Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

MESO (OKTOBER 2016 JULI 2017) DAN


EPO ANTIBIOTIK (APRIL JULI 2017)

Disusun oleh :
Clarisa Dian Saputra Universitas Sanata Dharma
Mawar Dwi Yulianti Universitas Padjadjaran

Pembimbing:
Dra. Rina Winarni, M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
2017
A. DEFINISI RUMAH SAKIT

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009,


Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna dengan memberikan pelayanan secara langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit itu sendiri merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pelayanan farmasi klinik.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta
pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan
langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan
outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat,
untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien
(quality of life) terjamin. Pelayanan farmasi klinik rumah sakit meliputi :
a. Pengkajian dan pelayanan resep
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
c. Rekonsiliasi obat
d. Pelayanan informasi obat
e. Konseling
f. Visite
g. Pemantauan terapi obat

1
h. Monitoring efek samping obat
i. Evaluasi peggunaan obat
j. Dispensing sediaan steril
k. Pemantauan kadar obat dalam darah.

2
B. MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO) BULAN APRIL -
JULI 2017

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) adalah kegiatan pemantauan setiap


respon individual terhadap suatu obat yang diberikan pada dosis lazim baik
digunakan untuk tujuan profilaksis, diagnosa ataupun terapi. Efek samping obat
merupakan reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi obat tersebut. Tujuan dari kegiatan MESO adalah:
a. menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal, frekuensinya jarang;
b. menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru
saja ditemukan;
c. mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan / mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO;
d. meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki; dan
e. mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
Kegiatan pemantauan dan pelaporan monitoring efek samping obat (MESO)
menurut Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit terdiri dari:
a. mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki (ESO);

b. mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi


mengalami ESO;

c. mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo;

d. mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Tim / Sub Komite / Tim


Farmasi dan Terapi;

e. melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional


Pelaksaan kegiatan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dilakukan di
setiap rumah sakit tidak terkecuali Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Kegiatan monitoring evaluasi obat yang telah dilakukan yaitu pada bulan Oktober
2016 hingga Juli 2017. Berdasarkan data MESO, terdapat 38 kategori kejadian
efek samping obat (Lampiran 1).

3
Tabel 1. Kategori Efek Samping Obat bulan Oktober 2016 - Juli 2017 di
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung
1. Mual 20. Nyeri lambung
2. Demam 21. Nyeri badan
3. Pusing 22. Nyeri kaki
4. Muntah 23. Nyeri perut
5. Pegal 24. Nyeri telinga
6. Lemas 25. Kesemutan
7. Batuk 26. Keram
8. Batuk berdahak 27. Kulit bruntus
9. Sesak nafas 28. Sulit tidur
10. Pilek 29. Panas dada
11. Telinga berdengung 30. BAB darah
12. Hipokalsemia 31. Tidak nafsu makan
13. Hipokalemia 32. Mudah lelah
14. Hipomagnesemia 33. Jerawat
15. Gatal 34. Punggung panas
16. Pegal linu 35. Asam Urat
17. Nyeri dada 36. Cemas
18. Nyeri sendi 37. Haid tidak lancar
19. Nyeri punggung 38. Sakit kepala

Berdasarkan hasil kegiatan MESO pada bulan Oktober 2016 hingga Juli
2017, menunjukkan bahwa total kejadian efek samping obat sebanyak 669 kasus.
Kasus efek samping obat paling banyak terjadi pada bulan Maret 2017 sebanyak
92 kasus. Adapun kategori efek samping obat yang paling sering terjadi selama
bulan Oktober 2016 - Juli 2017 adalah kejadian mual (151 kasus) dan pusing (142
kasus). Berdasarkan data kejadian efek samping tersebut, diasumsikan bahwa
sebagian besar disebabkan akibat penggunaan dari regimen pengobatan TB-MDR,
yaitu Pyrazinamid, Levofloxacin, Ethionamid, Cycloserin, vitamin B6, dan
Etambutol. Hal ini juga diperkuat oleh literatur yang menyatakan bahwa

