Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KETENTUAN HACCP DALAM PENGOLAHAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN

Disusun oleh :
1. Annisa Catria Latif 15820075
2. Dhamar Adi 15820063
3. Hadrianus Lau 15820069
4. Fatimah 16820098
5. Sumiani Majid 16820072

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Ketentuan
Haccp Dalam Pengolahan Produk Pangan Asal Hewan”.
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami lebih dalam
substansi dari materi perkuliahan Legislasi Veteriner dari para mahasiswa Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus dan rasa
hormat kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, H. Agus
Sjafarjanto., drh., M.Kes., yang telah membantu dalam kelancaran proses
pelaksanaan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Univesitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
2. Arief Mardijanto, drh., M.H selaku Dosen Pengampu mata kuliah Legislasi Veteriner
yang telah membimbing, memberikan petunjuk dan saran-saran, serta melakukan
perbaikan terhadap makalah ini hingga selesai.
Kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat serta karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan tulus ikhlas dalam
menyelesaikan pendidikan ini, aamiin.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
sebab itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi masyarakat dan semua pihak yang
membaca, aamiin.

Surabaya, 27 April 2018


Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ……………………………….…..........……............................... i
Daftar Isi ……………………………………….…........................................……. iii

BAB I : Pendahuluan ………………….…..........………. 1


1. Latar belakang …….………………...........….….. 1
2. Tujuan ..................................................... 1
3. Manfaat .................................................... 2
4. Rumusan Masalah .......................…….……… 2

BAB II : Pembahasan ..................................…… 3


1. Sistem HACCP dan Penerapannya ..……....…. 3
2. Peran Puskeswan dalam Mengatur Ketentuan HACCP dalam Pengolahan Produk
Pangan Asal Hewan .........………………….....… 5
3. Peran Jasa Medik Veteriner dalam Pengolahan Produk Pangan Asal
Hewan ...................................................... 6
4. Peran Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam Pengolahan Produk Pangan Asal
Hewan .................................................…. 7
5. Peran Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan, dan Pengobatan Penyakit Hewan
dalam Pengolahan Produk Pangan Asal
Hewan ...........................................……….. 8
6. Peran Kesehatan Masyarakat Veteriner dalam Pengolahan Produk Pangan Asal
Hewan ................................…..........……... 10

BAB III : Penutup ......……..……............……….... 12


1. Kesimpulan ..……………………..............……… 12
2. Saran .…..…………………............……………….. 13

DAFTAR PUSTAKA ……..................……………………. 14


LAMPIRAN ...…………………..................……..……….. 16
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan ...........................................................21
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 95 Tahun 2012 Tentang Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan ............. 103
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 1977 Tentang Penolakan,
Pencegahan, Pemberantasan, dan Pengobatan Penyakit
Hewan ........................................................................ 172
4. Peraturan Menteri Pertanian No. 2 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelayanan Jasa
Medik Veteriner ........................................................... 182
5. Peraturan Menteri Pertanian No. 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pelayanan Pusat
Kesehatan Hewan ....................................................... 233
6. Standar Nasional Indonesia 01-4852-1998 Tentang Sistem Analisa Bahaya dan
Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta Pedoman
Penerapannya ............................................................ 256

