SKRIPSI
NUR ASIA
11 22 144
NUR ASIA
SKRIPSI
i
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
NUR ASIA
11 22 144
Diketahui Oleh :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
NIM : 11 22 144
Disahkan Oleh :
Tim Penguji
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul “Analisis Mutu
Minuman Sari Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.).” dengan Berbagai Jenis dan
Konsentrasi Bahan Penstabil” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah dituliskan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep.
Penulis
iv
ABSTRACT
NUR ASIA (11 22 144). Quality Test Drink Esence Of Green Beans (Phaseolus
radiatus L.) with Different Types and Concentrations of Stabilizer Material.
Supervised by Siti Nurmiah and Nur Fitriany Usdyana Attahmid.
Green bean esens drink is a beverage product made by green beans with the
addition of a stabilizer for to maintain the stability of the juice of green beans.
This purpose of the study was to determine the effect and quality of juice green
beans premises addition of stabilizers CMC (Carboxymethyle Cellulose) and
carrageenan.
This research was done using SPSS program version 16 with completely
randomized factorial design consisting of two factors, namely the use of stabilizers
(A), (A1 = CMC, A2 = carrageenan), and the concentration of CMC and carrageenan
(B ), (B1 = 0,05%, B2 =0,10%, B3 = 0,15%). Parameters observed, namely, the
levels of protein, carbohydrates, crude fiber content, viscosity, and organoleptic value
(color, aroma, taste and consistency).
The results showed that the addition of CMC and carrageenan in the
manufacture of juice green beans significant effect on protein content, crude fiber
content and viscosity grades. In the carbohydrate content does not provide any real
effect on green bean juice. Low protein content is in the addition of 0,05%
carrageenan valued at 1.14% and the highest in the addition of 0,15% carrageenan
valued at 2,32%. Low carbohydrate content is the addition of CMC 0,10% worth of
20.67% and the highest at 0.05% addition of CMC worth 20.93%. Low fiber content
ie the addition of CMC 0.05% and 0.10% amounting to 0.11% and the highest in the
addition of 0.15% carrageenan valued at 0,16%. The content of the addition of
carrageenan lowest viscosity of 0.05% and the highest at 0.15% addition of CMC.
An assessment of the level of consumer preferences organoleptic (color, taste, aroma,
and consistency) best green bean juice beverage on the addition of emulsifiers CMC
with a concentration of 0.15% with a mean value of 4 is preferred.
v
RINGKASAN
NUR ASIA (11 22 144). Analisis Mutu Minuman Sari Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus L.) dengan Berbagai Jenis dan Konsentrasi Bahan Penstabil. Dibimbing oleh
Siti Nurmiah dan Nur Fitriani Usdyana Attahmid.
Minuman sari kacang hijau adalah produk minuman yang dibuat dari kacang
hijau dengan penambahan bahan penstabil untuk menjaga kestabilan pada minuman
sari kacang hijau.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan mutu minuman sari
kacang hijau denga penambahan bahan penstabil CMC (Carboxymethyle Cellulose)
dan karaginan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Program SPSS versi 21 dengan
rancangan acak lengkap pola faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu penggunaan
bahan penstabil (A), (A1=CMC, A2=Karaginan), dan konsentrasi CMC
(Carboxymethyle Cellulose) dan karaginan (B), (B1= 0,05%, B2= 0,10%, B3= 0,15%).
Parameter yang diamati yaitu, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar serat kasar,
nilai viskositas, dan nilai organoleptik (warna, aroma, rasa, dan kekentalan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan CMC dan karaginan dalam
pembuatan minuman sari kacang hijau memberikan pengaruh yang nyata terhadap
kadar protein, kadar serat kasar dan nilai viscositas. Pada kadar karbohidrat tidak
memberikan pengaruh yang nyata pada minuman sari kacang hijau. Kandungan
protein yang terendah yaitu pada penambahan karaginan 0,05% senilai 1,14% dan
tertinggi pada penambahan karaginan 0,15% senilai 2,32%. Kandungan karbohidrat
yang terendah yaitu pada penambahan CMC 0,10% senilai 20,67% dan tertinggi
pada penambahan CMC 0,05% senilai 20,93%. Kandungan serat yang terendah yaitu
pada penambahan CMC 0,05% dan 0,10 % senilai 0,11% dan tertinggi pada
penambahan karaginan 0,15% senilai 0,16%. Kandungan viskositas terendah pada
penambahan karaginan 0,05 % dan tertinggi yaitu pada penambahan CMC 0,15%.
Penilaian terhadap tingkat kesukaan konsumen organoleptik (warna, rasa, aroma, dan
kekentalan) minuman sari kacang hijau terbaik pada penambahan pengemulsi CMC
dengan konsentrasi sebanyak 0,15% dengan nilai 4 yang berarti disukai.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan menuju zaman kemajuan seperti sekarang ini.
Karya ilmiah praktek akhir ini dibuat berdasarkan hasil penelitian yang
dilaksanakan pada Praktek Kerja Magang Industri (PKMI) Mahasiswa di Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan yang berlangsung mulai
tanggal 2 Februari sampai 2 Mei 2015.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Melalui kesempatan ini, penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayahanda Parakkasi dan Ibunda Naharia tercinta yang dengan penuh ketulusan
dan kasih sayang selama ini telah membimbing serta senantiasa memberikan
dukungan moral maupun dukungan moril kepada penulis yang tak ternilai
harganya. Juga tak lupa untuk saudaraku Surahman, Fitriani, Rahmawati dan
ananda tercinta Magfirah Awalia dan Nur Afni atas motivasinya untuk
penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Sitti Nurmiah, M.Si selaku pembimbing I dan ibu Nur Fitriani
Usdyana Attahmid, S.Pt, M.Si selaku pembimbing II.
3. Ibu Kepala Laboratorium Pascapanen beserta staf Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan.
4. Bapak Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep beserta staf dan
jajarannya.
5. Seluruh staf jurusan Teknologi Hasil Pengolahan Hasil Perikanan dan Program
Studi Agroindustri.
vii
6. Rekan – rekan jurusan Agroindustri sebagai teman seperjuangan, terima kasih
atas bantuan dan do’anya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
7. Sahabat terbaik agroindustri Juliana, Kasmiati Arfah dan Hardianty yang
senantiasa menemani dalam suka dan duka dalam penulisan tugas akhir ini.
Thanks for your attention.
8. Rekan Asrama Mahasiswa Puteri Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.
Karenanya, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
tugas akhir ini. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Wabillahi taufik walhidayah
Assalamu’ alaikum Wr. Wb
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN iv
ABSTRAK v
RINGKASAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat Kegiatan 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kacang Hijau 3
2.2 Kadar Gizi Kacang Hijau 4
2.3 Produk Olahan Kacang Hijau 8
2.4 Minuman Sari Kacang Hijau 8
2.5 Bahan Tambahan Pembuatan Minuman Sari Kacang Hijau 10
2.6 CMC (Carboxymethyl Celoluse) 12
2.7 Karaginan 13
2.8 Viskositas 15
III METODOLOGI
3.1 Waktu Penelitian 16
3.2 Alat dan Bahan 16
3.3 Metode Penelitian 16
3.4 Alur Proses Pembuatan Minuman Sari Kacang Hijau 1
3.5 Parameter pengamatan 17
ix
IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Kimia Minuman Sari Kacang Hijau 24
4.2 Kadar Protein 24
4.3 Kadar Karbohidrat 26
4.4 Kadar Serat 28
4.5 Viskositas Minuman Sari Kacang Hijau 30
4.6 Uji Organoleptik 33
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 41
5.2 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
RIWAYAT HIDUP 56
x
DAFTAR TABEL
Teks
No Halaman
1. Kadar Gizi Kacang Hijau Per 100g Bahan 5
2. Perbandingan Kadar Protein Kacang Hijau 5
3. Syarat Mutu Susu Kedelai 9
4. Standar Mutu Gula Pasir 11
5 Standar Mutu Karaginan 14
6. Rerata Hasil Analisa Kimia Minuman Sari Kacang Hijau 24
7. Rerata Analisa Viscositas Minuman Sari Kacang Hijau 31
8. Rerata Hasil Uji Organoleptik Minuman Sari Kacang Hijau 33
xi
DAFTAR GAMBAR
Teks
No Halaman
1. Biji Kacang Hijau 4
2 Struktur CMC 12
3 Struktur Kimia Karaginan 13
4. Alur Proses Pembuatan Minuman Sari Kacang Hijau 19
5. Histogram Analisa Protein Minuman Sari Kacang Hijau 25
6. Histogram Analisa Karbohidrat Minuman Sari Kacang Hijau 27
7. Histogram Analisa Serat Minuman Sari Kacang Hijau 29
8. Histogram Analisa Viscositas Minuman Sari Kacang Hijau 31
9. Histogram Uji Warna Minuman Sari Kacang Hijau 32
10 .Histogram Uji Aroma Minuman Sari Kacang Hijau 36
11. Histogram Uji Rasa Minuman Sari Kacang Hijau 38
12. Histogram Uji Kekentalan Minuman Sari Kacang Hijau 39
13. Histogram Uji Penampilan Minuman Sari Kacang Hijau 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Teks
No Halaman
1. Alur Proses Pembuatan Minuman Sari Kacang Hijau 46
2. Hasil Analisis Proksimat Minuman Sari Kacang Hijau 47
3. Hasil Analisis Viscositas Minuman Sari Kacang Hijau 48
4. Hasil ANOVA Protein Minuman Sari Kacang Hijau 49
5. Hasil Analisa Duncan Protein Minuman Sari Kacang Hijau 49
6. Hasil ANOVA Karbohidrat Minuman Sari Kacang Hijau 50
7. Hasil Analisa Duncan Karbohidrat Minuman Sari Kacang Hijau 50
8. Hasil ANOVA Serat Minuman Sari Kacang Hijau 51
9. Hasil Analisa Duncan Serat Minuman Sari Kacang Hijau 51
10. Hasil ANOVA Viscositas Minuman Sari Kacang Hijau 52
11. Hasil Analisa Duncan Minuman Sari Kacang Hijau 52
12. Hasil Uji Organoleptik Warna 53
13. Hasil Uji Organoleptik Aroma 54
14. Hasil Uji Organoleptik Rasa 55
15. Hasil Uji Organoleptik Kekentalan 56
xiii
I PENDAHULUAN
1
(tambahan) yang bisa menjaga kondisi tubuh agar tetap fit sehingga tidak mudah
terserang penyakit.
