Anda di halaman 1dari 57

ANALISA KANDUNGAN NUTRISI

PAKAN TERNAK UNGGAS DARI DEDAK PADI


YANG DIFERMENTASI DENGAN RAGI TAPE (Saccharomycess cereviae)

SKRIPSI

HATIRAH

12 22 161

JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN


PROGRAM STUDI D4 AGROINDUSTRI
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2016
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISA KANDUNGAN NUTRISI PAKAN TERNAK UNGGAS


DARI DEDAK PADI YANG DIFERMENTASI DENGAN RAGI TAPE
(Saccharomycess cereviae)

SKRIPSI

OLEH :

HATIRAH
12 22 161

Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan Studi Pada


Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Telah Diperiksa dan Disetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Alima B Abdullahi, S.Pt, M.Si Ilham Ahmad, ST, MT


NIP. 19761224 200912 2 001 NIP. 19751107 200812 1 001
Diketahui Oleh :

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Ir. Nurlaeli Fattah, M.Si Zulfitriany DM, SP, MP


NIP. 19680807 199512 2 001 NIP. 19760810 200912 2 001
Direktur

Dr. Ir. H. Darmawan, MP

NIP. 19670202 199803 1 002

Tanggal Lulus : 1 September 2016


HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Judul : Analisa kandungan nutrisi pakan ternak dari dedak padi yang
difermentasi dengan ragi tape (Saccharomycess cerevisiae)

Nama Mahasiswa : Hatirah

Nim : 12 22 161

Program Studi : Agroindustri Sarjana Terapan

Tanggal Lulus : 1 September 2016

Disahkan Oleh :

Tim Penguji

1. Alima B Abdullahi, S.Pt,. M.Si ( ..................................... )

2. Ilham Ahmad, S.T,. M.T ( ..................................... )

3. Syamsuar S.Pi,. M.Si ( ..................................... )

4. Arnida Mustafa, S.Tp,. M.Si ( ..................................... )


SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama Mahasiswa : Hatirah


NIM : 12 22 161
Program Studi : Agroindustri Sarjana Terapan
Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis dengan Judul :
“Analisa Kandungan Nutrisi Pakan Ternak Unggas dari Dedak Padi Yang Difermentasi
Dengan Ragi Tape (Sacaromycess cerevisiae)“.

adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan


pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau
dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan Skripsi ini hasil karya orang lain, saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Pangkep, 25 Juli 2016

Yang Menyatakan

(Penulis)
ABSTRAK

HATIRAH (12 22 161). Analysis of the nutritional content of rice bran fodder is
fermented with yeast tape (saccharomycess cerevisiae). Supervised by Alima B
Abdullahi S.Pt., M.Si and Ilham Ahmad ST., MT.

Poultry, especially chickens and ducks in Indonesia is one commodity that


has the potential to improve the community economy. Feed is the single food
ingredient or a mixture, whether treated or untreated, which is given to the
animal's survival, production, and breed. Feed is a major factor in business
success factors in addition to seed farm development and management.
This study aims to analyze the nutritional content of rice bran is fermented
with yeast tape (saccharomycess cerevisiae) and look at the relationship between
the use of yeast tape (Saccharomycess cerevisiae) on the nutrient content of
animal feed that has been fermented.
This study uses a completely randomized design (CRD) with three
replications. With the addition of three treatments yeast concentration, namely:
yeast 0.10% (A), yeast 0.30% (B) and 0.50% yeast (C). The draft response to the
use of yeast includes the relationships with other nutrient content were produced.
Overall test parameters water content, protein and crude fiber almost met
the quality standard poultry feed located on the addition of yeast treatments
0.50%. As well as on data analysis with multiple linear regression there is a strong
relationship between the moisture content and protein content with a correlation
value of 0.90%.

Keywords: Rice Bran, Fermentation, Ragi Tape, Saccharomycess cerevisiae


.
RINGKASAN

HATIRAH (12 22 161). Analisa kandungan nutrisi pakan ternak dari dedak padi
yang di fermentasi dengan ragi tape(saccharomycess cerevisiae). Dibimbing oleh
Alima B Abdullahi S.Pt., M.Si dan Ilham Ahmad ST., MT.

Peternakan unggas khususnya ayam dan itik di Indonesia merupakan salah


satu komoditi yang sangat berpotensi untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk
kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor
utama dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit
dan tatalaksana
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kandungan nutrisi dari dedak
padi yang di fermentasi dengan ragi tape (saccharomycess cerevisiae) dan melihat
hubungan antara penggunaan ragi tape (Saccharomycess cerevisiae) terhadap
kandungan gizi pakan ternak yang telah difermentasikan.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
kali ulangan. Dengan perlakuan penambahan 3 konsentrasi ragi, yaitu : ragi 0,10%
(A), ragi 0,30% (B) dan ragi 0,50% (C). Rancangan respon meliputi hubungan
terhadap penggunaan ragi dengan kandungan gizi lainnya yang dihasilkan.
Keseluruhan parameter uji kadar air, protein, dan serat kasar yang hampir
memenuhi standar mutu pakan ternak unggas terdapat pada perlakuan
penambahan ragi 0,50%. Serta pada analisa data dengan regresi linear berganda
terdapat hubungan yang kuat antara kadar air dan kadar protein dengan nilai
korelasi 0,90%.

Kata kunci: Dedak Padi, Fermentasi, Ragi Tape, Saccharomycess cerevisiae.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisa kandungan nutrisi pakan ternak unggas yang difermentasi dengan ragi
tape (saccharomycess cereviae)“. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada teladan kita Rasulullah Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibunda
Sindong dan Ayahanda Hamzah serta segenap keluarga tercinta yang telah
memberikan bantuan moril maupun material sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Secara khusus penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Alima B Abdullahi, S.Pt, M.Si selaku pembimbing I, dan Bapak Ilham
Ahmad, ST, MT selaku pembimbing II, yang telah memberikan arahan
maupun bimbingan dalam penyusunan Skripsi.
2. Bapak Dr.Ir.H.Darmawan, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep.
3. Ibu Ir.Nurlaeli Fattah, M.Si selaku Ketua Jurusan Teknologi Pengolahan
Hasil Perikanan.
4. Ibu Zulfitriany Dwiyanti Mustaka, SP, MP selaku Ketua Prodi Agroindustri.
5. Teknisi Laboratorium Biokimia Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
6. Dosen beserta Staf Akademik Program Studi Agroindustri Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep.
7. Seluruh rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Studi Agroindustri
Angkatan XXV atas kebersamaan, kerjasama, dan dukungan selama penulis
melaksanakan studi di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
8. Saudara-saudara, kakak maupun adik, atas semangat dan dukungannya.
9. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan saran dan
keritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga tulisan
ini bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan terkhusus di bidang pakan.

Pangkep, 25 Juli 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI........................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN............................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
RINGKASAN ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Kegiatan ...................................................................................... 4
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Ternak Unggas ........................................................................ 5
2.2 Pakan Ternak ........................................................................................... 6
2.3 Dedak Padi untuk Pakan Ternak ............................................................. 11
2.4 Fermentasi ............................................................................................... 14
2.5 Saccharomycess Cerevisiae ................................................................... 15
2.6 Kadar Air .............................................................................................. 16
2.7 Kadar Protein .......................................................................................... 17
2.8 Kadar Serat .............................................................................................. 18
2.9 Analisa Regresi ....................................................................................... 19
III METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat ............................................................................... 22
3.2 Alat Dan Bahan ..................................................................................... 22
3.3 Prosedur Kerja/Digram Alir .................................................................. 22
3.4 Parameter Pengamatan .......................................................................... 24
3.4.1 Uji Kadar Air ................................................................................ 24
3.4.2 Uji Protein ..................................................................................... 25
3.4.3 Uji Kadar Serat Kasar ................................................................... 26
3.6 Analisa Regresi ........................................................................................ 27
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Uji Kimia ....................................................................................... 28
4.2 Hasil Analisa Regresi Fermentasi Dedak ................................................. 30
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 31
5.2 Saran ......................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 32
LAMPIRAN ........................................................................................................ 33
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 44
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Kebutuhan Gizi Ayam Ras .......................................................................... 8

2. Kebutuhan Gizi Ayam Ras Petelur .............................................................. 8

3. Kebutuhan Gizi Itik Petelur Pada Berbagai Umur ....................................... 9

4. Kebutuhan Gizi Ayam Kampung................................................................. 9

5. Kandungan Gizi Pakan Yang Diproduksi Berbagai Pabrik Pakan Unggas . 10

6. Komposisi Kimia Dedak Padi ...................................................................... 12

7. Sfesifikasi Persyaratan Mutu Dedak Padi .................................................... 13

8. Hubungan Statistika Dua Variabel ............................................................... 21

9. Data Analisa Regresi Fermenrasi Dedak Padi ............................................. 30

10. Hasil Uji Analisa Regresi (Correlation) ...................................................... 31


DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Dedak Padi .................................................................................................. 11

2. Diagram Alir Fermentasi Dedak Padi .......................................................... 23

3. Hasil Uji Kadar air Fermentasi Dedak Padi ................................................ 23

4. Hasil Uji Kadar Protein Fermentasi Dedak Padi ......................................... 28

5. Hasil Uji Kadar Serat Fermentasi Dedak Padi ............................................. 29


DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Proses Fermentasi Pakan ............................................................................... 36

