Anda di halaman 1dari 64

EFEKTIVITAS GEL JINTEN HITAM (Nigella sativa) SEBAGAI

ANTISEPTIK PUTING TERHADAP LAMA WAKTU REDUKTASE


DAN POTENSIAL HIDROGEN (pH) SUSU PADA KAMBING
PERANAKAN ETTAWA MASTITIS SUBKLINIS

SKRIPSI

Oleh :

MARISATUL KHASANAH

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

i
EFEKTIVITAS GEL JINTEN HITAM (Nigella sativa) SEBAGAI
ANTISEPTIK PUTING TERHADAP LAMA WAKTU REDUKTASE
DAN POTENSIAL HIDROGEN (pH) SUSU PADA KAMBING
PERANAKAN ETTAWA MASTITIS SUBKLINIS

Oleh :

MARISATUL KHASANAH
NIM : 23010116140136

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Peternakan pada Program Studi S1 Peternakan
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

ii
SURAT PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Marisatul Khasanah
NIM : 23010116140136
Program Studi : S1 Peternakan
dengan ini menyatakan sebagai berikut :
1. Skripsi yang berjudul: Efektivitas Gel Jinten Hitam (Nigella Sativa) sebagai
Antiseptik Puting terhadap Lama Waktu Reduktase dan Potensial
Hidrogen (pH) Susu pada Kambing Peranakan Ettawa Mastitis Subklinis
dan penelitian yang terkait dengan karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya
sendiri.
2. Setiap ide atau kutipan dari orang lain berupa publikasi atau bentuk lainnya
dalam karya ilmiah ini, telah diakui sesuai dengan standar prosedur disiplin
ilmu.
3. Saya juga mengakui karya ilmiah ini dapat dihasilkan berkat bimbingan dan
dukungan penuh pembimbing saya, yaitu : Ir. Rudy Hartanto, S.Pt., M.P.,
Ph.D., I.P.M. dan drh. Dian Wahyu Harjanti, Ph.D.
Apabila di kemudian hari dalam skripsi ini ditemukan hal-hal yang
menunjukkan telah dilakukannya kecurangan akademik, maka penulis bersedia
gelar sarjana yang telah penulis dapatkan ditarik sesuai dengan ketentuan dari
Program Studi S1 Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
Diponegoro.

Semarang, Juli 2020


Penulis,

Marisatul Khasanah

Mengetahui :

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Rudy Hartanto, S.Pt., M.P., Ph.D., I.P.M. drh. Dian Wahyu Harjanti, Ph.D..

iii
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS GEL JINTEN HITAM
(Nigella sativa) SEBAGAI ANTISEPTIK
PUTING TERHADAP LAMA WAKTU
REDUKTASE DAN POTENSIAL
HIDROGEN (pH) SUSU PADA KAMBING
PERANAKAN ETTAWA MASTITIS
SUBKLINIS

Nama Mahasiswa : MARISATUL KHASANAH

Nomor Induk Mahasiswa : 23010116140136

Program Studi / Departemen : S1 PETERNAKAN

Fakultas : PETERNAKAN DAN PERTANIAN

Telah disidangkan di hadapan Tim Penguji


dan dinyatakan lulus pada tanggal....................

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Rudy Hartanto, S.Pt., M.P., Ph.D., I.P.M. drh. Dian Wahyu Harjanti, Ph.D.

Ketua Program Studi Ketua Panitia Ujian Akhir Program

Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc. Dr.Ir. Marry Christiyanto, M.P., I.P.M.

Dekan Ketua Departemen

Dr. Ir. Bambang W.H.E.P., M.S., M.Agr., I.P.U. Dr. Ir. Sri Sumarsih, S.Pt., M.P., I.P.M.

iv
RINGKASAN

MARISATUL KHASANAH. 23010116140136. 2020. Efektivitas Gel Jinten


Hitam (Nigella Sativa) sebagai Antiseptik Puting terhadap Lama Waktu
Reduktase dan Potensial Hidrogen (pH) Susu pada Kambing Peranakan Ettawa
Mastitis Subklinis (Pembimbing: RUDY HARTANTO dan DIAN WAHYU
HARJANTI).
Penelitian bertujuan mengkaji efektivitas penggunaan gel puting jinten
hitam (Nigella sativa) terhadap lama waktu reduktase dan potensial hidrogen (pH)
susu pada kambing Peranakan Ettawa (PE). Penelitian dilakukan pada 21 Agustus
2019 – 27 Januari 2020 di Peternakan Kelompok Tani Ternak (KTT) Kambing
Perah Kuncen Farm, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah. Materi
yang digunakan yaitu 16 ekor Kambing PE laktasi yang terindikasi mastitis
subklinis yang dikonfirmasi positif pada uji California Mastitis Test (CMT) dan
dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan produksi susu. Penelitian menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) split plot in time dengan main plot berupa
antiseptik puting gel jinten hitam berbagai konsentrasi yaitu 1% (T1), 2% (T2)
dan 3% (T3) serta tanpa perlakuan sebagai kontrol (T0), sedangkan sub plot
adalah lama penggunaan antiseptik puting gel jinten hitam yaitu 0 (H0), 10 hari
(H10), 20 hari (H20) dan 30 hari (H30). Parameter yang diamati adalah lama
waktu reduktase dan pH susu. Data yang telah diperoleh akan diuji Anova, jika
ditemukan pengaruh nyata maka akan dilanjutkan uji Duncan untuk mengetahui
perbedaan antar perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh gel puting jinten
hitam dan tidak ada pengaruh dari lama pemberian (P>0,05) terhadap lama waktu
reduktase. Penggunaan antiseptik puting gel jinten hitam selama 30 hari
penggunaan belum mampu menurunkan bakteri secara signifikan, akan tetapi
mampu mempertahankan kualitas susu. Hal ini diketahui dari angka reduktase
pada hari ke-30 pada taraf 1%, 2% dan 3% adalah 9 jam, sedangkan pada kontrol
8,56 jam. Hasil pengujian analisis tidak adanya pengaruh penggunaan gel puting
jinten hitam dan tidak adanya pengaruh dari lama penggunaan (P>0,05) terhadap
pH susu. Nilai pH setelah pemberian gel puting jinten hitam selama 30 hari yaitu
pada T0 (6,41), T1 (6,42), T2 (6,42) dan T3 (6,50). Semua data lama waktu
reduktase dan pH susu masih sesuai dengan standar SNI (lama waktu reduktase 2-
5 jam, dan pH 6,3-6,8).
Simpulan penelitian ini adalah pemberian antiseptik puting gel Jinten hitam
sebagai antiseptik puting pada kambing PE mastitis subklinis mampu
mempertahankan susu berdasarkan angka reduktase dan tidak mempengaruhi nilai
pH susu yang terlihat pada setiap kelompok menunjukkan kualitas susu hari ke
hari semakin membaik.

v
KATA PENGANTAR

Peternakan kambing perah memiliki prospek tinggi untuk dikembangkan

sebagai peningkatan pendapatan maupun pemenuhan gizi masyarakat. Kambing

perah yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah kambing Peranakan Ettawa

(PE) karena memiliki kelebihan produk utama berupa susu yang berkualitas

maupun dari segi pemeliharaannya yang mudah. Kambing PE juga termasuk

ternak dwiguna yaitu penghasil susu dengan kualitas gizi yang baik serta

penghasil daging, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan bagi para

peternak kambing perah. Kambing perah juga memiliki kelemahan bagi peternak

seperti ditemukannya permasalahan penyakit mastitis yang merupakan penyakit

utama pada kambing perah. Mastitis yang dibiarkan akan menyebabkan

menurunnya produksi susu dan kualitas susu. Antiseptik puting berbahan dasar

herbal dari jinten hitam (Nigella sativa) terdapat aktivitas senyawa yaitu

antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan sehingga diharapkan mampu mencegah

mastitis karena dapat melindungi puting dari masuknya bakteri.

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan

penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Efektivitas Gel

Jinten Hitam (Nigella Sativa) sebagai Antiseptik Puting terhadap Lama Waktu

Reduktase dan Potensial Hidrogen (pH) Susu pada Kambing Peranakan Ettawa

Mastitis Subklinis”.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, arahan, bantuan dan

kerjasama dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih dan

vi
penghargaan setinggi-tingginya dengan penuh rasa hormat kepada Ir. Rudy

Hartanto, S.Pt., M.P., Ph.D., I.P.M. selaku dosen pembimbing utama dan

Koordinator Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah serta drh. Dian

Wahyu Harjanti, Ph.D. selaku dosen pembimbing anggota yang telah memberikan

bimbingan, arahan, masukan, saran, motivasi dan dukungan sejak penelitian

hingga terselesaikannya penulisan skripsi. Penulis juga menyampaikan terima

kasih kepada Dr. Ir. Bambang Waluyo H. E. P., M.S., M.Agr., I.P.U. selaku

Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian yang telah memberikan kesempatan

penulis untuk menempuh studi, Dr. Ir. Sri Sumarsih S.Pt., M.P.,I.P.M. selaku

Ketua Departemen Peternakan, Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc. selaku Ketua

Program Studi S1 Peternakan, serta Prof. Dr. Ir. Sunarso, M.S. selaku Dosen Wali

atas motivasi, doa, bimbingan dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Penulis

juga mengucapkan terimakasih kepada Pak Yedi selaku Ketua Kelompok Tani

Kuncen Farm, Pak Yuli dan Pak Rois selaku pemilik kandang dan anggota

lainnya yang telah memberikan informasi dan ijin untuk melakukan penelitian di

KTT Kambing Perah Kuncen Farm, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa

Tengah.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada keluarga yaitu Bapak

Surana (Alm), Ibu Warsinah, Mas Rian, Mbak Iva dan Adik Kaivan yang

senantiasa memberikan doa, kasih sayang, nasehat, motivasi serta materi. Penulis

mengucapkan terimakasih kepada keluarga besar Bani Subut yang telah

memberikan semangat, doa dan kasih sayang luar biasa kepada penulis. Penulis

juga mengucapkan terimakasih kepada teman dekat Evy, Sita, Chania dan Thia

vii
yang selalu memberikan semangat dan doa dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis

ucapkan terimaksih kepada teman seperjuangan tim penelitian yang turut andil

dalam penelitian; serta keluarga besar kelas Peternakan D 2016 yang selalu

mendukung dan memotivasi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada

teman Tim II KKN Undip Desa Lodan Wetan 2019 dan keluarga Himpunan S1

Peternakan yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

Penulis mengucapkan terimaksih kepada Ibu Kos dan teman kos yang selalu

mendoakan dan memberikan semangat; serta semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini kurang sempurna, sehingga

kritik dan saran yang membangun dapat menambah kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, serta untuk

perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang peternakan.