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia dengan Sumber Daya Manusia yang tinggi diperlukan
perhatian yang lebih dalam hal pangan. Untuk pemenuhan standar gizi
penduduk Indonesia, diperlukan konsumsi produk pangan bergizi dan
bernutrisi tinggi yang terdapat dalam bahan-bahan pangan asal hewan
sebagai sumber protein.
Indonesia merupakan Negara dengan Sumber Daya Alam yang tinggi
sehingga diperlukan perhatian lebih dalam pengolahannya. Baik menjadi
sumber pangan ataupun non pangan. Untuk pemenuhan standar gizi
penduduk Indonesia, diperlukan konsumsi produk pangan bergizi dan
bernutrisi tinggi yang terdapat dalam bahan pangan.
Namun Ironis nya, Indonesia sebagai negara agraris belum dapat
memanfaatkan keunggulan komparatif yang dipunyai untuk membangun
ketersediaan pangan bagi penduduknya. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan
pemerintah yang masih melakukan impor terhadap sejumlah kebutuhan
pangan dasar seperti susu, daging sapi dan kedelai.
Hal ini dapat dilihat dari kebijakan pemerintah yang masih melakukan
impor bahan pangan asal hewan yang dimana jumlahnya berlimpah di
Indonesia.
Masalah lain yang tak kalah pentingnya adalah perihal keamanan
pangan itu sendiri
Salah satu masalah serius mengenai bahan pangan Indonesia yaitu
perihal keamanan pangan itu sendiri.
Pangan yang dibutuhkan konsumen bukan saja sehat dan bergizi
namun lebih dari itu, segi keamanannya lebih utama dan penting bagi
konsumen untuk menghilangkan kekhawatiran dalam mengkonsumsi pangan
dimaksud.
2. Tujuan
Mempelajari ketentuan HACCP dalam pengolahan produk bahan
pangan asal hewan
3. Manfaat
Tulisan ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai
peraturan ketentuan HACCP dalam pengolahan produk bahan pangan asal
hewan
4. Rumusan Masalah
1. Apa itu HACCP dan bagaimana penerapannya?
2. Apa saja Peran PUSKESWAN dalam Mengatur Ketentuan HACCP dalam
Pengolahan Produk Pangan Asal Hewan?
3. Apa Peran Jasa Medik Veteriner dalam Pengolahan Produk Pangan Asal
Hewan?
4. Apa Peran Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam Pengolahan Produk
Pangan Asal Hewan?

4
5. Apa Peran Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan, dan Pengobatan
Penyakit Hewan dalam Pengolahan Produk Pangan Asal Hewan?
6. Apa Peran Kesehatan Masyarakat Veteriner dalam Pengolahan Produk
Pangan Asal Hewan?
Rumusan masalah mengenai ketentuan ketentuan HACCP dalam pengolahan produk
bahan pangan asal hewan tidak ada sama sekali

BAB II
PEMBAHASAN
1. Sistem HACCP dan Penerapannya
1 Sistem HACCP yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan sistematika,

mengidentifikasi bahaya dan tindakan pengendaliannya untuk menjamin


keamanan pangan. HACCP adalah suatu piranti untuk menilai bahaya dan
menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan
daripada mengandalkan sebagian besar pengujian produk akhir. Setiap sistem
HACCP mampu mengakomodasi perubahan seperti kemajuan dalam
rancangan peralatan, prosedur pengolahan atau perkembangan teknologi.
2 HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan dari produk

primer sampai pada konsumsi akhir dan penerapannya harus dipedomani


dengan bukti secara ilmiah terhadap resiko kesehatan manusia. Selain
meningkatkan keamanan pangan, penerapan HACCP dapat memberikan
keuntungan lain yang penting. Selanjutnya, penerapan sistem HACCP dapat
membantu inspeksi oleh lembaga yang berwenang dan memajukan
perdagangan internasional melalui peningkatan kepercayaan keamanan
pangan.
3 Keberhasilan penerapan HACCP memerlukan komitmen dan
keterlibatan penuh dari manajemen dan tenaga kerja. Juga mensyaratkan
pendekatan dari berbagai disiplin; pendekatan berbagai disiplin ini harus
mencakup keahlian dalam agronomi, kesehatan veteriner, produksi,
mikrobiologi, obat-obatan, kesehatan masyarakat, teknologi pangan,
kesehatan lingkungan, kimia, perekayasa sesuai dengan pengkajian yang teliti.
Penerapan HACCP sesuai dengan pelaksanaan sistem manajemen mutu

1
Badan Standardisasi Nasional, Sistem Analisa Bahaya Dan Pengendalian Tititk Kritis
(HACCP) Serta Pedoman Penerapannya, , (Jakarta Pusat: Standar Nasional Indonesia, 1998),
h. 4.
2
Ibid.
3
Ibid.

5
seperti ISO seri 9000 dan merupakan sistem yang dipilih untuk manajemen
keamanan pangan.
4Penerapan HACCP, di antaranya:

1) Pembentukan tim HACCP


2) Deskripsi produk
3) Penyusunan bagan alir
4) Konfirmasi bagan alir di lapangan
5) Pencatatan semua bahaya potensial yang berkaitan dengan setiap
tahapan, pengadaan suatu analisa bahaya dan menyarankan berbagai
pengukuran untuk mengendalikan bahaya-bahaya yang teridentifikasi
6) Penentuan TKK (CCP)
7) Penentuan batas-batas kritis (critical limits) pada tiap TKK (CCP)
8) Penentuan system pemantauan untuk setiap TKK (CCP)
9) Penetapan tindakan perbaikan
10)Penetapan prosedur verifikasi
11)Penetapan dokumentasi dan pencatatan
 Sitasi tambahan

