DISUSUN OLEH:
Diajukan oleh :
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Telah dipertahankan di depan penguji dan dinyatakan telah memenuhi syarat pada
tanggal, Juli 2018.
Tim penguji :
Jabatan Nama Tanda Tangan
Baiq Ayu Aprilia M., M.Si
NIK.36.085.2014.036 .................
Anggota
Penguji
Sri Rahmawati, S.Farm
NIK.36.085.2009.005 ...................
Mengetahui:
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Materai 6000
iv
ABSTRAK
v
TEST THE EFFEKTIVENESS OF BIDURI LATEX (Calotropis gigantea)
ETHANOL EXTRACT ON HEALING WOUNDS IN MICE
(Mus musculus)
Spiny plants are plants that have various properties in traditional medicine, one of
which can be used as a wound medicine, the purpose of this study to test the
effectiveness of ethanol extract of sap biduri (Calotropis gigantea) to healing cuts
in mice (Mus musculus) and know most effective levels of extract of ethanol sap
biduri. This type of research is experimental laboratories by categorizing test
animals always given the treatment of 10%, 20%, 30%, and 40% sap extract of
bum sap, and negative control and positive control then observed the change from
the shape of the wound. The result showed that healing wounds on each of the
concentrations where the most effective extract concentration in wound healing is
at a concentration of 40% with healing time for three days and a cure percentage
of 100%.
vi
KATA PENGANTAR
vii
9. Teman-temanku Mahasiswa D-III Farmasi Politeknik Medica Farma Husada
Mataram, atas perhatian dan motivasinya semoga kita tetap menjalin serta
menjaga silaturrokhim diantara kita semua, amin.
10. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penelitian.
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih belum
sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi
perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga karya
tulis ilmiah ini bermanfaat.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................ 21
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 21
C. Variabel .......................................................................................... 21
D. Populasi dan Sampel ...................................................................... 22
E. Instrumen Penelitian....................................................................... 22
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 24
G. Alur Kerja....................................................................................... 26
H. Analisis Data ................................................................................. 27
I. Jadwal Penelitian............................................................................ 27
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 28
B. Pembahasan ................................................................................... 31
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 35
B. Saran .............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pengukuran rata-rata diameter luka sayat pada mencit sejak hari
ke-1 sampai ke-3 .......................................................................... 24
Tabel 3.2 Rata-rata persentasi penyembuhan luka sayat pada mencit sejak
hari ke-1 sampai dengan hari ke-3 ................................................ 25
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian .......................................................................... 27
Tabel 4.1 Pengukuran rata-rata diameter luas luka sayat pada mencit dari
hari ke-1 sampai hari ke-3 ............................................................ 28
Tabel 4.2 Persentase Penyembuhan Rata-Rata Diameter Luas Luka Sayat
Pada Mencit Dari Hari Ke-1 Sampai Hari Ke-3 .......................... 29
Tabel 4.4 Test of Homogeneity of Variances ............................................... 30
Tabel 4.2 Test of Normality ......................................................................... 30
Tabel 4.3 Uji One Way ANOVA ................................................................... 31
Tabel 4.4 Hasil Luka Sayat Pada Mencit Hari Ke-1 .................................... 32
Tabel 4.5 Gambaran hasil luka sayat pada Mencit hari ke-2 ....................... 32
Tabel 4.6 Gambaran hasil luka sayat pada Mencit hari ke-3 ....................... 33
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang
telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat secara turun temurun. Salah
satu tanaman obat adalah biduri (Calotropis gigantea). Tanaman biduri
banyak ditemukan didaerah bermusim kemarau panjang, seperti padang
rumput yang kering, lereng-lereng gunung yang rendah, dan pantai berpasir.
Biduri merupakan tumbuhan semak liar dengan tinggi 0,5 -3 m. Batang bulat,
berkayu, ranting muda berambut tebal berwarna putih. Getah akan keluar dari
tanaman ini jika salah satu bagiannya dilukai. Getahnya berwarna putih, encer,
rasanya pahit dan kelat, lama-kelamaan terasa manis, baunya sangat
menyengat (Katno, Pramono, S. 2005).
Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena
adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh. Bentuk dari
luka berbeda tergantung penyebabnya, ada yang terbuka dan tertutup. Salah
satu contoh luka terbuka adalah insisi/luka sayat dimana terdapat robekan
linier pada kulit dan jaringan di bawahnya (Pusponegoro, 2005). Luka sayat
adalah luka yang terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam (Berman,
2009). Luka secara umum terdiri dari luka yang disengaja dan luka yang tidak
disengaja. Luka yang disengaja bertujuan sebagai terapi, misalnya pada
prosedur operasi atau fungsi vena, sedangkan luka yang tidak disengaja terjadi
secara accidental (Kozier dkk., 2004).
Penyembuhan merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati
atau rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan cara regenerasi.
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena berbagai
kegiatan bio-seluler dan bio-kimia yang terjadi secara berkesinambungan.
Penggabungan respons vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya bahan
kimiawi sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan komponen yang
saling terkait pada proses penyembuhan luka. Penyembuhan dapat dilihat
1
2
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui “Kadar yang paling tepat dari ekstrak etanol getah
biduri (Calotropis gigantea) dalam menyembuhkan luka sayat pada kulit
punggung mencit (Mus musculus)”.
D. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup keilmuan meliputi Ilmu Fitokimia, Ilmu Farmakognosi,
Ilmu Obat Tradisional dan Ilmu Farmakologi.
2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Biologi “Politeknik Medica
Farma Husada” Mataram dan Laboraturium Imunobiologi Fakultas MIPA
Universitas Mataram.
3. Ruang Lingkup Waktu
Pengumpulan dan analisis data dilaksanakan kurang lebih selama satu
bulan.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti ini adalah:
Mengetahui efektivitas ekstrak etanol getah biduri (Calotropis
gigantea) dalam menyembuhkanluka sayat pada kulit punggung mencit
(Mus musculus), serta dapat menambah wawasan peneliti pada bidang
ilmu Fitokimia, Farmakognosi, Obat Tradisional, dan Farmakologi.
2. Manfaat Bagi Institusi
Dapat dilakukan sebagai bahan tambahan dalam pengajaran serta
menambah literatur untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
masalah efektivitas ekstrak etanol getah biduri (Calotropis gigantea)
dalam menyembuhkan luka sayat pada kulit punggung mencit (Mus
musculus ).
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Hasil penelitian dapat dijadikan informasi bagi masyarakat
mengenai obat tradisional untuk luka sayat menggunakan getah biduri
(Calotropis gigantea).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
E. Landasan Teori
7. Tanaman Biduri (Calotropis Gigantea.)
a. Definisi
Tanaman biduri merupakan tumbuhan yang umum dijumpai di
Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Sri Lanka, India dan Cina.
Tanaman biduri berasal dari india. Tanaman ini merupakan semak
tegak dengan tinggi 0,5-3 m. Biduri banyak ditemukan di daerah
bermusim kemarau panjang, seperti padang rumput yang kering,
lereng-lereng gunung yang rendah dan pantai berpasir (Dalimarta,
2003).
4
5
3. Akar
Akar tanaman biduri berjenis akar tunggang, yang memiliki
fungsi untuk memperteguh berdirinya tanaman.
4. Bunga
Bunga majemuk, tumbuh dalam anak paying diujung atau
diketiak daun, tangkai bunga panjang dan berambut rapat, mahkota
berbentuk kemudi kapal, kelopak berwarna hijau, mahkota
berwarna putih sedikit keunguan, panjang mahkota ± 4 mm.
5. Buah
Buah bumbung (folliculus), bulat telur,warna hijau, bentuk
dengan biji lonjong, kecil dan berwarna coklat.
6. Biji
Bijinya kecil, lonjong, pipih, berwarna cokelat, berambut
pendek dan tebal, umbai rambut serpa sutera panjang. Jika salah
satu bagian tumbuhan dilukai, akan mengeluarkan getah berwarna
putih, encer, rasanya pahit dan kelat, tetapi lama-kelamaan terasa
manis, baunya sangat menyengat serta beracun.
d. Kandungan kimia Biduri
1) Flavonoid
Flavonoid adalah suatu keluarga besar berasal dari
metabolit sekunder tanaman yang memiliki berbagai fungsi
biologis yang menakjubkan dan berbeda. Diantaranya, aktivitas
antioksidan dan antibakteri, dan dapat menghambat pendarahan
pada kulit (Sukadana, 2009).
2) Tanin
Tanin merupakan senyawa organik yang terdiri dari
campuran senyawa polifenol kompleks. Tanin tersebar dalam
setiap tanaman yang berbatang. Tanin berada dalam jumlah
tertentu, biasanya berada pada bagian yang spesifik tanaman
seperti daun, buah, akar dan batang. Tanin merupakan senyawa
kompleks, biasanya merupakan campuran polifenol yang sukar
7
dalam air dan lemak serta dapat bereaksi dengan vitamin C dan E
(Anief,1997)
8. Ektraksi
a. Pengertian ekstraksi
Ekstraksi adalah teknik pemisahan suatu senyawa berdasarkan
perbedaan distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang saling
bercampur. Pada umumnya zat terlarut yang diekstrak bersifat tidak
larut atau larut sedikit dalam suatu pelarut tetapi mudah larut dengan
pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat ditemukan oleh tekstur
kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan senyawa-senyawa
yang akan diisolsi (Harbone, 1996).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen
kimia yang terdapat pada bahan alam. Ektraksi ini didasarkan pada
prinsip perpindahan masa komponen zat ke dalam pelarut, perpindahan
mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi ke dalam
pelarut.
b. Macam-Macam Ekstraksi
1) Ekstraksi Secara Dingin
Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan Selama proses
ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya
senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasan. Jenis ekstraksi
dingin adalah maserasi dan perkolasi (Anonim, 1986).
a) Metode Maserasi
Maserasi berasal dari bahasa latin “macerare” yang artinya
“merendam”, merupakan proses paling sederhana sehingga
obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam
menstrum sampai meresap dan melunak susunan selnya
sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel,1989)
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana.
Mekanisme maserasi adalah dengan merendam serbuk
10
baik, etanol 70% dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan,
panas yang diperlukan untuk pemekatan yang lebih sedikit.
Etanol 70% tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan
memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Keuntungan lain dari etanol
70% mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim. Etanol
70% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal,
dimana bahan penganggu hanya skala kecil yang turun kedalam cairan
pengekstraksi (Kementerian Kesehatan RI,1986).
11. Luka
a. Luka Sayat
Luka sayat adalah luka yang terjadi karena teriris oleh instrumen
yang tajam (Berman, 2009).
b. Penyembuhan Luka
Tindakan yang dapat dilakukan pada luka sayat adalah dengan
memberikan terapi local dengan tujuan mendapatkan kesembuhan
secepat mungkin, sehingga jumlah jaringan fibrosis yang terbentuk
akan sedikit dan dengan demikian mengurangi jaringan parut.
Diusahakan pula pencegahan terjadinya peradangan yang merupakan
hambatan paling besar terhadap kecepatan penyembuhan (Ancel,
1989)
Proses penyembuhan luka yang dibagi dalam tiga fase yaitu fase
inflamasi, proliferasi dan penyudahan jaringan.
1. Fase inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari
ke tiga. Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan
pendarahan dan tubuh akan berusaha menghentikan dengan
vasokontriksi. Hemostatis terjadi karena trombosit yang keluar dari
pembuluh darah saling melengket dan bersama dengan fibrin yang
terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.
16
2. Fase proliferasi
Fase poliferasi disebut juga fibroblasias karena yang
menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Pada fase ini serat
dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyusaian diri dengan
tegangan pada luka yang cendrung mengerut. Sifat ini, bersama
dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada
tepi luka. Pada ahirnya fase ini kekuatan regangan luka mencapai
25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan
kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan
antar molekul. Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi fibroblast,
dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan
permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi.
Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya
dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi
oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis.
Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau
datar, sebab epitel tidak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi.
Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan
menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan
luka, proses fibroblasia dengan pembentukan jaringan granulasi
juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase
penyudahan.