Semarang, Juli 2020

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................. vi

DAFTAR TABEL .................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5

2.1. Kambing Peranakan Ettawa............................................... 5


2.2. Mastitis ............................................................................. 6
2.3. Jinten Hitam (Nigella sativa) ............................................. 8
2.4. Lama Reduktase terhadap Jumlah Bakteri ......................... 10
2.5. Pengaruh Mastitis terhadap pH Susu ................................. 11

BAB III. MATERI DAN METODE ......................................................... 14

3.1. Materi Penelitian ............................................................... 14


3.2. Metode Penelitian ............................................................. 14

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 19

4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Lama Waktu Reduktase....... 20


4.2. Pengaruh Perlakuan terhadap pH Susu .............................. 25

BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 30

4.1. Simpulan ........................................................................... 30


4.2. Saran ................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 31

LAMPIRAN ............................................................................................. 38

ix
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. 52

x
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kualitas Susu Berdasarkan Waktu Reduksi dan Jumlah Bakteri .. 11

2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Jinten Hitam (Nigella sativa) ........... 16

3. Kandungan Bahan Aktif 1 gram Gel Puting setiap Perlakuan ...... 16

4. Rata-rata Angka Reduktase ......................................................... 20

5. Rata-rata pH Susu ....................................................................... 25

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Kelompok Ternak ............................................................... 38

2. Data Rataan Uji Lama Waktu Reduktase..................................... 38

3. Data Rata-rata Uji pH Susu ......................................................... 40

4. Perhitungan ANOVA pada Data Uji Lama Waktu Reduktase ...... 41

5. Perhitungan ANOVA pada Data Uji pH Susu ............................. 46

6. Data Pendukung dari Tim Penelitian ........................................... 51

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

Kambing PE adalah kambing tipe dwiguna yang populer dikembangkan

oleh masyarakat, karena selain sebagai penghasil daging juga berpotensi untuk

menghasilkan susu (Riyadhi et al., 2017). Kambing PE mampu memproduksi

susu sekitar 1 – 1,5 L/hari dengan kadar lemak 6,5 – 7,3% (Ramadhan et al.,

2013; Adriani et al., 2014). Kualitas susu kambing tidak hanya ditentukan oleh

kandungan zat gizinya saja, namun juga jumlah cemaran bakteri. Lama waktu

reduktase memiliki hubungan erat dengan total bakteri dalam susu, apabila

semakin lama waktu reduktase menandakan jumlah bakteri dalam susu semakin

sedikit (Nababan et al., 2014). Syarat mutu susu segar berdasarkan uji reduktase

sebesar 2 – 5 jam (Badan Standarisasi Nasional, 2011), dengan perkiraan jumlah

bakteri per ml sebesar 5×105 – 40×105 CFU/ml (Legowo et al., 2009). Uji

reduktase dalam industri pengolahan susu digunakan untuk mengetahui kualitas

mikrobiologi susu dengan cepat. Total bakteri dalam susu memiliki pengaruh

pada kualitas susu yang dihasilkan dan mempengaruhi nilai jual susu. Susu yang

sudah terkontaminasi oleh bakteri akan terjadi perubahan nilai pH pada susu.

Nilai pH susu segar pada ternak normal berkisar 6,3 – 6,8 (Badan Standarisasi

Nasional, 2011). Ternak pada umumnya memiliki pH susu segar yaitu 6,3 – 6,75

sedangkan ternak yang terkena mastitis subklinis memiliki nilai pH yaitu diatas

6,75 (Sudarwanto dan Sudarnika, 2008).


2

Susu kambing dapat dikonsumsi oleh masyarakat harus memiliki kualitas

yang baik. Nilai pH susu dan lama waktu reduktase dapat dijadikan indikator

untuk menentukan baik buruknya kualitas susu. Peradangan ambing yang

disebabkan mastitis akan mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan yaitu

terjadi kenaikan nilai pH susu dikarenakan adanya sel leukosit dalam kelenjar

susu (Sudarwanto dan Sudarnika, 2008). Nilai pH memiliki hubungan erat

dengan total bakteri karena semakin banyak pengasaman oleh bakteri dalam susu

maka nilai pH akan menurun (Swadayana et al., 2012). pH susu yang menurun

dapat berpengaruh terhadap lama waktu reduktase yang cepat yang menandakan

kualitas susu jelek. Ternak yang mengalami mastitis akan ditemukan jumlah

bakteri dan sel somatik yang tinggi. Sel somatis merupakan sumber endogenous

protein seperti enzim, salah satu enzim yang mampu menjaga stabilitas susu dan

daya simpan yaitu enzim lipoprotein lipase. Enzim tersebut tidak dapat dihambat

sehingga menurunkan kualitas organoleptik susu dan mempengaruhi nilai pH

(Harjanti et al., 2020).

Sanitasi puting pada kegiatan pasca pemerahan yang perlu dilakukan yaitu

dipping atau pencelupan puting dengan antiseptik atau desinfektan yang bertujuan

untuk menutup permukaan lubang puting (teat meatus) dari cemaran bakteri yang

masuk ke dalam puting (Putri et al., 2015). Saluran susu pada puting yang

terbuka setelah pemerahan memudahkan masuknya bakteri ke dalam ambing

sehingga dapat mengakibatkan peradangan (Prasetyanti et al., 2016). Pertahanan

terlemah ambing yaitu setelah pemerahan karena spinchter terbuka selama 2–3

jam, sehingga diperlukan pencegahan berupa antiseptik puting untuk menghambat


3

masuknya bakteri ke dalam ambing yang menyebabkan mastitis (Nurhayati dan

Martindah, 2015)

Peradangan ambing atau disebut mastitis yang disebabkan oleh bakteri

dibedakan menjadi dua yaitu mastitis klinis dan subklinis. Ternak yang terkena

mastitis klinis terdapat perubahan pada ambing menjadi bengkak, berwarna merah

dan terasa panas saat diraba (Mahpudin et al., 2017). Mastitis subklinis memiliki

ciri-ciri yaitu ambing tidak mengalami kebengkakan, tidak sakit, susu tidak

menggumpal dan tidak terdapat perubahan warna susu, namun mastitis subklinis

ini dapat merugikan peternak karena mengalami penurunan produksi susu (Udin

et al., 2020). Masititis mengakibatkan terjadinya penurunan produksi susu dan

kualitas susu (Sasongko et al ., 2012). Bakteri penyebab utama peradangan

ambing (mastitis) pada ternak yaitu bakteri gram positif seperti Streptococus

uberis, Streptococus sanguinis, Streptococus dysgalactiae, Streptococus mitis,

Streptococus agalactiae, Staphylococus simulans, dan Staphylococus chromogens

(Harjanti et al., 2018; Priono et al., 2016).

Perbaikan kualitas susu pada ternak mastitis dapat dilakukan dengan

memberikan antiseptik puting setelah pemerahan untuk mencegah bakteri masuk

kedalam ambing sehingga terjadi penurunan jumlah bakteri dalam ambing dan

mengurangi infeksi (Pisestyani et al., 2017). Larutan antiseptik yang sering

digunakan adalah bahan povidone iodine, yang diketahui dapat menyebabkan

nyeri, gatal, kemerahan (Aprilia et al., 2016). Sanitasi puting dalam bentuk

larutan yang banyak digunakan peternak dapat mengakibatkan bahan aktif yang

ada didalamnya cepat menguap atau bahkan hilang. Oleh karena itu, terdapat
4

inovasi dalam bentuk gel yang diharapkan lebih tahan lama melindungi puting

dari lingkungan luar sehingga dapat meminimalisir bakteri masuk. Gel adalah

salah satu sediaan farmasi dengan bentuk semipadat. Gel digemari masyarakat

karena penggunaannya yang mudah, penyebaran pada kulit yang baik dan

memberikan efek rasa dingin pada kulit (Ulfah, 2018).

Salah satu alternatif pembuatan gel puting yaitu dengan menggunakan

bahan herbal berupa jinten hitam (Nigella sativa). Jinten hitam (Nigella sativa)

merupakan tanaman yang mengandung bahan aktif seperti saponin, alkaloid,

tanin, thymoquinone dan flavonoid yang berperan sebagai antibakteri, antioksidan

dan antiinflamasi (Kooti et al., 2016). Kandungan minyak atsiri dan volatil pada

ekstrak Jinten hitam efektif melawan bakteri seperti Escherichia coli serta dapat

menghambat bakteri S. Aureus (Hidayat et al., 2014). Penelitian dengan

memanfaatkan ekstrak jinten hitam (Nigella sativa) dibidang peternakan masih

belum banyak dilakukan, khususnya untuk antiseptik gel puting pada kambing

Peranakan Ettawa mastitis subklinis.

Tujuan penelitian adalah mengkaji efektivitas gel puting jinten hitam

sebagai antiseptik teat dipping terhadap cemaran bakteri pada kambing PE yang

terkena mastitis subklinis. Manfaat yang dapat diperoleh yaitu memberikan

informasi efektivitas penggunaan gel puting jinten hitam sebagai antiseptik teat

dipping terhadap pH susu dan lama waktu reduktase. Hipotesa penelitian adalah

penggunaan gel puting jinten hitam (Nigella sativa) sebagai antiseptik puting

mampu memperbaiki pH susu dan lama waktu reduktase pada Kambing PE

mastitis subklinis.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kambing Peranakan Ettawa

Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan kambing persilangan antara

kambing Kacang dengan kambing Etawa, kambing ini sudah beradaptasi dengan

kondisi di Indonesia dan hidup tersebar di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa

(Mustakim et al., 2010). Persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa

bertujuan untuk memperbaiki performans kambing agar memiliki produksi karkas

dan susu yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dengan kelebihan

daya tahan ternak terhadap lingkungan yang baik serta mampu memanfaatkan

pakan yang kurang baik (Prajoga, 2007).

Kambing PE merupakan kambing dwiguna penghasil daging dan susu,

kambing PE memiliki ciri-ciri ternak yaitu bentuk tubuh tinggi, bentuk hidung

agak melengkung, telinga menggantung ke bawah dan kambing PE jantan

memiliki bobot hidup sekitar 40 – 45 kg dan kambing PE betina sekitar 35 kg

(Fitriyanto et al., 2013). Kambing PE mampu memproduksi susu sekitar 1 – 1,5

L/hari dengan kadar lemak 6,5 – 7,3% (Ramadhan et al., 2013; Adriani et al.,

2014). Kambing PE betina memiliki bentuk ambing besar, panjang dan berjumbai

memiliki produksi susu yang tinggi (Habib et al., 2014). Kambing PE memiliki

panjang masa laktasi yaitu 170 hari (Mulyati et al., 2007) dengan puncak produksi

susu yaitu terjadi pada minggu ke 3 – 4 masa laktasi (Christi dan Rohayati, 2017).
6

Induk kambing PE memiliki sifat prolifik atau potensi kemampuan beranak

banyak (Hamdani, 2015).

2.2. Mastitis

Mastitis atau peradangan ambing adalah penyakit yang disebabkan oleh

adanya aktivitas mikroorganisme patogen di dalam kelenjar susu yang

menimbulkan infeksi (Prasetyo et al., 2013). Mastitis terbagi menjadi 2 macam

yaitu mastitis klinis yang memiliki ciri-ciri yaitu susu menggumpal atau cair serta

terdapat darah atau nanah dan mastitis subklinis yang tidak dapat dilihat secara

langsung dan diperlukan pengujian (Suryowardojo, 2012). Gejala ternak yang

mengalami mastitis klinis yaitu adanya pembengkakan ambing, timbulnya rasa

sakit, meningkatnya suhu tubuh dan frekuensi nafas, serta menurunnya nafsu

makan sedangkan mastitis subklinis hanya bisa terlihat melalui pemeriksaan

laboratoris dengan adanya infeksi yang ditandai dengan peningkatan sel somatik

pada susu (Suwito et al., 2013).

Mastitis atau peradangan ambing disebabkan oleh mikroorganisme, zat

kimia, dan luka. Kebersihan tempat, kebersihan alat pemerah dan kebersihan

ternak sebelum pemerahan yang kurang diperhatikan juga dapat menimbulkan

ternak terkena mastitis serta ambing dan puting ternak setelah pemerahan yang

tidak dibersihkan dan tidak diberikan pencelupan antiseptik akan memudahkan

bakteri untuk masuk ke dalam ambing (Suryowardjojo, 2012). Bakteri penyebab

utama peradangan ambing (mastitis) pada ternak yaitu bakteri gram positif

Staphylococcus sp. dan Streptococus sp. dan bakteri tersebut meliputi


7

Streptococus uberis, Streptococus sanguinis, Streptococus dysgalactiae,

Streptococus mitis, Streptococus agalactiae, Staphylococus simulans, dan

Staphylococus chromogens (Harjanti et al., 2018). Bakteri patogen yang dapat

menyebabkan mastitis yaitu Streptococcus agalactie, Mycoplasma bovis,

Staphylococcus aureus dan beberapa bakteri yang berada dilingkungan seperti

Escherichia coli dan Klesbsilla sp. (Purwantiningsih et al., 2014). Bakteri sering

masuk ke dalam ambing setelah pemerahan dikarenakan lubang puting yang

terbuka memudahkan untuk bakteri masuk ke dalam ambing (Giantara et al.,

2019).

