneum. Terdiri dari sel-sel gepeng tanpa inti

dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut

eleidin.

e) Lapisan tanduk atau stratum korneum. Lapisan tanduk merupakan

lapisan terluar yang terdiri dari beberapa lapis sel-sel gepeng yang

mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin.

Pada permukaan lapisan ini sel-sel mati terus menerus mengelupas

tanpa terlihat.

2. Dermis

Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih

tebal daripada epidermis. Terdiri dari lapisan elastis dan fibrosa padat

dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar

dibagi menjadi dua bagian yakni:

a) Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis dan berisi

ujung serabut saraf dan pembuluh darah.


16

b) Pars retikulaare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah

subkutan. Bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti

serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Lapisan ini mengandung

pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar

sebasea.

3. Lapisan Subkutis

Lapisan ini merupakan lanjutan dermis, tidak ada garis tegas yang

memisahkan dermis dan subkutis. Terdiri dari jaringan ikat longgar berisi

sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar,

dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.

Jaringan subkutan mengandung syaraf, pembuluh darah dan limfe,

kantung rambut, dan di lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar

keringat. Fungsi jaringan subkutan adalah penyekat panas, bantalan

terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi.

c. Adneksa Kulit

Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelanjar kulit, rambut, dan kuku

(Djuanda , 2007)

1. Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri dari:

a) Kelenjar Keringat

Ada dua macam yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak

dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin

yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih

kental.Fungsi dari kelenjar keringat meliputi mengatur suhu. Kelenjar


17

ekrin terdapat di semua daerah di kulit, tetapi tidak terdapat di selaput

lendir. Sedangkan kelenjar apokrin adalah kelenjar-keringat besar

yang bermuara ke folikel rambut.

b) Kelenjar Palit (Glandula sebasea)

Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak

tangan dan kaki. Kelenjar ini disebut juga kelenjar holokrin karena

tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel

kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan

muaranya terdapat di lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum

mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan

kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen, pada anak-

anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar

dan banyak serta mulai berfungsi secara aktif.

d. Fungsi kulit

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan

dengan lingkungan. Adapun fungsi utama kulit adalah (Djuanda,2007):

1. Fungsi Proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau

mekanik (tarikan, gesekan, dan tekanan), gangguan kimia (zat-zat kimia

yang iritan), dan gagguan bersifat panas (radiasi, sinar ultraviolet), dan

gangguan infeksi luar.


18

2. Fungsi Absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda

padat tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun

yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air

memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.

Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,

kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.

3. Fungsi Ekskresi

Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau

sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.

4. Fungsi Persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan

subkutis sehingga kulit mampu mengenali rangsangan yang diberikan.

Rangsangan panas diperankan oleh badan ruffini di dermis dan subkutis,

rangsangan dingin diperankan oleh badan krause yang terletak di dermis,

rangsangan rabaan diperankan oleh badan meissner yang terletak di

papila dermis, dan rangsangan tekanan diperankan oleh badan paccini di

epidermis.

5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)

Kulit melakukan fungsi ini dengan cara mengekskresikan keringat

dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Di waktu

suhu dingin, peredaran darah di kulit berkurang guna mempertahankan

suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat
19

dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat sehingga suhu

tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas.

6. Fungsi Pembentukan Pigmen

Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan

sel ini berasal dari rigi saraf. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya

butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun

individu.

7. Fungsi Kreatinisasi

Fungsi ini memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara

mekanis fisiologik.

8. Fungsi Pembentukan/Sintesis Vitamin D

e. Mikroba pada kulit

Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau

dari benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit

karena kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya. Adapun mikroba yang

sering dijumpai pada pemeriksaan penyakit di kulit, yaitu :

1. Staphylococcus aureus

2. Staphylococcus epidermidis

3. Propionilbacterium acnes

4. Jamur (Pityrosporum ovale dan Pityrosporum orbiculare)


20

2.1.6 Biang Keringat


Biang keringat atau yang dalam bahasa latin memiliki nama miliaria

adalah gangguan kulit berupa ruam yang disertai  rasa gatal adanya bintik-bintik

kecil berwarna merah keluhan ini sering dialami oleh bayi dan balita. Tetapi

sebenarnya bisa menyerang anak di usia berapapun. Kondisi ini menyebabkan

kulit menjadi terasa seperti ada sengatan atau tusuk. Miliaria biasa timbul di

bagian wajah, leher, dada, punggung atau pun paha.Walau pun masalah keringat

ini tergolong penyakit ringan, namun demikian penyakit ini ternyata bisa menular

ke orang lain yang ditularkan penderita melalui kontak secara fisik, atau yang lain

semisal pakaian dari si penderita (Djunarko dan Hendrawati, 2011: Knott, 2010)

Penyebab miliaria ini adalah karena adanya bakteri Staphylococcus

epidermidis. Bakteri ini bercampur dengan keringat sehingga menyebabkan

terjadinya iritasi pada kulit. Kulit akan terasa gatal, ruam seperti melepuh namun

kecil dan juga ada perasaan seperti ditusuk-tusuk karena iritasinya. Keringat yang

berlebihan yang tidak bisa dikeluarkan oleh tubuh karena penyumbatan saluran

kelenjar keringat bias juga memicu terjadinya masalah keringat ini. Sumbatan ini

dapat diakibatkan oleh debu atau radang pada kulit anak. Butiran-butiran keringat

yang terperangkap di bawah kulit akan mendesak ke permukaan kulit dan

menimbulkan bintik-bintik kecil yang terasa gatal. Keringat berlebihan biasa

terjadi ketika cuaca panas atau pun lembab. Namun cuaca dingin pun tidak

menutup kemungkinan munculnya masalah keringat berlebihan ini pada

diri seseorang (Marwali. 2000 : 23).


