Anda di halaman 1dari 6

MODUL

TERM PELAKSANAAN
OF REFERENCE (TOR)
PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
DI APOTEK

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
TOR PKPA APOTEK

Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan upaya masyarakat, swasta, maupun
pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap orang agar dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tinginya. Menurut H.L Blum, terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan, yaitu genetik yang berkaitan dengan faktor risiko, sikap dan tindakan (behaviour),
lingkungan, dan sarana pelayanan kesehatan. Salah satu upaya untuk meningkatkan
pembangunan kesehatan di bidang sarana pelayanan adalah dengan mendirikan Apotek.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 35 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian di Apotek saat ini telah
berkembang dari pelayanan yang berorientasi pada pelayanan produk (product oriented)
menjadi pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (patient
oriented). Apoteker dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
mampu berkomunikasi dengan pasien, keluarga pasien, sejawat, tenaga kesehatan lain,
dan masyarakat secara aktif, berinteraksi langsung dengan pasien, serta menerapkan
keilmuannya di bidang manajerial dan pelayanan farmasi klinik sebagai konsekuensi dari
perkembangan orientasi tersebut. Banyaknya permasalahan yang muncul sehubungan
dengan obat (Drug Related Problem) dan tuntutan masyarakat akan kepuasan pelayanan
yang optimal menjadikan Apotek diharapkan mampu menyediakan pelayanan kesehatan
yang bermutu
Menyadari pentingnya hal tersebut, maka Program Studi Profesi Apoteker (PSPA)
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek. Kegiatan PKPA ini diharapkan dapat memberikan gambaran
kepada calon apoteker mengenai dunia kerja di bidang pelayanan. Calon apoteker akan
terlibat langsung dalam aspek manajerial dan pelayanan farmasi klinik di Apotek.

Tujuan PKPA
Adapun tujuan penyelenggaraan PKPA di Apotek adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker mengenai peran, fungsi, posisi, dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari strategi
dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek
farmasi komunitas di Apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi
yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di Apotek.

Manfaat PKPA
Adapun manfaat penyelenggaraan PKPA di Apotek adalah calon apoteker:
1. Mengetahui, memahami tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam mengelola
Apotek.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di Apotek.

1
TOR PKPA APOTEK

3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Apotek.


4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.

Kompetensi yang dicapai


Adapun kompetensi yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan PKPA di Apotek ini adalah
calon apoteker:
1. Mampu membuat keputusan profesi pada pekerjaan kefarmasian berdasarkan
IPTEKS, standar praktek kefarmasian, per-UU yang berlaku, dan etika profesi farmasi
di Apotek.
2. Mampu mempraktikkan asuhan kefarmasian agar tercapai tujuan terapi bagi penderita
di Apotek
3. Mampu berkomunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain.
4. Mampu menyusun rencana pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan,
keuangan, pengembangan sumber daya manusia, dan bisnis.
5. Mampu menyusun rencana pengembangan praktik kefarmasian yang berorientasi
pada pelayanan kefarmasian.

Metode
Adapun tahapan metode penyelenggaraan kegiatan PKPA di Apotek adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan perizinan penyelenggaraan PKPA
2. Membekali calon apoteker dengan gambaran dan pengetahuan umum mengenai
lingkup kerja pelayanan kefarmasian di Apotek, antara lain:
a. Aspek administrasi dan perundang-undangan
b. Studi kelayakan pendirian apotek
c. Aspek manajerial
d. Aspek pelayanan farmasi klinik
e. Aspek bisnis
3. Setiap calon Apoteker didampingi oleh pembimbing akademisi dan preseptor tempat
menjalankan PKPA.
4. Menetapkan rencana kerja calon apoteker selama melakukan PKPA.
Melakukan evaluasi kegiatan PKPA: Evaluasi dilakukan oleh oleh pembimbing
akademis dan preseptor dalam bentuk evaluasi praktik dan ujian komprehensif
Apoteker

Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan PKPA di Apotek ini dilakukan selama 1-2 bulan oleh setiap calon Apoteker.
Kegiatan dilaksanakan di beberapa Apotek di Kota Bandung.

