Anda di halaman 1dari 27

PENUNTUN PRAKTIKUM

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIK

DISUSUN OLEH

HAVIZUR RAHMAN, M.Farm, Apt


FITRIANINGSIH, M.Farm, Apt
FATHNUR SANI K, M.Farm, Apt

NAMA

NIM

KELOMPOK

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmatnya penulis
telah dapat menyelesaikan penuntun praktikum sederhana guna menunjang kuliah mata
ajaran Biofarmasetika dan Farmakokinetika.
Biofarmasetika dan farmakokinetika adalah ilmu yang mempelajari proses yang
dilakukan tubuh terhadap obat (sifat fisikokimia obat, bentuk sediaan, rute pemberian)
kaitannya dengan laju dan jumlah absorpsi obat sistemik yang meliputi proses absorpsi,
distribusi, dan eliminasi. Tujuan praktikum ini adalah untuk memantapkan pengertian
dari materi yang diberikan dalam perkuliahan.

Demikian penuntun ini disusun agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya


dan bila terdapat kesalahan kekurangan akan kami perbaiki dan lengkapi pada edisi
yang akan datang. Kami berterimakasih kepada teman sejawat yang bersedia memberi
kritik dan saran untuk perbaikan buku penuntun ini.

Jambi, Agustus 2019

Penyusun

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page ii


DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ……………………………………………………………...... i
Kata Pengantar ……………………………………………………………...... ii
Tata Tertib Praktikum ………………………………………………………... iv
Percobaan I. Halaman Judul Penyediaan Sampel Matrik
Biologis ................... 1
Percobaan II. Difusi Salep dan Krim Resorsinol ke dalam Agar …………….
4
Percobaan III.Profil Ekskresi Obat Melalui Urine dan Saliva Secara Semi
kuantitatif .......................................................................................................... 6
Percobaan IV.Profil Distribusi Dan Ekskresi Obat Tetes Mata Kloramfenikol
8
Percobaan V. Profil Kinetika Paracetamol pada (Kambing) .………………...
10
Percobaan VI.Analisis Obat dalam Matrik ....................................................... 14
Percobaan VII.Sistem Dispersi Padat ............................................................... 18

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page iii


TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Praktikan harus datang 15 menit sebelum praktikum dimulai
2. Sebelum praktikum diwajibkan menyerahkan laporan resmi serta
laporan sementara materi praktikum yang akan dikerjakan pada hari
itu
3. Lolos pretes dengan nilai minimal ½ + 1
4. Kehadiran praktikum 100 % (tidak ada inhal)
5. Selama praktikum dilarang makan dan minum serta gaduh di
laboratorium
6. Berpakaian rapi dan sopan (WAJIB MENGGUNAKAN JAS
PRAKTIKUM), rambut jangan terurai

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page iv


PERCOBAAN 1
PENYEDIAAN SAMPEL MATRIK BIOLOGIS

I. TUJUAN
Untuk mengambil contoh plasma dan serum dalam kajian ketersediaan hayati

II. PENDAHULUAN
Cara pengambilan, penyediaan dan penyimpanan contoh hayati sangat penting
untuk dipelajari, agar hasil analisis dapat diperoleh dengan baik. Analisis obat dalam
contoh hayati tidak hanya bermanfaat untuk tujuan penelitian, tetapi juga berguna dalam
pengawasan mutu obat in vivo. Cara pengambilan contoh yang seksama dan rinci perlu
diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang terukur dengan keberulangan tinggi, dengan
pengaruh yang minimal terhadap sukarelawan ataupun penderita.
Darah vena merupakan cairan hayati yang paling sering digunakan karena
berbagai alasan. Posisi pembuluh darah vena dapat dilihat dengan mudah dengan mata
dan mudah diraba, sedangkan pengambilan darah dari arteri dan kapiler lebih sukar dan
beresiko. Ada tiga metoda untuk mendapatkan darah vena, yaitu dengan menggunakan :
1. Jarum dan senyawa
2. Jarum dan tabung pengambil darah homogen
3. Kateter vena yang dipasang tetap pada infuse.
Untuk dapat mangambil darah dengan baik, maka pengusahaan tentang teknik
pengambilan contoh, dan keterampilan perlu diberikan. Disamping itu adanya kemauan
dan keberanian akan keberhasilan seseorang dalam pengambilan contoh tersebut.
Dalam percobaan ini akan dilakukan pengambilan contoh darah, penyediaan
plasma dan serum serta penyimpanan yang baik.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Tabung reaksi dan rak
b. Pinset
c. Beker glass

