SKRIPSI
OLEH
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2019
UJI EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DARI KOLAGEN
TULANG IKAN GABUS (Channa striata) DALAM
SEDIAAN KRIM PADA TIKUS PUTIH
JANTAN (Rattus norvegicus)
SKRIPSI
OLEH
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
berjudul “Uji Efek Penyembuhan Luka Bakar Dari Kolagen Tulang Ikan Gabus
(Channa striata) Dalam Sediaan Krim Pada Tikus Putih Jantan (Rattus
norvegicus)”. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk
Pada kesempatan ini dengan penuh keikhlasan dan kerendahan hati penulis
juga menyampaikan banyak terimakasih kepada mereka yang selama ini telah
2. Bapak Dr. Kurniawan Sinaga, S.Pt., M.Si., selaku Rektor Fakultas Farmasi
3. Ibu Yessi Febriani, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Tjut Nyak Dhien, Ibu Eva Sartika Dasopang, S.Si., M.Si., Apt., selaku Wakil
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien dan Ibu Desy Natalia
4. Ibu Nilsya Febrika Zebua, S.Farm., M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Sudewi, M.Si.,
Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk
5. Para dosen dan staf Fakultas Farmsi Universitas Tjut Nyak Dhien yang telah
iv
6. Teristimewa kepada ayahanda Hasan Manurung dan ibunda Sri Misni,
kakanda Farhana Hasri dan seluruh anggota keluarga yang telah memberikan
7. Bang Budianto Lumban Gaol, S.Farm., Kak Kanne Dachi, S.Farm., Apt., Ibu
Muharni Saputri, S.Farm., M.Si., Apt., Ibu Aisah, S.Farm., Apt., Ika Julianti
Universitas Tjut Nyak Dhien yang telah banyak membantu penulis selama
melakukan penelitian.
Reguler 2015, kawan seperjuangan satu dosen pembimbing Nurul dan Linda
dan kepada sahabat-sahabat saya Atikah Dwi Utami, Maldini ND., Ade
Fahira Sazani, Novi Husvira, Nadya Ramadhani yang telah memberi bantuan,
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak agar nantinya dapat penulis gunakan dalam penelitian selanjutnya.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu. Dengan satu
harapan semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua, Amin Ya
Rabbal’Alamin.
v
UJI EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DARI KOLAGEN
TULANG IKAN GABUS (Channa striata) DALAM
SEDIAAN KRIM PADA TIKUS PUTIH
JANTAN (Rattus norvegicus)
ABSTRAK
vi
TEST OF BURN WOUND HEALING EFFECT FROM
SNAKEHEAD FISH (Channa striata) BONE’S
COLLAGEN IN CREAM ON WHITE
MALE RAT (Rattus norvegicus)
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................ i
ABSTRAK .................................................................................................. vi
viii
2.3.1 Pengenalan kolagen ...................................................... 10
ix
3.6.1 Pembuatan NaOH 0,1M ............................................... 24
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 37
LAMPIRAN ................................................................................................ 58
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Formula Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus ................ 31
Tabel 4.2 Hasil Analisis Gugus Fungsi Kolagen Tulang Ikan Gabus....... 42
Tabel 4.10 Hasil Analisis Statistik Uji Post-Hoc Tukey HSD .................... 50
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.2 Hasil Analisis Gugus Fungsi Kolagen Tulang Ikan Gabus ..... 41
Gambar 4.4 Hasil Analisis Gugus Fungsi Kolagen Teripang Emas ........... 42
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 13. Bagan Alir Proses Isolasi Kolagen Tulang Ikan Gabus ....... 75
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan gabus (Channa striata) adalah salah satu ikan yang hidup di perairan
tawar di Indonesia, seperti daerah aliran sungai di Sumatera, Kalimantan dan Jawa
(Muthmainnah, et al., 2012). Ikan gabus dimasyarakat saat ini sudah popular dan
operasi. Ikan gabus diolah menjadi berbagai jenis masakan lalu disajikan kepada
orang yang sakit, terutama bagi yang pasien pasca operasi (Fajar, 2012).
20,80% (Asfar, et al., 2014) sehingga sangat baik untuk dikonsumsi bagi pasien
penderita hipoalbumin. Ikan gabus juga merupakan salah satu sumber kolagen
yang bisa didapat dari tulangnya. Selain itu, ikan gabus juga mengandung kolagen
Kolagen adalah senyawa protein rantai panjang yang tersusun atas asam
jaringan seperti luka bakar. Pada proses penyembuhan luka bakar terjadi proses
1
2
dengan sumber panas, seperti air, api, bahan kimia, listrik dan radiasi (Balqis,et
al., 2014). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi cedera
akibat luka bakar di Indonesia mencapai 70% pada tahun 2013. Penyembuhan
untuk mengembangkan ikan ini dalam skala yang lebih besar. Namun,
produk sampingnya, yaitu tulang, kulit dan sisik. Pemanfaatan produk sampingan
produk bernilai tambah (Alfaro, et al., 2015), salah satunya adalah dengan
memanfaatkan tulang ikan gabus menjadi sumber kolagen yang dapat diformulasi
melakukan penelitian uji efek penyembuhan luka bakar dari kolagen tulang ikan
gabus dalam sediaan krim pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).
masalah:
1.3 Hipotesis
baku kolagen
ikan gabus yang selama ini diketahui hanya sebagai limbah untuk menambah
pengetahuan masyarakat bahwa tulang ikan gabus dapat sebagai obat luka bakar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan gabus (Channa striata) adalah salah satu ikan asli yang hidup di
dan Jawa (Muthmainnah, et al., 2012). Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan
karnivora air tawar yang menghuni kawasan Asia Tenggara, namun belum banyak
diketahui tentang sejarah dan sifat biologisnya. Ikan jenis ini dikenal sebagai ikan
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Channidae
Genus : Channa
Spesies : C. sriata
Di Indonesia, ikan ini dikenal dengan banyak nama daerah yaitu aruan,
5
6
Channa argus, Channa striata dan Channa micropeltes. Gambar ikan gabus dapat
mengandung asam amino esensial tingkat tinggi dan asam lemak baik yang secara
Ikan gabus kaya akan kandungan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh
protein yang tinggi terutama albumin, dan asam amino esensial, lemak khususnya
asam lemak esensial, mineral khususnya zink/seng (Zn), dan beberapa vitamin
yang sangat baik untuk kesehatan (Asfar, et al., 2015). Kandungan kolagen dapat
2018). Ikan gabus memiliki manfaat antara lain meningkatkan kadar albumin dan
mempercepat penyembuhan luka dalam atau luka luar (Ulandari, et al., 2011).
