Anda di halaman 1dari 192

SKRIPSI

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN


SEDIAAN EYE CREAM DARI EKSTRAK ETANOL
BUAH BIT (Beta vulgaris L. ) DENGAN METODE
DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)

OLEH:
JERNI KATHARINA PAKPAHAN
NPM 184301078

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2022
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
SEDIAAN EYE CREAM DARI EKSTRAK ETANOL
BUAH BIT (Beta vulgaris L. ) DENGAN METODE
DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satusyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi


pada Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien

OLEH:
JERNI KATHARINA PAKPAHAN
NPM 184301078

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2022

ii
HALAMAN PENGESAHAN

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN


SEDIAAN EYE CREAM DARI EKSTRAK ETANOL
BUAH BIT (Beta vulgaris L. ) DENGAN METODE
DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)

OLEH:
JERNI KATHARINA PAKPAHAN
NPM 184301078

Dipertahankan Dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi


Universitas Tjut Nyak Dhien
Pada Tanggal: Juli 2022

Disetujui oleh:
Pembimbing 1, Panitia Penguji

apt. Yessi Febriani, M.Si. apt. Yessi Febriani, M.Si.

Pembimbing 2, apt. Eva Sartika Dasopang, S.Si., M.Si.

Dra. apt. Sudewi, M.Si. Dra. apt. Sudewi, M.Si.

Medan, September 2022


Fakultas Farmasi
Universitas Tjut Nyak Dhien
Disahkan oleh :
Dekan,

Dr.apt. Nilsya Febrika Zebua, S.Farm., M.Si.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah
dan kasih setianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan
Sediaan Eye Cream dari Ekstrak Etanol Buah Bit (Beta vulgaris L.) dengan
Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)”. Penulisan skripsi ini merupakan
salah satu persyaratan bagi setiap mahasiswa yang ingin menyelesaikan studinya
di Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien.
Selesainya skripsi ini, secara khusus dengan rasa hormat yang setinggi-
tingginya diberikan terima kasih untuk kedua orang tua tercinta Halasan Pakpahan
dan Ibunda Tiodoria Hutabarat yang telah melahirkan, membesarkan serta
mendidik dengan penuh kasih sayang sehingga dapat menjadi anak yang selalu
bersyukur dalam keadaan apapun dan selalu memberikan dukungan sehingga
penelitian dan bahan seminar ini dapat terselesaikan.
Dengan segala hormat dan ungkapan bahagia, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Awaluddin, SE., M.Si., M.M sebagai Ketua Yayasan Apipsu
Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien Medan yang telah memberikan
fasilitas dan sarana kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Pendidikan
di Fakultas Farmasi.
2. Bapak Irwan Agusnu Putra, S.P., MP selaku Rektor Universitas Tjut Nyak
Dhien yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Sarjana Farmasi
pada Fakultas Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dhien.
3. Ibu Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, M.Si. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Tjut Nyak Dhien yang telah memberikan fasilitas kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Sarjana
Farmasi pada Fakultas Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dhien..
4. Ibu Dr. apt. Muharni Saputri, S. Farm., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dhien yang
senantiasa memberi dorongan dan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan pendidikan Program Studi Sarjana Farmasi pada Fakultas
Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dhien.
5. Ibu apt. Yessi Febriani, M. Si, selaku Dosen Pembimbing satu yang telah
banyak membimbing, membantu, memberi masukkan, arahan serta
memberikan solusi kepada penulis melaksanakan penelitian hingga selesainya
bahan seminar ini.
6. Ibu Dra. apt. Sudewi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing dua yang telah banyak
membimbing, membantu, memberikan masukkan, arahan serta memberikan
solusi kepada penulis melaksanakan penelitian selesainya skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Staf yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis selama menjalankan kuliah di Universitas Tjut Nyak Dhien Medan.
8. Ibu apt. Siti Muliani Julianty, S.Farm, M.Farm selaku Kepala Laboratorium
yang ada di lingkungan Fakultas Farmasi Tjut Nyak Dhien, penulis ucapkan
terimakasih atas bantuan yang diberikan selama pelaksanaan kegiatan
akademik dan penelitian yang telah dilaksanakan.

iii
9. Ibu apt. Siti Aisah, S. Farm selaku notulen yang ada di lingkungan Fakultas
Farmasi Tjut Nyak Dhien, penulis ucapkan terimakasih atas bantuan yang
diberikan selama pelaksanaan kegiatan akademik dan penelitian yang telah
dilaksanakan.
10. Teman-teman sejawat Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien Medan
stambuk 2018 yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang
telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
11. Seluruh pihak yang telah mendukung dan berkontribusi untuk penulis
sehingga dapat menyelesaikan bahan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu saya ucapkan banyak terima kasih.
Dan semoga penulisan skripsi ini membawa manfaat bagi seluruh peneliti
Aamiin.