4
kombinasi obat TB-MDR pada umumnya, setelah pemberian obat pasien sering
merasakan mual dan muntah, dimana efek samping ini terjadi pada minggu-
minggu awal pengobatan dan biasanya mereda seiring dengan berjalannya waktu
dan penggunaan obat tambahan. Ethionamid, ethambutol, dan levofloksasin
mempunyai sifat asam sehingga mempunyai pengaruh yang kuat terdapat sistem
gastrointestinal. Selain mual dan muntah, ethionamid, ethambutol, dan
levofloksasin juga mempunyai efek samping lain, yaitu pusing dan vertigo (Rusdi,
2011). Mual dan muntah merupakan efek samping yang tersering pada kasus TB-
MDR, juga ditemukan pada penelitian Shin dkk.(2007) sebanyak 75,4% dan pada
penelitian yang dilakukan oleh Reviono dkk.(2014) sebanyak 79,8%.
Efek samping keluhan mual dan muntah ini yang paling sering
menyebabkan penambahan obat-obat simtomatis tanpa harus mengubah regimen
terapi sebelumnya. Efek samping terapi MDR-TB pada gangguan gastrointestinal
pada penelitian ini diberikan obat simtomatis antara lain ranitidin, omeprazol,
sukralfat, ondansentron, atau metoklorpramid berdasarkan respons klinis
(Reviono dkk., 2014).
Setelah dilakukan kegiatan monitoring efek samping obat oleh pihak Rumah
Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, kemudian dilakukan pelaporan kejadian efek
samping obat ini terhadap Pusat MESO Nasional / Farmakovigilans Nasional di
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Adapun faktor yang
perlu diperhatikan terkait dengan pelaporan MESO antara lain:
a. kerjasama dengan Komite / Tim Farmasi dan Terapi dan ruang rawat; dan

b. ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

5
C. EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO) ANTIBIOTIK BULAN
APRIL JULI 2017

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72


Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian, Evaluasi Penggunaan Obat
(EPO) merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan
berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif. Adapun Tujuan EPO yang
dilakukan di rumah sakit yaitu:
a. mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat;

b. membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu;

c. memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat; dan

d. menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.


Kegiatan praktek EPO yaitu melakukan evaluasi pengggunaan obat secara
kualitatif dan kuantitatif dengan memperhatikan faktor-faktor seperti indikator
peresepan, indikator pelayanan serta indikator fasilitas. Kegiatan Evaluasi
Penggunaan Obat (EPO) yang dilakukan di rumah sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung salah satunya pada penggunaan obat antibiotika di instalasi rawat inap.
Adapun ruangan yang diambil data EPO adalah ruang kemuning, ruang kenanga,
ruang kana, ruang alamanda, dan ruang fresia.
Evaluasi penggunaan antibiotik yang dilakukan oleh Rumah Sakit Dr.
Hasan Sadikin bersifat kuantitatif dengan melihat pola penggunaan antibiotik
terbesar pada masing masing bentuk sediaan serta jumlah pasien pengguna
antibiotik di setiap depo rawat inap. Pengambilan data evaluasi penggunaan obat
ini dilakukan dari bulan April hingga Juli 2017.
Berdasarkan pengamatan pada penggunaan obat antibiotik dari bulan April
hingga Juli 2017, diperoleh hasil bahwa sediaan antibiotik oral yang paling
banyak diresepkan adalah Sefiksime Kaps 100mg, Sefadroksil kaps 500mg,
Siprofloksasin tab 500mg, metronidazole tab 500mg, kloroquin tab 150mg, serta
isoniazid tab 100 mg. Dari data tersebut diketahui bahwa penggunaan sefiksime
kapsul 100 mg merupakan antibiotik dengan penggunaan terbesar di instalasi
rawat inap yaitu sebanyak 35.243 buah.

6
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ORAL 5 TERBANYAK (APR
- JUL'17)
12,000
10,000
8,000
6,000 April
4,000
2,000 Mei
0
Juni
Juli

Gambar 2. Grafik Penggunaan Antibiotik Oral 5 Terbanyak Bulan


April Juli 2017
Sedangkan untuk sediaan antibiotik injeksi yang paling banyak diresepkan
adalah Seftriakson INJ 1g LASA, Metronidazol INF 500 mg/100mL LASA,
Sefotaksim INJ 1g LASA, Seftazidim INJ 1g LASA, Meropenem INJ 1g,
Gentamisin INJ 80 mg/2mL LASA, Levofloksasin INF 500 mg/100mL. Dari data
tersebut diketahui bahwa penggunaan seftriakson INJ 1 g LASA merupakan
antibiotik dengan penggunaan terbesar di instalasi rawat inap yaitu sebesar 26.023
buah. data hasil pengamatan penggunaan antibiotik sediaan oral dan injeksi dapat
dilihat pada lampiran 2.

