Anda di halaman 1dari 80

RESUME BAHAN ALAM

Di Susun:
KELAS : C3

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN AL-FATAH


PRODI D3 FARMASI
T.A : 2021/2022

1
BAB I

Penjelasan tentang sediaan liquid

1. Jenis Sediaan Liquid

Jenis Larutan :
1Larutan encer : mengandung sejumlah kecil solute yang terlarut dalam solvent
2. Larutan jenuh : mengandung jumlah maksimum solute yangdapat larut dalam solvent pada
tekanan dan temperatur
tertentu.
3. Larutan lewat jenuh : mengandung jumlah solute yang terlarutmelebihi batas kelarutannya
di dalam solvent pada temperatur
tertentu

jenis SediaanLiquid OralPotio


sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut dimaksudkan untuk
pemakaian dalam (peroral). Selain berbentuk larutan, potio dapat juga berbentuk emulsi atau
suspense ( Ilmu Resep, 2006 ).

Netralisasi
▪ Netralisasi adalah larutan garam yang dibuat dengan mereaksikan asam dan basa.
▪ Obat minum yang dibuat denganmencampurkan bagian asam dan bagianbasa sampai reaksi
selesai dan larutan bersifat netral.
➢solutio citratis magnesici, Calcii Acetyl Salicylas

Saturatio
▪ Saturasi Saturasi adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan
basa tetapi gas yang terjadi dalam larutan, adalah jenuh dengan gas ( Anonim, 2008).
▪ Obat minum yang dibuat dengan
mereaksikan asam dan basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga
larutan jenuh dengan gas.
➢ Komponen basa dilarutkan dalam 2/3
bagian air yang tersedia. Misalnya : NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk
botol.
➢ Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.
Potio effervescent
▪ Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.
▪ Obat minum yang mengandung gas CO2
yang sangat atau lewat jenuh dibandingkan dengan saturasi.
➢ Gas karbondioksida yang terkandung di dalam
sediaan umumnya berguna untuk pengbatan, menjaga stabilitas obat, dan memberikan rasa

2
Guttae
Sediaan cair berupa larutan emulsi arau suspensi yang dimaksudkan untuk obat dalam
atau obat luar digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan
tetesan setara dengan tetesan dihasilkn penetes baku yang disebutkan dalam
Farmakope Indonesia.
➢1 mL = 20 drops/tetes
a. Guttae : untuk penggunaan oral
b. Guttae oris : tetes mulut
c. Guttae Auriculares : Tetes telinga adalah obat yang digunakan dengan cara meneteskan
obat kedalam telinga.
d. Guttae Nasales : Tetes hidung adalah oabat bebas yang digunakan dengan cara meneteskan
obat dalam rongga hidung yang mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
e. Guttae Ophthalmicae : Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan
bola mata

Jenis SediaanLiquid Topikal

Collyrium
▪ Cairan pencuci yang digunakan sebagai pembersih mata, terutama pada penyakit mata.
▪ Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis digunakan untuk
membersihkan mata, dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
➢ Collyrium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan lama 2 jam
setelah botol dibuka tutupnya. Yang mengandung pengawet dapat digunakan paling
lama 7 hari setelah botol dibuka tutupnya.

Guttae Ophthalmicae
Sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat
padaselaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.

kebihan Larutanhomogen, dosis mudah Larutan : campuran disesuaikan, kerja awal obat
lebih cepat karena obat cepat diabsorpsi, mudah diberi pemanis, aroma dan warna.

Kekurangan Larutan : Volume larutanlebih besar, beberapa zat aktif obat tidak stabil dalam
larutan, zat aktif obat masihsukar ditutupi rasa dan baunya dalamlarutan

3
2. Formula
1. Formula Utama
Paracetamol (120mg / 5mL)
Gliserin (20%)
Propilenglikol (25%)
Na Benzoat (0,3%)
Sorbitol (15%)
Etanol (10%)
Air (30%)
Perasa Raspberry q.s
Pewarnamerah q.s
2. Formula Alternatif
Paracetamol (120mg/5mL)
Mannitol (20%)
Propilenglikol (25%)
Na Benzoat (0,3%)
Sorbitol (15%)
Etanol (10%)
Air (30%)
PerasaAsamSitrat q.s
Pewarna FDXC Orange q.s

4
BAB II

Klasifikasi Kelarutan

ISTILAH KELARUTAN

Kelarutan dapat didefinisikan dalam istilah kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada suhu tertentu dan secara kuantitatif dapat pula dinyatakan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekul yang
homogen

Menurut kesetimbangan, larutan dibagi menjadi tiga yaitu

1. Larutan jenuh Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam
kesetimbangan (tepat larut dalam batas kelarutannya) dengan fase pelarutnya.

2. Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh Suatu larutan yang mengandung zat terlarut
dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna
pada temperatur tertentu.

3. Larutan lewat jenuh Suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi
yang banyak pada suhu tertentu sehingga terdapat zat terlarut yang tidak dapat larut lagi.

KECEPATAN KELARUTAN

Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.

1. Ukuran partikel. Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas
permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
2. Suhu. Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.
3. Pengadukan. Pengadukan mekanik akan menambah kecepatan kelarutan
dibanding jika tidak diaduk.

dalam proses formulasi dan pembuatan bentuk sediaan cair yaitu

 kelarutan,

 stabilitas,

 pengawetan,

 kontrol kekentalan, dan

 penampilan sediaan secara keseluruhan.

5
BAB III

6
BAB IV

perkiraan resepnya :

R/       Paracetamol                       6
               Sir. Simplex                       50%
         Aqua                                 ?        
Pot.1fl

Telah di ketahui pula bahwa dosis serbuk parasetamol untuk 1 kali pemakaian adalah
400mg = 0,4gram. Berikut langkah pengerjaan:

1.             Jika tersedia 6 gram parasetamol, sedangkan untuk 1 kali pemakaian di


butuhkan 0,4 gram, maka jumlah pemakaian yg dapat dilakukan sebanyak = 6 :
0,4 = 15 kali
2.             INGAT!! Walau dibuat dalam bentuk sirup dosis parasetamol untuk 1 kali
pemakaian harus 0,4 gram, sama seperti sediaan serbuknya, maka dapat di katakan
pasien akan meminum sirup tersebut dalam 15 sendok.
3.       Jika di ibaratkan sendok yang akan di gunakan adalah sendok teh ( 5mL),
maka kita dapat menghitung berat total  bahan yg terdapat dalam 1 botol sirup
tersebut (dimisalkan sebagai X)

X   =   Jumlah sendok  x  1,3(BJ) x 5mL


     =   15 x  1,3 gr/ml x  5mL
     =   97,5 gram

Berat sirup simplex adalah 50% dari total keseluruhan , maka :

           Sir.Simplex =  50%  x   97,5  = 48,75  gr


5.                          
                                  Maka berat  Aqua yg di butuhkan:

Berat Aqua  =   Berat Total – Sir simplex  -  Parasetamol


                       =    97,5 gr   -  48,75gr  -  6 gr
                       =    42,75 g

7
BAB V

Komponen bahan aktif dan bahan tambahan dalam sediaan sirup dan
jelaskan tujuan dari penggunaan tiap bahan dalam formulasi

sirup adalah sediaan cair berupalarutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa
(C12H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.

Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gulayang ditambah obat atau zat
pewangi dan merupakanlarutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang
minimal mengandung 50% sakarosa.Kegunaan sirup Sebagai obat contoh :

1. Chlorfeniramini maleatis sirupus


Sebagai Corigensia Saporis
Sirupus simplex3. Sebagai Corigensia Odoriscontoh : Sirupus aurantiitan. Sebagai
Corigensia Coloriscontoh : Sirupus Rhoedos, sirupus rubi idaei5. Pengawet
Sediaan dengan bahan pembawa sirupkarena konsentrasi gula yang tinggi

Kelebihan dari sediaan sirup

Merupakan campuran yang homogen.Sesuai untuk pasien yang susah menelan


seperti pasien lanjut usia, penderita parkinson dan anak-anak.Sesuai untuk obat yang
bersifat sangat higroskopis.Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan.Obat lebih mudah
diabsorbsi. Mempunyai rasa manis, cocok untuk anak-anak. Mudah diberi bau-bauan dan
warna sehingga menimbulkandaya tarik untuk anak Membantu pasien yang mendapat
kesulitan dalam menelanobat tablet.

Pembuatan Sirup

Bahan baku yang digunakan dalam prosespembuatan sediaan sirup harus sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan. Spesifikasi tersebutharus bisa menjamin ciri-ciri,
kemurnian, homogenitas,dan bebas dari kontaminasi mikroba yang berlebihan.Selain
bahan aktif, air juga merupakan faktor yangsangat kritis dalam proses pembuatan sediaan
sirup,karena merupakan komponen terbesar.

Menurut Farmakope edisi III, kecuali dinyatakan lain prosespembuatan sirup sebagai
berikut

8
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut.
Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperolehbobot yang dikehendaki, buang
busa yang terjadi, lalu serkai. Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung
glukosidaantrakuinon, ditambahkan natrium karbonat sejumlah 10% bobotsimplisia.
Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untukpersediaan ditambahkan
metil paraben 0,25% b/v atau pengawet lainyang cocok.

Metoda Pembuatan

Proses pembuatan sediaan sirup dapat dilakukan dengan beberapametode/cara, tergantung


dari bahan yang digunakan, terutama menyangkut sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan
aktif. Metode pembuatan sirup tersebut antara lain:Metode pelarutan dengan
pemanasan.Metode pengadukan tanpa pemanasan.Metode penambahan bahan aktif ke
dalam sirup sederhana (Sirup Simpleksatau Flavoring Syrup).Metode perkolasi Adalah
cara penarikan sari dari simplisia dengan cara merendam simplisiatersebut dalam cairan
penyari pada suhu biasa yaitu pada suhunya 15-25

9
BAB VI

KomponenutamaEmulsi

1. Fasedispers / fase internal / fasediskontinu / faseterdispersi / fasedalam,

yaituzatcair yang terbagi-bagimenjadibutirankecil di dalamzatcairan lain.

2. Faseeksternal/ fasekontinu/ fasependispersi/ faseluar, yaituzatcairdalamemulsi

yang berfungsisebagaibahandasar (bahanpendukung) emulsitersebut.

3. Emulgator, adalahbagiandariemulsi yang berfungsiuntukmenstabilkanemulsi.

10
BAB VII

Prinsip Pembuatan Sirup


Bahan baku yang digunakan dalam prosespembuatan sediaan sirup harus sesuai denganspesifikasi
yang telah ditentukan. Spesifikasi tersebutharus bisa menjamin ciri-ciri, kemurnian,
homogenitas,dan bebas dari kontaminasi mikroba yang berlebihan.Selain bahan aktif, air juga
merupakan faktor yangsangat kritis dalam proses pembuatan sediaan sirup,karena merupakan
komponen terbesarMenurut Farmakope edisi III, kecuali dinyatakan lain prosespembuatan sirup
sebagai berikut :

o Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan

hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperolehbobot yang dikehendaki,
buang busa yang terjadi, lalu serkai.

o Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glukosidaantrakuinon, ditambahkan


natrium karbonat sejumlah 10% bobotsimplisia.

o Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untukpersediaan ditambahkan metil
paraben 0,25% b/v atau pengawet lainyang cocok.

11
BAB VIII

12
BAB IX

13
BAB X

Pembuatan sediaan sirup kering

A. SIRUP KERING AMOXICILLIN


Mengetahui formulasi sediaan Sirup Kering Amoxicillin
B. Mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan Sirup Kering Amoxicillin
C. Dapat membuat sediaan non steril Sirup Kering Amoxicillin skala laboratorium sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan
II. Dasar Teori
Amoxicillin merupakan golongan penisilin yang tidak stabil jika berada dalam
larutan dalam jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu, amoxicillin dibuat dalam
bentuk sediaan serbuk kering yang direkonstitusi terlebih dahulu sebelum digunakan.
Fase pendispersi dari suspensi antibiotik adalah air, biasanya ditambahkan pewarna,
pemanis, pewangi dan perasa agar sediaan lebih menarik dan menutupi rasa pahit
(Ansel, 2005).
Amoxicillin mempunyai spektrum luas, tetapi lebih efektif pada basil gram
negatif seperti Neisseria gonorrhoeae, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,
Proteus mirabilis, Salmonella. Amoxicillin merupakan derivate penicillin yang
mengalami hidrolisis dengan mendegradasi produksi cincin ß-laktam (Lund, 1994).
Amoxicillin tidak stabil terhadap paparan cahaya, terurai pada suhu 30-350C, namun
stabil pada pH 3,5-6,0. Amoxicillin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92%
di saluran pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara oral (Anonim b. 1995).

