MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN
MODUL 4.1 DAN MODUL 4.3
Disusun oleh:
i
PENUNTUN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN
MODUL 4.1 DAN MODUL 4.3
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi Kedokteran
Modul 4.1 dan Modul 4.3 ini berhasil diselesaikan. Buku ini diharapkan dapat
menjadi pedoman bagi mahasiswa/i untuk pelaksanaan Praktikum Mikrobiologi
Kedokteran.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan pada buku ini dan perlu
dilakukan evaluasi bagi penyempurnaannya dari waktu ke waktu. Semoga Buku
Penuntun Praktikum Mikrobiologi ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
keberhasilan mahasiswa/i.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................................... iv
Tata Tertib Praktikum ............................................................................... v
Pelaksanaan Praktikum ............................................................................. vi
Laporan Praktikum .................................................................................... vii
MODUL 4.1 IDENTIFIKASI BAKTERI ............................................. 1
4.1.1 Secara Makroskopis (Morfologi Koloni) dan Sifat Biokimia 1
4.1.2 Secara Mikroskopis (Pewarnaan Gram) ................................. 6
4.1.3 Secara Mikroskopis (Pewarnaan Tahan Asam Metode Ziehl
– Neelsen) .............................................................................. 15
MODUL 4.3 IDENTIFIKASI JAMUR (FUNGI) ................................ 23
4.3.1 Rhizopus ................................................................................. 24
4.3.2 Penicillium ............................................................................. 26
4.3.3 Aspergillus.............................................................................. 28
4.3.4 Candida albicans.................................................................... 30
4.3.5 Malassezia furfur .................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 33
LAMPIRAN .............................................................................................. 34
iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM
Pada prinsipnya semua spesimen klinik, baik darah ataupun cairan tubuh
bersifat infeksius, serta mikroba yang dipakai bersifat patogen. Oleh karena itu,
untuk menjaga keamanan, perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh peraturan-
peraturan laboratorium berikut ini:
1. Mahasiswa/i peserta praktikum wajib hadir 5 menit sebelum acara praktikum
berlangsung.
2. Mahasiswa/i peserta praktikum wajib memakai jas laboratorium dan name tag
selama praktikum berlangsung. Jas laboratorium berguna untuk melindungi
diri dari kontaminasi yang tidak disengaja, zat warna atau zat kimia yang
digunakan, dsbnya.
3. Tas atau benda-benda yang dianggap tidak diperlukan saat jalannya
praktikum diletakkan di luar laboratorium atau loker yang tersedia, jangan
diletakkan di atas meja praktikum kecuali buku penuntun praktikum dan alat
tulis.
4. Sebelum dan sesudah praktikum, masing-masing kelompok praktikum wajib
membersihkan meja menggunakan desinfektan.
5. Sebelum dan sesudah praktikum, cucilah tangan menggunakan sabun dan air
bersih.
6. Mahasiswa/i peserta praktikum, dilarang makan dan minum saat acara
praktikum berlangsung.
7. Mahasiswa/i peserta praktikum, tidak diperkenankan mempunyai kuku tangan
yang panjang saat akan melaksanakan praktikum.
8. Bagi mahasiswa putri yang tidak memakai jilbab, rambut harus diikat rapi ke
belakang.
9. Mahasiswa/i peserta praktikum, dilarang menyedot pipet serologis atau pipet
tetes dengan mulut.
10. Mahasiswa/i peserta praktikum, dilarang membawa kultur biakan keluar
laboratorium.
11. Jika bahan sampel/spesimen tumpah, mahasiswa/i peserta praktikum segera
membersihkannya dengan kain lap atau tisu yang diberi desinfektan.
12. Jika mahasiswa peserta praktikum memecahkan, merusak, dan
menghilangkan alat laboratorium segera melapor ke laboran dan segera
menggantinya dengan alat yang baru.
13. Jika terjadi kecelakaan laboratorium, segera lapor kepada petugas
laboratorium/laboran.
14. Mahasiswa/i yang mempunyai anak kecil atau sedang hamil, agar
memberitahukannya kepada PJ praktikum. Mahasiswa/i tersebut tidak boleh
menerima sampel bakteri/jamur tertentu.
15. Setelah pelaksanaan praktikum, cuci dan rapikan kembali alat dan bahan yang
digunakan, serta buang sampah ke tempat sampah yang tersedia. Jangan
dibuang ke wastafel.
v
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
vi
LAPORAN PRAKTIKUM
vii
MODUL 4.1
IDENTIFIKASI BAKTERI
B. Tujuan Praktikum :
Memperkenalkan prosedur identifikasi bakteri secara morfologi koloni dan
sifat biokimia
Mampu mengidentifikasi bakteri secara morfologi koloni dan sifat
biokimia
C. Teori Praktikum
Bakteri dapat diidentifikasi dan diklasifikasi berdasarkan karakter morfologi
koloni, morfologi sel serta pengujian sifat-sifat fisiologi atau biokimia.
Karakterisasi secara morfologi koloni dapat diamati pada medium nutrient agar
(NA) dalam tabung reaksi atau cawan petri dengan metode gores (streak plate)
(Gambar 1). Pengamatan pertumbuhan morfologi koloni meliputi: ukuran koloni,
bentuk koloni, elevasi koloni, tepian koloni, dan warna koloni (putih, kuning,
orange, hijau, ungu, merah, dsb) (Gambar 2).
1
Uji biokimia sendiri erat kaitannya dengan metabolisme sel, dimana
aktivitasnya dikatalisis oleh suatu enzim. Selain itu, uji biokimia juga bertujuan
untuk melihat kemampuan bakteri dalam menggunakan senyawa tertentu sebagai
sumber karbon dan sumber energi. Hasil uji biokimia ini hampir semua berbeda
setiap bakteri, sehingga hal ini dapat digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi
bakteri. Karakterisasi yang umum dilakukan untuk pengujian sifat biokimia
meliputi fermentasi karbohidrat, uji sitrat, katalase, oksidase, dan uji hemolisis
darah.
2
a b c
Gambar 3. (a) hemolisis beta, (b) hemolisis alpha, dan (c) hemolisis gamma
Gambar 4. Uji fermentasi karbohidrat, (a) uji positif menghasilkan asam dan gas,
(b) uji positif menghasilkan asam, dan (c) uji negatif
3
suatu bakteri memiliki enzim sitokrom oksidase atau tidak. Bakteri penghasil
oksidase meliputi semua spesies Neisseria dan sebagian besar spesies
Pseudomonas.
E. Cara Kerja
Morfologi Koloni Bakteri
Sebanyak 1 ose kultur bakteri umur 24 jam, diinokulasi pada medium NA
secara digores (streak plate) (Gambar 1), lalu diinkubasi selama 24-48 jam pada
suhu ruang. Setelah itu, diamati pertumbuhan koloni yang meliputi ukuran koloni,
bentuk koloni, elevasi koloni, tepian koloni, dan warna koloni (putih, kuning,
orange, hijau, ungu, merah, dsb) (Gambar 2).
Uji Hemolisis
Sebanyak 1 ose kultur bakteri umur 24 jam, diinokulasi pada medium agar
darah dengan cara digores, lalu diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu ruang.
4
Setelah itu, diamati zona jernih yang terbentuk di sekitar koloni. Apakah zona
yang dihasilkan berupa kelompok hemolisis β (beta), hemolisis α (alpha), dan
hemolisis γ (gamma) (Gambar 3).
Uji Sitrat
Sebanyak 1 ose isolat bakteri umur 24 jam, diinokulasikan pada tabung reaksi
yang berisi medium Simmon’s Citrate Agar, lalu diinkubasi selama 24-48 jam
pada suhu ruang atau 37oC. Uji positif ditandai dengan adanya perubahan warna
medium dari hijau menjadi biru.
Uji Katalase
Sebanyak 1 ose kultur bakteri umur 24 jam, diletakkan pada gelas objek yang
bersih, kemudian diteteskan sebanyak 1 tetes larutan H2O2 (hidrogen peroksida)
3%. Uji positif ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung oksigen
(Gambar 5).
Uji Oksidase
Sebanyak 1 ose kultur bakteri umur 24 jam dioleskan pada oxidase strips,
kemudian dilihat perubahan warna yang terjadi di sekitar olesan. Uji positif
ditandai dengan berubahnya strips menjadi ungu atau violet.
5
4.1.2 SECARA MIKROSKOPIS (PEWARNAAN GRAM)
B. Tujuan Praktikum :
Memperkenalkan prosedur identifikasi bakteri secara mikroskopis dengan
metode pewarnaan Gram
Mampu mengidentifikasi dan membedakan bakteri berdasarkan sifat
pewarnaan Gram
C. Teori Praktikum :
Salah satu ciri taksonomi pada bakteri adalah respon mereka terhadap
pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram merupakan suatu metode yang mendasar
untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok berdasarkan sifat
kimia dan fisik dari dinding selnya, yaitu bakteri Gram positif dan Gram
negatif. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark
Hans Christian Gram (1853–1938).
Dinding sel merupakan lapisan selubung sel yang terletak diantara
membran sitoplasma dan kapsul. Dinding sel bakteri bersifat kaku dapat
berperan dalam mempertahankan bentuk dan melindungi sel dari perubahan
tekanan osmotik antara sel dengan lingkungannya. Dinding sel bakteri Gram
positif tersusun atas peptidoglikan yang tebal (90%) dan membran
sitoplasma, sedangkan dinding sel bakteri Gram negatif tersusun atas tiga
lapisan yaitu membran luar, peptidoglikan yang tipis (5-20%), dan membran
sitoplasma (Gambar 1). Pada bakteri Gram negatif bagian luar sel terdapat
komponen berupa lipopolisakarida (LPS), tetapi tidak semua bakteri Gram
negatif memiliki LPS. LPS merupakan substansi berbahaya yang berperan
sebagai endotoksin.
6
Gambar 1. Perbedaan dinding sel bakteri Gram positif dan Gram negatif
7
3. Bacil Gram (+)
a. Membentuk spora:
Bersifat aerob Bacillus, spesies patogen: B. anthracis, penyebab
antraks.
Bersifat anaerob Clostridium, spesies patogen: C. tetani
(penyebab tetanus), C. perfringens (penyebab gas gangrens) dan C.
botulinum (penyebab keracunan pada makanan kaleng).
b. Tidak membentuk spora:
Corynebacterium, spesies patogen: C. diphtheria, penyebab difteri.
Listeria, spesies patogen: L. monocytogenes, penyebab penyakit
menyerupai mononukleosis infeksiosa.
Genus lainnya: Propionibacterium, Actinomycetes dan
Erysipelothrix.
6. Bakteri spiral
Helicobacter pylori penyebab ulkus lambung dan ulkus duodenum, dan
Campylobacter jejuni menyebabkan diare akut.
8
Gambar 2. Bentuk-bentuk sel bakteri
E. Cara Kerja :
1. Letakkan 1 tetes aquadest steril pada kaca objek (object glass), kemudian
ambil 1 ose bakteri dan diratakan menggunakan ose. Selanjutnya
difiksasi dengan tujuan agar sel bakteri tertempel pada permukaan kaca
objek dan tidak lepas saat dilakukannya proses pewarnaan Gram.
2. Teteskan sebanyak 2-3 tetes preparat dengan larutan kristal violet selama 1
menit.
3. Buang sisa cat dan bilas dengan aquadest steril.
4. Teteskan sebanyak 2-3 tetes preparat dengan larutan lugol’s iodin selama 2
menit.
5. Buang sisa cata dan bilas dengan aquadest steril.
9
6. Beri larutan pemucat (decolorizing) dengan alkohol 96% selama 15-30
detik. Catatan: hati-hati dalam pelunturan, lakukan dengan menuangkan
tetes demi tetes alkohol sampai warna kristal violet kepucatan.
Pelunturan jangan terlalu lama.
7. Buang sisa larutan dan bilas dengan aquadest steril.
8. Teteskan sebanyak 2-3 tetes preparat dengan larutan safranin selama 30
detik.
9. Buang sisa cat dan bilas dengan aquadest steril.
10. Keringkan preparat dengan menggunakan kertas serap (blotting) secara
hati-hati, jangan digeserkan yang akan berakibat lepasnya preparat.
11. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
12. Gambarkan hasil pengamatan beserta interpretasinya.
10
F. Pembacaan dan Interpretasi
Bakteri Gram positif : sel bakteri berwarna ungu
Bakteri Gram negatif : sel bakteri berwarna merah muda
11
Beberapa Contoh Spesies Bakteri Berdasarkan Klasifikasi
Pewarnaan Gram
12
3. Neisseria gonorrhoeae dengan pewarnaan Gram
13
Check list Praktikum Mikrobiologi Aktif Pewarnaan Gram
Nama peserta :
Tanggal ujian :
No Poin Penilaian 0 1 2
Pembuatan Preparat untuk Pewarnaan
1 Tandai pojok kiri kaca objek dengan marker/label
Letakkan 1 tetes larutan aquadest steril pada kaca objek
secara aseptik
2 Ambil biakkan bakteri dari media kultur menggunakan ose
secara aseptik
(catatan: membuka cawan petri/tabung reaksi di sekitar api
bunsen, panaskan ose sampai membara sebelum dan sesudah
dipakai, letakkan ose yang sudah digunakan dalam cairan
alkohol 70%)
3 Ratakan spesimen menggunakan ose
4 Lewatkan kaca objek di atas api bunsen hingga kira-kira
kering (untuk fiksasi panas)
Pewarnaan Gram
5 Letakkan kaca objek yang telah difiksasi di atas rak
pengecatan
Tetesi preparat dengan kristal violet 2-3 tetes selama 1 menit,
kemudian bilas dengan aquadest
6 Tetesi preparat dengan larutan iodin 2-3 tetes selama 2 menit,
kemudian bilas dengan aquadest
7 Pemucatan dengan alkohol 96% selama 15-30 detik (hati-hati
jangan terlalu lama), kemudian bilas dengan aquadest
8 Tetesi preparat dengan safranin 2-3 tetes selama 30 detik,
kemudian bilas dengan aquadest
9 Serap sisa aquadest dengan kertas serap, dan diamati di
bawah mikroskop perbesaran 100x
Nilai = /18
Penguji,
( )
14
4.1.3 SECARA MIKROSKOPIS (PEWARNAAN TAHAN ASAM
METODE ZIEHL – NEELSEN)
B. Tujuan Praktikum :
Memperkenalkan prosedur identifikasi bakteri secara mikroskopis dengan
metode Ziehl-Neelsen
Mampu mengidentifikasi sifat tahan asam dari Bakteri Tahan Asam (BTA)
C. Teori Praktikum
Beberapa bakteri tertentu tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan
sederhana ataupun Gram, misalnya genus Mycobacterium, Retinomycites, dll.
Hal ini disebabkan sel-sel bakteri diselubungi oleh semacam komponen lilin
(lipid) dan asam mycolat, sehingga selnya sukar ditembus oleh zat-zat warna.
Tetapi bakteri tersebut dapat diwarnai dengan larutan carbol fuchsin (sambil
dipanaskan), dimana zat warna ini dapat meresap dan diikat oleh sel bakteri.
Keistimewaan dari bakteri tersebut yaitu zat warna yang telah diikat sukar
dilepaskan walaupun dilakukan dengan pencucian dengan alkohol-asam,
misalnya asam sulfat atau asam klorida. Oleh karena bakteri-bakteri seperti
ini tahan terhadap pencucian asam-asam mineral, maka bakteri ini disebut
dengan Bakteri Tahan Asam (BTA).
Pewarnaan tahan asam ini digunakan untuk mendeteksi adanya bakteri
tahan asam (BTA), seperti genus Mycobacterium. Terdapat lebih dari 50
spesies Mycobacterium, sebagian besar merupakan organisme lingkungan
yang jarang menyebabkan infeksi pada manusia. Spesies patogen bakteri
tahan asam yang umumnya menginfeksi manusia adalah Mycobacterium
tuberculosis, penyebab penyakit tuberkulosis (TBC/TB) dan Mycobacterium
leprae, penyebab penyakit lepra atau kusta.
15
Hasil pemeriksaan BTA dilaporkan berdasarkan IUATLD (International
Unit Associated Treatment Lung Disease). Kriterianya antara lain sebagai
berikut:
tidak ada BTA / 100 LP tidak ada BTA
1 - 9 BTA / 100 LP hasil dilaporkan
10 - 99 BTA / 100 LP BTA + (positif satu)
1 - 10 BTA / LP BTA ++ (positif dua)
10 BTA / LP BTA +++ (positif tiga)
16
3. Liquor cerebrospinal
4. Bilasan bronkus
5. Bilasan lambung
Air kuras lambung, umumnya anak-anak atau penderita yang tidak dapat
mengeluarkan dahak. Tujuan dari kuras lambung untuk mendapatkan dahak
yang tertelan. Dilakukan pagi hari sebelum makan dan harus cepat
dikerjakan.
6. Urin
Air Kemih, urin pagi hari, pertama kali keluar, merupakan urin pancaran
tengah. Sebaiknya urin kateter.
7. Jaringan biopsi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
tuberkulosis. Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi.
17
e. Luka bekas insisi dibersihkan dan ditutup plester, skapel dimasukan ke dalam
desinfektan.
f. Selanjutnya sampel yang diperoleh dilakukan pewarnaan Ziehl-Neelsen.
E. Cara Kerja :
1. Teteskan sebanyak 1 tetes aquadest steril pada kaca objek menggunakan
pipet tetes, kemudian diambil sebanyak 1 ose sputum secara aseptik, lalu
dioleskan rata di atas kaca objek.
2. Fiksasi preparat di atas api bunsen hingga kering/nempel di atas kaca
objek.
3. Teteskan preparat dengan larutan carbol fuchsin sebanyak 2-3 tetes selama
5 menit (sambil dipanaskan di atas bunsen sampai terjadi penguapan.
Catatan: jangan sampai mendidih atau hangus).
4. Buang sisa cat dan bilas dengan aquadest.
5. Teteskan preparat dengan larutan H2SO4 3% sampai cat tampak larut
semua.
6. Buang sisa cat dan bilas dengan aquadest.
7. Teteskan preparat dengan larutan methylen blue atau malachite green
selama 1-2 menit.
8. Buang sisa cat dan bilas dengan aquadest.
9. Keringkan preparat dengan menggunakan kertas serap (blotting) secara
hati-hati, jangan digeserkan yang akan berakibat lepasnya preparat.
18
10. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
11. Gambarkan hasil serta interpretasinya.
Caranya :
1. Buat sediaan apus, kemudian fiksasi di atas api bunsen.
2. Tuangi dengan larutan Kinyoun, biarkan selama 3-5 menit.
3. Cuci dengan air mengalir pelan-pelan : ½ menit.
19
4. Tetesi dengan asam-sulfat 5%, biarkan : ½ menit.
5. Tetesi dengan alkohol 70%, biarkan : ½ menit.
6. Cuci dengan air mengalir pelan-pelan : ½ menit.
7. Warnai dengan methylen biru, biarkan : 1 menit.
8. Cuci dengan air mengalir, keringanginkan dan amati di bawah mikroskop.
Cara Kinyoun tidak perlu dipanasi.
9. Hasil pewarnaan:
Bakteri Tahan Asam : Merah
Tidak Tahan Asam : Biru
20
5. Hasil pewarnaan:
Basil Tahan Asam : Merah
Tidak Tahan Asam : Biru muda
21
Check list Praktikum Mikrobiologi Aktif
Pemeriksaan BTA dari Sputum dengan Metode Ziehl – Neelsen
Nama peserta :
Tanggal ujian :
No Poin Penilaian 0 1 2
Pembuatan Preparat untuk Pengecatan
1 Tandai pojok kiri kaca objek dengan marker/label
Letakkan 1 tetes aquadest pada gelas objek
2 Ambil sputum dengan ose secara aseptik, ratakan
menggunakan ose
(catatan: panaskan ose sampai membara sebelum
dan sesudah dipakai, letakkan ose yang sudah
digunakan ke dalam cairan alkohol 70%)
3 Lewatkan kaca objek di atas api bunsen hingga
kira-kira kering (untuk fiksasi panas)
Pewarnaan Ziehl – Neelsen
4 Letakkan kaca objek yang telah difiksasi di atas rak
pengecatan
Tetesi preparat dengan carbol fuchsin selama 5
menit, sambil dipanaskan di atas nyala api sampai
terjadi penguapan
(hati-hati jangan sampai mendidih)
Bilas sisa cat dengan air aquadest
5 Tetesi preparat dengan H2SO4 3% sampai cat larut
semua
Bilas sisa cat dengan air aquadest
6 Tetesi preparat dengan methylen blue selama 1-2
menit
Bilas sisa cat dengan aquadest, dikeringkan
menggunakan kertas serap, dan diamati di bawah
mikroskop perbesaran 100x
Nilai = / 18
Penguji
( )
22
MODUL 4.3
IDENTIFIKASI JAMUR (FUNGI)
Ciri-Ciri Jamur
Jamur termasuk organisme eukariotik karena sel penyusunnya telah
memiliki membran inti. Sel jamur juga memiliki dinding sel dari bahan kitin
(chitine) yang merupakan polimer karbohidrat mengandung nitrogen.
23
4.3.1 Rhizopus
A. Ciri-ciri Rhizopus:
- Rhizopus merupakan genus jamur ordo Mucorales
- Ciri khas: memiliki hifa yang membentuk Rhizoid untuk menempel ke
substrat dan hifanya tidak bersekat (hifa senositik).
- Rhizopus sp. mempunyai 3 tipe hifa, yaitu:
1. Stolon, hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat
(misalnya: roti).
2. Rizoid, hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkar
untuk menyerap makanan.
3. Sporangiofor, hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan
memiliki sporangium globuler di ujungnya.
B. Peranan:
- Rhizopus oryzae untuk membuat tempe.
- Rhizopus stoloniferus biasanya tumbuh pada roti basi.
C. Penyakit:
- Otomikosis, Zigomikosis viceral
C
B
24
Rhizopus: sporangiofor, columella, dan sporangium
25
4.3.2 Penicillium
A. Ciri-ciri Penicillium:
- Penicillium adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes.
- Ciri khas: hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut
konidium, tangkai konidium disebut konidiofor, dan spora yang
dihasilkannya disebut konidia. Konidium membentuk cabang-cabang yang
disebut phialides, sehingga tampak membentuk geumbul. Lapisan dari
phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora
disebut sterigma.
B. Peranan:
- Penicillium antara lain Penicillium notatum sebagai penghasil antibiotik
penisilin.
- Penicillium camembertii yang digunakan untuk membentuk keju.
C. Penyakit:
- Otomikosis
26
Penicillium: konidia, konidiofor
A
B
C
Penicillium: (A) sterigma, (B) konidia, (C) konidiofor, dan (D) phialides
27
4.3.3 Aspergillus
A. Ciri-ciri Aspergillus:
- Aspergillus merupakan genus fungi dari ordo Hypomycetes.
- Ciri khas: membentuk badan spora yang disebut konidium, tangkai
konidium disebut konidiofor, dan spora yang dihasilkannya disebut konidia.
Konidium membentuk cabang-cabang yang disebut phialides. Phialides
bercabang 2 kali sehingga punya ciri khas memiliki sterigma primer dan
sekunder.
B. Peranan:
- Aspergillus oryzae yang digunakan untuk pembuatan tempe.
- Aspergillus flavus memproduksi Aflatoxin.
C. Penyakit:
- Otomikosis, Onikomikosis, Aspergilosis, Keratomikosis
28
a
b
c
29
4.3.4 Candida albicans
Candida albicans
30
Candida albicans: pseudohifa, klamidospora
Candida albicans
31
4.3.5 Malassezia furfur
Ciri-ciri Mikroskopik:
- Hifa pendek-pendek dan spora bergerombol serta bertunas (gambaran
seperti meatball and spaghetti, alias mie bakso pada Pytiriasis versikolor).
Penyakit:
- Tinea vesikolor / Ptyrosporum vesicolor / panu
32
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, GF., Butel JS., Morse SA. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jawetz,
Melnick & Adelberg, ed 23. Jakarta (IN): Buku Kedokteran, EGC
Fibriarti, BL., Martina, A. 2011. Petunjuk Praktikum: Sistematika Mikroba
(BM13101). Pekanbaru (IN): Laboratorium Mikrobiologi Universitas Riau
Gillespie, S., Bamford, K. 2009. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi,
edisi ketiga. Jakarta (IN): Erlangga
Hadioetomo, RS. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta (IN): PT. Gramedia Pustaka Utama
Hadi, P. 2010. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Semarang (IN): Bagian
Mikrobiologi FK UNDIP
Todar, K. 2009. Todar’s Online Textbook of Bacteriology. Diunduh dari
www.textbookofbacteriology.net
33
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Nama :
NIM :
Spesies: Spesies:
Spesies: Spesies:
34
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Nama :
Nim :
Spesies: Spesies:
Spesies: Spesies:
35
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Nama :
Nim :
Spesies: Spesies:
Spesies: Spesies:
36
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Nama :
Nim :
37
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Nama :
Nim :
38
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Nama :
Nim :
39