Proposal Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sidang Usulan Penelitian Program Studi Gizi
Diajukan oleh:
Manarul Hidayat
10219064
8
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Skripsi
Diajukan Oleh:
Manarul Hidayat
10219064
Pembimbing 1 Pembimbing 2
NIDN. 0408049581
2
ANALISIS KANDUNGAN AMILOSA DAN PATI RESISTEN
PADA BERAS MERAH PRATANAK DENGAN EKSTRAK
BROKOLI
Manarul hidayat
10219064
Program Studi S1 Gizi STIKes KHAS Kempek Cirebon
ABSTRAK
Beras merah (Oriza Nivara) merupakan bagian dari tanaman herbal yang
mengandung karbohidrat, lemak, protein, serat dan mineral. Beras merah juga
memiliki senyawa flavonoid yang berperan sebagai antidiabetes. Beras pratanak
ialah beras yang telah mengalami penanakan parsial. Proses pratanak akan
melekatkan kandungan dari lapisan bekatul dan sekam, dengan sebab itu terjadi
perubahan komponen kandungan gizi beras pratanak dibandingkan dengan beras
giling. Brokoli (Brassica oleracea L. var italica) merupakan jenis sayuran yang
banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Kandungan dalam brokoli berpotensi
untuk mencegah beberapa penyakit seperti diabetes melitus, kardiovaskular dan
kanker karena mengandung senyawa serat, sulfarofan, antikarsiogenik, dan
antioksidan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar amilosa dan pati
resisten pada beras merah pratanak dengan ekstrak brokoli, dimulai dari beras
merah malalui 3 tahap pratanak yakni perendaman, pengukusan dan pengeringan.
Kemudian melalui proses pemasakan menjadi menjadi nasi yaitu pemasakan
modern dengan menggunakan rice cooker, dengan penambahan ekstrak brokoli.
Pengujian beras ini dilakukan duplo (sebanyak dua kali pengulangan) dengan
ekstrak brokoli sebesar 2%, 10%, dan 50%. Pengujian beras ini mencangkup uji
kadar amilosa dan daya cerna pati.
Desain penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan ulang. Variable
bebasnya berupa beras merah pratanak dan beras merah pratanak +ekstrak brokoli
(2%, 10%, dan 50%), dan variable terikatnya berupa kadar amilosa dan pati
resisten. Kemudian pengolahan datanya dengan uji regresi Linear sederhana.
Kata kunci: beras merah, ekstrak brokoli, kadar amilosa, daya cerna pati
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha ESA, karena atas
karunia-NYA yang diberikan kepada penulis selama ini, sehingga saya dapat
menyelesaikan penulisan ajuan penelitian ini, walaupun banyak rintangan dan
halangan dalam menulis proposal ini, tapi akhirnya dapat melewatinya hingga
menyelesaikan penulisan yang insya Allah dengan baik. Sebelumnya penulis
ucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Keluarga saya yang selalu mensupport dari segi jasmani dan rohani.
2. Dr. H. Ahmad Fariz Malvi Zamzam Zein, Sp. PD, FINASIM, FACP
selaku ketua STIKes KHAS Kempek Cirebon
3. Ibu Meliana Nursihhah SGz
4. Ibu Maulida Fajriyah. M. Si selaku dosen saya sekaligus pembimbing 1
5. Ibu Ade Nurlina, S. KM, M. Epid selaku dosen saya sekaligus
pembimbing 2
6. Seluruh rekan saya yang selalu menjadi support dalam penulisan ini
Adapun alasan dibuatnya proposal ini sebagai salah satu bentuk ajuan
penelitian untuk menyelesaikan sarjana S1 gizi. Dalam penyusunan proposal ini
kami menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari dosen
pembimbing, support dari keluarga dan teman, maka proposal ini tidak akan
terselesaikan. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan proposal ini, semoga
proposal ini dapat diterima dengan baik oleh para penguji dan mendapatkan
masukan-masukan yang mendukung proposal ini.
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
BAB I.......................................................................................................................8
1.1 Latar Belakang.......................................................................................8
1.2 Rumusan Masalah................................................................................12
1.3 Tujuan penelitian.................................................................................12
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................12
1.5 Kebaruan Penelitian.............................................................................13
BAB II....................................................................................................................17
KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................17
2.2 Beras Merah.........................................................................................18
2.3 Standar Mutu Beras.............................................................................19
2.4 Brokoli.................................................................................................20
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai IG.......................................22
BAB III..................................................................................................................28
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................28
3.1 Kerangka Konseptual...........................................................................28
3.2 Hipotesis..............................................................................................28
3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel........................................28
3.4 Desain Penelitian.................................................................................31
3.5 Waktu dan Tempat Penelitian..............................................................31
3.6 Sampel.................................................................................................31
3.7 Alat dan Bahan / instrumen penelitian.................................................32
3.8 Kerangka Alur Penelitian....................................................................33
3.9 Cara Kerja / Alur Penelitian................................................................33
3.10 Pengumpulan Data...............................................................................35
5
3.11 Pengolahan Data..................................................................................35
3.12 Analisis Data........................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38
6
DAFTAR TABEL
7
8
BAB I
PENDAHULUAN
8
pencegahan ini dilakukan melalui konseling, deteksi dini faktor risiko diabetes,
dan penatalaksaannya. Deteksi dini bisa dilakukan di posbindu agar identifikasi
perorangan dapat dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu oleh para kader,
sehingga bila ada orang dengan masalah dapat secara langsung diedukasi,
intervensi, dan dirujuk ke Fasilitas pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
(Infodatin, 2020)
10
darah tertinggi dibanding dengan beras lain. Adanya perbedaan yang signifikan
antara nilai indeks glikemik beras hitam (19,04), beras merah (43,3), dan beras
putih (97,48) (Setyo Harini, 2013). Kandungan reduksi gula terendah terdapat
pada beras hitam organik yaitu 0,0893% b/b sedangkan tertingginya pada beras
putih non organik yaitu 0,1395% b/b (Hernawan dan Meylani, 2016). Penelitian
ini diperkuat oleh (Dewi dkk, 2022) dalam penelitiaanya yaitu Sampel yang
mengonsumsi beras putih memiliki jumlah kadar glukosa darah sewaktu lebih
tinggi daripada yang mengonsumsi beras hitam dan beras merah. Selain itu,
semakin banyak mengonsumsi karbohidrat maka dapat meningkatkan kadar
glukosa dalam darah (p=0,000). Kadar air, protein, abu, dan amilosa tertinggi
pada beras berpigmen yaitu beras cempo merah dan jowo melik. Sedangkan kadar
lemak dan kadar karbohidrat tertinggi terdapat pada beras tidak berpigmen yaitu
beras mentik wangi susu (Suarti dkk, 2021). Kandungan dalam beras dapat
dipengaruhi oleh derajat penyosohan (penggilingan), tingginya tingkat
penyosohan akan menurunkan jumlah rendemen, mutu giling, kadar air, kadar
protein, kadar abu, kadar serat, dan kadar lemak beras. Namun kadar karbohidrat,
derajat putih, dan daya cerna pati mengalami peningkatan setelah penyosohan
(Hasnelly dkk, 2020). Kadar pati pada beras merah lebih rendah dibandingkan
pada beras putih. Beras merah mengandung kadar pati 18,47 g/100 g (18,47%)
sedangkan kadar pati pada beras putih yaitu 24,47g/100g (24,47%) (Ramirez dkk,
2022). International Rice Research Institute (IRRI) menggolongkan beras menjadi
tiga kategori berdasarkan kandungan amilosanya, yaitu ketan (0-2%), rendah (10-
20%), sedang (20-25%), dan tinggi (>25%) (Indrasari, 2019).
11
pratanak dari GKG (Gabah Kering Giling) dan GKP (Gabah Kering Panen) yang
direndam selama 4 jam memiliki nilai IG yang sama yaitu 62 yang lebih rendah
dari bahan baku (Nurdjannah dkk, 2018). Cara pengolahan dapat merubah sifat
fisikokimia suatu bahan pangan seperti kadar lemak dan protein, daya cerna, serta
ukuran pati dan zat gizi lainnya (Arif dkk, 2013). Beras yang dimasak
menggunakan rice cooker memiliki nilai karbohidrat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan beras yang dimasak dengan dikukus (Pranata dkk, 2022).
12
serat. Pada penelitian terdahulu mengemukakan bahwa pemberian kukus brokoli
pada wanita prediabetes dapat menurunkan glukosa darah puasa yang signifikan.
(Wulandari dan Wirawanni, 2014).