Kandungan gizi ikan gabus (per 100 g) dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Kalori (kal) 69
Karbohidrat (g) -
Sodium (mg) -
Kalium (mg) -
Kalsium (mg) 62
Air (g) 69
Kulit memiliki fungsi protektif (melindungi dari rangsang termal dan mekanis,
seksual. Dengan fungsi nya yang sangat beragam, kulit membentuk 15-20 % berat
badan total dan pada orang dewasa memiliki luas permukaan 1,5-2 m2 yang
berhubungan dengan dunia luar. Kulit terdiri atas tiga lapisan yaitu epidermis
(lapisan epitel yang berasal dari ektoderm), dermis (lapisan jaringan ikat yang
berasal dari mesoderm), dan subkutan (jaringat ikat longgar yang terdiri atas sel-
2.2.1 Epidermis
beberapa jenis sel yaitu epitel gepeng berkeratin, sel melanosit, sel langerhans
(penyaji antigen), dan sel merkel (sel taktil epitelial). Sel epitel gepeng berkeratin
terdiri atas lima lapisan dari bagian dasar hingga ke permukaan luar epidermis
9
yaitu lapisan yaitu stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum
a. Stratum basal
basalis terdiri atas selapis sel kuboid atau kolumnar basofilik yang berada di atas
membran basal pada perbatasan epidermis dan dermis. Stratum basal merupakan
lapisan dengan aktivitas mitosis tertinggi, pada stratum basal terdapat beberapa sel
punca yang memproduksi keratinosit dan bertanggung jawab atas regenerasi sel-
b. Stratum spinosum
atas 8-10 lapisan sel epitel kuboid atau agak gepeng dengan nukleolus dan
sitoplasma yang aktif mensintesis filamen keratin. Sel-sel epitel gepeng pada
lapisan ini memproduksi lebih banyak keratin dibandingkan pada stratum basal.
c. Startum granulosum
Stratum granulosum terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal yang mengalami
diferensiasi terminal. Sel pada lapisan ini memiliki sitoplasma yang berisikan
d. Stratum lusidum
ini hanya ditemui pada kulit yang tebal. Sel pada lapisan ini tidak memiliki inti sel
e. Startum komeum
Lapisan terluar adalah stratum korneum yang terdiri atas 15-20 lapis sel
gepeng berkeratin tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi oleh keratin
2.2.2 Dermis
lapisan ini terdiri atas jaringan ikat yang tidak beraturan yang disusun oleh
kolagen dan serat elastis. Secara struktural dan fungsional, dermis terbagi menjadi
dua lapisan yaitu stratum papilar dan stratum retikular. Stratum papilar merupakan
jaringan ikat longgar tidak teratur yang terdiri atas pembuluh darah, fibroblas, sel
mast, makrofag, dan sel jaringan ikat lainnya. Stratum retikular lebih tebal
dibandingkan lapisan papilar, yang terdiri atas jaringan ikat yang tidak beraturan
disusun oleh kolagen tipe I. Pada lapisan ini terdapat serat elastis yang menjaga
elastisitas kulit. Dermis merupakan lapisan tempat derivat dari epidermis berupa
folikel rambut dan kelenjar. Pada dermis juga terdapat komponen persarafan
seperti saraf efektor dari serabut pascaganglionik ganglia simpatis dan serabut
saraf aferen yang membentuk di sekitar papila dermis dan folikel rambut berakhir
2.2.3 Subkutan
superficialis. Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit
2.3 Kolagen
2.3.1 Pengenalan Kolagen
jenis protein yang memiliki integritas struktural dan berbagai fungsi fisiologis.
Kolagen dianggap sebagai kelompok protein dengan struktur molekul yang khas
demikian, kolagen merupakan elemen strktural utama dari semua jaringan ikat
yang juga dapat ditemukan di ruang interstisial dari hampir semua organ
epidermis) yang dibuat oleh sel fibroblas. Pada dasarnya kolagen adalah senyawa
protein rantai panjang yang tersusun lagi atas asam amino alanin, arginin, lisin,
pembentukan jaringan. Kolagen merupakan unsur serat utama pada jaringan ikat
dan merupakan protein tunggal yang paling melimpah di dalam tubuh. Pada
ginjal, paru-paru, hati, pembuluh darah, tulang, dan mata (Asyiraf, 2011). Selain
itu, glisina merupakan asam amino yang dominan pada kolagen dan semua famili
kolagen dicirikan oleh adanya pengulangan dari sekuen asam amino Gly-X-Y, X
dari struktur dan fungsinya. Jenis-jenis tersebut diantaranya kolagen tipe I, II, III,
di kulit, tulang, tendon, ligamen, kornea, dan organ internal. Kolagen tipe II
ditemukan di kartilago, notochord, inverrtebral disc, dan viterous humor. Tipe III
dapat ditemukan di kulit, pembuluh darah, dan organ internal. Tipe V sering
ditemukan di daerah yang sama dengan tipe I, sedangkan tipe VI sama dengan
tipe II. Jenis kolagen yang lain yaitu Fibril-associated collagen yaitu kolagen
yang ada di permukaan kolagen fibril. Yang termasuk jenis ini adalah kolagen tipe
IX dan XII yang ditemukan di kartilago. Jenis yang lain yaitu Network-forming
collagen yaitu kolagen yang membentuk jaringan dengan molekul lain di lamina
basalis. Yang tergolong jenis ini yaitu kolagen tipe IV dan VII. Kolagen tipe IV
13
ditemukan di lamina basalis, sedangkan tipe VII ditemukan di bawah epitel pipih
berlapis seperti di kulit. Jenis yang lain yaitu Transmembrane collagen, artinya
adalah kolagen tipe XVII yang membentuk hemidesmosom. Jenis kolagen yang
terakhir adalah Core protein of proteoglycan yaitu kolagen tipe XVIII yang dapat
ditemukan di lamina basalis. Dua tipe kolagen tersebut sebenarnya adalah protein
berdasarkan “Human Genom Project”, ada 27 tipe kolagen dan 42 tipe rantai α
Kata “kolagen” berasal dari bahasa Yunani “kola” yang berarti lem dan
yang sangat penting dan merupakan protein terbanyak pada mamalia mewakili
hampir 30% dari total protein dalam tubuh hewan (Pati, et al., 2010). Kolagen
suplemen kolagen. Makanan dan industri farmasi di seluruh dunia juga memiliki
dermis kulit dan epidermis dengan meningkatkan kemampuan penyerapan air dari
lapisan kulit terluar. Hidrasi jaringan kulit tersebut memberikan kehalusan dan
mengurangi kerutan pada kulit (Kingori, 2011). Selain itu kolagen juga berguna
hipertensi , untuk nyeri akibat osteoarthritis serta implan pada manusia untuk
Luka bakar adalah luka pada kulit atau jaringan lain yang disebabkan oleh
panas atau terkena radiasi, radioaktivitas, listrik, sentuhan atau kontak dengan
bahan kimia. Luka bakar terjadi ketika beberapa atau semua sel pada kulit rusak
karena cairan panas (air mendidih), benda panas dan nyala api (Kusumawardhani,
et al., 2015).