Pencegahan mastitis dapat dilakukan dengan cara pencelupan puting (teat

dipping) menggunakan antiseptik setelah pemerahan, pembersihan alat

pemerahan, dan melakukan desinfeksi kandang (Nurhayati dan Martindah, 2015).

Sanitasi puting dengan cara dipping merupakan suatu perlakuan setelah

pemerahan dengan cara mencelupkan larutan antiseptik pada puting untuk

mencegah masuknya bakteri pada puting dan saluran – saluran susu (Sasongko et

al., 2012). Pemberian dipping bertujuan menghambat pertumbuhan bakteri

dengan merusak dinding sel bakteri sehingga larutan antiseptik dapat menembus

sitoplasma, akibatnya bakteri tidak dapat berkembangbiak atau bahkan mati

(Mahardhika et al., 2012). Bakteri dari lingkungan luar yang masuk kedalam

ambing yang tidak dapat terhambat dapat berpengaruh pada nilai pH susu dan

mengakibatkan susu dapat terkontaminasi oleh cemaran bakteri sehingga

berpengaruh pada kualitas susu yang dihasilkan (Sasongko et al., 2012).


8

2.3. Jinten Hitam (Nigella sativa)

Jinten hitam (Nigella sativa) adalah tanaman herbal yang banyak digunakan

sebagai pengobatan komplementer dan sering dikenal sebagai black seed. Jinten

hitam memiliki manfaat salah satunya sebagai antibakteri dan antiinflamasi yaitu

menghambat pertumbuhan bakteri atau mikroba, dapat mempercepat inflamasi

sehingga mempercepat penyembuhan luka (Yulistiani dan Purwito, 2016). Jinten

hitam terdapat kandungan minyak atsiri sebanyak 0,4-0,45% yang mengandung

thymoquinone serta terdapat senyawa lain yaitu flavonoid, alkaloid, saponin, dan

tanin (Mahfur, 2018; Nurhakim, 2010). Ekstrak jinten hitam memiliki kandungan

bahan aktif yang menonjol yaitu thymoquinone yang memiliki efek antiinflamasi,

antioksidan, analgesik dan antihistamin (Sriwahyuni et al., 2010). Minyak atsiri

pada jinten hitam mengandung banyak asam lemak tak jenuh dan asam linoleat

yang berperan sebagai imunomodulator. Sel kekebalan terutama limfosit

mengandung banyak asam lemak jenuh pada fosfolipid membran sel dan asam

lemak jenuh yang tinggi dapat mempengaruhi sistem imum yaitu terjadi

perubahan pada fluiditas membran sel, aktivitas beberapa enzim pada membran

sel, dan pembentukan senyawa penting lainnya yang berperan dalam regulasi

sistem imun (Sulistiawati dan Radji, 2014).

Jinten hitam (Nigella sativa) merupakan tanaman yang mengandung bahan

aktif seperti saponin, alkaloid, tanin, flavonoid, thymoquinone, dan

thymohydroquinone yang berperan sebagai antibakteri, antioksidan dan

antiinflamasi (Kooti et al., 2016). Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan

mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri


9

lisis (Zahro dan Agustini, 2013). Amalia et al. (2014) menyatakan bahwa

mekanisme kerja alkaloid yaitu melalui penghambatan sintesis dinding sel yang

menyebabkan lisis pada sel sehingga sel akan mati. Tanin mampu mengkerutkan

dinding sel, akibatnya permeabilitas sel dapat terganggu dan tidak dapat

melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhan bakteri terhambat atau bahkan

mati (Giantara et al., 2019). Jinten hitam juga terdapat senyawa flavonoid yang

berperan sebagai antibakteri, flavonoid akan bekerja dengan mengikat protein

membran sel bakteri sehingga mengganggu metabolisme bakteri dan bakteri tidak

mampu menghasilkan energi untuk aktivitas sel dan akhirnya bakteri akan mati

(Supriyana et al., 2019).

Kandungan lain pada jinten hitam yaitu thymoquinone dan

thymohydroquinone yang bekerja dengan membentuk kompleks yang irreversible

dengan asam amino nukleofilik pada protein bakteri sehingga menyebabkan

inaktivasi, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan bakteri (Putra, 2015).

Thymol adalah fenol yang diperoleh dari minyak Nigella sativa sebagai zat

antimikroba yang bekerja dengan cara meracuni protoplasma, merusak dan

menembus dinding sel, serta mengendapkan protein sel mikroba (Rahmawati et

al., 2012). Kandungan fenol pada bahan herbal juga berperan sebagai antioksidan

yaitu melawan peroksidasi lipid pada lapisan fosfolipid yang menyebabkan

kerusakan sel (Tasia dan Widyaningsih, 2014). Antioksidan juga dapat ditemukan

pada jinten hitam yang di dalamnya mengandung zat aktif thymoquinone yang

dapat menangkal radikal bebas (Marwan et al., 2005). Antioksidan berperan

menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi elektron pada radikal bebas dan
10

menghambat ikatan berantai pada radikal bebas yang dapat menimbulkan stres

oksidatif (Anggorowati et al., 2016).

Jinten Hitam (Nigella sativa) adalah bahan herbal yang berfungsi sebagai

antibakteri dan antiinflamasi yang dapat digunakan sebagai antiseptik (Yuniarti,

2018). Antiseptik puting konvensional yang sering digunakan peternak untuk

mengatasi mastitis mengandung bahan povidone iodine merupakan antiseptik

kimia yang dapat menyebabkan nyeri, gatal, kemerahan dan bahkan meninggalkan

residu (Aprilia et al., 2016). Penggunaan antiseptik puting dengan bahan herbal

dapat menggantikan penggunaan antiseptik konvensional sebagai zat antibakteri

untuk mencegah terjadinya penyakit mastitis (Trisnuwati dan Setyowati, 2017).

Bentuk sanitasi puting yang biasa digunakan oleh peternak dengan menggunakan

antiseptik berupa larutan. Penggunaan antiseptik dalam bentuk larutan dirasa

kurang efektif sehingga diperlukan inovasi yaitu antiseptik puting berbahan dasar

herbal jinten hitam dalam bentuk gel yang diharpakan mampu melindung puting

dari masuknya bakteri. Gel adalah sediaan farmasi yang mudah digunakan

dikarenakan penyebarannya dan penyerapan obatnya pada kulit baik (Aponno et

al., 2017).

2.4. Lama Reduktase terhadap Jumlah Bakteri

Uji reduktase adalah salah satu pengujian untuk mengestimasi jumlah

bakteri dalam susu dengan memiliki prinsip bahwa apabila terjadi perubahan

warna methylene blue pada susu dari warna biru menjadi putih dengan waktu yang

lama maka menandakan jumlah bakteri dalam susu semakin sedikit (Puspitarini
11

dan Kentjonowaty, 2015). Syarat mutu susu segar yang dapat dikonsumsi

berdasarkan uji reduktase sebesar 2 – 5 jam (Badan Standarisasi Nasional, 2011).

Hubungan antara kualitas susu dengan perkiraan jumlah bakteri dalam uji

reduktase ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas Susu berdasarkan Waktu Reduksi dan Jumlah Bakteri

Kualitas Susu Waktu Reduktase Perkiraan Jumlah Bakteri


------------------------(104 CFU/ml)---------------------
Sangat Baik >5 jam 500.000
Baik >2 – 5 jam 4.000.000
Sedang 2 jam – 20 menit 4 – 20 juta
Jelek <20 menit >20 juta
Sumber : Van den Berg (1998).

Uji reduktase didasarkan pada kemampuan bakteri untuk tumbuh dan

menggunakan oksigen yang terlarut sehingga menyebabkan penurunan kekuatan

oksidasi-reduksi dari campuran tersebut, akibatnya biru metilen yang

ditambahkan akan tereduksi menjadi putih metilen (Arjadi et al., 2017). Uji

reduktase yaitu adanya enzim reduktase yang dihasilkan oleh bakteri yang ada

didalam susu, semakin banyak bakteri yang ada dalam susu maka semakin banyak

pula enzim yang dihasilkan senyawa pereduksi (Amrulloh et al., 2018).

2.5. Pengaruh Mastitis terhadap pH Susu

Mastitis dapat disebabkan karena adanya cemaran bakteri Staphylococcus

aureus, Streptococcus agalactiae, Klebsiella spp, Escherichia coli, dan

Corynebacterium bovis yang masuk melalui saluran susu (sphincter) yang terbuka

sehingga mengakibatkan peradangan pada ambing (kelenjar mamae) (Aziz et al.,


12

2013). Faktor penting penyebaran mastitis dapat terjadi karena adanya cemaran

bakteri patogen dalam kuartir (puting susu) yang terinfeksi (Sudarman et al.,

2017). Mastitis mengakibatkan meningkatnya jumlah bakteri dalam susu dan

jumlah bakteri dalam susu dapat dihitung dengan uji Total Plate Count (TPC)

(Giantara et al., 2019). Peradangan jaringan internal ambing (mastitis) ini disertai

dengan adanya perubahan fisik, kimia, mikrobiologi, adanya kenaikan jumlah sel

radang (jumlah sel somatik/Somatic Cell Count) terutama leukosit dalam susu dan

disertai dengan perubahan patologi jaringan ambing (Purwatiningsih, 2016).

Ambing yang meradangnya diakibatkan oleh aktivitas mikroorganisme dalam

kelenjar ambing mengakibatkan tubuh akan memobilisasi sel leukosit. Hal

tersebut menyababkan terjadi perubahan susu di dalam kelenjar ambing sehingga

kelenjar ambing yang telah rusak akan merangsang timbulnya reaksi jaringan

dalam bentuk peningkatan sel di dalam kelenjar susu (Suryowardojo, 2012).

Peningkatan jumlah sel somatik dan rusaknya sel sekretori ambing akibat

ternak terkena mastitis dapat mengakibatkan terganggunya proses biosintesis susu

sehingga akan berpengaruh pada kualitas susu yang dihasilkan (Fatonah et al.,

2020). Peradangan ambing berpengaruh pada kualitas susu yang dihasilkan yaitu

terjadi kenaikan nilai pH susu dikarenakan adanya sel leukosit dalam kelenjar

susu (Sudarwanto dan Sudarnika, 2008). Penurunan nilai pH susu diakibatkan

karena susu terkontaminasi bakteri melalui puting susu, lingkungan, sanitasi,

pemerahan dan penyakit yang diakibatkan bakteri susu sehingga terjadi perubahan

laktosa menjadi asam laktat dan asam organik (Sasongko et al., 2012).
13

Susu segar memiliki nilai pH susu 6,3 – 6,8 (SNI, 2011). Nilai pH susu

segar ternak pada umumnya berkisar 6,3 – 6,75 sedangkan ternak mastitis

subklinis memiliki nilai pH diatas 6,75 (Sudarwanto dan Sudarnika, 2008).

Perubahan nilai pH susu dapat dikarenakan adanya permeabilitas sel epithel

mammary sehingga terjadi perpindahan komponen darah ke susu dan terjadi

abnormalitas nilai pH (Puspitarini dan Mubarakati, 2018). Kenaikan nilai pH susu

pada ternak mastitis dikarenakan terdapat pertambahan sel leukosit dan NaCl, dan

apabila terjadi penurunan nilai pH susu dapat dikarenakan jumlah bakteri patogen

dan tingkat peradangan menurun serta adanya perbaikan permeabilitas jaringan

sehingga NaCl dan sel somatis yang dimobilisasi kedalam lumen alveoli

berkurang (Mahpudin et al., 2017). Nilai pH memiliki hubungan erat dengan total

bakteri karena semakin banyak pengasaman oleh aktivitas bakteri dalam susu

maka nilai pH akan cenderung menurun atau menjadi asam (Swadayana et al.,

2012).
14

BAB III

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada tangal 21 Agustus 2019 – 27 Januari 2020

di Peternakan Kelompok Tani Ternak (KTT) Kambing Perah Kuncen Farm,

Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah. Pembuatan gel puting ekstrak

Jinten hitam (Nigella sativa) dilakukan di Laboratorium Produksi Ternak Potong

dan Perah serta Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro.

