Anda di halaman 1dari 55

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96% KULIT

BUAH DELIMA (Punica granatum L) TERHADAP KADAR


UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH GALUR WISTAR
(Rattus norvegicus)

SKRIPSI

SRI MULYATI
31116093

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA


PROGRAMSTUDI S1 FARMASI
TASIKMALAYA
2020
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96% KULIT
BUAH DELIMA (Punica granatum L) TERHADAP KADAR
UREUM DAN KREATININTIKUS PUTIH GALUR WISTAR
(Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menempuh Ujian Pada
Progam S1 Farmasi

SRI MULYATI
31116093

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA


PROGRAMSTUDI S1 FARMASI
TASIKMALAYA
2020
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96% KULIT
BUAH DELIMA (Punica granatum L) TERHADAP KADAR
UREUM DAN KREATININTIKUS PUTIH GALUR WISTAR
(Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Farmasi

SRI MULYATI

31116093

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS
HUSADA TASIKMALAYA
2020

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.

Nama : Sri Mulyati

Nim : 31116093

TandaTangan :

Tanggal :

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Sri Mulyati

Nim : 31116093

Program Studi : S-1 Farmasi

JudulSkripsi :
Pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% kulit buah delima (Punica
granatum L) terhadap kadar ureum dan kreatinin tikus putih galur wistar (Rattus
norvegicus)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji, telah


diperbaiki sesuai dengan saran dari tim penguji serta diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana pada
Program Studi S-1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Taasikmalaya

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Nur Rahayuningsih., M.Si., Apt ( )

Pembimbing II : Dr. Saeful Amin., M.Si., Apt ( )

Penguji : Nur Laili Dwi H, M.Si ( )

Ditetapkan di : Tasikmalaya

Tanggal :

iii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, serta rahmat


shalawat dan salam untuk junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Penulis dapat
menyelesaikan Skripsi Penelitian yang berjudul: “Pengaruh Pemberian Ekstrak
Etanol 96% Kulit Buah Delima (Punica granatum L) Terhadap Kadar Ureum Dan
KreatininTikus Putih Galur Wistar (Rattus norvegicus)”.
Penulisan Skripsi Penelitian ini diajukan untuk memenuhi persyaratan
dalam menempuh ujian Program Strata-1 pada Prodi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya. Penyusunannya dapat terlaksana
dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT
2. Kedua Orang tua
3. Nur Rahayuningsih, M.Si.,Apt selaku pembimbing pertama.
4. Dr. Saeful Amin, M.Si.,Apt selaku pembimbing kedua
5. Teman-teman yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan semangat
Penulis sangat menyadari di dalam penulisan ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan
penulis. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik membangun untuk menyempurnakan Skripsi
Penelitian ini.
Akhir kata, semoga Skripsi Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti
dan khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Tasilmalaya, Juni 2020

Penulis

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS DAN
KEPEMILIKAN BERSAMA HASIL PENELITIAN

Sebagai sivitas akademik STIKes BTH Tasikmalaya, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : Sri Mulyati
Nim : 31116093
Program Studi : S-1 Farmasi
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
STIKes BTH Tasikmalaya Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) serta pengakuan kepemilikan bersama hasil penelitian
antara saya dengan pembimbing (Nur Rahayuningsih., M.si., Apt dan Dr.
Saeful AMIN., M.Si., Apt) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH PEMBERIAN EKTRAK ETANOL 96% KULIT BUAH DELIMA


( Punica granatum L. ) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ
TIKUS PUTIH GALUR WISTAR ( Rattus novergicus )

Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini STIKes BTH berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Tasikmalaya, juni 2020

Sri Mulyati

v
ABSTRAK
Kulit buah delima (Punica granatumL.) merupakan salah satu spesies tanaman famili
Lytraceae yang diduga dapat memberikan pengaruh nefroprotektor berdasarkan kandungan
antioksidannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit buah
delima (Punica granatumL.) terhadap kadar ureum dan kreatinin pada tikus putih galur wistar
dengan induksi gentamisin yang dilihat dari kadar kreatinin, Blood Urea Nitrogen (BUN).
Penelitian ini merupakan true experimental menggunakan hewan percobaan tikus jantan putih
galur wistar yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok secara acak. Kelompok I kontrol normal,
kelompok II kontrol negatif (gentamisin 60 mg / 200 gram BB i.p dan CMC 1% p.o), kelompok
III, IV dan V (kulit buah delima dosis 50 mg / 200 gram BB tikus, 100 mg / 200 gram BB tikus
dan 200 mg / 200 gram BB tikus dalam CMC 1% p.o serta 2 jam setelah pemberian dosis uji
dilanjutkan dengan induksi gentamisin 60 mg/200gram BB tikus secara i.p) selama 7 hari. Dari
hasil analisis statistik terdapat perbedaannkadar kreatinin antar kelompokperlakuan (p=0,041).
Perbedaan yang signifikan terjadi antara kelompok negatif dengan dosis II (p=0,038) dan uji dosis
III (p=0.029), hal tersebut menunjukkan bahwa dosis II dan dosis III memberikan pengaruh
nefroprotektor. Namun tidak terdapat pengaruh terhadap kadar BUN dengan (p=0,865). pengaruh
nefroprotektor yang paling baik dihasilkan pada kelompok uji dosis II (100 mg/200gram BB
tikus).

Kata kunci : Kulit buah delima, kreatinin, Blood Urea Nitrogen (BUN), nefroprotektor.

ABSTRACT
Pomegrate skin (Punica granatum L.) is a family of plant species suspected Punicaceae can
provide nephroprotector based antioxidant effect .The purpose of this study was to determine the
effect of pomegranate skin extract (Punica granatum L.) on ureum and creatinine levels in white
wistar rats with gentamicin induction as seen from creatinine levels, Blood Urea Nitrogen (BUN).
This study was a true experimental study using Wistar strain male white rats which were grouped
into 5 groups randomly. Group I was normal control, group II was negative control (gentamicin
60mg / 200gram BB ip and CMC 1% po), group III, IV and V (pomegranate peel dose 50 mg /
200gram BB rat, 100 mg / 200gram BB rat and 200mg / 200gram BB rats in 1% po CMC and 2
hours after administration of the test dose followed by gentamicin induction 60 mg / 200gram BB
rats by ip) for 7 days. From the results of statistical analysis that pomegranate skin can reduce
creatinine levels by (p <0.05). But there was no effect on BUN levels with (p = 0.072). The
effectiveness of nephroprotector is best produced in the test group dose II (100 mg / 200gram BB
Rat) because it can reduce creatinine levels (p = 0.467).

Keywords: Pomegranate skin, creatinine, Blood Urea Nitrogen (BUN), nephroprotector

vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORSINILITAS.............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...................v
ABSTRAK.......................................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................3
1.4 Hipotesis Penelitian..........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman...............................................................................4
2.1.1Klasifikasi Tanaman................................................................4
2.1.2 Morfologi Tanaman................................................................5
2.1.3 Manfaat Dan Kandngan Kimia...............................................5
2.2 Antioksidan......................................................................................6
2.3 Ginjal................................................................................................6
2.3.1 Anatomi dan Fungsi Ginjal.....................................................6
2.3.2 Gangguan Fungsi Ginjal.........................................................8
2.4 Drug Selected Types of Nephrotoxicity............................................8
2.5 Pemeriksaan Fungsi Ginjal..............................................................9
2.5.1 Kreatinin.................................................................................9
2.5.2 Ureum.....................................................................................10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................11