1. Apakah ada perubahan kadar amilosa pada beras merah pratanak dengan
penambahan ekstrak brokoli?
2. Apakah ada perubahan daya cerna pati pada beras merah pratanak dengan
penambahan ekstrak brokoli?
13
1.5 Kebaruan Penelitian
14
reduksi gula
terendah
terdapat pada
beras hitam
organik yaitu
0,0893%
b/b.
3 Pujan, Pengaruh 2019 Penelitian ini Jenis pengolahan
Hermanto, Pengolahan memiliki dua dan jenis beras
Fitri Beras tahap berbeda nyata pada
Faradilla Pratanak pengolahan panjang berasdan
Terhadap beras, yakni diameter beras pada
Sifat Fisik secara non saat sebelum dan
Dan pratanak: sesudah pemasakan.
Aktivitas pemisahan Semakin tinggi
Antioksidan gabah dari konsentrasi larutan
Beras Lokal kotoran, ekstrak beras
Sulawsi pengeringan semakin tinggi
Tenggara gabah persen aktivitas
dibawah penghambatan
sinar radikal bebas. P2B2
matahari, sebagai perlakuan
penggilingan, dengan daya hambat
kemudian tertinggi pada
penyosohan konsentrasi ekstrak
dan pratanak: 50 ppm dengan
perendaman aktivitas
beras, penghambatan
pengkusan radikal DPPH
dan 44,73%. Dan
pengeringan, terendah pada
kemudian sampel P1B3
penggilingan dengan aktivitas
gabah penghambatan
radikal DPPH
17,10%.
4 Salsabila Aktivitas 2020 Sampel yang Aktivitas
Amalia Antioksidan, digunakan antioksidan dan
Putri Bumi, Kadar Serat dalam kadar serat tertinggi
Siti Dan penelitian ini diperoleh pada
Aminah, Karakteristik adalah beras perendaman 30
Dan Fisik Beras hitam dengan menit yaitu sebesar
Muhammad Hitam Pecah perlakuan 47,97% dan 1,36%.
Yusuf Kulit perbedaan
Dengan waktu
Variasi perendaman,
15
Lama Waktu tahapan
Perendaman berasnya
dimulai dari
penggilingan
kemudian
dilakukan
perendaman
pada suhu
60◦C dengan
lama
waktunya 0,
30, 60, 90,
120,180
menit.
5 H. Pengaruh Februar Analisis Derajat penyosohan
Hasnelly, Drajat i 2020 Proksimat dapat
Evi Fitriani, Penyosohan mempengaruhi
Shelvi Putri Terhadap kadar air, mineral,
Ayu, H. Mutu Fisik kadar lemak.
Hervelly Dan Nilai Protein,
Gizi Karbohidrat,
Beberapa kadar serat,
Jenis Beras antosianin, dan
daya cerna.
6 Budi Suarti, Karakterisasi Maret Analisis 1.Kadar air, protein,
Sukarno, Sifat 2021 proksimat abu, dan amilosa
Ardiansyah Fisikokimia tertinggi pada beras
, Dan Dan berpigmen yaitu
Slamet Fungsional beras cempo merah
Budijanto Beras Pecah dan jowo melik.
Kulit 2.Total senyawa
Berpigmen fenolik, antosianin,
Dan Tanpa dan aktivitas
Pigmen antioksidan tertinggi
terdapat pada beras
pecah kulit
berpigmen yaitu
beras cempo merah
dan jowo melik.
16
Ida Ayu Darah daripada yang
Dewi Sewaktu mengonsumsi beras
Wiryanthini Pada Pasien hitam dan beras
Diabetes merah. Selain itu,
Mellitus semakin banyak
Tipe Ii mengonsumsi
karbohidrat maka
dapat meningkatkan
kadar glukosa dalam
darah (p =0,000).
Kebaruann penelitian ini berupa varietas beras yakni MSP 17 yang belum
diteliti sebelumnya, dengan memberi ekstrak brokoli saat akan proses pemasakan
menggunakan rice cooker. Desain penelitian ini menggunakan desain rancangan
perlakuan ulang dan ujinya berupa uji regresi linier.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
18
1. Pengobatan harus ditunjukan untuk memperbaiki gangguan patogenesis,
bukan hanya untuk menurunkan HbA1c saja
2. Pengobatan kombinasi harus didasarkan pada kinerja obat sesuai dengan
patofisiologi DM tipe II
3. Pengobatan dilakukan sedini mungkin untuk mencegah progresivitas
kerusakan sel beta.