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 1


d. Gelas ukur
e. Vial
f. Kapas
g. Botol untuk penyimpan kapas yang telah dibulatkan yang telah diberi alkohol
h. Pipet tetes
i. Spet 1 cc
j. Botol tempat sisa dan buangan cairan

2. Bahan
a. Heparin
b. Ca Oksalat
c. Na Citras
d. Na EDTA 10%
e. NaCl Fisiologis
f. Alkohol 70 %
g. Aquades
h. Ayam / hewan uji yang lain

IV. PELAKSANAAN PERCOBAAN


1. Siapkan alat dan bahan
2. Bilas tabung reaksi dengan Na EDTA, keringkan.
3. Jarum suntik disterilkan dengan alkohol 70%, kemudian bilas dengan Na EDTA.
4. Siapkan 5 ml heparin 100 UI / ml dalam NaCl fisiologis.
5. Masukkan 1 tetes heparin dalam tabung reaksi yang telah dibilas dengan Na
EDTA.
6. Siapkan ayam yang akan diambil darahnya.
7. Ambil darah sebanyak 1 cc dari vena marginalis (bagian bawah sayap ayam
yang telah dibersihkan bulu-bulunya terlebih dahulu) dan masukkan ke dalam
tabung reaksi yang telah berisi antikoagulan. Bolak balik tabung tersebut
sebanyak 5 kali secara perlahan-lahan.
8. Sentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 4000 rpm.

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 2


9. Ambil bagian bening (bagian atas tabung reaksi), masukkan ke dalam tabung
reaksi, kemudian tutup, beri label.
10. Simpan pada suhu minus 20 0C.
11. Lakukan percobaan tersebut untuk masing-masing praktikan

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 3


PERCOBAAN 2
DIFUSI SALEP DAN KRIM RESORSINOL
KE DALAM AGAR

I. TUJUAN
Mengetahui dan mengamati proses difusi zat aktif dari sediaan secara semi
kuantitatif.--> data bentuk angka

II. PENDAHULUAN
Obat di dalam tubuh mengalami proses adsorpsi, sehingga obat akan terserap
dan terdistribusi secara merata. Proses adsorpsi obat dalam membrane dapat melalui
proses difusi, difusi terfasilitasi, transport aktif atau pinositas, fagositosis dan
pensorpsi.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Cawan Petri
b. Pipet tetes
c. Kertas saring
d. Tissue/serbet

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 4


Hasilnya memasukkan krim  bahan utama dan bahan tambahan bahan
utama resorsinol dalam farmasetika resorsinol + FeCl3  warna gelap
2. Bahan
a. 1 bungkus agar swallow
b. Krim Resorsinberwarna
c. Salep Resorsin  berwarna
d. FeCl3 2 %  sebagai kuning memperkuat latar dari media agar

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Siapkan 8 cawan Petri yang telah berisi media agar yang telah didinginkan.
2. Tambahkan 2 ml larutan FeCl3 ke dalam masing-masing cawan Petri sampai
menutupi semua permukaan agar.
3. Diamkan selama 2 menit, kemudian sisa larutan FeCl3 dituang, dan keringkan
agar dengan menggunakan kertas saring.
4. Buat 4 lobang pada masing-masing cawan petri.
5. Letakkan sample/sediaan uji dengan jumlah yang sama pada 4 lobang dengan
salep resorsin
6. lakukan kembali hal diatas untuk krim resorsin.

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 5


7. simpan cawan petri di dalam kulkas selama 30 menit, amati perobahan yang
terjadi. Biarkan pada suhu kamar dan amati perubahan yang terjadi setelah 2 dan
3 jam.
8. Apakah ketajaman warna dan kedalaman warna pada agar berbanding lurus
dengan jumlah resorsin yang lepas dari basisnya?
9. Penggaris

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 6


PERCOBAAN 3
PROFIL EKSKRESI OBAT MELALUI URINE DAN
SALIVA SECARA SEMI KUANTITATIF

I. TUJUAN
Agar mahasiswa memahami eksresi obat melalui urin dan saliva secara
semikuantitatif

II. PENDAHULUAN
Ekskesi obat terutama melalui ginjal berupa urin. Obat juga dapat
diekskresikan melalui cara lain seperti melalui feses, ASI, saliva, keringat, dan
lain-lain.
Beberapa obat dieliminasikan dalam bentuk tidak berubah seperti derivate
ester, barbital dan lain-lain, sedangkan sebagian besar lainnya dieliminasikan
dalam bentuk metabolitnya. Sebelum dieliminasikan obat-obat tersebut mengalami
proses biotransformasi terlebih dahulu. Proses tersebut dapat melalui mekanisme
seperti oksidasi, reduksi, demetilisasi, metilisasi atau dapat pula diubah menjadi
derivatnya berupa sulfat, glukoronat atau gliserat.
Dalam percobaan ini akan dilihat profil eksresi KI melalui urin dan saliva
secara semi kuantitatif. KI yang dieksresikan diamati menggunakan Natrium Nitrit
dalam suasana asam kuat.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Larutan Natrium Nitrit 10%
10 natrium nitrit ad 100 mL aquadest

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 7


b. Larutan H2SO4 encer (10%) 10 mL asam sulfat ad 100 mL aquadest

c. Mucilago amily 1%
d. Tablet KI / Kapsul KI 100 mg Hipertiroid  kondisi kelebihan iodium
Semi kuantitatif
Tujuan penggunaan agar bs didapatkan hasil spesifik ketika identifikasi pada
urin

2. Bahan
a. Tabung reaksi, pipet tetes, plat tetes
b. Indikator universal
c. Masker dan sarung tangan

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 8


Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut.
Didalam urin terkandung bermacam- macam zat, antara lain (1)
zat sisapembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak, (2) zat
warna empedu yang memberikan warna kuning pada urin, (3) garam,terutama
NaCl, dan (4) zat–zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C,
dan obat-obatan serta juga kelebihan zat yang yangdiproduksi sendiri
oleh tubuh misalnya hormone.

IV. PELAKSANAAN PERCOBAAN


a. Tiap kelompok memilih 2 orang sukwan yang ditetapkan
sehari sebelum percobaan.--> 1 minum obat 1 tidak minum obat
b. Pada hari praktikum sukwan meminum 2 gelas air 2 jam
sebelum praktikum
c. Sebelum obat diminum, kandung kencing dikosongkan dan
urin ditampung untuk kontrol.
d. Saliva diambil dan ditampung untuk kontrol.
e. lakukan uji kualitatif urin dan saliva sebagai berikut : 1 cc urin
kontrol/saliva kontrol ditambah 2 tetes NaNO2 10% dan 2 -3 tetes H2SO4
encer dan 1 cc mucilago amyli (indicator). Amati warna yang timbul.
NaNO2 + H2SO4 + KI  I2 + NO + K2SO4 + Na2SO4 + H2O tidak
menimbul kan reaksi
Indikator amilum digunakan untuk ikatan redoks yang melibatkan
iodine. Amilum dengan iodine membentuk senyawa kompleks amilum-
iodin yang bewarna biru tua.

f. Tiap sukwan hanya meminum 1 macam obat dengan bantuan


250 cc air.
g. contoh urine diambil setiap 30 menit selama 3 jam  30
menit, 60 menit, 90 menit, 120menit , 150, 180 menit  pada umumnya
obat ekskresikan stlh 2-3 jam mengkonsumsi.
h. dan contoh saliva diambil setiap 15 menit selama 90 menit 
15, 30, 45, 60, 75, 90.
i. Lakukan uji kualitatif setiap contoh dengan cara yang sama
seperti pada c, amati warna yang timbul.

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 9


j. Hasil uji kualitatif dinyatakan dengan tanda – (negatif) dan +
(positif).
k. Berdasarkan hasil di atas buat tabel waktu pengambilan sampel
dan hasil uji kualitatif
PERCOBAAN 4
PROFIL DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT TETES MATA
KLORAMFENIKOL

I. TUJUAN
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami distribusi dan ekskresi obat yang
diberikan atau dipakai secara topikal (tetes mata).

II. PENDAHULUAN
Obat di dalam tubuh mengalami proses adsorbsi, distribusi, metabolisme dan
eliminasi. Obat setelah diserap akan dieliminasikan dan dieksresikan melalui urin,
saliva, kulit dan lain-lain.
Obat yang akan diberikan secara topical pada mata, misalnya tetes mata, tidak
hanya bekerja pada mata tetapi sebagiannya diabsorpsi melalui pembuluh darah dan
didistribusikan secara sistemik. Senyawa obat akan dikurangi dalam tubuh melalui
proses ekskresi.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Tetes mata Kloramfenikol 5 %
b. Etanol 95%, H2SO4 2 N, NaNO2 LP FI IV 0,5 ml, NaOH 10 N
c. Kertas saring,Es, Serbuk Zn,Urea

2. Bahan
a. Pipet tetes, plat tetes
b. Beker glass 10 ml
c. Pot salep

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 10


d. Masker dan sarung tangan

IV. PELAKSANAAN PERCOBAAN


1. Tiap kelompok memilih 2 orang sukwan yang ditetapkan sehari
sebelum percobaan.
2. Pada hari praktikum sukwan diberi 2 tetes obat mata kloramfenikol.
3. Sebelum ditetesi obat mata, kandung kencing dikosongkan dan urin
ditampung untuk kontrol.
4. Saliva diambil dan ditampung untuk kontrol. Lakukan uji kualitatif urin
dan saliva sebagai berikut (FI IV) :
Larutkan 10 mg dalam 1 ml etanol 95% P, tambahkan 3 ml campuran dari 1 bagian
larutan KCl dan 9 bagian air. Tambahkan 50 mg serbuk Zn, panaskan diatas
penangas air selama 10 menit. Enap tuangkan. Tambahkan 10 mg Na Asetat
anhidrat dan 2 tetes Benzol Klorida. Kocok selama 10 menit, tambahkan 0.5 ml
larutan FeCl3, jika perlu tambahkan HCl encer secukupnya hingga larutan
jernih : terjadi warna violet merah sampai ungu. Ulangi pengujian tanpa
penambahan serbuk Zn, tidak terjadi warna violet merah sampai ungu.
5. Contoh saliva dikumpulkan setiap 2 menit selama 20 menit, dan sampel urin
dikumpulkan pada menit ke 5, 30, 60, 90 dan 120 menit setelah meminum obat.

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 11


PERCOBAAN 5
PROFIL KINETIKA PARACETAMOL PADA

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 12


(KAMBING)

I. TUJUAN
Agar mahasiswa mampu dan dapat memahami perhitungan parameter
farmakokinetika obat setelah pemberian dosis tunggal per oral berdasarkan data darah.

II. PENDAHULUAN
Efek suatu obat sangat tergantung pada kualitas obat bersangkutan yang sampai
pada tempat kerjanya atau lamanya obat tinggal ditempat tersebut.
Studi farmakokinetika suatu obat bermanfaat untuk:
a. Dapat mencegah antaraksi obat yang tidak diinginkan .
b. Dapat melakukan penyesuaian posologi pada kasus gagal ginjal atau hati.
c. merencanakan skema terapetik obat baru.
d. Dapat mendeteksi perbedaan individu dalam metabolisme obat.
e. Dapat menangani obat yang kurang aman.
Parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara matematis
dari model berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh dan atau metabolitnya di
dalam darah, urin, atau cairan hayati lainnya. Darah adalah tempat yang cepat dicapai
obat dan tempat yang paling ideal bagi penempatan kadar obat dalam tubuh. Dalam
praktek uji menggunkan data darah paling banyak digunakan. Karena darahlah yang
mengambil obat dari tempat absorpsi, menyebarkannya ketempat kerja obat serta
menbuangnya melalui organ eliminasi. Parameter farmakokinetika suatu obat perlu
untuk mengkaji kinetika absorpsi suatu obat, yaitu konstanta kecepatan absorpsi, luas
dibawah kurva dan fraksi obat yang diabsorpsi (ka, AUC dan fa).
Untuk kinetika distribusi adalah volume distribusi (Vd), dan untuk kinetika
eliminasi adalah klirens total (CI1) tetapan kecepatan eliminasi (Kel) dan waktu paruh
eliminasi (t ½).
Perhitungan parameter farmakokinetika dikerjakan berdasarkan data darah atau
plasma versus waktu, dengan menggunakan rumus model satu kompartemen terbuka
atau kinetika obat model dua kompartemen terbuka.

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 13


A. Model Satu Kompartemen Terbuka
1. Kinetika Absorpsi
Parameter Rute Perhitungan
Ka Intra Vena -
Oral Residual
AUC Intra Vena Trapezoidal
Oral Trapezoidal
Fa Intra Vena -
Oral AUC oral/AUC i.v

2. Kinetika Distribusi
Vd Intra Vena D/Cpo
Oral D.fa / Cpo

3. Kinetika Eliminasi
Clt Intra Vena D/AUCD.fa / AUC
Oral
Kel Intra Vena Regresi Logaritmik
Linier
Oral Regresi logaritmik
linier
Fa Intra Vena 0,693/Kel
Oral 0,693/Kel

B. Model Dua Kompartemen Terbuka


1. Kinetika Absorpsi
Parameter Rute Perhitungan
a. Ka Intra Vena -
Oral Residual
b. AUC Intra Vena A/a + B/ß
Oral L/a + M/ß
c. Fa Intra Vena -
Oral AUC Oral / AUC iv.b

2. Kinetika Distribusi
d. α Intra Vena Residual
Oral Residual
e. k21 Intra Vena (A.ß +B.a)/ (A+B)
Oral L.ß + M.a
f. k12 Intra Vena A + ß – k12-kel
Oral A + ß – k12 kel
g. Vc Intra Vena D / ( A + B)
Oral D. fa / (M + L)
h. Vdss Intra Vena {k12 + k21)/ k21}.Vc
Oral {k12 + k21)/ k21}.Vc

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 14


3. Eliminasi
i. Clt Intra Vena D / AUC
Oral D. fa / AUC
j. ß Intra Vena Regresi Logaritmik Linier
Oral Regresi Logaritmik Linier
k. t ½ Intra Vena 0.693 / ß
Oral 0.693 / ß
l. kel Intra Vena a, ß / k2l
Oral (a- ß) k2l

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Venoject atau catether
b. Labu ukur 100 ml, Vol pipet 0,1 : 0,2 dan 2 ml
c. pH meter, Alat suntik, Vial
d. Sentrifus, Pipet ukur 1 dan 5 ml
e. Kuvet dan spectrophotometer
f. Kalkulator FX 3600

2. Bahan
a. Suspensi parasetamol 10% dalam PGS 1 %
b. HCl 6 N, NaNO2 10 % rp
c. NaOH 10%
d. Asam trikoroasetat 10%, FeCl3
e. Darah kambing

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Petunjuk Umum
a. Siapkan Alat dan Bahan
b. Alat-alat gelas dicuci dengan detergent, dibilas dan dikeringkan dalam oven
c. kuvet dicuci dengan air suling dan dibilas dengan alcohol 70% dan dikeringkan
dalam oven.
d. Untuk percobaan ini mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok:
Kelompok Ia dan Ib melakukan studi kinetika parasetamol masing-masing
menggunakan I kambing.

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 15


e. Penetapan kadar parasetamol dalam darah atau plasma dilakukan pada panjang
gelombang maksimum dan waktu pengukuran dalam range respon tetap.
f. Perhitungan kadar obat didasarkan pada persamaan garis kurva baru.
g. Frekuensi dan lama pencuplikan obat dikerjakan sbb :
Sampel darah diambil sebelum pemberian obat dan menit ke 5, 10, 20,
30,45,60,90,120, 150, 180, dan 240 setelah pemberian obat.

Catatan:
Penetapan waktu dan frekuensi pengambilan cuplikan serta dosis yang diberikan
sebaiknya ditentukan dari percobaan khusus. Dalam edisi ini semua variable tersebut
diperkirakan dari data yang ada.

2. Pelaksanaan Percobaan
Penetapan Parameter Farmakokinetika Parasetamol setelah pemberian per oral :
a. Timbang 1 ekor kambing dan ambil darah blangko
b. Telentangkan pada papan fiksasi, dan dengan catether mouthblock, berikan
suspensi parasetamol 10% dalam 1 % tilosa, dosis 300 mg/kg BB. Ingat segera
setelah pemasangan catether periksanlah terlebih dahulu, apakah sudah masuk
dalam lambung kambing. Celupkan ujung catether yang satu lagi kedalam air,
bila timbul gelembung udara berarti cetather masuk kedalam paru kambing.
c. Ambil darah kambing melalui vena marginalis pada menit ke 5, 10, 20,
30,45,60,90,120,150,180,240 setelah pemberian obat. Tampung dalam wadah
yang telah dibilasi antikoagulansia.
d. Darah diambil sekitar 2,5 ml
e. Berdasarkan plot log kadar vs waktu tetapkan parameter farmakokinetika
parasetamol.

PERCOBAAN 6
ANALISIS OBAT DALAM MATRIK

I. TUJUAN

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 16


Mahasiswa dapat memahami prinsip dan prosedur analisis obat dalam
matrik biologi.

II. PENDAHULUAN
Intensitas efek farmakologis atau efek toksik suatu obat banyak
bergantung pada konsentrasi obat tersebut pada reseptornya, yaitu tempat molekul
obat terikat. Reseptor merupakan suatu substrat berupa protein atau mirip protein,
umumnya terletak dalam sel di jaringan-jaringan. Oleh karena kadar obat dalam
sel belum dapat diukur maka dilakukan penentuan kadar obat dalam plasma
karena ada korelasi antara kadar obat dalam plasma dengan efekfarmakologis
obat, pengukuran kadar obat dalam plasma dapat memberikan gambar yang
memadai untuk pencatatan/memantau jalannya terapi.
Dengan memantau konsentrasi obat dalam plasma, maka penyesuaian
dosis obat secara individual dimungkinkan, serta dosis regimen yang optimal
dapat diperhitungkan.
Secara klinis, adanya variasi individual yang cukup besar dalam hal
farmakokinetika obat seringkali dilihat. Oleh karena itu, keputusan akhir untuk
menentukan terapi dengan obat hendaknya jangan hanya didasarkan pada
konsentrsi obat dalam plasma tetapi pertimbangan klinis yang sehat sangat
penting, termasuk observasi yang seksama pada penderita selama diberikan terapi
dengan obat.
Analisis obat dalam matrik biologi diperlukan dalam studi farmakologi,
farmakokinetika dan pengembangan penggunaan obat. Pada tahap
farmakokinetika penelitian meliputi aspek absorpsi, distribusi, biotransformasi dan
eliminasi. Analisis obat alam cairan biologi ditujukan untuk memonitor
penampilan sediaan obat yang ada dalam perdagangan yang meliputi studi
ketersediaan hayati, konfirmasi respon biologic, mengkorelasikan level plasma
obat dengan respon farmakologik, membuktikan adanya racun atau keracunan
serta monitoring obat pada kasus over dosis.
Agar hasil analisis dapat dipercaya, maka metoda penetapan kadar harus
memenuhi criteria antara lain nilai perolehan kembali yang tinggi (75 – 90 % atau
lebih), kesalahan acak dan sistematis kecil dari 10 %, disamping itu perlu juga

