Anda di halaman 1dari 139

SKRIPSI

SKRINING FITOKIMIA DAN PENGARUH


PENINGKATAN KONSENTRASI DENGAN AKTIVITAS
ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 70% BUAH
MALAKA (Phyllanthus emblica L.) TERHADAP BAKTERI
Propionibacterium acnes

NI LUH NYOMAN SRI EKA WEDANTI


NIM. 171200218

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
2021

ii
SKRIPSI

SKRINING FITOKIMIA DAN PENGARUH


PENINGKATAN KONSENTRASI DENGAN AKTIVITAS
ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 70% BUAH
MALAKA (Phyllanthus emblica L.) TERHADAP BAKTERI
Propionibacterium acnes

NI LUH NYOMAN SRI EKA WEDANTI


NIM. 171200218

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

ii
2021

iii
iv
v
vi
vii
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)

atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga

penelitian yang berjudul “Skrining Fitokimia Dan Pengaruh Peningkatan Konsentrasi

Dengan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka (Phyllanthus

emblica L.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes” selesai tepat pada waktunya.

Usulan penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik

dalam meraih gelar Sarjana Farmasi. Banyak hambatan yang dihadapi penulis dalam

menyelesaikan usulan penelitian ini. Namun berkat adanya doa, dukungan, dan

bantuan dari berbagai pihak, akhirnya usulan penelitian ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan usulan

penelitian ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

diharapkan dari para pembaca untuk menyempurnakan dan semoga usulan penelitian

ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam kesempatan ini, dengan segala rasa syukur

dan kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) selaku Rektor Universitas Bali

Internasional atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis

untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Sarjana S1 di

Universitas Bali Internasional.

2. Ns. I Gusti Ngurah Made Yudhi Saputra, S.Kep., M.M. Selaku Dekan

viii
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan di Universitas Bali Internasional atas ijin yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendididikan Program Sarjana S1

di Program Studi Farmasi Klinis.

3. apt. Ida Ayu Manik Partha Sutema, S.Farm., M.Farm. Selaku Ketua Program

Studi Farmasi Klinis di Universitas Bali Internasional atas ijin yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendididikan Program Sarjana S1

di Program Studi Farmasi Klinis.

4. Apt. Dhiancinatyan Windydaca B P, S.Farm. M.Farm. Selaku Kepala UPT

Laboratorium Kesehatan Universitas Bali Internasional serta Ibu Dayu Mira

Jayanti, A. Md.AK. Selaku Kepala Laboratorium Jurusan Farmasi Klinis di

Universitas Bali Internasional atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk

melaksanakan kegiatan penelitian.

5. I Gusti Ngurah Eddy Dama Darmika, S.ST selaku Kepala Laboratorium

Mikrobiologi Kilinik atas ijin yang diberikan kepada penilis untuk

melaksanakan kegiatan penelitian dan membantu penulis dalam melakukan

uji biakan bakteri dan identifikasi bakteri Propionibacterium acnes

6. apt. I Putu Gede Adi Purwa Hita, S.Farm., M.Farm. Selaku dosen

pembimbing I yang dengan tulus, tetap sabar dalam membimbing dan telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk

serta dorongan dalam penyusunan penelitian ini.

7. Ibu Ayu Saka Laksmita W, S.Si.,M.Si. Selaku dosen pembimbing II yang

ix
telah memberikan banyak masukan dan meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan dalam penelitian ini.

8. apt. I Gusti Ngurah Agung Windra Wartana Putra, S.Fam., M.Sc selaku dosen

penguji yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan kepada

penulis.

9. Seluruh dosen dan staf Program Studi Farmasi Klinis yang telah mendidik,

membimbing dan mendampingi penulis selama menempuh perkuliahan di

Universitas Bali Internasional.

10. Orang tua yang sangat saya sayangi dan hormati, Bapak Nyoman Marsa

Ibu Ni Nyoman Sumarni, yang memberikan dukungan baik moral maupun

material, motivasi, serta doa setiap waktu sehingga penulisan skripsi ini

dapat berjalan dengan lancar.

11. I Dewa Putu Darma Yana, yang tak pernah lelah untuk menasehati,

memotivasi dan memberikan dukungan moral serta semangat dalam

penyusunan penelitian ini.

12. Terima kasih juga penulis berikan kepada teman teman penelitian bahan

alam Gung Dharma, Tika Setia Sari, Pradnya, Ita Oktapianti, Sukma Devi,

Sintya Dewi dan Duwik Cahyani yang memberikan semangat dan dukungan

dalam penyusunan penelitian ini.

13. Teman-teman seperjuangan yang memberikan semangat dan dukungan

dalam penyusunan penelitian ini, serta semua pihak yang penulis tidak dapat

x
sebutkan satu-persatu atas segala dukungan dan bantuannya baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penelitian ini.

Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat

pemikiran untuk perkembangan pengetahuan bagi penulis maupun bagi pihak yang

berkepentingan serta masyarakat

Denpasar, 14 Mei 2021

Penulis

Ni Luh Nyoman Sri Eka Wedanti

NIM. 171200218

xi
ABSTRAK

DENGAN SKRINING FITOKIMIA DAN PENGARUH PENINGKATAN


KONSENTRASI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 70%
BUAH MALAKA (Phyllanthus emblica L.) TERHADAP BAKTERI
Propionibacterium acnes

ABSTRAK
Jerawat merupakan masalah kesehatan kulit, salah satunya disebabkan oleh
bakteri Propionibacterium acnes. Bahan herbal yang memiliki khasiat antibakteri
adalah tanaman buah malaka (Phyllanthus emblica L.). Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui kandungan senyawa buah malaka dan pengaruh peningkatan
konsentrasi dengan aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% buah malaka terhadap
bakteri Propionibacterium acnes.
Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah post test only control
group desain dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol 70% buah malaka, yaitu
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%. Pengujian skrining fitokimia
menggunakan metode kualitatif, pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi
dan uji aktivitas anti bakteri menggunakan metode difusi cakram.
Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan adanya senyawa alkaloid, flavonoid,
saponin dan tanin. Hasil uji aktivitas antibakteri berbeda signifikan (P=0,000)
dimana pada konsentrasi 20% sebesar 8,70 ± 0,12 mm, pada konsentrasi 40%
sebesar 10,16 ± 0,60 mm, pada konsentrasi 60% sebesar 12,30 ± 0,15 mm, pada
konsentrasi 80% sebesar 13,75 ± 0,36 mm dan pada konsentrasi 100% sebesar 15,78
± 0,18 mm. Peningkatan konsentrasi ekstrak akan meningkatkan aktifitas antibakteri
terhadap bakteri Propionibacterium acnes.
Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol 70% buah malaka
mengandung senyawa metabolit sekunder, seperti alkaloid, flavonoid, saponin dan
tannin. Peningkatan konsentrasi ekstrak akan meningkatkan aktifitas antibakteri
terhadap bakteri Propionibacterium acne.

Kata Kunci: Antibakteri, Skrining Fitokimia, Phyllanthus emblica L.,


Propionibacterium acnes.

xii
ABSTRACT
Screening Phytochemical And Effect Of Increased Concentration With
Antibacterial Activity Of 70% Ethanol Extract Of Malacca (Phyllanthus
Emblica L.) On The Bacteria Propionibacterium acnes

Acne is skin health problem, one of which is caused by the bacteria


Propionibacterium acnes. Herbal ingredients antibacterial properties are the malacca
fruit (Phyllanthus emblica L.). The purpose of this study was to determine the
compound content of Malacca fruit and the effect of increasing concentration with the
antibacterial activity of 70% ethanol extract of Malacca fruit against
Propionibacterium acnes bacteria.
The type of method used in this study was a post-test-only control group
design with variations in the concentration of 70% ethanol extract of malacca fruit,
namely concentrations of 20%, 40%, 60%, 80%, and 100%. The phytochemical
screening test used qualitative method, the extract was prepared using the maceration
method, antibacterial activity test used the disc diffusion method.
The results of the phytochemical screening test showed presence of
alkaloids, flavonoids, saponins, and tannins. The results antibacterial activity test
were significantly different (P=0.000) where at a concentration of 20% was 8.70 ±
0.12 mm, at a concentration of 40% it was 10.16 ± 0.60 mm, at a concentration of
60% it was 12.30 ± 0. .15 mm, at 80% concentration of 13.75 ± 0.36 mm and at
100% concentration of 15.78 ± 0.18 mm. Increasing the concentration the extract will
increase antibacterial activity against Propionibacterium acnes bacteria.
The conclusion of research is extract of malacca fruit contains secondary
metabolites, such as alkaloids, flavonoids, saponins, and tannins. Increasing the
concentration of the extract will increase the antibacterial activity against
Propionibacterium acnes bacteria.
Keywords: Antibacterial, Screening Phytochemical, Phyllanthus emblica L.,
Propionibacterium acnes.

xiii
RINGKASAN

SKRINING FITOKIMIA DAN PENGARUH PENINGKATAN


KONSENTRASI DENGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK
ETANOL 70% BUAH MALAKA (Phyllanthus emblica L. ) TERHADAP
BAKTERI Propionibacterium acnes

Jerawat dimasa sekarang menjadi masalah kesehatan kulit yang dapat


mengganggu penampilan. Di Indonesia berdasarkan catatan studi dermatologi
kosmetika Indonesia menunjukan yaitu terdapat 60% penderita jerawat pada tahun
2006 dan 80% pada tahun 2007. Prevalensi tertinggi yaitu pada umur 14-17 tahun,
dimana pada wanita berkisar 83-85% dan pada pria yaitu pada umur 16-19 tahun
berkisar 95-100%. Jerawat dapat disebabkan oleh aktivitas kelenjar minyak yang
berlebihan dan diperburuk oleh infeksi bakteri. Salah satu bakteri penyebab jerawat
adalah Propionibacterium acnes merupakan bakteri gram positif anaerob yang dapat
menyebabkan inflamasi pada kulit. Salah satu bahan herbal yang memiliki khasiat
antibakteri adalah tanaman buah malaka (Phyllanthus emblica L.) Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan senyawa buah malaka dan
pengaruh peningkatan konsentrasi dengan aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70%
buah malaka (Phyllanthus emblica L.) terhadap bakteri Propionibacterium acnes.
Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
eksploratif dengan desain post test only control group desain dengan variasi
konsentrasi ekstrak etanol 70% buah malaka, yaitu konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%
dan 100% serta kontrol positif clindamycin dan kontrol negatif aquadest. Ekstrak
etanol 70% buah malaka yang telah dibuat, dilakukan evaluasi ekstrak seperti
persentase rendemen, pemeriksaan organoleptik dan susut pengeringan. Ekstrak
etanol 70% buah malaka kemudian dilakukan uji skrining fitokimia pada ekstrak,
untuk melihat kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam buah malaka.
Ekstrak etanol 70% buah malaka yang telah diuji dan dilihat kandungan metabolit
sekundernya, kemudian dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Propionibacterium acnes. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode cakram
difusi agar dengan media Nutrient agar (NA) yang diinkubasi selama 1 x 24 jam pada
suhu 37oC. Efektivitas ekstrak etanol 70% buah malaka dapat terlihat dengan adanya
zona hambat yang terbentuk. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji
statistika menggunakan uji One way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Post-hoc
(Least significantly different).
Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia ekstrak etanol 70% buah malaka
(Phyllanthus emblica L.) menunjukan hasil positif mengandung alkaloid yang
ditandai dengan endapan berwarna putih keabu-abuan. Pada uji flavonoid yang
ditandai dengan perubahan warna merah kecoklatan. saponin diperoleh hasil positif
yang ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil dan pada uji tanin diperoleh hasil
positif yang ditandai dengan perubahan warna coklat kehitaman. Hasil uji aktivitas

xiv
antibakteri ekstrak etanol 70% buah malaka (Phyllanthus emblica L.) terhadap bakteri
Propionibacterium acnes pada konsentrasi 20% memiliki rata-rata zona hambat 8,70
± 0,12 mm dapat dikategorikan dalam antibakteri kekuatan daya hambat sedang,
ekstrak etanol 70% buah malaka dengan konsentrasi 40% memiliki rata-rata zona
hambat 10,16 ± 0,60 mm dapat dikategorikan dalam antibakteri kekuatan daya
hambat kuat, ekstrak etanol 70% buah malaka dengan konsentrasi 60% memiliki rata-
rata zona hambat 12,30 ± 0,15 mm dapat dikategorikan dalam antibakteri kekuatan
daya hambat kuat, ekstrak etanol 70% buah malaka dengan konsentrasi 80% memiliki
rata-rata zona hambat 13,75 ± 0,36 mm dapat dikategorikan dalam antibakteri
kekuatan daya hambat kuat dan ekstrak etanol 70% buah malak dengan konsentrasi
100% memiliki rata-rata zona hambat 15,78 ± 0,18 mm dapat dikategorikan dalam
antibakteri kekuatan daya hambat kuat. Sedangkan ekstrak etanol 70% buah malak
pada kontrol positif memiliki rata-rata zona hambat 23,40 ± 0,20 mm dapat
dikatagorikan dalam antibakteri kekuatan daya hambat sangat kuat dan pada kontrol
negatif diameter 0,00 tidak memiliki aktivitas antibakteri. Hasil uji One Way
ANOVA terhadap kelompok perlakuan ekstrak etanol 70% buah malaka (Phyllanthus
emblica L.) memiliki nilai signifikansi P= 0,00 (niali P<0,05), maka rata-rata
diameter zona hambat antar kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan uji Post-hoc LSD menunjukan perbedaan yang bermakna dari diameter
zona hambat setiap perlakuan ekstrak etanol 70% buah malaka, dimana semakin
tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin besar zona hambat yang terbentuk.
Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol 70% buah malaka
mengandung senyawa metabolit sekunder, seperti alkaloid, flavonoid, saponin dan
tanin. Terdapat pengaruh peningkatan konsentrasi diamana semakin meningkat
konsentrasi semakain besar daya penghambat pertumbuhan aktivitas antibakteri
ekstrak etanol 70% dari buah malaka (Phyllanthus emblica L.) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes.

xv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN....................................................................................i


HALAMAN SAMPUL DALAM..................................................................................ii
LEMBAR PERSYARATAN GELAR SARJANA......................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN.............................................................iv
LEMBAR PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI.........................................................v
LEMBAR HALAMAN PENGESAHAN....................................................................vi
UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................................vii
ABSTRAK...................................................................................................................xi
ABSTRACT................................................................................................................xii
RINGKASAN............................................................................................................xiii
DAFTAR ISI...............................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. xx
DAFTAR TABEL......................................................................................................xxi
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xxii
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................... xxiii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................................5
1.4.1 Manfaat Teoritis..........................................................................................5
1.4.2 Manfaat Praktis...........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6
2.1 Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.)....................................................................6

xvi
2.1.1 Deskripsi Tumbuhan Malaka (Phyllanthus emblica L.).............................6
2.1.2 Klasifikasi Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.)...................................6
2.1.3 Kandungan Kimia Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.)........................8
2.1.4 Kasiat dan Kegunaan..................................................................................8
2.1.5 Fitokimia.....................................................................................................8
2.2 Preparasi Simplisia....................................................................................................10
2.3 Ekstraksi.....................................................................................................................13
2.3.1 Definisi Ekstraksi......................................................................................13
2.3.2 Metode Ekstraksi......................................................................................14
2.4 Evaluasi Ekstrak........................................................................................................16
2.4.1 Perhitungan Persentase Rendemen...........................................................16
2.4.2 Pemeriksaan Organoleptik........................................................................17
2.4.3 Uji Kadar Air.............................................................................................17
2.4.4 Uji Kadar Abu Total..................................................................................18
2.4.5 Uji Kadar Abu Tidak Larut Asam.............................................................18
2.4.6 Susut Pengeringan.....................................................................................18
2.5 Bakteri........................................................................................................................19
2.5.1 Definisi Bakteri.........................................................................................19
2.5.2 Penggolongan Bakteri...............................................................................19
2.5.3 Bakteri Propionibacterium acnes.............................................................20
2.5.4 Klasifikasi Bakteri Propionibacterium acnes..........................................21
2.6 Antibiotik...................................................................................................................22
2.7 Antibakteri.................................................................................................................24
2.8 Uji Aktivitas Antibakteri..........................................................................................25
2.8.1 Metode Difusi............................................................................................25
2.8.2 Metode Dilusi............................................................................................26
2.9 Analysis Of Variance (ANOVA)............................................................................27

xvii
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN..............................................................................................................30
3.1 Kerangka Berpikir.....................................................................................................30
3.2 Kerangka Konsep......................................................................................................32
3.3 Hipotesis.....................................................................................................................33
BAB IV METODELOGI PENELITIAN....................................................................34
4.1 Rancangan Penelitian................................................................................................34
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian...................................................................................35
4.3 Ruang Lingkup Penelitian........................................................................................35
4.4 Penentuan Sumber Data............................................................................................36
4.5 Variable Penelitian....................................................................................................37
4.5.1 Variabel Bebas..........................................................................................37
4.5.2 Variabel Terikat........................................................................................37
4.5.3 Variabel Terkendali...................................................................................37
4.6 Definisi Operasional.................................................................................................37
4.7 Bahan Penelitian........................................................................................................38
4.8 Alat Penelitian...........................................................................................................39
4.9 Prosedur Penelitian...................................................................................................40
4.9.1 Determinasi Tumbuhan.............................................................................40
4.9.2 Persiapan Sampel Simplisia Buah Malaka................................................40
4.9.3 Ekstraksi Buah Malaka.............................................................................41
4.9.4 Evaluasi Ekstrak Buah Malaka.................................................................41
4.9.5 Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka (Phyllanthus
emblica L.)................................................................................................43
4.9.6 Sterilisasi Alat...........................................................................................44
4.9.7 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak...............................................................45
4.9.8 Persiapan Media Nutrient Agar (NA).......................................................45
4.9.9 Cakram/Disk.............................................................................................46

xviii
4.9.10 Pembuatan Larutan Kontrol Positif Clindamycin...................................46
4.9.11 Pembuatan Larutan Kontrol Negatif.......................................................46
4.9.12 Pembuatan Suspensi Bakteri Propionibacterium acnes.........................46
4.9.13 Inokulasi Bakteri Uji Propionibacterium acnes.....................................47
4.9.14 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah Malaka.....................................47
4.9.15 Pengambilan Data...................................................................................47
4.10 Analisis Data...........................................................................................................48
BAB V HASIL PENELITIAN....................................................................................50
5.1 Hasil Determinasi Tanaman.....................................................................................50
5.2 Hasil Pembuatan Simplisia Kering Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.).....50
5.3 Hasil Evaluasi Ekstrak Buah Malaka......................................................................51
5.3.1 Persentase Rendemen................................................................................51
5.3.2 Uji Organoleptis........................................................................................51
5.3.3 Susut Pengeringan.....................................................................................52
5.4 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Buah Malaka....................................................53
5.5 Hasil Identifikasi Bakteri Propionibacterium acnes.............................................53
5.6 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka....................54
5.7 Analisis Data.............................................................................................................58
BAB VI PEMBAHASAN...........................................................................................63
6.1 Identifikasi Tanaman Buah malaka (Phyllanthus emblica L.).............................63
6.2 Preparasi Simplisia Buah Malaka.................................................................................63
6.3 Ekstrak Etanol Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.)........................................64
6.4 Evaluasi Ekstral Etanol 70% Buah Malaka............................................................64
6.5 Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka.........................................65
6.6 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka...............................67
6.7 Kelemahan dan Kelebihan Penelitian......................................................................74
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN.........................................................................75
7.1 Simpulan....................................................................................................................75

xix
7.2 Saran...........................................................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................77
LAMPIRAN................................................................................................................84

xx
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambar Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.)..............................7


Gambar 2.2 Gambar Bakteri Propionibacterium acnes.....................................21
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian.......................................................... 32
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian..................................................................... 34
Gambar 6.1 Grafik Peningkatan Konsentrasi dengan Diameter Zona Hambat
Ekstrak Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.).......................................71

xxi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Persentase Rendemen Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka...........................51


Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka...........52
Tabel 5.3 Susut Pengeringan Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka................................52
Tabel 5.4 Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka................53
Tabel 5.5 Identifikasi Bakteri Propionibacterium acnes.................................................54
Tabel 5.6 Hasil Uji Antibakteri (Replikasi 1)...............................................................55
Tabel 5.7 Hasil Uji Antibakteri (Replikasi 2)...............................................................55
Tabel 5.8 Hasil Uji Antibakteri (Replikasi 3)...............................................................56
Tabel 5.9 Hasil Uji Antibakteri (Replikasi 4)...............................................................56
Tabel 5.10 Hasil Diameter Zona Hambat (mm) Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka...57
Tabel 5.11 Uji Normalitas Data Diameter Zona Hambat.............................................58
Tabel 5.12 Uji Homogenitas Data Diameter Zona Hambat.........................................58
Tabel 5.13 Uji One way ANOVA Data Diameter Zona Hambat...................................59
Tabel 5.14 Analisis Post-hoc dengan LSD...................................................................60

xxii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan.............................................................................84


Lampiran 2. Perhitungan Pembuatan Konsentrasi.............................................85
Lampiran 3. Perhitungan Jumlah Replikasi Kelompok Perlakuan....................87
Lampiran 4. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol 70% Buah Malaka Dengan 4 Kali Pengulangan.....................88
Lampiran 5. Perhitungan Diameter Zona Hambat............................................. 89
Lampiran 6. Jumlah Alat dan Bahan Yang Digunakan......................................90
Lampiran 7. Rincian Biaya................................................................................ 92
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian
.....................................................................................................................................
93
Lampiran 9. Hasil Identifikasi Tumbuhaan
.....................................................................................................................................
94
Lampiran 10. Pembuatan Ekstrak Buah Malaka
.....................................................................................................................................
96
Lampiran 11. Evaluasi Ekstrak
.....................................................................................................................................
98
Lampiran 12. Skrining Fitokimia Ekstrak Buah Malaka
.....................................................................................................................................
101
Lampiran 13. Identifikasi Bakteri Propionibacterium acnes
.....................................................................................................................................
102

xxiii
Lampiran 14. Pembuatan Media Nutrien Sgar (NA)
.....................................................................................................................................
104
Lampiran 15. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak
.....................................................................................................................................
105
Lampiran 16. Uji Antibakteri Ektrak Buah Malaka
.....................................................................................................................................
106
Lampiran 17. Analisis Data
.....................................................................................................................................
109

xxiv
DAFTAR SINGKATAN

ANOVA : Analysis of Variance

AOAC : Association of Official Analytical Chemist

DNA : Deoxyribonucleic Acid

KHM : Kadar Hambat Minimal

NA : Nutrient Agar

LSD : Least Significantly Different

TLR : Toll-Like Receptors

CRH/CRH-R : Corticotropinreleasing Hormon/reseptor

MIC : Minimum Inhibitory Concentration

MBC : Minimum Bactericidal Concentration

LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

SD : Standar Deviasi

LSD : Least Significantly Different

SPSS : Statistical Product and Serve Solutions

ATCC : American Type Culture Collection

TSIA : Tripel Sugar Iron Agar

SIM :Sulfit Indol Motility

SC : Simmons Citrate

SBLP : Sebelum Pemanasan

SSDP : Sesudah Pemanasan

xxv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jerawat dimasa sekarang menjadi masalah kesehatan kulit yang dapat

mengganggu penampilan. Di Indonesia berdasarkan catatan studi dermatologi

kosmetika Indonesia menunjukan yaitu terdapat 60% penderita jerawat pada tahun

2006 dan 80% pada tahun 2007. Prevalensi tertinggi yaitu pada umur 14-17 tahun,

dimana pada wanita berkisar 83-85% dan pada pria yaitu pada umur 16-19 tahun

berkisar 95-100% (Saragih et al., 2016).

Jerawat (acne vulgaris) merupakan suatu penyakit peradangan kronik dari unit

pilosebaseus. Jerawat biasanya ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula,

nodul, kista, dan skar (Saragih et al., 2016). Jerawat sering terjadi pada kulit wajah,

leher, dada dan punggung. Meskipun jerawat tidak berdampak fatal, tetapi cukup

merisaukan karena dapat menurunkan kepercayaan diri, terutama mereka yang

peduli akan penampilan (Tjekyan, 2008). Penyebab terjadinya jerawat antara lain

faktor genetik, endokrin, psikis, musim, stres, makanan, keaktifan kelenjar sebasea,

infeksi bakteri, kosmetika, dan bahan kimia lain (Al-Hoqail, 2003). Jerawat dapat

disebabkan oleh aktivitas kelenjar minyak yang berlebihan dan diperburuk oleh

infeksi bakteri. Bakteri penyebab jerawat terdiri dari Propionibacterium acnes

1
2

(Chomnawang et al., 2007), Staphylococcus aureus (Sarlina et al., 2017),

Staphylococcus epidermidis (Suryana et al., 2017)

Propionibacterium acnes merupakan bakteri gram positif anaerob yang dapat

menyebabkan inflamasi pada kulit (Brzuszkiewicz et al., 2011). Bakteri ini

merupakan organisme utama yang berperan dalam pembentukan jerawat.

Propionibacterium acnes mengeluarkan enzim hidrolitik yang menyebabkan

kerusakan folikel polisebasea dan meghasilkan lipase, hialuronidase, protease,

lesitinase, dan neurimidase yang memegang peranan penting pada proses peradangan

(Aida et al., 2016).

Terdapat dua jenis pengobatan yang biasa digunakan untuk menanggulangi

jerawat yaitu pengobatan topikal maupun oral. Antibiotik digunakan sebagai salah

satu cara efektif dalam pengobatan jerawat, seperti klindamisin, tetrasiklin, dan

eritromisin (Guay, 2007). Tetapi, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat

menyebabkan resistensi (Sholih et al., 2015). Untuk mencegah terjadinya resistensi

pada bakteri perlu dikembangkan penelitian zat yang berhasiat sebagai antibakteri

untuk menemukan produk antibakteri sebagai alternatif dalam menghambat dan

membunuh bakteri yang relatif lebih aman, dengan risiko sangat kecil bila

dibandingkan dengan obat dari bahan kimia. Salah satunya dengan memanfaatkan

buah malaka (Phyllanthus emblica L.) sebagai obat herbal.

Tanaman malaka (Phyllanthus emblica L.) dikenal dibeberapa daerah

Indonesia dengan sebutan kimalaka (Melayu), balaka (Minangkabau), malaka


3

(Sunda dan Betawi), kemloko (Jawa), malakah (Madura). Dalam bahasa Inggris

tanaman ini disebut sebagai indian gooseberry, amla atau myrobalan (Holthoon,

2011). Tumbuhan ini mempunyai banyak kegunaan seperti anti-inflamasi,

antioksidan, antibakteri, antijamur, antidiabetes, dan penyakit lainnya (Hasan et al.,

2016).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2019), berdasarkan hasil skrining

fitokimia, diketahui ekstrak etanol buah malaka mengandung senyawa kimia

alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid/terpenoid, dan glikosida. Senyawa-

senyawa tersebut dapat dipisahkan dari tanaman menggunakan proses ekstraksi

dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Etanol 70% digunakan sebagai

pelarut dalam proses ekstraksi ini karena etanol 70% merupakan pelarut yang

memiliki efektivitas tinggi dalam mengekstraksi semua senyawa kimia yang terdapat

dalam tumbuhan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Azis (2014), etanol

dengan konsentrasi 70% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang

optimal, dimana bahan pengganggu hanya dalam skala kecil yang turut kedalam

cairan pengekstraksi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian

mengenai pengaruh peningkatan konsentrasi aktivitas antibakteri ekstrak buah

malaka (Phyllanthus emblica L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Propionibacterium acnes sehingga nantinya dapat dipergunakan sebagai alternatif

terapi penyakit akibat bakteri Propionibacterium acnes.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dapat disusun rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah kandungan metabolit sekunder yang teridentifikasi dalam ekstrak

etanol 70% buah malaka (Phyllanthus emblica L.)?

2. Apakah terdapat pengaruh peningkatan konsentrasi dengan aktivitas

antibakteri ekstrak etanol 70% buah malaka (Phyllanthus emblica L ) dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi dengan aktivitas

antibakteri ekstrak etanol 70% buah malaka (Phyllanthus emblica L.) terhadap

bakteri Propionibacterium acnes menggunakan metode difusi cakram.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung pada ekstrak etanol

70% buah malaka (Phyllanthus emblica L.)


5

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Memberikan tambahan informasi ilmiah mengenai bahan alam khususnya

ekstrak etanol 70% buah malaka (Phyllanthus emblica L.) yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes penyebab

jerawat.

2. Dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan

bahan herbal sebagai pilihan alternatif.

1.4.2 Manfaat Praktis

Masyarakat dapat mengetahui manfaat buah malaka (Phyllanthus emblica L.)

sebagai tanaman obat yang mudah didapat dan lebih aman untuk digunakan dalam

mencegah terjadinya jerawat yang disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes.

Dengan adanya penelitian ini, mampu meningkatkan minat masyarakat dalam

membudidayakan tanaman ini dan memanfaatkan buahnya dalam bidang kesehatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.)

2.1.1 Deskripsi Tumbuhan Malaka (Phyllanthus emblica L.)

Pohon malaka memiliki kemiripan dengan pohon cermai namun lebih besar

dengan tinggi mencapai 18 meter. Batang pohon malaka (Phyllanthus emblica L.)

tegak, bulat, berwarna coklat keputih-putihan. Daun malaka menyerupai daun

majemuk, berwarna hijau, kecil-kecil memanjang, terletak berseling pada ranting

yang kecil ramping. Pada waktu-waktu tertentu pohon malaka menggugurkan

daunnya. Bunganya berwarna kuning kehijauan, berkelompok, dan di ketiak daun.

Buah malaka pun mirip buah cermai, namun lebih bulat dan kurang berusuk. Kuning,

kuning kehijauan atau kecoklatan. Rasanya masam agak getir (pengar, agak pahit). Di

tengahnya terdapat sebutir inti yang keras, yang terbagi atas tiga ruang masing-

masing berisi 1-2 biji. Tumbuhan ini memiliki buah dengan lebar 18-25 mm dan

panjang 15-20 mm, buah yang berbiji, hampir bulat atau bundar besar, permukaan

halus dengan 6 alur vertikal runcing, dengan besar diameter 1.5 cm (Kuttan and

Harikumar, 2012).

2.1.2 Klasifikasi Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.)

Tanaman malaka umumnya tumbuh di daerah tropis dan subtropis termasuk

India, China, Indonesia, Semenanjung Malaysia, Thailand (Charoenteeraboon et al.,

6
7

2010), Pakistan, Uzbekistan, dan Srilanka, (Khan, 2009). Buah malaka merupakan

buah yang sangat mirip dengan buah cermai. Tanaman malaka (Phyllanthus emblica

L.) dikenal dibeberapa daerah Indonesia dengan sebutan kimalaka (Melayu), balaka

(Minangkabau), malaka (Sunda dan Betawi), kemloko (Jawa), malakah (Madura).

Dalam bahasa Inggris tanaman ini disebut sebagai indian gooseberry, amla atau

myrobalan (Holthoon, 2011).

Gambar 2.1 Gambar Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.)

Adapun klasifikasi dari tanaman buah malaka yaitu (Herbarium Medanse, 2018):

Kingdom: Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida
8

Orde : Malpighiales

Famili : Phyllanthaceae

Genus : Phyllanthus

Spesies : Phyllanthus emblica L.

2.1.3 Kandungan Kimia Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2019), berdasarkan hasil skrining

fitokimia, diketahui ekstrak etanol buah malaka mengandung senyawa kimia alkaloid,

flavonoid, tanin, saponin, steroid/ terpenoid, dan glikosida. Sedangkan menurut Duke

(2002), buah malak mengandung tanin yang berpotensi sebagai antibakteri dan

mengandung vitamin C yang berpotensi sebagai antioksidan.

2.1.4 Kasiat dan Kegunaan

Tumbuhan ini mempunyai banyak kegunaan seperti anti-inflamasi, antioksidan,

antibakteri, antijamur, antidiabetes, dan penyakit lainnya (Hasan et al., 2016). Khasiat

tanaman malaka antara lain untuk mengobati penyakit kanker, diabetes,

hiperkolesterolemia, dislipidemia, penyakit jantung, bronkitis, dan maag (Khan,

2009).

2.1.5 Fitokimia

Fitokimia adalah ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh

tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia, biosintesis, perubahan serta metabolisme,

penyebaran secara alamiah dan fungsi biologis (Kumoro, 2015). Uji fitokimia
9

dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder dari tumbuhan. Metabolit sekunder

antara lain:

1. Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa bahan aktif yang mengandung atom nitrogen

heterosiklik. Semua alkaloid berasa pahit. Menurut beberapa literatur alkaloid

mempunyai kemampuan sebagai analgesik, anti radang, antihipertensi,

antiaritmia, antimalaria dan antikanker (Kumoro, 2015).

2. Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenolat dengan bobot molekul yang tinggi.

Menurut beberapa literatur tanin juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati

diare, tumor usus, sebagai diuretic, antioksidan, antiradang, antiseptic, agen

hemostatik (Kumoro, 2015).

3. Saponin

Saponin merupakan seyawa steroid dan glikosida triterpenoid yang ditandai

dengan rasa pahit dan dapat membentuk buih jika bercampur dengan air.

Saponin mampu membunuh protozoa dan moluska, antimikroba, antioksidan,

dan antikarsinogenik (Kumoro, 2015).

4. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang dapat larut dalam air. Seperti

karoten, flavonoid juga berperan dalam memberi warna pada buah, sayuran dan
10

tumbuhan. Flavonoid mampu meningkakan kekebalan tubuh dan juga bersifat

antialergi, antikanker, antioksidan, dan antiradang (Kumoro, 2015).

5. Triterpenoid/ Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,

yaitu skualena. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh

tinggi dan bersifat optis aktif (Endarini, 2016).

6. Glikosida

Glikosida adalah senyawa bahan alam yang terdiri atas gabungan dua bagian

senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Bagian gula biasa disebut glikon sementara

bagian bukan gula disebut sebagai aglikon (Endarini, 2016).

2.2 Preparasi Simplisia

Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia

kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan

tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu

ekstrak dengan dasar beberapa hal yaitu makin halus serbuk simplisia proses

ekstraksi makin efektif, efisien namun makin halus serbuk maka makin rumit secara

teknologi peralatan untuk tahap filtrasi. Selama penggunaan peralatan penyerbukan

dimana ada gerakan dan interaksi dengan benda keras (logam) maka akan timbul

panas (kalori) yang dapat berpengaruh pada senyawa kandungan. Namun hal ini

dapat dikompensasi dengan penggunaan nitrogen cair untuk menghasilkan simplisia


11

yang bermutu dan terhindar dari cemaran industry (Gunawan, 2004). Berdasarkan

Depkes (2000) penggelola simplisia pada obat tradisional sebagai bahan baku pada

umumnya melakukan tahapan kegiatan berikut :

a. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-

bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya simplisia yang dibuat dari

akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,

batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang.

Tanah yang menggandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang

tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat

mengurangi jumlah mikroba awal.

b. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya

yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,

simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air yang mengalir,

pencucian hendaknya dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.

c. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami perajangan bahan

simplisia dilakukan untuk memperoleh proses pengeringan, pengepakan, dan


12

penggilingan. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan maka semakin cepat

penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan

yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya zat

berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau, dan

rasa yang diinginkan.

d. Pengeringan

Tujuannya yaitu untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,

sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Air yang masih tersisa

dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan

kapang dan jasad renik lainnya. Proses pengeringan sudah dapat menghentikan

proses enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang dari 10%.

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu

pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan, dan luas

permukaan bahan. Suhu yang terbaik pada pengeringan adalah tidak melebihi

60ºC, tetapi bahan aktif yang tidak tahan pemanasan atau mudah menguap harus

dikeringkan pada suhu serendah mungkin. Terdapat dua cara pengeringan yaitu

pengeringan alamiah (dengan sinar matahari langsung atau dengan diangin-

anginkan) dan pengeringan buatan (menggunakan instrumen).

e. Sortasi Kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan

simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti


13

bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor lainnya yang masih

ada dan tertinggal pada simplisia kering.

f. Penyimpanan

Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu

ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara

simplisia satu dengan yang lainnya. Selanjutnya, wadah-wadah yang berisi

simplisia disimpan dalam rak pada gudang penyimpanan. Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi pengepakan dan penyimpanan simplisia adalah cahaya,

oksigen, atau sirkulasi udara, reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif

tanaman dengan wadah, penyerapan air, kemungkinan terjadinya proses

dehidrasi, pengotoraan atau pencemaran, baik yang diakibatkan oleh serangga,

kapang atau lainnya. Untuk persyaratan wadah yang akan digunakan sebagai

pembungkus simplisia adalah harus inert, artinya tidak mudah bereaksi dengan

bahan lain, tidak beracun, mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran

mikroba, kotoran, serangga, penguapan kandungan aktif serta dari pengaruh

cahaya, oksigen, dan uap air.

2.3 Ekstraksi

2.3.1 Definisi Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai

kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam


14

tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan

penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan tungal untuk

mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan kedalam

fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran yang sama (Mukhriani, 2014).

2.3.2 Metode Ekstraksi

Berikut beberapa metode ekstraksi yang umum dan sering digunakan, antara lain:

1. Ekstrak Cara Dingin

Ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses ekstraksi total,

yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa

termolabil yang terdapat pada sampel. Sebagian besar senyawa dapat

terekstraksi dengan ekstraksi cara dingin, walaupun ada beberapa senyawa

yang memiliki keterbatasan kelarutan terhadap pelarut pada suhu ruangan.

Terdapat sejumlah metode ekstraksi, yang paling sederhana adalah ekstraksi

dingin, dengan cara ini bahan kering hasil gilingan diekstraksi pada suhu

kamar secara berturut-turut dengan pelarut yang kepolarannya makin tinggi.

Keuntungan cara ini merupakan metode ekstraksi yang mudah karena ekstrak

tidak dipanaskan sehingga kemungkinan kecil bahan alam menjadi terurai.

Penggunaan pelarut dengan peningkatan kepolaran bahan alam secara

berurutan memungkinkan pemisahan bahan-bahan alam bedasarkan

kelarutannya dan polaritasnya dalam pelarut ekstraksi. Hal ini sangat

mempermudah proses isolasi. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa


15

terekstraksi, meskipun beberapa senyawa memiliki pelarut ekstraksi pada suhu

kamar (Heinrich et al., 2004)

a. Maserasi

Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Cara

ini sesuai baik untuk skala kecil dan skala besar industri. Metode ini dilakukan

dengan memasukan 10 bagian serbuk tanaman dan 75 bagian pelarut yang

sesuai dengan ekstrak kedalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu

kamar. Ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya matahari.

Penyarian dihentikan setelah pelarut tidak berwarna lagi, lalu dipindahkan

kedalam bejana tertutup, dibiarkan pada tempat yang tidak bercahaya, setelah

dua hari lalu endapan dipisahkan. Kerugian utama dari metode maserasi ini

adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan

besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Namun disisi lain metode

maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat

termolabil (Mukhriani, 2014).

b. Perkolasi

Perkolasi merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu

baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan.

Ekstraksi ini menggunakan pelarut yang lebih banyak (Mukhriani, 2014).

2. Ekstraksi Cara Panas

a. Refluks
16

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang terbatas yang relative konstan

dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada

residu pertama 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna

(Gunawan, 2004).

b. Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu

dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik

(Gunawan, 2004).

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetic (dengan pengadukan kontinyu) pada

temperature yang lebih tinggi dari temperature ruangan, yaitu secara umum

dilakukan pada temperature 40-500C (Depkes, 2000).

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

bejana infuse tercelup dalam penangas air mendidih, temperature terukur 70-

980C selama 15-20 menit (Depkes, 2000).

e. Dekokta

Dekokta adalah infuse pada waktu kurang lebih 30 menit dan temperature

sampai titik didih air (Depkes, 2000).


17

2.4 Evaluasi Ekstrak

2.4.1 Perhitungan Persentase Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara berat bahan kering yang dihasilkan dari

ekstraksi dengan berat bahan segar, menggunakan satuan persen (%) dan cara

perhitungan rendemen menggunakan metode Association of Official Analytical

Chemist (AOAC) (Depkes, 2000). Rendemen diperoleh dari perbandingan antara

berat hasil ekstraksi yang dihasilkan dengan berat bahan simplisia awal. Besarnya

rendemen dapat di peroleh dengan rumus:

2.4.2 Pemeriksaan Organoleptik


Penilaian organoleptik yang disebut juga penilaian indera atau penilaian

sensorik merupakan suatu cara penilaian yang sudah sangat lama dikenal dan masih

sangat umum digunakan. Indera yang berperan dalam uji organoleptik adalah indera

penglihatan, penciuman, pencicipan, perabaan dan pendengaran. Panel diperlukan

untuk melaksanakan penilaian organoleptik dalam penilaian mutu atau sifat-sifat

sensorik suatu produk (Pratiwi, 2012).

2.4.3 Uji Kadar Air

Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan.

Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya


18

kandungan air di dalam bahan. Nilai untuk kadar air sesuai dengan yang tertera dalam

monografi (Depkes, 2000).

Keterangan :
A = berat sampel awal (g)

B = berat cawan + sampel setelah dikeringkan (g)

C = berat cawan kosong (g)

2.4.4 Uji Kadar Abu Total

Untuk penentuan kadar abu, bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa

organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga hanya tersisa unsur

mineral dan anorganik. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran kandungan

mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbantuk ekstrak.

Nilai atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi.

Nilai untuk kadar abu sesuai dengan yang tertera dalam monografi (Depkes, 2000).

Keterangan:

A = berat ekstrak sebelum diabukan (g)

B = berat ekstrak ditambah cawan sesudah diabukan (g)

C = berat cawan kosong (g)

2.4.5 Uji Kadar Abu Tidak Larut Asam


19

Kadar abu yang tidak larut asam adalah jumlah benda anorganik asing dalam

ekstrak dinyatakan sebagai kadar abu yang tidak larut asam, dengan persyaratn tidak

boleh lebih dari 2%, kecuali jika dinyatakan lain (Depkes, 2000).

2.4.6 Susut Pengeringan

Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperature 105oC selama 30

menit atau sampai berat konstan, yang dinyatan sebagai nilai prosen. Dalam hal

khusus (Jika pelarut organic menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air

karena berada diatmosfir/lingkungan udara terbuka. Tujuan susut pengeringan untuk

memberikan batasan maksimal tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses

pengeringan. Nilai minimal atau rentang yang diperbolehkan jika tidak dinyatakan

lain yaitu tidak lebih dari 10% (Depkes, 2000).

2.5 Bakteri

2.5.1 Definisi Bakteri

Bakteri adalah organisme prokariotik yang umumnya tidak mempunyai klorofil,

dan produksi aseksualnya terjadi melalui pembelahan sel. Bakteri pada umumnya

merupakan makhluk hidup yang juga memiliki DNA, akan tetapi DNA bakteri tidak

berada pada nukleus yang juga tidak mempunyai membran sel. DNA

ekstrakromosomal dari bakteri tergabung menjadi satu plasmid yang berbentuk kecil

dan sirkuler (Jawetz et al., 2013). Ukuran sel bakteri pada umumnya adalah 0,5-1,0

µm, dan mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat atau Coccus, batang atau Bacillus,

dan bentuk Spiral (Jawetz et al., 2013).


20

2.5.2 Penggolongan Bakteri

Berdasarkan sifat gram dibagi menjadi 2 golongan adalah sebagai berikut:

a. Bakteri gram negatif merupakan bakteri yang tidak mampu

mempertahankan warna kristal violet pada dinding selnya saat perwarnaan

gram dilakukan, pewarnaan gram sangat penting untuk mengetahui

klasifikasi bakteri dan mengetahui identifikasinya (Radji, 2010).

b. Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal

violet sewaktu proses pewarnaan gram sehingga akan berwarna ungu di

bawah mikroskop. Perbedaan keduanya didasarkan pada perbedaan struktur

dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan

gram, ditemukan oleh ilmuwan Denmark bernama Christian gram dan

merupakan prosedur penting dalam klasifikasi bakteri (Jawetz et al., 2005).

2.5.3 Bakteri Propionibacterium acnes

Propionibacterium acnes adalah flora yang umum pada kelenjar pilosebasea

kulit manusia dan kadang-kadang saluran pernapasan bagian atas. Spesies ini

merupakan bakteri gram positif fakultatif anaerob berbentuk basil pleomorfik, tidak

membentuk spora, tidak tahan asam, dan tidak bisa bergerak yang memiliki panjang

3-4 μm dan lebar 0,5-0,8 μm (Rahim et al., 2010). Secara makroskopis koloni

Propionibacterium acnes berbentuk cembung, agak keruh, dan berkilau. Pada uji

kimia, bakteri ini memiliki merupakan katalase positif dan indol positif. Bakteri ini

baik diinkubasi pada 30-37oC selama 48 jam (Talaro and Chess, 2012).
21

Gambar 2.2 Gambar Bakteri Propionibcterium acne

Sumber : (Jawetz et al., 2013)

2.5.4 Klasifikasi bakteri Propionibacterium acnes

Klasifikasi Propionibacterium acnes adalah sebagai berikut (Jawetz et al., 2013):

Kingdom : Bacteria

Phylum : Actinobacteria

Class : Actinobacteridae

Ordo : Actinomycetales

Family : Propionibacteriaceae

Genus : Propionibacterium

Species : Propionibacterium acnes

Keterlibatan Propionibaterium acnes dalam penyakit acne vulgaris terjadi pada

fase inflamasi melalui kemampuannya untuk memulai respon inflamasi pada folikel

pilosebasea. Propionibaterium acne telah terbukti menginduksi pelepasan sitokin

proinflamasi termasuk IL-1b, -8 dan -12, dan TNF-α dari sel mononuklear dan

keratinosit dan juga mengaktifkan dan meningkatkan regulasi toll-like receptors


22

(TLR) 2 dan 4. Selain itu pelepasan berbagai enzim dari Propionibaterium acnes

seperti proteinase, lipase dan hyaluronidase dapat menyebabkan peradangan dan

kerusakan pada unit pilosebasea (Perry and Lambert, 2011). IL-1 yang dihasilkan

oleh keratinosit juga berpartisipasi dalam pembentukan komedo. Ekstrak sitosol dan

formaldehid pada dinding bakteri Propionibacterium acnes juga diketahui dapat

merangsang kelenjar sebaceous dan sintesis sebum melalui sistem

Corticotropinreleasing Hormon/reseptor CRH (CRH/CRH-R) yang meningkatkan

aktivitas lipogenik sebosit manusia (Beylot et al., 2014).

2.6 Antibiotik

Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiotis, yang berarti substansi

yang dapat menghambat pertumbuhan organisme hidup yang lain, dan berasal dari

mikroorganisme. Namun pada perkembangannya, antibiotis ini disebut sebagai

antibiotik dan istilah ini tidak hanya terbatas untuk substansi yang berasal dari

mikroorganisme, melainkan semua subtansi yang diketahui memiliki kemampuan

untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain khususnya mikroorganisme. Dalam

penemuan dan perkembangan antibiotik selanjutnya, dibedakan antara antibiotik

terhadap sel prokariotik (bakteri) dan antibiotik terhadap sel eukariotik (fungi,

protozoa, cacing) (Pratiwi, 2008).

Antibiotik diklasifikasikan menjadi bakteriostatik dan bakterisidal. Obat-obat

bakteriostatik menghambat pertumbuhan dan replikasi bakteri pada kadar tertentu

dalam serum pasien sehingga penyebaran infeksi terhambat, dengan demikian sistem
23

imun tubuh dapat menyerang, memusnahkan, dan mengeliminasi bakteri pathogen.

Jika obat dieliminasi sebelum sistem imun membunuh bakteri, bakteri dapat terus

hidup dan memulai siklus infeksi sekunder. Obat-obat bakterisidal membunuh bakteri

pada kadar tertentu dalam serum pasien dan karena aksi antibiotik bakterisidal lebih

cepat, obat ini merupakan obat pasien yang menderita infeksi serius (Utami, 2011).

a. Clidamycin

Clidamycin utamanya di gunakan dalam pengobatan infeksi yang di

sebabkan oleh bakteri anaerob, seperti Bakteroides Fragilis, sering

menyebabkan infeksi pada gastrointestinal yang disebabkan oleh trauma.

clidamycin juga sangat aktif terhadap bakteri gram positif. Clidamycin memiliki

mekanisme aksi yang sama dengan eritromisin tetapi tidak menimbulkan

resisten silang. Clidamycin di serap baik secara per oral dan didistribusikan

dengan baik ke seluruh cairan tubuh, kecuali ke dalam cairan serebropinal.

Clidamycin tidak dapat mencapai otak, bahkan ketika terjadi radang otak (Radji,

2012).

Antibiotik ini sangat efektif terhadap bakteri anaerob gram positif. Bakteri

gram positif yang rentan terhadap Clidamycin adalah Actinomyces,

Eubacterium, Lactobacillus, Peptostreptococcus, Propionibacterium, dan

spesies Staphylococcus, termasuk strains yang resisten terhadap penisilin. Salah

satunya pada Propionibacterium acnes yang merupakan bakteri penyebab acne


24

vulgaris. Secara spesifik efek antiinflamasi yang dimiliki Clidamycin yaitu

untuk menghambat pertumbuhan, sintesa protein, produksi lipase, produksi

folikular asam lemak bebas, dan molekul kemotaksis leukosit pada

Propionibacterium acnes. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) untuk

Propionibacterium acnes adalah 0,02 ug/ml (Simanjuntak et al., 2020).

b. Resistensi bakteri

Resistensi bakteri terhadap antibiotik membuat masalah yang dapat

menggagalkan terapi dengan antibiotik. Resistensi adalah ketahanan mikroba

terhadap antibiotik tertentu yang dapat berupa resistensi alamiah, resistensi

karena adanya mutasi spontan (resistensi kromosomal) dan resistensi karena

adanya faktor R pada sitoplasma (resistensi ekstrakromosomal) atau resistensi

karena pemindahan gen yang resisten atau faktor R atau plasmidresistensi silang

(Bari, S et al., 2008).

Penyebab terjadi resistensi mikroba adalah penggunaan antibiotik yang tidak

tepat, misalnya penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang

tidak teratur atau tidak kontinyu, demikian juga waktu pengobatan yang tidak

cukup lama. Maka untuk mencegah atau memperlambat timbulnya resistensi

mikroba, harus diperhatikan cara-cara penggunaan antibiotik yang tepat (Bari, S

et al., 2008).
25

2.7 Antibakteri

Antibakteri adalah zat yang menghambat pertumbuhan bakteri dan digunakan

secara khusus untuk mengobati infeksi. Berdasarkan cara kerjanya, antibakteri

dibedakan menjadi bakteriostatik dan bakteriosidal. Antibakteri bakteriostatik adalah

zat yang dapan menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan antibakteri

bakteriosidal adalah zat yang bekerja mematikan bakteri. Beberapa zat antibakteri

bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan bersifat bakteriosidal pada

konsentrasi tinggi. Mekanisme kerja antibakteri dapat terjadi melalui lima cara, yaitu

hambatan sintesis dinding sel, perubahan permeabilitas sel, perubahan molekul asam

nukleat, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan

protein (Sunanti, 2007).

2.8 Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri mempunyai tujuan mengukur aktivitas daya antibakteri

dari suatu senyawa kimia terhadap bakteri, menentukan konsentrasi suatu antibakteri

terhadap cairan badan atau jaringan, dan kepekaan suatu antibiotik terhadap

konsentrasi-konsentrasi obat yang dikenal (Jawetz et al., 2005). Uji aktivitas

antibakteri untuk menentukan kepekaan suatu bakteri patogen dapat dilakukan dengan

dua metode antara lain:

2.8.1 Metode Difusi

a. Metode Difusi Cakram


26

Metode difusi cakram sering digunakan laboratorium mikrobiologi klinis

untuk uji kepekaan antimikroba. Pada prosedur ini, cawan agar diinokulasi

dengan inokulum standar pada uji mikroorganisme. Kemudian bahan uji

ditambahkan pada cakram kertas saring dengan diameter sekitar 6 mm. Cakram

diletakkan diatas permukaan agar kemudian diinkubasi pada kondisi sesuai

standar. Agen antimikroba menyebar pada agar dan menghambat pembentukan

dan pertumbuhan mikroorganisme yang diuji kemudian diameter zona hambat

diukur (Soleha, 2015). Difusi cakram didasarkan pada penentuan zona hambat

yang ditandai dengan zona jernih disekitar cakram. Besarnya zona hambat

sebanding dengan daya hambat antibakteri pada cakram. Diameter zona hambat

berbanding terbalik dengan konsentrasi hambat minimal, sehingga semakin

besar zona hambat maka semakin rendah konsentrasi yang dibutuhkan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri. Namun, hal ini tergantung pada konsentrasi

dan kemampuan berdifusi antibakteri yang terdapat dalam cakram (OIE, 2012).

b. Metode difusi Sumuran

Metode difusi sumuran dilakukan dengan membuat lubang secara aseptik

pada media agar dengan diameter kurang lebih 5 mm. Sebanyak 20-100 µl agen

antibakteri atau larutan ekstrak kemudian dimasukkan kedalam sumuran

sehingga dapat menyebar secara difusi. Hasil uji ditentukan dengan mengukur

diameter zona jernih disekitar sumuran. Media yang digunakan adalah agar

Muller Hinton setebal 3-4 mm yang telah ditambahkan inokulum bakteri.


27

Metode ini telah digunakan secara luas untuk mengevaluasi aktivitas antibakteri

tumbuhan atau ekstrak mikroba (Yadav et al., 2015).

2.8.2 Metode Dilusi

a. Metode dilusi cair (broth dilution)

Metode ini mengukur MIC (minimum inhibitory concentration atau kadar

hambat minimum, KHM) dan MBC (minimum bactericidal concentration atau

kadar bunuh minimum, KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat

seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan

mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat

jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji di tetapkan sebagai KHM.

Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada

media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan

diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah

diinkubasi ditetapkan sebagai KBM (Choma et al., 2010).

b. Metode dilusi padat (solid dilution test)

Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media

padat (solid). Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan untuk menguji

beberapa mikroba uji. Suatu zat aktif dikatakan memiliki potensi yang tinggi

sebagai antibakteri jika pada konsentrasi rendah memiliki daya hambat yang

besar. Kriteria kekuatan antibakteri adalah sebagai berikut (Rahmawati, 2015):

1. Diameter zona hambat > 20 mm : daya hambat sangat kuat


28

2. Diameter zona hambat 10-20 mm : daya hambat kuat

3. Diameter zona hambat 5-10 mm : daya hambat sedang

4. Diameter zona hambat 0-5 mm : daya hambat lemah

2.9 Analysis Of Variance (ANOVA)

Analisis varians (analysis of variance (ANOVA)) adalah suatu metode analisis

statistika yang termasuk ke dalam cabang statistika inferensi. Dalam literatur

Indonesia metode ini dikenal dengan berbagai nama lain, seperti analisis ragam, sidik

ragam, dan analisis variansi. Ia merupakan pengembangan dari masalah Behrens-

Fisher, sehingga uji-F juga dipakai dalam pengambilan keputusan. Analisis varians

pertama kali diperkenalkan oleh Sir Ronald Fisher, Bapak statistika modern. Dalam

praktik, analisis varians dapat merupakan uji hipotesis (lebih sering dipakai) maupun

pendugaan (estimation, khususnya di bidang genetika terapan). Analisis of variance

atau ANOVA merupakan salah satu teknik analisis multivariat yang berfungsi untuk

membedakan rerata lebih dari dua kelompok data dengan cara membandingkan

variansinya. Analisis varian termasuk dalam kategori statistik parametrik. Sebagai

alat statistika parametrik, maka untuk dapat menggunakan rumus ANOVA, harus

terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi meliputi normalitas, heterokedastisitas dan

random sampling (Ghozali, 2009).