Kelompok resiko tinggi yang tidak ada gejala klasik DM yaitu kelompok dengan
BB lebih (IMT > 23kg/m2) dan kelompok usia >45 tahun. (PERKENI, 2021).
Beras merah (Oriza Nivara) merupakan bagian dari tanaman herbal yang
mengandung karbohidrat, lemak, protein, serat dan mineral. Beras merah juga
memiliki senyawa flavonoid yang berperan sebagai antidiabetes. (Firdausya dan
Amalia, 2020).
Dalam 100 gram, beras merah mengandung energi 149 Kkal, protein 2.8 gram,
lemak 0.4 gram, dan karbohidrat 32.5 gram. (Tabel Komposisi Pangan Indonesia
19
2017). Kandungan serat dalam beras merah memiliki fungsi memperlambat proses
pencernaan di usus dan memperlambat kenaikan glukosa darah sehingga insulin
yang dibutuhkan oleh tubuh semakin sedikit. Kadar serat dalam beras merah
adalah 1,6232% b/b (Herwani dan Meylany, 2016). Penelitian terdahulu
menghasilkan bahwa beras merah mengandung kadar pati lebih rendah dengan
nilai 18,47gram/100gram (18,47%) dibandingkan dengan kadar pati pada beras
putih sebesar 24,47 gram/100gram (24,47%) (Ramirez dkk, 2022). Beras merah
memiliki indeks glikemik lebih rendah dari beras putih dan lebih tinggi dari beras
hitam (Harini, 2013). Semakin rendah IG pangan, maka semakin tinggi
kandungan amilosanya. Indeks glikemik terdiri dari 3 kelompok yaitu, <55
termasuk IG rendah, IG sedang (55-75), dan >75 termasuk ke dalam IG Tinggi.
Beras merah memiliki IG sedang yaitu 59% dengan kandungan amilosa sedang
sekitar 20-25%. Indeks glikemik dipengaruhi oleh kandungan serat, rasio amilosa,
dan amilopektin, pati resisten, lemak, protein serta pengolahan makanan. IG yang
tinggi ini dapat meningkatkan jumlah glukosa di dalam darah dengan cepat (Arif
dkk, 2013).
20
ketan, beras merah, dan beras hitam. Beras khusus ini tidak lepas dari persyaratan
yang telah ditentukan oleh menteri kesehatan (Kementerian Pertanian, 2017).
Tabel 3. Klasifikasi Kelas Mutu Beras
Kelas mutu
No Komponen Mutu Satuan
Medium Premium
1. Derajat sosoh (minimal) % 95 95
2. Kadar Air (maksimal) % 14 14
3. Beras Kepala (minimal) % 75 85
4. Beras Patah (maksimal) % 25 25
5. Total butir beras lainnya (maksimal), % 5 0
terdiri atas butir menir, merah,
kuning/rusak, kapur
6. Butir Gabah (maksimal) (Butir/100g) 1 0
7. Benda Lain (maksimal) % 0,05 0
No Jenis Persyaratan
1. Beras untuk kesehatan Terdaftar dibahan pengawas obat dan makanan
2. Beras organic Bersertifikat yang diterbitkan oleh lembaga
sertifikat organic
3. Beras indikasi geografis a. Terdaftar di Direktorat Jendral Kekayaan
Intelektual, Kementerian Hukum Dan Hak
Asasi Manusia; atau
b. Varietas lokal yang telah mendapatkan
pelepasan oleh Menteri Pertanian
4. Beras tententu yang tidak Sertifikat yang diterbitkan lembaga berwenang
dapat diproduksi dalam di negara asal
negeri
2.4 Brokoli
21
Indonesia yang membudidayakan tanaman brokoli. Di Indonesia, sayuran brokoli
dikenal pada abad ke 15 saat masa penjajahan Belanda, oleh karenanya sayuran
ini dikenal dengan nama sayuran eropa. Ada jenis brokoli yang beraneka ragam,
seperti kaelan (kale), brokoli (cabbage), brokoli umbi (kohlrabi), brokoli bunga
(cauliflower), brokoli (boccoli), dan brokoli tunas. Meskipun jenis tadi
keliatannya berbeda, akan tetapi merupakan spesies yang sama
(Psychologymania, 2013). Berikut merupakan klasifikasi brokoli:
a. Kinghdom : Plantae
b. Divisi : Spermatophyta
c. Sub divisi : Angiospermae
d. Kelas : Dicotyledoneae
e. Ordo : Brassicales
f. Suku : Brassicaceae
g. Genus : Brassica
h. Spesies : Brassica oleraceal. Var. botrytis L.