21

2.1.7 Monografi Bahan (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th edition)


a. Gliserin

Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis;

hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak).

Higroskopis, netral terhadap lakmus.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak

larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak

lemak, dan dalam minyak menguap.

Khasiat : Pelembab

Konsentrasi : ≤ 30% (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th

edition hal 283).

b. Minyak zaitun

Pemerian : Cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau

lemah, tengik, rasa khas

Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%), mudah larut dalam

kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah

P.

Khasiat : Pelembut

Konsentrasi : 2-4% ( Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th

edition hal 546 )

c. Nipagin

Pemerian : Hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal putih,

tidak berbau atau berbau khas lemah dan mempunyai

rasa sedikit panas.


22

Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, eter; praktis tidak larut

dalam minyak; larut dalam 400 bagian air.

Khasiat : Zat Pengawet (Anonim, 2014)

Konsentrasi  : 0.02–0.3% untuk topical (Handbook of Pharmaceutical

Excipients 6th edition hal 441)

d. Nipasol

Pemerian : Kristal putih, tidak berbau dan tidak berasa.

Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95 % ), mudah larut dalam

air dan etanol  30 %.

Khasiat : Zat Pengawet (Anonim, 2014)

Konsentrasi   : 0,01-0,6 %(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th

edition hal 447)

e. As.Stearat
Pemerian : Kristal Putih atau kuning berwarna, kristalin padat, atau

putih.

Kelarutan : Mudah larut dalam benzene, karbo tetraklorida,

kloroform, dan eter, larut dalametanol, heksan dan

propilen glikol, praktis tidak larut dalam air.

Khasiat : Emulsifying agent

Konsetrasi : 1-20 % ( Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th

edition hal 697)

f. Setil Alkohol
Pemerian : Zat padat keras mengkilap, mirip imek lilin.

Kelarutan : Tidak larut dalam air larut dengan pemanasan.


23

Khasiat : Pengental

Kosentrasi : 2-5 % (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th

edition hal 155)

g. TEA

Pemerian : Berwarna sampai kuning pucat, cairan kental.

Kelarutan : Bercampur dengan aseton, dalam benzene 1 : 24, larut

dalam kloroform, bercampur dengan etanol.

Khasiat : Pengemulsi

Konsentrasi : 2-4% (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th

edition hal 754)

h. Propilenglykol

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis

tidak berbau, menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan

kloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak

esensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak

lemak.

Khasiat : Humektan

Konsentrasi : 15% (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th

edition hal 407)

i. Olium Rosae

Pemerian : Larutan berwarna kuning pucat, bau menyerupai bunga

mawar, rasa khas, pada suhu 250C kental, jika


24

didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa

hablur bening yang jika dipanaskan mudah melebur.

Kelarutan : Sangat tidak larut air, sedikit larut dalam alkohol, larut

dalam minyak lemak dan kloroform.

Khasiat : Pewangi

Konsentrasi   : 0,01-0,05% (FI III hal 459, Martindale edisi 28 hal 682)

i. Etanol

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau

khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.Mudah

menguap walaupun dalam suhu rendah dan mendidih

pada suhu 780.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan

semua pelarut.

Khasiat : Pendingin

konsentrasi : ≥ 10 % (Anonim, 2009)

j. Aquadest

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

(Farmakope Indonesia III hal 96).     

             
25

2.2 Kerangka konsep


Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar

Evaluasi sediaan Lotion


a. Uji Organoleptis
b. Uji Homogenitas
Ekstrak Daun c. Uji pH
Durian d. Uji daya Sebar
e. Uji Viskositas
f. Uji Hedonik

Formulasi lotion ekstrak


daun durian

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika Akademi

Farmasi Al-Fatah Bengkulu

b. Waktu penelitian
Penelitian ini di laksanakan dari bulan April sampai Juni 2017
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
a. Alat
Timbangan analitik, gelas ukur, stemper, mortir, sendok tanduk, sudip,

pipet tetes, kertas perkamen, serbet, wadah, batang pengaduk, waterbath,

botol berwarna gelap, pH meter, viscometer brookfield

b. Bahan
Ekstrak daun durian, etanol 70%, gliserin, TEA, aquadest, setil alkohol,

oleum rosae, as stearat, nipagin, nipasol, minyak zaitun, propilenglikol.