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK INJEKSI 5 TERBANYAK


(APR - JUL'17)
10,000
8,000
6,000
4,000 April
2,000 Mei
0
Juni
Juli

Gambar 3. Grafik Penggunaan Antibiotik Injeksi 5 Terbanyak Bulan


April Juli 2017

7
Di rumah sakit, penggunaan antibiotik yang tidak perlu atau berlebihan
mendorong berkembangnya resistensi dan multipel resisten terhadap bakteri
tertentu yang akan menyebar melalui infeksi silang. Terdapat hubungan antara
penggunaan (atau kesalahan penggunaan) antibiotik dengan timbulnya resistensi
bakteri penyebab infeksi nosokomial. Resistensi tidak dapat dihilangkan, tetapi
dapat diperlambat melalui penggunaan antibiotik yang bijak. Hal tersebut
membutuhkan kebijakan dan program pengendalian antibiotik yang efektif.
Penggunaan antibiotik yang terkendali dapat mencegah munculnya
resistensi antimikroba dan menghemat penggunaan antibiotik yang pada akhirnya
akan mengurangi beban biaya perawatan pasien, mempersingkat lama perawatan,
penghematan bagi rumah sakit serta meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit
(Kemenkes RI, 2011). Oleh sebab itu penting untuk melakukan evaluasi
penggunaan antibiotik, salah satunya dengan cara mengetahui jumlah penggunaan
antibiotik di Rumah Sakit. Berdasarkan data penggunaan antibiotik yang
diperoleh dari bulan April Juli 2017, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Penggunaan Antibiotik di Depo Rawat Inap Bulan April - Juli 2017
JUMLAH PASIEN
CAPAIAN YANG
BULAN JUMLAH MENGGUNAKAN
NO BAGIAN
PASIEN ANTIBIOTIK
N %
APRIL 405 0,39 39
MEI 438 0,36 36
1 BAGIAN ANAK
JUNI 334 0,29 29
JULI 390 0,39 39
APRIL 538 0,63 63
BAGIAN MEI 572 0,66 66
2
OBGYN JUNI 538 0,67 67
JULI 533 0,71 71
APRIL 721 0,24 24
BAGIAN MEI 536 0,61 61
3
BEDAH JUNI 663 0,61 61
JULI 1098 0,46 46
APRIL 489 0,45 45
BAGIAN
MEI 531 0,44 44
4 PENYAKIT
JUNI 393 0,32 32
DALAM
JULI 512 0,45 45

8
Perhitungan persentase pasien yang menggunakan antibiotik dari bulan
April hingga Juli 2017, dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah pasien yang mendapat antibiotik


% Pasien = x 100%
jumlah total pasien anak

Data tersebut diambil di 4 (empat) depo rawat inap yaitu depo anak, depo
obgyn, depo penyakit dalam, depo bedah.

Persentase Pasien yang Menggunakan Antibiotik


Bulan April 2017-Bulan Juli 2017
80
70
60
50 April
40 Mei
30
Juni
20
Juli
10
0
Bagian Anak Bagian Obgyn Bagian Bedah Bagian Penyakit
Dalam

Gambar 4. Grafik Persentase Pasien yang Menggunakan Antibiotik


Bulan April Juli 2017

Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa penggunaan antibiotik Bulan


April-Juli 2017 dari seluruh depo, yang paling banyak menggunakan antibiotik
adalah dari bagian obgyn yaitu mencapai 71% (pada bulan Juli). Penggunaan
antibiotik pada setiap depo mengalami peningkatan setiap bulannya, kecuali pada
depo bedah yang mengalami penurunan sebanyak 15%. penggunaan antibiotik
terendah terdapat pada depo anak, hal ini dikarenakan pemilihan penggunaan
antibiotik pada anak haruslah memperhatikan manfaat dan resiko (Kemenkes RI,
2011). Dengan dilakukannya evaluasi penggunaan antibiotik ini, diharapkan pihak
rumah sakit dari setiap bagian depo nya dapat memonitoring penggunaan
antibiotik agar kejadian resistensi antibiotik dapat diminimalkan sehingga
pengobatan yang rasional dapat tercapai dan dapat menjamin keamanan pasien.

9
Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang


Rumah Sakit. Jakarta.
Kemenkes RI, 2011. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik.
Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta.
Reviono, Kusnanto, Vicky, Helena, dan Dyah. 2014. Multidrug Resistant
Tuberculosis (MDR-TB): Tinjauan Epidemiologi dan Faktor Risiko Efek
Samping Obat Anti Tuberkulosis. MKB. 46 (4): 189-196.

Rusdi, N.K., 2011. Gambaran Efek Samping Kombinasi Obat dan Kesesuaian
Dosis Pada Pasien Multiple Drug Resistance Tuberculosis (TB MDR) Di
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Tahun 2010. Farmasains. 1 (4):
198 - 202.