3.1. Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 ekor kambing perah

PE fase laktasi yang terindikasi mastitis subklinis yang dikonfirmasi positif pada

uji California Mastitis Test (CMT). Alat dan bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pH meter dengan merek pH-01 (Pen-type pH Meter) untuk

mengukur pH susu, tabung reaksi untuk meletakkan sampel susu untuk pengujian,

incubator untuk menginkubasi sampel, Jinten Hitam (Nigella sativa), ethanol

96%, serbuk kalibrasi pH dan methylen blue.

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan meliputi empat tahap antara lain

rancangan penelitian, tahap pra-penelitian, tahap pelakuan dan pengambilan data

serta tahap analisis data.


15

3.2.1. Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan acak kelompok (RAK) Split plot in time dengan perlakuan gel puting

ekstrak Jintem hitam sebagai main plot dan lama pemberian sebagai sub plot. Unit

percobaan yang digunakan adalah 16 ekor kambing PE laktasi terkena mastitis

subklinis yang terbagi dalam 4 kelompok berdasarkan produksi susu yaitu

kelompok I (498- 452 liter), kelompok II (532-534 liter), kelompok III (575-539

liter) dan kelompok IV (586-640 liter). Main plot dari penelitian ini yaitu sebagai

berikut :

T0 : Tanpa Perlakuan

T1 : Perlakuan antiseptik puting dengan gel Jinten hitam 1%

T2 : Perlakuan antiseptik puting dengan gel Jinten hitam 2%

T3 : Perlakuan antiseptik puting dengan gel Jinten hitam 3%

Sedangkan sub plot dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

H0 : Hari ke-0

H10 : Hari ke-10

H20 : Hari ke-20

H30 : Hari ke-30

3.2.2. Tahap pra penelitian

Tahap persiapan dimulai dengan melakukan ekstraksi Jinten hitam (Nigella

sativa). Tahapan ekstraksi diawali dengan proses maserasi sesuai dengan metode

Harjanti et al. (2019) yaitu biji jinten hitam yang telah kering, kemudian
16

dihomogenkan selama 1 jam dengan ethanol 96% lalu dimaserasi selama 24 jam.

Cairan kemudian disaring menggunakan kapas. Maserasi diulang untuk

mendapatkan hasil filtrat yang bagus. Residu dan hasil filtrat maserasi dipisahkan.

Filtrat yang telah didapat kemudian dilakukan evaporasi di Laboratorium Terpadu

Universitas Diponegoro untuk memperoleh hasil ekstrak jinten hitam. Gel puting

dibuat dengan mencampurkan carbopol, TEA, nipagin, aquades dan ekstrak jinten

hitam pada masing-masing perlakuan yaitu 1%, 2% dan 3%.

Hasil ekstraksi yang akan digunakan untuk pembuatan gel akan diuji

fitokimia untuk mengetahui senyawa aktif yang terkandung dalam jinten hitam di

Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu, Universitas Gajah Mada. Hasil

analisis fitokimia dengan metode Spektrofotometri UV-vis yang terdapat didalam

ekstrak jinten hitam dan kandungan antiseptik gel disajikan pada Tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Jinten Hitam (Nigella sativa)

Nama Senyawa Hasil Satuan


Saponin 2.304,47 mg/kg
Alkaloid 4.573,33 mg/kg
Tanin 4,18 % (b/b)
Flavonoid 2.915,85 µg/g

Tabel 3. Kandungan Bahan Aktif 1 gram Gel Puting setiap Perlakuan


Nama Senyawa T0 T1 T2 T3
Saponin (mg/Kg) 0 0,023 0,046 0,069
Alkaloid (mg/Kg) 0 0,046 0,091 0,137
Tanin (% (b/b)) 0 0,042 0,084 0,125
Flavonoid (µg/g) 0 2,915 5,830 8,745
17

Data yang dibutuhkan sebelum melakukan penelitian yaitu produksi susu

pada semua Kambing PE yang ada di peternakan KTT Kuncem Farm.

Pengambilan data produksi susu ini untuk menentukan kelompok.

3.2.3. Perlakuan dan pengambilan data

Perlakuan dilakukan selama 30 hari dan tahap pengambilan data dilakukan

dengan cara pengumpulan sampel susu yang diambil secara aseptis pada

pemerahan pagi hari sebanyak 100 ml untuk pengujian pH susu dan lama

reduktase pada hari ke 0, 10, 20, 30.

Pengukuran pH susu dilakukan dengan menggunakan pH meter dengan

merek pH-01 (Pen-type pH Meter) pada sampel susu sebanyak 50 ml. Katoda

indikator pH meter dicelupkan pada aquades untuk kalibrasi dan dibersihkan

menggunakan tisu, kemudian katoda indikator dicelupkan pada susu sampai angka

yang tertera pada pH meter berhenti dan siap dibaca (Puspita, 2016).

Pengukuran uji reduktase dilakukan dengan susu dimasukkan dalam tabung

reaksi yang sudah disterilkan sebanyak 20 ml, kemudian tambahkan larutan

methylene blue sebanyak 0,5 ml. Tabung reaksi tersebut ditutup dan digoyang-

goyangkan hingga homogen, selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 oC, diamati

perubahan warna yang terjadi setiap 30 menit, sampai warna biru berubah menjadi

putih (Muzammilhuda et al., 2013).


18

3.2.4. Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA atau

analysis of variance) dengan taraf 5%. Model linier disusun menggunakan model

matematis berdasarkan rancangan acak kelompok split plot in time sebagai

berikut:

Yijk =  +ρk + αi + γik + βj + (αβ)ij + ijk

Keterangan :
Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i (perlakuan antiseptik
puting gel jintem hitam dan kontrol positif) dan periode
percobaan ke-j (hari ke 10, 20 dan 30) serta ternak kambing
mastitis ke-k
 = Nilai tengah umum (rata-rata populasi)
ρk = Pengaruh aditif dari kelompok ke – k
αi = Pengaruh aditif taraf ke i dari faktor antiseptik puting gel jintem
hitam
βj = Pengaruh aditif taraf ke j dari faktok lama perlakuan
(αβ)ij = Pengaruh aditif taraf ke i dari faktor antiseptik puting gel jintem
hitam dan taraf ke j dari faktor lama perlakuan
γik = Pengaruh acak dari petak utama, yang muncul pada taraf ke i dari
faktor antiseptik puting gel jintem hitam dalam kelompok ke k
ijk = Pengaruh acak dari satuan percobaan ke k yang memperoleh
kombinasi perlakuan ij

Hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

a. Hipotesis pengaruh interaksi faktor antiseptik puting gel jintem hitam

dengan faktor lama perlakuan

H0 : (αβ)ij = 0 atau tidak ada pengaruh interaksi antara antiseptik puting gel jintem

hitam dengan lama perlakuan terhadap lama waktu reduktase dan pH susu.

H1 : minimal ada satu (αβ)ij ≠ 0, berarti minimal ada satu pengaruh interaksi

antara gel puting jintem hitam dengan lama perlakuan terhadap lama waktu

reduktase dan pH susu.


19

b. Hipotesis pengaruh faktor antiseptik puting gel jintem hitam

H0 : α i = 0 atau tidak ada pengaruh perlakuan (antiseptik puting gel jintem hitam)

terhadap respon yang diamati (lama waktu reduktase dan pH susu).

H1 : minimal ada satu α i ≠ 0, berarti minimal ada satu perlakuan (antiseptik

puting gel jintem hitam) yang berpengaruh terhadap respon yang diamati (lama

waktu reduktase dan pH susu).

c. Hipotesis pengaruh faktor lama perlakuan

H0 : βj = 0 atau tidak ada pengaruh lama perlakuan terhadap respon yang diamati

(lama waktu reduktase dan pH susu).

H1 : minimal ada satu βj ≠ 0, berarti minimal ada satu lama perlakuan yang

berpengaruh terhadap respon yang diamati (lama waktu reduktase dan pH susu).

Kriteria penarikan kesimpulannya adalah :

Jika F Hitung < F tabel dengan α = 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika F Hitung ≥ F tabel dengan α = 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

Jika ditemukan pengaruh yang nyata pada uji ANOVA maka dilakukan uji

Duncan untuk menguji perbedaan antar perlakuan.


20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Lama Waktu Reduktase

Hasil analisis rata-rata angka reduktase akibat pemberian teat dipping

dengan menggunakan antiseptik puting gel jinten hitam yang berbeda terhadap

lama perlakuan selama 30 hari tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Lama Waktu Reduktase

Lama Pemberian
Perlakuan Rata-rata
H0 H10 H20 H30
------------------------(Jam)----------------------
T0 9 9 9 8,51 8,88
T1 8 9 9 9 8,75
T2 8,56 9 9 9 8,89
T3 9 9 9 9 9
Rata-rata 8,64 9 9 8,88

Hasil analisis ragam yang dihasilkan pada Tabel 4 dan lampiran 4.

diketahui bahwa tidak adanya interaksi antara perlakuan antiseptik puting gel

jinten hitam dengan lama penggunaan gel dan pada analisis ragam juga tidak ada

pengaruh nyata (P>0,05) terhadap perlakuan antiseptik puting gel dan lama

penggunan serta tidak ada pengaruh nyata terhadap angka reduktase. Hal tersebut

dapat diartikan bahwa penggunaan antiseptik puting gel jinten hitam dengan taraf

ekstrak jinten hitam 1 – 3% (T1, T2, T3) memberikan hasil yang sama dengan

kontrol (tanpa perlakuan), akan tetapi memiliki kecenderungan bahwa angka


21

reduktase akan membaik setelah diberikan gel puting selama 30 hari namun

perubahan tersebut tidak signifikan. Hal ini diketahui dari angka reduktase pada

hari ke-0 sebelum penelitian pada kelompok T1 (8), T2 (8,56) dan T3 (9), menjadi

T1 (8,51), T2 (9) dan T3 (9) pada hari ke-30, sedangkan pada kelompok kontrol

angka reduktase cenderung menurun yakni pada hari ke-0 sebesar 9 dan pada hari

ke-30 sebesar 8,51. Hal ini diduga disebabkan tidak adanya pelindung putting

sehingga memudahkan bakteri untuk masuk.

Angka reduktase yang mengalami sedikit perubahan akibat perlakuan gel

puting jinten hitam yang menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung dalam

jinten hitam sebagai antibakteri dan antiinflamasi dapat bekerja menurunkan

jumlah bakteri dalam susu dan menurunkan tingkat peradangan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Kooti et al. (2016) bahwa tanaman jinten hitam (Nigella sativa)

mengandung bahan aktif seperti saponin, alkaloid, tanin, flavonoid,

thymoquinone, dan thymohydroquinone yang berperan sebagai antibakteri,

antioksidan dan anti inflamasi. Jumlah cemaran bakteri yang menurun dapat

disebabkan oleh senyawa tanin yang berperan mengkerutkan dinding sel yang

dapat mengganggu permeabilitas sel dan mengakibatan sel bakteri mati. Arlofa

(2015) bahwa terganggunya permeabilitas sel yang mengakibatkan sel tidak dapat

melakukan aktivitas dikarenakan adanya senyawa tanin yang bekerja dengan cara

mengkerutkan dinding sel atau membran sel bakteri yang berakibat terhambatnya

pertumbuhan bakteri.

Total bakteri yang menurun dalam susu tidak terlepas dari senyawa pada

jinten hitam yang juga berperan sebagai zat antibakteri yaitu saponin dan alkaloid
22

yang bekerja dengan menganggu tegangan permukaan sel serta menghambat

pembentukan lapisan sel sehingga sel tidak utuh. Hal ini sesuai dengan pendapat

Dwicahyani et al. (2018) bahwa saponin yang berperan sebagai antibakteri pada

bahan herbal bekerja dengan menganggu tegangan permukaan sel yang

mengakibatkan dinding sel lisis sehingga zat antibakteri dapat masuk kedalam sel

dan akan mengganggu metabolisme dan akibatnya sel bakteri akan mati,

sedangkan mekanisme kerja alkaloid dengan menghambat pembentukan

peptidoglikan yang mengakibatkan pembentukan lapisan dinding sel tidak

berbentuk utuh sehingga pembetukan sel tidak sempurna dan akibatnya akan

terjadi kematian sel. Permeabilitas sel yang terganggu juga dapat disebabkan oleh

senyawa flavonoid yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan bakteri

sehingga cemaran baktei dalam susu dapat menurun. Kurniawan dan Aryana

(2015) bahwa senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri salah

satunya flavonoid yang menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding

sel bakteri, sedangkan flavonoid sebagai antiinflamasi bekerja dengan pelepasan

histamin pada radang. Bekerjanya senyawa aktif yang terkandung pada jinten

hitam mampu menghambat pembetukan bakteri sehingga terjadi penurunan

jumlah bakteri dalam susu, hal tersebut dapat diindikasikan dari perbaikan lama

waktu reduktase kearah lebih baik walaupun menunjukkan hasil yang tidak

signifikan.

