Anda di halaman 1dari 46

PENUNTUN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN
MODUL 4.1 DAN MODUL 4.3

Disusun oleh:

Eliya Mursyida, M.Si


dr. Olvaria Misfa, M.Biomed

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU

i
PENUNTUN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN
MODUL 4.1 DAN MODUL 4.3

NAMA :

NIM :

KELOMPOK :

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi Kedokteran
Modul 4.1 dan Modul 4.3 ini berhasil diselesaikan. Buku ini diharapkan dapat
menjadi pedoman bagi mahasiswa/i untuk pelaksanaan Praktikum Mikrobiologi
Kedokteran.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan pada buku ini dan perlu
dilakukan evaluasi bagi penyempurnaannya dari waktu ke waktu. Semoga Buku
Penuntun Praktikum Mikrobiologi ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
keberhasilan mahasiswa/i.

Pekanbaru, September 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................................... iv
Tata Tertib Praktikum ............................................................................... v
Pelaksanaan Praktikum ............................................................................. vi
Laporan Praktikum .................................................................................... vii
MODUL 4.1 IDENTIFIKASI BAKTERI ............................................. 1
4.1.1 Secara Makroskopis (Morfologi Koloni) dan Sifat Biokimia 1
4.1.2 Secara Mikroskopis (Pewarnaan Gram) ................................. 6
4.1.3 Secara Mikroskopis (Pewarnaan Tahan Asam Metode Ziehl
– Neelsen) .............................................................................. 15
MODUL 4.3 IDENTIFIKASI JAMUR (FUNGI) ................................ 23
4.3.1 Rhizopus ................................................................................. 24
4.3.2 Penicillium ............................................................................. 26
4.3.3 Aspergillus.............................................................................. 28
4.3.4 Candida albicans.................................................................... 30
4.3.5 Malassezia furfur .................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 33
LAMPIRAN .............................................................................................. 34

iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM

Pada prinsipnya semua spesimen klinik, baik darah ataupun cairan tubuh
bersifat infeksius, serta mikroba yang dipakai bersifat patogen. Oleh karena itu,
untuk menjaga keamanan, perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh peraturan-
peraturan laboratorium berikut ini:
1. Mahasiswa/i peserta praktikum wajib hadir 5 menit sebelum acara praktikum
berlangsung.
2. Mahasiswa/i peserta praktikum wajib memakai jas laboratorium dan name tag
selama praktikum berlangsung. Jas laboratorium berguna untuk melindungi
diri dari kontaminasi yang tidak disengaja, zat warna atau zat kimia yang
digunakan, dsbnya.
3. Tas atau benda-benda yang dianggap tidak diperlukan saat jalannya
praktikum diletakkan di luar laboratorium atau loker yang tersedia, jangan
diletakkan di atas meja praktikum kecuali buku penuntun praktikum dan alat
tulis.
4. Sebelum dan sesudah praktikum, masing-masing kelompok praktikum wajib
membersihkan meja menggunakan desinfektan.
5. Sebelum dan sesudah praktikum, cucilah tangan menggunakan sabun dan air
bersih.
6. Mahasiswa/i peserta praktikum, dilarang makan dan minum saat acara
praktikum berlangsung.
7. Mahasiswa/i peserta praktikum, tidak diperkenankan mempunyai kuku tangan
yang panjang saat akan melaksanakan praktikum.
8. Bagi mahasiswa putri yang tidak memakai jilbab, rambut harus diikat rapi ke
belakang.
9. Mahasiswa/i peserta praktikum, dilarang menyedot pipet serologis atau pipet
tetes dengan mulut.
10. Mahasiswa/i peserta praktikum, dilarang membawa kultur biakan keluar
laboratorium.
11. Jika bahan sampel/spesimen tumpah, mahasiswa/i peserta praktikum segera
membersihkannya dengan kain lap atau tisu yang diberi desinfektan.
12. Jika mahasiswa peserta praktikum memecahkan, merusak, dan
menghilangkan alat laboratorium segera melapor ke laboran dan segera
menggantinya dengan alat yang baru.
13. Jika terjadi kecelakaan laboratorium, segera lapor kepada petugas
laboratorium/laboran.
14. Mahasiswa/i yang mempunyai anak kecil atau sedang hamil, agar
memberitahukannya kepada PJ praktikum. Mahasiswa/i tersebut tidak boleh
menerima sampel bakteri/jamur tertentu.
15. Setelah pelaksanaan praktikum, cuci dan rapikan kembali alat dan bahan yang
digunakan, serta buang sampah ke tempat sampah yang tersedia. Jangan
dibuang ke wastafel.

v
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Praktikum akan dilaksanakan pada waktu yang sudah ditentukan oleh PJ


Modul.
2. Pelajari semua prosedur praktikum dengan baik sebelum masuk ke dalam
laboratorium.
3. Sebelum kegiatan praktikum dilaksanakan, terlebih dahulu PJ Praktikum akan
mengadakan pretest sesuai materi yang akan dipraktikumkan. Mahasiswa
diinyatakan lulus jika nilai >50, jika nilai <50 akan diadakan inhal.
4. Mahasiswa peserta praktikum, mencatat hasil pengamatan sementara pada
lembar kosong yang tersedia di buku penuntun praktikum mikrobiologi dan
membuat laporan praktikum secara individu.

vi
LAPORAN PRAKTIKUM

1. Laporan praktikum dikumpul paling lambat 3 hari setelah praktikum kepada


masing-masing tutor praktikum. Pengumpulan laporan praktikum merupakan
syarat mengikuti ujian praktikum. Bila melewati batas waktu, dianggap tidak
membuat laporan dan tidak dapat mengikuti ujian praktikum.
2. Tutor praktikum berhak mengembalikan laporan apabila tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
3. Laporan praktikum diketik dan diprint pada kertas A4 (penulisan laporan
seperti penulisan makalah/skripsi) yang mencakup hal-hal berikut:
a. Judul praktikum
b. Tujuan praktikum
c. Teori Praktikum
d. Metodologi praktikum
- Alat dan bahan
- Cara kerja
e. Hasil  gambar dengan warna sesuai dan diberi keterangan
f. Pembahasan  cocokkan atau bandingkan hasil dengan teori yang ada.
Bila berbeda dengan teori  analisis kemungkinan
g. Kesimpulan
h. Daftar pustaka (minimal 5 referensi  3 jurnal dan 2 text book)

vii
MODUL 4.1
IDENTIFIKASI BAKTERI

4.1.1 SECARA MAKROSKOPIS (MORFOLOGI KOLONI) DAN SIFAT


BIOKIMIA

A. Acara Praktikum: identifikasi bakteri secara morfologi koloni dan sifat


biokimia

B. Tujuan Praktikum :
 Memperkenalkan prosedur identifikasi bakteri secara morfologi koloni dan
sifat biokimia
 Mampu mengidentifikasi bakteri secara morfologi koloni dan sifat
biokimia

C. Teori Praktikum
Bakteri dapat diidentifikasi dan diklasifikasi berdasarkan karakter morfologi
koloni, morfologi sel serta pengujian sifat-sifat fisiologi atau biokimia.
Karakterisasi secara morfologi koloni dapat diamati pada medium nutrient agar
(NA) dalam tabung reaksi atau cawan petri dengan metode gores (streak plate)
(Gambar 1). Pengamatan pertumbuhan morfologi koloni meliputi: ukuran koloni,
bentuk koloni, elevasi koloni, tepian koloni, dan warna koloni (putih, kuning,
orange, hijau, ungu, merah, dsb) (Gambar 2).

Gambar 1. Metode streak plate

1
Uji biokimia sendiri erat kaitannya dengan metabolisme sel, dimana
aktivitasnya dikatalisis oleh suatu enzim. Selain itu, uji biokimia juga bertujuan
untuk melihat kemampuan bakteri dalam menggunakan senyawa tertentu sebagai
sumber karbon dan sumber energi. Hasil uji biokimia ini hampir semua berbeda
setiap bakteri, sehingga hal ini dapat digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi
bakteri. Karakterisasi yang umum dilakukan untuk pengujian sifat biokimia
meliputi fermentasi karbohidrat, uji sitrat, katalase, oksidase, dan uji hemolisis
darah.

Gambar 2. Ciri-ciri morfologi koloni bakteri

Uji hemolisis darah bertujuan untuk mengklasifikasikan bakteri ke dalam


suatu kelompok berdasarkan kemampuannya dalam melisiskan darah. Uji ini
dilakukan pada medium agar darah (blood agar), dimana jika terbentuk zona
jernih artinya terjadi hemolisis sel-sel darah secara lengkap atau hemolisis β
(beta), contoh: Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, bila zona tersebut
berwarna hijau artinya terjadi hemolisis sebagian pada sel-sel darah atau hemolisis
α (alpha), contoh: Streptococcus pneumonia, Escherichia coli, dan bila zona
tersebut tidak mengalami perubahan warna artinya tidak terjadi hemolisis pada
sel-sel darah atau hemolisis γ (gamma), contoh: Staphylococcus epidermidis
(Gambar 3).

2
a b c

Gambar 3. (a) hemolisis beta, (b) hemolisis alpha, dan (c) hemolisis gamma

Uji fermentasi karbohidrat digunakan untuk melihat kemampuan bakteri


dalam memfermentasi gula-gula menghasilkan asam, dan kadang juga
menghasilkan gas (Gambar 4). Contoh: Neisseria gonorrhoeae mampu
memproduksi asam dari fermentasi glukosa. Uji sitrat digunakan untuk
mengetahui kemampuan bakteri dalam menggunakan senyawa tersebut sebagai
sumber karbon satu-satunya. Uji ini sangat berguna jika kita bekerja dengan
bakteri usus. Contoh bakteri yang mampu menggunakan sitrat sebagai sumber
karbon adalah Enterobacter aerogenes dan Salmonella typhi.

Gambar 4. Uji fermentasi karbohidrat, (a) uji positif menghasilkan asam dan gas,
(b) uji positif menghasilkan asam, dan (c) uji negatif

Katalase merupakan suatu enzim yang berperan menetralisir efek bakterisidal


hidrogen peroksida. Jika enzim ini kontak dengan hidrogen peroksida, maka akan
terjadi pemecahan hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air dan oksigen, reaksi
yang terjadi. dapat dilihat pada Gambar 5. Bakteri yang menghasilkan enzim
katalase yaitu S. aureus. Uji oksidase merupakan uji yang menentukan apakah

3
suatu bakteri memiliki enzim sitokrom oksidase atau tidak. Bakteri penghasil
oksidase meliputi semua spesies Neisseria dan sebagian besar spesies
Pseudomonas.

Gambar 5. Uji katalase

D. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan meliputi: jarum ose, bunsen, kaca objek, mikroskop,
tabung Durham, tabung reaksi, cawan petri, rak tabung, jangka sorong, kertas
saring atau oxidase test strip.
Bahan yang digunakan meliputi: stok kultur bakteri dari Laboratorium
Mikrobiologi FKIK Univrab, medium Nutrien Agar (NA), medium agar darah,
medium fermentasi karbohidrat (glukosa, maltosa, sukrosa, fruktosa, laktosa),
medium Simmon’s Citrate Agar (SCA), larutan H2O2 3%, oxidase strips, alkohol
70%, dan spiritus.

E. Cara Kerja
Morfologi Koloni Bakteri
Sebanyak 1 ose kultur bakteri umur 24 jam, diinokulasi pada medium NA
secara digores (streak plate) (Gambar 1), lalu diinkubasi selama 24-48 jam pada
suhu ruang. Setelah itu, diamati pertumbuhan koloni yang meliputi ukuran koloni,
bentuk koloni, elevasi koloni, tepian koloni, dan warna koloni (putih, kuning,
orange, hijau, ungu, merah, dsb) (Gambar 2).

Uji Hemolisis
Sebanyak 1 ose kultur bakteri umur 24 jam, diinokulasi pada medium agar
darah dengan cara digores, lalu diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu ruang.

4
Setelah itu, diamati zona jernih yang terbentuk di sekitar koloni. Apakah zona
yang dihasilkan berupa kelompok hemolisis β (beta), hemolisis α (alpha), dan
hemolisis γ (gamma) (Gambar 3).

Uji Fermentasi Karbohidrat


Sebanyak 1 ose isolat bakteri umur 24 jam, diinokulasikan pada tabung reaksi
yang berisi medium fermentasi karbohidrat dan tabung Durham dalam posisi
terbalik, lalu diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu ruang. Bila warna medium
berubah menjadi kuning (lemah/+, sedang/++, atau kuat/+++) berarti isolat bakteri
tersebut mampu menghasilkan asam dari fermentasi karbohidrat (glukosa untuk
kapas kuning, maltosa untuk kapas merah, sukrosa untuk kapas biru, laktosa untuk
kapas hijau, fruktosa untuk kapas orange), dan jika di dalam tabung Durham
terdapat gelembung udara berarti dari fermentasi tersebut terbentuk gas (Gambar
4).

Uji Sitrat
Sebanyak 1 ose isolat bakteri umur 24 jam, diinokulasikan pada tabung reaksi
yang berisi medium Simmon’s Citrate Agar, lalu diinkubasi selama 24-48 jam
pada suhu ruang atau 37oC. Uji positif ditandai dengan adanya perubahan warna
medium dari hijau menjadi biru.

Uji Katalase
Sebanyak 1 ose kultur bakteri umur 24 jam, diletakkan pada gelas objek yang
bersih, kemudian diteteskan sebanyak 1 tetes larutan H2O2 (hidrogen peroksida)
3%. Uji positif ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung oksigen
(Gambar 5).

Uji Oksidase
Sebanyak 1 ose kultur bakteri umur 24 jam dioleskan pada oxidase strips,
kemudian dilihat perubahan warna yang terjadi di sekitar olesan. Uji positif
ditandai dengan berubahnya strips menjadi ungu atau violet.

5
4.1.2 SECARA MIKROSKOPIS (PEWARNAAN GRAM)

A. Acara Praktikum: identifikasi bakteri secara mikroskopis berdasarkan


pewarnaan Gram

B. Tujuan Praktikum :
 Memperkenalkan prosedur identifikasi bakteri secara mikroskopis dengan
metode pewarnaan Gram
 Mampu mengidentifikasi dan membedakan bakteri berdasarkan sifat
pewarnaan Gram

C. Teori Praktikum :
Salah satu ciri taksonomi pada bakteri adalah respon mereka terhadap
pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram merupakan suatu metode yang mendasar
untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok berdasarkan sifat
kimia dan fisik dari dinding selnya, yaitu bakteri Gram positif dan Gram
negatif. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark
Hans Christian Gram (1853–1938).
Dinding sel merupakan lapisan selubung sel yang terletak diantara
membran sitoplasma dan kapsul. Dinding sel bakteri bersifat kaku dapat
berperan dalam mempertahankan bentuk dan melindungi sel dari perubahan
tekanan osmotik antara sel dengan lingkungannya. Dinding sel bakteri Gram
positif tersusun atas peptidoglikan yang tebal (90%) dan membran
sitoplasma, sedangkan dinding sel bakteri Gram negatif tersusun atas tiga
lapisan yaitu membran luar, peptidoglikan yang tipis (5-20%), dan membran
sitoplasma (Gambar 1). Pada bakteri Gram negatif bagian luar sel terdapat
komponen berupa lipopolisakarida (LPS), tetapi tidak semua bakteri Gram
negatif memiliki LPS. LPS merupakan substansi berbahaya yang berperan
sebagai endotoksin.

6
Gambar 1. Perbedaan dinding sel bakteri Gram positif dan Gram negatif

Berikut beberapa kelompok bakteri yang diklasifikasikan berdasarkan


morfologi selnya (pewarnaan Gram), yaitu:
1. Coccus Gram (+)
 Staphylococcus  spesies patogen paling utama: S. aureus, penyebab
pneumonia, meningitis, empiema, endokarditis, atau sepsis dengan
supurasi di berbagai organ.
 Streptococcus  spesies patogen paling utama: S. pyogenes, penyebab
faringitis, impetigo, atau demam reumatik, S. agalactiae, penyebab sepsis
dan meningitis pada neonatus, dan S. pneumoniae, penyebab pneumonia,
sinusitis, otitis, bronkitis, bakteremia, meningitis dan infeksi lainnya.

2. Coccus Gram (-)


Kebanyakan bakteri coccus adalah Gram (+), kecuali kelompok Neisseria
yang merupakan bakteri Gram (-). Bakteri patogennya antara lain:
 N. meningitidis, penyebab meningitis dan septisemia.
 N. gonorrhoeae, penyebab uretritis/servisitis gonore (infeksi menular
seksual - IMS).

7
3. Bacil Gram (+)
a. Membentuk spora:
 Bersifat aerob  Bacillus, spesies patogen: B. anthracis, penyebab
antraks.
 Bersifat anaerob  Clostridium, spesies patogen: C. tetani
(penyebab tetanus), C. perfringens (penyebab gas gangrens) dan C.
botulinum (penyebab keracunan pada makanan kaleng).
b. Tidak membentuk spora:
 Corynebacterium, spesies patogen: C. diphtheria, penyebab difteri.
 Listeria, spesies patogen: L. monocytogenes, penyebab penyakit
menyerupai mononukleosis infeksiosa.
 Genus lainnya: Propionibacterium, Actinomycetes dan
Erysipelothrix.

4. Bacil Gram (-)


Meliputi famili bakteri fakultatif Enterobacteriaceae, yang merupakan flora
normal pada manusia dan hewan serta dapat ditemukan di lingkungan.
Berikut beberapa genus bakteri yang patogen: Salmonella (S. typhi, dsbnya),
Shigella (S. dysenteriae, dsbnya), Escherichia (E. coli), Proteus, dan
Yersinia, serta genus Proteus yang merupakan patogen penting di rumah sakit
(infeksi nosokomial).

5. Coccobacil Gram (-)


Meliputi patogen saluran nafas seperti genus Haemophilus dan Bordenella.

6. Bakteri spiral
Helicobacter pylori penyebab ulkus lambung dan ulkus duodenum, dan
Campylobacter jejuni menyebabkan diare akut.

8
Gambar 2. Bentuk-bentuk sel bakteri

D. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan meliputi: bunsen, korek api, jarum ose, pipet tetes,
kaca objek (glass object), kaca tutup, baskom pewarnaan, wadah, rak tabung,
mikroskop.
Bahan yang digunakan meliputi: beberapa stok kultur bakteri dari
Laboratorium Mikrobiologi Universitas Abdurrab, larutan kristal violet,
larutan lugol’s iodin (mordant), alkohol 96% (decolorator), alkohol 70%,
larutan safranin (counter stain), aquadest steril, immersion oil, marker atau
label, spiritus.

E. Cara Kerja :
1. Letakkan 1 tetes aquadest steril pada kaca objek (object glass), kemudian
ambil 1 ose bakteri dan diratakan menggunakan ose. Selanjutnya
difiksasi dengan tujuan agar sel bakteri tertempel pada permukaan kaca
objek dan tidak lepas saat dilakukannya proses pewarnaan Gram.
2. Teteskan sebanyak 2-3 tetes preparat dengan larutan kristal violet selama 1
menit.
3. Buang sisa cat dan bilas dengan aquadest steril.
4. Teteskan sebanyak 2-3 tetes preparat dengan larutan lugol’s iodin selama 2
menit.
5. Buang sisa cata dan bilas dengan aquadest steril.

9
6. Beri larutan pemucat (decolorizing) dengan alkohol 96% selama 15-30
detik. Catatan: hati-hati dalam pelunturan, lakukan dengan menuangkan
tetes demi tetes alkohol sampai warna kristal violet kepucatan.
Pelunturan jangan terlalu lama.
7. Buang sisa larutan dan bilas dengan aquadest steril.
8. Teteskan sebanyak 2-3 tetes preparat dengan larutan safranin selama 30
detik.
9. Buang sisa cat dan bilas dengan aquadest steril.
10. Keringkan preparat dengan menggunakan kertas serap (blotting) secara
hati-hati, jangan digeserkan yang akan berakibat lepasnya preparat.
11. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
12. Gambarkan hasil pengamatan beserta interpretasinya.

Gambar 3. Prosedur pewarnaan Gram

10
F. Pembacaan dan Interpretasi
Bakteri Gram positif : sel bakteri berwarna ungu
Bakteri Gram negatif : sel bakteri berwarna merah muda

Gambar 3. Hasil pewarnaan Gram positif dan Gram negatif

11
Beberapa Contoh Spesies Bakteri Berdasarkan Klasifikasi
Pewarnaan Gram

1. Staphylococcus aureus dengan pewarnaan Gram

2. Streptococcus pneumonia dengan pewarnaan Gram

12
3. Neisseria gonorrhoeae dengan pewarnaan Gram

4. Salmonella typhi dengan pewarnaan Gram

5. Mix anaerobic infections

13
Check list Praktikum Mikrobiologi Aktif Pewarnaan Gram

Nama peserta :
Tanggal ujian :
No Poin Penilaian 0 1 2
Pembuatan Preparat untuk Pewarnaan
1 Tandai pojok kiri kaca objek dengan marker/label
Letakkan 1 tetes larutan aquadest steril pada kaca objek
secara aseptik
2 Ambil biakkan bakteri dari media kultur menggunakan ose
secara aseptik
(catatan: membuka cawan petri/tabung reaksi di sekitar api
bunsen, panaskan ose sampai membara sebelum dan sesudah
dipakai, letakkan ose yang sudah digunakan dalam cairan
alkohol 70%)
3 Ratakan spesimen menggunakan ose
4 Lewatkan kaca objek di atas api bunsen hingga kira-kira
kering (untuk fiksasi panas)
Pewarnaan Gram
5 Letakkan kaca objek yang telah difiksasi di atas rak
pengecatan
Tetesi preparat dengan kristal violet 2-3 tetes selama 1 menit,
kemudian bilas dengan aquadest
6 Tetesi preparat dengan larutan iodin 2-3 tetes selama 2 menit,
kemudian bilas dengan aquadest
7 Pemucatan dengan alkohol 96% selama 15-30 detik (hati-hati
jangan terlalu lama), kemudian bilas dengan aquadest
8 Tetesi preparat dengan safranin 2-3 tetes selama 30 detik,
kemudian bilas dengan aquadest
9 Serap sisa aquadest dengan kertas serap, dan diamati di
bawah mikroskop perbesaran 100x

No Poin Penilaian Bisa Tidak bisa


1 Diagnosis mikroskopis (4 poin)
2 2 spesies patogen (4 poin)

Nilai = /18
Penguji,

( )

14
4.1.3 SECARA MIKROSKOPIS (PEWARNAAN TAHAN ASAM
METODE ZIEHL – NEELSEN)

A. Acara Praktikum: identifikasi bakteri secara mikroskopis berdasarkan


pewarnaan Ziehl-Neelsen

B. Tujuan Praktikum :
 Memperkenalkan prosedur identifikasi bakteri secara mikroskopis dengan
metode Ziehl-Neelsen
 Mampu mengidentifikasi sifat tahan asam dari Bakteri Tahan Asam (BTA)

C. Teori Praktikum
Beberapa bakteri tertentu tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan
sederhana ataupun Gram, misalnya genus Mycobacterium, Retinomycites, dll.
Hal ini disebabkan sel-sel bakteri diselubungi oleh semacam komponen lilin
(lipid) dan asam mycolat, sehingga selnya sukar ditembus oleh zat-zat warna.
Tetapi bakteri tersebut dapat diwarnai dengan larutan carbol fuchsin (sambil
dipanaskan), dimana zat warna ini dapat meresap dan diikat oleh sel bakteri.
Keistimewaan dari bakteri tersebut yaitu zat warna yang telah diikat sukar
dilepaskan walaupun dilakukan dengan pencucian dengan alkohol-asam,
misalnya asam sulfat atau asam klorida. Oleh karena bakteri-bakteri seperti
ini tahan terhadap pencucian asam-asam mineral, maka bakteri ini disebut
dengan Bakteri Tahan Asam (BTA).
Pewarnaan tahan asam ini digunakan untuk mendeteksi adanya bakteri
tahan asam (BTA), seperti genus Mycobacterium. Terdapat lebih dari 50
spesies Mycobacterium, sebagian besar merupakan organisme lingkungan
yang jarang menyebabkan infeksi pada manusia. Spesies patogen bakteri
tahan asam yang umumnya menginfeksi manusia adalah Mycobacterium
tuberculosis, penyebab penyakit tuberkulosis (TBC/TB) dan Mycobacterium
leprae, penyebab penyakit lepra atau kusta.

15
Hasil pemeriksaan BTA dilaporkan berdasarkan IUATLD (International
Unit Associated Treatment Lung Disease). Kriterianya antara lain sebagai
berikut:
tidak ada BTA / 100 LP tidak ada BTA
1 - 9 BTA / 100 LP hasil dilaporkan
10 - 99 BTA / 100 LP BTA + (positif satu)
1 - 10 BTA / LP BTA ++ (positif dua)
10 BTA / LP BTA +++ (positif tiga)

Bahan atau Spesimen untuk Pemeriksaan Bakteriologi M. tuberculosis


Agar mendapatkan hasil yang diharapkan perlu diperhatikan waktu
pengambilan sampel, tempat penampungan, waktu penyimpanan dan cara
pengiriman bahan pemeriksaan. Pada pemeriksaan laboratorium tuberkulosis ada
beberapa macam bahan pemeriksaan yaitu:
1. Dahak
Memeriksa dahak menggunakan mikroskopis pada 3 spesimen yang dikenal
dengan istilah SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu).
Dahak yang baik untuk diperiksa adalah dahak yang mukopurulen (nanah
berwarna hijau kekuning-kuningan), bukan ingus juga bukan ludah,
jumlahnya 3-5ml tiap pengambilan.
Pada orang dewasa harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari
berturut-turut.
- Sewaktu: Dahak dikumpulkan pada saat suspek TBC datang berkunjung
pertama kali datang ke pelayanan kesehatan. Pada saat pulang suspek
membawa sebuah pot untuk mengumpulkan dahak hari kedua.
- Pagi: Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bagun tidur. Pot tersebut diantar sendiri ke laboratorium pelayanan
kesehatan.
- Sewaktu: Dahak di kumpulkan pada hari pada saat menyerahkan dahak
pagi kepada pihak pelayanan kesehatan.
2. Cairan pleura
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien efusi pleura untuk menegakkan
diagnosis.

16
3. Liquor cerebrospinal
4. Bilasan bronkus
5. Bilasan lambung
Air kuras lambung, umumnya anak-anak atau penderita yang tidak dapat
mengeluarkan dahak. Tujuan dari kuras lambung untuk mendapatkan dahak
yang tertelan. Dilakukan pagi hari sebelum makan dan harus cepat
dikerjakan.
6. Urin
Air Kemih, urin pagi hari, pertama kali keluar, merupakan urin pancaran
tengah. Sebaiknya urin kateter.
7. Jaringan biopsi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
tuberkulosis. Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi.

Bahan atau Spesimen untuk Pemeriksaan Bakteriologi M. leprae


Sampel diambil pada bagian yang sedang terjadi infeksi aktif, yaitu
1. Risa serum (cairan jaringan), dapat diambil dari: cuping telinga (paling sering
dilakukan), punggung, jari tangan, paha, atau bagian kulit yang terdapat
kelainan
2. Cairan hidung
3. Cairan telinga
4. Darah
5. Sputum

Cara Pengambilan Sampel dari Cuping Telinga:


a. Bersihkan cuping telinga dengan kapas alkohol 70% atau 96%, biarkan
kering. Jepit dengan jari telunjuk dan ibu jari keras-keras.
b. Lakukan insisi dengan skapel sepanjang kira-kira 5mm dan dalamnya 2mm.
Bila ada pendarahan sebaiknya dibersihkan.
c. Putar skapel 90oC dengan posisi melintang, skapel ditarik ke posisi semula
sehingga didapat cairan jaringan.
d. Bahan ini dioleskan merata pada kaca objek/object glass.

17
e. Luka bekas insisi dibersihkan dan ditutup plester, skapel dimasukan ke dalam
desinfektan.
f. Selanjutnya sampel yang diperoleh dilakukan pewarnaan Ziehl-Neelsen.

PEWARNAAN TAHAN ASAM METODE ZIEHL – NEELSEN


D. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan meliputi: bunsen, korek api, jarum ose, pipet tetes,
kaca objek (glass object), kaca tutup, baskom pewarnaan, wadah, rak tabung,
skapel, plester, mikroskop.
Bahan yang digunakan meliputi: sputum segar (sputum pagi) atau sampel
cuping telinga, larutan carbol fuchsin, larutan H2SO4 3% dalam alkohol
absolut (asam alkohol), larutan methylen blue atau malachite green, aquadest
steril, immersion oil, alkohol 70%, spiritus.

E. Cara Kerja :
1. Teteskan sebanyak 1 tetes aquadest steril pada kaca objek menggunakan
pipet tetes, kemudian diambil sebanyak 1 ose sputum secara aseptik, lalu
dioleskan rata di atas kaca objek.
2. Fiksasi preparat di atas api bunsen hingga kering/nempel di atas kaca
objek.
3. Teteskan preparat dengan larutan carbol fuchsin sebanyak 2-3 tetes selama
5 menit (sambil dipanaskan di atas bunsen sampai terjadi penguapan.
Catatan: jangan sampai mendidih atau hangus).
4. Buang sisa cat dan bilas dengan aquadest.
5. Teteskan preparat dengan larutan H2SO4 3% sampai cat tampak larut
semua.
6. Buang sisa cat dan bilas dengan aquadest.
7. Teteskan preparat dengan larutan methylen blue atau malachite green
selama 1-2 menit.
8. Buang sisa cat dan bilas dengan aquadest.
9. Keringkan preparat dengan menggunakan kertas serap (blotting) secara
hati-hati, jangan digeserkan yang akan berakibat lepasnya preparat.

18
10. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
11. Gambarkan hasil serta interpretasinya.

F. Pembacaan dan Interpretasi :


 Bakteri tahan asam : sel berwarna merah, bentuk batang halus
disertai non BTA
 Bakteri tidak tahan asam : berwarna biru

Gambar 1. Hasil Pewarnaan Tahan Asam

Contoh Pewarnaan Tahan Asam yang lainnya :


I. Cara KINYOUN
A. Larutan carbol fuchsin menurut Kinyoun : basic fuchsin 4g, alkohol 95%
sebanyak 20ml, phenol 8g, dan aquadest 100ml. Fuchsin digerus dalam
mortir dengan alkohol sampai larut. Dicuci berkali-kali mortir itu dengan
air dan pindahkan ke dalam botol. Dipanasi phenol di atas penangas air
56°C sampai mencair dan ditambah phenol ke larutan tadi. Biarkan selama
24 jam, kemudian disaring dan siap untuk dipakai.
B. Dekolorisasi : HCl 3-5% atau asam-sulfat 5%
C. Counter stain : methylen blue 1% dalam air

Caranya :
1. Buat sediaan apus, kemudian fiksasi di atas api bunsen.
2. Tuangi dengan larutan Kinyoun, biarkan selama 3-5 menit.
3. Cuci dengan air mengalir pelan-pelan : ½ menit.