2. Peran PUSKESWAN dalam Mengatur Ketentuan HACCP dalam


Pengolahan Produk Pangan Asal Hewan
5Dalam melakukan tugas dan fungsinya Puskeswan mempunyai kegiatan

sebagai berikut :
1. Pemberian pelayanan kesehatan masyarakat veteriner yang
kegiatannya meliputi :
a) Melakukan penanganan hiegene dan sanitasi bahan pangan asal
hewan (daging, telur, susu) agar tidak mengandung residu bahan
kimia maupun cemaran mikroba yang membahayakan serta
beresiko terhadap kesehatan manusia, hewan, masyarakat, dan
lingkungan;
b) Membantu pelaksanaan analisa resiko dan pengujian mutu disertai
surat keterangan kesehatan produk hewan dalam rangka
penjaminan keamanan bahan pangan asal hewan;
c) Pengambilan specimen produk hewan untuk pengujian lebih lanjut;
d) Melakukan pembinaan penyediaan produk hewan yang aman, sehat,
utuh dan halal (ASUH).

 Tambahan “Lampiran 1”
 Isi Rumusan Masalah Poin 2 berhubungan dengan KESMAVET, tidak
ada sangkutpautnya dengan HACCP secara mendetail.

4
Ibid.
5
Ibid,

6
3. Peran Jasa Medik Veteriner dalam Pengolahan Produk Pangan Asal
Hewan
Tindakan medik veteriner dalam pelaksanaan pelayanan jasa medik
veteriner sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 02 Tahun 2010
antara lain, meliputi :
a) Melakukan prognosis dan diagnosis penyakit secara klinis, patologis,
laboratoris, dan/atau epidemiologis.
b) Melakukan tindakan transaksi terapeutik berupa konsultasi dan/atau
persetujuan tindakan medis (informed-consent) kepada pemilik
hewan yang dilanjutkan dengan beberapa kemungkinan tindakan
preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif dengan menghindari
tindakan malpraktik;
c) Melakukan pemeriksaan dan penguji keamanan, kesehatan,
keutuhan produk hewan
d) Melakukan konfirmasi kepada unit pelayanan kesehatan hewan
rujukan jika diperlukan;
e) Menyampaikan data penyakit dan kegiatan pelayanan kepada
otoritas veteriner;
f) Menindaklanjuti keputusan Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah yang berkaitan dengan pengendalian dan penanggulangan
penyakit hewan dan/atau kesehatan masyarakat veteriner;
g) Melakukan pendidikan klien dan/atau pendidikan masyarakat
sehubungan dengan paradigma sehat dan penerapan kaidah
kesejahteraan hewan.
 Huruf a tambahan
 Huruf c semula dari a
4. Peran Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan, dan Pengobatan
Penyakit Hewan dalam Pengolahan Produk Pangan Asal Hewan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17 (15) Tahun 1977 tentang
Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan, dan Pengobatan Penyakit Hewan
memiliki peran, yaitu :
a) Bahwa dalam melaksanakan tindakan penolakan penyakit hewan,
maka setiap hewan/ternak, bahan asal hewan, hasil bahan asal
hewan yang didatangkan dari luar negeri ke dalam wilayah Negara
Republik Indonesia harus disertai Surat Keterangan Kesehatan yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari negara asalnya
b) Bahwa pemindahan hewan/ternak, bahan asal hewan dan hasil
bahan asal hewan dari satu wilayah Propinsi ke wilayah Propinsi
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu, dengan
memenuhi tata cara Karantina Hewan. Setiap orang harus
mencegah timbulnya dan menjalarnya penyakit hewan yang dapat
dibawa oleh hewan/ternak, bahan asal hewan dan hasil bahan asal
hewan dalam perjalanan atau pengangkutan antarpulau/wilayah
sesuai dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-