Analisis varian dapat dilakukan untuk menganalisis data yang berasal dari

berbagai macam jenis dan desain penelitian. Analisis varian banyak dipergunakan

pada penelitian-penelitian yang banyak melibatkan pengujian komparatif yaitu


29

menguji variabel terikat dengan cara membandingkannya pada kelompok- kelompok

sampel independen yang diamati. Analisis varian saat ini banyak digunakan dalam

penelitian survey dan penelitian eksperimen. Secara umum, analisis varians menguji

dua varians (atau ragam) berdasarkan hipotesis nol bahwa kedua varians itu sama.

Varians pertama adalah varians antar contoh (among samples) dan varians kedua

adalah varians di dalam masing-masing contoh (within samples). Dengan ide

semacam ini, analisis varians dengan dua contoh akan memberikan hasil yang sama

dengan uji-t untuk dua rerata (mean). Supaya sahih (valid) dalam menafsirkan

hasilnya, analisis varians menggantungkan diri pada asumsi yang harus dipenuhi

dalam perancangan percobaan. Asumsi analisis varian yang harus dipenuhi adalah

(Ghozali, 2009) :

1. Homogeneity of variane

Variabel dependen harus memiliki varian yang sama dalam setiap kategori

variabel independen. Jika terdapat lebih dari satu variabel independen, maka

harus ada homogeneity of variance di dalam cell yang dibentuk oleh variabel

independen kategorikal.

2. Random sampling

Random sampling untuk tujuan uji signifikansi, maka subyek di dalam setiap

grup harus diambil secara acak.

3. Multivariate normality

Multivariate normality untuk tujuan uji signifikansi, maka variabel harus


30

mengikuti distribusi normal multivariate. Variabel dependen terdistribusi

normal dalam setiap kategori variabel independen. ANOVA masih tetap robust

walaupun terdapat penyimpangan asumsi multivariate normality.


BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Jerawat merupakan masalah kulit yang banyak terjadi pada masyarakat

Indonesia. Jerawat sering terjadi pada kulit wajah, leher, dada dan punggung.

Penyebab terjadinya jerawat antara lain faktor genetik, endokrin, psikis, musim,

stres, makanan, keaktifan kelenjar sebasea, kosmetika, bahan kimia lain serta

aktivitas kelenjar minyak yang berlebihan dan diperburuk oleh infeksi bakteri

salah satunya Propionibacterium acnes.

Propionibacterium acnes merupakan bakteri gram positif anaerob yang

dapat menyebabkan inflamasi pada kulit. Bakteri ini merupakan organisme utama

yang berperan dalam pembentukan jerawat. Propionibacterium acnes

mengeluarkan enzim hidrolitik yang menyebabkan kerusakan folikel polisebasea

dan meghasilkan lipase, hialuronidase, protease, lesitinase, dan neurimidase yang

memegang peranan penting pada proses peradangan.

Pengobatan untuk menanggulangi jerawat dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu pengobatan topical dan oral. Antibiotik digunakan sebagai salah satu cara

efektif dalam pengobatan jerawat, seperti klindamisin, tetrasiklin, dan eritromisin.

Tetapi, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi.

Untuk mencegah terjadinya resistensi pada bakteri maka perlu dikembangkan

penelitian zat yang berhasiat sebagai antibakteri untuk menemukan produk

30
31

antibakteri sebagai alternatif dalam menghambat dan membunuh bakteri yang

resisten terhadapa antibiotik yang relatif lebih aman, risikonya juga sangat kecil

bila dibandingkan dengan obat dari bahan kimia. Salah satunya dengan

memanfaatkan buah malaka (Phyllanthus emblica L.) sebagai obat herbal.

Buah malaka memilki kemirip dengan buah cermai. Tanaman malaka ini

mempunyai banyak kegunaan seperti anti-inflamasi, antioksidan, antibakteri,

antijamur, antidiabetes, dan penyakit lainnya. Berdasarkan hasil skrining fitokimia

pada penelitian sebelumnya, diketahui ekstrak etanol buah malaka mengandung

senyawa kimia alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid/ terpenoid, dan

glikosida.

Ekstrak buah malaka (Phyllanthus emblica L.) dibuat dengan metode

maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Etanol 70% dipilih karena merupakan

pelarut universal yang memilki indeks polaritas 5,2 sehingga berbagai senyawa

polar dan non polar dapat tertarik dalam pelarut. Pengujian aktivitas antibakteri

ekstrak etanol buah malaka (Phyllanthus emblica L.) dilakukan dengan

menggunakan metode cakram difusi agar (Agar Disk Diffusion Test) untuk

mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah malaka (Phyllanthus emblica

L.) terhadap bakteri Propionibacterium acnes penyebab jerawat dalam berbagai

konsentrasi ekstrak. Kemudian dilakukan analisis statistika mengenai pengolahan

data hasil uji antibakteri berupa diameter zona hambat.


32

3.2 Kerangka Konsep

Jerawat
Pengobatan tradisional sebagai
alternatif

Prevelansi tertinggi yaitu pada umur 14-17


tahun, dimana pada wanita berkisar 83-85%
dan pada pria yaitu pada umur 16-19 tahun
berkisar 95-100%

Pengobatan Antibiotik sering


menyebabkan resistensi Buah malaka (Phyllanthus
emblica L.) memiliki
aktivitas antibakteri
Perlu alternatif pengobatan
lain

Pembuatan ekstrak etanol 70% buah


malaka (Phyllanthus emblica L.) Efaluasi mutu ekstrak
1. Persentase Rendemen
Uji Golongan 2. Uji Organoleptik
Alkaloid, 3. Uji Susut Pengeringan
flavonoid, Skrining Fitokimia
saponin, tanin

Uji aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium


acnes menggunakan metode difusi cakram
Skrining Fitokimia

1. Terdapat kandungan senyawa metabolit sekunder (Alkaloid, flavonoid,


saponin, tannin)
2. Terdapat aktivitas antibakteri buah malaka (Phyllanthus emblica L.)
terhadap bakteri Propionibacterium acnes

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


33

3.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir dan konsep penelitian yang telah diuraikan

dapat disusun hipotesis penelitian, dimana :

1. Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.)

mengandung senyawa metabolit sekunder yakni alkaloid, flavonoid,

saponin dan tanin

2. Terdapat pengaruh peningkatan konsentrasi ektrak etanol 70% buah

malaka terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri

Propionibacterium acnes dengan menggunakan metode difusi cakram.


BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


deskriptif eksploratif untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dalam
buah malaka dan penelitian true experimental laboratories dengan post test only
control group desain. Pembuatan ekstrak buah malaka dilakukan dengan metode
maserasi. Uji aktivitas ekstrak buah malaka terhadap bakteri Propionibacterium
acnes dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram. Uji daya hambat
ekstrak buah malaka dibandingkan dengan kontrol positif dan kontrol negatif.
Dengan bagan seperti berikut:

K+ O+

K- O-

P1 O1

Na Pa
P2 O2

P3 O3

P4 O4

P5 O5

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

34
35

Keterangan:
Na : Media Nutrient agar
Pa : Bakteri Propionibacterium acnes
K+: Perlakuan pada kelompok positif (media + Propionibacterium acnes +
clindamycin)
K- : Perlakuan pada kelompok negatif (media + Propionibacterium acnes +
Aquadest )
P1 : Perlakuan terhadap kelompok perlakuan (media + Propionibacterium acnes
+ ekstrak etanol 20%)
P2 : Perlakuan terhadap kelompok perlakuan (media + Propionibacterium acnes
+ ekstrak etanol 40%)
P3 : Perlakuan terhadap kelompok perlakuan (media + Propionibacterium acnes
+ ekstrak etanol 60%)
P4 : Perlakuan terhadap kelompok perlakuan (media + Propionibacterium acnes
+ ekstrak etanol 80%)
P5 : Perlakuan terhadap kelompok perlakuan (media + Propionibacterium acnes
+ ekstrak etanol 100%)
O+ : Observasi difusi cakram terhadap kontrol positif
O- : Observasi difusi cakram terhadap kontrol negatif
O1 : Observasi difusi cakram terhadap konsentrasi 20%
O2 : Observasi difusi cakram terhadap konsentrasi 40%
O3 : Observasi difusi cakram terhadap konsentrasi 60%
O4 : Observasi difusi cakramsterilisasi terhadap konsentrasi 80%
O5 : Observasi difusi cakram terhadap konsentrasi 100%

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Februari hingga April

2021 untuk ekstraksi serta uji aktivitas antibakteri di Laboratotium Mikrobiologi

Universitas Bali Internasional.


36

4.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam mikrobiologi dan teknologi farmasi,

khususnya dalam uji aktivitas antibakteri. Penelitian ini mengambil tema bahan

alam untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak buah malaka (Phyllanthus

emblica L.) terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Dengan ruang lingkup dari

penelitian ini sebagai berikut:

1. Uji kandungan senyawa ekstrak buah malaka (Phyllanthus emblica L.)

meliputi uji alkaloid, uji flavonoid, uji saponin, uji tanin

2. Uji aktivitas antibakteri ekstrak buah malaka (Phyllanthus emblica L.)

dengan melihat zona hambat terhadap bakteri Propionibacterium acnes.

3. Kelompok kontrol diberikan ekstrak buah malaka dengan variasi

konsentrasi sebesar 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%.

4. Kelompok kontrol positif diberikan larutan antibiotika clindamycin

5. Kelompok kontrol negatif diberikan pelarut aquadest

4.4 Penentuan Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Identifikasi Tanaman

Buah malaka (Phyllanthus emblica L.) diidentifikasikan untuk melihat apakah

tanaman yang digunakan dalam penelitian ini sudah tepat. Identifikasi tanaman

dilakukan determinasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eka Karya

Bedugul-Bali.
37

2. Tanaman Buah Malaka

Buah malaka (Phyllanthus emblica L.) yang digunakan pada penelitian ini

yaitu buah malaka yang diperoleh dari Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan,

Kabupaten Buleleng Bali. Dipilih buah malaka yang segar, warna buahnya

kuning muda, tidak dimakan ulat dan tidak busuk.

4.5 Variable Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

4.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak buah malaka

(Phyllanthus emblica L.) dengan variasi konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan

100% pada masing-masing ekstrak.

4.5.2 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah aktivitas antibakteri yang dilihat

dari diameter zona hambat yang muncul pada media agar.

4.5.3 Variabel Terkendali

Variabel terkendali pada penelitian ini adalah sterilisasi alat dan bahan,

proses pengekstrakan ekstrak buah malaka (Phyllanthus emblica L.), lama

maserasi, temperature inkubasi, lama inkubasi, suhu, dan pH.

4.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman

dan perbedaan penafsiran yang terkait dengan istilah-istilah dalam penelitian ini
38

seperti:

1. Ekstrak buah malaka: Sediaan simplisia Phyllanthus emblica L. dalam

etanol 70%.

2. Propionibacterium acnes : Merupakan bakteri gram positif yang

bersifat patogen pada manusia.

3. Daya hambat: Kemampuan yang dapat bekerja dengan cara

menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri. Daerah hambat pada

pengukuran aktivitas antibakteri merupakan diameter daerah jernih yang

tidak ditumbuhi Propionibacterium acne disekitar disk, termasuk

diameter.

4. Clindamycin: Kontrol positif yang digunakan untuk uji aktivitas

antibakteri

4.7 Bahan Penelitian

1. Bahan Utama

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah buah malaka

(Phyllanthus emblica L.) yang diperoleh dari Desa Bulian, Kecamatan

Kubutambakan, Kabupaten Buleleng, Bali.

2. Bahan Penyari

Bahan penyari yang digunakan pada penelitian ini untuk membuat

ekstrak buah malaka (Phyllanthus emblica L.) adalah etanol 70%

3. Bahan Untuk Pereaksi Skrining Fitokimia

Bahan Pereaksi untuk skrining fitokimia pada penelitian ini yang


39

digunakan adalah pereaksi warna yaitu HCl 0,1N dan pereaksi Mayer untuk

uji alkaloid, Magnesium dan HCl untuk uji flavonoid, dan larutan FeCl 3

untuk uji tanin dan pereaksi pada uji busa dalam air panas (aquadest untuk

uji saponin)

4. Bahan Uji Aktivitas Antibakteri

Bahan yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri ekstrak buah

malaka (Phyllanthus emblica L.) antara lain, media NA, aquadest, disk,

antibiotika clindamycin, dan Bakteri uji Propionibacterium acnes.

4.8 Alat Penelitian

1. Alat Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka

Timbangan digital, blender (Toshiba), loyang aluminium, pisau, bejana

kaca, sendok tanduk, spatula logam, labu erlenmeyer (Iwaki Pyrex), corong

kaca (Iwaki Pyrex), kertas saring, rotary evaporator, oven, botol timbang,

desikator

2. Alat Skrining Fitokimia

Alat yang digunakan dalam skrining fitokimia adalah timbangan, spatula

logam, tabung reaksi (Iwaki Pyrex), pembakar bunsen, korek api, gelas ukur

(Iwaki Pyrex), beaker gelas (Iwaki Pyrex), pipet tetes, batang pengaduk

(Iwaki Pyrex), kompor atau hotplate, penjepit kayu.

3. Alat Uji Aktivitas Antibakteri

Alat yang digunakan adalah kaca arloji, spatula logam, cawan petri

(Iwaki Pyrex), pembakar bunsen, jarum ose, cotton bud steril, jangka
40

sorong, tabung reaksi (Iwaki Pyrex), batang pengaduk, Erlenmeyer, gelas

ukur, kompor atau hotplate, pipet volume, pinset, spidol.

4.9 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan kegiatan yang meliputi:

4.9.1 Determinasi Tumbuhan

Buah malaka (Phyllanthus emblica L.) diidentifikasi untuk melihat apakah

tanaman yang digunakan dalam penelitian ini sudah benar. Dilakukan determinasi

di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eka Karya Bedugul- Bali.

4.9.2 Persiapan Sampel Simplisia Buah Malaka

Persiapan sampel simplisia buah malaka yang diperoleh dari Desa Bulian,

Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali. Dipilih buah malaka yang

segar, warna buahnya kuning muda, serta tidak dimakan ulat dan tidak busuk.

Cara pengolahan buah malaka yaitu:

1. Pencucian atau Sortasi Basah

Buah malaka dicuci dengan menggunakan air mengalir untuk

memisahkan dari kotoran-kotoran atau benda asing lainnya yang menempel

pada buah dan buah yang kurang baik, buah yang sudah dicuci lalu

ditiriskan. Selama penirisan bahan, dilakukan bolak-balik untuk

mempercepat proses pemgeringan.

2. Perajangan

Perajangan dilakukan dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat

dari pisau steinles steel dengan ukuran yang merata. Penggunaan pisau
41

steinles steel karena bahan ini bersifat tidak bereaksi dengan senyawa lain.

Setalah melakukan timbang bahan sebelum dilakukan pengeringan.

3. Pengeringan

Setelah perajangan, kemudian dikeringkan dengan menggunakan sinar

matahari selama ± 7 hari dengan ditutupi kain hitam.

4. Penyerbukan

Setelah proses pengeringan, timbang simplisia buah malaka lalu

haluskan simplisia dengan menggunakan blender. Serbuk simplisia di ayak

dengan ayakan 60 Mesh.

4.9.3 Ekstraksi Buah Malaka

Ekstraksi simplisisa dilakukan dengan metode maserasi. Simplisia buah

malaka dihaluskan kemudian ditimbang sebanyak 500 g dan dimasukkan ke

dalam toples kaca, diekstraksi menggunakan 4500 ml pelarut etanol 70% selama 3

hari, hasil maserasi kemudian disaring dengan kertas saring sehingga dihasilkan

filtrat dan residu. Residu diremaserasi selama 2 hari dengan menggunakan 2000

ml etanol 70 % dan dipekatkan menggunakan alat rotary evaporator pada suhu

450C.

4.9.4 Evaluasi Ekstrak Buah Malaka

1. Perhitungan Persentase Rendemen

Perhitungan Persentase rendemen dilakukan dengan menimbang berat

awal simplisia, kemudian dilakukan ekstraksi simplisia dan ditimbang berat

hasil ekstraksi. Setelah medapatkan hasil berupa berat hasil ekstraksi


42

simplisia

dan berat awal simplisia, besarnya rendemen dapat di peroleh dengan

rumus:

% Rendemen =

2. Pemeriksaan Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan dengan cara pengujian dengan menggunakan

indra manusia (bau, warna, rasa dan bentuk) sebagai alat utama untuk

pengukuran daya penerimaan terhadap hasil ekstraksi.

3. Susut Pengeringan

Susut pengeringan adalah pengurangan berat bahan setelah dikeringkan

dengan cara yang telah ditetapkan. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-

masing monografi, simplisia harus dalam bentuk serbuk dengan derajat

halus nomor 8, suhu pengeringan 105° dan susut pengeringan ditetapkan

sebagai berikut : Timbang saksama 1 sampai 2 g simplisia dalam botol

timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu

penetapan dan ditara. Ratakan bahan dalam botol timbang dengan

menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5

sampai 10 mm, masukkan dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan

pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan,

biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga

suhu ruang (Depkes RI, 2008)

4. Uji Kadar Abu Total


43

Timbang saksama 2 sampai 3 g bahan uji yang telah dihaluskan dan

masukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara, pijarkan

perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan dan timbang. Jika dengan cara

ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, aduk, saring melalui

kertas saring bebas abu. Pijarkan kertas saring beserta sisa penyaringan

dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan dan pijarkan

hingga bobot tetap pada suhu 800±25º. Kadar abu total dihitung terhadap

berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b. (Depkes RI, 2008)

5. Uji Kadar Abu Tidak Larut Asam

Didihkan abu yang diperoleh pada Penetapan Kadar Abu Total dengan

25 mL asam klorida encer LP selama 5 menit. Kumpulkan bagian yang tidak

larut dalam asam, saring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air

panas, pijarkan dalam krus hingga bobot tetap pada suhu 800±25º. Kadar

abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat bahan uji,

dinyatakan dalam % b/b (Deples RI, 2008)

6. Uji Kadar Air

Ekstrak ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian dimasukkan ke dalam

alat Halogen Moisture Analyzer kemudian dihidupkan waktunya selama 15

menit dengan suhu 105°C dan ditunggu alat tersebut menunjukkan kadar

udara yang ada dalam ekstrak (Maulina and Sugihartini, 2015)

4.9.5 Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% buah malaka (Phyllanthus emblica L)

1. Uji Alkaloid
44

Siapkan sedikit ekstrak, tambahkan HCl 0,1N dan beberapa tetes

pereaksi Meyer atau pereaksi Dragendroff.

a. Pereaksi Meyer (+) terjadi endapan putih

b. Pereaksi Dragendroff (+) terjadi endapan orange (Wirdayanti,

2019).

2. Uji Flavonoid

Identifikasi senyawa flavonoid dilakukan dengan cara 1 ml ekstrak,

ditambahkan dengan sedikit serbuk Mg, lalu tambahkan 1 ml HCl pekat.

