Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 2


Dasar Teori ............................................................................. 2
Tujuan Praktikum .................................................................
BAB II SKRINNING RESEP
Kelengkapan Resep
Penggolongan Obat dan Indikasi Obat
Obat tak Tercampurkan dan Interaksi Obat
Perhitungan Dosis Maksimal
Penimbangan
Cara Kerja
Etiket dan Copy Resep
BAB III PEMBAHASAN
Pembahasan
Pemberian Informasi Obat (PIO)
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 DASAR TEORI


Sediaan cair atau potio adalah obat minum dengan penggunaan secara
oral yang berupa sirup, larutan suspensi atau emulsi. secara umum formulasi
untuk sediaan cair antara lain :
1) Bahan obat/zat aktif
2) Pelarut
Umumnya digunakan air suling atau air demineral/aquadest, bila
obat dalam bentuk garamnya maka akan mudah larut dalam air suling,
kelarutan zat aktif bergantung juga pada kesesuaian tetapan disosiasi
dan pH larutannya, seperti Fenobarbital, dalam susana basa pH 8
mudah larut karna fenobarbital merupakan garam yang larut dalam air
pada pH itu, tetapi bila pH diturunkan kurang dari pH 8 maka
fenobarbital akan sulit untuk larut, untuk berbagai kejadian, zat yang
sukar larut ditambahkan pelarut pembantu (kosolven) seperti etil
alkohol, propilenglikol, gliserin, atau campuran dari pelarut-pelarut
tersebut.
3) Dapar
Dapar diperlukan untuk menjaga/menyangga agar pH larutan
tidak berubah, dengan tujuan agar kestabilan zat aktif tidak berkurang
disebabkan pH, umumnya konsentrasi dapar tidak boleh melampaui
0,1 M. Untuk sediaan antibiotik penambahan dapar dimaksutkan
untuk memperlambat penguraian zat aktif oleh pH yang berubah.
4) Pemanis
Pemanis digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dari obat
dan untuk meningkatkan keterimaan pasien dalam mengkonsumsi
obat, rasa manis umumnya berasal dari sukrosa, tingkat kemanisan
sukrosa dapat digolongkan menjadi :
Manis ringan : kurang dari 50% sukrosa ekuivalen
Manis sedang : mengandung pemanis 50-100% sukrosa
ekuivalen
Manis sekali : mengandung lebih dari 100% sukrosa ekuivalen
5) Zat-zat penambah rasa
Asam sitrat kadar 0,25-1,0 % biasanya digunakan untuk
mengurangi rasa asin dari sediaan, dan natrium klorida dengan kadar
0,25-0,5% dapat memperbaiki rasa larutan yang sangat manis.
6) Pengawet
Larutan mengandung air sangat rentan akan pertumbuhan
bakteri yang akan menguraikan zat-zat dalam sediaan, sehingga dapat
merusak kualitas sediaan, oleh sebab itu diperlukan pengawet untuk
menghentikan ataupun memperlama pertumbuhan bakteri, contoh
metil paraben dan propil paraben.
7) Pengaroma
Aroma juga diperlukan untuk menambah daya tarik obat, rasa
pahit umumnya ditutupi oleh aroma coklat, sitrun, atau permen,
pengaroma bisa juga berupa minyak atsiri, vanili, adas manis, coklat
dan kopi.
8) Pewarna
Terdapat 3 jenis pewarna yang boleh digunakan dalam sediaan
farmasi:
Zat pewarna FD & C : untuk makanan, obat, dan kosmetik
Zat pewarna D & C : obat dan kosmetik
Zat pewarna D & C : untuk pemakaian topikal/non oral dan
kosmetik
9) Pembantu kestabilan
Zat-zat ini digunakan untuk membantu kestabilan pada sediaan :
Antioksidan untuk mencegah terurainya sediaan oleh reaksi
oksidasi, contoh natrim metabisulfit dan natrium bisulfit dengan
kadar 0,05-0,5%.
Chelating agent untuk mengikat logam logam berat yang
berfungsi mengkatalis reaksi menjadi kompleks, contoh
dinatrium edetat dengan kadar 0,01-0,05%
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mampu membaca resep untuk sediaan larutan beserta skrinning resep
2. Mengetahui dan memahami juga melatih keterampilan dalam
membuat sediaan larutan.
3. Memahami cara pembuatan larutan dengan bahan obat Sanprima tab,
Pehachlor dan Syrup Simplex.
4. Mengetahui dan mempelajari kemudahan dan kesulitan yang didapat
dalam membuat sediaan larutan.
5. Terampil membuat salinan resep.
6. Terampil dan mampu membuat etiket secara benar.
7. Terampil dalam memberi informasi obat kepada pasien.
BAB II
SKRINNING RESEP

2.1 Kelengkapan Resep

1. Tidak ada nama dokter


2. Tidak ada SIP dokter
3. Tidak ada paraf dokter
4. Tidak ada alamat pasien

2.2 Penggolongan Obat dan Indikasi Obat

Nama obat PO Indikasi Obat


Sanprima tab DG Antibiotik

Pehaclor DG Antihistamin

PGS DW Suspending agent


Syr Simplex DW Zat tambahan

2.3 Obat tak Tercampurkan dan Interaksi Obat


Sanprima tab sukar larut dalam air.
Penyelesaian: ditambah PGS 2% dari volume.
2.4 Perhitungan Dosis Maksimal
15
Kadar Syr Simplex = 100 100 % = 15 % (BJ = 1)

CTM (-/40mg) : FI III hal. 963


100
cth = 5
= 20

0,024
Kandungan /cth = 20 = 0,0012 = 1,2 /
5
1 hari = 5+12 40 = 11,76
3 1,2
% 1 hari = 11,76
100 % = 30,6 %

2.5 Penimbangan
No. Nama Obat Jumlah yang Keterangan
ditimbang
1 Sanprima tab 5 tab
2 Pehaclor 6 tab
3 PGS 2g 2
100 = 2
100
4 Syr. Simplex 15 g
5 Aqua ad 100

2.6 Cara Kerja

Siapkan alat dan bahan.


Tara botol dan cawan penguap
Ambil dan timbang : Masukkan Sanprima tab,
Sanprima tab 5 tab Pehachlor dan PGS kedalam
Pehaclor 6 tab mortir, gerus ad homogen
PGS 2 g
Syr Simplex 15 g

Tambahkan Syr. Simplex, gerus Tambahkan air 14 ml (7 x


ad larut, encerkan sedikit dengan PGS), gerus ad homogen
air, masukkan kedalam botol

Kemas dan beri etiket putih


Tambahkan aquadest ad 100 g dan label kocok dahulu.
Signa 3 x sehari 5 ml
2.7 ETIKET dan COPY RESEP
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
Pada resep ini yang dilakukan adalah membuat sediaan suspensi
dengan bahan obat Sanprima tab, Pehachlor tab, PGS dan Syr. Simplex.
Sanprima tablet merupakan obat yang mengandung 2 macam bahan
obat yaitu Trimetoprim dan Sulfametoksazol. Trimetoprim mempunyai
nama lain Trimethoprimum. Berkhasiat sebagai anti bakteri. Pemerian
berupa serbuk putih, tidak berbau, rasa sangat pahit dengan kelarutan sangat
sukar larut dalam air. Sulfametoksazol mempunyai nama lain yaitu
Sulfamethoxsazolum. Berkhasiat sebagai anti bakteri. Dengan pemerian
serbuk hablur putih, putih sampai hampir putih, praktis tidak berbau, rasa
pahit. Kelarutan praktis tidak larut dalam air.
Pehachlor merupakan nama dagang dari CTM. Dimana CTM
merupakan nama lain dari Chlorpheniramini maleas dan Klorfeniraminaton
maleat yang berkhasiat sebagai antihistamin. Pemerian berupa serbuk
hablur, putih; tidak berbau, rasa pahit. Dengan kelarutan mudah larut dalam
air; larut dalam etanol dan kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam
benzena.
PGS mempunyai nama lain Pulvis Gummosis berfungsi sebagai
Suspending Agent. Pemerian berupa serbuk putih hampir tidak berbau, rasa
tawar seperti lendir.
Syrup Simplex mempunyai nama lain syr gula. Berkhasiat sebagai
corrigen saporis atau untuk memperbaiki rasa obat. Pemerian cairan jernih,
tidak berwarna, rasa manis.
Pada resep ini terdapat bahan obat yang sukar larut dengan air, yaitu
Sanprima tab sehingga perlu ditambahkan Pulvis Gummosis (PGS) sebagai
suspending agent. Jumlah PGS yang digunakan adalah sebanyak 2% dari
volume.
Pertama yang dilakukan pada resep ini adalah memasukkan Sanprima
tab, Pehachlor dan PGS kedalam mortir, gerus ad homogen. Setelahnya
tambahkan aqua sebanyak 14 ml (7 x bobot PGS), gerus ad homogen.
Setelah homogen tambahkan Syr. Simplex, gerus ad larut, encerkan sedikit
dengan air, masukkan kedalam botol. Lalu tambahkan aqua ad 100 gr.
Terakhir kemas dan beri etiket putih dan label kocok dahulu serta signa 3 x
sehari 5 ml.
Pada resep ini terdapat Dosis Maksimal (DM) yaitu pada CTM
sehingga perlu perhitungan dosis maksimal dengan menggunakan rumus
young.
3.2 Pemberian Informasi Obat (PIO)
Pada resep ini khasiat sediaan adalah untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Didalam sediaan mengandung zat aktif
Trimetoprim dan Sulfametoksazol, obat ini berkhasiat sebagai antibiotik
yang penggunaannya harus dihabiskan, karena jika tidak dihabiskan dapat
menyebabkan resistensi obat. Untuk aturan minumnya 3 x sehari 5 ml,
sebaiknya diminum dengan air yang banyak dan diminum sekitar 1 jam
sesudah makan. Untuk sediaan ini perlu diperhatikan waktu meminumnya,
yaitu diminum tiap 8 jam sekali.
Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual, muntah, ruam kulit,
diare, demam, gatal; serta nyeri otot dan sendi. Pemakaian harus
dihentikan jika tanda-tanda awal reaksi alergi seperti ruam, gatal, sakit
tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya muncul,
karena jika terjadi bisa berakibat fatal.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan :
Bahan obat yang digunakan adalah Sanprima tab, Pehachlor tab, PGS
dan Syr. Simplex.
Sanprima tab sukar larut dalam air sehingga perlu penambahan PGS
sebanyak 2% dari volume.
Pasien mengalami infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Obat diminum 3 x sehari 5 ml, setiap 8 jam.
Sebaiknya diminum sesudah makan dan dengan minum air yang
bannyak..
Terdapat Dosis Maksimal (DM) yaitu pada CTM sehingga perlu
perhitungan dosis maksimal.

4.2 Saran
Nama dokter tidak dituliskan, seharusnya ditulis.
SIP dokter tidak dituliskan, seharusnya ditulis.
Alamat pasien tidak dituliskan, seharusnya dituliskan.
Untuk penyimpanan obat, sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup
baik dan pada tempat yang kering serta terlindung dari cahaya.
Baca aturan pakai, jika sakit berlanjut hubungi dokter.
Hati-hati menggunakan obat selain obat pada resep tersebut, jika ingin
mengkonsumsi obat lain harap konsultasikan terlebih dahulu kepada
dokter atau apoteker.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 2007. Ilmu Resep Jilid I. Depkes RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai