DISUSUN OLEH
NAMA
NIM
KELOMPOK
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmatnya penulis
telah dapat menyelesaikan penuntun praktikum sederhana guna menunjang kuliah mata
ajaran Biofarmasetika dan Farmakokinetika.
Biofarmasetika dan farmakokinetika adalah ilmu yang mempelajari proses yang
dilakukan tubuh terhadap obat (sifat fisikokimia obat, bentuk sediaan, rute pemberian)
kaitannya dengan laju dan jumlah absorpsi obat sistemik yang meliputi proses absorpsi,
distribusi, dan eliminasi. Tujuan praktikum ini adalah untuk memantapkan pengertian
dari materi yang diberikan dalam perkuliahan.
Penyusun
Halaman
Halaman Judul ……………………………………………………………...... i
Kata Pengantar ……………………………………………………………...... ii
Tata Tertib Praktikum ………………………………………………………... iv
Percobaan I. Halaman Judul Penyediaan Sampel Matrik
Biologis ................... 1
Percobaan II. Difusi Salep dan Krim Resorsinol ke dalam Agar …………….
4
Percobaan III.Profil Ekskresi Obat Melalui Urine dan Saliva Secara Semi
kuantitatif .......................................................................................................... 6
Percobaan IV.Profil Distribusi Dan Ekskresi Obat Tetes Mata Kloramfenikol
8
Percobaan V. Profil Kinetika Paracetamol pada (Kambing) .………………...
10
Percobaan VI.Analisis Obat dalam Matrik ....................................................... 14
Percobaan VII.Sistem Dispersi Padat ............................................................... 18
I. TUJUAN
Untuk mengambil contoh plasma dan serum dalam kajian ketersediaan hayati
II. PENDAHULUAN
Cara pengambilan, penyediaan dan penyimpanan contoh hayati sangat penting
untuk dipelajari, agar hasil analisis dapat diperoleh dengan baik. Analisis obat dalam
contoh hayati tidak hanya bermanfaat untuk tujuan penelitian, tetapi juga berguna dalam
pengawasan mutu obat in vivo. Cara pengambilan contoh yang seksama dan rinci perlu
diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang terukur dengan keberulangan tinggi, dengan
pengaruh yang minimal terhadap sukarelawan ataupun penderita.
Darah vena merupakan cairan hayati yang paling sering digunakan karena
berbagai alasan. Posisi pembuluh darah vena dapat dilihat dengan mudah dengan mata
dan mudah diraba, sedangkan pengambilan darah dari arteri dan kapiler lebih sukar dan
beresiko. Ada tiga metoda untuk mendapatkan darah vena, yaitu dengan menggunakan :
1. Jarum dan senyawa
2. Jarum dan tabung pengambil darah homogen
3. Kateter vena yang dipasang tetap pada infuse.
Untuk dapat mangambil darah dengan baik, maka pengusahaan tentang teknik
pengambilan contoh, dan keterampilan perlu diberikan. Disamping itu adanya kemauan
dan keberanian akan keberhasilan seseorang dalam pengambilan contoh tersebut.
Dalam percobaan ini akan dilakukan pengambilan contoh darah, penyediaan
plasma dan serum serta penyimpanan yang baik.
2. Bahan
a. Heparin
b. Ca Oksalat
c. Na Citras
d. Na EDTA 10%
e. NaCl Fisiologis
f. Alkohol 70 %
g. Aquades
h. Ayam / hewan uji yang lain
I. TUJUAN
Mengetahui dan mengamati proses difusi zat aktif dari sediaan secara semi
kuantitatif.--> data bentuk angka
II. PENDAHULUAN
Obat di dalam tubuh mengalami proses adsorpsi, sehingga obat akan terserap
dan terdistribusi secara merata. Proses adsorpsi obat dalam membrane dapat melalui
proses difusi, difusi terfasilitasi, transport aktif atau pinositas, fagositosis dan
pensorpsi.
I. TUJUAN
Agar mahasiswa memahami eksresi obat melalui urin dan saliva secara
semikuantitatif
II. PENDAHULUAN
Ekskesi obat terutama melalui ginjal berupa urin. Obat juga dapat
diekskresikan melalui cara lain seperti melalui feses, ASI, saliva, keringat, dan
lain-lain.
Beberapa obat dieliminasikan dalam bentuk tidak berubah seperti derivate
ester, barbital dan lain-lain, sedangkan sebagian besar lainnya dieliminasikan
dalam bentuk metabolitnya. Sebelum dieliminasikan obat-obat tersebut mengalami
proses biotransformasi terlebih dahulu. Proses tersebut dapat melalui mekanisme
seperti oksidasi, reduksi, demetilisasi, metilisasi atau dapat pula diubah menjadi
derivatnya berupa sulfat, glukoronat atau gliserat.
Dalam percobaan ini akan dilihat profil eksresi KI melalui urin dan saliva
secara semi kuantitatif. KI yang dieksresikan diamati menggunakan Natrium Nitrit
dalam suasana asam kuat.
c. Mucilago amily 1%
d. Tablet KI / Kapsul KI 100 mg Hipertiroid kondisi kelebihan iodium
Semi kuantitatif
Tujuan penggunaan agar bs didapatkan hasil spesifik ketika identifikasi pada
urin
2. Bahan
a. Tabung reaksi, pipet tetes, plat tetes
b. Indikator universal
c. Masker dan sarung tangan
I. TUJUAN
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami distribusi dan ekskresi obat yang
diberikan atau dipakai secara topikal (tetes mata).
II. PENDAHULUAN
Obat di dalam tubuh mengalami proses adsorbsi, distribusi, metabolisme dan
eliminasi. Obat setelah diserap akan dieliminasikan dan dieksresikan melalui urin,
saliva, kulit dan lain-lain.
Obat yang akan diberikan secara topical pada mata, misalnya tetes mata, tidak
hanya bekerja pada mata tetapi sebagiannya diabsorpsi melalui pembuluh darah dan
didistribusikan secara sistemik. Senyawa obat akan dikurangi dalam tubuh melalui
proses ekskresi.
2. Bahan
a. Pipet tetes, plat tetes
b. Beker glass 10 ml
c. Pot salep
I. TUJUAN
Agar mahasiswa mampu dan dapat memahami perhitungan parameter
farmakokinetika obat setelah pemberian dosis tunggal per oral berdasarkan data darah.
II. PENDAHULUAN
Efek suatu obat sangat tergantung pada kualitas obat bersangkutan yang sampai
pada tempat kerjanya atau lamanya obat tinggal ditempat tersebut.
Studi farmakokinetika suatu obat bermanfaat untuk:
a. Dapat mencegah antaraksi obat yang tidak diinginkan .
b. Dapat melakukan penyesuaian posologi pada kasus gagal ginjal atau hati.
c. merencanakan skema terapetik obat baru.
d. Dapat mendeteksi perbedaan individu dalam metabolisme obat.
e. Dapat menangani obat yang kurang aman.
Parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara matematis
dari model berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh dan atau metabolitnya di
dalam darah, urin, atau cairan hayati lainnya. Darah adalah tempat yang cepat dicapai
obat dan tempat yang paling ideal bagi penempatan kadar obat dalam tubuh. Dalam
praktek uji menggunkan data darah paling banyak digunakan. Karena darahlah yang
mengambil obat dari tempat absorpsi, menyebarkannya ketempat kerja obat serta
menbuangnya melalui organ eliminasi. Parameter farmakokinetika suatu obat perlu
untuk mengkaji kinetika absorpsi suatu obat, yaitu konstanta kecepatan absorpsi, luas
dibawah kurva dan fraksi obat yang diabsorpsi (ka, AUC dan fa).
Untuk kinetika distribusi adalah volume distribusi (Vd), dan untuk kinetika
eliminasi adalah klirens total (CI1) tetapan kecepatan eliminasi (Kel) dan waktu paruh
eliminasi (t ½).
Perhitungan parameter farmakokinetika dikerjakan berdasarkan data darah atau
plasma versus waktu, dengan menggunakan rumus model satu kompartemen terbuka
atau kinetika obat model dua kompartemen terbuka.
2. Kinetika Distribusi
Vd Intra Vena D/Cpo
Oral D.fa / Cpo
3. Kinetika Eliminasi
Clt Intra Vena D/AUCD.fa / AUC
Oral
Kel Intra Vena Regresi Logaritmik
Linier
Oral Regresi logaritmik
linier
Fa Intra Vena 0,693/Kel
Oral 0,693/Kel
2. Kinetika Distribusi
d. α Intra Vena Residual
Oral Residual
e. k21 Intra Vena (A.ß +B.a)/ (A+B)
Oral L.ß + M.a
f. k12 Intra Vena A + ß – k12-kel
Oral A + ß – k12 kel
g. Vc Intra Vena D / ( A + B)
Oral D. fa / (M + L)
h. Vdss Intra Vena {k12 + k21)/ k21}.Vc
Oral {k12 + k21)/ k21}.Vc
2. Bahan
a. Suspensi parasetamol 10% dalam PGS 1 %
b. HCl 6 N, NaNO2 10 % rp
c. NaOH 10%
d. Asam trikoroasetat 10%, FeCl3
e. Darah kambing
Catatan:
Penetapan waktu dan frekuensi pengambilan cuplikan serta dosis yang diberikan
sebaiknya ditentukan dari percobaan khusus. Dalam edisi ini semua variable tersebut
diperkirakan dari data yang ada.