vii
3.1.1 Alat.......................................................................................11
3.1.2 Bahan....................................................................................11
3.2 Prosedur Penelitian...........................................................................11
3.2.1 Penyiapan Sampel................................................................11
3.2.2 Determinasi Tanaman...........................................................11
3.2.3 Pembuatan Simplisia............................................................11
3.2.4 Standarisasi Simplisia...........................................................12
3.2.5 Ekstraksi...............................................................................14
3.2.6 Skrining Fitokimia................................................................14
3.2.7 Hewan Percobaan.................................................................15
3.2.8 Penyiapan Serum.................................................................16
3.2.9 Pemeriksaan Kadar Kreatinin...............................................17
3.2.10 Pemeriksaan Kadar Ureum...................................................17
3.3 Analisis Data....................................................................................18
3.4 Jadwal Penelitian..............................................................................18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi Tumbuhan Delima Putih.............................................19
4.2 Hewan Percobaan.............................................................................19
4.3 Pemeriksaan Organoleptik Kulit Buah Delima................................19
4.4 Pemeriksaan Mikroskopik Kulit Buah Delima................................19
4.5 Penetapan Kadar Air Kulit Buah Delima.........................................20
4.6 Penetapan Kadar Abu Total Kulit Buah Delima..............................20
4.7 Penetapan Susut Pengeringan Kulit Buah Delima...........................20
4.8 Skrining Fitokimia Kulit Buah Delima............................................20
4.9 Pemeriksaan Kadar Kreatinin dan kadar BUN................................21
4.9.1 Analisis Statistik Hasil Pemeriksaan Kadar Kreatinin.........22
4.9.2 Analisis Statistik Hasil Pemeriksaan BUN..........................23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan......................................................................................25
5.2 Saran.................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................26

viii
LAMPIRAN....................................................................................................29

ix
DAFTAR TABEL

Tabel
3.1 KelompokHewanPercobaan.......................................................................16
3.2ProsedurPemeriksaanKreatinin Serum........................................................17
3.3Pemeriksaan Kadar Ureum..........................................................................17
3.4 Jadwal Penelitian........................................................................................18
4.1 Hasil Skrining Fitokimia Ektrak Kulit Buah Delima.................................21
4.2 Hasil Pemeriksaan kreatinin dan BUN.......................................................22
4.3 Hasil Uji SLD Kreatinin.............................................................................23

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar
2.1 Buah Delima Putih...................................................................................... 4

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Hasil Determinasi Tumbuhan.....................................................................29
2. Surat Keterangan Identitas Hewan ............................................................30
3. Dokumentasi ..............................................................................................31
4. Perhitungan Kadar Air Kadar Abu Dan Susut Pengeringan.......................34
5. Data Pemeriksaan Kadar Kreatinin Dan Blood Urea Nitrogen (BUN).......35
6. Hasil Analisis Statistik Kadar Kreatinin Dan Blood Urea
Nitrogen(BUN)...........................................................................................36

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjaladalah organ yang sangat rentan terpengaruh zat-zat berbahaya
yang masuk ke dalam tubuh.Sebagai organ yang bertugas mempertahankan
stabilitas lingkungan cairan internal, setiap menitnya ginjal menerima 20%-
25% darah yang dipompa keluar dari jantung untuk difiltrasi dan
“dimurnikan”. Besarnya aliran darah yang menuju ke ginjal dan filtrasi zat
yang apabila jumlahnya berlebihan dapat menumpuk di tubulus ginjal ini
memperbesar kesempatan ginjal untuk terpapar zat-zat yang beredar dalam
sirkulasi sehingga zat-zat yang bersifat toksik akan mudah menyebabkan
kerusakan jaringan ginjal yang ditandai dengan perubahan struktur dan
fungsiginjal (Purnamasari,2017).
Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang telah
diketahui toksik terhadap ginjal.Akibat yang dapat ditimbulkan oleh agen
nefrotoksik ini salah satunya adalah kerusakan tubulus ginjal (Rajak dkk,
2016).Pemberian gentamisin pada tikus galur wistar dengan dosis 60
mg/200gram BB/hari selama 7-10 hari menunjukkan edema, nekrosis, dan
apoptosis sel epitel tubulus, serta robekan membrana basalis tubulus dan
setelah hari ke-10 juga terlihat perlemakan makrovesikuler.Terjadinya
nekrosis sel epitel tubulus dan robekan membrana basalis menunjukkan
tingkat toksisitas berat (Lintong dkk, 2012).
Nekrosis tubular ginjalmerupakan salah satu penyebab terjadinya
gangguan ginjal akut (Acute Kidney Injury/AKI). Gangguan ginjal akut
merupakan salah satu kerusakan ginjal yang harus diperhitungkan karena
berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Susantiphong (2013) yang
memperkirakan insidensi AKI dan tingkat keparahan AKI yang dihubungkan
dengan mortalitasnya, di rumah sakit diseluruh dunia, insidensi gangguan
ginjal akut adalah 1 dari setiap 5 orang dewasa dan 1 dari setiap 3 anak dengan
mortalitas pada dewasa adalah 23,9% dan 13,8% pada anak-anak, sehingga

1
2

penggunaanantioksidandiharapkandapatmenawarkanefekperlindunganterhada
pkerusakanginjal (Purnamasari, 2017).
Secarafisiologis, tubuhmemiliki sejumlah mekanisme untuk melindungi
diri dari kerusakan akibat pembentukan spesies oksigen reaktif yang secara
alami terus terjadi.Apabila radikal bebas yang menyerang tubuh berlebihan,
maka diperlukan antioksidan dari luar (antioksidan eksogen) untuk membantu
melawannya.Antioksidan eksogen tersebut dapat berasal dari berbagai sumber
termasukdarialam (Purnamasari, 2017).
Bangsa Indonesia telah lama menggunakan tanaman berkhasiat obat
sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan.
Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasarkan pada pengalaman
dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari generasi ke
generasi (Zulfian, 2017).
Hingga saat ini belum ada obat yang secara spesifik mengatasi kerusakan
ginjal yang disebabkan oleh obat, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
untuk mendapatkan obat herbal yang dapat digunakan sebagai nefroprotektor.
Salah satu tumbuhan yang sekarang sedang dikembangkan adalah kulit buah
delima (Punica granatum L.).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa kulit buah delima (Punica
granatum L.) mengandung senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi.
Senyawa tersebut diantaranya flavonoid, tanin dan saponin (Louisa, 2017).
Senyawa flavonoid dapat mencegah gangguan sel ginjal yang disebabkan
radikal bebas (Bahtiar, 2017).
Tingginya angka nefrotoksisitas akibat obat obatan, serta pendapat bahwa
kulit buah delima (Punica granatum L.) memiliki efek nefroprotektif,
menimbulkan keinginan peneliti untuk meneliti pengaruh pemberian ekstrak
kulit buah delima (Punica granatum L.) terhadap kadar ureum dan kreatinin
pada tikus putih galur Wistar.
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
pada penelitian ini yaitu bagaimana pengaruhpemberian ekstrak kulit buah
delima (Punica granatum L.) terhadap kadar ureum dan kreatinin pada tikus
putih galur wistar ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit
buah delima (Punica granatumL.) terhadap kadar ureum dan kreatinin pada
tikus putih galur wistar.

1.4 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan permasalahan dan landasan teori yang dikemukakan, maka
dapat diajukan suatu hipotesis pemberian ekstrak kulit buah delima (Punica
granatum L.) dapat memberikan pengaruh terhadap kadar ureum dan
kreatinin pada tikus putih galur wistar. Pengaruh yang dimaksud dapat
menurunkan kadar ureum dan kreatinin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman

Gambar 2.1 Buah Delima Putih

Tanaman delima berasal dari Persia, kemudian meluas ke berbagai


negara.Meskipun bukan tanaman asli Indonesia, namun tanaman delima
mampu beradaptasi dan tumbuh dengan baik di Indonesia.Pengenalan
tanaman delima sangat diperlukan dalam usaha budi daya diperoleh hasil
yang baik. Di Indonesia, delima mempunyai banyak nama daerah, antara lain
dalima (Sunda), gangsalan (Jawa), dhalima (Madura), dan glima (Aceh).
Masyarakat dunia mengenal delima dalam bahasa Inggris, yaitu pomegranate
(Rahmat, 2003).
2.1.1 Klasifikasi Tanaman
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida (Dicots)
Anak Kelas : Rosidae
Bangsa : Myrtales
Nama suku / familia : Lythraceae
Nama jenis / species : Punica granatum L.
Sinonim : Punica nana L.
Nama Umum : Delima Putih(UNPAD, 2020).