Untuk menjaga kestabilan susu nabati dapat dilakukan dengan menggunakan
bahan penstabil yang berfungsi meningkatkan viskositas atau kekentalan pada
minuman untuk mencegah kandungan kacang hijau untuk terikat antar satu dengan
yang lain (Suryani et al., 2002) salah satu contoh bahan penstabil adalah
Carboxymethiyle Celulose (CMC) dan karaginan. Kacang hijau merupakan sumber
pangan berprotein tinggi dan menempati urutan ketiga etelah kacang kedelai dan
kacang tanah. Kacang hijau adalah jenis tanaman budidaya yang sebaran daerah
produksi kacang hijau di Indonesia tersebar luas.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi bahan penstabil (CMC dan karaginan) pada
minuman sari kacang hijau.
2. Membandingkan mutu sari kacang hijau yang menggunakan penstabil CMC
dengan yang menggunakan penstabil karaginan.
2
II TINJAUAN PUSTAKA
3
Tepung ini juga diolah menjadi mi yang dikenal sebagai soun (www.id.Wikipedia,
2015).
4
Nilai kadar gizi kacang hijau per 100g, kacang hijau biji matang dan mentah
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Kadar gizi kacang hijau per 100g bahan
Jenis Gizi Kadar Gizi Satuan
Kalori 323 Kal
Protein 22 g
Lemak 1,5 g
Karbohidrat 56,8 g
Kalsium 223 Mg
Zat besi 7,5 Mg
Fosfor 319 Mg
Vitamin A 157 S1
Vitamin B1 0,46 Mg
Vitamin C 10 Mg
Air 15,5 G
Sumber : Purwono dan Hartono, 2012
Kadar protein yang tergantung pada biji kacang hijau cukup tinggi yaitu sekitar
20-25%. Jika dibuat menjadi susu kacang hijau kadar proteinnya turun menjadi sekitar
1,27% (Triyono et al., 2009). Protein kacang hijau tersusun dari asam-asam amino seperti
lisin, leusin, arginine, isoleusin, dan valin (Astawan, 2002). Perbandingan antar kadar
protein kacang hijau dengan beberapa bahan makanan yang lain dapat dilihat pada
Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Perbandingan antara kadar protein kacang hijau dengan beberapa bahan
makanan lain.
Bila dilihat dari kandungan proteinnya, kacang hijau termasuk bahan makanan
sumber protein kedua setelah susu skim kering. Kandungan protein kacang hijau
5
sekitar 22%. Namun bila dibandingkan dengan kacang-kacangan lainnya, kandungan
protein kacang hijau menempati peringkat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah
(Purwono dan Hartono, 2012).
Kadar protein pada kacang hijau sebesar 22%, kadar potein (asam amino ) biji
kacang hijau ini cukup lengkap terdiri atas asam amino esensial yakni: Isoleusin
6,95%; Leucin 12,90%; Lysin 7,94%; Methionin 0,84%; Phenyalanin 7,07%,
Theonin 4,50%, Valin 6,23% dan juga asam amino nonesensial yakni Alanin 4,15%;
Arginin 4,44%; Asam Asparat 12,10%; Asam Glutamat 17,00%; Glycin 4,03%;
Trytophan 1,35%; dan Tyrosin 3,86% (Rukmana, 1997).
Kacang hijau juga dikonsumsi dalam bentuk kecambah (taoge). Pemanfaatan
taoge sebagai bahan makanan telah dikenal luas di Indonesia. Taoge mengandung
vitamin E yang tidak ditemukan pada kacang tanah dan kedelai. Bahkan, nilai gizi
kecambah kacang hijau lebih baik daripada nilai gizi biji kacang hijau. Hal ini
disebabkan kecambah telah mengalami proses perombakan makromolekul menjadi
mikromolekul sehingga meningkatkan daya cerna. Selain itu, dengan proses
perkecambahan terjadi pembentukan senyawa tokoferol (vitamin E). Vitamin E
merupakan salah satu senyawa antioksidan dalam tubuh manusia. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, kandungan vitamin E dalam kecambah ternyata
dipengaruhi oleh varietas (Purwono dan Hartono, 2012).
2.2.1 Protein
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama")
adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari
monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.
Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur
serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup
dan virus. Kadar protein menggambarkan jumlah protein yang ada pada suatu bahan.
Kandungan protein pada biji kacang hijau sebenarnya cukup tinggi yaitu sekitar 20-
25 %. Jika dibuat menjadi susu kacang hijau kadar proteinya turun menjadi sekitar 1,
27 % (Triyono et al., 2009).
6
Protein merupakan kadar yang sangat penting dalam bahan makanan. Hal ini
disebabkan karena protein berfungsi sebagai bahan bakar dan bahan pembangun serta
pengatur dalam tubuh manusia. Protein adalah sumber asam amino yang mengandung
unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat (Winarno,
2004).
2.2.2 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen
dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah
penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi akan
menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran)
karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai
fungsi-fungsinya seperi bernafas, kontraksi jantung dan otot serta juga untu menja
lankan berbagai aktivitas fisik seperti berolahraga atau bekerja (Irawan, 2007).
Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik
bahan makanan seperti rasa, warna, tekstur, dan lain lain. Karbohidrat banyak
terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentossa, maupun
karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan
lignin. Selulosa dan lignin berperan sebagai penyusun dinding sel tanaman
(Winarno, 2004).
2.2.3 Serat
Definisi terbaru tentang serat makanan yang disampaikan oleh the American
Association of Cereal Chemist (AACC, 2001) merupakan bagian yang dapat dimakan
dari tanaman atau karbohidrat analog yang resisten terhadap pencernaan dan absorpsi
pada usus halus dengan fermentasi lengkap atau partial pada usus besar. Serat
makanan tersebut meliputi pati, polisakarida, oligosakarida, lignin dan bagian
tanaman lainnya.
Beberapa karbohidrat tidak dapat dihidrolisa oleh enzim-enzim pencernaan
pada manusia. Sisa yang tidak dicerna ini dikenal dengan diet serat yang kemudian
melewati saluran pencernaan dan dibuang dalam feses. Serat makanan ini terdiri dari
dinding sel tanaman yang sebagian besar mengandung 3 macam polisakharida yaitu
7
sellulosa, zat pectin dan hemisellulosa. Selain itu juga mengandung zat yang bukan
karbohidrat yakni lignin (Piliang dan Djojosoebagio, 2002).
8
air atau larutan NaHCO3 0,5 % selama semalam (8-12 jam) yang diikuti dengan
perendaman dalam air mendidih selama 30 menit (Koswara dan Sutrisno, 2006).
Persyaratan mutu susu nabati kacang hijau belum ada, sehingga standar mutu
sari kacang hijau mengacu pada syarat mutu sari kedelai. Untuk lebih jelasnya syarat
mutu sari kedelai disajikan pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Syarat mutu sari kedelai menurut SNI no. 01-3830-1995.