Rencana Kegiatan
Kegiatan PKPA di Apotek dilakukan selama 1-2 bulan dengan gambaran sebagai berikut:

Waktu Kegiatan

Minggu pertama Orientasi

Minggu kedua Kegiatan PKPA

2
TOR PKPA APOTEK

Minggu ketiga Kegiatan PKPA

Minggu keempat Kegiatan PKPA

Minggu kelima Kegiatan PKPA

Minggu keenam Kegiatan PKPA

Minggu ketujuh Evaluasi oleh perseptor

Minggu kedelapan Penyusunan Laporan

Adapun materi kegiatan yang dilakukan selama PKPA di Rumah Sakit adalah sebagai berikut:

1. Memahami aspek administrasi dan perundang-undangan yang meliputi aspek legal


pendirian apotek dan praktik kefarmasian (standar praktik, pedoman praktik, dan kode
etik profesi apoteker).
2. Memahami studi kelayakan pendirian apotek
3. Memahami aspek manajerial pengelolaan sumber daya di Apotek yang berlandaskan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek yang meliputi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai, yang terdiri dari:
1) Perencanaan
a) Mempelajari alur dan tata cara perencanaan
b) Membuat perencanaan dan seleksi dengan pendekatan pola penyakit
(epidemiologi), pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat).
c) Memahami berbagai formulir, surat, dan laporan dalam kegiatan
perencanaan.
2) Pengadaan
a) Memahami alur pengadaan sediaan farmasi yang melalui jalur resmi
dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Memahami pemeriksaan kualitas obat dan perbekalan kesehatan.
3) Penerimaan
a) Memahami alur penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai
b) Pemeriksaan kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima
4) Penyimpanan
a) Memahami pengaturan tata ruang penyimpanan obat dan perbekalan
kesehatan (kemudahan bergerak, sirkulasi, rak/pallet, penyimpanan
khusus dan pada kondisi yang sesuai, layak, dan menjamin kestabilan
bahan, informasi yang jelas pada tempat penyimpanan obat dan
perbekalan farmasi)
b) Memahami penyusunan stok obat dan perbekalan kesehatan
(FIFO/FEFO)
c) Memahami pencatatan stok obat dan perbekalan kesehatan
5) Pemusnahan

3
TOR PKPA APOTEK

a) Memahami prosedur dan tata cara pemusnahan obat kadaluarsa atau


rusak sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan
6) Pengendalian
a) Memahami tata cara pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan, dan pengeluaran.
7) Pencatatan dan Pelaporan
Memahami berbagai bentuk pencatatan dan pelaporan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang meliputi pengadaan
(surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau
struk penjualan), dan pencatatan lainnya yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Pelaporan yang dilakukan antara lain:
a) Memahami pelaporan internal yang digunakan untuk kebutuhan apotek
yang meliputi keuangan, barang, dan laporan lainnya.
b) Memahami pelaporan eksternal yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai degan ketentuan peraturan perundang-undangan
meliputi peraturan narkotika, psikotropika, dan pelaporan lainnya.
4. Memahami dan ikut serta dalam melakukan aspek pelayanan farmasi klinik yang
berlandaskan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 35 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yang meliputi:
a. Pengkajian resep yang meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik,
dan pertimbangan klinis
b. Dispensing/Penyerahan obat yang terdiri dari penyiapan, penyerahan, dan
pemberian informasi obat.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO) yang meliputi:
1) Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan
2) Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, serta melakukan
pemberdayaan masyarakat (penyuluhan)
3) Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien
d. Konseling untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan ikut
serta menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care) yang meliputi:
1) Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan
pengobatan
2) Identifikasi kepatuhan pasien
3) Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di rumah,
misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin
4) Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO) yang dilakukan untuk memastikan pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping dengan kegiatan yang meliputi:
1) Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2) Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang
terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat dan riwayat alergi
3) Melakukan identifikasi masalah terkait obat. Masalah terkait obat antara
lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian obat

4
TOR PKPA APOTEK

tanpa indikasi, pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis
terlalu rendah, terjadinya reaksi obat yang tidak diinginkan atau terjadinya
interaksi obat
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dengan kegiatan yang meliputi
mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek
samping obat.
5. Memahami aspek bisnis yang meliputi:
a. Permodalan
b. Analisis keuangan
c. Perpajakan
d. Strategi pengembangan
e. Kewirausahaan
6. Pengerjaan tugas khusus (sesuai dengan kebutuhan Apotek dan masukan dari
pembimbing akademis serta perseptor)

Hasil yang Diharapkan


1. Hasil yang dapat diukur dalam aspek pelayanan kefarmasian di Apotek baik nilai
deskriptif maupun kuantitatif (tingkat kepuasan konsumen, dimensi waktu, dan
prosedur tetap).
2. Perubahan sistem pelayanan Apotek ke arah yang lebih baik (before and after
study)
3. Calon Apoteker memiliki kompetensi sesuai dengan manfaat kegiatan ini, penilaian
kompetensi dilakukan berdasarkan evaluasi pembimbing, perseptor, dan ujian
komprehensif Apoteker.

Anda mungkin juga menyukai