2. Pengujian Parameter ....................................................................................... 37

3. Hasil Analisa Kadar Air Fermentasi Dedak ................................................... 38

4. Data Analisa Kadar Protein ............................................................................ 39

5. Hasil Analisa Kadar Serat .............................................................................. 40

6. Hasil Analisa Kadar Air, Protein dan Serat Kasar ......................................... 41

7. Hasil Analisa Regresi Linear Berganda ......................................................... 42


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peternakan unggas khususnya ayam dan itik di Indonesia merupakan salah
satu komoditi yang sangat berpotensi untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat. Dalam usaha menunjang dan meningkatkan usaha peternakan unggas,
pemerintah telah mengambil berbagai langkah kebijaksanaan. Kebijsanaan itu
meliputi: pembinaan secara teknis, pembinaan melalui kredit, penggalakan usaha
ternak unggas, dan dukungan usaha di sektor informal. Secara kuantitas, usaha
peternakan unggas di Indonesia sudah demaikian pesatnya. Seringnya terjadi
fluktuasi harga produksi peternakan unggas akan menciptakan kondisi yang tidak
stabil. Khususnya harga pakan ternak unggas semakin mahal, di lain pihak harga
produksi peternakan unggas tidak sebanding dengan biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pembelian pakan ternak (Supartono dan Yunus, 2000).
Melihat kecenderungan demikian, maka diperlukan wawasan konstruktif,
untuk menggali kreatifitas dan inovatif peternak atau peminat usaha peternakan
unggas. Khususnya mengenal cara penyusunan pakan uggas secara terapan tanpa
mengabaikan persoalan aspek teknis dan ekonomis. Persoalan harga pakan unggas
dan harga produksi peternakan unggas merupakan salah satu posisi kunci, karena
biaya produksi yang dikeluarkan untuk pakan ternak unggas komersial menyita
biaya produksi sekitar 60%-70%. Mahalnya harga pakan ternak unggas karena
selama ini Indonesia masih mengimpor kebutuhan bahan baku pakan ternak
unggas potensial. Melihat gambaran yang masih memperihatinkan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar bahan baku ternak yang potensial belum bisa
seluruhnya disuplai produksi dalam negeri, sehingga naik-turunnya harga pakan
ternak unggas lebih banyak bergantung pada harga bahan baku yang diimpor.
Pemikiran untuk mencari alternatif pengganti bahan baku potensial, yang tidak
bersaing dengan kebutuhan manusia selama ini sudah banyak dilakukan oleh
lembaga-lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Namun, dalam realisasinya
terbentur masalah klasik karena sebagian yang diajukan untuk alternatif bahan
baku masih terbatas, dan belum mengimbangi perkembangan ternak unggas yang
rata-rata mengalami laju 7,5% per tahun. Peningkatan jumlah populasi dan tingkat
produksi unggas perlu diimbangi dengan peningkatan ketersediaan pakan. Untuk
mendapatkan pertumbuhan unggas yang cepat dan produktifitas tinggi diperlukan
pakan yang cukup mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan, baik secara
kualitas maupun secara kuantitas. Zat-zat makanan tersebut seperti karbohidrat,
protein, lemak, mineral, dan vitamin harus tersedia dalam ransum (Rasyaf, 1995).
Status gizi ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal
dan internal. Faktor eksternal dari status gizi yaitu cuaca, ketersediaan bahan
pakan, kualitas pakan, dan kebersihan sekitar lingkungan ternak. Faktor internal
meliputi umur ternak, kesehatan ternak, dan genetik. Pakan yang baik adalah
pakan yang kandungan gizinya dapat diserap tubuh dan mencukupi kebutuhan
ternak sesuai status fisiologisnya. Nilai gizi bahan pakan bervariasi, maka
penyusunan ransum yang baik adalah ketepatan memasangkan satu jenis bahan
pakan dengan bahan pakan lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Sebagian
besar bahan pakan yang digunakan dalam penyusunan ransum unggas umumnya
berasal dari bahan nabati yang penggunaannya lebih dari 80% di dalam ransum,
baik sebagai sumber karbohidrat, protein, lemak juga sebagai sumber mineral
yang penting bagi pertumbuhan. Ransum merupakan komponen biaya terbesar
yaitu 60-80% dari seluruh biaya produksi pada ternak unggas (Rasyaf, 2003).
Salah satunya dengan memanfaatkan limbah pertanian yang tidak bersaing bagi
manusia diantaranya adalah dedak padi.
Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh
sebagian peternak di Indonesia. Sebagian bahan pakan yang berasal dari limbah
agroindustri. Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber
energi bagi ternak (Scott et al.,1982).
Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasarnya yang cukup
tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan
protein sehingga sulit dapat dimanfaatkan oleh enzim pencernaan. Inilah yang
merupakan faktor pembatas penggunaannya dalam penyusunan ransum. Namun,
dilihat dari kandungan proteinnya yang berkisar antara 12-13,5 %, bahan pakan
ini sangat diperhitungkan dalam penyusunan ransum unggas. Dedak padi
mengandung energi termetabolis berkisar antara 1640 – 1890 kkal/kg. Kelemahan
lain pada dedak padi adalah kandungan asam aminonya yang rendah, demikian
juga halnya dengan vitamin dan mineral (Rasyaf, 2004). Salah satu jenis pakan
ternak yang biasa digunakan sebagai campuran pakan adalah dedak padi yang
difermentasi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“ analisa kandungan nutrisi pakan ternak dari dedak padi (Oryza sativa L.) yang
difermentasi dengan ragi tape (Saccharomycess cerevisiae).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah dengan penggunaan saccharomycess cerevisiae dari ragi tape pada
fermentasi dedak padi dapat meningkatkan kadar protein dan menurunkan
kadar serat.
2. Bagaimana hubungan antara penggunaan saccharomycess cerevisiae dari ragi
tape terhadap kandungan gizi pakan ternak yang telah difermentasi.

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisa kandungan nutrisi pakan ternak unggas dari dedak padi yang
fermentasi dengan ragi tape (saccharomycess cerevisiae).
2. Mengetahui hubungan antara penggunaan ragi tape (saccharomycess
cerevisiae) terhadap kandungan gizi pakan ternak yang telah difermentasi.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan dan informasi kepada para pelaku industri,
mahasiswa, pemerintah dan masyarakat luas tentang pemanfaatan dedak padi
yang difermentasi sebagai pakan ternak unggas.
2. Menambah wawasan kepada mahasiswa tentang penggunaan ragi untuk
fermentasi dedak padi
3. Mengetahui perbedaan kandungan nutrisi dedak yang difermentasi dan yang
non fermentasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ternak Unggas


Ternak unggas merupakan jenis ternak yang paling banyak dikenal dan
dipelihara masyarakat kerena menghasilkan produk pangan bergizi sebagai
sumber protein hewani yang paling disukai, murah, dan terjangkau oleh
masyarakat luas. Jenis unggas yang umum dipelihara adalah ayam, itik, puyuh,
dan burung dara. Seiring dengan berkembangnya zaman, maka perlu
meningkatkan pengetahuan tentang pengenalan jenis unggas, anatomi unggas dan
identifikasi penyakit pada unggas serta pengetahuan dalam menyusun ransum
yang diberikan untuk unggas. Pemeliharaan kesehatan unggas merupakan bagian
dari usaha meningkatkan produksi ernak, produktifitas dan reprodukivitas ternak
hanya dapat dicapai secara optimal apabila ternak dalam keadaan sehat.
Unggas atau khususnya ayam dalam sistematika taksonomi termasuk dalam
Animal Kingdom dengan phylum Chordata, subphylum Craniata (Vertebrata),
kelas Aves, ordo Galliformes, family Phasianidae, subfamily Phasianinae, genus
Gallus dan species domesticus. Ciri-ciri unggas secara umum adalah berkaki dua,
bersayap, mempunyai paruh, bertelur dan mempunyai sifat mengeram. Unggas
(Bahasa Inggris : puoltry) adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang
dimanfaatkan untuk daging dan/atau telurnya. Umumnya merupakan bagian dari
ordo Galliformes (seperti ayam dan kalkun), dan Anseriformes seperti bebek
(Blakely dan Bade, 1994).
Unggas secara umum dapat diartikan sebagai ternak bersayap, yang dalam
taksonomi zoologinya termasuk golongan kelas Aves. Jenis unggas cukup banyak,
diantaranya adalah ayam, itik, kalkun, dan angsa. Secara taksonomi zoology
bangsa burung bisa digolongkan sebagai unggas, tetapi sampai saat ini yang
tercantum dalam undang-undang pokok kehewanan, bangsa burung masih belum
digolongkan ternak unggas. Di dalam undang-undang tersebut bahwa yang
dimaksud sebagai unggas adalah ternak bersayap yang sudah lazim dipelihara
oleh masyarakat. Tidak menutup kemungkinan bangsa burung masuk dalam jenis
unggas karena burung secara taksonomi zoology juga termasuk ke dalam kelas
Aves, selain itu burung juga mempunyai ciri-ciri seperti unggas (Blakely dan
Bade, 1994).