3. Fase penyudahan
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari
penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan dan
akhirnya terbentuk kembali jaringan yang baru. Tubuh berusaha
menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena
proses penyembuhan. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut
yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar.
Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini,
17
sifat produksi dan karakteristik reproduksi mirip hewan lain, seperti sapi,
kambing, domba, dan babi (Molole dan Pramono, 1989).
Berbagai keunggulan mencit seperti cepat berkembangbiak, mudah
dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya tinggi, serta sifat
anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik. Di samping itu,
penanganan dan pemeliharaan mencit dapat dilakukan dengan mudah
karena tubunya kecil, sehat, bersih, kemampuan reproduksi tinggi dengan
masa kehamilan singkat, serta memiliki karakteristik produksi dan
reproduksi yang mirip dengan mamalia lainnya. Mencit rumah dapat
bertahan hidup selama 1-2 tahun dengan masa kehamilan 19-21 hari.
Mencit merupakan mamalia yang mempunyai peranan penting bagi
manusia untuk tujuan ilmiah karena memiliki daya adaptasi yang baik.
Mencit yang banyak digunakan sebagai hewan model laboraturium dan
peliharaan adalah mencit putih (Suhada, 2016).
19
F. Kerangka Konsep
Tanaman biduri
Batang
Getah
Ekstraksi secara
Etanol 70%
maserasi
Evaporasi
Uji Efektivitas
Keterangan
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
G. Hipotesis
Adapun hipotesis yang dapat di ambil dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ha: Ekstrak etanol Getah Biduri (Calotropis gigantea) efektif untuk
menyembuhkan luka sayat pada kulit punggung mencit (Mus musculus).
Ho: Ekstrak etanol Getah Biduri (Calotropis gigantea) tidak efektif untuk
menyembuhkan luka sayat pada kulit punggung mencit (Mus musculus).
H. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang menjelaskan
bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel
(Nursalam, 2008). Ekstrak Getah Biduri adalah jumlah sediaan yang pekat
yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari tanaman biduri
menggunakan pelarut yang sesuai yaitu etanol 70%.
a. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi
zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai (Depkes RI, 1995).
b. Etanol
Etanol adalah sejenis cairan mudah menguap, jernih tidak berwarna.
Bau khas dan menyebabkan luka terbakar pada lidah (Ditjen POM, 1995).
c. Tanaman Biduri (Calotropis gigantea)
Tanaman Biduri merupakan semak tegak dengan tinggi 0,5-3 m.
Biduri banyak ditemukan di daerah bermusim kemarau panjang, seperti
padang rumput yang kering, lereng-lereng gunung yang rendah dan pantai
berpasir (Dalimarta, 2003).
d. Mencit (Musmusculus)
Mencit Mus musculus merupakan hewan yang paling banyak digunakan
sebagai hewan model laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40-
80%.
e. Luka Sayat
Luka sayat adalah luka yang terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam (Berman, 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN
J. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini yang di gunakan adalah esperimental laboratorium.
penelitian eksperimental adalah penelitian dengan melakukan kegiatan
percobaan yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul
akibat dari adanya perlakuan tertentu (Rini puspitasari, dkk).
Sesuai dengan teori di atas jenis penelitian yaitu dengan cara
mengelompokkan getah biduri (10%, 20%, 30%,dan 40%) lalu diberi
perlakuan kepada hewan uji (mencit).
K. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian: Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Biologi
“Politeknik Medica Farma Husada” Mataram dan Laboraturium
Imunobiologi Fakultas MIPA Universitas Mataram.
2. Waktu Penelitian: Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2018.
L. Variabel
a. Variabel
Variabel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu:
a. Variabel bebas (Variabel independent)
Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan
variabel lainnya (Nursalam, 2008) sebagai variabel independen dalam
penelitian ini adalah Ektrak Etanol Getah Biduri (Calotropis gigantea).
b. Variabel terikat (Variabel dependen)
Menurut (Nursalam 2008) variabel dependen adalah variabel yang
dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel respons
akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain.
Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang
diamati dari suatu organisme yang dikenal stimulus. Dengan kata lain,
variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk
menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas.
21
22
k. Toples kaca
l. Pot urin
2. Bahan
a. Etanol 70%
b. Getah Biduri (Calotropis gigantea)
c. Mencit (20 ekor)
d. Aquades
e. Bioplasenton
3. Tahap penyiapan
a. Penyiapan simplisia
1) Pengumpulan Getah Biduri
Getah Biduri didapat dengan cara memotong batangnya.
2) Pemilihan Getah Biduri
Getah Biduri yang diambil adalah getah yang berwarna putih.
b. Penyiapan Alat dan Bahan
Seluruh alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitian ini harus
dicuci bersih lalu dikeringkan.
c. Pembuatan Ekstrak Etanol Getah Biduri (Calotropis gigantea).
a.) Wadah maserasi berupa toples dicucui bersih, dikeringkan dan
dibilas dengan etanol.
b.) Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 70%.
c.) Kemudian getah biduri didapat dengan cara memotong batangnya.
d.) Getah yang didapat direndam dalam etanol 70%.
e.) Setelah itu disimpan selama 3 hari dan terlindung dari cahaya
matahari langsung.
f.) Selanjutnya disaring dengan kertas penyari dan diambil ekstrak
kentalnya dan dilakukan evaporasi sampai didapat ekstrak kental.
g.) Proses ini memerlukan waktu kurang lebih selama 5 jam.
24
Konsentrasi Ekstrak
Tabel 3.2 Rata-rata persentasi penyembuhan luka sayat pada mencit sejak
hari ke-1 sampai dengan hari ke-7
P. Alur Kerja
Studi Pustaka
Studi Pendahuluan
Ekstraksi Secara
Maserasi
Evaporasi
Ekstrak Kental
11
Kelompok II. 20%
Q. Analisis Data
Data penelitian menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif, analisis
kualitatif yaitu dengan cara menguji ekstrak etanol getah biduri yang
dihasilkan. Sedangkan kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung rata-rata
dari ekstrak etanol yang diuji.
R. Jadwal Penelitian
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
No Jenis kegiatan Bulan
November Desember April Mei Juni
1 Penyusunsn proposal
2 Seminar proposal
3 Penelitian dan analisa
data
4 Penyusunan KTI
(Karya tulis ilmiah)
5 Ujian KTI (Karya
tulis ilmiah)
6 Revisi KTI (Karya
tulis ilmiah)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan pada Laboratutium Imunobiologi Fakultas
MIPA Universitas Mataram dan Laboraturium Biologi Politeknik Medica
Farma Husada Mataram yang berjudul efektivitas ekstrak etanol getah biduri
(Calotropis gigantea) dalam menyembuhkan luka sayat pada kulit punggung
mencit (Mus musculus).
1. Pengumpulan Bahan dan Ekstraksi
Getah dikumpulkan sebanyak 200 ml didapatkan dengan cara memotong
batangnya kemudian dikumpulkan dalam wadah. Getah yang didapat
kemudian dimaserasi dalam etanol 70% sebanyak 1 liter, selama 3 hari dan
terlindung dari cahaya matahari langsung. Selanjutnya getah disaring
dengan menggunakan kertas penyari dan diperoleh filtrate sebanyak 500
ml. Kemudian filtrate tersebut dipekatkan dengan menggunakan vacum
28
29
Dengan hasil persentase penyembuhan luka sayat dari bahan dasar ekstrak,
ekstrak getah biduri (Calotropis gigantea) 10%, 20%, 30%, dan ekstrak getah
biduri (Calotropis gigantea) 40% selama 3 hari pengamatan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut.
Hari pengamatan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Persentase Penyembuhan Rata-Rata Diameter Luas Luka Sayat
Pada Mencit Dari Hari Ke-1 Sampai Hari Ke-3.
Konsentrasi Ekstrak
Ekstrak Ekstrak Ekstrak Ekstrak
Kontrol
Kontrol positif Getah Getah Getah Getah
Hari Negatif
(Bioplasenton) Biduri Biduri Biduri Biduri
(Aquades)
(%) 10% 20% 30% 40%
(%)
(%) (%) (%) (%)
H1 0 25 25 35 35 40
H2 10 35 35 40 45 50
H3 15 100 100 100 100 100
Rata 8,3 53,3 53,3 58,3 60 63,3
-
Rata
30
20
Ekstrak Getah Biduri 30% (%)
0
H1 H2 H3
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.908 5 12 .167
B. Pembahasan
Pada penelitian ini uji efektivitas penyembuhan luka sayat dilihat dari
penurunan diameter luas luka sayat. Perlakuan terhadap kelompok kontrol
negatif memberikan dampak penyembuhan paling lama jika diperhatikan
ukuran diameter dan keadaan luka sayat dibandingkan dengan kelompok
perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan pada kontrol negatif tidak terkandung
zat aktifyang dapat membantu proses penyembuhan luka sayat.Luka dikatakan
sembuh dapat dilihat berdasarkan indicator hilangnya kemerahan,
pembengkakan dan tertutupnya luka (Irmanthea, 2007).
Dari hasil uji SPSS dinyatakan data terdistribusi normal dan homogen,
tetapi setelah diuji dengan Uji annova hasilnya tidak signifikan.Hal tersebut
dapat disebabkan karena rentan konsentrasi yang dibuat terlalu dekat.
32
Pada hari ke-3 pada kelompok kontrol negatif terlihat luka sudah mulai
terkelupas pada bagian dindingnya namun diameter luas luka sayatnya
berkurang dari hari ke-1 sampai hari ke-3 hanya (1,7). Pada kelompok 1
(Getah Biduri (Calotropis gigantea) 10% terlihat luka sayat sudah mulai
terkelupas pada bagian dinding dan dari hari ke-1 sampai hari ke-3 terlihat
luka sayatnya berkurang masing-masing (0) begitu juga dengan kelompok 2
(Getah Biduri (Calotropis gigantea) 20% terlihat lukanya sudah kering,
kelompok 3 (Getah Biduri (Calotropis gigantea) 30% terlihat luka sayatnya
sudah
Terkelupas pada bagian tengah maupun dinding dari hari ke-1 sampai hari
ke-3 perubahan diameter luas luka sayatnya berkurang masing-masing (0), dan
kelompok 4 (Getah Biduri (Calotropis gigantea) 40% terlihat luka sayatnya
dari hari ke-1 sampai hari ke-3 semakin mengecil dan semakin membaik
dengan terkelupasnya keropeng
Pada bagian tengah maupun dinding dan berkurangnya diameter luas Luka
sayatnya setiap harinya masing-masing (0). Pengujian selanjutnya adalah Uji
SPSS menggunakan metode uji Levene test diperoleh hasil Uji homogeny
dengan signifikan > 0,05. Dapat dilihat pada tabel 4.4 bahwa data signifikan >
0,05 pada setiap perlakuan maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Namun pada tabel 4.5 Uji
34
Annova dengan SPSS, 353 > 0,05 setiap perlakuan tidak ada perbedaan nyata
antara rata-rata hitung n kelompok. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang
digunakan kurang bervariasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ekstrak Getah Biduri (Calotropis gigantea) efektif dalam mengobati luka
sayat karena berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan selama 3 hari
dengan memberikan luka sayat pada mencit jantan terlihat adanya perubahan
dari hari ke-1 sampai hari k-3 mulai adanya perubahan diameter luas luka
sayatnya setiap hari selalu berkurang, terbentuknya keropeng, luka sayatnya
mengering sampai terkelupasnya keropeng dengan persentase kesembuhan
mencapai 100% di hari ke-3, dan kadar yang paling efektif dari pemberian
ekstrak Getah Biduri (Calotropis gigantea) yaitu dapat dilihat dari kadar
penyembuhan luka sayat dengan persentase 30% dan 40% yaitu 60% dan
63,3%.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan peneletian yang telah dilakukan
adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Efektivitas ekstrak
etanol getah biduri (Calotropis gigantea) dalam mengobati luka sayat pada
kulit punggung mencit jantan (Mus muscullus)” dengan menggunakan sediaan
salep maupun krim dengan waktu penyembuhan yang lebih lama.Dan
sebaiknya menggunakan konsentrasi yang lebih bervariasi dengan rentan
konsentrasi yang lebih besar.
35
DAFTAR PUSTAKA