PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
2021
ii
SKRIPSI
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
ii
2021
iii
iv
v
vi
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)
atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga
emblica L.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes” selesai tepat pada waktunya.
Usulan penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik
dalam meraih gelar Sarjana Farmasi. Banyak hambatan yang dihadapi penulis dalam
menyelesaikan usulan penelitian ini. Namun berkat adanya doa, dukungan, dan
bantuan dari berbagai pihak, akhirnya usulan penelitian ini dapat diselesaikan.
penelitian ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan dari para pembaca untuk menyempurnakan dan semoga usulan penelitian
ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam kesempatan ini, dengan segala rasa syukur
1. Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) selaku Rektor Universitas Bali
2. Ns. I Gusti Ngurah Made Yudhi Saputra, S.Kep., M.M. Selaku Dekan
viii
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan di Universitas Bali Internasional atas ijin yang
3. apt. Ida Ayu Manik Partha Sutema, S.Farm., M.Farm. Selaku Ketua Program
Universitas Bali Internasional atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk
6. apt. I Putu Gede Adi Purwa Hita, S.Farm., M.Farm. Selaku dosen
pembimbing I yang dengan tulus, tetap sabar dalam membimbing dan telah
ix
telah memberikan banyak masukan dan meluangkan waktu untuk
8. apt. I Gusti Ngurah Agung Windra Wartana Putra, S.Fam., M.Sc selaku dosen
penulis.
9. Seluruh dosen dan staf Program Studi Farmasi Klinis yang telah mendidik,
10. Orang tua yang sangat saya sayangi dan hormati, Bapak Nyoman Marsa
material, motivasi, serta doa setiap waktu sehingga penulisan skripsi ini
11. I Dewa Putu Darma Yana, yang tak pernah lelah untuk menasehati,
12. Terima kasih juga penulis berikan kepada teman teman penelitian bahan
alam Gung Dharma, Tika Setia Sari, Pradnya, Ita Oktapianti, Sukma Devi,
Sintya Dewi dan Duwik Cahyani yang memberikan semangat dan dukungan
dalam penyusunan penelitian ini, serta semua pihak yang penulis tidak dapat
x
sebutkan satu-persatu atas segala dukungan dan bantuannya baik secara
Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat
pemikiran untuk perkembangan pengetahuan bagi penulis maupun bagi pihak yang
Penulis
NIM. 171200218
xi
ABSTRAK
ABSTRAK
Jerawat merupakan masalah kesehatan kulit, salah satunya disebabkan oleh
bakteri Propionibacterium acnes. Bahan herbal yang memiliki khasiat antibakteri
adalah tanaman buah malaka (Phyllanthus emblica L.). Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui kandungan senyawa buah malaka dan pengaruh peningkatan
konsentrasi dengan aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% buah malaka terhadap
bakteri Propionibacterium acnes.
Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah post test only control
group desain dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol 70% buah malaka, yaitu
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%. Pengujian skrining fitokimia
menggunakan metode kualitatif, pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi
dan uji aktivitas anti bakteri menggunakan metode difusi cakram.
Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan adanya senyawa alkaloid, flavonoid,
saponin dan tanin. Hasil uji aktivitas antibakteri berbeda signifikan (P=0,000)
dimana pada konsentrasi 20% sebesar 8,70 ± 0,12 mm, pada konsentrasi 40%
sebesar 10,16 ± 0,60 mm, pada konsentrasi 60% sebesar 12,30 ± 0,15 mm, pada
konsentrasi 80% sebesar 13,75 ± 0,36 mm dan pada konsentrasi 100% sebesar 15,78
± 0,18 mm. Peningkatan konsentrasi ekstrak akan meningkatkan aktifitas antibakteri
terhadap bakteri Propionibacterium acnes.
Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol 70% buah malaka
mengandung senyawa metabolit sekunder, seperti alkaloid, flavonoid, saponin dan
tannin. Peningkatan konsentrasi ekstrak akan meningkatkan aktifitas antibakteri
terhadap bakteri Propionibacterium acne.
xii
ABSTRACT
Screening Phytochemical And Effect Of Increased Concentration With
Antibacterial Activity Of 70% Ethanol Extract Of Malacca (Phyllanthus
Emblica L.) On The Bacteria Propionibacterium acnes
xiii
RINGKASAN
xiv
antibakteri ekstrak etanol 70% buah malaka (Phyllanthus emblica L.) terhadap bakteri
Propionibacterium acnes pada konsentrasi 20% memiliki rata-rata zona hambat 8,70
± 0,12 mm dapat dikategorikan dalam antibakteri kekuatan daya hambat sedang,
ekstrak etanol 70% buah malaka dengan konsentrasi 40% memiliki rata-rata zona
hambat 10,16 ± 0,60 mm dapat dikategorikan dalam antibakteri kekuatan daya
hambat kuat, ekstrak etanol 70% buah malaka dengan konsentrasi 60% memiliki rata-
rata zona hambat 12,30 ± 0,15 mm dapat dikategorikan dalam antibakteri kekuatan
daya hambat kuat, ekstrak etanol 70% buah malaka dengan konsentrasi 80% memiliki
rata-rata zona hambat 13,75 ± 0,36 mm dapat dikategorikan dalam antibakteri
kekuatan daya hambat kuat dan ekstrak etanol 70% buah malak dengan konsentrasi
100% memiliki rata-rata zona hambat 15,78 ± 0,18 mm dapat dikategorikan dalam
antibakteri kekuatan daya hambat kuat. Sedangkan ekstrak etanol 70% buah malak
pada kontrol positif memiliki rata-rata zona hambat 23,40 ± 0,20 mm dapat
dikatagorikan dalam antibakteri kekuatan daya hambat sangat kuat dan pada kontrol
negatif diameter 0,00 tidak memiliki aktivitas antibakteri. Hasil uji One Way
ANOVA terhadap kelompok perlakuan ekstrak etanol 70% buah malaka (Phyllanthus
emblica L.) memiliki nilai signifikansi P= 0,00 (niali P<0,05), maka rata-rata
diameter zona hambat antar kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan uji Post-hoc LSD menunjukan perbedaan yang bermakna dari diameter
zona hambat setiap perlakuan ekstrak etanol 70% buah malaka, dimana semakin
tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin besar zona hambat yang terbentuk.
Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol 70% buah malaka
mengandung senyawa metabolit sekunder, seperti alkaloid, flavonoid, saponin dan
tanin. Terdapat pengaruh peningkatan konsentrasi diamana semakin meningkat
konsentrasi semakain besar daya penghambat pertumbuhan aktivitas antibakteri
ekstrak etanol 70% dari buah malaka (Phyllanthus emblica L.) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes.
xv
DAFTAR ISI
Halaman
xvi
2.1.1 Deskripsi Tumbuhan Malaka (Phyllanthus emblica L.).............................6
2.1.2 Klasifikasi Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.)...................................6
2.1.3 Kandungan Kimia Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.)........................8
2.1.4 Kasiat dan Kegunaan..................................................................................8
2.1.5 Fitokimia.....................................................................................................8
2.2 Preparasi Simplisia....................................................................................................10
2.3 Ekstraksi.....................................................................................................................13
2.3.1 Definisi Ekstraksi......................................................................................13
2.3.2 Metode Ekstraksi......................................................................................14
2.4 Evaluasi Ekstrak........................................................................................................16
2.4.1 Perhitungan Persentase Rendemen...........................................................16
2.4.2 Pemeriksaan Organoleptik........................................................................17
2.4.3 Uji Kadar Air.............................................................................................17
2.4.4 Uji Kadar Abu Total..................................................................................18
2.4.5 Uji Kadar Abu Tidak Larut Asam.............................................................18
2.4.6 Susut Pengeringan.....................................................................................18
2.5 Bakteri........................................................................................................................19
2.5.1 Definisi Bakteri.........................................................................................19
2.5.2 Penggolongan Bakteri...............................................................................19
2.5.3 Bakteri Propionibacterium acnes.............................................................20
2.5.4 Klasifikasi Bakteri Propionibacterium acnes..........................................21
2.6 Antibiotik...................................................................................................................22
2.7 Antibakteri.................................................................................................................24
2.8 Uji Aktivitas Antibakteri..........................................................................................25
2.8.1 Metode Difusi............................................................................................25
2.8.2 Metode Dilusi............................................................................................26
2.9 Analysis Of Variance (ANOVA)............................................................................27
xvii
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN..............................................................................................................30
3.1 Kerangka Berpikir.....................................................................................................30
3.2 Kerangka Konsep......................................................................................................32
3.3 Hipotesis.....................................................................................................................33
BAB IV METODELOGI PENELITIAN....................................................................34
4.1 Rancangan Penelitian................................................................................................34
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian...................................................................................35
4.3 Ruang Lingkup Penelitian........................................................................................35
4.4 Penentuan Sumber Data............................................................................................36
4.5 Variable Penelitian....................................................................................................37
4.5.1 Variabel Bebas..........................................................................................37
4.5.2 Variabel Terikat........................................................................................37
4.5.3 Variabel Terkendali...................................................................................37
4.6 Definisi Operasional.................................................................................................37
4.7 Bahan Penelitian........................................................................................................38
4.8 Alat Penelitian...........................................................................................................39
4.9 Prosedur Penelitian...................................................................................................40
4.9.1 Determinasi Tumbuhan.............................................................................40
4.9.2 Persiapan Sampel Simplisia Buah Malaka................................................40
4.9.3 Ekstraksi Buah Malaka.............................................................................41
4.9.4 Evaluasi Ekstrak Buah Malaka.................................................................41
4.9.5 Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka (Phyllanthus
emblica L.)................................................................................................43
4.9.6 Sterilisasi Alat...........................................................................................44
4.9.7 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak...............................................................45
4.9.8 Persiapan Media Nutrient Agar (NA).......................................................45
4.9.9 Cakram/Disk.............................................................................................46
xviii
4.9.10 Pembuatan Larutan Kontrol Positif Clindamycin...................................46
4.9.11 Pembuatan Larutan Kontrol Negatif.......................................................46
4.9.12 Pembuatan Suspensi Bakteri Propionibacterium acnes.........................46
4.9.13 Inokulasi Bakteri Uji Propionibacterium acnes.....................................47
4.9.14 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah Malaka.....................................47
4.9.15 Pengambilan Data...................................................................................47
4.10 Analisis Data...........................................................................................................48
BAB V HASIL PENELITIAN....................................................................................50
5.1 Hasil Determinasi Tanaman.....................................................................................50
5.2 Hasil Pembuatan Simplisia Kering Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.).....50
5.3 Hasil Evaluasi Ekstrak Buah Malaka......................................................................51
5.3.1 Persentase Rendemen................................................................................51
5.3.2 Uji Organoleptis........................................................................................51
5.3.3 Susut Pengeringan.....................................................................................52
5.4 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Buah Malaka....................................................53
5.5 Hasil Identifikasi Bakteri Propionibacterium acnes.............................................53
5.6 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka....................54
5.7 Analisis Data.............................................................................................................58
BAB VI PEMBAHASAN...........................................................................................63
6.1 Identifikasi Tanaman Buah malaka (Phyllanthus emblica L.).............................63
6.2 Preparasi Simplisia Buah Malaka.................................................................................63
6.3 Ekstrak Etanol Buah Malaka (Phyllanthus emblica L.)........................................64
6.4 Evaluasi Ekstral Etanol 70% Buah Malaka............................................................64
6.5 Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka.........................................65
6.6 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka...............................67
6.7 Kelemahan dan Kelebihan Penelitian......................................................................74
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN.........................................................................75
7.1 Simpulan....................................................................................................................75
xix
7.2 Saran...........................................................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................77
LAMPIRAN................................................................................................................84
xx
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xxi
DAFTAR TABEL
Halaman
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xxiii
Lampiran 14. Pembuatan Media Nutrien Sgar (NA)
.....................................................................................................................................