22
serat larut air yang terkandung dalam brokoli dapat mengontrol kadar glukosa
dalam darah. Serat pangan dapat menyerap air dan glukosa, sehingga bisa
mengurangi ketersediaan glukosa dalam darah. Makanan cukup serat dapat
mengurangi daya cerna karbohidrat. (Wulandari dan Wirawanni, 2014). Konsumsi
sayur setiap harinya dianjurkan sebanyak 250gram perhari atau setara dengan 2
gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan. Dalam hal ini menekankan bahwa
konsumsi brokoli yang merupakan jenis sayuran, paling tidak mengonsumsinya
sebanyak dua gelas sayur. (Kementerian Kesehatan, 2017)
23
Pemasakan beras menggunakan rice cooker hanya melalui satu
tahapan dimana beras dan air dengan perbadingan 1:2 dimasak dalam rice
cooker. Hal pertama yang dilakukan dalam memasak nasi ialah menakar
beras terlebih dahulu, kemudia melakukan pencucian beras minimal dua
kali pencucian. Lalu memasukan beras yang telah dicuci dan ditiriskan
kedalam panic rice cooker, tambahkan 1340 cc air untuk tiap liter beras.
Masukan panci kedalam rice cooker, lalu tutup rice cooker hingga
terdengar bunyi pengunci. Masukan stop kontak dan tekan tombol hingga
hingga lampu cooking menyala, setelah tombol naik kisaran 35-40 menit
biarkan rice cooker dalam keadaan warm selama 15 menit. Aduklah nasi
hingga merata (Rusda, 2019).
24
terdahulu mengungkapkan bahwa galur padi PAC Nagdong/IR36 memiliki
kandungan amilosa antara 12,93-20,81%. Hal ini menunjukan bahwa padi
PAC Nagdong/IR36 memiliki kadar amilosa yang rendah. Kadar amilosa
mempengaruhi pada tekstur nasi. Kadar amilosa yang rendah menunjukan
tekstur nasi pulen, dan kadar amilosa yang tinggi menunjukan tekstur nasi
pera. Kadar amilosa yang tinggi mengindikasikan IG yang tinggi,
sehingga sangat disarankan beras dengan amilosa tinggi untuk dikonsumsi
penderita diabetes melitus (Fitriyah dkk, 2020).
25
menyebabkan enzim pemecah pati memiliki bidang yang lebih luas untuk
mengubah pati menjadi glukosa. Semakin cepat enzim bekerja, maka akan
semakin cepat menyerapan karbohidrat pati. Sebagai faktor ekstrinsik,
komponen matrik bahan pangan dapat menghalangi akses enzim amilase.
Kadar dan ukuran pori merupakan faktor intrinsik lain yang bisa
memengaruhi daya cerna pati. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi
pencernaan pati diantaranya ialah lamanya waktu pencernaan dalam
lambung, aktivitas amilase pada usus, jumlah pati, dan keberadaan
komponen lainnya. Faktor satu dengan yang lainny saling berinteraksi
dengan kompleks (Arif dkk, 2013). Kandungan karbohidrat yang diserap
dengan lambat bisa menghasilkan puncak kadar glukosa darah yang rendah
dan berpotensi baik dalam menghasilkan daya cerna pati beras yang
dipengaruhi oleh komposisi amilosa atau amilopektin (Indrasari, 2019).