2.2 Pakan Ternak


Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan
hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor utama dalam
keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan
tatalaksana. Pakan yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi
maupun reproduksi ternak (Anggorodi, 1985).
Pakan atau makanan ternak adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan
dapat digunakan oleh ternak. Secara umum bahan makanan ternak adalah bahan
yang dapat dimakan, tetapi tidak semua komponen dalam bahan makanan ternak
tersebut dapat dicerna oleh ternak. Bahan makanan ternak mengandung zat
makanan dan merupakan istilah umum, sedangkan komponen dalam bahan
makanan ternak tersebut dapat digunakan oleh ternak disebut zat makanan.
Selanjutnya Badan Standarisasi Nasional juga mendefinisikan bahan pakan adalah
bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan dan hasil industri yang
mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan, yang telah maupun
belum diolah (Tillman et al, 1989) .
Bahan pakan adalah (bahan makanan ternak) adalah segalah sesuatu yang
dapat diberikan kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik
yang sebagian atau semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak.
Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang
terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa
nitrogen, sedang bahan anorganik seperti calsium, phospor, magnesium, kalium,
natrium. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan analisis
proximat dan analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing
komponen vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan yang dilakukan di
laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik. Bahan baku yang berasal dari
bahan yang belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan dari hasil ikutan industri
agro atau peternakan dan perikanan. Pakan dari kandungan nutrisinya masih
memadai untuk diolah menjadi pakan. Bahan pakan ini biasanya berasal dari
ikutan industri agro atau peternakan dan perikanan (Anonim , 2009).
Secara umum pakan ternak unggas diusahakan terdiri dari bahan makanan
yang berasal dari tanaman, hewan terutama hasil ikutannya dari sisa proses
pengolahan pangan dari pabrik salah satunya adalah dedak padi yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan campuran pakan ternak.
Kebutuhan gizi unggas berbeda sesuai dengan jenis unggas, bangsa, umur,
fase produksi, dan jenis kelamin. Kebutuhan gizi tersebut mencakup protein, asam
amino, energi, Ca, dan P serta kadang-kadang dicantumkan untuk tingkat
konsumsi pakan/ekor/hari. Bahkan dalam literatur dapat ditemukan estimasi
pertambahan bobot badan, konsumsi pakan serta efisiensi penggunaan pakan
untuk unggas yang diekspresikan ke dalam Feed Conversion Ratio (FCR).
Kebutuhan vitamin dan mineral lainnya umumnya sudah terpenuhi dengan
mencampurkan premix (campuran berbagai vitamin dan mineral) ke dalam
campuran pakan. Kebutuhan gizi tersebut dirangkum dari literatur dalam negeri
maupun luar negeri terutama dari National Research Council (NRC, 1994) dan
Standar Nasional Indonesia. Nilai rekomendasi SNI (2008) dicantumkan di dalam
kurung baik sebagai nilai minimum, maksimum maupun kisaran angka panduan
kebutuhan gizi ternak unggas. Panduan maksimum khusus dibubuhkan untuk
kadar air pakan yaitu 14% (kurang dari 14%) untuk menjamin kesegaran pakan
terutama untuk menghindari pertumbuhan jamur. Ini berarti bahwa semakin
sedikit kadar air pakan akan semakin baik; misal kadar air 10% lebih tahan
disimpan dibandingkan dengan kadar air di atas 14%. Nilai minimum
rekomendasi SNI (2008) dimaksudkan untuk berhati-hati dalam menyusun
formula pakan; kandungan gizi pakan tersebut sebaiknya lebih dari nilai minimum
atau setidaknya sama. Nilai minimum tersebut tertera untuk kebutuhan gizi
protein, energi, asam amino lisin, metionin, dan metionin + sistin. Kandungan
protein pakan itik petelur dapat diturunkan 15% dari rekomendasi, asalkan
kandungan asam amino lisin, metionin dan triptofan sesuai dengan nilai
rekomendasi. Disamping itu, kecernaan gizi dalam setiap bahan pakan juga
berbeda-beda sesuai bahannya sehingga ketersediaan gizi untuk diserap dan
dimanfaatkan tubuh juga berbeda dari satu bahan ke bahan lain. Oleh karena itu,
kebutuhan gizi ternak sering ditetapkan nilainya termasuk nilai safety margin
untuk mengantisipasi perbedaan kecernaan gizi pada berbagai bahan pakan
(Ketaren, 2007). Berikut tabel kebutuhan gizi ternak unggas :
Tabel 1. Kebutuhan Gizi Ayam Ras Pedaging
Gizi Starter (0-3 minggu Finisher (0-6 minggu)
Kadar air (%) 10,00 (maks.14,0) 10,00 (maks. 14,0)
Protein (%) 23 (min.19,0) 20 (min. 18,0)
Energi (Kkal EM\kg) 3200 (min. 2900) 3200 (min. 2900)
Lisin (%) 1,10 (min.2900) 1,00 (min. 0,90)
Metionin (%) 0,50 (min. 0,40) 0,38 (min. 0,30)
Metionin + sistin (%) 0,90 (min. 0,60) 0,72 (min. 0,50)
Ca (%) 1,00 (0,90-1,20) 0,90 (0,90 – 1,20)
P tersedia (%) 0,45 (min. 0,40) 0,35 (min. 0,40)
P total (perkiraan. %) (0,60-1,00) (0,60-1,00)
Sumber: NRC (1994); SNI (2008)

Tabel 2. Kebutuhan Gizi Ayam Ras Petelur


Gizi Umur (minggu)
0 – 6 (starter) 6 – 12 (grower) 12-18 (developer) > 18 (layer)
Kadar air (%) 10,00 (maks. 14,00) 10,00 (maks. 14,00) 10,00 (maks. 14,00) 10,00 (maks. 14,00)
Protein (%) 18,00 (min. 18,00) 16,00 (min. 15,00) 15,00 17,00 (min. 16,00)
Energi (kkalEM/kg) 2850 (min. 2700) 2850 (min. 2600) 2900 2900 (min. 2650)
Lisin (%) 0,60 (min. 0,50) 0,85 (min.0,90) 0,45 0,52 (min. 0,80)
Metionin (%) 0,30 (min. 0,40) 0,25 (min. 0,30) 0,20 0,22 (min. 0,35)
Metionin + sistin (%) 0,62 (min. 0,60) 0,52 (min. 0,50) 0,42 0,47 (min. 0,60)
Ca (% 0,90 (0,90 - 1,20) )0,80 (0,90 - 1,20) 0,80 2,00 (3,25 - 4,25)
P tersedia (%) 0,40 (min. 0,35) 0,35 (min. 0,35) 0,30 0,32 (min. 0,32)
P total (%)( (0,60 � 1,00) (0,60 � 1,00)) 0,60) (0,60 � 1,00)
Sumber: NRC (1994); SNI (2008)
Tabel 3. Kebutuhan Gizi Itik Petelur Pada Berbagai Umur
Gizi Starter (0 – 8 minggu) Grower (9 – 20 minggu) Layer (> 20 minggu)

Kadar air (%) (maks. 14,0) (maks. 14,0) (maks. 14,0)


Protein kasar (%) 17 – 20 (min 18) 15 – 18 (min 14,0) 17 – 19 (min 15)
Energi(kkal 3.100 (min. 2700) 2.700 (min. 2600) 2.700 (min. 2650)
EM/kg)
Lisin (%) 1,05 (min. 0,90) 0,74 (min. 0,65) 1,05 (min. 0,80)
Metionin (%) 0,37 (min. 0,40) 0,29 (min. 0,30) 0,37 (min. 0,35)
Metionin + sistin (min. 0,60) (min. 0,50) (min. 0,60)
(%)
Ca (%) 0,6– 1,0 (0,9 – 1,20) 0,6 – 1,0 (0,90 – 1,20) 2,90 – 3,25 (3,00 – 4,00)
P tersedia (%) 0,6 (min. 0,40) 0,6 (min. 0,40) 0,6 (min. 0,35)
P total (0,60 – 1,00) (0,60 – 1,00) (0,60 – 1,00)
Sumber: SINURAT (2000); SNI (2008)

Tabel 4 Kebutuhan Gizi Ayam Kampung


Umur (minggu)

Gizi Starter 0 – 12 Grower 12 – 22 Layer 22


Protein (%) 15,00 – 17,00 14,00 14,00
Energi (Kkal EM/kg) 2600 2400 2400 – 2600
Lisin (%) 0,87 0,45 0,68
Metionin (%) 0,37 0,21 0,22 – 0,30
Ca (%) 0,90 1,00 3,40
P tersedia (%) 0,45 0,40 0,34
Sumber: SINURAT (1991)
Tabel 5 Kandungan Gizi Pakan yang Diproduksi Berbagai Pabrik Pakan Unggas