Uji reduktase digunakan untuk mendeteksi kualitas mikrobiologi dalam susu

dengan mengetahui estimasi berupa kisaran jumlah bakteri yang terdapat dalam

susu yang dapat dilihat dari nilai reduktase. Hal ini didukung oleh pendapat
23

Amrulloh et al. (2018) bahwa uji reduktase merupakan salah satu uji kualitas susu

dengan mengetahui secara kasar jumlah bakteri dalam susu. Tabel 4.

menunjukkan bahwa susu yang dianalisis memiliki rata-rata lama waktu reduktase

lebih tinggi dari SNI yaitu lebih dari 5 jam yang diduga memiliki kisaran jumlah

bakteri sebesar 500.000 CFU/ml. Badan Standarisasi Nasional (2011) menyatakan

bahwa syarat mutu segar berdasarkan uji reduktase yaitu 2 – 5 jam. Hal ini

didukung oleh pendapat Legowo et al. (2009) bahwa susu dengan kualitas sangat

baik yaitu memiliki waktu reduksi >5 jam dengan perkiraan jumlah bakteri

500.000 CFU/ml. Puspitarini dan Kentjonowaty (2015) menyatakan bahwa

lamanya waktu perubahan methylene blue dari biru menjadi putih ditentukan dari

sedikit banyaknya jumlah bakteri yang ada didalam susu yang mampu mereduksi

susu.

Pemberian antiseptik berupa gel jinten hitam menunjukkan tidak adanya

pengaruh pada setiap perlakuan diduga karena senyawa yang terkandung dalam

jinten hitam hanya efektif mencegah masuknya bakteri dan membunuh bakteri

disekitar bagian luar ambing dan puting, sehingga belum efektif untuk

mengurangi peradangan secara signifikan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Suhendar et al. (2017) menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh penggunaan

antiseptik puting terhadap peradangan ambing dapat dikarenakan antiseptik puting

dengan menggunakan antibakteri hanya berfungsi sebagai melapisi puting dan

mencegah bakteri tidak masuk dalam puting serta zat aktif pada antiseptik tidak

dapat masuk menjangkau peradangan dalam ambing. Penggunaan antiseptik

puting merupakan treatment dari luar tubuh untuk mencegah masuknya bakteri
24

kedalam ambing agar tidak bertambahnya bakteri dalam ambing pada ternak yang

terkena mastitis dan terdapat treatment dari dalam tubuh untuk megurangi tingkat

peradangan dengan peningkatan imunitas. Hal ini sesuai dengan pendapat

Agustina et al. (2019) bahwa pemberian teat dipping digunakan sebagai

pencegahan mastitis dari luar tubuh sedangkan pencegahan dari dalam dengan

pemberian suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar tingkat

peradangan menurun.

Tabel 4. terlihat bahwa baik H0 maupun H10, H20 dan H30 menunjukkan

lama waktu reduktase yang tidak berbeda signifikan (P>0,05). Hal ini berarti

selama 30 hari pemakaian belum menunjukkan adanya perbaikan terhadap lama

waktu reduktase, namun semuanya >8 jam yang artinya semua susu dalam

keadaan baik dan diduga cemaran bakteri sangat rendah. Krisharianti (2020)

bahwa berdasarkan hasil uji TPC dengan perlakuan gel puting jinten hitam pada

hari ke-30 sebesar 1,5×104 CFU/ml (T1); 0,2×104 CFU/ml (T2), dan 0,6×104

CFU/ml (T3). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai tersebut berada

dibawah SNI yaitu 1×106 CFU/ml (Badan Standarisasi Nasional, 2011). Hal

tersebut berarti bahwa lama waktu reduktase dan total bakteri pada penelitian ini

menunjukkan hasil yang sesuai dalam penentuan kualitas susu berdasarkan uji

secara mikrobiologis yaitu susu memiliki cemaran bakteri yang aman untuk

dikonsumsi.
25

4.2. Pengaruh Perlakuan terhadap pH Susu

Tabel 5. menunjukkan bahwa hasil analisis rata-rata pH susu akibat

pemberian antiseptik puting dengan menggunakan antiseptik puting gel jinten

hitam yang berbeda terhadap lama perlakuan selama 30 hari.

Tabel 5. Rata-rata pH Susu


Lama Pemberian (Hari)
Perlakuan Rata-rata
H0 H10 H20 H30
T0 6,45 6,41 6,45 6,41 6,43
T1 6,46 6,47 6,43 6,42 6,45
T2 6,46 6,49 6,52 6,42 6,47
T3 6,47 6,47 6,47 6,50 6,47
Rata-rata 6,46 6,46 6,47 6,44

Hasil analisis ragam yang dihasilkan pada Tabel 5 dan lampiran 5. diketahui

bahwa tidak adanya interaksi antara perlakuan gel puting jinten hitam dengan

lama penggunaan gel dan pada analisis ragam juga tidak ada pengaruh nyata

(P>0,05) terhadap perlakuan gel puting dan lama penggunan serta tidak ada

pengaruh nyata terhadap nilai pH susu. Perlakuan antiseptik gel puting Jinten

hitam (T0, T1, T2 dan T3) tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pH susu

dengan rata-rata secara berturut-turut yaitu 6,43 (T0), 6,45 (T1), 6,47 (T2) dan

6,47 (T3). Nilai rataan hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa pH susu

berada dalam kisaran yang normal. Badan Standarisasi Nasional (2011)

menyatakan bahwa susu segar memiliki nilai pH susu 6,3 – 6,8. Hal ini juga

didukung oleh pendapat Sudarwanto dan Sudarnika (2008) bahwa nilai pH susu

pada ternak normal berkisar 6,3 – 6,75 sedangkan ternak yang terkena mastitis

subklinis diatas 6,75. Mirdhayati et al. (2008) menyatakan bahwa pH susu yang
26

normal disebabkan oleh adanya kandungan dalam susu seperti kasein, buffer,

fosfat dan sitrat secara terbatas karena adanya globulin, albumin dan CO 2.

Antiseptik puting berupa gel puting jinten hitam terhadap nilai pH susu ini sejalan

dengan hasil uji angka reduktase yang tidak signifikan. Bakteri dalam ambing

yang mengakibatkan peradangan ambing (mastitis) maka akan terjadi peningkatan

sel somatik dan hal tersebut akan mengakibatkan pH susu cenderung kearah basa.

Pratiwi et al. (2018) bahwa bakteri yang masuk kedalam puting akan terjadi

multiplikasi sehingga terjadi peningkatan jumlah bakteri dan semakin tinggi

peningkatan jumlah bakteri akan mengakibatkan peradangan dalam ambing

sehingga untuk melawan infeksi bakteri maka tubuh akan memproduksi sel

leukosit lebih banyak dan akan terjadi pelepasan sel somatik dalam susu. Riyanto

et al. (2016) bahwa terdapat hubungan antara kenaikan nilai pH terhadap kenaikan

derajat mastitis dan adanya perubahan nilai pH atau terjadinya keabnormalitasan

nilai pH diakibatkan adanya peningkatan permeabilitas pada bahan sel epithel

mammary yang mengakibatkan perpindahan komponen darah ke susu meliputi

sitrat dan bikarbonat.

Tabel 5. terlihat bahwa lama pemberian baik H0 maupun H10, H20 dan H30

menunjukkan pH susu yang tidak berbeda signifikan (P>0,05). Hal ini berarti

selama 30 hari pemakaian belum menunjukkan adanya perbaikan terhadap pH

susu, namun semuanya masih sesuai SNI (H0 = 6,46, H10= 6,46, H20= 6,47 dan

H30 = 6,44). Hal ini menunjukkan tidak adanya pengaruh pemberian antiseptik

puting jinten hitam terhadap semua perlakuan dapat dikarenakan hanya untuk

melindungi puting bagian luar dari masuknya bakteri kedalam ambing dan
27

penggunaan antiseptik puting selama 30 hari hanya posisi mempertahankan

kondisi tersebut maka nilai pH susu masih stabil. Giantara et al. (2019) bahwa

tujuan penggunaan pencelupan puting (teat dipping) dengan antiseptik hanya

untuk mencegah masuknya bakteri yang dapat menyebabkan mastitis atau

peradangan ambing. Puting yang tidak diberikan antiseptik puting maka akan

memudahkan bakteri untuk masuk kedalam ambing akibatnya bakteri dalam

ambing akan bertambah sehingga ternak akan bergerak kearah mastitis klinis.

Sudarwanto dan Sudarnika (2008) bahwa kondisi ternak yang mengalami

peradangan ambing dengan jumlah bakteri yang banyak maka pH susu akan

bergerak kearah basa. Pada penelitian ini karena tidak ada perubahan nilai pH

susu yang signifikan karena puting ternak sudah terlindungi.

Tabel 5. terlihat bahwa baik H0 maupun H10, H20 dan H30 menunjukkan

nilai pH susu yang tidak berbeda signifikan (P>0,05), namun semuanya pada

kisaran pH normal yaitu 6,3 – 6,75 yang artinya susu dalam keadaan baik dan

diduga cemaran bakteri sangat rendah. Destira (2020) bahwa jumlah sel somatik

dengan perlakuan gel puting jinten hitam pada hari ke-30 sebesar 1,22 x 106

sel/ml (T0), 1,15×106 sel/ml (T1); 1,85×106 sel/ml (T2), dan 2,10×106 sel/ml (T3),

dengan hasil yang tidak berbeda nyata. Peningkatan jumlah sel somatik memiliki

hubungan terhadap meningkatnya nilai pH susu. Hal ini sesuai dengan pendapat

Mahpudin et al. (2017) bahwa meningkatnya nilai pH susu dapat dikarenakan

adanya peningkatan kadar NaCl dan sel somatis yang dimobilisasi kedalam lumen

alveoli.
28

Ternak yang terkena mastitis akan mengalami kerusakan pada kelenjar

ambing sehingga menimbulkan peningkatan jumlah sel somatik. Suryowardojo

(2012) bahwa bakteri yang masuk kedalam kelenjar mammae akan

mengakibatkan kerusakan pada kelenjar mammae dan akan merangsang

timbulnya reaksi jaringan dalam bentuk peningkatan sel somatik di dalam kelenjar

susu. Hal tersebut didukung oleh pendapat Agustina et al. (2019) tingkat

keparahan peradangan ambing dapat dilihat dari jumlah sel somatik yang semakin

tinggi karena didalam susu terdapat sel leukosit dan sel epitel yang dieksresikan

keluar bersama. Jumlah sel leukosit berhubungan dengan penanggulangan

pembentukan koloni kuman yang masuk ke dalam ambing pada saat peradangan

ambing. Purwatiningsih (2016) jumlah sel leukosit mencerminkan terhadap

beratnya proses radang kelenjar susu, apabila ujung puting susu (streak canal)

terinfeksi kuman maka pertahanan seluler berupa sel darah putih (leukosit) akan

melakukan fagositosis dan proses fagositosis yang tidak berhasil untuk

menghentikan infeksi kuman maka akan terjadi radang yang diikuti mobilisasi sel

darah putih ke dalam lumen. Proses peradangan memiliki hubungan terhadap pH

susu, apabila terjadi peningkatan peradangan pada ambing maka pH susu akan

meningkat atau cenderung basa. Penelitian ini tidak ada penambahan nilai pH

karena antiseptik yang digunakan berupa gel puting jinten hitam mampu

melindungi puting dari masuknya bakteri kedalam ambing sehingga nilai pH susu

yang dihasilkan cenderung stabil. Asror et al. (2018) menyatakan bahwa

peningkatan nilai pH dapat disebabkan adanya pertambahan jumlah bakteri

sehingga terjadinya peningkatan peradangan dan kenaikan kadar NaCl dan sel
29

leukosit dan apabila kadar NaCl dan sel leukosit berkurang dalam lumen maka

nilai pH akan menurun.

