Anda di halaman 1dari 60

UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI MASKER KEFIR EKSTRAK DAUN

WIDURI (Calotropis gigantea L) TERHADAP BAKTERI


STAPHYLOCOCCUS AUREUS

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Untuk mencapai gelar Ahli Madya Farmasi ( A.Md.Farm )

Oleh :
Retno Agus Triantono
16091103

YAYASAN AL-FATAH
AKADEMI FARMASI
BENGKULU
2019
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Retno Agus Triantono
NIM : 16091103
Program Studi : Diploma III (DIII) Farmasi
Judul KTI : Uji Efektivitas Antibakteri Masker Kefir Ekstrak Daun
Widuri Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah ini merupakan


hasil karya sendiri dan sepengetahuan penulis tidak berisikan materi yang
dipublikasikan atau ditulis orang lain atau dipergunakan untuk menyelesaikan
studi di perguruan tinggi lain kecuali untuk bagian-bagian tertentu yang dipakai
sebagai acuan.
Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, maka sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis.

Bengkulu, Juli 2019

Retno Agus Triantono

i
PENGESAHAN

ii
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

SAAT KAMU MERASA LELAH DENGAN DUNIA, INGATLAH SEMUA

PERJUANGAN MU HINGGA SAMPAI DETIK INI

Saya datang, saya bimbinngan, saya ujian, saya revisi dan saya menang

If you think you can, you can !

PERSEMBAHAN

Yang Utama dari segalanya

Sembah sujud serta syukur kepada ALLAH SWT. Telah

Memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta

memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan

yang engkau berikan akhirnya karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat

terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah

Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kusayangi.

Serta semua pihak yang sudah membantu selama Penyelesaian Tugas Akhir ini....

Terimah kasih Bapak(Suyono) dan Mama tercinta (Sukini, S.Pd), Rasa terima

kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada ayah dan ibu

iii
yang telah memberikan dukungan moril dan materi, semoga ini menjadi langkah

awal untuk membuat Bapak, Ibu bahagia dan bangga karna kusadar, selama ini

belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Bapak dan Mama yang selalu membuatku

termotivasi, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik,

Terimakasih Pak, Terimakasih Ma....

Terimah kasih My Brother (Joko Partomo dan Wahyu Dwi Putrayansyah) dan

Terimakasih My Sister (Dely Susanti dan Reka Anggraini), Untuk Mamas, Ayuk,

dan Mbak tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian, hanya

karya kecil ini yang dapat aku persembahkan. Maaf belum bisa menjadi panutan

seutuhnya, tapi aku akan selalu menjadi yang terbaik untuk kalian semua....

Terimah kasih Dosen Pembimbing , Ibu Betna Dewi,M. Farm., Apt dan Aina

Fatkhil Haque, M. Farm.,Apt selaku dosen pembimbing tugas akhir saya, terima

kasih banyak.... bu..., saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah

diajari, saya tidak akan lupa atas bantuan dan kesabaran dari ibu. Serta Ibu Dewi

Winni Fauziah, M.Farm.,Apt selaku penguji yang telah memberikan banyak

masukan dan saran dalam menyelesaikan karya Tulis ini Terima kasih banyak..

bu...

Terimah kasih Pejuang Toga, Buat sahabatku FARMASI SQUAD (Agung Aji

Wahyudi , Berliana Rosita Dewi, Fahredi Syamsul, Ike Suciati, Tiara Desbi,

Kurnia Suci Indah Sari, Sisi Suryani, Windi Julianti)yang telah setia menemani

selama kuliah kemaanapun dan dimanapun terimakasih banyak yang selalu ada

disaat aku membutuhkan kalian yang selalu membantu dalam pembuatan KTI

hingga selesai dan yang selalu memberikan semangat .thankyou guys <3

iv
Terima kasih Para boys Akfar TELUR BURUNG aku bukanla apa-apa tanpa

kalian semua, tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itu kita

akan menemukan kesempatan untuk berhasil. Saya adalah salah satu dari sekian

banyak orang yang mencoba

Seluruh Dosen Pengajar, Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan

pengalaman yang sangat berarti yang telah kalian berikan kepada kami.

Serta semua pihak yang sudah membantu selama Penyelesaian Tugas Akhir ini....

Your dream today, can be your future tomorrow

Your dream today, can be your future tomorrow

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah. Karya Tulis Ilmiah tentang Uji Efektivitas Antibakteri Masker Kefir

Ekstrak Daun Widuri (Calotropis gigantea L) Terhadap Bakteri Staphylococcus

aureus ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Ahli

Madya Farmasi di Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu.

Dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis sadar banyak

kesalahan, kesulitan,dan hambatan namun berkat bantuan dan dorongan banyak

pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, penulis

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

Ibu Herlina, S.Si Pembimbing akademik yang telah memberikan masukan,

semangat, dan menyediakan waktu untuk membimbing dengan sabar kepada

penulis.

Ibu Betna Dewi, M.Farm., Apt selaku Pembimbing I yang selalu

meluangkan waktu yang telah berperan aktif dalam memberikan bimbingan,

nasihat, ide, masukan, dukungan, semangat dan motivasi kepada penulis dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Ibu Aina Fatkhil Haque, M.Farm., Apt selaku Pembimbing II yang telah

memberikan masukan, semangat, dan menyediakan waktu untuk membimbing

dengan sabar kepada penulis.

vi
Ibu Dewi Winni Fauziah, M.Farm., Apt selaku Penguji yang telah

memberikan masukan, semangat, dan menyediakan waktu untuk membimbing

dengan sabar kepada penulis.

Bapak Drs. Djoko Triyono, Apt., MM selaku Ketua Yayasan Akademi

Farmasi Al-Fatah Bengkulu.

Ibu Densi Selpia Sopianti M.Farm., Apt Selaku Direktur Akademi Farmasi

Al-Fatah Bengkulu.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun.

Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah yang penulis susun

ini bermanfaat untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Khususnya

tentang bidang ilmu kefarmasian.

Bengkulu, Agustus 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..............................................................i

PENGESAHAN......................................................................................................ii

MOTO DAN PERSEMBAHAN..........................................................................iii

KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

DAFTAR ISI.......................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi

DAFTAR TABEL................................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii

INTISARI............................................................................................................xiii

BAB I 15

PENDAHULUAN.................................................................................................15

1.1. Latar Belakang.............................................................................15

1.2. Batasan Masalah..........................................................................16

1.3. Rumusan Masalah........................................................................16

1.4. Tujuan Penelitian.........................................................................16

1.5. Manfaat Penelitian.......................................................................17

1.5.1. Bagi Akademik...................................................................17

1.5.2. Bagi Peneliti Lanjutan........................................................17

1.5.3. Bagi Instansi/Masyarakat...................................................17

BAB II 18

viii
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................18

2.1. Kajian Teori.................................................................................18

2.1.1. Daun Widuri.......................................................................18

2.1.2. Masker................................................................................20

2.1.3. Kefir....................................................................................20

2.1.4. Formulasi Sediaan Masker.................................................22

2.1.5. Staphylococcus aureus........................................................22

2.1.6. Lactobacillus Bulgaricus....................................................27

2.1.7. Antibakteri..........................................................................28

2.1.8. Amoxicillin.........................................................................28

2.1.9. Dimethyl sulfoxide (DMSO)..............................................29

2.1.10. Metode Difusi Agar.......................................................30

2.2. Kerangka Konsep.........................................................................32

BAB III 33

METODE PENELITIAN....................................................................................33

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................33

3.2. Alat dan bahan Penelitian............................................................33

3.3. Prosedur Kerja Penelitian.............................................................34

3.3.1. Sterilisasi alat dan bahan....................................................34

3.3.2. Pembuatan Media...............................................................34

3.3.3. Uji mikrobiologi.................................................................36

3.4. Analisa Data.................................................................................37

BAB IV 38

HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................38

4.1. Hasil.............................................................................................38

ix
4.2. Pembahasan..................................................................................41

BAB V 44

KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................44

5.1. Kesimpulan..................................................................................44

5.2. Saran.............................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................45

LAMPIRAN..........................................................................................................49

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tanaman Widuri....................................................................................18

Gambar 2 Staphylococcus aureus..........................................................................23

Gambar 3 kerangka konsep....................................................................................32

Gambar 4 grafik diameter zona hambat.................................................................39

Gambar 5 Gfrafik diameter zona hambat terbaik...................................................40

xi
DAFTAR TABEL

Table 1 Klasifikasi Daun widuri............................................................................18

Table 2Formula Sediaan Masker Kefir..................................................................22

Table 3 Klasifikasi Staphylacocus Aureus.............................................................22

Table 4 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri................................36

Table 5 Hasil Pengujian Efektifitas Antibakteri....................................................38

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Penelitian...............................................................................50

Lampiran 2. Tabel Perhitungan.............................................................................51

Lampiran 3 Bahan Yang Digunakan.....................................................................54

Lampiran 4. Alat Yang Digunakan........................................................................55

Lampiran 5 Proses Penelitian................................................................................57

Lampiran 6 Hasil Penelitian Replika 1..................................................................59

Lampiran 7 Hasil Penelitian Replikasi 2................................................................60

Lampiran 8 Hasil Penelitian Replikasi 3................................................................61

xiii
INTISARI

Kosmetik merupakan salah satu bagian terpenting dari penampilan dengan


beragam jenis dan merknya diantaranya masker kefir yang dipercaya baik untuk
kesehatan kulit, karena mengandung asam laktat yang berperan untuk merawat
kulit, seperti sebagai antibakteri. Masalah kulit wajah seringkali menjadi sorotan.
Salah satu masalah kulit wajah yang sering dijumpai, yaitu timbulnya jerawat.
Masker kefir ekstrak daun widuri dilakukan Pengujian antibakteri dengan
metode difusi cakram diameter 6mm terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Masker F0 konsentrasi ekstrak daun widuri 0%, F1 konsentrasi ekstrak daun
widuri 2%, F2 konsentrasi ekstrak daun widuri 4%, F3 konsentrasi ekstrak daun
widuri 6%, Fx sebagai kontrol positif dengan antibiotik amoksisilin dan Fy
sebagai kontrol negatif dengan DMSO 10%, kemudian di inkubasi selama 2x24
jam pada suhu 37º C. Zona bening diukur dibandingkan dengan standar katagori
penghambat
Hasil penelitian menunjukan ekstrak daun widuri memiliki aktivitas
antibakteri pada Staphylococcus aureus, F0 didapat rata-rata Daya hambat sebesar
2,55 mm, F1 didapatkan rata-rata daya hambat sebesar 4,26 mm. F2 didapatkan
rata-rata daya hambat sebesar 6,30 mm. F3 didapatkan rata-rata daya hambat
sebesar 8,08 mm, sedangkan pada Fx didapatkan rata-rata daya hambat sebesar
16,73 mm, dan pada Fy tidak ada zona bening.

Kata Kunci :Masker Kefir, Daun Widuri, Antibakteri ,Staphylococcus aureus

DaftarAcuan :36(1980-2016)

xiv
15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kosmetik merupakan salah satu bagian terpenting dari penampilan dengan


beragam jenis dan merknya diantaranya bedak, krim muka dan masker
(Tranggono, et al., 2007). Masker kefir yang dipercaya baik untuk kesehatan kulit,
karena di dalam kefir terdapat kandungan asam laktat yang berperan untuk
merawat kulit, seperti sebagai anti bakteri, membantu regenerasi sel kulit mati,
dan mencerahkan kulit (Nurhayati, 2016).
Masalah kulit wajah seringkali menjadi sorotan. Salah satu masalah kulit
wajah yang sering dijumpai, yaitu timbulnya jerawat. Jerawat merupakan penyakit
pada permukaan kulit wajah, leher, dada, dan punggung yang muncul pada saat
kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif sehingga pori-pori kulit akan tersumbat
oleh timbunan lemak yang berlebihan, jika timbunan itu bercampur dengan
keringat, debu dan kotoran lain, maka akan menyebabkan timbunan lemak dengan
bintik hitam di atasnya yang disebut komedo, jika pada komedo itu terdapat
infeksi bakteri, maka terjadilah peradangan yang dikenal dengan jerawat
(Djajadisastra, 2009).
Munculnya jerawat sangat mengganggu penampilan seseorang sehingga
akan segera mencari solusi untuk menghilangkan jerawat. Salah satunya
penggunaan antibiotik sebagai solusi untuk jerawat yang beberapa dekade ini
masih banyak diresepkan (Yang, et al., 2009). Akan tetapi penggunaan antibiotik
sebagai pilihan pertama penyembuhan jerawat harus ditinjau kembali untuk
membatasi perkembangan resistensi antibiotik (Swanson, 2003). Saat ini mulai
banyak yang memilih back to nature dalam pengobatan jerawat karena efek
samping lebih ringan dari pengobatan secara medis.
Salah satu tanaman herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan jerawat
adalah daun Widuri (Calotropis gigantea L). Secara tradisional daun widuri telah
digunakan sebagai tanaman obat untuk beberapa penyakit seperti paralisis,
16

pembengkakan, demam, gigitan ular beracun, penyakit vatha, cacingan dan bisul
(Kumar et al., 2011).
Pada hasil penelitian diatas, maka saya tertarik untuk meneliti efektivitas
dari sediaan masker kefir yang dikombinasikan dengan daun widuri terhadap
bakteri penyebab jerawat Staphylococcus aureus

1.2. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini hanya menguji efektivitas antibakteri


dari sediaan Masker ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea L) menggunakan
metode difusi agar dengan kertas cakram.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka penelitiakanmelakukan penelitian

Bagaimana uji efektivitas antibakteri masker kefir ekstrak daun widuri (Calotropis

gigantea L) terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

Pada formulasi berapa masker kefir ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea L)

yang paling efektif dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus

1.4. Tujuan Penelitian

Mengetahui efektivitas antibakteri masker kefir ekstrak daun widuri (Calotropis

gigantea L) terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

Mengetahui formulasi masker kefir ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea L)

yang mana paling efektif menghambat bakteri Staphylococcus aureus.