7
undangan yang berlaku lainnya dalam Negara Republik Indonesia
harus disertai Surat Keterangan Kesehatan Hewan
c) Bahwa setiap orang harus melaporkan adanya persangkaan atau
adanya kasus kepada pejabat atau instansi yang berwenang.
Keharusan melapor, merupakan kewajiban bagi pemilik hewan atau
peternak, pejabat pamong praja, pejabat pamong desa, dan
pejabat atau ahli yang karena tugasnya ada hubungannya dengan
pengobatan dan perawatan penyakit hewan
d) Pelaksanaan tindakan-tindakan penolakan, pencegahan,
pemberantasan, dan pengobatan penyakit hewan diatur lebih lanjut
oleh Menteri,wewenang pengaturan dapat dilimpahkan kepada
pejabat yang ditunjuk oleh Mentei,wewenang pelaksanaan
ketentuan dapat dilimpahkan oleh Menteri kepada Gubernur Kepala
Daerah, Gubernur Kepala Daerah dalam melaksanakan
wewenang,bertanggung jawab kepada Menteri,wewenang
pelaksanaan atas ketentuan terhadap hewan ternak milik Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia
diserahkan kepada Menteri Pertahanan – Keamanan.
e) Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan diancam dengan pidana
penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun. Barang siapa karena
kealpaannya melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
ketentuan diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6
(enam) bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,-
(satu juta rupiah). Tindak pidana sebagaimana yang dimaksud
adalah kejahatan dan tindak pidana adalah pelanggaran.
 Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1977 diganti menjadi
“Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1977”, karena isi Pasal 17
ialah tentang Penyertaan Modal RI untuk Pendirian Perusahaan
Perseroan dalam Bidang Industri Perkapalan.
 Penambahan “Poin d” sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
15 Tahun 1977
5. Peran Kesehatan Masyarakat Veteriner dalam Pengolahan Produk
Pangan Asal Hewan
Peran Kesehatan Masyarakat Veteriner dalam menjalankan Ketentuan
HACCP dlm dalam pengolahan produk bahan pangan asal hewan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 95 Tahun 2012, meliputi :
a) Penjaminan Higiene dan Sanitasi, merupakan kelayakan dasar sistem
jaminan keamanan dan mutu produk Hewan. Penjaminan Higiene dan
Sanitasi dilaksanakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang
dapat mengganggu kesehatan akibat mengkonsumsi pangan asal
hewan (foodborne disease) atau menggunakan produk Hewan
dengan mengendalikan risiko produk Hewan dalam proses produksi
tercemar atau terkontaminasi oleh bahaya biologis, kimiawi, dan fisik,
serta risiko produk Hewan menjadi tidak halal bagi yang
dipersyaratkan. Dengan menerapkan cara yang baik pada rantai
produksi produk Hewan di tempat budidaya; tempat produksi pangan
asal Hewan; tempat produksi produk Hewan nonpangan; rumah

8
potong Hewan; di tempat pengumpulan dan penjualan; dan dalam
pengangkutan.
b) Penjaminan Produk Hewan, dilakukan melalui :
i. Pengaturan Peredaran Produk Hewan;
ii. Pengawasan Unit Usaha produk Hewan;
iii. Pengawasan produk Hewan;
iv. Pemeriksaan dan Pengujian produk Hewan;
v. Standardisasi produk Hewan;
vi. Sertifikasi Produk Hewan; dan
vii. Registrasi produk Hewan.
 Penambahan kata “dalam” yang semulanya disingkat “dlm”

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Peraturan yang mengatur haccp pengolahan produk pangan asal hewan di
antaranya:
1. Peraturan Menteri Pertanian No. 64 Tahun 2007 Tentang Pusat Kesehatan
Hewan
2. Peraturan Menteri Pertanian No. 2 Tahun 2010 Tentang Jasa Medik Veteriner
3. Undang-undang No. 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 1977 Tentang
Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan
5. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNo. 95 Tahun 2012 Tentang
Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan
6. Standar Nasional Indonesia 01-4852-1998 Sistem Analisa Bahaya dan
Pengendalian Tititk Kritis (HACCP) serta Pedoman Penerapannya

HACCP merupakan salah satu metode yang ampuh dalam mewujudkan ketahanan
pangan di Indonesia serta dalam perekonomian Indonesia melalui ekspor-impor.
 Kesimpulan seharusnya memuat ringkasan atau pokok-pokok dari setiap rumusan
masalah, kesimpulan di atas salah. Kesimpulan yang tepat ialah :