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 17


diperhatikan kepekaan dan selektivitas yang nilainya tergantung kepada alat yang
digunakan.
Untuk mendapat hasil analisis yang optimal, percobaan berikut perlu
dilakukan :
1. Untuk reaksi warna perlu dilakukan penetapan jangka waktu
larutan obat yang memberikan respon.
2. Penetapan panjang gelombang larutan obat yang
memberikan respon maksimum
3. Pembuatan kurva baku
4. Perhitungan nilai perolehan kembali, kesakahan acak dan
kesalahan sistemik.
Dalam percobaan ini akan dilakukan penetapan kadar Sulfanilamid
dalam plasma secara in vitro.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Labu ukur 100 ml
b. Vol pipet 0,1 : 0,2 dan 2 ml
c. pH meter, Alat suntik, Vial
d. Sentrifus
e. Pipet ukur 1 dan 5 ml
f. Kuvet dan spectrophotometer
g. Kalkulator FX 3600
h. Stopwatch dan kertas semilog dan numerik

2. Bahan
a. Larutan Parasetamol dalam propilenglikol 40 % atau dalam tilose 1 % HCL 6
N, Natrium Nitrit 0,1 % rp
b. Asam sulfamat 15 %, NaOH 10%
c. Asaam trikorasetat 10%
d. Darah kelinci/ manusia/ ayam

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 18


IV. PELAKSANAAN PERCOBAAN
1. Penetapan Panjang Gelombang Absorpsi Maksimum
a. Buat larutan parasetamol seperti pada penetapan kadar masing-masing
dengan kadar : 50, 100, 150, 200, 300, 400 mcg/ml.
b. Serapan diukur dari panjang gelombang 300 nm sampai 500 nm.
c. Buat spektrum serapan.
d. Tetapkan panjang gelombang absorpsi maksimum Parasetamol.
2. Pembuatan Kurva Baku
a. Ukurlah serapan larutan Parasetamol dengan kadar masing – masing : 50,
100, 150, 200, 300, 400 mcg/ml pada panjang gelombang maksimum.
b. Buatlah kurva resapan versus kadar masing-masing larutan.
3. Penetapan Jangka Waktu Respon Tetap
a. Buat larutan parasetamol dan lakukan seperti pada penetapan kadar
dengan 2 jenis kadar.
b. Ukur serapan larutan tiap 5 menit selama 1 jam.
c. Buat kurva serapan versus waktu dan tetapkan jangka waktu respon.
4. Penetapan Kadar
a. Plasma yang telah ditambahkan, dipet 1 ml dan ditambah 1 ml larutan
TCA 10 % di dalam tabung sentrifuse.
b. Campuran dipusingkan selama 10 menit dengan kecepatan 2000 rpm,
kemudian beningan dituangkan ke dalam tabung reaksi.
c. Tambahkan HCL 6 N sebanyak 0,5 ml dan NAtrium Nitrit 10% sebanyak
1 ml, dicampur baik-baik dan didiamkan 5 menit.
d. ASam sulfamat 15% sebanyak 1 ml ditambahkan secara hati-hati dan
kemudian 2,5 ml NAOH 10% dan didiamkan 3 menit di tempat dingin.
e. Ukur Intensitas warna pada spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum (435 nm).

5. Perolehan Kembali dan Kesalahan


a. Buat larutan Parasetamol dalam darah dengan 3 jenis kadar berbeda,
tetapkan kadar masing-masing larutan dengan 3 kali ulangan.
b. Hitung kadar dan simpangan bakunya.

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 19


V. PERHITUNGAN PEROLEHAN KEMBALI DAN KESALAHAN
a. Perolehan kembali
Hitung perolehan kembali dan kesalahan sistemik untuk setiap besaran kadar.
kadarterukur
x 100 %
Perolehan kembali = kadardiketahui
Kesalahan sistemik adalah 100% dikurangi persentase perolehan kembali.
Perolehan kembali merupakan tolak ukur efisiensi analisis, sedangkan
kesalahan sistemis merupakan tolak ukur inakurasi penetapan kadar.
Kesalahan ini dapat berupa kesalahan konstan dan proporsional.

b. Kesalahan acak
Hitung kesalahan acak (random analytical error) untuk tiap besaran.
simpanganbaku
x 100 %
Kesalahan acak = h argarata−rata
Kesalahan acak merupakan tolak ukur inpresisi suatu analisis dan bersifat
negative atau positif. Kesalahan acak identik dengan variabilitas pengukuran
dan dicermuinkan oleh tetapan variasi.

PERCOBAAN 7
SISTEM DISPERSI PADAT

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 20


I. TUJUAN
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami teknik pembuatan dispresi
padat dengan metoda dan evaluasi sifat-sifat fisikokimia.

II. PENDAHULUAN
Sistem dispersi padat adalah suatu sistem dispersi zat padat dengan satu
atau lebih zat aktif dalam pembawa inert pada keadaan padat. Sistem dispersi padat
dari obat yang sukar larut dengan pembawa yang mudah larut akan meningkatkan
kelarutan, disolusi dan bioavaibilitasnya. Karena keterbatasan suatu obat untuk larut
dalam cairan tubuh maka laju disolusi menjadi tahap penentu kecepatan, sehingga
dilakukan usaha untuk memodifikasi kelarutannya dengan metoda sistem dispresi
padat.
Sistem dipersi padat dapat dibuat dengan 3 cara yaitu:
1. Metoda pelarutan
2. Metoda peleburan
3. Metoda gabungan keduanya.

III. PERCOBAAN
1. Bahan
a. Glibenklamid
b. Polietilenglikol 6000
c. Etanol
d. Dapar Posfat pH 7,2
e. Es dan Wadah es

2. Alat
a. Pipet tetes
b. Objek glass & skala pentas
c. Cawan penguap
d. Hot Plate
e. Ayakan 425 µm
f. Lumpang dan stamfer

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 21


g. Mikroskop okuler
h. Erlenmeyer bertutup
i. Bekerglass
j. Magnetic stirrer
k. Spektrofotometer UV

IV. Pelaksanaan percobaan


1. Pembuatan serbuk sistem dispresi padat dengan metoda peleburan
1. PEG 6000 dilebur dalam cawan penguap diatas hotplate dan ditambahkan
glibenklamid
2. Setelah melebur, diinginkan dalam wadah es sampai terbentuk padatan
3. Masa yang telah padat tersebut kemudian digerus dan dilewatkan pada
ayakan (425 µm)
4. Kemudian lakukan evaluasi terhadap serbuk sistem dipersi padat tersebut.
2. Evaluasi serbuk sistem dispersi padat
a. Penentuan panjang gelombang
maksimum glibenklamid dalam dapar pospat pH 7,2. Pengukuran serapan
larutan glibenklamid dengan kadar 50 g/ml dalam dapar pospat pH 7,2,
dilakukan pada panjang gelombang 220-350 nm, kemudian dibuat kurva
serapan terhadap panjang gelombang. Dari panjang gelombang maksimum
dibuat kurva kalibrasi dengan satu seri konsetrasi larutan glibenklamid;
40,100,200,300,400 g/ml.
b. Bentuk mikroskopis (metoda
mikroskopis)
1) Sejumlah serbuk didispersikan dalam paraffin cair dan diteteskan pada
gelas objek.
2) Amati dibawah mikroskop bentuk partikel dari serbuk system disperse
padat dan glibenklamid dan amati perbedaannya.
c. Uji kelarutan
a. Sejumlah serbuk dispersi padat glibenklamid-PEG 6000 yang setara
dengan 25 mg glibenklamid dilarutkan dalam 10 ml larutan dapar posfat
pH 7,2 dalam Erlenmeyer bertutup.

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 22


b. Penentuan kelarutan:
1) Dilarutkan dengan bantuan magnetic stirrer
selama 1,5 jam sampai larutan jenuh.
2) Kemudian tentukan dengan cara : ambil
sample yang terlarut dan saring dengan kertas saring lalu tentukan
kadar glibenklamid dengan spektrofotometer UV pada panjang
gelombang serapan maksimum 300 nm.

Penuntun Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetik Page 23

Anda mungkin juga menyukai