Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktikum merupakan suatu pembelajaran dengan mahasiswa melakukan percobaan
dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Praktikum memiliki kelebihan tersendiri
dengan metode pembelajaran yang lainnya, yaitu: mahasiswa langsung memperoleh
pengalaman dan keterampilan dalam melakukan praktikum, mempertinggi partisipasi
mahasiswa baik secara individu maupun kelompok, Mahasiswa belajar berfikir melalui
prinsip-prinsip metode ilmiah atau belajar mempratekkan prosedur kerja berdasarkan metode
ilmiah (Djamarah, 2010). Pembelajaran dengan praktikum sangat efektif untuk mencapai
seluruh ranah pengetahuan secara bersamaan, antara lain melatih agar teori dapat diterapkan
pada permasalahan yang nyata (kognitif), melatih perencanaan kegiatan secara mandiri
(afektif), dan melatih penggunaan instrumen tertentu (psikomotor) (Rahayuningsih,
2005).Salah satu kelebihan pembelajaran praktikum (laboratorium) adalah mahasiswa dapat
berlatih secara trial and error, dapat mengulang-ulang kegiatan atau tindakan yang sama
sampai benar-benar terampil (Sumiatun, 2013).

1.2 Tujuan Praktikum


Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat
1. Mahasiswa mampu membuat resep dengan benar sesuai resep dokter
2. Mampu menemukan resep standar dari suatu resep
3. Mampu menggolongkan obat yang terdapat dalam resep
4. Dapat memahami cara kerja dalam membuat sediaan
5. Dapat mengetahui bentuk bahan, khasiat, dosis, dan efek samping dari bahan-bahan
yang ada pada resep
6. Diharapkan mahasiswa dapat memberikan edukasi tentang obat tersebut kepada
pasien
7. Mahasiswa mampu membuat salinan resep dengan benar

1
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Larutan

Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan suatu jenis obat atau lebih
dalam pelarut, dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau untuk
dimasukkan kedalam rongga tubuh. Disesuaikan dengan tujuan penggunaan, larutan dibagi
menjadi larutan steril dan larutan tidak steril. Jika nama larutannya tidak disebutkan, larutan
dibuat dengan menggukan air sebagai pelarut.
Larutan steril meliputi larutan untuk pemakaian luar dalam pengonatan luka dan kulit
terkupas, laruta anti koagulan, iritasi kandung kemih, larutan dialisaintraperitoneum dan
larutan pekat untuk pembuatan injeksi. Semua alat yang digunakan dalam pembuatan larutan
steril termasuk wadahnya, harus betul-betul bersih sebelum digunakan. Obat dilarutkan dalam
pelarut yang tersedia dan larutkan dijernihkan dengan menyaring. Masukkan dalam wadah
yang kemudian ditutup dan disterilkan dengan cara sterilisasi yan sesuai. Larutan steril harus
memenuhi syarat Uji sterilisaasi yang tertera pada Farmakope Indonesia.
Larutan tidak steril meliputi larutan untuk obat dalam , baik larutan yang langsung diminum
ataupun larutan yang harus diramu lebih dahulu, larutan obat luar untuk kulit yang tidak
terkelupas dan laruta hemodialis. Selama pembuatan harus diperhatikan agar ssedapat
mungkin harus dihindarkan terjadinya kontaminasi jasadrenik.
Larutan antiseptikum mudah seklai dicemari jasadrenik yang telah resisten. Karena itu
dalam pembuatan larutan ini harus diperhatikan hal sebagai berikut. Larutan harus dibuat
menggunakan air suling atupun air yang baru saja didihkan dan wadah yang digunakan harus
betul-betul bersih, lebih baik disterilkan lebih dahulu, tutup gabus jangan digunakan. Larutan
ini tidak boleh digunakan lebih lama dari satu minggu sejak tutupnya telah dibuka pertama
kali. Larutan antiseptikum yang digunakan untuk luka, mata atau yang dimasukkan kedalam
rongga tubuh harus disterilkan dan diberikan dalam keadaan steril.
Penyimpanan : untuk larutan steril, dalam wadah tertutup rapat yang harus mudah dibedakan
dengan wadah untuk larutan transfuse termasuk larutan indus.
Catatan : pada etiket larutan steril harus juga tertera “larutan steril, tidak disuntikkan”