Kadar Air EM
Jenis Pakan Protein (%) Ca (%) P (%)
(%) (kkal/kg)
3025 -
Maks. 13,00 21,00 - 23,80 0,90 - 1,20 0,60 - 1,00
Ayam Broiler Starter 3250
Ayam Broiler 3000 -
Maks. 13,00 18,00 - 21,80 0,80 - 1,20 0,60 - 1,20
Finisher 3300
Ayam Ras Layer Pre 3000 -
Maks. 13,00 20,00 - 23,80 0,90 - 1,20 0,60 - 1,20
Starter 3125
Ayam Ras Layer 2750 -
Maks. 13,00 18,00 - 21,00 0,90 - 1,20 0,60 - 0,90
Starter 3000
Ayam Ras Layer 2600 -
10,00 - 13,00 15,00 - 18,00 0,90 - 1,20 0,60 - 0,90
Grower 2750
2600 -
10,00 - 13,00 16,00 - 19,50 3,25 - 4,00 0,60 - 1,00
Ayam Ras Layer 2900
Ayam Kampung 2500 -
10,00 - 13,00 14,00 - 18.50 3,30 - 4,00 0,60 - 0,90
Layer 2700
2700 -
Maks. 13,00 17,00 - 18,00 2,8 0,7
Itik Layer 2800
2650 -
Maks. 13,00 20,00 - 22,00 3,50 - 4,00 0,60 - 0,80
Burung Puyuh Layer 2900
Sumber : ESMAIL, 1996
2.3 Dedak Padi untuk Pakan Ternak

Gambar 1. Dedak Padi


Dedak padi (Oryza Sativa L.) merupakan limbah pengolahan padi menjadi
beras dan kualitasnya bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi
adalah hasil samping pada pabrik penggilingan padi dalam memproduksi beras.
Dedak padi merupakan bagian kulit ari beras pada waktu dilakukan proses
pemutihan beras. Dedak padi digunakan sebagai pakan ternak, karena mempunyai
kandungan gizi yang tinggi, harganya relatif murah, mudah diperoleh, dan
penggunaannya tidak bersaing dengan manusia. Produksi dedak padi di Indonesia
cukup tinggi per tahun dapat mencapai 4 juta ton dan setiap kuwintal padi dapat
menghasilkan 18-20 gram dedak (Schalbroeck, 2001), sedangkan proses
penggilingan padi dapat menghasilkan beras giling sebanyak 65% dan limbah
hasil gilingan sebanyak 35%, yang terdiri dari sekam 23%, dedak dan bekatul
sebanyak 10% (Yudono et al, 1996). Protein dedak berkisar antara 12-14%, lemak
sekitar 7-9%, serat kasar sekitar 8-13% dan abu sekitar 9-12% (Murni et
al., 2008).
Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh
sebagian peternak di Indonesia. Sebagian bahan pakan yang berasal dari limbah
agroindustri. Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber
energi bagi ternak (Scott et al, 1982).
Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasarnya yang cukup
tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan
protein sehingga sulit dapat dimanfaatkan oleh enzim pencernaan. Inilah yang
merupakan faktor pembatas penggunaannya dalam penyusunan ransum. Namun,
dilihat dari kandungan proteinnya yang berkisar antara 12-13,5 %, bahan pakan
ini sangat diperhitungkan dalam penyusunan ransum unggas. Dedak padi
mengandung energi termetabolis berkisar antara 1640 – 1890 kkal/kg. Kelemahan
lain pada dedak padi adalah kandungan asam aminonya yang rendah, demikian
juga halnya dengan vitamin dan mineral (Rasyaf, 2004). Komposisi kimia dari
dedak padi sebagai berikut :
Tabel 6. Komposisi Kimia Dedak Padi
Kandungan Gizi Kadar (%)
Air 10%
Serat kasar 10%
Protein kasar 7,5%
Lemak 2,25%
Abu 7,5%
Sumber : Intan Nursiam (2009)
Sebagai bahan pakan. Dedak padi mempunyai beberapa karakter yaitu
mempunyai struktur yang cukup kasar, Mempunyai bau khas wangi dedak,
Berwarna coklat dan tidak menggumpal, Dedak padi umumnya tidak tahan
disimpan dan cepat menjadi tengik. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan
lemak. Dedak padi ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh waktu atau musim.
Pakan ini merupakan bahan yang bersifat mudah rusak selama penyimpanan jika
disimpan melebihi waktu tertentu. Dedak padi berpeluang menggantikan peranan
jagung sebagai sumber energi bagi unggas karena jagung merupakan salah satu
bahan yang akan diolah menjadi bahan bakar penganti minyak bumi. Penggunaan
dedak padi dalam ransum unggas ada batasanya, yaitu 0 – 15 % untuk ayam
petelur fase starter; 0 – 20 % untuk ayam petelur fase grower fase layer. Untuk
ayam broiler, itu berkisar antara 5 – 20 %, dan tidak lebih dari 20 % karena akan
dapat menurunkan produktivitas ayam (Rasyaf, 2002).
Penggunaan 30 % dedak padi dalam ransum ternyata menurunkan
pertambahan berat badan dan berat badan akhir broiler. Hal ini disebabkan karena
tingginya kandungan lemak dan asam fitat dalam dedak padi menyebabkan fosfor
yang terkandung di dalamnya tidak dapat diserap oleh ternak unggas (Scott et al,
1982). Hal inilah yang menyebabkan dedak padi tidak dapat digunakan secara
berlebihan (Rasyaf, 2002). Umumnya penggunaan dedak padi lebih dari 20 %
akan menghambat pertumbuhan karena adanya kandungan asam fitat dalam dedak
padi yang berada dalam bentuk kompleks dengan protein, pektin, dan polisakarida
bukan pati atau serat kasar sehingga protein dan fosfor sulit dicerna dan
dimanfaatkan oleh ayam (Hanafi, 2001).
Pemberian pakan hijauan sebagai pakan tunggal, belum mencukupi
kebutuhan nutrisi untuk mencapai produksi yang optimal, sehingga perlu
ditambahkan konsentrat. Salah satu bahan pakan konsentrat adalah dedak padi.
Dedak padi mudah didapat dan terjamin ketersediaannya, serta mempunyai
kandungan gizi yang cukup tinggi, yaitu protein kasar (PK) sebesar 13,80% dan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 53,30%. Proporsi pemakaian dedak dalam
ransum ternak bergantung pada tujuan pemeliharaan ternak. Secara umum dapat
dianjurkan pemberian dedak untuk ruminansia adalah 30-40% dari bahan kering
yang dikonsumsi. Pemberian dedak sebanyak 30% lebih baik daripada pemberian
dedak sebanyak 45%. Pemberian pellet yang terbuat dari 50% dedak dan 50%
rumput gajah, pertambahan berat badan domba adalah sangat rendah (Obst, 1978).

Tabel 7. Spesifikasi Persyaratan Mutu Dedak Padi


Komposisi Mutu I Mutu II Mutu III
Air (%, maximum) 12 12 12
Protein kasar (%, minimum) 11 10 8
Serat kasar (%, maximum) 11 14 16
Abu (%, maximum) 11 13 15
Lemak (%, maximum) 15 20 20
Asam lemak bebas terhadap lemak 5 8 8
maksimum (%, maximum)
Ca (%, maximum) 0,04-0,30 0,04-0,30 0,04-0,30
P (%, maximum) 0,60-1,60 0,60-1,60 0,60-1,60
Aflatoksin (ppb, maximum) 50 50 50
Silica (%, maximum) 2 3 4
Sumber: Dewan Standarisasi Nasional (2001)
2.4 Fermentasi
Fermentasi adalah proses biologis yang menghasilkan komponen-komponen
dan jasa sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikrobia.
Pengertian fermentasi ini mencakup baik fermentasi aerob maupun anaerop
(Muchtadi et al., 1992).
Fermentasi merupakan salah satu teknologi bahan makanan secara biologis
yang melibatkan aktivitas mikroorganisme guna memperbaiki gizi bahan
berkualitas. Fermentasi dapat meningkatkan kualitas bahan pakan, karena pada
proses fermentasi terjadi perubahan kimiawi senyawa-senyawa organik
(karbohidrat, lemak, protein, serat kasar dan bahan organik lainnya) baik dalam
keadaan aerob maupun anaerob, melalui kerja enzim yang dihasilkan mikroba
(Sukaryana, 2011).
Penambahan bahan-bahan nutrien kedalam fermentasi dapat menyokong
dan merangsang pertumbuhan mikrooganisme, salah satu bahan yang dapat
digunakan pada proses fermentasi adalah urea. Urea yang ditambahkan pada
proses fermentasi akan terurai oleh enzim urea menjadi ammonia dan
karbondioksida yang selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino
(Fardiaz, 1989).
Fermentasi timbul sebagai hasil metabolisme tipe aerob dan anaerob. Untuk
hidup semua organisme membutuhkan sumber energi, energi diperoleh dari
metabolisme bahan pangan dimana berada didalamnya. Bahan baku yang paling
banyak digunakan diantara mikroorganisme mencerna glukosa dan menghasilkan
air, karbondioksida dan sejumlah besar energi (ATP) yang di gunakan untuk
tumbuh. Proses fermentasi dapat meminimalkan pengaruh antinutrisi dan
meningkatkan kecernaan bahan pakan dengan kandungan serat kasar tinggi yang
ada pada dedak padi. Metode fermentasi yang dapat digunakan untuk menurunkan
serat kasar pada dedak adalah fermentasi dengan menggunakan saccharomycess
spp. dari ragi tape (Bukcle er al., 1985).
Keuntungan fermentasi :
1. Nilai gizi lebih baik daripada bahan asalnya, karena terjadi pemecahan zat
makanan yang tidak dapat dicerna oleh manusia, misalnya serat akan diuraikan
oleh enzim yang dihasilkan oleh kapang. Mikroba akan memecah senyawa
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana.
2. Makanan hasil fermentasi lebih mudah dikonsumsi.
3. Makanan hasil fermentasi mempunyai citarasa yang lebih baik.
4. Beberapa hasil fermentasi seperti alcohol dan asam dapat menghambat
pertumbuhan mikroba patogen di dalam makanan.
Kerugian fermentasi Kapang dengan miselianya masuk ke dalam makanan,
sehingga tekstur berubah, dan lebih permeabel terhadap air pengolahan.
Kemungkinan terjadi keracunan, misalnya keracunan karena mengkonsumsi
tempe bongkrek

2.5 Saccharomyess cerevisiae


Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir sejati tergolong eukariot yang
secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris,
oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Dapat berkembang biak
dengan membelah diri melalui "budding cell". Reproduksinya dapat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel.
Penampilan makroskopik mempunyai koloni berbentuk bulat, warna kuning
muda, permukaan berkilau, licin, tekstur lunak dan memiliki sel bulat dengan
askospora 1-8 buah (Nikon, 2004 ; Landecker, 1972 ; Lodder, 1970).
Taksonomi saccharomyces spp. (sanger, 2004), sebagai berikut :
Super Kingdom : Eukaryota
Filum : Fungi
Subfilum : Ascomycota
Kelas : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Saccharomycetaceae
Genus : Saccharomyces
Species : Saccharomyces cerevisiae
Khamir dapat berkembang biak dalam gula sederhana seperti glukosa,
maupun gula kompleks disakarida yaitu sukrosa. Selain itu untuk menunjang
kebutuhan hidup diperlukan oksigen, karbohidrat, dan nitrogen. Pada uji
fermentasi gula mempunyai reaksi positif pada gula dekstrosa, galaktosa, sukrosa,
maltosa, raffinosa, trehalosa, dan negatif pada gula laktosa. Khamir S. cerevisiae
dapat dimanfaatkan sebagai probiotik, prebiotik dan imunostimulan dan kegunaan
ainnya di dalam meningkatkan produksi ternak (Lodder, 1970).

2.6 Kadar Air


Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga merupakan satu karakteristik yang sangat
penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur,
dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut (Sandjaja, 2009).
Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan
dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110ºC selama 3 jam atau
sampai didapat berat yang konstan.Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan
adalah banyaknya air yang diuapkan (Winarno, 2004).
Penentuan kadar air dengan metode oven dilakukan dengan cara
mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan panas yang disebut dengan proses
pengeringan. Analisis kadar air dengan metode oven didasarkan atas berat yang
hilang, oleh karena itu sampel seharusnya mempunyai kestabilan panas yang
tinggi dan tidak mengandung komponen yang mudah menguap. Beberapa faktor
yang dapat memengaruhi analisis air metode oven diantaranya adalah yang
berhubungan dengan penimbangan sampel, kondisi oven, pengeringan sampel,
dan perlakuan setelah pengeringan. Faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi
oven seperti suhu, gradien suhu, kecepatan aliran dan kelembaban udara adalah
faktor-faktor yang sangat penting diperhatikan dalam metode pengeringan dengan
oven. (Andarwulan, 2011).
Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven atau thermogravitimetri
yaitu mengupakan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan.
Penimbangan bahan dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan
dam cara ini relatif mudah dan murah. Percepatan penguapan air serta
menghindari terjadinya reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat dilakukan
pemanasan dengan suhu rendah atau vakum. Namun, terdapat kelemahan cara
analisa kadar air dengan cara pengeringan, yaitu bahan lain selain air juga ikut
menguap dan ikut hilang misalnya alkohol, asam asetat,minyak atsiri. Kelemahan
lain yaitu dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat
mudah menguap lainya, dan juga bahan yang mengandung zat pengikat air akan
sulit melepaskan airnya walaupun sudah dipanaskan (Sudarmadji, 2010).
Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan lebih bersifat hidroskopis
daripada bahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan sebelum
penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam ruangan tertutup kering misalnya
dalam eksikator atau desikator yang telah diberi zat penyerap air. Penyearapan air
atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat, silica gel, klorida,
kalium hidroksida, kalium sulfat atau bariumoksida (Sudarmadji, 2010).

2.7 Kadar Protein


Protein adalah esensial bagi kehidupan karena zat tersebut merupakan
protoplasma aktif dalam semua sel hidup. Kadar protein pada analisa proksimat
bahan pakan pada umunya mengacu pada istilah protein kasar. Protein kasar
memiliki pengertian banyaknya kandungan nitrogen (N) yang terkandung pada
bahan tersebut dikali dengan 6,25. Definisi tersebut berdasarkan asumsi bahwa
rata-rata kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram per 100 gram protein
(NRC, 2001). Protein kasar terdiri dari protein dan nitrogen bukan protein (NPN)
(Cherney, 2000).
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan
produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan
nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25
diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan
analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang
digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan
protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa
kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidak
selalu 16% (Soejono, 1990).
Senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh
mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya.
Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh
ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen
juga rendah. Jika nilai hayati protein dari makanan sangat tinggi maka ada
kemungkinan protein tersebut didegradasi di dalam rumen menjadi protein
berkualitas rendah (Siregar, 1994).

2.8 Kadar Serat


Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan
hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna
oleh ternak monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai mikroorganisme rumen
yang memiliki kemampuan untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa. Fraksi
serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa tergantung pada
species dan fase pertumbuhan bahan tanaman. Pakan hijauan merupakan sumber
serta kasar yang dapat merangsang pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak
yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar dapat menurunkan daya rombak
mikroba rumen. Serat kasar merupakan kemudahan bagi makluk hidup untuk
mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan serat kasar yang
tinggi padapakan akan menurunkan koefisiensi cerna dalam bahan pakan
tersebut,karena serat kasar megandung bagian yang sukar untuk dicerna
(Danuarsa, 2006).
Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak larut dalam H2SO4 0,3 N
dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-turut dimasak selama 30 menit (Danuarsa,
2006). Analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar
dalam bahan baku pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secara
kimiawi dengan metode mendell (Kamal, 1998).
Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak
ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya
mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al., 1991).
Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah
menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan
asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam
larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai
fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium
hidroksida pada kondisi terkondisi. Serat kasar sebagian besar berasal dari sel
dinding tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo,
2010). Lu et al. (2005) menyatakan bahwa serat pakan secara kimiawi dapat
digolongkan menjadi serat kasar, neutral detergent fiber, acid detergent fiber,
acid detergent lignin, selulosa dan hemiselulosa. Peran serat pakan sebagai
sumber energi erat kaitannya dengan proporsi penyusun komponen serat seperti
selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serat kasar terdiri dari lignin yang tidak larut
dalam alkali, serat yang berikatan dengan nitrogen dan selulosa (Cherney, 2000).

2.9 Analisa Regresi


Istilah Regresi pertamakali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada
tahun 1886. Galton menemukan adanya tendensi bahwa oran tua yang memiliki
tubuh tinggi memiliki anak-anak yang tinggi, orang tua yang pendek memiliki
anak-anak yang pendek pula. Kendati demikian, ia mengamati bahwa ada
kecenderungan tinggi anak cenderung bergerak menuju rata-rata tinggi populasi
secara keseluruhan. Dengan kata lain, ketinggian anak yang amat tinggi atau
orang tua yang amat pendek cenderung bergerak ke arah rata-rata tinggi populasi.
Inilah yang disebut hokum Galton mengenai regresi universal. Dalam bahasa
Galton ia menyebutnya sebagai regresi menuju medikritas Maddala (1992) dalam
Ghozali (2001). Interpretasi modern mengenai regresi agak berlainan dengan
regresi versi Galton. Secara umum, analisis regresi pada dasarnya adalah studi
mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih
variabel independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengistimasi
dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen
berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui Gujarati (1995) dalam
Ghozali (2001). Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-
masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi
nilai variabel dependen dengan suatu persamaan. Koefisien regresi dihitung
dengan dua tujuan sekaligus: pertama, meminumkan penyimpangan antara nilai
aktual dan nilai estimasi variabel dependen berdasarkan data yang ada Tabachnick
(1996) dalam Ghozali (2001).
Hal yang cukup menarik dalam mempelajari regresi adalah perlunya
mengetahui peubah yang mempengaruhi peubah yang lain (selanjutnya disebut
peubah bebas) dan peubah yang dipengaruhi peubah lain (selanjutnya disebut
peubah terikat). Apabila peubah terikat dan bebas yang terlibat dalam penelitian
masing-masing hanya satu buah, maka model yang terbentuk dinamakan model
regresi sederhana. Kemudian apabila hanya ada satu peubah terikat dan beberapa
variabel bebas (lebih dari satu) maka modelnya disebut regresi berganda
(multiple) Soleh (2005).
Apabila variabel bebas dari satu persamaan regresi lebih dari satu (missal
X1, X2, Xk) dan semua mempengaruhi satu variabel terikat (Y) maka model regresi
yang terbentuk dinamakan regresi linier berganda (multiple). Model populasi dari
regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + … +β2 X2 €
Dan modal taksiran dari regresi linier berganda adalah:
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + … + bk Xk
Dimana :
a. Y menyatakan variabel terikat
b. X1, X2, … Xk masing-masing menyatakan variabel bebas ke 1,2,…,k
c. β0, β1, β2,.. βk masing-masing menyatakan parameter regresi linier berganda.
d. b0, b1, b2, …, bk masing-masing menyatakan taksiran dari parameter regresi
linier berganda.
Nilai dari kedua variabel X dan Y diukur dalam skala kuantitatif. Adapun
rumusan dari model taksiran regresi linier sederhana (RLS) adalah sebagai
berikut:
Y = a1 + a2 X
Dimana :
Y dan X berturut-turut menyatakan variabel terikat dan variabel bebas a1 dan a2
masing-masing menyatakan koefisien regresi linier sederhana.
Untuk membaca besarnya derajat keeratan dari korelasi (R) dua variabel,
terdapat dua hal yang perlu diperhatikan, yakni:
1. Lihatlah tanda dari derajat keeratan tersebut, positif atau negatif. Korelasi
kedua variabel akan negatif apabila salah satu variabel memiliki hubungan
yang bertolak belakang dengan variabel lainnya. Atau dengan kata lain apabila
nilai satu variabel membesar maka nilai variabel lainnya mengecil.
2. Lihat besarnya nilai dari derajat keeratan. Untuk membaca nilai dari keeratan
dapat digunakan klasifikasi hubungan statistika dua variabel (asosiasi, korelasi,
dan korelasi pangkat) namun menurut Guilford berikut ini.