Persyaratan
No. Kriteria Uji Satuan
Susu (milk) Minuman (drink)
1 Keadaan : - Normal
1.1 Bau - Normal Normal
1.2 Rasa - Normal Normal
1.3 Warna - Normal Normal
2 Ph - 6,5 – 7,0 6,5-7,0
3 Protein % b/b Min. 2.0 Min. 1.0
4 Lemak % b/b Min. 1.0 Min. 0.30
5 Padatan Jumlah % b/b Min. 11.50 Min. 11.5
6 Bahan Tambahan
Makanan sesuai dengan
No. 01-3830-1995
6.1 Pemanis Buatan
6.2 Pewarna
6.3 Pengawet
7 Cemaran Logam
7.1 Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 0,2 Maks. 0,2
7.2 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks. 2 Maks. 2
7.3 Seng (Zn) Mg/kg Maks. 5 Maks. 5
7.4 Timah (Sn) Mg/kg Maks. 40/250 Maks. 40/250
7.5 Merkuri (Hg) Mg/kg Maks. 0,03 Maks. 0,03
8 Cemaran Arsen (As) Mg/kg Maks. 0,1 Maks. 0,1
9 Cemaran Mikroba
9.1 Angka Lempeng Total Koloni/ml Maks. 2x102 Maks. 2x102
9.2 Bakteri Bentuk Koli APM/ml Maks. 20 Maks. 20
9.3 Escherichia Coli APM/ml Maks. 3 Maks. 3
9.4 Salmonella - Negatif Negatif
9.5 Staphylococcus aureus Koloni/ml 0 0
9.6 Vibrio sp. - Negatif Negative
9.7 Kapang Koloni/ml Maks. 50 Maks. 50
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI
Kadar protein dalam sari kedelai yang dibuat dengan perbandingan air dengan
kedelai 8:1, 10:1, dan 15:1 berturut turut adalah 3,6%, 3,2% dan 2,4%. Berdasarkan
9
teori pada pembuatan sari kedelai, maka pada usaha percobaan pembuatan sari
kacang hijau mempertimbangkan dan mempelajari pengaruh proporsi jumlah air
pengestrak terhadap karakteristik sari kacang hijau (Triyono, et al. 2010). Kadar
protein dalam sari kacang hijau dipengaruhi oleh jenis atau varietas dan jumlah air
pengekstrak yang digunakan dalam pembuatan sari nabati (Astawan, 2009).
Kestabilan sari nabati dapat dijaga dengan menambahkan bahan penstabil
(stabilizer) berfungsi meningkatkan viskositas atau kekentalan pada minuman sari
kacang hijau, dengan peningkatan kekentalan geraka terdispersi menjadi lambat,
sehingga mencegah untuk bergabung satu sama lain (Triyono, et al. 2010).
10
dalam air, mudah terhidrolisis oleh asam, berasa manis dan mempunyai titik leleh
60oC (Winarno, 1997).
Adapun standar mutu gula pasir menurut standar industri di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Syarat mutu gula pasir
2.6.2 Air
Air yang berhubungan dengan hasil-hasil industri pengolahan harus memenuhi
standar mutu yang harus diperlukan untuk air minum dengan nilai pH satu larutan
ialah angka antara 0 sampai dengan 14 yang menunjukan keasaman (acidity) atau
pengaraman (alkality) dalam larutan. Apabila nilai pH 7 berarti netral, bila di bawah 7
larutan asam (acid), semakin rendah pH larutan semakin asam, sebaliknya semakin
tinggi pH berarti larutan bersifat alkali (Stanley et al., 2000).
11
2.6.3 Penstabil (stabilizer)
Stabilitas merupakan kemampuan larutan untuk bercampur secara merata.
Setiap partikel dalam larutan akan memiliki karakteristik kohesif atau adesif.
Kemampuan untuk bersifat kohesif inilah yang akan menentukan kualitas
homogenasi dari sebuah larutan. Larutan dengan partikel lain jenis terpisah (lebih
bersifat adesif) dapat dicampur salah satunya dengan menggunakan penstabil
(hidrokoloid) sehingga tingkat homogenasinya jadi lebih baik (Anonim, 2008).
CMC adalah turunan dari selulosa dan ini sering dipakai dalam industri
makanan untuk mendapatkan tekstur yang baik. Fungsi CMC ada beberapa
terpenting, yaitu sebagai pengental, stabilisator, pembentuk gel,sebagai pengemulsi,
dan dalam beberapa hal dapat merekatkan penyebaran antibiotik (Winarno, 1995).
CMC dalam produk minuman berperan sebagai bahan penstabil. CMC dapat
membentuk sistem disperse koloid dan meningkatkan viskositas sehingga partikel-
partikel yang tersuspensi akan tertangkap dalam sistem tersebut dan tidak mengendap
oleh pengaruh gaya gravitasi. CMC dapat mencegah pengendapan protein pada titik
isolektrik dan meningkatkan viskositas produk pangan, disebabkan bergabungnya
12
gugus karboksil CMC dengan gugus muatan positif dari protein (Kusbiantoro, et al.,
2005).
Dewayani et al. (2002), pada sari buah markisa yang diberi agar dan CMC
padatan tersuspensi masih terdispersi merata dan tinggi supernatant belum berubah
sampai satu bulan penyimpanan, kecuali sari buah yag diberi agar mengalami
pengendapan. Hal ini yang menunjukkan yang paling konsistensi sebagai bahan
penstabil sari buah markisa adalah CMC. Viskositas lebih besar (lebih kental) pada
nectar buah jambu biji yang diberi perlakuan dengan bahan penstabil CMC 0,75%
dan 0,10% (Tamaroh, 2004).
2.7 Karaginan
Karaginan merupakan komoditif industri yang penambahannya semakin meluas
dan cenderung mengalami peningkatan seiring dengan berkembangnya industri-
industri terutama industri dairy product (Fahmitasari, 2004). Banyak industri-industri
makanan yang sudah menggunakan karaginan sebagai bahan tambahan untuk
mendapatkan produk yang bernilai tinggi. Pasta gigi, sabun mandi cair, ice cream
adalah contoh produk industri yang menggunakan karaginan sebagai pengentalnya
(Asis, 2009). Adapun struktur kimia karaginan disajikan pada Gambar 3 berikut ini:
13
Karaginan dapat diaplikasikan pada berbagai produk seperti pembentuk gel atau
penstabil, pensuspensi, dan pembentuk tekstur emulsi. Karaginan dapat diaplikasikan
terutama dalam produk-produk jeli, jamu, saus, permen, sirup puding, dodol, salad
dressing, gel ikan, nugget, dan produk susu. Saat ini karaginan bahkan diaplikasikan
juga untuk industri kosmetik, tekstil, cat, obat-obatan, pakan ternak dan lain
sebagainya (Suptijah, 2002).
Standar mutu karaginan menurut Food Chemical Codex (FCC), Food and
Drugs Administration (FDA) dan Food and Agriculture Organization (FAO)
disajikan pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Standar mutu karaginan
Spesifikasi FCC FDA FAO
Kadar air (%) Maks. 12 - Maks.12
Sulfat (%) 18-40 20-40 15-40
Abu (%) Maks. 35 - 15-40
Abu tak larut asam (%) Maks.1 - Maks. 1
Bahan tak larut asam (%) - - Maks. 2
Timbal (ppm) Maks.4 - Maks. 10
Viskositas 1,5 % sol (cP) Min.5 Min.5 Min. 5
Sumber : Purnama (2003)
Sifat karaginan sebagai pembentuk gel yang fleksibel juga dapat dipakai
sebagai penstabil dan pengental. Karaginan digunakan dalam konsentrasi yang rendah
untuk menstabilkan sistem suspensi dan emulsi. Ketika digunakan dalam konsentrasi
rendah, struktur gel karaginan tidak terdeteksi (gel tidak terbentuk), dan sebagai
gantinya viskositas sistem bertambah. Dalam hal ini karaginan dapat digunakan pula
sebagai bahan penstabil dan pengental suatu sistem suspensi atau emulsi tanpa adanya
pembentukan gel. Sifat karaginan yang seperti itu dimanfaatkan dalam industri
daging atau ikan kaleng, susu, dan pasta gigi. Dalam produk gel dari susu seperti
flan, kappa karaginan merupakan bahan pembentuk gel paling ekonomis (Skensved,
2004).
Karaginan diekstrak dari rumput laut dan hanya menghasilkan serat dan tidak
memiliki nilai nutrisi tertentu, namun karaginan menghasilkan karakteristik unik pada
bahan pangan yaitu dapat berfungsi sebagai gelling agent, pengental maupun sebagai
14
bahan penstabil pada produk pangan. Beberapa rumput laut merah komersial
menyediakan berbagai jenis ekstrak karaginan dengan perbedaan pada komposisi dan
pembentukan molekulnya yang menyebabkan adanya profil rheology yang berbeda
satu sama lain, pembentukan gel dan teskturnya, serta perubahan densitas molekul
dan interaksi dengan pengental dan protein lainnya. Karaginan memegang peranan
dan fungsi penting dalam formulasi untuk membentuk tekstur dan struktur, dan
kestabilan fisik pada produk pangan. Karaginan banyak digunakan dalam pembuatan
salad dressing, olahan daging, es krim, pudding jeli dan berbagai macam produk lain
(Imeson, 2010).