2
2.2 Sirop

Sirop adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok yang didalamnya ditambahkan
obat atau zat wewangi, merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol,
sorbital atau polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain itu untuk
menghalangi pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkan kelarutan obat.
Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa, C12 H22 O11, tidak kurang dari 64% dan tidak
lebih dari 66%.
Sirop simpleks, sirop gula adalah larutan gula yang dibuat dengan melarutkan 65 bagian gula
dalam larutan metil paraben 0,25% b/v secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirop.
Sirop obat adalah sirop yang mengandung suatu jenis obat atau lebih, dengan atau zat
tambahan lain, dimaksudkan untuk digunakan dalam pengobatan. Sirop obat merupakan
pelengkap sediaan yang serasi untuk dijadikan larutan persediaan bagi obat tertentu yang
digunakan dalam pembuatan obat yang mendadak.
Sirop wangi adalah sirop yang yang umumnya tidak mengandung obat, tetapi mengandung
zat wewangi atau zat lain yang berbau sedap, dimaksudkan untuk digunakan sebagai zat
pembawa atau wewangi untuk pembuatan obat mendadak. Tujuan utama pembuatan sirop ini
adalah untuk menutupi rasa tau bau obat yang tidak enak.
Larutan gula encer merupakan medium yang baik untuk pertumbuha cendawan, ragi dan
lain jasadernik. Karena itu, semua alat yang dipakai dalam pembuatan sirop harus betul-betul
bersih. Air yang digunakan adalah air suling segar dan selama pembuatan sedapat mungkin
harus dihindarkan terjadinya cemaran jasadernik kedalam sediaan. Pertumbuhan jasadernik
umumnya diperlambat jka kadar sakarosa lebih dari 65% tetapi pada kepekatan ini mungkin
terjadi penghabluran sakarosa.
Sirop umumnya dibuat dengan jalan melarutkan gula dalam cairan sirop panas, jika perlu
dididihkan, kemudian tambahkan air mendidih secukupnya hingga bobot yang dikehendaki.
Busa yang terbentuk dibuang dengan cara yang sesuai, kemudian ditapis.
Cairan sirop adalah cairan yang digunakan untuk melarutkan gula, dapat berupa saribuah,
saribuah buatan, ekstrak cair atau infus. Sirop yang dibuat dari simplisia yang mengandung
glukosida antrakinon, kecuali dinyatakan lain, harus dibuat dengan penambahan Natrium
Karbonat sebanyak sepersepuluh bobot simplisianya.
Kecuali dinyatakan lain, sirop yang dibuat untuk persediaan dan sirop yang dibuat dari
simplisia seperti akar alte, kulitbuah jerukmanis, balsam tolu, kulit kayumanis, akarmanis,
buah frambos, akar senega dan herba timus, harus ditambah metil paraben sejumlah 0,25%

3
b/v atau zat penganwet lain yang cocok. Pengenceran sirop kecuali diyatakan lain, jika dosis
yang diminta atau ditulis lebih kecil atau tidak merupakan kelipatan 5 mL, sirop harus
diencerkan, sebaiknya dengan sirop simpleks, sehingga dosis yang diberikan menjadi 5 mL
atau kelipatan daripadanya.

2.3 Emulsi

Emulsi adalah berupa campuran yang terdiri dari dua fase cairan dalam sister disperse;
fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairannya lainnya.
Umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi. Fase cairan terdispersi disebut fase dalam;
sedangkan fase cairan pembawanya disebut fase luar jika fase dalam berupa minyak atau
larutan dalam minyak dan fase luarnya air atau larutan, emulsi disebut emulsi minyak-air ,
disingkat emulsi m-a; sedangkan jika sebaliknya, emulsi disebut emulsi air-minyak ,disingkat
a-m. kecuali dinyatakan lain, emulsi adalah emulsi m-a yang dimaksudkan unttuk obat dalam.
Emulsi menggunakan zat pengemulsi sintetik, umumnya dibuat sebagai berikut; zat
pengemulsi yang mudah larut dalam air, terlebih dahulu dilarutkan dalam air atau fase air
sedangkan zat pengemulsi yang mudah larut dalam minyak, terlebih dahulu dilarutkan dalam
minyak atau fase minyak; lemak atau malam dipanaskan 10° diatas suhu leburnya. Fase air
terlebih dahulu dipanaskan 2° diatas fase suhu minyaknya dan tambahkan sedikit demi
sedikit kedalam fase minyak sambil dikocok kuat-kuat, kocok terus hingga dingin. Panaskan
selama pembutan emulsi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi lewat panas.
Semua alat perlengkapan yang digunakan untuk pembuatan emulsi harus bersih dan kering.
Zat pengemulsi. Dapat digunakan salah satu zat pengemulsi berikut :
Zat pengemulsi alam : antara lain gelatin, gomarab, lemak bulu domba, tragakan.
Zat pengemulsi sintetik: antara lain amulgida, kolesterol, poliglikol, polisorbat, sorbitan, atau
surfaktan lain yan cocok.
Zat pengawet dapat digunakan metil paraben, propil paraben, campuran metil paraben dan
propil paraben, asam sorbet atau zat pengawet lain yang cocok.
Zat antioksidan dapat digunakan butilhidrosanisol, butilhidroksitoluen, propil galat, asam
sitrat atau zat antioksidan lain yang cocok.
Penyimpanan. Dalam wadah tertutup rapat berupa botol mulut lebar
Catatan pada etiket harus juga tertera “kocok dahulu”

4
BAB III

RESEP

3.1 Resep Sirop

3.1.1 Resep Asli Obat Batuk Putih

Dr. Djoen
SIP : 503/DKK/DU/VII/2014
Jl. KH harun Nafsi Gg. Dharma
Samarinda
(0541) 7269413
Samarinda, 17 juni 2015

R/ OBP 60 mL

S.t.dd.Cth 1

Pro : An. Wanda (10 th)


Alamat : Jl. Ciptomangunkusumo No.20

3.1.2 Keterangan Resep

R/ : Recipe : Ambillah

S : Signa : Tandai

t. dd : Ter de die : Tiga kali sehari

Cth 1 : Cochalear these unam : Satu sendok teh

Pro : Untuk

3.1.3 Kelengkapan Resep

Nama dokter : Ada

Sip dokter : Ada

Alamat doker : Ada

5
Incriptio : Ada

Invecatio : Ada

Paraescriptio : Ada

Signatura : Ada

Subcriptio : Tidak ada

Nama pasien : Ada

Umur pasien : Ada

Alamat pasien : Ada

3.1.4 Resep Standar

Obat Batuk Putih (Fornas hal. 250)

POTIO ALBA

Tiap 100 mL mengandung

Ammoniae Anisi Spiritus 1g

Oleum menthae piperitae gtt 1

Sirupus simplex 10 g

Aqua destilata hingga 100 mL

3.1.5 Penggolongan Obat

Ammoniae Anisi Spiritus : obat bebas

Oleum menthae piperitae : zat tambahan (corigens odoris)

Sirupus simplex : zat tambahan (corigens saporis)

Aqua destilata : zat tambahan (pelarut)

6
3.1.6 Uraian Bahan

1. Ammoniae anisi spiritus (FI edisi V hal. 327)

Nama resmi : SOLUTIO AMONIAE SPIRITUOSA ANISATA

Nama lain : Spiritus amoniae anisatus

Pemerian : zat cair yang mula-mula tidak berwarna, lama kelamaan menjadi berwarna
kuning muda, baunya sangat menyengat seperti minyak adas manis.

Kelarutan :-

Indikasi : Ekspektoran (meredekan batuk berdahak)

Penyimpanan : Disimpan didalam wadah tetutup rapat

2. Oleum menthae (FI edisi III hal. 458)

Nama resmi : OLEUM MENTHAE

Nama lain : Minyak permen

Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau aromatik,
rasa pedas dan hangat kemudian dingin

Kelarutan : Dalam etanol larut dalam 4 bagian volume etanol (70%)p, opalesend yang
terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi; larutan yang dibuat dengan
menambahkan 0,5mL natrium klorida 0,02 N dan 50 mL air

Indikasi : Zat tambahan ( sebagai pemberi bau)

3. Sirup simplex

Nama resmi : SIRUPUS SIMPLEX

Nama lain : sirop gula

Pemerian : cairan jernih tidak berwarna

Kelarutan :-

Indikasi : Zat tambahan

7
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk

4. Aqua destilata Fi Edisi III hal. 96

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : air suling

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa

Kelarutan :-

Indikasi : Zat tambahan (pelarut)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3.1.7 Perhitungan Bahan

1. ammoniae anisi : 60 / 100 X 1 g = 0,6 g


2. Oleum menthae diganti aqua mentepip : 1 gtt = 19 mL
3. sirup simplex : 60 / 100 X 10 = 6 g
4. Aqua destilata : 60 – ( 0,6 + 19 + 6 )

60-25,6 =34,4 mL

3.1.8 Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Kalibrasi botol 6o mL
3. Ditara kaca arloji
4. Ditimbang SASA 0,6 g
5. Diukur aqua mentepip 19 mL
6. Ditimbang sirup simplex 6 g
7. Dimasukkan sirup simplex 6 g kedalam botol
8. Dimasukkan aqua mentepip 19 mL kedalam botol
9. Dimasukkan SASA 0,6 g kedalam botol
10. Dimasukkan aquadest samapi tanda kalibrasi botol
11. Dibersihkan botol dan dikemas rapi, beri etiket putih dan label kocok dahulu tandai 3
kali sehari 1 sendok teh

8
3.1.9 Etiket

APOTEK NU FARMA
Program studi farmasi
Alamat : Harun Nafsi Gg. Dharma samarinda seberang
Apoteker : Rima Melati S.Farm.,Apt
SP. No : 28031002
Nomor : 9 Tgl: 2 juli 2019
Nama : An. Wanda
3 X sehari 1 sendok teh
Sesudah makan

KOCOK DAHULU

3.1.10 Copy Resep

APOTEK NU FARMA
Apoteker : Rima Melati S.Farm., Apt
SIA : 16061006
Jl. Harun Nafsi Gg. Dharma samarinda seberang
(0541)45372803
SALINAN RESEP
Dari dokter : Dr Djoen Tgl.Pembuatan : 2 juli 2019
Tgl. pembuatan : 17 juni 2015 No.Resep :9
Nama pasien : An. Wanda Umur pasien : 10 th
Iter :-

R/ OBP 60 mL

S. t. dd. Cth 1

det

PCC

Cap apotek dan paraf apoteker

9
3.1.11 Informasi Obat

Indikasi : Ekspektoran (meredakan batuk berdahak)

Aturan pakai : 3 kali sehari 1 sendok the

Cara pakai : Diminum (oral)

10
3.2 Resep Emulsi

3.2.1 Resep Asli

Dr. Djoen
SIP : 503/DKK/DU/VII/2014
Jl. KH harun Nafsi Gg. Dharma
Samarinda
(0541) 7269413
Samarinda, 10 juni 2015

R/ Scoots Emulsum 60 mL

S.b.dd.Cp.Pc

Pro : An. Gatot (3 th)


Alamat : Jl. Gatot Subroto No.10

3.2.2 Keterangan Resep

R/ : Recipe : ambillah

S : Signa : tandai

b. dd : bis de die : dua kali sehari

Cp : cochlear pultis : sendok bubur ( 8 ml )

Pc : post coenam : sesudah makan

Pro : Untuk

3.2.3 Kelengkapan Resep

Nama dokter : Ada

Sip dokter : Ada

Alamat doker : Ada

Incriptio : Ada

11
Invecatio : Ada

Paraescriptio : Ada

Signatura : Ada

Subcriptio : Tidak ada

Nama pasien : Ada

Umur pasien : Ada

Alamat pasien : Ada

3.2.4 Resep Standar

Emulsum olei lecoris aselli compsitus ( FMS hal.66)

R/ Ol. lec aselli 10

Ol. cinnimom 0.1

PGA 15

Natr. Hypopesph 0.5

Calcium hypopesph 0.5

Glycerin 10

Aqua 34

3.2.5 penggolongan Obat

Ol. lec aselli : obat bebas

Ol. cinnimom : obat bebas

PGA : zat tambahan (emulgator)

Natr. Hypopesph : zat tambahan

Calcium hypopesph : zat tambahan

Glycerin : zat tambahan

12
Aqua : zat tambahan (pelarut)

3.2.6 Uraian Bahan

1. Oleum lecoris (Fi edisi III hal.457)

Nama resmi : OLEUM LECORIS ASELLI

Nama lain : minyak ikan

Pemerian : cairan minyak encer, berbau khas, tengik

Kelarutan : sukar larut dalam etanol

Indikasi : sumber vitamin A dan D

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

2. Oleum cinnamomi (Fi edisi III hal.454)

Nama resmi : OLEUM CINNAMOMI

Nama lain : minyak kayu manis

Pemerian : cairan suling segar berwarna kuning bau khas

Kelarutan : dalam etanol larutkan 1 ml dalam 8 ml etanol 70 % p.

Indikasi : zat tambahan, karminativa

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

3. Gliserin (Fi edisi III hal.271)

Nama resmi : GLYCERINUM

Nama lain : gliserol

Pemerian : cairan seperti sirop jernih

Kelarutan : tidak larut dalam kloroform

Indikasi :zat tambahan

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

13
3.2.7 Perhitungan bahan

1. Ol lecoris aselli : 10/70.1 x 60 : 8.5 g


2. Ol. cinnamomi : 0.1/70.1 x 60 : 0.08 g
3. PGA : : 15/70.1 x 60 : 12.8 g
4. Natr. hypopesph : 0.5/70.1 x 60 : 0.42 g
5. Calc hypopesph : 0.5/70.1 x 60 : 0.42 g
6. Gliserin : 10/70.1 x 60 : 8.5 g
7. Aqua : 34/70.1 x 60 : 29.10 g

3.2.8 Cara kerja

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Kalibrasi botol
3. Diambil dan di timbang Ol lecoris aselli 8.5 g, ol. cinnamomi 0.08 g, PGA 12.8 g,
natr. hypopesph 0.42 g, calc hypopesph 0.42 g, gliserin 8.5 g, aqua 29.10 g.
4. Calc hypopesph dan gliserin di masukkan ke dalam beaker glass tambahkan air panas
secukupnya. Aduk ad larut (campuran A)
5. Dimasukkan air panas secukupnya ke dalam lumpang, taburkan PGA sampai
mengembang. Di gerus ad membentuk mucilage.
6. Dimasukkan ol lecoris aselli ke dalam lumpang gerus ad homogen
7. Dimasukkan campuran A ke dalam lumpang gerus ad homogen. Encerkan dengan
sebagian air
8. Dimasukkan ke dalam botol, masukkan sisa air hingga 100 ml.
9. Dikemas rapi dan di beri label kocok dahulu, etiket putih tandai 2 kali sehari 1 sendok
bubur sesudah makan

3.2.9 Etiket

APOTEK NU FARMA
Program studi farmasi
Alamat : Harun Nafsi Gg. Dharma samarinda seberang
Apoteker : Lina Apriyani S.Farm.,Apt
SP. No : 14198765
Nomor : 10 Tgl: 2 juli 2019
Nama : An. Gatot
2 X sehari 1 sendok bubur
Sesudah makan

KOCOK DAHULU

14
3.2.10 Copy Resep

APOTEK NU FARMA
Apoteker : Lina Apriyani S.Farm., Apt
SIA : 16061006
Jl. Harun Nafsi Gg. Dharma samarinda seberang
(0541)45372803
SALINAN RESEP
Dari dokter : Dr Djoen Tgl.Pembuatan : 2 juli 2019
Tgl. pembuatan : 10 juni 2015 No.Resep : 10
Nama pasien : An. Gatot Umur pasien : 3 th
Iter :-

R/ Scoots Emulsum 60 mL

S. b. dd. Cp.PC

det

PCC

Cap apotek dan paraf apoteker

3.2.11 Informasi obat

Indikasi : penambah nafsu makan

Aturan pakai : 2 kali sehari 1 sendok bubur sesudah makan

Cara pakai : di minum (oral)

15
3.3 Resep infus

3.3.1 Resep Asli

Dr. Djoen
SIP : 503/DKK/DU/VII/2014
Jl. KH harun Nafsi Gg. Dharma
Samarinda
(0541) 7269413
Samarinda, 10 juni 2015

R/ infus. Pipper. Bettle CUM


Aq. Calcis 60

S.U.C.

Pro : Tn.Donadoni
Alamat : jl. Bung Tomo No.10

3.3.2 keterangan resep

R/ :Recipe : ambillah

S.U.C :signa usus cognitus : Tandai untuk pemakaian luar

Pro : untuk

3.3.3 kelengkapan resep

Nama dokter : Ada

No hp dan alamat dokter : Ada

SIP dokter : Ada

Tempat & tanggal resep : Ada

Sediaan obat : Ada

Jumlah yang diminta : Ada

16
Paraf dokter : Tidak ada

Nama pasien : Ada

Umur pasien : Ada

Alamat pasien : Ada

3.3.4 Resep standar

Infusum piper betle cum Aqua CAV.

Infus sirih . Ar kapur.

FDI hal 63

Infus daun sirih 150 ml

Air kapur 150 ml

Di campur sebagai obat luar pengganti

3.3.5 penggolongan obat

Daun sirih : obat bebas

Kapur: zat tambahan

3.3.6 Uraian Bahan

1. CALSIUM CHLDKO HYPODORIN (dirjen Pom 1979)

Nama resmi : CALSIUM CHDLKO HYPODORIN

Nama lain : Air kapur

Pemerian: serbuk putih, kotor, bau khas.

Kelarutan: larut dalam air dan dalam etanol 95% p

Khasiat :sebagai bahan dasar sintesis

17
Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik

2.Piper betie (farmakognosi x hal.37.)

Nama resmi : PIPER BETIE

Nama lain : daun sirih

Pemerian: bau khas aromatik , rasa pedas

Kelarutan: -

Khasiat: zat tambahan

3.3.7 perhitungan bahan

1.infus daun sirih : 150 ml / 300 ml× 60 ml = 30 ml

2. air kapur : 150 ml/ 300 ml × 60 ml = 30 ml

3.3.8 Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan , di setarakan timbangan


2. Daun sirih yang segar di potong- potong menurut derajar halusnya,masukkan panci
infus + air 100di panaskan di atas penangas 90°c selama 15 menit.
3. Dinginkan kemudian di saring hingga 100 gr lalu di masukkan ke dalam botol,
selanjutnya di sebut colatur 1. Jika hasil saringan kurang dari 100 g maka kekurangan
berat di + colatur 11 yang di buat dengan jalan ampas di tuangi dengan air kemudian
di saring sebanyak kekurangan beratnya.
4. Tambahkan aqua calcis kocok hingga membentuk endapan ca.fenolat sebagai zat
berkhasiat , beri etiket dan tanda kocok dulu.

18
3.3.9 Etiket

APOTEK NU FARMA
Program studi farmasi
Alamat : Harun Nafsi Gg. Dharma samarinda seberang
Apoteker : Amniyatul Auliya Amimi S.Farm.,Apt
SP. No : 14198765
Nomor : 10 Tgl: 24 juli 2019
Nama : Tn. Donadoni
Pemakain diketahui

OBAT LUAR

3.3.10 Copy Resep

APOTEK NU FARMA
Apoteker : Amniyatul Auliya A S.Farm., Apt
SIA : 16061006
Jl. Harun Nafsi Gg. Dharma samarinda seberang
(0541)45372803
SALINAN RESEP
Dari dokter : Dr Djoen Tgl.Pembuatan : 2 juli 2019
Tgl. pembuatan : 24 juni 2015 No.Resep : 11
Nama pasien : Tn.donadoni Umur pasien :-
Iter :-

R/ infus piper betlle cum


Aq clcis

S.U.C.

det

PCC

Cap apotek dan paraf apoteker

19
3.3.11 Informasi Obat

Indikasi obat : antiseptik

Aturan pakai : diketahui

Cara pakai : Dioleskan

20
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Resep emulsi


Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri dari paling
sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lainnya. Sistem ini biasanya
distabilkan dengan adanya emulsi. Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak
dan air. Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu :
a. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air.
b. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor
yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh
emulgator yang digunakan.
Salah satu emulgator yang banyak digunakan adalah zat aktif permukaan atau lebih
dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan antar
permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase
terdispersinya. Tipe emulsi dapat ditentukan dari jenis surfaktan digunakan. Secara kimia,
molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan non polar. Apabila surfaktan dimasukkan ke
dalam sistem yang dari air dan minyak, maka gugus polar akan terarah ke fasa air sedangkan
gugus non polar terarah ke fasa minyak. Surfaktan yang mempunyai gugus polar lebih kuat
akan cenderung membentuk emulsi minyak dalam air, sedangkan bila gugus non polar yang
lebih kuat maka akan cenderung membentuk emulsi air dalam minyak. Pada percobaan kali
ini menggunakan emulgator alam yaitu PGA.
PGA merupakan emulgator yang mudah larut dalam air. Maka dari itu digunakan
pembuatan emulsi dengan metode basah. Metode basah yaitu suatu metode dalam pembuatan
emulsi dengan cara zat pengemulsi ditambahkan kedalam air (zat pengemulsi umumnya larut
dalam air) agar membentuk suatu mucilago, kemudian minyak perlahan-lahan ditambahkan
untuk membentuk emulsi, kemudiaan diencerkan dengan sisa air. Dalam pembuatan sediaan
emulsi ini, zat aktif yang digunakan yaitu minyak ikan. Minyak ikan merupakan sumber
vitamin A dan D yang sangat penting bagi pertumbuhan anak. Jenis emulsi minyak ikan ini
yaitu tipe minyak dalam air. Karena jumlah fase minyak yang ditambahkan lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah fase air. Minyak ikan akan terdispersi didalam air membentuk
globul-globul yang telah di lapisi oleh emulgator. Emulsi merupakan salah satu sediaan yang
kurang stabil.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan dari emulsi di antaranya :
a.Suhu pemanasan tidak konstan
b.Perbedaan intensitas pengadukan
c.Pencampuran kurang merata
d.Kekompakan dan elastisitas film yang melindungi zat terdispersi
e.Ketidaktelitian dalam pengamatan kestabilan emulsi.
Adapun parameter ketidakstabilan suatu emulsi dalam percobaan ini adalah
terjadinya:
a.Flokulasi dan Creaming Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang
disebabkan oleh adanya energi permukaan bebas saja. Flokulasi adalah terjadinya kelompok-
kelompok globul yang letaknya tidak beraturan di dalam suatu emulsi. Creaming adalah
terjadinya lapisan-lapisan dengan kosentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi.

21
Lapisan dengan konsentrasi yang paling pekat akan berada di sebelah atas atau di sebelah
bawah tergantung dari bobot jenis fase yang terdispersi.
b.Koalesen dan demulsifikasi Fenomena ini tejadi bukan semata-mata karena energi bebas
permukaan tetapi juga karena tidak semua globul terlapis oleh film antar permukaan.
Koalesen adalah terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan
demulsifikasi adalah proses lebih lanjut pada keadaan koalesen dimana kedua fase ini
terpisah kembali menjadi dua cairan yang tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat
diperbaiki kembali dengan pengocokan

22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Larutan adalah bentuk sediaan cair yang terdiri dari satu atau lebih zat kimia terlarut dan
zat pelarut dalam suatu larutan. Salah satu keuntungan dari larutan yaitu segera diabsorbsi
karena sudah berada dalam bentuk larutan. Sedangkan kerugiannya yaitu larutan merupakan
media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme. Solutio dengan pelarut non aqua, yaitu
pelarut pelarut yang digunakan adalah alkohol 96 %.
Untuk melarutkan solution harus memperhatikan kelarutannya karena ada larutan
yang mudah larut , sangat mudah larut, larut, agak sukar larut, sukar larut, dan praktis tidak
larut, sehingga berbeda cara melarutkannya. Selain itu solutio juga memiliki kekurangan dan
kelebihan yang harus diperhatikan misalnya penyimpanannya . karena ada larutan yang dapat
di masukkan ke dalam botol bening dan ada juga yang disimpan dalam botol gelap/coklat.

5.2 Saran

Untuk melarutkan solution harus memperhatikan kelarutannya karena ada larutan yang
mudah larut , sangat mudah larut, larut, agak sukar larut, sukar larut, dan praktis tidak larut,
sehingga berbeda cara melarutkannya. Bimbingan dan arahan dari para dosen sangat kami
harapkan dalam menyusun laporan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Prawirosujanto, sunarto dkk. 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua (halaman 314).
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

(halaman 331).
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

(halaman 332).
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

24

Anda mungkin juga menyukai