Tabel 8. Hubungan Statistika Dua Variabel


Nilai hubungan statistika Keterangan
dua variable
< 0,2 Tidak terdapat hubungan antara kedua variabel
Antara 0,2 s/d 0,4 Hubungan kedua variabel lemah
Antara 0,4 s/d 0,7 Hubungan kedua variabel sedang
Antara 0,7 s/d 0,9 Hubungan kedua variabel kuat
Antara 0,9 s/d 1 Hubungan kedua variabel sangat kuat
Sumber : Soleh Z.A, 2005
BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat /Lokasi


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2016 di
Laboratorium Biokimia Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat perebus (panci dan
kompor), talenan, sendok, oven, blender, cawan porselin, alat penjepit, desikator,
sendok, contoh stainless steel, timbangan analitik kepekaan 0,01 mg, labu
kjeldahl, erlenmeyer.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dedak padi berasal dari
segeri kabupaten pangkep, Plastik polyetilen, ragi dan aquades, tablet katalis,
H2SO4, H2SO4, NaO, H3BO3, indikator Metil Merah, Bromcresol green, HCl,
NaOH, kertas saring.

3.3 Prosedur Kerja/Diagram Alir


Fermentasi dedak padi dilakukan dengan prosedur :
1. Dedak padi ditambah air sebanyak 1 : 1 dari berat bahan, diaduk merata lalu
dikukus selama 45 menit dihitung sejak air kukusan mendidih
2. Dinginkan sampel kemudian dinokulasi dengan ragi pada dosis yaitu 0,10%,
0,30% dan 0,50% dari berat dedak padi yang akan difermentasi.
3. Dimasukkan ke dalam plastik polyetilen yang telah dilubangi di beberapa
tempat untuk mendapatkan kondisi aerob, selanjutnya diinkubasi pada suhu
ruang selama 3 hari, selama inkubasi kondisi substrak dibuat sedemikian rupa
pada ketebalan 2 cm.
4. Setelah masa inkubasi selesai produk dikeringkan selama 24 jam dengan suhu
100o C, setelah kering siap untuk diuji kadar air, protein dan serat.
Diagram Alir Fermentasi Dedak Padi

Persiapan Bahan
Dedak Padi

Penimbangan

Penambahan Air 1 : 1 dari berat


Air bahan

Pencampuran

Pengukusan

dinginkan
K = 0%

A = 0,10%
Penambahan Ragi
B = 0,30%

C = 0,50%

Pengemasan

Fermentasi Dedak Padi

Gambar 2. Diagram Alir Fermentasi Dedak Padi

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan persentase ragi


yang digunakan dalam fermentasi dedak padi yaitu :
1. (K) Dedak padi tanpa penambahan ragi
2. (A) Dedak padi dengan penambahan ragi 0,10 %
3. (B) Dedak padi dengan penambahan ragi 0,30 %
4. (C) Dedak padi dengan penambahan ragi 0,50 %
3.4 Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan pada penelitian fermentasi dedak padi secara uji
kimia yaitu (uji kadar air, protein dan serat kasar).
3.4.1 Uji Kadar Air (Sudarmadji, 2010)
Metode uji kadar air dalam penelitian ini adalah :
1. Haluskan dedak padi yang sudah difermentasi dengan blender
2. Timbang berat cawan porselin ( A ),catat dan nolkan timbangan
3. Masukkan dedak padi yang telah dihaluskan ke dalam cawan porselin (A)
± 2 gram kemudian timbang (B)
4. Keringkan cawan yang telah diisi dengan dedak padi ke dalam oven
vakum pada suhu 100oC, selama 5 jam atau oven biasa selama semalam,
atau sampai berat konstan
5. Dinginkan cawan porselin kedalam desikator dengan menggunakan alat
penjepit, selama kira-kira 30 menit kemudian timbang ( C ).
Perhitungan:
Kadar Air =

Dimana :
A : Berat cawan
B : Berat cawan + contoh awal
C : Berat cawan + contoh kering

3.4.2 Uji Protein (Soejono, 1990)


Metode uji kadar air dalam penelitian ini adalah :
1. Tahap destruksi
1.1 Dedak padi fermentasi dihaluskan, kemudian ditimbang 2 gr, masukkan ke
dalam labu kjeldahl
1.2 Tambahkan 2 buah tablet katalis atau 3,5 gr katalis mixture
1.3 Tambahkan 15 ml H2SO4 dan 3 ml H2O2 (diamkan 10 menit)
1.4 Destruksi pada suhu 415
1.5 Dinginkan
2. Tahap destilasi
2.1 Hasil destruksi ditambahkan 50-75 ml aquadest
2.2 Tambahkan 50 – 75 ml NaO
2.3 Didestilasi,tampung hasil destilat dengan erlenmeyer berisi 25 ml H3BO3
4% yang telah ditambahkan indikator Metil Merah dan Bromcresol green
2.4 Lakukan destilasi,sampai volume destilat mencapai 150 ml
3. Tahap titrasi
3.1 Titrasi dengan HCl 0,2 N sampai berubah warna dari hijau menjadi abu-
abu netral
3.2 Lakukan pengerjaan blanko
Perhitungan :

( )
Kadar Protein =

Dimana :
VA = mililiter HCl titrasi contoh
VB = mililiter HCl titrasi blanko
N = Konsentrasi HCl yang digunakan
14,007 = Berat atom nitrogen
6,25 = Faktor konversi protein pada ikan
W = Berat contoh
5.1.3 Uji Kadar Serat Kasar (Danuarsa, 2006)
Uji kadar serat kasar dilakukan dengan prosedur :
1. Timbang 2-4 gram dedak padi fermentasi, bebaskan lemaknya dengan cara
ekstraksi soxlet atau cara mengaduk, tuangkan dedak padi dalam pelarut
organik.
2. Keringkan dedak padi fermentasi dan masukan ke dalam erlenmeyer 500 mL.
3. Tambahkan 50 mL larutan H2SO4 1,25%, dan didihkan selama 30 menit
dengan menggunakan pendingin tegak.
4. Tambahkan 50 mL NaOH 3,25% dan didihkan lagi selama 30 menit.
5. Saring larutan dalam keadaan panas dengan menggunakan corong buchner
yang berisi kertas saring tak berabu yang telah dikeringkan dan diketahui
bobotnya.
6. Cuci endapan yang terdapat pada kertas saring berturut-turut dengan H2SO4
1,25% panas, air panas, dan etanol 96%.
7. Angkat kertas saring beserta isinya masukan ke dalam cawan yang telah
diketahui bobotnya, keringkan pada suhu 105oC dan dinginkan dan timbang.

Perhitungan:

% Serat Kasar =

Dimana :
A = cawan + contoh + kertas saring
B = cawan + kertas saring
3.5 Analisa Regresi
Metode analisa regresi data dalam penelitian ini adalah model populasi dari
regresi linear berganda dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + … +β2 X2 €
Dan modal taksiran dari regresi linier berganda adalah:

Y = X1 + X2 + Xk
Dimana:
Y = Penambahan Konsentrasi Ragi
X1 = Kandungan kadar air
X2 = Kadar Protein
X3 = Kadar Serat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Kimia


Uji kimia dedak padi fermentasi ini dilakukan untuk mengetahui persentase
kandungan kimia dedak padi, kandungan kimia yang di uji pada penelitian
fermentasi ini yaitu kadar air, kadar protein dan kadar serat kasar.
1. Uji Kadar Air
Analisa kadar air adalah analisa untuk mengetahui persentase air yang ada
dalam bahan baku pakan unggas. Banyak sedikitnya kadar air bahan baku, secara
kuantitas mempengaruhi kadar zat-zat nutrisi lainnya. Persentase kadar air yang
relatif kecil akan lebih baik kepekataannya untuk diperhitungkan komposisinya.