burn luka bakar yang disebabkan oleh adanya kontak dengan suhu tinggi,
chemical burn luka bakar yang disebabkan oleh kontak dengan zat kimia
berbahaya, electrical burn luka bakar yang disebabkan oleh adanya kontak
dengan sumber listrik, dan radiation burn luka bakar yang disebabkan oleh
adanya paparan terhadap radiasi. Hal-hal yang dapat menyebabkan luka bakar
antara lain adalah radiasi sinar matahari, percikan api, sentuhan dengan benda
panas, sengatan arus listrik, dan bahan kimia berbahaya berupa asam kuat maupun
epidermal. Kulit hiperemik berupa eritema, sedikit edema, tidak dijumpai bula,
dan terasa nyeri akibat ujung saraf sensoris teriritasi. Pada hari keempat paska
15
paparan sering dijumpai deskuamasi. Salep antibiotika dan pelembab kulit dapat
disertai proses eksudasi. Pada derajat ini terdapat bula dan terasa nyeri akibat
iritasi ujung-ujung saraf sensoris. Luka bakar derajat II terbagi lagi menjadi 2
(dua), yaitu
Derajat II A (dangkal)
jaringan meliputi epidermis dan lapisan atas dermis. Kulit tampak kemerahan,
edema, dan terasa lebih nyeri daripada luka bakar derajat I. luka sangat sensitif
dan akan lebih pucat jika kena tekanan. Masih dapat ditemukan folikel rambut,
dalam 10-14 hari tanpa sikatrik, namun warna kulit sering tidak sama dengan
tiap hari. Penutup luka sementara (xenograft, allograft atau dengan bahan sintetis)
Derajat II B (dalam)
terjadi pada hampir seluruh dermis. Bula sering ditemukan dengan dasar luka
eritema yang basah. Permukaan luka berbecak merah dan sebagian putih karena
variasi vaskularisasi. Luka terasa nyeri, namun tidak sehebat derajat II dangkal.
Penyembuhan terjadi lebih lama, sekitar 3-9 minggu dan meninggalkan jaringan
16
parut. Selain pembalutan dapat juga diberikan penutup luka sementara (xenograft,
jaringan subkutis, otot, dan tulang. Tidak ada lagi elemen epitel dan tidak
dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna keabu-abuan pucat hingga warna
hitam kering (nekrotik). Terdapat eskar yang merupakan hasil koagulasi protein
epidermis dan dermis. Luka tidak nyeri dan hilang sensasi akibat kerusakan
ujung-ujung saraf sensoris. Penyembuhan lebih sulit karena tidak ada epitelisasi
spontan. Perlu dilakukan eksisi dini untuk eskar dan tandur kulit untuk luka bakar
derajat II dalam dan luka bakar derajat III. Eksisi awal mempercepat penutupan
penyembuhan luka lainnya. Penyembuhan luka bakar terdiri atas empat fase yaitu
fase hemostasis, fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase remodeling. Proses ini
dapat terjadi secara tumpang tindih antara satu tahap dengan tahap lainnya (Guo
pada saat terjadi trauma dan mencegah terjadinya perdarahan spontan yang
fibrin yang diperoleh dari pemecahan fibrinogen oleh trombin yang diaktivasi
oleh tromboplastin akibat adanya kerusakan pada pembuluh darah (Kumar dan
Abbas, 2015). Plak trombosit yang terbentuk dari fase hemostasis akan
melepaskan kemotraktan yang akan menarik sel radang, sel endotel, dan fibroblas
jaringan nekrotik yang disebabkan oleh kerusakan sel. Setelah fase hemostastis
menuju daerah luka. Selanjutnya neutrofil akan menuju daerah luka untuk
mencerna bakteri dan membersihkan luka dari debris melalui pelepasan mediator
Pada fase proliferasi terdapat dua proses penting yang berjalan secara
granulasi, dan deposisi kolagen pada daerah luka (Sinno & Prakash, 2013). Fase
proliferasi ditandai dengan pengkatifan sel keratinosit dan fibroblas oleh sitokin
dan growth factor. Kedua sel tersebut memegang peran yang sangat penting dalam
fase ini (Rowan, 2015). Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai di
proses perbaikan lapisan kulit yang rusak akibat luka bakar (Rowan, 2015). Sel
fibroblas yang berasal dari jaringan mesenkim yang mengalami diferensiasi dan
mukopilisakarida, asam amino glisin, dan prolin. Serat kolagen secara terus
pada luka yang cenderung mengerut. Serat kolagen dan miofibroblas yang
memiliki sifat kontraktil akan melakukan penarikan pada tiap tepi luka ke arah
tengah untuk mengurangi luas luka. Pada fase ini regangan luka akan mencapai
Selain proses pertautan tepi luka, pada fase ini juga terjadi proses
kapiler baru yang diperlukan untuk menyuplai kebutuhan nutrisi dan oksigen
Selama fase proliferasi bagian kulit yang mengalami luka akan dipenuhi
oleh sel radang, fibroblas, dan kolagen yang akan membentuk suatu jaringan
19
berwarna kemerahan mengandung pembuluh darah pada dasar luka yang disebut
kolagen berlebih. Fase ini dimulai sejak akhir fase proliferasi dan dapat
berlangsung hingga berbulan-bulan. Pada fase ini luka akan mengalami proses
maturasi dengan serat kolagen dan elastin yang secara terus menerus akan
jaringan bekas luka. Selain itu adanya apoptosis keratinosit dan sel inflamasi juga
akan mempengaruhi proses penyembuhan luka dan bekas luka yang terbentuk
jaringan parut dan luka tidak akan menutup secara sempurna (Sinno & Prakash,
2013).
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
20
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relative cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
mengandung tidak kurang dari 60% air. Dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe
krim ada dua yaitu : krim tipe air minyak (A/M) dank rim minyak air (M/A).
surfaktan anionic, kationik dan nonionik. Untuk penstabilan krim ditambah zat
antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering di gunakan ialah nipagin
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air sehingga dapat dicuci dengan
air serta lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika. Krim
a. Tipe A/M yaitu tipe air dalam minyak, air terdispersi dalam minyak.
b. Tipe M/A yaitu tipe minyak dalam air, minyak terdispersi dalam air.
Dalam formulasi sediaan krim kolagen tulang ikan gabus (Channa striata)
dipakai bahan-bahan seperti Paraffin Liquidum, Asam Stearat, Adeps Lanae, TEA
dalam formulasi krim pada penelitian ini adalah sebagai berikut (Desi, 2014):
a. Paraffin liquidum
minyak kental yang transparan dan berfungsi sebagai bahan emolien dalam
sediaan krim, penggunaan paraffin liquidum pada emulsi topikal adalah 1,0%-
32,0%.
b. Asam stearat
fungsi sebagai bahan pengemulsi dalam sediaan krim. Asam stearat bersifat
c. Adeps lanae
Adeps lanae berbentuk setengah padat, berwarna kuning dengan bau khas,
merupakan lemak dari bulu domba dan digunakan sebagai basis krim untuk
d. TEA (Trietanolamin)
digunakan untuk menetralkan sifat asam dari asam stearat agar sediaan krim
e. Nipagin
22
putih yang berfungsi sebagai bahan pengawet dengan aktivitas paling efektif
untuk jamur dan kapang. Struktur molekul nipagin dapat dilihat pada Gambar
2.4.
f. Akuades
Akuades adalah air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan, selain
itu juga bias diperoleh dengan cara pertukaran ion, osmosis terbalik atau
dengan cara yang sesuai. Air murni banyak digunakan dalam sediaan yang
sediaan krim kolagen tulang ikan gabus dengan konsentrasi 3%, 5%, 7%
menggunakan pembanding sediaan krim untuk luka bakar yang beredar di pasaran
terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).