Nilai pH susu yang menyimpang dari angka normal juga dapat disebabkan

adanya aktivitas bakteri didalam susu. Hal ini didukung oleh pendapat Mudharyati

et al. (2008) adanya kenaikan dan penurunan pH susu dapat disebabkan oleh hasil

konversi laktosa menjadi asam laktat oleh mikroorganisme dan aktivitas

enzimatik. Sasongko et al. (2012) menyatakan bahwa menurunnya kualitas susu

dapat diakibatkan adanyan cemaran bakteri setelah pemerahan yang banyak

masuk kedalam susu sehingga terjadi aktivitas bakteri yang dapat mengubah

laktosa menjadi asam laktat sehingga terjadinya penurunan pH susu atau pH susu

cenderung asam. Dalam penelitian ini, data pH susu pada hari ke-30 pada

kelompok perlakuan menggunakan gel puting sejalan dengan hasil uji reduktase

dan data hasil uji TPC yaitu susu memiliki nilai pH yang stabil dengan jumlah

bakteri yang rendah dan sesuai dengan standar normal susu.


30

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pemberian gel puting

Jinten hitam sebagai antiseptik puting pada kambing Peranakan Ettawa (PE)

mastitis subklinis mampu mempertahankan susu berdasarkan angka reduktase dan

tidak mempengaruhi nilai pH susu yang terlihat pada setiap kelompok

menunjukkan kualitas susu hari ke hari semakin membaik.

5.2. Saran

Saran yang diberikan yaitu bahwa peternak bisa menggunakan gel puting

Jinten hitam dengan penambahan bahan herbal lainnya yang memiliki peran

antibakteri untuk mendapatkan hasil yang maksimal.


31

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, A. Latif, S. Fachri dan I. Sulaksana. 2014. Peningkatan produksi dan


kualitas susu Kambing Peranakan Etawah sebagai respon perbaikan kualitas
pakan. J. Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 17 (1): 15 – 21.

Agustina, D., P. Sambodho dan D. W. Harjanti. 2019. Jumlah sel somatik dan
komposisi susu sapi perah mastitis subklinis yang mendapat treatment
suplemen dan teat dipping temulawak. Buletin Sintesis. 23 (3): 31 – 36.

Arlofa, N. 2015. Uji kandungan senyawa fitokimia kulit durian sebagai bahn aktif
pembuatan sabun. J. Chemtech. 1 (1): 18 – 22.

Amalia, S., S. Wahdaningsih dan E. K. Untari. 2014. Uji aktivitas antibakteri


fraksi n-heksan kulit buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus Britton &
Rose) terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923. J. Fitofarmaka
Indonesia. 1 (2): 61 – 64.

Amrulloh, M. F. R., P. Surjowardojo dan E. Setyowati. 2018. Produksi dan


kualitas susu sapi peranakan Friesian Holstein pada pemerahan pagi dan
sore. J. Ilmu Peternakan. 3 (2): 69 – 74.

Anggorowati, D. A., G. Priandini dan Thufail. 2016. Pengaruh daun alpukat


(Persea americana miller) sebagai minuman teh herbal yang kaya
antioksidan. J. Industi Inovatif. 6 (1): 1 – 7.

Aponno, J. V., P. V. Y. Yamlean dan H. S. Supriati. 2014. Uji efektivitas sediaan


gel ekstrak etanol daun Jambu biji (Psidium guajava linn) terhadap
penyembuhan luka yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus pada
kelinci (Orytolagus cuniculus). J. Ilmiah Farmasi. 3 (3): 279 – 286.

Aprilia, P. R., S. A. B. Santoso dan D. W. Harjanti. 2016. Jumlah Staphylococcus


aureus dan kandungan nutrien susu akibat dipping puting menggunakan
ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoabilimbi Linn) pada sapi perah
penderita mastitis subklinis. J. Ilmu-ilmu Peternakan. 26 (1): 43 – 51.

Arjadi, L., Nurwantoro, D. W. Harjanti. 2017. Evaluasi cemaran bakteri susu yang
ditinjau melalui rantai distribusi susu dari peternak hingga KUD di
Kabupaten Boyolali. J. Ilmu – Ilmu Pertanian. 13 (1): 1 – 10.

Asror, M. Z., E. Wulandari, T. Susilowati, D. A. Solehah, dan D. W. Harjanti.


2018. Efektivitas ekstrak daun ubi jalar merah sebagai antiseptik teat
dipping untuk sapi perah mastitis subklinis. Prosiding Seminar Teknologi
dan Agribisnis Peterakan VI : Pengembangan Sumber Daya Genetik Ternak
32

Lokal Menuju Swasembada Pangan Hewani ASUH, Fakultas Peternakan


Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto. Hal : 341 – 346.

Aziz, A. S., P. Surjowardojo dan Sarwiyono. 2013. Hubungan bahan dan tingkat
kebersihan lantai kandang terhadap kejadian mastitis melalui uji California
Mastitis Test (CMT) di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan. J. Ternak
Tropika. 14 (2): 72 – 81.

Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 01-3141-2011. Susu Segar. Badan


Standarisasi Nasional, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 01-6366-2000. Batas Maksimum


Cemaran Bakteri dan Batas Maksimum Residu dalam Bahan Makanan Asal
Hewan. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Destita, F. 2020. Produksi Susu dan Jumlah Sel Somatik Susu Kambing
Peranakan Etawa Mastitis Subklinis yang Mendapat Sanitasi Puting Dengan
Gel Antiseptik Jintan Hitam. Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas
Diponegoro. (Skripsi).

Dwicahyani, T., Sumardianto dan L. Rianingsih. 2018. Uji bioaktivitas ekstrak


Teripang Keling Holuthuria atra sebagai antibakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli. J. Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. 7
(1): 15 – 24.

Kurniawan, B. Dan W. F. Aryana. 2015. Binahong (Cassia Alata L.) as inhibitor


of Escherichia Colli growth. J. Majority. 4 (4): 100 – 104.

Krisharianti, E. 2020. Total Bakteri dan Skor California Mastitis Test pada
Kambing Peranakan Ettawa Mastitis Subklinis yang Menggunakan
Antiseptik Puting Gel Jinten Hitam (Nigella sativa). Fakultas Peternakan
dan Pertanian. Universitas Diponegoro. (Skripsi).

Christi, R. F. dan T. Rohayati. 2017. Kadar Protein, laktosa, dan bahan kering
tanpa lemak susu Kambing Peranakan Ettawa yang diberi konsentrat
terfermentasi. J. Ilmu Peternakan. 1 (2): 19 - 27.

Fatonah, A., D.W. Harjanti dan F. Wahyono. 2020. Evaluasi produksi dan kualitas
susu pada sapi mastitis. J. Agripet. 20 (1): 22 – 31.

Fitriyanto, T. Y. Astuti dan S. Utami. 2013. Kajian viskositas dan berat jenis susu
Kambing Peranakan Etawa (PE) pada awal punck dan akhir laktasi. J.
Ilmiah Peternakan. 1 (1): 299 – 306.

Giantara, E., T. Akhdiat, H. Permana dan N. Widjaja. 2019. Penggunaan dekok


daun Kersen (Muntingia calabura L.) sebagai teat dipping terhadap
33

persentase penurunan California Mastitis Test dan Total Plate Count air
susu. J. Sains Peternakan. 17 (2): 1 – 4.

Habib, I., T. H. Suprayogi dan P. Sambodho. 2014. Hubungan volme ambing,


lama massage dan lama pemerahan terhadap produksi susu kambing
Peranakan Ettawa. J. Animal Agriculture. 3 (1): 8 – 16.

Hamdani, M. D. I. 2015. Perbandingan berat lahir, persentase jenis kelamin anak


dan sifat prolifik induk kambing Peranakan Etawah pada paritas pertama
dan kedua di Kota Metro. J. Ilmiah Peternakan Terpadu. 3 (4): 245 – 250.

Harjanti, D. W., D. Wulandari, R. Hartanto dan A. Muktiani. 2020. Tingkat


peradanagan mammary dan stabilitas susu sapi mastitis subklinis yang
mendapat suplemen herbal dan Zn-Se proteinat. J. Livestock and Animal
Reasearch. 18 (2): 115 – 125.

Harjanti, D. W., R. Ciptaningtyas, F. Wahyono dan E. T. Setianti. 2018. Isolation


and identification of bacterial phatogen from mastitis milk in Central Java
Indonesia. IOP Conf. Series: Earth and Enviromental Science. 102. 1 -6.

Hidayat, R., E. Harpeni, dan Wardiyanto. 2014. Profil hematologi kakap putih
(Lates calcallifer) yang distimulasi dengan Jinten hitam (Nigela sativa) dan
efektifitasnya terhadap infeksi Vibrio alginolyticus. J. Rekayasa dan
Teknologi Perairan. 3 (1): 327 – 334.

Kooti, W., Z. Hasanzadeh-Noohi, N. Sharafi-Ahvazi, M. Asadi-Samani, dan D.


Ashtary-Larky. 2016. Phytochemistry, pharmacology, and therapeutic uses
of black seed (Nigella sativa). Chinese Journal of Natural Medicines. 14
(10): 732  745.

Legowo, A. M., Kusrahayu dan S. Mulyani. 2009. Ilmu dan Teknologi Susu.
Badan Penerbit Undip, Semarang.

Mahardika, O., Sudjatmogo, dan T. H. Suprayogi. 2012. Tampilan total bakteri


dan pH pada susu kambing perah akibat dipping desinfektan yang berbeda.
J. Animal Agriculture. 1 (1): 819 – 828.

Mahfur, 2018. Profil metabolit sekunder senyawa aktif senyawa aktif minyak
atsiri Jinten hitam (Nigella sativa L.) dari Habasyah dan India. J. Farmasi
Indonesia. 15 (1): 90 – 97.

Mahpudin, F. Wahyono dan dan D. W. Harjanti. 2017. Efektivitas ekstrak daun


babadotan sebagai green antiseptic untuk pencelup puting sapi perah. J.
Agripet 17 (1): 15 – 23.
34

Marwan, E. Widjajanto dan S. Karyono. 2005. Pengaruh pemberian ekstrak biji


Jinten Hitam (Nigella sativa) terhadap GSH, MDA, jumlah serta fungsi sel
makrofag alveolar paru Tikus Wistar yang dipapar asap roko kronis. J.
Kedokteran Brawijaya. 21 (3): 111 – 121.

Midharyati, I., J. Handoko dan K. U. Putra. 2008. Mutu susu segar di UPT
Ruminansia Besar Dinas Peternakan Kabupaten Kampar Provinsi Riau. J.
Peternakan. 5 (1): 14 – 21.

Mulyati, J. Achmadi, dan A. Purnomoadi. 2007. Produksi dan komponen lemak


susu kambing Peranakan Ettawah akibat penghembusan udara sejuk. J.
Indonesian Tropical Animal Agriculture. 32 (2): 91 – 99.

Mustakim, Aris SW, dan A. P. Kurniawan. 2010. Perbedaan kualitas kulit


kambing Peranakan Etawa (PE) dan Peranakan Boor (PB) yang disamak
krom. J. Ternak Tropika. 11 (1): 38 – 50.

Muzammilhuda, Razali dan A. Novita. 2013. Derajat keasaman dan angka


reduktase susu kambing pasteurisasi dengan lama penyimpanan yang
berbeda. J. Ilmiah Peternakan. 1 (2): 70 – 77.

