Anda di halaman 1dari 1

Saintica Luthfia Utama 1806193823

Proses Penemuan Obat dalam Perspektif Sejarah

Perubahan Proses Penemuan Obat

Obat mulai dikembangkan saat ilmu kimia telah matang yang memungkinkan prinsip dan metodenya
diterapkan pada masalah di luar kimia itu sendiri. Dimulai dari ditemukannya hipotesis Avogadro, teori asam
basa,teori benzena hingga munculnya kemoterapi serta kimia analitik dan kimia alat medis. Penemuan obat merupakan
sebuah pengembagan lintasdisiplin ilmu yakni ilmu kimia dan farmakologi.

Pengaruh Teknologi pada Penemuan Obat

Selama awal pertengahan abad ke-20, penemuan obat dipengaruhi oleh beberapa teknologi baru. Diantaranya
seperti penemuan penisilin pada tahun 1929 oleh Alexander Fleming, lalu dikembangkan pada thaun 1938 oleh Chain,
Howard Florey, dan kolaboratornya , dimana penisilin dapat digunakan untuk melisiskan staphylococcus. Selama
tahun 1877 sampai 1939 ditemukan sejumlah antibioktik. Peenemuan-penemuan ini membuka jalan baru untuk
pengembangan obat terutama pada teknologi mikrobiologi.

Biokimia juga berpengaruh dalam pengembangan obat. Konsep utama yang diperkenalkan oleh biokimia
adalah mengenai enzim dan reseptor, yang secara empiris merupakan target obat yang baik. Sebagai contoh
sulfanilamida dapat menimbulkan inhibitor carboanhydrase yang lebih baik, seperti acetazolamide dan dapat
menyebabkan diuretic yang lebih efektif seperti hidrolorotiazid. Contoh lain misalnya gagasan tentang penemuan
reseptor sebagai agen kemoterapi yang diusulkan oleh Paul Ehrlich yang selanjutnya dikembangkan konsep oleh J.N
Langrey pada 1905 yang menyatakan bahwa reseptor berfungsi sebagai saklar yang menerima dan menghasilkan
sinyal spesifik dan dapat diblokir oleh antagonis.

Pengaruh Biologi Molekuler pada Penemuan Obat

Adanya ilmu kimia, farmakologi, mikrobiologi dan biokimia membantu penemuan obat baru yang bukan
hanya ditinjau dari segi kimia namun juga dari sudut pandang biologi. Biologi molekuler memiliki pengaruh besar
dalam penemuan obat karena informasi genetika dapat digunakan sebagai informasi dan data yang diperlukan dalam
pengobatann. Demikian juga dalam pengobatan-pengobatan kelainan genetika. Misalnya, dengan mengetahui ekspresi
gen yang dapat mengkode protein yang bermanfaat dalam memberikan efek terapeutik. Selain itu ilmu biologi
molekuler juga dapat dipahami untuk menentukan target molekul optimal untuk intervensi obat.

Bentuk Institusi yang Mampu dengan Baik Mengawal Proses Penemuan Obat

Intitusi yang baik dalam mengawal penemuan obat adalah institusi yang beragam dan juga fleksibel. Hal ini
karena penemuan obat berlangsung secara rumit. Apabila terdapat batasan ilmu pada industri farmasi, maka proses
penemuan obat akan berlangsung lama dan tidak efisien. Munculnya industri biotek sebagai industri penemuan serta
terbentuknya banyak organisasi kontrak penelitian menunjukkan bahwa pasar bebas akan mampu menghasilkan
instrument teknis dan kelembagaan yang diperlukan untuk menerapkan kemajuan ilmiah sebagai salah satu solusi
sosial.

Komentar

Penemuan obat merupakan wujud penerapan dari kolaraborasi antara ilmu kimia dan biologi. Satu bidang ilmu
akan saling terkait dengan bidang ilmu lainnya dan saling berpengaruh. Maka dari itu dibutuhkan institusi yang
beragam dan fleksibel dalam mengawal penemuan obat ini agar nantinya penemuan-penemuan obat ini dapat menjadi
suatu pengembangan kemajuan ilmiah akan bermanfaat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan sosial yang ada
terkait dengan dunia kefarmasian.

Drew, Jurgen et al. 2009. Drug Discovery: A Historical Perspective. Science 287, 1960 (2000). DOI: 0.1126/science.287.5460.1960

Anda mungkin juga menyukai