3.3 Prosedur Kerja Penelitian


3.3.1 Pengumpulan Bahan Baku
a. Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun durian

yang diperoleh dari tanaman warga Jalan Raya Air Sebakul kota

Bengkulu.

b. Persiapan Simplisia
Daun durian segar dibersikan dari kotoran yang menempel, setelah

itu dicuci dengan air mengalir, lalu dirajang kemudian dikeringkan

26
27

dengan diangin-anginkan pada suhu ruangan dan didapatkan simplisia

kering. Simplisia kering tersebut selanjutnya diblender sehingga

diperoleh serbuk simplisia.

3.3.2 Proses Pembuatan Ekstrak


Daun durian yang telah kering dan telah halus dimasukkan dalam

wadah botol coklat yang tertutup dan tambahkan cairan penyari atau

pelarut yaitu etanol 70% ditutup dan dibiarkan terlindung dari cahaya

maserasi dilakukan selama 7 hari dan dilakukan pengadukan sesering

mungkin, kemudian filtrat disaring dan dipekatkan dengan waterbath

hingga diperoleh ekstrak kental (Anonim, 2000). Digunakan nya etanol

dikarenakan flavonoid merupakan senyawa polar sehingga digunakan

pelarut yang polar juga seperti etanol ( Harbone,1987).

3.3.3 Rancangan Formulasi


Pembuatan lotion ini menggunakan fase emulsi dengan tipe M/A dengan
masing-masing komponen dapat dilihat pada tabel II

Table II. Rancangan Formulasi Lotion Ekstrak Daun Durian (Durio


zibethinus L)

No. Komposisi F0 (%) F1 (%) F2 (%) F3(%) Khasiat


1. Ekstrak Daun 0 0,1 gr 0,2 gr 0,4 gr Zat Aktif
Durian
2. Minyak Zaitun 5 5 5 5 Pelembut
3. Setil Alkohol 2 2 2 2 Pengental
4. As.Stearat 2 2 2 2 Pengemulsi
5. Propil Paraben 0,05 0,05 0,05 0,05 Pengawet ( Fase
Minyak)
6. Propilen glikol 15 15 15 15 Pelembab
7. Metil Paraben 0,3 0,3 0,3 0,3 Pengawet (Fase Air)
8. TEA 4 4 4 4 Pengemulsi
9. Gliserin 5 5 5 5 Pelembab
10. Oleum Rosae Qs Qs Qs Qs Pewangi
11. Aquadest ad 100 100 100 100 Pelarut
28

3.3.4 Prosedur Kerja Pembutan Lotion

a. Lebur fase minyak (minyak zaitun, setil alkohol, as.stearat dan propil

paraben) diatas waterbath (M1)

b. Campurkan fase air propilen glikol, metil paraben, TEA, gliserin dan

aquadest ad homogen (M2).

c. Masukan fase minyak dalam lumpang panas gerus lalu tambahkan fase

air secara perlahan-lahan sambil digerus hingga terbentuk emulsi.

d. Tambahkan ekstrak daun durian dan oleum rosae aduk sampai homogen

(FDA, 2003).

3.3.5 Evaluasi Lotion


a. Uji Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi pengamatan perubahan-

perubahan bentuk, warna, dan bau yang terjadi pada sediaan lotion,

dilihat sediaan baik memiliki warna yang baik atau bau yang tengik

(Anief,1997).

b. Uji Homogenitas

Lotion diambil pada masing-masing formula secukupnya kemudian

dioleskan pada plat kaca, diraba dan digosokkan, massa lotion harus

menunjukkan susunan homogen yaitu tidak terasa adanya bahan padat

pada kaca (Lestari, 2002)

c. Uji pH

Pengukuran pH dari formula lotion yang telah dibuat menggunakan

pH meter, dengan cara sebanyak 0,5 gram sediaan di encerkan dengan


29

10 ml. pH yang baik untuk kulit ialah 4,5 sampai dengan 7 (Safitri,

2010).

d. Uji Viskositas

Lotion ekstrak daun durian sebanyak 25 gram dimasukkan kedalam

wadah, kemudian pasang spindel. Diamati jarum penunjuk dari

viskosimeter brookfield yang mengarah ke angka pada skala

viskositas, ketika jarum menunjukkan ke arah yang stabil, maka angka

itulah merupakan viskositasnya (Zulkarnain, 2013).

e. Uji Daya Sebar

Sebanyak 0,1 gram lotion ditimbang dan di letakkan ditengah-

tengah kaca arloji , kemudian letakkan kaca arloji yang lainnya di

atas lotion dan biarkan selama satu menit dan diukur diameter lotion

yang menyebar, lalu ditambahkan beban seberat 1 gram di atas kaca

penutup, dan dibiarkan selama satu menit, dicatat diameter lotion yang

menyebar. Percobaan dilanjutkan dengan beban seberat 2 gram dan 3

gram (Nova, 2012)

f. Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Uji kesukaan merupakan identifikasi, pengukuran secara ilmiah,

analisis dan interpretasi dari elemen-elemen pada suatu produk yang

dapat dirasakan oleh panca indera (penglihatan dan sentuhan).Uji

sensori pada penelitian ini menggunakan uji penerimaan atau uji

hedonik yang bertujuan untuk mengevaluasidaya terima atau tingkat

kesukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan (Carpenter et al.


