Anda di halaman 1dari 5

Manfaat Minyak Atsiri Bagi Kesehatan

Senyawa-senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan seperti minyak atsiri atau
essential oil telah banyak diminati sebagai alternatif pengobatan alami pada masa kini. Faktor
keamanan dan kekhawatiran akan toksisitas dari senyawa kimia sintesis menjadi penyebab
pilihan tersebut.
Penelitian minyak atsiri (essential oil) untuk mengetahui aktivitas farmakologisnya
telah banyak dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Berikut ulasan beberapa aktivitas
farmakologis minyak atsiri:

Aktivitas Antioksidan
Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat atau mencegah proses
oksidasi. Oksidasi dapat menghasilkan radikal bebas yang dapat memicu kerusakan sel yang
selanjutnya menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, penuaan, peradangan dan lain
sebagainya (Shaaban et al., 2012).
Beberapa tahun terakhir banyak penelitian untuk menyelidiki aktivitas antioksidan
yang aman dan alami salah satunya menggunakan minyak atsiri. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa minyak atsiri merupakan sumber antioksidan yang ideal.
Menurut Journal of Essential Oil Research terdapat 25 jenis minyak atsiri yang
memiliki aktivitas antioksidan yang besar seperti minyak atsiri cengkeh, kayu manis,
kemangi, kayu putih, chamomile dan lain sebagainya (A. Wei and T. Shibamoto, 2010).

Aktivitas Antibakteri
Minyak atsiri berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pengobatan alternatif
antibakteri. Sifat antibakteri minyak atsiri ini terhadap beberapa bakteri contohnya
Escherichia coli, listeria innocua, Salmonella typhimurium, Staphylococcus aureus dan lain
sebagainya (Shaaban et al., 2012).
Berdasarkan Journal of Essential Oil Research terdapat 30 jenis minyak atsiri yang
memiliki aktivitas antibakteri yang kuat seperti minyak atsiri oregano, cengkeh, ketumbar,
pipermint, rosemary dan sebagainya.
Aktivitas Antivirus
Minyak atsiri famili M. officinalis L. yang mengandung citral dan sitronelal mampu
menghambat replikasi virus HSV-2 (A. Allahverdiyev, et al, 2004).
Sedangkan minyak atsiri serai memiliki aktivitas yang paling kuat dalam menghambat
replikasi virus HSV-1. Selain itu, minyak atsiri eucalyptus, santolina insularis dan pohon teh
Australia juga menunjukkan aktivitas antivirus terhadap HSV-1 (M. Armaka, et al., 1999).

Aktivitas Antiinflamasi
Pemanfaatan minyak atsiri sebagai anti inflamasi sudah dilakukan sejak jaman
dahulu. Minyak atsiri lidah buaya menunjukkan aktivitas antiinflamasi yang tinggi dengan
cara menghambat aktivitas lipooksigenase (enzim penyebab nyeri) sebesar (96%) diikuti
minyak atsiri thyme (86%) dan minyak atsiri bergamot (85%) (A. Wei and T. Shibamoto,
2010).
Minyak atsiri sereh wangi juga memiliki aktivitas anti inflamasi dan efektif digunakan
untuk mengurangi nyeri otot dan nyeri pada arthritis.

Aktivitas Antifungi
Beberapa minyak atsiri telah menunjukkan aktivitas antifungi (fungisida) alami
terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) pasca panen.
Senyawa karvakrol dan timol pada minyak atsiri dilaporkan efektif terhadap jamur
bawaan makanan seperti Aspergillus niger, Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus.
Senyawa lain seperti linalool, metil chavicol dan vanillin menunjukkan aktivitas
penghambatan pada produksi aflatoksin (M, Razzaghi-Abyaneh, et al., 2009).