Jika terjadi perubahan warna menjadi warna kuning, jingga sampai merah

tua, maka akan menunjukan adanya senyawa flavonoid (Wirdayanti, 2019).

3. Uji Saponin

Ambil sedikit ekstrak kemudian tambahkan dengan air panas dan dikocok

kuat terbentuk buih atau busa, busa yang stabil akan terus terlihat selama 10

menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes HCl menunjukan adanya

senyawa saponin (+) (Wirdayanti, 2019).

4. Uji Tannin

1 ml ekstrak, ditambah 2 atau 3 tetes FeCl3 1%. Jika terjadi perubahan

warna menjadi hijau biru (positif chatechic tanin), hitam (positif gallic tanin)

(Joshi et al., 2013)

4.9.6 Sterilisasi alat

Sterilisasi bertujuan untuk memusnahkan mikroorganisme yang terdapat

dalam alat atau bahan yang akan digunakan. Sterilisasi dilakukan dengan cara

mencuci alat-alat hingga bersih dan kemudian dikeringkan. Alat-alat dibungkus


45

menggunakan aluminium foil, kemudian masukkan alat dan bahan (media) ke

dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 1210C pada tekanan 1 atm. Alat yang

terbuat dari logam seperti jarum ose dan pinset disterilkan dengan pemanasan

langsung pada labu spiritus sampai memijar (Hamidy et al., 2006)

4.9.7 Pembuatan Konsentrasi ekstrak

Pada penelitian ini, variasi konsentrasi ektrak buah malaka (Phyllanthus

emblica L.) dibuat sebanyak 5 konsentrasi berbeda yaitu, 20%, 40%, 60%, 80 dan

100% yang dibuat dengan menimbang dan mengencerkan ekstrak buah malaka

(Phyllanthus emblica L.) dengan pelarut aquadest.

Pembuatan variasi konsentrasi larutan ekstrak dibuat sebagai berikut:

1. Konsentrasi 20 % : 1 gram ekstrak etanol 70% + larutan aquadest

sebanyak 5 ml.

2. Konsentrasi 40 % : 2 gram ekstrak etanol 70% + larutan aquadest

sebanyak 5 ml.

3. Konsentrasi 60 % : 3 gram ekstrak etanol 70% + larutan aquadest

sebanyak 5 ml.

4. Konsentrasi 80 % : 4 gram ekstrak etanol 70% + larutan aquadest

sebanyak 5 ml.

5. Konsentrasi 100 % : 5 gram ekstrak etanol 70% + larutan aquadest

sebanyak 5 ml.

4.9.8 Persiapan Media Nutrient Agar (NA)

Pembuatan media NA dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 7,25

gram NA. Kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer lalu ditambahkan


46

dengan 250 ml aquades. NA dan aquades dalam labu erlenmeyer dipanaskan

dengan menggunkan hotplate selama ±10 menit hingga NA larut. Media yang

telah homogen disterilisasi di dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C.

Setelah itu media ditunggu hingga agak dingin sekitar suhu 40-45°C. Tuang

media NA yang telah dingin ke cawan petri sebanyak 20 mL dan dibiarkan hingga

memadat.

4.9.9 Cakram/Disk

Cakram/Disk dilakukan dengan menggunakan kertas cakram steril

dijenuhkan dengan konsentrasi ekstrak buah malaka (Phyllanthus emblica L.)

dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.

4.9.10 Pembuatan Larutan Kontrol Positif Clindamycin

Uji kontrol positif menggunakan antibiotik clindamycin. Clindamycin

digunakan sebagai kontrol positif karena termasuk dalam golongan antibiotic

berspektrum luas yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif

dan gram negatif (Anindhita and Octaviani, 2016). Proses pembuatannya yaitu

clindamycin dengan konsentrasi 30 µg/µL. Tablet clindamycin digerus dan

ditimbang sampai memperoleh 30 mg serbuk clindamycin. Kemudian serbuk

clindamycin dilarutkan dalam 5ml aquadest

4.9.11 Pembuatan Larutan Kontrol Negatif

Kontrol negatif yang digunakan pada penelitian ini adalah pelarut aquadest

sebanyak 5 ml

4.9.12 Pembuatan Suspensi Bakteri Propionibacterium acnes

Kultur murni bakteri Propionibacterium acnes dibuat suspensi dengan


47

cara pembiakan bakteri diambil sebanyak 1-2 ose dan disuspensikan dalam 5 ml

(NaCl/Larutan Saline) 0.9% kemudian dihomogenkan sampai memperoleh

kekeruhan yang sesuai dengan metode 0.5 Mc Farland atau sebanding dengan

jumlah bakteri 108 (CFU/ml). Larutan saline steril digunakan untuk pembuatan

suspensi dengan tujuan agar bakteri uji tidak mengalami lisis. Suspensi bakteri

diteteskan sebanyak 0.1 µL, kemudian diratakan pada media NA dan diamkan

selama 30 menit.

4.9.13 Inokulasi Bakteri Uji Propionibacterium acnes

Bakteri uji diambil dengan jarum ose steril sebanyak satu ose, kemudian

ditanam di media Natrium Agar secara aseptik menggunakan metode spread plate

atau metode sebar.

4.9.14 Uji aktivitas antibakteri ekstrak buah malaka (Phyllanthus emblica L.)

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak buah malaka menggunakan metode

difusi agar dengan Metode cakram difusi agar (Agar Disk Diffusion Test). Metode

cakram difusi agar (Agar Disk Diffusion Test) merupakan cara untuk menentukan

sensitivitas bakteri terhadap antimikroba juga antibiotik, yaitu dengan cara

menginokulasi biakan pada pelat agar dan membiarkan antibiotik berdifusi pada

medium agar. Cakram yang telah mengandung antibiotik diletakkan di permukaan

pelat agar yang mengandung organisme yang diuji. Kemudian diinkubasi selama

2 x 24 jam pada suhu 37°C. Efektivitas dapat terlihat dengan adanya zona hambat.

Zona hambatan tampak sebagai area jernih atau bersih yang mengelilingi cakram

tempat zat dengan aktivitas antimikroba terdifusi. Diameter zona dapat diukur

dengan jangka sorong (Ortez, 2005).


48

4.9.15 Pengambilan Data

Parameter yang diamati adalah diameter daya hambat pada bakteri

Propionibacterium acnes, dengan satuan pengamatan mm. Dalam pengamatan

digunakan jangka sorong. Selanjutnya data hasil pengamatan ditulis dalam tabel

hasil penelitian.

4.10 Analisis Data

Pada penelitian ini, data yang diperoleh dianalisis meggunakan uji

deskriptif, uji normalitas, uji homogenitas dan uji komparabilitas serta analisis

kualitatif. Data penelitian merupakan variable numerik lebih dari dua kelompok

tidak berpasangan sehingga menggunakan uji analisis statistic menggunakan

analysis of variance (ANOVA) satu arah (Prayoga, 2013).

Pada analisis deskriptif analisis data dilakukan dengan mengamati aktivitas

ektsrak etanol 70% buah malaka dengan variasi konsentrasi 20%, 40%, 60%,

80% dan 100% beserta kelompok control dalam menghambat pertumbuhan

Propionibacterium acnes hasil dikatakan positif jika dibentuk zona bening yang

menunjukkan terjadinya penghambatan pertumbuhan bakteri pada masing-masing

variasi konsentrasi ekstrak etanol 70% buah malaka. Data yang diperoleh pada

pengujian ini berupa data SD (Standar Deviasi), nilai minimum dan nilai

maksimum.

Uji normalitas bertujuan untuk melihat terdistribusi normal atau tidaknya

data yang diperoleh pada saat pengujian. Analisis data ini dilakukan dengan

pengujian normalitas menggunakan shapiro-wilk, karena jumlah sampel yang

digunakan yaitu <50. Berdasarkan uji shapiro-wilk, data pengujian normalitas


49

terpenuhi jika hasil uji signifikan dengan taraf signifikansi p>0,05. Selanjutnya

dilakukan uji homogenitas, bertujuan untuk mengetahui varian dari beberapa

populasi menunjukkan sama atau tidak. Analisis data ini dilakukan dengan uji

varian (Levene’s test of varian).

Bila data telah terdistribusi normal dan variannya homogen maka analisis

komparabilitas data antar kelompok dilakukan dengan uji One Way Analysis of

Variance (ANOVA) kemudian dapat dilanjutkan dengan uji LSD (Least

Significantly Different) untuk dapat menentukan kelompok atau populasi mana

saja yang berbeda signfikan. Hasil dikatakan signifikan bila nilai p< 0,05 dengan

tingkat kepercayaan uji sebesar 95%.


BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Determinasi Tanaman

Berdasarkan determinasi tanaman buah malaka yang dilakukan di Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bedugul Bali, maka didapatkan

hasil klasifikasi tanaman buah malaka sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Orde : Malpighiales

Suku : Phyllanthaceae

Marga : Phyllanthus

Jenis : Phyllanthus emblica L.

Berdasarkan hasil determinasi tersebut diatas, diperoleh hasil bahwa

tanaman yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah benar tanaman

buah malaka (Phyllanthus emblica L.) dengan surat pernyataan terlampir.

50
51

5.2 Hasil Pembuatan Simplisia Kering Buah Malaka

Penelitian ini menggunakan buah malaka (Phyllanthus emblica L.) yang di

peroleh dari Desa Bulian, Kecamatan Kubutambakan, Kabupaten Buleleng, Bali.

Buah malaka selanjutnya dilakukan proses sortasi basah dan kemudian ditiriskan

agar tidak terdapat sisa air. Setelah itu dilakukan proses sortasi kering, dirajang

kasar kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 450C dan

dihaluskan dengan menggunakan blender. Hasil simplisia yang diperoleh yakni

750 mg serbuk kering dari 4 kg buah malaka segar.

5.3. Hasil Evaluasi Ekstrak Buah Malaka

Evaluasi yang dilakukan meliputi perhitungan persentase rendemen,

pemeriksaan organoleptis dan susut pengeringan.

5.3.1 Persentase Rendemen

Berdasarkan hasil pembuatan ekstrak etanol 70% buah malaka di peroleh

hasil 252,2 gram ekstrak kental, persentase rendemen dari ekstrak etanol 70%

buah malaka (Phyllanthus emblica L.) adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1 Persentase Rendemen Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka


Pengamatan Hasil pemeriksaan

1. Berat simplisia 500 gram

2. Berat esktrak 252,5 gram

3. Rendemen ekstrak 50,5 %

Hasil persentase rendemen ekstrak etanol 70% buah malaka (Phyllanthus

emblica L.) yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 50,5 %


52

5.3.2 Uji Organoleptis

Berdasarkan hasil evaluasi ekstrak etanol 70% buah malaka (Phyllanthus

emblica L.) secara organoleptis menggunakan panca indera, meliputi bentuk,

warna, bau dan rasa

Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Buah Malaka

Bentuk ekstrak Warna ekstrak Bau ekstrak Rasa

Ekstrak kental Coklat Pahit


Aromatik
kemerahan

5.3.3 Susut pengeringan

Penetapan susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah

pengeringan nilai persen atau sampai berat konstan. Tujuan susut pengeringan

adalah untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang banyaknya

senyawa yang hilang pada saat proses pengeringan (Depkes RI, 2000).

Berdasarkan hasil pengujian susut pengeringan dari ekstrak etanol 70% buah

malaka yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.3 Hasil Susut Pengeringan Ekstrak Buah Malaka


Botol Bobot Botol Bobot Botol + Ekstrak (gram) Persentase
Tetap Ekstrak (gram) (%)
(gram) SBLP SSDP SBLP SSDP

1 23,8264 24,8231 24,7325 0,9967 0,9061 9,09

2 23,5640 24,573 24,485 1,009 0,921 8,72


53

3 25,4037 26,4223 26,3285 1,0186 0,9248 9,21

4 26,5357 27,5435 27,4490 1,0078 0,9133 9,38

Rata-Rata 9,10

SD ± 0,28

Hasil rata-rata penetapan susut pengeringan dari ekstrak etanol 70%

buah malaka adalah 9,10 ± 0,28 %

5.4 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Buah Malaka


Pengujian skrining fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalam ekstrak etanol 70% buah

malaka (Phyllanthus emblica L.) Jenis uji yang dilakukan diantaranya adalah uji

kandungan alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Ekstrak buah malaka dilarutkan

dalam pelarut etanol kemudian diuji dengan bahan kimia yang spesifik untuk

pengujian masing-masing metabolit sekunder.

Tabel 5.4 Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka
Uji Pereaksi Hasil Uji Keterangan
Fitokimia Fitokimia
Alkaloid HCl 1N + Pereaksi Larutan berwarna coklat +
Mayer dan terdapat endapan
putih keabu-abuan
Flavonoid HCl 1N + Bubuk Larutan berwarna merah +
Mg kecoklatan
Saponin Air panas + HCl Air panas dikocok kuat +
1N hasil muncul busa +
HCl 1N busa stabil
Tanin Air panas + FeCl3 Larutan berwara coklat +
kehitaman
Keterangan :
+ : Terdapat senyawa metabolit
- : Tidak terdapat senyawa metabolit
54

5.5 Hasil Identifikasi Bakteri Propionibacterium acnes

Identifikasi dilakukan dengan beberapa uji antara lain uji pengecatan gram,

uji katalase, uji koagulase dan pengujian pada beberapa media meliputi media

TSIA, SC dan SIM. Hasil yang didapatkan dapat dilihat pada table 5.5

Tabel 5.5 Identifikasi Bakteri Propionibacterium acnes

Jenis Uji Reagen/ Media Pengamatan Ket.


Kristal violet, Lugol, Bakteri berbentuk batang
Pewarnaan Gram +
alkohol dan safranin berwarna ungu
Uji katalase H2O3 3% Terbentuk gelembung udara +

Uji Koagulase Plasma sitrat Terbentuk endapan +


Perubahan media dari merah
Uji TSIA Media TSIA +
menajdi kuning
Terbentuk cincin merah
Uji Indol Reagen Covacs +
pada permukaan
Uji Cimmon Perubahan warna dari hijau
Media SC +
Sitrat kebiruan menjadi biru

5.6 Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka (Phyllanthus
emblica L.)
Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% buah malaka dilakukan dengan

menggunakan metode disc diffusion (metode difusi cakram). Penggunaan metode

ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol 70% buah malaka

yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes.

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% buah malaka menunjukkan

zona hambat pada pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes pada


55

konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%. Hal ini dapat dilihat dari hasil

pengukuran diameter zona bening yang terbentuk, yaitu berupa daerah bening

disekeliling kertas cakram yang mengandung ekstrak etanol buah malaka dengan

konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%. Hasil pengukuran diameter zona

bening aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% buah malaka terhadap bakteri

Propionibacterium acnes yang dilakukan dengan 4 kali replikasi adalah sebagai

berikut:

Tabel 5.6 Hasil Uji Antibakteri (Replikasi 1)


Konsentrasi Diameter Zona Hambat (mm) Ekstrak Kekuatan
Etanol 70% Buah Malaka Antibakteri
D1 D2 D3 D4 Mean

Kontrol positif (+)


23,20 23,40 23,20 23,20 23,25 Sangat Kuat
Kontrol negatif (-)
0 0 0 0 0 Tidak Ada
20%
8,80 8,70 8,80 8,60 8,73 Sedang
40%
10,30 10,50 10,70 10,20 10,43 Kuat
60%
12,70 12,50 12,50 12,60 12,58 Kuat
80%
14,10 14,30 14,30 14,20 14,23 Kuat
100%
15,80 15,80 15,70 15,70 15,75 Kuat

Tabel 5.7 Hasil Uji Antibakteri (Replikasi 2)


Konsentrasi Diameter Zona Hambat (mm) Ekstrak Kekuatan
Etanol 70% Buah Malaka Antibakteri
D1 D2 D3 D4 Mean

Kontrol positif (+)


23,50 23,60 23,60 23,50 23,55 Sangat Kuat
56

Kontrol negatif (-)


0 0 0 0  0 Tidak Ada
20%
8,40 8,40 8,70 8,60 8,53 Sedang
40%
9,30 9,20 9,40 9,40 9,33 Sedang
60%
12,70 12,30 12,30 12,70 12,50 Kuat
80%
13,20 13,40 13,40 13,40 13,35 Kuat
100%
15,70 15,80 15,60 15,60 15,68 Kuat

Tabel 5.8 Hasil Uji Antibakteri (Replikasi 3)


Konsentrasi Diameter Zona Hambat (mm) Ekstrak Kekuatan
Etanol 70% Buah Malaka Antibakteri
D1 D2 D3 D4 Mean

Kontrol positif (+)


23,70 23,60 23,60 23,40 23,58 Sangat Kuat
Kontrol negatif (-)
0 0 0 0 0 Tidak Ada
20%
8,80 8,80 8,70 8,90 8,80 Sedang
40%
9,90 10,10 10,30 10,30 10,15 Kuat
60%
12,20 12,30 12,30 12,30 12,28 Kuat
80%
13,70 13,70 13,70 13,80 13,73 Kuat
100%
15,90 15,80 16,70 15,80 16,05 Kuat

Tabel 5.9 Hasil Uji Antibakteri (Replikasi 4)


Konsentrasi Diameter Zona Hambat (mm) Ekstrak Kekuatan
Etanol 70% Buah Malaka Antibakteri
D1 D2 D3 D4 Mean

Kontrol positif (+)


23,20 23,20 23,20 23,20 23,20 Sangat Kuat
57

Kontrol negatif (-)


0 0 0 0 0 Tidak Ada
20%
8,80 8,80 8,80 8,60 8,75 Sedang
40%
9,70 9,70 9,70 9,80 9,73 Sedang
60%
12,20 12,20 12,40 12,40 12,30 Kuat
80%
13,60 13,70 13,70 13,70 13,68 Kuat
100%
15,70 15,70 15,60 15,60 15,65 Kuat

Tabel 5.10 Hasil Diameter Zona Hambat (mm) Ekstrak Buah Malaka
Konsentrasi Replikasi Rata-rata ± SD (mm)

R1 R2 R3 R4

Kontrol positif (+) 23,25 23,55 23,58 23,20 23,40 ± 0,20

Kontrol negatif (-) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 ± 0,00

20% 8,73 8,53 8,80 8,75 8,70 ± 0,12

40% 10,43 9,33 10,15 10,73 10,16 ± 0,60

60% 12,58 12,50 12,28 12,30 12,30 ± 0,15

80% 14,23 13,35 13,73 13,68 13,75 ± 0,36

100% 15,75 15,68 16,05 15,65 15,78 ± 0,18


Pada kelompok perlakuan kontrol positif diperoleh rata-rata diameter

zona hambat bakteri sebesar 23,40 ± 0,20 mm, sementara tidak ditemukan zona

hambat pada control negatif sehingga rata-rata yang diperoleh 0,00 ± 0,00 mm.