Medan, 01 September 2022


Penulis

Jerni Katharina Pakpahan

iv
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
SEDIAAN EYE CREAM DARI EKSTRAK ETANOL
BUAH BIT (Beta vulgaris L. ) DENGAN METODE
DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)

ABSTRAK

Buah bit (Beta vulgaris L.) merupakan tanaman buah yang mengandung
senyawa fenolik termasuk flavonoid dan memiliki antioksidan sangat kuat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa daging buah bit
(Beta vulgaris L.) yang dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan ke
dalam bentuk sediaan eye cream pada konsentrasi tertentu memiliki aktivitas
antioksidan dan mampu memberikan efek melembabkan serta tidak menyebabkan
iritasi pada kulit.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimental,
menggunakan bahan uji buah bit (Beta vulgaris L.). Ekstrak diperoleh dengan
metode maserasi menggunakan penyari etanol 96%, dilakukan identifikasi
tumbuhan, skrining fitokimia. Formulasi sediaan eye cream dalam konsentrasi
1,5%, 2%, 2,5% dan blanko. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi
pemeriksaan homogenitas, uji daya sebar, uji pH, uji stabilitas sediaan, uji iritasi,
uji kesukaan, uji efektivitas sediaan dalam melembabkan kulit dengan
menggunakan alat Skin Analyzer Checker (Aramo®), dan uji aktivitas antioksidan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah bit Buah bit (Beta vulgaris L.)
dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan ke dalam sediaan eye cream,
merupakan sediaan yang homogen dan stabil. mempunyai rentang pH saat setelah
dibuat 6,1-6,4 dan pH setelah cycling test 6,0-6,3 dan memiliki daya sebar 5-7 cm.
Pengujian efektivitas seluruh sediaan eye cream dalam melembabkan kulit
menggunakan alat Skin Analyzer Checker (Aramo®) selama 4 minggu perawatan
menunjukkan bahwa sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.)
pada konsentrasi 2,5% (F3) merupakan sediaan terbaik dan yang paling disukai,
memberikan efek melembabkan 53,66% dengan persentase pemulihan tertinggi
serta hasil uji aktivitas antioksidan tergolong sebagai antioksidan “sangat kuat”
dengan nilai IC50 18 µg/mL dan termasuk kategori “lembab” dan eye cream
pembanding dengan hasil uji aktivitas antioksidan tergolong sebagai antioksidan
“sangat kuat” dengan nilai IC50 11 µg/mL lebih tinggi dari konsentrasi 2,5% (F3),
Pada ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.) memiliki nilai IC50 22 µg/mL
termasuk kategori antioksidan “sangat kuat” dan blanko memiliki nilai IC50 51,31
µg/mL termasuk kategori antioksidan “kuat” Seluruh sediaan eye cream ekstrak
etanol buah bit (Beta vulgaris L.) tidak mengiritasi kulit kulit.

Kata kunci : buah bit, ekstrak etanol, eye cream, antioksidan, DPPH.

v
FORMULATION AND TESTING OF ANTIOXIDANT ACTIVITY OF
EYE CREAM PREPARATION FROM
ETHANOL EXTRACT OF BIT (Beta vulgaris L. ) USING
DPPH METHOD (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl)