17

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Akademik

Dapat memberikan informasi ilmiah dalam bidang mikrobiologi mengenai

efektivitas antibakteri kombinasi masker kefir dan daun widuri(Calotropis

gigantea L) sebagai tanaman yang dapat menjadi sediaan masker dan juga dapat

menjadi referensi yang bermanfaat bagi mahasiswa/mahasiswi Akademi Farmasi

Al-Fatah Bengkulu.

1.5.2. Bagi Peneliti Lanjutan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan perbandingan

bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan penelitian dengan topik yang sama dan

variabel yang berbeda di masa yang akan datang.

1.5.3. Bagi Instansi/Masyarakat

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat bahwa

masker dari ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea L) dapat menghambat

pertumbuhan Staphylococcus aureus untuk pencegahan jerawat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Daun Widuri

Klasifikasi tanaman widuri (Calotropis gigantea L) adalah sebagai berikut

Table 1 Klasifikasi Daun widuri


Kingdom : Plantae
Divis : Magnoliophya
Class : Magnoliopsida
Subclas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Familia : Asclepiadaceae
Genus : Calotropis
Spesies : Calotropis gigantea L

Gambar 1 Tanaman Widuri

18
19

Tanaman widuri (Calotropis gigantea L) merupakan tanaman liar yang

perkembangbiakannya sangat cepat. Tanaman ini tersebar di seluruh Asia

Tenggara, biasanya tumbuh di tanah yang kurang subur, padang rumput kering

dari lereng-lereng gunung yang rendah, serta di pantai. Tanaman perenial ini

mempunyai persebaran di wilayah tropis dan subtropis, di benua Asia dan Afrika

(Kumar, et al., 2013).

Tanaman widuri mengandung berbagai macam senyawa kimia yang dapat

dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan

menunjukkan adanya kandungan senyawa aktif pada bagian-bagian dari tanaman

ini, antara lain:

Daun : flavonoid, polifenol, tanin, dan kalsiumoksalat serta saponin

saponin, steroid, terpenoid

Akar : adanya kandungan senyawa alkaloid, fenol, saponin

Bunga : phenol, flavonoid, gula, steroid, saponin, dan quinon (Jayakumar,

et al., 2010)

Tanaman widuri (Calotropis gigantea L) merupakan tanaman yang banyak

dimanfaatkan, baik dari bagian daun, batang, ataupun akarnya. Keterangan

Sahabbudin dan Pasaru (2009) menyatakan dari hasil penelitiannya bahwa

senyawa biokatif yang terkandung dalam daun widuri tidak hanya bersifat toksik,

tetapi juga berpengaruh terhadap pertumbuhan serangga. Pada beberapa hasil

penelitian menyatakan beberapa manfaat dari tanaman widuri adalah sebagai obat

batuk, gatal-gatal, obat sakit gigi, obat sakit telinga, epilepsi, luka, skesleo dan

juga diare (Dipalaya, et al., 2009).


20

2.1.2. Masker

Menurut (Anjani, 2013) masker adalah salah satu jenis perawatan yang

sering dimanfaatkan oleh para wanita untuk mengatasi masalah wajah, tapi belum

banyak yang tahu bahwa beda maka berbeda pula kegunaan dan fungsinya.

Untuk kulit kering, pilihlah masker yang mengandung pelembab. Biasanya

akan tertera kata moisturizing, hydrating, dan nourishing. Manfaat untuk wajah

kering adalah membantu untuk memberikan kelembaban, melembutkan, dan

memberikan rasa nyaman pada kulit wajah.

Untuk kulit berminyak , pilihlah masker seperti clay mask, deep cleansing

mask atau masker yang mengandung ekstrak lemon (jeruk nipis). Masalah kulit

berminyak biasanya adalah komedo dan jerawat. Clay (tanah liat) mampu

menyerapa kelebihan minyak, kotoran dan racun dari kulit.

Untuk kulit normal, pilih masker yang sifatnya perawatan, menyegarkan,

dan menjaga kesehatan kulit seperti masker kolagen dan masker lumpur (mad

mask). Kolagen dapat menjaga elastisitas, mengencangkan dan juga

menghaluskan kulit wajah, sedangkan lumpur kaya akan berbagai mineral penting

yang dibutuhkan kulit.

2.1.3. Kefir

Menurut Albaarri dan Murti (2003), kefir adalah produk susu yang

difermentasikan dengan menggunakan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus

lactis, Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus, dan ragi jenis khamir dalam

proses fermentasi tersebut menghasilkan asam dan alkohol. Pada tahap akhir
21

proses dilakukan dalam kemasan tertutup untuk produksi karbonat dari proses

fermentasi bakteri dan khamir.

Kefir diyakini sebagai minuman yang berkhasiat multiguna, bakteri asam

laktat dalam kefir berfungsi sebagai probiotik yang bermanfaat menjaga

keseimbangan mikroorganisme saluran pencernaan, menurunkan produksi racun

seperti fenol, ammonia dan nitrosamine. (Hull, et al,1991).

