Di Susun:
KELAS : C3
1
BAB I
Jenis Larutan :
1Larutan encer : mengandung sejumlah kecil solute yang terlarut dalam solvent
2. Larutan jenuh : mengandung jumlah maksimum solute yangdapat larut dalam solvent pada
tekanan dan temperatur
tertentu.
3. Larutan lewat jenuh : mengandung jumlah solute yang terlarutmelebihi batas kelarutannya
di dalam solvent pada temperatur
tertentu
Netralisasi
▪ Netralisasi adalah larutan garam yang dibuat dengan mereaksikan asam dan basa.
▪ Obat minum yang dibuat denganmencampurkan bagian asam dan bagianbasa sampai reaksi
selesai dan larutan bersifat netral.
➢solutio citratis magnesici, Calcii Acetyl Salicylas
Saturatio
▪ Saturasi Saturasi adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan
basa tetapi gas yang terjadi dalam larutan, adalah jenuh dengan gas ( Anonim, 2008).
▪ Obat minum yang dibuat dengan
mereaksikan asam dan basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga
larutan jenuh dengan gas.
➢ Komponen basa dilarutkan dalam 2/3
bagian air yang tersedia. Misalnya : NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk
botol.
➢ Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.
Potio effervescent
▪ Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.
▪ Obat minum yang mengandung gas CO2
yang sangat atau lewat jenuh dibandingkan dengan saturasi.
➢ Gas karbondioksida yang terkandung di dalam
sediaan umumnya berguna untuk pengbatan, menjaga stabilitas obat, dan memberikan rasa
2
Guttae
Sediaan cair berupa larutan emulsi arau suspensi yang dimaksudkan untuk obat dalam
atau obat luar digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan
tetesan setara dengan tetesan dihasilkn penetes baku yang disebutkan dalam
Farmakope Indonesia.
➢1 mL = 20 drops/tetes
a. Guttae : untuk penggunaan oral
b. Guttae oris : tetes mulut
c. Guttae Auriculares : Tetes telinga adalah obat yang digunakan dengan cara meneteskan
obat kedalam telinga.
d. Guttae Nasales : Tetes hidung adalah oabat bebas yang digunakan dengan cara meneteskan
obat dalam rongga hidung yang mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
e. Guttae Ophthalmicae : Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan
bola mata
Collyrium
▪ Cairan pencuci yang digunakan sebagai pembersih mata, terutama pada penyakit mata.
▪ Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis digunakan untuk
membersihkan mata, dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
➢ Collyrium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan lama 2 jam
setelah botol dibuka tutupnya. Yang mengandung pengawet dapat digunakan paling
lama 7 hari setelah botol dibuka tutupnya.
Guttae Ophthalmicae
Sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat
padaselaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.
kebihan Larutanhomogen, dosis mudah Larutan : campuran disesuaikan, kerja awal obat
lebih cepat karena obat cepat diabsorpsi, mudah diberi pemanis, aroma dan warna.
Kekurangan Larutan : Volume larutanlebih besar, beberapa zat aktif obat tidak stabil dalam
larutan, zat aktif obat masihsukar ditutupi rasa dan baunya dalamlarutan
3
2. Formula
1. Formula Utama
Paracetamol (120mg / 5mL)
Gliserin (20%)
Propilenglikol (25%)
Na Benzoat (0,3%)
Sorbitol (15%)
Etanol (10%)
Air (30%)
Perasa Raspberry q.s
Pewarnamerah q.s
2. Formula Alternatif
Paracetamol (120mg/5mL)
Mannitol (20%)
Propilenglikol (25%)
Na Benzoat (0,3%)
Sorbitol (15%)
Etanol (10%)
Air (30%)
PerasaAsamSitrat q.s
Pewarna FDXC Orange q.s
4
BAB II
Klasifikasi Kelarutan
ISTILAH KELARUTAN
Kelarutan dapat didefinisikan dalam istilah kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada suhu tertentu dan secara kuantitatif dapat pula dinyatakan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekul yang
homogen
1. Larutan jenuh Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam
kesetimbangan (tepat larut dalam batas kelarutannya) dengan fase pelarutnya.
2. Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh Suatu larutan yang mengandung zat terlarut
dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna
pada temperatur tertentu.
3. Larutan lewat jenuh Suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi
yang banyak pada suhu tertentu sehingga terdapat zat terlarut yang tidak dapat larut lagi.
KECEPATAN KELARUTAN
1. Ukuran partikel. Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas
permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
2. Suhu. Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.
3. Pengadukan. Pengadukan mekanik akan menambah kecepatan kelarutan
dibanding jika tidak diaduk.
kelarutan,
stabilitas,
pengawetan,
5
BAB III
6
BAB IV
perkiraan resepnya :
R/ Paracetamol 6
Sir. Simplex 50%
Aqua ?
Pot.1fl
Telah di ketahui pula bahwa dosis serbuk parasetamol untuk 1 kali pemakaian adalah
400mg = 0,4gram. Berikut langkah pengerjaan:
7
BAB V
Komponen bahan aktif dan bahan tambahan dalam sediaan sirup dan
jelaskan tujuan dari penggunaan tiap bahan dalam formulasi
sirup adalah sediaan cair berupalarutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa
(C12H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gulayang ditambah obat atau zat
pewangi dan merupakanlarutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang
minimal mengandung 50% sakarosa.Kegunaan sirup Sebagai obat contoh :
Pembuatan Sirup
Bahan baku yang digunakan dalam prosespembuatan sediaan sirup harus sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan. Spesifikasi tersebutharus bisa menjamin ciri-ciri,
kemurnian, homogenitas,dan bebas dari kontaminasi mikroba yang berlebihan.Selain
bahan aktif, air juga merupakan faktor yangsangat kritis dalam proses pembuatan sediaan
sirup,karena merupakan komponen terbesar.
Menurut Farmakope edisi III, kecuali dinyatakan lain prosespembuatan sirup sebagai
berikut
8
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut.
Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperolehbobot yang dikehendaki, buang
busa yang terjadi, lalu serkai. Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung
glukosidaantrakuinon, ditambahkan natrium karbonat sejumlah 10% bobotsimplisia.
Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untukpersediaan ditambahkan
metil paraben 0,25% b/v atau pengawet lainyang cocok.
Metoda Pembuatan
9
BAB VI
KomponenutamaEmulsi
1. Fasedispers / fase internal / fasediskontinu / faseterdispersi / fasedalam,
10
BAB VII
o Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan
hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperolehbobot yang dikehendaki,
buang busa yang terjadi, lalu serkai.
o Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untukpersediaan ditambahkan metil
paraben 0,25% b/v atau pengawet lainyang cocok.
11
BAB VIII
12
BAB IX
13
BAB X
14
piknometer yang telah diisi zat uji dengan bobot piknometer kosong (anonim b,
1995).
D. Volume terpindahkan
Volume rata-rata suspensi yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari
100% dan tidak satu pun volume wadah yang ku
E. rang dari 95% dari volume
yang dinyatakan dalam etiket (Anonim b, 1995).Penetapan pH
Penetapan pH dengan menggunakan pH meter (Anonim b, 1995).
F. Kadar air
Suspensi kering kadar air tidak lebih dari 3% (Anonim b, 1995).
G. Penetapan waktu rekonstitusi
Penetapan ini dilakukan untuk menentukan lamanya waktu terkonstitusi suatu
sediaan. Dalam hal ini sediaan serbuk kering ditambahkan air, kemudian
dihitung waktu yang diperlukan sampai sediaan tersebut membentuk suspensi
dengan sempurna.
