Anda di halaman 1dari 8

Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta IPA

Magister Pendidikan IPA


Konsentrasi Fisika

ASAM, BASA DAN GARAM


Oleh: Muhammad Isnaini Maarif
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan rasa pahit, getir, asam, asin
dan manis pada makanan atau zat karena sifat zat tersebut, yaitu sifat yang berkaitan
dengan asam, basa dan garam. Rasa asam terkait dengan suatu zat yang dalam ilmu
kimia digolongkan sebagai asam. Rasa pahit terkait dengan bahan lain yang
digolongkan sebagai basa. Namun, tidak semua yang mempunyai rasa pahit merupakan
basa. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa,
maka kedua zat itu saling menetralkan, sehingga sifat asam dan basa dihilangkan.
Menurut Chang (2005:99), Reaksi Asam basa dalam medium air biasanya menghasilkan
air dan garam yang merupakan senywa ionik yang terbentuk daari suatu katio selain H+
dan suatu anion selain OH- atau O2- :
Asam + basa

garam + air

1. Sifat Asam, Basa, dan Garam


Asam dan basa (alkali) sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid)
berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Unsur pokok cuka adalah asam
asetat H3CCOOH. Istilah

alkali berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Basa

digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui paling tidak selama 3
abad bahwa hasil reaksi asam dan basa adalah garam (Petrucci, 1985:261).
1.1 Asam
Asam merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah
suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau
dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan
suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam.
Contoh

asam

adalah asam

asetat (ditemukan

dalam cuka)

dan asam

sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil). Ciri-ciri asam diantaranya: rasanya
asam, dapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah, mempunyai pH
(derajat keasaman) kurang dari 7, dapat menghantarkan listrik (termasuk larutan
1

Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta IPA


Magister Pendidikan IPA
Konsentrasi Fisika

elektrolit), asam bereaksi dengan logam tertentu seperti seng, magnesium, dan besi
menghasilkan gas hidrogen dan bersifat korosif atau merusak bahan-bahan benda-benda
yang dikenainya (Chang:96).
Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia, yaitu
definisi Arrhenius, Brnsted-Lowry, dan Lewis.

Arrhenius: Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan
konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama
kali dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat
yang dapat larut dalam air.

Brnsted-Lowry: Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada basa.
Asam

dan

basa

bersangkutan

disebut

sebagai

pasangan

asam-basa

konjugat. Brnsted dan Lowry secara terpisah mengemukakan definisi ini, yang
mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi Arrhenius).

Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa.
Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang
tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi (III)
klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara
umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang
paling rendah (LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi (HOMO) dari suatu basa.
Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari asam bergabung membentuk orbital
molekul ikatan.
Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi

Brnsted-Lowry merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini,
keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat
terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam
itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa
bersangkutan yang lebih tinggi.
1.2 Basa
Seperti halnya asam, basa juga banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Para ibu rumah tangga menggunakan abu gosok untuk mencuci piring. Basa dalam abu

Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta IPA


Magister Pendidikan IPA
Konsentrasi Fisika

gosok dapat bereaksi dengan kotoran berupa lemak atau minyak, sehingga menjadi
larut. Para penderita magh selalu minum obat berupa magnesium hidroksida atau
aluminium hidroksida. Basa merupakan suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air
(larutan) dapat melepaskan ion hidroksida (OH-). Oleh karena itu, semua rumus kimia
basa umumnya mengandung gugus OH. Jika diketahui rumus kimia suatu basa, maka
untuk memberi nama basa, cukup dengan menyebut nama logam dan diikuti kata
hidroksida. Basa memiliki ciri-ciri seperti: pahit dan licin, mempunyai pH lebih dari 7,
mengubah warna lakmus merah menjadi biru, dapat menghantarkan listrik (termasuk
larutan elektrolit), dapat menetralkan sifat asam dan bersifat kausatik atau dapat
merusak kulit (Amanda, 5).
Terdapat tiga definisi basa yang umum diterima dalam kimia, yaitu
definisi Arrhenius, Brnsted-Lowry, dan Lewis.

Arrhenius: Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida
sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.

Brnsted-Lowry: Basa adalah zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain
(akseptor proton). Suatu zat baik yang bermuatan positif, negatif, ataupun netral
termasuk basa Bronsted-Lowry jika mempunyai pasangan elektron bebas yang
dapat berikatan dengan atom H. Misalnya, NH3, CO3-, dan OH-.

Lewis: Suatu zat tergolong basa jika dapat memberi pasangan elektron.
1.3 Garam
Bila suatu asam dan suatu basa yang masing-masing dalam kuantitas yang

ekuivalen secara kimiawi dicampur akan dihasilkan suatu reaksi penetralan yang
menghasilkan

larutan

garam

dalam

air

(Keenan,

1990:427).