2.8 Viskositas
Viskositas adalah pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Satuan
dari viskositas adalah poise (1 poise =100 cP). Makin tinggi viskositas menandakan
makin besarnya tahanan cairan yang bersangkutan (FMC Corp. 1977). Viskositas
adalah daya aliran molekul dalam sistem larutan. Suspensi koloid dalam larutan dapat
meningkat dengan cara mengentalkan cairan sehingga terjadi absorbsi dan
pengembangan koloid. Pada prinsipnya pengukuran viskositas adalah mengukur
ketahanan gesekan lapisan molekul cairan yang berdekatan. Viskositas yang tinggi
dari suatu materi disebabkan karena gesekan internal yang besar sehingga cairannya
mengalir. Viskositas meningkat secara eksponensial dengan konsentrasi. Sifat ini
berlaku pada polimer linear yang mempunyai beberapa gugus dan sebagai akibat
meningkatnya konsentrasi interaksi antara rantai-rantai polimer (Winata, 2008).
15
III METODOLOGI
16
Pada dasaranya pembuatan minuman sari kacang hijau sama halnya dengan
minuma sari kedelai. Proses utama yang terjadi pada pembuatan minuman sari
kacang hijau adalah ekstraksi sari kacang hijau. Proses pembuatan minuman sari
kacang hijau dimulai dengan sortasi dengan tujuan memisahkan kotoran yang ada
pada kacang hijau sehingga diperoleh kacang hijau berkualitas (Triyono et .al 2009 )
2. Perendaman
Proses selanjutnya yaitu biji kacang hijau yang telah disortasi kemudian
dilakukan parendaman selama 12 jam dengan menggunakan air 2:1 dengan jumlah
kacang hijau. Fungsi perendaman yaitu untuk memudahkan proses penggilingan
dalam pengambilan sari dari kacang hijau. Setelah waktu perendaman telah mencapai
12 jam, kacang hijau kemudian ditiriskan.
Agar bebas antitripsin, perendaman dalam air dilakukan selama semalam (8-12
jam) yang diikuti dengan blanching menggunakan air mendidih selama 5 menit.
Antitripsin ini merupakan senyawa anti gizi yang umumnya terdapat pada kacang-
kacangan. Senyawa ini dapat mempengaruhi penggunaan protein dan metabolisme
tubuh.
Perendaman dilakukan untuk memperlunak tekstur kacang hijau yang akan
digiling. Pada dasarnya penggilingan berfungsi untuk memperluas area permukaan
bahan untuk mengoptimumkan ekstraksi sari kacang hijau.
3. Penyiapan air panas
Setelah penirisan kacang hijau kemudian dilanjutkan dengan penyiapan air,
untuk digunakan sebagai pengestrak sari kacang hijau dengan jumlah air 1:8, 1 bagian
sari kacang hijau, air yang disiapkan 8 bagian air. Timbulnya rasa langu disebabkan
oleh kerja enzim lipoksigenase. Enzim tersebut bereaksi dengan lemak sewaktu
dinding sel pecah oleh penggilingan, terutama jika penggilingan dilakukan secara
basah dengan suhu dingin. Enzim lipoksigenase mudah rusak oleh panas dan untuk
menghilangkan langu tersebut dapat dilakukan dengan cara menggunakan air panas.
Untuk mengurangi bau langu pada susu kacang hijau maka bau dan rasa langu
dapat dihilangkan dengan cara mematikan enzim lipksigenase dengan panas pada saat
pengilingan.
17
4. Penggilingan/Pengambilan Sari Kacang Hijau
Tahap selanjutnya yaitu penggilingan atau pengambilan sari kacang hijau.
Kacang hijau yang telah direndam kemudian digiling dengan blender untuk
memperoleh sari kacang hijau. Setelah itu disaring untuk memisahkan sari kacang
hijau dengan ampas.
5. Filtrasi
Sari kacang hijau yang dihasilkan kemudian di filtrasi sebelum dilanjutkan pada
proses selanjutnya.
6. Penambahan Gula dan Bahan Penstabil
Tahapan selanjutnya yaitu sari kacang hijau kemudian ditambahkan gula
sebanyak 10 % dan bahan penstabil. Jumlah bahan penstabil yang ditambahkan yaitu
sesuai dengan rancangan perlakuan penelitian, kemudian dilakukan pengadukan
sampai bahan tercampur rata.
7. Pemasakan
Setelah penambahan gula selanjutnya yaitu pemasakan, yaitu pemanasan sari
kacang hijau dengan suhu 80˚C dengan lama pemasakan 15 menit. Pada proses
pemasakan pengadukan dilakukan secara terus menerus, agar minuman sari kacang
hijau yang sedang dalam proses pemasakan tidak melengkat di dasar panci.
8. Minuman Sari Kacang Hijau
Setelah proses pemasakan kemudian sari kacang hijau diangkat dan
didinginkan, dan selanjutnya dilakukan pengemasan. Produk yang dihasilkan yaitu
minuman sari kacang hijau dengan jenis dan jumlah bahan penstabil yang berbeda.
18
Diagram alir pembuatan minuman sari kacang hijau dapat dilihat pada Gambar
4 berikut ini:
Kacang Hijau
Sortasi
Blanching
(5 Menit)
Blender
(1;8)
Penyaringan
Penstabil Filtrasi
0,05%, 1 %,
0,15%, dan Gula
Pasir
Pemasakan
(80˚C; 15 Menit)
Minuman Sari
Kacang Hijau
19
3.5 Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan pada penelitian ini yaitu analisis protein, analisis
karbohidrat, analisis serat, uji viskositas dan uji organoleptik (warna, rasa, aroma,
kekentalan).
20
3.5.3 Analisis Kadar Karbohidrat (Winarno 2004)
Contoh ditimbang sebanyak 5 g, dimasukkan ke dalam gelas beaker 100 ml,
kemudian ditambahkan aquades sampai 100 ml. Setelah itu dicampur hingga rata,
kemudian dipipet sebanyak 5 ml kedalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 25 ml
reagen luff Schoorl menggunakan pipet volumetrik. Kemudian dipanaskan di atas
waterbath yang sudah mendidih selama 10 menit tepat. Jika reagen berwarna merah
contoh harus diencerkan. Kemudian didinginkan dengan cepat di bawah air kran dan
ditambahkan 15 ml KI 20% dan 25 ml larutan H2SO4 4N dengan hati-hati, karena jika
terlalu cepat larutan akan tumpah keluar. Kemudian dititrasi dengan larutan
Na2S2O3.5H2O 0,1N sampai warna kuning muda, dan selanjutnya ditambahkan 2 ml
indikator amilum 1% dan titrasi tersebut dilanjutkan sampai warna biru hilang.
Kemudian dilakukan pengerjaan blangko.
Perhitungan :
!!
Kadar Karbohidrat (%) =
" #$%&$' !!!
21
kadangkala digoyang-goyangkan. Kemudian disaring suspensi melalui kertas saring
dan residu yang tertinggal dalam erlenmeyer dicuci dengan aquades mendidih.
Selanjutnya residu dicuci dalam kertas saring sampai air cucian tidak bersifat asam
lagi (diuji menggunakan kertas lakmus). Kemudian dipindahkan secara kuantitatif
residu dari kertas saring ke dalam erlenmeyer kembali dengan spatula, dan sisanya
dicuci dengan larutan NaOH mendidih (1,25 g NaOh/100 ml = 0,313 N NaOH)
sebanyak 200 ml sampai semua residu masuk ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya
dididihkan dengan pendingin balik sambil kadangkala digoyang-goyangkan selama
30 menit. Setelah itu disaring dengan kertas saring kering yang diketahui beratnya
atau krus Gooch yang telah dipijarkan dan diketahui beratnya, sambil dicuci dengan
larutan K2SO4 10 %. Kemudian residu dicuci lagi dengan aquades mendidih dan
kemudian dengan lebih kurang 15 ml alkohol 95%. Setalah kertas saring atau kurs
dikeringkan dengan isinya pada 110˚C sampai berat constant (1-2 jam), dan
didinginkan dalam desikator dan ditimbang dan mengurangkan berat abses, kalau
digunakan.
Berat residu = berat serat
22
3.5.6 Uji Organoleptik
Parameter uji organoleptik yang digunakan meliputi rasa, aroma, warna, dan
kekentalan. Metode pengujian yang digunakan adalah metode hedonik (uji kesukaan)
dengan skala 1-5 yaitu (1) sangat tidak suka, (2) tidak suka, (3) cukup suka, (4) suka,
(5) sangat suka. Panelis yang menilai sebanyak 25 orang, yang berprofesi sebagai
Pegawai BPTP Makassar, mahasiswa magang dan kepala Laboratorium Pascapanen.
23
IV PEMBAHASAN
24
nilai signifikan 1.000 yang berarti nilai yang diperoleh adalah signifikan. Dimana
pada penambahan karaginan 0,15% memiliki kadar protein yang tertinggi dan pada
penambahan karaginan dengan konsentrasi 0,05% memiliki kadar protein yang
terendah.
Rerata kadar protein minuman sari kacang hijau disajikan pada Gambar 5
berikut ini.
2,5 2,32
2 1,76
% 1,58
1,48
1,32
Pr 1,5 1,14
ote 1
in
0,5
0
A1 A2
Jenis Penstabil
Gambar 5. Histogram hubungan berbagai jenis bahan penstabil terhadap kandungan
protein minuman sari kacang hijau
Berdasarkan Gambar 5. nilai kadar protein terendah yaitu 1.14% berasal dari
penambahan karaginan 0,05% (A2B1). Sedangkan nilai kadar protein yang tertinggi
yaitu 2.32% berasal dari penambahan karaginan 0,15% (A2B3).
Berdasarkan Gambar 5. semakin tinggi konsentrasi CMC yang digunakan kadar
protein yang dihasilkan semakin rendah. Hal ini didukung oleh pernyataan Alakali et
al. (2008) bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan penstabil yang ditambahkan kadar
protein semakin menurun karna terjadinya efek dilusi, hal ini disebabkan karena
CMC tidak dapat memberikan sumbangan protein pada produk, kadar protein yang
ada berasal dari protein kacang hijau, semakin rendahnya kandungan protein, dengan
semakin bertambahnya CMC disebabkan adanya efek dilusi. Efek dilusi adalah
penambahan suatu zat tertentu ke dalam bahan makanan yang mengakibatkan
penurunan komposisi semula dari bahan makanan tersebut.
25
Pada penambahan bahan penstabil karaginan semakin tinggi konsentrasi
karaginan yang digunakan semakin tinggi pula kadar protein yang dihasilkan hal ini
didukung oleh perkataan Nafiah (2012) bahwa semakin besar konsentrasi karaginan
yang digunakan maka kadar protein semakin bertambah tinggi. Hal ini disebabkan
karena karaginan memberikan sumbangan protein pada produk, jadi kadar protein
bukan hanya berasal dari kacang hijau akan tetapi juga berasal dari karaginan.
Kandungan protein karaginan jenis E. Cottonii adalah 3,4%. Semakin tinggi
konsentrasi karaginan yang diberikan semakin tinggi pula sumbangan protein yang
diberikan, dan semakin tinggi kandungan protein dari minuman sari kacang hijau.
Kadar protein minuman sari kacang hijau dengan penambahan bahan penstabil
CMC dan karaginan dengan konsentrasi yang berbeda berkisar antara 1.14% - 2.32
%. Menurut SNI yang mengacu pada SNI minuman sari kedelai SNI No. 01-3830-
1995 kadar protein minuman sari kedelai minimal 1.0 %. Sehingga semua sampel
minuman sari kacang hijau memenuhi persyaratan mutu.
26
minuman sari kacang hijau, dengan nilai signifikan 0.67 yang berarti nilai yang
diperoleh adalah mendekati nilai signifikan (1.000).
Rerata kadar karbohidrat minuman sari kacang hijau disajikan pada Gambar 6
berikut ini.
25
21,42 20,67 20,89 20,93 21,35 20,77
% 20
Ka
15
rb
ohi 10
dr
5
at
0
A1 A2
27
tinggi pula kandungan protein dan serat yang dihasilkan. Hal ini didukung oleh
perkataan Nafiah (2012) bahwa karbohidrat semakin berkurang dengan semakin
besarnya konsentrasi karaginan. Kadar karbohidrat tidak termasuk dalam persyaratan
SNI sari kedelai No 01 3830 1995 tetapi pengujian kadar karbohidrat tetap dilakukan,
karena mengingat bahwa kadar karbohidrat merupakan kandungan gizi tertinggi pada
kacang hijau.
28
0,10% dan 0,15 % memiliki nilai sig. 1.000 yang berarti nilai yang diperoleh yaitu
signifikan, sedangkan pada perlakuan CMC 0,10% dan karaginan 0,05% memiliki
nilai sig. 0.244 yang berrarti nilai yang diperoleh tidak signifikan. Perlakuan yang
memiliki kadar serat yang tertinggi pada perlakuan penambahan karaginan dengan
konsentrasi 0,15 % dan yang memiliki kadar serat terendah pada perlakuan
penambahan CMC dengan konsentrasi 0,05% dan 0,10%.
Rerata kadar serat minuman sari kacang hijau disajikan pada Gambar 7 berikut
ini.
0,18 0,16
0,16 0,15
0,14 0,13 0,13
0,12 0,11 0,11
% 0,1
Se 0,08
rat 0,06
0,04
0,02
0
A1 (CMC) A2 (Karaginan)
Berdasarkan Gambar 7, kadar serat pada minuman sari kacang hijau yang
memperoleh nilai tertinggi yaitu 0.16% berasal dari penambahan karaginan 0,15 %
(A2B3), sedangkan kadar serat terendah 0,11% berasal dari penambahan CMC
0,05%, dan 1,5 %. (A1B1, A1B3). Semakin tinggi konsentrasi karaginan yang
ditambahkan maka semakin tinggi pula kadar serat yang dihasilkan.
Berdasarkan Gambar 7 kadar serat yang terdapat pada minuman sari kacang
hijau dengan penambahan CMC Semakin tinggi konsentrasi CMC kadar serat kasar
semakin meningkat pula, karena CMC juga merupakan salah satu serat larut air yang
ditambahkan pada minuman yang akan meningatkan kadar serat pada minuman.
Kadar serat minuman sari kacang hijau diperoleh dari kadar serat kacang hijau dan
29
serat dari CMC. Hal ini dapat dilihat dari kandungan serat dengan penambahan 1 %
CMC lebih tinggi dari penambahan CMC 0,05%, akan tetapi pada penambahan CMC
0,15% kandungan seratnya menurun dan setara pada penambahan CMC 0,05 %, hal
ini disebabkan karena adanya efek dilusi, karena konsentrasi yang ditambahkan lebih
tinggi. Minuman sari kacang hijau yang menggunakan penambahan CMC relatif
rendah dibanding pada penambahan karaginan. Peningkatan kadar serat pada
minuman sari kacang hijau disebabkan oleh konsentrasi karaginan yang ditambahkan
semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Asben (2010) yang menyebutkan
bahwa semakin tinggi substitusi rumput laut maka kandungan serat yang dihasilkan
semakin tinggi. Dalam hal ini kandungan serat pada minuman sari kacang hijau yang
menggunakan penambahan karaginan diperoleh dari kadar serat yang terkandung dari
kacang hijau dan kadar serat yang terkandung pada karaginan.
Kadar serat yang relatif tinggi pada minuman sari kacang hijau yang
menggunakan karaginan disebabkan karena penambahan karaginan sebagai bahan
penstabil mempunyai kandungan serat yang tinggi. Kadar serat makanan dari
rumput laut mencapai 67,5% yang terdiri dari 39,47% serat makanan yang tak larut
air dan 26,03%, serat makanan yang larut air sehingga karaginan berpotensi untuk
dijadikan sebagai bahan makanan yang menyehatkan (Kasim, 2004).
Meskipun kadar serat tidak dimasukkan dalam persyaratan SNI sari kedelai No
01 3830 1995 tetap dilakukan analisis kadar serat, untuk melihat kontribusi
penggunaan bahan penstabil, karena serat sangat penting dalam penilaian kualitas
makanan atau minuman, sehingga dapat digunakan untuk menentukan nilai gizi suatu
bahan.
30
Siskawardani, dkk (2013), yang menyatakan mekanisme kerja stabilisator emulsi
berhubungan erat dengan kemampuannya yang sangat tinggi dalam mengikat air,
sehingga meningkatkan viskositas larutan, dimana butir-butir penstabil bersifat
berikatan dengan air sehingga akan menyerap air dan akhirnya membengkak. Air
yang sebelumnya di luar granula dan bebas akan bergerak lagi, sehingga keadaan
larutan menurun.
Hasil analisis viskositas minuman sari kacang hijau disajikan pada Tabel 6
berikut ini:
Tabel 7. Rerata analisis viskositas minuman sari kacang hijau.