H. Volume sedimentasi dan kemampuan redispersi
Untuk sediaan suspensi kering yang baik diharapkan terdapat sedimentasi
yang besar atau tidak terjadi sama sekali (melarut homogen) . Hal ini penting
karena dengan volume sedimentasi yang besar maka kemungkinan untuk
melarut secara homogen kembali akan lebih besar bila dibandingkan dengan
volume sedimentasi yang sedikit (dapat membentuk caking). Untuk
mengetahui kemampuan redispersi sediaan maka sediaan yang sudah
didiamkan dikocok kembali. Apabila setelah dikocok sediaan mudah
melarutkembali dan menjadi larutan yang homogen maka kemampuan
redispersinya baik.
I. Sifat aliran dan viskositas dengan Viskosimeter Brookfield
Sediaan sirup kering Amoxicillin ini mengikuti sifat aliran Hukum Non
Newton pseudoplastik. Viskositas sediaan ini dapat diukur dengan
menggunakan Viskosimeter Brookfield karena viskosimeter ini dapat
mengukur viskositas sediaan yang bersifat Non Newton dan Newton (Astuti, dkk.,
2007)
viabel pada tiap selang waktu tersebut dengan metode lempeng. Dengan
menggunakan bilangan teoritis mikroba pada awal pengujian, hitung
perubahan kadar dalam persen tiap mikroba selama pengujian (Anonim b, 1995).
2. Formula
Formula Utama
Gliserin (20%)
Propilenglikol (25%)
Na Benzoat (0,3%)
Sorbitol (15%)
Etanol (10%)
Air (30%)
16
Pewarnamerah q.s
Formula Alternatif
Paracetamol (120mg/5mL)
Mannitol (20%)
Propilenglikol (25%)
Na Benzoat (0,3%)
Sorbitol (15%)
Etanol (10%)
Air (30%)
PerasaAsamSitrat q.s
17
BAB XI
FORMULA
R/ Ambroksol 15mg/5ml
Sorbitol 5ml
Corrigen
Colourisq.s.
Corrigen Odoris q.s.
Sirup Simplex ad 60 ml
Ket: Corrigen Colouris = FDC red
Corrigen Odoris = Strawberry
ANALISIS BAHAN
Ambroksol
Serbuk kristal putih atau kekuningan . Sedikit larut dalam air, sebagian larut
dalam
diklorometana, larut dalam metil alkohol. Larutan 1% dalam air memiliki ph 4,5 –
6. terlindung dari ( Martindale jilid 3, 2009)
2. Evaluasi sediaan
a. uji organoleptis
19
diperiksa dan diamati bentuk, rasa, bau, dan warna.
2. Uji ph
Kelompok Ph
1 7,03
3 6,95
5 7,02
7 6,92
9 7,20
20
3. Uji Bobot Jenis
PERHITUNGAN BJ
m 10,151 gram
V= = = 10,1915 ml
pair 0,99602 gram/ml
m 12,5984 gram
ρ sirup 1 = = = 1,2361 gram/ml
v 10,1915 ml
21
m 10,151 gram
V= = = 10,1915 ml
pair 0,99602 gram/ml
m 12,6254 gram
ρ sirup 1 = = = 1,2388 gram/ml
v 10,1915 ml
4. Uji Viskositas
PERHITUNGAN VISKOSITAS
ρ sampel xt sampel
Visoksitas sampel = x Vis air
pair xt air
1,2367 gram/ml x 1422 s
Visoksitas sampel = x 0,8904 cps
0.99602 garam/ ml x 165 s
Syarat : 10 – 30 cps
Kesimpulan : Jadi, sediaan sirup Ambroxol yang dibuat tidak memasuki rentang
persyaratan
PEMBAHASAN
22
Ambroxol dibuat dalam sediaan sirup untuk menutupi rasanya yang pahit dan
dapat segera diabsorbsi serta mempermudah penggunaannya untuk anak-anak.
Formulasi sedian syrup terdiri dari Ambroxol sebagai zat aktif yang mempunyai
khasiat sebagai mukolitik, Sorbitol sebagai kosolven dan anticaplocking agent,FDC red
sebagai corrigen coloris, Essens strawberry sebagai corrigen saporis, dan Sirupus simplex
sebagai solvent atau pelarut.
Evaluasi sirup meliputi uji organoleptis, ph, bobot jenis, dan viskositas. Pengujian
organoleptis sirup ambroxol meliputi bau, warna, rasa dan bentuk. Uji ph sediaan semua
kelompok memenuhi persyaratan dengan syarat (6,1 – 7,2) (FI ed. IV : 561). Dalam
pengujian Bobot Jenis (BJ) didapatkan angka lebih dari 1,2 dengan pesyaratan BJ sediaan
harus ≥ 1,2. Untuk uji viskositas dengan menggunakan Viskometer Oswald menunjukkan
hasil bahwa sediaan yang memenuhi persyaratan yaitu kelompok 5 sebesar 11,8531 dan
kelompok 9 sebesar 13,26 dengan syarat ( 10 – 30 cps ). Dengan melihat data diatas dapat
disimpulkan bahwa sediaan yang memenuhi semua kriteria persyaratan sediaan sirup
kering yang baik adalah sediaan kelompok 5 dan kelompok 9.
KESIMPULAN
1. Pengujian Organoleptis
a. Rasa : manis
b. Bau : strawberry
c. Warna : merah
d. Bentuk : cairan kental
2. Pengujian pH sediaan memenuhi persyaratan (6,1 – 7,2) (FI ed. IV : 561).
3. Pengujian Bobot Jenis sediaan sirup Ambroxol didapatkan angka diatas 1,2
dengan persyaratan BJ ≥ 1,2 yang artinya sediaan memenuhi syarat.
4. Pengujian Viskositas dengan Viskometer Oswald hanya dua kelompok yang
memenuhi persyaratan yaitu kelompok 5 dan kelompok 9 dengan syarat (10-30
cps ).
5. Sediaan yang memenuhi semua persyaratan sediaan sirup yang baik ada dua
kelompok yaitu kelompok 5 dan kelompok 9. Dari semua evaluasi sirup yang
terpenting adalah uji ph karena uji ph dapat mempengaruhi kestabilan obat dalam
larutan meskipun viskositas dan bobot jenis tidak memenuhi persyaratan.
23
BAB XII
Sirup adalah salah satu produk yang menggunakan konsentrat gula yang memiliki
keunggulan diantaranya sirup mempunyai daya simpan yang lama walaupun tanpa
penambahan bahan pengawet dan proses sterilisasi dalam pengemasannya karena
tingginya kadar gula, selain itu pembuatannya mudah dan dikerjakan dengan alat yang
sederhana (Margono et al., 1993). Sirup adalah cairan yang mengandung sukrosa (gula
pasir) dengan kadar 64-66 %. Menurut Anonim (1994), sirup adalah larutan gula pekat
(sakarosa “high fructose syrup” dan atau gula inverse lainnya) dengan atau penambahan
bahan tambahan makanan Carboxymethyl Cellulose (CMC) yang diizinkan.
Pembuatan Sirup Nenas. Buah nanas matang dikupas kemudian dipisahkan daging dari
mata dan hati nanas untuk dicuci dan ditiriskan. Daging nanas yang sudah bersih diberi 2
perlakuan yang berbeda yaitu blanching dengan cara merendam bahan dengan air pada
suhu 40˚C selama 4 menit, perendaman garam 10% selama 120 menitdan satu lagi tanpa
perlakuan atau sebagai kontrol. Untuk setiap perlakuan disiapkan 1000 gram nanas yang
sudah potong kecil dan dihancurkan menjadi bubur nanas kemudian pisahkan sari nanas
dengan proses penyaringan. Sari nanas yang ditambahkan 70% gula, 0,35% CMC diaduk
merata dan dipanaskan hingga mendidih serta mengental (sirup nanas).