Cara menyimpan kefir yang baik adalah dengan memindahkan bibit kefir

lama kedalam susu yang di pasteurisasi secara berkala, di inkubasi semalam dan

disimpan dalam lemari es bersuhu 4-7 °C dalam kondisi ini bibit kefir tetap aktif

salama kurang lebih satu bulan

Kefir dan yoghurt adalah susu fermentasi, tetapi keduanya memiliki

perbedaan pada jenis kultur bakteri yang digunakan untuk fermentasi. Yoghurt

mengandung bakteri transisi mempertahankan kebersihan sistem pencernaan dan

menyediakan makanan untuk bakteri baik, sedangkan kefir dapat benar – benar

membersihkan saluran usus, sesuatu yang tidak dapat di lakukan yoghurt. Kefir

mengandung beberapa strain bakteri yang tidak dapat ditemukan pada yoghurt,

yaitu Lactobacillus Caucasus, Leuconostoc, spesies Acetobacter dan spesies

Streptococcus. Kefir juga mengandung ragi yang bermanfaat, seperti

Saccharomyces kefir dan Toruka kefir, yang mendominasi, mengontrol dan

menghilangkan ragi pathogen dalam tubuh manusia. (Buckle, 2010)


22

2.1.4. Formulasi Sediaan Masker

Adapun formulasi sediaan masker yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut

Table 2Formula Sediaan Masker Kefir

Konsentrasi (%)
NamaBahan Kegunaan
F0 F1 F2 F3
Ekstrak Daun
0 2% 4% 6% Zat aktif
Widuri
Na. Alginat 7,5 % 7,5 % 7,5 % 7,5 % Pengental
Nipagin 0,2 % 0,2 % 0,2 % 0,2 % Pengawet
Kefir Susu Kambing 65 % 65 % 65 % 65 % Zat aktif
Ad Ad
Aquadest ad Ad 100% Ad 100% Pelarut
100% 100%
Keterangan :

F0 : Masker kefir tanpa ekstrak daun widuri 0%

F1 : Masker kefir dengan ekstrak daun widuri 2%

F2 : Masker kefir dengan ekstrak daun widuri 4%

F3 : Masker kefir dengan ekstrak daun widuri 6%

2.1.5. Staphylococcus aureus

Menurut Syahrurahman et al., (2010) Klasifikasi Bakteri Staphylococcus

aureus adalah sebagai berikut :

Table 3 Klasifikasi Staphylacocus Aureus


Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococus
Spesies : Staphylococus Auereus
23

Gambar 2 Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat

berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur

seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak

bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 370C, tetapi membentuk pigmen

paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna

abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan

berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan Staphylococcus aureus yang

mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi

bakteri. Berbagai derajat hemolisis disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan

kadang-kadang oleh spesies stafilokokus lainnya. (Jawetz et al., 2008).

Perkembangbiakan bakteri Staphylococcus aureus dapat hidup pada kadar

ph 7,4-7,6, suhu pertumbuhan berada di 370C, dan media isolasi primer adalah

agar darah dengan oksigen yang rendah karena oksidasi intraseluler dapat

menghasilkan hidrogen peroksida yang bersifat toksik bagi bakteri (Ika Putri

Sinaga, 2015).

Infeksi Staphylococcus aureus dapat menyerang siapa saja, dari anak-anak

hingga dewasa dan lanjut usia. Bakteri Staphylococcus aureus menyebabkan


24

infeksi yang bervariasi dari ringan hingga berat, dari infeksi tenggorokan ringan

hingga radang paru-paru dan selaput otak (Wijaya, 2014).

Hingga sekarang ada sekitar 20 jenis bakteri Staphylococcus aureus yang

dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu:

Grup A, banyak ditemukan pada permukaan tubuh, seperti kulit, dan tenggorokan

Grup B, ditemukan pada saluran pencernaan dan vagina, umumnya tidak

berbahaya dan lebih sering menyerang pada bayi.

Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi

Staphylococcus aureus antara lain:

Usia dibawah 6 bulan, atau usia diatas 75 tahun

Pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti HIV, kanker, dan

kencing manis

Wanita hamil

Pengguna obat-obat terlarang atau narkoba dan alkohol

Pasien yang mendapat pengobatan yang melemahkan sistem kekebalan tubuh,

misal kemoterapi, obat kortikosteroid

Gejala pada infeksi bakteri Staphylococcus aureus bergantung pada organ yang

diserang oleh bakteri tersebut.

Infeksi tenggorokan, menimbulkan demam, rasa tidak nyaman di tenggorokan

atau gatal, dan sakit bila menelan

Infeksi kulit, berupa kemerahan yang dapat disertai rasa gatal dan adanya nanah

Infeksi pada telinga, menyebabkan demam, nyeri pada telinga, hingga gangguan

pendengaran
25

Infeksi rongga sinus di wajah, menyebabkan nyeri pada wajah, pilek berulang,

sakit kepala

Radang paru-paru (pneumonia), menimbulkan batuk, sesak nafas, nyeri dada,

demam

Sepsis, merupakan infeksi yang telah menyebar di seluruh tubuh melalui

pembuluh darah, berupa gejala demam, denyut jantung dan pernafasan yang cepat,

hingga kerusakan organ dalam

Radang selaput otak, menimbulkan sakit kepala, demam, muntah, bahkan

penurunan kesadaran.

Infeksi bakteri Staphylococcus aureus ditangani dengan penggunaan antibiotik

untuk melawan bakteri. Penggunaan antibiotik dapat melalui oral/mulut, atau

suntikan. Antibiotik diberikan harus dengan teratur dan tepat dosisnya. Bila gejala

yang timbul cukup berat maka diperlukan perawatan di rumah sakit. Obat-obatan

lain yang umum digunakan yaitu obat pendamping, seperti anti demam, anti nyeri,

dan lainnya (Wijaya, 2014).

Siklus Hidup Bakteri Staphylococcus aureus

Pengukuran pertumbuhan bakteri dapat diketahui dari kurva pertumbuhan. Kurva

pertumbuhan bakteri terbagi menjadi beberapa fase. Menurut Jawetz, et al.

(1991) , siklus pertumbuhan bakteri terdiri atas 4 fase:

Fase Lag (penyesuaian diri)

Fase lag berawal ketika beradaptasi ke lingkungan baru, dimana sel mengalami

kekurangan metabolit dan enzim sebagai hasil dari kondisi tidak menguntungkan

yang dipertahankan sebelumnya. Enzim dan senyawa intermediate dibentuk dan


26

berakumulasi hingga mencapai konsentrasi yang diperlukan untuk melanjutkan

pertumbuhan kembali.

Fase Log atau eksponensial (pembelahan)

Fase dimana material sel baru disintesis dengan kecepatan konstan, tetapi material

baru tersebut merupakan katalis, dan massa meningkat secara eksponensial. Hal

ini berlanjut hingga nutrisi dalam media habis atau terjadi akumulasi metabolit

toksik dan menghambat pertumbuhan.

Fase Stasioner

Kondisi kekurangan nutrisi atau akumulasi produk toksik mengakibatkan

pertumbuhan terhenti. Dalam beberapa kasus, sel mengalami fase stasioner

dimana jumah sel baru yang dibentuk seimbang dengan jumlah sel yang mati,

sehingga jumlah bakteri yang hidup tetap sama.