30

2000). Uji hedonic yang dilakukan menggunakan panelis sebanyak 10

orang dengan usia antara 20-25 tahun dan memenuhi syarat-syarat

panelis.

3.4 Analisis Data

Analis data yang digunakan dalampenelitian karya tulis ini adalah analisis

deskriptif berupa diagram kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1. Pembuatan Ekstrak Daun Durian

Proses pengekstrakan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu

mengumpulkan daun durian lalu dicuci dengan air yang mengalir. Daun tersebut

selanjutnya dirajang lalu dikeringkan pada suhu ruangan selama kurang lebih 8

hari. Daun kering yang diperoleh diblender kemudian dilakukan proses maserasi

dengan cara merendam simplisia didalam botol gelap dengan menggunakan etanol

70% selama 7 hari dan sering dilakukan pengadukan agar komponen kimia

tertarik sempurna. Pada proses maserasi digunakan larutan penyari berupa etanol

karena flavonoid merupakan senyawa polar sehingga digunakan pelarut yang

polar juga untuk menarik senyawa tersebut seperti etanol (Harbone,1987). Pelarut

etanol yang digunakan adalah etanol 70% karena etanol dengan konsentrasi 70%

sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana

bahan pengganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan pengekstraksi

(Indraswari, 2008). Dari proses tersebut didapatkan maserat yang kemudian

diuapkan dengan menggunakan waterbath sehingga diperoleh ekstrak daun

durian. Ekstrak yang dihasilkan dari daun durian dengan berat basah 3,5 kg dan

berat kering 400 gram dan dimaserasi dengan etanol 70% sebanyak 4 liter ialah

31
32

sebanyak 23 gram. Ekstrak daun durian yang didapatkan digunakan sebagai

bahan aktif pembuatan lotion.

Ekstrak daun durian yang diperoleh kemudian diformulasikan menjadi

sediaan lotion dengan memvariasikan kadar ekstrak daun durian pada sediaan

lotion yakni F0 dengan kadar ekstrak 0 gr, F1 dengan kadar ekstrak 0,1 gr, F2

dengan kadar ekstrak 0,2 gr dan F3 dengan kadar ekstrak 0,4 gr.

4.1.2 Proses Pembuatan Lotion Ekstrak Daun Durian

Pembuatan lotion ekstrak daun durian dilakukan pada lumpang panas,

Lotion dibuat dengan cara melebur semua bahan fase minyak (asam stearat,

nipasol, minyak zaitun, dan setil alkohol) dalam cawan penguap diatas waterbath.

Peleburan dilakukan untuk mempermudah pencampuran antara fase minyak dan

fase air. Kedua fase digabungkan dengan cara masukkan fase minyak kedalam

lumpang kemudian tambahkan fase air (propilen glikol, metil paraben, TEA,

gliserin dan aquadest) sedikit demi sedikit sambil di gerus dengan cepat. Setelah

fase air dan fase minyak menyatu sempurna tambahkan ekstrak daun durian dan

oleum rosae kedalam lumpang dan gerus sampai homogen. Setelah sediaan lotion

dibuat, dilakukan evaluasi yang meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH,

uji daya sebar, uji viskositas dan uji hedonik.

a. Hasil Uji Sifat Fisik Lotion

Pengujian bentuk fisik lotion dilakukan setelah pembuatan lotion,

yang bertujuan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya perubahan sifat

fisik selama penyimpanan agar dapat melihat apakah ada perubahan yang

signifikan pada lotion yang telah dibuat dengan menggunakan variasi


33

kadar ekstrak daun durian 0 gr, 0,1 gr , 0,2 gr, 0,4 gr . Uji bentuk sifat

fisik lotion meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya

sebar, uji viskositas.dan uji hedonic.

1. Uji Organoleptis

Analisa organoleptis dilakukan dengan mengamati perubahan-

perubahan bentuk, bau dan warna yang terjadi pada sediaan lotion yang

mengandung beberapa variasi ekstrak daun durian. Pengamatan

dilakukan selama 1 minggu penyimpanan. Hasil uji organoleptis dapat

dilihat pada tabel III :

Tabel III. Hasil Uji Organoleptis Lotion Ekstak Daun Durian

No. Formulasi Organoleptis Minggu 1


Bentuk Kental
1. F0 Warna Putih
Bau Khas Rosae
Bentuk Kental
2. F1 Warna Putih Kekuningan
Bau Khas Rosae
Bentuk Kental
3. F2 Warna Kuning Muda
Bau Khas Rosae
Bentuk Kental
4. F3 Warna Kuning
Bau Khas Rosae

Keterangan :
F0 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0 gr
F1 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,1 gr
F2 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,2 gr
F3 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,4 gr

