Disusun oleh :
Clarisa Dian Saputra Universitas Sanata Dharma
Mawar Dwi Yulianti Universitas Padjadjaran
Pembimbing:
Dra. Rina Winarni, M.Farm., Apt.
1
h. Monitoring efek samping obat
i. Evaluasi peggunaan obat
j. Dispensing sediaan steril
k. Pemantauan kadar obat dalam darah.
2
B. MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO) BULAN APRIL -
JULI 2017
3
Tabel 1. Kategori Efek Samping Obat bulan Oktober 2016 - Juli 2017 di
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung
1. Mual 20. Nyeri lambung
2. Demam 21. Nyeri badan
3. Pusing 22. Nyeri kaki
4. Muntah 23. Nyeri perut
5. Pegal 24. Nyeri telinga
6. Lemas 25. Kesemutan
7. Batuk 26. Keram
8. Batuk berdahak 27. Kulit bruntus
9. Sesak nafas 28. Sulit tidur
10. Pilek 29. Panas dada
11. Telinga berdengung 30. BAB darah
12. Hipokalsemia 31. Tidak nafsu makan
13. Hipokalemia 32. Mudah lelah
14. Hipomagnesemia 33. Jerawat
15. Gatal 34. Punggung panas
16. Pegal linu 35. Asam Urat
17. Nyeri dada 36. Cemas
18. Nyeri sendi 37. Haid tidak lancar
19. Nyeri punggung 38. Sakit kepala
Berdasarkan hasil kegiatan MESO pada bulan Oktober 2016 hingga Juli
2017, menunjukkan bahwa total kejadian efek samping obat sebanyak 669 kasus.
Kasus efek samping obat paling banyak terjadi pada bulan Maret 2017 sebanyak
92 kasus. Adapun kategori efek samping obat yang paling sering terjadi selama
bulan Oktober 2016 - Juli 2017 adalah kejadian mual (151 kasus) dan pusing (142
kasus). Berdasarkan data kejadian efek samping tersebut, diasumsikan bahwa
sebagian besar disebabkan akibat penggunaan dari regimen pengobatan TB-MDR,
yaitu Pyrazinamid, Levofloxacin, Ethionamid, Cycloserin, vitamin B6, dan
Etambutol. Hal ini juga diperkuat oleh literatur yang menyatakan bahwa
4
kombinasi obat TB-MDR pada umumnya, setelah pemberian obat pasien sering
merasakan mual dan muntah, dimana efek samping ini terjadi pada minggu-
minggu awal pengobatan dan biasanya mereda seiring dengan berjalannya waktu
dan penggunaan obat tambahan. Ethionamid, ethambutol, dan levofloksasin
mempunyai sifat asam sehingga mempunyai pengaruh yang kuat terdapat sistem
gastrointestinal. Selain mual dan muntah, ethionamid, ethambutol, dan
levofloksasin juga mempunyai efek samping lain, yaitu pusing dan vertigo (Rusdi,
2011). Mual dan muntah merupakan efek samping yang tersering pada kasus TB-
MDR, juga ditemukan pada penelitian Shin dkk.(2007) sebanyak 75,4% dan pada
penelitian yang dilakukan oleh Reviono dkk.(2014) sebanyak 79,8%.
Efek samping keluhan mual dan muntah ini yang paling sering
menyebabkan penambahan obat-obat simtomatis tanpa harus mengubah regimen
terapi sebelumnya. Efek samping terapi MDR-TB pada gangguan gastrointestinal
pada penelitian ini diberikan obat simtomatis antara lain ranitidin, omeprazol,
sukralfat, ondansentron, atau metoklorpramid berdasarkan respons klinis
(Reviono dkk., 2014).
Setelah dilakukan kegiatan monitoring efek samping obat oleh pihak Rumah
Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, kemudian dilakukan pelaporan kejadian efek
samping obat ini terhadap Pusat MESO Nasional / Farmakovigilans Nasional di
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Adapun faktor yang
perlu diperhatikan terkait dengan pelaporan MESO antara lain:
a. kerjasama dengan Komite / Tim Farmasi dan Terapi dan ruang rawat; dan
5
C. EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO) ANTIBIOTIK BULAN
APRIL JULI 2017
6
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ORAL 5 TERBANYAK (APR
- JUL'17)
12,000
10,000
8,000
6,000 April
4,000
2,000 Mei
0
Juni
Juli
7
Di rumah sakit, penggunaan antibiotik yang tidak perlu atau berlebihan
mendorong berkembangnya resistensi dan multipel resisten terhadap bakteri
tertentu yang akan menyebar melalui infeksi silang. Terdapat hubungan antara
penggunaan (atau kesalahan penggunaan) antibiotik dengan timbulnya resistensi
bakteri penyebab infeksi nosokomial. Resistensi tidak dapat dihilangkan, tetapi
dapat diperlambat melalui penggunaan antibiotik yang bijak. Hal tersebut
membutuhkan kebijakan dan program pengendalian antibiotik yang efektif.