Kadar Air
80
64.75
% Kadar Air

57.745 60.94 K= Kontrol


60
A= Ragi 0,10 %
40
B= Ragi 0,30%
20 10.33 C= Ragi 0,50%

Gambar 3. Grafik Analisa Kadar Air

Berdasarkan SNI 01-3178-1996 kandungan kadar air untuk pakan ternak


adalah yang memiliki kandungan kadar air yang paling sedikit yaitu maksimal
12% hal ini di sebabkan bahwa apabila kadar air terhadap pakan tinggi maka tidak
dapat mempertahankan mutu pakan karena dapat menyebakan pertumbuhan
mikroba. Pada grafik analisa kadar air menunjukkan bahwa kadar air yang
terendah ada pada perlakuan penambahan ragi 0,10 % atau 0,4 gram (A) dengan
nilai 57,745 %. Sedangkan nilai kadar air tertinggi ditunjukkan pada perlakuan
penambahan ragi 0,50 % atau 2 gram (C) dengan nilai 64,75 %. Dalam hal ini
pada proses awal fermentasi dedak padi ada penambahan air sebanyak 400 ml dan
proses fermentasi juga menghasilkan air sehingga kadar air yang ada pada
fermentasi dedak memiliki kadar air yang cukup tinggi. Namun dilihat dari grafik
kadar air yang terendah ada pada sampel (K) dengan nilai 10,33 % akan tetapi
pada sampel ini tidak ada perlakuan penambahan ragi dan penambahan air
sehingga hasil uji kadar air rendah.

2. Uji Kadar Protein


Analisa kadar protein adalah suatu analisa untuk mengetahui kadar protein
bahan baku pakan unggas. Pada umumnya untuk menguji kadar protein,
ditentukan kadar nitrogennya secara kimiawi.

Kadar Protein
20
% Kadar Potein

14.75
15 12.79 K= Kontrol
11.345
A= Ragi 0,10 %
10 8.56
B= Ragi 0,30 %
5 C= Ragi 0,50 %

Gambar 4. Grafik Analisa Kadar Protein

Berdasarkan SNI 01-3178-1996 nilai kadar protein pada dedak padi


maksimal 11 % semakin tinggi persentase kandungan proteinnya maka semakin
baik untuk pakan ternak n meningkatkan produktifitas ternak unggas. Dari gambar
4 dapat dibahas bahwa nilai kadar protein terendah ditunjukkan pada perlakuan
penambahan ragi 0,30 % atau 1,2 gram (A) dengan nilai 11,345 %. Sedangkan
nilai kadar protein tertinggi ditunjukkan pada perlakuan penambahan ragi 0,50 %
atau 2 gram (C) dengan nilai 14,755 %. Hal ini persentase kandungan protein pada
fermentasi dedak padi menggunakan Saccharomycess serevisiae dapat meningkatkatkan
protein.
3. Uji Kadar Serat Kasar
Analisa kadar serat kasar adalah suatu analisa untuk mengetahui kadar serat
kasar bahan baku pakan unggas pelaksanaanya di laboratorium biasanya
dilakukan secara kimiawi.

Kadar Serat
30 27.07 25.83
24.415
25 22.34 K= Kontrol
% Kada Serat

20 A= Ragi 0,10%
15
B= Ragi 0,%
10
5 C= 0,50%

Gambar 5. Grafik Analisa Kadar Serat

Berdasarkan SNI 01-3178-1996 sfesifikasi persyaratan mutu dedak padi


pada kadar serat kasar adalah 11 – 16%. Dari gambar 3 dapat dibahas bahwa
kadar serat terendah ditunjukkan pada perlakuan penambahan ragi 0,50 % atau 2
gram (C) dengan nilai 22,34 %. Sedangkan nilai kadar serat tertinggi ditunjukkan
pada perlakuan penambahan ragi 0,10 % atau 0,4 gram (A) dengan nilai 25,83 %.
Semakin rendah kandungan serat kasar pada bahan pakan ternak maka semakin
baik untuk ternak.

4.2 Hasil Analisa Regresi pada Fermentasi Dedak Padi

Tabel 9. Data Analisa Regresi Fermenrasi Dedak Padi

Y X2 X1 X3
0 8,33 27,06
0 8,80 27,08
0,10 14,8 25,85
0,10 14,71 25,81
0,30 12,55 24,38
0,30 13,03 24,45
0,50 11,45 22,45
0,50 11,24 22,23
Sumber: Data primer Hasil penelitian, 2016
Dimana:
Y = Penambahan Konsentrasi Ragi
X1 = Kandungan kadar air
X2 = Kadar Protein
X3 = Kadar Serat

Tabel 10. Hasil Analisa Data Regresi Berganda (Correlation)


Correlations
Kadar Air Kadar Protein Kadar Serat
Spearman's rho Kadar Correlation
1.000 .952** -.952**
Air Coefficient
Sig. (2-tailed) . .000 .000
N 8 8 8
Kadar Correlation
.952** 1.000 -.905**
Protein Coefficient
Sig. (2-tailed) .000 . .002
N 8 8 8
Kadar Correlation
-.952** -.905** 1.000
Serat Coefficient
Sig. (2-tailed) .000 .002 .
N 8 8 8
**. Correlation is significant at the 0.01
level (2-tailed).

Dari tabel 10 diperoleh nilai korelasi antara kadar air dengan kadar
protein adalah 0,952 menurut Soleh A.Z (2005) kedua variabel tersebut terdapat
hubungan yang kuat, hal ini dikarenaka nilai yang yang dihasilkan antara 0,7 s\d
0,9 kemudian nilai korelasi antara kadar air dengan kadar serat adalah -0,952
menurut Soleh A.Z (2005) kedua variabel ini tidak terdapat hubungan, hal ini
dikarenaka nilai yang yang dihasilkan < 0,2 dan nilai korelasi atara kadar protein
dengan kadar serat adalah -0,905 yang menurut Soleh A.Z (2005) kedua variabel
ini tidak memiliki hubungan, hal ini dikarenakan nilai yang dihasilkan < 0,2
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat disumpulkan bahwa perlakuan yang
terbaik adalah perlakuan (C) dengan penambahan ragi 0,50% , dengan nilai kadar
air 64,75% , kadar protein 14,75% dan kadar serat kasar 22,34 %. Sedangkan
analisa data dengan regresi linear berganda antara kadar air dengan kadar protein
memiliki hubungan variable yang kuat dengan nilai korelasi 0,952 kemudian
kadar air dengan kadar serat tidak terdapat hubungan variable dengan nilai
korelasi -0,952 dan kadar protein dengan kadar serat tidak memiliki hubungan
variabel dengan nilai kolerasi -0,905.

5.2 Saran
Saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian fermentasi dedak padi
dengan Saccharomycess cerevisiae yaitu : Peneletian ini dapat dijadikan sebagai
penelitian lanjutan dengan melihat lama waktu fermentasi dan membandingkan
pengujian parameter yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, Nuri, dkk. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat. Jakarta.


Buckle, K.A., R.A. Edward.C.H. Flett., m. Watsoon., 1985. Ilmu Pangan.
Diterjemahkan oleh H. Purnomo dan Adinio. Universitas Indonesia, Jakarta.
Cahyono, b. 1998. Beternak Domba dan Kambing. Kanisius, Yogyakarta.
Cherney, D. J. R. 2000. Characterization of Forget by Chemical Analysis. Dalam
Given, D. I. I. Owen, R. F. E.Axford, H. M. Omed. Forge Evaluation in
Ruminant NutritionWollingford. CABI Publisshing: 281-300.
Danuarsa, 2006. “ Analisis Proksimat dan Asam Lemak pada Beberapa
Komoditas Kacang-kacangan’’. Buletin Teknik Pertanian Vol 11 No. 1.
Fardiaz. S, 1989. Mikrobiologi Pangan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Pusat Antar Universitas IPB, Bogor.
Kamal , M. 1998. Bahan Pakan dan Ransum Ternak Laboratorium Makanan
Ternak Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Ketaren, p. p. 2007. Peran Itik Sebagai Penghasil Telur Dan Daging Nasional.
Wartazoa (3) : 117 – 127.
Ketaren, P. P. dan L. H. PRASETYO. 2007. Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas
Terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (MA) : Masa Parpum.
Lu, C. H. R Blain, dkk. 1998. Physical and Chemical Characteristik of Malaysian
Palm Kernel Lake(PKC). Porc 20th MSAP Conf. 27-28 Juli. Putra Jaya
Malaysia.
Muchtadi, D., S. D.Nurhaeni, dan M. Astawan. 1992. Bahan Kuliah. Enzim
Dalam Industri Pangan , Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen
Dikti, PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Murni, r., Suparjo, Akmal, Dan B. L. Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi
Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak.
Fakultas Peternakan . Universitas Jambi. Jambi.
Rasyaf, M. 2002. bahan Makanan Unggas di Indonesia. Cetakan ke-9 Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
2004. Seputar Makanan Ayam Kampung. Cetakan ke-8, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Scoott, M. L., M.c. Nesheim and R.J. Young. 1982. Nutrition of The Chiken. 3th
Ed,M.L. Scott Assosiates Ithaca, New York.
Shcalbroeck. 2001. Toxicologikal evalution of red mold rice. DFG- Senate
Comision on Food Savety. Ternak monogastrik. Karya Ilmiah. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
SNI (STANDAR NASIONAL INDONESIA). 2008. Kumpulan SNI Bidang
Pakan. Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia, Direktorat Jenderal
Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan Fakultas
Peternakan Universits Gadjah Mada. Yogyakarta.
Soleh, Az. 2005. Ilmu Statistik. Bandung. Rekayasa Sains Bandung.
Sudarmadji, S. 1997. Prosedur untuk Analisa Bahan Pakan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
Sukaryana, Y., U. Atmomarsono, V. D.Yunianto, dan E. Supriyatna. 2011.
Peningkatan nilai kecernaan protein kasar dan lemak kasar produk
fermentasi campuran bungkil inti sawit dan dedak padi pada broiler. JITP. 1
(3).
Suparjo, P. 2010. “ Reposisi Tanaman Pakan dalam Kurikulum. Fakultas
Peternakan Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak Susu 2001.
Analisis dengan Bhan Kimia 200. Erlangga. Jakarta.
Tilman, A. D, dkk. 2005. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada Universitas.
Jenderal Soedirman purwokerto.
Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Diposkan oleh Fika Ahyani di 07.25.
Yudono, B. F. Oesman, dan Hermansyah. 1996. Komposisi asam lemak sekam
dan dedak padi. Majalah Sriwijaya. Vol. 32. No. 2. 8-11.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Proses Fermentasi Pakan
Lampiran 2. Pengujian Parameter
Lampiran 3. Hasil Analisa Kadar Air Fermentasi Dedak