26
diperoleh dengan melakukan uji daya cerna pati murni. Pengujian ini akan
menghasilkan kurva standar yang diperoleh dari perlakuan DNS terhadap
0.0, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8, dan 1.0 mL larutan maltose murni 0.5 mg/mL yang
ditetapkan menjadi 1 mL dengan air destilata. Adapun daya cerna pati in
vitro dihitung dengan rumus:
Keterangan:
MS = maltose sampel
27
2.6 Kerangka Pemikiran
Penatalaksaan Gizi
Sumber
B. Pratanak Karbohidrat
B. Giling B. Merah
Pemasakan dengan
rice cooker
Analisis Proksimat
Analisis KH
IG
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
(x)
3.2 Hipotesis
3.2.1 HA
Adanya perubahan kadar amilosa pada beras merah pratanak dengan
penambahan ekstrak brokoli
Adanya perubahan daya cerna pati pada beras merah pratanak
dengan penambahan ekstrak brokoli
3.2.2 HO
Tidak adanya perubahan kadar amilosa pada beras merah pratanak
dengan penambahan ekstrak brokoli
Tidak adanya perubahan daya cerna pati pada beras merah pratanak
dengan penambahan ekstrak brokoli
3.3.1 Variabel
a. Variabel Terikat: kadar amilosa dan daya cerna pati
29
b. Variabel bebas: beras merah pratanak, beras merah pratanak +2%
ekstrak brokoli, beras merah pratanak +10% ekstrak brokoli, dan beras
merah pratanak +50% ekstrak brokoli
3.3.2 Definisi Operasional Variabel
Table 5. Definisi Variabel
30
2% brokoli. Dimasak warm menyala
ekstrak menggunakan rice ±10 menit, lalu
brokoli cooker, tahapan dilihat dengan
memasak. Perbandingan mata ketanakan
airnya 1640 cc untuk 1 nasi
kg beras. Waktu
pemasakan 45 menit dan
suhu 100℃ hingga
terjadi gelatinisasi pada
nasi
Beras Beras merah vaietas Kematangan Lampu cooking -
merah + MSP 17 + 10% ekstrak menjadi nasi mati dan lampu
10% brokoli. Dimasak warm menyala
ekstrak menggunakan rice ±10 menit, lalu
brokoli cooker, tahapan dilihat dengan
memasak. Perbandingan mata ketanakan
airnya 1640 cc untuk 1 nasi
kg beras. Waktu
pemasakan 45 menit dan
suhu 100℃ hingga
terjadi gelatinisasi pada
nasi
Beras Beras merah vaietas Kematangan Lampu cooking -
merah + MSP 17 + 50% ekstrak menjadi nasi mati dan lampu
50% brokoli. Dimasak warm menyala
ekstrak menggunakan rice ±10 menit, lalu
brokoli cooker, tahapan dilihat dengan
memasak. Perbandingan mata ketanakan
airnya 1640 cc untuk 1 nasi
kg beras. Waktu
pemasakan 45 menit dan
31
suhu 100℃ hingga
terjadi gelatinisasi pada
nasi
3.6 Sampel
32
1. Brokoli yang dijadikan sampel harus segar
2. Brokokoli yang dijadikan sampel tidak ada bercak hitam dan
tidak terkena hama
3. Diambil dari pasar diwilayah cirebon
Bahan baku penelitian ini berupa beras dan brokoli yang diperoleh
dari pasar diwilayah Cirebon. Dalam penelitian ini digunakan jenis beras
merah dengan varietas MSP 17. Bahan pendukung untuk proses analisis
kadar amilosa dalam penelitian ini yaitu etanol (95%) (K493507, Merck),
larutan naOH (1 N) (B0881298 309, Merck), dan larutan iod. Kemudian
bahan pendukung yang digunakan untuk analisis daya cerna pati pada
penelitian ini yaitu air destilata, buffer fosfat pH 7, larutan enzim α-amilase,
larutan DNS (asam dinitrosalisilat), dan larutan maltose.
33
3.8 Kerangka Alur Penelitian
Perizinan Stikes
KHAS
Perizinan
Labotratorium
Pembelian bahan
penelitian
Pembuatan
ekstrak brokokli
Pemasakan
beras
34
3.9.2 Proses pengolahan beras
a. Prosses Pratanak
Proses pratanak ini diambil dari 2 penelitian terdahulu, yakni
perendaman menurut Bumi dkk, 2020. Pengukusan dan pengeringan
menurut Pujan dkk, 2019. Adapun prosesnya sebagai berikut:
1. Perendaman beras sebanyak 500 gram pada suhu 60℃
dengan lama waktu 30 menit
2. Setelah proses perendaman, beras dikukus menggunakan
autoclave dengan suhu 100℃ selama 20 menit.
3. Kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60℃
selama 2 jam.