Pada uji organoleptis dilakukan dengan cara mengamati secara

langsung sediaan lotion selama 1 minggu. Bagian yang diamati meliputi

warna, bentuk, bau dari sediaan lotion tersebut. Masing-masing formula

(F0, F1, F2, F3) mengalami perubahan warna. F0 berwarna putih, F1


34

berwarna putih kekuningan, F2 berwarna kuning muda dan F3

berwarna kuning dari ketiganya terlihat memiliki kepekatan warna yang

berbeda yang disebabkan oleh karena adanya perbedaan kadar ekstrak

daun durian pada setiap masing-masing formula yaitu formula 1 dengan

kadar sebanyak 0,1 g, formula 2 sebanyak 0,2 g dan formula 3 sebayak

0,4 g. Semakin tinggi kadar ekstrak daun durian yang digunakan maka

semakin pekat pula warna dari sediaan lotion tersebut.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sediaan yang

telah dibuat homogen atau tidak serta tidak mengandung partikel atau

zat yang tidak terlarut. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengambil

sedikit lotion pada masing-masing formula kemudian dioleskan pada

objek glass , diraba dan digosokkan. Sediaan lotion tidak boleh terasa

adanya butiran-butiran kasar pada kaca. Hasil pengamatan sediaan

lotion yang diperoleh dari uji homogenitas dapat dilihat pada tabel IV

Tabel IV. Hasil Uji Homogenitas Lotion Ekstrak Daun Durian

No. Formulasi Minggu 1


1. F0 Homogen
2. F1 Homogen
3. F2 Homogen
4. F3 Homogen

Keterangan :
F0 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0 gr
F1 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,1 gr
F2 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,2 gr
F3 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,4 gr
35

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel menunjukkan bahwa

masing-masing formula homogen ditandai dengan tidak terlihatnya

adanya butiran-butiran kasar yang disebabkan pada saat penggerusan

yang kurang baik. Hasil ini menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh

variasi kadar ekstrak daun durian terhadap homogenitas dari lotion

ekstrak daun durian.

3. Uji pH

Uji pH yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan alat

pH meter. Satu gram sediaan lotion ekstrak daun durian diencerkan

dengan 10 ml aquades. Hasil pengukuran pH sediaan lotion ekstrak daun

durian dari masing-masing formula dengan waktu penyimpanan selama 1

minggu dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Hasil pengujian pH Lotion Ekstrak Daun Durian

No. Formulasi Minggu 1


1. F0 5,55
2. F1 6,09
3. F2 6,33
4. F3 6,46

Keterangan :
F0 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0 gr
F1 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,1 gr
F2 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,2 gr
F3 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,4 gr
36

Dari tabel hasil uji pH dapat dibuat diagram batang sebagai

berikut :

Uji pH
7
6.5
6
Minggu I
5.5
5
F0 F1 F2 F3

Gambar 4. Hasil Uji pH Sediaan Lotion Ekstrak Daun Durian

Uji pH dilakukan untuk mengetahui apakah sedian lotion yang

peneliti buat telah memenuhi syarat pH standar kulit, yaitu 4,5-7 (Safitri,

2010). Berdasarkan standar pH terserbut pH yang diperoleh dari sediaan

yang telah dibuat berkisar 5,55-6,46 dan artinya lotion yang dibuat

memenuhi pH standar dan aman digunakan.

Jadi, pada penelitian ini dapat terlihat bahwa adanya variasi

konsentrasi mempengaruhi hasil pH pada lotion ekstrak daun durian.

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun durian maka pH yang dihasilkan

semakin basa. Disebabkan karena ekstrak daun durian tersebut memiliki

pH basa.

4. Uji Daya sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan

menyebar lotion pada kulit. Uji daya sebar dilakukan dengan


37

menggunakan dua lempeng kaca dan anak timbangan. Letakan 0,1 gram

lotion di atas lempeng kaca, kemudian ditutup dengan lempeng kaca

dengan membalikan lempeng kaca tersebut, timpa kaca tersebut dengan

anak timbangan dengan beban yang berbeda yakni 1 gram, 2 gram dan 5

gram, masing-masing beban ditahan dengan waktu 1 menit. Lalu hitung

diameter penyebaran lotion. Hasil uji dapat dilihat pada tabel VI

Tabel VI. Hasil Uji Rata Rata Daya Sebar Lotion Ekstra Daun Durian

Formulasi Berat Beban Rata-Rata Daya Sebar (cm)


1 gram 4,6
F0 2 gram 4,7
5 gram 4,7
1 gram 4,5
F1 2 gram 4,6
5 gram 4,7
1 gram 4,5
F2 2 gram 4,6
5 gram 4,7
1 gram 4,5
F3 2 gram 4,6
5 gram 4,7
Keterangan :
F0 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0 gr
F1 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,1 gr
F2 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,2 gr
F3 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,4 gr

Dari tabel hasil uji daya sebar dapat dibuat diagram batang sebagai
berikut :

4.75
4.7
4.65 Beban 1 gram
4.6
4.55 Beban 2 gram
4.5 Beban 5 gram
4.45
4.4
F0 F1 F2 F3

Gambar 5. Hasil Uji Daya Sebar Lotion Ekstrak Daun Durian


38

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan menyebar

lotion pada lokasi penggunaan. Semakin besar beban yang diberikan,

semakin besar pula daya sebar lotion pada kulit

Dari penelitian ini diketahui bahwa kemampuan menyebar lotion

tiap formula baik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin besar beban yang

diberikan, daya sebar lotion semakin meningkat. Sehingga lotion mudah

untuk dioleskan.

5. Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan viscometer

Brookfield. Hasil uji viskositas dapat dilihat pada tabel VII:

Tabel VII. Hasil Uji Viskositas Lotion Ekstrak Daun Durian

Formula No spindel Speed Hasil


F0 5 20 Rpm 1 Poise
F1 5 20 Rpm 1 Poise
F2 5 20 Rpm 1 Poise
F3 5 20 Rpm 1 Poise

Keterangan :
F0 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0 gr
F1 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,1 gr
F2 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,2 gr
F3 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,4 gr

Dari tabel hasil uji viskositas dapat dibuat diagram batang sebagai
berikut :

Uji Viskositas
1.5
1
0.5 Minggu I

0
F0 F1 F2 F3

Gambar 6 . Hasil Uji Viskositas Lotion Ekstrak Daun Durian


39

Uji viskositas merupakan uji kekentalan pada sediaan.

Viskositas pada lotion menunjukkan mudah tidaknya lotion itu diambil

atau dituangkan dalam wadah serta dikeluarkan dari wadah untuk

digunakan oleh konsumen.

Hasil uji viskositas pada F0, F1, F2 dan F3 adalah 1 poise,

sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan lotion yang dibuat tidak

memenuhi syarat. Syarat viskositas yang baik menurut SNI yaitu antara

20 poise-500 poise. Sediaan lotion yang dibuat memiliki viskositas yang

rendaha/encer. Pada penelitian ini dapat terlihat bahwa konsentrasi

ekstrak tidak berpengaruh terhadap viskositas sediaan.

6. Uji Kesukaan Konsumen

Uji kesukaan konsumen terhadap sediaan lotion ekstrak daun

durian dilakukan terhadap 10 orang panelis. Pengujian ini bertujuan untuk

mengetahui formula mana yang lebih disukai oleh konsumen. Adapun

hasil uji kesukaan konsumen terhadap sediaan lotion ekstrak daun durian

sebagai berikut :

Tabel VII. Uji Kesukaan Konsumen Sediaan Lotion Ekstrak Daun Durian

Tanggapan panelis
Formula
Suka Tidak suka
F0 80% 20%
F1 50% 50%
F2 50% 50%
F3 70% 30%

Keterangan :
F0 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0 gr
F1 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,1 gr
F2 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,2 gr
F3 : Lotion dengan konsentrasi ekstrak daun durian 0,4 gr
40

Dari tabel hasil uji kesukaan konsumen dapat dibuat diagram


batang sebagai berikut :

100
Uji Kesukaan Konsumen
80
60
40 Suka
Tidak
20
Suka
0
F0 F1 F2 F3

Gambar 7 . Uji Kesukaan Konsumen Lotion Ekstrak Daun Durian

Berdasarkan hasil pengamatan uji kesukaan konsumen pada lotion

daun durian, didapatkan hasil bahwa formula 3 yang banyak disukai oleh

konsumen. Hal ini disebabkan karena formula 3 memiliki warna yang

lebih menarik dan tekstur yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan

formula lainnya.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

a. Ekstrak daun durian dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan lotion

b. Berdasrkan uji evaluasi yang dilakukan pada pembuatan sediaan lotion

dari ekstrak daun durian dapat diketahui bahwa variasi kadar ekstrak daun

durian yang digunakan dapat mempengaruhi sifat fisik lotion, yakni

berupa uji organoleptis, uji pH dan uji kesukaan konsumen. Pada uji

viskositas dapat disimpulkan bahwa sediaan lotion tidak memenuhi

syarat SNI karena hasil viskositas yang didapatkan pada uji viskositas

kurang dari 20 poise-500 poise.

5.2. Saran

Sediaan lotion dari ekstrak daun durian dapat digunakan sebagai

antibakteri. Sehingga diharapkan bagi peneliti lanjutan untuk memperoleh

zat aktif dari daun durian dengan menggunakan metode lain selain

maserasi dan dapat membuat menjadi sediaan farmasi lainnya.

41
42

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M, 1997, Formularium Obat Topika Dengan Dasar Penyakit Kulit


(cetakan 1st), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Dapertemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia Edisi V cetakan VI, Dapertemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia IV, Dapertemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2007, Kandungan dan Manfaat Buah Durian. Diakses pada tanggal 25
November 2016, http://juntak.com/2011/04/rahasia-kandungan-gizi-
dibalik-buah.html

Anonim, 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, sixth edition,


Pharmaceutical Press and American Pharmacists Associations, London
and Washington DC.

Anonim, 2010, Pengertian Durian, Diakes pada tanggal 23 November 2016,


http://id.wikipedia.org/wiki/Durian

Aulton, M, 2007, Aulton’s Pharmaceutics: The Design and Manufacture of


Medicines, Churchill Livingstone Elsevier, London, pp. 273-284.

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, Panduan Penyusunan Kurikulum,


Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.

Carpenter RP, Lyon DH, Hasdell TA, 2000, Gridelines for Sensory Analysis in
Food Product Development and Quality Control, Ed ke-2,
Maryland:Maryland Aspen Publisher, Inc.