Parameter Pengujian Parameter yang diamati pada sirup nanas yaitu pH (Muchtadi dkk,
2010), viskositas (AOAC, 2005), kadar asam oksalat secara kuantitatif metode volumetri
(Underwood dan Day, 2002) dan uji warna (Lovibond Tintometer PFXi-880/P). III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pembuatan sirup nenas dengan metode
blanching dan perendaman garam dilakukan tiga kali ulangan. Hasil rerata dan standard
deviasi pengujian terhadap sirup nanas dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. pH sirup
nanas Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen yang menggambarkan tingkat
kemasaman. Semakin tinggi nilai pH berarti tingkat kemasaman produk semakin rendah
24
dan sebaliknya, semakin rendah nilai pH berarti tingkat keasaman produk semakin tinggi.
Nilai pH sirup nanas dengan metode blancing lebih tinggi dari sirup kontrol yaitu 4,9
(Tabel 1). Kenaikan pH pada sirup nanas dengan metode blanching terjadi karena pada
proses blanching yaitu dengan cara merebus dalam air panas menyebabkan kehilangan
komponen bahan pangan atau zat gizi yang tidak tahan panas dan mudah larut dalam air
sehingga pH sirup akan meningkat (kurang asam) (Herudiyanto dkk, 2009). Pada kondisi
lain, nilai pH sirup nanas dengan perlakuan perendaman garam lebih rendah dari sirup
nanas kontrol (Tabel 1). Garam yang larut bereaksi dengan air sehingga bersifat asam
(Susilawati, 2011). Sifat asam pada larutan garam berasal dari kation basa lemah dan
anion asam kuat mengalami hidrolisis parsial yang terjadi karena hanya kation dari basa
lemahnya saja yang dapat bereaksi dengan air, sedangkan anionnya (yang berasal dari
asam kuat) tidak bisa bereaksi dengan air sehingga hanya memiliki dampak terhadap H+
ketika dilarutkan dalam air sehingga larutan yang dihasilkan bersifat asam.
Tabel 1. Hasil Analisa Fisik dan Kimia Sirup Nanas dengan Metode Blanching dan
Perendaman Garam Sampel pH Viskositas (dPas) Kadar asam oksalat (%) Sirup nanas
tanpa perlakuan (kontrol) 4,6±0,12 0,3±0,02 0,4590±0,0004 Sirup nanas metode
blanching 4,9±0,08 1,2±0,02 0,3897±0,0418 Sirup nanas metode perendaman garam
4,5±0,08 0,2±0,02 0,3291±0,0003 Tabel 2. Hasil Analisa Warna Sirup Nanas
Menggunakan Lovibond Tintometer Sampel L* a* b* Sirup nanas tanpa perlakuan
(kontrol) 30,14±0,0326 0,50±0,0236 32,22±0,0980 Sirup nanas metode blanching
36,02±0,0980 -0,08±0,0082 30,97±0,1388 Sirup nanas metode perendaman garam
31,94±0,1633 -0,22±0,0245 28,12±0,0980 Keterangan : Nilai a (-) = berwarna hijau
Nilai a (+) = berwarna merah Nilai b (-) = berwarna biru Nilai b (+) = berwarna
kuning Semakin tinggi nilai L maka semakin tinggi juga kecerahan sirup Semakin
tinggi nilai a maka semakin merah juga warna sirup Semakin tinggi nilai b maka
semakin kuning juga warna sirup
Sirup nanas yang dihasilkan memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi daripada sirup
kontrol (Susilawati, 2011). Buckle (2010) menyatakan bahwa asamasam dari buah dapat
meningkatkan nilai pH. Kondisi asam pada sirup yang dihasilkan dipengaruhi oleh bahan
baku dalam pembuatan sirup. Kadar asam oksalat sirup nanas Asam oksalat pada sirup
nanas dengan metode blanching dan perendaman garam dapat menurunkan kadar asam
oksalat di dalam sirup nanas (Tabel 2). Penurunan asam oksalat terbanyak yaitu pada
25
metode perendaman garam yaitu 28,3%. Penurunan kadar asam oksalat tersebut
disebabkan oleh reaksi antara asam oksalat dengan garam sehingga partikel dari asam
oksalat terikat dalam rangkaian kimia garam sehingga kandungan oksalat akan berkurang.
Hasil ini mempertegas penelitian Muttakin dkk (2015) yang mereduksi kadar oksalat pada
talas lokal Banten melalui perendaman dalam air garam sebanyak 10% selama 120 menit
dapat mengurangi kadar asam oksalat sebesar 51,5%. Kondisi ini menjelaskan bahwa
sifat fisik dan kimia bahan mempengaruhi proses penurunan kadar asam oksalat. Uji
warna (lovibond tintometer) sirup nanas Warna merupakan parameter utama yang
menentukan tingkat penerimaaan konsumen terhadap suatu produk (Rasyid dkk, 2013).
Pengukuran warna sirup nanas menggunakan alat lovibond tintometer dengan hasil
analisa yang digunakan yaitu CIE LAB menjelaskan: Lightness (L*) Nilai lightness
(L*) menunjukkan gelap terangnya warna. Nilai L pada sirup nanas berkisar antara 30,14
hingga 36,02 (Tabel 2). Hasil yang diperoleh menjelaskan bahwa sirup nanas dengan
metode blanching dan perendaman garam lebih terang dari sirup nanas kontrol. Hal
tersebut disebabkan proses blanching dan perendaman garam menghambat terjadinya
pencoklatan atau browning enzimatis yang disebabkan oleh reaksi antara enzim polifenol
dengan oksigen pada nanas sehingga warna nanas dapat dipertahankan, sedangkan nanas
kontrol yang tidak diberi perlakuan mengalami browning atau pencoklatan karena
terjadinya oksidasi dengan udara sehingga akan menghasilkan warna yang gelap.
Warna merah (a*) Nilai a* yang diperoleh menunjukkan bahwa sirup nanas kontrol
bewarna merah dan sirup nanas metode blanching dan perendaman garam bewarna hijau
(Tabel 2). Pada proses blanching dan perendaman garam pigmen yang terdapat didalam
nanas yaitu xanthophyll larut dalam air panas dan kurang stabil dikarenakan sifat pigmen
yang tidak tahan panas. Warna kuning (b*) Nilai b* yang diperoleh menunjukkan
bahwa sirup nanas kontrol lebih berwarna kuning dari sirup nanas blanching dan
perendaman garam. Hal ini terjadi dikarenakan nanas yang tidak diberi perlakuan dapat
mempertahankan warnanya saat diolah menjadi sirup,sedangkan pada saat perlakuan
blanching dan perendaman garam, pigmen pada nanas yaitu xanthopyll larut dalam air
panas dan air garam sehingga warna kuning pada nanas semakin berkurang. IV.
KESIMPULAN Kandungan asam oksalat pada sirup nanas menurun pada metode
blanching (0,3897%) dan metode perendaman air garam (0,329%) dibandingkan kontrol
(0,459%). Proses blanching dan perendaman garam untuk menurunkan kadar asam
oksalat membantu meningkatkan kualitas sirup nanas untuk parameter warna dan
26
kejernihan yaitu dapat mempertahankan warna dan kejernihan sirup dari proses browning
enzimatis. Viskositas sirup nanas meningkat pada metode blanching (1,2 d.Pas) dan
terjadi penurunan untuk metode perendaman air garam dalam nilai yang wajar (0,2 d.Pas)
jika dibandingkan dengan kontrol (0,3 d.Pdas). Berdasarkan hasil pengujian kandungan
asam oksalat, viskositas, warna dan kejernihan, sirup nanas metode blanching dan
perendaman air garam berkualitas baik dibandingkan kontrol.