Nababan, L. A., I. K. Suada dan I. B. N. Swacita. 2014. Ketahanan susu segar


pada penyimpanan suhu ruang ditinjau dari uji tingkat keasaman, uji didih,
dan waktu reduktase. J. Indicus Medicus Veterinus. 3 (4): 274 – 282.

Nurhakim, A. S. 2010. Evaluasi Pengaruh Gelling Agent terhadap Stabilitas Fisik


dan Profil Difusi Sediaan Gel Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa
Linn.). Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. (Skripsi).

Nurhayati, I. S. Dan E. Martindah. 2015. Pengendalin mastitis subklinis melalui


pemberian antibiotik saat periode kering pada sapi perah. J. Wartazoa. 25
(2): 65 – 74.

Pisestyani, H., M. Sudarwanto, R. Wulansari, dan A. Atabany. 2017. Data dasar


perancangan alat celup puting sesuai dengan bentuk puting sapi perah di
Jawa Barat. J. Acta Veterinaria Indonesiana. 5 (2): 89 – 97.

Prajoga, S. B. K. 2007. Pengaruh silang dalam pada estimasi respon seleksi sapih
kambing Peranakan Etawa (PE), dalam populasi terbatas. J. Ilmu Ternak. 7
(2): 170 – 178.

Prasetyanti, D. R., C. Budiarti dan D. W. Harjanti. 2016. Efektivitas daun kersen


(Mutinga calabura L.) dalam menurunkan jumlah bakteri dalam susu dan
peradangan pada ambing sapi perah. J. Ilmu – Ilmu Peternakan. 19 (1): 10 –
16.
35

Prasetyo, B. W., Sarwiyono, dan P. Sujowardojo. 2013. Hubungan antara


diameter lubang puting terhadap tingkat kejadian mastitis. J. Ternak
Tropika. 14 (1): 15 – 20.

Pratiwi, M. S., D. W. Harjanti dan P. Sambodho. 2018. Jumlah sel somatik pada
sapi perah penderita mastitis subklinis akibat suplementasi kombinasi herbal
dan mineral proteinat. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Peternakan
Terpadu. Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas Diponegoro,
Semarang. Hal : 25 – 36.

Priono, D., E. Kusumanti dan D. W. Harjanti. 2016. Jumlah bakteri


Staphylococcus aureus dan skor California Mastitis Test (CMT) pada susu
kambing Peranakan Etawa akibat dipping ekstrak daun Babadotan
(Ageratum conyzoides L.). J. Ilmu – Ilmu Peternakan. 26 (1): 52 – 57.

Purwatiningsih, T. I. 2016. Pengaruh celup puting menggunakan ekstrak buah


mengkudu matang terhadap jumlah sel somatik sapi perah mastitis
subklinis. Journal of Animal Scince. 1 (3): 32 – 33.

Puspita, H. J. 2016. Jumlah bakteri dan pH susu sapi peranakan Friesian Holstein
yang dipelihara dalam kandang beralas karpet dan tidak beralas karpet.
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
(Skripsi).

Puspitarini, O. R. Dan I. Kentjonowaty. 2015. Pengaruh lama simpan dan


refrigerator terhadap kualitas susu kambing pasteurisasi. J. Dinamika
Rekasatwa. 3 (1): 41 – 44.

Puspitarini, O. R. dan N. J. Mubarakati. 2019. Identifikasi total mikroba, cemaran


Escherichia coli dan nilai pH susu pasteurisasi yang beredar di Kota
Malang. J. Ilmiah Peternakan Terpadu. 7 (1): 201 – 205.

Putra, N. 2015. Effect antimicrobacterial Nigella sativa for inhibits growt of


bacteria. J. Majority. 4 (4): 70 – 73.

Putri, P., Sudjatmogo, dan T.H. Suprayogi. Pengaruh lama waktu dipping
menggunakan larutan kaporit terhadap tampilan total bakteri dan derajat
keasamaan susu sapi perah. J. Animal Agriculture. 4 (1): 132 – 136.

Rahmawati, A., N. Al-Anwary, dan R. Sasongkowati. 2012. Pengaruh pemberian


infusa Jinten hitam (Nigella sativa linn) terhadap pertumbuhan jamur
Candida albicans. J. Analis Kesehatan Sains. 1 (1): 16 – 20.

Ramadhan, B. G., T. H. Suprayogi dan A. Sustiyah. 2013. Tampilan produksi


susu dan kadar lemak susu kambing Peranakan Etawa akibat pemberian
36

pakan dengan imbangan hijauan dan konsentrat yang berbeda. J. Animal


Agriculture. 2 (1): 353 – 361.

Riyadhi, M., M. Ridan dan A. Wahdi. 2017. Diseminasi teknologi inseminasi


buatan menggunakan semen kambing Peranakan Etawa (PE) dengan
pengencer air kelapa muda dan kuning telur di Kecamatan Bati Bati
Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. J. Pengabdian Kepada
Masyarakat. 1 (2): 125 – 130.

Riyanto, J., Sunarto, B. S. Hertanto, M. Cahyadi, R. Hidayah, dan W. Sejati.


2016. Produksi dan kualitas susu sapi perah penderita mastitis yang
mendapat pengobatan antibiotik. J. Sains Peternakan. 14 (2): 30 – 41.

Sasongko, D. A., T. H. Suprayogi, dan S. M. Sayuthi. 2012. Pengaruh berbagai


konsentrasi larutan kaporit (CaHOCl) untuk dipping puting susu kambing
perah terhadap total bakteri dan pH susu. J. Animal Agriculture. 1 (2): 93 –
99.

Sriwahyuni, E., Y. Risza dan A. Yuni. 2010. Ekstrak jinten hitam memperbaiki
penyempitan jalan nafas pada model mencit asthma. J. Kedokteran
Brawijaya. 26 (1): 37 – 42.

Sudarman, A., D. Supriadin dan A. Jayanegara. 2017. Pemberian tepung daun


sirih (Piper betle L.) dalam waktu lama untuk mengobati mastitis subklinis
pada sapi perah laktasi pasca puncak produksi. Buletin Peternakan. 41 (1): 8
– 14.

Sudarwanto, M. dan Sudarnika, E. 2008. Hubungan antara pH susu dengan jumlah


sel somatik sebagai parameter mastitis subklinik. Media Peternakan. 31 (2):
107 - 113.

Suhendar, G. E., P. Sambodho dan D. W. Harjanti. 2017. Pengaruh ekstrak daun


belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) sebagai bahan dipping terhadap
jumlah coliform dan pH susu. J. Sain Peternakan. 12 (2): 265 – 276.

Sulistiawati F. dan M. Radji. 2014. Potensi pemanfaatan Nigella sativa L. Sebagai


imunomodulator dan antiinflamasi. J. Farmasi Sains dan Terapan. 1 (2): 65
– 77.

Supriyana, E. Aryati, Sadimin, dan W. J. D. Utami. 2019. Kemampuan obat


kumur ekstrak Jinten hitam sediaan kantong celup terhadap monosit dan
neutrofil pada adhesi Streptococcus mutan. J. LINK. 15 (2): 37 – 41.

Suryowardojo, P. 2012. Penampilan kandungan protein dan kadar lemak susu


pada sapi perah mastitis Fridisn Holstein. J. Experimental Life Science. 2
(1): 42 – 48.
37

Suwito, W., A. E. T. H., Wahyuni, W. S. Nugroho, dan Bambang Sumiarto. 2013.


Isolasi dan identifikasi bakteria mastitis klinis pada kambing Peranakan
Ettawah. J. Sain Veteriner. 31 (1): 49 – 54.

Swadayana, A., P. Sambodo, dan C. Budiarti. 2012. Total bakteri dan pH susu
akibat lama waktu diping puting kambing peranakan ettawa laktasi. J.
Animal Agriculture. 1 (1): 12 – 21.

Tasia, W. R. dan T. D. Widyaningsih. Potensi cincau itam (Mesona palustris BI.),


daun pandan (Pandanus amaryllifolius) dan kayu manis (Cinnamomum
burmannii) sebagai bahan baku minuman herbal fungsional. J. Pangan dan
Agroindustri. 2 (4): 128 – 136.

Trisunuwati, P. Dan E. Setyowati. 2017. Potensi perasan Daun Binahong


(Anredera cordifolia) sebagai antibakterial pada kultur media bakteri
Staphylococcus aureus dan Esherichia coli penyebab mastitis klinis
penyebab mastitis Sapi Perah. J. Ilmu-ilmu Peternakan. 27 (1): 18 – 27.

Udin, Z., N. Humaidah dan I. Kentjonowaty. 2020. Pengaruh jus daun kemangi
(Ocimum basilicum l) sebagai teat dipping terhadap penurunan skor mastitis
subklinis dan produksi susu pada sapi peranakan Frisian Holstein (PFH). J.
Rekasatwa peternakan. 3 (1): 95 – 100.

Ulfah, N. R. 2018. Pengaruh Karbopol dan Gliserin Pada Sediaan Gel Minyak
Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix D.C) Terhadap Sifat Fisik dan
Aktivitasnya pada Staphylococcus aureus. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. (Skripsi).

Van Der Berg., J.C.T. 1988. Dairy Technology in the Tropics and Subtropics.
PUDOC, Wageningen.

Yuliastini, M. dan D. Purwito. 2016. Efektifitas minyak jinten hitam (Nigella


sativa) dan jelly gamat emas (Golden Stichopus Variegatus) pada perawatan
luka kanker di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Jawa
Tengah. J. Ilmiah Ilmu – Ilmu Kesehatan. 14 (3): 56 – 64.

Yuniarti. 2018. Efektivitas salep Jinten Hitam (Nigella sativa) pada proses
penyembuhan luka Perineum Rupture ibu nifas. J. Kesehatan Manarung. 4
(2): 64 – 68.

Zahro, L. dan R. Agustini. 2013. Uji efektivitas antibakteri ekstrak kasar saponin
jamur Tiram putih (Pleurotus ostreatus) terhadap Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli. J. Chemistry. 2 (3): 120 – 129.
38

Lampiran 1. Data Kelompok Ternak

Nomor Rata-rata Periode Produksi


Kelompok Perlakuan
Ternak Skor CMT Laktasi Susu
--------------------------------(ml)-------------------------------
I T0 28 1,5 III 498,75
T1 18 2 III 426,25
T2 12 1 III 506,25
T3 8 1 IV 451,25
II T0 34 1 I 532,05
T1 5 1 I 537,05
T2 32 1 II 517,05
T3 20 1 III 533,75
III T0 20 0,5 III 575,00
T1 7 0,5 IV 553,75
T2 16 0,5 III 555,00
T3 29 1 IV 538,75
IV T0 1 1 III 586,25
T1 15 1,5 III 645,00
T2 10 1 III 635,00
T3 27 1,5 III 640,00

Rata-rata =

= 545,70
Standar Deviasi = 61,97

CV Data = × 100%

= × 100%

= 11,36%
39

Lampiran 2. Data Rataan Uji Lama Waktu Reduktase

Lama Penggunaan
Perlakuan
H0 H10 H20 H30
----------------------(jam) ----------------------
T0K1 9 9 9 9
T0K2 9 9 9 7,025
T0K3 9 9 9 9
T0K4 9 9 9 9
T1K1 9 5 9 9
T1K2 9 9 9 9
T1K3 9 9 9 9
T1K4 9 9 9 9
T2K1 7,225 9 9 9
T2K2 9 9 9 9
T2K3 9 9 9 9
T2K4 9 9 9 9
T3K1 9 9 9 9
T3K2 9 9 9 9
T3K3 9 9 9 9
T3K4 9 9 9 9

Rata-rata
Perlakuan
H0 H10 H20 H30
----------------------(jam) ----------------------
T0 9 9 9 8,51
T1 8 9 9 9
T2 8,56 9 9 9
T3 9 9 9 9