19
4. Tetesi dengan asam-sulfat 5%, biarkan : ½ menit.
5. Tetesi dengan alkohol 70%, biarkan : ½ menit.
6. Cuci dengan air mengalir pelan-pelan : ½ menit.
7. Warnai dengan methylen biru, biarkan : 1 menit.
8. Cuci dengan air mengalir, keringanginkan dan amati di bawah mikroskop.
Cara Kinyoun tidak perlu dipanasi.
9. Hasil pewarnaan:
Bakteri Tahan Asam : Merah
Tidak Tahan Asam : Biru

II. Cara GOBBET


1. Buat preparat, fiksasi di atas api, kemudian tuangi dengan basic fuchsin
yang terdiri dari : basic fuchsin 0,9g, alkohol 95% sebanyak 10ml, phenol
5% sebanyak 90ml, dipanasi sampai keluar uap dan dibiarkan selama 3-5
menit.
2. Bersihkan dengan air kran mengalir pelan-pelan ½ menit.
3. Dicelupkan ke dalam larutan Gobbet selama 1 menit. Larutan Gobbet
terdiri dari metilen biru 1g, asam-sulfat 96% sebanyak 20ml, alkohol
absolut sebanyak 30ml dan aquadest sebanyak 50ml.
4. Bilas dengan aquadest, keringanginkan dan diamati di bawah mikroskop.
5. Hasil pewarnaan:
Bakteri Tahan Asam : Merah
Tidak Tahan Asam : Biru

III. Cara TAN THIAM HOK


Cara ini merupakan kombinasi dari Kinyoun dan Gobbet:
1. Sediaan sesudah difiksasi di atas api bunsen, dicelupkan ke dalam larutan
Kinyoun selama 3 menit.
2. Dicuci dengan aquadest selama ½ menit.
3. Dicelupkan lagi dalam larutan Gobbet selama 1 menit.
4. Dibilas dengan aquadest, keringkan dalam temperatur kamar dan diamati
di bawah mikroskop.

20
5. Hasil pewarnaan:
Basil Tahan Asam : Merah
Tidak Tahan Asam : Biru muda

Hasil Mikroskopis Bakteri Genus Mycobacterium

21
Check list Praktikum Mikrobiologi Aktif
Pemeriksaan BTA dari Sputum dengan Metode Ziehl – Neelsen

Nama peserta :
Tanggal ujian :

No Poin Penilaian 0 1 2
Pembuatan Preparat untuk Pengecatan
1 Tandai pojok kiri kaca objek dengan marker/label
Letakkan 1 tetes aquadest pada gelas objek
2 Ambil sputum dengan ose secara aseptik, ratakan
menggunakan ose
(catatan: panaskan ose sampai membara sebelum
dan sesudah dipakai, letakkan ose yang sudah
digunakan ke dalam cairan alkohol 70%)
3 Lewatkan kaca objek di atas api bunsen hingga
kira-kira kering (untuk fiksasi panas)
Pewarnaan Ziehl – Neelsen
4 Letakkan kaca objek yang telah difiksasi di atas rak
pengecatan
Tetesi preparat dengan carbol fuchsin selama 5
menit, sambil dipanaskan di atas nyala api sampai
terjadi penguapan
(hati-hati jangan sampai mendidih)
Bilas sisa cat dengan air aquadest
5 Tetesi preparat dengan H2SO4 3% sampai cat larut
semua
Bilas sisa cat dengan air aquadest
6 Tetesi preparat dengan methylen blue selama 1-2
menit
Bilas sisa cat dengan aquadest, dikeringkan
menggunakan kertas serap, dan diamati di bawah
mikroskop perbesaran 100x

No Poin Penilaian Bisa Tidak bisa


1 Diagnosis mikroskopis (6 poin)
2 2 spesies patogen (4 poin)

Nilai = / 18

Penguji

( )

22
MODUL 4.3
IDENTIFIKASI JAMUR (FUNGI)

Ciri-Ciri Jamur
Jamur termasuk organisme eukariotik karena sel penyusunnya telah
memiliki membran inti. Sel jamur juga memiliki dinding sel dari bahan kitin
(chitine) yang merupakan polimer karbohidrat mengandung nitrogen.

Umumnya jamur merupakan organisme bersel banyak (multiseluler), tetapi


ada juga yang bersel tunggal (uniseluler), contohnya jamur ragi tape
(Saccharomyces sp). Tubulus silindris yang bercabang dengan diameter bervariasi
dari 2-10 µm disebut hifa. Masa hifa yang saling berjalin yang berakumulasi
selama pertumbuhan aktif disebut miselium. Pada jamur multiseluler yang hifanya
tidak bersekat (asepta), inti selnya tersebar di dalam sitoplasma dan berinti
banyak. Jamur jenis ini disebut jamur senositik (coenocytic). Jamur yang bersekat
umumnya berinti satu dan disebut sebagai jamur monositik (monocytic).
Bentuk jamur mirip dengan tumbuhan, tetapi jamur tidak memiliki daun dan
akar sejati. Selain itu, jamur tidak memiliki klorofil sehingga tidak mampu
berfotosintesis. Dengan demikian, jamur merupakan nutrisi yang absorbtif dan
dinding selnya tersusun atas senyawa kitin, memiliki hifa senositik dan
bereproduksi dengan membentuk zoospora berflagel.

23
4.3.1 Rhizopus

A. Ciri-ciri Rhizopus:
- Rhizopus merupakan genus jamur ordo Mucorales
- Ciri khas: memiliki hifa yang membentuk Rhizoid untuk menempel ke
substrat dan hifanya tidak bersekat (hifa senositik).
- Rhizopus sp. mempunyai 3 tipe hifa, yaitu:
1. Stolon, hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat
(misalnya: roti).
2. Rizoid, hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkar
untuk menyerap makanan.
3. Sporangiofor, hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan
memiliki sporangium globuler di ujungnya.

B. Peranan:
- Rhizopus oryzae untuk membuat tempe.
- Rhizopus stoloniferus biasanya tumbuh pada roti basi.

C. Penyakit:
- Otomikosis, Zigomikosis viceral

C
B

Keterangan: (A) sporangiofor, (B), columella, dan (C) sporangium

24
Rhizopus: sporangiofor, columella, dan sporangium

25
4.3.2 Penicillium

A. Ciri-ciri Penicillium:
- Penicillium adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes.
- Ciri khas: hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut
konidium, tangkai konidium disebut konidiofor, dan spora yang
dihasilkannya disebut konidia. Konidium membentuk cabang-cabang yang
disebut phialides, sehingga tampak membentuk geumbul. Lapisan dari
phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora
disebut sterigma.

B. Peranan:
- Penicillium antara lain Penicillium notatum sebagai penghasil antibiotik
penisilin.
- Penicillium camembertii yang digunakan untuk membentuk keju.

C. Penyakit:
- Otomikosis

Penicillium: (A) hifa septa, (B) konidia,

26
Penicillium: konidia, konidiofor

A
B
C

Penicillium: (A) sterigma, (B) konidia, (C) konidiofor, dan (D) phialides

27
4.3.3 Aspergillus

A. Ciri-ciri Aspergillus:
- Aspergillus merupakan genus fungi dari ordo Hypomycetes.
- Ciri khas: membentuk badan spora yang disebut konidium, tangkai
konidium disebut konidiofor, dan spora yang dihasilkannya disebut konidia.
Konidium membentuk cabang-cabang yang disebut phialides. Phialides
bercabang 2 kali sehingga punya ciri khas memiliki sterigma primer dan
sekunder.

B. Peranan:
- Aspergillus oryzae yang digunakan untuk pembuatan tempe.
- Aspergillus flavus memproduksi Aflatoxin.

C. Penyakit:
- Otomikosis, Onikomikosis, Aspergilosis, Keratomikosis

Aspergillus: (A) konidiofor

28
a

b
c

Aspergillus: (a) konidia, (b) konidiofor, (c) hifa septa

Aspergillus: konidia, sterigma primer dan sekunder

29
4.3.4 Candida albicans

Ciri-Ciri Candida albicans :


- Merupakan spesies cendawan patogen dari golongan Deuteromycota,
menyebabkan kandidiasis pada kulit, mukosa dan organ dalam manusia.
- Candida albicans bersifat dimorfik, yaitu sel ragi tunas (bentuk oval) dan
pseudohifa.
Pseudohifa terbentuk ketika tunas terus tumbuh tetapi gagal lepas dan
menghasilkan rantai sel memanjang dan menyempit atau mengerut pada
septa diantara sel.
- Candida albicans dapat dikontrol oleh bakteri baik agar tetap berada
dalam jumlah yang rendah dan seimbang, tetapi ada beberapa faktor resiko
yang bisa membunuh bakteri baik, sehingga jumlah Candida albicans
tidak terkendali lagi.
- Penyakit yang ditimbulkan: Kandidiasis
- Faktor resiko kandidiasis:
AIDS, kehamilan, DM, kotikosteroid, pil KB, DM, kemoterapi

Candida albicans

30
Candida albicans: pseudohifa, klamidospora

Candida albicans

31
4.3.5 Malassezia furfur

Ciri-ciri Mikroskopik:
- Hifa pendek-pendek dan spora bergerombol serta bertunas (gambaran
seperti meatball and spaghetti, alias mie bakso pada Pytiriasis versikolor).

Penyakit:
- Tinea vesikolor / Ptyrosporum vesicolor / panu

Pemeriksaan Kulit dengan KOH:


- Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%.
- Cara kerja: Kulit yang mengalami kelainan dilakukan kerokan dengan
menggunakan skapel yang telah disterilkan dengan alkohol 70%. Hasil
kerokan ditampung pada cawan petri steril atau kertas steril, dan dilakukan
pemeriksaan dengan cara spesimen diambil menggunakan jarum ose, lalu
diletakkan pada object glass dan diberi larutan KOH 10%, kemudian
ditutup dengan deck glass. Selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop
dengan pembesaran 40x.

32
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, GF., Butel JS., Morse SA. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jawetz,
Melnick & Adelberg, ed 23. Jakarta (IN): Buku Kedokteran, EGC
Fibriarti, BL., Martina, A. 2011. Petunjuk Praktikum: Sistematika Mikroba
(BM13101). Pekanbaru (IN): Laboratorium Mikrobiologi Universitas Riau
Gillespie, S., Bamford, K. 2009. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi,
edisi ketiga. Jakarta (IN): Erlangga
Hadioetomo, RS. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta (IN): PT. Gramedia Pustaka Utama
Hadi, P. 2010. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Semarang (IN): Bagian
Mikrobiologi FK UNDIP
Todar, K. 2009. Todar’s Online Textbook of Bacteriology. Diunduh dari
www.textbookofbacteriology.net

33
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Nama :
NIM :

Spesies: Spesies:

Spesies: Spesies:

34
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Nama :
Nim :

Spesies: Spesies:

Spesies: Spesies:

35
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Nama :
Nim :

Spesies: Spesies:

Spesies: Spesies:

36
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Nama :
Nim :

37
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Nama :
Nim :

38
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Nama :
Nim :

39

Anda mungkin juga menyukai