27
BAB XII
1. Zataktif
Zataktifmerupakanzatutama/zatberkhasiatdalamsediaaneliksir
2. Pelarut
3. Pemanis
4. Zatpenstabil
Zatpenstabilmerupakanzattambahanuntukmenjagaeliksirdalamkeadaanstabil
5. Pengawet
28
BAB XIV
Perhitungan Kebutuhan Bahan
A. Perhitungan Kd Paracetamol
Kd paracetamol = (f etanol x Kd etanol) + (f air x Kd air) + (f propilen x
Kd propilen) + (f gliserin x Kd gliserin) + (f sorbitol x Kd sorbitol)
B. Paracetamol 120mg/5mL
Dalam 5 mL = x 5 mL = 1 mL
Dalam 5 mL = x 5 mL = 0, 5 mL
Dalam 5 mL = x 5 mL = 0, 75 mL
Dalam 5 mL = x 5 mL = 1, 25 mL
Dalam 5 mL = x 5 mL = 1, 5 mL
30
BAB XV
5.Untuk sediaan oral pemilihan zat aktif perlu memperhatikan pemerian (rasa danbau).
7.Karena ada komponen air dalam sediaan maka perlu ditambahkan pengawet.
8.Sediaan eliksir yang baik harus mempunyai viskositas yang cukup (aliran yangbaik)
untuk memudahkan penuangan. Tetapi biasanya pelarut campur yangdigunakan sudah
cukup kental untuk memudahkan penuangan.
31
BAB XVI
32
BAB XVII
2.Uji KejernihanDengan cara melihat langsung sediaan tersebut, apakah masih ada /
tidakpartikel yang tertinggal / tidak larut.
b.Letakkan kaca arloji dan isi dengan elixir yang akan diuji.
c.Masukkan pikno yang berisi sampel kedalam beaker glass dengan 200 mlair es -> 20 ̊C.
d.Segera ambil teteskan cairan yang berada diluar kapiler dengan kertassaring menyedot
sisi ujunga kapiler terus utp kapiler dengan tudung cepat-cepat.
Bj = (p+e)−p
vp
Keterangan : p + e = Berat pikno + elixir
vp = Volume piknometer
4.Viskositas
33
Dengan cara waktu air dari cairan yang diuji dibandingkan denganwaktu yang dibutuhkan
bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui(biasanya air) untuk lewat dua tanda
tersebut. (Moectar, 1990)
c.Viskometer cup dan pobPrinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding
luar daribob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-
tengah.Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang
disebabkangeseran yang tinggi disepanjang keliling bagian tube
sehinggamenyebabkan penueunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi
inimenyebabkan bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal inidisebut aliran
sumbat. (Moechtar,1990)
5.pH
34
BAB XVIII
Elixir adalah sediaan berupa larutan hidroalkohol yang jernih dalama auadest,
memiliki rasa dan bau yang sedap, mengandung zat tambahan
1. korigensia
2. saporis
3. koloris
4. dan odoris,
5. serta digunakan per oral.
Sebagai pelarut utama adalah etanol 90% yang dimaksudkan untuk meningkatkan
kelarutan dan stabilitas sediaan pun semakin baik. Kadar etanol dalam eliksir adalah bila
kadar alkohol dalam eliksir adalah dalam sediaan,maka fungsi alkohol selain
meningkatkan kelarutan juga berfungsi sebagai pengawet sehingga tidak perlu lagi
dibubuhi pengawet lain. menambahan sirup simpleks selain meningkatkan konstituen
sediaan juga sebagai korigensia saporis bila dibandingkan dengan sirup, elixir biasanya
kurang manis dan kurang kental , karena mengandung gula lebih sedikit maka kurang
efektif dibanding dengan sirup dalam menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan.
Karena elixir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut
dalam air maupun alkohol dalam larutan elixir. disamping itu elixir mudah dibuatlarutan
35
elixir, maka itu elixir lebih disukai dibanding sirup. banyaknya jumlah etanol yang ada
didalam elixir berbeda sekali.
pemanis yang digunakan biasanya gula atau sirup gula, tapi kadang
kadangdigunakan sorbitol, glyserinum dan salharium
Pembuatan Eliksir
Eliksir biasanya dibuat dengan larutan sederhana dengan pengadukan dan atau dengan
penampuran dua atau lebih bahan 4 bahan 1ain. Komponen yang larut dalam alkohol dan
dalam air umumnya dilarutkan terpisah dalam al1ohol dan air yang dimurnikan berturut
turut. Kemudian larutan air ditambahkan kelarutan alkohol, dan sebaliknya, untuk
mempertahankan kekuatan alkohol yang setinggi mungkin selamanya sehingga
pemisahan yang minimal dari komponen yang larutdalam alkohol terjadi. bila dua larutan
selesai dicampur 1ampuran dibuat sesuaidengan *olume dengan pelarut atau pembawa
tertentu. Sering 1ampuran akhir akan tidak jernih, tetapi keruh, terutama karena
pemisahan beberapa minyak pemberi rasa dengan menurunnya konsentrasi al1ohol. 8ila
ini terjadi, eliksir biasanya dibolehkan untuk dibiarkan bebrapa jam yang ditentukan
untuk menjamin penjenuhan pelarut hidroalkohol dan untuk memungkinkan
butiranminyak bergabung sehingga dapat dihilangkan dengan lebih mudah
dengandisaring
36
BAB XIX
SUSPENSI REKONSTITUSI
(DRY SYRUP)
Sirup kering (dry syrup / suspensi rekonstitusi) adalah suatu campuran padat
yang ditambahkan air pada saat akan digunakan, sediaan tersebut dibuat pada
umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air,
seperti ampisilin, amoksilin, dan lainlainnya (Ofner et al., 1989) (vol 2). Agar
campuran setelah ditambah air membentuk dispersi yang homogen, maka dalam
formulanya digunakan bahan pensuspensi. Komposisi suspensi sirup kering
biasanya terdiri dari bahan pensuspensi, pembasah, pemanis, pengawet, penambah
rasa/ aroma buffer dan zat warna. Keuntungan sirup kering dari pada sirup cairan,
biasanya sirup kering dapat tahan disimpan lebih lama.
Suspensi rekonstitusi / dry syrup : serbuk dan granul untuk larutan dan suspensi
oral. Serbuk oral adalah preparat yang mengandung zat padat longgar (loose),
partikel kering yang bervariasi dalam derajat kehalusannya. Dapat mengandung
satu atau lebih zat aktif, dengan atau tanpa bahan pembantu, dan jika perlu, zat
warna yang diijinkan serta zat pemberi rasa. Disuspensikan dalam air atau
pembawa lain sebelum diberikan oral (British Pharmacope, 2002).
System, 1989, Vol. 2, h. 318, 323-325). Ada 3 jenis sediaan suspensi rekonstitusi:
37
1. Suspensi rekonstitusi berupa campuran serbuk. Formula berupa campuran
serbuk merupakan cara yang paling mudah dan sederhana. Proses pencampuran
dilakukan secara bertahap apabila ada bahan berkhasiat dalam komponen yang
berada dalam jumlah kecil.
a. Keuntungan formulasi bentuk campuran ini
Alat yang dibutuhkan sederhana
38
2. Suspensi rekonstitusi yang di granulasi
Pada cara ini komponen yang peka terhadap panas seperti zat aktif yang
tidak stabil terhadap panas atau flavor dapat ditambahkansesudah pengeringan
granul untuk mencegah pengaruh panas. Padatahap awal dibuat granul dari
beberapa komponen, kemudiandicampur dengan serbuk(fines)
Kerugian:
Meningkatnya risiko tidak
homogen.
Kombinasi antara
serbukdan granul
40
Sirup kering dapat berupa suspensi kering atau larutan kering. Obat-obat yang
dibuat dalam bentuk sirup sirup kering umumnya antibiotik. Karena sebagian besar
antibiotik tidak stabil berada dalam air. Sirup kering yang sudah ditambahkan air
biasanya hanya bertahan selama kurang lebih 7 hari, beberapa jenis lainnya dapat
bertahan hingga 14 hari. Oleh karena itu sirup antibiotik tidak memungkinkan
untuk disimpan dalam waktu lama. Solusi yang digunakan adalah membuat sirup
antibiotik baru pada saat akan dikonsumsi oleh pasien.