Fase Penurunan/ Kematian

Setelah periode waktu pada fase stasioner yang bervariasi pada tiap organisme dan

kondisi kultur, kecepatan kematian meningkat sampai mencapai tingkat yang

tetap. Setelah mayoritas sel mati, kecepatan kematian menurun hingga drastis,

sehingga hanya sejumlah kecil sel yang hidup.


27

2.1.6. Lactobacillus Bulgaricus

Lactobacillus bulgaricus adalah salah satu bakteri asam laktat yang

digunakan sebagai starter kultur untuk susu fermentasi. Bakteri ini dapat

ditemukan di dalam vagina dan sistem pencernaan, dimana mereka bersimbiosis

dan merupakan sebagian kecil dari flora usus. Menurut Feliatra et al. (2004)

Lactobacillus tersebar luas di lingkungan, terutama pada hewan dan produk

makanan sayur-sayuran. Mereka biasanya mendiami saluran usus burung dan

mamalia, dan vagina mamalia, dan tidak bersifat patogen. Dalam susu,

Lactobacillus bulgaricus akan mengubah laktosa menjadi asam laktat. Bakteri ini

bersifat termodurik (dapat hidup pada suhu pasteurisasi 63 – 75oC) (Helferich,

1980).

Bakteri Lactobacillus bulgaricus semakin aktif pada pH yang rendah

sehingga asam laktat yang dihasilkan akan semakin banyak. Muriana dan

Klaenhammer, (dalam Hardiningsih, 2005) mengatakan bahwa Lactobacillus

bulgaricus dapat aktif pada pH rendah dan menghasilkan asam laktat dalam

jumlah banyak. Lactobacillus bulgaricus kurang aktif pada kondisi pH netral

namun toleran asam dan mampu mesintesis kadar asam laktat dalam jumlah yang

banyak.
28

2.1.7. Antibakteri

Antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang digunakan untuk

membasmi bakteri, khususnya bakteri yang sifatnya merugikan manusia (Pelczar

dan Chan,1988), sedangkan Setiabudy (2007) menambahkan antibakteri

merupakan senyawa kimia yang dalam konsentrasi kecil mampu menghambat

bahkan membunuh bakteri.

Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba

disebut Kadar Hambat Minimal (KHM), sedangkan Kadar Bunuh Minimal

(KBM) adalah kadar minimal yang dibutuhkan untuk membunuh mikroba

(Batubara,2008). Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari

bakteriostatik menjadi bakterisidal bila kadarnya ditingkatkan melebihi KHM

(Setiabudy, 2007).

2.1.8. Amoxicillin

Amoxicillin adalah antibiotika yang termasuk ke dalam golongan penisilin.

Obat lain yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain Ampicillin,

Piperacillin, Ticarcillin, dan lain lain. Karena berada dalam satu golongan maka

semua obat tersebut mempunyai mekanisme kerja yang mirip.

Obat ini tidak membunuh bakteri secara langsung tetapi dengan cara

mencegah bakteri membentuk semacam lapisan yang melekat disekujur tubuhnya.

Lapisan ini bagi bakteri berfungsi sangat vital yaitu untuk melindungi bakteri dari

perubahan lingkungan dan menjaga agar tubuh bakteri tidak tercerai berai. Bakteri

tidak akan mampu bertahan hidup tanpa adanya lapisan ini. Amoxicillin sangat
29

efektif untuk beberapa bakteri seperti H. influenzae, N. gonorrhoea, E. coli,

Pneumococci, Streptococci, dan beberapa strain dari Staphylococci

Amoxicillin (alpha-amino-p-hydoxy-benzyl-penicillin) adalah derivat dari

6 aminopenicillonic acid, merupakan antibiotika berspektrum luas yang

mempunyai daya kerja bakterisida. Amoxicillin, aktif terhadap bakteri gram

positif maupun bakteri gram negatif. Bakteri gram positif: Streptococcus

pyogenes, Streptococcus viridan, Streptococcus faecalis, Diplococcus pnemoniae,

Corynebacterium sp, Staphylococcus aureus, Clostridium sp, Bacillus anthracis.

Bakteri gram negatif: Neisseira gonorrhoeae, Neisseriameningitidis,

Haemophillus influenzae, Bordetella pertussis, Escherichia coli, Salmonella sp,

Proteus mirabillis, Brucella sp. (Kaur et al., 2011)

2.1.9. Dimethyl sulfoxide (DMSO)

Dimethyl sulfoxide (DMSO) yang juga dikenal dengan nama

methylsulfinylmethane atau sulfinyl-bis-methane tersusun dari atom sulfur pada

pusatnya, sedangkan dua buah gugus metil, atom oksigen, dan sebuah pasangan

elektron bebeas terletak pada sudutnya. Konstanta dielektrik DMSO sangat

tinggi, yaitu mencapai nilai 47. Hal ini mengakibatkan DMSO menjadi pelarut

universal yang unik (Jacob, 2015).

DMSO adalah salah satu pelarut organik paling kuat yang dapat

melarutkan berbagai bahan organik dan polimer secara efektif (Gaylord Chemical

Company, 2007). DMSO larut dalam air dan berbagai cairan organik lainnya,

seperti alkohol, ester, keton, pelarut terklorinasi, dan hidrokarbon aromatik


30

(Jacob, 2015). Berbeda dengan air, DMSO merupakan pelarut aprotik dipolar,

yaitu pelarut yang bukan berperan sebagai pendonor proton melainkan lebih

cenderung menerima proton. DMSO juga merupakan senyawa ampifilik, senyawa

yang memiliki karakteristik baik hidrofilik maupun hidrofobik. Oleh karena itu,

DMSO juga dikenal sebagai surfaktan (surface-active molecules) yang dapat

berperan sebagai interface antara air dan minyak. Namun, tidak seperti surfaktan

lainnya, DMSO bersifat netral. DMSO tidak bersifat asam atau basa karena

pelarut tersebut tergolong sebagai pelarut aprotik (Jacob, 2015).

Sebagai pelarut netral yang juga berperan sebagai surfaktan, DMSO

banyak digunakan sebagai pelarut ekstrak pada berbagai penelitian terkait uji

antimikrobia ekstrak tanaman. (Onyegbule, et al. 2011)

2.1.10. Metode Difusi Agar

Pada penelitian ini, masker akan diuji secara in vitro dengan menggunakan

metode difusi (difusi cakram). Kajian metode difusi yang dijelaskan meliputi

pengertian, jenis-jenis metode difusi serta pengukuran zona hambat.