Dalam

ilmu

kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif
(anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari
hasil reaksi asam dan basa. Komponen kation dan anion ini dapat berupa senyawa
anorganik seperti

klorida

(Cl),

dan

bisa

juga

berupa senyawa

organik seperti asetat (CH3COO) dan ion monoatomik seperti fluorida (F), serta ion
poliatomik seperti sulfat (SO42). Natrium

klorida (NaCl),

bahan

utama garam

dapur adalah suatu garam.

Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta IPA


Magister Pendidikan IPA
Konsentrasi Fisika

Walaupun reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan, tetapi hasil reaksi
(garam) tidak selalu bersifat netral. Sifat asam basa dari larutan garam bergantung pada
kekuatan asam dan basa penyusunnya. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat
bersifat netral, disebut garam normal, contohnya NaCl dan KNO 3. Garam yang berasal
dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam dan disebut garam asam, contohnya adalah
NH4 Cl. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa dan disebut
garam basa, contohnya adalah CH3COONa. Contoh asam kuat adalah HCl, HNO 3,
H2SO4. Adapun KOH, NaOH, Ca(OH)2 termasuk basa kuat.
Ada banyak macam-macam garam. Garam yang terhidrolisasi dan membentuk
ion hidroksida ketika dilarutkan dalam air maka dinamakan garam basa. Garam yang
terhidrolisa dan membentuk ion hidronium di air disebut sebagai garam asam. Garam
netral

adalah

garam

yang

bukan

garam

asam

maupun

garam

basa.

Larutan Zwitterion mempunyai sebuah anionik dan kationik di tengah di molekul yang
sama,

tapi

tidak

disebut

sebagai

garam.

Contohnya

adalah asam

amino, metabolit, peptida, dan protein.


Larutan garam dalam air (Misalnya natrium klorida dalam air) merupakan
larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat menghantarkanarus listrik. Cairan dalam
tubuh makhluk hidup mengandung larutan garam, misalnya sitoplasma dan darah. Tapi,
karena cairan dalam tubuh ini juga mengandung banyak ion-ion lainnya, maka tidak
akan membentuk garam setelah airnya diuapkan.
2. Identifikasi Asam, Basa, dan Garam
Indikator asam basa pada dasarnya adalah zat kimia yang mampu berubah warna
atau tetap dalam suasana larutan yang bersifat asam, basa, atau netral. Ada dua macam
Indikator asam basa yang sering digunakan, yaitu indikator buatan dan indikator alam
(Hidayah, 2012:133).
2.1 Identifikasi dengan Indikator Alami
Indikator alami merupakan bahan alam yang dapat berubah warnanya dalam
larutan yang sifatnya berbeda, asam, basa atau netral. Indikator alami yang biasa
digunakan untuk pengujian asam basa adalah bunga-bungaan, umbi, kulit buah dan
4

Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta IPA


Magister Pendidikan IPA
Konsentrasi Fisika

daun yang berwarna. Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis
tanamannya, misalnya kembang sepatu merah di dalam asam berwarna merah dan di
dalam basa berwarna hijau. Kita dapat membuat sendiri indikator alami untuk
penentuan sifat asam basa ini dari ekstrak mahkota bunga berwarna. Mahkota bunga
(misal : bunga sepatu) kita gerus dengan air. Selanjutnya airnya kita gunakan untuk
menguji sifat asam basa dari larutan yaitu dengan jalan mencampurkannya dengan
larutan asam atau basa. Bila pada pencampuran tersebut ternyata ekstrak mahkota bunga
memberikan warna yang berbeda untuk larutan asam basa, maka ekstrak mahkota bunga
tersebut dapat kita gunakan sebagai indikator
2.2 Identifikasi dengan Indikator Buatan
2.2.1 Identifikasi menggunakan Kertas Lakmus
Sifat asam atau basa suatu larutan dapat diidentifikasi menggunakan kertas
lakmus. Ada dua jenis kertas lakmus yaitu:

Kertas lakmus warna biru. Di dalam larutan asam, warna kertas berubah menjadi
merah, sedangkan di dalam larutan netral atau basa, warna kertas tidak berubah
(tetap biru).

Kertas lakmus warna merah. Di dalam larutan basa, warna kertas berubah
menjadi biru, sedangkan di dalam larutan netral atau asam, warna kertas tidak
berubah (tetap merah).
2.2.2 Identifikasi menggunakan Larutan Indikator
Larutan indikator adalah larutan kimia yang akan berubah warna dalam

lingkungan

tertentu.

