OLEH:
JERNI KATHARINA PAKPAHAN
NPM 184301078
SKRIPSI
OLEH:
JERNI KATHARINA PAKPAHAN
NPM 184301078
ii
HALAMAN PENGESAHAN
OLEH:
JERNI KATHARINA PAKPAHAN
NPM 184301078
Disetujui oleh:
Pembimbing 1, Panitia Penguji
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah
dan kasih setianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan
Sediaan Eye Cream dari Ekstrak Etanol Buah Bit (Beta vulgaris L.) dengan
Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)”. Penulisan skripsi ini merupakan
salah satu persyaratan bagi setiap mahasiswa yang ingin menyelesaikan studinya
di Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien.
Selesainya skripsi ini, secara khusus dengan rasa hormat yang setinggi-
tingginya diberikan terima kasih untuk kedua orang tua tercinta Halasan Pakpahan
dan Ibunda Tiodoria Hutabarat yang telah melahirkan, membesarkan serta
mendidik dengan penuh kasih sayang sehingga dapat menjadi anak yang selalu
bersyukur dalam keadaan apapun dan selalu memberikan dukungan sehingga
penelitian dan bahan seminar ini dapat terselesaikan.
Dengan segala hormat dan ungkapan bahagia, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Awaluddin, SE., M.Si., M.M sebagai Ketua Yayasan Apipsu
Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien Medan yang telah memberikan
fasilitas dan sarana kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Pendidikan
di Fakultas Farmasi.
2. Bapak Irwan Agusnu Putra, S.P., MP selaku Rektor Universitas Tjut Nyak
Dhien yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Sarjana Farmasi
pada Fakultas Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dhien.
3. Ibu Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, M.Si. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Tjut Nyak Dhien yang telah memberikan fasilitas kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Sarjana
Farmasi pada Fakultas Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dhien..
4. Ibu Dr. apt. Muharni Saputri, S. Farm., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dhien yang
senantiasa memberi dorongan dan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan pendidikan Program Studi Sarjana Farmasi pada Fakultas
Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dhien.
5. Ibu apt. Yessi Febriani, M. Si, selaku Dosen Pembimbing satu yang telah
banyak membimbing, membantu, memberi masukkan, arahan serta
memberikan solusi kepada penulis melaksanakan penelitian hingga selesainya
bahan seminar ini.
6. Ibu Dra. apt. Sudewi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing dua yang telah banyak
membimbing, membantu, memberikan masukkan, arahan serta memberikan
solusi kepada penulis melaksanakan penelitian selesainya skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Staf yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis selama menjalankan kuliah di Universitas Tjut Nyak Dhien Medan.
8. Ibu apt. Siti Muliani Julianty, S.Farm, M.Farm selaku Kepala Laboratorium
yang ada di lingkungan Fakultas Farmasi Tjut Nyak Dhien, penulis ucapkan
terimakasih atas bantuan yang diberikan selama pelaksanaan kegiatan
akademik dan penelitian yang telah dilaksanakan.
iii
9. Ibu apt. Siti Aisah, S. Farm selaku notulen yang ada di lingkungan Fakultas
Farmasi Tjut Nyak Dhien, penulis ucapkan terimakasih atas bantuan yang
diberikan selama pelaksanaan kegiatan akademik dan penelitian yang telah
dilaksanakan.
10. Teman-teman sejawat Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien Medan
stambuk 2018 yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang
telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
11. Seluruh pihak yang telah mendukung dan berkontribusi untuk penulis
sehingga dapat menyelesaikan bahan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu saya ucapkan banyak terima kasih.
Dan semoga penulisan skripsi ini membawa manfaat bagi seluruh peneliti
Aamiin.
iv
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
SEDIAAN EYE CREAM DARI EKSTRAK ETANOL
BUAH BIT (Beta vulgaris L. ) DENGAN METODE
DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)
ABSTRAK
Buah bit (Beta vulgaris L.) merupakan tanaman buah yang mengandung
senyawa fenolik termasuk flavonoid dan memiliki antioksidan sangat kuat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa daging buah bit
(Beta vulgaris L.) yang dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan ke
dalam bentuk sediaan eye cream pada konsentrasi tertentu memiliki aktivitas
antioksidan dan mampu memberikan efek melembabkan serta tidak menyebabkan
iritasi pada kulit.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimental,
menggunakan bahan uji buah bit (Beta vulgaris L.). Ekstrak diperoleh dengan
metode maserasi menggunakan penyari etanol 96%, dilakukan identifikasi
tumbuhan, skrining fitokimia. Formulasi sediaan eye cream dalam konsentrasi
1,5%, 2%, 2,5% dan blanko. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi
pemeriksaan homogenitas, uji daya sebar, uji pH, uji stabilitas sediaan, uji iritasi,
uji kesukaan, uji efektivitas sediaan dalam melembabkan kulit dengan
menggunakan alat Skin Analyzer Checker (Aramo®), dan uji aktivitas antioksidan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah bit Buah bit (Beta vulgaris L.)
dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan ke dalam sediaan eye cream,
merupakan sediaan yang homogen dan stabil. mempunyai rentang pH saat setelah
dibuat 6,1-6,4 dan pH setelah cycling test 6,0-6,3 dan memiliki daya sebar 5-7 cm.
Pengujian efektivitas seluruh sediaan eye cream dalam melembabkan kulit
menggunakan alat Skin Analyzer Checker (Aramo®) selama 4 minggu perawatan
menunjukkan bahwa sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.)
pada konsentrasi 2,5% (F3) merupakan sediaan terbaik dan yang paling disukai,
memberikan efek melembabkan 53,66% dengan persentase pemulihan tertinggi
serta hasil uji aktivitas antioksidan tergolong sebagai antioksidan “sangat kuat”
dengan nilai IC50 18 µg/mL dan termasuk kategori “lembab” dan eye cream
pembanding dengan hasil uji aktivitas antioksidan tergolong sebagai antioksidan
“sangat kuat” dengan nilai IC50 11 µg/mL lebih tinggi dari konsentrasi 2,5% (F3),
Pada ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.) memiliki nilai IC50 22 µg/mL
termasuk kategori antioksidan “sangat kuat” dan blanko memiliki nilai IC50 51,31
µg/mL termasuk kategori antioksidan “kuat” Seluruh sediaan eye cream ekstrak
etanol buah bit (Beta vulgaris L.) tidak mengiritasi kulit kulit.
Kata kunci : buah bit, ekstrak etanol, eye cream, antioksidan, DPPH.
v
FORMULATION AND TESTING OF ANTIOXIDANT ACTIVITY OF
EYE CREAM PREPARATION FROM
ETHANOL EXTRACT OF BIT (Beta vulgaris L. ) USING
DPPH METHOD (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl)
ABSTRACT
vi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .......................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................ v
ABSTRACT ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii
DAFTAR GRAFIK.......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 4
1.3 Hipotesis Penelitian................................................................ 5
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 7
2.1 Bit (Beta vulgaris L.).............................................................. 7
2.1.1 Sistematika buah bit.................................................... 7
2.1.2 Daerah tumbuh buah bit merah................................... 8
2.1.3 Nama umum................................................................ 8
2.1.4 Morfologi buah bit...................................................... 8
2.1.5 Jenis-jenis bit.............................................................. 9
2.1.6 Kandungan kimia umbi bit.......................................... 11
2.2 Simplisia................................................................................. 11
2.3 Ekstraksi................................................................................. 12
2.3.1 Cara dingin................................................................. 12
2.3.2 Cara panas...................................................................
.....................................................................................
13Error! Bookmark not defined.
2.4 Kulit........................................................................................ 14
2.4.1 Struktur kulit............................................................... 14
vii
2.4.2 Jenis-jenis kulit........................................................... 15
2.4.3 Fungsi kulit................................................................. 16
2.4.5 Mata............................................................................ 19
2.5 Kosmetik................................................................................. 19
2.5.1 Pengertian kosmetik.................................................... 19
2.5.2 Manfaat kosmetik........................................................ 20
2.5.3 Penggolongan kosmetik.............................................. 21
2.6.2 Penggolongan kosmetik.............................................. 21
2.6 Eye Cream.............................................................................. 23
2.7 Krim........................................................................................ 23
2.7.1 Formulasi krim............................................................ 24
2.7.2 Komponen eye cream................................................. 25
2.8 Antioksidan............................................................................. 28
2.8.1 Jenis-jenis antioksidan................................................ 28
2.9 Radikal Bebas......................................................................... 29
2.10 Metode DPPH......................................................................... 30
2.11 Spektrofotometer UV-Vis....................................................... 31
2.11.1 Prinsip spektrofotometri UV-Vis............................... 32
2.11.2 Instrumentasi spektrofotometri UV-Vis.................... 32
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 34
3.1 Alat-Alat................................................................................. 34
3.2 Bahan-Bahan........................................................................... 35
3.3 Pembuatan Larutan Pereaksi................................................... 35
3.3.1 Pereaksi asam klorida 0,5 N........................................ 35
3.3.2 Pereaksi asam klorida 2 N........................................... 35
3.3.3 Pereaksi bouchardart................................................... 35
3.3.4 Pereaksi dragendorf.................................................... 35
3.3.5 Pereaksi mayer............................................................ 36
3.3.6 Pereaksi molish........................................................... 36
3.3.7 Pereaksi natrium hidroksida 2 N................................. 36
3.3.8 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M................................. 36
3.3.9 Pereaksi besi (III) klorida 10%................................... 36
3.3.10 Pereaksi lieberman-bouchard...................................... 36
3.3.11 Pereaksi natrium pikrat............................................... 36
3.3.12 Pereaksi fehling A....................................................... 37
viii
3.3.13 Pereaksi fehling B....................................................... 37
3.3.14 Pereaksi asam nitrat 0,5 N.......................................... 37
3.4 Waktu Penelitian..................................................................... 37
3.5 Tempat Penelitian................................................................... 37
3.6 Sukarelawan............................................................................ 37
3.7 Pengumpulan Bahan Tumbuhan............................................. 38
3.8 Identifikasi Simplisia.............................................................. 38
3.9 Pembuatan Simplisia.............................................................. 38
3.10 Pembuatan Ekstrak................................................................. 39
3.11 Skrining Fitokimia.................................................................. 39
3.11.1 Pemeriksaan flavonoid................................................ 39
3.11.2 Pemeriksaan tanin....................................................... 40
3.11.3 Pemeriksaan saponin................................................... 40
3.11.4 Pemeriksaan steroid dan terpenoid............................. 40
3.11.5 Pemeriksaan glikosida................................................ 41
3.12 Formulasi Sediaan Eye Cream................................................ 42
3.13 Formula Standar...................................................................... 42
3.14 Formula Dimodifikasi............................................................. 42
3.15 Prosedur Pembuatan Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol
Buah Bit (Beta vulgaris L.).................................................... 43
3.16 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Eye Cream Ekstrak Buah Bit
Bit (Beta vulgaris L.)............................................................ 44
3.16.1 Uji homogenitas.......................................................... 45
3.16.2 Uji stabilitas sediaan................................................... 45
3.16.3 Uji pH.......................................................................... 45
3.16.4 Uji kekentalan/viskositas............................................ 45
3.16.5 Uji daya sebar............................................................. 46
3.16.6 Uji iritasi kulit............................................................. 46
3.16.7 Uji efektivitas sediaan eye cream terhadap salah satu
kulit sukarelawan menggunakan alat skin analizer
checher (Aramo®)...................................................... 47
3.16.8 Uji kesukaan (hedonic test)......................................... 47
3.17 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Bit............... 49
3.18 Pembuatan Larutan Induk baku DPPH................................... 49
3.19 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH.. 49
3.20 Penentuan Operating Time..................................................... 49
3.21 Pengukuran Absorbansi DPPH pada Sampel......................... 50
ix
3.22 Analisis Penentuan Aktivitas Antioksidan............................. 50
3.23 Analisis Nilai IC50................................................................... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 52
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan.................................................. 52
4.2 Hasil Perolehan Simplisia...................................................... 53
4.3 Hasil Perolehan Ekstrak.......................................................... 53
4.4 Hasil Skrining Fitokimia......................................................... 53
4.5 Hasil Formulasi Sediaan......................................................... 54
4.6 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan.................................. 55
4.6.1 Hasil pengujian homogenitas...................................... 55
4.6.2 Hasil pengujian stabilitas sediaan...............................
.....................................................................................
Error! Bookmark not defined.
4.6.3 Hasil uji pH................................................................. 56
4.6.4 Hasil uji viskositas...................................................... 57
4.6.5 Hasil uji daya sebar..................................................... 58
4.6.6 Hasil uji iritasi kulit.................................................... 59
4.6.7 Hasil uji efektivitas kelembaban sediaan.................... 60
4.6.8 Hasil uji kesukaan (hedonic test) sediaan.................. 61
4.7 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Bit...... 62
4.7.1 Hasil pengukuran panjang gelombang serapan
maksimum DPPH........................................................ 63
4.7.2 Hasil pengukuran operating time................................ 63
4.7.3 Hasil analisis persentase aktivitas antioksidan pada
sampel......................................................................... 63
4.7.4 Hasil analisis nilai IC50................................................ 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 73
5.1 Kesimpulan............................................................................. 73
5.2 Saran....................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 75
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Formula Modifikasi Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
(Beta vulgaris L.).................................................................... 43
Tabel 2.2 Hubungan Nilai IC50 terhadap Aktivitas Antioksidan............ 51
Tabel 3.1 Hasil Skrining Golongan Senyawa Kimia dari Ekstrak
Etanol Buah Bit (Beta vulgaris L.)......................................... 54
Tabel 3.2 Data Hasil Formulasi Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit.. . 54
Tabel 3.3 Data Hasil Uji Homogenitas Sediaan Eye Cream.................. 55
Tabel 3.4 Data Hasil Uji Stabilitas Sediaan Eye Cream Sebelum dan
Sesudah Dilakukan Cycling Test............................................