III. Evaluasi Sediaan


3.1 Evaluasi Fisika

A. Distribusi ukuran partikel


Untuk sediaan sirup kering, distribusi partikel homogen (tersalut) setelah
direkonstitusi, dapat diamati dari semakin besarnya ukuran partikel maka
rongga–rongga antar partikel yang terbentuk pun semakin besar dan
distribusinya menyebar di dalam sediaan, sehingga setelah dikocok sediaan
suspensi kering ini dapat terdispersi homogen kembali.
B. Homogenitas
Sediaan suspensi terkonstisusi dilarutkan dengan air hingga mencapai volume
yang telah ditentukan yaitu 60 mL. Setelah itu, zat yang terdispersi harus halus
dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus
segera terdispersi kembali. Sediaan terkonstitusi dapat mengandung zat
tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Selain itu, kekentalan suspensi
tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang (Anonim a,
1979).
C. Penetapan bobot jenis sediaan dengan piknometer
Pada penetapan bobot jenis sediaan suspensi kering menggunakan piknometer.
Untuk mengetahui bobot jenis sediaan dapat diperoleh dari selisih bobot

14
piknometer yang telah diisi zat uji dengan bobot piknometer kosong (anonim b,
1995).
D. Volume terpindahkan
Volume rata-rata suspensi yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari
100% dan tidak satu pun volume wadah yang ku
E. rang dari 95% dari volume
yang dinyatakan dalam etiket (Anonim b, 1995).Penetapan pH
Penetapan pH dengan menggunakan pH meter (Anonim b, 1995).
F. Kadar air
Suspensi kering kadar air tidak lebih dari 3% (Anonim b, 1995).
G. Penetapan waktu rekonstitusi
Penetapan ini dilakukan untuk menentukan lamanya waktu terkonstitusi suatu
sediaan. Dalam hal ini sediaan serbuk kering ditambahkan air, kemudian
dihitung waktu yang diperlukan sampai sediaan tersebut membentuk suspensi
dengan sempurna.
H. Volume sedimentasi dan kemampuan redispersi
Untuk sediaan suspensi kering yang baik diharapkan terdapat sedimentasi
yang besar atau tidak terjadi sama sekali (melarut homogen) . Hal ini penting
karena dengan volume sedimentasi yang besar maka kemungkinan untuk
melarut secara homogen kembali akan lebih besar bila dibandingkan dengan
volume sedimentasi yang sedikit (dapat membentuk caking). Untuk
mengetahui kemampuan redispersi sediaan maka sediaan yang sudah
didiamkan dikocok kembali. Apabila setelah dikocok sediaan mudah
melarutkembali dan menjadi larutan yang homogen maka kemampuan
redispersinya baik.
I. Sifat aliran dan viskositas dengan Viskosimeter Brookfield
Sediaan sirup kering Amoxicillin ini mengikuti sifat aliran Hukum Non
Newton pseudoplastik. Viskositas sediaan ini dapat diukur dengan
menggunakan Viskosimeter Brookfield karena viskosimeter ini dapat
mengukur viskositas sediaan yang bersifat Non Newton dan Newton (Astuti, dkk.,
2007)

3.2 Evaluasi Biologi


a. Uji potensi antibiotik
Uji antibiotik untuk sirup kering dengan bahan aktif Amoxicillin dapat diuji
dengan metode Lempeng Silinder. Cawan petri yang telah diberi lempeng
silinder yang berisi antibiotik selanjutnya diinkubasi selama 16-18 jam dengan
suhu 320C sampai 350C. Semakin besar zona hambatan yang terukur maka
semakin baik sediaan sirup kering Amoxicillin yang dibuat (Anonim b, 1995).
b. Uji efektifitas pengawet
Sediaan sirup kering yang sudah dilarutkan diambil sebanyak 20 mL dan
dimasukkan ke dalam 5 tabung bakteriologi bertutup, berukuran sesuai dan
steril. Kemudian inokulasi masing-masing tabung dengan salah satu suspensi
15
mikroba baku dengan menggunakan perbandingan 0,10 mL inokula setara
dengan 20 mL sediaan, dan campur. Mikroba uji dengan jumlah yang sesuai
harus ditambahkan sedemikian rupa hingga jumlah mikroba tiap mL sediaan
uji segera setelah inokulasi adalah antara 100.000 dan 1.000.000 per mL.
Tetapkan jumlah mikroba viabel di dalam tiap suspensi inokula, dan hitung
angka awal mikroba tiap mL sediaan yang diuji dengan metode lempeng.
Kemudian setelah diinokulasi tabung diinkubasi pada suhu 200C sampai 250C.
Setelah itu, tabung diamati pada hari ke 7, ke 14, ke 21dan ke 28 sesudah
inokulasi. Setiap perubahan yang terlihat dicatat dan tetapkan jumlah mikroba

viabel pada tiap selang waktu tersebut dengan metode lempeng. Dengan
menggunakan bilangan teoritis mikroba pada awal pengujian, hitung
perubahan kadar dalam persen tiap mikroba selama pengujian (Anonim b, 1995).

3.3 Evaluasi Kimia


a. Penetapan kadar

Penetapan kadar dilakukan dengan metode KCKT. Pembuatan larutan uji:


Encerkan secara kuantitatif dan bertahap sejumlah volume seperti yang tertera
pada etiket, dicampur segar dan bebas gelembung udara dalam pengenceran
hingga diperoleh larutan yang mengandung 1mg amoxicillin trihidrat per ml.
saring melalui penyaring 1 µm atau porositas lebih halus dan gunakan filtrate
sebagai larutan uji. Gunakan larutan dalam waktu 6 jam (Anonim b, 1995).
b. Identifikasi
Untuk identifikasi diperlukan suatu larutan yang mengandung setara dengan 4
mg amoxicillin dengan penambahan asam klorida 0,1 N pada sejumlah
amoxicillin untuk suspensi oral. Biarkan larutan selama 5 menit sebelum digunakan
(Anonim b, 1995).

2. Formula

Formula Utama

Paracetamol (120mg / 5mL)

Gliserin (20%)

Propilenglikol (25%)

Na Benzoat (0,3%)

Sorbitol (15%)

Etanol (10%)

Air (30%)

Perasa Raspberry q.s

16
Pewarnamerah q.s

Formula Alternatif

Paracetamol (120mg/5mL)

Mannitol (20%)

Propilenglikol (25%)

Na Benzoat (0,3%)

Sorbitol (15%)

Etanol (10%)

Air (30%)

PerasaAsamSitrat q.s

Pewarna FDXC Orange q.s

17
BAB XI

Mampu menjelaskan komponen bahan sedian sirup


Tujuan: Dapat membuat dan mengevaluasi sediaan sirup Sirup adalah sediaan
pekat mengandung air gula atau pengganti gula dengan atau tanpa aroma dan bahan obat.
(Ansel,1989) Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa.
Kecuali dinyatakan lain,kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64,0% dan tidak
lebih dari 66,0%. (FI edisi III, 1979) Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula
lain kadar tinggi, dinyatakan sebagai syrup. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air
dikenal sebagai syrup atau syrup simpleks. Disamping sukrosa dan gula lain, senyawa
poliol tertentu seperti sorbitol atau gliserin dapat digunakan dalam larutan oral untuk
penghambat penghabluran dan untuk mengubah kelarutan, rasa, dan sifat lain zat
pembawa. Umumya juga ditambahkan antimikroba untuk mencegah pertumbuhan
bakteri, jamur, dan ragi. (FI edisi IV, 1995)

FORMULA

R/ Ambroksol 15mg/5ml
Sorbitol 5ml
Corrigen
Colourisq.s.
Corrigen Odoris q.s.
Sirup Simplex ad 60 ml
Ket: Corrigen Colouris = FDC red
Corrigen Odoris = Strawberry

Perhitungan Bahan NO Nama Bahan Perhitungan Bahan Jumlah Bahan 1

No Nama Bahan Perhitungan Bahan Jumlah Bahan


1 Ambroxol 15mg/5ml x 60 ml = 180 mg 180 mg x 3 = 540 mg
540 mg 540 mg
2 Sorbitol 5ml/60ml x 180 ml = 15 ml 15 ml
3 FDC Red 0,015/100ml x 180ml = 0,027 0,027 ~ 4,5 ml
4 Essens Straw 0,078/100ml x 180ml = 0,1404 1404 ~ 30 tetes
5 Syrp Simplex 60ml x 3 = 180 ml 180ml – ±164 ml
(0, ,027+0,1404) =±164,2926 ml ~ 164 ml

FDC Red cair yang dibutuhkan : (Etiket 6mg/ml)


27 mg
x 1ml = 4,5ml 6mg
6 mg
18
perhitunganKelarutan
Kelarutan Ambroxol = Larut dalam bagian air
Ambroxol = 0,54 gram x (30-100) = 16,2-54 ml
Syrup Simplex terdiri dari : (Ph Ned V)
1. 65% gula
2. 35% air -> 35% x 164ml = 57,4 ml Jadi, air dalam Syrup Simplex dapat
melarutkan Ambroxol sebanyak 0,54 gram

ANALISIS BAHAN

 Ambroksol
Serbuk kristal putih atau kekuningan . Sedikit larut dalam air, sebagian larut
dalam

diklorometana, larut dalam metil alkohol. Larutan 1% dalam air memiliki ph 4,5 –
6. terlindung dari ( Martindale jilid 3, 2009)

 Sorbitol Sebagai humektan, plasticizer, stabilizing agent, sweetening agent


(HPE, 2009 )
 Sirup simpleks Cairan bening tidak berwarna. Sebagai pemanis. ( FI Ed III,
1979 )
 Corrigen Corrigen odoris flavour apple watermelon 0,151 % Corrigen coloris
green 0,075 % (HPE, 2009)

CARA KERJA 1. Pembuatan Sediaan

1. Dikalibrasi botol 60ml dan erlenmeyer 180ml.


2. Ditimbang ambroksol, dimasukkan dalam erlenmeyer
3. Ditambahkan corrigen secukupnya.
4. Diukur sorbitol, dimasukkan dalam erlenmeyer.
5. Ditambahkan sirup simplek sampai tanda, homogenkan dengan magnetic stirer.
6. Diukur 60 ml, dimasukkan dalam botol. Di evaluasi sisa sirup meliputi
organoleptis, bobot jenis, viskositas, ph larutan.

2. Evaluasi sediaan

a. uji organoleptis
19
diperiksa dan diamati bentuk, rasa, bau, dan warna.

b. uji bobot jenis

 Dibersihkan piknometer, dikeringkan lalu ditimbang pikno kosong


 Ditimbang piknometer + air, dihitung volume air (volume pikno)
 Dibersihkan piknometer, dikeringkan, diisi dengan sirup
 Ditimbang piknometer + sirup, dihitung ρ sirup dan BJ sirup

c. uji viskositas d. uji pH

 Dibersihkan viskometer oswald dengan air dan etanol lalu keringkan


 Dipipet 1,0 ml sirup, dimasukkan kedalam viskometer oswald
 Dihisap dengan filler hingga diatas tanda batas
 Dicatat waktu yang diperlukan sirup untuk turun pada garis bawah
 Dibandingkan dengan viskositas air untuk menentukan viskositas sirup
 pH meter dibilas dengan aquadest, dikeringkan dengan tissue
 Dikalibrasi ph meter dengan larutan ph 7 dan ph 4
 Dilakukan pengukuran ph pada sediaan sirup, dicatat hasil ph

1. Uji Organoleptis Kelompok

Kelompok Bentuk Warna Rasa Bau


1 Cairan kental Merah Manis Strawberry
3 Cairan kental Merah Manis Strawberry
5 Cairan kental Merah Manis Strawberry
7 Cairan kental Merah Manis Strawberry
9 Cairan kental Merah Manis Strawberry

2. Uji ph

Kelompok Ph
1 7,03
3 6,95
5 7,02
7 6,92
9 7,20

Syarat = 6,1 – 7,2 (FI ed IV.1995:561)


Kesimpulan : semua memenuhi persyaratan pH

20
3. Uji Bobot Jenis

Kelompok Bobot jenis


1 1,2416
3 1,2367
5 1,2499
7 1,2394
9 1,6286

Syarat : bj sirup > 1,2 ( Depkes RI, 1979)


Kesimpulan : semua data memenuhi persyaratan bj

PERHITUNGAN BJ

 Piknometer kosong = 11,3710 gram


 Pikno+aquadest = 21,5220 gram
 Pikno+sampel 1 = 23,9694 gram
 Pikno+sampel 2 = 23,9624 gram
 Pikno +sampel 3 = 23,9964 gram

Bobot pikno+sampel 1 23,9694 gram


Bobot pikno kosong 11,3710 gram
Bobot sampel 1 12,5984 gram

Volume air = Volume pikno

m 10,151 gram
V= = = 10,1915 ml
pair 0,99602 gram/ml

m 12,5984 gram
ρ sirup 1 = = = 1,2361 gram/ml
v 10,1915 ml

Bobot pikno + sampel 3 23,9964 gram


Bobot pikno kosong 11,3710 gram
Bobot sampel 3 12,6254 gram

Volume air = volume Piknometer

21
m 10,151 gram
V= = = 10,1915 ml
pair 0,99602 gram/ml

Rata –rata BJ 1,2367 gram/ml

m 12,6254 gram
ρ sirup 1 = = = 1,2388 gram/ml
v 10,1915 ml

4. Uji Viskositas

Kelompok Viskositas (cps)


1 6,3368
3 9,5278
5 11,8351
7 9,266
9 13,26

Syarat viskositas sirup : 10 – 30 cps


Kesimpulan : 2 sirup memenuhi persyaratan dan yang lain tidak

PERHITUNGAN VISKOSITAS

T air = 02:45 (165 detik)