Perlakuan Viskositas
A1B1 371.50
A1B2 408.75
A1B3 436.75
A2B1 264.75
A2B2 302.25
A2B3 352.75
Sumber : Data Primer 2015
31
Rerata kadar viskositas minuman sari kacang hijau disajikan pada Gambar 8
berikut ini.
500 436,75
Ni 408,75
lai 400 371,5 352,75
302,25
Vi 300 264,75
sk
200
osi
ta 100
s 0
(c A1 (CMC) A2 (Karaginan)
B1 (0.05%) B2 (0.1%) B3 (0.15%)
Jenis Penstabil
Gambar 8. Histogram hubungan berbagai jenis bahan penstabil terhadap viskositas
minuman sari kacang hijau
32
SNI minuman sari kedelai (SNI no. 01-3830-1995) belum menetapkan standar
untuk viskositas minuman. Berdasarkan standar kekentalan minuman yang mengacu
pada kekentalan minuma the daun sirsak SNI 01-3143-1992, kekentalan the minuman
yang baik adala normal yaitu kental. Nilai viskositas minuman sari kacang hijau
dengan berbagai jenis dan konsentrasi bahan penstabil berkisar antara 264.75 cP–
436.75 cP dan termasuk kental.
33
4.6.1 Warna
Warna merupakan parameter sensori yang dapat dilihat langsung oleh panelis.
Pada umumnya hal pertama yang menjadi pertimbangan konsumen untuk memilih
suatu produk adalah warna bahan sebelum parameter lain seperti rasa dan nilai gizi.
Mutu bahan pangan pada umumnya bergantung pada faktor cita rasa, tekstur, nilai
gizi, mikrobiologis, dan warna. Sebelum faktor lain dipertimbangkan, faktor warna
secara visual akan tampil lebih dulu (Winarno 1997).
Secara visual warna sangat menentukan mutu, warna juga dapat dipakai sebagai
indikator kesegaran atau tingkat kematangan, baik tidaknya cara pencampuran atau
pengolahan juga ditandai dengan warna merupakan komponen yang sangat penting
dalam menentukan kualitas atau derajat penerimaan dari suatu olahan bahan pangan.
Suatu bahan pangan yang dinilai enak dan teksturnya baik tidak akan dimakan
apabila memilik warna yang kurang menarik untuk dilihat. Penentuan mutu suatu
bahan pangan tergantung dari beberapa faktor, tetapi sebelumnya faktor lain yang
diperhitungkan secara visual adalah faktor warna yang tampil lebih dulu unntuk
menentukan bahan pangan (Winarno, 2004). Rerata hasil uji organoleptik minuman
sari kacang hijau terhadap warna disajikan pada Gambar 9 berikut ini.
4 3,68 3,52
3,5 3,2
3 3 2,88
Nil 3
ai 2,5
W 2
ar 1,5
1
na
0,5
0
A1 ( CMC) A2 (Karaginan)
B1 (0.05%) B2 (0.10%) B3(0.15%)
Jenis Penstabil
Gambar 9. Histogram hubungan berbagai jenis bahan penstabil terhadap nilai uji
organoleptik warna minuman sari kacang hijau
34
Uji organoleptik terhadap parameter warna dilakukan untuk mengetahui tingkat
penerimaan panelis terhadap warna yang dihasilkan pada minuman sari kacang hijau
yang diberi perlakuan penambahan CMC dan karaginan.
Berdasarkan histogram uji organoleptik warna, dapat dilihat bahwa panelis
memberi respon warna dengan kisaran nilai 3 sampai 4. Pada penilaian panelis
terhadap warna minuman sari kacang hijau nilai yang paling tinggi yaitu pada
minuman sari kacang hijau yang menggunakan penambahan CMC dengan tingkat
konsentrasi 0,15% (A1B3) dengan nilai 4 yang berarti disukai oleh panelis. Produk
minuman sari kacang hijau yang memiliki nilai yang paling rendah yaitu pada
minuman sari kacang hijau yang menggunakan penambahan bahan penstabil
karaginan dengan tingkat konsentrasi 0,15% (A2B3) dengan nilai 3 yang berarti
cukup disukai oleh panelis.
Warna yang terdapat pada minuman sari kacang hijau dengan penambahan
bahan penstabil karaginan memiliki warna yang berbeda dengan produk minuman
sari kacang hijau yang menggunakan penambahan CMC, perbedaan warna berasal
dari warna karaginan yaitu putih tulang (opak). Jadi semakin tinggi konsentrasi
penambahan karaginan, maka semakin berubah warna alami sari kacang hijau, yaitu
semakin berwarna putih, sedangkan produk yang menggunakan CMC tidak memiliki
perubahan warna dari warna alami sari kacang hijau. Hal tersebut dikarenakan CMC
tidak memiliki warna. Tranggono (1990), CMC merupakan zat dengan warna putih
atau sedikit kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa, dan berbentuk granula yang
halus atau bubuk yang bersifat hidroskopis.
4.6.2 Aroma
Aroma merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi panelis dalam
menentukan nilai kesukaan terhadap suatu produk. Produk makanan yang banyak
disukai oleh konsumen biasanya dapat diketahui dari segi aromanya. Aroma
umumnya didapat dengan mengenali hasil penciuman. Aroma memberi peranan yang
sangat penting dalam penentuan derajat penilaian dan kualitas suatu bahan pangan.
Aroma akan berpengaruh dan menjadi perhatian utama, setelah aroma diterima maka
penentuan selanjutnya adalah cita rasa disamping penilaian teksturnya.
35
Aroma merupakan hasil penciuman panelis terhadap produk, aroma merupakan
faktor penting dalam menentukan tingkat penerimaan konsumen pada suatu bahan,
aroma banyak menentukan kelezatan bahan makanan, biasanya seseorang dapat
menilai lezat tidaknya suatu bahan makanan dari aroma yang ditimbulkan.
Aroma dapat mempengaruhi selera makan seseorang terhadap suatu makanan,
hal ini karena bila seseorang telah mencium bau yang kurang enak dari suatu
makanan maka akan menurunkan selera makan orang itu terhadap makanan tersebut.
Penambahan jenis dan konsentrasi penstabil dimana penambahan bahan
penstabil dapat mengikat aroma dengan terbentuknya sistem koloidal (seperti
terbentuknya gel). Pengikatan tersebut dapat menurunkan nilai aroma minuman.
Penambahan bahan tambahan pangan pada bahan pangan akan menyebabkan
berkurangnya aroma asli pada bahan pangan (Novelina, et al., 2005). Kusbiantoro et
al., (2005) menyatakan bahwa hidrokoloid umumnya tidak mengandung bahan-bahan
volatil yang dapat menimbulkan aroma pada bahan pangan, sehingga tidak terlalu
berpengaruh terhadap aroma bahan pangan.
Rerata hasil uji organoleptik terhadap aroma pada minuman sari kacang hijau
disajikan pada Gambar 10 berikut ini:
4 3,42 3,44
3,28 3,16 3,24
3,5 3
3
Nil
2,5
ai 2
Ar 1,5
1
om 0,5
a 0
A1 (CMC) A2 (Karaginan)
B1 (0.05%) B2 (0.10%) B3 (0.15%)
Jenis Penstabil
Gambar 10. Histogram hubungan berbagai jenis bahan penstabil terhadap nilai uji
organoleptik aroma minuman sari kacang hijau
36
minuman sari kacang hijau yaitu dengan kisaran 3 sampai 3.44. Pada penilaian
panelis terhadap minuman sari kacang hijau yang memiliki nilai tertinggi yaitu pada
minuman sari kacang hijau dengan penambahan karaginan 0,05% (A2B1) yaitu
dengan nilai 3.44 yang berarti antara cukup disukai dan disukai oleh panelis.
Penilaian aroma yang memiliki nilai terendah yaitu dengan penambahan CMC 0,05%
(A1B1) dengan nilai 3 yang berarti cukup disukai oleh panelis.
Aroma yang terdapat pada minuman sari kacang hijau merupakan aroma khas
dari kacang hijau itu sendiri. Aroma yang dihasilkan dari produk yang menggunakan
penambahan karaginan berbeda dengan produk yang menggunakan penambahan
CMC, karena karaginan memiliki aroma khas karaginan sehingga tidak menghasilkan
aroma kacang hijau murni, semakin tinggi konsentrasi karaginan yang ditambahkan
semakin tajam pula aroma karaginan. Tepung karagenan memiliki aroma yang relatif
tidak disukai karena rumput laut memiliki bau khas (amis). sedangkan pada
penambahan CMC menghasilkan aroma khas kacang hijau karena CMC tidak
memiliki aroma khas, sehingga aroma yang keluar murni dari aroma khas kacang
hijau. Hal tersebut dikarenakan CMC tidak memiliki aroma. Tranggono (1990), CMC
merupakan zat dengan warna putih atau sedikit kekuningan, tidak berbau dan tidak
berasa, dan berbentuk granula yang halus atau bubuk yang bersifat hidroskopis.