Pada kelompok perlakuan konsentrasi ekstrak yang ditambahkan cakram masing-

masing menghasilkan diameter zona hambat, rata-rata diameter zona hambat

kelompok perlakuan konsentrasi 20% sebesar 8,70 ± 0,12 mm, rata-rata diameter
58

zona hambat kelompok perlakuan konsentrasi 40% sebesar 10,16 ± 0,60 mm, rata-

rata diameter zona hambat kelompok perlakuan konsentrasi 60% sebesar 12,30 ±

0,15 mm, rata-rata diameter zona hambat kelompok perlakuan konsentrasi 80%

sebesar 13,75 ± 0,36 mm, dan rata-rata diameter zona hambat kelompok

perlakuan pada konsentrasi 100% sebesar 15,78 ± 0,18 mm.

5.7 Analisis Data


Data berupa diameter zona hambat setiap kelompok perlakuan kemudian

dianalisis menggunakan aplikasi SPSS. Uji pertama adalah distribusi data.

Tabel 5.11 Uji Normalitas Data Diameter Zona Hambat

Konsentrasi Shapiro-Wilk

Signifikansi
Positif
0,155
20%
0,207
40%
0,632
60%
0,298
80%
0,716
100% 0,133

Hasil uji normalitas data diameter zona hambat menggunakan uji saphiro-

wilk (jumlah data ≤ 50) menunjukkan distribusi data normal dengan nilai P> 0,05

yaitu pada ekstrak etanol 70% buah malaka pada kontrol positif dengan

signifikansi 0,155, konsentrasi 20% dengan signifikansi 0,207, konsentrasi 40%

dengan signifikansi 0,632, konsentrasi 60% dengan signifikansi 0,298,


59

konsentrasi 80% dengan signifikansi 0,716 dan konsentrasi 100% dengan

signifikansi 0,133.

Tabel 5.12 Uji Homogenitas Data Diameter Zona Hambat


Levene Statistic Sig.

1,800 0,164

Pengujian data dilanjutkan pada uji homogenitas dengan menggunakan

levene’s test untuk melihat varians data. Hasil uji homogenitas data diameter zona

hambat menujukan nilai P=0,164 (P>0,05) yang berarti memiliki variasi data

yang sama. Uji homogenitas yang menunjukan variasi data sama maka uji

hipotesis yang digunakan adalah One way ANOVA.

Tabel 5.13 Uji One Way ANOVA Data Diameter Zona Hambat
Uji One Way ANOVA Signifikansi

Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka 0,000

Pengujian data hasil uji One way ANOVA terhadap kelompok perlakuan

ekstrak etanol 70% buah malak memiliki nilai signifikansi P=0,000. Karena nilai

P<0,05, maka rata-rata antar kelompok perlakuan ekstrak etanol 70% buah

malaka adalah berbeda bermakna. Untuk mengetahui kelompok perlakuan yang

memiliki perbedaan bermakna, maka selanjutnya dilakukan analisis Post-hoc.

Signifikansi perbedaan rata-rata diameter zona hambat tiap kelompok

perlakuan pada penelitian ini diuji dengan uji LSD (Least Significance

Difference). Berdasarkan hasil Uji post hoc LSD pada tabel 5.14 menunjukkan

bahwa masing-masing perlakuan mempunyai perbedaan daya hambat yang


60

signifikan.

Tabel 5.14 Analisis Post-hoc dengan LSD (Least Significance Difference)


Konsentrasi 1 Konsentrasi 2 Perbedaan Std. Signifikansi
(I) (II) Rata-Rata Error
Kontrol Positif Kontrol Negatif 23.39500(*) 0,20752 0,000
20% 14,69250(*) 0,20752 0,000
40% 13,23500(*) 0,20752 0,000
60% 10,98000(*) 0,20752 0,000
80% 9,64750(*) 0,20752 0,000
100% 7,61250(*) 0,20752 0,000
Kontrol Negatif Kontrol Positif -23,39500(*) 0,20752 0,000
20% -8,70250(*) 0,20752 0,000
40% -10,16000(*) 0,20752 0,000
60% -12,41500(*) 0,20752 0,000
80% -13,74750(*) 0,20752 0,000
100% -15,78250(*) 0,20752 0,000
20% Kontrol Positif -14,69250(*) 0,20752 0,000
Kontrol Negatif 8,70250(*) 0,20752 0,000
40% -1,45750(*) 0,20752 0,000
60% -3,71250(*) 0,20752 0,000
80% -5,04500(*) 0,20752 0,000
100% -7,08000(*) 0,20752 0,000
40% Kontrol Positif -13,23500(*) 0,20752 0,000
Kontrol Negatif 10,16000(*) 0,20752 0,000
20% 1,45750(*) 0,20752 0,000
60% -2,25500(*) 0,20752 0,000
80% -3,58750(*) 0,20752 0,000
100% -5,62250(*) 0,20752 0,000
60% Kontrol Positif -10,98000(*) 0,20752 0,000
Kontrol Negatif 12,41500(*) 0,20752 0,000
20% 3,71250(*) 0,20752 0,000
40% 2,25500(*) 0,20752 0,000
80% -1,33250(*) 0,20752 0,000
61

100% -3,36750(*) 0,20752 0,000


80% Kontrol Positif -9,64750(*) 0,20752 0,000
Kontrol Negatif 13,74750(*) 0,20752 0,000
20% 5,04500(*) 0,20752 0,000
40% 3,58750(*) 0,20752 0,000
60% 1,33250(*) 0,20752 0,000
100% -2,03500(*) 0,20752 0,000
100% Kontrol Positif -7,61250(*) 0,20752 0,000
Kontrol Negatif 15,78250(*) 0,20752 0,000
20% 7,08000(*) 0,20752 0,000
40% 5,62250(*) 0,20752 0,000
60% 3,36750(*) 0,20752 0,000
80% 2,03500(*) 0,20752 0,000
Hasil uji post hoc LSD didapatkan perbedaan yang bermakna antara kontrol

positif dengan 20% (P=0,000) dimana perbedaan rata-ratanya adalah 14,69 ± 0,21

mm, antara kontrol positif dengan 40% (P=0,000) dimana perbedaan rata-ratanya

adalah 13,24 ± 0,21 mm, antara kontrol positif dengan 60% (P=0,000) dimana

perbedaan rata-ratanya adalah 10,98 ± 0,21 mm, antara kontrol positif dengan

80% (P=0,000) dimana perbedaan rata-ratanya adalah 9,65 ± 0,21 mm dan antara

kontrol positif dengan 100% (P=0,000) dimana perbedaan rata-ratanya adalah

7,61 ± 0,21 mm. Hasil perbandingan dengan kontrol negatif, perbedaan yang

bermakna antara kontrol negatif dengan 20% (P=0,000) dimana perbedaan rata-

ratanya adalah 8,70 ± 0,21 mm, antara kontrol negatif dengan 40% (P=0,000)

dimana perbedaan rata-ratanya adalah 10,16 ± 0,21 mm, antara kontrol negatif

dengan 60% (P=0,000) dimana perbedaan rata-ratanya adalah 12,42 ± 0,21 mm,

antara kontrol negatif dengan 80% (P=0,000) dimana perbedaan rata-ratanya

adalah 13,75 ± 0,21 dan antara kontrol negatif dengan 100% (P=0,000) dimana

perbedaan rata-ratanya adalah 15,78 ± 0,21 mm.

Hasil uji post hoc LSD didapatkan perbedaan yang bermakna antara 20%
62

dengan 40% (P=0,000) dimana rata-ratanya adalah 1,46 ± 0,21 mm, antara 20%

dengan 60% (P=0,000) dimana rata-ratanya adalah 3,71 ± 0,21 mm, antara 20%

dengan 80% (P=0,000) dimana rata-ratanya adalah 5,05 ± 0,21 mm dan antara

20% dengan 100% (P=0,000) dimana rata-ratanya adalah 7,08 ± 0,21 mm. Hasil

perbandingan dengan 40%, perbedaan yang bermakna antara 40% dengan 60%

(P=0,000) dimana rata-ratanya adalah 2,26 ± 0,21 mm, antara 40% dengan 80%

(P=0,000) dimana rata-ratanya adalah 3,59 ± 0,21 mm dan antara 40% dengan

100% (P=0,000) dimana rata-ratanya adalah 5,62 ± 0,21 mm. Hasil perbandingan

dengan 60%, perbedaan yang bermakna antara 60% dengan 80% (P=0,000)

dimana rata-ratanya adalah 1,33 ± 0,21 mm, antara 60% dengan 100% (P=0,000)

dimana rata-ratanya adalah 3,37 ± 0,21 mm. Dan hasil perbandingan dengan 80%,

perbedaan yang bermakna antara 80% dengan 100% (P=0,000) dimana rata-

ratanya adalah 2,04 ± 0,21 mm.


BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Identifikasi Tanaman Buah malaka (Phyllanthus emblica L.)

Penelitian ini menggunakan buah malaka yang di peroleh dari Desa Bulian,

Kecamatan Kubutambakan, Kabupaten Buleleng, Bali. Buah malaka yang

digunakan dalam penelitian, dilakukan determinasi tanaman terlebih dahulu di

LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Bedugul, Bali, Indonesia.

Determinasi tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman

yang digunakan penelitian, sehingga kesalahan dalam pengumpulan bahan yang

akan diteliti dapat dihindari. Hasil determinasi tanaman diketahui melalui surat

No. B-.905/III/KS.01.03/2/20021. yang menyatakan bahwa tanaman yang

digunakan dalam penelitian adalah buah malaka (Phyllanthus emblica L.). Buah

malaka yang digunakan sebagai simplisia adalah buah malaka yang segar dan

berwarna kuning muda diolah dengan cara yang sesuai dalam pembuatan

simplisia sehingga diperoleh serbuk simplisia.

6.2 Preparasi Simplisia Buah Malaka

Persiapan simplisia dipilih buah malaka yang segar, warna buahnya kuning

muda, serta tidak dimakan ulat dan tidak busuk. Pembuatan simplisia buah

malaka dilakukan yang pertama dilakukan pencucian atau sortasi basah lalu

ditiriskan, sortasi kering, perajangan, pengeringan dengan menggunakan oven

pada suhu 450C. Setelah proses pengeringan, penyerbukan dengan menggunakan

blender, serbuk simplisia di ayak dengan ayakan 60 Mesh. Preparasi simplisia ini

63
64

bertujuan untuk memperoleh simplisia dengan kandungan zat yang berkhasiat

tidak mengalami kerusakan dan dapat disimpan (tahan lama).

6.3 Ekstrak Etanol Buah Malaka

Ekstraksi buah malaka (Phyllanthus emblica L.) dilakukan dengan metode

maserasi selama 3 hari dan diremaserasi selama 2 hari menggunakan pelarut

etanol 70%. Tujuan dari metode maserasi ini yakni untuk menarik kandungan zat-

zat aktif yang terdapat pada buah malaka. Hasil maserasi yang didapatkan,

kemudian dipekatkan menggunakan alat rotary evaporator pada suhu 450C.

6.4 Evaluasi Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka

Berat ekstrak kental buah malaka (Phyllanthus emblica L.) yang didapatkan

252,5 gram, sehingga rendemen yang didapatkan sebesar 50,5%. Hal ini didukung

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Xiaoli Liua et., al (2008), pada uji

aktivitas antioksidan metabolik buah malaka dari enam wilayah di cina, diperoleh

hasil persentase rendemen yang berbeda-beda dari setiap wilayah dimana nilai

persentase rendemen terendah 21,0% dan nilai tertinggi 39,4%. Peningkatan nilai

rendemen pada ekstrak buah malaka dipengaruji oleh senyawa kimia diantaranya

ialah senyawa fenolik dan flavonoid. Dimana, rendemen ekstrak akan meningkat

seiring dengan peningkatan total fenolik dan flavonoid pada ekstrak buah malaka

hingga pada konsentrasi etanol 70%. Harbone (1987), menyatakan bahwa prinsip

dasar dari ekstraksi ialah like dissolves like dimana kelarutan suatu senyawa pada

pelarut didasari dari kesamaan polaritas antara pelarut dengan senyawa yang
65

diekstrak. Perbedaaan konsentrasi etanol dapat mempengaruhi kelarutan senyawa

fenolik didalam pelarut (Prayitno et al., 2016). Semakin tinggi konsentrasi etanol

maka makin rendah tingkat kepolaran pelarutnya (Shadmani, 2004). Suatu zat

akan terlalut dan terekstraksi dengan baik apabila pelarut yang digunakan

memiliki tingkat kepolaran yang sama (Yuswi, 2017).

Ekstrak kental buah malaka yang didapatkan dilakukan evaluasi ekstrak

secara organoleptis dan nilai susut pengeringan. Evaluasi ekstrak secara

organoleptis bertujuan untuk mengetahui mutu dari ekstrak dengan menggunakan

panca indera. Hasil evaluasi secara organoleptis didapatkan bentuk ekstrak yang

kental, warna ekstrak coklat kemerahan, bau ekstrak aromatik, dan rasa dari

ekstrak pahit. Berdasarkan hasil penetapan nilai susut pengeringan ekstrak dengan

4 kali replikasi didapatkan hasil rata-rata 9,10 dan SD ± 0,28. Nilai susut

pengeringan menandakan jumlah bobot bahan yang hilang setelah pengeringan.

Hasil ini menunjukkan bahwa susut pengeringan ekstrak etanol 70% buah malaka

memenuhi syarat yaitu tidak lebih dari 10% (Depkes, 2000). Apabila ekstrak

masih terkandung kadar air melebihi 10% maka dapat mengakibatkan ekstrak

ditumbuhi oleh jamur. Dilihat nilai standar deviasi yaitu 0,28%, semakin tinggi

nilai standar maka penyimpangan akan makin besar (Pramono et al., 2015).

6.5 Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka

Pada penelitian ini, pengujian ekstrak etanol buah malaka diuji kandungan

senyawa metabolit sekundernya dengan menggunakan metode screening

fitokimia untuk mengetahui kandungan kimia yang terkandung dalam buah


66

malaka. Berdasarkan hasil pemeriksaan skrining fitokimia ekstrak etanol 70%

buah malak menunjukkan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder berupa

alkaloid, flavonoid,saponin dan tanin.

Pada pengujian alkaloid dilakukan penambahan HCl sebelum ditambahkan

pereaksi karena alkaloid bersifat basa sehingga diekstrak dengan pelarut yang

mengandung asam. Atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas

pada alkaloid mengganti ion iod dalam pereaksi dragendorff dan mayer (Marliana

et al., 2005). Hasil uji senyawa alkaloid dengan penambahan reagen mayer yang

di tandai dengan adanya endapan putih keabu-abuan mendandakan bawah positif

senyawa alkaloid. Hal ini dikarenakan adanya penggantian ligan yang

menyebabkan pengendapan.

Berdasarkan hasil uji flavonoid dengan pereaksi HCl 1N ditambahkan

dengan bubuk Mg, menunjukkan terjadinya perubahan warna ekstrak etanol buah

malaka menjadi warna merahan kecoklatan. Penambahan serbuk magnesium dan

asam klorida pada pengujian flavonoid akan menyebabkan tereduksinya senyawa

flavonoid yang ada sehingga menimbulkan reaksi warna merah yang merupakan

ciri adanya flavonoid.

Berdasarkan hasil uji saponin dengan penambahan aquadest dan HCl 1N,

menunjukkan terbentuknya busa pada ekstrak etanol buah malaka dalam waktu

tidak kurang dari 10 menit dalam keadaan yang stabil. Saponin merupakan bentuk

glokosida dari sapogenin sehingga akan bersifat polar. Saponin adalah senyawa

yang bersifat aktif permukaan dan dapat menimbulkan busa jika dikocok dalam

air (Kristianti et al., 2008). Timbulnya busa menunjukkan adanya glikosida yang
67

terhidrolisis dalam air menjadi glukosa dan senyawa lain aglikon (Marliana et al.,

2005).

Berdasarkan hasil uji tanin dengan pereaksi FeCl3, menunjukkan terjadinya

perubahan warna ekstrak etanol buah malaka menjadi warna hitam. Reaksi positif

pada pengujian tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru tua atau hitam

kehijauan. Perubahan warna yang terjadi pada ekstrak, karena penambahan FeCl3

yang bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tanin

(Sangi et al., 2008)

6.6 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka

Bakteri yang di gunakan dalam penelitian ini adalah bakteri murni bakteri

gram positif Propionibacterium acnes ATCC 11827 yang telah melalui uji isolasi

dan identifikasi di laboratorium Mikrobiologi Klinik Universitas Bali

Internasional meliputi uji pengecatan gram, katalase, koagulase, TSIA, SC dan

Indol. Dinyatakan benar merupakan bakteri Propionibacterium acnes dalam surat

uji terlampir.

Perlakuan selanjutnya dilakukan uji aktivitas antibakteri dari ekstrak buah

malaka (Phyllanthus emblica L.) terhadap bakteri Propionibacterium acnes

dengan menggunakan beberapa konsentrasi mulai dari 20%, 40%, 60%,80% dan

100%, serta kontrol positif berupa larutan clindamycin dan kontrol negatif berupa

larutan aquadest, dengan dilakukan pengulangan 4 kali. Pada penelitian ini,

pembuatan larutan konsentrasi perlakuan dan larutan kontrol menggunakan

pelarut aquadest. Metode yang digunakan adalah metoda agar disc diffusion test
68

dengan menggunakan media Nutrient Agar (NA).

Pada penelitian ini, uji aktivitas antibakteri buah malaka (Phyllanthus

emblica L.) terhadap bakteri Propionibacterium acnes diawali dengan uji

pendahuluan kontrol media. Uji pendahuluan kontrol media dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui pertumbuhan jamur yang menandakan tingkat sterilitas

media Nutrient Agar (NA) yang akan digunakan dalam penelitian. Selanjutnya

dilakukan inokulasi bakteri dengan suspensi bakteri Propionibacterium acnes dan

meletakkan cakram yang sudah mengandung ekstrak etanol buah malaka dengan

konsentrasi mulai dari 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%, serta kontrol positif

berupa larutan clindamycin dan kontrol negatif berupa larutan aquadest.

Berdasarkan diameter zona hambat pada Tabel 5.10, menunjukkan bahwa

ekstrak etanol 70% buah malaka memiliki kekuatan antibakteri karena dari 4

konsentrasi yang digunakan dalam perlakuan memiliki zona hambat berupa zona

bening disekeliling paper disk yang mengandung ekstrak etanol 70% buah malaka

yang diukur dengan jangka sorong, walaupun pada setiap konsentrasi perlakuan

memiliki kekuatan antibakteri yang berbeda. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Rahmawati (2015), membagi kriteria kekuatan antibakteri

berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk menjadi 5 kriteria, yakni; daya

hambat sangat kuat (>20 mm); daya hambat kuat (10-20 mm); daya hambat

sedang (5-10 mm); dan daya hambat lemah (0-5 mm).