2. Pelaksanaan Percobaan
Penetapan Parameter Farmakokinetika Parasetamol setelah pemberian per oral :
a. Timbang 1 ekor kambing dan ambil darah blangko
b. Telentangkan pada papan fiksasi, dan dengan catether mouthblock, berikan
suspensi parasetamol 10% dalam 1 % tilosa, dosis 300 mg/kg BB. Ingat segera
setelah pemasangan catether periksanlah terlebih dahulu, apakah sudah masuk
dalam lambung kambing. Celupkan ujung catether yang satu lagi kedalam air,
bila timbul gelembung udara berarti cetather masuk kedalam paru kambing.
c. Ambil darah kambing melalui vena marginalis pada menit ke 5, 10, 20,
30,45,60,90,120,150,180,240 setelah pemberian obat. Tampung dalam wadah
yang telah dibilasi antikoagulansia.
d. Darah diambil sekitar 2,5 ml
e. Berdasarkan plot log kadar vs waktu tetapkan parameter farmakokinetika
parasetamol.
PERCOBAAN 6
ANALISIS OBAT DALAM MATRIK
I. TUJUAN
II. PENDAHULUAN
Intensitas efek farmakologis atau efek toksik suatu obat banyak
bergantung pada konsentrasi obat tersebut pada reseptornya, yaitu tempat molekul
obat terikat. Reseptor merupakan suatu substrat berupa protein atau mirip protein,
umumnya terletak dalam sel di jaringan-jaringan. Oleh karena kadar obat dalam
sel belum dapat diukur maka dilakukan penentuan kadar obat dalam plasma
karena ada korelasi antara kadar obat dalam plasma dengan efekfarmakologis
obat, pengukuran kadar obat dalam plasma dapat memberikan gambar yang
memadai untuk pencatatan/memantau jalannya terapi.
Dengan memantau konsentrasi obat dalam plasma, maka penyesuaian
dosis obat secara individual dimungkinkan, serta dosis regimen yang optimal
dapat diperhitungkan.
Secara klinis, adanya variasi individual yang cukup besar dalam hal
farmakokinetika obat seringkali dilihat. Oleh karena itu, keputusan akhir untuk
menentukan terapi dengan obat hendaknya jangan hanya didasarkan pada
konsentrsi obat dalam plasma tetapi pertimbangan klinis yang sehat sangat
penting, termasuk observasi yang seksama pada penderita selama diberikan terapi
dengan obat.
Analisis obat dalam matrik biologi diperlukan dalam studi farmakologi,
farmakokinetika dan pengembangan penggunaan obat. Pada tahap
farmakokinetika penelitian meliputi aspek absorpsi, distribusi, biotransformasi dan
eliminasi. Analisis obat alam cairan biologi ditujukan untuk memonitor
penampilan sediaan obat yang ada dalam perdagangan yang meliputi studi
ketersediaan hayati, konfirmasi respon biologic, mengkorelasikan level plasma
obat dengan respon farmakologik, membuktikan adanya racun atau keracunan
serta monitoring obat pada kasus over dosis.
Agar hasil analisis dapat dipercaya, maka metoda penetapan kadar harus
memenuhi criteria antara lain nilai perolehan kembali yang tinggi (75 – 90 % atau
lebih), kesalahan acak dan sistematis kecil dari 10 %, disamping itu perlu juga
2. Bahan
a. Larutan Parasetamol dalam propilenglikol 40 % atau dalam tilose 1 % HCL 6
N, Natrium Nitrit 0,1 % rp
b. Asam sulfamat 15 %, NaOH 10%
c. Asaam trikorasetat 10%
d. Darah kelinci/ manusia/ ayam
b. Kesalahan acak
Hitung kesalahan acak (random analytical error) untuk tiap besaran.
simpanganbaku
x 100 %
Kesalahan acak = h argarata−rata
Kesalahan acak merupakan tolak ukur inpresisi suatu analisis dan bersifat
negative atau positif. Kesalahan acak identik dengan variabilitas pengukuran
dan dicermuinkan oleh tetapan variasi.
PERCOBAAN 7
SISTEM DISPERSI PADAT
II. PENDAHULUAN
Sistem dispersi padat adalah suatu sistem dispersi zat padat dengan satu
atau lebih zat aktif dalam pembawa inert pada keadaan padat. Sistem dispersi padat
dari obat yang sukar larut dengan pembawa yang mudah larut akan meningkatkan
kelarutan, disolusi dan bioavaibilitasnya. Karena keterbatasan suatu obat untuk larut
dalam cairan tubuh maka laju disolusi menjadi tahap penentu kecepatan, sehingga
dilakukan usaha untuk memodifikasi kelarutannya dengan metoda sistem dispresi
padat.
Sistem dipersi padat dapat dibuat dengan 3 cara yaitu:
1. Metoda pelarutan
2. Metoda peleburan
3. Metoda gabungan keduanya.
III. PERCOBAAN
1. Bahan
a. Glibenklamid
b. Polietilenglikol 6000
c. Etanol
d. Dapar Posfat pH 7,2
e. Es dan Wadah es
2. Alat
a. Pipet tetes
b. Objek glass & skala pentas
c. Cawan penguap
d. Hot Plate
e. Ayakan 425 µm
f. Lumpang dan stamfer