37
makanan karena jika suatu produk memiliki rasa yang tidak disukai akan cenderung
kurang laku dipasaran.
Rerata hasil uji organoleptik terhadap rasa pada minuman sari kacang hijau
disajikan pada Gambar 11 berikut ini.
4 3,61
3,36 3,24
2,76 2,88 2,96
3
Nil
ai 2
Ra
sa 1
0
A1 (CMC) A2 (Karaginan)
B1(0.05%) B2(0.10%) B3(0.15%)
Jenis Penstabil
Gambar 11. Histogram hubungan berbagai bahan penstabil terhadap nilai uji
organoleptik rasa minuman sari kacang hijau
38
4.6.4 Uji Kekentalan
Kekentalan adalah segi penting bagi mutu minuman. Tekstur dan mouthfeel
(tekstur dirasakan di dalam mulut) juga merupakan salah satu parameter yang
penting. Ciri paling penting untuk penilaian suatu minuman adalah kekentalan dan
kandungan air. Kekentalan pada minuman kadang-kadang lebih penting daripada bau,
rasa, dan warna. Kekentalan pada minuman sari kacang hijau dipengaruhi oleh
penggumpalan yang terjadi. Penggumpalan atau pengentalan merupakan salah satu
sifat minuman yang paling khas. Pengentalan dapat disebabkan akibat penambahan
dan konsentrasi bahan penstabil.
Uji organoleptik terhadap kekentalan pada minuman sari kacang hijau bertujuan
untuk mengetahui tingkat penerimaan panelis terhadap kekentalan minuman sari
kacang hijau. Rerata hasil uji organoleptik terhadap kekentala pada minuman sari
kacang hijau disajikan pada Gambar 12 berikut ini:
5 4,56
3,96 4,2
Nil 3,84
4
ai 2,96
3 2,6
Ke
ken 2
tal 1
an
0
A1 (CMC) A2 (Karaginan)
B1(0.05%) B2(0.10%) B3(0.15%)
Jenis Penstabil
Gambar 12. Histogram hubungan berbagai jenis bahan penstabil terhadap nilai
organoleptik kekentalan minuman sari kacang hijau
Berdasarkan Gambar 12, panelis memberi respon dengan nilai kisaran 2.6
sampai 4.56. Pada penilaian panelis terhadap kekentalan pada minuman sari kacang
hijau yang memiliki nilai tertinggi yaitu pada minuman sari kacang hijau dengan
penambahan CMC 0,05% (A1B1) yaitu dengan nilai 4.56 yang berarti sangat disukai
oleh panelis. Penilaian kekentalan yang memiliki nilai terendah yaitu dengan
penambahan CMC 0,15 % (A1B3) dengan nilai 2.6 yang berarti cukup disukai oleh
panelis.
39
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Perbedaan konsentrasi memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap mutu
minuman sari kacang hijau terhadap kadar protein, serat dan viskositas, sedangkan
pada kadar karbohidrat tidak memberi pengaruh yang berbeda nyata. Kandungan
protein yang terendah yaitu pada penambahan karaginan 0,05%, dan tertinggi pada
penambahan karaginan 0,15%. Kandungan karbohidrat yang terendah yaitu pada
penambahan CMC 0,10% dan tertinggi pada penambahan CMC 0,05%.
Kandungan serat yang terendah yaitu pada penambahan CMC 0,05% dan tertinggi
pada penambahan karaginan 0,15%. Kandungan viskositas terendah pada
penambahan karaginan 0,05 % dan tertinggi yaitu pada penambahan CMC 0,15%.
2. Berdasarkan uji organoleptik pada perlakuan penambahan CMC yang terbaik yaitu
pada penambahan dengan konsentrasi 0,15 %. Untuk penambahan karaginan yang
terbaik yaitu dengan penambahan dengan konsentrasi 0,05%. Dari keseluruhan
minuman sari kacang hijau yang paling disukai yaitu pada minuman yang
menggunakan penambahan CMC dengan konsentrasi 0,15 %.
3. Pengaruh berbagai jenis dan konsentrasi bahan penstabil perlakuan yang terbaik
adalah pada penambahan penstabil yang menggunakan karaginan dengan
konsentrasi 0,15%.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap umur simpan produk minuman
sari kacang hijau yang dihasilkan. Sehingga dapat diketahui penurunan mutu yang
terjadi selama penyimpanan, dan pada pengujiannya menggunakan alat yang lebih
baik.
40
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto TT dan Indarto N. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai,
Kacang Hijau, Kacang Panjang, Absolut, Yogyakarta
Alakali JS, Okonkwo TM, Iordye E. 2008. The Effect of Thickeners on the
Physicochemical Properties of Thermised Yoghurt. Afr. J. Biotechnol., 7(2):
158-163
Asben A. 2007. Peningkatan Kadar Iodium dan Serat Pangan Dalam Pembuatan Fruit
Leathers Nenas (Ananas comosus Merr) dengan Penambahan Rumput Laut.
Penelitian. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1992. Syarat Mutu Gula Pasir. SNI – 0926-84-
1992. Depertemen Perindustrian RI. Jakarta.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1995. Syarat Mutu Sari Kedelai. SNI: 01-
3830-1995. Jakarta: Departemen Perindustrian RI
FMC Corp. 1977. Carrageenan. Marine Colloid Monograph Number One. Marine
Colloids Division FMC Corporation. New Jersey: Springfield. USA. p 23-29
Imeson AP. 2000. Carrageenan. Dalam: Philips GO, Williams PA (eds). Handbook of
Hydrocolloids. Boca Raton: CRC Press
41
Irawan MA. 2007. Karbohidrat. Spot Science Brief. www.pssplab.com. [Diakses 01
April 2015]
Kamal N. 2010. Pengarun Bahan Aditif CMC Terhadap Beberapa Parameter Pada
Larutan Sukrosa. Jurnal Teknologi Vol.1, Edisi 17 Periode Juli-Desember 2010
(79)
Kasim SR. 2004. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Dan Lamanya Waktu Pemberian
Rumput Laut E. Cottoni Terhadap Kadar Lipid Serum Darah Tikus. Skripsi.
Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang
Kusbiantoro B, Herawati H, Ahza AB. 2005. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Bahan
Penstabil Terhadap Mutu Produk Velva Labu Jepang. J.Hor. 15 (3): 66-77.
Koswara dan Sutrisno. 2006. Susu Kedelai Tidak Kalah dengan Susu Sapi,
www.ebookpangan.com. [ diakses 5 Januari 2010]
Marzuki R dan Soeprapto HS. 2001. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya.
Depok
Novelina S. Siswardjono dan Efrina. 2005. Studi Pembuatan Minuman dari Daun
Lidah Buaya (aloe vera) dengan Penambahan Penstabil Terhadap Mutu Produk.
Jurnal Teknologi Pertanian Unand : 1-9
Piliang WG dan Djojosoebagio S. 2002. Fisiologi Nutrisi. Al Haj. Vol. I. Edisi Ke-4.
IPB Press. Bogor
Rahman T dan Agustina W. 2010. Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Gula Terhadap
Sifat dan Fisiokimia Susu Kental Manis Kacang Hijau. Makalah.
Dipresentasikan dalam Seminar Teknik Kimia. Universitas Parahyangan.
Bandung
Rukmana R. 1997. Kacang Hijau Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.
42
Stanley A, Schumm, Dument, Jean F, Holbrook, John M. 2000. Active Tectonics and
Alluvial Rivers. Combridge University Press. United Kigdom
Suptijah P. 2002 . Rumput Laut : Prospek dan Tantangannya. Makalah Pengantar
Falsafah Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tamaroh SCM. 2004. Usaha Peningkatan Stabilitas Nektar Buah Jambu Biji (Psidium
guajava L.) dengan Penambahan Gum Arab dan Carboxymethil Cellulose
(CMC). J. Logika. 1 (1): 56-64.