Karena

sifatnya

yang

dapat

berubah

warna

inilah,

larutan indikator dapat digunakan sebagai alat identifikasi larutan asam dan basa.
Identifikasi larutan di laboratorium dapat menggunakan empat jenis larutan indikator,
yaitu larutan fenolftalein, metil merah, metil jingga, dan bromtimol biru. Larutan
indikator ini tidak seperti indikator lakmus yang mudah penggunaannya. Warna-warna
yang terjadi pada larutan indikator jika dimasukkan ke dalam larutan asam dan basa,
agak sulit diingat. Sebagai contoh, larutan fenolftalein. Pada lingkungan asam, larutan
fenolftalein tidak berwarna, di lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di

Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta IPA


Magister Pendidikan IPA
Konsentrasi Fisika

lingkungan netral tidak berwarna. Berarti, untuk membedakan apakah suatu larutan
bersifat asam atau netral, tidak cukup hanya dengan menggunakan larutan fenolftalein.
2.2.3 Identifikasi dengan Kertas Indikator Universal
Indikator universal merupakan campuran dari beberapa indikator yang memiliki
perubahan warna berbeda, sehingga semua perubahan warna itu menyatu dan sebagai
hasilnya, indicator universal ini memilki perubahan dari merah-jingga-kuning-hijaubiru-nila-ungu-atau disingkat mejikuhubiniu.
Indikator

Perubahan Warna

Trayek pH

Metil merah
Metil jingga
Bromtimol biru
Fenolftalein

Merah-kuning
Merah-kuning
Kuning-biru
Tak berwarna-merah

4,2 6,3
3,1-4,4
6,0-7,6
8,3-10,0

Cara menggunakan indicator universal bentuk kertas, adalah dengan cara


mencelupkan kertas tersebut dalam larutan yang hendak kita ketahui pH-nya.
Sedangkan, jika menggunakan indicator universal bentuk larutan adalah dengan cara
memasukkan atau meneteskan larutan indicator universal ke dalam larutan yang hendak
kita ketahui pH-nya. Warna yang terbentuk kemudian dicocokkan/ dibandingkan dengan
warna standar yang sudah diketahui nilai pH-nya. Dengan mengetahui nilai pH maka
dapat ditentukan apakah larutan bersifat asam, basa atau netral.
2.2.4 Identifikasi dengan pH meter
PH

meter adalah

sebuah

alat

elektronik

yang

berfungsi

untuk

mengukur pH (derajat keasaman atau kebasaan) suatu cairan. Terdapat elektroda khusus
yang berfungsi untuk mengukur pH bahan-bahan semi-padat. Sebuah pH meter terdiri
dari sebuah elektroda (probe pengukur) yang terhubung ke sebuah alat elektronik yang
mengukur dan menampilkan nilai pH. alat ini sangat berguna untuk industri air minum,
laboratorium, akuarium, industri pakaian terutama batik dan pewarna pakaian.

3. Penentuan Skala Keasaman dan Kebasaan

Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta IPA


Magister Pendidikan IPA
Konsentrasi Fisika

Tingkat Keasaman dan Kebasaan suatu larutan bergantung pada konsentrasi ion
H+ dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H+ semakin asam larutan tersebut.
Skala keasaman dan kebasaan suatu senyawa dapat diketahui dari nilai pH (power of
hydrogen). Nilai pH berkisar antara 0 sampai 14 dengan ketentuan sebagai berikut:

Larutan dengan pH < 7 bersifat asam.


Larutan dengan pH = 7 bersifat netral.
Larutan dengan pH > 7 bersifat basa.
Derajat keasaman suatu senyawa berbeda-beda. Ada yang bersifat asam kuat dan
ada pula yang bersifat asam lemah. Semakin kecil nilai pH atau semakin mendekati
skala nol, maka tingkat keasamannya semakin kuat. Sebaliknya, jika nilai pH semakin
besar atau mendekati skala 7, maka tingkat keasamannya semakin lemah. Contoh, jika
asam cuka (CH3COOH) mempunyai pH = 3 dan jus jeruk mempunyai pH = 4 maka
asam cuka mempunyai keasaman yang lebih kuat daripada jus jeruk.
Begitu juga dengan basa, semakin besar nilai pH atau semakin mendekati nilai
14 maka tingkat kebasaannya semakin kuat. Sebaliknya, jika nilai pH semakin kecil
atau semakin mendekati nilai 7 maka tingkat kebasaannya semakin lemah. Contoh, jika
natrium hidroksida (NaOH) mempunyai nilai pH = 13, sedangkan pasta gigi
mempunyai pH = 8 maka natrium hidroksida (NaOH) mempunyai kebasaan yang lebih
kuat daripada pasta gigi.

Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta IPA


Magister Pendidikan IPA
Konsentrasi Fisika

Daftar Pustaka
Amanda, Yulita dkk. Identifikasi Sifat Asam Basa Dengan Menggunakan Indikator
Alami. Jurnal IPA Program Studi Pasca Sarjana Undiksha.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlanga.
Hidayah, Malikhatul. 2012. Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Scs Melalui
Kegiatan Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa Mts. Jurnal
Phenomenon.
Keenan dkk. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H dan Suminar. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
PT Gelora Aaksara Pratama.

Anda mungkin juga menyukai