Penelitian ini terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu isolasi kolagen dari tulang ikan
gabus, karakterisasi kolagen, formulasi dan evaluasi sediaan krim, dan uji efek
Universitas Tjut Nyak Dhien, Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan.
3.3 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat cukur, gunting,
penangas air, lempeng logam berdiameter 2 cm, neraca analatik, lemari pengering,
gelas laboratorium.
3.4 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tulang ikan gabus,
NaOH 0,1M, CH3COOH 0,5M, NaCL 10%, NaOH 40%, H3BO3 4%, HCl 0,1 N,
dan Akuades.
23
24
membandingkan sampel yang sama dari daerah yang lain. Bahan yang digunakan
Ikan gabus yang didapat dicuci dengan akuades lalu ditimbang beratnya.
dagingnya lalu tulang dicuci dengan akuades hingga bersih dan diangin-anginkan
hingga kering kemudian timbang berat tulang ikan dan dipotong menjadi ukuran
glass dilarutkan dengan sebagian akuades, aduk dengan batang pengaduk hingga
glass dilarutkan dengan sebagian akuades dan aduk dengan batang pengaduk
1995).
glass lalu dilarutkan dengan sebagian akuades setelah itu aduk sampai larut
karakterisasi kolagen, formulasi dan evaluasi sediaan krim, dan uji efek
1:10 selama 3 hari. Kemudian dicuci menggunakan akuades sampai pH 4,6 lalu
disaring. Filtrat disentrifugasi dengan putaran 4000 rpm selama 15 menit pada
suhu 20 oC lalu endapan yang terbentuk dikumpul dan diambil larutan supernatan.
Supernatan ditambah NaCl 10% dan diaduk selama 24 jam maka akan didapat
endapan kolagen. Endapan dikeringkan dalam lemari pengering dengan suhu <40
o
C lalu dihaluskan degan blender dan didapat serbuk halus kolagen (modifikasi
dengan berat tulang ikan gabus. Rendemen dapat diperoleh dengan rumus:
Rendemen Kolagen ikan gabus (%) = × 100%
analisis kadar abu, analisis kadar protein, analisis kadar lemak, dan
(FTIR).
Prinsip analisis kadar air adalah mengetahui kandungan air pada bahan.
Cawan porselin dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama satu jam.
menit dan ditimbang hingga menunjukkan berat yang konstan (A). Sampel
beratnya (B). Cawan berisi sampel dimasukkan dalam oven pada suhu 105 oC
selama 3 jam, lalu cawan beserta isinya didinginkan dalam desikator selama 30
menit dan ditimbang hingga diperoleh berat yang konstan (C) (SNI, 1992)
−
Kadar air (%) = × 100%
−
Keterangan :
A = Berat cawan kosong (g)
B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (g)
C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (g)
Prinsip analisis kadar abu adalah mengetahui jumlah abu yang terdapat
pada suatu bahan terkait dengan mineral dari bahan yang dianalisis. Cawan
porselin dikeringkan dalam oven dengan suhu sekitar 105 oC selama 1 jam.
Cawan porselin yang telah dikeringkan dalam oven dimasukkan dalam desikator
selama 15 menit lalu ditimbang hingga menunjukkan berat yang konstan (A).
lalu dibakar atas kompor listrik hingga tidak berasap lalu dimasukkan ke dalam
tanur pengabuan dengan suhu 600 oC selama 6 jam. Cawan porselin berisi sampel
hingga diperoleh berat yang konstan (B) (SNI, 1992). kadar abu dapat dihitung
dengan rumus:
−
Kadar abu (%) = × 100%
28
Keterangan :
A = Berat cawan abu porselin kosong (g)
B = Berat cawan abu porselin + sampel setelah dikeringkan (g)
C = Berat sampel (g)
Prinsip analisis kadar protein dengan metode kjeldahl meliputi destruksi, destilasi
H2SO4 (p) panaskan di atas penangas listrik atau api pembakar sampai mendidih
dingin, diencerkan dan masukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, cukupkan
dengan larutan HCl 0,1N sampai diperoleh perubahan warna dari biru menjadi
biru kehijauan. Kemudian dilakukan penetapan blanko (SNI, 1992). Kadar protein
Keterangan:
V1 = Volume HCl 0,1 N untuk titrasi sampel
V2 = Volume HCl 0,1 N untuk titrasi blanko
N = Normalitas Hcl 0,1 N
W = Berat sampel
Fp = Faktor Pengenceran
Labu bulat dikeringkan terlebih dahulu dalam oven bersuhu 105 oC selama
30 menit, lalu dimasukkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang hingga
29
dalam selongsong kertas saring yang dialasi dengan kapas (selongsong lemak)
dan sumbat selongsong kertas berisi sampel tersebut dengan kapas, lalu
dimasukkan ke dalam alat ekstraksi (soxhlet) yang telah dihubungkan dengan labu
lemak. Proses ektraksi dilakukan selama 6 jam dengan pelarut heksana sebanyak
150 mL. Campuran heksana dan lemak didestilasi hingga terpisah lemak dari
pelarutnya. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven
pada suhu 105 oC selama 60 menit dan dimasukkan dalam desikator selama 30
menit lalu ditimbang hingga beratnya konstan (W3) (SNI, 1992). Kadar lemak
3− 1
Kadar lemak (%) = × 100%
2
Keterangan:
W1 = Berat labu lemak kosong (g)
W2 = Berat sampel (g)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak hasil ekstraksi (g)
kolagen. Ambil sampel sedikit dengan batang pengaduk, sampel diletakan pada
sampel window lalu diratakan. Pindahkan sample press tepat diatas sampel lalu
terhubung, klik “next” dan akan dihasilkan spektra FTIR dari sampel uji. Gugus-
gelombang yang terdeteksi dengan wilayah serapan untuk gugus fungsi protein
(Braga, 2018).
30
TEA 0,75 g
Nipagin 0,05 g
Akuades ad 100 g
Dibuat dasar krim sebanyak 200 g, untuk pembuatan sediaan krim kolagen tulang
ikan gabus (Channa striata) 3%, 5%, 7%, dan basis krim (blanko), masing-
2. B 3,0 48,5
× 50 = 1,5
100
3. C 5,0 47,5
× 50 = 2,5
100
4. D 7,0 46,5
× 50 = 3,5
100
Keterangan:
KTIG : Kolagen Tulang Ikan Gabus
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SKKTIG 5%
FD : SKKTIG 7%
dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air.
70 oC.
ke dalam mortir panas yang berisi fase air, lalu gerus hingga terbentuk
basis krim dan timbang basis krim sesuai bobot masing-masing formula.
al., 2015). Gambar sediaan krim dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat
a. Uji Organoleptis
bentuk, warna dan bau (Depkes RI. 1985 dalam Agustin, et al., 2013).
b. Uji Homogenitas
yang telah dibuat pada kaca objek, kemudian dikatupkan dengan kaca
objek lainnya dan dilihat sama ada basis tersebut homogen dan
c. Uji pH
interval 4,5 – 6,5 (Tranggono dan Latifa, 2007 dalam Mappa, 2013).
d. Uji Stabilitas
iritasi dilakukan dengan cara uji tempel tertutup dimana sediaan krim
dioleskan pada lengan atas bagian dalam, kemudian ditutup dengan kain
kassa, setelah 24 jam diamati gejala yang timbul (Farida, et al., 2011).
5. Sehat jasmani dan rohani (Ditjen POM, 1985 dalam Farida, et al., 2011)
3.7.5 Uji efek penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan
Uji efek penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) meliputi penyiapan hewan uji, pembuatan luka bakar dan perlakuan
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus).
galur wistar. Hewan uji yang disiapkan adalah sebanyak 10 ekor yang dibagi
lingkungan selama 1 minggu. Kriteria hewan uji meliputi: umur 2-3 bulan
merupakan usia pertumbuhan, berjenis kelamin jantan, berat badan antara 90-110
g, kondisi sehat ditandai dengan pergerakan aktif, makanan tikus berupa pelet dan
34
untuk minuman digunakan botol sebanyak 20-45 mL per hari dan tikus
Semua hewan uji dicukur bulu disekitar paha kanan atau kiri dan beri
sebanyak 0,1 ml dan dibiarkan 5 menit. Luka bakar dibuat dengan menggunakan
logam dicelupkan lagi ke dalam air mendidih (100oC) lalu ditempelkan pada paha
Kelompok 1 (K1): Kontrol negative yaitu tikus yang akan diberikan sediaan
basis krim (blanko).
Kelompok 2 (K2): Kontrol positif yaitu tikus yang akan diberikan krim
silver sulfadiazine.
luka bakar tersebut dioleskan sediaan krim secara tipis 1 (satu) kali sehari (luka
tidak ditutup). Pengamatan luka dilakukan setiap hari secara visual dengan
35
mengukur diameter luka sampai luka dianggap sembuh (luka sudah kering dan
1+ 2+ 3+ 4
dx =
4
Keterangan:
dx : diameter luka hari ke-x
dx1 : diameter 1
dx2 : diameter 2
dx3 : diameter 3
dx4 : diameter 4
dx1
dx2
dx3
dx4
36
serta waktu yang diperlukan hingga luka pada tikus putih sembuh dengan
menggunakan formulasi sediaan krim kolagen tulang ikan gabus (Channa striata)
dengan konsentrasi yang berbeda dan pembanding sediaan krim untuk luka bakar
yang beredar di pasaran. Analisis data menggunakan SPSS 22.0 Free trial dengan
hewan yang digunakan sebagai sampel adalah ikan gabus. Hasil determinasi dapat
18 kg, lalu setelah tulang ikan dipisahkan dari dagingnya, dibersihkan dan
dikeringkan diperoleh tulang ikan dengan berat 1,5 kg lalu dilakukan proses
isolasi dan diperoleh filtrat 6,5 liter dan setelah disentrifugasi dan dikeringkan
diperoleh kolagen tulang ikan gabus 500 gram. Rendemen yang didapat adalah
33,3%. Gambar ikan gabus, tulang ikan gabus dan hasil isolasi kolagen tulang
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian tulang ikan
gabus yang sebelumnya dipisahkan terlebih dahulu dari dagingnya. Gambar ikan
37
38
komposisi kimia (kadar air, abu, protein dan lemak) dan analisis gugus fungsi.
Hasil analisis komposisi kimia kolagen tulang ikan gabus dapat dilihat pada Tabel
4.1
Tabel 4.1 Hasil Analisis Komposisi Kimia Kolagen Tulang Ikan Gabus
komposisi kimia kolagen tulang ikan gabus memenuhi standar Biopolytech Korea
dimana kadar air kolagen tulang ikan gabus adalah 5,79%. Hasil analisis kadar
abu kolagen tulang ikan gabus adalah 0,60% menunjukkan kolagen tulang ikan
gabus memiliki kadar abu yang rendah. Kadar protein kolagen tulang ikan gabus
kadar protein kolagen tulang ikan gabus (Channa striata) adalah 90 %.
Persentase kadar protein yang rendah ini diduga karena proses penyimpanan beku
39
yang mengakibatkan air masuk ke dalam struktur tulang ikan gabus (Channa
Kadar lemak kolagen tulang ikan gabus (Channa striata) adalah 0,50%.
Keberadaan lemak pada kolagen tulang ikan gabus (Channa striata) merupakan
unsur pengotor yang perlu dihilangkan melalui optimasi proses pretreatment yang
dilakukan dengan merendam tulang ikan ke dalam NaOH 0,1M selama 12 jam,
berbagai produk (Shon, et al., 2011). Sertifikat hasil analisis komposisi kimia
kolagen tulang ikan gabus dapat dilihat pada lampiran 2, halaman 59.
Hasil analisis gugus fungsi kolagen tulang ikan gabus dapat dilihat pada
Gambar 4,2 dan Tabel 4.2, hasil analisis gugus fungsi baku kolagen dapat dilihat
pada Gambar 4.3 dan Tabel 4.3, hasilnya menunjukkan puncak serapan amina A,
amina B, amida I, amida II dan amina III. Hasil analisis gugus fungsi kolagen
tulang ikan gabus juga dibandingkan hasil analisis gugus fungsi kolagen teripang
emas pada Gambar 4.4. Wilayah serapan berada pada kisaran 3400-3440 cm-1
ketika gugus NH terlibat dalam ikatan hidrogen maka posisinya akan bergeser ke
frekuensi yang lebih rendah (Li, et al., 2013). Puncak serapan amina A kolagen
tulang ikan gabus adalah 3250 cm-1 dan baku kolagen 3280 cm-1, ini berarti
kolagen tulang ikan gabus terdapat gugus NH yang berikatan dengan ikatan
menunjukkan adanya gugus CH2 (Veruuraj, et al,. 2013) Puncak serapan amina B
kolagen tulang ikan gabus dan baku kolagen adalah 2920 cm-1 , ini berarti terdapat
gugus CH2 pada kolagen tulang ikan gabus dan baku kolagen. Wilayah serapan
amida I berada pada kisaran 1600-1700 cm-1 yang berkaitan dengan vibrasi
2014), puncak serapan kolagen tulang ikan gabus adalah 1650 cm-1 dan baku
-1
kolagen 1630 cm-1. Wilayah puncak serapan 1630, 1650 dan 1675 cm
merupakan karakteristik dari residu asam amino (β-sheet), random coil dan β-
sheet, β-turn, dan random coil, ini berarti kolagen tulang ikan gabus dan baku
kolagen memiliki struktur β-sheet yang belum terdenaturasi menjadi α-helix (ciri
khas gelatin),
Wilayah serapan amida II berada pada kisaran dan amina III pada kisaran
1229-1301 cm-1 (Kong dan Yu 2007). Puncak serapan amida II dan amina III
kolagen tulang ikan gabus berada pada 1535 cm-1 dan 1240 cm-1 dan baku
kolagen berada pada 1530 cm-1 dan 1270 cm-1, ini berarti kolagen tulang ikan
gabus dan baku kolagen memiliki gugus amida II dan amina III. Struktur triple
helix pada kolagen juga dapat ditunjukkan berdasarkan intensitas rasio antara
puncak wilayah serapan amida III dan puncak wilayah 1450 cm-1.
Nilai rasio antara puncak wilayah serapan amina III dan puncak wilayah
-1
1450 cm adalah 1,17. bahwa nilai rasio yang mendekati 1,0 menandakan bahwa
kolagen masih memiliki struktur triple helix (Matmaroh, et al., 2011). Hasil
analisis gugus fungsi kolagen tulang ikan gabus dan baku kolagen tidak berbeda
41
jauh dan pada kolagen tulang ikan gabus terdapat gugus amina A, amina B, amida
I, amida II, amina III yang merupakan karakteristik kolagen, selain itu juga
terdapat struktur β-sheet dan struktur triple helix yang merupakan karakteristik
kolagen.
Gambar 4.2 Hasil Analisis Gugus Fungsi Kolagen Tulang Ikan Gabus
Keterangan :
A : Amina A
B : Amina B
I : Amida I
II : Amida II
III : Amina III
Keterangan :
A : Amina A
B : Amina B
I : Amida I
II : Amida II
III : Amina III
Tabel 4.2 Hasil Analisis Gugus Fungsi Kolagen Tulang Ikan Gabus
Gambar hasil evaluasi sediaan krim dapat dilihat pada lampiran 5, halaman
63. Uji organoleptis sediaan krim kolagen tulang ikan gabus meliputi pengamatan
bentuk, warna dan bau. Hasil uji organoleptis sediaan krim tetera pada Tabel 4.4
Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
KSS : Krim Silver Sulfadiazin
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SKKTIG 5%
FD : SKKTIG 7%
memiliki bentuk semi padat. Krim silver sulfadiazin dan formula A berwarna
sulfadiazin berbau khas krim, formula A berbau khas basis krim dan formula B, C
karena sediaan yang homogen akan memberikan khasiat yang sama pada setiap
Sediaan Hasil
KSS Homogen
FA Homogen
FB Homogen
FC Homogen
FD Homogen
Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
KSS : Krim Silver Sulfadiazin
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SKKTIG 5%
FD : SKKTIG 7%
menunjukkan susunan warna yang rata dan tidak ada partikel yang bercampur
kulit atau tidak, karena akan terjadi kontak langsung dengan kulit sehingga akan
dalam rentang 4,5-6,5 (Tranggono dan Latifa, 2007 dalam Mappa 2013). Hasil uji
Sediaan Hasil
KSS 6
FA 6
FB 6
FC 6
FD 6
Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
KSS : Krim Silver Sulfadiazin
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SKKTIG 5%
FD : SKKTIG 7%
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa krim silver sulfadiazin dan semua formula
dapat memenuhi kriteria sediaan topikal yang baik dan aman jika diaplikasikan
pada penyimpanan suhu kamar. Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji stabilitas sediaan
krim
Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
46
Rusak atau tidaknya sediaan dapat diamati dengan adanya pemisahan fase
ditimbulkan oleh adanya kandungan bahan yang bersifat mudah terurai atau
bahwa krim silver sulfadiazin dan seluruh formula yang dibuat stabil pada saat
sukarelawan berdasarkan jumlah minimal dari perhitungan sampel dan jumlah ini
telah memenuhi perwakilan sampel. Hasil uji iritasi sediaan krim dapat dilihat
Pernyataan
No. Formula Sukarelawan Eritema Eritema dan Eritema, Edema dan
papula papula, dan vesikula
vesikula
1. KSS I - - - -
2. KSS II - - - -
3. A III - - - -
4. A IV - - - -
5. B V - - - -
6. B VI - - - -
7. C VII - - - -
8. C VIII - - - -
9. D IX - - - -
10. D X - - - -
47
Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
KSS : Krim Silver Sulfadiazin
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SKKTIG 5%
FD : SKKTIG 7%
- : Tidak ada reaksi
Uji iritasi terhadap kulit untuk mengetahui ada atau tidaknya efek
samping, dilakukan dengan cara kosmetika dioleskan pada lengan atas atau bagian
dalam, kemudian ditutup dengan kain kassa selama 24 jam dan dilihat perubahan
yang terjadi berupa kemerahan, gatal dan pengkasaran pada kulit. Tabel 3.8 di
atas menujukkan tidak terlihat adanya efek samping yang ditimbulkan oleh
sediaan. Maka dapat disimpulkan bahwa sediaan krim kolagen tulang ikan gabus
4.4 Hasil Uji Efek Penyembuhan Luka Bakar Sediaan Krim Kolagen
Tulang Ikan Gabus
Uji efek penyembuhan luka bakar sediaan krim kolagen tulang ikan gabus
bertujuan untuk mengetahui adanya efek terhadap penurunan diameter luka bakar
yang dilakukan terhadap hewan uji tikus putih jantan (Rattus norvegicus) dengan
Luka bakar yang telah dibuat kemudian diberi terapi menggunakan sediaan
krim kolagen tulang ikan gabus dan krim silver sulfadiazin sesuai kelompok
kolagen tulang ikan gabus dengan konsentrasi 3,5,7%. Pengukuran diameter luka
bakar pada semua kelompok perlakuan dilakukan secara visual pada hari ke-
3,6,9,12,15,18,21. Pada K1 luka bakar sembuh pada hari ke-21, K2 pada hari ke-
48
12, K3 pada hari ke-15, K4 pada hari ke-18 dan K5 pada hari ke-18. Gambar
pengamatan luka bakar dapat dilihat pada lampiran 7, halaman 68. Data
pengukuran diameter luka bakar ditunjukkan pada Tabel 4.9. Grafik pengukuran
diameter luka bakar yang ditunjukkan pada Gambar 4.5 menyatakan bahwa
Hari Ke - K1 K2 K3 K4 K5
3 2,00 1,60 1,70 1,90 1,80
6 1,90 1,40 1,45 1,65 1,60
9 1,70 1,20 1,30 1,50 1,35
12 1,65 1,00 1,10 1,30 1,20
15 1,50 0,85 0,80 1,10 1,00
18 1,30 0,55 0,45 0,80 0,70
21 1,20 0,15 0,10 0,45 0,40
Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
K1 : Basis Krim (blanko)
K2 : Krim silver sulfadiazin
K3 : SKKTIG 3%
K4 : SKKTIG 5%
K5 : SKKTIG 7%
1.5
1.5 K3
Konsentrasi 3%
11 K4
Konsentrasi 5%
K5
Konsentrasi 7%
0.5
0.5
00
33 66 99 12
12 15
15 18
18 21
21
Hari Ke-
Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
K1 : Basis Krim (blanko)
K2 : Krim silver sulfadiazin
K3 : SKKTIG 3%
K4 : SKKTIG 5%
K5 : SKKTIG 7%
secara statistik dengan menggunakan SPSS 22.0 Free trial. Analisa statistik
meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji one way ANOVA dan apabila
diketahui hasil pengukuran diameter luka bakar terdistribusi normal untuk semua
kelompok perlakuan dengan (p > 0,05) yaitu sebesar p= 0,069. Hasil uji
merupakan data yang homogen dengan nilai (p > 0,05) yaitu sebesar p= 0,181.
Hasil uji Levene dapat dilihat pada lampiran 10, halaman 72.
Hasil analisis statistik data pengukuran dameter luka bakar pada hari ke-21
yang diperoleh dari uji one way ANOVA menunjukkan nilai signifikansi p < 0,05
yaitu sebesar p= 0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna pada tiap
kelompok perlakuan. Hasil uji one way ANOVA dapat dilihat pada lampiran 11,
kelompok perlakuan dilanjutkan dengan uji Post-Hoc Tukey HSD. Hasil uji Post-
50
Hoc Tukey HSD dapat dilihat pada lampiran 12, halaman 74. Hasil analisis
Keterangan:
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
K1 : Basis Krim (blanko)
K2 : Krim silver sulfadiazin
K3 : SKKTIG 3%
K4 : SKKTIG 5%
K5 : SKKTIG 7%
K3 berbeda signifikan dengan K1, K4, dan K5. Sedangkan diameter luka bakar
tulang ikan gabus 5% dan 7%. Dapat disimpulkan bahwa sediaan krim kolagen
tulang ikan gabus 3% lebih efektif dibanding sediaan krim kolagen tulang ikan
gabus 5%, dan 7% karena luka bakar derajat II a yang bersifat basah terdapat
bahan-bahan tersebut dinamakan nutrisi. Salah satu nutrisi yang diperlukan adalah
protein. Kolagen merupakan suatu protein rantai panjang yang juga dapat sebagai
nutrisi bagi bakteri, sehingga semakin tinggi konsentrasi kolagen yang diberikan
maka semakin banyak nutrisi bagi bakteri dan mempercepat bakteri untuk
51
berkembang-biak sehingga membuat luka bakar lebih lama untuk sembuh, oleh
sebab itu sediaan krim kolagen tulang ikan gabus 3% lebih efektif.
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Hasil rendemen kolagen yang didapat setelah proses isolasi dari tulang
memenuhi syarat baku kolagen, yaitu kadar air 5,79%, kadar abu 0,60%,
kadar protein 85,2%, kadar lemak 0,50% dan analisi gugus fungsi dengan
3. Formulasi sediaan krim kolagen tulang ikan gabus dan krim silver
4. Sediaan krim kolagen tulang ikan gabus dapat menyembuhkan luka bakar
5.2 Saran
kolagen ikan gabus dalam bentuk sediaan lainnya dengan berbagai efektivitas
52
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed A.M, Abdel Hamid, and Mona FM Soliman. 2015. Effect of topical aloe
vera on the process of healing of full-thickness skin burn: a histological
and immunohistochemical study. Journal of Histology & Histopathology. .
Department of Histology and Cell Biology, Faculty of Medicine,
Mansoura University, Egypt. 2(1): 1-9.
Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Cetakan Ke-15. Buku. Gadjah Mada
Uniersity Press. Yogyakarta. Hal. 102-107.
Asfar, M., Abu Bakar, T, Meta, M. 2014. Potensi Ikan Gabus (Channa striata)
Sebagai Sumber Makanan Kesehatan. Jurnal. Universitas Hasanuddin.
Makassar. Hal. 38-40.
Asikin AN, Kusumaningrum I. 2017. Edible portion dan kandungan kimia ikan
gabus (Channa striata) hasil budidaya kolam di Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur. Majalah Ilmiah Pertania. Kalimantan.
42(3): 158-163.
53
54
Bianti, V. W. 2012. Penanganan Bahan Baku Kolagen Dari Sisik Ikan. Jurnal.
Semarang: Universitas Diponegoro. Hal. 26-28.
Chi C, Wang B, Li Z-R, Luo H-Y, Ding G-F, Wu C-W. 2014. Characterization of
acid-soluble collagen from the skin hammerhead shark (Sphyrna lewini).
Journal of Food Biochemistry. 38(1): 236–247.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 70-71
Farida, R., Mimi, A., Nurwani, P. A. 2011. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun
Ubi Jalar (Ipomoeaea batatas L.) untuk Pengobatan Luka Bakar. Jurnal.
STIFI: Perimtis Padang. 1(1): 22.
Galang Ramdhani F.G., Aida Ariani. 2016. Pengambilan Kolagen Pada Sisik Ikan
dari Limbah Pabrik Fillet Ikan Menggunakan Metode Ekstraksi Asam.
Skripsi. Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
November. Hal: 6-7.
55
Harian Fajar. Nurpudji Astuti. 2012. Penemu pil sehat dari Ikan Gabus. Kolom
Pesona, Hal. 26.
Hee Seok Jeong, Jayachandran Venkestan, Se Kwon Kim. 2013. Isolation and
Characterization of Collagen from Marine Fish (Thunnus obesus).
Journal. Biotechnology and Bioprocess Engineering. Hal. 1185.
Irin Iriana Kusmini, Rudhy Gustiano, Vitas Atmadi Prakoso, MH Fariduddin Ath-
thar. Budidaya Ikan Gabus. Buku. Penebar Swadaya:Bogor. Hal. 7&12.
King’ori, A.M., 2011. A review of the uses of poultry eggshells and shell
membranes.Journal. Int. J. poult. sci. 10 (11): 908–912.
Laras Ayu Pringgandini, Ghinna Yulia Indarti, Melinda, Morita Sari. 2018.
Efektivitas Spray Nanokolagen Limbah Sisik Ikan Mas (Cyprinus carpio)
untuk Mempercepat Proses Penyembuhan Luka Insisi. Laporan Penelitian.
Skripsi. Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia. Hal.
116.
Lela Sulastri, Sulistiorini Indriaty, Siti Pandanwangi. 2017. Formulasi dan Uji
Iritasi dari Krim yang Mengandung Ekstrak Etanol Herba Pegagan
(Centella asiatica (L) Urban). Jurnal. Akademi Farmasi Muhammadiyah:
Cirebon. Hal. 23.
Mega Safithri, et al. 2018. Potensi Kolagen Teripang Emas Sebagai Inhibitor
Tirosinase. Jurnal. Departemen Biokimia. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Hal. 27-28
Mesche AL. 2016. Sistem Integumen. Dalam: Teks dan Atlas Histologi Dasar
Junquiera. Hal. 309.
Pati, F., Adhikari, B., Dhara, S., 2010. Isolation and characterization of fish scale
collagen of higher thermal stability. Journal. Bioresour. Technol. 101(10):
3737–3742.
Prof. Dr. Ir Eddy Suprayitno, MS. 2015. Misteri Ikan Gabus. Buku. Universitas
Brawijaya Press. Hal. 7.
Rosmawati, Effendi, A., Abu Bakar, T., Muhammad, I.S. 2018. Chemical
Composition, Amino Acid and Content of Snakehead (Channa striata)
Fish Skin and Bone. Jurnal. Faculty of Fisheries and Marine Sciences :
Universitas Muhammadiyah Kendari. Hal. 2.
Rowan MP. 2015. Burn wound healing and treatment: review and advancements. .
Journal. Biomed Central. 19(1): 243-54.
Ryan Braga. 2018. Agilent Cary 630 FTIR Diamond ATR Accessory SOP.
Standard Operational Procedure. Laboratory Standard Operating
Proscedure. Iowa State University. Pg. 13.
Sjamsuhidajat K, Warko P, Theddeus OH, Rudiman, Reno 2010. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi ke-3. Buku. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 55.
Standar Nasional Indonesia. 1992. SNI 01-2891-1992. Cara uji makanan dan
minuman. Jakarta (ID): Badan Standar Nasional. Hal. 6, 9, 16, 22.
Surya Ningsih, Andi Armisman Edy Paturusi, Nur Rezki Amalia K. 2015. Uji
Efek Penyembuhan Gel Ekstrak Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolio
Linn.) Terhadap Luka Sayat Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Jurnal.
Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Alauddin.
Makassar. Hal. 27-32.
Ulandari, A.; D. Kurniawan dan A.S. Putri, 2011. Potensi Protein Ikan Gabus
dalam Mencegah Kwashiorkor pada Balita di Provinsi Jambi. Jurnal.
Universitas Jambi. Jambi. Hal. 6.
Yenti, Revi., dkk., 2011, Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh
(Euphatoriumodoratum. L) untuk Penyembuhan Luka. Jurnal. Majalah
Kesehatan PharmaMedika. Hal. 11-12.
58
Ikan Gabus
61
Lampiran 4. Gambar Ikan Gabus, Tulang Ikan Gabus Dan Hasil Isolasi Kolagen
Tulang Ikan Gabus
Ikan Gabus
FA FB FC FD
KSS FA FB FC FD
Uji Homogenitas
Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
KSS : Krim Silver Sulfadiazin
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SSKTIG 5%
FD : SSKTIG 7%
Uji pH FB Uji pH FC
Uji pH FD
Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
KSS : Krim Silver Sulfadiazin
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SSKTIG 5%
FD : SSKTIG 7%
Lampiran 5. (Ianjutan) Gambar Hasil Evaluasi Sediaan Krim
65
Uji Iritasi
Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
KSS : Krim Silver Sulfadiazin
FA : Basis Krim (blanko)
FB : SKKTIG 3%
FC : SSKTIG 5%
FD : SSKTIG 7%
Bahan anastesi yang digunakan adalah lidokain, dosis lidokain marmut adalah 0,5
Diketahui:
Komposisi lidokain = 2 mL
,
Dosis lidokain = × 40 = 10
Dosis konversi lidokain dari 400 g BB marmut untuk tikus 200 g tikus :
Diketahui:
Diketahui:
,
Maka volume yang akan disuntikkan = × 2 = 0,14 = 0,1
K1 K2 K3 K4 K5
12
15
18
21
Keterangan:
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
K1 : Basis Krim (blanko)
K2 : Krim silver sulfadiazin
K3 : SKKTIG 3%
K4 : SKKTIG 5%
K5 : SKKTIG 7%
Keterangan:
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
K1 : Basis Krim (blanko)
K2 : Krim silver sulfadiazin
K3 : SKKTIG 3%
K4 : SKKTIG 5%
K5 : SKKTIG 7%
A. Uji Normalitas
71
Hipotesis
Keputusan
terdistribusi normal
B. Uji Homogenitas
72
Hipotesis
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Hari ke3 .764 3 5 .561
Hari ke6 .139 3 5 .933
Hari ke9 2.431 3 5 .181
Hari ke12 .972 3 5 .475
Hari ke15 5.347 3 5 .051
Hari ke18 1.910 3 5 .246
Hari ke21 2.431 3 5 .181
Keputusan
terdistribusi homogen
Tujuan : Untuk mengetahui data pengukuran diameter luka bakar berbeda secara
Hipotesis
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Hari ke3 Between Groups .110 4 .027 4.989 .054
Within Groups .027 5 .005
Total .137 9
Hari ke6 Between Groups .309 4 .077 48.842 .000
Within Groups .008 5 .002
Total .317 9
Hari ke9 Between Groups .231 4 .058 20.368 .003
Within Groups .014 5 .003
Total .245 9
Hari ke12 Between Groups .379 4 .095 29.154 .001
Within Groups .016 5 .003
Total .395 9
Hari ke15 Between Groups .648 4 .162 88.375 .000
Within Groups .009 5 .002
Total .657 9
Hari ke18 Between Groups .704 4 .176 49.140 .000
Within Groups .018 5 .004
Total .722 9
Hari ke21 Between Groups 1.355 4 .339 119.544 .000
Within Groups .014 5 .003
Total 1.369 9
Keputusan
Ho (Diterima) = Data pengukuran diameter luka bakar pada hari ke-21 berbeda
secara signifikan
Tukey HSD
(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Keterangan:
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
K1 : Basis Krim (blanko)
K2 : Krim silver sulfadiazin
K3 : SKKTIG 3%
K4 : SKKTIG 5%
K5 : SKKTIG 7%
Lampiran 13. Bagan Alir Proses Isolasi Kolagen Tulang Ikan Gabus
Ikan gabus 18 kg
75
Diambil supernatan dan ditambah NaCl 10% dan diaduk selama 24 jam
Lampiran 14. Bagan Alir Pembuatan Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
76
Kolagen Tulang
Ikan Gabus
Digerus homogen
Dimasukkan ke dalam
wadah
FB FC FD
Keterangan :
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
FB : SKKTIG 3%
FC : SSKTIG 5%
FD : SSKTIG 7%
Masing-masing hewan
dicukur pada paha
sebelah kanan/kiri
Dilakukan analisis
Data diameter luka bakar
statistik
Keterangan:
SKKTIG : Sediaan Krim Kolagen Tulang Ikan Gabus
SURAT PERNYATAAN
78
Nama :
Umur :
Alamat :
penelitian Najwa Miladi Hasri (NPM 154301040), dengan judul “Uji Efek
Penyembuhan Luka Bakar Dari Kolagen Tulang Ikan Gabus (Channa striata)
Dalam Sediaan Krim Pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)”. Apabila
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, saya tidak akan menuntut
kepada peneliti. Pernyataan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan tanpa
sebagaimana mestinya.
Sukarelawan
(Nama Lengkap)
BIODATA
Telepon : 082199434730
SMP SUAMPRIPAD
SMA SUAMPRIPAD
Ayah : Wiraswasta
Penulis
Medan, 24 Mei 2019