ABSTRACT

Beetroot (Beta vulgaris L.) is a fruit plant that contains phenolic


compounds including flavonoids and has very strong antioxidants. This study aims
to determine that the flesh of the beetroot (Beta vulgaris L.) which in the form of
ethanol extract can be formulated into eye cream dosage forms at a certain
concentration has antioxidant activity and is able to provide a moisturizing effect
and does not cause irritation to the skin.
This research was conducted using an experimental method, using the test
material of beetroot (Beta vulgaris L.). The extract was obtained by maceration
method using 96% ethanol extract, then carried out phytochemical screening,
formulated into eye cream preparations in concentrations of 1.5%, 2%, 2.5% and
blank. Plant identification was carried out, physical quality examination of the
preparation of beetroot ethanol extract (Beta vulgaris L.) included homogeneity
examination, dispersion test, pH test, stability test, irritation test, preference test,
test the effectiveness of the preparation in moisturizing using the Skin Analyzer
Checker. (Aramo®), and antioxidant activity test. Beetroot (Beta vulgaris L.) in
the form of ethanol extract can be formulated into eye cream preparations, which
are homogeneous and stable preparations. It has a pH range after being made
from 6.1 to 6.4 and a pH after cycling test from 6.0 to 6.3 and a dispersion of 5-7
cm.
The results showed that the beets on phytochemical screening had
flavonoid compounds, alkaloids, tannins, saponins, and glycosides. Testing the
effectiveness of all eye cream preparations in moisturizing the skin using the Skin
Analyzer Checker (Aramo®) for 4 weeks of treatment showed that the eye cream
preparation of beetroot ethanol extract (Beta vulgaris L.) at a concentration of
2.5% (F3) was the best preparation and the most preferred, providing a
moisturizing effect of 53,66% with the highest percentage of recovery and the
results of the antioxidant activity test classified as "very strong" antioxidants with
an IC50 value of 18 g/mL and a comparison eye cream with antioxidant activity
test results classified as "very strong" antioxidants with a value of IC50 11 g/mL

Keywords: beetroot, ethanol extract, eye cream, antioxidant, DPPH.

vi
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL .......................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................ v
ABSTRACT ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii
DAFTAR GRAFIK.......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 4
1.3 Hipotesis Penelitian................................................................ 5
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 7
2.1 Bit (Beta vulgaris L.).............................................................. 7
2.1.1 Sistematika buah bit.................................................... 7
2.1.2 Daerah tumbuh buah bit merah................................... 8
2.1.3 Nama umum................................................................ 8
2.1.4 Morfologi buah bit...................................................... 8
2.1.5 Jenis-jenis bit.............................................................. 9
2.1.6 Kandungan kimia umbi bit.......................................... 11
2.2 Simplisia................................................................................. 11
2.3 Ekstraksi................................................................................. 12
2.3.1 Cara dingin................................................................. 12
2.3.2 Cara panas...................................................................
.....................................................................................
13Error! Bookmark not defined.
2.4 Kulit........................................................................................ 14
2.4.1 Struktur kulit............................................................... 14

vii
2.4.2 Jenis-jenis kulit........................................................... 15
2.4.3 Fungsi kulit................................................................. 16
2.4.5 Mata............................................................................ 19
2.5 Kosmetik................................................................................. 19
2.5.1 Pengertian kosmetik.................................................... 19
2.5.2 Manfaat kosmetik........................................................ 20
2.5.3 Penggolongan kosmetik.............................................. 21
2.6.2 Penggolongan kosmetik.............................................. 21
2.6 Eye Cream.............................................................................. 23
2.7 Krim........................................................................................ 23
2.7.1 Formulasi krim............................................................ 24
2.7.2 Komponen eye cream................................................. 25
2.8 Antioksidan............................................................................. 28
2.8.1 Jenis-jenis antioksidan................................................ 28
2.9 Radikal Bebas......................................................................... 29
2.10 Metode DPPH......................................................................... 30
2.11 Spektrofotometer UV-Vis....................................................... 31
2.11.1 Prinsip spektrofotometri UV-Vis............................... 32
2.11.2 Instrumentasi spektrofotometri UV-Vis.................... 32
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 34
3.1 Alat-Alat................................................................................. 34
3.2 Bahan-Bahan........................................................................... 35
3.3 Pembuatan Larutan Pereaksi................................................... 35
3.3.1 Pereaksi asam klorida 0,5 N........................................ 35
3.3.2 Pereaksi asam klorida 2 N........................................... 35
3.3.3 Pereaksi bouchardart................................................... 35
3.3.4 Pereaksi dragendorf.................................................... 35
3.3.5 Pereaksi mayer............................................................ 36
3.3.6 Pereaksi molish........................................................... 36
3.3.7 Pereaksi natrium hidroksida 2 N................................. 36
3.3.8 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M................................. 36
3.3.9 Pereaksi besi (III) klorida 10%................................... 36
3.3.10 Pereaksi lieberman-bouchard...................................... 36
3.3.11 Pereaksi natrium pikrat............................................... 36
3.3.12 Pereaksi fehling A....................................................... 37