4
5

2.1.2 Morfologi Tanaman


Menurut Chooi (2007), tanaman delima mempunyai Pokok renek
setinggi 3-6 m, ada juga kultivar delima kerdil, berduri pada hujung ranting.
Daun ringkas, susunan bertentangan atau berkelompok, panjang daun 4-6
cm, hanya permukaan atas berkilat.Bunga 1-5 kuntum pada hujung ranting,
berlilin, panjang 4-5 cm, warna merah atau kuning. Tinggi pohon delima
merah kurang lebih mencapai 5 meter, menyukai tanah gembur yang tidak
terendam air dan memiliki beberapa varietas. Memiliki daun tunggal,
bertangkai pendek, letaknya berkelompok, mengkilap, berbentuk lonjong
dengan pangkal lancip, ujung tumpul, tepi rata, tulang menyirip, ukuran
panjang daun 3-7 cm dan lebar 0,5-2,5 cm, warna hijau.
Menurut Rahmat (2003), juga dijelaskan bahwa tanaman delima
merupakan tanaman tahunan yang mempunyai akar tunggang dan sistem
perakaran yang cukup dalam. Batang tanaman berkayu keras, tegak lurus,
dan dapat tumbuh setinggi 2 m – 4 m atau lebih.Tanaman memiliki banyak
percabangan dan kadang-kadang ditumbuhi duri-duri yang agak
besar.Daun-daun tanaman berukuran kecil, berbentuk memanjang, dan
berwarna hijau muda sampai hijau tua.Tanaman delima dapat berbunga dan
berbuah sepanjang tahun.Bunga delima berwarna putih, merah, atau orange,
tergantung jenisnya (Rahmat, 2003).
2.1.3 Manfaat Dan Kandngan Kimia
Buah delima (Punica granatumL.)merupakan salah satu sumber
antioksidan dari tumbuh-tumbuhan dengan kandungan polifenol dan
antosianin yang cukup tinggi.Pigmen antosianin berfungsi untuk warna
merah, ungu dan biru dari buah, sayuran dan bunga. Antosianin merupakan
salah satu antioksidan kuat yang mampu mencegah berbagai kerusakan
akibat stress oksidatif sehingga mampu melindungi sel dari radikal bebas
(Cao, 2002). Buah delima (Punica granatum L.) merupakan tanaman yang
berasal dari Persia dan daerah Himalaya di India Selatan.Yang tersebar di
Indonesia ada tiga jenis yang dikelompokkan berdasarkan warna buahnya,
yakni delima putih, delima merah, dan delima hitam.Dari ketiga jenise
6

tersebut, yang paling dikenal oleng masyrakat yaitu delima merah. Delima
merah memiliki rasa lebih manis dan segar, sedangkan delima putih rasanya
lebih sepat dan kesat serta kurang manis.

2.2 Antioksidan
Antioksidan adalah molekul yang dapat menentukan radikal bebas
dengan cara menerima atau mendonorkan satu elektron untuk menghilangkan
konsidi "elektron tidak berpasangan". Antioksidan yang dikonsumsi dapat
menghambat dan memperlambat pembentukan radikal bebas dan ROS pada
tahap awal pembentukannya (intiation step) sewaktu terjadi oksidasi
lipid.Antioksidan yang dikonsumsi dapat aktif secara biologis dengan
mekanisme yang berbeda, termasuk bertindak sebagai senyawa pendonor
hidrogen, pengikat (chelator) ion-ion metal, atau sebagai quencher singlet
oxygen (Muchtadi, 2013).

2.3 Ginjal
Ginjal merupakan organ yang membentuk buncis yang batas luarnya
berbentuk cembung batas dalamnya disebut dengan hilum.Ginjal berperan
penting dalam memelihara homeostasis.Ginjal mengeluarkan produk sisa
melalui produksi dan ekskresi urine, serta mengatur keseimbangan cairan
didalam tubuh.Sebagai bagian dari fungsi mereka, ginjal menyaring zat yang
esensial, seperti natrium dan kalium daru darah dan secara selektif menyerap
kembali zat yang esensial untuk memelihara homeostasis.Setiap zat yang
tidak esensial diekskresikan ke dalam urine. Pembentukan urine dicapai
melalui proses filtrasi, reabsorpsi selektif, dan eksresi (Peteate,2015).
2.3.1 Anatomi dan Fungsi Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah
lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak
yang tebal dibelakang peritoneum. Setiap ginjal panjangnya 6 sampai 7,5
7

cm, dan tebal 1,5 sampai 2,5 cm.Pada orang dewasa beratnya kira-kira 140
gram (Pearce, 2011).
Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya atau hilum
menghadap ke tulang punggung.Diatas setiap ginjal menjulang sebuah
kelenjar suprarenal.Ginjal kanan lebih pendek dan lebih tebal dari pada yang
kiri.Setiap ginjal dilindungi kapsul tipis dari jaringan fibrus yang rapat
membungkusnya, dan membentuk pembungkus yang halus.Didalamnya
terdapat struktur-struktur ginjal.Warnanya ungu tua dan terdiri atas bagian
korteks disebelah luar, dan bagian medula disebelah dalam. Bagian medula
ini tersusun atas lima belas sampai enam belas massa berbentuk piramida,
yang disebut piramis ginjal. Puncak-puncaknya langsung mengarah ke
hilium dan berakhir dikalises. Kalises ini menghubungkan dengan pelvis
ginjal (Pearce, 2011). Struktur internal ginjal terdapat tiga bagian yaitu :
korteks renalis, medula renalis dan pelvis renalis (Peteate, 2015)
Ginjal berfungsi untuk memelihara keseimbangan asam-basa, cairan
dan elektrolit darah (Peteate, Ian & Nair, 2015) serta ekskresi bahan
buangan dan kelebihan garam (Pearce, 2011).Mekanisme ekskresi ginjal
meliputi 3 tahapan yaitu filtrasi, reabsorpsi tubula dan sekresi
tubula.Dimana darah yang mengandung garam, glukosa dan benda halus
lainnya melewati glomelurus untuk difiltrasi. Sel dan protein plasma terlalu
besar untuk menembus pori saringan dan tetap tinggal dalam aliran darah.
Cairan yang disaring kemudian mengalir melalui tubula ranalis dan sel-
selnya menyerap semua bahan yang diperlukan tubuh dan meninggalkan
yang tidak diperluka. Dengan mengubah-ubah jumlah yang diserap atau
ditinggalkan dalam tubula, sel dapat mengatur susunan urine di satu sisi dan
susunan dara di sisi sebaliknya. Dalam keadaan normal semua glukosa
diabsorpsi kembali, air sebagian besar diabsorpsi kembali, kebanyakan
produk buangan dikeluarkan (Pearce, 2011).
8

2.3.2 Gangguan Fungsi Ginjal


Gangguan fungsi ginjal diakibatkan karena kerusakan ginjal dan
fungsi ginjal diantaranya akibat penyakit ginjal akut dan penyakit ginjal
kronik.Penyakit ginjal akut atau cedera ginjal akut merupakan kondisi
ketika ginjal tidak mampu mengeluarkan metabolit yang terakumulasi dari
darah, sehingga menyebabkan perubahan keseimbangan cairan.elektrolit,
dan asam-basa. Penyebabnya dapat merupakan penyakit ginjal utama atau
gagal ginjal yang dapat menjadi penyakit sekunder. Sedangkan penyakit
ginjal kronis atau CKD merupakan penyakit yang tidak diketahui
datangnya, berkembang secara lambat, dan tersembunyi dengan beberapa
gejala sehingga ginjal rusak berat dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
ekskresi tubuh (Peteate, ian& Nair, 2015).
Gangguan fungsi ginjal atau kerusakan ginjal dapat dideteksi dengan
cara tes-tes fungsi ginjal. Tes fungsi ginjal mempunyai dua tujuan utama
yaitu mendeteksi kemungkinan kerusakan ginjal pada seseorang pasien yang
mempunyai gangguan pada ginjal atau menentukan derajat kerusakan fungsi
ginjal yang diketahui sakit.Pengujian fungsi ginjal dapat dilakukan melalui
pemeriksaan urinaria, pemeriksaan clearance kreatinin dan juga ureum
(Andrianto & Gunawan, 2015).

2.4 Drug Selected Types of Nephrotoxicity


Obat-obat yang bersifat nefrotoksik adalah obata yang bersifat meracuni
atau mengganggu fungsi ginjal. Berikut ini adalah beberapa obat yang bisa
menyebabkan kerusakan ginjal : obat golongan aminoglikosida, amphotericin
b, calcineurin inhibitor, cisplatin, acyclovir, metrotrexate, ethylene glycol,
dan protease inhibitors ( Hughes, 2013).
Gentamisin adalah antibiotik golongan aminoglikosida digunakan
terutama untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif.
Gentamisin berasal dari spesies dari Micromonospora. Antibiotik ini bekerja
dengan cara berikatan dengan ribosom subunit 30S bakteri, sehingga
mengganggu sintesis protein (Mac Dougall C & Chambers HF, 2011).
9

Semua aminoglikosida akan diserap dengan cepat dari tempat-tempat


injeksi secara intramuskuler. Konsentrasi obat dalam plasma mencapai
puncaknya sesudah 30-90 menit dan hal ini sama dengan 30 menit sesudah
infus intravena selesai. Umumnya konsentrasi aminoglikosida rendah dalam
sekresi dan jaringan. Aminoglikosida tidak berpenetrasi masuk ke dalam sel
mast, susunan saraf pusat, atau mata. Konsentrasi tinggi hanya ditemukan
pada korteks ginjal serta endolimf dan perilimf telinga bagian dalam; hal ini
yang menyokong terjadinya nefrotoksisitas dan ototoksisitas (Mac Dougall C
& Chambers HF, 2011).

2.5 Pemeriksaan Fungsi Ginjal


Pemeriksaan fungsi ginjal dilakukan dengan cara pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium tersebut antara lain pemeriksaan
kadar keratinin, ureum, asam urat, cystatin c, β2 mikroglobulin, insulin dan
juga zat berlabel radioisotop. Pemeriksaan zat-zat di atas bertujuan untuk
menilai GFR ginjal.pemeriksaan GFR dapat memberikan informasi mengenai
fungsi ginjal pasien. pemeriksaan laboratorium bukan hanya membantu dalam
mengidentifikasi juga digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal.
(Verdiansah, 2016)
2.5.1 Kreatinin
Kreatinin merupakan produk sampingan katabolisme otot, dari hasil
penguraian kreatinin fosfat otot. Jumlah kreatinin yang diproduksi
sebanding dengan massa otot. Kreatinin difiltrasi oleh glomerulus dan
dieksresikan dalam urin.Kreatinin serum dianggap lebih sensitif dan
merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal. Kadar kreatinin serum
sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum
ini sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus (Kurnianingsih
dkk, 2014).
10

2.5.2 Ureum
Ureum adalah produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang
diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler dan
ekstraseluler ke dalam darah kemudian difiltrasi oleh glomerulus
(Verdiansah, 2016).
Penurunan fungsi ginjal dapat diketahui ketika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biokimia yang menunjukan tingginya kadar ureum dalam
darah, dengan mengetahui kadar ureum (15-40 mg/dl). Uremia prerenal
berarti produksi ureum meningkatkan disebabkan karena perombakan
protein, bila seseorang menderita penyakit ginjal kronik maka LFG (laju
filtrasi glomerulus) yang menurun, maka kadar BUN (Blood Urea Nitrogen)
akan meningkat, maka kadar ini menandakan terjadinya kerusakan faal
ginjal (Ibrahim dkk, 2017).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Meserator, rotary evaporator, waterbath, cawan porselin, syringe,
sentrifugator, tabung sentrifugator, stopwatch, botol timbang, oven,
seperangkat alat gelas, spatula, mikro pipet, pipet volume, tanur, sonde,
krus, alat destilasi, batang pengaduk, spatula, kertas saring bebas abu, labu
bersumbat, spuit, fotometer.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu kulit buah delima
(Punica granatum L), etanol 96%, aquadest, gentamisin, ammonia 10%,
asamklorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH), logam Mg, pereaksi
Mayer, pereaksi Dragendroff, larutan FeCl3 pereaksi Lieberman Burchard,
kloroform (CHCl3), vanillin, reagen kit kreatinin (Dyasis), reagen kit
ureum (Dyasis), danpakanhewanuji.

3.2 Prosedur Penelitian


3.2.1 Penyiapan Sampel
Kulit buah delima (Punica granatum L) didapatkan dari daerah
Malangbong Garut.
3.2.2 Determinasi Tanaman
Tanaman dideterminasi di Herbarium Jatinangor, Laboratorium
Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi Universitas Padjajaran.
3.2.3 Pembuatan Simplisia
Kulit buah delima (Punica granatum L) dikumpulkan terlebih
dahulu, kemudian dilakukan sortasi basah. Kulit buah delima (Punica
granatum L) dicuci pada air yang mengalir sampai bersih, kemudian
dikeringkan. Setelah kering, disortasi kembali untuk memisahkan dari

11
12

pengotor lainnya. Kemudian kulit buah delima (Punica granatum L) yang


telah kering tersebut diserbukkan.
3.2.4 Standarisasi Simplisia
a. Parameter Spesifik
1. Pemeriksaan organoleptik
Pemeriksaan simplisia dengan panca indra yang meliputi
bau, rasa, bentuk dan warna dari simplisia.(Depkes,2000).
2. Pemeriksaan Mikroskopik
Serbuk simplisia diletakan diatas objek glass kemudian
tetesi dengan kloralhidrat, tutup dengan cover glass kemudian
amati dengan mikroskop, amati fragmen pengenalnya.
(Depkes,2008).
b. Parameter Non Spesifik
1. Penetapan Kadar Air
Toluen dijenuhkan dengan cara 200 mL toluen
ditambahkan dengan 2 mL air, kemudian destilasi. Masukkan
lebih kurang 200 mL toluen yang telah jenuh air ke dalam labu,
hubungkan alat. Tuang toluen ke dalam tabung penerima melalui
alat pendingin. Panaskan labu hati-hati selama 15 menit. Setelah
toluen mulai mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang 2
tetes tiap detik, hingga sebagian air tersuling, kemudian naikkan
kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua
air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluen, sambil
dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan pada
sebuah kawat tembaga dan lebih dibasahi dengan toluen.
Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung
penerima pendingin hingga suhu kamar. Jika ada tetes air yang
melekat pada pendingin tabung penerima, gosok dengan karet
yang diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan basahi dengan
toluen hingga tetesan air turun. Setelah air dan toluen memisah
13

sempurna, baca volume air. Hitung kadar air dalam persen


(Depkes,2008).
2. Penetapan Kadar Abu Total
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 2-3 gram, masukan
kedalam krus silika yang telah dipijarkan dan ditara, pijarkan
perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan dan timbang.
Jika dengan cara ini arang tidak bisa dihilangkan, tambahkan air
panas, aduk, saring dengan kertas saring bebas abu. Pijarkan
kertas saring beserta sisa penyaringan dalam krus yang sama.
Filtrat di masukan kedalam krus, uapkan dan pijarkan hingga
bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat uji,
dinyatakan dalam % b/b (Depkes, 2008).
3. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total didihkan
dengan 25 mL asam klorida encer selama 5 menit. Saring abu
yang tidak larut asam dengan kertas saring bebas abu, cuci
dengan air panas, pijarkan dalam krus hingga bobot tetap. Kadar
abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat bahan
uji, dinyatakan dalam % b/b (Depkes, 2008).
4. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol
Serbukditimbang seksama lebih kurang 5 gram, masukan
kedalam labu bersumbat, tambahkan 100 mL etanol 95%, kocok
sekali-sekali selama 6 jam pertama, biarkan selama 18 jam
Saring cepat untuk menghidarkan penguapan etanol. Uapkan 20
mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang
telah dipanaskan pada suhu 105°C dan ditara, panaskan sisa pada
suhu 105°C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam %sari larut
etanol (Depkes, 2008).
5. Penetapan Susut Pengeringan
1-2 gram simplisiaditimbang dalam botol timbang dangkal
bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan
14

dan ditara. Ratakan bahan dalam botol dengan menggoyangkan


botol, hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan biarkan
botol dalam keadaan tertutup dinginkan dalam desikator hingga
suhu ruang (Depkes, 2008).
3.2.5 Ekstraksi
Serbuk simplisia ditimbang, kemudian dimasukan kedalam meserator,
tambahkan etanol 96% sampai serbuk simplisia terendam dan diaduk
sebentar. Diamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam filtrat dipisahkan
dengan residu. Residu diekstraksi kembali sebanyak 3x24 jam. Ekstrak
cair yang didapatkan kemudian di uapkan dengan rotary evaporator.
Setelah menjadi ekstrak kental kemudian di hitung randemennya.
3.2.6 Skrining Fitokimia
Dilakukan skrining fitokimia terhadap simplisia dan ekstrak kulit buah
delima (Punica granatum L) untuk mengetahui golongan senyawa yang
terkandung didalamnya.
a. Alkaloid
Sampel sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 mL HCl 2
N dan 9 mL air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2
menit, didinginkan dan disaring. Filtrat dimasukan kedalam 3 tabung
reaksi, masing –masing 0,5 mL. Tabung reaksi 1 ditambahkan 2
tetes pereaksi Mayer, tabung reaksi 2 ditambahkan 2 tetes pereaksi
Bouchardat dan tabung reaksi 3 ditambahkan 2 tetes pereaksi
Dragendorff. Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan
pada paling sedikit dua dari tiga percobaan diatas (Depkes RI, 1995).
b. Tanin
Sampel ditimbang sebanyak 1 g, dididihkan selama 3 menit
dalam 100 mL air suling lalu didinginkan dan disaring . larutan
diambil 2 mL kemudian ditambahkan 1-2 tetes pereaksi FeCl 3 1%.
Jika terbentuk warna biru kehitaman atau hijau kehitaman
menunjukkan adanya tannin (Depkes RI, 1995).
c. Saponin
15

Sampel ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan kedalam


tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 mL air panas, dinginkan.
Kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, jika terbentuk busa
setinggi 1-10 cm yang stabil dan tidak kurang dari 10 menit dan
tidak hilang dengan penambahan 1 tetes HCl 2N menunjukkan
adanya saponin (Depkes RI, 1995).
d. Flavonid
Serbuk simplisia 10 g ditambahkan 10 mL air panas,
dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas,
kedalam 5 mL filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1
mL HCl pekat dan 2 mL amil alkohol, dikocok dan dibiarkan
memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah atau kuning
atau jingga pada lapisan amil alkohol (Depkes RI, 1995).
e. Steroid dan Triterpenoid
Sebanyak 40 mg ekstrak ditambahkan CH3COOH glasial
sebanyak 10 tetes dan 2 tetes H2SO4. Larutan dikocok perlahan
dan dibiarkan selama beberapa menit. Steroid memberikan warna
biru atau hijau, sedangkan triterpenoid memberikan warna merah
atau ungu (Harborne, 1996).
3.2.7 Hewan Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus Galur Wistar dengan
jumlah perkelompok sebanyak 5 ekor.
Penentuan jumlah minimal hewan percobaan tersebut dilakukan
dengan menggunakan rumus federer:
Rumus Federer : (n-1) (t-1) ≥ 15
Keterangan: t = jumlah kelompok perlakuan
n = jumlah masing – masing sampel dalam tiap
perlakuan
16

Perhitungan: (n-1) (5-1) ≥ 15


(n-1) (4) ≥ 15
4n – 4 ≥ 15
4n ≥ 15 + 4
4n ≥ 19
n ≥ 4,75 ≈ 5
Sebelum percobaan dimulai, hewan diaklimatisasi di ruang
percobaan selama lebih kurang 7 hari (BPOM, 2014). Hewan percobaan
dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu padaTabel3.1.
Tabel 3.1 KelompokHewanPercobaan

Kelompok Perlakuan
Kontrol Normal Tikus diberi makan minum selama 7 hari, pada hari ke 8
diukur kadar kreatinin dan kadar ureum (BUN).
Kadar Positif Tikus diinduksi gentamisin60mg/200gram BB tikus
secara intraperitonial dan CMC 1% secara p.o selama 7
hari. Pada hari ke 8 di ukur kadar kreatinin dan kadar
ureum (BUN).
Uji Dosis I Tikus diberikan ekstrak kulit buah delima 50
mg/200gram BB tikus dalam cmc 1% p.o selama 7 hari
dan 2 jam setelah pemberian dosis I diinduksi
gentamisin 60 mg/200gram BB tikus secara IP. Pada
hari ke 8 diukur kadar kreatinin dan ureum (BUN.
Uji Dosis II Tikus diberikan ekstrak kulit buah delima 100
mg/200gram BB tikus dalam cmc 1% p.o selama 7 hari
dan 2 jam setelah pemberian dosis II diinduksi
gentamisin 60 mg/200gram BB tikus secara IP. Pada
hari ke 8 diukur kadar kreatinin dan ureum (BUN.
Uji Dosis III Tikus diberikan ekstrak kulit buah delima 200
mg/200gram BB tikus dalam cmc 1% p.o selama 7 hari
dan 2 jam setelah pemberian dosis III diinduksi
gentamisin 60 mg/200gram BB tikus secara IP. Pada
hari ke 8 diukur kadar kreatinin dan ureum (BUN).

3.2.8 Penyiapan Serum


17

Pemeriksaan kreatinin dilakukan dengan metode Fixed Time.


Pengambilan darah dilakukan dengan cara memotong ekor tikus dan
darahnya ditampung dalam tabung sentrifugasi, kemudian disentrifugasi
selama 20 menit dengan kecepatan 2000 rpm dengan tujuan untuk
memisahkan serum yang akan digunakan untuk pemeriksaan. (Rajak,
2016).
3.2.9 Pemeriksaan Kadar Kreatinin
Pemeriksaan kadar kreatinin dengan metode Jaffe Reaction. Serum
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan reagen uji sesuai
tabel dibawah ini:
Tabel 3.2ProsedurPemeriksaanKreatinin Serum

Standar Sampel Blanko


Standar 50µL - -
Sampel - 50µL -
Reagen 1000µL 1000µL 1000µL
Aquadest - - 50µL
Inkubasi 60 detik pada suhu 37°C kemudian diukur pada panjang gelombang 492
nm dan hasil konsentrasi kreatinin langsung didapatkan (DiaSys)
Keterangan: R1: NaOH
R2: AsamPikrat
A 2− A 1 Sampel
Perhitungan: C= x C Standar (2mg/dL) =
A 2− A 1 Standar
Kreatinin

3.2.10 Pemeriksaan Kadar Ureum


Pemeriksaan kadar ureum dilakukan dengan metode Urease. Serum
dimasukan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan reagen uji sesuai
tabel dibawahi ni:
Tabel 3.3Pemeriksaan Kadar Ureum
Standar Sampel Blanko
Standar 10µL - -
Sampel - 10µL -
Reagen (R1+R2) 1000µL 1000µL 1000µL
Aquadest - - 10µL
Inkubasi 60 detik pada suhu 37°C kemudian diukur pada panjang gelombang 340
18

nm dan hasil konsentrasi urea langsung didapatkan (DiaSys).


Keterangan:R1: Reagen TRIS,2-oxoglutarat, ADP, Urease, GLDH
R2: NADH
A 1−A 2 Sampel
Perhitungan: C: x C Standar (50mg/dL) = ureum
A 1−A 2 Standar
Blood Urea Nitrogen (BUN) = Urea x 0,467

3.3 Analisis Data


Hasil data pemeriksaan dianalisis menggunakan uji normalitas, apabila
sig>0,05 maka data distribusinya normal kemudian dilanjut ke uji
homogenitas, jika data terdistribusi homogen dilanjut ke uji anova,
kemuidian dilanjut uji LSD.

3.4 Jadwal Penelitian


Tabel 3.4Jadwal Penelitian

Jadwal kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengumpulan Bahan
Determinasi tanaman
Ekstraksi kulit buah
delima
Pengujian ekstrak
terhadap tikus
Pengolahan data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Tumbuhan Delima Putih


Determinasi dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas tumbuhan
yang akan dijadikan sebagai sampel pengujian. Determinasi dilakukan di
Herbarium Jatinangor Departemen Biologi FMIPA UNPAD dan hasilnya
menunjukan bahwa sampel yang digunakan merupakan tumbuhan delima
dengan nama ilmiah Punica granatum (L.), sinonim Punica nana(L.) yang
merupakan keluarga Lythraceae. (Lampiran 1).

4.2 Hewan Percobaan


Hewan percobaan yang digunakan merupakan tikus jantan putih galur
wistar berumur 3-4 bulan yang sehat dan telah melalui pemeriksaan di
Allunna mouse farm Kota Ciamis (Lampiran 2).

4.3 Pemeriksaan Organoleptik Kulit Buah Delima


Pemeriksaan serbuk kulit buah delima dengan pancaindra dilakukan untuk
mengetahui bau, rasa, bentuk, dan warna. Serbuk kulit buah delima memiliki
bau khas aromatik, rasa pahit kelat, bentuk yang diamati dalam bentuk
serbuknya, kemudian warna dari serbuk kulit buah delima berwarna kuning
coklat. Berdasarkan FHI 2008 kulit buah delima memiliki bau yang khas dan
rasa yang pahit.

4.4 Pemeriksaan Mikroskopik Kulit Buah Delima


Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk mengetahui fragmen pengenal
dari kulit buah delima, pada pemeriksaan menggunakan pembesaran 100x
nya. Dari hasil yang didapat kulit buah delima terdapat fragmen pengenal
diantaranya epidermis luar, skelerenkim, pembuluh kayu dan parenkim.
Dimana hasil tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
menyatakan didalam kulit buah delima terdapat fragmen pengenal

19
20

skelerenkim, epidermis luar, pembuluh kayu, dan parenkim. (Lampian 3)


(Agustina dkk, 2016 )

4.5 Penetapan Kadar Air Kulit Buah Delima


Pemeriksaan kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang
terdapat dalam kulit buah delima, hasil penetapan kadar air diperoleh sebesar
6% hal ini menunjukan kadar air yang di peroleh memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan FHI 2011 yaitu tidak > 10%. Selain itu juga berdasarkan
penelitian sebelumnya kadar air yang terkandung dalam kulit buah delima
sebesar 5,8% (Lampiran 4), (Wahyuni dkk, 2013).

4.6 Penetapan Kadar Abu Total Kulit Buah Delima


Hasil penetapan kadar abu total pada penelitian ini adalah 1,1 % hal ini
menunjukan kadar abu total yang diperoleh memenuhi persyaratan yang telah
di tentukan FHI yaitu tidak > 2%. Pada penelitian Wahyuni, 2013 juga
memberikan hasil 1,6% dimana hasil tersebut masih memenuhi syarat
ketentuan untuk kulit buah delima.

4.7 Penetapan Susut Pengeringan Kulit Buah Delima


Hasil susut pengeringan dari kulit buah delima ini adalah 9% hal ini
menunjukan susut pengeringan yang telah di peroleh memenuhi syarat.

4.8 Skrining Fitokimia Kulit Buah Delima


Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang
terdapat dalam simplisia kulit buah delima. Skrining fitokimia yang dilakukan
meliputi golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid,
triterpenoid. Hasil positif dapat dilihat dengan adanya perubahan-perubahan
warna yang terjadi pada sampel yang direaksikan dengan pereaksi spesifik.
Hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada Tabel 4.1.
21

Tabel 4.1 Hasil Skrining Fitokimia Ektrak Kulit Buah Delima


Golongan Senyawa Hasil
Alkaloid +
Flavonoid +
Polifenol +
Saponin +
Tanin +
Steroid -
Triterpenoid -
Keterangan : (+) dideteksi terdapat senyawa
(-) dideteksi tidak terdapat senyawa

Dari hasil skrining fitokimia ekstrakkulit buah delima mengandung


alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, polifenol. Hasil tersebut sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ekstrak kulit buah delima
mengandung flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, dan polifenol (Widjaya,
2018). Adanya flavonoid dalam simplisia kulit buah delima dapat dijadikan
sebagai antioksidan dan dijadikan sebagai nefroprotektor. Dalam penelitian
sebelumnya, aktivitas ekstrak kulit buah delima dengan metode DPPH
diperoleh nilai IC50 sebesar 68,08 mg/ml (Agustina dkk, 2016).
Flavonoid yang terkandung dalam kulit buah delima ini akan melindungi
komponen sel ginjal dari radikal bebas yang dihasilkan gentamisin dengan
jalan mendonorkan atom H pada radikal bebas sehingga dapat menghambat
dan menetralisir terjadinya reaksi oksidasi.

4.9 Pemeriksaan Kadar Kreatinin dan kadar BUN


Ureum merupakan salah satu parameter yang umum digunakan untuk
memperkirakan Glomerulus Filtration Rate (GFR), tetapi pemeriksaan ureum
hanya sebagai pemeriksaan pendukung karena beberapa alasan diantaranya
adalah karena kadar ureum tidak hanya dipengaruhi oleh fungsi ginjal tetapi
juga oleh produksinya yang berasal dari asupan protein dan ureum juga
direabsorbsi oleh tubulus (Purnamasari, 2011). Selain ureum, kreatinin juga
digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal. Kreatinin lebih akurat untuk
mengetahui fungsi ginjal dibandingkan ureum, karena kreatinin diproduksi
22

dari otot pada tingkat konstan dan hampir disaring sepenuhnya pada
glomerulus (Khan. R dkk, 2012).
Pemeriksaan kadar ureum dilakukan dengan metode urease, sedangkan
pemeriksaan kadar kreatinin dilakukan dengan menggunakan Jaffe reaction.
mengatakan Metode untuk penetapan ureum adalah dengan mengukur
nitrogen. Maka, hasil pemeriksaan ureum dikonversi menjadi Blood Urea
Nitrogen (BUN) (Setyaningsih 2013). Adapun hasil dari pemeriksaan
kreatinin dan ureum yang dikonversi menjadi BUN dapat dilihat pada Tabel
4.2 dan Lampiran 5.
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan kreatinin dan BUN

Hasil
Kelompok
KadarKreatinin (mg/dl) KadarBUN (mg/dl)
Normal 1,456 ± 0,3936 29,487 ± 18,9877
Negatif 2,256 ± 0,8134 32,410 ± 18,3476
Uji Dosis I 2,510 ± 0,3636 31,257 ± 11,4328
Uji Dosis II 1,658 ± 0,2732 28,210 ± 10,2928
Uji Dosis III 1,622 ± 0,2633 23,318 ± 8,6815

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pemberian induksi gentamisin dapat
meningkatkan kadar kreatinin dan BUN, dimana pada kelompok negatif
diperoleh kadar kreatinin dan BUN lebih besar jika dibandingkan dengan
kelompok normal. Demikian pula pada kelompok uji dosis 1, 2, dan 3
dihasilkan kadar kreatinin dan BUN lebih kecil daripada kelompok negatif.
Hal tersebut terjadi karena kadar kreatinin dan BUN akan meningkat seiring
dengan penurunan kemampuan penyaringan glomerulus karena pembuangan
kreatinin dan BUN didalam tubuh menjadi terhambat (Suryawan, 2016).
4.9.1 Analisis Statistik Hasil Pemeriksaan KadarKreatinin
Hasil pengujian dianalisis menggunakan SPSS versi 16.0 meliputi uji
normalitas, homogenitas dan uji anova. Kadar kreatinin yang diperoleh
kemudian diuji normalitasnya menggunakan uji shapiro-wilk diperoleh
hasil bahwa kelima kelompok perlakuan terdistribusi normal (p>0,05).
Pada uji homogenitas dengan menggunakan levene test diperoleh hasil
23

bahwa data bersifat homogen (p=0,221). Untuk melihat perbedaan kadar


kreatinin antar kelompok perlakuan, maka dilakukan uji One-way Anova
dengan hasil terdapat perbedaan yang bermakna dengan p=0,041 (p<0,05)
(Lampiran 5). Selanjutnya dilakukan uji LSD untuk melihat kelompok
manakah yang terdapat perbedaan signifikan. Tabel 4.3 dan Lampiran6.
Tabel 4.3 Hasil Uji LSD Kadar Kreatinin

Uji Uji Uji


Kelompok Normal Negatif
Dosis I Dosis II Dosis III
Normal - BS BS TBS TBS
Negatif BS - TBS BS BS
Uji Dosis I BS TBS - TBS TBS
Uji Dosis II TBS BS TBS - TBS
UJI Dosis III TBS BS TBS TBS -
Keterangan :BS : berbeda signifikan (p≤0,05).
TBS : Tidak berbeda signifikan (p>0,05)

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok normal dan kelompok negatif (p=0,008). Serta adanya
perbedaan yang signifikan antara kelompok negatif dengan uji dosis II
(p=0,039) dan antara kelompok negatif dengan dosis III (p=0,029). Hal
tersebut berarti bahwa dosis II dan III memberikan aktivitas nefroprotektif
yang efektif dan signifikan dibandingkan dengan kelompok negatif.
Hubungan antara kelompok normal dengan kelompok uji, diperoleh hasil
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok normal dengan
uji dosis II dan uji dosis III dengan nilai signifikan secara berurutan yaitu
(p=0,467) dan (p=0,546) . Hal tersebut berarti bahwa dosis II (100 mg/
200gram BB tikus) dan dosis III (200 mg/ 200gram BB tikus) mampu
mengembalikan kadar kreatinin mendekati normal.
4.9.2 Analisis Statistik Hasil PemeriksaanBUN
Kadar BUN yang diperoleh kemudian diuji normalitasnya dengan uji
shapiro-wilk, diperoleh hasil bahwa kelima kelompok perlakuan
terdistribusi normal (p>0,05). Pada uji homogenitas dengan menggunakan
levene test diperoleh hasil bahwa data bersifat homogen (p>0,072). Untuk
melihat perbedaan kadar BUN antar kelompok perlakuan maka dilakukan
24

uji One-way Anova dengan hasil tidak terdapat perbedaan yang bermakna,
yaitu 0,865 (p<0,05) (Lampiran 6).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pemberian ekstrak kulit buah
delima (Punica granatum L.) terhadap tikus jantan putih galur wistar yang
diinduksi gentamisin, kulit buah delima dapat menurunkan kadar kreatinin.
Namun tidak berpengaruh terhadap kadar Blood Urea Nitrogen (BUN).
Penurunan yang paling baik dihasilkan oleh kelompok uji dosis II (100 mg/
200gram BB Tikus).

5.2 Saran
Pada pengujian selanjutnya disarankan untuk melakukan histopatologi dan
perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan senyawa spesifik yang bekerja
sebagai nefroprotektor.

25
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S., dkk. Skrining Fitokimia Tanaman Obat Di Kabupaten Bima.


Indonesia E-Journal of Applied Chemistry. Vol 4 No 1 Th 2016. 2016.

Andrianto, P., &Gunawan, J. (2015). KapitaSelektaPatologiKlinik Ed.4.


Jakarta.EGC.

BadanPengawasObatdanMakanan, (2014),
PeraturanKepalaBadanPengawasObatdanMakananRepublik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2014 TentangPedomanUjiToksisitasNonklinikSecara In
Vivo, KepalaBadanPengawasObatdanMakananRepublik Indonesia.

Budka, F. (2008). Active Ingredients, Their Bioavaibility and The Health Benefit
of PunicaGranatum Linn (Pomegranate). Accessed : 02-03-2014.

DepartemenKesehatanRepublik Indonesia.(1985). Farmakope Indonesia. Edisi IV.


Jakarta :Depkes RI.

DepartemenKesehatanRepublik Indonesia.(1995). MateriaMedika Indonesia.Jilid


IV. CetakanKeenam.Jakarta :DirektoratJendralPengawasanObat Dan
Makanan.

DepartemenKesehatanRepublik Indonesia.(2000). Parameter


StandarUmumEkstrakTumbuhanObat,
DirektoratJenderalPengawasObatdanMakanan, Jakarta.

Budka, F. (2008). Active Ingredients, Their Bioavaibility and The Health Benefit
of PunicaGranatum Linn (Pomegranate). Accessed : 02-03-2014.

Cahyaningsih, Niken D. (2011). Hemodialisa: Panduan Praktis Perawatan gagal


Ginjal. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press.

Cao, Chun, R. Wang, T. S. Chunga and Y. Liu.(2002). Formation Of High-


Performance 6FDA-2,6-DAT Asymmetric Composite Hollow Fiber
Membranes For CO2/ CH4Separation, Journal of Membrane Science.
vol. 209, pp. 309 –319

Chooi, OngHean. (2007). Buah; KhasiatMakanandanUbatan.Kuala


Lumpur.Taman Shamelin Perkasa.

Oci Y.M &Dewi, KurniaKumala.(2014). KhasiatAjaibDelima. Jakarta: Padi

Pearce.E. (2011).AnatomidanFisiologiUntukParamedis. Jakarta: Gramedia.

26
27

Peteate, Ian & Nair.M. (2015).Dasar-dasarPatofisiologiTerapan:


Panduanpentinguntukmahasiswakeperawatandankesehatan. Jakarta:
BumiMedika.

HughesP.J (2013). Pathophysiologic Mechanims of Selected Types of


nephrotoxicity. Medscape reference drug.disiases&
procedures.Diaksesdarihttp://emedicine.medscape.com/article/1925868[1
3November 2018 ].

Ibrahim. L., Suryani. L.,& Ismail. E. (2017). HubunganAsupan Protein dengan


Kadar UreumdanKreatininpadaPasieanGagalGinjalKronik yang
SedangMenjalaniHemodialisa di Unit Hemodialisa RS PKU
Muhammadyah Yogyakarta: JurnalNutrisia. 19 (1), 1-6.

Indriani V dkk. (2017). Hubungan Antara Kadar Ureum, Kreatinin dan Klirens
Kreatinin dengan Proteinuria Pada Penderita Diabetes Melitus.

Khan. R., Ali. R., Khan. Z., Shah, S., NawabZada. 2012. Cinnamon on the
Functions of Liver and Kidney in Type 2 Diabetic Individuals.
PakistanJournalofLifeandSocialSciences. 8(2):145-149.

Kurnianingsih.S dkk.
(2014)-.PedomanPemeriksaanLaboratoriumdanDiagnostik.Joyce
LeFeverKee.Edisi 6. Jakarta: EGC.

Muchtadi D. (2013).ANTIOKSIDAN :KiatSehat Di UsiaProduktif. Bandung:


Alfabeta. Hal 65, 83.

Purnamasari, Endah. 2011. Diabetes Melitus dengan Penyakit Kronis.


[Jurnal].Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Jakarta Pusat.

Purnamasari.P. (2017).Diabetes MelitusdenganPenyakitKronis.


[Jurnal].FakultasKedokteranUniversitasYasri Jakarta Pusat.Rahmat, H
Rukmana. (2003). Delima.Yogyakarta: Kanisius.

Rajak,Z.F.W.,Lily, L., danPoppy., L. (2016).


GambaranHistopatologikGinjalWistarYang
DiberiEkstrakBinahongPascaPemberianGentamisin.Jurnal e-Bionedik
(eBm), Volume 4, Nomor 2.Menando: FakultasKedokteran. Universitas
Sam Ratulagi: hal.a 4-5.

Setyaningsih A dkk. 2013. Perbedaan Kadar Ureum & Creatinin Pada Klien yang
Menjalani Hemodialisa dengan Hollow Fiber Baru dan Hollow Fiber Re
Use di RSUD Ungaran.

Suhita N.I., P. R., I. W Sudira., I.B. O. Winaya. (2013)


HistopatologiGinjalTikusPutihAkibatPemberianEkstrakPegangan
(Canella asiatica) Peroral.
28

Suryawan, Arjani & sudarmanto.(2016). Gambaran Kadar Ureum Dan Kreatinin


Serum Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang MenjalaniTerapi
Hemodialisis Di Rsud Sanjiwani Gianyar.Meditory.Vol. 4, No.2.

UNPAD.( 2020). Lembar Identifikasi Tumbuan No. 049/HB/02/2020. Herbarium


Jatinangor; Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi
FMIPA UNPAD.

Verdiansah. (2016). PemeriksaanFungsiGinjal. CDK-237/ vol. 43 no. 2.


Bandung:Program
PendidikanDokterSpesialisPatologiKlinikRumahSakitHasanSadikin.

Wahyuni, F. D,. dkk. Pengaruh Ekstrak N-heksan Kulit Buah Delima Putih
(Punica granatum L.) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Darah
Pada Tikus Putih ( Rattus novergicus L.) Dan Pemanfaatannya Sebagai
Bulu Suplemen. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Jember. 2013.

Widjaya, A. Uji Antifertilitas Ekstrak Etanol 70% Kulit Delima (Punica granatum
L.) Pada Tikus Jantan Strain Sprague-Dawley Secara In Vivo, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah.2012.
LAMPIRAN 1

HASIL DETERMINASI TUMBUHAN

29
LAMPIRAN 2

SURAT KETERANGAN IDENTITAS HEWAN

30
LAMPIRAN 3

DOKUMENTASI

A. Sampel

Buah Delima Serbuk Kulit Buah Delima

B. Mikroskopik

EPIDERMIS LUAR PARENKIM

PEMBULUH KAYU SKELERENKIM

31
C. SkriningFitokimia
1. Uji Flavonid

FLAVONOID (+)
2. Uji Alkaloid

ALKALOID (+)
3. Uji Saponin

SAPONIN (+)

32
4. Uji Tanin

TANIN (+)
5. Uji Steroid dan Triterpenoid

STEROID & TRITERPENOID (-)

33
LAMPIRAN 4
PERHITUNGAN KADAR AIR KADAR ABU DAN SUSUT
PENGERINGAN

1. Kadar Air

Volume air ( ml )
KA = × 100 %
Berat sampel ( g )

0,3 ml
KA = ×100 %=6 %
5 gram

2. Kadar Abu Total

Berat abu
KAT = ×100 %
Berat sampel

0.055 gram
KAT = ×100 %=1,1 %
5 gram

3. Susut Pengeringan
Bobot Akhir
SP= × 100 %
Berat Sampe

0,45 gram
SP= × 100 %=9 %
5 gram

34
LAMPIRAN 5
DATA PEMERIKSAAN KADAR KREATININ DAN BLOOD UREA
NITROGEN (BUN)

A. Hasil Pemeriksaan Kadar Kreatinin(mg/dL

Tikus Normal Negatif Dosis I Dosis II Dosis III


1 2,07 3,57 2,23 1,48 1,99
2 1,49 2,08 2,09 1,34 1,52
3 1,20 2,06 1,87 1,93 1,50
4 1.15 2,02 1.70 1,73 1,68
5 1,37 1,55 2,36 1,81 1,42
Rata-rata±SD 1,456±0,393 2,256±0,813 2,05±0,363 1,65±0,273 1,62±0,263

B. Hasil Pemeriksaan Kadar BUN(mg/dL)


Tikus Normal Negatif Dosis I Dosis II Dosis III
1 20,286 43,719 43,227 43,227 16,878
2 50,867 15,361 32,867 14,727 19,921
3 45,765 30,343 26,531 17,289 23,888
4 20,1861 54,273 28,280 30,461 34,747
5 10,3298 18,325 25,378 35,288 21,151
Rata-rata±SD 29,488±18,987 32,401±18,347 31,257±11,432 28,257±14,282 23,318±8,681

35
LAMPIRAN 6
HASIL ANALISIS STATISTIK KADAR KREATININ DAN BLOOD UREA
NITROGEN (BUN)

A. Kreatinin
1. Uji Normalitas

Tests of Normality

Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic Df Sig.
Kreatinin kelompoknormal .853 5 .203
kelompok negatif .784 5 .059
uji dosis 1 .969 5 .870
uji dosis 2 .947 5 .715
uji dosis 3 .870 5 .268
a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Nilai sig > 0,05 maka data terdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas
Descriptivs
Kreatinin
95% Confidence Interval
for Mean
Std.
N Mean Deviation Std. Lower Upper Bound Minimu Maximu
Error Bound m m
kelompok normal 5 1.4560 .39364 .14876 .98691.9978 1.19 2.99
kelompok negatif 5 2.2560 .81342 .41265 1.31203.5751 1.62 3.69
uji dosis 1 5 2.0500 .36367 .18769 1.81092.5679 1.72 2.42
uji dosis 2 5 1.6580 .28321 .11803 1.46201.4659 1.45 1.98
uji dosis 3 5 1.6220 .26338 .13225 1.43761.9754 1.63 1.99
Total 25 1.80840 .52078 .10983 1.74341.9287 1.15 3.55

36
Test of Homogeneity of Variances

Kreatinin

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.569 4 20 .221

Nilai sig. > 0,05 maka data homogen

3. Uji Anova
ANOVA
Kreatinin
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 2.201 4 .5503.041 .041
Within Groups 3.620 20 .181
Total 5.821 24

Nilai sig. < 0,05 maka HO ditolak, terdapat perbedaan yang signifika

37
4. UjiLSD
Multiple Comparisons LSD

Kreatinin

Mean 95% Confidence Interval


Difference
(I)kelompok (J) kelompok (I-J) Std. Error Sig. Lower Upper Bound
Bound
kelompoknormal kelompoknegatif -.80000* .26307 .008 -1.3613 -.2397
uji dosis 1 -.59400*
. 26307 .039 -1.1553 -.0327
uji dosis 2 -.20200 . 26307 .462 -.7633 .3593
uji dosis 3 -.16600 . 26307 .544 -.7273 .3953
kelompoknegatif kelompoknormal .80000* . 26307 .008 .2297 1.3613
uji dosis 1 .20600 . 26307 .459 -.3553 .7673
uji dosis 2 .59800 *
. 26307 .039 .0367 1.1592
uji dosis 3 .63400* . 26307 .029 .0727 1.1824
ujidosis1 kelompoknormal .58400* . 26307 .039 .0327 1.1464
kelompok negatif -.20800 . 26307 .453 -.7673 .3533
uji dosis 2 .39200 . 26307 .171 -.1693 .9533
uji dosis 3 .42000 . 26307 .127 -.1333 .9093
ujidosis2 kelompoknormal .26200 . 26307 .467 -.3957 .7633
kelompok negatif -.59800*
. 26307 .038 -1.1597 -.0367
uji dosis 1 -.39700 . 26307 .161 -.9533 .1633
uji dosis 3 .03600 . 26307 .845 -.5253 .5813
ujidosis3 kelompoknormal .16600 . 26307 .546 -.3952 .7273

kelompok negatif -.53400* . 26307 .029 -1.1953 -.0727


uji dosis 1 -.42100 . 26307 .122 -.9927 .1333
uji dosis 2 -.03600 . 26307 .895 -.5973 .5257
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok normal dan negatif, tidak
adanya perbedaan signifikan antara dosis 2 dan dosis 3 terhadap normal, serta
adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan uji
dosis 2 dan dosis 3.

38
5. Means Plot

BUN

1. UjiNormalitas

Tests of Normality

Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic Df Sig.
BUN kelompok normal .760 5 .127
kelompok negatif .801 5 .317
uji dosis 1 .689 5 .066
uji dosis 2 .794 5 .279
uji dosis 3 .849 5 .632
a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Nilai sig > 0,05 maka data terdistribusi normal.

39
2. UjiHomogenitas

Descriptives
BUN

95% Confidence Interval


for Mean

N Mean Std. Std. Error Minimum Maximum


Deviation Lower
Bound Upper
Bound

kelompok normal 5 3.157790E1 18.9877081 8.9906771E08.514904 52.886256 12.3288 51.8370

kelompok negatif 5 3.639406E1 18.3476313 8.7084062E012.604973 55.408907 17.3257 56.2735

uji dosis 1 5 3.216543E1 11.4328359 5.6160157E019.136026 44.768254 23.8637 49.7822

uji dosis 2 5 2.984587E1 10.2928593 4.8950570E013.343238 46.077842 14.7572 43.8046

uji dosis 3 5 2.560978E1 8.6815106 3.9383765E015.350539 31.667021 15.8780 33.7174

Total 25 2.911525E1 15.1369506 3.6051699E024.598990 35.352602 12.3288 56.2735

Test of Homogeneity of Variances

BUN

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.826 4 20 .072

Nilai sig. > 0,05 maka data homogen

40
3. Uji ANOVA

ANOVA
BUN

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 312.782 478.195 .416 .865


Within Groups 3760.486 20188.024
Total 4073.268 24

Nilai sig. > 0,05 maka HO diterima, tidak terdapat perbedaan yang signifikan

41

Anda mungkin juga menyukai