Agar campuran setelah ditambah air membentuk disperse yang homogen, maka
dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi. Komposisi suspensi sirup kering
biasanya tersiri dari bahan aktif, pensuspensi, pembasah, pemanis, pengawet,
penambah rasa / aroma buffer dan zat warna.
Evaluasi terhadap sirup kering meliputi penentuan ukuran partikel dan laju alir,
sedangkan evaluasi yang dilakukan pada suspense cair meliputi penentuan volume
sedimentasi, penentuan pH, redispersi, pengukuran kadar amoxicillin dan
viskositas.
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan sedian sirup harus sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan secara cermat. Spesifikasi tersebut harus
bias menjamin cirri-ciri, kemurnian, homogenitas dan bebas dari kontaminasi
mikroba yang berlebihan. Selain bahan aktif, air juga merupakan factor yang saying
kritis dalam proses pembuatan sirup, karena merupakan komponen terbesar.
4. Metode perkolasi
Monografi
1. Amoxicillin
Kelarutan :
1:400 dalam air, 1:1000 dalam alkohol, 1:200 dalam metil alkohol, praktis
tidak larut dalam dalam kloroform, eter, karbon tetra klorida dan campuran
minyak.
2. Na CMC
43
1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer
44
menangguhkan, menstabilkan, atau agen-viskositas meningkat di sejumlah
suspensi topikal dan oral dan solusi. Kelarutan sejumlah obat aktif buruk
terlarut dapat ditingkatkan oleh pencampuran dengan povidone.
Penggunaan konsentrasi
Pendispersi Hingga 5
Tetes mata 2 – 10
Formulasi
R / Amoxicillin 125 mg / 5 ml
45
Na CMC 0.5 %
PVP 2%
Aquadest ad 60 ml
Penimbangan
Amoxicillin 125 mg / 5 ml
60
x 125 mg=1500 mg
NaCMC0.5%
46
0.5 x 60=0.3 g
PVP 2%
2 x 60=1.2 g
Metode kerja
Data pengamatan
Gambar Keterangan
Awal :
awal
47
Setelah 1 minggu :
setelah 1 minggu
Suspensi menjadi berwarna kuning
kecoklatan atau kuning gelap dan
terbentuk endapan.
Sirup kering (dry syrup / suspensi rekonstitusi) adalah suatu campuran padat
yang ditambahkan air pada saat akan digunakan, sediaan tersebut dibuat pada
umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air,
seperti ampisilin, amoksilin, dan lainlainnya (Ofner et al., 1989) (vol 2).
48
Suspensi rekonstitusi / dry syrup : serbuk dan granul untuk larutan dan suspensi
oral. Serbuk oral adalah preparat yang mengandung zat padat longgar (loose), partikel
kering yang bervariasi dalam derajat kehalusannya. Dapat mengandung satu atau
lebih zat aktif, dengan atau tanpa bahan pembantu, dan jika perlu, zat warna yang
diijinkan serta zat pemberi rasa. Disuspensikan dalam air atau pembawa lain
sebelum diberikan oral (British Pharmacope, 2002).
Pembuatan dengan cara granulasi terutama ditujukan untuk memperbaiki sifat
aliran serbuk dan pengisian serta mengurangi volume sediaan yang voluminous dalam
wadah. Dengan cara granulasi ini, zat aktif dan bahan-bahan lain dalam keadaan kering
dicampur sebelum diinkorporasi atau disuspensikan dalam cairan penggranulasi.
Granulasi dilakukan dengan menggunakan air atau larutan pengikat dalam air. Dapat
juga digunakan pelarut non air untuk bahan berkhasiat yang terurai dengan adanya air.
Pada percobaan ini dilakukan penimbangan bahan, dimasukkan amoxicillin
dan Na CMC dalam loyang, kemudian dicampur dengan PVP yang sudah
dilarutkan dengan alkohol sedikit demi sedikit. Diaduk sampai homogen.
Kemudian dikeringkangkan dengan pemanasan diatas bunsen hingga terbentuk massa
granul (sirup kering). Dilakukan pengamatan setelah 1 minggu.
Awalnya suspensi berwarna kuning muda dengan sedikit endapan. Namun
setelah 1 minggu dilakukan pengamatan, dan didapatkan suspensi berwarna kuning
kecoklatan atau kuning gelap, dengan endapan pada bawah. Hal ini menunjukkan
bahwa suspensi tidak stabil.
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, yaitu adanya pemanasan
dan kontak dengan pelarut dapat menyebabkan resiko instabilitas zat aktif, sulit
menghilangkan cairan penggranul yang dapat menyebabkan menurunnya stabilitas
cairan, eksipien yang ditambahkan saat proses granulasi harus stabil, ukuran granul
diusahakan sama karena bagian yang halus akan memisah sebagai debu.
14
BAB XX
Zat pengemulsi ( gom arab ) dicampur dengan minyak, kemudian tambahkan air untuk pembentukan
corpus emulsi, baru di encerkan dengan sisa air yang tersedia.
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air ( zat pengemulsi umumnya larut ) agar membentuk suatu
mucillago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, setelah itu baru
diencerkan dengan sisa air.
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas
rendah ( kurang kental ). Minyak dan serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian
ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok kuat. Tambahkan sisa air
sedikit demi sedikit sambil dikocok.
Ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar luas permukaan. Dengan
ukuran partikel yang kecil maka daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan
partikel untuk mengendap.
Kekentalan (viscositas), kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran suspensi,
dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya
akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar
sediaan mudah dikocok dan dituang.
Jumlah partikel (konsentrasi), apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka
partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara
partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan.
Stabilitas fisik suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila
partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan.
Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk
membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
15
BAB XXI
16
3. Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu
flokulasi dan creaming, penggabungan dan pemecahan, dan inversi.
Creaming adalah proses yang bersifat dapat kembali, berbeda dengan proses cracking
(pecahnya emulsi) yang bersifat tidak dapat kembali. Pada creaming, flokul fase dispers
mudah didispersi kembali dan terjadi campuran homogen bila dikocok perlahan-lahan, karena
bola-bola minyak masih dikelilingi oleh suatu lapisan pelindung dari zat pengemulsi(Anief,
1994). Sedang pada cracking, pengocokan sederhana akan gagal untuk membentuk kembali
butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil, karena lapisan yang mengelilingi
partikel-partikel tersebut telah dirusak dan minyak cenderung untuk bergabung (Martin, et al.,
1993).
Inversi
Fenomena penting lainnya dalam pembuatan dan penstabilan dari emulsi adalah inversi fase
yang meliputi perubahan tipe emulsi dari m/a menjadi a/m atau sebaliknya (Martin, et al.,
1993).
17
BAB XXII
Emulsi
Sediaan emulsi adalah sediaan cair terdiri dari dua cairan yang tidak bercampur satu sama
lain. Pada umumnya campuran cairan tersebut adalah campuran dari minyak dan air.
Tergantung dari pada tipe emulsi yang dibuat, fasa terdispersi dapat berupa minyak atau air
(W/O atau O/W)
Pada prinsipnya pembuatan sediaan emulsi terbagi menjadi dua tahap yaitu :
1. Tahap destruksi : dalam tahap ini dilakukan pemecahan ruahan (bulk) fasa minyak
menjadi globul-globul dengan ukuran diameter kecil, sehingga fasa terdispersi dapat
terdispersi dengan baik di dalam fasa pendispersi.