1. Penerapan HACCP menurut SNI 01-4582-1998 meliputi pembentukan tim


HACCP, Deskripsi produk, Identifikasi rencana penggunaan, Penyusunan
bagan alir, Konfirmasi bagan alir di lapangan, Pencatatan semua bahaya
potensial yang berkaitan dengan setiap tahapan, pengadaan suatu analisa
bahaya dan menyarankan berbagai pengukuran untuk mengendalikan
bahaya-bahaya yang teridentifikasi, Penentuan TKK (CCP), Penentuan batas-
batas kritis (critical limits) pada tiap TKK (CCP), Penentuan system

9
pemantauan untuk setiap TKK (CCP), Penetapan tindakan perbaikan,
Penetapan prosedur verifikasi, dan Penetapan dokumentasi dan pencatatan.
2. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 64 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Pusat Kesehatan Hewan, Puskeswan mempunyai kegiatan seperti
Melakukan penanganan hiegene dan sanitasi bahan pangan asal hewan,
Membantu pelaksanaan analisa resiko dan pengujian mutu, Pengambilan
specimen produk hewan untuk pengujian lebih lanjut, dan Melakukan
pembinaan penyediaan produk hewan yang aman, sehat, utuh dan halal
(ASUH).
3. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 02 Tahun 2010, tindakan
medik veteriner dalam pelaksanaan pelayanan jasa medik meliputi melakukan
pemeriksaan dan penguji keamanan, kesehatan, keutuhan produk hewan.
4. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1977 tentang Penolakan,
Pencegahan, Pemberantasan, dan Pengobatan Penyakit Hewan memiliki
peran, seperti bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan dalam
perjalanan atau pengangkutan antar pulau/wilayah sesuai dengan ketentuan-
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku lainnya dalam
Negara Republik Indonesia harus disertai Surat Keterangan Kesehatan Hewan.
5. Peran Kesehatan Masyarakat Veteriner dalam menjalankan Ketentuan HACCP
dlm pengolahan produk bahan pangan asal hewan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 95 Tahun 2012, meliputi penjaminan higiene dan sanitasi
serta penjaminan produk hewan.

Saran
Hendaknya prinsip HACCP dijalankan di setiap badan usaha produksi bahan pangan
asal hewan yang ada di seluruh Indonesia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Identifikasi rencana penggunaan Badan Standardisasi Nasional. 1998. Standar Nasional


Indonesia 01-4852-1998 sistem analisa bahaya dan pengendalian tititk kritis (haccp)
serta pedoman penerapannya.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://sintak.unika.ac.id/sta
ff/blog/uploaded/5812002253/files/haccp/sni_haccp.pdf&ved=2ahUKEwif6czzsPrZAhUe
To8KHcuTDUAQFjAAegQICBAB&usg=AOvVaw1E96b7aIOeRLWmIwlUZ_XM. Diakses
tanggal 20 Maret 2018.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pertanian


Nomor 64/Permentan/OT.140/9/2007 Tentang Pedoman Pelayanan Pusat
Kesejahteraan Hewan.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://perundangan.
pertanian.go.id/admin/file/Permentan-64-07.pdf&ved=2ahUKEwjjz-
H_sITaAhVFLY8KHSZkAq0QFjAAegQIBhAB&usg=AOvVaw1o9M-
RLsKhPldBozXx9w2G. Diakses tanggal 24 Maret 2018.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 2/Permentan/OT.140/1/2010 Tentang Pedoman Pelayanan Jasa Medik
Veteriner. https://maxisanam.wordpress.com/2013/03/25/permentan-02-
tahun-2010-pedoman-pelayanan-jasa-medik-veteriner/. Diakses pada 10 April
2018.
Pemerintah Republik Indonesia. 1977. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 15/1977 Tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan
Pengobatan Penyakit Hewan.
Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 95 Tahun 2012 Tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner Dan
Kesejahteraan Hewan.
http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-pemerintah-
nomor-95-tahun-2012-tentang-kesehatan-masyarakat-veteriner-dan-
kesejahteraan-hewan.pdf. Diakses pada 10 April 2018.

11
Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
18/2009 Tentang Peternakan dan Kesehataan Hewan.
Yudi dan Sadarman. 2018. Keamanan Pangan Asal Hewan.
http://www.majalahinfovet.com/2010/01/keamanan-pangan-asal-
hewan.html?m=1. Diakses tanggal 11 April 2018.

12

Anda mungkin juga menyukai