T sirup = 23:42 (1422 detik)

ρ sampel xt sampel
Visoksitas sampel = x Vis air
pair xt air
1,2367 gram/ml x 1422 s
Visoksitas sampel = x 0,8904 cps
0.99602 garam/ ml x 165 s

Syarat : 10 – 30 cps
Kesimpulan : Jadi, sediaan sirup Ambroxol yang dibuat tidak memasuki rentang
persyaratan

PEMBAHASAN

22
Ambroxol dibuat dalam sediaan sirup untuk menutupi rasanya yang pahit dan
dapat segera diabsorbsi serta mempermudah penggunaannya untuk anak-anak.
Formulasi sedian syrup terdiri dari Ambroxol sebagai zat aktif yang mempunyai
khasiat sebagai mukolitik, Sorbitol sebagai kosolven dan anticaplocking agent,FDC red
sebagai corrigen coloris, Essens strawberry sebagai corrigen saporis, dan Sirupus simplex
sebagai solvent atau pelarut.
Evaluasi sirup meliputi uji organoleptis, ph, bobot jenis, dan viskositas. Pengujian
organoleptis sirup ambroxol meliputi bau, warna, rasa dan bentuk. Uji ph sediaan semua
kelompok memenuhi persyaratan dengan syarat (6,1 – 7,2) (FI ed. IV : 561). Dalam
pengujian Bobot Jenis (BJ) didapatkan angka lebih dari 1,2 dengan pesyaratan BJ sediaan
harus ≥ 1,2. Untuk uji viskositas dengan menggunakan Viskometer Oswald menunjukkan
hasil bahwa sediaan yang memenuhi persyaratan yaitu kelompok 5 sebesar 11,8531 dan
kelompok 9 sebesar 13,26 dengan syarat ( 10 – 30 cps ). Dengan melihat data diatas dapat
disimpulkan bahwa sediaan yang memenuhi semua kriteria persyaratan sediaan sirup
kering yang baik adalah sediaan kelompok 5 dan kelompok 9.
KESIMPULAN

1. Pengujian Organoleptis
a. Rasa : manis
b. Bau : strawberry
c. Warna : merah
d. Bentuk : cairan kental
2. Pengujian pH sediaan memenuhi persyaratan (6,1 – 7,2) (FI ed. IV : 561).
3. Pengujian Bobot Jenis sediaan sirup Ambroxol didapatkan angka diatas 1,2
dengan persyaratan BJ ≥ 1,2 yang artinya sediaan memenuhi syarat.
4. Pengujian Viskositas dengan Viskometer Oswald hanya dua kelompok yang
memenuhi persyaratan yaitu kelompok 5 dan kelompok 9 dengan syarat (10-30
cps ).
5. Sediaan yang memenuhi semua persyaratan sediaan sirup yang baik ada dua
kelompok yaitu kelompok 5 dan kelompok 9. Dari semua evaluasi sirup yang
terpenting adalah uji ph karena uji ph dapat mempengaruhi kestabilan obat dalam
larutan meskipun viskositas dan bobot jenis tidak memenuhi persyaratan.

23
BAB XII

Control kualitas sirup

Sirup adalah salah satu produk yang menggunakan konsentrat gula yang memiliki
keunggulan diantaranya sirup mempunyai daya simpan yang lama walaupun tanpa
penambahan bahan pengawet dan proses sterilisasi dalam pengemasannya karena
tingginya kadar gula, selain itu pembuatannya mudah dan dikerjakan dengan alat yang
sederhana (Margono et al., 1993). Sirup adalah cairan yang mengandung sukrosa (gula
pasir) dengan kadar 64-66 %. Menurut Anonim (1994), sirup adalah larutan gula pekat
(sakarosa “high fructose syrup” dan atau gula inverse lainnya) dengan atau penambahan
bahan tambahan makanan Carboxymethyl Cellulose (CMC) yang diizinkan.

Pembuatan Sirup Nenas. Buah nanas matang dikupas kemudian dipisahkan daging dari
mata dan hati nanas untuk dicuci dan ditiriskan. Daging nanas yang sudah bersih diberi 2
perlakuan yang berbeda yaitu blanching dengan cara merendam bahan dengan air pada
suhu 40˚C selama 4 menit, perendaman garam 10% selama 120 menitdan satu lagi tanpa
perlakuan atau sebagai kontrol. Untuk setiap perlakuan disiapkan 1000 gram nanas yang
sudah potong kecil dan dihancurkan menjadi bubur nanas kemudian pisahkan sari nanas
dengan proses penyaringan. Sari nanas yang ditambahkan 70% gula, 0,35% CMC diaduk
merata dan dipanaskan hingga mendidih serta mengental (sirup nanas).

Parameter Pengujian Parameter yang diamati pada sirup nanas yaitu pH (Muchtadi dkk,
2010), viskositas (AOAC, 2005), kadar asam oksalat secara kuantitatif metode volumetri
(Underwood dan Day, 2002) dan uji warna (Lovibond Tintometer PFXi-880/P). III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pembuatan sirup nenas dengan metode
blanching dan perendaman garam dilakukan tiga kali ulangan. Hasil rerata dan standard
deviasi pengujian terhadap sirup nanas dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. pH sirup
nanas Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen yang menggambarkan tingkat
kemasaman. Semakin tinggi nilai pH berarti tingkat kemasaman produk semakin rendah

24
dan sebaliknya, semakin rendah nilai pH berarti tingkat keasaman produk semakin tinggi.
Nilai pH sirup nanas dengan metode blancing lebih tinggi dari sirup kontrol yaitu 4,9
(Tabel 1). Kenaikan pH pada sirup nanas dengan metode blanching terjadi karena pada
proses blanching yaitu dengan cara merebus dalam air panas menyebabkan kehilangan
komponen bahan pangan atau zat gizi yang tidak tahan panas dan mudah larut dalam air
sehingga pH sirup akan meningkat (kurang asam) (Herudiyanto dkk, 2009). Pada kondisi
lain, nilai pH sirup nanas dengan perlakuan perendaman garam lebih rendah dari sirup
nanas kontrol (Tabel 1). Garam yang larut bereaksi dengan air sehingga bersifat asam
(Susilawati, 2011). Sifat asam pada larutan garam berasal dari kation basa lemah dan
anion asam kuat mengalami hidrolisis parsial yang terjadi karena hanya kation dari basa
lemahnya saja yang dapat bereaksi dengan air, sedangkan anionnya (yang berasal dari
asam kuat) tidak bisa bereaksi dengan air sehingga hanya memiliki dampak terhadap H+
ketika dilarutkan dalam air sehingga larutan yang dihasilkan bersifat asam.

Tabel 1. Hasil Analisa Fisik dan Kimia Sirup Nanas dengan Metode Blanching dan
Perendaman Garam Sampel pH Viskositas (dPas) Kadar asam oksalat (%) Sirup nanas
tanpa perlakuan (kontrol) 4,6±0,12 0,3±0,02 0,4590±0,0004 Sirup nanas metode
blanching 4,9±0,08 1,2±0,02 0,3897±0,0418 Sirup nanas metode perendaman garam
4,5±0,08 0,2±0,02 0,3291±0,0003 Tabel 2. Hasil Analisa Warna Sirup Nanas
Menggunakan Lovibond Tintometer Sampel L* a* b* Sirup nanas tanpa perlakuan
(kontrol) 30,14±0,0326 0,50±0,0236 32,22±0,0980 Sirup nanas metode blanching
36,02±0,0980 -0,08±0,0082 30,97±0,1388 Sirup nanas metode perendaman garam
31,94±0,1633 -0,22±0,0245 28,12±0,0980 Keterangan :  Nilai a (-) = berwarna hijau 
Nilai a (+) = berwarna merah  Nilai b (-) = berwarna biru  Nilai b (+) = berwarna
kuning  Semakin tinggi nilai L maka semakin tinggi juga kecerahan sirup  Semakin
tinggi nilai a maka semakin merah juga warna sirup  Semakin tinggi nilai b maka
semakin kuning juga warna sirup

Sirup nanas yang dihasilkan memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi daripada sirup
kontrol (Susilawati, 2011). Buckle (2010) menyatakan bahwa asamasam dari buah dapat
meningkatkan nilai pH. Kondisi asam pada sirup yang dihasilkan dipengaruhi oleh bahan
baku dalam pembuatan sirup. Kadar asam oksalat sirup nanas Asam oksalat pada sirup
nanas dengan metode blanching dan perendaman garam dapat menurunkan kadar asam
oksalat di dalam sirup nanas (Tabel 2). Penurunan asam oksalat terbanyak yaitu pada
25
metode perendaman garam yaitu 28,3%. Penurunan kadar asam oksalat tersebut
disebabkan oleh reaksi antara asam oksalat dengan garam sehingga partikel dari asam
oksalat terikat dalam rangkaian kimia garam sehingga kandungan oksalat akan berkurang.
Hasil ini mempertegas penelitian Muttakin dkk (2015) yang mereduksi kadar oksalat pada
talas lokal Banten melalui perendaman dalam air garam sebanyak 10% selama 120 menit
dapat mengurangi kadar asam oksalat sebesar 51,5%. Kondisi ini menjelaskan bahwa
sifat fisik dan kimia bahan mempengaruhi proses penurunan kadar asam oksalat. Uji
warna (lovibond tintometer) sirup nanas Warna merupakan parameter utama yang
menentukan tingkat penerimaaan konsumen terhadap suatu produk (Rasyid dkk, 2013).
Pengukuran warna sirup nanas menggunakan alat lovibond tintometer dengan hasil
analisa yang digunakan yaitu CIE LAB menjelaskan:  Lightness (L*) Nilai lightness
(L*) menunjukkan gelap terangnya warna. Nilai L pada sirup nanas berkisar antara 30,14
hingga 36,02 (Tabel 2). Hasil yang diperoleh menjelaskan bahwa sirup nanas dengan
metode blanching dan perendaman garam lebih terang dari sirup nanas kontrol. Hal
tersebut disebabkan proses blanching dan perendaman garam menghambat terjadinya
pencoklatan atau browning enzimatis yang disebabkan oleh reaksi antara enzim polifenol
dengan oksigen pada nanas sehingga warna nanas dapat dipertahankan, sedangkan nanas
kontrol yang tidak diberi perlakuan mengalami browning atau pencoklatan karena
terjadinya oksidasi dengan udara sehingga akan menghasilkan warna yang gelap. 
Warna merah (a*) Nilai a* yang diperoleh menunjukkan bahwa sirup nanas kontrol
bewarna merah dan sirup nanas metode blanching dan perendaman garam bewarna hijau
(Tabel 2). Pada proses blanching dan perendaman garam pigmen yang terdapat didalam
nanas yaitu xanthophyll larut dalam air panas dan kurang stabil dikarenakan sifat pigmen
yang tidak tahan panas.  Warna kuning (b*) Nilai b* yang diperoleh menunjukkan
bahwa sirup nanas kontrol lebih berwarna kuning dari sirup nanas blanching dan
perendaman garam. Hal ini terjadi dikarenakan nanas yang tidak diberi perlakuan dapat
mempertahankan warnanya saat diolah menjadi sirup,sedangkan pada saat perlakuan
blanching dan perendaman garam, pigmen pada nanas yaitu xanthopyll larut dalam air
panas dan air garam sehingga warna kuning pada nanas semakin berkurang. IV.
KESIMPULAN Kandungan asam oksalat pada sirup nanas menurun pada metode
blanching (0,3897%) dan metode perendaman air garam (0,329%) dibandingkan kontrol
(0,459%). Proses blanching dan perendaman garam untuk menurunkan kadar asam
oksalat membantu meningkatkan kualitas sirup nanas untuk parameter warna dan

26
kejernihan yaitu dapat mempertahankan warna dan kejernihan sirup dari proses browning
enzimatis. Viskositas sirup nanas meningkat pada metode blanching (1,2 d.Pas) dan
terjadi penurunan untuk metode perendaman air garam dalam nilai yang wajar (0,2 d.Pas)
jika dibandingkan dengan kontrol (0,3 d.Pdas). Berdasarkan hasil pengujian kandungan
asam oksalat, viskositas, warna dan kejernihan, sirup nanas metode blanching dan
perendaman air garam berkualitas baik dibandingkan kontrol.

27
BAB XII

Komponen bahan aktif dan zat tambhan sediaan elixir


Eliksirmerupakansediaanberupalarutanyangmempunyairasadan
bausedapsertamengandungzattambahanseperti gula atauzatpemaislainnya, zatpewangi dan
pngawet .Sedangkandalam arti lain, eliksir juga dapatdiartikandengansediaanjernih dan manis
yang merupakanlarutanhidroalkoholikterutamauntukpemakaian oral
sertabiasanyaberaroma .Komponeneliksiryaitusebagaiberikut:

1. Zataktif

Zataktifmerupakanzatutama/zatberkhasiatdalamsediaaneliksir

2. Pelarut

Pelarutmerupakancairan yang dapatmelarutkanzataktifataubiasadisebutsebagaizatpembawa.