Berdasarkan kriteria ini, ekstrak etanol 70% buah malaka dengan

konsentrasi 20% memiliki rata-rata zona hambat 8,70 ± 0,12 mm dapat

dikategorikan dalam antibakteri kekuatan daya hambat sedang, ekstrak etanol


69

70% buah malaka dengan konsentrasi 40% memiliki rata-rata zona hambat 10,16

± 0,60 mm dapat dikategorikan dalam antibakteri kekuatan daya hambat kuat,

ekstrak etanol 70% buah malaka dengan konsentrasi 60% memiliki rata-rata zona

hambat 12,30 ± 0,15 mm dapat dikategorikan dalam antibakteri kekuatan daya

hambat kuat, ekstrak etanol 70% buah malaka dengan konsentrasi 80% memiliki

rata-rata zona hambat 13,75 ± 0,36 mm dapat dikategorikan dalam antibakteri

kekuatan daya hambat kuat dan ekstrak etanol 70% buah malak dengan

konsentrasi 100% memiliki rata-rata zona hambat 15,78 ± 0,18 mm dapat

dikategorikan dalam antibakteri kekuatan daya hambat kuat. Sedangkan ekstrak

etanol 70% buah malak pada kontrol positif memiliki rata-rata zona hambat 23,40

± 0,20 mm dapat dikatagorikan dalam antibakteri kekuatan daya hambat sangat

kuat dan pada kontrol negatif diameter 0,00 tidak memiliki aktivitas

antibakteri.

Pada penelitian ini, hasil uji aktivitas antibakteri berupa diameter zona

hambat yang dianalisis dengan uji One way ANOVA untuk mengetahui perbedaan

bermakna antara setiap kelompok perlakuan. Sebelum melakukan uji One way

ANOVA, dilakukan uji normalitas data diameter zona hambat menggunakan uji

saphiro wilk (jumlah data<50) untuk menunjukkan distribusi data normal dengan

nilai P>0,05. Berdasarkan Tabel 5.11, menunjukkan bahwa data diameter zona

hambat menunjukkan data terdistribusi normal, dimana setiap perlakuan memiliki

nilai P>0,05. Kemudian, pengujian data dilanjutkan dengan uji homogenitas

dengan menggunakan levene’s test untuk melihat varians data. Berdasarkan Tabel

5.12, menunjukkan bahwa data diameter zona hambat menunjukkan variasi data
70

sama, dengan nilai signifikansi 0,164 (P>0,05) maka hipotesis yang digunakan

adalah One way ANOVA.

Berdasarkan Tabel 5.13, uji One way ANOVA terhadap kelompok perlakuan

ekstrak etanol 70% buah malaka memiliki nilai P=0,000, (nilai P<0,05), maka

rata-rata antar kelompok perlakuan ekstrak etanol 70% buah malaka memiliki

nilai berbeda bermakna atau diameter zona hambat dari masing-masing perlakuan

berbeda signifikan. Signifikansi perbedaan rata-rata diameter zona hambat tiap

kelompok perlakuan pada penelitian ini diuji dengan analisis Post-hoc LSD.

Berdasarkan Tabel 5.14, uji Post-hoc LSD menunjukkan ekstrak etanol 70%

buah malaka (Phyllanthus emblica L.) dengan konsentrasi mana yang paling

efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes jika

dibandingkan dengan kontrol positif. Hasil yang diperoleh pada ekstrak 20%

adalah 14,69, pada ekstrak 40% adalah 13,23, pada ekstrak 60% adalah 10,98,

pada ekstrak 80% adalah 9,65 dan pada ekstrak 100% adalah 7,61. Dari hasil

yang diperoleh perbandingan antara kontrol positif dengan kelompok perlakuan

semakin kecil nilai yang diperoleh maka dapat dikatakan ekstrak buah malaka

tersebut memiliki daya antibakteri yang paling efektif karena nilainya mendekati

kontrol positif. Sehingga pada penelitian ini ekstrak buah malaka yang memiliki

daya antibakteri paling efektif adalah ekstrak buah malaka pada konsentrasi

100%.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70%

buah malaka memiliki aktivitas antibakteri yang dapat dibuktikan dari perbedaan

yang bermakna antara kontrol negatif dengan 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%
71

(P=0,000). Namun dalam penelitian ini, hasil uji Post-hoc dengan

membandingkan kontrol positif dengan setiap perlakuan konsentrasi juga

menunjukkan perbedaan yang signifikan, dimana perbedaan yang bermakna

antara kontrol positif dengan 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% (P=0,000).

Perbedaan signifikan ini terjadi karena perbedaan rata-rata diameter zona hambat

yang tinggi antara kontrol positif dengan setiap kelompok perlakuan.

Gambar 6.1 Grafik Peningkatan Konsentrasi dengan Diameter Zona


Hambat Ekstrak Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.)

Dari Gambar 6.1 dapat dilihat bahwa ekstrak etanol 70% buah malaka

menunjukkan semakin besar konsentrasi ekstrak maka semakin besar pula

diameter zona hambat yang dibentuknya, sehingga diketahui bahwa peningkatan


72

konsentrasi berbanding lurus dengan diameter zona hambat yang terbentuk.

Berdasarkan dari uji One way ANOVA, menyatakan bahwa ekstrak etanol 70%

buah malaka memiliki perbedaan bermakna atau diameter zona hambat dari

masing-masing perlakuan berbeda bermakna, dimana hasil aktivitas antibakteri

ekstrak etanol 70% buah malaka dengan peningkatan konsentrasi menghasilkan

aktivitas antibakteri yang semakin meningkat dilihat dari diameter zona hambat

yang terbentuk.

Faktor lain yang juga membuktikan jika ekstrak etanol 70% buah malaka

memiliki aktivitas antibakteri karena pada setiap perlakuan menghasilkan

diameter zona hambat. Kekuatan antibakteri dari ekstrak etanol 70% buah

malaka, karena ekstrak ini memiliki kandungan senyawa aktif metabolit sekunder,

berupa alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Dhale and Mogle (2011), menyatakan bahwa buah malaka

mengandung alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Setiap komponen dari

senyawa tersebut memiliki peranan yang sangat besar aktivitasnya dalam proses

menghambat pertumbuhan bakteri.

Alkaloid mempunyai aktivitas antibakteri dengan mengganggu komponen

penyusun lapisan dinding sel sehingga tidak terbentuk secara utuh dan alkaloid

juga dapat menyebabkan sel bakteri mudah mengalami lisis (Tororeh et al.,

2016). Senyawa flavanoid merupakan senyawa fenol yang mempunyai

kecendrungan untuk mengakibatkan perubahan komposisi fosfolipid membran,

diikuti dengan pembengkakan dan dinding sel yang lisis (Liantari, 2014).

Senyawa saponin memiliki aktivitas antibakteri sehingga senyawa ini dapat


73

berinteraksi dengan membran sel dan saponin bekerja dengan mengganggu

stabilitas membran sel bakteri dan menyebabkan sel bakteri mengalami lisis

(Cheeke, 2004). Senyawa tanin mempunyai daya antibakteri dengan cara

menghambat enzim reverse transcriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel

bakteri tidak dapat terbentuk (Ngajow et al., 2013)

Perbedaan yang bermakna dari diameter zona hambat ekstrak etanol 70%

buah malaka, dimana semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin

besar zona hambat yang terbentuk. Hal ini disebabkan karna semakin banyak

senyawa aktif yang terkandung pada ekstrak tersebut. Menurut Ningtyas (2010),

menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin banyak

kandungan bahan aktif antibakterinya. Penambahan konsentrasi senyawa

antibakteri diduga dapat meningkatkan penetrasi senyawa antibakteri ke bagian

dalam sel mikroba yang akan merusak sistem metabolisme sel dan dapat

mengakibatkan kematian sel. Pertumbuhan bakteri sebagian besar akan semakin

menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi antibakteri yang ditambahkan.

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka jumlah senyawa antibakteri yang

dilepaskan semakin besar, sehingga mempermudah penetrasi senyawa tersebut ke

dalam sel (Maleki et al., 2008). Semakin besar konsentrasi, maka semakin cepat

terjadinya difusi. Hal ini menyebabkan daya antibakteri dari ekstrak akan semakin

besar dan diameter zona hambat yang dihasilkan semakin luas.


74

6.7 Kelemahan dan Kelebihan Penelitian

A. Kelemahan Penelitian

Pada penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pelaksanaannya, dimana

terdapat kendala dalam proses pembuatan penelitian ini seperti, biakan murni

bakteri Pronionibacterium acnes yang sulit diperoleh akibat tidak banyak instansi

atau laboratotium yang menyediakan bakteri ini. Selain itu, penelitian ini juga

memiliki keterbatasan pada alat yang tersedia di Laboratorium Mikrobiologi

Universitas Bali Internasional.

B. Kelebihan Penelitian

1. Bahan alam yang digunakan dalam penelitian ini selanjutnya dapat di

gunakan secara luas untuk dijadikan bahan obat konvensional dengan

berbagai bentuk sedian.

2. Secara teknis dalam pelaksanaannya, penelitian ini mampu memberikan

gambaran tentang kemampuan ekstrak etanol 70% buah malaka sebagai

antibakteri.
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Ekstrak etanol 70% buah malaka (Phyllanthus emblica L.) mengandung

senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin.

2. Terdapat pengaruh peningkatan konsentrasi diamana semakin meningkat

konsentrasi semakain besar daya penghambat pertumbuhan aktivitas antibakteri

ekstrak etanol 70% dari buah malaka (Phyllanthus emblica L.) dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes.

7.2 Saran

Penelitian ini hanya terkait skrining fitokimia dan uji aktivitas antibakteri

ekstrak etanol 70% dari buah malaka (Phyllanthus emblica L.) terhadap bakteri

Propionibacterium acnes. Sehingga perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut mengenai

ekstrak buah malaka seperti evaluasi kadar air, kadar abu total dan kadar abu tidak

larut asam. Melakukan penetapan kadar metabolit sekunder dari ekstrak etanol 70%

buah malaka dan dapat mengembangkan ektrak etanol 70% buah malaka untuk

pengembangan obat herbal sebagai antibakteri alami khususnya dalam penanganan

75
jerawat, serta mengembangkan jenis produk buah malaka sehingga lebih mudah

diaplikasikan kepada masyarakat misalnya dalam sediaan cream atau salep yang

dioleskan pada wajah secara topikal

76
DAFTAR PUSTAKA

A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia. Edisi 2. Jakarta : Salemba medika

Aida, A. N., Enny S., and Misnawi. 2016. Uji In Vitro Efek Ekstrak Etanol Biji
Kakao (Theobroma cacao) sebagai Antibakteri terhadap Propionibacterium
acnes. e-Jurnal Pustaka Kesehatan. 4(1) : 127-131

Al-Hoqail, I. A. 2003. Knowledge, Beliefs and Perception of Youth Toward Acne


Vulgaris. Saudi Med J. 24(7) : 765-768.

Anindhita, M. A., Oktaviani, N. 2016. Formulasi Self-Nanoemulsifying Drug


Delivery System (SNEDDS) Ekstrak Daun Papaya (Carica papaya L.) dengan
Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai Minyak Pembawa. Jurnal Pena Medika. 6
(2) : 103 – 111

Beylot, C, N Auffret, F Poli, JP Claudel, MT Leccia, PD Giudice, et al. 2014.


Propionibacterium acnes: An Update on Its Role in the Pathogenesis of Acne.
Journal of the European Academy of Dermatology and Venerology. 28(3) : :
271–78

Bari, S. B.,Mahajan, B. M., Surana, S. J. 2008. No Title Resistance to Antibiotic : A


Challenge In Chemotherapy. Indian Journal of Pharmaceutical Education and
Research, 24(1), 3–11.

Brzuszkiewicz, E., January Weiner, Antje Wollherr, Andrea Thürmer, Jennifer


Hüpeden, Hans B. Lomholt, Mogens Kilian, Gerhard Gottschalk, Rolf Daniel,
HansJoachim Mollenkopf, Thomas F. Meyer, dan Holger Brüggemann. 2011.
Comparative Genomics and Transcriptomics of Propionibacterium acnes.
Plos One. 6(6).

Charoenteeraboon, J., Ngamkitidechakul, C., Soonthornchareonnon, N., Jaijoy, K.,


Sireeratawong, S. 2010. Antioxidant Activies of The Standardized Water
Extract from Fruit of Phyllanthusemblica Linn. Songklanakarin Journal of
Science and Technology. Vol. 32(6) : 599-604.

Cheeke RP. 2004. Saponins: Surprising Benefits of Desert Plants. [online] USA:
Linus Pailing Institute; 2004. Tersedia dalam
http://www.Perfectwaters.net/Saponins.htmL. Diakses 28 juni 2020

77
Choma, Irena M, Edyta M Grzelak. 2010. Bioautography Detection in Thin-Layer
Chromatography. Journal of Chromatograph.

Chomnawang, M. T., Suvimol Surassmo, Veena S. Nukoolkarn, dan Wandee


Gritsanapan. 2007. Effect of Garcinia mangostana on Inflammation Caused
by Propionibacterium acnes. Fitoterapia. 78(6) : 401-408.

Dhale, D.A., Mogle, U.P. 2011. Phytochemical Screening and Antibacterial of


Phyllanthus emblica (L.). Science Research Repoter. 1(3): 138-142.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta : Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Duke. and Slipranata, M., 2002. Identifikasi dan Karakteristik Fenotipe


Staphylococcus Aureus asal Kasus Bumblefoot dan Arthritis Pada Boiler, J
Kedokteran Hewan, VI(2).

Endarini, L. H. 2016. Farmakognisi dan Fitokimia. Cetakan Pertama. Jakarta: Pusat


Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Halaman 54, 138.

Ghozali, Imam. 2009. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”


(skripsi) Semarang : UNDIP.

Guay, D. R. P. 2007. Topical Clindamycin in The Management of Acne Vulgaris.


Expert Opin. Pharmacother. 8(15) : 2625-2664.

Gunawan. D, Mulyani. S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi Jilid I). Jakarta:
Penebar Swadaya.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung, Bandung. (diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro).

Hasan, M.R., Islam, M.N., Islam, M.R. 2016. Phytochemistry, Pharmacological


Activities And Traditional Uses of Emblica Officinalis: A review.
International Current Pharmaceutical Journal. 5(2) : 14-21.

78
Hamidy, M. Y., Syafril, D., Safitri, I., AndInayah. 2006. Efek Antimikroba Ekstrak
Metanol Daun Sapu Jagad (Isotoma longifolia) Terhadap Escherichia Coli.
Jurnal Sains Tek..12 : 91-96.

Heinrich, Michael., Barnes, Joanne., Gibbons, Simon., Williamso, Elizabeth M. 2004.


Fundamental of Pharmacognosy and Phytotherapi. Hungary : Elsevier.

Herbarium Medanense. 2018. “Identifikasi Tumbuhan Buah Kemloko


(Phyllanthaceae emblica L.)” (skripsi). Herbarium Medanense (MEDA)
Universitas Sumatera Utara. No. 2294/MEDA/2018.

Holthoon, L, 2011. Phytochemistry, Traditional Uses and Cancer Chemopreventive


Activity of Amla (Phyllanthus emblica). Journal of Applied Pharmaceutical
Science Medicinal and Plant, 12(1) : 388 – 389.

Jawetz, E., Melnick, J.L. & Adelberg, E.A.. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi
XXII (Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih, N. M., Harsono,
S., Alimsardjono, L.). Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Jawetz, Ernest, Joseph LM, dan Edward AA. 2013. Basil Gram Positif Tidak
Membentuk Spora: Corynebacterium, Propionibacterium, Listeria,
Erysipelothrix, Actinomycetes & Patogen Terkait. Dalam: Geo FB, Janet SB,
dan LN. Ornston, penyunting. Jawetz, Melnick & Adelberg Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC. hlm. 214–24.

Joshi, N., Bhatt, S., Suresh Dhyani, D. & Nain, J.2013. Phytochemical Screening of
Secondary Metabolites of Argemone mexicana Linn. Flowers. International
Journal of Current Pharmaceutical Research 5, 144-147.

Khan, K.H. 2009. Roles of emblica Officinalis in Medicine - a review. Bot. Res. Intl.
2(4) : 218-228

Kuttan, R., Harkumar, K.B. 2012. Phyllanthus species: ScientificEvaluation and


Medicinal Applications. NewYork: Taylor and Francis Group. Halaman 25.
Latha

Kumoro, A.C. 2015. Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Aktif dari Tanaman Obat.
Cetakan Pertama. Yogyakarta : Plantaxia. Halaman 6-9.

Kristanti, Alfinda Novi. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya: Universitas Airlangga
Press

79
Liantari, Diah Septia. 2014. Effect of Wuluh Starfruit Leaf Extract for Streptococcus
mutans Growth. J Majority. Vol 3(2) : 27-33.

Liu Xiaoli, Zoa Maoming, Wang Jinshui. 2008. Antioxidant activity of methanolic
extract of emblica fruit (Phyllanthus emblica L.) from six regions in China.
Journal of Food Composition and Analysis 219–228

Maleki, et.al., 2008, Antibacterial Activity of The fluid of The Iranian torils
lileptophylla Againts Some clinical pathogen,Pakistan Journalof Biological
Science,11,(9),1286-1289.

Marliana, S.D., Suryanti,V., dan Suyono, 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule
Jacq. Swartz.) Dalam Ekstrak Etanol, Jurnal Biofarmasi. 3(1):26-31.

Maulina, L. & Sugihartini, N., 2015, Formulasi Gel Ekstrak Etanol Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Variasi Gelling Agent Sebagai
Sediaan Luka Bakar,Pharmaciana Journal of Pharmaceutical 5(1): 43–52.

Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.


Jurnal Kesehatan. 7(2) : 361-367.

Ngajow, M., Abidjulu, J. dan Kamu, V. S., 2013, Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit
Batang Matoa (Pometia pinnata) Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureussecara In Vitro, Jurnal MIPA Unsrat Online2 (2), p. 128-132.

Ningtyas, R. 2010. Uji Antioksidan, Antibakteri Ekstrak Air Daun Kecombrang


(Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith) Sebagai Pengawet Alami Terhadap
Escherichia Coli dan Staphylococcus aureus. Skripsi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

OIE. 2012. Laboratory Methodologies for Bacterial Antimicrobial Susceptibility


Testing. OIE Terrestrial Manual. 2(1) : 1–11.

Ortez, J. H. 2005. Disk Diffusion Testing in Manual Of Antimicrobial Susceptibility


Testing. Marie B. Coyle (Coord. Ed). J. American society for Microbiology,
America.

Perry, A., Lambert, P., 2011. Propionibacterium acnes: Infection Beyond the Skin.
Expert Review of Anti-Infective Therapy, 9(12), 1149–1156

Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga.