viii
3.3.13 Pereaksi fehling B....................................................... 37
3.3.14 Pereaksi asam nitrat 0,5 N.......................................... 37
3.4 Waktu Penelitian..................................................................... 37
3.5 Tempat Penelitian................................................................... 37
3.6 Sukarelawan............................................................................ 37
3.7 Pengumpulan Bahan Tumbuhan............................................. 38
3.8 Identifikasi Simplisia.............................................................. 38
3.9 Pembuatan Simplisia.............................................................. 38
3.10 Pembuatan Ekstrak................................................................. 39
3.11 Skrining Fitokimia.................................................................. 39
3.11.1 Pemeriksaan flavonoid................................................ 39
3.11.2 Pemeriksaan tanin....................................................... 40
3.11.3 Pemeriksaan saponin................................................... 40
3.11.4 Pemeriksaan steroid dan terpenoid............................. 40
3.11.5 Pemeriksaan glikosida................................................ 41
3.12 Formulasi Sediaan Eye Cream................................................ 42
3.13 Formula Standar...................................................................... 42
3.14 Formula Dimodifikasi............................................................. 42
3.15 Prosedur Pembuatan Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol
Buah Bit (Beta vulgaris L.).................................................... 43
3.16 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Eye Cream Ekstrak Buah Bit
Bit (Beta vulgaris L.)............................................................ 44
3.16.1 Uji homogenitas.......................................................... 45
3.16.2 Uji stabilitas sediaan................................................... 45
3.16.3 Uji pH.......................................................................... 45
3.16.4 Uji kekentalan/viskositas............................................ 45
3.16.5 Uji daya sebar............................................................. 46
3.16.6 Uji iritasi kulit............................................................. 46
3.16.7 Uji efektivitas sediaan eye cream terhadap salah satu
kulit sukarelawan menggunakan alat skin analizer
checher (Aramo®)...................................................... 47
3.16.8 Uji kesukaan (hedonic test)......................................... 47
3.17 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Bit............... 49
3.18 Pembuatan Larutan Induk baku DPPH................................... 49
3.19 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH.. 49
3.20 Penentuan Operating Time..................................................... 49
3.21 Pengukuran Absorbansi DPPH pada Sampel......................... 50

ix
3.22 Analisis Penentuan Aktivitas Antioksidan............................. 50
3.23 Analisis Nilai IC50................................................................... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 52
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan.................................................. 52
4.2 Hasil Perolehan Simplisia...................................................... 53
4.3 Hasil Perolehan Ekstrak.......................................................... 53
4.4 Hasil Skrining Fitokimia......................................................... 53
4.5 Hasil Formulasi Sediaan......................................................... 54
4.6 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan.................................. 55
4.6.1 Hasil pengujian homogenitas...................................... 55
4.6.2 Hasil pengujian stabilitas sediaan...............................
.....................................................................................
Error! Bookmark not defined.
4.6.3 Hasil uji pH................................................................. 56
4.6.4 Hasil uji viskositas...................................................... 57
4.6.5 Hasil uji daya sebar..................................................... 58
4.6.6 Hasil uji iritasi kulit.................................................... 59
4.6.7 Hasil uji efektivitas kelembaban sediaan.................... 60
4.6.8 Hasil uji kesukaan (hedonic test) sediaan.................. 61
4.7 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Bit...... 62
4.7.1 Hasil pengukuran panjang gelombang serapan
maksimum DPPH........................................................ 63
4.7.2 Hasil pengukuran operating time................................ 63
4.7.3 Hasil analisis persentase aktivitas antioksidan pada
sampel......................................................................... 63
4.7.4 Hasil analisis nilai IC50................................................ 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 73
5.1 Kesimpulan............................................................................. 73
5.2 Saran....................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 75