................................................................................................
Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.5 Hasil Uji pH Eye Cream Ekstrak Buah Bit
(Beta vulgaris L.).................................................................... 56
Tabel 3.6 Hasil Uji Viskositas Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
(Beta vulgaris L.).................................................................... 57
Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Sebar Ekstrak Etanol Buah Bit
(Beta vulgaris L.).................................................................... 58
Tabel 3.8 Data Hasil Uji Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan................. 59
Tabel 3.9 Data Hasil Pengukuran Kelembaban Pada Sediaan Eye
Cream..................................................................................... 60
Tabel 3.10 Hasil Uji Kesukaan Responden Terhadap Eye Cream
Ekstrak Etanol Buah Bit......................................................... 61
Tabel 3.10 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Bit... 63
Tabel 3.11 Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream Blanko................ 64
Tabel 3.12 Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol
Buah Bit Eye Cream Konsentrasi 1,5% (F1).......................... 64
Tabel 3.13 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye cream
Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 2% (F2) ...................... 65
Tabel 3.14 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream
Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 2,5% (F3)................... 65
Tabel 3.15 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream
Pembanding (F4).................................................................... 66
Tabel 3.17 Nilai IC50 pada Ekstrak Etanol Buah Bit................................ 66
Tabel 3.18 Nilai IC50 Sediaan Eye Cream Blanko.................................... 67
Tabel 3.19 Nilai IC50 Sediaan Eye Cream 1,5% (F1)................................ 68
xi
Tabel 3.20 Nilai IC50 pada Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah
Bit Konsentrasi 2% (F2)......................................................... 69
Tabel 3.21 Nilai IC50 Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2,5% (F3)............................................................ 70
Tabel 3.22 Nilai IC50 pada Sediaan Eye Cream Pembanding................... 71
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xv
Lampiran 26. Perhitungan Nilai IC₅₀ Blanko Sediaan Eye Cream............... 137
Lampiran 27. Perhitungan Persentase Aktivitas Sediaan Eye Cream
Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 1,5%............................ 138
Lampiran 28. Perhitungan IC₅₀ Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah
Bit Konsentrasi 1,5%.............................................................. 139
Lampiran 29. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye
Cream Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 2%................... 140
Lampiran 30. Perhitungan IC₅₀ Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah
Bit Konsentrasi 2%................................................................. 141
Lampiran 31. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye
Cream Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 2,5%................ 142
Lampiran 32. Perhitungan IC₅₀ Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah
Bit Konsentrasi 2,5%.............................................................. 143
Lampiran 33. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye
Cream Pembanding................................................................ 144
Lampiran 34. Perhitungan Nilai IC₅₀ Pembanding....................................... 145
Lampiran 35. Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH................... 146
Lampiran 36. Hasil Pengukuran Operating Time Ekstrak Etanol Buah
Bit........................................................................................... 147
Lampiran 37. Absorbansi Ekstrak Etanol Buah Bit...................................... 149
Lampiran 38. Absorbansi Sediaan Blanko Eye Cream................................. 150
Lampiran 39. Absorbansi Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 1,5%.................................................................... 151
Lampiran 41. Absorbansi Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2%....................................................................... 152
Lampiran 42. Absorbansi Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2,5%.................................................................... 153
Lampiran 43. Absorbansi Sediaan Eye Cream Pembanding......................... 154
Lampiran 44. Contoh Kuesioner Uji Kesukaan (Hedonic Test)................... 155
Lampiran 45. Contoh Format Surat Pernyataan untuk Uji Iritasi................. 156
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Penuaan dini merupakan fenomena yang terjadi pada tubuh manusia dan
ditandai dengan kondisi kulit yang kering, bersisik, kasar dan disertai munculnya
keriput dan noda hitam atau flek. Penuaan dini pada kulit terjadi secara alami, hal
ini disebabkan oleh sumber radikal bebas yang berasal dari lingkungan seperti
polusi udara, sinar matahari, gesekan mekanik, suhu panas atau dingin dan reaksi
jaringan epidermis kulit tidak cukup mampu melawan efek negatif seperti
kelainan kulit mulai dari dermatitis ringan sampai kanker kulit, sehingga
menggunakan payung, topi, atau jaket dan secara kimia dengan menggunakan
radikal bebas, yang secara berkelanjutan dibentuk sendiri oleh tubuh. Tetapi
dalam keadaan tertentu tubuh tidak dapat mengatasinya sendiri sehingga tubuh
memerlukan zat-zat antioksidan dari luar tubuh untuk mencegah terjadinya reaksi
menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh, yang bekerja
dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan
sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat (Titta et al., 2013).
1
Bit (Beta vulgaris L.) adalah tanaman yang banyak di Eropa, Asia serta di
Amerika. Daun dari tanaman bit biasanya dimanfaatkan sebagai sayur sedangkan
umbi bit juga dapat dimanfaatkan untuk produksi gula karena tingginya
kandungan gula sukrosa pada umbi bit. Umbi bit tersebut tidak digunakan sebagai
(Andarwulan, 2012).
Salah satu tanaman yang digunakan sebagai perawatan kulit disekitar mata
adalah buah bit (Beta vulgaris L.). Buah bit (Beta vulgaris L.) merupakan salah
satu bahan pangan yang sangat bermanfaat dan aktivitas antioksidan yang tinggi
(Mastuti et al., 2010). Kandungan senyawa yang terdapat di buah bit adalah
yang khas yaitu bertindak sebagai antioksidan dan memberi proteksi terhadap
penyakit kardiovaskular, kanker dan degenerasi dari komponen sel (John, 2014).
Kandungan vitamin dan mineral yang ada dalam bit merah juga seperti vitamin B,
vitamin C, dan kalsium, fosfor, nutrisi, besi merupakan nilai lebih dari
Sheth dan Dave (2014), sebanyak 47,57% hiperpigmentasi terjadi di kulit bagian
bawah mata pada kelompok usia 16 sampai 25 tahun. Salah satu produk
digunakan pada semua jenis kulit tetapi bekerja paling baik pada kulit dewasa.
Produk ini telah diuji secara independen oleh dokter spesialis mata untuk
2
memastikan bahwa itu aman untuk digunakan di sekitar mata dan tidak mungkin
sediaan yang stabil dan tidak mengiritasi (Brinda dan Tanuja, 2015). Krim yang
baik harus stabil, tidak mengiritasi kulit, dan tidak mengakibatkan reaksi alergi.
Menurut Brinda dan Tanuja, (2015) banyak efek samping yang dilaporkan dari
produk perawatan mata antara lain kemerahan, terbakar, gatal, mengelupas dan
pembengkakan.
banyak tanaman obat yang mengandung antioksidan dalam jumlah besar. Efek
merupakan zat penghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas yang dapat
menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh, kerusakan pada membran dinding
sel, pembuluh darah, basa DNA dan jaringan lipid yang kemudian menimbulkan
atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena memiliki elektron yang
Analisis kandungan zat aktif dalam daging buah bit dengan mudah
perkolasi, soxhlet dan refluks. Maserasi adalah metode ekstraksi yang praktis,
3
membutuhkan pelarut yang sedikit, dan tidak memerlukan pemanasan sehingga
relative lama. Metode maserasi dapat dilakukan dengan berbagai jenis pelarut.
kepolaran, kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut (Abdillah, et al. 2017).
Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk menguji aktivitas
Telah ada penelitian buah bit (Beta vulgaris L.) dengan judul formulasi
dan evaluasi fisik sediaan lip balm ekstrak etanol umbi bit (Beta vulgaris L.)
sebagai pewarna alami (Erlin, 2020), optimasi campuran CMC Na-Gelatin untuk
pembuatan granul effervescent buah bit (Beta vulgaris L.) dengan metode simplex
“Formulasi dan Uji Antioksidan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit (Beta
vulgaris L.).
1. Apakah buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk ekstrak etanol dapat
4
2. Apakah buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk sediaan eye cream pada
penelitian adalah:
1. Buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan
2. Buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk sediaan eye cream pada konsentrasi
penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui daging buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk ekstrak
2. Untuk mengetahui buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk ekstrak etanol
5
pengetahuan kepada peneliti selanjutnya dan menjadi pertimbangan dalam
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi buah bit merah, daerah tumbuh buah
bit merah (habitat), nama umum buah bit, morfologi buah bit merah, jenis-jenis
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Beta
Spesies : Beta vulgaris L.
Nama Lokal : Buah Bit
7
2.1.2 Daerah tumbuh buah bit merah
Bit (Beta vulgaris L.) adalah tanaman yang banyak terdapat di Eropa, Asia
serta di Amerika. Saat ini negara Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa
seperti Perancis, Polandia, dan Jerman merupakan produsen utama buah bit untuk
seluruh dunia. Selain karena buah bit memang berasal dari daerah tersebut, iklim
yang sesuai dan proses penanaman yang baik menyebabkan buah bit banyak
dijumpai disana. Belum ada data yang valid tentang buah bit di Indonesia. Namun,
tanaman bit dapat dengan mudah ditemukan di daerah pegunungan yang bersuhu
rendah. Namun sayangnya, umbi bit ini sulit berbunga di Indonesia. Umbi bit
termasuk banyak digemari karena memiliki rasa yang enak, lunak, dan sedikit
atau bit merah, sedangkan di Eropa (Beetroot) dan Afrika (sugar beet).
dimanfaatkan akarnya untuk dikonsumsi dan sebagai pewarna alami makanan. Bit
merupakan tanaman yang ukurannya tergolong kecil dan berdaun lebar berwarna
hijau gelap. Akar atau umbi bit akan matang dan dapat dipanen setelah 50-60 hari
dengan berat sekitar 100-150 gram. Warna merah buah bit disebabkan oleh
(kuning). Pigmen tersebut saat ini telah banyak dimanfaatkan sebagai pewarna
alami makanan seperti pengolahan daging, kue kukus, es krim, permen, dan
8
yogurt. Selain penggunaannya sebagai pewarna makanan, buah bit juga
Spesies bit berasal dari sebagian wilayah Mediterania dan Afrika Utara
dan penyebarannya hingga Kepulauan Kanari dan pantai barat Eropa yang
meliputi Kepulauan Inggris dan Denmark. Pada awalnya, umbi bit merah
(Rubatzky, 1998). Umbi bit adalah tanaman yang berbentuk rumput, serta
memiliki batang pendek yang hampir tidak terlihat. Jenis akar yang dimiliki dari
umbi bit adalah akar tunggang yang nantinya akan tumbuh menjadi umbi. Daun
umbi bit tumbuh pada daerah leher pangkal umbi dan berwarna merah
(Steenis, 2005). Umbi bit merah memiliki bentuk bulat seperti gasing (Gambar
2.1). Akar dari tanaman ini terletak pada ujung umbinya. Bunga dari umbi bit
tersusun dalam satu rangkaian bunga yang bertangkai panjang banyak (racemus).
Berdasarkan tipe buahnya, daging buah bit (Beta vulgaris L.) dapat dibagikan
besar dan berwarna.Warna tulang daun biasanya putih, merah atau hijau.Warna
lembar daun berkisar dari hijau muda hingga hijau tua. Dimana umbinya berwarna
merah keputih-putihan.
9
2 Bit merah (Beta vulgaris L. Var. Rubra L)
Variasi yang warna umbinya merah tua. Jenis bit ini sudah banyak ditanam
mengandung vitamin dan mineral yang memiliki banyak sekali manfaat. Oleh
karena itu, bit sangat cocok untuk dikonsumsi bagi penderita penyakit hati,
melindungi organ tubuh, seperti memperkuat fungsi ginjal, hati dan kantung
empedu, serta dapat melawan batu ginjal. Bit mengandung zat anti radang yang
dapat meredakan alergi. Bit juga membantu untuk mengatur siklus haid yang tidak
teratur. Kandungan kimia dalam 100 g umbi bit dapat dilihat pada Tabel 2.1.
10
2.1.7 Manfaat buah bit
dilakukan oleh Devillya Puspita Dewi dan Kuntari Astriana bahwa terdapat
pengaruh pemberian jus buah bit dalam penurunan tekanan darah sistolik dan
diastolik pada lansia (Dewi dan Astriana, 2019). Penurunan tekanan darah juga
dibuktikan pada penelitian menggunakan hewan coba yang diberi buah bit untuk
melihat aktivitas antihipertensi (Patel dkk, 2017). Di Eropa Timur umbi bit ini
(Andarwulan, 2012). Menurut (Kelly, 2005) dalam tubuh manusia bit tersebut
mampu membersihkan darah dan membuang deposit lemak yang berlebih. Oleh
karena itu, bit sangat cocok untuk dikonsumsi bagi penderita penyakit hati,
melindungi organ tubuh, seperti memperkuat fungsi ginjal, hati dan kantung
empedu, serta dapat melawan batu ginjal. Bit mengandung zat anti radang yang
dapat meredakan alergi. Bit juga membantu untuk mengatur siklus haid yang tidak
teratur.
2.2 Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang
11
telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani
2.3 Ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan menggunakan pelarut cair,
pemilihan pelarut dengan cara yang tepat (Sari, 2018). Senyawa aktif yang
atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan
pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Dengan pemilihan
pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (RI., Menteri Pertanian, 2010).
a Cara Dingin
1. Maserasi
2. Perkolasi
12
Perkolasi adalah ektraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
b. Cara Panas
1. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
pada residu pertama sampai 3-5 kali dapat termasuk proses ekstraksi
sempurna.
2. Soxhletasi
balik.
3. Digesti
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
4. Infusa
13
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(15-20 menit).
5. Dekoktasi
Dekoktasi adalah infus yang waktunya lebih lama (lebih dari 30 menit) dan
2.4 Kulit
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat yang terdapat pada bagian luar
yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Kulit disebut juga integumen
atau kutis, tumbuh dari dua macam jaringan yaitu jaringan epitel yang
menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam). Kulit merupakan organ yang paling
luas sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya matahari,
(Syaifuddin, 2012).