Aktivitas Antimutagenik
Mutasi dapat dicegah dengan berbagai cara, antara lain menghambat penetrasi
mutagen ke dalam sel, menambahkan senyawa antioksidan untuk menonaktifkan radikal
bebas yang dihasilkan oleh mutagen dan detoksifikasi mutagen dengan mengaktifkan enzim
menggunakan ekstrak tumbuhan.
Senyawa kimia dari minyak atsiri seperti terpinene, terpineol, 1.8-cineole, d-
limonene, champor, sitronelal dan sitral memodulasi aktivitas monooksigenase hati dengan
berinteraksi denga promutagen (De-Oliveira, 1997).
Penelitian lain menunjukkan bahwa minyak atsiri mampu mengurangi kerusakan
mitokondria dan apoptosis/nekrosis pada ragi Saccharomyces cerevisiae serta menunjukkan
antimutagenesis terhadap mutase yang disebabkan oleh sinar UV (A.E. Edris, 2007).
Aktivitas Antikarsiogenik
Limonene merupakan komponen senyawa utama dalam minyak atsiri dari genus
citrus. Senyawa ini menunjukkan efek kemo-prefentif dan terapeutik terhadap tumor
payudara secara in vivo pada tikus serta terhadap metastasis kanker lambung (A.E.M.
Abdalla, 2007).

Mengatasi Masalah Pencernaan


Minyak atsiri peppermint biasa dimanfaatkan untuk mengatasi masalah pencernaan
seperti mual, diare atau kram perut dengan cara menenangkan otot-otot pencernaan, serta
membantu mengeluarkan gas penyebab sakit perut (Wisnubrata, 2018).

Mengobati Pilek dan Flu


Minyak atsiri kayu putih sering dimanfaatkan untuk mengobati pilek dan flu.
Campuran dengan minyak peppermint dapat membantu melegakan hidung yang tersumbat
saat flu dengan cara merelaksasikan otot-otot hidung serta dapat mengurasi rasa sesak akibat
alergi.
A. Allahverdiyev, N. Duran, M. Ozguven and S. Koltas. (2004). Antiviral activity of the
volatile oils of Melissa officinalis L. against Herpes simplex virus type-2.
Phytomedicine, 11, 657–661.
A. Wei and T. Shibamoto. (2010). Antioxidant/lipoxygenase inhibitory activities and
chemical compositions of selected essential oils. Journal. Agric. Food Chem., 58,
7218–7225.

A.C.A.X. De-Oliveira, L.F. Ribeiro-Pinto and F.J.R. Paumgartten. (1997). In vitro inhibition
of CYP2B1 monooxygenase by b myrcene and other monoterpenoid compounds.
Toxicol. Lett., 92, 39–46.

A.E. Edris. (2007). Pharmaceutical and therapeutic potentials of essential oils and their
individual volatile constituents. Phytother Res., 21, 308–323.

A.E.M. Abdalla, S.M. Darwish, E.H.E. Ayad and R.M. El-Hamahmy. (2007). Egyptian
mango by-product 2: Antioxidant and antimicrobial activities of extract and oil from
mango seed kernel. Food Chem., 103, 1141–1152.

https://www.jamudigital.com/berita?id=Manfaat_Minyak_Atsiri_untuk_Kesehatan
M. Armaka, E. Papanikolaou, A. Sivropoulou and M. Arsenakis. (1999).Antiviral properties
of isoborneol, a potent inhibitor of Herpes simplex virus type-1. Antiviral Res., 43, 79–
92.
M. Razzaghi-Abyaneh, M. Shams-Ghahfarokhi, M.-B. Rezaee, K. Jaimand, S. Alinezhad, R.
Saberi and T. Yoshinari. (2009). Chemical composition and anti aflatoxigenic activity of
Carum carvi L., Thymus vulgaris and Citrus aurantifolia essential oils. Food Control.,
20, 1018–1024.
Shaaban, H. A. E., El-Ghorab, A. H., & Shibamoto, T. (2012). Bioactivity of essential oils
and their volatile aroma components: Review. Journal of Essential Oil Research, 24(2),
203–212. https://doi.org/10.1080/10412905.2012.659528
Wisnubrata. 2018. 7 Khasiat Minyak Esensial untuk Kesehatan.
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/06/12/050500820/7-khasiat-minyak-esensial-
untuk-kesehatan?page=all

Anda mungkin juga menyukai