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Formula Modifikasi Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
(Beta vulgaris L.).................................................................... 43
Tabel 2.2 Hubungan Nilai IC50 terhadap Aktivitas Antioksidan............ 51
Tabel 3.1 Hasil Skrining Golongan Senyawa Kimia dari Ekstrak
Etanol Buah Bit (Beta vulgaris L.)......................................... 54
Tabel 3.2 Data Hasil Formulasi Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit.. . 54
Tabel 3.3 Data Hasil Uji Homogenitas Sediaan Eye Cream.................. 55
Tabel 3.4 Data Hasil Uji Stabilitas Sediaan Eye Cream Sebelum dan
Sesudah Dilakukan Cycling Test............................................
................................................................................................
Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.5 Hasil Uji pH Eye Cream Ekstrak Buah Bit
(Beta vulgaris L.).................................................................... 56
Tabel 3.6 Hasil Uji Viskositas Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
(Beta vulgaris L.).................................................................... 57
Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Sebar Ekstrak Etanol Buah Bit
(Beta vulgaris L.).................................................................... 58
Tabel 3.8 Data Hasil Uji Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan................. 59
Tabel 3.9 Data Hasil Pengukuran Kelembaban Pada Sediaan Eye
Cream..................................................................................... 60
Tabel 3.10 Hasil Uji Kesukaan Responden Terhadap Eye Cream
Ekstrak Etanol Buah Bit......................................................... 61
Tabel 3.10 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Bit... 63
Tabel 3.11 Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream Blanko................ 64
Tabel 3.12 Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol
Buah Bit Eye Cream Konsentrasi 1,5% (F1).......................... 64
Tabel 3.13 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye cream
Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 2% (F2) ...................... 65
Tabel 3.14 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream
Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 2,5% (F3)................... 65
Tabel 3.15 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream
Pembanding (F4).................................................................... 66
Tabel 3.17 Nilai IC50 pada Ekstrak Etanol Buah Bit................................ 66
Tabel 3.18 Nilai IC50 Sediaan Eye Cream Blanko.................................... 67
Tabel 3.19 Nilai IC50 Sediaan Eye Cream 1,5% (F1)................................ 68

xi
Tabel 3.20 Nilai IC50 pada Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah
Bit Konsentrasi 2% (F2)......................................................... 69
Tabel 3.21 Nilai IC50 Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2,5% (F3)............................................................ 70
Tabel 3.22 Nilai IC50 pada Sediaan Eye Cream Pembanding................... 71

xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Uraian Tumbuhan (Beta vulgaris L.)...................................... 7


Gambar 2.2 Struktur Kulit.......................................................................... 14
Gambar 2.3 Struktur Mata.......................................................................... 19
Gambar 2.4 Reaksi Penangkapan Radikal DPPH dengan Antioksidan..... 31
Gambar 2.5 Instrument Spektrofotometri................................................... 32

xiii
DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 3.1 Grafik Ekstrak Etanol Buah Bit dengan Persentase


Aktivitas Antioksidan............................................................. 67
Grafik 3.2 Grafik Kurva Hubungan antara Konsentrasi Eye Cream
Blanko dengan Antioksidan.................................................... 68
Grafik 3.3 Grafik Kurva Hubungan antara Konsentrasi Eye Cream
Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 1,5% (F1) dengan
Antioksidan............................................................................. 69
Grafik 3.4 Grafik Kurva Hubungan antara Konsentrasi Eye Cream
Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 2% (F2) dengan
Antioksidan............................................................................. 70
Grafik 3.5 Grafik Kurva Hubungan antara Konsentrasi Eye Cream
Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 2,5% (F3) dengan
Antioksidan............................................................................. 71
Grafik 3.6 Grafik Kurva Hubungan antara Konsentrasi Eye Cream
Pembanding............................................................................ 72

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan............................................................ 79


