Anda di halaman 1dari 93

UJI EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DARI KOLAGEN

TULANG IKAN GABUS (Channa striata) DALAM


SEDIAAN KRIM PADA TIKUS PUTIH
JANTAN (Rattus norvegicus)

SKRIPSI

OLEH

NAJWA MILADI HASRI


154301040

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2019
UJI EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DARI KOLAGEN
TULANG IKAN GABUS (Channa striata) DALAM
SEDIAAN KRIM PADA TIKUS PUTIH
JANTAN (Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Ditujukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Tjut Nyak Dhien

OLEH

NAJWA MILADI HASRI


154301040

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Uji Efek Penyembuhan Luka Bakar Dari Kolagen Tulang Ikan Gabus

(Channa striata) Dalam Sediaan Krim Pada Tikus Putih Jantan (Rattus

norvegicus)”. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien, Medan.

Pada kesempatan ini dengan penuh keikhlasan dan kerendahan hati penulis

juga menyampaikan banyak terimakasih kepada mereka yang selama ini telah

membantu, membimbing, mengarahkan dan mendampingi pembuatan Skripsi ini.

1. Ibu Hj. Cut Sartini, selaku Ketua Yayasan APIPSU Medan.

2. Bapak Dr. Kurniawan Sinaga, S.Pt., M.Si., selaku Rektor Fakultas Farmasi

Universitas Tjut Nyak Dhien.

3. Ibu Yessi Febriani, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Tjut Nyak Dhien, Ibu Eva Sartika Dasopang, S.Si., M.Si., Apt., selaku Wakil

Dekan Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien dan Ibu Desy Natalia

Siahaan, S.Farm., Apt., M.Farm,, selaku Kepala Prodi Fakultas Farmasi

Universitas Tjut Nyak Dhien.

4. Ibu Nilsya Febrika Zebua, S.Farm., M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Sudewi, M.Si.,

Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk

membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan

bahan skripsi ini.

5. Para dosen dan staf Fakultas Farmsi Universitas Tjut Nyak Dhien yang telah

memberi bimbingan selama masa perkuliahan.

iv
6. Teristimewa kepada ayahanda Hasan Manurung dan ibunda Sri Misni,

kakanda Farhana Hasri dan seluruh anggota keluarga yang telah memberikan

saya dukungan, pengorbanan serta doa yang tiada henti-hentinya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Bahan Skripsi ini dengan baik

7. Bang Budianto Lumban Gaol, S.Farm., Kak Kanne Dachi, S.Farm., Apt., Ibu

Muharni Saputri, S.Farm., M.Si., Apt., Ibu Aisah, S.Farm., Apt., Ika Julianti

Tambunan S.Farm., Apt., selaku staf Laboratorium Fakultas Farmasi

Universitas Tjut Nyak Dhien yang telah banyak membantu penulis selama

melakukan penelitian.

8. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada teman-teman farmasi angkatan

Reguler 2015, kawan seperjuangan satu dosen pembimbing Nurul dan Linda

dan kepada sahabat-sahabat saya Atikah Dwi Utami, Maldini ND., Ade

Fahira Sazani, Novi Husvira, Nadya Ramadhani yang telah memberi bantuan,

doa serta semangat selama masa perkuliahan.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu

penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

semua pihak agar nantinya dapat penulis gunakan dalam penelitian selanjutnya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu. Dengan satu

harapan semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua, Amin Ya

Rabbal’Alamin.

Medan, Mei 2019


Penulis,

Najwa Miladi Hasri

v
UJI EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DARI KOLAGEN
TULANG IKAN GABUS (Channa striata) DALAM
SEDIAAN KRIM PADA TIKUS PUTIH
JANTAN (Rattus norvegicus)

ABSTRAK

Pemanfaatan kolagen tulang ikan gabus (Channa striata) dalam sediaan


krim adalah alternatif untuk mengurangi limbah ikan gabus (Channa striata).
Sudah diteliti bahwa ikan gabus (Channa striata) mengandung kolagen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penyembuhan luka bakar
dari kolagen tulang ikan gabus (Channa striata) yang diformulasikan ke dalam
sediaan krim.
Penelitian memakai metode eksperimental dengan bahan uji tulang ikan
gabus (Channa striata). Penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu isolasi
kolagen dari tulang ikan gabus (Channa striata), karakterisasi kolagen, formulasi
dan evaluasi sediaan krim, kemudian dilakukan uji efek penyembuhan luka bakar
pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) dan hasilnya dianalisis menggunakan
SPSS 22.0 Free trial metode One Way ANOVA dan Post-Hoc Tukey HSD.
Hasil penelitian menunjukkan dari tulang ikan gabus (Channa striata)
dapat diisolasi kolagen dan diperoleh hasil rendemen 33,3%. Hasil karakterisasi
kolagen memenuhi syarat baku kolagen. Hasil evaluasi sediaan krim
menunjukkan sediaan memenuhi syarat evaluasi sediaan krim. Hasil uji efek
penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
menunjukkan pada K1 luka bakar sembuh pada hari ke-21, K2 hari ke-12, K3 hari
ke-15, K4 hari ke-18 dan K5 hari ke-18. Pengukuran diameter luka bakar yang
dilihat pada hari ke-21 menunjukkan K1=1,20cm, K2=0,15 cm, K3=0,10cm, K4=
0,45cm, K5=0,40cm. Hasil analisis statistik diameter luka bakar menunjukkan
perbedaan yang signifikan p=0,000 (p<0,05) padasetiap kelompok. K3
menunjukkan diameter luka bakar yang paling kecil, dapat disimpulkan dosis
optimal sediaan krim kolagen tulang ikan gabus (Channa striata) adalah
konsentrasi 3%.
__________________________________________________________________
Kata kunci: Ikan gabus (Channa striata), Kolagen, Sediaan krim, Luka bakar,
Tikus putih jantan (Rattus norvegcus)

vi
TEST OF BURN WOUND HEALING EFFECT FROM
SNAKEHEAD FISH (Channa striata) BONE’S
COLLAGEN IN CREAM ON WHITE
MALE RAT (Rattus norvegicus)

ABSTRACT

The use of snakehead fish (Channa striata) collagen in cream is an


alternative to reduce the fish waste. Had been researched before that snakehead
fish (Channa striata) contain collagen. This research aims to study the burn
wound healing effectivity of bone’s collagen of snakehead fish (Channa striata)
that is formulated into cream.
This study used the Experimental method with bone of snakehead fish
(Channa striata) as sampleto. This study consisted of 4 (four) such as isolation of
collagen from snakehead fish bone (Channa striata), characterization of collagen
by analyzing moisture, ash, protein, fat and functional group analysis with FTIR,
formulation and evaluation of cream such as organoleptic test , homogeneity test,
pH measurement, stability test, and irritation test, and burn wound healing test in
male white rats (Rattus norvegicus) and the result is analyzed using SPSS 22.0
Free trial and One Way ANOVA and Post-Hoc Tukey HSD.
The results showed that fish collagen could be isolated from snakehead
fish (Channa striata) and the yield obtained is 33.3%. The results of collagen
characterization met the collagen standard requirements. The evaluation test result
met the standard requirements. Results of the burn wound healing test in male
white rats (Rattus norvegicus) showed that K1 burn wound recovered on day 21,
K2 on day 12, K3 on day 15, K4 on day 18 and K5 on day 18. Measurement of
burn wound diameter on day 21 showed K1 = 1.20 cm, K2 = 0.15 cm, K3 = 0.10
cm, K4 = 0.45 cm, K5 = 0.40 cm. The results of the statistical analysis of burn
wound diameter showed a significant difference p = 0,000 (p <0.05) between each
group. K3 showed the reduction in the burn wound diameter is faster and the
smallest, it can be concluded that the optimal dose of snakehead fish (Channa
striata) bone’s collagen cream is a concentration of 3%.
__________________________________________________________________
Keywords: Snakehead fish (Channa striata), Collagen, Cream, Burn wound,
White male rat (Rattus norvegcus)

vii
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ........................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

ABSTRAK .................................................................................................. vi

ABSTRACT ................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2

1.3 Hipotesis ................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 5

2.1 Ikan Gabus .............................................................................. 5

2.1.1 Nama lain dan jenis ikan gabus .................................... 5

2.1.2 Manfaat dan kandungan ikan gabus.............................. 6

2.2 Struktur dan Fungsi Kulit........................................................ 7

2.2.1 Epidermis ...................................................................... 8

2.2.2 Dermis ........................................................................... 10

2.2.3 Subkutan ....................................................................... 10

2.3 Kolagen ................................................................................... 10

viii
2.3.1 Pengenalan kolagen ...................................................... 10

2.3.2 Tipe-tipe kolagen .......................................................... 12

2.3.3 Manfaat kolagen ........................................................... 13

2.4 Luka Bakar .............................................................................. 13

2.4.1 Definisi luka bakar ........................................................ 13

2.4.2 Klasifikasi luka bakar ................................................... 14

2.4.2.1 Menurut etiologi ............................................... 14

2.4.2.2 Menurut kedalaman luka .................................. 14

2.4.3 Proses penyembuhan luka bakar ................................... 16

2.4.3.1 Fase hemostasis ................................................ 16

2.4.3.2 Fase inflamasi ................................................... 17

2.4.3.3 Fase proliferasi ................................................. 17

2.4.3.4 Fase remodeling ............................................... 19

2.5 Sediaan Krim .......................................................................... 19

2.5.1 Tipe sediaan krim.......................................................... 20

2.5.2 Formulasi krim .............................................................. 20

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 23

3.1 Jenis Penelitian ...................................................................... 23

3.2 Tempat dan Waktu ................................................................. 23

3.3 Alat-alat ................................................................................. 23

3.4 Bahan-bahan .......................................................................... 23

3.5 Penyiapan Sampel .................................................................. 24

3.5.1 Pengumpulan Sampel ................................................... 24

3.5.2 Determinasi Hewan ...................................................... 24

3.5.3 Pengolahan Sampel ...................................................... 24

3.6 Pembuatan Pereaksi ............................................................... 24

ix
3.6.1 Pembuatan NaOH 0,1M ............................................... 24

3.6.2 Pembuatan CH3COOH 0,5M ....................................... 25

3.6.3 Pembuatan NaCl 10% .................................................. 25

3.6.4 Pembuatan NaOH 40% ................................................ 25

3.6.5 Pembuatan H3BO3 4% .................................................. 25

3.6.6 Pembuatan HCl 0,1N .................................................... 25

3.7 Prosedur Penelititan ............................................................... 25

3.7.1 Isolasi kolagen dari tulang ikan gabus .......................... 26

3.7.2 Rendemen kolagen ........................................................ 26

3.7.3 Karakterisasi kolagen tulang ikan gabus ...................... 26

3.7.3.1 Analisis kadar air .............................................. 26

3.7.3.2 Analisis kadar abu ............................................ 27

3.7.3.3 Analisis kadar protein ....................................... 28

3.7.3.4 Analisis kadar lemak ........................................ 28

3.7.3.5 Analisis gugus fungsi dengan Spektrofotometer


Fourier Transform Infrared (FTIR) .................... 29

3.7.4 Formulasi dan evaluasi sediaan kim ............................. 30

3.7.4.1 Formulasi sediaan krim kolagen tulang


ikan gabus ......................................................... 30

3.7.4.2 Evaluasi sediaan krim ....................................... 32

3.7.5 Uji efek penyembuhan luka bakar pada tikus putih


jantan ............................................................................ 33

3.7.5.1 Penyiapan hewan uji ......................................... 33

3.7.5.2 Pembuatan luka bakar ...................................... 34

3.7.5.3 Perlakuan pada hewan coba ............................. 34

3.8 Pengukuran Efek Penyembuhan Luka Bakar ........................ 35

3.9 Pengumpulan dan Analisis Data ............................................ 35

x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 37

4.1 Hasil Penelitian ...................................................................... 37

4.1.1 Determinasi hewan ....................................................... 37

4.1.2 Rendemen kolagen tulang ikan gabus .......................... 37

4.2 Hasil karakterisasi kolagen tulang ikan gabus ....................... 37

4.2.2 Hasil analisis komposisi kimia kolagen tulang


ikan gabus ..................................................................... 37

4.2.3 Analisis gugus fungsi kolagen tulang ikan gabus


dengan Spektrofotometer Transform Fourier Infrared
(FTIR) ........................................................................... 39

4.3 Evaluasi Sediaan Krim........................................................... 43

4.3.1 Hasil uji organoleptis sediaan krim .............................. 43

4.3.2 Hasil uji homogenitas sediaan krim ............................. 44

4.3.3 Hasil uji pH sediaan krim ............................................. 44

4.3.4 Hasil uji stabilitas sediaan krim.................................... 45

4.3.5 Hasil uji iritasi sediaan krim ......................................... 46

4.4 Hasil Uji Efek Penyembuhan Luka Bakar Sediaan Krim

Kolagen Tulang Ikan Gabus ...................................................... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 52

5.1 Kesimpulan ............................................................................ 52

5.2 Saran ...................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 53

LAMPIRAN ................................................................................................ 58

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Ikan Gabus (per 100g) ................................... 7

Tabel 3.1 Formula Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus ................ 31

Tabel 4.1 Hasil Analisis Komposisi Kimia Kolagen Tulang


Ikan Gabus ................................................................................ 38

Tabel 4.2 Hasil Analisis Gugus Fungsi Kolagen Tulang Ikan Gabus....... 42

Tabel 4.3 Hasil Analisis Gugus Fungsi Baku Kolagen ............................. 43

Tabel 4.4 Hasil Uji Organoleptis Sediaan Krim ....................................... 43

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Sediaan Krim ....................................... 44

Tabel 4.6 Hasil Uji pH Sediaan Krim ....................................................... 45

Tabel 4.7 Hasil Uji Stabilitas Sediaan Krim ............................................. 45

Tabel 4.8 Hasil Uji Iritasi Sediaan Krim ................................................... 46

Tabel 4.9 Data Pengukuran Diameter Luka Bakar ................................... 48

Tabel 4.10 Hasil Analisis Statistik Uji Post-Hoc Tukey HSD .................... 50

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambar Ikan Gabus ................................................................. 6

Gambar 2.2 Histologi Kulit ......................................................................... 8

Gambar 2.3 Struktur Kolagen ..................................................................... 12

Gambar 2.4 Struktur Molekul Nipagin ....................................................... 22

Gambar 4.1 Gambar Ikan Gabus ................................................................. 38

Gambar 4.2 Hasil Analisis Gugus Fungsi Kolagen Tulang Ikan Gabus ..... 41

Gambar 4.3 Hasil Analisis Gugus Fungsi Baku Kolagen ........................... 41

Gambar 4.4 Hasil Analisis Gugus Fungsi Kolagen Teripang Emas ........... 42

Gambar 4.5 Grafik Pengukuran Diameter Luka Bakar ............................... 48

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Determinasi ................................................................. 58

Lampiran 2. Sertifikat Hasil Analisis Komposisi Kimia Kolagen


Tulang Ikan Gabus ................................................................ 59

Lampiran 3. Gambar Sebagian Bahan dan Alat yang Digunakan ............ 61

Lampiran 4. Gambar Ikan Gabus,Tulang Ikan Gabus dan Hasil


Isolasi Kolagen Tulang Ikan Gabus ...................................... 62

Lampiran 5. Gambar Hasil Evaluasi Sediaan Krim .................................. 63

Lampiran 6. Perhitungan Dosis Lidokain ................................................. 67

Lampiran 7. Gambar Pengamatan Luka Bakar ......................................... 68

Lampiran 8. Data Pengukuran Diameter Luka Bakar ............................... 70

Lampiran 9. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ............................................ 71

Lampiran 10. Hasil Uji Levene ................................................................... 72

Lampiran 11. Hasil Uji One Way ANOVA ................................................ 73

Lampiran 12. Hasil Uji Post-Hoc Tukey HSD ............................................ 74

Lampiran 13. Bagan Alir Proses Isolasi Kolagen Tulang Ikan Gabus ....... 75

Lampiran 14. Bagan Alir Pembuatan Sediaan Krim Kolagen


Tulang Ikan Gabus ................................................................ 76

Lampiran 15. Bagan Alir Pengujian Efek Penyembuhan Luka Bakar........ 77

Lampiran 16. Contoh Format Surat Pernyataan Persetujuan Uji Iritasi


Sukarelawan .......................................................................... 78

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ikan gabus (Channa striata) adalah salah satu ikan yang hidup di perairan

tawar di Indonesia, seperti daerah aliran sungai di Sumatera, Kalimantan dan Jawa

(Muthmainnah, et al., 2012). Ikan gabus dimasyarakat saat ini sudah popular dan

banyak dikonsumsi karena dipercaya dapat membantu penyembuhan luka pasca

operasi. Ikan gabus diolah menjadi berbagai jenis masakan lalu disajikan kepada

orang yang sakit, terutama bagi yang pasien pasca operasi (Fajar, 2012).