Kode Berat (Gram) Rata-


NO Cawan + Contoh Hasil (%)
Sampel Rata
Cawan Contoh Kering
1 A1 27.3358 2.0530 28.1806 58.85046 58.09
23.1299 2.0939 24.0235 57.32365
2 A2 27.7704 2.024 28.6299 57.53458 57.40
24.3618 2.0093 25.2203 57.27368
3 B1 27.0253 2.1123 27.8706 59.98201 60.37
27.3817 2.0504 28.1864 60.754
4 B2 27.5629 2.0708 28.3462 62.17404 61.51
47.1389 2.0976 47.9603 60.84096
5 C1 28.8105 2.1001 29.6149 61.69706 61.82
27.1115 2.1987 27.9482 61.9457
6 C2 20.2842 2.0094 20.9432 67.20414 67.68
21.5433 2.0511 22.1965 68.15367
7 K1 30.4294 2.2636 32.4502 10.72628 10.46
27.0398 2.1864 29.0032 10.19941
8 K2 19.6348 2.0317 21.4504 10.63641 10.20
22.9642 2.0936 24.8533 9.767864
Lampiran 4. Data Analisa Kadar Protein

Kode Berat (Gram) Normalitas Ml Titrasi Ml Titrasi Faktor


Hasil (%) Rata-Rata
Contoh Contoh Hcl Contoh Blanko Konversi
A1 2.0314 0.2 13.80 0.2 6.25 11.7219159 11.45
2.0059 0.2 13.00 0.2 6.25 11.1726407
A2 2.0822 0.2 13.7 0.2 6.25 11.3518454 11.24
2.0909 0.2 13.5 0.2 6.25 11.1371359
B1 2.0207 0.2 15 0.2 6.25 12.8237492 12.55
2.1829 0.2 15.5 0.2 6.25 12.2719261
B2 2.0341 0.2 15 0.2 6.25 12.7392704 13.03
2.0097 0.2 15.5 0.2 6.25 13.3295455
C1 2.0378 0.2 17.5 0.2 6.25 14.8641366 14.80
2.0551 0.2 17.5 0.2 6.25 14.7390091
C2 2.0018 0.2 17 0.2 6.25 14.6941253 14.71
2.0217 0.2 17.2 0.2 6.25 14.7226962
K1 2.0722 0.2 10 0.2 6.25 8.28036628 8.34
2.0019 0.2 9.8 0.2 6.25 8.39622359
K2 2.0399 0.2 10.5 0.2 6.25 8.84063557 8.80
2.0569 0.2 10.5 0.2 6.25 8.76756891
Lampiran 5.Hasil Analisa Kadar Serat

Berat (Gram) Hasil


Kode
Kertas Cwn + Kertas Srg (Mg/100 Gr RATA-RATA
Contoh
Contoh Saring Cawan Akhir Bahan)
A1 2,0856 1,0198 33,1673 34,7252 25,80072881 25,85
2,0143 1,0004 24,0441 25,5662 25,89981631
A2 2,0158 1,0075 26,251 27,7812 25,9301518 25,81
2,0157 1,0232 27,5266 29,0677 25,69330754
B1 2,0146 1,0049 20,9078 22,4099 24,67983719 24,38
2,0598 0,9705 20,4809 21,9475 24,08486261
B2 2,0474 1,0263 33,2539 34,7855 24,68008206 24,45
2,0175 1,0003 22,0865 23,5753 24,21313507
C1 2,2809 1,0207 33,4686 35,0044 22,58319085 22,45
2,023 0,9285 23,0354 24,4154 22,3183391
C2 2,0136 0,9659 20,9716 22,3875 22,34803337 22,23
2,0359 0,906 18,6792 20,0352 22,10324672
K1 2,0211 1,0271 25,4288 27,0036 27,09910445 27,06
2,004 0,9483 18,7149 20,2047 27,02095808
K2 2,0065 1,0122 22,9058 24,4616 27,09195116 27,09
2,0439 1,0092 23,7614 25,3242 27,08547385
Lampiran 6. Hasil Analisa Kadar Air, Kadar Protein dan Kadar Serat Kasar

1. Kadar Air

Kode Kadar (%) Total Rata-Rata


Sampel Ulangan I Ulangan II
A 58,09 57,4 115,45 57,745
B 60,37 61,51 121,88 60,94
C 61,82 67,68 129,5 64,75
K 10,46 10,20 20.66 10,33
Total 190,74 196,79 387,49 193,765
Rata-Rata 49.435 49,197 96.872 48.441

2. Kadar Protein

Kadar (%)
Kode Rata-
Sampel Ulangan I Ulangan II Total rata
A 11,45 11,24 22,69 11,345
B 12,55 13,03 25,58 12,79
C 14,8 14,71 29,51 14,755
K 8,33 8,80 17,13 8,565
Total 47,13 48,78 94,91 47,45
Rata-rata 11,78 12,195 23,727 11,86

3. Kadar Serat

Kadar (%)
Kode Rata-
Sampel Ulangan I Ulangan II Total rata
A 25,85 25,81 51,66 25,83
B 24,38 24,45 48,83 24,415
C 22,45 22,23 44,68 22,34
K 27,06 27,08 54,14 27,07
Total 99,74 99,98 199,37 99,65
Rata-rata 24,935 24,995 49,84 24,913
Lampiran 7. Hasil Analisa Regresi Linear Berganda.

Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 .997 .994 .989 .02172

a. Predictors: (Constant), Kadar_Serat, Kadar_Air, Kadar_Protein

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression .293 3 .098 207.155 .000

Residual .002 4 .000

Total .295 7

a. Predictors: (Constant), Kadar_Serat, Kadar_Air, Kadar_Protein

b. Dependent Variable: Penambahan_Ragi

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 2.180 1.142 1.909 .129

Kadar_Air -.002 .001 -.183 -1.186 .301

Kadar_Protein .028 .034 .334 .821 .458

Kadar_Serat -.089 .032 -.815 -2.790 .049

a. Dependent Variable: Penambahan_Ragi


Correlations

Kadar_Air Kadar_Protein Kadar_Serat

Spearm Kadar_Air Correlation ** **


1.000 .952 -.952
an's rho Coefficient

Sig. (2-tailed) . .000 .000

N 8 8 8

Kadar_Protein Correlation ** **
.952 1.000 -.905
Coefficient

Sig. (2-tailed) .000 . .002

N 8 8 8

Kadar_Serat Correlation ** **
-.952 -.905 1.000
Coefficient

Sig. (2-tailed) .000 .002 .

N 8 8 8

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-


tailed).
Riwayat Hidup

Penulis dilahirkan di Lasare pada tanggal 05 Juli 1992


anak pertama dari empat bersaudara pasangan Hamzah
dan Sindong.
Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar
(SD) pada tahun 2005 di Lasare Kelurahan Bone,
Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep Sulawesi
Selatan. Tahun 2008 tamat di MTS Jawi-jawi Kec. Segeri, Kab. Pangkep dan
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Segeri dan selesai pada tahun 2011.
Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep dan lulus di jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHP),
program studi Agroindustri D4. Juga sebagai anggota di Kerukunan Mahasiswa
Pangkep(KMP3).
Penulis melakukan Praktek Magang Industri Mahasiswa (PKMI) di PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Makassar dan melanjutkan penelitian di
Laboratorium Biokimia Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep dengan judul penelitian “Analisa kandungan nutrisi pakan
ternak unggas dari dedak padi yang difermentasi dengan ragi tape (Saccharomycess
cerevisiae).

Anda mungkin juga menyukai