Rata-rata =

= = 8,88

Standar Deviasi = 0,59

CV Data = × 100%

= × 100%

= 6,67%
40

Lampiran 3. Data Rata-rata Uji pH Susu

Lama Penggunaan
Perlakuan
H0 H10 H20 H30
T0K1 6,47 6,33 6,42 6,44
T0K2 6,46 6,46 6,40 6,42
T0K3 6,43 6,44 6,50 6,43
T0K4 6,44 6,40 6,50 6,34
T1K1 6,38 6,30 6,42 6,28
T1K2 6,46 6,52 6,34 6,44
T1K3 6,55 6,53 6,57 6,58
T1K4 6,40 6,50 6,46 6,38
T2K1 6,45 6,45 6,59 6,47
T2K2 6,38 6,46 6,45 6,45
T2K3 6,63 6,56 6,60 6,38
T2K4 6,47 6,55 6,39 6,39
T3K1 6,40 6,50 6,46 6,38
T3K2 6,45 6,45 6,59 6,47
T3K3 6,38 6,46 6,45 6,45
T3K4 6,63 6,56 6,60 6,38

Rata-rata
Perlakuan
H0 H1 H2 H3
T0 6,45 6,41 6,45 6,41
T1 6,46 6,47 6,43 6,42
T2 6,46 6,49 6,52 6,42
T3 6,47 6,47 6,47 6,50

Rata-rata =

= 6,45
Standar Deviasi = 0,09

CV Data = × 100%

= × 100%

= 1,33%
41

Lampiran 4. Perhitungan ANOVA pada Data Uji Lama Waktu Reduktase

Main Plot Sub Plot Kelompok


Jumlah
(A) (B) K1 K2 K3 K4
----------------------(jam) ----------------------
T0 H0 9 9 9 9 36,00
H10 9 9 9 9 36,00
H20 9 9 9 9 36,00
H30 9 7,03 9 9 34,03
Jumlah 36,00 34,03 36,00 36,00 142,03
T1 H0 9 5 9 9 32,00
H10 9 9 9 9 36,00
H20 9 9 9 9 36,00
H30 9 9 9 9 36,00
Jumlah 36,00 32,00 36,00 36,00 140,00
T2 H0 7,23 9 9 9 34,23
H10 9 9 9 9 36,00
H20 9 9 9 9 36,00
H30 9 9 9 9 36,00
Jumlah 34,23 36,00 36,00 36,00 142,23
T3 H0 9 9 9 9 36,00
H10 9 9 9 9 36,00
H20 9 9 9 9 36,00
H30 9 9 9 9 36,00
Jumlah 36,00 36,00 36,00 36,00 144,00
Total 142,23 13803 144,00 144,00 568,26

Perhitungan :
r =4
a =4
b =4
db Total = (rab) – 1
= (4 x 4 x 4) – 1
= 63
db R = (r – 1)
= (4 – 1)
=3
42

Lampiran 4. (Lanjutan)
db A = (a – 1)
= (4 – 1)
=3
db Galat (a) = (r – 1)(a – 1)
= (4 – 1)(4 – 1)
=9
db B = (b – 1)
= (4 – 1)
=3
db AB = (a – 1 )(b – 1)
= (4 – 1)(4 – 1)
=9
db Galat (b) = a (r – 1)(b – 1)
= 4(4 – 1)(4 – 1)
= 36

FK =

= 5045,6161
JK (X) = ∑X2 – FK

= {(9)2 + (9)2 + … + (9)2 }  5045,6161


= 22,0777

JK (R) = - FK

=  5045,6161

= 1,4873
43

Lampiran 4. (Lanjutan)

JK (A) = – FK

=  5045,6161

= 0,5023

JK Galat A = – FK – JK (R) – JK (A)

=  5045,6161  1,4873 

0,5023
= 2,8278

JK B = – FK

=  5045,6161

= 1,3873

JK AB = – FK – JK (A) – JK (B)

=  5045,6161 0,5023 –
1,3873
= 2,9278
JK Galat (b) = JK (Total) – (JK (R) + JK (A) + JK Galat (a) + JK B + JK (AB))
= 22,0777 – (1,4873 + 0,5023 + 2,8278 + 1,3873 + 2,9278)
= 12,9453

KT (R) =

=
44

Lampiran 4. (Lanjutan)
= 0,4958

KT (A) =

= 0,1674

KT Galat (a) =

= 0,3142

KT (B) =

= 0,4624

KT (AB) =

= 0,3253

KT Galat (b) =

= 0,3596

F hit A =

=
45

Lampiran 4. (Lanjutan)
= 0,5329

F hit B =

= = 1,2860

F hit AB =

= = 0,9047

Sumber F Tabel
Db JK KT F Hitung 5% 1%
Keragaman
Kelompok 3 1,4873 0,4958
Faktor (A) 3 0,5023 0,1674 0,5329 ns 3,86 6,99
Galat (a) 9 2,8278 0,3142
Faktor (B) 3 1,3873 0,4624 1,2860 ns 2,87 4,38
A×B 9 2,9278 0,3253 0,9047 ns 2,15 2,95
Galat (b) 36 12,9453 0,3596
Total 63 22,0777
Keterangan : ns = Tidak Berbeda Nyata

Nilai signifikasi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
perlakuan dan lama penggunaan terhadap lama waktu reduktase.

CV (a) = × 100%

= × 100%

= 6,3130

CV (b) = × 100%

= × 100% = 6,7536
46

Lampiran 5. Perhitungan ANOVA pada Data Uji pH Susu

Main Plot Sub Plot Kelompok


Jumlah
(A) (B) K1 K2 K3 K4
T0 H0 6,47 6,46 6,43 6,44 25,79
H10 6,33 6,46 6,44 6,40 25,62
H20 6,42 6,40 6,50 6,50 25,81
H30 6,44 6,42 6,43 6,34 25,63
Jumlah 25,65 25,73 25,80 25,67 102,84
T1 H0 6,38 6,46 6,55 6,47 25,85
H10 6,30 6,52 6,53 6,55 25,89
H20 6,42 6,34 6,57 6,39 25,71
H30 6,28 6,44 6,58 6,39 25,68
Jumlah 25,36 25,76 26,22 25,79 103,12
T2 H0 6,40 6,45 6,38 6,63 25,85
H10 6,50 6,45 6,46 6,56 25,96
H20 6,46 6,59 6,45 6,60 26,09
H30 6,38 6,47 6,45 6,38 25,68
Jumlah 25,74 25,95 25,73 26,16 103,57
T3 H0 6,48 6,64 6,45 6,32 25,88
H10 6,46 6,63 6,48 6,30 25,86
H20 6,44 6,60 6,50 6,34 25,88
H30 6,54 6,54 6,54 6,36 25,98
Jumlah 25,92 26,40 25,97 25,32 103,59
Total 102,67 103,83 103,70 102,93 413,12

Perhitungan :
r =4
a =4
b =4
db Total = (rab) – 1
= (4 x 4 x 4) – 1
= 63
db R = (r – 1)
= (4 – 1)
=3
47

Lampiran 5. (Lanjutan)
db A = (a – 1)
= (4 – 1)
=3
db Galat (a) = (r – 1)(a – 1)
= (4 – 1)(4 – 1)
=9
db B = (b – 1)
= (4 – 1)
=3
db AB = (a – 1 )(b – 1)
= (4 – 1)(4 – 1)
=9
db Galat (b) = a (r – 1)(b – 1)
= 4(4 – 1)(4 – 1)
= 36

FK =

= 2666,6251
JK (X) = ∑X2 – FK

= {(6,47)2 + (6,46)2 + … + (6,36)2 }  2666,6251


= 0,4624

JK (R) = - FK

=  2666,6251

= 0,0611
48

Lampiran 5. (Lanjutan)

JK (A) = – FK

=  2666,6251

= 0,0252

JK Galat A = – FK – JK (R) – JK (A)

=  2666,6251  0,0611 

0,0252
= 0,2158

JK B = – FK

=  2666,6251

= 0,0095

JK AB = – FK – JK (A) – JK (B)

=  2666,6251  0,0252 –
0,0095
= 0,0311
JK Galat (b) = JK (Total) – (JK (R) + JK (A) + JK Galat (a) + JK B + JK (AB))
= 0,4624 – (0,0611 + 0,0252 + 0,2158 + 0,0095 + 0,0311)
= 0,1197

KT (R) =

=
49

Lampiran 5. (Lanjutan)
= 0,0204

KT (A) =

= = 0,0084

KT Galat (a) =

= = 0,0240

KT (B) =

= = 0,0032

KT (AB) =

= = 0,0035

KT Galat (b) =

= = 0,0033

F hit A =

= = 0,3509

F hit B =

= 0,9509
50

Lampiran 5. (Lanjutan)

F hit AB =

= 1,0378

Sumber F Tabel
Db JK KT F Hitung
Keragaman 5% 1%
Kelompok 3 0,0611 0,0204
Faktor (A) 3 0,0252 0,0084 0,3509 ns 3,86 6,99
Galat (a) 9 0,2158 0,0240
Faktor (B) 3 0,0095 0,0032 0,9509 ns 2,87 4,38
A×B 9 0,0311 0,0035 1,0378 ns 2,15 2,95
Galat (b) 36 0,1197 0,0033
Total 63 0,4624
Keterangan : ns = Tidak Berbeda Nyata

Nilai signifikasi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
perlakuan dan lama penggunaan terhadap pH susu.

CV (a) = × 100%

= × 100%

= 2,3988

CV (b) = × 100%

= × 100%

= 0,8933
51

Lampiran 6. Data Pendukung dari Tim Penelitian

Data total bakteri susu berdasarkan uji TPC


Lama Perlakuan
Rata rata
Perlakuan T0 T1 T2 T3
4
------------------------(10 CFU/ml)---------------------
H0 0,9def 4,3a 3,6abc 3,0abcd 2,95a
H10 1,2bcde 3,4ab 1,3cde 0,6def 1,62ab
H20 1,5abcde 2,4abc 0,4fg 0,8efg 1,25bc
H30 2,4bcde 1,5abcde 0,2g 0,6fg 1,18c
Rata rata 1,5ab 2,9a 1,38b 1,25b
Sumber : Krisharianti (2020)

Data total bakteri susu berdasarkan uji jumlah sel somatik

Lama Perlakuan
Perlakuan Rata rata
H0 H10 H20 H30
6
--------------------- (10 sel/ml) --------------------
T0 2,01 3,03 1,99 1,22 2,06
T1 3,80 2,05 1,44 1,15 2,11
T2 2,92 2,66 2,07 1,85 2,38
T3 8,61 4,62 2,38 2,10 4,43
a b b
Rata rata 4,33 3,09 1,97 1,58c
Sumber : Destira (2020)
52

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Marisatul Khasanah,

dilahirkan di Desa Kedungringin Sedan, Kabupaten

Rembang, Provinsi Jawa Tengah tepatnya pada tanggal 20

Mei 1999. Anak ke-2 dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak

Surana (Alm) dengan Ibu Warsinah. Penulis menempuh

pendidikannya dimulai dari SD Negeri Kedungringin lulus

pada tahun 2010, penulis melanjutkan sekolah menengah pertamanya di SMP

Negeri 1 Sedan lulus pada tahun 2013 dan melanjutkan pendidikannya di bangku

sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Rembang lulus pada tahun 2016. Pada

tahun 2016 pula penulis menempuh pendidikannya di Universitas Diponegoro,

Semarang pada Program Studi S1 Peternakan.

Penulis juga aktif selain dalam kegiatan perkuliahan diantaranya tahun

2016 – 2017 menjadi Staff Muda bidang Komunikasi UKM Indonesia Marketing

Association, selanjutnya pada tahun 2017 – 2018 penulis menjadi Staff Ahli

bidang Komunikasi UKM Indonesia Marketing Association dan menjadi Ketua

Bidang KOMINFO di Himpunan Mahasiswa S1 Peternakan. Pada tahun 2018 –

2020 penulis aktif sebagai Asisten Laboratorium Produksi Ternak Unggas.

Penulis telah mengikuti Praktik Kerja Lapangan selama 1 bulan di PT. Charoen

Pokphand Jaya Farm Unit 3 lebak, Banten. Penulis juga telah melaksanakan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) TIM II di Desa Lodan Wetan, Kabupaten Rembang,

Jawa Tengah pada tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai