PENDAHULUAN
1
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan suatu jenis obat atau lebih
dalam pelarut, dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau untuk
dimasukkan kedalam rongga tubuh. Disesuaikan dengan tujuan penggunaan, larutan dibagi
menjadi larutan steril dan larutan tidak steril. Jika nama larutannya tidak disebutkan, larutan
dibuat dengan menggukan air sebagai pelarut.
Larutan steril meliputi larutan untuk pemakaian luar dalam pengonatan luka dan kulit
terkupas, laruta anti koagulan, iritasi kandung kemih, larutan dialisaintraperitoneum dan
larutan pekat untuk pembuatan injeksi. Semua alat yang digunakan dalam pembuatan larutan
steril termasuk wadahnya, harus betul-betul bersih sebelum digunakan. Obat dilarutkan dalam
pelarut yang tersedia dan larutkan dijernihkan dengan menyaring. Masukkan dalam wadah
yang kemudian ditutup dan disterilkan dengan cara sterilisasi yan sesuai. Larutan steril harus
memenuhi syarat Uji sterilisaasi yang tertera pada Farmakope Indonesia.
Larutan tidak steril meliputi larutan untuk obat dalam , baik larutan yang langsung diminum
ataupun larutan yang harus diramu lebih dahulu, larutan obat luar untuk kulit yang tidak
terkelupas dan laruta hemodialis. Selama pembuatan harus diperhatikan agar ssedapat
mungkin harus dihindarkan terjadinya kontaminasi jasadrenik.
Larutan antiseptikum mudah seklai dicemari jasadrenik yang telah resisten. Karena itu
dalam pembuatan larutan ini harus diperhatikan hal sebagai berikut. Larutan harus dibuat
menggunakan air suling atupun air yang baru saja didihkan dan wadah yang digunakan harus
betul-betul bersih, lebih baik disterilkan lebih dahulu, tutup gabus jangan digunakan. Larutan
ini tidak boleh digunakan lebih lama dari satu minggu sejak tutupnya telah dibuka pertama
kali. Larutan antiseptikum yang digunakan untuk luka, mata atau yang dimasukkan kedalam
rongga tubuh harus disterilkan dan diberikan dalam keadaan steril.
Penyimpanan : untuk larutan steril, dalam wadah tertutup rapat yang harus mudah dibedakan
dengan wadah untuk larutan transfuse termasuk larutan indus.
Catatan : pada etiket larutan steril harus juga tertera “larutan steril, tidak disuntikkan”
2
2.2 Sirop
Sirop adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok yang didalamnya ditambahkan
obat atau zat wewangi, merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol,
sorbital atau polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain itu untuk
menghalangi pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkan kelarutan obat.
Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa, C12 H22 O11, tidak kurang dari 64% dan tidak
lebih dari 66%.
Sirop simpleks, sirop gula adalah larutan gula yang dibuat dengan melarutkan 65 bagian gula
dalam larutan metil paraben 0,25% b/v secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirop.
Sirop obat adalah sirop yang mengandung suatu jenis obat atau lebih, dengan atau zat
tambahan lain, dimaksudkan untuk digunakan dalam pengobatan. Sirop obat merupakan
pelengkap sediaan yang serasi untuk dijadikan larutan persediaan bagi obat tertentu yang
digunakan dalam pembuatan obat yang mendadak.
Sirop wangi adalah sirop yang yang umumnya tidak mengandung obat, tetapi mengandung
zat wewangi atau zat lain yang berbau sedap, dimaksudkan untuk digunakan sebagai zat
pembawa atau wewangi untuk pembuatan obat mendadak. Tujuan utama pembuatan sirop ini
adalah untuk menutupi rasa tau bau obat yang tidak enak.
Larutan gula encer merupakan medium yang baik untuk pertumbuha cendawan, ragi dan
lain jasadernik. Karena itu, semua alat yang dipakai dalam pembuatan sirop harus betul-betul
bersih. Air yang digunakan adalah air suling segar dan selama pembuatan sedapat mungkin
harus dihindarkan terjadinya cemaran jasadernik kedalam sediaan. Pertumbuhan jasadernik
umumnya diperlambat jka kadar sakarosa lebih dari 65% tetapi pada kepekatan ini mungkin
terjadi penghabluran sakarosa.
Sirop umumnya dibuat dengan jalan melarutkan gula dalam cairan sirop panas, jika perlu
dididihkan, kemudian tambahkan air mendidih secukupnya hingga bobot yang dikehendaki.
Busa yang terbentuk dibuang dengan cara yang sesuai, kemudian ditapis.
Cairan sirop adalah cairan yang digunakan untuk melarutkan gula, dapat berupa saribuah,
saribuah buatan, ekstrak cair atau infus. Sirop yang dibuat dari simplisia yang mengandung
glukosida antrakinon, kecuali dinyatakan lain, harus dibuat dengan penambahan Natrium
Karbonat sebanyak sepersepuluh bobot simplisianya.
Kecuali dinyatakan lain, sirop yang dibuat untuk persediaan dan sirop yang dibuat dari
simplisia seperti akar alte, kulitbuah jerukmanis, balsam tolu, kulit kayumanis, akarmanis,
buah frambos, akar senega dan herba timus, harus ditambah metil paraben sejumlah 0,25%
3
b/v atau zat penganwet lain yang cocok. Pengenceran sirop kecuali diyatakan lain, jika dosis
yang diminta atau ditulis lebih kecil atau tidak merupakan kelipatan 5 mL, sirop harus
diencerkan, sebaiknya dengan sirop simpleks, sehingga dosis yang diberikan menjadi 5 mL
atau kelipatan daripadanya.
2.3 Emulsi
Emulsi adalah berupa campuran yang terdiri dari dua fase cairan dalam sister disperse;
fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairannya lainnya.
Umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi. Fase cairan terdispersi disebut fase dalam;
sedangkan fase cairan pembawanya disebut fase luar jika fase dalam berupa minyak atau
larutan dalam minyak dan fase luarnya air atau larutan, emulsi disebut emulsi minyak-air ,
disingkat emulsi m-a; sedangkan jika sebaliknya, emulsi disebut emulsi air-minyak ,disingkat
a-m. kecuali dinyatakan lain, emulsi adalah emulsi m-a yang dimaksudkan unttuk obat dalam.
Emulsi menggunakan zat pengemulsi sintetik, umumnya dibuat sebagai berikut; zat
pengemulsi yang mudah larut dalam air, terlebih dahulu dilarutkan dalam air atau fase air
sedangkan zat pengemulsi yang mudah larut dalam minyak, terlebih dahulu dilarutkan dalam
minyak atau fase minyak; lemak atau malam dipanaskan 10° diatas suhu leburnya. Fase air
terlebih dahulu dipanaskan 2° diatas fase suhu minyaknya dan tambahkan sedikit demi
sedikit kedalam fase minyak sambil dikocok kuat-kuat, kocok terus hingga dingin. Panaskan
selama pembutan emulsi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi lewat panas.
Semua alat perlengkapan yang digunakan untuk pembuatan emulsi harus bersih dan kering.
Zat pengemulsi. Dapat digunakan salah satu zat pengemulsi berikut :
Zat pengemulsi alam : antara lain gelatin, gomarab, lemak bulu domba, tragakan.
Zat pengemulsi sintetik: antara lain amulgida, kolesterol, poliglikol, polisorbat, sorbitan, atau
surfaktan lain yan cocok.
Zat pengawet dapat digunakan metil paraben, propil paraben, campuran metil paraben dan
propil paraben, asam sorbet atau zat pengawet lain yang cocok.
Zat antioksidan dapat digunakan butilhidrosanisol, butilhidroksitoluen, propil galat, asam
sitrat atau zat antioksidan lain yang cocok.
Penyimpanan. Dalam wadah tertutup rapat berupa botol mulut lebar
Catatan pada etiket harus juga tertera “kocok dahulu”
4
BAB III
RESEP
Dr. Djoen
SIP : 503/DKK/DU/VII/2014
Jl. KH harun Nafsi Gg. Dharma
Samarinda
(0541) 7269413
Samarinda, 17 juni 2015
R/ OBP 60 mL
S.t.dd.Cth 1
R/ : Recipe : Ambillah
S : Signa : Tandai
Pro : Untuk
5
Incriptio : Ada
Invecatio : Ada
Paraescriptio : Ada
Signatura : Ada
POTIO ALBA
Sirupus simplex 10 g
6
3.1.6 Uraian Bahan
Pemerian : zat cair yang mula-mula tidak berwarna, lama kelamaan menjadi berwarna
kuning muda, baunya sangat menyengat seperti minyak adas manis.
Kelarutan :-
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau aromatik,
rasa pedas dan hangat kemudian dingin
Kelarutan : Dalam etanol larut dalam 4 bagian volume etanol (70%)p, opalesend yang
terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi; larutan yang dibuat dengan
menambahkan 0,5mL natrium klorida 0,02 N dan 50 mL air
3. Sirup simplex
Kelarutan :-
7
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Kelarutan :-
60-25,6 =34,4 mL
8
3.1.9 Etiket
APOTEK NU FARMA
Program studi farmasi
Alamat : Harun Nafsi Gg. Dharma samarinda seberang
Apoteker : Rima Melati S.Farm.,Apt
SP. No : 28031002
Nomor : 9 Tgl: 2 juli 2019
Nama : An. Wanda
3 X sehari 1 sendok teh
Sesudah makan
KOCOK DAHULU
APOTEK NU FARMA
Apoteker : Rima Melati S.Farm., Apt
SIA : 16061006
Jl. Harun Nafsi Gg. Dharma samarinda seberang
(0541)45372803
SALINAN RESEP
Dari dokter : Dr Djoen Tgl.Pembuatan : 2 juli 2019
Tgl. pembuatan : 17 juni 2015 No.Resep :9
Nama pasien : An. Wanda Umur pasien : 10 th
Iter :-
R/ OBP 60 mL
S. t. dd. Cth 1
det
PCC
9
3.1.11 Informasi Obat
10
3.2 Resep Emulsi
Dr. Djoen
SIP : 503/DKK/DU/VII/2014
Jl. KH harun Nafsi Gg. Dharma
Samarinda
(0541) 7269413
Samarinda, 10 juni 2015
R/ Scoots Emulsum 60 mL
S.b.dd.Cp.Pc
R/ : Recipe : ambillah
S : Signa : tandai
Pro : Untuk
Incriptio : Ada
11
Invecatio : Ada
Paraescriptio : Ada
Signatura : Ada
PGA 15
Glycerin 10
Aqua 34
12
Aqua : zat tambahan (pelarut)
13
3.2.7 Perhitungan bahan
3.2.9 Etiket
APOTEK NU FARMA
Program studi farmasi
Alamat : Harun Nafsi Gg. Dharma samarinda seberang
Apoteker : Lina Apriyani S.Farm.,Apt
SP. No : 14198765
Nomor : 10 Tgl: 2 juli 2019
Nama : An. Gatot
2 X sehari 1 sendok bubur
Sesudah makan
KOCOK DAHULU
14
3.2.10 Copy Resep
APOTEK NU FARMA
Apoteker : Lina Apriyani S.Farm., Apt
SIA : 16061006
Jl. Harun Nafsi Gg. Dharma samarinda seberang
(0541)45372803
SALINAN RESEP
Dari dokter : Dr Djoen Tgl.Pembuatan : 2 juli 2019
Tgl. pembuatan : 10 juni 2015 No.Resep : 10
Nama pasien : An. Gatot Umur pasien : 3 th
Iter :-
R/ Scoots Emulsum 60 mL
S. b. dd. Cp.PC
det
PCC
15
3.3 Resep infus
Dr. Djoen
SIP : 503/DKK/DU/VII/2014
Jl. KH harun Nafsi Gg. Dharma
Samarinda
(0541) 7269413
Samarinda, 10 juni 2015
S.U.C.
Pro : Tn.Donadoni
Alamat : jl. Bung Tomo No.10
R/ :Recipe : ambillah
Pro : untuk
16
Paraf dokter : Tidak ada
FDI hal 63
17
Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik
Kelarutan: -
18
3.3.9 Etiket
APOTEK NU FARMA
Program studi farmasi
Alamat : Harun Nafsi Gg. Dharma samarinda seberang
Apoteker : Amniyatul Auliya Amimi S.Farm.,Apt
SP. No : 14198765
Nomor : 10 Tgl: 24 juli 2019
Nama : Tn. Donadoni
Pemakain diketahui
OBAT LUAR
APOTEK NU FARMA
Apoteker : Amniyatul Auliya A S.Farm., Apt
SIA : 16061006
Jl. Harun Nafsi Gg. Dharma samarinda seberang
(0541)45372803
SALINAN RESEP
Dari dokter : Dr Djoen Tgl.Pembuatan : 2 juli 2019
Tgl. pembuatan : 24 juni 2015 No.Resep : 11
Nama pasien : Tn.donadoni Umur pasien :-
Iter :-
S.U.C.
det
PCC
19
3.3.11 Informasi Obat
20
BAB IV
PEMBAHASAN
21
Lapisan dengan konsentrasi yang paling pekat akan berada di sebelah atas atau di sebelah
bawah tergantung dari bobot jenis fase yang terdispersi.
b.Koalesen dan demulsifikasi Fenomena ini tejadi bukan semata-mata karena energi bebas
permukaan tetapi juga karena tidak semua globul terlapis oleh film antar permukaan.
Koalesen adalah terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan
demulsifikasi adalah proses lebih lanjut pada keadaan koalesen dimana kedua fase ini
terpisah kembali menjadi dua cairan yang tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat
diperbaiki kembali dengan pengocokan
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Larutan adalah bentuk sediaan cair yang terdiri dari satu atau lebih zat kimia terlarut dan
zat pelarut dalam suatu larutan. Salah satu keuntungan dari larutan yaitu segera diabsorbsi
karena sudah berada dalam bentuk larutan. Sedangkan kerugiannya yaitu larutan merupakan
media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme. Solutio dengan pelarut non aqua, yaitu
pelarut pelarut yang digunakan adalah alkohol 96 %.
Untuk melarutkan solution harus memperhatikan kelarutannya karena ada larutan
yang mudah larut , sangat mudah larut, larut, agak sukar larut, sukar larut, dan praktis tidak
larut, sehingga berbeda cara melarutkannya. Selain itu solutio juga memiliki kekurangan dan
kelebihan yang harus diperhatikan misalnya penyimpanannya . karena ada larutan yang dapat
di masukkan ke dalam botol bening dan ada juga yang disimpan dalam botol gelap/coklat.
5.2 Saran
Untuk melarutkan solution harus memperhatikan kelarutannya karena ada larutan yang
mudah larut , sangat mudah larut, larut, agak sukar larut, sukar larut, dan praktis tidak larut,
sehingga berbeda cara melarutkannya. Bimbingan dan arahan dari para dosen sangat kami
harapkan dalam menyusun laporan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Prawirosujanto, sunarto dkk. 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua (halaman 314).
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
(halaman 331).
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
(halaman 332).
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
24