Shin SS, Pasechnikov AD, Gelmanova IY, Peremitin GG, Strelis AK, and
Mishustin S, dkk., 2007. Adverse Reactions Among Patients Being Treated
For MDR-TB in Tomsk, Russia. Int J Tuberc Lung Dis.11(12):1314 - 1320

10
Lampiran 1. Hasil MESO Bulan Oktober 2016 - Juli 2017

Tabel 1. Angka kejadian efek samping obat Oktober 2016 - Juli 2017.
Jumlah
No. Efek Samping Jumlah
Okt Nov Des Jan Feb Mar April Mei Juni Juli
1 Mual 20 22 13 4 12 18 11 15 20 16 151
2 Demam 0 0 0 0 1 2 0 0 1 1 5
3 Pusing 19 23 12 8 9 12 12 14 18 15 142
4 Muntah 4 6 10 4 3 9 6 4 2 2 50
5 Pegal 2 2 10 6 13 11 13 8 12 9 86
6 Lemas 1 0 1 0 1 3 2 3 4 1 16
7 Batuk 0 0 1 3 3 0 0 0 0 0 7
8 Batuk berdahak 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
9 Sesak napas 0 0 0 0 4 0 2 1 0 1 8
10 Pilek 0 0 2 0 1 1 0 0 0 0 4
11 Telinga berdengung 0 0 2 3 2 6 4 3 1 0 21
12 Hipokalsemia 0 3 0 0 0 2 1 2 2 2 12
13 Hipokalemia 0 3 0 0 0 2 2 2 3 2 14
14 Hipomagnesemia 0 3 0 0 0 1 2 2 2 2 12
15 Gatal 1 0 5 1 0 2 1 0 0 0 10
16 Pegal linu 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
17 Nyeri dada 0 0 0 1 3 1 4 4 2 0 15
18 Nyeri sendi 10 10 4 3 0 3 2 1 0 5 38
19 Nyeri lambung 1 1 1 1 0 5 0 0 1 0 10
20 Nyeri badan 0 1 0 0 0 2 0 2 0 1 6
21 Nyeri kaki 0 0 0 0 0 2 2 1 0 0 5
22 Nyeri perut 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2
23 Nyeri telinga 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 3
24 Kesemutan 1 0 0 0 1 2 0 0 2 1 7
25 Keram 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
26 Kulit bruntus 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 6
27 Sulit tidur 0 0 0 0 0 2 3 0 0 5 10
28 Panas dada 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 4
29 BAB darah 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
30 Tidak nafsu makan 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
31 Mudah lelah 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2
32 Jerawat 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 4
33 Punggung panas 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3
34 Asam urat 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2
35 Cemas 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
36 Haid tidak lancar 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
37 Sakit Kepala 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
38 Nyeri Punggung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Jumlah 64 76 67 36 56 92 70 65 72 66 664

11
Gambar 1. Grafik Efek Samping Obat Bulan Oktober 2016 - Juli 2017.

12
13
Lampiran 2. Hasil EPO Antibiotik Bulan April Juli 2017

Tabel 1. Penggunaan Antibiotik 10 Terbanyak (Injeksi) Bulan Juli 2017

NAMA - OBAT BENTUK JUMLAH


SEFTRIAKSON INJ 1G LASA I 4,433
METRONIDAZOL INF 500MG/100ML I 2,272
SEFOTAKSIM INJ 1G LASA I 1,202
GENTAMISIN INJ 80MG/2ML LASA I 749
LEVOFLOKSASIN INF 500MG/100ML I 656
SEFAZOLIN INJ 1 G LASA I 533
AMPISILIN INJ 1G LASA I 523
SIPROFLOKSASIN INF 200MG/100ML I 486
SEFTAZIDIM INJ 1G LASA I 467
SEFEPIM INJ 1G I 336

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK 10 TERBANYAK (INJEKSI)


JULI 2017
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
-

Gambar 1. Grafik Penggunaan Antibiotik 10 Terbanyak (Injeksi) Bulan Juli 2017

Tabel 2. Penggunaan Antibiotik 5 Terbanyak (Injeksi) Bulan April 2017

NAMA OBAT BENTUK JUMLAH


SEFTRIAKSON INJ 1G LASA I 7,718
METRONIDAZOL INF 500MG/100ML LASA I 3,694
SEFTAZIDIM INJ 1G LASA I 2,667
SEFOTAKSIM INJ 1G LASA I 1,861
MEROPENEM INJ 1G I 1,775