Pengertian Metode Difusi

Metode difusi agar merupakan metode pengujian antibakteri yang

didasarkan pada kemampuan difusi zat antimikroba dalam lempeng agar yang

telah diinokulasikan dengan mikroba uji (Prayoga, 2013). Kerjanya dengan

mengamati daerah yang bening, yang mengidikasikan adanya hambatan

pertumbuhan mikroorganisme oleh antimikroba pada permukaan media agar

(Brooks et al, 2007).


31

Jenis-jenis Metode difusi

Metode difusi agar dapat dilakukan dengan tiga cara, diantaranya sebagai

berikut:

Metode Cakram

Metode ini paling sering digunakan untuk menentukan kepekaan kuman

terhadap berbagai macam obat-obatan. Pada metode ini menggunakan suatu

cakram kertas saring (paper disc) yang berfungsi sebagai tempat menampung zat

antimikroba. Cakram yang telah mengandung antibiotik diletakkan di permukaan

pelat agar yang telah diinokulasikan mikroba yang diuji, kemudian diinkubasi.

Hasil pengamatan yang diperoleh berupa ada tidaknya zona bening yang terbentuk

disekeliling kertas cakram (Pelczar, 1988).

Metode Parit

Dilakukan dengan cara dibuat sebidang parit pada lempeng agar yang telah

diinokulasikan dengan bakteri uji. Kemudian parit tersebut diisi oleh zat

antimikroba, selanjutnya diinkubasi. Hasil pengamatan yang diperoleh ada

tidaknya zona hambat pada daerah sekitar parit (Bonang, 1992).

Metode Sumuran

Pada lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji, dibuat

suatu lubang yang selanjutnya setiap lubang diisi dengan zat antimikroba,

kemudian di inkubasi. Hasil pengamatan yang diperoleh adalah ada tidaknya zona

hambat pada daerah sekeliling lubang (Bonang, 1992).


32

2.2. Kerangka Konsep

Uji efektivistas antibakteri masker


kefir ekstrak daun widuri(Calotropis
gigantea L) terhadap bakteri
Staphylococcus aureus

Positif memiliki daya hambat Negatif memiliki daya hambat


antibakteri terhadap Staphylococcus antibakteri terhadap staphylococcus
aureus aureus

Gambar 3kerangka konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat

Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Akademi Farmasi

Al-Fatah Bengkulu

Waktu

Penelitian telah dilakukan pada bulan Februari 2019 - Juni 2019.

3.2. Alat dan bahan Penelitian

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah inkubator, oven, labu

ukur 10 ml, autoklaf, lampu bunsen, jarum ose, timbangan analitik,

Laminar air flow, kertas saring, erlenmeyer, micropipet, hotplate, gelas

ukur, cawan petri, kain lap

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alumunium foil, DMSO

10%, aquadest, Masker kefir ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea L),

etanol 70%, bakteri Staphylococcus aureus, nutrient agar (NA), nutrient

broth (NB), paper disc, Amoxicillin.

33
34

3.3. Prosedur Kerja Penelitian

3.3.1. Sterilisasi alat dan bahan

Alat-alat yang tahan terhadap pemanasan tinggi disterilkan dengan autoclaf

pada suhu 121oC selama 15 menit pada tekanan 2 atm (Anonim, 1995).

Alat yang tidak tahan terhadap pemanasan yang tinggi disterilkan dengan

perendaman menggunakan etanol 70%,

Alat-alat logam disterilkan dengan pemanasan langsung pada lampu

spiritus hingga memijar.

Bahan-bahan seperti DMSO 10%, Larutan Induk, Media NA disterilkan

menggunakan autoclaf.

3.3.2. Pembuatan Media

Sterilkan semua alat-alat dan bahan yang digunakan


Timbang 7 gram nutrient agar (NA) dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
Tambahkan 250 ml aquadest.
Panaskan diatas hot plate hingga mendidih sambil diaduk dengan magnetic
stirrer sampai homogeny, lalu dibiarkan beberapa saat.
Erlenmeyer disumbat dengan kapas dan ditutup dengan kertas yang diikat
dengan tali.
Masukkan kedalam autoklaf untuk disterilkan selama 2 jam pada suhu 121
oC dengan tekanan 2 atm.
Setelah steril media Na dimasukkan kedalam cawan petri sebanyak 10 ml.
Kemudian dibiarkan membeku.
35

Peremajaan bakteri

Peremajaan bakteri dilakukan dengan menggunakan metode gores. Biakan murni

bakteri Staphylococcus aureus diambil satu ose kemudian di inokulasikan dengan

cara digoreskan pada media NA secara aseptik. Kemudian di inkubasi pada suhu

370C selama 24 jam (Khunaifi, 2010).

Pembuatan Suspensi bakteri

Biakan bakteri yang sudah diremajakan selama 18-24 Jam diambil satu ose

kemudian masukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi NB, lalu tutup dan

homogenkan (Ericko, 2014).

Pembuatan Kontrol negative DMSO10%

Larutkan 1 ml DMSO 100% didalam tabung reaksi kemudian tambahkan aq.dest

hingga 10 ml, kocok hingga larut, masukkan kedalam tabung reaksi.

Pembuatan Kontrol Positif

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan kemudian timbang antibiotik

amoxicillin sebanyak 50 mg, larutkan dengan aquadest steril sebanyak 25 ml

kemudian homogenkan.
36

3.3.3. Uji mikrobiologi

Media agar NA dituang sebanyak 15-20 ml ke dalam masing-masing tiga

cawan petri dan didiamkan hingga mengeras. Selanjutnya suspensi bakteri

Staphylococcus aureus diinokulasikan sebanyak 0,1 ml di atas permukaan media,

lalu diratakan dengan menggunakan batang bengkok. Masing-masing media

dibagi menjadi 6 daerah yaitu Masker kefir tanpa ekstrak daun widuri (F0),

masker kefir dengan ekstrak daun widuri 2%(F1), masker kefir dengan ekstrak

daun widuri 4%(F2), masker kefir dengan ekstrak daun widuri 6% (F3), Kontrol

Positif, dan Kontrol negatif. Semua petri diinkubasi pada suhu 370C selama 2 x

24 jam dengan posisi petri dibalik. Diamati pertumbuhan bakteri pada setiap

perlakuan. Diukur diameter zona hambat dengan menggunakan jangka sorong.

Pembacaan dan Pengukuran Zona Hambat

Prosedur pembacaan dan pengukuran diameter zona hambat sebagai

berikut Dengan menggunakan jangka sorong diukur zona hambat Dari ujung

yang satu ke ujung yang lain melalui tengah-tengah kertas cakram Yang diukur

adalah zona bening (tidak ada pertumbuhan bakteri) sekitar kertas cakram.