Kulit juga terdiri atas beberapa lapisan atau struktur, sehingga mampu
membungkus dan melindungi tubuh. Tiga lapisan kulit manusia yang utama, yakni
minyak, kelenjar keringat, serta pembuluh darah hingga ujung saraf juga termasuk
bagian kulit.
14
Gambar 2.2 Struktur Kulit
(Tranggono, et al., 2007).
Kulit manusia terdiri dari 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan
subkutan.
1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang terdiri dari beberapa lapisan epitel
dan tidak memiliki pembuluh darah. Didalam epidermis terdapat 5 lapisan dari
dalam keluar yaitu stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum
lusidum dan stratum korneum. Terdapat empat jenis sel didalam epidermis yang
salah satunya merupakan faktor dari warna kulit yaitu keratinosit, melanosit, sel
2. Dermis
epidermis. Lapisan dermis dikenal pula sebagai kulit jangat. Lapisan dermis
merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari lapisan
epidermis. Pada lapisan ini, serabut kolagen dan elastin membentuk struktur
jaringan saraf dan system pembuluh darah atau kapiler yang sangat banyak.
15
Pembuluh darah ini akan mensuplai nutrisi penting ke sel dan membuat kulit
Jaringan ikat longgar dengan serat kolagen halus terorientasi dan sejajar
dermis. Lapisan ini merupakan lapisan terdalam dan terdapat pembuluh darah
serta saraf. Terdapat banyak jaringan lemak dan lapisan ini bertanggung jawab
atas kestabilan suhu tubuh manusia dan melindungi organ vital (Laksono, 2017).
1. Kulit normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, memiliki pH normal, kadar air dan
kadar minyak seimbang, tekstur kulit kenyal, halus dan lembut, pori-pori kulit
kecil.
2. Kulit kering
Kulit kering memiliki karakteristik bersisik, kasar, dan kusam yang dapat
menyebabkan kulit tegang dan gatal. Kulit kering sering mengarah pada penuaan
dini dan lebih banyak keriput. Pengaruh lingkungan seperti kelembaban rendah,
cuaca dingin, dan sinar matahari serta kontak dengan air, surfaktan, dan pelarut
secara terus menerus serta beberapa penyakit kulit dan defisiensi nutrisi yang
3. Kulit sensitif
16
Adalah kulit yang memberikan respons secara berlebihan terhadap kondisi
tertentu, misalnya suhu, cuaca, bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya yang
4. Kulit berminyak
Kulit berminyak memiliki ciri-ciri pori besar, kulit kilat karena aktivitas
berlebih dari kelenjar sebaseus. Kulit berminyak banyak dijumpai pada daerah
kening, hidung dan dagu. Jenis kulit ini umumnya terbentuk pada saat pubertas
(seperti kosmetik, kimia, sinar UV). Individu yang memiliki jenis kulit ini sering
5. Kulit kombinasi
atau kulit berminyak dengan kering. Jenis kulit ini biasanya berminyak pada area
T-zone yaitu kening, hidung dan dagu sedangkan pada daerah lain seperti pipi dan
Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai
1. Fungsi proteksi
Kulit dapat melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
atau mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi seperti zat-
17
zat kimia iritan, gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar
Kemampuan absorbsi pada kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban udara, metabolisme dan jenis venikulum zat yang menempel pada
kulit. Penyerapan dapat celah antar sel, seluran kelenjar atau saluran kelenjar
rambut.
3. Fungsi ekskresi
ruffini yang terletak di dermis, menerima rangsangan dingin dan rangsangan panas
keringat dan otot dinding pembuluh darah kulit. Jika udara sedang panas, keringat
akan keluar dan menguap. Akibatnya, panas tubuh terserap sehingga udara sejuk.
Sebaliknya jika udara dingin, pembuluh darah menciut agar panas tubuh tidak
banyak keluar dan bertahan sehingga tubuh dapat mengatasi udara dingin.
Jumlah melanosit dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit.
18
7. Fungsi keretinisasi
Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboik, bermitosisi ke atas berubah
bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih keatas menjadi lebih
gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat
ke atas lebih gepeng dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan
dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini lebih rendah dari kebutuhan
tubuh akan vitamin D sehingga diperlukan tambahan vitamin D dari luar melalui
makanan.
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyababkan kulit mampu
berfungsi sebagai alat untuk menyatakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia.
Kegembiraan dapat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum,
kesedihan diutarakan oleh kelenjar air mata, ketakutan oleh kontraksi pembuluh
darah kapiler sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak
dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah dan
berminyak.
2.4.4 Mata
Mata merupakan organ yang diciptakan Tuhan dan termasuk salah satu
organ vital yang penting nilainya. Mata berbentuk seperti bola, kecuali tonjolan
19
yang berada didepan mata yaitu tempat masuknya cahaya. Bagian luar mata
terdapat sebuah lapisan putih dan kaku, keras disebut sclera. Daerah tonjolan mata
(Syaifuddin, 2012). Mata dapat bekerja secara efektif menerima cahaya dengan
2.5 Kosmetik
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital
bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk
dan melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM, 2011).
Bila dasar kecantikan adalah kesehatan, maka penampilan kulit yang sehat
adalah bagian yang langsung dapat kita lihat, karena kulit merupakan organ tubuh
yang paling luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Dengan demikian
pemakaian kosmetika yang tepat untuk perawatan kulit, rias atau dekoratif akan
20
sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Berdasarkan penggolongannya,
2. Kosmetik dekoratif
untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat
dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terlihat sehingga tampak
lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada.
21
b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu
yang lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut,
Perbedaan antar kosmetika tersebut terletak pada bahan dasar dan zat
warna. Konsentrasi zat warna dan bahan dasar akan menentukan bentuk dan daya
mungkin karena rambut adalah mahkota kecantikan seorang wanita. Rambut dapat
penampilan sesorang. Estetika dari mata sering menjadi bahan ucapan, tulisan atau
lukisan baik dalam lagu cinta, novel, puisi, atau lukisan wanita cantik jelita. Rias
mata merupakan hal yang tidak dapat dilupakan begitu saja apabila seseorang
keperluan dan tujuan yang ingin dicapai. Bagian-bagian mata yang perlu dirias,
yaitu: kelopak mata (eye lid), bulu mata (eye lash), dan alis mata (eye brow).
meningkatkan penampilan. Yang termasuk kosmetika rias kuku, yaitu: cat dan
vernis kuku (nail lacquer), penghapus cat kuku (nail lacquer remover),
22
penghilang dan pelunak kutikel kuku (cuticle remover and softener), krim kuku
(nail cream).
Bagi bibir yang begitu sempit ternyata tersedia berbagai macam kosmetika
rias. Mungkin karena bibir dianggap sebagai bagian penting dalam penampilan
seseorang maupun alat seksual yang paling cukup diandalkan. Ada beberapa
macam kosmetika rias bibir, yaitu: lipstick dan lip crayon, krim bibir (lip cream),
pengkilap bibir (lip gloss), penggaris bibir (lip liner) dan lip sealers.
e. Kosmetika pelembab
atau normal cenderung kering. Kosmetika pelembab dibedakan atas dua tipe yaitu:
yang didasarkan pada gliserol atau humektan sejenis akan membentuk lapisan
yang bersifat hidroskopis yang akan menyerap uap air dari udara dan
Eye cream adalah krim mata dirancang untuk mengurangi kekeringan dan
elastisitas, dan mengurangi tampilan lingkaran hitam di bawah mata. Eye cream
dapat digunakan pada semua jenis kulit tetapi bekerja paling baik pada kulit
dewasa. Produk ini telah diuji secara independen oleh dokter spesialis mata untuk
23
memastikan bahwa itu aman untuk digunakan di sekitar mata dan tidak mungkin
menyebabkan iritasi atau reaksi alergi (Lees, 2012). Karakteristik produk krim ini
dikemas dalam botol kecil. Eye cream adalah krim lembut yang menyebar dengan
mudah di kulit area mata. Eye cream digunakan secara tipis dikulit, dua kali sehari
dengan gerakan lembut menggunakan ujung jari, dan dapat diapliaksikan di kedua
area kelopak mata atas dan bawah. Eye cream dirancang khusus untuk kulit di
sekitar area mata. area kulit ini biasanya lebih kering dan lebih sensitif daripada
area kulit lainnya. Oleh karena itu, krim yang dirancang untuk area ini umumnya
lebih tinggi emolien dan lebih rendah humektan. Kulit di sekitar mata sangat tipis,
jika banyak mengandung agen hydrating dapat membuat kelopak mata terlihat
Eye cream terkadang menyebabkan iritasi dan reaksi alergi, oleh karena itu krim
mata tidak mengandung mengandung pewarna, parfum atau pun butiran kristal
29 (pearlescence) karena area ini sangat tipis dan sensitif (Lees, 2012).
2.7 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
28 konsistesi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak ataupun
minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk
yang terdiri dari emulsi minyak dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
24
a. Zat Aktif
Zat aktif merupakan bahan atau zat yang mempunyai efek tertentu dan
b. Bahan Pengemulsi
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, tidak toksik, tidak
c. Bahan Pembawa
Bahan pembawa krim terdiri dari air dan minyak. Banyaknya penggunaan
tergantung dari tipe krim yang diinginkan (Idson dan Lazarus, 1994).
d. Bahan Pelembut
halus dan lembut. Setil alkohol, parafin, gliserin isopropil miristat dapat
e. Bahan Pelembab
25
f. Bahan Pengawet
Ekstrak buah bit digunakan sebagai zat aktif pada sediaan eye cream yang
merupakan hasil maserasi serbuk buah bit dengan menggunakan pelarut etanol,
lalu di rotary evaporator untuk memperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental buah
sebagai oxygen scavenger agar kulit segar dan bersinar (Giese, 1995), kuarsetin
dapat mencegah terjadinya peroksidasi lemak (Agestia dan Sugrani, 2009), serta
2012).
2. Asam Stearat
padat, kristal, dan sedikit bau. Memiliki rentang pH antara 4-5. Asam stearat
sangat larut dengan benzene, karbon tetraklorida, kloroform dan eter. Asam stearat
digunakan sebagai pengemulsi bersama TEA dalam tipe krim M/A dengan
konsentrasi 1-20%. Asam stearat inkompatibel dengan hidroksi logam, basa, zat
26
pereduksi, dan oksidator. Asam stearat harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
3. Setil Alkohol
butiran, atau kubus, baunya khas dan samar. Larut dalam etanol (95%), eter, dan
lemak. Setil Alkohol memiliki pH 5-6 dan stabil dengan adanya asam, alkali,
cahaya, udara dan berubah menjadi tengik. Setil alkohol berfungsi sebagai
meningkatkan konsistensi krim. Setil alkohol juga memiliki sifat emolien karena
penyerapan dan retensi setil alkohol di epidermis yang dapat melumasi dan
Setil alkohol digunakan dengan konsetrasi 2-5% sebagai emolien, disimpan dalam
wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering. Setil alkohol dapat bereaksi
4. Trietanolamin
dalam sediaan topikal krim dengan konsentrasi 2-4% dari banyaknya asam lemak.
TEA berupa cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip
amoniak, higroskopik, mudah larut dalam etanol, air, gliserin dan kloroform.
Ketika dicampur dengan jumlah molar yang sama dengan asam lemak, seperti
menghasilkan sifat lembut dan bebas dari efek iritasi kulit. TEA dapat bereaksi
dengan asam mineral membentuk kristal garam dan ester. TEA harus disimpan
dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering. TEA juga dapat digunakan
27
sebagai penambah kebasaan dan sebagai humektan
6. Metil paraben
rentang konsentrasi antara 2-5%. Metil paraben adalah antimikroba yang paling
banyak digunakan dalam sediaan kosmetik. Berbentuk kristal putih, berasa agak
getir, nipagin atau metil paraben dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi
dengan antimikroba lain. Metil paraben aktif pada kisaran pH 4-8 dan memiliki
antimikroba spektrum luas. Mudah larut dengan pelarut etanol, eter, dan
propilenglikol serta larut dalam air pada suhu 80 oC dengan perbandingan 1:30.
7. Aquadest
dan sediaan farmasi (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009). Berupa cairan jernih tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa (Depkes RI,1979). Aquadest
memiliki pH 7 diperoleh dengan destilasi yang dibuat dari air yang memenuhi
2.8 Antioksidan
proses oksidasi. Ada dua macam antioksidan, yaitu antioksidan internal dan
28
eksternal. Antioksidan internal yaitu antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
akan semakin berkurang. Hal inilah yang menyebabkan stres oksidatif, yaitu
dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan
baru. Antioksidan primer dapat bereaksi dengan radikal lipid dan peroksil
29
digunakan dalam industri. Sebagian besar digunakan dalam industri
alternatif alami.
Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa reaktif, yang secara
umum diketahui sebagai senyawa yang memilki elektron yang tidak berpasangan
dengan protein dan lemak menimbulkan banyak masalah, sehingga dapat merusak
struktur fungsi membran sel yaitu lapisan yang melindungi mebran sel. Banyak
faktor yang menyebabkan timbulnya radikal bebas dalam tubuh antara lain radiasi
baik sinar matahari (UV) atau sinar X, polusi lingkungan, asap rokok maupun
asap mobil, bahan kimia dalam makanan (pengawet, pewarna sintetik, residu
pestisida dan bahan tambahan makanan lainnya), bahan kimia termasuk obat-
30
Metode DPPH adalah suatu metode kolorimetri yang efektif dan cepat
digunakan dalam penelitian produk alami untuk isolasi antioksidan fitokimia dan
untuk menguji seberapa besar kapasitas ekstrak dan senyawa murni dalam
yang mengandung nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada λmax 217 nm
dan berwarna ungu gelap. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH
tersebut akan tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan
yang merupakan ciri spesifik dari reaksi radikal DPPH. Metode DPPH juga
Gambar 2.4
31
Gambar 2.4 Reaksi Penangkapan Radikal DPPH dengan Antioksidan
(Tristantini dkk., 2016)
ialah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang gelombang tertentu,
atau yang diserap. Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
alat metoda analisis yang paling sering digunakan dalam industri farmasi,
ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak
absorbansi (A), yang setara dengan nilai konsentrasi larutan tersebut dan berkas
32
dimana persentase jumlah cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi diukur
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380) dan sinar
berikut:
cahaya.
33
3 Suatu wadah untuk sampel (dalam hal ini digunakan kuvet).
BAB III
METODE PENELITIAN
menggunakan sampel buah bit (Beta vulgaris L.). Penelitian ini meliputi tahapan
etanol buah bit, skrining fitokimia, formulasi sediaan eye cream meliputi,
penetapan formula standar, penetapan formula modifikasi dasar eye cream dan
pembuatan blanko eye cream, pembuatan sediaan eye cream ekstrak etanol buah
bit (Beta vulgaris L.) dalam variasi konsentrasi 1,5%, 2%, 2,5%.
meliputi uji homogenitas, uji stabilitas sediaan, pengukuran pH sediaan, uji daya
sebar, uji viskositas, uji iritasi, dan uji kemampuan sediaan melembabkan kulit
menggunakan alat Skin Analizer Checker (Aramo®), uji kesukaan, uji aktivitas
antioksidan terhadap blanko, sediaan eye cream dan ektrak etanol buah bit (Beta
vulgaris L.) antara lain meliputi, pembuatan larutan induk baku DPPH, penentuan
34
panjang gelombang serapan maksimum DPPH, pengukuran operating time,
3.1 Alat-alat
3.2 Bahan-bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air suling, buah bit (Beta
nipagin. Bahan formula untuk pembuatan eye cream dari ekstrak buah bit yaitu
asam stearat, aquadest, metil paraben, propil paraben, setil alcohol, dan
trietanolamin.
35
Sejumlah 4 g kalium iodida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam
semuanya larut ditambahkan air suling hingga volume 100 mL (Mierza, 2019).
asetat glasial dan 8 mL air suling (larutan 1). Larutan 2 diperoleh dengan
asetat glasial. Larutan 1 dan larutan 2 dicampurkan lalu dicukupkan sampai 100
aquadest lalu kedua larutan dicampurkan dan dicukupkan hingga 100 mL (Mierza,
2019).
sedikit dalam asam nitrat 0,5 N hingga volume 100 mL (Mierza, 2019).
Sejumlah 15,17 g timbal (II) asetat dilarutkan sedikit demi sedikit dalam
36
3.3.9 Pereaksi besi (III) klorida 10%
Dilarutkan sedikit demi sedikit 0,5 g asam pikrat kedalam campuran 2,5 g
natrium karbonat yang telah dilarutkan dalam 100 mL aquadest (Mierza, 2019).
(Mierza, 2019).
volume 500 mL, kemudian ditambahkan kedalamnya sedikit demi sedikit 176 g
Penelitian ini dilakukan pada bulani Desember 2021 sampai dengan April 2022.
37
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian di Fakultas Farmasi,
3.6 Sukarelawan
bibir selama pengujian, serta orang terdekat dan sering berada di dekat pengujian
sehingga lebih mudah untuk diawasi dan diamati bila ada reaksi pada kulit sekitar
Tumbuhan yang digunakan adalah buah bit (Beta vulgaris L.) yang masih
segar yang diperoleh dari Pasar Tradisional Setia Budi, Kota Medan, Provinsi
sempling, yaitu tanpa membandingkan tumbuhan yang serupa dari daerah lain.
38
Sejumlah 10 kg daging buah bit (Beta vulgaris L.) yang sudah
buah bit (Beta vulgaris L) dibelah menjadi empat bagian pisahkan kulitnya,
dipotong tipis, diperoleh buat bit 9 kg, lalu dikeringkan dilemari pengering pada
lalu diperoleh simplisia serbuk dan seragam sejumlah 700 g, kemudian disimpan
dalam wadah tertutup baik dan diikat, diberi etiket disimpan ditempat kering.
Serbuk simplisia buah bit sejumlah 500 g dimaserasi dengan pelarut etanol
ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, dengan pengadukan 4-
etanol dibiarkan didalam bejana yang tertutup dan terlindung dari cahaya selama 2
hari dengan pengadukan 4-5x24 jam, kemudian endapan dipisahkan dan didapat
hasil maserat kedua. Setelah itu hasil maserat pertama dan kedua dicampurkan
kemudian diuapkan diatas rotary evaporator, didapatkan hasil ekstrak kental dari
buah bit kemudian uapkan lagi menggunakan cawan porselin guna mengentalkan
kembali ekstrak etanol buah buah bit diperoleh hasil ekstrak 103 g
39
Skrining fitokimia dilakukan terhadap ekstrak buah bit (Beta vulgaris L. )
asam klorida 2N, dipanaskan, disaring ketika panas, apabila filtrat berwarna
merah, orange maka perlu diencerkan dengan aquadest sampai tidak berwarna.
Namun jika filtrat berwarna hijau atau coklat tidak perlu diencerkan. Filtrat
gasnya sampai gasnya hilang. Diambil lapisan bawah (metanol). Uapkan pada
suhu 40˚C lalu dilarutkan dengan etil asetat dan disaring. Filtratnya dibagi 2 dan
ditambah 0,5 g serbuk zinkum dan 2 ml asam klorida pekat. Maka akan
ditambah 0,5 g serbuk magnesium dan 2 ml asam klorida pekat. Maka akan
memberikan warna merah, kuning, ungu atau jingga (Mierza et al., 2019).
Sejumlah 0,5 gram serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling lalu
disaring, filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Larutan
40
klorida 1%. Jika terjadi warna biru atau kehitaman atau hijau kehitaman
10 ml air panas dan dikocok selama 10 menit, hingga terbentuk busa atau lebih
lalu ditetesi dengan HCl 2N maka ekstraksi tersebut positif mengandung saponin.
dan asam sulfat pekat sebanyak 2 tetes. Larutan dikocok perlahan dan dibiarkam
selama beberapa menit. Adanya steroid ditunjukkan oleh warna biru atau
disaring. Diambil filtrat di uapkan di atas penangas air sampai kental tambahkan
(II) asetat, di aduk lalu di diamkan sampai membentuk endapan. Disaring dan
sambil dibuang gasnya sesekali sampai gasnya hilang, kemudian diambil kedua
lapisan.
Lapisan bawah untuk uji aglikon (non gula) dan lapisan atas untuk uji
serbuk natrium sulfat anhidrat sampai jenuh, lalu disaring dan diuapkan filtrat
41
sampai kering. Didinginkan dan ditambah metanol 5 ml kedalamnya. Dipindahkan
ke cawan penguap lain dan di uapkan lagi sampai kering. Ditetesi asam asetat
anhidrat 5 tetes dan asam sulfat pekat 5 tetes. Jika terjadi warna merah/merah
ungu/ungu maka positif aglikon triterpenoid. Jika terbentuk warna hijau/biru hijau
maka positif aglikon steroid. Lapisan atas diuapkan di atas penangas air sampai
kental lalu dimasukkan ke tabung reaksi kemudian direbus bagian bawah tabung
sulfat 2 N. Jika positif maka akan terbentuk cincin ungu. Pada tabung II
modifikasi sediaan eye cream, dan pembuatan formulasi eye cream ekstrak etanol
buah bit dalam berbagai konsentrasi sediaan, yaitu : 1,5%, 2%, 2,5%, serta blanko.
Formula standar sediaan eye cream yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menurut Brinda dan Tanuja (2015) susunan formula sebagai berikut:
R/ Asam stearat 18 g
Cetyl alkohol 0,1 g
Pottasium hidroxid 0,1 g
Trietanolamin 1,2 g
Glycerin 10 g
Metyl paraben 0,01 g
Akuadest ad 100
42
3.12.2 Formula Modifikasi Eye Cream
R/ Asam stearat 18 g
Cetyl alkohol 0,1 g
Pottasium hidroxid 0,1 g
Trietanolamin 1,2 g
Glycerin 10 g
Metyl paraben 0,01 g
Ekstrak etanol buah bit x
Akuadest ad 100
Keterangan :
X : ekstrak etanol buah bit
Formula dasar eye cream dibuat berupa modifikasi yaitu tanpa menggunakan
Pembuatan ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.) yang digunakan
dalam sediaan eye cream dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu: 1,5%, 2%, dan
2,5% serta blanko. Pembuatan sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Tabel 3.1 Pembuatan sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
(Beta vulgaris L.)
No Jumlah yang digunakan (%)
Bahan Formula Formula Formula Formula Keterangan
Formula blanko I II III
1 EEBB - 1,5 2 2,5 Zat Aktif
2 Asam stearat 10 g 10 g 10 g 10 g Emulgator
3 Setil alkohol 2g 2g 2g 2g Emolien
4 Trietanolamin 2g 2g 2g 2g Emulgator
5 Metil paraben 0,18 g 0,18g 0,18 g 0,18 g Pengawet
6 Aquadest ad 100 100 100 100 Pembawa
Keterangan:
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
43
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)
3.13 Prosedur Pembuatan Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
(Beta vulgaris L.)
3. Masukkan asam stearat dan setil alkohol ke dalam cawan (fase minyak).
6. Campurkan fase air ke dalam fase minyak sedikit demi sedikit dalam
2. Panaskan mortir
3. Masukkan asam stearat, dan setil alkohol ke dalam cawan (fase minyak).
44
6. Campurkan fase air ke dalam fase minyak sedikit demi sedikit dalam
mortir panas, gerus homogen sampai terbentuk massa krim yang stabil dan
homogen (massa 3)
7. Masukkan ekstrak kental buah bit (Beta vulgaris L.), tambahkan ekstrak
3.14 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Eye Cream Ekstrak Buah Bit (Beta
vulgaris L.)
cream. Pemeriksaan mutu fisik meliputi pemeriksaan homogenitas, uji daya sebar,
uji stabilitas sediaan, uji pH sediaan, uji viskositas, uji sukarelawan, uji efektivitas
tertentu sediaan dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen, dan tidak terlihat
(6 siklus) pada suhu 4ºC ± 2ºC selama 24 jam, lalu dipindahkan ke dalam oven
bersuhu 40ºC ± 2ºC selama 24 jam (perlakuan ini adalah 1 siklus). Perlakuan yang
45
3.14.3 Uji pH
dengan menggunakan larutan dapar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH basa
(pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci
dengan aquadest, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi
1% yaitu timbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam aquadest hingga 100 ml.
kedalam beaker glass 250 ml. Kemudian spindle dimasukkan ke dalam sampel
hingga tanda batas yang ada pada spindle, spindle yang digunakan spindel no. 4
Sejumlah 0,5 gram sampel eye cream diletakkan diatas kaca bulat
menit. Diameter sebar eye cream diukur. Setelahnya, ditambahkan 150 gram
beban tambahan dan didiamkan selama 1 menit lalu diukur diamter yang konstan
46
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan eye cream yang mengandung ekstrak
etanol buah bit (Beta vulgaris L.) dengan maksud untuk mengetahui bahwa eye
cream yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Uji iritasi
dilakukan dengan teknik uji sampel terbuka (Open Test) pada kulit sekitar mata
bagian dalam terhadap 15 orang panelis. Uji sempel terbuka dilakukan dengan
mengoleskan sediaan yang di buat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x
2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan
47
e. Kelompok VI : 3 orang panelis menggunakan eye cream merek lain.
Sediaan eye cream dioleskan pada kulit panelis lalu dibiarkan hingga 20
pemakaian eye cream. Pengukuran kondisi kulit dilakukan setiap minggu selama
empat minggu dengan pemberian sediaan eye cream setiap hari secara rutin pagi
terhadap sediaan yang dibuat, jumlah panelis uji kesukaan makin besar makin
baik. Jumlah panelis 20 orang dengan cara setiap panelis diminta untuk
mengoleskan formula sediaan yang dibuat pada bibir panelis. Kemudian, panelis
2. Tidak suka
3. Netral
4. Suka
5. Sangat suka
48
Standarisasi Nasional (2006) data yang diperoleh dari lembaran penilaian
ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari
hasil rata-rata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95% menggunakan
rumus:
Keterangan :
n : Banyak panelis
S² : Keseragaman nilai kesukaan
1,96 : Koefisien standar deviasi pada saraf
X̅ : Nilai kesukaan rata-rata
Xi : Nilai dari panelis ke 1, dimana 1, 2, 3 ... N
S : Simpangan baku nilai kesukaan
P : Tingkat kepercayaan
µ : Rentang nilai
2. Panelis yang digunakan adalah panelis yang tidak berlatih dan diambil secara
acak.
sampel ekstrak buah bit (blanko) dan penentuan nilai inhibition concentration
(IC50).
49
Ditimbang sejumlah 20 mg DPPH, kemudian dilarutkan dengan methanol
dalam labu ukur 100 ml,volumenya dicukupkan dengan metanol sampai tanda
merah kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan dilarutkan dengan
metanol dan cukupkan sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan induk baku
dengan konsentrasi 200 μg/ml, kemudian operating time dilakukan dengan cara
pipet 0,5 ml ,1 ml, 1,5 ml, dan 2 ml masukkan ke dalam masing-masing labu ukur
100 mL, kemudian dilarutkan dengan metanol sampai batas (200 µg/mL). Larutan
50
uji dipipet 0,5 mL, 1 mL, 1,5 mL, dan 2 mL kemudian masing-masing
2 mL larutan DPPH (200 µg/mL) lalu ditambahkan metanol sampai garis tanda
batas. Labu uji didiamkan ditempat gelap selama 30 menit. Diukur serapan dengan
Kemudian dibuat dalam kurva regresi linier untuk memperoleh nilai IC50.
nilai IC50 terhadap aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah diperoleh hasil dari penelitian yang telah dilakukan pada bahan uji
buah bit (Beta vulgaris L.), berupa hasil identifikasi, hasil skrining fitokimia, hasil
pembuatan ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.), hasil pembuatan eye cream
buah bit (Beta vulgaris L), hasil analisa kualitatif, hasil evaluasi mutu fisik
sediaan eye cream yang meliputi hasil uji homogenitas, hasil pengukuran pH
sediaan, hasil uji daya sebar, hasil pengukuran lama pengeringan, dan hasil uji
stabilitas sediaan, hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dan hasil uji
sukarelawan dengan menggunakan alat Skin analyzer (Aramo®) serta hasil uji
kesukaan. Hasil uji aktivitas antioksidan terhadap eye cream meliputi, hasil
52
pembuatan larutan induk baku DPPH, hasil penentuan panjang gelombang serapan
antioksidan pada ekstrak, hasil blanko eye cream dan hasil sediaan eye cream serta
daging buah bit (Beta vulgaris L.). Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada
Dari 9 kg buah bit (Beta vulgaris L.), yang dikeringkan dengan cara
pengeringan pada suhu 40ºC diperoleh serbuk simplisia buah bit (Beta vulgaris L.)
sejumlah 700 g.
Sejumlah 500 g serbuk simplisia buah bit (Beta vulgaris L.) dimaserasi
1:10 dengan menggunakan pelarut etanol 96%, diperoleh hasil maserat sejumlah
Diperoleh ekstrak etanol kental buah bit sejumlah 102 gram. Ekstrak kental
daging buah bit berwarna merah kecoklatan. Gambar bahan uji dapat dilihat pada
53
102
= x 100 %
500
= 20,4 %
Rendemen ekstrak dihitung dengan cara jumlah bobot ekstrak yang
diperoleh (gram) terhadap jumlah bobot simplisia awal (gram), yang hasilnya
senyawa kimia yang terkandung pada daging buah bit (Beta vulgaris L.) meliputi
Tabel 4.1 Hasil Skrining Golongan Senyawa Kimia dari Ekstrak Etanol
Buah Bit (Beta vulgaris L.)
Uji Fitokimia Peraksi Hasil Kesimpulan
Uji
Alkaloid Mayer + Putih kekuningan
Bouchardart + Endapan merah
Dragendorf + Endapan coklat
Flavonoid Mg(s) + HCl (p) + Kuning Jingga
Tanin FeCl3 10% + Hitam Kehijauan
Saponin Aquadest panas + HCL + Berbentuk busa
Glikosida 2N + Terbentuk cincin ungu
Steroid/ Molish - Warna coklat
Triterpenoid Lieberman-Bouchardart
Keterangan:
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
(-) : Tidak mengandung senyawa
(+) : Mengandung senyawa
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa hasil skrining
fitokimia daging buah bit (Beta vulgaris L.) mengandung alkaloid, flavonoid,
54
tanin, glikosida dan saponin. Sedangkan untuk senyawa steroid/triterpenoid,
antrakuinon, dan sianogenik tidak terdapat terkandung senyawa pada daging buah
bit (Beta vulgaris L.). Gambar hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada
Data hasil formulasi sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit dapat
Tabel 4.2 Data Hasil Formulasi Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit.
Berdasarkan data pada Tabel 4.2 diatas menujukkan bahwa seluruh sediaan
eye cream ekstrak etanol buah bit dengan konsentrasi 1,5%, 2%, 2,5%, blanko dan
pembanding tidak terjadi perubahan bentuk, warna dan bau setelah penyimpanan
selama 12 hari (6 siklus) di suhu yang berbeda. Hal ini menunjukkan sediaan eye
55
Hasil pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi hasil pengujian
homogenitas sediaan, hasil uji stabilitas fisik sediaan, hasil uji daya sebar, hasil uji
pH, hasil uji viskositas, hasil uji iritasi sediaan, hasil uji efektivitas sediaan
terhadap kulit dengan menggunakan alat skin analyzer (Aramo®), hasil uji
Data hasil uji homogenitas sediaan eye cream dapat dilihat pada Tabel 4.3
Keterangan:
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)
pada sediaan eye cream yang mengandung ekstrak etanol buah bit menunjukkan
bahwa sediaan yang dibuat memiliki susunan yang homogen. Hal ini ditandai
dengan tidak adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada object
glass (Ditjen pom, 1979). Gambar hasil uji homogenitas sediaan dapat dilihat pada
56
Pengukuran pH sediaan eye cream dilakukan untuk mengetahui pH
sediaan krim sesuai dengan kulit atau tidak, karena akan terjadi kontak langsung
dengan kuklit sehingga mempengaruhi kondisi kulit. Hasil uji pH krim ekstrak
kulit buah bit menunjukan sesuai dengan range pH krim yang seharusnya. Tidak
bersifat terlalu asam ataupun terlalu basa, nilai rata-rata pH berkisar antara 4 - 7
(Tranggono & Latifa, 2007; Mappa dkk., 2013). Hasil uji pH eye cream ekstrak
etanol buah bit (Beta vulgaris L.) dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Uji pH Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit (Beta vulgaris L.)
pH
NO. Sediaan Saat setelah dibuat Saat setelah cycling test
selama 6 siklus (12 hari)
1. F0 6,7 6,6
2. F1 6,4 6,3
3. F2 6,3 6,2
4. F3 6,1 6,0
5. F4 7 7
Keterangan:
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
MS : Memenuhi Syarat (pH 4-7)
(Tranggono & Latifa, 2007)
Berdasarkan data pada Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa, sediaan eye
cream ekstrak etanol buah bit mempunyai rentang pH 6,1-6,4 saat setelah dibuat
dan pH setelah cycling test 6,0-6,3 dan pH seluruh formula sediaan eye cream
yang diuji masih berada dalam range pH kulit yaitu 4-7 sehingga dapat
disimpulkan bahwa sediaan eye cream mengandung ekstrak etanol buah bit tidak
mengiritasi kulit.
57
4.6.3 Hasil uji viskositas
Uji viskositas dilakukan untuk menguji kekentalan dari krim yang dibuat
apakah sudah memenuhi syarat atau tidak, dan hasil uji viskositas krim dari
ekstrak kulit buah bit (Beta vulgaris L.) menunjukkan bahwa seluruh formula
krim memenuhi syarat yang ditetapkan dan masih dalam range yang ditentukan.
2.000 - 50.000 cps. Hasil uji viskositas eye cream ekstrak etanol buah bit (Beta
Tabel 4.5 Hasil Uji Viskositas Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
(Beta vulgaris L.)
Keterangan
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
MS : Memenuhi Syarat
Berdasarkan data pada Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa, sediaan eye
cream ekstrak etanol buah bit memiliki viskositas 2.400-17.850 yang berarti hasil
58
Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan eye cream
ekstrak etanol buah bit menyebar pada permukaan kulit. Sediaan setengah padat
daya sebar diharapkan mampu menyebar dengan mudah pada saat dioleskan pada
kulit tanpa menggunakan tekanan yang berarti. Semakin mudah dioleskan pada
kulit maka luas permukaan kontak zat berkhasiat dengan kulit akan semakin besar
dan absorbsi obatnya akan semakin optimal pula. Sediaan semisolid yang nyaman
digunakan memiliki daya sebar 5 s/d 7 cm (Garg, A, et al., 2002). Hasil uji daya
sebar ekstrak etanol buat bit eye cream dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Daya Sebar Ekstrak Etanol Buah Bit Eye Cream
(Beta vulgaris L.)
Beban (g) Formula
F0 F1 F2 F3 F4
Tanpa Beban 4,7 5,5 5 4,9 6,5 MS
150 4,9 5,9 5,2 5 6,7 MS
Keterangan:
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
MS : Memenuhi Syarat (5-7 cm)
Seluruh formula sediaan eye cream uji daya sebar yang baik pada sediaan
krim yaitu berkisar antara 5 - 7 cm, dari hasil penelitian yang didapat menunjukan
bahwa, kemampuan menyebar krim tiap formula baik. Yang artinya krim mudah
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit
dengan maksud untuk mengetahui bahwa eye cream yang dibuat dapat
59
menimbulkan iritasi atau tidak pada kulit kepada 12 sukarelawan yang bersedia
untuk dilakukan uji iritasi pada bagian kulit belakang telinga. Data hasil uji iritasi
Keterangan
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)
- : Tidak terjadi reaksi
+ : Kulit Kemerahan
yang dilakukan selama 2 hari, dimana reaksi iritasi positif ditandai dengan adanya
kemerahan, gatal-gatal atau bengkak pada kulit yang diberikan perlakuan. Maka
didapatkan hasil bahwa tidak terdapat reaksi positif terjadinya iritasi dari ke
10 penelis yang bersedia untuk dilakukan uji iritasi sediaan eye cream pada
sediaan (F0), (F1), (F2), dan (F3). Hasil uji iritasi sediaan eye cream pada salah
60
terlebih dahulu kondisi kelembaban kulit awal/sebelum perlakuan dengan
Data hasil pengukuran kelembaban pada kulit panelis sediaan eye cream
Tabel 4.8 Data Hasil Pengukuran Kelembaban pada Kulit Panelis Sediaan Eye
Cream
Waktu Perawatan Perminggu Pemulihan
Formula Sukarela Kondisi Minggu Minggu Minggu Minggu (%)
wan Awal 1 2 3 4
1 31 33 35 37 39
Blanko 2 32 35 37 39 41
3 28 31 35 35 39
Rata-rata 30,33 33,00 35,66 37,00 39,66 19,78
1 31 35 37 40 43
F1 2 31 33 36 39 41
3 29 32 35 39 43
Rata-rata 30,33 33,33 36,00 39,33 42,33 24,43
1 31 36 40 44 48
F2 2 33 37 41 45 46
3 32 35 37 43 48
Rata-rata 32,00 36,00 39,33 44,00 47,33 30,18
1 31 37 44 48 56
F3 2 29 37 45 48 54
3 32 39 41 46 51
Rata-rata 30,66 37,66 43,33 47,33 53,66 48,36
F4 1 31 41 49 51 63
2 33 44 44 56 56
3 28 50 54 58 58
Rata-rata 30,66 45 49 55 59 69,60
Keterangan:
ECEEBB : Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : MCEEBB 1,5 %
F2 : MCEEBB 2 %
F3 : MCEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)
M1 : Minggu 1
M2 : Minggu 2
M3 : Minggu 3
61
M4 : Minggu 4
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012)
minggu perawatan dengan pemberian sediaan eye cream setiap hari pada pagi dan
malam hari secara rutin, kelembaban kulit panelis mengalami peningkatan eye
cream ekstrak etanol buah bit konsentrasi 2,5% (F3) merupakan sediaan yang
Data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan ditentukan nilai
kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rata-rata pada setiap
panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji kesukaan responden terhadap eye
cream ekstrak etanol buah bit dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Uji Kesukaan Responden terhadap Eye Cream Ekstrak Etanol
Buah Bit
No Sediaan Interval Nilai Kesukaan
Warna Bau Bentuk
1. F0 - - -
2. F1 4,15-4,3 4,25-4,38 4,4-4,37
3. F2 4,3-4,43 4,55-4,65 4,65-4,78
4. F3 4,65-4,84 4,7-4,8 4,75-4,98
Keterangan :
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)
- : Tidak terjadi reaksi
+ : Kulit Kemerahan
Nilai Kesukaan:
1: Sangat tidak suka
2: Tidak suka
3: Netral
4: Suka
62
5: Sangat suka
Berdasarkan data pada Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa, sediaan yang
disukai panelis berdasarkan warna dan bau yaitu sediaan eye cream ekstrak etanol
Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 4,65 dan
3. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 4,7 dan
Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 4,75 dan
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.)
dan sediaan eye cream dengan ekstrak etanol daging buah bit (Beta vulgaris L.)
sederhana, mudah, cepat, dan hanya memerlukan sedikit sampel untuk evaluasi
63
Menunjukkan serapan maksimum DPPH pada panjang gelombang 515.50 nm
operating time DPPH dan Ekstrak buah bit diperoleh di menit ke 10-22
larutan DPPH.
Data hasil aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah bit dapat dilihat pada
Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi Aktivitas
Sampel Absorbansi
Sampel (µg/mL) Antioksidan (%)
0 1,079 -
10 0,954 11,58
Ekstrak Etanol
20 0,695 35,58
Buah Bit
30 0,451 58,20
40 0,246 77,20
penurunan absorbansi pada konsentrasi 10, 20, 30, 40. Hal ini menunjukkan
persentase aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.).
Data hasil aktivitas antioksidan sediaan eye cream blanko (F0) dapat
Tabel 4.11 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream Blanko
(F0)
Konsentrasi
Sampel Absorbansi Peredaman (%)
Sampel (µg/mL)
Sediaan Eye 0 1,079 -
64
10 0,659 38,92
20 0,721 33,17
Cream F0 (blanko)
30 1,782 27,52
40 0,937 13,16
penurunan absorbansi pada konsentrasi 10, 20, 30, 40. Hal ini menunjukkan
persentase aktivitas antioksidan dari ekstraketanol buah bit (Beta vulgaris L.).
antioksidan pada larutan sampel yaitu sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit
konsentrasi 1,5% (F1). Semakin kecil nilai absorbansi sampel maka aktivitas
Tabel 4.13 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye cream Konsentrasi
2,5% (F2).
65
0 1,079 -
10 0,798 26,04
Sediaan eye cream
20 0,602 44,20
F2 (2%)
30 0,409 62,09
40 0,212 80,35
penurunan absorbansi pada konsentrasi 10, 20, 30, 40. Hal ini disebabkan karena
adanya aktivitas antioksidan pada larutan sampel yaitu eye cream ekstrak etanol
buah bit 2% (F2). Semakin kecil nilai absorbansi sampel maka aktivitas
Tabel 4.14 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream Konsentrasi
2,5% (F3)
Konsentrasi Aktivitas
Sampel Absorbansi
Sampel (µg/mL) Antioksidan (%)
0 1,079 -
10 0,866 27,64
Sediaan eye
20 0,651 39,66
cream 2,5% (F3)
30 0,432 67,86
40 0,241 85,56
penurunan absorbansi 10, 20, 30, 40. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas
antioksidan pada larutan sampel yaitu eye cream ekstrak etanol buah bit
2,5% (F3). Semakin kecil nilai absorbansi sampel maka aktivitas antioksidan yang
66
Tabel 4.15 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream Pembanding
(F4)
Sampel Konsentrasi Absorbansi Aktivitas
sampel ( μg/mL antiksidan (%)
0 1,079 -
Sediaan Eye 10 1,154 6,95
Cream 20 0,976 9,54
Pembanding 30 0,589 45,41
40 0,359 66,72
penurunan absorbansi 10, 20, 30, 40. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas
antioksidan pada larutan sampel yaitu eye cream pembanding. Semakin kecil nilai
Berdasarkan hasil aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.),
sediaan eye cream blanko, sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit (Beta
vulgaris L.) di atas terlihat bahwa semakin kecil nilai absorbansinya maka
Nilai IC50 pada ekstrak etanol buah bit dapat dilihat Tabel 4.16.
Grafik 4.1 Kurva Hubungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Buah Bit dengan
Persentase Aktivitas Antioksidan
67
EKSTRAK ETANOL BUAH BIT
90
80 y = 2,1948x - 9,23
70
% Peredaman
60
50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi
Berdasarkan Tabel 4.16 diatas bahwa, diperoleh nilai IC50 pada perhitungan
akhir yaitu 18 µg/mL. Berdasarkan nilai IC50 dapat disimpulkan bahwa ekstrak
etanol buah bit tergolong antioksidan “sangat kuat”. Maka semakin rendah nilai
IC50, maka aktivitas antioksidan semakin baik. Perhitungan nilai IC50 ekstrak
etanol buah bit dapat dilihat pada Lampiran 24, halaman 135.
Nilai IC50 sediaan eye cream blanko (F0) dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Kurva hubungan konsentrasi sediaan eye cream blanko (F0) ekstrak etanol
buah bit dengan persentase aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Grafik 4.2.
Grafik 4.2 Kurva Hubungan Konsentrasi Sediaan Eye Cream Blanko (F0)
Ekstrak Etanol Buah Bit dengan Persentase Aktivitas Antioksidan.
68
BLANKO
45
% P ered am an 40
35 y = - 0892x - 7,44
30
25
20
15
10
5
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi
Berdasarkan data pada Tabel 4.17 diatas diperoleh nilai IC50 pada
perhitungan akhir yaitu 51,31 µg/mL. Berdasarkan nilai IC50 dapat disimpulkan
Nilai IC50 sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit konsentrasi 1,5 % (F1)
Kurva hubungan konsentrasi sediaan eye cream 1,5% (F1) ekstrak etanol
buah bit dengan persentase aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Grafik 4.3.
Grafik 4.3 Kurva Hubungan Konsentrasi Sediaan Eye Cream 1,5% (F1) Ekstrak
Etanol Buah Bit dengan Persentase Aktivitas Antioksidan.
69
EYE CREAM 1,5%
90
y = 1,9168x + 4,67
80
70
% Peredaman
60
50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi
nilai IC50 pada perhitungan akhir yaitu 23 µg/mL. Berdasarkan nilai IC 50 dapat
disimpulkan bahwa eye cream ekstrak etanol buah bit konsentrasi 1,5% (F1)
Nilai IC50 pada sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit konsentrasi 2%
Tabel 4.19 Nilai IC50 Pada Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2% (F2)
Sampel Persamaan Regresi IC50
Sediaan Eye Cream y = 1,8082x + 7,97 23 µg/mL
F2 (2%)
buah bit dengan persentase aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Grafik 4.4.
Grafik 4.4 Kurva Hubungan Konsentrasi Sediaan Eye Cream 2% (F2) Ekstrak
Etanol Buah Bit dengan Persentase Aktivitas Antioksidan.
70
EYE CREAM 2%
90
y = 1,8082x + 7,97
80
70
% Peredaman
60
50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi
nilai IC50 pada perhitungan akhir yaitu 23 µg/mL. Berdasarkan nilai IC 50 dapat
disimpulkan bahwa eye cream ekstrak etanol buah bit konsentrasi 2% (F2)
Nilai IC50 pada sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit konsentrasi 2,5%
Tabel 4.20 Nilai IC50 Pada Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2,5% (F3)
Sampel Persamaan Regresi IC50
Sediaan Eye Cream F3 y = 2,0196x + 4,69 22 µg/mL
(2,5%)
Kurva hubungan konsentrasi sediaan eye cream 2,5% (F3) ekstrak etanol
buah bit dengan persentase aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Grafik 4.5.
Grafik 4.5 Kurva Hubungan Konsentrasi Sediaan Eye Cream 2,5% (F3) Ekstrak
Etanol Buah Bit dengan Persentase Aktivitas Antioksidan.
71
EYE CREAM 2,5%
90
y = 2,0196x + 4,69
80
70
% Peredaman
60
50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi
Berdasarkan data pada Tabel 4.20 diatas bahwa diperoleh nilai IC50 pada
bahwa eye cream ekstrak etanol buah bit tergolong antioksidan “sangat kuat”.
Nilai IC50 pada sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit pembanding (F4)
Tabel 4.21 Nilai IC50 Pada Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Pembanding (F4)
Sampel Persamaan Regresi IC50
Sediaan Eye Cream y = 2,5386x – 20,12 11 µg/mL
Pembanding
Kurva hubungan konsentrasi sediaan eye cream 2,5% (F3) ekstrak etanol
buah bit dengan persentase aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Grafik 4.6.
Grafik 4.6 Kurva Hubungan Konsentrasi Sediaan Eye Cream Pembanding (F4)
Ekstrak Etanol Buah Bit dengan Persentase Aktivitas Antioksidan.
72
EYE CREAM PEMBANDING
80
70 y = 2,5386x - 20,12
60
% Peredaman
50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi
Berdasarkan data pada Tabel 4.21 diatas bahwa diperoleh nilai IC50 pada
bahwa eye cream ekstrak etanol buah bit tergolong antioksidan “sangat kuat”.
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap buah bit (Beta vulgaris L.) dapat
disimpulkan bahwa:
1. Buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan
ke dalam sediaan eye cream yang homogen dan stabil. Mempunyai rentang
pH saat setelah dibuat 6,1-6,4 dan pH setelah cycling test 6,0-6,3, dan
perawatan menunjukkan bahwa sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit
(Beta vulgaris L.) pada konsentrasi 2,5% (F3) merupakan sediaan terbaik dan
sebagai antioksidan “sangat kuat” dengan nilai IC50 18 µg/mL dan termasuk
kategori “lembab” dan eye cream pembanding dengan hasil uji aktivitas
µg/mL lebih tinggi dari konsentrasi 2,5% (F3), Pada ekstrak etanol buah bit
antioksidan “sangat kuat” dan blanko memiliki nilai IC50 51,31 µg/mL
etanol buah bit (Beta vulgaris L.) tidak mengiritasi kulit kulit.
74
5.2 Saran
body lotion dan sunscreen ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.) yang
75
DAFTAR PUSTAKA
Achroni, K. (2012). Semua rahasia kulit cantik & sehat ada disini. Yogyakarta:
Javalitera.
Agestia dan Sugraini. (2009). Sediaan Farmasi Padat (SFI-6). Bandung: ITB.
Hal. 47.
Andarwulan, N., dan Faradilla, R. H. F. (2012). Pewarna Alami untuk Pangan.
Bogor: SEAFAST Center. Hal. 56-68.
Angela, L., (2012). Aktivitas Antioksidan dan Stabilitas Fisik Gel Anti Aging
yang mengandung Ekstrak Air Kentang Kuning (Solanum tuberosum L.).
Skripsi Jurusan Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta. Hal 32-51.
Astuti, I.Y., Hartati, D. dan Aminiati, A. (2010). Peningkatan Aktivitas Antijamur
Candida albicans Salep Minyak aaatsiri Daun Sirih (Piper bettle LINN.)
melalui Pembentukan Kompleks Inklusi dengan β-sikloodekstrin. Majalah
Obat Tradisional, 15. Hal. 94-99.
Badan POM RI. (2013). Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak
volume 2 Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Hal. 513-525.
Bitaqwa, (2018). Skripsi. Penetapan Kadar Formadelhida Menggunakan
Spektrofotometri Ultraviolet-Visible. Hal. 78-90.
Brinda, S., dan Tanuja, N., (2015). Formulation, Characterization and Evaluation
of Herbal Under-Eye-Cream. World Journal of Pharmaceutical Sciences,
Pune, India 2321-3086.
Cahyadi, Wisnu. (2008). Analisis dan Aspek Bahan Tambahan Pangan Edisi Ke-
2. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 567-568.
Collet, D.M., dan Aulton, M.E., (1990). Dispensing for Pharmaceutical students.
12th Edition. Longman Singapore (Pte) Ltd, Singapore. Hal. 109, 114.
Dachi, K. (2020). Isolasi dan Formulasi Sediaan Masker Hydrogel Kolagen dan
Nanokolagen dari Tulang Ikan Gabus (Channa striata) sebagai Anti
Aging. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Departemen Kesehatan RI, (2000), Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat, Cetakan Pertama, 3-11, 17-19, Dikjen POM, Direktorat Pengawasan
Obat Tradisional. Hal. 30-31.
Depkes. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Dirjen POM, Departemen Kesehatan RI. Hal. 434-436.
Devasagayam, T. P. A., Tilak, J. C., Boloor, K.K., Sane, K.S., Ghaskadbi, S.S. &
Lele, R.D., (2004), Free radicals and antioxidants in human health:current
76
status and future prospects, Review Article, J. Assoc. Physicians India, 52,
Hal. 794-804.
Dewi DP, Astriana K. (1019). Efektivitas Pemberian Jus Buah Bit (Beta vulgaris
L.) Sebagai Minuman Fungsional Penurun Tekanan Darah pada Lansia.
Jurnal Riset Sains dan Teknologi. Hal. 30-36.
Ditjen POM RI. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Dapartemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 83-86, 195-197.
Ditjen POM RI. (1995) Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Dapartemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 143-147.
Elsa, Vera D. (2018). Formulasi dan Efektivitas Sediaan Masker Clay Ekstrak
Etanol Buah Andaliman (Zhantoxylum acanthopodium DC) sebagai Skin
Anti Aging. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman 30-37.
Ester, (2012). Formulasi Gel dari Ekstrak Rimpang. Medan: Universitas Sumatera
Utara. Vol 1. Hal. 12.
Giese, J., (1995). Vitamin and Mineral Fortification of Foods. Food Tech. 49 (5),
Hal. 110-122.
Gosse, B., dkk. (2002). Antiviral saponins FPom Tieghemella heckelii. Journal of
Natural Products 65. Hal. 1942-1944.
Gunardi, I., Sandra, A. (2016). Efektivitas Sari Perasan Buah Beta vulgaris
Sebagai Obat Kumur Terhadap Penyembuhan Stomatitis Aftosa Rekuren.
Jurnal PDGI,65(2), Hal. 43-47.
Hartati, Fadli H., Nangsih S.S., Fihrina M., Zulfiayu, S. (2020). Uji Aktivitas
Antioksidan Sediaan Lip Balm Rambut Jagung (Zea Mays L.) dengan
Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-Picrylhydrazyl). Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia. 18. Hal. 220-226.
Idson, B., dan Lazarus, J., (1994). Semi Solid. Dalam : Lachman, L., H.A.
Lieberman, & J.L. Kanig, (Editor). Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Hal. 43-49.
John, B., Sulaiman., George, S., Reddy. (2014). Total Phenolics And Flavonoids
In Selected Medical Plant From Kerala. Departemen of Botany, CMS
College, Kottayam. Hal. 406-408.
Kelly, S. G. Quarsetin. (2011). Journal Alternative Medicine Review. Hal. 54.
Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L., (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Terjemahan Oleh: Siti Suyatmi. Jakarta: Universitas
Indonesia Press. Hal. 1095.
Lees, M., (2012). Skin Care Beyond The Basics. Fourth Edition. A Part of
Cengage Learning. England. Hal. 211-212.
77
Mierza, V., Rosidah., Ginda. H., Dwi, S. (2019). Influence Of Variation
Extraxtion Methods (Clasical Prosedure) For Antibacterial Activity Of
Rarugadong (Dioscorea pyrifolia Kunth) tuber. Journal Of Inovation in
Applied Pharmaceutical Science (JIAPS). 4(1): Hal. 2-3.
Mokodompit, N.A, Edy, J.H, dan Wiyono, W. (2013). Penentuan Nilai Sun
Protective Factor (SPF) Secara In Vitro Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol
Kulit Alpukat. Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSTRAT Vol. 2. No.03. ISSN Hal.
2302-2493.
Muchlisyam dan Pardede, T. R. (2017). Spektrofotometri dan Analisis
Multikomponen Obat. Medan: USU. Hal. 7-36.
Musfandy, (2017). Skripsi. Formulasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim
Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Bali (Citrus maxima L.) Dengan Metode
DPPH.
Neldawati, Ratnawulan, Gusnedi. (2013). Analisis Nilai Absorbansi dalam
Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Jurnal Fisika Universitas Negeri Padang. Hal. 76.
Noormindhawati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta:
Kompas Gramedia. Hal. 75-77.
Patel D, Patil R, Patel A. (2017). Antihypertensive Activity Of Beta Vulgaris On
Dexamethasone Induced Hypertension In Rats. Journal Pharmaceutical
and Biological Evaluations,4(1), Hal. 37-46.
Ratih H, Titta H dan Ratna CP., (2014). Formulasi Sediaan Lip Balm Minyak
Bunga Kenanga (Cananga Oil) Sebagai Emolien, Prosiding Simposium
Penelitian Bahan Obat Alami. Yogyakarta: Leutikaprio. Hal. 3.
Rowe, R., C., Sheskey, P., J., Owen, S., C., (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th ed. London: Pharmaceutical Press. Hal. 58-60, 301- 303,
378-380, 466-468, 687-692, 821-822.
Rubatzky, V. E., dan Ma Yamaguchi, (1998), Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi
dan Gizi Jilid II, ITB, Bandung. Hal. 200.
Syaiffuddin, (2016). Ilmu Biomedik Dasar Untuk Mahasaiswa Keperawatan,
Jakarta, Salemba medika Indonesia. Hal. 32-38.
Steenis. (2005). Buah bit (Beta vulgaris L). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum,
Jakarta. Hal. 84.
Sheth P. B., Shah H. A., Dave J. N., (2014). Periorbital Hyperpigmentation: a
Study of Its Prevalence, Common Causative Factors and Its Association
78
With Personal Habits and Other Disorders. Indian J Dermatol. 2014;59(2):
Hal. 151-7.
Suena, dkk. (2021). Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Granul Effervesent
dari Kombinasi Ekstrak Kunyit Putih (Curcuma zedoria) Fakultas Farmasi
Mahasaraswati Denpasar.
Suhaling, (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukmawati, A. (2013). Pengaruh Konsentrasi PVA, HPMC, dan Gliserin
Terhadap Sifat Fisik Masker Wajah Gel Peel-Off Ekstrak Etanol 96%
Kulit Buah Manggis. Skripsi. Bali: Jurusan Farmasi Universitas Udayana.
Sunarjono H. H., (2004), Bertanam 30 Jenis Sayur, Jakarta: Penebar Swadaya.
Hal. 34.
Titta H. S., Ahmad N., Resi A., (2013). Formulasi Sediaan Masker Gel Dari
Ekstrak Metanol Daun Teh Hijau (Camellia sinensis L.) Dan Madu Hitam
(Apidorsata) Sebagai Antioksidan. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi : 1(17-
23).
Tranggono, dan Latifah., (2007). Pengantar Kosmetologi. Editor: Joshita
Djajadisastra. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 39-40. 74-75.
Utami, R.D., Yuliawati, K.M., dan Syafnir, L. (2015). Pengaruh Metode Ekstraksi
terhadap aktivitas Antioksidan Daun Sukun (Arthocorpus altilis
(Parkinson) Fosberg), Prosiding Penelitian SpeSIA Unisba. Bandung:
Program Studi Farmasi, Universitas Islam Bandung. Hal. 280-286.
Wade, A., and Weller P.J., (1994). Handbook of Pharmaceutical Exipients. 2sd
Edition. Washington: American Pharmaceutical Press. Hal. 221-223, 334,
335.
Wasiadmadja, S.M., (2007). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press
Hal. 3,5,16 – 21,199.
Winarsi, H. (2010). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas dan Aplikasinya dalam
Kesehatan. Cetakan keempat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 12-15.
Wirakusumah, Emma. (2007). Cantik Awet Muda Dengan Buah Sayur dan
Herbal. Jakarta: Penebar Swadana.
Yostiana Dwi Rusita, (2015), Optimasi Campuran CMC – Gelatin Untuk
Pembuatan Granul. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Vol. 4, No 2. Hal. 82-
196.
79
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan
80
Lampiran 2. Gambar Bahan Uji yang Digunakan
81
Buah Bit Buah Bit
82
Timbangan Gram Rotary Evaporator
83
Timbangan Analitik pH Meter
Spektrofotometer
84
A B C
D E F
G H
85
Kategori Uji Fitokimia Hasil Uji Kesimpulan
A Alkaloid - Coklat
B Alkaloid + Endapan merah
C Alkaloid + Endapan coklat
D Flavonoid + Kuning jingga
E Tanin + Hitam kehijauan
F Saponin + Berbentuk busa
G Glikosida + Terbentuk cincin ungu
H Lieberman-Bouchardart - Warna coklat
86
Lampiran 5. Bagan Alir Pengolahan Simplisia
10 kg buah bit
dicuci
pisahkan kulit
potong-potong
keringkan
di blender
82
Lampiran 6. Bagan Alir Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Bit
+ etanol 96 % 3,75 L
Maserasi 5 hari
Saring Ampas
+ etanol 96 %1,25 L
Maserat I
Dimaserasi 2 hari
Saring
campur Maserat II
Rotary evaporator
Uapkan Waterbath
83
Lampiran 7. Bagan Alir Pembuatan Sediaan Eye Cream
+Triethanolami
Lebur n
+ Aquadest
Mortir
Gerus homogen
Campur
Gerus homogen
Wadah
84
Lampiran 8. Bagan Alir Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum
DPPH
20 mg DPPH
+ metanol p.a
sampai 100 ml
Larutan DPPH dalam
labu tentukur 100 ml
Pipet sebanyak 2 ml
Diperoleh panjang
gelombang 515.50 nm
85
Lampiran 9. Bagan Alir Penentuan Operating Time
20 mg Ekstrak Etanol
Buah Bit
Pipet sejumlah 2 ml +
2ml larutan DPPH
Larutan induk baku
40 ppm
86
Lampiran 10. Bagan Alir Pengukuran Kurva Kalibrasi Terhadap DPPH +
Ekstrak
20 mg sampel
+ metanol p.a ad
100 ml
87
Lampiran 11. Perhitungan Formulasi Modifikasi
88
- Aquadest ad 100 =100− (10+ 2+ 2+ 0,18+2,5 g )=83,3 g
- Ekstrak etanol buah bit 2,5 g
F0 F1
F2
F0 F3
F4
Keterangan :
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
89
F1 : ECEEBB 1,5%
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5%
F4 : Eye Cream Pembanding
F0 F1 F2 F3 F4
Keterangan :
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5%
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5%
F4 : Eye Cream Pembanding
90
Lampiran 14. Gambar Hasil pH Sediaan
F0 F1 F2
F3 F4
Keterangan :
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
91
F1 : ECEEBB 1,5%
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5%
F4 : Eye Cream Pembanding
92
Lampiran 15. Gambar Hasil Viskositas
F0 F1
F2 F3
F4
Keterangan :
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5%
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5%
F4 : Eye Cream Pembanding
93
Lampiran 16. Gambar Hasil Uji Daya Sebar
F0
F1
F2
F3
F4
94
Lampiran 17. Hasil Uji Iritasi Sediaan Eye Cream pada Salah Satu Sukarelawan
95
Lampiran 18. Gambar Aplikasi Sediaan Eye Cream
F0 F1
F2 F3
F4
Keterangan:
ECEBB : Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : LEEBK 1,5 %
F2 : LEEBK 2 %
F3 : LEEBK 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding
96
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®)
BLANKO (Minggu 0)
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
97
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
BLANKO (Minggu 1)
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
97
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
BLANKO (Minggu 2)
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
98
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
BLANKO (Minggu 3)
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
99
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
BLANKO (Minggu 4)
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
100
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F1 (1,5%) Minggu 0
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
101
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F1 (1,5%) Minggu 1
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
102
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F1 (1,5%) Minggu 2
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
103
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F1 (1,5%) Minggu 3
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
104
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F1 (1,5%) Minggu 4
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
105
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F2 (2%) Minggu 0
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
106
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F2 (2%) Minggu 1
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
107
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F2 (2%) Minggu 2
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
108
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F2 (2%) Minggu 3
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
109
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F2 (2%) Minggu 4
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
110
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F3 (2,5%) Minggu 0
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
111
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F3 (2,5%) Minggu 1
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
112
Lampiran 20. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F3 (2,5 %) Minggu 2
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
113
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F3 (2,5 %) Minggu 3
Relawan 1
Relawan 2
Relawan 3
114
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
F3 (2,5 %) Minggu 4
Relawan 1
Relawan 2
Relwan 3
115
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
Relawan 2
Relawan 3
116
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
Relawan 2
Relawan 3
117
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
Relawan 2
Relawan 3
118
Lampiran 20. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
Relawan 2
Relawan 3
119
Lampiran 20. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)
Relawan 2
Relawan 3
120
Lampiran 20. Perhitungan Persen Pemulihan
F0 (Blanko)
M 1+ M 2+ M 3+ M 4
F0 =
4
33+35,66+37+39,66
F0 = = 36,33
4
rata−rata M 1 sampai M 4−sebelum perlakuan
F0 = x 100
sebelum perlakuan
36,33−30,33
= x 100
30,33
= 19,78%
- F1
M 1+ M 2+ M 3+ M 4
F1 =
4
33,33+36+39,33+ 42,33
F1 = = 37,74
4
rata−rata M 1 sampai M 4−sebelum perlakuan
F1 = x 100
sebelum perlakuan
37,74−30,33
= x 100
30,33
= 24,43%
- F2
M 1+ M 2+ M 3+ M 4
F2 =
4
36+39,33+44 + 47,33
F2 = = 41,66
4
rata−rata M 1 sampai M 4−sebelum perlakuan
F2 = x 100
sebelum perlakuan
41,66−32
= x 100
32
= 30,18%
- F3
M 1+ M 2+ M 3+ M 4
F3 =
4
37,66+43,33+ 47,33+53,66
F3 = = 45,49
4
rata−rata M 1 sampai M 4−sebelum perlakuan
F3 = x 100
sebelum perlakuan
45,49−30,66
= x 100
30,66
= 48,36%
121
- F4
M 1+ M 2+ M 3+ M 4
F4 =
4
45+ 49+55+59
F4 = = 52
4
rata−rata M 1 sampai M 4−sebelum perlakuan
F4 = x 100
sebelum perlakuan
52−30,66
= x 100
30,66
= 69,60%
Lampiran 21. Data Hasil Uji Kesukaan Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol
Buah Bit
a. Warna
Panelis Umur (Tahun) Sediaan
F1 F2 F3
1 21 4 4 5
2 21 4 4 5
3 21 5 5 5
4 21 5 4 4
5 21 5 5 4
6 21 5 5 4
7 21 4 4 5
8 21 4 4 4
9 21 4 5 4
10 21 4 4 4
11 21 4 5 4
12 21 3 4 5
13 22 4 4 5
14 22 4 4 4
15 22 4 5 5
16 22 4 4 4
17 22 4 4 4
18 23 3 4 5
19 23 4 4 5
122
20 23 5 4 5
Total 83 86 90
Keterangan :
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5%
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5%
Lampiran 21. Data Hasil Uji Kesukaan Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol
Buah Bit (Lanjutan)
b. Bau
F1 F2 F3
1 21 5 5 5
2 21 4 4 5
3 21 4 5 4
4 21 4 5 5
5 21 4 4 4
6 21 5 4 5
7 21 4 5 4
8 21 4 4 5
123
9 21 4 5 5
10 21 4 5 5
11 21 3 3 3
12 21 4 5 5
13 22 4 5 5
14 22 5 4 4
15 22 5 4 5
16 22 5 4 5
17 22 4 5 5
18 23 5 5 5
19 23 4 5 5
20 23 4 5 5
Total 85 91 94
Keterangan :
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5%
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5%
Lampiran 21. Data Hasil Uji Kesukaan Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah
Bit (Lanjutan)
124
c. Bentuk
F1 F2 F3
1 21 5 5 5
2 21 4 5 5
3 21 5 4 4
4 21 5 5 5
5 21 4 5 5
6 21 5 4 5
7 21 4 5 4
8 21 5 5 5
9 21 4 4 5
10 21 4 5 5
11 21 5 4 4
12 21 4 5 5
13 22 4 5 5
14 22 3 4 5
15 22 5 4 5
16 22 4 5 5
17 22 5 5 5
18 23 4 5 5
19 23 5 4 5
20 23 5 5 5
Total 88 93 95
Keterangan :
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5%
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5%
125
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan
X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
4+ 4+ 5+5+5+...+5
=
20
83
=
20
= 4,15
S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
=
( 4−4,15 ) 2+ ( 4−4,15 ) 2+ ( 5−4,15 ) 2+ (5−4,15 ) 2+ ( 5−4,15 ) 2+...+ ( 5−4,15 ) 2
20
√ 0,44
7,3
=
20
= 0,36
S = √ S2
= √ 0,36
126
=0,60
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,15 - (1,96.0,36/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,15 + (1,96.0,36/√ 20)) = 95%
P (4,15- 0,15) ≥ µ ≥ (4,15+ 0,15)
P 4≥ µ ≥ 4,3
X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
4+ 4+ 5+4 +5+...+4
=
20
86
=
20
= 4,3
n
S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
( 4−4,3 ) 2+ ( 4−4,3 ) 2+ ( 5−4,3 ) 2+ ( 4−4,3 ) 2+ ( 5−4,3 ) 2+...+ ( 4−3,85 ) 2
=
20
√ 0,44
2
=
20
= 0,1
127
S = √ S2
= √ 0,1
=0,31
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,3 - (1,96.0,31/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,3 + (1,96.0,31/√ 20)) = 95%
P (4,3- 0,13) ≥ µ ≥ (4,3+ 0,13)
P 4,17≥ µ ≥ 4,43
X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
5+5+5+ 4+5+...+5
=
20
93
=
20
= 4,65
128
n
S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
=
( 5−4,65 ) 2+ ( 5−4,65 ) 2+ ( 5−4,65 ) 2+ ( 4−4,65 ) 2+ ( 5−4,65 ) 2+...+ ( 5−4,65 ) 2
20
√ 0,44
4,2
=
20
= 0,21
S = √ S2
= √ 0,21
=0,45
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,65 - (1,96.0,45/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,65 + (1,96.0,45/√ 20)) = 95%
P (4,65- 0,19) ≥ µ ≥ (4,65+ 0,19)
P 4,46≥ µ ≥ 4,84
129
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan (Lanjutan)
X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
5+4 +5+5+5+...+5
=
20
85
=
20
= 4,25
S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
=
( 5−4,25 ) 2+ ( 4−4,25 ) 2+ ( 4−4,25 ) 2+ ( 4−4,25 ) 2+ ( 4−4,25 ) 2+...+ ( 4−4,25 ) 2
20
√ 0,44
2
=
20
= 0,1
S = √ S2
= √ 0,1
=0,31
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,25 - (1,96.0,31/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,25 + (1,96.0,31/√ 20)) = 95%
P (4,25- 0,13) ≥ µ ≥ (4,25 + 0,13)
P 4,12≥ µ ≥ 4,38
130
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan (Lanjutan)
Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Bau
Formula Sediaan F1: Konsentrasi 2%
n
X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
5+4 +5+5+ 4+...+5
=
20
91
=
20
= 4,55
n
S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
( 5−4,5 ) 2+ ( 4−4,5 ) 2+ ( 5−4,5 ) 2+ ( 5−4,5 ) 2+ ( 4−4,5 ) 2+...+ ( 5−4,5 ) 2
=
20
√ 0,44
1
=
20
= 0,1
S = √ S2
= √ 0,1
=0,31
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,55 - (1,96.0,31/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,55 + (1,96.0,31/√ 20)) = 95%
P (4,55- 0,13) ≥ µ ≥ (4,55 + 0,13)
P 4,42 ≥ µ ≥ 4,65
131
132
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan (Lanjutan)
Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Bau
Formula Sediaan F2: Konsentrasi 2,5%
n
X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
5+5+4 +4 +4 +...+4
=
20
94
=
20
= 4,7
n
S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
( 5−4,7 ) 2+ (5−4,7 ) 2+ ( 4−4,7 ) 2+ ( 5−4,7 ) 2+ ( 4−4,7 ) 2+...+ ( 5−4,7 ) 2
=
20
√ 0,44
71,2
=
20
= 0,06
S = √ S2
= √ 0,06
=0,24
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,7 - (1,96.0,24/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,7+ (1,96.0,24/√ 20)) = 95%
P (4,7- 0,10) ≥ µ ≥ (4,7 + 0,10)
P 4,6 ≥ µ ≥ 4,8
133
134
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan (Lanjutan)
X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
88
=
20
= 4,4
S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
( 5−4,4 ) 2+ ( 4−4,4 ) 2+ ( 5−4,4 ) 2+ ( 5−4,4 ) 2+ ( 4−4,4 ) 2+...+ ( 5−4,4 ) 2
=
20
√ 0,44
12,4
=
20
= 0,62
S = √ S2
= √ 0,62
=0,78
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,4 - (1,96.0,78/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,4 + (1,96.0,78/√ 20)) = 95%
P (4,4- 0,34) ≥ µ ≥ (4,4 + 0,34)
P 4,06 ≥ µ ≥ 4,37
135
136
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan (Lanjutan)
X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
5+5+4 +5+5+...+5
=
20
93
=
20
= 4,65
S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
=
( 5−4,65 ) 2+ ( 5−4,65 ) 2+ ( 4−4,65 ) 2+ ( 5−4,65 ) 2+ ( 5−4,7 ) 2+...+ ( 5−4,7 ) 2
20
√ 0,44
2
=
20
= 0,1
S = √ S2
= √ 0,1
=0,31
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,65 - (1,96.0,31/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,65 + (1,96.0,31/√ 20)) = 95%
P (4,65- 0,13) ≥ µ ≥ (4,65 + 0,13)
P 4,52 ≥ µ ≥ 4,78
137
138
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan (Lanjutan)
X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
95
=
20
= 4,75
n
S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
6
=
20
= 0,3
S = √ S2
= √ 0,3
=0,54
P 4,52 ≥ µ ≥ 4,98
139
140
Lampiran 23. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Buah Bit
Data absorbansi:
0 1,079 -
10 0,954 11,58
20 0,695 35,58
30 0,451 58,20
40 0,246 77,20
Perhitungan % Peredaman Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit 2,5%
1. Konsentrasi 10µg/mL
1,079−0,954
%Peredaman = ×100 %=¿ 11,58 µg/mL
1,079
2. Konsentrasi 20µg/mL
1,079−0695
%Peredaman = ×100 %=¿35,58 µg/mL
1,079
3. Konsentrasi 30µg/mL
1,079−0,451
%Peredaman = × 100 %=¿58,20 µg/mL
1,079
4. Konsentrasi 40µg/mL
1,079−0,246
%Peredaman = ×100 %=¿77,20 µg/mL
1,079
141
Lampiran 24. Perhitungan Nilai IC₅₀ Ekstrak Etanol Buah Bit
X = Konsentrasi (µg/mL)
Y = % Aktivitas Antioksidan
5.661,4−(100)(182,56)/4
a=
3000−(100) ² /4
1.097,4
a=
500
a = 2,1948
b= y–ax
b = -9,27
50 = 2,1948 x + -9,27
50−(−9,27)
x=
2,1948
x = 18 µg/mL
142
143
Lampiran 25. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Blanko Sediaan
Eye Cream
Data absorbansi:
Konsentrasi Larutan
Absorbansi Aktivitas Antioksidan (%)
Uji (µg/mL)
0 1,079 -
10 0,659 38,92
20 0,721 33,17
30 0,782 27,52
40 0,937 13,16
1. Konsentrasi 10µg/mL
1,079−0,659
% Peredaman = ×100 %=33,92 µg/mL
1,079
2. Konsentrasi 20µg/mL
1,079−0,721
%Peredaman = × 100 %=¿33,17 µg/mL
1,079
3. Konsentrasi 30µg/mL
1,079−0,782
%Peredaman = × 100 %=27,52 µg/mL
1,079
4. Konsentrasi 40µg/mL
1.079−0,937
% Peredaman = ×100 %=¿13,16 µg/mL
1,079
144
145
Lampiran 26. Perhitungan Nilai IC₅₀ Blanko Sediaan Eye Cream
% aktivitas
Konsentrasi (X) antioksidan (Y) XY X²
0 0 0 0
10 38,92 389,2 100
20 33,17 663,4 400
30 27,52 825,6 900
40 13,16 526,4 1.600
Ʃx = 100 Ʃx = 112,77 Ʃxy = 2.404,6 Ʃx² = 3000
x = 25 Y = 28,1925
X = Konsentrasi (µg/mL)
Y = % Aktivitas Antioksidan
2.404,6−(100)(112,77)/ 4
a=
3000−(100) ² / 4
−414,9
a=
500
a = -0,8298
b= y–ax
b = 7,4475
50 = -0,8292x+7,4475
50−7,4475
x=
−0,8292
x = 51,31 µg/ml
146
147
Lampiran 27. Perhitungan Persentase Aktivitas Sediaan Eye Cream Ekstrak
Etanol Buah Bit Konsentrasi 1,5%
Data absorbansi:
0 1,079 -
10 0,816 24,37
20 0,626 41,98
30 0,403 62,65
40 0,201 81,37
Perhitungan % Peredaman Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit 1,5%
1. Konsentrasi 10 µg/mL
1,079−0,816
%Peredaman = ×100 %=¿24,37 µg/mL
1,079
2. Konsentrasi 20µg/mL
1,079−0,626
%Peredaman = ×100 %=¿41,98 µg/mL
1,079
3. Konsentrasi 30µg/mL
1,079−0,403
%Peredaman = ×100 %=¿62,65 µg/mL
1,079
4. Konsentrasi 40µg/mL
1,079−0,201
%Peredaman = × 100 %=¿81,37 µg/mL
1,079
148
Lampiran 28. Perhitungan IC₅₀ Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 1,5%
X = Konsentrasi (µg/mL)
Y = % Aktivitas Antioksidan
6.217,6−(100)(210,37)/ 4
a=
3000−(100) ² / 4
958,4
a=
500
a = 1,9168
b= y–ax
b = 4,67
50 = 1,9168 x + 4,67
149
50−(4,67)
x=
1,9168
x = 23 µg/mL
Data absorbansi:
Konsentrasi Larutan
Absorbansi Aktivitas Antioksidan (%)
Uji (µg/mL)
0 1.079 -
10 0,798 26,04
20 0,602 44,20
30 0,409 62,09
40 0,212 80,35
1. Konsentrasi 10µg/mL
1,079−0,789
%Peredaman = ×100 %=¿26,04 µg/mL
1,079
2. Konsentrasi 20µg/mL
1,079−0,602
%Peredaman = × 100 %=¿44,20 µg/mL
1,079
3. Konsentrasi 30µg/mL
1,079−0,409
%Peredaman = ×100 %=¿62,09 µg/mL
1,079
4. Konsentrasi 40µg/mL
1,079−0,212
%Peredaman = × 100 %=¿80,35 µg/mL
1,079
150
Lampiran 30. Perhitungan IC₅₀ Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2%
Konsentrasi % aktivitas XY X²
(X) antioksidan (Y)
0 0 0 0
10 26,04 260,4 100
20 44,20 884 400
30 62,09 1862,7 900
40 80,35 321,4 1.600
Ʃx = 100 Ʃy = 212,6 Ʃxy = 6.221,1 Ʃx² = 3000
x = 25 y = 53,17
X = Konsentrasi (µg/mL)
Y = % Aktivitas Antioksidan
6.221,1−(100)(53,17)/4
a=
3000−(100) ²/ 4
904,1
a=
500
a = 1,8082
b= y–ax
b = 7,97
50 = 1,8082 x + 7,97
151
50−7,97
x=
1,8082
x = 23 µg/mL
Data absorbansi:
Konsentrasi Larutan
Absorbansi Aktivitas Antioksidan (%)
Uji (µg/mL)
0 1,079 -
10 0,866 27,64
20 0,651 39,66
30 0,432 67,86
40 0,241 85,56
1. Konsentrasi 10µg/mL
1,079−0,866
%Peredaman = ×100 %=¿27,64 µg/mL
1,079
2. Konsentrasi 20µg/mL
1,079−0,651
%Peredaman = × 100 %=¿39,66 µg/mL
1,079
3. Konsentrasi 30µg/mL
1,079−0,432
%Peredaman = × 100 %=¿67,86 µg/mL
1,079
4. Konsentrasi 40µg/mL
152
1,079−0,241
%Peredaman = × 100 %=¿85,56 µg/mL
1,079
153
Lampiran 32. Perhitungan IC₅₀ Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2,5%
Konsentrasi % aktivitas XY X²
(X) antioksidan (Y)
0 0 0 0
10 27,64 276,4 100
20 39,66 793,2 400
30 67,86 2.035,8 900
40 85,56 3.422,4 1600
Ʃx = 100 Ʃy = 220,72 Ʃxy = 6.527,8 Ʃx² = 3000
x = 25 y = 55,18
X = Konsentrasi (µg/mL)
Y = % Aktivitas Antioksidan
6.527,8−(100)( 220,72)/4
a=
3000−(100) ²/ 4
1.009,8
a=
500
a = 2,0196
b= y–ax
b = 4,69
50 = 2,0196 x + 4,69
50−4,69
x=
2,0196
x = 22 µg/mL
154
Lampiran 33. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream
Pembanding
Data absorbansi:
Konsentrasi Larutan
Absorbansi Aktivitas Antioksidan (%)
Uji (µg/mL)
0 1,079 -
10 0,954 5,46
20 0,695 22,70
30 0,451 71,36
40 0,245 73,86
1. Konsentrasi 10µg/mL
1,079−1,020
%Peredaman = × 100 %=¿5,46 µg/mL
1,079
2. Konsentrasi 20µg/mL
1,079−0,834
%Peredaman = ×100 %=¿ 22,70 µg/mL
1,079
3. Konsentrasi 30µg/mL
1,079−0,309
%Peredaman = ×100 %=¿71,36 µg/mL
1,079
4. Konsentrasi 40µg/mL
1,079−0,282
%Peredaman = × 100 %=¿73,86 µg/mL
1,079
155
156
Lampiran 34. Perhitungan Nilai IC₅₀ Pembanding
X = Konsentrasi (µg/mL)
Y = % Aktivitas Antioksidan
5,603,8−(100)(173,38)/4
a=
3000−(100) ²/ 4
1.269,3
a=
500
a = 2,5386
b= y–ax
b = (20,12)
50 = 2,5386 x + (20,12)
50−(20,12)
x=
2,5386
157
x = 11 µg/mL
158
Lampiran 35. Gambar Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH
159
Lampiran 36. Hasil Pengukuran Operating Time Ekstrak Etanol Buah Bit
160
Lampiran 36. Hasil Pengukuran Operating Time Ekstrak Etanol Buah Bit
(Lanjutan)
161
Lampiran 37. Gambar Absorbansi Ekstrak Etanol Buah Bit
162
Lampiran 38. Gambar Absorbansi Sediaan Blanko Eye Cream
163
Lampiran 39. Gambar Absorbansi Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 1,5%
164
Lampiran 41. Gambar Absorbansi Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2%
165
Lampiran 42. Gambar Absorbansi Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2,5%
166
Lampiran 43. Gambar Absorbansi Sediaan Eye Cream Pembanding
167
Lampiran 44. Contoh Kuesioner Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Nama :
Usia :
Bau
Warna
Bentuk
Nilai Kesukaan:
1 : Amat sangat tidak suka
2 : Sangat tidak suka
3 : Tidak suka
4 : Agak tidak suka
5 : Netral
( Nama Lengkap )
168
Lampiran 45. Contoh Format Surat Pernyataan Untuk Uji Iritasi
SURAT PERNYATAAN
Nama :
Umur :
Alamat :
(Nama Lengkap)
169