Chansiripornchai P, Pongsamart, S, 2008, Treatment of Infected Open Wounds on


Two Dogs Using a Film Dressing of Polysaccharide Extracted from the
Hulls of Durian (Durio zibethinus Murr.) : case report. Thai J. Med., 38
(3): 55-61

Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Ditjen POM, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,


Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
43

Djuanda Adhi, 2007, Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi kelima, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.

Evans, WC, 2002, Trease and Evans Pharmacognosy, 5th ed, London:WB
Saundres.pp.123

[FDA] Food and Drug Administration, 2003, Guidance for industryphotosafety


testing, pharmacology toxicologycoordinating committee in thecentre for
drug evaluation andresearch (CDER) at the FDA, USA: New Hampsire
Avenue.

Hahn, G.S., Thueson. D.O., Quick. T.W, 1998, Formulations and methods for
reducing skin irritation,United States Patent. 5,716,625.

Harbone, J.B, 1997, Metode Fitokimia, Terbitan Kedua, Bandung: Penerbit ITB

Indraswari, A, 2008, Optimasi Pembuatan Ekstrak Daun dewan Daru ( Eugenia


Uniflora L) menggunakan Metode Maserasi dengan Parameter Kadar
Tatal Senyawa Fenolik dan Flavonoid, Surakarta: Tugas Akhir Teknik
Kimia Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Knott, L, 2010, miliaria, http://www.patient.co.uk/health/miliaria-prickly-heat-


rash, diakses pada tanggal 28 November 2016.

Lestari, T, 2002, Hand and body lotion: pengaruh penambahan nipagin,nipasol


dan campuran keduanya terhadap stabilitas fisika dan efektifitasnya
sebagai anti jamur, Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada.

Marwali Harahap, 2000, Ilmu Penyakit Kulit : Acne vulgaris, Jakarta : Hipokrates.
H. 35-45

Morwanti, Desi A, 2006, Aplikasi Dimethicone dalam Pembuatan Skin Lotion


(skripsi), Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor, 23-24.

Nova, G. D, 2012, Formulasi Ekstrak Metanol Kulit Manggis (Garcinia


mangostana L) Pada Uji Iritasi Primer, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta

Safitri, N. A., et.al, 2010, Optimasi Formula Sediaan Krim Ekstrak Stroberri
(fragaria x annassa), Jurnal Program Studi Farmasi FKUB Bandung

Sobir dan Napitupulu, Rodame M. 2010, Bertanam Durian Unggul, Jakarta:


Penebar Swadaya.

Soedarya, A.P, 2009, Agribisnis Durian, Bandung: Penerbit CV Pustaka Grafika.


Hal. 18 – 25
44

Sriningsih, 2008, Analisa Senyawa Golongan Flavonoid Herba Tempuyung


(SonchusarvensisL):www.indomedia.com/intisari/1999/juni/tempuyung.h
tm, (diakses tanggal 23 November 2016)

Suryani A, Sailah I, Hambali E, 2000, Teknologi Emulsi, Bogor: Jurusan


Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Tronnier, 1962, Biochemistry Cosmetal, Di dalam J.S. Jellinek, 1970,


Formulationand Function of Cosmetics, New York: John Willey & Son.

Zulkarnain,K, 2013, Stabilitas Fisik Sediaan Lotion O/W Dan W/O Ekstrak Buah
Mahkota Dewa Sebagai Tabir Surya Dan Uji Iritasi Primer Pada
Kelinci, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.
45
46

Lampiran 1. Proses Pembuatan Simplisia

Penimbangan Daun Durian Proses Pencucian Dengan Air Mengalir


(Durio zibethinus L)

Proses Perajangan Proses Pengeringan

Hasil pengeringan

Gambar 8. Proses Pembuatan Simplisia


47

Lampiran 2. Proses Pembuatan Ekstrak

Proses maserasi Penyaringan setelah dimaserasi


selama 1 minggu selama 1 minggu

Proses pengentalan dengan Ekstrak daun durian


menggunakan waterbath (Durio zibethinus L)

Gambar 9. Proses Pembuatan Ekstrak Daun Durian


48

Lampiran 3. Alat- Alat Pembuatan Lotion

Alat-alat porselen Timbangan Analitik

Anak Timbangan pH Meter

Waterbath

Gambar 10. Alat-Alat Pembuatan Lotion


49

Lampiran 4. Bahan Pembutan Lotion

Ekstrak daun durian Glycerin

Nipagin Nipasol

TEA Ol. Rose


50

Asam Stearat Setil alkohol

Propilen glikol Aquadest

Gambar 11. Bahan Pembuatan Lotion

\
51

Lampiran 5. Perhitungan Bahan

Formula 0
1. Ekstrak Daun Durian : 0 gr
5
2. Minyak Zaitun : X 60 = 3 gr
100
2
3. Setil Alkohol : X 60 = 1,2 gr
100
2
4. Asam Stearat : X 60 = 1 gr
100
0,05
5. Propil Paraben : X 60 = 0,03 gr
100
15
6. Propilen Glikol : X 60 = 9 gr
100
0,3
7. Metil Paraben : X 60 = 0,18 gr
100
4
8. TEA : X 60 = 2,4 gr
100
5
9. Gliserin : X 60 = 3 gr
100
100
10. Aquadest : x 60 = 60 ml – (0 + 3 + 1,2 + 1+ 0,03 +
100
9 + 0,18 + 2,4+3) = 40,19 ml
11. Oleum Rosae : QS