Konsentrat protein albumin ikan gabus mengandung albumin tertinggi yaitu

20,80% (Asfar, et al., 2014) sehingga sangat baik untuk dikonsumsi bagi pasien

penderita hipoalbumin. Ikan gabus juga merupakan salah satu sumber kolagen

yang bisa didapat dari tulangnya. Selain itu, ikan gabus juga mengandung kolagen

yang memiliki efek dalam penyembuhan luka bakar.

Kolagen adalah senyawa protein rantai panjang yang tersusun atas asam

amino. Kolagen dalam tubuh terlibat dalam pembentukan jaringan. Secara

alamiah kolagen diproduksi oleh tubuh sebagai respon terjadinya kerusakan

jaringan seperti luka bakar. Pada proses penyembuhan luka bakar terjadi proses

regenerasi dermis melalui migrasi dan proliferasi fibroblas. Sebagai respon

terjadinya luka, makrofag dan fibroblas akan melepaskan faktor pertumbuhan

(growth factor) yang meningkatkan proses migrasi dan proliferasi fibroblas.

Fibroblas yang dihasilkan juga memproduksi kolagen–kolagen dan protein matrik

ekstraseluler lainnya untuk membantu penyembuhan luka (Schmidt dan Horsley,

2013). Oleh itu, kolagen memberi efek penyembuhan luka bakar.

1
2

Luka bakar adalah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh kontak

dengan sumber panas, seperti air, api, bahan kimia, listrik dan radiasi (Balqis,et

al., 2014). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi cedera

akibat luka bakar di Indonesia mencapai 70% pada tahun 2013. Penyembuhan

luka bakar dapat dibantu dengan adanya kolagen.

Pemanfaatan ikan gabus sebagai bahan baku albumin merupakan peluang

untuk mengembangkan ikan ini dalam skala yang lebih besar. Namun,

pengolahannya sebagai produk makanan sehat berdampak pada peningkatan

produk sampingnya, yaitu tulang, kulit dan sisik. Pemanfaatan produk sampingan

perikanan dapat menurunkan angka pembuangan limbah dan juga menciptakan

produk bernilai tambah (Alfaro, et al., 2015), salah satunya adalah dengan

memanfaatkan tulang ikan gabus menjadi sumber kolagen yang dapat diformulasi

menjadi sediaan krim untuk penyembuhan luka bakar.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian uji efek penyembuhan luka bakar dari kolagen tulang ikan

gabus dalam sediaan krim pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dibuat rumusan

masalah:

1. Apakah kolagen dapat diisolasi dari tulang ikan gabus?

2. Apakah karakterisasi kolagen tulang ikan gabus hasil isolasi

memenuhi syarat baku kolagen?

3. Apakah kolagen tulang ikan gabus dapat diformulasi menjadi sediaan

krim yang memenuhi syarat evaluasi sediaan krim?


3

4. Apakah sediaan krim kolagen tulang ikan gabus dapat menyembuhkan

luka bakar pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus)?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis dari

penelitian ini adalah:

1. Kolagen dapat diisolasi dari tulang ikan gabus.

2. Karakterisasi kolagen tulang ikan gabus hasil isolasi memenuhi syarat

baku kolagen

3. Kolagen tulang ikan gabus dapat diformulasi menjadi sediaan krim

yang memenuhi syarat evaluasi sediaan krim

4. Sediaan krim kolagen tulang ikan gabus dapat menyembuhkan luka

bakar pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengisolasi kolagen tulang ikan gabus.

2. Untuk mengetahui karakterisasi kolagen tulang ikan gabus hasil isolasi

memenuhi syarat baku kolagen.

3. Untuk memformulasi kolagen tulang ikan gabus menjadi sediaan krim

yang memenuhi syarat evaluasi sediaan krim.

4. Untuk mengetahui sediaan krim kolagen tulang ikan gabus dapat

menyembuhkan luka bakar pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).


4

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk pemanfaatan limbah tulang

ikan gabus yang selama ini diketahui hanya sebagai limbah untuk menambah

pengetahuan masyarakat bahwa tulang ikan gabus dapat sebagai obat luka bakar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Gabus

Ikan gabus (Channa striata) adalah salah satu ikan asli yang hidup di

perairan tawar di Indonesia, seperti daerah aliran sungai di Sumatera, Kalimantan

dan Jawa (Muthmainnah, et al., 2012). Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan

karnivora air tawar yang menghuni kawasan Asia Tenggara, namun belum banyak

diketahui tentang sejarah dan sifat biologisnya. Ikan jenis ini dikenal sebagai ikan

konsumsi dan banyak ditemui di pasaran. Menurut hasil determinasi Departemen

Biologi FMIPA USU Medan sistematika ikan gabus diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Channidae

Genus : Channa

Spesies : C. sriata

Nama binomial : Channa striata

2.1.1 Nama lain dan jenis ikan gabus

Di Indonesia, ikan ini dikenal dengan banyak nama daerah yaitu aruan,

haruan (Malaysia, Banjarmasin, Banjarnegara), kocolan (Betawi), bogo

(Sidoarjo), bayong, licingan (Banyumas), kutuk (Jawa). Dalam bahasa Inggris

antara lain common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, dan

5
6

stripped snakehead dan nama ilmiahnya adalah Channa striata (Suprayitno,

2015). Di Indonesia terdapat beberapa jenis ikan gabus (Channa striata)

diantaranya adalah: Channa orientalis, Channa melasoma, Channa lucius,

Channa argus, Channa striata dan Channa micropeltes. Gambar ikan gabus dapat

dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Gambar Ikan Gabus

2.1.2 Manfaat dan kandungan ikan gabus

Ikan gabus banyak digunakan untuk makanan, obat-obatan tradisional dan

terapi farmakologis seperti antimikroba, antiinflamasi, proliferasi sel, induksi

pertambahan trombosit dan aktivitas antinosiseptif. Ekstrak ikan gabus

mengandung asam amino esensial tingkat tinggi dan asam lemak baik yang secara

langsung dapat meningkatkan pertumbuhan jaringan, penyembuhan luka,

suplemen nutraseutika dan produk farmasi lain (Rahman, et al., 2018).

Ikan gabus kaya akan kandungan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh

manusia, terutama protein (Asikin dan Kusumaningrum, 2017). Kandungan

protein yang tinggi terutama albumin, dan asam amino esensial, lemak khususnya

asam lemak esensial, mineral khususnya zink/seng (Zn), dan beberapa vitamin

yang sangat baik untuk kesehatan (Asfar, et al., 2015). Kandungan kolagen dapat

diperkirakan berdasarkan kandungan asam amino hydroxiproline. Dimana


7

kandungan kolagen tulang ikan gabus adalah 89,01±3,24 (Rosmawati, et al.,

2018). Ikan gabus memiliki manfaat antara lain meningkatkan kadar albumin dan

daya tahan tubuh, mempercepat proses penyembuhan pasca-operasi dan

mempercepat penyembuhan luka dalam atau luka luar (Ulandari, et al., 2011).

Kandungan gizi ikan gabus (per 100 g) dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Ikan Gabus (per 100 g)

Komponen Kimia Ikan Gabus

Kalori (kal) 69

Protein (g) 25,2

Lemak (g) 1,7

Karbohidrat (g) -

Sodium (mg) -

Kalium (mg) -

Besi (mg) 0,9

Kalsium (mg) 62

Fosfor (mg) 176

Vitamin A (SI) 150

Vitamin B1 (mg) 0,04

Air (g) 69

Sumber: Kusmini, et al., 2016

2.2 Struktur dan Fungsi Kulit

Kulit merupakan organ yang mempunyai peran penting bagi manusia.

Kulit memiliki fungsi protektif (melindungi dari rangsang termal dan mekanis,

mencegah penetrasi mikroorganisme berbahaya, dan melindungi sel dari radiasi


8

sinar ultraviolet), sensorik (reseptor terhadap rangsang taktil), termoregulasi

(pengaturan produksi keringat), metabolik (sintesis vitamin D3), dan sinyal

seksual. Dengan fungsi nya yang sangat beragam, kulit membentuk 15-20 % berat

badan total dan pada orang dewasa memiliki luas permukaan 1,5-2 m2 yang

berhubungan dengan dunia luar. Kulit terdiri atas tiga lapisan yaitu epidermis

(lapisan epitel yang berasal dari ektoderm), dermis (lapisan jaringan ikat yang

berasal dari mesoderm), dan subkutan (jaringat ikat longgar yang terdiri atas sel-

sel adiposit) (Mescher, 2016). Gambar 2.2 menunjukkan histologi kulit.

Gambar 2.2 Histologi Kulit

2.2.1 Epidermis

Epidermis merupakan lapisan terluar kulit. Epidermis tersusun atas

beberapa jenis sel yaitu epitel gepeng berkeratin, sel melanosit, sel langerhans

(penyaji antigen), dan sel merkel (sel taktil epitelial). Sel epitel gepeng berkeratin

merupakan komponen sel terbanyak penyusun epidermis, sel-sel ini membentuk

lapisan yang disebut keratinosit yang menghasilkan protein keratin. Keratinosit

terdiri atas lima lapisan dari bagian dasar hingga ke permukaan luar epidermis
9

yaitu lapisan yaitu stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum

lusidum, dan stratum korneum.

a. Stratum basal

Stratum basalis merupakan lapisan terbawah dari epidermis. Stratum

basalis terdiri atas selapis sel kuboid atau kolumnar basofilik yang berada di atas

membran basal pada perbatasan epidermis dan dermis. Stratum basal merupakan

lapisan dengan aktivitas mitosis tertinggi, pada stratum basal terdapat beberapa sel

punca yang memproduksi keratinosit dan bertanggung jawab atas regenerasi sel-

sel epidermis secara berkesinambungan.

b. Stratum spinosum

Stratum spinosum merupakan lapisan epidermis yang paling tebal terdiri

atas 8-10 lapisan sel epitel kuboid atau agak gepeng dengan nukleolus dan

sitoplasma yang aktif mensintesis filamen keratin. Sel-sel epitel gepeng pada

lapisan ini memproduksi lebih banyak keratin dibandingkan pada stratum basal.

c. Startum granulosum

Stratum granulosum terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal yang mengalami

diferensiasi terminal. Sel pada lapisan ini memiliki sitoplasma yang berisikan

masa basofilik yang disebut granul keratohialin.

d. Stratum lusidum

Stratum lusidum merupakan lapisan kedua terluar dari epidermis. Lapisan

ini hanya ditemui pada kulit yang tebal. Sel pada lapisan ini tidak memiliki inti sel

dengan sitoplasma yang telah dipenuhi oleh filamen keratin.


10

e. Startum komeum

Lapisan terluar adalah stratum korneum yang terdiri atas 15-20 lapis sel

gepeng berkeratin tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi oleh keratin

(Tortora & Derrickson, 2012; Mescher, 2016).

2.2.2 Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua kulit, berada tepat di bawah epidermis,

lapisan ini terdiri atas jaringan ikat yang tidak beraturan yang disusun oleh

kolagen dan serat elastis. Secara struktural dan fungsional, dermis terbagi menjadi

dua lapisan yaitu stratum papilar dan stratum retikular. Stratum papilar merupakan

jaringan ikat longgar tidak teratur yang terdiri atas pembuluh darah, fibroblas, sel

mast, makrofag, dan sel jaringan ikat lainnya. Stratum retikular lebih tebal

dibandingkan lapisan papilar, yang terdiri atas jaringan ikat yang tidak beraturan

disusun oleh kolagen tipe I. Pada lapisan ini terdapat serat elastis yang menjaga

elastisitas kulit. Dermis merupakan lapisan tempat derivat dari epidermis berupa

folikel rambut dan kelenjar. Pada dermis juga terdapat komponen persarafan

seperti saraf efektor dari serabut pascaganglionik ganglia simpatis dan serabut

saraf aferen yang membentuk di sekitar papila dermis dan folikel rambut berakhir

pada sel taktil epitelial pada reseptor di dermis (Mescher, 2016).

2.2.3 Subkutan

Lapisan subkutan juga disebut dengan lapisan hipodermis atau fascia

superficialis. Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit

secara longgar pada organ-organ yang berada di bawahnya, yang memungkinkan

pergeseran kulit di atasnya. Lapisan subkutan mengandung banyak lemak yang

jumlahnya bervariasi pada setiap area tubuh (Mescher, 2016).


11

2.3 Kolagen
2.3.1 Pengenalan Kolagen

Matriks ekstraseluler dari jaringan ikat merupakan kompleks dari beberapa

jenis protein yang memiliki integritas struktural dan berbagai fungsi fisiologis.

Protein yang paling banyak membentuk matriks ekstraseluler adalah kolagen.

Kolagen dianggap sebagai kelompok protein dengan struktur molekul yang khas

dengan struktur seratnya yang berguna sebagai perancah ekstraseluler. Dengan

demikian, kolagen merupakan elemen strktural utama dari semua jaringan ikat

yang juga dapat ditemukan di ruang interstisial dari hampir semua organ

parenkim, di mana mereka membantu stabilitas jaringan dan organ serta

mempertahankan struktur organ-organ (Gelse, et al., 2013).

Kolagen adalah komponen utama lapisan kulit dermis (bagian bawah

epidermis) yang dibuat oleh sel fibroblas. Pada dasarnya kolagen adalah senyawa

protein rantai panjang yang tersusun lagi atas asam amino alanin, arginin, lisin,

glisin, prolin, serta hidroksiprolin. Sebelum menjadi kolagen, terlebih dahulu

terbentuk pro kolagen (Bianti, 2012).

Asam amino hidroksiprolina ialah asam amino yang penting dalam

pembentukan jaringan. Kolagen merupakan unsur serat utama pada jaringan ikat

dan merupakan protein tunggal yang paling melimpah di dalam tubuh. Pada

manusia, kolagen ditemukan dalam semua organ-organ tubuh, seperti jantung,

ginjal, paru-paru, hati, pembuluh darah, tulang, dan mata (Asyiraf, 2011). Selain

itu, glisina merupakan asam amino yang dominan pada kolagen dan semua famili

kolagen dicirikan oleh adanya pengulangan dari sekuen asam amino Gly-X-Y, X

adalah prolina dan Y hidroksiprolina (Chuaychan, et al., 2015). Asam amino


12

berupa prolina dan hidroksiprolina penting untuk integritas struktural kolagen,

karena berperan penting dalam pembentukan ikatan hidrogen intramolekul (Chi,

et al. 2014). Struktur kolagen ada pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Struktur Kolagen

2.3.2 Tipe-tipe kolagen

Kolagen di dalam matriks ekstraseluler memiliki banyak jenis, tergantung

dari struktur dan fungsinya. Jenis-jenis tersebut diantaranya kolagen tipe I, II, III,

V, XI yang membentuk fibril (fibrillar collagen). Kolagen tipe I sering ditemukan

di kulit, tulang, tendon, ligamen, kornea, dan organ internal. Kolagen tipe II

ditemukan di kartilago, notochord, inverrtebral disc, dan viterous humor. Tipe III

dapat ditemukan di kulit, pembuluh darah, dan organ internal. Tipe V sering

ditemukan di daerah yang sama dengan tipe I, sedangkan tipe VI sama dengan

tipe II. Jenis kolagen yang lain yaitu Fibril-associated collagen yaitu kolagen

yang ada di permukaan kolagen fibril. Yang termasuk jenis ini adalah kolagen tipe

IX dan XII yang ditemukan di kartilago. Jenis yang lain yaitu Network-forming

collagen yaitu kolagen yang membentuk jaringan dengan molekul lain di lamina

basalis. Yang tergolong jenis ini yaitu kolagen tipe IV dan VII. Kolagen tipe IV
13

ditemukan di lamina basalis, sedangkan tipe VII ditemukan di bawah epitel pipih

berlapis seperti di kulit. Jenis yang lain yaitu Transmembrane collagen, artinya

kolagen yang menghubungkan sel, yang termasuk transmembrane collagen

adalah kolagen tipe XVII yang membentuk hemidesmosom. Jenis kolagen yang

terakhir adalah Core protein of proteoglycan yaitu kolagen tipe XVIII yang dapat

ditemukan di lamina basalis. Dua tipe kolagen tersebut sebenarnya adalah protein

menyerupai kolagen tetapi digolongkan ke dalam tipe kolagen. Saat ini

berdasarkan “Human Genom Project”, ada 27 tipe kolagen dan 42 tipe rantai α

yang telah teridentifikasi pada tubuh manusia (Ramdhani, 2016).

2.3.3 Manfaat kolagen

Kata “kolagen” berasal dari bahasa Yunani “kola” yang berarti lem dan

“genos” yang berarti pembentukan (Sonavane, 2018). Kolagen adalah biomolekul

yang sangat penting dan merupakan protein terbanyak pada mamalia mewakili

hampir 30% dari total protein dalam tubuh hewan (Pati, et al., 2010). Kolagen

memiliki manfaat yang banyak bagi kesehatan sehingga terbentuknya industri

suplemen kolagen. Makanan dan industri farmasi di seluruh dunia juga memiliki

permintaan akan kolagen yang meningkat. Kolagen dapat meningkatkan fungsi

dermis kulit dan epidermis dengan meningkatkan kemampuan penyerapan air dari

lapisan kulit terluar. Hidrasi jaringan kulit tersebut memberikan kehalusan dan

mengurangi kerutan pada kulit (Kingori, 2011). Selain itu kolagen juga berguna

dalam penyembuhan luka, pembentukan jaringan baru, pengobatan untuk

hipertensi , untuk nyeri akibat osteoarthritis serta implan pada manusia untuk

penghambatan penyakit angiogenik (Jeong et al., 2013).


14

2.4 Luka Bakar


2.4.1 Definisi luka bakar

Luka bakar adalah luka pada kulit atau jaringan lain yang disebabkan oleh

panas atau terkena radiasi, radioaktivitas, listrik, sentuhan atau kontak dengan

bahan kimia. Luka bakar terjadi ketika beberapa atau semua sel pada kulit rusak

karena cairan panas (air mendidih), benda panas dan nyala api (Kusumawardhani,

et al., 2015).

2.4.2 Klasifikasi luka bakar


2.4.2.1 Menurut etiologi

Berdasarkan etiologinya luka bakar dibagi menjadi empat yaitu thermal

burn luka bakar yang disebabkan oleh adanya kontak dengan suhu tinggi,

chemical burn luka bakar yang disebabkan oleh kontak dengan zat kimia

berbahaya, electrical burn luka bakar yang disebabkan oleh adanya kontak

dengan sumber listrik, dan radiation burn luka bakar yang disebabkan oleh

adanya paparan terhadap radiasi. Hal-hal yang dapat menyebabkan luka bakar

antara lain adalah radiasi sinar matahari, percikan api, sentuhan dengan benda

panas, sengatan arus listrik, dan bahan kimia berbahaya berupa asam kuat maupun

basa kuat (Yulita, 2018).

2.4.2.2 Menurut kedalaman luka

Berdasarkan kedalamannya luka bakar dibagi menjadi 3 yaitu derajat I,

derajat II, dan derajat III, yaitu:

a. Luka bakar derajat I

Kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis (superfisial)/

epidermal. Kulit hiperemik berupa eritema, sedikit edema, tidak dijumpai bula,

dan terasa nyeri akibat ujung saraf sensoris teriritasi. Pada hari keempat paska
15

paparan sering dijumpai deskuamasi. Salep antibiotika dan pelembab kulit dapat

diberikan dan tidak memerlukan pembalutan.

b. Luka bakar derajat II

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi inflamasi

disertai proses eksudasi. Pada derajat ini terdapat bula dan terasa nyeri akibat

iritasi ujung-ujung saraf sensoris. Luka bakar derajat II terbagi lagi menjadi 2

(dua), yaitu

 Derajat II A (dangkal)

Pada luka bakar derajat II dangkal/ superficial partial thickness, kerusakan

jaringan meliputi epidermis dan lapisan atas dermis. Kulit tampak kemerahan,

edema, dan terasa lebih nyeri daripada luka bakar derajat I. luka sangat sensitif

dan akan lebih pucat jika kena tekanan. Masih dapat ditemukan folikel rambut,

kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Penyembuhan terjadi secara spontan

dalam 10-14 hari tanpa sikatrik, namun warna kulit sering tidak sama dengan

sebelumnya. Perawatan luka dengan pembalutan, salep antibiotika perlu dilakukan

tiap hari. Penutup luka sementara (xenograft, allograft atau dengan bahan sintetis)

dapat diberikan sebagai pengganti pembalutan.

 Derajat II B (dalam)

Pada luka bakar derajat II dalam/deep partial thickness, kerusakan jaringan

terjadi pada hampir seluruh dermis. Bula sering ditemukan dengan dasar luka

eritema yang basah. Permukaan luka berbecak merah dan sebagian putih karena

variasi vaskularisasi. Luka terasa nyeri, namun tidak sehebat derajat II dangkal.

Folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea tinggal sedikit.

Penyembuhan terjadi lebih lama, sekitar 3-9 minggu dan meninggalkan jaringan
16

parut. Selain pembalutan dapat juga diberikan penutup luka sementara (xenograft,

allograft atau dengan bahan sintetis).

c. Luka bakar derajat III

Kerusakan jaringan permanen yang meliputi seluruh tebal kulit hingga

jaringan subkutis, otot, dan tulang. Tidak ada lagi elemen epitel dan tidak

dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna keabu-abuan pucat hingga warna

hitam kering (nekrotik). Terdapat eskar yang merupakan hasil koagulasi protein

epidermis dan dermis. Luka tidak nyeri dan hilang sensasi akibat kerusakan

ujung-ujung saraf sensoris. Penyembuhan lebih sulit karena tidak ada epitelisasi

spontan. Perlu dilakukan eksisi dini untuk eskar dan tandur kulit untuk luka bakar

derajat II dalam dan luka bakar derajat III. Eksisi awal mempercepat penutupan

luka, mencegah infeksi, mempersingkat durasi penyembuhan, mencegah

komplikasi sepsis, dan secara kosmetik lebih baik (Anggowarsito, 2014).

2.4.3 Proses penyembuhan luka bakar

Proses penyembuhan luka bakar tidak berbeda dengan proses

penyembuhan luka lainnya. Penyembuhan luka bakar terdiri atas empat fase yaitu

fase hemostasis, fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase remodeling. Proses ini

dapat terjadi secara tumpang tindih antara satu tahap dengan tahap lainnya (Guo

dan Dipietro, 2010). Ada 4 (empat) fase penyembuhan luka bakar.

2.4.3.1 Fase hemostasis

Hemostasis adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan perdarahan

pada saat terjadi trauma dan mencegah terjadinya perdarahan spontan yang

berkelanjutan. Trauma akibat luka bakar dapat menyebabkan pembuluh darah

pada lapisan kulit rusak hingga menimbulkan perdarahan (Sjamsuhidajat, et al.,


17

2010). Pembuluh darah yang rusak akan melakukan mekanisme vasokonstriksi

untuk menghentikan perdarahan melalui refleks neurogenik dan sekresi lokal

endotelin. Selanjutnya, akibat adanya kerusakan endotel pembuluh darah

menyebabkan terpaparnya matriks ekstrasel subendotel yang bersifat trombogenik

mendorong terjadinya proses adhesi, aktivasi, dan agregasi trombosit untuk

membentuk plak trombosit. Plak trombosit akan diperkuat oleh benang-benang

fibrin yang diperoleh dari pemecahan fibrinogen oleh trombin yang diaktivasi

oleh tromboplastin akibat adanya kerusakan pada pembuluh darah (Kumar dan

Abbas, 2015). Plak trombosit yang terbentuk dari fase hemostasis akan

melepaskan kemotraktan yang akan menarik sel radang, sel endotel, dan fibroblas

yang ada di sekitar daerah luka (Rowan, et al., 2015).

2.4.3.2 Fase inflamasi

Inflamasi atau peradangan merupakan suatu respon protektif oleh jaringan

untuk mengeradikasi mikroorganisme penyebab jejas atau membuang sel dan

jaringan nekrotik yang disebabkan oleh kerusakan sel. Setelah fase hemostastis

selesai, pelepasan histamin yang diinisiasi oleh pengaktifkan kaskade komplemen

akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah kapiler yang menigkatkan aliran

darah dan perubahan permeabilitas kapiler mempermudah migrasi sel radang

menuju daerah luka. Selanjutnya neutrofil akan menuju daerah luka untuk

mencerna bakteri dan membersihkan luka dari debris melalui pelepasan mediator

sitotoksik (Sinno & Prakash, 2013).

2.4.3.3 Fase proliferasi

Pada fase proliferasi terdapat dua proses penting yang berjalan secara

bersaaman yaitu proses angiogenesis (pembentukan pembuluh kapiler baru) dan


18

penutupan luka bakar yang meliputi re-epitelisasi, pembentukan jaringan

granulasi, dan deposisi kolagen pada daerah luka (Sinno & Prakash, 2013). Fase

proliferasi ditandai dengan pengkatifan sel keratinosit dan fibroblas oleh sitokin

dan growth factor. Kedua sel tersebut memegang peran yang sangat penting dalam

fase ini (Rowan, 2015). Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai di

minggu ketiga (Sjamsuhidajat, et al., 2010).

Sel keratinosit bermigrasi menuju bagian atas kulit untuk membantu

proses perbaikan lapisan kulit yang rusak akibat luka bakar (Rowan, 2015). Sel

fibroblas yang berasal dari jaringan mesenkim yang mengalami diferensiasi dan

menghasilkan bahan-bahan dasar pembentuk serat kolagen seperti

mukopilisakarida, asam amino glisin, dan prolin. Serat kolagen secara terus

menerus akan dibentuk dan dihancurkan kembali untuk menyesuaikan tegangan

pada luka yang cenderung mengerut. Serat kolagen dan miofibroblas yang

memiliki sifat kontraktil akan melakukan penarikan pada tiap tepi luka ke arah

tengah untuk mengurangi luas luka. Pada fase ini regangan luka akan mencapai

25% jaringan normal (Sjamsuhidajat, et al., 2010).

Selain proses pertautan tepi luka, pada fase ini juga terjadi proses

angiogenesis yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka khususnya

pada fase proliferasi. Angiogenesis merupakan proses pembentukan pembuluh

kapiler baru yang diperlukan untuk menyuplai kebutuhan nutrisi dan oksigen

menuju daerah luka untuk mendukung proses pembentukan jaringan granulasi

(Hamid & Soliman, 2015).

Selama fase proliferasi bagian kulit yang mengalami luka akan dipenuhi

oleh sel radang, fibroblas, dan kolagen yang akan membentuk suatu jaringan
19

berwarna kemerahan mengandung pembuluh darah pada dasar luka yang disebut

jaringan granulasi (Sjamsuhidajat, et al., 2010).

2.4.3.4 Fase remodelling

Fase remodelling merupakan fase maturasi luka yang terdiri atas

penyerapan sel-sel radang, pembentukan kolagen lanjut, penutupan dan

penyerapan kembali pembuluh darah baru, pengerutan luka, dan pemecahan

kolagen berlebih. Fase ini dimulai sejak akhir fase proliferasi dan dapat

berlangsung hingga berbulan-bulan. Pada fase ini luka akan mengalami proses

maturasi dengan serat kolagen dan elastin yang secara terus menerus akan

disimpan dan dibentuk kembali bersamaan dengan perubahan fibroblas menjadi

miofibroblas (Sinno & Prakash, 2013). Perubahan dari fibroblas menjadi

miofibroblas akan menyebabkan kontraksi dan peregangan jaringan luka untuk

memperkecil luas permukaan luka hingga jaringan granulasi berubah menjadi

jaringan bekas luka. Selain itu adanya apoptosis keratinosit dan sel inflamasi juga

akan mempengaruhi proses penyembuhan luka dan bekas luka yang terbentuk

(Rowan, et al., 2015). Penyembuhan luka yang optimal bergantung pada

keseimbangan antara produksi dan pemecahan kolagen yang optimal. Deposisi

kolagen yang berlebihan akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut yang

tebal, sedangkan produksi kolagen yang kurang akan menurunkan kekuatan

jaringan parut dan luka tidak akan menutup secara sempurna (Sinno & Prakash,

2013).

2.5 Sediaan Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
20

secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai

konsistensi relative cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak

dalam air (Ditjen POM, 2014).

Sediaan Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental

mengandung tidak kurang dari 60% air. Dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe

krim ada dua yaitu : krim tipe air minyak (A/M) dank rim minyak air (M/A).

untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan –

surfaktan anionic, kationik dan nonionik. Untuk penstabilan krim ditambah zat

antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering di gunakan ialah nipagin

0,12 – 0,18%, nipasol 0,02 – 0,05% (Anief, 2010).

2.5.1 Tipe sediaan krim

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air sehingga dapat dicuci dengan

air serta lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika. Krim

digolongkan menjadi 2 (dua) tipe (Widodo, 2013) yaitu:

a. Tipe A/M yaitu tipe air dalam minyak, air terdispersi dalam minyak.

Contohnya cold cream. Cold cream adalah sediaan kosmetika yang

digunakan untuk memberi rasa dingin dan nyaman pada kulit.

b. Tipe M/A yaitu tipe minyak dalam air, minyak terdispersi dalam air.

Contohnya, vanishing cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetik

yang digunakan untuk membersihkan, melembabkan dan sebagai alas

bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) akan

meninggalkan lapisan berminyak/film.


21

2.5.2 Formulasi krim

Dalam formulasi sediaan krim kolagen tulang ikan gabus (Channa striata)

dipakai bahan-bahan seperti Paraffin Liquidum, Asam Stearat, Adeps Lanae, TEA

(Trietanolamin), Nipagin dan Akuades. Profil dari bahan-bahan yang digunakan

dalam formulasi krim pada penelitian ini adalah sebagai berikut (Desi, 2014):

a. Paraffin liquidum

Paraffin liquidum juga dikenal sebagai mineral oil yang merupakan

minyak kental yang transparan dan berfungsi sebagai bahan emolien dalam

sediaan krim, penggunaan paraffin liquidum pada emulsi topikal adalah 1,0%-

32,0%.

b. Asam stearat

Merupakan granul, berwarna putih dan sedikit mengkilap yang memiliki

fungsi sebagai bahan pengemulsi dalam sediaan krim. Asam stearat bersifat

asam oleh itu perlu dinetralkan dengan penambahan TEA (Trietanolamin).

c. Adeps lanae

Adeps lanae berbentuk setengah padat, berwarna kuning dengan bau khas,

merupakan lemak dari bulu domba dan digunakan sebagai basis krim untuk

sediaan krim tipe air dalam minyak.

d. TEA (Trietanolamin)

TEA (Trietanolamin) berbentuk cairan kental tidak berwarna yang

digunakan untuk menetralkan sifat asam dari asam stearat agar sediaan krim

yang diformulasi tidak bersifat asam.

e. Nipagin
22

Nipagin juga dikenal sebagai metil paraben berbentuk serbuk berwarna

putih yang berfungsi sebagai bahan pengawet dengan aktivitas paling efektif

untuk jamur dan kapang. Struktur molekul nipagin dapat dilihat pada Gambar

2.4.

Gambar 2.4 Struktur Molekul Nipagin

f. Akuades

Akuades adalah air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan, selain

itu juga bias diperoleh dengan cara pertukaran ion, osmosis terbalik atau

dengan cara yang sesuai. Air murni banyak digunakan dalam sediaan yang

memerlukan penambahan air.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini memakai metode eksperimental untuk mengetahui efektifitas

sediaan krim kolagen tulang ikan gabus dengan konsentrasi 3%, 5%, 7%

menggunakan pembanding sediaan krim untuk luka bakar yang beredar di pasaran

terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

Penelitian ini terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu isolasi kolagen dari tulang ikan

gabus, karakterisasi kolagen, formulasi dan evaluasi sediaan krim, dan uji efek

penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

Universitas Tjut Nyak Dhien, Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2019

3.3 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat cukur, gunting,

penangas air, lempeng logam berdiameter 2 cm, neraca analatik, lemari pengering,

alat sentrifugasi (Hitachi®), Spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR)

(Agilent®), pH meter (ATC®), blender (Panasonic®), labu Kjeldahl, dan alat-alat

gelas laboratorium.

3.4 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tulang ikan gabus,

NaOH 0,1M, CH3COOH 0,5M, NaCL 10%, NaOH 40%, H3BO3 4%, HCl 0,1 N,

Paraffin Liquidum, Asam Stearat, Adeps Lanae, TEA (Trietanolamin), Nipagin

dan Akuades.

23
24

3.5 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel ini termasuk pengumpulan sampel, determinasi hewan

dan pengolahan tulang ikan gabus dan pembuatan pereaksi

2.5.1 Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan sampel yang sama dari daerah yang lain. Bahan yang digunakan

adalah ikan gabus yang diperoleh dari Lhokseumawe, Aceh

2.5.2 Determinasi Hewan

Determinasi hewan yaitu ikan gabus dilakukan di Laboratorium

Sistematika Hewan, Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2.5.3 Pengolahan Sampel

Ikan gabus yang didapat dicuci dengan akuades lalu ditimbang beratnya.

kemudian dikukus selama 30 menit, kemudian pisahkan tulang ikan dari

dagingnya lalu tulang dicuci dengan akuades hingga bersih dan diangin-anginkan

hingga kering kemudian timbang berat tulang ikan dan dipotong menjadi ukuran

yang lebih kecil.

3.6 Pembuatan Pereaksi

Pembuatan pereaksi meliputi pembuatan NaOH 0,1 M, CH3COOH 0,5M,

NaCl 10%, NaOH 40%, H3BO3 4% dan HCl 0,1 N.

3.6.1 Pembuatan NaOH 0,1 M

Ditimbang 2 g pellet Natrium Hidroksida dimasukkan ke dalam beaker

glass dilarutkan dengan sebagian akuades, aduk dengan batang pengaduk hingga

larut lalu cukupkan hingga 100 mL (Ditjen POM, 1995).


25

3.6.2 Pembuatan CH3COOH 0,5M

Diencerkan 28,6 mL asam asetat glasial dengan akuades hingga 1000 mL

(Ditjen POM, 1995)

3.6.3 Pembuatan NaCl 10%

Ditimbang 10 g kristal Natrium Klorida dimasukkan ke dalam beaker

glass dilarutkan dengan sebagian akuades dan aduk dengan batang pengaduk

hingga benar-benar larut, kemudian dicukupkan hingga 100 mL (Ditjen POM,

1995).

3.6.4 Pembuatan NaOH 40%

Ditimbang 40 g pellet Natrium Hidroksida dimasukkan ke dalam beaker

glass lalu dilarutkan dengan sebagian akuades setelah itu aduk sampai larut

menggunakan batang pengaduk sampai benar-benar larut, kemudian cukupkan

hingga 100 mL (Ditjen POM, 1995).

3.6.5 Pembuatan H3BO3 4%

Ditimbang Asam Borat sebanyak 4 g kemudian dilarutkan dengan akuades

100 mL (Ditjen POM, 1995)

3.6.6 Pembuatan HCl 0,1N

Diencerkan 8,5 mL asam klorida pekat dengang akuades hingga 1000 mL

(Ditjen POM, 1995).

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi isolasi kolagen dari tulang ikan gabus ,

karakterisasi kolagen, formulasi dan evaluasi sediaan krim, dan uji efek

penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).


26

3.7.1 Isolasi kolagen dari tulang ikan gabus

Tulang ikan gabus dilakukan pretreatment dengan NaOH 0,1 M dengan

rasio 1:10 selama 12 jam. Dinetralisasi dengan pencucian menggunakan akuades

sampai pH 7. Kemudian diisolasi dengan larutan CH3COOH 0,5 M dengan rasio

1:10 selama 3 hari. Kemudian dicuci menggunakan akuades sampai pH 4,6 lalu

disaring. Filtrat disentrifugasi dengan putaran 4000 rpm selama 15 menit pada

suhu 20 oC lalu endapan yang terbentuk dikumpul dan diambil larutan supernatan.

Supernatan ditambah NaCl 10% dan diaduk selama 24 jam maka akan didapat

endapan kolagen. Endapan dikeringkan dalam lemari pengering dengan suhu <40
o
C lalu dihaluskan degan blender dan didapat serbuk halus kolagen (modifikasi

penelitian Pringgandini, et al., 2018; Sonavane, et al., 2018)

3.7.2 Rendemen kolagen

Rendemen kolagen diperoleh dari perbandingan berat kering kolagen

dengan berat tulang ikan gabus. Rendemen dapat diperoleh dengan rumus:

Rendemen Kolagen ikan gabus (%) = × 100%

3.7.3 Karakterisasi kolagen tulang ikan gabus

Karakterisasi kolagen tulang ikan gabus meliputi analisis kadar air,

analisis kadar abu, analisis kadar protein, analisis kadar lemak, dan

analisis gugus fungsi dengan Spektrofotometer Fourier Transform Infrared

(FTIR).

3.7.3.1 Analisis kadar air

Prinsip analisis kadar air adalah mengetahui kandungan air pada bahan.

Cawan porselin dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama satu jam.

Cawan porselin yang telah dikeringkan dimasukkan dalam desikator selama 15


27

menit dan ditimbang hingga menunjukkan berat yang konstan (A). Sampel

sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam cawan porselin kering sudah diketahui

beratnya (B). Cawan berisi sampel dimasukkan dalam oven pada suhu 105 oC

selama 3 jam, lalu cawan beserta isinya didinginkan dalam desikator selama 30

menit dan ditimbang hingga diperoleh berat yang konstan (C) (SNI, 1992)


Kadar air (%) = × 100%

Keterangan :
A = Berat cawan kosong (g)
B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (g)
C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (g)

3.7.3.2 Analisis Kadar Abu

Prinsip analisis kadar abu adalah mengetahui jumlah abu yang terdapat

pada suatu bahan terkait dengan mineral dari bahan yang dianalisis. Cawan

porselin dikeringkan dalam oven dengan suhu sekitar 105 oC selama 1 jam.

Cawan porselin yang telah dikeringkan dalam oven dimasukkan dalam desikator

selama 15 menit lalu ditimbang hingga menunjukkan berat yang konstan (A).

Sampel sebanyak 3 g (C) ditimbang lalu dimasukkan ke dalam cawan porselin

lalu dibakar atas kompor listrik hingga tidak berasap lalu dimasukkan ke dalam

tanur pengabuan dengan suhu 600 oC selama 6 jam. Cawan porselin berisi sampel

hasil pengabuan dimasukkan dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang

hingga diperoleh berat yang konstan (B) (SNI, 1992). kadar abu dapat dihitung

dengan rumus:


Kadar abu (%) = × 100%
28

Keterangan :
A = Berat cawan abu porselin kosong (g)
B = Berat cawan abu porselin + sampel setelah dikeringkan (g)
C = Berat sampel (g)

3.7.3.3 Analisis kadar protein

Analisis kadar protein dilakukan berdasarkan metode semimikro kjeldahl.

Prinsip analisis kadar protein dengan metode kjeldahl meliputi destruksi, destilasi

dan titrasi. Ditimbang seksama sampel sebanyak 2 g lalu dimasukkan ke dalam

labu kjeldahl 100 mL, ditambahkan 2 g campuran selenium ditambahkan 25 mL

H2SO4 (p) panaskan di atas penangas listrik atau api pembakar sampai mendidih

dan larutan menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam). Kemudian dibiarkan

dingin, diencerkan dan masukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, cukupkan

sampai garis tanda. Selanjutnya dipipet 5 mL NaOH 40%, 10 mL H3BO3 4% dan

beberapa tetesan indikator mengsel, lalu didestilasi. Kemudian destilat dititrasi

dengan larutan HCl 0,1N sampai diperoleh perubahan warna dari biru menjadi

biru kehijauan. Kemudian dilakukan penetapan blanko (SNI, 1992). Kadar protein

dapat dihitung dengan rumus:

(V1-V2) × N × 14,007 × Fp × 6,25


Kadar protein= × 100%
× 1000

Keterangan:
V1 = Volume HCl 0,1 N untuk titrasi sampel
V2 = Volume HCl 0,1 N untuk titrasi blanko
N = Normalitas Hcl 0,1 N
W = Berat sampel
Fp = Faktor Pengenceran

3.7.3.4 Analisis kadar lemak

Labu bulat dikeringkan terlebih dahulu dalam oven bersuhu 105 oC selama

30 menit, lalu dimasukkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang hingga
29

berat konstan (W1). Sampel ditimbang sebanyak 2 g (W2) dan dimasukkan ke

dalam selongsong kertas saring yang dialasi dengan kapas (selongsong lemak)

dan sumbat selongsong kertas berisi sampel tersebut dengan kapas, lalu

dimasukkan ke dalam alat ekstraksi (soxhlet) yang telah dihubungkan dengan labu

lemak. Proses ektraksi dilakukan selama 6 jam dengan pelarut heksana sebanyak

150 mL. Campuran heksana dan lemak didestilasi hingga terpisah lemak dari

pelarutnya. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven

pada suhu 105 oC selama 60 menit dan dimasukkan dalam desikator selama 30

menit lalu ditimbang hingga beratnya konstan (W3) (SNI, 1992). Kadar lemak

dapat dihitung dengan rumus:

3− 1
Kadar lemak (%) = × 100%
2

Keterangan:
W1 = Berat labu lemak kosong (g)
W2 = Berat sampel (g)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak hasil ekstraksi (g)

3.7.3.5 Analisis gugus fungsi dengan Spektrofotometer Fourier Transform


Infrared (FTIR)

Analisis FTIR digunakan untuk mengetahui gugus-gugus fungsi khas dari

kolagen. Ambil sampel sedikit dengan batang pengaduk, sampel diletakan pada

sampel window lalu diratakan. Pindahkan sample press tepat diatas sampel lalu

diturunkan hingga menutupi sampel, kemudian pada monitor yang sudah

terhubung, klik “next” dan akan dihasilkan spektra FTIR dari sampel uji. Gugus-

gugus fungsi sampel uji ditentukan berdasarkan puncak serapan bilangan

gelombang yang terdeteksi dengan wilayah serapan untuk gugus fungsi protein

(Braga, 2018).
30

3.7.4 Formulasi dan evaluasi sediaan krim


3.7.4.1 Formulasi sediaan krim kolagen tulang ikan gabus

Sediaan dibuat berdasarkan modifikasi formula standar basis krim dari

Yenti, et al., 2011, adalah sebagai berikut:

R/ Paraffin liquidum 12,5 g

Asam stearate 7,25 g

Adeps lanae 1,5 g

TEA 0,75 g

Nipagin 0,05 g

Akuades ad 100 g

Dibuat dasar krim sebanyak 200 g, untuk pembuatan sediaan krim kolagen tulang

ikan gabus (Channa striata) 3%, 5%, 7%, dan basis krim (blanko), masing-

masing sebanyak 50 g, maka basis krim dibuat sebagai berikut:

1. Paraffin liquidum : × 12,5 g = 25 g

2. Asam stearat : × 7,25 g = 14,5 g

3. Adeps Lanae : × 1,5 g = 3,0 g

4. TEA : × 0,75 g = 1,5 g

5. Nipagin : × 0,05 g = 0,1 g

6. Akuades ad : × 100 g = 200 g


31

Tabel 3.1 Formula Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus

No. Formula KTIG (g) Basis Krim (g)


1. A - 50,0

2. B 3,0 48,5
× 50 = 1,5
100
3. C 5,0 47,5
× 50 = 2,5
100
4. D 7,0 46,5
× 50 = 3,5
100
Keterangan:
KTIG : Kolagen Tulang Ikan Gabus
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SKKTIG 5%
FD : SKKTIG 7%

Sediaan krim dibuat dengan cara:

 Ditimbang semua bahan sesuai dengan bobot masing-masing. Bahan

dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air.

 Fase minyak yaitu : Paraffin Liquidum, Asam Stearat, Adeps Lanae

dipindahkan ke dalam cawan porselin, dilebur hingga meleleh pada suhu

70 oC.

 Fase air yaitu TEA (Trietanolamin), Nipagin, dan akuades dipanaskan

pada suhu 70 oC.

 Setelah semuanya melebur, dimasukkan fase minyak sedikit demi sedikit

ke dalam mortir panas yang berisi fase air, lalu gerus hingga terbentuk

basis krim dan timbang basis krim sesuai bobot masing-masing formula.

 Lalu ditambahkan kolagen tulang ikan gabus dan dicampur sampai

homogen. Selanjutnya dikeluarkan campuran dari mortir kemudian

dimasukkan ke dalam wadah krim dan dikemas dengan baik (Erawati, et


32

al., 2015). Gambar sediaan krim dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat

pada lampiran 5, halaman 63.

3.7.4.2 Evaluasi sediaan krim

a. Uji Organoleptis

Pemeriksaan dan pemerian sediaan krim terdiri dari pemeriksaan

bentuk, warna dan bau (Depkes RI. 1985 dalam Agustin, et al., 2013).

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan krim

yang telah dibuat pada kaca objek, kemudian dikatupkan dengan kaca

objek lainnya dan dilihat sama ada basis tersebut homogen dan

permukaannya halus merata (Ditjen POM, 1985 dalam Sulastri, 2017)

c. Uji pH

Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan krim

untuk menjamin sediaan krim tidak menyebabkan iritasi pada kulit. pH

sediaan krim diukur dengan menggunakan stik pH universal. Stik pH

universal dicelupkan ke dalam sediaan krim yang telah diencerkan,

diamkan beberapa saat dan hasilnya disesuaikan dengan standar pH

universal. pH sediaan yang memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam

interval 4,5 – 6,5 (Tranggono dan Latifa, 2007 dalam Mappa, 2013).

d. Uji Stabilitas

Sediaan krim dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai. Selanjutnya

pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dibuat, penyimpanan

1, 4, 8, 12 minggu dilakukan pada suhu kamar, bagian yang diamati

berupa pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari sediaan.


33

e. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Uji iritasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang

dibuat dapat menyebabkan gatal, kemerahan dan pengkasaran kulit. Uji

iritasi dilakukan dengan cara uji tempel tertutup dimana sediaan krim

dioleskan pada lengan atas bagian dalam, kemudian ditutup dengan kain

kassa, setelah 24 jam diamati gejala yang timbul (Farida, et al., 2011).

Percobaan ini dilakukan pada 6 orang sukarelawan wanita usia 18-25

tahun, dengan syarat:

1. Wanita berbadan sehat

2. Usia 18-25 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi

4. Bersedia menjadi sukarelawan

5. Sehat jasmani dan rohani (Ditjen POM, 1985 dalam Farida, et al., 2011)

3.7.5 Uji efek penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan

Uji efek penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan (Rattus

norvegicus) meliputi penyiapan hewan uji, pembuatan luka bakar dan perlakuan

pada hewan coba.

3.7.5.1 Penyiapan hewan uji

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

galur wistar. Hewan uji yang disiapkan adalah sebanyak 10 ekor yang dibagi

secara acak menjadi 5 kelompok, hewan kemudian diadaptasikan terhadap kondisi

lingkungan selama 1 minggu. Kriteria hewan uji meliputi: umur 2-3 bulan

merupakan usia pertumbuhan, berjenis kelamin jantan, berat badan antara 90-110

g, kondisi sehat ditandai dengan pergerakan aktif, makanan tikus berupa pelet dan
34

untuk minuman digunakan botol sebanyak 20-45 mL per hari dan tikus

ditempatkan dalam satu kandang.

3.7.5.2 Pembuatan luka bakar

Semua hewan uji dicukur bulu disekitar paha kanan atau kiri dan beri

lingkaran berdiameter 2 cm lalu disuntikkan secara subkutan anestesi lidokain 2%

sebanyak 0,1 ml dan dibiarkan 5 menit. Luka bakar dibuat dengan menggunakan

lempeng logam berdiameter 2 cm yang sebelumnya dicelupkan ke dalam air

mendidih (100oC) untuk disterilkan dan dinginkan sebentar kemudian lempeng

logam dicelupkan lagi ke dalam air mendidih (100oC) lalu ditempelkan pada paha

kanan atau kiri tikus selama 15 detik.

3.7.5.3 Perlakuan pada hewan coba

Dalam penelitian ini digunakan 10 ekor tikus putih jantan (Rattus

norvegius) galur wistar yang dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing

kelompok terdiri dari 2 ekor

Kelompok 1 (K1): Kontrol negative yaitu tikus yang akan diberikan sediaan
basis krim (blanko).

Kelompok 2 (K2): Kontrol positif yaitu tikus yang akan diberikan krim
silver sulfadiazine.

Kelompok 3 (K3):Tikus yang akan diberikan sediaan krim kolagen tulang


ikan gabus dengan konsentrasi 3%.

Kelompok 4 (K4):Tikus yang akan diberikan sediaan krim kolagen tulang


ikan gabus dengan konsentrasi 5%.

Kelompok 5 (K5):Tikus yang akan diberikan sediaan krim kolagen tulang


ikan gabus dengan konsentrasi 7%.

Pada kulit tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang melepuh/mengalami

luka bakar tersebut dioleskan sediaan krim secara tipis 1 (satu) kali sehari (luka

tidak ditutup). Pengamatan luka dilakukan setiap hari secara visual dengan
35

mengukur diameter luka sampai luka dianggap sembuh (luka sudah kering dan

diameter luka berkurang) (Tiara, M., et al., 2013).

3.8 Pengukuran Efek Penyembuhan Luka Bakar

Pengukuran efek penyembuhan luka dilakukan berdasarkan profil

penyembuhan luka antara lain penurunan diameter luka, waktu terbentuknya

keropeng dan waktu keropeng mengelupas dengan sendirinya (Ningsih, et al.,

2015). Dalam penelitian ini hanya dilakukan pengukuran penurunan diameter

luka. Diameter luka dihitung dengan rumus sebagai berikut:

1+ 2+ 3+ 4
dx =
4

Keterangan:
dx : diameter luka hari ke-x
dx1 : diameter 1
dx2 : diameter 2
dx3 : diameter 3
dx4 : diameter 4

dx1
dx2

dx3

dx4
36

3.9 Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan dan analisis data dilakukan berdasarkan diameter luka bakar

serta waktu yang diperlukan hingga luka pada tikus putih sembuh dengan

menggunakan formulasi sediaan krim kolagen tulang ikan gabus (Channa striata)

dengan konsentrasi yang berbeda dan pembanding sediaan krim untuk luka bakar

yang beredar di pasaran. Analisis data menggunakan SPSS 22.0 Free trial dengan

metode One Way ANOVA dan Post-Hoc Tukey HSD.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Determinasi hewan

Determinasi hewan dilakukan di Laboratorium Sistematika Hewan,

Departemen Biologi FMIPA USU, Medan. Hasil determinasi menyatakan bahwa

hewan yang digunakan sebagai sampel adalah ikan gabus. Hasil determinasi dapat

dilihat pada lampiran 1, halaman 58.

4.1.2 Rendemen kolagen tulang ikan gabus

Ikan gabus yang sudah dibersihkan kemudian ditimbang beratnya diperoleh

18 kg, lalu setelah tulang ikan dipisahkan dari dagingnya, dibersihkan dan

dikeringkan diperoleh tulang ikan dengan berat 1,5 kg lalu dilakukan proses

isolasi dan diperoleh filtrat 6,5 liter dan setelah disentrifugasi dan dikeringkan

diperoleh kolagen tulang ikan gabus 500 gram. Rendemen yang didapat adalah

33,3%. Gambar ikan gabus, tulang ikan gabus dan hasil isolasi kolagen tulang

ikan gabus dapat dilihat pada lampiran 4, halaman 62.

4.2 Hasil karakterisasi kolagen tulang ikan gabus


4.2.1 Hasil analisis komposisi kimia kolagen tulang ikan gabus

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian tulang ikan

gabus yang sebelumnya dipisahkan terlebih dahulu dari dagingnya. Gambar ikan

gabus dapat dilihat pada Gambar 4.1

37
38

Gambar 4.1 Gambar Ikan Gabus

Tulang ikan gabus diisolasi terlebih dahulu sehingga diperoleh kolagen

tulang ikan gabus yang kemudian dikarakterisasi dengan melakukan analisis

komposisi kimia (kadar air, abu, protein dan lemak) dan analisis gugus fungsi.

Hasil analisis komposisi kimia kolagen tulang ikan gabus dapat dilihat pada Tabel

4.1

Tabel 4.1 Hasil Analisis Komposisi Kimia Kolagen Tulang Ikan Gabus

No. Parameter Satuan Hasil Syarat


1 Kadar Air % 5,79 ≤ 7,0%
2 Kadar Abu % 0,60 ≤ 2,0%
3 Kadar Protein % 85,2 90 %
4 Kadar Lemak % 0,50 -

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil analisis

komposisi kimia kolagen tulang ikan gabus memenuhi standar Biopolytech Korea

dimana kadar air kolagen tulang ikan gabus adalah 5,79%. Hasil analisis kadar

abu kolagen tulang ikan gabus adalah 0,60% menunjukkan kolagen tulang ikan

gabus memiliki kadar abu yang rendah. Kadar protein kolagen tulang ikan gabus

(Channa striata) adalah 85,20 %, sedangkan menurut Biopolytech Korea (2017)

kadar protein kolagen tulang ikan gabus (Channa striata) adalah 90 %.

Persentase kadar protein yang rendah ini diduga karena proses penyimpanan beku
39

yang mengakibatkan air masuk ke dalam struktur tulang ikan gabus (Channa

striata) sehingga menyebabkan kerusakan kandungan protein tulang ikan.

Kadar lemak kolagen tulang ikan gabus (Channa striata) adalah 0,50%.

Keberadaan lemak pada kolagen tulang ikan gabus (Channa striata) merupakan

unsur pengotor yang perlu dihilangkan melalui optimasi proses pretreatment yang

dilakukan dengan merendam tulang ikan ke dalam NaOH 0,1M selama 12 jam,

untuk meningkatkan kualitas kolagen yang dihasilkan. Keberadaan lemak dan

mineral lainnya akan mengganggu efektivitas kolagen dalam aplikasinya pada

berbagai produk (Shon, et al., 2011). Sertifikat hasil analisis komposisi kimia

kolagen tulang ikan gabus dapat dilihat pada lampiran 2, halaman 59.

4.2.2 Analisis gugus fungsi kolagen tulang ikan gabus dengan


Spektrofotometer Transform Fourier Infrared (FTIR)

Hasil analisis gugus fungsi kolagen tulang ikan gabus dapat dilihat pada

Gambar 4,2 dan Tabel 4.2, hasil analisis gugus fungsi baku kolagen dapat dilihat

pada Gambar 4.3 dan Tabel 4.3, hasilnya menunjukkan puncak serapan amina A,

amina B, amida I, amida II dan amina III. Hasil analisis gugus fungsi kolagen

tulang ikan gabus juga dibandingkan hasil analisis gugus fungsi kolagen teripang

emas pada Gambar 4.4. Wilayah serapan berada pada kisaran 3400-3440 cm-1

menunjukkan adanya gugus amida A dengan NH stretching yang bebas, namun

ketika gugus NH terlibat dalam ikatan hidrogen maka posisinya akan bergeser ke

frekuensi yang lebih rendah (Li, et al., 2013). Puncak serapan amina A kolagen

tulang ikan gabus adalah 3250 cm-1 dan baku kolagen 3280 cm-1, ini berarti

kolagen tulang ikan gabus terdapat gugus NH yang berikatan dengan ikatan

hidrogen. Wilayah serapan amina B berada pada kisaran 2922-2924 cm-1


40

menunjukkan adanya gugus CH2 (Veruuraj, et al,. 2013) Puncak serapan amina B

kolagen tulang ikan gabus dan baku kolagen adalah 2920 cm-1 , ini berarti terdapat

gugus CH2 pada kolagen tulang ikan gabus dan baku kolagen. Wilayah serapan

amida I berada pada kisaran 1600-1700 cm-1 yang berkaitan dengan vibrasi

stretching C- atau O- (ikatan C=O) sepanjang rantai polipeptida (Hashim, et al.,

2014), puncak serapan kolagen tulang ikan gabus adalah 1650 cm-1 dan baku
-1
kolagen 1630 cm-1. Wilayah puncak serapan 1630, 1650 dan 1675 cm

merupakan karakteristik dari residu asam amino (β-sheet), random coil dan β-

turn, amida I memiliki 4 komponen struktur sekunder protein yaitu α-helix, β-

sheet, β-turn, dan random coil, ini berarti kolagen tulang ikan gabus dan baku

kolagen memiliki struktur β-sheet yang belum terdenaturasi menjadi α-helix (ciri

khas gelatin),

Wilayah serapan amida II berada pada kisaran dan amina III pada kisaran

1229-1301 cm-1 (Kong dan Yu 2007). Puncak serapan amida II dan amina III

kolagen tulang ikan gabus berada pada 1535 cm-1 dan 1240 cm-1 dan baku

kolagen berada pada 1530 cm-1 dan 1270 cm-1, ini berarti kolagen tulang ikan

gabus dan baku kolagen memiliki gugus amida II dan amina III. Struktur triple

helix pada kolagen juga dapat ditunjukkan berdasarkan intensitas rasio antara

puncak wilayah serapan amida III dan puncak wilayah 1450 cm-1.

Nilai rasio antara puncak wilayah serapan amina III dan puncak wilayah
-1
1450 cm adalah 1,17. bahwa nilai rasio yang mendekati 1,0 menandakan bahwa

kolagen masih memiliki struktur triple helix (Matmaroh, et al., 2011). Hasil

analisis gugus fungsi kolagen tulang ikan gabus dan baku kolagen tidak berbeda
41

jauh dan pada kolagen tulang ikan gabus terdapat gugus amina A, amina B, amida

I, amida II, amina III yang merupakan karakteristik kolagen, selain itu juga

terdapat struktur β-sheet dan struktur triple helix yang merupakan karakteristik

kolagen.

Gambar 4.2 Hasil Analisis Gugus Fungsi Kolagen Tulang Ikan Gabus

Keterangan :
A : Amina A
B : Amina B
I : Amida I
II : Amida II
III : Amina III

Gambar 4.3 Hasil Analisis Gugus Fungsi Baku Kolagen


42

Keterangan :
A : Amina A
B : Amina B
I : Amida I
II : Amida II
III : Amina III

Gambar 4.4 Hasil Analisis Gugus Fungsi Kolagen Teripang Emas


(Safithri, et al., 2018)
Keterangan :
A : Amina A
B : Amina B
I : Amida I
II : Amida II
III : Amina III

Tabel 4.2 Hasil Analisis Gugus Fungsi Kolagen Tulang Ikan Gabus

Jenis Amida Wilayah Puncak Keterangan Referensi


serapan (cm- serapan (cm-
1 1
) )
Amina A 3400-3440 3250 Gugus NH Veruuraj et al. (2013)
Amina B 2922-2924 2920 Gugus CH2 Veruuraj et al. (2013)
Amida I 1600-1700 1650 Gugus karbonil (ikatan Kong dan Yu (2007)
C=O)
Amida II 1480-1575 1535 CN stretching, NH bending Kong dan Yu (2007)
Amina III 1229-1301 1240 CN stretching, NH bending Kong dan Yu (2007)
43

Tabel 4.3 Hasil Analisis Gugus Fungsi Baku Kolagen

Jenis Amida Wilayah Puncak Keterangan Referensi


serapan (cm- serapan (cm-
1 1
) )
Amina A 3400-3440 3280 Gugus NH Veruuraj et al. (2013)
Amina B 2922-2924 2920 Gugus CH2 Veruuraj et al. (2013)
Amida I 1600-1700 1630 Gugus karbonil (ikatan Kong dan Yu (2007)
C=O)
Amida II 1480-1575 1530 CN stretching, NH bending Kong dan Yu (2007)
Amina III 1229-1301 1270 CN stretching, NH bending Kong dan Yu (2007)

4.3 Evaluasi Sediaan Krim


4.3.1 Hasil uji organoleptis sediaan krim

Gambar hasil evaluasi sediaan krim dapat dilihat pada lampiran 5, halaman

63. Uji organoleptis sediaan krim kolagen tulang ikan gabus meliputi pengamatan

bentuk, warna dan bau. Hasil uji organoleptis sediaan krim tetera pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Hasil Uji Organoleptis Sediaan Krim

Sediaan Bentuk Warna Bau


KSS Semi Padat Putih Khas Krim
FA Semi Padat Putih Khas Basis Krim
FB Semi Padat Putih Gading Khas Kolagen Ikan
FC Semi Padat Putih Gading Khas Kolagen Ikan
FD Semi Padat Putih Gading Khas Kolagen Ikan

Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
KSS : Krim Silver Sulfadiazin
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SKKTIG 5%
FD : SKKTIG 7%

Dari Tabel 4.4 menunjukkan krim silver sulfadiazin dan formula A, B, C, D

memiliki bentuk semi padat. Krim silver sulfadiazin dan formula A berwarna

putih sedangkan formula B, C, dan D berwarna putih gading. Krim silver


44

sulfadiazin berbau khas krim, formula A berbau khas basis krim dan formula B, C

dan D berbau khas kolagen ikan.

4.3.2 Hasil uji homogenitas sediaan krim

Homogenitas merupakan syarat penting untuk sediaan farmasi yang baik,

karena sediaan yang homogen akan memberikan khasiat yang sama pada setiap

pemakainya. Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji homogenitas sediaan krim.

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Sediaan Krim

Sediaan Hasil
KSS Homogen
FA Homogen
FB Homogen
FC Homogen
FD Homogen

Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
KSS : Krim Silver Sulfadiazin
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SKKTIG 5%
FD : SKKTIG 7%

Berdasarkan Tabel 4.5 krim silver sulfadiazin dan formula A, B, C, dan D

menunjukkan susunan warna yang rata dan tidak ada partikel yang bercampur

dengan tidak merata, ini berarti semua formula sudah homogen.

4.3.3 Hasil uji pH sediaan krim

Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui pH sediaan krim sesuai dengan

kulit atau tidak, karena akan terjadi kontak langsung dengan kulit sehingga akan

mempengaruhi kondisi kulit. pH sediaan yang memenuhi kriteria pH kulit yaitu

dalam rentang 4,5-6,5 (Tranggono dan Latifa, 2007 dalam Mappa 2013). Hasil uji

pH sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 4.6


45

Tabel 4.6 Hasil Uji pH Sediaan Krim

Sediaan Hasil
KSS 6
FA 6
FB 6
FC 6
FD 6

Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
KSS : Krim Silver Sulfadiazin
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SKKTIG 5%
FD : SKKTIG 7%

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa krim silver sulfadiazin dan semua formula

memiliki pH 6 yang mendekati rentang pH kulit normal. Sehingga semua formula

dapat memenuhi kriteria sediaan topikal yang baik dan aman jika diaplikasikan

pada kulit yang rusak seperti luka bakar.

4.3.4 Hasil uji stabilitas sediaan krim

Uji stabilitas sediaan krim dilakukan untuk mengetahui kestabilan krim

pada penyimpanan suhu kamar. Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji stabilitas sediaan

krim

Tabel 4.7 Hasil Uij Stabilitas Sediaan Krim

Pengamatan Selama Penyimpanan


Selesai 12
Sediaan 1 minggu 4 minggu 8 minggu
Dibuat minggu
X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z
KSS - - - - - - - - - - - - - - -
FA - - - - - - - - - - - - - - -
FB - - - - - - - - - - - - - - -
FC - - - - - - - - - - - - - - -
FD - - - - - - - - - - - - - - -

Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
46

KSS : Krim Silver Sulfadiazin


FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SKKTIG 5%
FD : SKKTIG 7%
X : Konsistensi
Y : Perubahan bau
Z : Perubahan warna
+ : Terjadi perubahan
_ : Tidak terjadi perubahan

Rusak atau tidaknya sediaan dapat diamati dengan adanya pemisahan fase

(konsistensi), perubahan warna, dan perubahan bau. Kerusakan ini dapat

ditimbulkan oleh adanya kandungan bahan yang bersifat mudah terurai atau

teroksidasi karena tumbuhnya mikroorganisme. Tabel 4.7 di atas menunjukkan

bahwa krim silver sulfadiazin dan seluruh formula yang dibuat stabil pada saat

penyimpanan sampai minggu ke-12.

4.3.5 Hasil uji iritasi sediaan krim

Uji iritasi di lakukan terhadap 10 orang sukarelawan. Jumlah 10 orang

sukarelawan berdasarkan jumlah minimal dari perhitungan sampel dan jumlah ini

telah memenuhi perwakilan sampel. Hasil uji iritasi sediaan krim dapat dilihat

pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Hasil Uji Iritasi Sediaan Krim

Pernyataan
No. Formula Sukarelawan Eritema Eritema dan Eritema, Edema dan
papula papula, dan vesikula
vesikula

1. KSS I - - - -
2. KSS II - - - -
3. A III - - - -
4. A IV - - - -
5. B V - - - -
6. B VI - - - -
7. C VII - - - -
8. C VIII - - - -
9. D IX - - - -
10. D X - - - -
47

Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
KSS : Krim Silver Sulfadiazin
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SKKTIG 5%
FD : SKKTIG 7%
- : Tidak ada reaksi

Uji iritasi terhadap kulit untuk mengetahui ada atau tidaknya efek

samping, dilakukan dengan cara kosmetika dioleskan pada lengan atas atau bagian

dalam, kemudian ditutup dengan kain kassa selama 24 jam dan dilihat perubahan

yang terjadi berupa kemerahan, gatal dan pengkasaran pada kulit. Tabel 3.8 di

atas menujukkan tidak terlihat adanya efek samping yang ditimbulkan oleh

sediaan. Maka dapat disimpulkan bahwa sediaan krim kolagen tulang ikan gabus

dan krim silver sulfadiazine tidak menyebabkan iritasi pada kulit.

4.4 Hasil Uji Efek Penyembuhan Luka Bakar Sediaan Krim Kolagen
Tulang Ikan Gabus

Uji efek penyembuhan luka bakar sediaan krim kolagen tulang ikan gabus

bertujuan untuk mengetahui adanya efek terhadap penurunan diameter luka bakar

yang dilakukan terhadap hewan uji tikus putih jantan (Rattus norvegicus) dengan

pembanding sediaan krim untuk luka bakar yang beredar di pasaran.

Luka bakar yang telah dibuat kemudian diberi terapi menggunakan sediaan

krim kolagen tulang ikan gabus dan krim silver sulfadiazin sesuai kelompok

perlakuan yaitu kelompok kontrol negatif K1 (balnko), kelompok kontrol positif

K2 (krim silver sulfadiazin), kelompok perlakuan K3, K4, K5 sediaan krim

kolagen tulang ikan gabus dengan konsentrasi 3,5,7%. Pengukuran diameter luka

bakar pada semua kelompok perlakuan dilakukan secara visual pada hari ke-

3,6,9,12,15,18,21. Pada K1 luka bakar sembuh pada hari ke-21, K2 pada hari ke-
48

12, K3 pada hari ke-15, K4 pada hari ke-18 dan K5 pada hari ke-18. Gambar

pengamatan luka bakar dapat dilihat pada lampiran 7, halaman 68. Data

pengukuran diameter luka bakar ditunjukkan pada Tabel 4.9. Grafik pengukuran

diameter luka bakar yang ditunjukkan pada Gambar 4.5 menyatakan bahwa

terdapat penurunan diameter luka bakar pada tikus putih.

Tabel 4.9 Data Pengukuran Diameter Luka Bakar

Hari Ke - K1 K2 K3 K4 K5
3 2,00 1,60 1,70 1,90 1,80
6 1,90 1,40 1,45 1,65 1,60
9 1,70 1,20 1,30 1,50 1,35
12 1,65 1,00 1,10 1,30 1,20
15 1,50 0,85 0,80 1,10 1,00
18 1,30 0,55 0,45 0,80 0,70
21 1,20 0,15 0,10 0,45 0,40

Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
K1 : Basis Krim (blanko)
K2 : Krim silver sulfadiazin
K3 : SKKTIG 3%
K4 : SKKTIG 5%
K5 : SKKTIG 7%

Pengukuran Diameter Luka Bakar


2.5
2.5
K1 negatif
Kontrol
22
K2 Positif
Kontrol
Diameter Luka (cm)

1.5
1.5 K3
Konsentrasi 3%

11 K4
Konsentrasi 5%

K5
Konsentrasi 7%
0.5
0.5

00
33 66 99 12
12 15
15 18
18 21
21
Hari Ke-

Gambar 4.5 Grafik Pengukuran Diameter Luka Bakar


49

Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
K1 : Basis Krim (blanko)
K2 : Krim silver sulfadiazin
K3 : SKKTIG 3%
K4 : SKKTIG 5%
K5 : SKKTIG 7%

Data pengukuran diameter luka bakar yang diperoleh kemudian diolah

secara statistik dengan menggunakan SPSS 22.0 Free trial. Analisa statistik

meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji one way ANOVA dan apabila

terdapat perbedaan yang bermakna maka dilakukan uji lanjutan dengan

menggunakan uji Post-Hoc Tukey HSD.

Uji normalitas dilakukan dengan metode Kolmogorov-Smirnov dan

diketahui hasil pengukuran diameter luka bakar terdistribusi normal untuk semua

kelompok perlakuan dengan (p > 0,05) yaitu sebesar p= 0,069. Hasil uji

Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada lampiran 9, halaman 71.

Data yang terdistribusi normal kemudian diuji homogenitasnya

menggunakan uji Levene diketahui data pengukuran diameter luka bakar

merupakan data yang homogen dengan nilai (p > 0,05) yaitu sebesar p= 0,181.

Hasil uji Levene dapat dilihat pada lampiran 10, halaman 72.

Hasil analisis statistik data pengukuran dameter luka bakar pada hari ke-21

yang diperoleh dari uji one way ANOVA menunjukkan nilai signifikansi p < 0,05

yaitu sebesar p= 0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna pada tiap

kelompok perlakuan. Hasil uji one way ANOVA dapat dilihat pada lampiran 11,

halaman 73. Untuk mengetahui adanya perbedaan bermakna pada masing-masing

kelompok perlakuan dilanjutkan dengan uji Post-Hoc Tukey HSD. Hasil uji Post-
50

Hoc Tukey HSD dapat dilihat pada lampiran 12, halaman 74. Hasil analisis

statistik uji Tukey dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.10 Hasil Analisis Statistik Uji Post-Hoc Tukey HSD

Subset for alpha = 0.05


Kelompok N 1 2 3
K5 7 .5429
K4 7 .8643
K3 7 1.3000
K2 7 1.4857
K1 7 1.7571
Sig. .201 .704 .353

Keterangan:
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
K1 : Basis Krim (blanko)
K2 : Krim silver sulfadiazin
K3 : SKKTIG 3%
K4 : SKKTIG 5%
K5 : SKKTIG 7%

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa diameter luka bakar

K3 berbeda signifikan dengan K1, K4, dan K5. Sedangkan diameter luka bakar

K3 dan K2 tidak berbeda signifikan.

Kelompok perlakuan dengan sediaan krim kolagen tulang ikan gabus 3%

berbeda signifikan dengan kelompok perlakuan dengan sediaan krim kolagen

tulang ikan gabus 5% dan 7%. Dapat disimpulkan bahwa sediaan krim kolagen

tulang ikan gabus 3% lebih efektif dibanding sediaan krim kolagen tulang ikan

gabus 5%, dan 7% karena luka bakar derajat II a yang bersifat basah terdapat

bakteri yang memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun sel-selnya,

bahan-bahan tersebut dinamakan nutrisi. Salah satu nutrisi yang diperlukan adalah

protein. Kolagen merupakan suatu protein rantai panjang yang juga dapat sebagai

nutrisi bagi bakteri, sehingga semakin tinggi konsentrasi kolagen yang diberikan

maka semakin banyak nutrisi bagi bakteri dan mempercepat bakteri untuk
51

berkembang-biak sehingga membuat luka bakar lebih lama untuk sembuh, oleh

sebab itu sediaan krim kolagen tulang ikan gabus 3% lebih efektif.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat kesimpulan:

1. Hasil rendemen kolagen yang didapat setelah proses isolasi dari tulang

ikan gabus adalah sebanyak 33,3%

2. Karakterisasi kolagen hasil isolasi kolagen dari tulang ikan gabus

memenuhi syarat baku kolagen, yaitu kadar air 5,79%, kadar abu 0,60%,

kadar protein 85,2%, kadar lemak 0,50% dan analisi gugus fungsi dengan

FTIR (Fourier Transform Infrared) menunjukkan puncak serapan amina A,

amina B, amida I, amida II, dan amina III.

3. Formulasi sediaan krim kolagen tulang ikan gabus dan krim silver

sulfadiazin merupakan sediaan yang organoleptis, homogen, memiliki pH

6, stabil dan tidak mengiritasi.

4. Sediaan krim kolagen tulang ikan gabus dapat menyembuhkan luka bakar

pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus). Sediaan krim dengan

konsentrasi 3% lebih efektif dalam penyembuhan luka bakar dibanding

sedian krim kolagen tulang ikan gabus 5% dan 7%.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti berikutnya untuk melakukan isolasi kolagen

ikan gabus dengan menggunakan pelarut yang berbeda, melakukan formulasi

kolagen ikan gabus dalam bentuk sediaan lainnya dengan berbagai efektivitas

lainnya dan juga dapat ditambah antimikroba.

52
DAFTAR PUSTAKA

A, Mustafa, M. Aris Widodo, Yohanes Kristianto. 2012. Albumin And Zinc


Content Of Snakehead Fish (Channa striata) Extract And Its Role In
Health. Journal. IEESE International Journal of Science and Technology
(IJSTE). 1(2):1-8

A. D. T. Alfaro, E. Balbinot, C. I. Weber, I. B. Tonial, and A. Machado-Lunkes.


2015.Fish gelatin: characteristics, functional properties, applications and
future potentials. Food Engineering Reviews. 7(1): 33-44.

Agustin, Leni. 2013. Formulasi Emulgel Minyak Bunga Cengkeh (Oleum


Caryophylli) Sebagai Anti Bau Kaki: Pengaruh Carbopol 940 Dan Sorbito
Terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik. Skripsi. Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Hal. 25-34.

Ahmed A.M, Abdel Hamid, and Mona FM Soliman. 2015. Effect of topical aloe
vera on the process of healing of full-thickness skin burn: a histological
and immunohistochemical study. Journal of Histology & Histopathology. .
Department of Histology and Cell Biology, Faculty of Medicine,
Mansoura University, Egypt. 2(1): 1-9.

Ajay E Sonavane, JM Koli, SB Patange, SD Naik , AS Mohite. 2018. Isolation of


Acid and Pepsin Soluble Collagens from The Skin of Indian Mackerel
(Rastrelliger kanagurta) (Cuvier, 1817). Journal. Journal of Enromology
and Zoology Studies. 6(2): 2509.

Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Cetakan Ke-15. Buku. Gadjah Mada
Uniersity Press. Yogyakarta. Hal. 102-107.

Asfar M, Tawali AB, Mahendradatta M, Laga A. 2015. Inovasi Olahan Pangan


Kesehatan Berbasis Ikan Gabus (Channa striata). Prosiding Seminar
Nasional PERTETA. Makassar. Hal. 389-394.

Asfar, M., Abu Bakar, T, Meta, M. 2014. Potensi Ikan Gabus (Channa striata)
Sebagai Sumber Makanan Kesehatan. Jurnal. Universitas Hasanuddin.
Makassar. Hal. 38-40.

Asikin AN, Kusumaningrum I. 2017. Edible portion dan kandungan kimia ikan
gabus (Channa striata) hasil budidaya kolam di Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur. Majalah Ilmiah Pertania. Kalimantan.
42(3): 158-163.

Asyiraf, N. 2011. Extraction Of Collagen From Fish Waste And Determination Of


Its Physicochemical Characteristics. Journal. Selangor: Universiti
Teknologi MARA. Hal. 12-13.

53
54

Balqis, U., R. Marwiyah. 2014. Gambaran Histopatologis Penyembuhan Luka


Bakar Menggunakan Daun Kedondong (Spondias dulcis F.) dan Minyak
Kelapa pada tikus Putih (Rattus norvegicus). Jurnal. Program Studi
Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Syah Kuala.
Banda Aceh. Hal. 15-17.

Bianti, V. W. 2012. Penanganan Bahan Baku Kolagen Dari Sisik Ikan. Jurnal.
Semarang: Universitas Diponegoro. Hal. 26-28.

Biopolytech co. Ltd. 2017. Certificate of Analysis. South Korea.

Chi C, Wang B, Li Z-R, Luo H-Y, Ding G-F, Wu C-W. 2014. Characterization of
acid-soluble collagen from the skin hammerhead shark (Sphyrna lewini).
Journal of Food Biochemistry. 38(1): 236–247.

Chuaychan S, Benjakul S, Kishimura H. 2015. Characteristics of acid- and


pepsinsoluble collagens from scale of seabass (Lates calcarifer). Journal.
LWT - Food Science and Technology. 63(1): 71–76.
Desi Syifa N.H. 2014. Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-Aging
Ekstrak Etanol 70% Kulit Buah Manggis (Garciana magostana L.) dengan
Metode DPPH. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Uin
Syarif Hidayatullah. Jakarta. Hal. 27-30.
Dina Muthmainnah, Syarifah Nurdawati, Solekha Aprianti. 2012. Budidaya Ikan
Gabus (Channa striata) Dalam Wadah Karamba Di Rawa Lebak. Jurnal.
Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal Graha Pertanian
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya. Hal: 319.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi III. Buku. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta. Hal. 10-12

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 70-71

Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Buku. Departemen Kesehatan


RI. Jakarta. Hal. 11-15.
Ery, E., Dina, P., Mohammad Zaky. 2015. Pengembangan Formulasi Dan
Evaluasi Fisik Sediaan Krim Ekstrak Etanol 70% Daun Labu Siam
(Sechium edule (Jacq.)Swatz). Jurnal. Program Studi Pendidikan Farmasi.
Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah. Tangerang. Hal. 14-15.

Farida, R., Mimi, A., Nurwani, P. A. 2011. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun
Ubi Jalar (Ipomoeaea batatas L.) untuk Pengobatan Luka Bakar. Jurnal.
STIFI: Perimtis Padang. 1(1): 22.

Galang Ramdhani F.G., Aida Ariani. 2016. Pengambilan Kolagen Pada Sisik Ikan
dari Limbah Pabrik Fillet Ikan Menggunakan Metode Ekstraksi Asam.
Skripsi. Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
November. Hal: 6-7.
55

Harian Fajar. Nurpudji Astuti. 2012. Penemu pil sehat dari Ikan Gabus. Kolom
Pesona, Hal. 26.

Hashim P, Ridzwan MSM, Bakar J. 2014. Isolation and characterization of


collagen from chicken feet. Journal. International Journal of
Bioengineering and Life Sciences. 8(3): 250-254.

Hee Seok Jeong, Jayachandran Venkestan, Se Kwon Kim. 2013. Isolation and
Characterization of Collagen from Marine Fish (Thunnus obesus).
Journal. Biotechnology and Bioprocess Engineering. Hal. 1185.

Irin Iriana Kusmini, Rudhy Gustiano, Vitas Atmadi Prakoso, MH Fariduddin Ath-
thar. Budidaya Ikan Gabus. Buku. Penebar Swadaya:Bogor. Hal. 7&12.

Jose L. Anggowarsito. 2014. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. Jurnal.


Widya Medika : Surabaya. Hal. 116-117.

K. Gelse, E. Poschl, T. Aigner. 2013. Collagens: Structure, function, and


biosynthesis. Advance Drug Delivery. Reviews. Department of Pathology.
University of Erlangen Numberg. Hal. 1532.

Kementrian Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas. Badan Penelitian


dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

King’ori, A.M., 2011. A review of the uses of poultry eggshells and shell
membranes.Journal. Int. J. poult. sci. 10 (11): 908–912.

Kong J, Yu S. 2007. Fourier transform infrared spectroscopic analysis of protein


secondary structures. Journal. Acta Biochimica et Biophysica Sinica
39(8):549-559.

Laras Ayu Pringgandini, Ghinna Yulia Indarti, Melinda, Morita Sari. 2018.
Efektivitas Spray Nanokolagen Limbah Sisik Ikan Mas (Cyprinus carpio)
untuk Mempercepat Proses Penyembuhan Luka Insisi. Laporan Penelitian.
Skripsi. Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia. Hal.
116.

Lela Sulastri, Sulistiorini Indriaty, Siti Pandanwangi. 2017. Formulasi dan Uji
Iritasi dari Krim yang Mengandung Ekstrak Etanol Herba Pegagan
(Centella asiatica (L) Urban). Jurnal. Akademi Farmasi Muhammadiyah:
Cirebon. Hal. 23.

Li Z, Wang B, Chi C, Zhang Q, Gong Y, Tang J, Luo H, Ding G. 2013. Isolation


and characterization of acid soluble collagens and pepsin soluble collagens
from the skin and bone of Spanish mackerel (Scomberomorous niphonius).
Journal. Food Hydrocolloids. 31(1): 103-113.
56

Luh Dina, Y. 2018. Perbedaan Kecepatan Penyembuhan Luka Bakar Derajat Ii


Antara Pemberian Topikal Ekstrak Sel Punca Mesenkimal Wharton’s Jelly
Tali Pusat Manusia Dengan Gel Bioplacenton Pada Tikus Putih Jantan
(Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley. Skripsi. Fakultas Kedokteran.
Universitas Lampung. Hal. 14.

Matmaroh K, Benjakul S, Prodpran T, Encarnacion A, Kishimura H. 2011.


Characteristics of acid soluble collagen and pepsin soluble collagen from
scale of spotted golden goatfish (Parupeneus heptacanthus). The Journal of
Food Chemistry. 129:1179-1186.

Mega Safithri, et al. 2018. Potensi Kolagen Teripang Emas Sebagai Inhibitor
Tirosinase. Jurnal. Departemen Biokimia. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Hal. 27-28

Mesche AL. 2016. Sistem Integumen. Dalam: Teks dan Atlas Histologi Dasar
Junquiera. Hal. 309.

Pati, F., Adhikari, B., Dhara, S., 2010. Isolation and characterization of fish scale
collagen of higher thermal stability. Journal. Bioresour. Technol. 101(10):
3737–3742.

Prof. Dr. Ir Eddy Suprayitno, MS. 2015. Misteri Ikan Gabus. Buku. Universitas
Brawijaya Press. Hal. 7.

Rosmawati, Effendi, A., Abu Bakar, T., Muhammad, I.S. 2018. Chemical
Composition, Amino Acid and Content of Snakehead (Channa striata)
Fish Skin and Bone. Jurnal. Faculty of Fisheries and Marine Sciences :
Universitas Muhammadiyah Kendari. Hal. 2.

Rowan MP. 2015. Burn wound healing and treatment: review and advancements. .
Journal. Biomed Central. 19(1): 243-54.

Ryan Braga. 2018. Agilent Cary 630 FTIR Diamond ATR Accessory SOP.
Standard Operational Procedure. Laboratory Standard Operating
Proscedure. Iowa State University. Pg. 13.

Samantha, P. C. F. 2016. Extraction of Collagen from Fish Wastes, Optimization


and Characterization. Dissertation. Department of Chemical Engineering
Lee Kong Chian Faculty of Engineering and Science. Universiti Tunku
Abdul Rahman. Malaysia. Pg. 17-18.

Schmidt BA, Horsley V. 2013. Intradermal adipocytes mediate fibroblast


recruitment during skin wound healing. Journal. Development. 140: 1517–
1527.

Shon J, Ji-Hyun E, Hwang SJ, Jong-Bang E. 2011. Effect of processing conditions


on functional properties of collagen powder from Skate (Raja kenojei)
57

skins. The Journal of Food Science Biotechnology. 20(1): 99-106.

Sinno H, Prakash S. 2013. Complements and the wound healing cascade: an


updated review. Journal. Hindawi. Pg. 1-7.

Sjamsuhidajat K, Warko P, Theddeus OH, Rudiman, Reno 2010. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi ke-3. Buku. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 55.

Standar Nasional Indonesia. 1992. SNI 01-2891-1992. Cara uji makanan dan
minuman. Jakarta (ID): Badan Standar Nasional. Hal. 6, 9, 16, 22.

Surya Ningsih, Andi Armisman Edy Paturusi, Nur Rezki Amalia K. 2015. Uji
Efek Penyembuhan Gel Ekstrak Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolio
Linn.) Terhadap Luka Sayat Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Jurnal.
Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Alauddin.
Makassar. Hal. 27-32.

Tiara Mappa. 2013. Formulasi Gel Ekstrak Daun Sasaladahan (Peperomia


pellucida (L.) H.B.K) dan Uji Efektivitasnya Terhadap Luka Bakar Pada
Kelinci (Orytolagus Cuniculus). Skripsi. Program Studi Farmasi FMIPA
UNSRAT Manado. Hal. 40-44.

Tortora GJ, Derrickson B. 2012. The intugumentary system. Dalam: principles of


anatomy and physiology. Book. United States of America: John Wiley &
Sons. Hal. 153–181.

Ulandari, A.; D. Kurniawan dan A.S. Putri, 2011. Potensi Protein Ikan Gabus
dalam Mencegah Kwashiorkor pada Balita di Provinsi Jambi. Jurnal.
Universitas Jambi. Jambi. Hal. 6.

Veeruraj A, Arumugam M, Balasubramanian T. 2013. Isolation and


characterization of thermostable collagen from the marine eel-fish
(Evenchelys macrura). Journal. Process Biochemistry. 48(1): 1592-1602.

Widodo, H. 2013. Ilmu Meracik Obat Untuk Apoteker. Buku. D-Medika:


Yogyakarta. Hal. 38-39.