104
Lampiran 15. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak
.....................................................................................................................................
105
Lampiran 16. Uji Antibakteri Ektrak Buah Malaka
.....................................................................................................................................
106
Lampiran 17. Analisis Data
.....................................................................................................................................
109
xxiv
DAFTAR SINGKATAN
NA : Nutrient Agar
SD : Standar Deviasi
SC : Simmons Citrate
xxv
BAB I
PENDAHULUAN
kosmetika Indonesia menunjukan yaitu terdapat 60% penderita jerawat pada tahun
2006 dan 80% pada tahun 2007. Prevalensi tertinggi yaitu pada umur 14-17 tahun,
dimana pada wanita berkisar 83-85% dan pada pria yaitu pada umur 16-19 tahun
Jerawat (acne vulgaris) merupakan suatu penyakit peradangan kronik dari unit
nodul, kista, dan skar (Saragih et al., 2016). Jerawat sering terjadi pada kulit wajah,
leher, dada dan punggung. Meskipun jerawat tidak berdampak fatal, tetapi cukup
peduli akan penampilan (Tjekyan, 2008). Penyebab terjadinya jerawat antara lain
faktor genetik, endokrin, psikis, musim, stres, makanan, keaktifan kelenjar sebasea,
infeksi bakteri, kosmetika, dan bahan kimia lain (Al-Hoqail, 2003). Jerawat dapat
disebabkan oleh aktivitas kelenjar minyak yang berlebihan dan diperburuk oleh
1
2
lesitinase, dan neurimidase yang memegang peranan penting pada proses peradangan
jerawat yaitu pengobatan topikal maupun oral. Antibiotik digunakan sebagai salah
satu cara efektif dalam pengobatan jerawat, seperti klindamisin, tetrasiklin, dan
eritromisin (Guay, 2007). Tetapi, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat
pada bakteri perlu dikembangkan penelitian zat yang berhasiat sebagai antibakteri
membunuh bakteri yang relatif lebih aman, dengan risiko sangat kecil bila
dibandingkan dengan obat dari bahan kimia. Salah satunya dengan memanfaatkan
(Sunda dan Betawi), kemloko (Jawa), malakah (Madura). Dalam bahasa Inggris
tanaman ini disebut sebagai indian gooseberry, amla atau myrobalan (Holthoon,
2016).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2019), berdasarkan hasil skrining
dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Etanol 70% digunakan sebagai
pelarut dalam proses ekstraksi ini karena etanol 70% merupakan pelarut yang
memiliki efektivitas tinggi dalam mengekstraksi semua senyawa kimia yang terdapat
dalam tumbuhan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Azis (2014), etanol
dengan konsentrasi 70% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang
optimal, dimana bahan pengganggu hanya dalam skala kecil yang turut kedalam
cairan pengekstraksi.
sebagai berikut :
antibakteri ekstrak etanol 70% buah malaka (Phyllanthus emblica L.) terhadap
ekstrak etanol 70% buah malaka (Phyllanthus emblica L.) yang dapat
jerawat.
sebagai tanaman obat yang mudah didapat dan lebih aman untuk digunakan dalam
TINJAUAN PUSTAKA
Pohon malaka memiliki kemiripan dengan pohon cermai namun lebih besar
dengan tinggi mencapai 18 meter. Batang pohon malaka (Phyllanthus emblica L.)
Buah malaka pun mirip buah cermai, namun lebih bulat dan kurang berusuk. Kuning,
kuning kehijauan atau kecoklatan. Rasanya masam agak getir (pengar, agak pahit). Di
tengahnya terdapat sebutir inti yang keras, yang terbagi atas tiga ruang masing-
masing berisi 1-2 biji. Tumbuhan ini memiliki buah dengan lebar 18-25 mm dan
panjang 15-20 mm, buah yang berbiji, hampir bulat atau bundar besar, permukaan
halus dengan 6 alur vertikal runcing, dengan besar diameter 1.5 cm (Kuttan and
Harikumar, 2012).
6
7
2010), Pakistan, Uzbekistan, dan Srilanka, (Khan, 2009). Buah malaka merupakan
buah yang sangat mirip dengan buah cermai. Tanaman malaka (Phyllanthus emblica
L.) dikenal dibeberapa daerah Indonesia dengan sebutan kimalaka (Melayu), balaka
Dalam bahasa Inggris tanaman ini disebut sebagai indian gooseberry, amla atau
Adapun klasifikasi dari tanaman buah malaka yaitu (Herbarium Medanse, 2018):
Kingdom: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
8
Orde : Malpighiales
Famili : Phyllanthaceae
Genus : Phyllanthus
Pada penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2019), berdasarkan hasil skrining
fitokimia, diketahui ekstrak etanol buah malaka mengandung senyawa kimia alkaloid,
flavonoid, tanin, saponin, steroid/ terpenoid, dan glikosida. Sedangkan menurut Duke
(2002), buah malak mengandung tanin yang berpotensi sebagai antibakteri dan
antibakteri, antijamur, antidiabetes, dan penyakit lainnya (Hasan et al., 2016). Khasiat
2009).
2.1.5 Fitokimia
Fitokimia adalah ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh
penyebaran secara alamiah dan fungsi biologis (Kumoro, 2015). Uji fitokimia
9
antara lain:
1. Alkaloid
2. Tanin
3. Saponin
dengan rasa pahit dan dapat membentuk buih jika bercampur dengan air.
4. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang dapat larut dalam air. Seperti
karoten, flavonoid juga berperan dalam memberi warna pada buah, sayuran dan
10
5. Triterpenoid/ Steroid
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,
yaitu skualena. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh
6. Glikosida
Glikosida adalah senyawa bahan alam yang terdiri atas gabungan dua bagian
senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Bagian gula biasa disebut glikon sementara
tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu
ekstrak dengan dasar beberapa hal yaitu makin halus serbuk simplisia proses
ekstraksi makin efektif, efisien namun makin halus serbuk maka makin rumit secara
dimana ada gerakan dan interaksi dengan benda keras (logam) maka akan timbul
panas (kalori) yang dapat berpengaruh pada senyawa kandungan. Namun hal ini
yang bermutu dan terhindar dari cemaran industry (Gunawan, 2004). Berdasarkan
Depkes (2000) penggelola simplisia pada obat tradisional sebagai bahan baku pada
a. Sortasi Basah
bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya simplisia yang dibuat dari
akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,
batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang.
tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat
b. Pencucian
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air yang mengalir,
c. Perajangan
penggilingan. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan maka semakin cepat
yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya zat
d. Pengeringan
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Air yang masih tersisa
kapang dan jasad renik lainnya. Proses pengeringan sudah dapat menghentikan
proses enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang dari 10%.
permukaan bahan. Suhu yang terbaik pada pengeringan adalah tidak melebihi
60ºC, tetapi bahan aktif yang tidak tahan pemanasan atau mudah menguap harus
dikeringkan pada suhu serendah mungkin. Terdapat dua cara pengeringan yaitu
e. Sortasi Kering
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor lainnya yang masih
f. Penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu
ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara
oksigen, atau sirkulasi udara, reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif
kapang atau lainnya. Untuk persyaratan wadah yang akan digunakan sebagai
pembungkus simplisia adalah harus inert, artinya tidak mudah bereaksi dengan
bahan lain, tidak beracun, mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran
2.3 Ekstraksi
penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan tungal untuk
mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan kedalam
fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran yang sama (Mukhriani, 2014).