Formula 1
1. Ekstrak Daun Durian : 0,1 gr
5
2. Minyak Zaitun : X 60 = 3 gr
100
2
3. Setil Alkohol : X 60 = 1,2 gr
100
2
4. Asam Stearat : X 60 = 1 gr
100
0,05
5. Propil Paraben : X 60 = 0,03 gr
100
15
6. Propilen Glikol : X 60 = 9 gr
100
0,3
7. Metil Paraben : X 60 = 0,18 gr
100
52

4
8. TEA : X 60 = 2,4 gr
100
5
9. Gliserin : X 60 = 3 gr
100
100
10. Aquadest : x 60 = 60 ml – (0,1 + 3 + 1,2 + 1+ 0,03
100
+ 9 + 0,18 + 2,4+3) = 40,09 ml
11. Oleum Rosae : QS

Formula 2
1. Ekstrak Daun Durian : 0,2 gr
5
2. Minyak Zaitun : X 60 = 3 gr
100
2
3. Setil Alkohol : X 60 = 1,2 gr
100
2
4. Asam Stearat : X 60 = 1 gr
100
0,05
5. Propil Paraben : X 60 = 0,03 gr
100
15
6. Propilen Glikol : X 60 = 9 gr
100
0,3
7. Metil Paraben : X 60 = 0,18 gr
100
4
8. TEA : X 60 = 2,4 gr
100
5
9. Gliserin : X 60 = 3 gr
100
100
10. Aquadest : x 60 = 60 ml – (0,2 + 3 + 1,2 + 1 +
100
0,03 + 9 + 0,18 + 2,4 + 3) = 39,99 ml
11. Oleum Rosae : QS

Formula 3
1. Ekstrak Daun Durian : 0,4 gr
5
2. Minyak Zaitun : X 60 = 3 gr
100
2
3. Setil Alkohol : X 60 = 1,2 gr
100
53

2
4. Asam Stearat : X 60 = 1 gr
100
0,05
5. Propil Paraben : X 60 = 0,03 gr
100
15
6. Propilen Glikol : X 60 = 9 gr
100
0,3
7. Metil Paraben : X 60 = 0,18 gr
100
4
8. TEA : X 60 = 2,4 gr
100
5
9. Gliserin : X 60 = 3 gr
100
100
10. Aquadest : x 60 = 60 ml – (0,4 + 3 + 1,2 + 1 +
100
0,03 + 9 + 0,18 + 2,4 + 3) = 39,79 ml
11. Oleum Rosae : QS

Lampiran 6. Pembuatan Lotion

Pemanasan Lumpang Lebur fase Minyak


54

Proses pencampuran antara fase minyak dan fase air

Gambar 12. Pembuatan Lotion

Lampiran 7. Evaluasi

Uji Organoleptis Uji Daya Sebar


55

Uji Viskositas Uji pH

Uji Homogenitas

Gambar 13. Evaluasi Sediaan


Lampiran 8. Formulir Uji Kesukaan Konsumen

FORMULIR
UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK)

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

Petunjukan Penilaian
56

Ujilah sampel satu persatu dengan sebaik-baiknya dan nyatakan pendapat

anda tentang apa yang dirasakan oleh indera dengan mengisi tabel dibawah

ini :

Dengan memberi tanda ceklis pada kolom yang dipilih

Tanggapan panelis
Formula
Suka Tidak suka
F0
F1
F2
F3

Lampiran 9. Hasil Uji Kesukaan Konsumen

Tanggapan Panelis

No. Nama Umur F0 F1 F2 F3

S TS S TS S TS S TS

1. S 21 √ − √ − − √ √ −

2. P 21 √ − − √ − √ √ −

3. M 21 √ − √ − √ − √ −

4. W 21 √ − √ − √ − − √

5. A 21 − √ − √ √ − √ −
57

6. V 23 √ − − √ − √ √ −

7. A 21 − √ √ − √ − − √

8. K 21 √ − − √ − √ √ −

9. R 22 √ − √ − √ − − √

10 D 21 √ − − √ − √ √ −

Keterangan :
S : Suka
TS : TidakSuka

Lampiran 10. Tabel Perhitungan Viskositas


58

Lampiran 11. Perhitungan Viskositas

Formula 0

Spindel 5 : 0,5 X 200 = 100cps = 1 Poise

Formula 1

Spindel 5 : 0,5 X 200 = 100cps = 1 Poise

Formula 2

Spindel 5 : 0,5 X 200 = 100cps = 1 Poise

Formula 3

Spindel 5 : 0,5 X 200 = 100cps = 1 Poise


59

Lampiran 12. Range Viskositas Menurut SNI


60

Lampiran 13. Determinasi Tumbuhan

Anda mungkin juga menyukai