2. Tahap stabilisasi : dalam tahap ini dilakukan stabilisasi globul-globul yang terdispersi
dalam fasa pendispersi dengan menggunakan emulgator sebagai stabilisator dan bahan
pengental untuk mencegah penggabungan globul-globul tersebut .
a. Bahan padat yang dapat larut dalam air atau dalam minyak
b. Bahan cair yang berbentuk minyak atau bahan lain yang tidak dapat tersatukan
dengan air
Golongan emulgator alam lain adalah bentonit, veegum merupakan bahan padat
koloidal yang terbagi halus dan teradsorpsi pada permukaan globul terdispersi.
18
Emulgator sintetis
Emulgator sintetis adalah surfaktan yang mempunyai sifat aktif permukaan, sebagai
stabilisator sediaan emulsi karena dapat menurunkan tegangan permukaan antar
permukaan globul yang terdispersi. Ditinjau dari struktur surfaktan, yang mempunyai
dua gugus polar dan non polar. Gugus-gugus tersebut berasosiasi pada permukaan
globul dan akan terbentuk film monomolekuler yang merupakan barier antara globul-
globul tersebut dan dapat mencegah terjadinya flokulasi dan koalesensi. Stabilitas
sediaan emulsi akan meningkat dengan meningkatnya viskositas fasa pendispersi dan
kekuatan film antar muka globul dengan larutan pendispersi.
Surfaktan terdiri dari beberapa tipe yaitu : anionik, kationik, zwitterionik, amfoterik
dan non ionik. Surfaktan ionik dapat mempengaruhi daya interaksi muatan didaerah
antara permukaan masing masing globul dengan air. Karakteristik gugus surfaktan
dapat diketahui dari harga HLB yang menggambarkan sifat kepolaran surfaktan
tersebut.
Kombinasi surfaktan dengan harga HLB rendah dan harga HLB tinggi ditambahkan
untuk mendekati harga HLB butuh fasa minyak yang digunakan. Untuk menghitung
konsentrasi masing-masing surfaktan dipakai perhitungan aligasi atau aljabar biasa,
dengan memasukkan harga HLB surfaktan dan harga HLB butuh minyak. Persamaan
yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah surfaktan sebagai berikut ;
Untuk menghitung HLB surfaktan dapat digunakan ekuasi Griffin sebagai berikut
19
1. Dihitung jumlah surfaktan yang diperlukan dengan perhitungan aligasi sesuai
dengan HLB butuh minyak yang dipakai.
2. Semua bahan larut minyak dicampurkan di dalam fase minyak, sedangkan
semua bahan larut air dicampurkan di dalam fase air.
3. Panaskan masing-masing fase pada suhu 60 – 700 C diatas penangas air,
kemudian campurkan kedua fase tersebut sambil diaduk dengan stirer dengan
kecepatan tinggi selama waktu tertentu.
4. Masukkan ke dalam tabung sedimentasi dan amati pemisahan yang terjadi dari
ke dua fase
- Asam sorbat, terutama digunakan dalam sediaan yang mengandung surfaktan
non ionik. Konsentrasi yang digunakan sebesar 0,2 %
- Pengawet lain yang banyak digunakan dalam krem dan emulsi antara lain : fenol
( 0,5 % ), klorokresol ( 0,1 % ).
20
oksidasi di dalam fasa minyak, maka akan terjadi ketengikan yang dapat
diidentifikasi secara langsung. Antioksidan yang biasa dipakai dalam sediaan emulsi
adalah : tokoferol, dodesil galat, oktil galat, alkil galat, butil hidroksianisol,
butilhidroksitoluen (larut dalam fasa minyak ) atau natrium metabisulfit, vitamin C
( larut di dalam fasa air)
Sesepora metal / mineral dapat menjadi katalisator dalam reaksi oksidasi, dapat
diatasi dengan pembentukan kompleks antara metal dengan sequestering agent ,
seperti asam sitrat dan asam tartrat serta EDTA
Pembuatan sediaan emulsi dengan menggunakan emulgator alam pada prinsipnya dapat
dibuat membuat korpus emulsi cara kering dan cara basah.
1. Didihkan air yang akan digunakan sebagai pembawa, dinginkan sebelum dipakai
Emulgator yang digunakan antara lain : CMC, Tilosa, Veegum, Bentonit, gom Arab
Aduk cepat menggunakan stirer selama 2 menit sampai terbentuk masa opaque yang
menandakan bahwa korpus telah terbentuk. Tipe emulsi korpus emulsi adalah A/M
3. Tambahkan sisa air sekaligus sampai volume yang diminta sambil diaduk dengan
kecepatan tinggi.
1. Didihkan air yang akan digunakan sebagai pembawa, dinginkan sebelum dipakai.
2. Emulgator seperti CMC, Tilosa, Veegum, Bentonit,Gom Arab sebelum digunakan
sebagai emulgator dikembangkan terlebih dahulu di dalam air .
21
3. Tambahkan emulgator sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan sebagai stabilisator
atau dengan perbandingan seperti pada pembuatan korpus emulsi kering .
4. Aduk cepat menggunakan stirer selama 2 menit sampai terbentuk masa opaque yang
menandakan bahwa korpus tersebut telah terbentuk. Tipe emulsi korpus emulsi adalah
A/M
5. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sampai volume yang diminta sambil diaduk
dengan kecepatan tinggi.
Tahap I :
Analisis keadaan ruahan pada saat sebelum dimasukkan ke dalam kemasan tunggal yang
meliputi analisis spesifikasi produk yang ditentukan oleh industri farmasi bersangkutan
2. Penentuan sifat aliran dan viskositas larutan dengan alat BROOKFIELD (aliran Non
Newtonian)
5. Tinggi sedimentasi (Hv/Ho) yang terjadi diukur dalam tabung sedimentasi berskala
Tahap II
22
2. Penentuan sifat aliran dan viskositas larutan dengan alat BROOKFIELD (aliran Non
Newtonian)
6. Penentuan stabilita sediaan dengan menyimpan RETAINED SAMPLE pada temperatur
kamar
23
BAB XXIII
Perhitungan Kd Paracetamol
Paracetamol 120mg/5mL
Na Benzoat
Gliserin
Dalam 5 mL = x 5 mL = 1 mL
Etanol
Dalam 5 mL = x 5 mL = 0, 5 mL
Dilebihkan 2 % = (6 mL x 2%) + 6 mL = 6, 12 mL
Sorbitol
24
Dalam 5 mL = x 5 mL = 0, 75 mL
Dilebihkan 2% = (9 mL x 2%) + 9 mL = 9, 18 mL
Propilenglikol
Dalam 5 mL = x 5 mL = 1, 25 mL
Air
Dalam 5 mL = x 5 mL = 1, 5 mL
25
BAB XXIV
HLB
Emulsifier adalah salah satu bahan penolong untuk membuat emulsi, berfungsi untuk
menstabilkan zat atau bahan aktif terlarut dalam air atau minyak yang diemulsikan dan suatu
emulsifier HLB memegang peranan penting.
Nilai HLB suatu emulsifier adalah angka yang menunjukkan ukuran keseimbangan dan
regangan gugus hidrofilik (menyukai air atau polar) dan gugus lipofilik (menyukai minyak
atau non-polar), yang merupakan sistem dua fase yang diemulsikan.
Sistem HLB adalah metoda untuk menentukan HLB-butuh suatu bahan dengan menggunakan
berbagai bahan pengemulsi standar dengan nilai HLB tertentu sebagai alat bantu
Contoh
R / Tween 80 70 % HLB = 15
Perhitungan
70
Tween 80 = x 15 = 10,5
100
30
Span 80 = x 4,5 = 01,35
100
Contoh :
Pada pembuatan 100ml emulsi tipe o/w diperlukan emulgator Demgan harga HLB
12.sebangai emulgator dipakai campuran Span 20 (HLB8,6) dan tween 20 ( HLB 16,7)
sbanyak 5 gram berapa gram masing – masing Span 20 dan Twee 20 ?
Jawab
Rumus I
(x−HLBb)
A%b= x 100%
HLBa−HLBb
B % a =m(100% -A%)
26
Keterangan
X = Harga HLB yang diminta (HLB Butuh)
A = Harga HLB tinggi
B = Harga HLB rendah
(12−8,6)
% Tween = ¿ x 100% = 42 %
16,7−8,6 ¿
42
x 5 gram = 2,1 gram
100
% Span = 100 % - 42 % = 58 %
58
x 5 gram = 2,9 gram
100
Rumus II
B = Berat emulgator
16,7 X + 43 – 8,6 X = 60
8,1 X = 60 – 43
17
X = = 2,1 gram (twee )
8,1
27
Cara II ( Cara Aligatie)
Tween
80 15 (X – 4,5 ) (X – 4,5): (15- X) = 70 :30 =7: 3
(X-4,5) 3 = 7 (15 – X)
3X – 13,5 = 105 – 7 X
x 10X = 118,5
X= 11,8
Jadi HLB Campuran =
Span
11,85 (15 – X)
80
28
BAB XXV
Tipe emulsi akan mempengaruhi sifat-sifat fisik emulsi. Selain itu, tipe emulsi yang berbeda
juga dapat menghasilkan pelepasan zat yang berbeda (Ainurofiq, 2006). Oleh sebab itu,
dalam kontrol kualitas suatu emulsi, determinasi tipe emulsi merupakan hal mendasar yang
perlu dilakukan
29
Sifat Emulsi
Partikel-partikel emulsi tak terhindarkan membentuk struktur tak omogeny yang dinamis
dalam skala kecil.
Emulsi adalah sistem yang sangat tidak stabil dan memerlukan zat pengemulsi atau
pengemulsi (Ini biasanya merupakan zat aktif permukaan yang juga dikenal sebagai
“surfaktan”).
Emulsi dibuat dengan pencampuran kontinu atau agitasi dari dua fase
Ketika disimpan untuk jangka waktu yang lebih lama atau dalam kasus tidak adanya zat
pengemulsi, fase dalam emulsi cenderung terpisah, menghasilkan “retak emulsi” atau “fase
inversi”.
Bagaimana mekanisme pembentukan emulsi?
Dalam pembentukan emulsi terlebih dahulu tegangan permukaanditurunkan dengan
menambahkan surfaktan jenis emulgator yang akanteradsorpsi ke dalam tetes cairan dan
memecah tetes cairan tersebut menjaditetesan yang lebih kecil, kemudian emulgator akan
membentuk sebuah lapisan pelindung pada tiap-tiap tetes cairan untuk mencegah terjadinya
koalesens,dengan cara bagian hidrofilik akan mengarah ke air dan bagian lipofilik
akanmengarah ke minyak. Selanjutnya untuk mencegah antara tetes dispersi yangsatu dengan
yang lainnya berdekatan (saling melekat), maka dibutuhkanadanya suatu potensial zeta yang
dapat menimbulkan lapisan listrik gandasehingga terjadi gaya tolak menolak antar tetes
terdispersi. Agar terbentuksuatu misell, maka dibutuhkan sejumlah surfaktan untuk mencapai
CMC(Critical Micelle Concentration). Sehingga dapat menghasilkan suatu emulsiyang lebih
stabil. Penggunaan emulgator ganda akan menghasilkan emulsi yang lebihstabil karena dapat
menghasilkan lapisan pelindung ganda pada permukaan tetesan.
Macam – macam Kerusakan Emulasi
Creaming : Merupakan merupakan suatu bentuk kerusakan emulsi secara estetika.Hal ini
pasti terjadi pada zat terdispersi yang memiliki bobot jenis yanglebih besar dibandingkan
dengan zat pendispersinya. Kerusakan ini bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan
melakukan pengocokan.
Flokulasi : Kerusakan ini terjadi akibat lemahnya gaya tolak menolak (potensialzeta)
antara tetes-tetes terdispersi, sehingga mengakibatkan tetesterdispersi tersebut saling
berdekatan. Hal ini dapat diatasi juga dengan pengocokan, namun untuk mencegah
terjadinya pelekatan yang kuat, makaditambahkan koloid pelindung (musilago) untuk
melindungi permukaantetes terdispersi tersebut, jadi akan mudah terlepas saat dikocok.
30
Oswald Ripening : Merupakan suatu jalan untuk menuju ke sebuah
koalesens(penggabungan tetes terdispersi).
Koalesens : Merupakan suatu bentuk kerusakan yang diakibatkan oleh kurangnyasurfaktan
yang digunakan, sehingga lapisan pelindung pada permukaantetesan lemah. Jadi tetesan
tersebut akan berfusi (bergabung) membentuksuatu tetesan yang berdiameter lebih besar.
Kerusakan ini bersifatirreversibel dan akan menyebabkan terjadinya pemisahan fase
(cracking).
Inversi fase : Kerusakan ini terjadi karena volume fase terdispersi hampir sama jumlahnya
dengan fase pendispersi sehingga terjadi perubahan tipe dario/w menjadi w/o atau
sebaliknya.
BAB XXVI
1.Pemeriksaanmakroskopik
31
Pemeriksaandariemulsimultipledapatdilakukandenganmatatelanjang.
Kestabilandariemulsijugamerupakansyaratkestabilandalammultipelemulsi.
Pemeriksaandapatdilakukanuntukmengidentifkasiterjadiatautidaknyakestabilandalam
multipelemulsisepertipemisahanfasa,cracking,creaming,sedimentasi,agregasi,flokulasi
dan
deflokulasidarimultipelemulsi.Karakteristikfisiklainsepertiperubahanvolum,perubahan
warna, homogenitas, warna, dayasebar, dan konsistensidapat juga
dilakukanterhadapmultipelemulsi.
Tipeemulsidapatditentukandenganmenambahfasekontinuataufaseeksternalpada
multipelemulsiyangtelahdibuat.Pengujianterhadapkonduktivitasdapatjuga
dilakukanuntukmenentukantipemultipelemulsiyangterbentuk,
karenahanyamultipelemulsiM/A/M yang dapatmengalirkanlistrik
2. Pemeriksaanmikroskopik
Penggunaanmikroskopcahayaataupunmikroskopelektronuntukmelihatdroplet
atauglobulemulsiyang
terbentukdapatdilakukanuntukmemastikanterbentuknyamultipelemulsi. Bentuk
droplet darimultiple emulsi yang unikdapatdijadikansebagai parameter
terbentuknyamultipelemulsi yang baik. Beberapadaripemeriksaanmikroskopik
yangdapatdilakukanadalah.
a. Fotomikrograf
b.videomikrograf
Perbedaanvideomikrograf dan
fotomikrografadalahvideomikrografmemberikangambaran yang
bergerakkarenamenggunakankamera video untukmerekampergerakan
dropletdariwaktukewaktu. teknikinidapatdigunakanuntukmemahamidan
melihatmekanismeterjadinyaketidakstabilan pada multiple emulsi.
c. Kapilermikroskopik
32
dan secarakolektif,
metodekapilermikroskopikdapatmenaganalisismulaidariterbentuknyamultipelemulsi
dan dapatmenganalisispembentukanmultipelemulsisecara individual
(perdroplet)ketikafasemultipelemulsidicampur dan dilewatkanpada pipa kapiler yang
sagat tipis (diameter 150-200um).
BAB XXVII
33
BAB XXVIII
34
1. Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi
adalah sediaan seperti tersebut diatas, dan tidak termasuk kelompok suspensi
yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topical, dan lain- lain.
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa
campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa
yang sesuai segera sebelum digunakan. (Depkes, 2014).