Lampiran 2. Bahan Uji yang Digunakan..................................................... 80
Lampiran 3. Alat-Alat yang Digunakan...................................................... 81
Lampiran 4. Skrining Fitokimia.................................................................. 83
Lampiran 5. Bagan Alir Pengolahan Simplisia........................................... 82
Lampiran 6. Bagan Alir Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Bit.................... 83
Lampiran 7. Bagan Alir Pembuatan Sediaan Eye Cream........................... 84
Lampiran 8. Bagan Alir Pengukuran Panjang Gelombang Serapan
Maksimum DPPH................................................................... 85
Lampiran 9. Bagan Alir Penentuan Operating Time................................... 86
Lampiran 10. Bagan Alir Pengukuran Kurva Kalibrasi terhadap DPPH
dan Ekstrak............................................................................. 87
Lampiran 11. Perhitungan Formulasi Modifikasi......................................... 88
Lampiran 12. Gambar Hasil Formulasi Sediaan Eye Cream........................ 89
Lampiran 13. Gambar Hasil Uji Homogenitas.............................................. 90
Lampiran 14. Gambar Hasil pH Sediaan...................................................... 91
Lampiran 15. Gambar Hasil Uji Viskositas.................................................. 92
Lampiran 16. Gambar Hasil Uji Daya Sebar................................................. 93
Lampiran 17. Gambar Uji Iritasi Sediaan Eye Cream pada Salah Satu
Sukarelawan............................................................................ 94
Lampiran 18. Gambar Hasil Aplikasi Sediaan Eye Cream........................... 95
Lampiran 19. Gambar Hasil Uji Kelembapan Menggunakan Alat Skin
Analyzer (Aram)....................................................................
................................................................................................
Error! Bookmark not defined.
Lampiran 20. Hasil Perhitungan Persen Pemulihan...................................... 121
Lampiran 21. Uji Kesukaan Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit. . 122
Lampiran 22. Perhitungan Nilai Uji Kesukaan............................................. 125
Lampiran 23. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanol Buah Bit....................................................................... 134
Lampiran 24. Perhitungan Nilai IC₅₀ Ekstrak Etanol Buah Bit.................... 135
Lampiran 25. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Blanko
Sediaan Eye Cream................................................................. 136

xv
Lampiran 26. Perhitungan Nilai IC₅₀ Blanko Sediaan Eye Cream............... 137
Lampiran 27. Perhitungan Persentase Aktivitas Sediaan Eye Cream
Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 1,5%............................ 138
Lampiran 28. Perhitungan IC₅₀ Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah
Bit Konsentrasi 1,5%.............................................................. 139
Lampiran 29. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye
Cream Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 2%................... 140
Lampiran 30. Perhitungan IC₅₀ Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah
Bit Konsentrasi 2%................................................................. 141
Lampiran 31. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye
Cream Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 2,5%................ 142
Lampiran 32. Perhitungan IC₅₀ Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah
Bit Konsentrasi 2,5%.............................................................. 143
Lampiran 33. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye
Cream Pembanding................................................................ 144
Lampiran 34. Perhitungan Nilai IC₅₀ Pembanding....................................... 145
Lampiran 35. Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH................... 146
Lampiran 36. Hasil Pengukuran Operating Time Ekstrak Etanol Buah
Bit........................................................................................... 147
Lampiran 37. Absorbansi Ekstrak Etanol Buah Bit...................................... 149
Lampiran 38. Absorbansi Sediaan Blanko Eye Cream................................. 150
Lampiran 39. Absorbansi Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 1,5%.................................................................... 151
Lampiran 41. Absorbansi Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2%....................................................................... 152
Lampiran 42. Absorbansi Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2,5%.................................................................... 153
Lampiran 43. Absorbansi Sediaan Eye Cream Pembanding......................... 154
Lampiran 44. Contoh Kuesioner Uji Kesukaan (Hedonic Test)................... 155
Lampiran 45. Contoh Format Surat Pernyataan untuk Uji Iritasi................. 156

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penuaan dini merupakan fenomena yang terjadi pada tubuh manusia dan

menjadi bahan konsumsi publik untuk diperbincangkan. Penuaan dini biasanya

ditandai dengan kondisi kulit yang kering, bersisik, kasar dan disertai munculnya

keriput dan noda hitam atau flek. Penuaan dini pada kulit terjadi secara alami, hal

ini disebabkan oleh sumber radikal bebas yang berasal dari lingkungan seperti

polusi udara, sinar matahari, gesekan mekanik, suhu panas atau dingin dan reaksi

oksidasi yang berlebihan. Penyinaran matahari yang berlebihan menyebabkan

jaringan epidermis kulit tidak cukup mampu melawan efek negatif seperti

kelainan kulit mulai dari dermatitis ringan sampai kanker kulit, sehingga

diperlukan perlindungan baik secara fisik dengan menutupi tubuh misalnya

menggunakan payung, topi, atau jaket dan secara kimia dengan menggunakan

kosmetika (Mokodompit, N.A, et.al., 2013).