Berikut beberapa metode ekstraksi yang umum dan sering digunakan, antara lain:
dingin, dengan cara ini bahan kering hasil gilingan diekstraksi pada suhu
Keuntungan cara ini merupakan metode ekstraksi yang mudah karena ekstrak
a. Maserasi
ini sesuai baik untuk skala kecil dan skala besar industri. Metode ini dilakukan
sesuai dengan ekstrak kedalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu
kamar. Ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya matahari.
kedalam bejana tertutup, dibiarkan pada tempat yang tidak bercahaya, setelah
dua hari lalu endapan dipisahkan. Kerugian utama dari metode maserasi ini
adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan
b. Perkolasi
a. Refluks
16
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang terbatas yang relative konstan
residu pertama 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna
(Gunawan, 2004).
b. Soxhlet
(Gunawan, 2004).
c. Digesti
temperature yang lebih tinggi dari temperature ruangan, yaitu secara umum
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
bejana infuse tercelup dalam penangas air mendidih, temperature terukur 70-
e. Dekokta
Dekokta adalah infuse pada waktu kurang lebih 30 menit dan temperature
Rendemen adalah perbandingan antara berat bahan kering yang dihasilkan dari
ekstraksi dengan berat bahan segar, menggunakan satuan persen (%) dan cara
berat hasil ekstraksi yang dihasilkan dengan berat bahan simplisia awal. Besarnya
sensorik merupakan suatu cara penilaian yang sudah sangat lama dikenal dan masih
sangat umum digunakan. Indera yang berperan dalam uji organoleptik adalah indera
Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan.
kandungan air di dalam bahan. Nilai untuk kadar air sesuai dengan yang tertera dalam
Keterangan :
A = berat sampel awal (g)
Untuk penentuan kadar abu, bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa
organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga hanya tersisa unsur
mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbantuk ekstrak.
Nilai atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi.
Nilai untuk kadar abu sesuai dengan yang tertera dalam monografi (Depkes, 2000).
Keterangan:
Kadar abu yang tidak larut asam adalah jumlah benda anorganik asing dalam
ekstrak dinyatakan sebagai kadar abu yang tidak larut asam, dengan persyaratn tidak
boleh lebih dari 2%, kecuali jika dinyatakan lain (Depkes, 2000).
menit atau sampai berat konstan, yang dinyatan sebagai nilai prosen. Dalam hal
khusus (Jika pelarut organic menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air
memberikan batasan maksimal tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan. Nilai minimal atau rentang yang diperbolehkan jika tidak dinyatakan
2.5 Bakteri
dan produksi aseksualnya terjadi melalui pembelahan sel. Bakteri pada umumnya
merupakan makhluk hidup yang juga memiliki DNA, akan tetapi DNA bakteri tidak
berada pada nukleus yang juga tidak mempunyai membran sel. DNA
ekstrakromosomal dari bakteri tergabung menjadi satu plasmid yang berbentuk kecil
dan sirkuler (Jawetz et al., 2013). Ukuran sel bakteri pada umumnya adalah 0,5-1,0
µm, dan mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat atau Coccus, batang atau Bacillus,
b. Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal
dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan
kulit manusia dan kadang-kadang saluran pernapasan bagian atas. Spesies ini
merupakan bakteri gram positif fakultatif anaerob berbentuk basil pleomorfik, tidak
membentuk spora, tidak tahan asam, dan tidak bisa bergerak yang memiliki panjang
3-4 μm dan lebar 0,5-0,8 μm (Rahim et al., 2010). Secara makroskopis koloni
Propionibacterium acnes berbentuk cembung, agak keruh, dan berkilau. Pada uji
kimia, bakteri ini memiliki merupakan katalase positif dan indol positif. Bakteri ini
baik diinkubasi pada 30-37oC selama 48 jam (Talaro and Chess, 2012).
21
Kingdom : Bacteria
Phylum : Actinobacteria
Class : Actinobacteridae
Ordo : Actinomycetales
Family : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
fase inflamasi melalui kemampuannya untuk memulai respon inflamasi pada folikel
proinflamasi termasuk IL-1b, -8 dan -12, dan TNF-α dari sel mononuklear dan
(TLR) 2 dan 4. Selain itu pelepasan berbagai enzim dari Propionibaterium acnes
kerusakan pada unit pilosebasea (Perry and Lambert, 2011). IL-1 yang dihasilkan
oleh keratinosit juga berpartisipasi dalam pembentukan komedo. Ekstrak sitosol dan
2.6 Antibiotik
Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiotis, yang berarti substansi
yang dapat menghambat pertumbuhan organisme hidup yang lain, dan berasal dari
antibiotik dan istilah ini tidak hanya terbatas untuk substansi yang berasal dari
terhadap sel prokariotik (bakteri) dan antibiotik terhadap sel eukariotik (fungi,
dalam serum pasien sehingga penyebaran infeksi terhambat, dengan demikian sistem
23
Jika obat dieliminasi sebelum sistem imun membunuh bakteri, bakteri dapat terus
hidup dan memulai siklus infeksi sekunder. Obat-obat bakterisidal membunuh bakteri
pada kadar tertentu dalam serum pasien dan karena aksi antibiotik bakterisidal lebih
cepat, obat ini merupakan obat pasien yang menderita infeksi serius (Utami, 2011).
a. Clidamycin
clidamycin juga sangat aktif terhadap bakteri gram positif. Clidamycin memiliki
resisten silang. Clidamycin di serap baik secara per oral dan didistribusikan
Clidamycin tidak dapat mencapai otak, bahkan ketika terjadi radang otak (Radji,
2012).
Antibiotik ini sangat efektif terhadap bakteri anaerob gram positif. Bakteri
b. Resistensi bakteri
karena pemindahan gen yang resisten atau faktor R atau plasmidresistensi silang
tepat, misalnya penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang
tidak teratur atau tidak kontinyu, demikian juga waktu pengobatan yang tidak
et al., 2008).
25
2.7 Antibakteri
bakteriosidal adalah zat yang bekerja mematikan bakteri. Beberapa zat antibakteri
konsentrasi tinggi. Mekanisme kerja antibakteri dapat terjadi melalui lima cara, yaitu
hambatan sintesis dinding sel, perubahan permeabilitas sel, perubahan molekul asam
nukleat, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan
dari suatu senyawa kimia terhadap bakteri, menentukan konsentrasi suatu antibakteri
terhadap cairan badan atau jaringan, dan kepekaan suatu antibiotik terhadap
antibakteri untuk menentukan kepekaan suatu bakteri patogen dapat dilakukan dengan
untuk uji kepekaan antimikroba. Pada prosedur ini, cawan agar diinokulasi
ditambahkan pada cakram kertas saring dengan diameter sekitar 6 mm. Cakram
diukur (Soleha, 2015). Difusi cakram didasarkan pada penentuan zona hambat
yang ditandai dengan zona jernih disekitar cakram. Besarnya zona hambat
sebanding dengan daya hambat antibakteri pada cakram. Diameter zona hambat
besar zona hambat maka semakin rendah konsentrasi yang dibutuhkan untuk
dan kemampuan berdifusi antibakteri yang terdapat dalam cakram (OIE, 2012).
pada media agar dengan diameter kurang lebih 5 mm. Sebanyak 20-100 µl agen
sehingga dapat menyebar secara difusi. Hasil uji ditentukan dengan mengukur
diameter zona jernih disekitar sumuran. Media yang digunakan adalah agar
Metode ini telah digunakan secara luas untuk mengevaluasi aktivitas antibakteri
kadar bunuh minimum, KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat
seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan
mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat
Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada
media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan
diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media
padat (solid). Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan untuk menguji
beberapa mikroba uji. Suatu zat aktif dikatakan memiliki potensi yang tinggi
sebagai antibakteri jika pada konsentrasi rendah memiliki daya hambat yang
Indonesia metode ini dikenal dengan berbagai nama lain, seperti analisis ragam, sidik
Fisher, sehingga uji-F juga dipakai dalam pengambilan keputusan. Analisis varians
pertama kali diperkenalkan oleh Sir Ronald Fisher, Bapak statistika modern. Dalam
praktik, analisis varians dapat merupakan uji hipotesis (lebih sering dipakai) maupun
atau ANOVA merupakan salah satu teknik analisis multivariat yang berfungsi untuk
membedakan rerata lebih dari dua kelompok data dengan cara membandingkan
alat statistika parametrik, maka untuk dapat menggunakan rumus ANOVA, harus
terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi meliputi normalitas, heterokedastisitas dan
Analisis varian dapat dilakukan untuk menganalisis data yang berasal dari
berbagai macam jenis dan desain penelitian. Analisis varian banyak dipergunakan
sampel independen yang diamati. Analisis varian saat ini banyak digunakan dalam
penelitian survey dan penelitian eksperimen. Secara umum, analisis varians menguji
dua varians (atau ragam) berdasarkan hipotesis nol bahwa kedua varians itu sama.
Varians pertama adalah varians antar contoh (among samples) dan varians kedua
semacam ini, analisis varians dengan dua contoh akan memberikan hasil yang sama
dengan uji-t untuk dua rerata (mean). Supaya sahih (valid) dalam menafsirkan
hasilnya, analisis varians menggantungkan diri pada asumsi yang harus dipenuhi
dalam perancangan percobaan. Asumsi analisis varian yang harus dipenuhi adalah
(Ghozali, 2009) :
1. Homogeneity of variane
Variabel dependen harus memiliki varian yang sama dalam setiap kategori
variabel independen. Jika terdapat lebih dari satu variabel independen, maka
harus ada homogeneity of variance di dalam cell yang dibentuk oleh variabel
independen kategorikal.
2. Random sampling
Random sampling untuk tujuan uji signifikansi, maka subyek di dalam setiap
3. Multivariate normality
normal dalam setiap kategori variabel independen. ANOVA masih tetap robust
PENELITIAN
Indonesia. Jerawat sering terjadi pada kulit wajah, leher, dada dan punggung.
Penyebab terjadinya jerawat antara lain faktor genetik, endokrin, psikis, musim,
stres, makanan, keaktifan kelenjar sebasea, kosmetika, bahan kimia lain serta
aktivitas kelenjar minyak yang berlebihan dan diperburuk oleh infeksi bakteri
dapat menyebabkan inflamasi pada kulit. Bakteri ini merupakan organisme utama
yaitu pengobatan topical dan oral. Antibiotik digunakan sebagai salah satu cara
30
31
resisten terhadapa antibiotik yang relatif lebih aman, risikonya juga sangat kecil
bila dibandingkan dengan obat dari bahan kimia. Salah satunya dengan
Buah malaka memilki kemirip dengan buah cermai. Tanaman malaka ini
glikosida.
maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Etanol 70% dipilih karena merupakan
pelarut universal yang memilki indeks polaritas 5,2 sehingga berbagai senyawa
polar dan non polar dapat tertarik dalam pelarut. Pengujian aktivitas antibakteri
menggunakan metode cakram difusi agar (Agar Disk Diffusion Test) untuk
Jerawat
Pengobatan tradisional sebagai
alternatif
3.3 Hipotesis
METODELOGI PENELITIAN
K+ O+
K- O-
P1 O1
Na Pa
P2 O2
P3 O3
P4 O4
P5 O5
34
35
Keterangan:
Na : Media Nutrient agar
Pa : Bakteri Propionibacterium acnes
K+: Perlakuan pada kelompok positif (media + Propionibacterium acnes +
clindamycin)
K- : Perlakuan pada kelompok negatif (media + Propionibacterium acnes +
Aquadest )
P1 : Perlakuan terhadap kelompok perlakuan (media + Propionibacterium acnes
+ ekstrak etanol 20%)
P2 : Perlakuan terhadap kelompok perlakuan (media + Propionibacterium acnes
+ ekstrak etanol 40%)
P3 : Perlakuan terhadap kelompok perlakuan (media + Propionibacterium acnes
+ ekstrak etanol 60%)
P4 : Perlakuan terhadap kelompok perlakuan (media + Propionibacterium acnes
+ ekstrak etanol 80%)
P5 : Perlakuan terhadap kelompok perlakuan (media + Propionibacterium acnes
+ ekstrak etanol 100%)
O+ : Observasi difusi cakram terhadap kontrol positif
O- : Observasi difusi cakram terhadap kontrol negatif
O1 : Observasi difusi cakram terhadap konsentrasi 20%
O2 : Observasi difusi cakram terhadap konsentrasi 40%
O3 : Observasi difusi cakram terhadap konsentrasi 60%
O4 : Observasi difusi cakramsterilisasi terhadap konsentrasi 80%
O5 : Observasi difusi cakram terhadap konsentrasi 100%
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Februari hingga April
khususnya dalam uji aktivitas antibakteri. Penelitian ini mengambil tema bahan
emblica L.) terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Dengan ruang lingkup dari
1. Identifikasi Tanaman
tanaman yang digunakan dalam penelitian ini sudah tepat. Identifikasi tanaman
Bedugul-Bali.
37
Buah malaka (Phyllanthus emblica L.) yang digunakan pada penelitian ini
yaitu buah malaka yang diperoleh dari Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan,
Kabupaten Buleleng Bali. Dipilih buah malaka yang segar, warna buahnya
(Phyllanthus emblica L.) dengan variasi konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan
Variabel terikat pada penelitian ini adalah aktivitas antibakteri yang dilihat
Variabel terkendali pada penelitian ini adalah sterilisasi alat dan bahan,
dan perbedaan penafsiran yang terkait dengan istilah-istilah dalam penelitian ini
38
seperti:
etanol 70%.
diameter.
antibakteri
1. Bahan Utama
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah buah malaka
2. Bahan Penyari
digunakan adalah pereaksi warna yaitu HCl 0,1N dan pereaksi Mayer untuk
uji alkaloid, Magnesium dan HCl untuk uji flavonoid, dan larutan FeCl 3
untuk uji tanin dan pereaksi pada uji busa dalam air panas (aquadest untuk
uji saponin)
malaka (Phyllanthus emblica L.) antara lain, media NA, aquadest, disk,
kaca, sendok tanduk, spatula logam, labu erlenmeyer (Iwaki Pyrex), corong
kaca (Iwaki Pyrex), kertas saring, rotary evaporator, oven, botol timbang,
desikator
logam, tabung reaksi (Iwaki Pyrex), pembakar bunsen, korek api, gelas ukur
(Iwaki Pyrex), beaker gelas (Iwaki Pyrex), pipet tetes, batang pengaduk
Alat yang digunakan adalah kaca arloji, spatula logam, cawan petri
(Iwaki Pyrex), pembakar bunsen, jarum ose, cotton bud steril, jangka
40
Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan kegiatan yang meliputi:
tanaman yang digunakan dalam penelitian ini sudah benar. Dilakukan determinasi
Persiapan sampel simplisia buah malaka yang diperoleh dari Desa Bulian,
segar, warna buahnya kuning muda, serta tidak dimakan ulat dan tidak busuk.
pada buah dan buah yang kurang baik, buah yang sudah dicuci lalu
2. Perajangan
dari pisau steinles steel dengan ukuran yang merata. Penggunaan pisau
41
steinles steel karena bahan ini bersifat tidak bereaksi dengan senyawa lain.
3. Pengeringan
4. Penyerbukan
dalam toples kaca, diekstraksi menggunakan 4500 ml pelarut etanol 70% selama 3
hari, hasil maserasi kemudian disaring dengan kertas saring sehingga dihasilkan
filtrat dan residu. Residu diremaserasi selama 2 hari dengan menggunakan 2000
450C.
simplisia
rumus:
% Rendemen =
2. Pemeriksaan Organoleptik
indra manusia (bau, warna, rasa dan bentuk) sebagai alat utama untuk
3. Susut Pengeringan
dengan cara yang telah ditetapkan. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara, pijarkan
perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan dan timbang. Jika dengan cara
ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, aduk, saring melalui
kertas saring bebas abu. Pijarkan kertas saring beserta sisa penyaringan
dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan dan pijarkan
hingga bobot tetap pada suhu 800±25º. Kadar abu total dihitung terhadap
Didihkan abu yang diperoleh pada Penetapan Kadar Abu Total dengan
larut dalam asam, saring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air
panas, pijarkan dalam krus hingga bobot tetap pada suhu 800±25º. Kadar
abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat bahan uji,
menit dengan suhu 105°C dan ditunggu alat tersebut menunjukkan kadar
4.9.5 Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% buah malaka (Phyllanthus emblica L)
1. Uji Alkaloid
44
2019).
2. Uji Flavonoid
Jika terjadi perubahan warna menjadi warna kuning, jingga sampai merah
3. Uji Saponin
Ambil sedikit ekstrak kemudian tambahkan dengan air panas dan dikocok
kuat terbentuk buih atau busa, busa yang stabil akan terus terlihat selama 10
menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes HCl menunjukan adanya
4. Uji Tannin
warna menjadi hijau biru (positif chatechic tanin), hitam (positif gallic tanin)
dalam alat atau bahan yang akan digunakan. Sterilisasi dilakukan dengan cara
dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 1210C pada tekanan 1 atm. Alat yang
terbuat dari logam seperti jarum ose dan pinset disterilkan dengan pemanasan
emblica L.) dibuat sebanyak 5 konsentrasi berbeda yaitu, 20%, 40%, 60%, 80 dan
100% yang dibuat dengan menimbang dan mengencerkan ekstrak buah malaka
sebanyak 5 ml.
sebanyak 5 ml.
sebanyak 5 ml.
sebanyak 5 ml.
sebanyak 5 ml.
dengan menggunkan hotplate selama ±10 menit hingga NA larut. Media yang
telah homogen disterilisasi di dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C.
Setelah itu media ditunggu hingga agak dingin sekitar suhu 40-45°C. Tuang
media NA yang telah dingin ke cawan petri sebanyak 20 mL dan dibiarkan hingga
memadat.
4.9.9 Cakram/Disk
dan gram negatif (Anindhita and Octaviani, 2016). Proses pembuatannya yaitu
Kontrol negatif yang digunakan pada penelitian ini adalah pelarut aquadest
sebanyak 5 ml
cara pembiakan bakteri diambil sebanyak 1-2 ose dan disuspensikan dalam 5 ml
kekeruhan yang sesuai dengan metode 0.5 Mc Farland atau sebanding dengan
jumlah bakteri 108 (CFU/ml). Larutan saline steril digunakan untuk pembuatan
suspensi dengan tujuan agar bakteri uji tidak mengalami lisis. Suspensi bakteri
diteteskan sebanyak 0.1 µL, kemudian diratakan pada media NA dan diamkan
selama 30 menit.
Bakteri uji diambil dengan jarum ose steril sebanyak satu ose, kemudian
ditanam di media Natrium Agar secara aseptik menggunakan metode spread plate
4.9.14 Uji aktivitas antibakteri ekstrak buah malaka (Phyllanthus emblica L.)
difusi agar dengan Metode cakram difusi agar (Agar Disk Diffusion Test). Metode
cakram difusi agar (Agar Disk Diffusion Test) merupakan cara untuk menentukan
menginokulasi biakan pada pelat agar dan membiarkan antibiotik berdifusi pada
pelat agar yang mengandung organisme yang diuji. Kemudian diinkubasi selama
2 x 24 jam pada suhu 37°C. Efektivitas dapat terlihat dengan adanya zona hambat.
Zona hambatan tampak sebagai area jernih atau bersih yang mengelilingi cakram
tempat zat dengan aktivitas antimikroba terdifusi. Diameter zona dapat diukur
digunakan jangka sorong. Selanjutnya data hasil pengamatan ditulis dalam tabel
hasil penelitian.
deskriptif, uji normalitas, uji homogenitas dan uji komparabilitas serta analisis
kualitatif. Data penelitian merupakan variable numerik lebih dari dua kelompok
ektsrak etanol 70% buah malaka dengan variasi konsentrasi 20%, 40%, 60%,
Propionibacterium acnes hasil dikatakan positif jika dibentuk zona bening yang
variasi konsentrasi ekstrak etanol 70% buah malaka. Data yang diperoleh pada
pengujian ini berupa data SD (Standar Deviasi), nilai minimum dan nilai
maksimum.
data yang diperoleh pada saat pengujian. Analisis data ini dilakukan dengan
terpenuhi jika hasil uji signifikan dengan taraf signifikansi p>0,05. Selanjutnya
populasi menunjukkan sama atau tidak. Analisis data ini dilakukan dengan uji
Bila data telah terdistribusi normal dan variannya homogen maka analisis
komparabilitas data antar kelompok dilakukan dengan uji One Way Analysis of
saja yang berbeda signfikan. Hasil dikatakan signifikan bila nilai p< 0,05 dengan
HASIL PENELITIAN
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bedugul Bali, maka didapatkan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Orde : Malpighiales
Suku : Phyllanthaceae
Marga : Phyllanthus
tanaman yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah benar tanaman
50
51
Buah malaka selanjutnya dilakukan proses sortasi basah dan kemudian ditiriskan
agar tidak terdapat sisa air. Setelah itu dilakukan proses sortasi kering, dirajang
kasar kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 450C dan
hasil 252,2 gram ekstrak kental, persentase rendemen dari ekstrak etanol 70%
pengeringan nilai persen atau sampai berat konstan. Tujuan susut pengeringan
senyawa yang hilang pada saat proses pengeringan (Depkes RI, 2000).
Berdasarkan hasil pengujian susut pengeringan dari ekstrak etanol 70% buah
Rata-Rata 9,10
SD ± 0,28
senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalam ekstrak etanol 70% buah
malaka (Phyllanthus emblica L.) Jenis uji yang dilakukan diantaranya adalah uji
kandungan alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Ekstrak buah malaka dilarutkan
dalam pelarut etanol kemudian diuji dengan bahan kimia yang spesifik untuk
Tabel 5.4 Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka
Uji Pereaksi Hasil Uji Keterangan
Fitokimia Fitokimia
Alkaloid HCl 1N + Pereaksi Larutan berwarna coklat +
Mayer dan terdapat endapan
putih keabu-abuan
Flavonoid HCl 1N + Bubuk Larutan berwarna merah +
Mg kecoklatan
Saponin Air panas + HCl Air panas dikocok kuat +
1N hasil muncul busa +
HCl 1N busa stabil
Tanin Air panas + FeCl3 Larutan berwara coklat +
kehitaman
Keterangan :
+ : Terdapat senyawa metabolit
- : Tidak terdapat senyawa metabolit
54
Identifikasi dilakukan dengan beberapa uji antara lain uji pengecatan gram,
uji katalase, uji koagulase dan pengujian pada beberapa media meliputi media
TSIA, SC dan SIM. Hasil yang didapatkan dapat dilihat pada table 5.5
5.6 Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka (Phyllanthus
emblica L.)
Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% buah malaka dilakukan dengan
ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol 70% buah malaka
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengukuran diameter zona bening yang terbentuk, yaitu berupa daerah bening
disekeliling kertas cakram yang mengandung ekstrak etanol buah malaka dengan
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%. Hasil pengukuran diameter zona
bening aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% buah malaka terhadap bakteri
berikut:
Tabel 5.10 Hasil Diameter Zona Hambat (mm) Ekstrak Buah Malaka
Konsentrasi Replikasi Rata-rata ± SD (mm)
R1 R2 R3 R4
zona hambat bakteri sebesar 23,40 ± 0,20 mm, sementara tidak ditemukan zona
hambat pada control negatif sehingga rata-rata yang diperoleh 0,00 ± 0,00 mm.
kelompok perlakuan konsentrasi 20% sebesar 8,70 ± 0,12 mm, rata-rata diameter
58
zona hambat kelompok perlakuan konsentrasi 40% sebesar 10,16 ± 0,60 mm, rata-
rata diameter zona hambat kelompok perlakuan konsentrasi 60% sebesar 12,30 ±
0,15 mm, rata-rata diameter zona hambat kelompok perlakuan konsentrasi 80%
sebesar 13,75 ± 0,36 mm, dan rata-rata diameter zona hambat kelompok
Konsentrasi Shapiro-Wilk
Signifikansi
Positif
0,155
20%
0,207
40%
0,632
60%
0,298
80%
0,716
100% 0,133
Hasil uji normalitas data diameter zona hambat menggunakan uji saphiro-
wilk (jumlah data ≤ 50) menunjukkan distribusi data normal dengan nilai P> 0,05
yaitu pada ekstrak etanol 70% buah malaka pada kontrol positif dengan
signifikansi 0,133.
1,800 0,164
levene’s test untuk melihat varians data. Hasil uji homogenitas data diameter zona
hambat menujukan nilai P=0,164 (P>0,05) yang berarti memiliki variasi data
yang sama. Uji homogenitas yang menunjukan variasi data sama maka uji
Tabel 5.13 Uji One Way ANOVA Data Diameter Zona Hambat
Uji One Way ANOVA Signifikansi
Pengujian data hasil uji One way ANOVA terhadap kelompok perlakuan
ekstrak etanol 70% buah malak memiliki nilai signifikansi P=0,000. Karena nilai
P<0,05, maka rata-rata antar kelompok perlakuan ekstrak etanol 70% buah
perlakuan pada penelitian ini diuji dengan uji LSD (Least Significance
Difference). Berdasarkan hasil Uji post hoc LSD pada tabel 5.14 menunjukkan
signifikan.
positif dengan 20% (P=0,000) dimana perbedaan rata-ratanya adalah 14,69 ± 0,21
mm, antara kontrol positif dengan 40% (P=0,000) dimana perbedaan rata-ratanya
adalah 13,24 ± 0,21 mm, antara kontrol positif dengan 60% (P=0,000) dimana
perbedaan rata-ratanya adalah 10,98 ± 0,21 mm, antara kontrol positif dengan
80% (P=0,000) dimana perbedaan rata-ratanya adalah 9,65 ± 0,21 mm dan antara
7,61 ± 0,21 mm. Hasil perbandingan dengan kontrol negatif, perbedaan yang
bermakna antara kontrol negatif dengan 20% (P=0,000) dimana perbedaan rata-
ratanya adalah 8,70 ± 0,21 mm, antara kontrol negatif dengan 40% (P=0,000)
dimana perbedaan rata-ratanya adalah 10,16 ± 0,21 mm, antara kontrol negatif
dengan 60% (P=0,000) dimana perbedaan rata-ratanya adalah 12,42 ± 0,21 mm,
adalah 13,75 ± 0,21 dan antara kontrol negatif dengan 100% (P=0,000) dimana
Hasil uji post hoc LSD didapatkan perbedaan yang bermakna antara 20%
62
dengan 40% (P=0,000) dimana rata-ratanya adalah 1,46 ± 0,21 mm, antara 20%
dengan 60% (P=0,000) dimana rata-ratanya adalah 3,71 ± 0,21 mm, antara 20%
dengan 80% (P=0,000) dimana rata-ratanya adalah 5,05 ± 0,21 mm dan antara
20% dengan 100% (P=0,000) dimana rata-ratanya adalah 7,08 ± 0,21 mm. Hasil
perbandingan dengan 40%, perbedaan yang bermakna antara 40% dengan 60%
(P=0,000) dimana rata-ratanya adalah 2,26 ± 0,21 mm, antara 40% dengan 80%
(P=0,000) dimana rata-ratanya adalah 3,59 ± 0,21 mm dan antara 40% dengan
100% (P=0,000) dimana rata-ratanya adalah 5,62 ± 0,21 mm. Hasil perbandingan
dengan 60%, perbedaan yang bermakna antara 60% dengan 80% (P=0,000)
dimana rata-ratanya adalah 1,33 ± 0,21 mm, antara 60% dengan 100% (P=0,000)
dimana rata-ratanya adalah 3,37 ± 0,21 mm. Dan hasil perbandingan dengan 80%,
perbedaan yang bermakna antara 80% dengan 100% (P=0,000) dimana rata-
PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan buah malaka yang di peroleh dari Desa Bulian,
akan diteliti dapat dihindari. Hasil determinasi tanaman diketahui melalui surat
digunakan dalam penelitian adalah buah malaka (Phyllanthus emblica L.). Buah
malaka yang digunakan sebagai simplisia adalah buah malaka yang segar dan
berwarna kuning muda diolah dengan cara yang sesuai dalam pembuatan
Persiapan simplisia dipilih buah malaka yang segar, warna buahnya kuning
muda, serta tidak dimakan ulat dan tidak busuk. Pembuatan simplisia buah
malaka dilakukan yang pertama dilakukan pencucian atau sortasi basah lalu
blender, serbuk simplisia di ayak dengan ayakan 60 Mesh. Preparasi simplisia ini
63
64
etanol 70%. Tujuan dari metode maserasi ini yakni untuk menarik kandungan zat-
zat aktif yang terdapat pada buah malaka. Hasil maserasi yang didapatkan,
Berat ekstrak kental buah malaka (Phyllanthus emblica L.) yang didapatkan
252,5 gram, sehingga rendemen yang didapatkan sebesar 50,5%. Hal ini didukung
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Xiaoli Liua et., al (2008), pada uji
aktivitas antioksidan metabolik buah malaka dari enam wilayah di cina, diperoleh
hasil persentase rendemen yang berbeda-beda dari setiap wilayah dimana nilai
persentase rendemen terendah 21,0% dan nilai tertinggi 39,4%. Peningkatan nilai
rendemen pada ekstrak buah malaka dipengaruji oleh senyawa kimia diantaranya
ialah senyawa fenolik dan flavonoid. Dimana, rendemen ekstrak akan meningkat
seiring dengan peningkatan total fenolik dan flavonoid pada ekstrak buah malaka
hingga pada konsentrasi etanol 70%. Harbone (1987), menyatakan bahwa prinsip
dasar dari ekstraksi ialah like dissolves like dimana kelarutan suatu senyawa pada
pelarut didasari dari kesamaan polaritas antara pelarut dengan senyawa yang
65
fenolik didalam pelarut (Prayitno et al., 2016). Semakin tinggi konsentrasi etanol
maka makin rendah tingkat kepolaran pelarutnya (Shadmani, 2004). Suatu zat
akan terlalut dan terekstraksi dengan baik apabila pelarut yang digunakan
panca indera. Hasil evaluasi secara organoleptis didapatkan bentuk ekstrak yang
kental, warna ekstrak coklat kemerahan, bau ekstrak aromatik, dan rasa dari
ekstrak pahit. Berdasarkan hasil penetapan nilai susut pengeringan ekstrak dengan
4 kali replikasi didapatkan hasil rata-rata 9,10 dan SD ± 0,28. Nilai susut
Hasil ini menunjukkan bahwa susut pengeringan ekstrak etanol 70% buah malaka
memenuhi syarat yaitu tidak lebih dari 10% (Depkes, 2000). Apabila ekstrak
masih terkandung kadar air melebihi 10% maka dapat mengakibatkan ekstrak
ditumbuhi oleh jamur. Dilihat nilai standar deviasi yaitu 0,28%, semakin tinggi
nilai standar maka penyimpangan akan makin besar (Pramono et al., 2015).
Pada penelitian ini, pengujian ekstrak etanol buah malaka diuji kandungan
pereaksi karena alkaloid bersifat basa sehingga diekstrak dengan pelarut yang
pada alkaloid mengganti ion iod dalam pereaksi dragendorff dan mayer (Marliana
et al., 2005). Hasil uji senyawa alkaloid dengan penambahan reagen mayer yang
menyebabkan pengendapan.
dengan bubuk Mg, menunjukkan terjadinya perubahan warna ekstrak etanol buah
flavonoid yang ada sehingga menimbulkan reaksi warna merah yang merupakan
Berdasarkan hasil uji saponin dengan penambahan aquadest dan HCl 1N,
menunjukkan terbentuknya busa pada ekstrak etanol buah malaka dalam waktu
tidak kurang dari 10 menit dalam keadaan yang stabil. Saponin merupakan bentuk
glokosida dari sapogenin sehingga akan bersifat polar. Saponin adalah senyawa
yang bersifat aktif permukaan dan dapat menimbulkan busa jika dikocok dalam
air (Kristianti et al., 2008). Timbulnya busa menunjukkan adanya glikosida yang
67
terhidrolisis dalam air menjadi glukosa dan senyawa lain aglikon (Marliana et al.,
2005).
perubahan warna ekstrak etanol buah malaka menjadi warna hitam. Reaksi positif
pada pengujian tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru tua atau hitam
kehijauan. Perubahan warna yang terjadi pada ekstrak, karena penambahan FeCl3
yang bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tanin
Bakteri yang di gunakan dalam penelitian ini adalah bakteri murni bakteri
gram positif Propionibacterium acnes ATCC 11827 yang telah melalui uji isolasi
uji terlampir.
dengan menggunakan beberapa konsentrasi mulai dari 20%, 40%, 60%,80% dan
100%, serta kontrol positif berupa larutan clindamycin dan kontrol negatif berupa
pelarut aquadest. Metode yang digunakan adalah metoda agar disc diffusion test
68
media Nutrient Agar (NA) yang akan digunakan dalam penelitian. Selanjutnya
meletakkan cakram yang sudah mengandung ekstrak etanol buah malaka dengan
konsentrasi mulai dari 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%, serta kontrol positif
ekstrak etanol 70% buah malaka memiliki kekuatan antibakteri karena dari 4
konsentrasi yang digunakan dalam perlakuan memiliki zona hambat berupa zona
bening disekeliling paper disk yang mengandung ekstrak etanol 70% buah malaka
yang diukur dengan jangka sorong, walaupun pada setiap konsentrasi perlakuan
berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk menjadi 5 kriteria, yakni; daya
hambat sangat kuat (>20 mm); daya hambat kuat (10-20 mm); daya hambat
70% buah malaka dengan konsentrasi 40% memiliki rata-rata zona hambat 10,16
ekstrak etanol 70% buah malaka dengan konsentrasi 60% memiliki rata-rata zona
hambat kuat, ekstrak etanol 70% buah malaka dengan konsentrasi 80% memiliki
kekuatan daya hambat kuat dan ekstrak etanol 70% buah malak dengan
etanol 70% buah malak pada kontrol positif memiliki rata-rata zona hambat 23,40
kuat dan pada kontrol negatif diameter 0,00 tidak memiliki aktivitas
antibakteri.
Pada penelitian ini, hasil uji aktivitas antibakteri berupa diameter zona
hambat yang dianalisis dengan uji One way ANOVA untuk mengetahui perbedaan
bermakna antara setiap kelompok perlakuan. Sebelum melakukan uji One way
ANOVA, dilakukan uji normalitas data diameter zona hambat menggunakan uji
saphiro wilk (jumlah data<50) untuk menunjukkan distribusi data normal dengan
nilai P>0,05. Berdasarkan Tabel 5.11, menunjukkan bahwa data diameter zona
dengan menggunakan levene’s test untuk melihat varians data. Berdasarkan Tabel
5.12, menunjukkan bahwa data diameter zona hambat menunjukkan variasi data
70
sama, dengan nilai signifikansi 0,164 (P>0,05) maka hipotesis yang digunakan
Berdasarkan Tabel 5.13, uji One way ANOVA terhadap kelompok perlakuan
ekstrak etanol 70% buah malaka memiliki nilai P=0,000, (nilai P<0,05), maka
rata-rata antar kelompok perlakuan ekstrak etanol 70% buah malaka memiliki
nilai berbeda bermakna atau diameter zona hambat dari masing-masing perlakuan
kelompok perlakuan pada penelitian ini diuji dengan analisis Post-hoc LSD.
Berdasarkan Tabel 5.14, uji Post-hoc LSD menunjukkan ekstrak etanol 70%
buah malaka (Phyllanthus emblica L.) dengan konsentrasi mana yang paling
dibandingkan dengan kontrol positif. Hasil yang diperoleh pada ekstrak 20%
adalah 14,69, pada ekstrak 40% adalah 13,23, pada ekstrak 60% adalah 10,98,
pada ekstrak 80% adalah 9,65 dan pada ekstrak 100% adalah 7,61. Dari hasil
semakin kecil nilai yang diperoleh maka dapat dikatakan ekstrak buah malaka
tersebut memiliki daya antibakteri yang paling efektif karena nilainya mendekati
kontrol positif. Sehingga pada penelitian ini ekstrak buah malaka yang memiliki
daya antibakteri paling efektif adalah ekstrak buah malaka pada konsentrasi
100%.
buah malaka memiliki aktivitas antibakteri yang dapat dibuktikan dari perbedaan
yang bermakna antara kontrol negatif dengan 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%
71
antara kontrol positif dengan 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% (P=0,000).
Perbedaan signifikan ini terjadi karena perbedaan rata-rata diameter zona hambat
Dari Gambar 6.1 dapat dilihat bahwa ekstrak etanol 70% buah malaka
Berdasarkan dari uji One way ANOVA, menyatakan bahwa ekstrak etanol 70%
buah malaka memiliki perbedaan bermakna atau diameter zona hambat dari
aktivitas antibakteri yang semakin meningkat dilihat dari diameter zona hambat
yang terbentuk.
Faktor lain yang juga membuktikan jika ekstrak etanol 70% buah malaka
diameter zona hambat. Kekuatan antibakteri dari ekstrak etanol 70% buah
malaka, karena ekstrak ini memiliki kandungan senyawa aktif metabolit sekunder,
dilakukan oleh Dhale and Mogle (2011), menyatakan bahwa buah malaka
senyawa tersebut memiliki peranan yang sangat besar aktivitasnya dalam proses
penyusun lapisan dinding sel sehingga tidak terbentuk secara utuh dan alkaloid
juga dapat menyebabkan sel bakteri mudah mengalami lisis (Tororeh et al.,
diikuti dengan pembengkakan dan dinding sel yang lisis (Liantari, 2014).
stabilitas membran sel bakteri dan menyebabkan sel bakteri mengalami lisis
Perbedaan yang bermakna dari diameter zona hambat ekstrak etanol 70%
buah malaka, dimana semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin
besar zona hambat yang terbentuk. Hal ini disebabkan karna semakin banyak
senyawa aktif yang terkandung pada ekstrak tersebut. Menurut Ningtyas (2010),
dalam sel mikroba yang akan merusak sistem metabolisme sel dan dapat
dalam sel (Maleki et al., 2008). Semakin besar konsentrasi, maka semakin cepat
terjadinya difusi. Hal ini menyebabkan daya antibakteri dari ekstrak akan semakin
A. Kelemahan Penelitian
terdapat kendala dalam proses pembuatan penelitian ini seperti, biakan murni
bakteri Pronionibacterium acnes yang sulit diperoleh akibat tidak banyak instansi
atau laboratotium yang menyediakan bakteri ini. Selain itu, penelitian ini juga
B. Kelebihan Penelitian
antibakteri.
BAB VII
7.1 Simpulan
berikut:
ekstrak etanol 70% dari buah malaka (Phyllanthus emblica L.) dalam
7.2 Saran
Penelitian ini hanya terkait skrining fitokimia dan uji aktivitas antibakteri
ekstrak etanol 70% dari buah malaka (Phyllanthus emblica L.) terhadap bakteri
ekstrak buah malaka seperti evaluasi kadar air, kadar abu total dan kadar abu tidak
larut asam. Melakukan penetapan kadar metabolit sekunder dari ekstrak etanol 70%
buah malaka dan dapat mengembangkan ektrak etanol 70% buah malaka untuk
75
jerawat, serta mengembangkan jenis produk buah malaka sehingga lebih mudah
diaplikasikan kepada masyarakat misalnya dalam sediaan cream atau salep yang
76
DAFTAR PUSTAKA
A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia. Edisi 2. Jakarta : Salemba medika
Aida, A. N., Enny S., and Misnawi. 2016. Uji In Vitro Efek Ekstrak Etanol Biji
Kakao (Theobroma cacao) sebagai Antibakteri terhadap Propionibacterium
acnes. e-Jurnal Pustaka Kesehatan. 4(1) : 127-131
Cheeke RP. 2004. Saponins: Surprising Benefits of Desert Plants. [online] USA:
Linus Pailing Institute; 2004. Tersedia dalam
http://www.Perfectwaters.net/Saponins.htmL. Diakses 28 juni 2020
77
Choma, Irena M, Edyta M Grzelak. 2010. Bioautography Detection in Thin-Layer
Chromatography. Journal of Chromatograph.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta : Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.
Gunawan. D, Mulyani. S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi Jilid I). Jakarta:
Penebar Swadaya.
78
Hamidy, M. Y., Syafril, D., Safitri, I., AndInayah. 2006. Efek Antimikroba Ekstrak
Metanol Daun Sapu Jagad (Isotoma longifolia) Terhadap Escherichia Coli.
Jurnal Sains Tek..12 : 91-96.
Jawetz, E., Melnick, J.L. & Adelberg, E.A.. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi
XXII (Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih, N. M., Harsono,
S., Alimsardjono, L.). Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Jawetz, Ernest, Joseph LM, dan Edward AA. 2013. Basil Gram Positif Tidak
Membentuk Spora: Corynebacterium, Propionibacterium, Listeria,
Erysipelothrix, Actinomycetes & Patogen Terkait. Dalam: Geo FB, Janet SB,
dan LN. Ornston, penyunting. Jawetz, Melnick & Adelberg Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC. hlm. 214–24.
Joshi, N., Bhatt, S., Suresh Dhyani, D. & Nain, J.2013. Phytochemical Screening of
Secondary Metabolites of Argemone mexicana Linn. Flowers. International
Journal of Current Pharmaceutical Research 5, 144-147.
Khan, K.H. 2009. Roles of emblica Officinalis in Medicine - a review. Bot. Res. Intl.
2(4) : 218-228
Kumoro, A.C. 2015. Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Aktif dari Tanaman Obat.
Cetakan Pertama. Yogyakarta : Plantaxia. Halaman 6-9.
Kristanti, Alfinda Novi. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya: Universitas Airlangga
Press
79
Liantari, Diah Septia. 2014. Effect of Wuluh Starfruit Leaf Extract for Streptococcus
mutans Growth. J Majority. Vol 3(2) : 27-33.
Liu Xiaoli, Zoa Maoming, Wang Jinshui. 2008. Antioxidant activity of methanolic
extract of emblica fruit (Phyllanthus emblica L.) from six regions in China.
Journal of Food Composition and Analysis 219–228
Maleki, et.al., 2008, Antibacterial Activity of The fluid of The Iranian torils
lileptophylla Againts Some clinical pathogen,Pakistan Journalof Biological
Science,11,(9),1286-1289.
Marliana, S.D., Suryanti,V., dan Suyono, 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule
Jacq. Swartz.) Dalam Ekstrak Etanol, Jurnal Biofarmasi. 3(1):26-31.
Maulina, L. & Sugihartini, N., 2015, Formulasi Gel Ekstrak Etanol Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Variasi Gelling Agent Sebagai
Sediaan Luka Bakar,Pharmaciana Journal of Pharmaceutical 5(1): 43–52.
Ngajow, M., Abidjulu, J. dan Kamu, V. S., 2013, Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit
Batang Matoa (Pometia pinnata) Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureussecara In Vitro, Jurnal MIPA Unsrat Online2 (2), p. 128-132.
Perry, A., Lambert, P., 2011. Propionibacterium acnes: Infection Beyond the Skin.
Expert Review of Anti-Infective Therapy, 9(12), 1149–1156
80
Pratiwi, A. 2012. Penentuan Kualitas Pangan dan Uji Organoleptik Produk Pangan.
Program Studi Ilmu Gizi. (Skripsi) Fakultas Kedv okteran. Universitas
Diponegoro, Semarang. (hal.8-9).
Prayitno, S.A., J. Kusnadi, E.S. Murtini. 2016. Antioxidant Activity Of Red Betel
Leaves Extract (Piper crocatum Ruiz and Pav.) By Different Concentration
Of Solvents. Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Science
7(5):1836-1843.
Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Pramono Suwijiyo. 2014. Karakterisasi Simplisia dan Ekatrak Etanol Daun Bertoni
(Stevia rebaudiana) dari Tiga Tempat Tumbuh Dalam A. Budiarti, R.
Wahyudi & Darmanto (Eds). Jurnal Ilmu Farmasi & Farmasi Klinik (pp.
145-151). Semarang: Universitas Wahid Hasyim.
Prayoga, P.2013 “Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Pipper betle L.)
Dengan Metode Difusi Disk dan Sumuran Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococus aureus” (skripsi). Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah: Jakarta
Radji, M., Suryadi, H., & Ariyanti, D. (2012). Uji Efektivitas Antimikroba Beberapa
Merek Dagang Pembersih Tangan Antiseptik. Pharmaceutical Sciences and
Research (PSR), 4(1), 1-6.
Rahmawati, M. (2015). Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol dan Air Rimpang
Pacing (Costus spiralis) Terhadap Bakteri Escherichia coli, Shigella
dysenteriae, Salmonella typhimurium, Bacillus subtilis, Staphylococcus
aureus Serta Fungi Candida albicans (Bachelor's thesis, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2015).
Rahim, Abdul, Mathilda L, Suharto, dan Suharno J. 2010. Batang Positif Gram.
Dalam: Agus Syahrurachman et al, penyunting. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara. hlm. 151–71.
Sangi M., Runtuwene M.R.J., Simbala H.E.I. and Makang V.M.A., 2008, Analisis
Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara, Chemistry
Progress, 1 (1), 47–53
81
Saragih, D. F., Hendri Opod, dan Cicilia Pali. 2016. Hubungan Tingkat Kepercayaan
Diri dan Jerawat (Acne vulgaris) pada Siswa-Siswi Kelas XII di SMA Negeri
1 Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm). 4(1).
Sarlina, Abdul Rahman Razak, dan Muhamad Rinaldhi Tandah. 2017. Uji Aktivitas
Antibakteri Sediaan Gel Ekstrak Daun Sereh (Cymbopogon nardus L. Rendle)
terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Penyebab Jerawat. Jurnal Farmasi
Galenika. 3(2) : 143-149.
Simanjuntak, H. A., Gurning, K., & Sinaga, V. B. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri
Sediaan Bedak Dingin Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi Linn.) Terhadap Propionibacterium acnes. Jurnal Pembelajaran Dan
Biologi Nukleus, 6(2), 120-128.
Sholih, M. G., Ahmad M., dan Siti S. 2015. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di
Salah Satu Rumah Sakit Umum di Bandung Tahun 2010. Jurnal Farmasi
Klinik Indonesia. 4(1) : 63-70.
Soleha, TU. 2015. Uji Kepekaan Terhadap Antibiotik. Juke Unila. 5(9) : 3–7.
Sunanti. 2007. “Aktifitas Antibakteri Ekstrak Tunggal Bawang Putih (Allium sativa)
dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica) Terhadap Salmonella typhinaria”
(Skripsi). Bogor : Dapartemen Biologi FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Suryana, S., Yen Yen Ade Nuraeni, dan Tina Rostinawati. 2017. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol dari Lima Tanaman terhadap Bakteri
Staphylococcus epidermidis dengan Metode Mikrodilusi (skripsi) M7-
A6CLSI. IJPST. 4(1) : 1-9.
Taroreh, M., Raharjo, S., Hastuti, P.,Murdiati, A., 2015, Ekstraksi Daun Gedi
(Abelmoschus manihot L) Secara Sekuensial dan Aktivitas Antioksidannya,
AGRITECH, 35 (3), 280-287.
82
Tjekyan, R. M. S. 2008. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Media Medika
Indonesia. 43(1) : 37-43.
Utami, Eka Rahayu. 2011. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Sainstis.
Yadav S, Trivedi NA, Bhatt JD. 2015. Antimicrobial activity of fresh garlic juice: an
in vitro study. An International Quarterly Journal of Research in Ayurveda.
36(2) : 203–7.
83
LAMPIRAN
3. Pembuatan simplisia
84
Lampiran 2. Perhitungan Pembuatan Konsentrasi
Pembuatan konsentrasi ekstrak
Dengan rumus :
2. Untuk konsentrasi 40 % =
3. Untuk konsentrasi 60 % =
85
4. Untuk konsentrasi 80 % =
86
Lampiran 3. Perhitungan Jumlah Replikasi Kelompok Perlakuan
(n-1)(t-1) ≥ 15
Keterangan :
t : jumlah perlakuan
n : jumlah ulangan
(n - 1)(7 - 1) ≥ 15
6 (n - 1) ≥ 15
6n - 6 ≥ 15
6n ≥ 21
87
Lampiran 4. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Buah Malaka
Dengan 4 Kali Pengulangan
Keterangan :
R1 = Replikasi 1
R2 = Replikasi 2
R3 = Replikasi 3
R4 = Replikasi 4
88
Lampiran 5. Perhitungan Diameter Zona Hambat
D B
a
d
b
C c C
c
b
d
a
B D
Keterangan :
Pengukuran 1 (mm) = (Jarak titik A-A) – (Jarak titik a-a)
89
Lampiran 6. Jumlah Alat Dan Bahan Yang Digunakan
A. Alat
NO ALAT JUMLAH
1 Timbangan Digital 1 Buah
2 Loyang Aluminium 1 Buah
3 Oven 1 Buah
4 Blender 1 Buah
5 Kertas Saring 1 Lembar
6 Batang Pengaduk 4 Buah
7 Bejana Kaca 1 Buah
8 Waterbath 1 Buah
9 Autoklaf/Autoclave Elektrik Vertikal GEA LS-B 100 Liter 1 Buah
10 Incubator/MEMMERT IN260 Incubator 1 Buah
11 Cawan Porselen 4 Buah
12 Cawan Petri (Petri Dishes) 10 Buah
13 Jarum Ose 4 Buah
14 Cutton Bud steril 1 Bungkus
15 Tabung Reaksi (Pyrex) 7 Buah
16 Gelas Ukur (Pyrex) 3 Buah
17 Pipet Volume (Iwaki Pyrex) 1 Buah
18 Bunsen 2 Buah
19 Hot Plate 1 Buah
20 Erlenmeyer/Pyrex 3 Buah
21 Aluminium Foil. 1 Bungkus
22 Botol timbang 1 Buah
23 Spatula logam 1 Buah
24 Corong kaca (Iwaki Pyrex) 1 Buah
25 Rotary evaporator 1 Buah
26 Sendok tanduk 1 Buah
90
27 Desikator 1 Buah
28 Penjepit kayu 1 Buah
29 Jangka sorong 1 Buah
30 Pinset 1 Buah
31 Spidol 1 Buah
B. Bahan
NO BAHAN JUMLAH
1 Serbuk buah malaka (Phyllanthus emblica L.) 500 mg
91
Lampiran 7. Rincian Biaya
92
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian
93
Lampiran 9. Hasil Determinasi Tumbuhan
94
95
Lampiran 10. Pembuatan Ekstrak Buah Malaka
96
Pembuatan Ekstrak Kental Buah Malaka
Maserasi Penyaringan
97
Lampiran 11. Evaluasi Ekstrak
Persentase Rendemen
Organoleptis
Coklat kemerahan 98
Susut Pengeringan
99
Botol Bobot Botol Bobot Botol + Ekstrak (gram) Persentase
Tetap (gram) Ekstrak (gram) (%)
SBLP SSDP SBLP SSDP
100
4 26.5357 27.5435 27.4490 1.0078 0.9133 9.3769
Rata-Rata 9.0993
SD ± 0.2780
101
Saponin Air panas + HCl Air panas dikocok kuat
1N hasil muncul busa +
HCl 1N busa stabil
102
Uji Koagulase Plasma sitrat
Uji Cimmon
Media SC
Sitrat
103
Lampiran 14. Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)
104
Pemenasan media NA Penuangan media kedalam petri
106
Bakteri Propionibacterium acne Larutan McFarland
Inokulasi bakteri
107
108
109
Lampiran 17. Analisis Data
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Konsentrasi Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Diameter Kontrol
.283 4 . .825 4 .155
Positif
20% .342 4 . .844 4 .207
40% .243 4 . .936 4 .632
60% .281 4 . .870 4 .298
80% .269 4 . .950 4 .716
100% .320 4 . .816 4 .133
a. Lilliefors Significance Correction
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.800 5 18 .164
ANOVA
Diameter
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 547.286 5 109.457 1089.353 .000
Within Groups 1.809 18 .100
Total 549.095 23
Descriptives
110
Diameter
Std. 95% Confidence Minimu
N Mean Deviation Std. Error Interval for Mean m Maximum
Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper
Bound Bound Bound Bound Bound Bound Bound Bound
Positif 4 23.3950 .19774 .09887 23.0804 23.7096 23.20 23.58
Negatif 4 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00
20% 4 8.7025 .11871 .05935 8.5136 8.8914 8.53 8.80
40% 4 10.1600 .60189 .30094 9.2023 11.1177 9.33 10.73
60% 4 12.4150 .14821 .07411 12.1792 12.6508 12.28 12.58
80% 4 13.7475 .36317 .18158 13.1696 14.3254 13.35 14.23
100% 4 15.7825 .18319 .09159 15.4910 16.0740 15.65 16.05
Total 28 12.0289 6.73394 1.27259 9.4178 14.6401 .00 23.58
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Diameter
LSD
Mean
Difference
(I) Konsentrasi (J) Konsentrasi (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Bound Bound Bound Upper Bound Lower Bound
Positif Negatif 23.39500(*) .20752 .000 22.9634 23.8266
20% 14.69250(*) .20752 .000 14.2609 15.1241
40% 13.23500(*) .20752 .000 12.8034 13.6666
60% 10.98000(*) .20752 .000 10.5484 11.4116
80% 9.64750(*) .20752 .000 9.2159 10.0791
100% 7.61250(*) .20752 .000 7.1809 8.0441
Negatif Positif -23.39500(*) .20752 .000 -23.8266 -22.9634
20% -8.70250(*) .20752 .000 -9.1341 -8.2709
40% -10.16000(*) .20752 .000 -10.5916 -9.7284
60% -12.41500(*) .20752 .000 -12.8466 -11.9834
80% -13.74750(*) .20752 .000 -14.1791 -13.3159
100% -15.78250(*) .20752 .000 -16.2141 -15.3509
20% Positif -14.69250(*) .20752 .000 -15.1241 -14.2609
Negatif 8.70250(*) .20752 .000 8.2709 9.1341
40% -1.45750(*) .20752 .000 -1.8891 -1.0259
60% -3.71250(*) .20752 .000 -4.1441 -3.2809
80% -5.04500(*) .20752 .000 -5.4766 -4.6134
100% -7.08000(*) .20752 .000 -7.5116 -6.6484
40% Positif -13.23500(*) .20752 .000 -13.6666 -12.8034
Negatif 10.16000(*) .20752 .000 9.7284 10.5916
20% 1.45750(*) .20752 .000 1.0259 1.8891
60% -2.25500(*) .20752 .000 -2.6866 -1.8234
111
80% -3.58750(*) .20752 .000 -4.0191 -3.1559
100% -5.62250(*) .20752 .000 -6.0541 -5.1909
60% Positif -10.98000(*) .20752 .000 -11.4116 -10.5484
Negatif 12.41500(*) .20752 .000 11.9834 12.8466
20% 3.71250(*) .20752 .000 3.2809 4.1441
40% 2.25500(*) .20752 .000 1.8234 2.6866
80% -1.33250(*) .20752 .000 -1.7641 -.9009
100% -3.36750(*) .20752 .000 -3.7991 -2.9359
80% Positif -9.64750(*) .20752 .000 -10.0791 -9.2159
Negatif 13.74750(*) .20752 .000 13.3159 14.1791
20% 5.04500(*) .20752 .000 4.6134 5.4766
40% 3.58750(*) .20752 .000 3.1559 4.0191
60% 1.33250(*) .20752 .000 .9009 1.7641
100% -2.03500(*) .20752 .000 -2.4666 -1.6034
100% Positif -7.61250(*) .20752 .000 -8.0441 -7.1809
Negatif 15.78250(*) .20752 .000 15.3509 16.2141
20% 7.08000(*) .20752 .000 6.6484 7.5116
40% 5.62250(*) .20752 .000 5.1909 6.0541
60% 3.36750(*) .20752 .000 2.9359 3.7991
80% 2.03500(*) .20752 .000 1.6034 2.4666
* The mean difference is significant at the .05 level.
112