Terdapat beberapa alasan pada pembuatan suspensi, Sebagai contoh, obat
tertentu tidak stabil secara kimia dalam larutan tetapi stabil bila disuspensikan.
Dalam kasus tersebut, suspensi menjamin stabilitas kimia ketika diberikan terapi
dengan cairan. Pada sebagian besar pasien, bentuk sediaan cair lebih disukai
disbanding bentuk sediaan padat karena lebih mudah untuk menelan cairan dan
fleksibilitas penggunaan rentang dosis (Ansel, 2013).
Pada pembuatan suspensi dikenal 2 macam sistem, yaitu :
1. Sistem deflokulasi, dan
2. Sistem flokulasi.
Sifat – sifat relatif dari partikel flokulasi dan deflokulasi dalam
suspensi adalah sebagai berikut (Anief, 1993)
1) Metode dispersi
35
Serbuk yang terbagi harus didispersi dalam cairan pembawa.
Umumnya sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi
yang penting adalah partikel-partikel harus terdisperi betul di dalam fase air.
Mendispersi serbuk yang tidak larut dalam air kadang-kadang sukar. Hal ini
disebabkan karena adanya udara, lemak dan lain-lain kontaminan pada
permukaan serbuk
2) Metode presipitasi
Dengan pelarut organik dilakukan dengan zat yang tidak larut dalam
air dilarutkan dulu dalam pelarut oegani yang dapat dicampur dengan air,
lalu ditambahkan air suling dengan kondisis tertentu. Pelarut organik yang
digunakan adalah etanol, metanil, propilenglikol dan gliserin. Yang perlu
diperhatikan dengan metode ini adalah kontrol ukuran partikel yaitu
terjadinya bentuk polimorfi atau hidrat dari kristal (Anief, 1993)
BAB XXIX
36
BAB XXX
37
Tujuan Pembuatan suspensi rekonsitusi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu suspensi
yang siap digunakan atau suspensi yang direkonstitusikan dengan sejumlah air atau
pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Jenis produk ini umumnya campuran
serbuk yang mengandung obat dan bahan pensuspensi yang dengan melarutkan dan
pengocokan dalam sejumlah cairan pembawa (biasanya air murni) menghasilkan
bentuk suspensi yang cocok untuk diberikan.
Suspensi kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat
akan digunakan. Agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi yang
homogen maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi. Komposisi
suspensi kering biasanya terdiri dari bahan:
1. pensuspensi
2. pembasah
3. pemanis
4. pengawet
5. penambah rasa atau aroma buffer
6. dan zat warna.
Obat yang biasa dibuat dalam sediaan suspensi kering adalah obat yang tidak
stabil untuk disimpan dalam periode waktu tertentu dengan adanya pembawa air
(sebagai contoh obat-obat antibiotik) sehingga lebih sering diberikan sebagai
campuran kering untuk dibuat suspensi pada waktu akan digunakan. Biasanya
suspensi kering hanya digunakan untuk pemakaian selama satu minggu dan dengan
demikian maka penyimpanan dalam bentuk cairan tidak terlalu lama
Kriteria Suspensi dan Suspensi Kering Suatu sediaan suspensi yang baik harus
memenuhi kriteria tertentu. Kriteria dari suatu sediaan suspensi yang baik adalah
Pengendapan partikel lambat sehingga takaran pemakaian yang serba sama dapat
dipertahankan dengan pengocokan sediaan. Seandainya terjadi pengendapan selama
penyimpanan harus dapat segera terdispersi kembali apabila suspensi dikocok.
38
Endapan yang terbentuk tidak boleh mengeras pada dasar wadah. Viskositas suspensi tidak
boleh terlalu tinggi sehingga sediaan dengan mudah dapat dituang dari wadahnya.
Memberikan warna, rasa, bau serta rupa yang menarik.
Kadar air serbuk boleh melebihi batas maksimum. Selama penyimpanan serbuk harus stabil
secara fisik seperti tidak terjadi perubahan warna, bau, bentuk partikel dan stabil secara kimia
seperti tidak terjadi perubahan kadar zat aktif dan tidak terjadi perubahan pH yang drastis.
Pada saat akan disuspensikan, serbuk harus cepat terdispersi secara merata di seluruh cairan
pembawa dengan hanya memerlukan sedikit pengocokan atau pengadukan. Bila suspensi
kering telah dibuat suspensi maka suspensi kering dapat diterima bila memiliki kriteria dari
suspensi.
Suspensi dalam dunia farmasi terdapat dalam berbagai macam bentuk, hal ini terkait dengan
cara dan tujuan penggunaan sediaaan suspensi tersebut. Beberapa bentuk sediaan suspensi
antara lain:
39
memperkecil tegangan antar permukaan maka diperlukan zat pensuspensi yang
bekerja menurunkan tegangan permukaan. Selain tegangan permukaan zat yang
memiliki energi bebas yang besar tidak stabil dalam bentuk suspensi. Untuk
mendapatkan suspensi yang stabil maka energi bebas tersebut harus diturunkan.
Hubungan energi bebas, tegangan permukaan dan luas permukaan dalam suatu
suspensi
Dalam formulasi suatu sediaan suspensi perlu adanya bahan tertentu untuk menunjang
terbentuknya suatu sediaan suspensi yang diinginkan. Bahan–bahan pensuspensi tersebut
berfungsi memperlambat pengendapan, mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak.
Bahan pensuspensi bekerja dengan cara meningkatkan viskositas. Bahan pensuspensi dapat
dibagi menjadi beberapa golongan yaitu
A. Golongan polisakarida
40
2. Dari sumber alam seperti agar-agar, alginat dan pektin.
yang banyak digunakan dalam formulasi farmasetik pada penggunan oral dan
topikal. Umum digunakan sebagai bahan penyalut, pembentuk lapisan film, bahan
penstabil, bahan pensuspensi, pengikat tablet dan bahan penambah viskositas.
Berbentuk serbuk putih, tidak berbau dan tidak berasa. HPMC bersifat higroskopis
sehingga dapat menyerap air dari lingkungannya, kemampuan menyerap air
bergantung pada kelembaban dan temperatur lingkungan. HPMC larut dalam air
dingin membentuk larutan koloid kental, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol
dan eter. HPMC inkompatibel dengan bahan pengoksidasi
2. Pemanis
Merupakan pemanis yang banyak digunakan dalam poduk makanan dan obat,
lebih manis 180-200 kali dari gula. Stabil dalam kondisi kering, berbentuk serbuk
kristal putih, dengan rasa yang manis. Aspartam larut dalam air
3. Pengisi
Adalah gula yang diperoleh dari susu dalam bentuk anhidrat atau mengandung
satu molekul air hidrat. Berbentuk serbuk atau massa hablur, berwarna putih atau
putih krem, tidak berbau dengan rasa sedikit manis. Laktosa stabil di udara tetapi
mudah menyerap bau. Laktosa mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih. Laktosa umum di gunakan
41
BAB XXXI
ketidakstabilansuspensi (FlokulasidanDeflokulasi)
Ketidakstabilansuatususpensimenyebabkansuspensidapatmengalamipengendapand
anpenggumpalanpartikel.Tipepengendapan yang
dapatterjadiadalahflokulasidandeflokulasi.
1. Flokulasi
Flokulasiterjadiapabilagayatolakmenolakantarpartikelrelatifkecilsehinggapartikelcend
karenaikatanantarpartikellemahmenjadimudahuntukdidispersikankembali.
Bilapartikelmengendapsecarasempurnamakapartikel-
partikelkecilmengisiruang-ruangdaripartikelbesar. Partikel-partikel di
mengendapperlahandanakhirnyamembentuksedimendanterjadiagregasidanselanjutnya
42
BAB XXXII
43
BAB XXXIII
44
45