Tubuh manusia memiliki sistem antioksidan untuk mengenal reaktivitas

radikal bebas, yang secara berkelanjutan dibentuk sendiri oleh tubuh. Tetapi

dalam keadaan tertentu tubuh tidak dapat mengatasinya sendiri sehingga tubuh

memerlukan zat-zat antioksidan dari luar tubuh untuk mencegah terjadinya reaksi

reaktif radikal bebas tersebut. Antioksidan merupakan senyawa yang mampu

menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh, yang bekerja

dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan

sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat (Titta et al., 2013).

1
Bit (Beta vulgaris L.) adalah tanaman yang banyak di Eropa, Asia serta di

Amerika. Daun dari tanaman bit biasanya dimanfaatkan sebagai sayur sedangkan

umbi bit juga dapat dimanfaatkan untuk produksi gula karena tingginya

kandungan gula sukrosa pada umbi bit. Umbi bit tersebut tidak digunakan sebagai

pemanis saja melainkan juga dapat digunakan sebagai pewarna alami

(Andarwulan, 2012).

Salah satu tanaman yang digunakan sebagai perawatan kulit disekitar mata

adalah buah bit (Beta vulgaris L.). Buah bit (Beta vulgaris L.) merupakan salah

satu bahan pangan yang sangat bermanfaat dan aktivitas antioksidan yang tinggi

(Mastuti et al., 2010). Kandungan senyawa yang terdapat di buah bit adalah

flavonoid, alkaloid, glikosida, saponin dan tanin. Flavonoid mempunyai manfaat

yang khas yaitu bertindak sebagai antioksidan dan memberi proteksi terhadap

penyakit kardiovaskular, kanker dan degenerasi dari komponen sel (John, 2014).

Kandungan vitamin dan mineral yang ada dalam bit merah juga seperti vitamin B,

vitamin C, dan kalsium, fosfor, nutrisi, besi merupakan nilai lebih dari

penggunaan bit merah.

Eye cream merupakan krim mata dirancang untuk mengurangi kekeringan

dan menghaluskan tampilan kerutan di area mata, meningkatkan penampilan

elastisitas, dan mengurangi tampilan lingkaran hitam di bawah mata. Menurut

Sheth dan Dave (2014), sebanyak 47,57% hiperpigmentasi terjadi di kulit bagian

bawah mata pada kelompok usia 16 sampai 25 tahun. Salah satu produk

digunakan pada semua jenis kulit tetapi bekerja paling baik pada kulit dewasa.

Produk ini telah diuji secara independen oleh dokter spesialis mata untuk

2
memastikan bahwa itu aman untuk digunakan di sekitar mata dan tidak mungkin

menyebabkan iritasi atau reaksi alergi (Lees, 2012).

Krim dengan variasi trietanolamin dan asam stearat dapat menghasilkan

sediaan yang stabil dan tidak mengiritasi (Brinda dan Tanuja, 2015). Krim yang

baik harus stabil, tidak mengiritasi kulit, dan tidak mengakibatkan reaksi alergi.

Menurut Brinda dan Tanuja, (2015) banyak efek samping yang dilaporkan dari

produk perawatan mata antara lain kemerahan, terbakar, gatal, mengelupas dan

pembengkakan.

Berdasarkan sejumlah penelitian pada tanaman obat dilaporkan bahwa

banyak tanaman obat yang mengandung antioksidan dalam jumlah besar. Efek

antioksidan terutama disebabkan adanya senyawa fenol seperti flavonoid dan

asam fenolat. Biasanya senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan

adalah senyawa fenol yamg mempunyai gugus hidroksi (Neldawati, 2013).

Buah bit merah mengandung antioksidan yang sangat tinggi. Antioksidan

merupakan zat penghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas yang dapat

menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh, kerusakan pada membran dinding

sel, pembuluh darah, basa DNA dan jaringan lipid yang kemudian menimbulkan

penyakit degeneratif (Devasagayam et al., 2004). Radikal bebas merupakan atom

atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena memiliki elektron yang

tidak berpasangan pada orbital terluarnya (Cahyadi, 2008).

Analisis kandungan zat aktif dalam daging buah bit dengan mudah

dilakukan dengan melakukan ekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan

berbagai metode antara lain, maserasi, ultrasoundassisted solvent extraction,

perkolasi, soxhlet dan refluks. Maserasi adalah metode ekstraksi yang praktis,

3
membutuhkan pelarut yang sedikit, dan tidak memerlukan pemanasan sehingga

dapat menghindari rusaknya senyawa termolabil, tetapi waktu yang dibutuhkan

relative lama. Metode maserasi dapat dilakukan dengan berbagai jenis pelarut.