80
Pratiwi, A. 2012. Penentuan Kualitas Pangan dan Uji Organoleptik Produk Pangan.
Program Studi Ilmu Gizi. (Skripsi) Fakultas Kedv okteran. Universitas
Diponegoro, Semarang. (hal.8-9).

Prayitno, S.A., J. Kusnadi, E.S. Murtini. 2016. Antioxidant Activity Of Red Betel
Leaves Extract (Piper crocatum Ruiz and Pav.) By Different Concentration
Of Solvents. Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Science
7(5):1836-1843.

Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC.

Pramono Suwijiyo. 2014. Karakterisasi Simplisia dan Ekatrak Etanol Daun Bertoni
(Stevia rebaudiana) dari Tiga Tempat Tumbuh Dalam A. Budiarti, R.
Wahyudi & Darmanto (Eds). Jurnal Ilmu Farmasi & Farmasi Klinik (pp.
145-151). Semarang: Universitas Wahid Hasyim.

Prayoga, P.2013 “Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Pipper betle L.)
Dengan Metode Difusi Disk dan Sumuran Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococus aureus” (skripsi). Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah: Jakarta

Radji, M., Suryadi, H., & Ariyanti, D. (2012). Uji Efektivitas Antimikroba Beberapa
Merek Dagang Pembersih Tangan Antiseptik. Pharmaceutical Sciences and
Research (PSR), 4(1), 1-6.

Rahmawati, M. (2015). Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol dan Air Rimpang
Pacing (Costus spiralis) Terhadap Bakteri Escherichia coli, Shigella
dysenteriae, Salmonella typhimurium, Bacillus subtilis, Staphylococcus
aureus Serta Fungi Candida albicans (Bachelor's thesis, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2015).

Rahim, Abdul, Mathilda L, Suharto, dan Suharno J. 2010. Batang Positif Gram.
Dalam: Agus Syahrurachman et al, penyunting. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara. hlm. 151–71.

Shadmani, A., I. Azhar, F. Mazhar, M.M. Hassan, S.W. Ahmed, I. Ahmad, K.


Usmanghani dan S. Shamim. 2004. Kinetic studies on Zingiber offcinale.
Journal of Pharmaceutical Sciences 17(1):47-54.

Sangi M., Runtuwene M.R.J., Simbala H.E.I. and Makang V.M.A., 2008, Analisis
Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara, Chemistry
Progress, 1 (1), 47–53
81
Saragih, D. F., Hendri Opod, dan Cicilia Pali. 2016. Hubungan Tingkat Kepercayaan
Diri dan Jerawat (Acne vulgaris) pada Siswa-Siswi Kelas XII di SMA Negeri
1 Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm). 4(1).

Sarlina, Abdul Rahman Razak, dan Muhamad Rinaldhi Tandah. 2017. Uji Aktivitas
Antibakteri Sediaan Gel Ekstrak Daun Sereh (Cymbopogon nardus L. Rendle)
terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Penyebab Jerawat. Jurnal Farmasi
Galenika. 3(2) : 143-149.

Simanjuntak, H. A., Gurning, K., & Sinaga, V. B. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri
Sediaan Bedak Dingin Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi Linn.) Terhadap Propionibacterium acnes. Jurnal Pembelajaran Dan
Biologi Nukleus, 6(2), 120-128.

Siregar, S. 2019. “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Kemloko


(Phyllanthus emblica L.) Dengan Metode Dpph (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)”
(Skripsi) Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Downloaded
from Pepositori Institusi USU.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/15407. [diakses 26 Juni 2019].

Sholih, M. G., Ahmad M., dan Siti S. 2015. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di
Salah Satu Rumah Sakit Umum di Bandung Tahun 2010. Jurnal Farmasi
Klinik Indonesia. 4(1) : 63-70.

Soleha, TU. 2015. Uji Kepekaan Terhadap Antibiotik. Juke Unila. 5(9) : 3–7.

Sunanti. 2007. “Aktifitas Antibakteri Ekstrak Tunggal Bawang Putih (Allium sativa)
dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica) Terhadap Salmonella typhinaria”
(Skripsi). Bogor : Dapartemen Biologi FMIPA Institut Pertanian Bogor.

Suryana, S., Yen Yen Ade Nuraeni, dan Tina Rostinawati. 2017. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol dari Lima Tanaman terhadap Bakteri
Staphylococcus epidermidis dengan Metode Mikrodilusi (skripsi) M7-
A6CLSI. IJPST. 4(1) : 1-9.

Talaro, Kathleen P. dan Barry C. 2012. The Gram-Positive Bacilli of Medical


Importance. Foundations in Microbiology. New York: Mc-Graw Hill.

Taroreh, M., Raharjo, S., Hastuti, P.,Murdiati, A., 2015, Ekstraksi Daun Gedi
(Abelmoschus manihot L) Secara Sekuensial dan Aktivitas Antioksidannya,
AGRITECH, 35 (3), 280-287.

82
Tjekyan, R. M. S. 2008. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Media Medika
Indonesia. 43(1) : 37-43.

Utami, Eka Rahayu. 2011. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Sainstis.

Wirdayanti,Nery Sofiyanti. 2019. Skrining Fitokimia Lima Jenis Tumbuhan Paku


Polypodianceae Dari Provinsi Riau. (Skripsi) Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Pekanbaru: Riau

Yadav S, Trivedi NA, Bhatt JD. 2015. Antimicrobial activity of fresh garlic juice: an
in vitro study. An International Quarterly Journal of Research in Ayurveda.
36(2) : 203–7.

Yuswi, N.C.R. 2017. Ekstraksi Antioksidan Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)


Dengan Metode Ultrasonic Bath (Kajian Jenis Pelarut dan Lama Ekstraksi).
Jurnal Pangan dan Agroindustri 5(1):71-79.

83
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan


Bulan
Februari Maret April
No. Kegiatan Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Determinasi tanaman di LIPI Eka

Karya Bedugul- Bali.

2. Pemanenan buah malaka

3. Pembuatan simplisia

4. Pembuatan ekstrak etanol


70% buah malaka
5. Skrining fitokimia ekstrak etanol
70% bauh malaka

6. Evluasi ekstrak buah malak

7. Persiapan bakteri uji

8. Uji aktivitas anti


bakteri
9. Analisis data

10. Penyusunan skripsi

84
Lampiran 2. Perhitungan Pembuatan Konsentrasi
Pembuatan konsentrasi ekstrak
Dengan rumus :

1. Untuk konsentrasi 20% =

Untuk membuat larutan ekstrak konsentrasi 20% yaitu dengan menimbang


1gram ekstrak kental dan dilarutkan dalam 5 ml Aquadest.

2. Untuk konsentrasi 40 % =

Untuk membuat larutan ekstrak konsentrasi 40% yaitu dengan menimbang


2 gram ekstrak kental dan dilarutkan dalam 5 Aquadest.

3. Untuk konsentrasi 60 % =

Untuk membuat larutan ekstrak konsentrasi 60% yaitu dengan menimbang


3 gram ekstrak kental dan dilarutkan dalam 5 ml Aquadest.

85
4. Untuk konsentrasi 80 % =

Untuk membuat larutan ekstrak konsentrasi 80% yaitu dengan menimbang


4 gram ekstrak kental dan dilarutkan dalam 5 ml Aquadest.

5. Untuk konsentrasi 100% =

Untuk membuat larutan ekstrak konsentrasi 100% yaitu dengan


menimbang 5 gram ekstrak kental dan dilarutkan dalam 5 ml Aquadest.

86
Lampiran 3. Perhitungan Jumlah Replikasi Kelompok Perlakuan

Untuk mengethui pengulangan menggunakan rumus Federer (2008) sebagai berikut:

(n-1)(t-1) ≥ 15

Keterangan :

t : jumlah perlakuan

n : jumlah ulangan

(n - 1)(7 - 1) ≥ 15

6 (n - 1) ≥ 15

6n - 6 ≥ 15

6n ≥ 21

n≥ = 3,5 dibulatkan menjadi 4

Maka pada setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali.

87
Lampiran 4. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka
Dengan 4 Kali Pengulangan

Keterangan :
R1 = Replikasi 1
R2 = Replikasi 2
R3 = Replikasi 3
R4 = Replikasi 4

88
Lampiran 5. Perhitungan Diameter Zona Hambat

D B
a
d
b
C c C
c
b
d
a
B D

Keterangan :
Pengukuran 1 (mm) = (Jarak titik A-A) – (Jarak titik a-a)

Pengukuran 2 (mm) = (Jarak titik B-B) – (Jarak titik b-b)

Pengukuran 3 (mm) = (Jarak titik C-C) – (Jarak titik c-c)

Pengukuran 4 (mm) = (Jarak titik D-D) – (Jarak titik d-d)

Pengukuran diameter zona hambat (mm) dilkakukan dengan rumus:

89
Lampiran 6. Jumlah Alat Dan Bahan Yang Digunakan

A. Alat

NO ALAT JUMLAH
1 Timbangan Digital 1 Buah
2 Loyang Aluminium 1 Buah
3 Oven 1 Buah
4 Blender 1 Buah
5 Kertas Saring 1 Lembar
6 Batang Pengaduk 4 Buah
7 Bejana Kaca 1 Buah
8 Waterbath 1 Buah
9 Autoklaf/Autoclave Elektrik Vertikal GEA LS-B 100 Liter 1 Buah
10 Incubator/MEMMERT IN260 Incubator 1 Buah
11 Cawan Porselen 4 Buah
12 Cawan Petri (Petri Dishes) 10 Buah
13 Jarum Ose 4 Buah
14 Cutton Bud steril 1 Bungkus
15 Tabung Reaksi (Pyrex) 7 Buah
16 Gelas Ukur (Pyrex) 3 Buah
17 Pipet Volume (Iwaki Pyrex) 1 Buah
18 Bunsen 2 Buah
19 Hot Plate 1 Buah
20 Erlenmeyer/Pyrex 3 Buah
21 Aluminium Foil. 1 Bungkus
22 Botol timbang 1 Buah
23 Spatula logam 1 Buah
24 Corong kaca (Iwaki Pyrex) 1 Buah
25 Rotary evaporator 1 Buah
26 Sendok tanduk 1 Buah
90
27 Desikator 1 Buah
28 Penjepit kayu 1 Buah
29 Jangka sorong 1 Buah
30 Pinset 1 Buah
31 Spidol 1 Buah

B. Bahan

NO BAHAN JUMLAH
1 Serbuk buah malaka (Phyllanthus emblica L.) 500 mg

2 Etanol 70 % 6,5 Liter


3 Pereaksi Mayer 1 mg
4 Aquadest 1 Liter
5 Serbuk Mg 200 mg
6 Metanol 2 mL
7 Larutan besi (III) klorida 10% 1 mL
8 HCL 0,1N 1 mL
9 Kapas 1 buah
10 Media Nutrient Agar 7,25 gram
11 Aquadest 1 Liter
12 Blank Disk 30 buah
13 Clindamycin 600 mg
14 Bakteri Propionibacterium acnes Isolat

91
Lampiran 7. Rincian Biaya

No. Jenis Pengeluaran Biaya

1. Alat Rp. 1.000.000

2. Bahan Rp. 1.500.000

3. Transportasi Rp. 200.000

4. Lain-lain Rp. 300.000

Total Pengeluaran Rp. 3.000.000

92
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian

93
Lampiran 9. Hasil Determinasi Tumbuhan

94
95
Lampiran 10. Pembuatan Ekstrak Buah Malaka

Pembuatan Serbuk Simplisia Buah Malaka

Buah Malaka Sortasi basah Perajangan

Oven Pengecilan ukuran Serbuk simplisia

96
Pembuatan Ekstrak Kental Buah Malaka

Maserasi Penyaringan

Rotary Evaporatory Ekstrak kental buah


malaka

97
Lampiran 11. Evaluasi Ekstrak

Persentase Rendemen

500 gram bubuk 252.5 gram ekstrak


ekstrak kental

Organoleptis

Coklat kemerahan 98
Susut Pengeringan

Botol timbang sebelum di Botol timbang + ekstrak Botol Timbang + ekstrak


oven dalam oven dalam desikator

Data Pemanasan Susut Pengeringan

99
Botol Bobot Botol Bobot Botol + Ekstrak (gram) Persentase
Tetap (gram) Ekstrak (gram) (%)
SBLP SSDP SBLP SSDP

1 23.8264 24.8231 24.7325 0.9967 0.9061 9.0900

2 23.5640 24.573 24.485 1.009 0.921 8.7215

3 25.4037 26.4223 26.3285 1.0186 0.9248 9.2087

100
4 26.5357 27.5435 27.4490 1.0078 0.9133 9.3769

Rata-Rata 9.0993

SD ± 0.2780

Lampiran 12. Skrining Fitokimia Ekstrak Buah Malaka

Uji Pereaksi Hasil Uji Keterangan


Fitokimia
Fitokimia

Alkaloid HCl 1N + Pereaksi Larutan berwarna coklat


Mayer dan terdapat endapan
putih keabu-abuan

Flavonoid HCl 1N + Bubuk Larutan berwarna merah


Mg kecoklatan

101
Saponin Air panas + HCl Air panas dikocok kuat
1N hasil muncul busa +
HCl 1N busa stabil

Tanin Air panas + FeCl3 Larutan berwara coklat


kehitaman

Lampiran 13. Identifikasi Bakteri Propionibacterium acnes

Jenis Uji Reagen/ Media Pengamatan

Kristal violet, Lugol, alkohol


Pewarnaan Gram
dan safranin

Uji katalase H2O3 3%

102
Uji Koagulase Plasma sitrat

Uji TSIA Media TSIA

Uji Indol Reagen Covacs

Uji Cimmon
Media SC
Sitrat

Surat Hasil Uji Identifikasi Bakteri Propionibacterium acnes

103
Lampiran 14. Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)

104
Pemenasan media NA Penuangan media kedalam petri

Media agar dalam cawan petri

Lampiran 15. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak


105
Pembuatan Kontrol Positif, Kontrol Negatif Serta Perendaman
Cakram Disk Dengan Konsentrasi ekstrak Buah Malaka 20%, 40%,
60%, 80% dan 100%
Lampiran 16. Uji Antibakteri Ekstrak Buah Malaka

Pembuatan dan Inokulasi Suspensi bakteri Propionibacterium acne

106
Bakteri Propionibacterium acne Larutan McFarland

Inokulasi bakteri

Hasil Uji Antibakteri Dengan 4 Kali Replikasi

107
108
109
Lampiran 17. Analisis Data

Analisis Data Diameter zona Hambat dengan SPSS

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Konsentrasi Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Diameter Kontrol
.283 4 . .825 4 .155
Positif
20% .342 4 . .844 4 .207
40% .243 4 . .936 4 .632
60% .281 4 . .870 4 .298
80% .269 4 . .950 4 .716
100% .320 4 . .816 4 .133
a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances


Diameter

Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.800 5 18 .164

ANOVA
Diameter
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 547.286 5 109.457 1089.353 .000
Within Groups 1.809 18 .100
Total 549.095 23

Descriptives

110
Diameter
Std. 95% Confidence Minimu
N Mean Deviation Std. Error Interval for Mean m Maximum
Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper
Bound Bound Bound Bound Bound Bound Bound Bound
Positif 4 23.3950 .19774 .09887 23.0804 23.7096 23.20 23.58
Negatif 4 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00
20% 4 8.7025 .11871 .05935 8.5136 8.8914 8.53 8.80
40% 4 10.1600 .60189 .30094 9.2023 11.1177 9.33 10.73
60% 4 12.4150 .14821 .07411 12.1792 12.6508 12.28 12.58
80% 4 13.7475 .36317 .18158 13.1696 14.3254 13.35 14.23
100% 4 15.7825 .18319 .09159 15.4910 16.0740 15.65 16.05
Total 28 12.0289 6.73394 1.27259 9.4178 14.6401 .00 23.58

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Diameter
LSD
Mean
Difference
(I) Konsentrasi (J) Konsentrasi (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Bound Bound Bound Upper Bound Lower Bound
Positif Negatif 23.39500(*) .20752 .000 22.9634 23.8266
20% 14.69250(*) .20752 .000 14.2609 15.1241
40% 13.23500(*) .20752 .000 12.8034 13.6666
60% 10.98000(*) .20752 .000 10.5484 11.4116
80% 9.64750(*) .20752 .000 9.2159 10.0791
100% 7.61250(*) .20752 .000 7.1809 8.0441
Negatif Positif -23.39500(*) .20752 .000 -23.8266 -22.9634
20% -8.70250(*) .20752 .000 -9.1341 -8.2709
40% -10.16000(*) .20752 .000 -10.5916 -9.7284
60% -12.41500(*) .20752 .000 -12.8466 -11.9834
80% -13.74750(*) .20752 .000 -14.1791 -13.3159
100% -15.78250(*) .20752 .000 -16.2141 -15.3509
20% Positif -14.69250(*) .20752 .000 -15.1241 -14.2609
Negatif 8.70250(*) .20752 .000 8.2709 9.1341
40% -1.45750(*) .20752 .000 -1.8891 -1.0259
60% -3.71250(*) .20752 .000 -4.1441 -3.2809
80% -5.04500(*) .20752 .000 -5.4766 -4.6134
100% -7.08000(*) .20752 .000 -7.5116 -6.6484
40% Positif -13.23500(*) .20752 .000 -13.6666 -12.8034
Negatif 10.16000(*) .20752 .000 9.7284 10.5916
20% 1.45750(*) .20752 .000 1.0259 1.8891
60% -2.25500(*) .20752 .000 -2.6866 -1.8234

111
80% -3.58750(*) .20752 .000 -4.0191 -3.1559
100% -5.62250(*) .20752 .000 -6.0541 -5.1909
60% Positif -10.98000(*) .20752 .000 -11.4116 -10.5484
Negatif 12.41500(*) .20752 .000 11.9834 12.8466
20% 3.71250(*) .20752 .000 3.2809 4.1441
40% 2.25500(*) .20752 .000 1.8234 2.6866
80% -1.33250(*) .20752 .000 -1.7641 -.9009
100% -3.36750(*) .20752 .000 -3.7991 -2.9359
80% Positif -9.64750(*) .20752 .000 -10.0791 -9.2159
Negatif 13.74750(*) .20752 .000 13.3159 14.1791
20% 5.04500(*) .20752 .000 4.6134 5.4766
40% 3.58750(*) .20752 .000 3.1559 4.0191
60% 1.33250(*) .20752 .000 .9009 1.7641
100% -2.03500(*) .20752 .000 -2.4666 -1.6034
100% Positif -7.61250(*) .20752 .000 -8.0441 -7.1809
Negatif 15.78250(*) .20752 .000 15.3509 16.2141
20% 7.08000(*) .20752 .000 6.6484 7.5116
40% 5.62250(*) .20752 .000 5.1909 6.0541
60% 3.36750(*) .20752 .000 2.9359 3.7991
80% 2.03500(*) .20752 .000 1.6034 2.4666
* The mean difference is significant at the .05 level.

112

Anda mungkin juga menyukai