Yenti, Revi., dkk., 2011, Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh
(Euphatoriumodoratum. L) untuk Penyembuhan Luka. Jurnal. Majalah
Kesehatan PharmaMedika. Hal. 11-12.
58

Lampiran 1. Hasil Determinasi


59

Lampiran 2. Sertifikat Hasil Analisis Komposisi Kimia Kolagen Tulang Ikan


Gabus

Lampiran 2. (lanjutan) Sertifikat Hasil Uji Proksimat Ekstrak Kolagen Tulang


60

Ikan Gabus
61

Lampiran 3. Gambar Sebagian Bahan dan Alat Yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan

Spektrofotometer Fourier Transform Infrared pH meter ATC®

Alat sentrifugasi Hitachi®


62

Lampiran 4. Gambar Ikan Gabus, Tulang Ikan Gabus Dan Hasil Isolasi Kolagen
Tulang Ikan Gabus

Ikan Gabus

Tulang Ikan Gabus

Hasil Isolasi Kolagen Tulang Ikan Gabus


63

Lampiran 5. Gambar Hasil Evaluasi Sediaan Krim

FA FB FC FD

Gambar Sediaan Krim Dengan Berbagai Konsentrasi

KSS FA FB FC FD

Uji Homogenitas

Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
KSS : Krim Silver Sulfadiazin
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SSKTIG 5%
FD : SSKTIG 7%

Lampiran 5. (Ianjutan) Gambar Hasil Evaluasi Sediaan Krim


64

Uji pH KSS Uji pH FA

Uji pH FB Uji pH FC

Uji pH FD

Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
KSS : Krim Silver Sulfadiazin
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SSKTIG 5%
FD : SSKTIG 7%
Lampiran 5. (Ianjutan) Gambar Hasil Evaluasi Sediaan Krim
65

Uji Iritasi

Awal pemberian KSS Setelah 24 jam pemberian

Awal pemberian FA Setelah 24 jam pemberian

Awal pemberian FB Setelah 24 jam pemberian

Lampiran 5. (Ianjutan) Gambar Hasil Evaluasi Sediaan Krim


66

Awal pemberian FC Setelah 24 jam pemberian

Awal pemberian FD Setelah 24 jam pemberian

Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
KSS : Krim Silver Sulfadiazin
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SSKTIG 5%
FD : SSKTIG 7%

Lampiran 6. Perhitungan Dosis Lidokain


67

Bahan anastesi yang digunakan adalah lidokain, dosis lidokain marmut adalah 0,5

mL (Tiara M. et al., 2013). Dosis lidokain dalam bentuk milligram:

Diketahui:

 Dosis lidokain marmut = 0,5 mL

 Komposisi lidokain = 2 mL
,
 Dosis lidokain = × 40 = 10

Dosis konversi lidokain dari 400 g BB marmut untuk tikus 200 g tikus :

Diketahui:

 Dosis marmut (400 g) = 10 mg

 Konversi dosis marmut ke tikus = 0,57

 Dosis tikus (200 g) = 10 × 0,57 × = 28,5 /

Dosis lidokain yang akan digunakan:

Diketahui:

 Berat badan tikus rata-rata = 100 g

 Dosis tikus (200 g) = 28,5 g



 Dosis tikus (100 g) = × 28,5 = 2,85

,
Maka volume yang akan disuntikkan = × 2 = 0,14 = 0,1

Lampiran 7. Gambar Pengamatan Luka Bakar


68

Hari Kelompok Uji

K1 K2 K3 K4 K5

12

15

Lampiran 7. (lanjutan) Gambar Pengamatan Luka Bakar


69

18

21

Keterangan:
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
K1 : Basis Krim (blanko)
K2 : Krim silver sulfadiazin
K3 : SKKTIG 3%
K4 : SKKTIG 5%
K5 : SKKTIG 7%

Lampiran 8. Data Pengukuran Diameter Luka Bakar


70

Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari


Kelompok Tikus Ke-3 Ke-6 Ke-9 Ke-12 Ke-15 Ke-18 Ke-21
I 2,00 1,95 1,85 1,70 1,50 1,30 1,20
K1
II 2,00 1,85 1,75 1,60 1,50 1,30 1,20
I 1,60 1,45 1,20 1,00 0,90 0,60 0,20
K2 II 1,60 1,35 1,20 1,00 0,80 0,50 0,10
K3 I 1,70 1,50 1,30 1,10 0,80 0,50 0,10
II 1,70 1,40 1,30 1,10 ,80 0,40 0,10
I 1,90 1,70 1,50 1,25 1,10 0,80 0,40
K4
II 1,90 1,60 1,50 1,35 1,10 0,80 0,50
I 1,80 1,60 1,35 1,20 1,00 0,70 0,40
K5 II 1,80 1,60 1,35 1,20 1,00 0,70 0,40

Keterangan:
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
K1 : Basis Krim (blanko)
K2 : Krim silver sulfadiazin
K3 : SKKTIG 3%
K4 : SKKTIG 5%
K5 : SKKTIG 7%

Lampiran 9. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

A. Uji Normalitas
71

Tujuan : untuk mengetahui data pengukuran diameter luka bakar terdistribusi

normal atau tidak.

Hipotesis

Ho = Data pengukuran diameter luka bakar terdistribusi normal

Ha = Data pengukuran diameter luka bakar tidak terdistribusi normal

Pengambilan Keputusan = Jika nilai signifikansi >0,05 Ho diterima

= Jika nilai signifikansi <0,05 Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
ke3 ke6 ke9 ke12 ke15 ke18 ke21
N 10 10 10 10 10 10 10
Normal Mean 1.8000 1.6000 1.4100 1.2700 1.0700 .7700 .4500
a,b
Parameters Std.
.15092 .18708 .18529 .21499 .24518 .30203 .42492
Deviation
Most Extreme Absolute .146 .200 .224 .245 .251 .260 .253
Differences Positive .146 .200 .224 .245 .251 .260 .253
Negative -.140 -.146 -.141 -.215 -.160 -.186 -.205
Test Statistic .146 .200 .224 .245 .251 .260 .253
c,d c,d c c c c
Asymp. Sig. (2-tailed) .200 .200 .170 .092 .073 .053 .069c

Keputusan

Ho (Diterima) = Data pengukuran diameter luka bakar pada hari ke-21

terdistribusi normal

Nilai signifikansi (p>0,05) yaitu p = 0,069

Lampiran 10. Hasil Uji Levene

B. Uji Homogenitas
72

Tujuan : untuk mengetahui data pengukuran diameter luka bakar terdistribusi

homogen atau tidak

Hipotesis

Ho = Data pengukuran diameter luka bakar terdistribusi homogen

Ha = Data pengukuran diameter luka bakar tidak terdistribusi homogen

Pengambilan keputusan = Jika nilai signifikansi > 0,05 Ho diterima

= Jika nilai signifikansi < 0,05 Ho ditolak

Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Hari ke3 .764 3 5 .561
Hari ke6 .139 3 5 .933
Hari ke9 2.431 3 5 .181
Hari ke12 .972 3 5 .475
Hari ke15 5.347 3 5 .051
Hari ke18 1.910 3 5 .246
Hari ke21 2.431 3 5 .181

Keputusan

Ho (Diterima) = Data pengukuran diameter luka bakar pada hari ke-21

terdistribusi homogen

Nilai signifikansi (p > 0,05) yaitu p = 0,181

Lampiran 11. Hasil Uji One Way ANOVA

C. Uji One Way Anova


73

Tujuan : Untuk mengetahui data pengukuran diameter luka bakar berbeda secara

signifikan pada masing-masing kelompok.

Hipotesis

Ho = Data pengukuran diameter luka bakar berbeda secara signifikan

Ha = Data pengukuran diameter luka bakar tidak berbeda secara signifikan

Pengambilan Keputusan = Jika nilai signifikansi > 0,05 Ho ditolak

= Jika nilai signifikansi < 0,05 Ho diterima

ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Hari ke3 Between Groups .110 4 .027 4.989 .054
Within Groups .027 5 .005
Total .137 9
Hari ke6 Between Groups .309 4 .077 48.842 .000
Within Groups .008 5 .002
Total .317 9
Hari ke9 Between Groups .231 4 .058 20.368 .003
Within Groups .014 5 .003
Total .245 9
Hari ke12 Between Groups .379 4 .095 29.154 .001
Within Groups .016 5 .003
Total .395 9
Hari ke15 Between Groups .648 4 .162 88.375 .000
Within Groups .009 5 .002
Total .657 9
Hari ke18 Between Groups .704 4 .176 49.140 .000
Within Groups .018 5 .004
Total .722 9
Hari ke21 Between Groups 1.355 4 .339 119.544 .000
Within Groups .014 5 .003
Total 1.369 9

Keputusan

Ho (Diterima) = Data pengukuran diameter luka bakar pada hari ke-21 berbeda

secara signifikan

Nilai signifikansi (p < 0,05) yaitu p = 0,00

Lampiran 12. Hasil Uji Post-Hoc Tukey HSD

D. Uji Post-Hoc Tukey HSD


74

Tujuan : Untuk mengetahui adanya berbeda secara signifikan data pengukuran

diameter luka bakar antara kelompok satu dengan kelompok lainnya.

Tukey HSD

95% Confidence Interval

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

K1 K2 .27143 .14496 .353 -.1490 .6919


*
K3 .45714 .14496 .028 .0367 .8776
*
K4 .89286 .14496 .000 .4724 1.3133
*
K5 1.21429 .14496 .000 .7938 1.6348

K2 K1 -.27143 .14496 .353 -.6919 .1490

K3 .18571 .14496 .704 -.2348 .6062


*
K4 .62143 .14496 .002 .2010 1.0419
*
K5 .94286 .14496 .000 .5224 1.3633
*
K3 K1 -.45714 .14496 .028 -.8776 -.0367

K2 -.18571 .14496 .704 -.6062 .2348


*
K4 .43571 .14496 .039 .0152 .8562
*
K5 .75714 .14496 .000 .3367 1.1776
*
K4 K1 -.89286 .14496 .000 -1.3133 -.4724
*
K2 -.62143 .14496 .002 -1.0419 -.2010
*
K3 -.43571 .14496 .039 -.8562 -.0152

K5 .32143 .14496 .201 -.0990 .7419


*
K5 K1 -1.21429 .14496 .000 -1.6348 -.7938
*
K2 -.94286 .14496 .000 -1.3633 -.5224
*
K3 -.75714 .14496 .000 -1.1776 -.3367

K4 -.32143 .14496 .201 -.7419 .0990

Keterangan:
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
K1 : Basis Krim (blanko)
K2 : Krim silver sulfadiazin
K3 : SKKTIG 3%
K4 : SKKTIG 5%
K5 : SKKTIG 7%

Lampiran 13. Bagan Alir Proses Isolasi Kolagen Tulang Ikan Gabus

Ikan gabus 18 kg
75

Dicuci dengan akuades lalu dikukus selama 30 menit

Diangin-anginkan dan dipotong kecil

Ditimbang dan didapat 1,5kg tulang

Direndam dengan NaOH 0,1M sealama 12 jam

Dicuci dengan akuades hingga didapat pH 7

Dikeringkan dan diisolasi dengan CH3COOH 0,5 M selama 3 hari

Dicuci dengan akuades hingga didapat pH 4,6 dan disaring

Filtrat 6,5 liter

Disentrifugasi (4000 rpm, 15 menit, suhu 20 oC)

Diambil supernatan dan ditambah NaCl 10% dan diaduk selama 24 jam

Dikeringkan pada suhu <40 oC dan dihaluskan, ditimbang dan


didapat 500g kolagen tulang ikan gabus (Channa striata)

Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis gugus


kadar air kadar abu kadar protein kadar lemak fungsi dengan
FTIR

Lampiran 14. Bagan Alir Pembuatan Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
76

Kolagen Tulang
Ikan Gabus

Kolagen 1,5 gram Kolagen 2,5 gram Kolagen 3,5 gram

Dimasukkan ke dalam mortir panas


berisis basis krim

Digerus homogen

Dimasukkan ke dalam
wadah

FB FC FD

Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
FB : SKKTIG 3%
FC : SSKTIG 5%
FD : SSKTIG 7%

Lampiran 15. Bagan Alir Pengujian Efek Penyembuhan Luka Bakar

Tikus putih jantan


diadaptasikan 1 minggu
77

Tikus putih jantan dibagi


menjadi 5 kelompok:

Kelompok I: Kelompok Kelompok V:


diobati dengan Kelompok II: Kelompok IV: diobati
III: diobati
basis krim diobati dengan diobati dengan
dengan
krim silver dengan SKKTIG 7%
SKKTIG 3%
sulfadiazin SKKTIG 5%

Masing-masing hewan
dicukur pada paha
sebelah kanan/kiri

- Diberi lingkaran berdiameter 2 cm


- Disekitar tanda disuntikkan lidokain 2%
0,1ml secara subkutan
- Dibiarkan 5 menit kemudian dibuat luka
bakar
- Luka diolesi bahan uji sesuai masing-
masing kelompok

Diukur diameter luka dan


dicatat

Dilakukan analisis
Data diameter luka bakar
statistik

Keterangan:
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus

Lampiran 16. Contoh Format Surat Pernyataan Persetujuan Uji Iritasi


Sukarelawan

SURAT PERNYATAAN
78

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi sukarelawan untuk uji iritasi dalam

penelitian Najwa Miladi Hasri (NPM 154301040), dengan judul “Uji Efek

Penyembuhan Luka Bakar Dari Kolagen Tulang Ikan Gabus (Channa striata)

Dalam Sediaan Krim Pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)”. Apabila

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, saya tidak akan menuntut

kepada peneliti. Pernyataan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan tanpa

paksaan dari pihak manapun.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Medan, April 2019

Sukarelawan

(Nama Lengkap)
BIODATA

Nama : Najwa Miladi Hasri

Tempat / Tanggal Lahir : Brunei Darussalam / 19 Agustus 1999

Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jalan Ampera II, No.65, Medan

Telepon : 082199434730

Pendidikan : SD Sekolah Rendah Bengkurong

SD Sekolah Persediaan Arab BSB

SMP SUAMPRIPAD

SMA SUAMPRIPAD

Judul Skripsi :“Uji Efek Penyembuhan Luka Bakar Dari Kolagen


Tulang Ikan Gabus (Channa striata) Dalam Sediaan
Krim Pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)

Dosen Pembimbing : 1. Nilsya Febrika Zebua, S.Farm., M.Si., Apt.

2. Dra Sudewi, M.Si., Apt.

Indeks Prestasi Kumulatif : 3,87

Nama Orang Tua

Nama Ayah : Hasan Manurung

Nama Ibu : Sri Misni

Pekerjaan Orang Tua

Ayah : Wiraswasta

Ibu : Ibu Rumah Tangga

Penulis
Medan, 24 Mei 2019

Najwa Miladi Hasri

Anda mungkin juga menyukai