14
Tabel 3. Penggunaan Antibiotik 5 Terbanyak (Injeksi) Bulan Mei 2017

NAMA OBAT BENTUK JUMLAH


SEFTRIAKSON INJ 1G LASA I 7,046
SEFTAZIDIM INJ 1G LASA I 2,303
METRONIDAZOL INF 500MG/100ML LASA I 2,147
SEFOTAKSIM INJ 1G LASA I 1,981
MEROPENEM INJ 1G I 1,707

Tabel 4. Penggunaan Antibiotik 5 Terbanyak (Injeksi) Bulan Juni 2017

NAMA - OBAT BENTUK JUMLAH


SEFTRIAKSON INJ 1G LASA I 6,826
METRONIDAZOL INF 500MG/100ML LASA I 1,719
SEFTAZIDIM INJ 1G LASA I 1,618
SEFOTAKSIM INJ 1G LASA I 1,551
MEROPENEM INJ 1G I 1,434

Tabel 5. Penggunaan Antibiotik 5 Terbanyak (Injeksi) Bulan Juli 2017

NAMA - OBAT BENTUK JUMLAH


SEFTRIAKSON INJ 1G LASA I 4,433
METRONIDAZOL INF 500MG/100ML LASA I 2,272
SEFOTAKSIM INJ 1G LASA I 1,202
GENTAMISIN INJ 80MG/2ML LASA I 749
LEVOFLOKSASIN INF 500MG/100ML I 656

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK INJEKSI 5 TERBANYAK


(APR - JUL'17)
10,000
8,000
6,000 April
4,000
2,000 Mei
0 Juni
Juli

Gambar 2. Grafik Penggunaan Antibiotik 5 Terbanyak (Injeksi) Bulan Juli 2017

15
Tabel 6. Penggunaan Antibiotik 10 Terbanyak (Tablet) Bulan Juli 2017

NAMA OBAT BENTUK JUMLAH


SEFIKSIME KAPS 100MG T 5,514
SEFADROKSIL KAPS 500MG T 4,807
SIPROFLOKSASIN TAB 500MG T 742
ISONIAZID TAB 100MG T 617
METRONIDAZOL TAB 500MG LASA T 503
AMOKSISILIN KAPL 500MG LASA T 385
LEVOFLOKSASIN TAB 500MG T 329
ASIKLOVIR TAB 400MG T 254
AZITROMISIN TAB 500MG LASA T 248
PIRAZINAMID TAB 500MG T 232

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK 10 TERBANYAK


(TABLET) JULI 2017

6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
-

Gambar 3. Grafik Penggunaan Antibiotik 10 Terbanyak (Tablet) Bulan Juli 2017

Tabel 7. Penggunaan Antibiotik 5 Terbanyak (Tablet) Bulan April 2017

NAMA - OBAT BENTUK JUMLAH


SEFIKSIME KAPS 100MG T 10,401
SEFADROKSIL KAPS 500MG T 5,465
SIPROFLOKSASIN TAB 500MG T 5,355
METRONIDAZOL TAB 500MG LASA T 4,178
KLOROQUIN TAB 150MG T 3,870

16
Tabel 8. Penggunaan Antibiotik 5 Terbanyak (Tablet) Bulan Mei 2017

NAMA - OBAT BENTUK JUMLAH


SEFIKSIME KAPS 100MG T 10,548
SEFADROKSIL KAPS 500MG T 6,673
ISONIAZID TAB 100MG T 5,769
METRONIDAZOL TAB 500MG LASA T 5,599
SIPROFLOKSASIN TAB 500MG T 5,523

Tabel 9. Penggunaan Antibiotik 5 Terbanyak (Tablet) Bulan Juni 2017

NAMA - OBAT BENTUK JUMLAH


SEFIKSIME KAPS 100MG T 8,780
SEFADROKSIL KAPS 500MG T 6,254
SIPROFLOKSASIN TAB 500MG T 3,868
KLOROQUIN TAB 150MG T 3,342
ISONIAZID TAB 100MG T 3,151

Tabel 10. Penggunaan Antibiotik 5 Terbanyak (Tablet) Bulan Juli 2017

NAMA - OBAT BENTUK JUMLAH


SEFIKSIME KAPS 100MG T 5,514
SEFADROKSIL KAPS 500MG T 4,807
SIPROFLOKSASIN TAB 500MG T 742
ISONIAZID TAB 100MG T 617
METRONIDAZOL TAB 500MG LASA T 503

17
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ORAL 5 TERBANYAK (APR -
JUL'17)
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000 April
2,000
Mei
0
Juni
Juli

Gambar 4. Grafik Penggunaan Antibiotik Oral 5 Terbanyak Bulan April Juli 2017

18

Anda mungkin juga menyukai