Pelarututama yang digunakanyaituetanolunutkmempertinggikelarutan

3. Pemanis

Pemanismerupakanzattambahanuntukmemberikan rasa manis pada eliksir.


Dapatditambahkangliserol, sorbitol dan propilenglikolsebagaipengganti gula atausukrosa.

4. Zatpenstabil

Zatpenstabilmerupakanzattambahanuntukmenjagaeliksirdalamkeadaanstabil

5. Pengawet

Pengawetmerupakanzattambahan yang digunkanuntukmenjaga agar eliksirdapattahan lama dan


tetapstabildalampenyimpanan yang lama. Eliksirdengankadraalkohol 10-12%
dapatberfungsisebagaipengawet.

28
BAB XIV
Perhitungan Kebutuhan Bahan
A. Perhitungan Kd Paracetamol
Kd paracetamol = (f etanol x Kd etanol) + (f air x Kd air) + (f propilen x
Kd propilen) + (f gliserin x Kd gliserin) + (f sorbitol x Kd sorbitol)
B. Paracetamol 120mg/5mL

Untuk 1 botol (60mL) = x 120 mg = 1440mg


Dilebihkan 2% = (1440 mg x 2%) + 1440 mg = 1468, 8 mg
Untuk 5 botol = 1468, 8 mg x 5 = 7344 mg
C. Na Benzoat

Dalam 5 mL = x 5 mL = 0,015 gram

Dalam 1 botol (60mL) = x 0,015 gram = 0, 18 gram


Dilebihkan 2% = (0, 18 gram x 2%) + 0, 18 gram = 0, 1836
gram
Untuk 5 botol = 0, 1836 gram x 5 = 0, 918 gram
a. Gliserin

Dalam 5 mL = x 5 mL = 1 mL

Dalam 1 botol (60mL) = x 1 mL = 12 mL


Dilebihkan 2% = (12 mL x 2%) + 12 mL = 12, 24 mL
Untuk 5 botol = 12, 24 mL x 5 = 61, 2 mL
b. Etanol

Dalam 5 mL = x 5 mL = 0, 5 mL

Dalam 1 botol (60mL) = x 0, 5 mL = 6 mL


Dilebihkan 2 % = (6 mL x 2%) + 6 mL = 6, 12 mL
29
Untuk 5 botol = 6, 12 mL x 5 = 30, 6 mL
c. Sorbitol

Dalam 5 mL = x 5 mL = 0, 75 mL

Dalam 1 botol (60 mL) = x 0, 75 mL = 9 mL


Dilebihkan 2% = (9 mL x 2%) + 9 mL = 9, 18 mL
Untuk 5 botol = 9, 18 mL x 5 = 45, 9 mL
d. Propilenglikol

Dalam 5 mL = x 5 mL = 1, 25 mL

Dalam 1 botol (60 mL) = x 1, 25 mL = 15 mL


Dilebihkan 2% = (15 mL x 2%) + 15 mL = 15, 3 mL
Untuk 5 botol = 15, 3 mL x 5 = 76, 5 mL
e. Air

Dalam 5 mL = x 5 mL = 1, 5 mL

Dalam 1 botol (60 mL) = x 1, 5 mL = 18 mL


Dilebihkan 2% = (18 mL x 2 %) + 18 mL = 18, 36 mL
Untuk 5 botol = 18, 36 mL x 5 = 91, 8 mL

30
BAB XV

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembuatan Elixir :

1.Pertumbuhan kristal yang disebabkan oleh perubahan suhu,


keseragamanukuran, dll.

2.Ketercampuran zat aktif dengan pelarut campur ataupun zat tambahan


untukmenghindari terjadinya pengendapan. Dasar pemilihan pelarut
campur:toksisitas, kelarutan, konstanta dielektrik pelarut, ketercampuran bahan.

3.Untuk penambahan sirupus simpleks lebih dari 30 % harus


diperhatikanterjadinya cap locking pada tutup botol sediaan. Karena itu perlu diberikan
anticap locking. Contoh anti cap locking yaitu gliserin, sorbitol dan poliol
lainnya.Penambahan gliserin sebagai anti cap locking harus diperhatikan karena
gliserindalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan diare.

4.Untuk meningkatkan penerimaan perlu diberikan peningkat rasa


denganpenambahan pemanis dalam sediaan, disamping itu ditambahkan rasa dan
warnayang sesuai. Antara warna dan essens yang ditambahkan harus ada kesuaian.

5.Untuk sediaan oral pemilihan zat aktif perlu memperhatikan pemerian (rasa danbau).

6.Pemanis yang digunakan : gula, sirupus simpleks, sorbitol, siklamat, aspartam.

7.Karena ada komponen air dalam sediaan maka perlu ditambahkan pengawet.

Pengawet yang dapat digunakan :

-Nipagin-nipasol = 9 : 1 (0,18 : 0,02)

-Asam benzoat dengan konsentrasi 0,01-0,1%

8.Sediaan eliksir yang baik harus mempunyai viskositas yang cukup (aliran yangbaik)
untuk memudahkan penuangan. Tetapi biasanya pelarut campur yangdigunakan sudah
cukup kental untuk memudahkan penuangan.

31
BAB XVI

32
BAB XVII

E.Evaluasi Sediaan Elixir

1.OrganoleptisDiamati dengan cara pancar indera, apakah sediaan elixir tersebut


sudahsesuai dengan ketentuan sediaan elixir yang benar, yaitu bau dan rasa yangsedap,
tidak ada pertikel yang tidak larut.

2.Uji KejernihanDengan cara melihat langsung sediaan tersebut, apakah masih ada /
tidakpartikel yang tertinggal / tidak larut.

3.Uji Densitas ( Bobot jenis)Dengan menggunakan piknometer :

a.Timbang pikno bersih.

b.Letakkan kaca arloji dan isi dengan elixir yang akan diuji.

c.Masukkan pikno yang berisi sampel kedalam beaker glass dengan 200 mlair es -> 20 ̊C.

d.Segera ambil teteskan cairan yang berada diluar kapiler dengan kertassaring menyedot
sisi ujunga kapiler terus utp kapiler dengan tudung cepat-cepat.

e.Biarkan pada suhu ruangan, baru bagian luar pikno dilab

f.Timbang pikno dengan isinya.

g.Bobot jenis dihitung dengan rumus

Bj = (p+e)−p
vp
Keterangan : p + e = Berat pikno + elixir

p = Berat pikno kosong

vp = Volume piknometer

4.Viskositas

a. Viskometer kapiler / ostwold

33
Dengan cara waktu air dari cairan yang diuji dibandingkan denganwaktu yang dibutuhkan
bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui(biasanya air) untuk lewat dua tanda
tersebut. (Moectar, 1990)

b.Viskometer hopplerBerdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum,


terjadikeseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides.
Prinsipkerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melaluitabung
gelas yang hampir tikal berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola
merupakan fungsi dari harga resiprok sampel.(Moechtar,1990)

c.Viskometer cup dan pobPrinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding
luar daribob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-
tengah.Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang
disebabkangeseran yang tinggi disepanjang keliling bagian tube
sehinggamenyebabkan penueunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi
inimenyebabkan bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal inidisebut aliran
sumbat. (Moechtar,1990)

d.Viskometer cone dan plateDengan cara sampel ditempatkan ditengah-tengah, kemudian


dinaikanhingga posisi dibawah kerucut Kerucut digerakkan oleh motor denganbermacam
kecepatan dan sampelnya digeser pada ruangan yang sangatsempit antara papan yang
didalam kemudian kerucut yang berputar.

5.pH

Sediaan diukur pH nya dengan menggunakan pH meter, yaitu disesuaikandengan pH usus


karena sediaan diabsorbsi di usus jadi pH sediaan harus samadengan pH usus

34
BAB XVIII

Apoteker penanggung jawab terkait hasil kontrol kualitas elixir

2.1 Pengertian Eliksir

Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkanuntuk


penggunaan ital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.Eliksir bukan obat
yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir sebagai obatuntuk efek terapi dari
senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup,

Elixir adalah sediaan berupa larutan hidroalkohol yang jernih dalama auadest,
memiliki rasa dan bau yang sedap, mengandung zat tambahan

1. korigensia
2. saporis
3. koloris
4. dan odoris,
5. serta digunakan per oral.

Sebagai pelarut utama adalah etanol 90% yang dimaksudkan untuk meningkatkan
kelarutan dan stabilitas sediaan pun semakin baik. Kadar etanol dalam eliksir adalah bila
kadar alkohol dalam eliksir adalah dalam sediaan,maka fungsi alkohol selain
meningkatkan kelarutan juga berfungsi sebagai pengawet sehingga tidak perlu lagi
dibubuhi pengawet lain. menambahan sirup simpleks selain meningkatkan konstituen
sediaan juga sebagai korigensia saporis bila dibandingkan dengan sirup, elixir biasanya
kurang manis dan kurang kental , karena mengandung gula lebih sedikit maka kurang
efektif dibanding dengan sirup dalam menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan.
Karena elixir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut
dalam air maupun alkohol dalam larutan elixir. disamping itu elixir mudah dibuatlarutan

35
elixir, maka itu elixir lebih disukai dibanding sirup. banyaknya jumlah etanol yang ada
didalam elixir berbeda sekali.

pemanis yang digunakan biasanya gula atau sirup gula, tapi kadang
kadangdigunakan sorbitol, glyserinum dan salharium

Pembuatan Eliksir

Eliksir biasanya dibuat dengan larutan sederhana dengan pengadukan dan atau dengan
penampuran dua atau lebih bahan 4 bahan 1ain. Komponen yang larut dalam alkohol dan
dalam air umumnya dilarutkan terpisah dalam al1ohol dan air yang dimurnikan berturut
turut. Kemudian larutan air ditambahkan kelarutan alkohol, dan sebaliknya, untuk
mempertahankan kekuatan alkohol yang setinggi mungkin selamanya sehingga
pemisahan yang minimal dari komponen yang larutdalam alkohol terjadi. bila dua larutan
selesai dicampur 1ampuran dibuat sesuaidengan *olume dengan pelarut atau pembawa
tertentu. Sering 1ampuran akhir akan tidak jernih, tetapi keruh, terutama karena
pemisahan beberapa minyak pemberi rasa dengan menurunnya konsentrasi al1ohol. 8ila
ini terjadi, eliksir biasanya dibolehkan untuk dibiarkan bebrapa jam yang ditentukan
untuk menjamin penjenuhan pelarut hidroalkohol dan untuk memungkinkan
butiranminyak bergabung sehingga dapat dihilangkan dengan lebih mudah
dengandisaring

36
BAB XIX

SUSPENSI REKONSTITUSI

(DRY SYRUP)

Sirup kering (dry syrup / suspensi rekonstitusi) adalah suatu campuran padat
yang ditambahkan air pada saat akan digunakan, sediaan tersebut dibuat pada
umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air,
seperti ampisilin, amoksilin, dan lainlainnya (Ofner et al., 1989) (vol 2). Agar
campuran setelah ditambah air membentuk dispersi yang homogen, maka dalam
formulanya digunakan bahan pensuspensi. Komposisi suspensi sirup kering
biasanya terdiri dari bahan pensuspensi, pembasah, pemanis, pengawet, penambah
rasa/ aroma buffer dan zat warna. Keuntungan sirup kering dari pada sirup cairan,
biasanya sirup kering dapat tahan disimpan lebih lama.

Suspensi rekonstitusi / dry syrup : serbuk dan granul untuk larutan dan suspensi
oral. Serbuk oral adalah preparat yang mengandung zat padat longgar (loose),
partikel kering yang bervariasi dalam derajat kehalusannya. Dapat mengandung
satu atau lebih zat aktif, dengan atau tanpa bahan pembantu, dan jika perlu, zat
warna yang diijinkan serta zat pemberi rasa. Disuspensikan dalam air atau
pembawa lain sebelum diberikan oral (British Pharmacope, 2002).

Suatu suspensi yang direkonstitusikan adalah campuran sirup dalamkeadaan


kering yang akan didispersikan dengan air pada saat akandigunakan dan dalam USP
tertera sebagai “for oral suspension”. Bentuk suspensi ini digunakan terutama untuk
obat yang mempunyaistabilitas terbatas di dalam pelarut air, seperti golongan
antibiotika (Pharmaceutical Dosage Forms: Dispersi System, 1989, Vol. 2).

Jenis sediaan suspensi Rekonstitusi (Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse

System, 1989, Vol. 2, h. 318, 323-325). Ada 3 jenis sediaan suspensi rekonstitusi:

37
1. Suspensi rekonstitusi berupa campuran serbuk. Formula berupa campuran
serbuk merupakan cara yang paling mudah dan sederhana. Proses pencampuran
dilakukan secara bertahap apabila ada bahan berkhasiat dalam komponen yang
berada dalam jumlah kecil.
a. Keuntungan formulasi bentuk campuran ini
 Alat yang dibutuhkan sederhana

 Jarang menimbulkan masalah stabilitas dan kimia karena


tidakdigunakannya pelarut dan pemanasan saat pembuatan

 Dapat dicapai kondisi kelembabam yang sangat rendah.


b. Kerugian

 Homogenitas kurang baik

 Adanya kemungkinan ketidakseragaman ukuran partikel

 Aliran serbuk kurang begitu baik

38
2. Suspensi rekonstitusi yang di granulasi

Pembuatan dengan cara granulasi terutama ditujukan untuk memperbaiki sifat


aliran serbuk dan pengisian serta mengurangi volume sediaan yang voluminous
dalam wadah. Dengan cara granulasi ini, zat aktif dan bahan-bahan lain dalam
keadaan kering dicampur sebelum diinkorporasi atau disuspensikan dalam
cairan penggranulasi. Granulasi dilakukan dengan menggunakan air atau
larutan pengikat dalam air. Dapat juga digunakan pelarut non air untuk bahan
berkhasiat yang terurai dengan adanya air.
a. Keuntungan:
 Penampilan lebih baik dariapda campuran serbuk.