Penggunaan antibiotik yang terkendali dapat mencegah munculnya
resistensi antimikroba dan menghemat penggunaan antibiotik yang pada akhirnya
akan mengurangi beban biaya perawatan pasien, mempersingkat lama perawatan,
penghematan bagi rumah sakit serta meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit
(Kemenkes RI, 2011). Oleh sebab itu penting untuk melakukan evaluasi
penggunaan antibiotik, salah satunya dengan cara mengetahui jumlah penggunaan
antibiotik di Rumah Sakit. Berdasarkan data penggunaan antibiotik yang
diperoleh dari bulan April Juli 2017, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Penggunaan Antibiotik di Depo Rawat Inap Bulan April - Juli 2017
JUMLAH PASIEN
CAPAIAN YANG
BULAN JUMLAH MENGGUNAKAN
NO BAGIAN
PASIEN ANTIBIOTIK
N %
APRIL 405 0,39 39
MEI 438 0,36 36
1 BAGIAN ANAK
JUNI 334 0,29 29
JULI 390 0,39 39
APRIL 538 0,63 63
BAGIAN MEI 572 0,66 66
2
OBGYN JUNI 538 0,67 67
JULI 533 0,71 71
APRIL 721 0,24 24
BAGIAN MEI 536 0,61 61
3
BEDAH JUNI 663 0,61 61
JULI 1098 0,46 46
APRIL 489 0,45 45
BAGIAN
MEI 531 0,44 44
4 PENYAKIT
JUNI 393 0,32 32
DALAM
JULI 512 0,45 45
8
Perhitungan persentase pasien yang menggunakan antibiotik dari bulan
April hingga Juli 2017, dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Data tersebut diambil di 4 (empat) depo rawat inap yaitu depo anak, depo
obgyn, depo penyakit dalam, depo bedah.
9
Daftar Pustaka
Rusdi, N.K., 2011. Gambaran Efek Samping Kombinasi Obat dan Kesesuaian
Dosis Pada Pasien Multiple Drug Resistance Tuberculosis (TB MDR) Di
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Tahun 2010. Farmasains. 1 (4):
198 - 202.
Shin SS, Pasechnikov AD, Gelmanova IY, Peremitin GG, Strelis AK, and
Mishustin S, dkk., 2007. Adverse Reactions Among Patients Being Treated
For MDR-TB in Tomsk, Russia. Int J Tuberc Lung Dis.11(12):1314 - 1320
10
Lampiran 1. Hasil MESO Bulan Oktober 2016 - Juli 2017
Tabel 1. Angka kejadian efek samping obat Oktober 2016 - Juli 2017.
Jumlah
No. Efek Samping Jumlah
Okt Nov Des Jan Feb Mar April Mei Juni Juli
1 Mual 20 22 13 4 12 18 11 15 20 16 151
2 Demam 0 0 0 0 1 2 0 0 1 1 5
3 Pusing 19 23 12 8 9 12 12 14 18 15 142
4 Muntah 4 6 10 4 3 9 6 4 2 2 50
5 Pegal 2 2 10 6 13 11 13 8 12 9 86
6 Lemas 1 0 1 0 1 3 2 3 4 1 16
7 Batuk 0 0 1 3 3 0 0 0 0 0 7
8 Batuk berdahak 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
9 Sesak napas 0 0 0 0 4 0 2 1 0 1 8
10 Pilek 0 0 2 0 1 1 0 0 0 0 4
11 Telinga berdengung 0 0 2 3 2 6 4 3 1 0 21
12 Hipokalsemia 0 3 0 0 0 2 1 2 2 2 12
13 Hipokalemia 0 3 0 0 0 2 2 2 3 2 14
14 Hipomagnesemia 0 3 0 0 0 1 2 2 2 2 12
15 Gatal 1 0 5 1 0 2 1 0 0 0 10
16 Pegal linu 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
17 Nyeri dada 0 0 0 1 3 1 4 4 2 0 15
18 Nyeri sendi 10 10 4 3 0 3 2 1 0 5 38
19 Nyeri lambung 1 1 1 1 0 5 0 0 1 0 10
20 Nyeri badan 0 1 0 0 0 2 0 2 0 1 6
21 Nyeri kaki 0 0 0 0 0 2 2 1 0 0 5
22 Nyeri perut 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2
23 Nyeri telinga 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 3
24 Kesemutan 1 0 0 0 1 2 0 0 2 1 7
25 Keram 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
26 Kulit bruntus 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 6
27 Sulit tidur 0 0 0 0 0 2 3 0 0 5 10
28 Panas dada 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 4
29 BAB darah 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
30 Tidak nafsu makan 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
31 Mudah lelah 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2
32 Jerawat 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 4
33 Punggung panas 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3
34 Asam urat 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2
35 Cemas 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
36 Haid tidak lancar 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
37 Sakit Kepala 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
38 Nyeri Punggung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Jumlah 64 76 67 36 56 92 70 65 72 66 664
11
Gambar 1. Grafik Efek Samping Obat Bulan Oktober 2016 - Juli 2017.
12
13
Lampiran 2. Hasil EPO Antibiotik Bulan April Juli 2017
14
Tabel 3. Penggunaan Antibiotik 5 Terbanyak (Injeksi) Bulan Mei 2017
15
Tabel 6. Penggunaan Antibiotik 10 Terbanyak (Tablet) Bulan Juli 2017
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
-
16
Tabel 8. Penggunaan Antibiotik 5 Terbanyak (Tablet) Bulan Mei 2017
17
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ORAL 5 TERBANYAK (APR -
JUL'17)
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000 April
2,000
Mei
0
Juni
Juli
Gambar 4. Grafik Penggunaan Antibiotik Oral 5 Terbanyak Bulan April Juli 2017
18