35
3.9.4 Analisis daya cerna pati
Keterangan:
MS = maltose sampel
3.10.1 Data Primer: kadar amilosa dan daya cerna pati pada beras merah, beras
merah +2% ekstrak brokoli, beras merah +10% ekstrak brokoli, dan
beras merah +50% ekstrak brokoli.
3.10.2 Data Skunder: teori dan penelitian terdahulu yang didapat dari jurnal
dan website, serta buku.
36
1. Editing
Hasil analisis dari laboratorium harus dilakukan penyuntingan (editing)
terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk
pengecekan dan perbaikan isian data yang diperoleh dari laboratorium.
2. Coding
Setelah semua data diedit/disunting, selanjutnya peng”kodean” atau
“coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan. Misalnya sampe 1=beras merah, 2=beras merah +2%
ekstrak brokoli, 3=beras merah + 10% ekstrak brokoli, 4= beras merah +
50% ekstrak brokoli. Coding atau pengkodean ini sangat berguna dalam
memasukan data (Data Entry)
3. Data Entry
Data yang sudah berbentuk kode dimasukan kedalam program computer.
Program komputernya berupa SPSS for Window.
4. Cleaning
Apabila data semua data sudah dimasukan, maka perlu dicek ulang
kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan kesalahan kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya. Proses ini disebut pembersihan data
(Data Cleaning)
Analisis data penelitian ini menggunakan uji regresi linear sederhana. Uji
regresi linear sederhana merupakan uji yang digunakan untuk menguji pengaruh
satu variable bebas terhadap variable terikat. Adapun analisis datanya meliputi
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang bertujuan untuk
mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Umumumnya
analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari
tiap variable.
1. Analisis Bevariate
37
Apabila telah dilakukan analisis univariate, maka hasilnya akan
diketahui karakteristik setiap variable, dan dapat dianalisis selanjutnya
yakni analisis bivariate. Analisis bivariate dilakukan terhadap dua variable
yang diduga berkorelasi. Dalam analisis ini dilakukan beberapa tahap,
antara lain:
3
4
38
DAFTAR PUSTAKA
Laode, Ardiansyah., & Nawawi. (2021). Pemberian Nasi Beras Merah dan
Nasi Beras Hitam Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Pada Penderita Diabetes
Melitus. Jurnal Keperawatan Silampari. 4 (4)
39
Infodatin. (2020). Tetap Produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Melitus.
Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
Dewi, Ayu Dian., Sutadarma, I Wayan., & Wiryanthini, Ida Ayu. (2022).
Hubungan Asupan Jenis Beras Terhadap Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Medika Udayana Volume 5.
Hasnelly, H., Fitriani, Evi., Ayu, Shelvi Putri., & Harvelly, H. (2020).
Pengaruh Derajat Penyosohan Terhadap Mutu Fisik dan Nilai Gizi Beberapa Jenis
40
Beras. Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan,
Jakarta, Indonesia.
Arif, Abdullah Bin., Budiyanto, Agus., & Hoerudin. (2013). Nilai Indeks
Glikemik Produk Pangan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Balai besar
penelitian dan pengembangan pasca panen pertanian, Bogor, Indonesia.
Fajriah, Fairuz., Faridah, Didah Nur., dan Herwati, Dian. 2022. Penurunan
Indeks Gilkemik Nasi Putih dengan Penambahan Ekstrak Serai dan Daun Salam.
Journal Of Food Technologi and Industry, Bogor, Indonesia.
41
Firdausya, H., & Amalia, R. (2020). Review Jurnal: Aktivitas dan
Efektivitas Antidiabetes Pada Beberapa Tanaman Herbal. Farmaka, 18 (1), 162-
170
KEMENKES RI. (2017). Ayo Makan Sayur dan Buah Setiap Hari. Hari
Gizi Nasional. https://www.kemkes.go.id/article/print/17012600002/hari-gizi-
nasional-2017-ayo-makan-sayur-dan-buah-setiap-hari.html. Diakses pada 7 April
2023 pukul 21.10.
42
Pujan., Hermanto., & Faradilla, Fitri. (2019). Pengaruh Pengolahan Beras
Pratanak Terhadap Sifat Fisik Dan Aktivitas Antioksidan Beras Lokal Sulawesi
Tenggara. Jurnal Sains Dan Teknologi Pangan. Volume 6 (4)
43