Table 4 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri

Respon
Diameter Zona
Hambatan
Hambat
Pertumbuhan
> 20 mm Sangat kuat
10- 20 mm Kuat
5- 10 mm Sedang
37

<5 Lemah

(Riska F dan Puguh S,2014)

3.4. Analisa Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini secara

statistik.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Pengujian efektivitas antibakteri masker kefir ekstrak daun widuri

(Calotropis gigantea L) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dilakukan dengan

menggunakan metode difusi kertas cakram yang didapat sebagai berikut :

Table 5 Hasil Pengujian Efektifitas Antibakteri

Kelompo Diameter Zona Respon


k Hambat, Rata-rata Hambat
N
Perlakua Milimiter(mm) milimiter Pertumbuha
o
n Masker Replikasi n
kefir I II II
17,7
1 Fx 14,75 17,7 16,73 Kuat
5
2 F0 1,35 3,8 2,5 2,55 Lemah
3 F1 3,1 4,85 4,85 4,26 Lemah
4 F2 5,1 6,6 7,2 6,3 Sedang
5 F3 5,1 9,25 9,9 8,08 Sedang
Tidak ada
6 Fy 0 0 0 0 zona
hambat

Keterangan :

Fx : Kontrol positif (Larutan Amoxicilin)

Fy : Kontrol Negatif (DMSO 10%)

F0 : Masker kefir tanpa ekstrak daun widuri 0%

F1 : Masker kefir dengan ekstrak daun widuri 2%

F2 : Masker kefir dengan ekstrak daun widuri 4%

F3 : Masker kefir dengan ekstrak daun widuri 6%

38
39

Diameter Zona Hambat (mm)


20 17.75
17.7
14.75
15
9.259.9
10 6.67.2
4.85
4.85 5.1
3.8 3.1
5 2.5
1.35
5.1 0 0 0
0
Fx F0 F1 F2 F3 Fy

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

Gambar 4grafik diameter zona hambat

Keterangan :

Fx : Kontrol positif (Larutan Amoxicilin)

Fy : Kontrol Negatif (DMSO 10%)

F0 : Masker kefir tanpa ekstrak daun widuri 0%

F1 : Masker kefir dengan ekstrak daun widuri 2%

F2 : Masker kefir dengan ekstrak daun widuri 4%

F3 : Masker kefir dengan ekstrak daun widuri 6%


40

Diameter Zona Hambat


16 14.75
14
12
10
8
6 5.1 5.1
4 3.1
2 1.35
0
0
Fx F0 F1 F2 F3 Fy

Zona Hambat

Gambar 5frafik diameter zona hambat terbaik

Keterangan :

Fx : Kontrol positif (Larutan Amoxicilin)

Fy : Kontrol Negatif (DMSO 10%)

F0 : Masker kefir tanpa ekstrak daun widuri 0%

F1 : Masker kefir dengan ekstrak daun widuri 2%

F2 : Masker kefir dengan ekstrak daun widuri 4%

F3 : Masker kefir dengan ekstrak daun widuri 6%

Dari Tabel III dapat dilihat bahwa pada F0 didapat rata-rata Daya hambat

sebesar 2,55 mm dengan kategori daya hambat lemah, F1 didapatkan rata-rata

daya hambat sebesar 4,26 mm dengan kategori lemah. F2 didapatkan rata-rata

daya hambat sebesar 6,30 mm dengan kategori Sedang. F3 didapatkan rata-rata

daya hambat sebesar 8,08 mm dengan kategori sangat sedang, sedangkan pada Fx

yaitu larutan Amoxicilin didapatkan rata-rata daya hambat sebesar 16,73 mm


41

dengan kategori daya hambat sangat Sedang, dan pada Fy yaitu DMSO 10% tidak

ada zona bening.

4.2. Pembahasan

Formulasi sediaan masker kefir ekstrak daun widuri dibuat dengan 4

konsentrasi yaitu 0%, 2%, 4% dan 6%. Pengujian antibakteri pada masker kefir

dengan penambahan ekstrak daun widuri untuk mengetahui daya hambat ekstrak

daun widuri yang diformulasikan dalam sediaan masker. Bakteri yang digunakan

adalah Staphylococcus aureus. Pengujian dilakukan dengan metode difusi agar.

Masker F0 dengan konsentrasi ekstrak daun widuri 0%, F1 dengan konsentrasi

ekstrak daun widuri 2%, F2 dengan konsentrasi ekstrak daun widuri 4%, F3

dengan konsentrasi ekstrak daun widuri 6% , Fx sebagai kontrol positif dengan

antibiotik amoksisilin sebanyak 1 gr dan Fy sebagai kontrol negatif dengan

DMSO 10%.

Berdasarkan data yang didapat F0 terbukti dalam menghambat bakteri

Staphylococcus aureus disebabkan karena dalam kefir memiliki bakteri asam

laktat yang dapat menghasilkan antimikroba, salah satunya asam organik (asam

laktat dan asam asetat). Asam organik yang dihasilkan oleh BAL dapat

menyebabkan penurunan pH sehingga pertumbuhan bakteri patogen yang tidak

tahan pH rendah akan terhambat. Hal ini karena asam-asam organik yang

dihasilkan oleh bakteri akan menyebabkan kandungan asam di dalam

peptidoglikan bakteri Gram positif akan meningkat sehingga dinding sel bakteri
42

akan mengeras dan menyebabkan metabolisme bakteri terhambat. (Chotiah,

2013)

Untuk formula F1, F2, F3 masker dengan ekstrak daun widuri (Calotropis

gigantea L) dapat menunjukan bahwa kandungan ekstrak daun widuri dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Semakin tinggi

konsentrasi daun widuri dalam masker maka diameter daya hambat antibakteri

akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi bahan

uji, yang berarti semakin besar jumlah zat aktif yang terkandung dalam ekstrak,

maka semakin besar pula kemampuan bahan uji dalam menghambat pertumbuhan

suatu bakteri. (Adrianto,2012)

Kontrol positif menunjukan perbedaan yang bermakna dengan kontrol

negatif dan berbagai konsentrasi masker ekstrak daun widuri, karena

menghasilkan aktivitas antibakteri dengan diameter zona hambat paling besar

terhadap bakteri uji, yaitu 16,73 mm. antibotik yang digunakan sebagai kontrol

positif yaitu amoksisilin yang memiliki spektrum luas. Mekanisme kerja dari

amoksisilin adalah dengan menghambat biosintesis dari mukopeptida dinding sel

bakteri saat bakteri bermultiplikasi ( kaur et al., 2011).

Amoksisilin, memiliki senyawa-senyawa kimia yang lebih kuat dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dibandingkan dengan

masker kefir ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea L).

Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO yang menunjukan tidak

adanya zona hambat. Pelarut DMSO merupakan pelarut organik dan tidak bersifat

bakterisida (Assidqi et al.,2012) . hal ini menandakan bahwa DMSO tidak


43

memiliki aktivitas antibakteri, sehingga dapat dipastikan aktivitas antibakteri yang

dihasilkan tidak dipengaruhi secara langsung oleh DMSO (Amalia et al.,2014).

Secara keseluruhan pada penelitian ini pengulangan dalam berbagai

konsentrasi menunjukan aktivitas antibakteri dengan terbentuknya zona hambat.

Hal ini membuktikan bahwa masker ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea L.)

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan metode difusi

agar.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan analisa data yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa:

Dari pengujian evektifitas antibakteri Masker kefir ekstrak daun widuri

( Calotropis Gigantea L) terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.

Konsentrasi paling efektif pada masker ekstrak daun widuri (Calotropis

gigantea L) yang memiliki diameter zona hambat terbesar terhadap pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus adalah formula F3 dengan konsentrasi 6% dengan

rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk sebesar 8,08 mm.

5.2. Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk uji potensi daya hambat

masker ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea L.) pada bakteri lain dan

menggunakan metode yang baru serta melakukan uji daya bunuh bakteri.

44
45

DAFTAR PUSTAKA

Adellberg, j. m. (2008). Medical microbiology. Edisi 23. Jakarta: penerbit buku

kedokteran EGC.

Albaarri, A. N. (2003). Analisa pH, Keasaman, dan Kadar Laktosa Pada. Yakult,

Yogurt, Kefir. Hasil Penelitian. Semarang.: 1.

Chotiah, S. (2013). Penapisan Bakteri Asam Laktat Penghambat Pertumbuhan

Staphylococcus aureus. Dalam B. B. Veleriner, Staphylococcus aureus

(hal. 422-425.). bogor: 6.

Hardiningsih. (2005, 6 2). Isolasi dan Uji Resistensi Beberapa Isolat Lactobacillus

pada pH Rendah. 8, hal. 148.

Jawetz, E. M. (2008). Medical Microbiology.24 ed. North America: 7.

Swanson, J. K. (2003). Antibiotic Resistance of Propionibacterium acnes in Acne

Vulgaris. Dermatology Nursing, 359-362.


46

LAMPIRAN
47

Lampiran 1. Skema Penelitian

STERILKAN ALAT DAN BAHAN

PEMBUATAN LARUTAN NA DAN


LARUTAN NB

PEMBUAT LARUTAN UJI

PEREMAJAAN BAKTERI
PEMBUATAN SUSPENSI

48

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI

ANALISIS DATA

Lampiran 2. Tabel Perhitungan

Rumus Perhitungan
Replikasi I

( Dv−Dc )+(Dh−Dc) ( 23,9−6 )+ ( 17,8−6 )


¿
2 2
(17,9 )+ (11,6 )
Fx ¿
Keterangan : 2
Dv : Diameter zona bening Vertikal (mm) ¿ 14,75 mm
Dh : Diameter zona bening Horizontal (mm)
Dc : Diameter Cakram

( 8,6−6 ) + ( 6,1−6 )
¿
2
F0 ( 2,6 ) + ( 0,1 )
¿
2
¿ 1,35 mm

F1 ( 9,1−6 )+ ( 9,1−6 )
¿
2
49

( 3,1 )+ (3,1 )
¿
2
¿ 3,1 mm

(12,1−6 ) + ( 10,1−6 )
¿
2
( 6,1 )+ ( 4,1 )
F2 ¿
2
¿ 5,1 mm

(12,1−6 ) + ( 10,1−6 )
¿
2
( 6,1 )+ ( 4,1 )
F3 ¿
2
¿ 5,1 mm

Replikasi II
( 25,9−6 )+ ( 21,6−6 )
¿
( Dv−Dc )+(Dh−Dc) 2
2 (19,9 )+ (15,6 )
¿
Fx 2
Keterangan : ¿ 17,75 mm
Dv : Diameter zona bening Vertikal (mm)
Dh : Diameter zona bening Horizontal (mm)
Dc : Diameter Cakram
( 9,2−6 )+ (10,4−6 )
¿
2
( 3,2 )+ ( 4,4 )
F0 ¿
2
¿ 3,8 mm
50

(11,1−6 )+ ( 10,6−6 )
¿
2
(5,1 )+ ( 4,6 )
F1 ¿
2
¿ 4,85 mm

(13,1−6 ) + ( 12,1−6 )
¿
2
(7,1 )+ ( 6,1 )
F2 ¿
2
¿ 6,6 mm

(15,8−6 )+ ( 14,7−6 )
¿
2
( 9,8 ) + ( 8,7 )
F3 ¿
2
¿ 9,25 mm

Replikasi III
( 25,6−6 )+ ( 21,8−6 )
¿
( Dv−Dc )+(Dh−Dc) 2
2 (19,6 ) + ( 15,8 )
F ¿
2
Keterangan : x ¿ 17,7 mm
Dv : Diameter zona bening Vertikal (mm)
Dh : Diameter zona bening Horizontal (mm)
Dc : Diameter Cakram
F (7,1−6 ) + ( 9,9−6 )
¿
0 2
(1,1 )+ ( 3,9 )
¿
2
¿ 2,5 mm
51

(11,6−6 ) + ( 10,1−6 )
¿
2
F (5,6 ) + ( 4,1 )
¿
1 2
¿ 4,85 mm

(12,5−6 ) + ( 13,9−6 )
¿
2
F ( 6,5 )+ ( 7,9 )
¿
2 2
¿ 7,2 mm

(15,1−6 ) + ( 16,7−6 )
¿
2
F ( 9,1 )+ ( 10,7 )
¿
3 2
¿ 9,9 mm

Lampiran 3 Bahan Yang Digunakan


52

Media NA dan NB
DMSO 100%

Alkohol 70% Aquadest

Kefir
53

Lampiran 4. Alat Yang Digunakan

Timbangan Cawan Petri

Inkubator
erlemeyer

Lampu Bunsen

Jarum Ose
54

Autoclaf Spatel

Lampiran 5 Proses Penelitian

Sterilisasi alat Penimbangan NB


55

Penimbangan NA Pembuatan NA dan NB

Penuanagan NA
Penimbangan Bahan Uji

Media padat Penanaman bakteri


56

Pengukuran Hasil Uji

Inkubasi media

Lampiran 6 Hasil Penelitian Replika 1

Replikasi 1
57

Lampiran 7 Hasil Penelitian Replikasi 2

Replikasi 2
58

Lampiran 8 Hasil Penelitian Replikasi 3

Replikasi 3
59

Anda mungkin juga menyukai