 Sifat aliran baik.

 Tidak terjadi pemisahan.

 Tidak terlalu banyak menimbulkan debu selama


pengsian. b. Kerugian
 Proses lebih panjang serta peralatan lebih banyak.
 Adanya panas dan kontak dengan pelarut dapat menyebabkan resiko
instabilitas zat aktif .

 Sulit menghilangkan cairan penggranul yang dapat menyebabkan


menurunnya stabilitas cairan.

 Eksipien yang ditambahkan saat proses granulasi harus stabil.

 Ukuran granul diusahakan sama karena bagian yang halusakan


memisah sebagai debu.
3. Suspensi rekonstitusi yang merupakan campuran serbuk dan granul

Pada cara ini komponen yang peka terhadap panas seperti zat aktif yang
tidak stabil terhadap panas atau flavor dapat ditambahkansesudah pengeringan
granul untuk mencegah pengaruh panas. Padatahap awal dibuat granul dari
beberapa komponen, kemudiandicampur dengan serbuk(fines)
Kerugian:
 Meningkatnya risiko tidak
homogen.

 Menjaga keseragaman, ukuran partikel harus


dikendalikan.
39
Tabel 1. Perbandingan ketiga jenis suspensi rekonstitus

Jenis Suspensi Keuntungan Kerugian


Campuran serbuk Lebih ekonomis , Terjadi mixing dan segregasi,
resiko kestabilan lebih kehilangan selama proses.
rendah. Penampilan
lebih baik, karakteristik
aliran lebih baik, Harga lebih mahal, efek panas
Campuran granul dan cairan penggranulasi pada
segregasi dan debu dapat
obat dan eksipien.
ditekan.

Harga lebih murah, dapat


menggunakan senyawa Dapat terjadi segregasi
campuran yang granular da
yang tidak tahan panas.
non granular

Kombinasi antara
serbukdan granul

40
Sirup kering dapat berupa suspensi kering atau larutan kering. Obat-obat yang
dibuat dalam bentuk sirup sirup kering umumnya antibiotik. Karena sebagian besar
antibiotik tidak stabil berada dalam air. Sirup kering yang sudah ditambahkan air
biasanya hanya bertahan selama kurang lebih 7 hari, beberapa jenis lainnya dapat
bertahan hingga 14 hari. Oleh karena itu sirup antibiotik tidak memungkinkan
untuk disimpan dalam waktu lama. Solusi yang digunakan adalah membuat sirup
antibiotik baru pada saat akan dikonsumsi oleh pasien.

Agar campuran setelah ditambah air membentuk disperse yang homogen, maka
dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi. Komposisi suspensi sirup kering
biasanya tersiri dari bahan aktif, pensuspensi, pembasah, pemanis, pengawet,
penambah rasa / aroma buffer dan zat warna.

Evaluasi terhadap sirup kering meliputi penentuan ukuran partikel dan laju alir,
sedangkan evaluasi yang dilakukan pada suspense cair meliputi penentuan volume
sedimentasi, penentuan pH, redispersi, pengukuran kadar amoxicillin dan
viskositas.

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan sedian sirup harus sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan secara cermat. Spesifikasi tersebut harus
bias menjamin cirri-ciri, kemurnian, homogenitas dan bebas dari kontaminasi
mikroba yang berlebihan. Selain bahan aktif, air juga merupakan factor yang saying
kritis dalam proses pembuatan sirup, karena merupakan komponen terbesar.

Proses pembuatan sediaan sirup dapat dilakukan dengan beberapa metode,


tergantung dari bahan yang digunakan, terutama menyangkut sifat fisika dan kimia
dari bahan aktif. Metode pembuatan tersebut diantaranya :

1. Metode pelarutan dengan pemanasan

2. Metode pengadukkan tanpa pemanasan

3. Metode penambahan bahan aktif ke dalam sirup sederhana (sirup simpleks)

4. Metode perkolasi

Metode pembuatan sirup dengan menggunakan pemanasan merupakan metode


yang paling umum digunakan, sangat cocok digunakan untuk bahan-bahan yang
tidak rusak akibat pemanasan dan apabila dikehendaki proses pembuatan sirup
secara cepat.
41
42
1. Mengenal dan memahami cara pembuatan dan komposisi formula sediaan
suspense rekonstitusi.
2. Mengamati pengaruh metode pembuatan granul / serbuk kering serta pembasah
dan pensuspensi terhadap karakteristik fisik suspensi.

Monografi

1. Amoxicillin

Amoksisilin untuk suspensi oral mengandung tidak kurang dari 90,0 %


dan tidak lebih dari 120,0 % C16H19N3O5S dari jumlah yang tertera pada etiket.
Mengandung satu atau lebih zat pendapar, pewarna, pengroma, pengawet,
penstabil, pemanis dan pensuspensi yang sesuai. pH untuk suspensi antara 5,0
dan 7,5 dalam suspensi yang disiapkan seperti pada etiket. Digunakan sebagai
antibiotika spektrum luas yang aktif terhadap kuman-kuman gram positif dan

gram negatif, kecuali Pseudomonas, Klebsiella dan B Fraglis.

 BM Amoksisilin Trihidrat (C16H19N3O5S.3 H2O) 419,45

 BM Amoksisilin Anhidrat (C16H19N3O5S) 365,40

 Pemerian : Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau.

 Kelarutan :

1:400 dalam air, 1:1000 dalam alkohol, 1:200 dalam metil alkohol, praktis
tidak larut dalam dalam kloroform, eter, karbon tetra klorida dan campuran
minyak.

 pH: 3,5 dan 6,0


 sediaan dalam bentuk trihidrat. 1 gr amoksisilin anhidrat ∞ 1,15 gr
amoksisilin trihidrat.

2. Na CMC

3. PVP (polivinil pirolidin)

43
1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer

 Sinonim : E1201; Kollidon; Plasdone; poli [1 - (2-oxo-1-pyrrolidinyl)]

etilen; polyvidone; polivinil; PVT; polimer 1-vinil-2-pyrrolidinone.

 Fungsi : agen menangguhkan; pengikat

 Aplikasi : povidone dapat juga ditambahkan ke campuran bubuk dalam


bentuk kering dan halus di situ dengan penambahan air, alkohol, atau
solusi hydroalcoholic. Povidone adalah tambahan yang digunakan sebagai

44
menangguhkan, menstabilkan, atau agen-viskositas meningkat di sejumlah
suspensi topikal dan oral dan solusi. Kelarutan sejumlah obat aktif buruk
terlarut dapat ditingkatkan oleh pencampuran dengan povidone.

 Tabel Penggunaan PVP

Penggunaan konsentrasi

 Pendispersi  Hingga 5
 Tetes mata  2 – 10

 Pengikat / penyalut tablet  0.5 – 5


 Keasaman / alkalinitas: pH = 3,0-7,0 (5% b / v larutan air).

 Titik lebur : 150 ° C.

 Kelarutan : bebas larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton,


metanol, dan air, praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak
mineral. Dalam air, konsentrasi larutan hanya dibatasi oleh viskositas
larutan yang dihasilkan, yang merupakan fungsi dari nilai-K.

 Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan : Povidone berubah warna pada


pemanasan pada 150 ° C, dengan penurunan kelarutan air. Hal ini stabil
untuk siklus pendek dengan paparan panas sekitar 110-130 ° C; sterilisasi
uap suatu larutan air tidak mengubah sifatnya, rentan terhadap
pertumbuhan jamur oleh karena itu membutuhkan penambahan bahan
pengawet yang sesuai. Povidone yang disimpan dalam kondisi yang biasa
tidak mengalami dekomposisi atau degradasi, bersifat higroskopis, harus
disimpan dalam wadah kedap udara di tempat sejuk dan kering.

Formulasi

R / Amoxicillin 125 mg / 5 ml

45
Na CMC 0.5 %
PVP 2%
Aquadest ad 60 ml

Penimbangan

 Amoxicillin 125 mg / 5 ml

60
x 125 mg=1500 mg

NaCMC0.5%

46
0.5 x 60=0.3 g

 PVP 2%

2 x 60=1.2 g

Metode kerja

1. Ditimbang bahan sesuai kebutuhan.

2. Dimasukkan amoxicillin dan Na CMC dalam loyang, kemudian dicampur


dengan PVP yang sudah dilarutkan dengan alcohol sedikit demi sedikit. Aduk
sampai homogen.
3. Kemudian dikeringkangkan dengan pemanasan diatas bunsen hingga terbentuk
granul (sirup kering).

4. Lakukan pengamatan setelah 1 minggu.

Data pengamatan

Gambar Keterangan

Awal :

Massa granul + air menjadi suspensi


berwarna kuning keputihan atau kuning

muda, sedikit tidak larut.

awal

massa granul ditambah air

47
Setelah 1 minggu :
setelah 1 minggu
Suspensi menjadi berwarna kuning
kecoklatan atau kuning gelap dan
terbentuk endapan.

Sirup kering (dry syrup / suspensi rekonstitusi) adalah suatu campuran padat
yang ditambahkan air pada saat akan digunakan, sediaan tersebut dibuat pada
umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air,
seperti ampisilin, amoksilin, dan lainlainnya (Ofner et al., 1989) (vol 2).

48
Suspensi rekonstitusi / dry syrup : serbuk dan granul untuk larutan dan suspensi
oral. Serbuk oral adalah preparat yang mengandung zat padat longgar (loose), partikel
kering yang bervariasi dalam derajat kehalusannya. Dapat mengandung satu atau
lebih zat aktif, dengan atau tanpa bahan pembantu, dan jika perlu, zat warna yang
diijinkan serta zat pemberi rasa. Disuspensikan dalam air atau pembawa lain
sebelum diberikan oral (British Pharmacope, 2002).
Pembuatan dengan cara granulasi terutama ditujukan untuk memperbaiki sifat
aliran serbuk dan pengisian serta mengurangi volume sediaan yang voluminous dalam
wadah. Dengan cara granulasi ini, zat aktif dan bahan-bahan lain dalam keadaan kering
dicampur sebelum diinkorporasi atau disuspensikan dalam cairan penggranulasi.
Granulasi dilakukan dengan menggunakan air atau larutan pengikat dalam air. Dapat
juga digunakan pelarut non air untuk bahan berkhasiat yang terurai dengan adanya air.
Pada percobaan ini dilakukan penimbangan bahan, dimasukkan amoxicillin
dan Na CMC dalam loyang, kemudian dicampur dengan PVP yang sudah
dilarutkan dengan alkohol sedikit demi sedikit. Diaduk sampai homogen.
Kemudian dikeringkangkan dengan pemanasan diatas bunsen hingga terbentuk massa
granul (sirup kering). Dilakukan pengamatan setelah 1 minggu.
Awalnya suspensi berwarna kuning muda dengan sedikit endapan. Namun
setelah 1 minggu dilakukan pengamatan, dan didapatkan suspensi berwarna kuning
kecoklatan atau kuning gelap, dengan endapan pada bawah. Hal ini menunjukkan
bahwa suspensi tidak stabil.
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, yaitu adanya pemanasan
dan kontak dengan pelarut dapat menyebabkan resiko instabilitas zat aktif, sulit
menghilangkan cairan penggranul yang dapat menyebabkan menurunnya stabilitas
cairan, eksipien yang ditambahkan saat proses granulasi harus stabil, ukuran granul
diusahakan sama karena bagian yang halus akan memisah sebagai debu.

14
BAB XX

Metode pembuatan emulsi


1. Metode gom kering atau metode continental

Zat pengemulsi ( gom arab ) dicampur dengan minyak, kemudian tambahkan air untuk pembentukan
corpus emulsi, baru di encerkan dengan sisa air yang tersedia.

2. Metode gom basah atau metode Inggris

Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air ( zat pengemulsi umumnya larut ) agar membentuk suatu
mucillago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, setelah itu baru
diencerkan dengan sisa air.

3. Metode botol atau metode botol forbes

Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas
rendah ( kurang kental ). Minyak dan serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian
ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok kuat. Tambahkan sisa air
sedikit demi sedikit sambil dikocok.

32. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah:

Ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar luas permukaan. Dengan

ukuran partikel yang kecil maka daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan
partikel untuk mengendap.

Kekentalan (viscositas), kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran suspensi,
dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya
akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar
sediaan mudah dikocok dan dituang.

Jumlah partikel (konsentrasi), apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka
partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara
partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan.

Stabilitas fisik suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila
partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan.
Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk
membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.