Tranggono. 1990. Bahan tambahan pangan (food additives). Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winata J. 2008. Pengaruh rasio kappa karaginan dan iota karaginan terhadap
karakteristik marshmallow .skripsi. Karawaci: Jurusan Teknologi Pangan,
Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Pelita Harapan
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 1 Alur Proses Pembuatan Minuman Sari Kacang Hijau
45
Lampiran 2 Hasil Analisis Proksimat Minuman Sari Kacang Hijau
a. Analisis Protein
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RERATA
I II III
AIBI 1.55 1.60 1.58 4.73 1.58
AIB2 1.50 1.45 1.48 4.43 1.48
AIB3 1.32 1.32 1.32 3.96 1.32
A2BI 1.10 1.17 1.14 3.41 1.14
A2B2 1.74 1.78 1.76 5.28 1.76
A2B3 2.32 2.32 2.32 6.96 2.32
b. Analisis Karbohidrat
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RERATA
I II III
AIBI 22.02 20.82 21.42 64.26 21.42
AIB2 21.19 20.14 20.67 62.00 20.67
AIB3 20.98 20.79 20.89 62.66 20.89
A2BI 21.29 20.57 20.93 62.79 20.93
A2B2 21.77 20.93 21.35 64.05 21.35
A2B3 21.05 20.48 20.77 62.30 20.77
c. Analisis Serat
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RERATA
I II III
AIBI 0.11 0.11 0.11 0.33 0.11
AIB2 0.13 0.13 0.13 0.39 0.13
AIB3 0.10 0.12 0.11 0.33 0.11
A2BI 0.13 0.12 0.13 0.38 0.13
A2B2 0.14 0.15 0.15 0.44 0.15
A2B3 0.16 0.16 0.16 0.48 0.16
46
Lampiran 3 Hasil Analisis Viskositas Minuman Sari Kacang Hijau
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RERATA
I II III
AIBI 368 375.00 371.50 1114.50 371.50
AIB2 409.50 408 408.75 1226.25 408.75
AIB3 436.50 437 436.75 1310.25 436.75
A2BI 265.50 264 264.75 794.25 264.75
A2B2 302 302.50 302.25 906.75 302.25
A2B3 353 352.50 352.75 1058.25 352.75
47
Lampiran 4 Hasil Analisis Varians ( Anova ) Protein Minuman Sari Kacang
Hijau
ANOVA
PROTEIN
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 2.565 5 .513 1070.405 .000
Within Groups .006 12 .000
Total 2.570 17
PROTEIN
Duncana
Subset for alpha = 0.05
PERLAKUAN N
1 2 3 4 5 6
A2B1 3 1.1350
A1B3 3 1.3200
A1B2 3 1.4750
A1B1 3 1.5750
A2B2 3 1.7600
A2B3 3 2.3200
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
48
Lampiran 6 Hasil Analisis Varians ( ANOVA ) Karbohidrat Minuman Sari
Kacang Hijau
ANOVA
KARBOHIDRAT
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.453 5 .291 1.690 .211
Within Groups 2.064 12 .172
Total 3.517 17
KARBOHIDRAT
Duncana
PERLAKUAN N Subset for alpha
= 0.05
1
A1B2 3 20.6650
A1B3 3 20.7650
A1B3 3 20.8850
A2B1 3 20.9300
A2B2 3 21.3500
A1B1 3 21.4200
Sig. .067
49
Lampiran 8 Hasil Analisis Varians ( ANOVA ) Kadar Serat Minuman Sari
Kacang Hijau
ANOVA
SERAT
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .006 5 .001 46.800 .000
Within Groups .000 12 .000
Total .006 17
Lampiran 9 Hasil Analisis Duncan Kadar Serat Minuman Sari Kacang Hijau
SERAT
Duncana
PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
A1B1 3 .1100
A1B3 3 .1100
A2B1 3 .1300
A1B2 3 .1300
A2B2 3 .1450
A2B3 3 .1600
Sig. 1.000 .244 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
50
Lampiran 10 Hasil Analisis Varians ( ANOVA ) Viskositas Minuman Sari
Kacang Hijau
ANOVA
VISKOSITAS
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 62308.406 5 12461.681 5513.002 .000
Within Groups 27.125 12 2.260
Total 62335.531 17
VISKOSITAS
Duncana
PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5 6
A2B1 3 264.7500
A2B2 3 302.2500
A2B3 3 352.7500
A1B1 3 371.5000
A1B2 3 408.7500
A1B3 3 436.7500
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
51
Lampiran 12 Hasil Uji Organoleptik (Warna)
PANELIS KODE
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3
1 3 3 4 4 3 3
2 1 2 3 3 2 2
3 4 2 4 3 2 2
4 3 3 5 4 3 3
5 2 3 3 3 2 3
6 4 2 3 4 4 3
7 4 4 4 4 4 4
8 4 4 2 2 2 2
9 2 4 2 2 5 2
10 4 2 5 5 5 5
11 3 3 4 4 4 2
12 3 3 5 3 4 2
13 4 4 4 3 3 4
14 2 2 3 5 1 1
15 3 4 4 4 4 3
16 3 4 3 5 3 5
17 3 4 4 4 4 3
18 3 3 4 3 4 3
19 2 2 3 3 4 4
20 3 2 4 4 4 3
21 3 3 3 3 2 3
22 3 3 4 3 3 2
23 3 2 4 3 3 3
24 3 3 3 3 3 3
25 3 4 5 4 2 2
JUMLAH 75 75 92 88 80 72
RERATA 3 3 3.68 3.52 3.2 2.88
Keterangan :
1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Cukup suka
4. Suka
5. Sangat suka
52
Lampiran 13 Hasil Uji Organoleptik (Aroma)
PANELIS KODE
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3
1 3 3 4 3 4 4
2 2 3 3 3 1 1
3 2 3 3 2 2 2
4 4 3 5 4 4 5
5 2 3 4 2 3 3
6 1 1 2 3 1 2
7 4 4 4 4 4 4
8 4 4 4 4 4 4
9 4 3 4 4 3 2
10 2 3 3 5 3 5
11 2 4 3 4 5 3
12 2 3 4 4 4 4
13 3 3 3 4 3 4
14 1 4 2 4 1 1
15 3 4 4 4 4 4
16 3 3 4 3 3 3
17 4 4 4 4 5 4
18 4 4 4 3 4 3
19 4 3 3 2 4 3
20 4 4 4 5 4 4
21 3 3 2 2 2 3
22 3 4 3 2 2 3
23 4 3 3 3 3 3
24 3 3 3 3 3 3
25 4 3 4 5 3 4
JUMLAH 75 82 86 86 79 81
RERATA 3 3.28 3.42 3.44 3.16 3.24
Keterangan :
1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Cukup suka
4. Suka
5. Sangat suka
53
Lampiran 14 Hasil Uji Organoleptik (Rasa)
PANELIS KODE
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3
1 3 4 3 4 3 3
2 2 2 2 2 2 2
3 2 2 3 3 2 3
4 4 4 4 4 3 3
5 3 3 4 3 2 3
6 1 1 2 3 1 2
7 3 2 4 5 4 4
8 4 4 4 4 4 4
9 3 3 3 3 3 2
10 2 1 5 5 4 4
11 3 2 3 4 4 5
12 3 2 4 2 3 2
13 3 4 2 2 3 5
14 2 3 4 3 1 2
15 3 4 4 4 4 3
16 3 4 4 3 3 3
17 3 3 5 5 4 4
18 3 3 4 4 3 3
19 1 1 4 2 2 3
20 2 3 5 5 4 4
21 3 4 2 3 3 4
22 3 4 2 2 2 3
23 3 3 4 2 3 3
24 3 3 3 3 3 3
25 4 3 4 4 4 4
JUMLAH 69 72 88 84 74 81
RERATA 2.76 2.88 3.6 3.36 2.96 3.24
Keterangan :
1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Cukup suka
4. Suka
5. Sangat suka
54
Lampiran 15 Hasil Uji Organoleptik (Kekentalan)
PANELIS KODE
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3
1 5 5 2 4 5 5
2 5 5 3 4 5 5
3 5 4 3 2 2 2
4 5 4 3 3 4 5
5 4 4 2 4 4 4
6 4 4 3 2 3 3
7 5 2 4 2 4 2
8 5 5 5 2 4 5
9 3 4 2 4 4 3
10 5 5 2 3 3 3
11 4 3 2 2 3 4
12 5 3 2 3 3 4
13 5 5 2 3 4 5
14 5 4 3 3 5 5
15 4 3 2 3 4 5
16 4 4 3 4 4 4
17 4 4 4 4 4 3
18 5 4 3 3 4 4
19 5 5 2 3 4 5
20 5 5 3 4 5 5
21 4 4 2 2 3 5
22 5 3 2 2 3 5
23 5 5 2 4 5 5
24 4 2 2 2 3 4
25 4 3 2 2 4 5
JUMLAH 114 99 65 74 96 105
RERATA 4.56 3.96 2.6 2.96 3.84 4.2
Keterangan :
1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Cukup suka
4. Suka
5. Sangat suka
55
RIWAYAT HIDUP
Selama kuliah penulis menjadi anggota UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Penerbit
dan Siaran Kampus dan menjabat sebagai staf redaksi tulisan pada periode
kepengurusan 2011-2012, dan pada kepengurusan periode 2012-2013 penulis
menjabat sebagai bendahara umum UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Penerbit dan
Siaran Kampus. Penulis melakukan Praktek Magang Industri Mahasiswa ( PKMI )
dan penelitian pada tahun 2015 di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sulawesi Selatan dalam kurun waktu tiga bulan.
56