15
BAB XXI

Cara Kerja Emulgator

lasan Pemilihan Formula


a. Komposisi atau jumlah pelarut campur dibuat berbedaantara formula pertama dan
formula kedua agar kadar alcohol lebih bias diminimalisir, tetapi volume masing-
masing belum dapat diketahui. Karena Kd paracetamol baru dapat diketahui setelah di
titrasi pada saat percobaan.
b. Digunakan pelarut campuran untuk meningkatkan kelarutan dari paracetamol. Pelarut
campur yang digunakan adalah alcohol atauetanol, air, serta propilen glikol. Gliserin
selain sebagai pemanis dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan viskositas
sehingga stabilitas obat terjaga.
c. Zat tambahan yang tambahan yang digunakanadalah Na benzoate dan zat pewarna dan
penambah rasa.
d. Pada formula utama digunakan gliserin sebagai pemanis tunggal, sedangkan sorbitol
digunakansebagai cap-locking yang mencegah pembentukan Kristal atau karamelisasi
dari gliserin pada tutup botol. Selain itu juga ditambahkan perasa agar lebih enak dan
rasa pahit dari bahan aktif (paracetamol) tertutupi.
e. Pada formula alternative gliserindapatdigantikandenganmanitol yang berfungsi sebagai
pemanis.

16
3. Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu
flokulasi dan creaming, penggabungan dan pemecahan, dan inversi.

 Flokulasi dan creaming

Pengkriman (creaming) mengakibatkan ketidakrataan dari distribusi obat dan tanpa


pengocokan yang sempurna sebelum digunakan, berakibat terjadinya pemberian dosis yang
berbeda. Tentunya bentuk penampilan dari suatu emulsi dipengaruhi oleh creaming, dan ini
benar-benar merupakan suatu masalah bagi pembuatannya jika terjadi pemisahan dari fase
dalam(Martin, et al., 1993).

 Penggabungan dan Pemecahan

Creaming adalah proses yang bersifat dapat kembali, berbeda dengan proses cracking
(pecahnya emulsi) yang bersifat tidak dapat kembali. Pada creaming, flokul fase dispers
mudah didispersi kembali dan terjadi campuran homogen bila dikocok perlahan-lahan, karena
bola-bola minyak masih dikelilingi oleh suatu lapisan pelindung dari zat pengemulsi(Anief,
1994). Sedang pada cracking, pengocokan sederhana akan gagal untuk membentuk kembali
butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil, karena lapisan yang mengelilingi
partikel-partikel tersebut telah dirusak dan minyak cenderung untuk bergabung (Martin, et al.,
1993).

 Inversi

Fenomena penting lainnya dalam pembuatan dan penstabilan dari emulsi adalah inversi fase
yang meliputi perubahan tipe emulsi dari m/a menjadi a/m atau sebaliknya (Martin, et al.,
1993).

17
BAB XXII

Emulsi

Sediaan emulsi adalah  sediaan cair terdiri dari dua cairan yang tidak bercampur satu sama
lain. Pada umumnya campuran cairan tersebut adalah campuran dari minyak dan air.
Tergantung dari pada tipe emulsi yang dibuat, fasa terdispersi dapat berupa minyak atau air
(W/O atau O/W)

Pada prinsipnya pembuatan sediaan emulsi terbagi menjadi dua tahap yaitu :

1.     Tahap destruksi : dalam tahap ini dilakukan pemecahan ruahan (bulk) fasa minyak
menjadi globul-globul dengan ukuran diameter kecil, sehingga fasa terdispersi dapat
terdispersi dengan baik  di dalam fasa pendispersi.

2.     Tahap stabilisasi : dalam tahap ini dilakukan stabilisasi globul-globul yang terdispersi
dalam fasa pendispersi dengan menggunakan emulgator sebagai stabilisator  dan bahan
pengental untuk mencegah penggabungan globul-globul tersebut .

Formula umum sediaan emulsi terdiri dari ;

1.     Bahan aktif :

a. Bahan padat yang dapat larut dalam air atau dalam minyak
b. Bahan cair yang berbentuk minyak atau bahan lain yang tidak dapat tersatukan
dengan air

2.     Bahan pembantu

a.Emulgator : terdapat berbagai macam emulgator dengan berbagai  mekanisme


emulgator dalam proses stabilisasi emulsi. Emulgator alam pada umumnya bersifat
koloid hidrofil,  di dalam air membentuk gel dan akan teradsorpsi pada antar muka
globul dengan fasa pendispersi membentuk lapisan film multilayer. Derivat selulosa
bersifat koloid hidrofil akan meningkatkan viskositas medium pendispersi, sehingga
dapat mencegah terjadinya koalesensi.

Golongan emulgator alam lain adalah bentonit, veegum merupakan bahan  padat
koloidal yang terbagi halus dan teradsorpsi pada permukaan globul terdispersi.

18
Emulgator sintetis

Emulgator sintetis adalah surfaktan yang mempunyai sifat aktif  permukaan, sebagai
stabilisator sediaan emulsi karena dapat menurunkan tegangan permukaan antar
permukaan globul yang terdispersi. Ditinjau dari struktur surfaktan,  yang mempunyai
dua gugus polar dan non polar. Gugus-gugus tersebut berasosiasi pada permukaan
globul dan akan terbentuk film monomolekuler yang merupakan barier antara globul-
globul tersebut dan dapat  mencegah terjadinya flokulasi dan koalesensi. Stabilitas
sediaan emulsi akan meningkat dengan meningkatnya viskositas fasa pendispersi dan
kekuatan film antar muka globul dengan larutan pendispersi.

Surfaktan terdiri dari beberapa tipe yaitu : anionik, kationik, zwitterionik, amfoterik
dan non ionik. Surfaktan ionik dapat mempengaruhi daya interaksi muatan didaerah
antara permukaan masing masing globul dengan air.  Karakteristik gugus surfaktan
dapat diketahui dari  harga HLB yang menggambarkan sifat kepolaran  surfaktan
tersebut.

Kombinasi surfaktan dengan harga HLB rendah dan harga HLB tinggi ditambahkan
untuk mendekati  harga HLB butuh fasa minyak yang digunakan. Untuk menghitung
konsentrasi masing-masing surfaktan dipakai perhitungan aligasi atau aljabar biasa,
dengan memasukkan harga HLB surfaktan dan harga HLB butuh minyak. Persamaan
yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah surfaktan sebagai berikut ;

Misalkan jumlah kombinasi surfaktan keseluruhan 5 %

Konsentrasi surfaktan A = a dengan harga HLB A, konsentrasi surfaktan B = b


dengan harga HLB B. Harga HLB B > harga HLB A

Rumus : A x ( 5 – a ) + B x ( 5 – b ) = HLB butuh x 5

Untuk menghitung HLB surfaktan dapat digunakan ekuasi Griffin sebagai berikut

HLB = ( jumlah gugus hidrofil ) – ( jumlah gugus lipofil ) + 7

Cara pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator surfaktan :

19
1.     Dihitung jumlah surfaktan yang diperlukan dengan perhitungan aligasi sesuai
dengan HLB butuh minyak yang dipakai.

2.     Semua bahan larut minyak dicampurkan di dalam  fase minyak, sedangkan
semua bahan larut air dicampurkan di dalam  fase air.

3.     Panaskan masing-masing fase pada suhu 60 – 700 C diatas penangas air,
kemudian campurkan kedua fase tersebut sambil diaduk dengan stirer dengan
kecepatan tinggi selama waktu tertentu.

4.     Masukkan ke dalam tabung sedimentasi dan amati pemisahan yang terjadi dari
ke dua fase      

b.     Pengawet : berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat hidup


dalam fasa air dan di dalam emulgator alam yang digunakan. Beberapa pengawet
yang banyak digunakan dalam sediaan emulsi per oral antara lain :

-       Derivat asam bensoat : metil p-hidroksibensoat (metilparaben) dengan


konsentrasi sekitar 0,1 – 0,2 % untuk tipe emulsi o/w. Untuk bentuk ester yang
lebih tinggi ( propil dan butil ) digunakan konsentrasi mendekati larutan
jenuhnya. Aktivitas pengawet golongan ini dapat berkurang dengan adanya
surfaktan non ionik atau di dalam sediaan krim dengan konsentrasi minyak yang
tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan menaikkan konsentrasi pengawet. Kombinasi
pengawet dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan pengawet, konsentrasi
total menjadi lebih tinggi dan efektif terhadap mikroorganisme dengan rentang
yang lebih besar. Kombinasi metil dan propil paraben dengan ratio 2 : 1 dengan
konsentrasi 0,06 dan 0,03 % atau kombinasi dengan ratio 0,2 % dan 0,018%

-       Asam sorbat, terutama digunakan dalam sediaan yang mengandung surfaktan
non ionik. Konsentrasi yang digunakan sebesar 0,2 %

-       Pengawet lain yang banyak digunakan dalam krem dan emulsi antara lain : fenol
( 0,5 % ), klorokresol ( 0,1 % ).  

c.     Antioksidan : antioksidan dalam sediaan emulsi digunakan untuk mencegah


terjadinya reaksi oksidasi bahan berkhasiat dalam fasa minyak. Apabila terjadi reaksi

20
oksidasi di dalam fasa minyak, maka akan terjadi ketengikan yang dapat
diidentifikasi secara langsung. Antioksidan yang biasa dipakai dalam sediaan emulsi
adalah : tokoferol, dodesil galat, oktil galat, alkil galat, butil hidroksianisol,
butilhidroksitoluen (larut dalam fasa minyak )  atau natrium metabisulfit, vitamin C
( larut di dalam fasa air)  

 Sesepora metal / mineral  dapat menjadi katalisator dalam reaksi oksidasi,  dapat
diatasi dengan pembentukan kompleks antara metal  dengan   sequestering agent ,
seperti asam sitrat dan asam tartrat serta EDTA

Pembuatan sediaan emulsi dengan menggunakan emulgator alam pada prinsipnya dapat
dibuat membuat korpus emulsi cara kering dan cara basah.

PEMBUATAN KORPUS EMULSI CARA KERING :

1.     Didihkan air yang akan digunakan sebagai pembawa, dinginkan sebelum dipakai

2.     Dibuat korpus emulsi dengan perbandingan minyak : emulgator : air = 4 : 2 : 1

Emulgator yang digunakan antara lain :  CMC, Tilosa, Veegum, Bentonit, gom Arab

Aduk cepat menggunakan stirer selama 2 menit sampai  terbentuk masa opaque yang
menandakan bahwa korpus telah terbentuk. Tipe emulsi korpus emulsi adalah A/M

3.     Tambahkan sisa air sekaligus sampai  volume yang diminta sambil diaduk dengan
kecepatan tinggi.

PEMBUATAN KORPUS EMULSI CARA BASAH :

1.     Didihkan air yang akan digunakan sebagai pembawa, dinginkan sebelum dipakai.

2.     Emulgator seperti CMC, Tilosa, Veegum, Bentonit,Gom Arab  sebelum digunakan
sebagai emulgator dikembangkan terlebih dahulu di dalam air .

21
3.     Tambahkan emulgator sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan sebagai stabilisator
atau dengan perbandingan seperti pada pembuatan korpus emulsi kering .

4.     Aduk cepat menggunakan stirer selama 2 menit sampai  terbentuk masa opaque yang
menandakan bahwa korpus tersebut telah terbentuk. Tipe emulsi korpus emulsi adalah
A/M

5.     Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sampai  volume yang diminta sambil diaduk
dengan kecepatan tinggi.

EVALUASI SEDIAAN EMULSI DIBAGI MENJADI DUA TAHAP :

Tahap I :

Evaluasi pada saat proses (In process Control) terdiri dari :

Analisis keadaan ruahan pada saat sebelum dimasukkan ke dalam kemasan tunggal yang
meliputi analisis spesifikasi produk yang ditentukan oleh industri farmasi bersangkutan

Analisis yang dilakukan adalah : penetuan :

1.      Penentuan berat jenis larutan dengan PIKNOMETER

2.      Penentuan sifat aliran dan viskositas larutan dengan alat BROOKFIELD (aliran Non
Newtonian)

3.     Penentuan pH larutan sebelum dilakukan penyesuaian pH sediaan yang telah ditentukan

4.   Penentuan organoleptis sediaan : warna, bau, rasa, homogenitas partikel

5.     Tinggi sedimentasi (Hv/Ho) yang terjadi diukur dalam tabung sedimentasi berskala

6.     Penentuan kadar bahan  aktif  (homogenitas sediaan ) di dalam sediaan

7.     Penentuan tipe emulsi

Tahap II

Evaluasi sediaan akhir meliputi :

1.       Penentuan berat jenis larutan dengan PIKNOMETER

22
2.       Penentuan sifat aliran dan viskositas larutan dengan alat BROOKFIELD  (aliran Non
Newtonian)

3.       Penentuan pH larutan

4.       Penentuan organoleptis sediaan : warna, bau, rasa

5.       Penentuan stabilita sediaan dipercepat dengan suhu 40oC, 75 % RH dengan


menentukan kadar zat aktif selama 0,1,3,6,bulan

6.       Penentuan stabilita sediaan dengan menyimpan RETAINED SAMPLE pada temperatur
kamar

7.       Penentuan volume terpindahkan (Farmakope Indonesia ed.IV )

8.       Penentuan tipe emulsi

23
BAB XXIII

Mengitung bahan aktif dan bahan tambahan d

Perhitungan Kebutuhan Bahan

Perhitungan Kd Paracetamol

Kd paracetamol = (f etanol x Kd etanol) + (f air x Kd air) + (f propilen x Kd propilen) + (f


gliserin x Kd gliserin) + (f sorbitol x Kd sorbitol)

Paracetamol 120mg/5mL

Untuk 1 botol (60mL) = x 120 mg = 1440mg

Dilebihkan 2% = (1440 mg x 2%) + 1440 mg = 1468, 8 mg

Untuk 5 botol = 1468, 8 mg x 5 = 7344 mg

Na Benzoat

Dalam 5 mL = x 5 mL = 0,015 gram

Dalam 1 botol (60mL) = x 0,015 gram = 0, 18 gram

Dilebihkan 2% = (0, 18 gram x 2%) + 0, 18 gram = 0, 1836 gram

Untuk 5 botol = 0, 1836 gram x 5 = 0, 918 gram

Gliserin

Dalam 5 mL = x 5 mL = 1 mL

Dalam 1 botol (60mL) = x 1 mL = 12 mL

Dilebihkan 2% = (12 mL x 2%) + 12 mL = 12, 24 mL

Untuk 5 botol = 12, 24 mL x 5 = 61, 2 mL

Etanol

Dalam 5 mL = x 5 mL = 0, 5 mL

Dalam 1 botol (60mL) = x 0, 5 mL = 6 mL

Dilebihkan 2 % = (6 mL x 2%) + 6 mL = 6, 12 mL

Untuk 5 botol = 6, 12 mL x 5 = 30, 6 mL

Sorbitol

24
Dalam 5 mL = x 5 mL = 0, 75 mL

Dalam 1 botol (60 mL) = x 0, 75 mL = 9 mL

Dilebihkan 2% = (9 mL x 2%) + 9 mL = 9, 18 mL

Untuk 5 botol = 9, 18 mL x 5 = 45, 9 mL

Propilenglikol

Dalam 5 mL = x 5 mL = 1, 25 mL

Dalam 1 botol (60 mL) = x 1, 25 mL = 15 mL

Dilebihkan 2% = (15 mL x 2%) + 15 mL = 15, 3 mL

Untuk 5 botol = 15, 3 mL x 5 = 76, 5 mL

Air

Dalam 5 mL = x 5 mL = 1, 5 mL

Dalam 1 botol (60 mL) = x 1, 5 mL = 18 mL

Dilebihkan 2% = (18 mL x 2 %) + 18 mL = 18, 36 mL

Untuk 5 botol = 18, 36 mL x 5 = 91, 8 mL

25
BAB XXIV

HLB
Emulsifier adalah salah satu bahan penolong untuk membuat emulsi, berfungsi untuk
menstabilkan zat atau bahan aktif terlarut dalam air atau minyak yang diemulsikan dan suatu
emulsifier HLB memegang peranan penting.

Nilai HLB suatu emulsifier adalah angka yang menunjukkan ukuran keseimbangan dan
regangan gugus hidrofilik (menyukai air atau polar) dan gugus lipofilik (menyukai minyak
atau non-polar), yang merupakan sistem dua fase yang diemulsikan.

Sistem HLB adalah metoda untuk menentukan HLB-butuh suatu bahan dengan menggunakan
berbagai bahan pengemulsi standar dengan nilai HLB tertentu sebagai alat bantu

Cara menghitung nilai HLB dari campuran surfaktan

Contoh

R / Tween 80 70 % HLB = 15

Span 80 30 % HLB = 4,5

Perhitungan

70
Tween 80 = x 15 = 10,5
100

30
Span 80 = x 4,5 = 01,35
100

HLB Campuran 11,85

Contoh :

Pada pembuatan 100ml emulsi tipe o/w diperlukan emulgator Demgan harga HLB
12.sebangai emulgator dipakai campuran Span 20 (HLB8,6) dan tween 20 ( HLB 16,7)
sbanyak 5 gram berapa gram masing – masing Span 20 dan Twee 20 ?

Jawab

Rumus I

(x−HLBb)
A%b= x 100%
HLBa−HLBb

B % a =m(100% -A%)
26
Keterangan
X = Harga HLB yang diminta (HLB Butuh)
A = Harga HLB tinggi
B = Harga HLB rendah
(12−8,6)
% Tween = ¿ x 100% = 42 %
16,7−8,6 ¿
42
x 5 gram = 2,1 gram
100
% Span = 100 % - 42 % = 58 %
58
x 5 gram = 2,9 gram
100

Rumus II

(B x HLB1 ) + (B2 x HLB2 ) = (B campuran x HLB campuran )

B = Berat emulgator

Misalnya berat tween = x

Berat span =5–X

(X x 16,7) + (5- X ) x 8,6 = 5 x12

16,7 X + 43 – 8,6 X = 60

8,1 X = 60 – 43

17
X = = 2,1 gram (twee )
8,1

Berat span = 5 – 2,1 = 2,9 gram

27
Cara II ( Cara Aligatie)

Tween
80 15 (X – 4,5 ) (X – 4,5): (15- X) = 70 :30 =7: 3

(X-4,5) 3 = 7 (15 – X)

3X – 13,5 = 105 – 7 X

x 10X = 118,5

X= 11,8
Jadi HLB Campuran =
Span
11,85 (15 – X)
80

28
BAB XXV

Kontrol sediaan emulsi


Emulsi merupakan suatu sistem dispersi, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase
lainnya dengan adanya suatu zat pengemulsi.
Emulsi terbagi menjadi dua tipe, yaitu emulsi sederhana atau emulsi ganda. Emulsi sederhana
dapat berbentuk emulsi air dalam minyak (A/M) atau emulsi minyak dalam air (M/A).Emulsi
ganda dapat berbentuk emulsi air dalam minyak dalam air (A/M/A) atau emulsi minyak
dalam air dalam minyak (M/A/M). 

Tipe emulsi akan mempengaruhi sifat-sifat fisik emulsi. Selain itu, tipe emulsi yang berbeda
juga dapat menghasilkan pelepasan zat yang berbeda (Ainurofiq, 2006). Oleh sebab itu,
dalam kontrol kualitas suatu emulsi, determinasi tipe emulsi merupakan hal mendasar yang
perlu dilakukan

Apa itu Emulsi?


Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair
yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. Dalam batasan emulsi, fase
terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium dispersi sebagai fase luar atau fase
kontinu. 
Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau bagian ketiga dari
emulsi yakni zat pengelmulsi (emulsifying agent).
Tipe Emulsi dan Sifat Emulsi
Tipe Emulsi
Tipe Emulsi yang pertama omo atau sebagai “minyak dalam air” atau “air dalam minyak”
dari emulsi. Jenis emulsi tergantung pada sifat-sifat fase terdispersi dan fase kontinyu. Jika
fasa minyak didispersikan dalam fasa berair kontinu, emulsi dikenal sebagai “minyak dalam
air”. Jika fase air adalah fase terdispersi dan fase minyak adalah fase kontinu, maka dikenal
sebagai “air dalam minyak”
Apakah emulsi minyak dan air berubah menjadi emulsi “air dalam minyak” atau emulsi
“minyak dalam air” tergantung pada fraksi volume kedua fase dan jenis pengemulsi yang
digunakan untuk mengemulsi mereka.

29
Sifat Emulsi
 Partikel-partikel emulsi tak terhindarkan membentuk struktur tak omogeny yang dinamis
dalam skala kecil.
 Emulsi adalah sistem yang sangat tidak stabil dan memerlukan zat pengemulsi atau
pengemulsi (Ini biasanya merupakan zat aktif permukaan yang juga dikenal sebagai
“surfaktan”).
 Emulsi dibuat dengan pencampuran kontinu atau agitasi dari dua fase
 Ketika disimpan untuk jangka waktu yang lebih lama atau dalam kasus tidak adanya zat
pengemulsi, fase dalam emulsi cenderung terpisah, menghasilkan “retak emulsi” atau “fase
inversi”.
Bagaimana mekanisme pembentukan emulsi?
Dalam pembentukan emulsi terlebih dahulu tegangan permukaanditurunkan dengan
menambahkan surfaktan jenis emulgator yang akanteradsorpsi ke dalam tetes cairan dan
memecah tetes cairan tersebut menjaditetesan yang lebih kecil, kemudian emulgator akan
membentuk sebuah lapisan pelindung pada tiap-tiap tetes cairan untuk mencegah terjadinya
koalesens,dengan cara bagian hidrofilik akan mengarah ke air dan bagian lipofilik
akanmengarah ke minyak. Selanjutnya untuk mencegah antara tetes dispersi yangsatu dengan
yang lainnya berdekatan (saling melekat), maka dibutuhkanadanya suatu potensial zeta yang
dapat menimbulkan lapisan listrik gandasehingga terjadi gaya tolak menolak antar tetes
terdispersi. Agar terbentuksuatu misell, maka dibutuhkan sejumlah surfaktan untuk mencapai
CMC(Critical Micelle Concentration). Sehingga dapat menghasilkan suatu emulsiyang lebih
stabil. Penggunaan emulgator ganda akan menghasilkan emulsi yang lebihstabil karena dapat
menghasilkan lapisan pelindung ganda pada permukaan tetesan.
Macam  – macam Kerusakan Emulasi
 Creaming : Merupakan merupakan suatu bentuk kerusakan emulsi secara estetika.Hal ini
pasti terjadi pada zat terdispersi yang memiliki bobot jenis yanglebih besar dibandingkan
dengan zat pendispersinya. Kerusakan ini bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan
melakukan pengocokan.
 Flokulasi : Kerusakan ini terjadi akibat lemahnya gaya tolak menolak (potensialzeta)
antara tetes-tetes terdispersi, sehingga mengakibatkan tetesterdispersi tersebut saling
berdekatan. Hal ini dapat diatasi juga dengan pengocokan, namun untuk mencegah
terjadinya pelekatan yang kuat, makaditambahkan koloid pelindung (musilago) untuk
melindungi permukaantetes terdispersi tersebut, jadi akan mudah terlepas saat dikocok.

30
 Oswald Ripening : Merupakan suatu jalan untuk menuju ke sebuah
koalesens(penggabungan tetes terdispersi).
 Koalesens : Merupakan suatu bentuk kerusakan yang diakibatkan oleh kurangnyasurfaktan
yang digunakan, sehingga lapisan pelindung pada permukaantetesan lemah. Jadi tetesan
tersebut akan berfusi (bergabung) membentuksuatu tetesan yang berdiameter lebih besar.
Kerusakan ini bersifatirreversibel dan akan menyebabkan terjadinya pemisahan fase
(cracking).
 Inversi fase : Kerusakan ini terjadi karena volume fase terdispersi hampir sama jumlahnya
dengan fase pendispersi sehingga terjadi perubahan tipe dario/w menjadi w/o atau
sebaliknya.

BAB XXVI

Konsutltasi Apoteker tentang sediaan elixir


Evaluasi dan KontrolKualitas

1.Pemeriksaanmakroskopik

31
Pemeriksaandariemulsimultipledapatdilakukandenganmatatelanjang.
Kestabilandariemulsijugamerupakansyaratkestabilandalammultipelemulsi.
Pemeriksaandapatdilakukanuntukmengidentifkasiterjadiatautidaknyakestabilandalam
multipelemulsisepertipemisahanfasa,cracking,creaming,sedimentasi,agregasi,flokulasi
dan
deflokulasidarimultipelemulsi.Karakteristikfisiklainsepertiperubahanvolum,perubahan
warna, homogenitas, warna, dayasebar, dan konsistensidapat juga
dilakukanterhadapmultipelemulsi.

Tipeemulsidapatditentukandenganmenambahfasekontinuataufaseeksternalpada
multipelemulsiyangtelahdibuat.Pengujianterhadapkonduktivitasdapatjuga
dilakukanuntukmenentukantipemultipelemulsiyangterbentuk,
karenahanyamultipelemulsiM/A/M yang dapatmengalirkanlistrik

2. Pemeriksaanmikroskopik

Penggunaanmikroskopcahayaataupunmikroskopelektronuntukmelihatdroplet
atauglobulemulsiyang
terbentukdapatdilakukanuntukmemastikanterbentuknyamultipelemulsi. Bentuk
droplet darimultiple emulsi yang unikdapatdijadikansebagai parameter
terbentuknyamultipelemulsi yang baik. Beberapadaripemeriksaanmikroskopik
yangdapatdilakukanadalah.

a. Fotomikrograf

fotomikrografmerupakanpotretmikroskopikdarimultiple emulsi. Dari


fotomikrografkitamendapatgambarandarisuatumultipelemulsi.
fotomikrografdapatdigunakanutukmelihatstrukturdarimultipelemulsiselainitu juga
dapatdigunakanuntukmelihatadaatautidaknyaketidakstabilansepertikoalesens,kestabila
n yang disebabkan oleh gayageser juga dapatdilihatmelaluimetodeini

b.videomikrograf

Perbedaanvideomikrograf dan
fotomikrografadalahvideomikrografmemberikangambaran yang
bergerakkarenamenggunakankamera video untukmerekampergerakan
dropletdariwaktukewaktu. teknikinidapatdigunakanuntukmemahamidan
melihatmekanismeterjadinyaketidakstabilan pada multiple emulsi.

c. Kapilermikroskopik

Keuntungandarimetodeinidariteknikpemerikasanmikroskopik yang lain


adalahmemberikangambaransejakdaritahappreparasidarimultipelemulsi yang dibuat.
jikaTeknik mikroskopik yang lain menganalisisglobul yang
terbentukdalamsistembulk, dengan kata lain hanyaketikamultipelemulsitelahterbentuk

32
dan secarakolektif,
metodekapilermikroskopikdapatmenaganalisismulaidariterbentuknyamultipelemulsi
dan dapatmenganalisispembentukanmultipelemulsisecara individual
(perdroplet)ketikafasemultipelemulsidicampur dan dilewatkanpada pipa kapiler yang
sagat tipis (diameter 150-200um).

BAB XXVII

33
BAB XXVIII

34
1. Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi
adalah sediaan seperti tersebut diatas, dan tidak termasuk kelompok suspensi
yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topical, dan lain- lain.
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa
campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa
yang sesuai segera sebelum digunakan. (Depkes, 2014).
Terdapat beberapa alasan pada pembuatan suspensi, Sebagai contoh, obat
tertentu tidak stabil secara kimia dalam larutan tetapi stabil bila disuspensikan.
Dalam kasus tersebut, suspensi menjamin stabilitas kimia ketika diberikan terapi
dengan cairan. Pada sebagian besar pasien, bentuk sediaan cair lebih disukai
disbanding bentuk sediaan padat karena lebih mudah untuk menelan cairan dan
fleksibilitas penggunaan rentang dosis (Ansel, 2013).
Pada pembuatan suspensi dikenal 2 macam sistem, yaitu :
1. Sistem deflokulasi, dan
2. Sistem flokulasi.
Sifat – sifat relatif dari partikel flokulasi dan deflokulasi dalam
suspensi adalah sebagai berikut (Anief, 1993)

a. Metode Pembuatan Suspensi :

1) Metode dispersi

35
Serbuk yang terbagi harus didispersi dalam cairan pembawa.
Umumnya sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi
yang penting adalah partikel-partikel harus terdisperi betul di dalam fase air.
Mendispersi serbuk yang tidak larut dalam air kadang-kadang sukar. Hal ini
disebabkan karena adanya udara, lemak dan lain-lain kontaminan pada
permukaan serbuk

2) Metode presipitasi

Dengan pelarut organik dilakukan dengan zat yang tidak larut dalam
air dilarutkan dulu dalam pelarut oegani yang dapat dicampur dengan air,
lalu ditambahkan air suling dengan kondisis tertentu. Pelarut organik yang
digunakan adalah etanol, metanil, propilenglikol dan gliserin. Yang perlu
diperhatikan dengan metode ini adalah kontrol ukuran partikel yaitu
terjadinya bentuk polimorfi atau hidrat dari kristal (Anief, 1993)

BAB XXIX

36
BAB XXX

37
Tujuan Pembuatan suspensi rekonsitusi

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu suspensi
yang siap digunakan atau suspensi yang direkonstitusikan dengan sejumlah air atau
pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Jenis produk ini umumnya campuran
serbuk yang mengandung obat dan bahan pensuspensi yang dengan melarutkan dan
pengocokan dalam sejumlah cairan pembawa (biasanya air murni) menghasilkan
bentuk suspensi yang cocok untuk diberikan.

Suspensi kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat
akan digunakan. Agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi yang
homogen maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi. Komposisi
suspensi kering biasanya terdiri dari bahan:

1. pensuspensi
2. pembasah
3. pemanis
4. pengawet
5. penambah rasa atau aroma buffer
6. dan zat warna.

Obat yang biasa dibuat dalam sediaan suspensi kering adalah obat yang tidak
stabil untuk disimpan dalam periode waktu tertentu dengan adanya pembawa air
(sebagai contoh obat-obat antibiotik) sehingga lebih sering diberikan sebagai
campuran kering untuk dibuat suspensi pada waktu akan digunakan. Biasanya
suspensi kering hanya digunakan untuk pemakaian selama satu minggu dan dengan
demikian maka penyimpanan dalam bentuk cairan tidak terlalu lama

Kriteria Suspensi dan Suspensi Kering Suatu sediaan suspensi yang baik harus
memenuhi kriteria tertentu. Kriteria dari suatu sediaan suspensi yang baik adalah

Pengendapan partikel lambat sehingga takaran pemakaian yang serba sama dapat
dipertahankan dengan pengocokan sediaan. Seandainya terjadi pengendapan selama
penyimpanan harus dapat segera terdispersi kembali apabila suspensi dikocok.

38
Endapan yang terbentuk tidak boleh mengeras pada dasar wadah. Viskositas suspensi tidak
boleh terlalu tinggi sehingga sediaan dengan mudah dapat dituang dari wadahnya.
Memberikan warna, rasa, bau serta rupa yang menarik.

Sedangkan kriteria suatu sediaan suspensi kering yang baik adalah

Kadar air serbuk boleh melebihi batas maksimum. Selama penyimpanan serbuk harus stabil
secara fisik seperti tidak terjadi perubahan warna, bau, bentuk partikel dan stabil secara kimia
seperti tidak terjadi perubahan kadar zat aktif dan tidak terjadi perubahan pH yang drastis.
Pada saat akan disuspensikan, serbuk harus cepat terdispersi secara merata di seluruh cairan
pembawa dengan hanya memerlukan sedikit pengocokan atau pengadukan. Bila suspensi
kering telah dibuat suspensi maka suspensi kering dapat diterima bila memiliki kriteria dari
suspensi.

Macam-macam Bentuk Sediaan Suspensi

Suspensi dalam dunia farmasi terdapat dalam berbagai macam bentuk, hal ini terkait dengan
cara dan tujuan penggunaan sediaaan suspensi tersebut. Beberapa bentuk sediaan suspensi

antara lain:

A. Suspensi injeksi intramuskuler (mis: suspensi penisilin)


B. Suspensi sub kutan
C. Suspensi tetes mata (mis : suspensi hidrokortison asetat)
D. Per oral (mis : suspensi amoksisilin)
E. Rektal (mis : suspensi para nitro sulfatiazol)
F. Sebagai reservoir obat
G. Patch transdermal
H. Formulasi topikal konvensional

Suspensi yang mengendap harus dapat menghasilkan endapan yang dapat


terbagi rata kembali bila dikocok, karena hal ini merupakan suatu persyaratan dari
suatu suspensi. Pengendapan itu sendiri disebabkan adanya tegangan antar permukaan
zat padat dengan zat cairnya, bila tegangan antar pemukaan zat padat ini lebih besar
dari tegangan permukaan zat cairnya, maka zat padat tersebut akan mengendap dan
sebaliknya bila tegangan antar permukaan zat padat lebih kecil maka zat padat
tersebut akan ditekan ke atas sehingga pengendapan tidak akan terjadi. Untuk

39
memperkecil tegangan antar permukaan maka diperlukan zat pensuspensi yang
bekerja menurunkan tegangan permukaan. Selain tegangan permukaan zat yang
memiliki energi bebas yang besar tidak stabil dalam bentuk suspensi. Untuk
mendapatkan suspensi yang stabil maka energi bebas tersebut harus diturunkan.
Hubungan energi bebas, tegangan permukaan dan luas permukaan dalam suatu
suspensi

Partikel Seringkali sulit untuk mendispersikan serbuk yang mengandung udara


yang teradsorpsi atau yang mengandung sedikit lemak atau kontaminan lain. Serbuk
tersebut tidak dapat dibasahi dengan segera, dan walaupun memiliki kerapatan yang
tinggi, ia akan mengambang di permukaan cairan tersebut. Daya membasahi dari
suatu serbuk ditentukan dengan mengamati sudut kontak yang dibuat oleh serbuk
dengan permukaan cairan. Sudut kontak ini mendekati 90º jika partikel mengambang
di permukaan cairan. Serbuk yang tidak mudah dibasahi dengan air menunjukkan
sudut kontak yang besar. Serbuk yang dapat dibasahi dengan segera oleh air bila
bebas dari kontaminan yang teradsorpsi disebut hidrofilik. Surfaktan sangat berguna
dalam mengurangi tegangan antarmuka antarpartikel-partikel zat padat dan suatu
pembawa dalam pembuatan suatu suspensi. Sebagai akibat dari tegangan pemukaan
yang menjadi rendah, perpanjangan sudut kontak diperendah , udara digantikan
permukaan partikel, dan akan terjadi Koloid Pelindung Dengan memberikan lapisan
mekanik pada suatu zat terdispersi maka agregasi dari suatu partikel dapat dicegah.
Formulator cenderung membuat suspensi yang terflokulasi karena

Bahan Pensuspensi dan Bahan Tambahan Lainnya

Dalam formulasi suatu sediaan suspensi perlu adanya bahan tertentu untuk menunjang
terbentuknya suatu sediaan suspensi yang diinginkan. Bahan–bahan pensuspensi tersebut
berfungsi memperlambat pengendapan, mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak.
Bahan pensuspensi bekerja dengan cara meningkatkan viskositas. Bahan pensuspensi dapat
dibagi menjadi beberapa golongan yaitu

A. Golongan polisakarida

1. Gom arab, tragakan dan akasia.

40
2. Dari sumber alam seperti agar-agar, alginat dan pektin.

3. Selulosa sintetik seperti CMC dan tilosa.

B. Golongan silikat seperti bentonit, veegum dan alumunium

1. Golongan protein seperti gelatin

2. Polimer-polimer organik seperti karbopol

Dalam membuat suatu sediaan suspensi kering diperlukan bahan-bahan


tambahan lainnya, bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan suspensi
kering yang mengandung ekstrak akar kucing ini adalah.

1. Bahan Pensuspensi Merupakan derivat selulosa

yang banyak digunakan dalam formulasi farmasetik pada penggunan oral dan
topikal. Umum digunakan sebagai bahan penyalut, pembentuk lapisan film, bahan
penstabil, bahan pensuspensi, pengikat tablet dan bahan penambah viskositas.
Berbentuk serbuk putih, tidak berbau dan tidak berasa. HPMC bersifat higroskopis
sehingga dapat menyerap air dari lingkungannya, kemampuan menyerap air
bergantung pada kelembaban dan temperatur lingkungan. HPMC larut dalam air
dingin membentuk larutan koloid kental, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol
dan eter. HPMC inkompatibel dengan bahan pengoksidasi

2. Pemanis

Merupakan pemanis yang banyak digunakan dalam poduk makanan dan obat,
lebih manis 180-200 kali dari gula. Stabil dalam kondisi kering, berbentuk serbuk
kristal putih, dengan rasa yang manis. Aspartam larut dalam air

3. Pengisi

Adalah gula yang diperoleh dari susu dalam bentuk anhidrat atau mengandung
satu molekul air hidrat. Berbentuk serbuk atau massa hablur, berwarna putih atau
putih krem, tidak berbau dengan rasa sedikit manis. Laktosa stabil di udara tetapi
mudah menyerap bau. Laktosa mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih. Laktosa umum di gunakan

41
BAB XXXI

ketidakstabilansuspensi (FlokulasidanDeflokulasi)

Ketidakstabilansuatususpensimenyebabkansuspensidapatmengalamipengendapand

anpenggumpalanpartikel.Tipepengendapan yang

dapatterjadiadalahflokulasidandeflokulasi.

1. Flokulasi

Flokulasiterjadiapabilagayatolakmenolakantarpartikelrelatifkecilsehinggapartikelcend

erunguntukmendekatdanmenggumpaldenganjarak yang cukupuntukmembuatflokulat

yang renggang. Partikel yang terflokulasiakanmengendapdengancepattetapi,

karenaikatanantarpartikellemahmenjadimudahuntukdidispersikankembali.

DalamSistemFLOKULASI : “Partikel TERFLOKULASI adalahterikatlemah,

cepatmengendap, mudahtersuspensikembalidantidakmembentuk cake”

2. DeflokulasiJikaenergitolakmenolakantarpartikeltersuspensitinggi (akibatpotensial zeta

terlalutinggiatauterlalukecil) makapartikeltidakakanmenggumpal (berkelompok).

Bilapartikelmengendapsecarasempurnamakapartikel-

partikeltersebutmembentuksusunan yang tertutupdenganpartikel-

partikelkecilmengisiruang-ruangdaripartikelbesar. Partikel-partikel di

bawahsemakintertekanolehpartikeldiatassehingga lama-lama menjadimasa yang

kompak (caking) dantidakdapatdikembalikandenganpengocokan. DalamSistem

DEFLOKULASI : “Partikel TERDEFLOKULASI

mengendapperlahandanakhirnyamembentuksedimendanterjadiagregasidanselanjutnya

cake yang kerasdansukartersuspensikembali”

42
BAB XXXII

43
BAB XXXIII

44
 

45

Anda mungkin juga menyukai