Pemilihan pelarut dalam maserasi mempertahankan selektivitas, toksisitas,

kepolaran, kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut (Abdillah, et al. 2017).

Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk menguji aktivitas

antioksidan adalah dengan menggunakan radikal bebas (2,2-diphenyl-1-

picrylhydrazil) DPPH. Pengukuran antioksidan dengan metode DPPH adalah

metode pengukuran antioksidan yang sederhana, cepat dan tidak membutuhkan

banyak reagen seperti halnya metode lain (Hartati, et al. 2020).

Telah ada penelitian buah bit (Beta vulgaris L.) dengan judul formulasi

dan evaluasi fisik sediaan lip balm ekstrak etanol umbi bit (Beta vulgaris L.)

sebagai pewarna alami (Erlin, 2020), optimasi campuran CMC Na-Gelatin untuk

pembuatan granul effervescent buah bit (Beta vulgaris L.) dengan metode simplex

lattice design (Youstiana, 2015).

Berdasarkan hal tersebut diatas saya tertarik untuk melakukan penelitian

“Formulasi dan Uji Antioksidan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit (Beta

vulgaris L.).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah adalah:

1. Apakah buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk ekstrak etanol dapat

diformulasikan ke dalam sediaan eye cream?

4
2. Apakah buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk sediaan eye cream pada

konsentrasi tertentu memiliki aktivitas antioksidan dan mampu melembabkan

kulit serta tidak mengiritasi kulit disekitar mata.

1.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka hipotesis

penelitian adalah:

1. Buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan

ke dalam sediaan eye cream.

2. Buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk sediaan eye cream pada konsentrasi

tertentu memiliki aktivitas ekstrak etanol antioksidan dan mampu

melembabkan serta tidak mengiritasi kulit di sekitar mata.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan hipotesis, maka tujuan

penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui daging buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk ekstrak

etanol dapat diformulasikan ke dalam sediaan eye cream.

2. Untuk mengetahui buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk ekstrak etanol

sediaan eye cream pada konsentrasi tertentu memiliki aktivitas antioksidan

dan mampu melembabkan serta tidak mengiritasi kulit di sekitar mata.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, hipotesis dan tujuan

penelitian, maka manfaat penelitian adalah:

1. Melalui penelitian ini diharapkan buah bit dapat diformulasikan dalam

sediaan eye cream yang memenuhi persyaratan sehingga dapat memberikan

5
pengetahuan kepada peneliti selanjutnya dan menjadi pertimbangan dalam

pengembangan teknologi formulasi kefarmasian.

2. Untuk menambah bahan informasi atau referensi bagi mahasiswa/I program

studi farmasi dalam pengembangan program penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan sediaan eye cream dari ekstrak buah bit.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi buah bit merah, daerah tumbuh buah

bit merah (habitat), nama umum buah bit, morfologi buah bit merah, jenis-jenis

buah bit, kandungan kimia dan manfaat buah bit.

2.1.1 Klasifikasi umbi bit (Beta vulgaris L.)

Sistematika tumbuhan (taksonomi), buah bit diidentifikasikan Di

Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Beta
Spesies : Beta vulgaris L.
Nama Lokal : Buah Bit

Gambar 2.1. Umbi Bit (Beta vulgaris L.)

7
2.1.2 Daerah tumbuh buah bit merah

Bit (Beta vulgaris L.) adalah tanaman yang banyak terdapat di Eropa, Asia

serta di Amerika. Saat ini negara Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa

seperti Perancis, Polandia, dan Jerman merupakan produsen utama buah bit untuk

seluruh dunia. Selain karena buah bit memang berasal dari daerah tersebut, iklim

yang sesuai dan proses penanaman yang baik menyebabkan buah bit banyak

dijumpai disana. Belum ada data yang valid tentang buah bit di Indonesia. Namun,

tanaman bit dapat dengan mudah ditemukan di daerah pegunungan yang bersuhu

rendah. Namun sayangnya, umbi bit ini sulit berbunga di Indonesia. Umbi bit

termasuk banyak digemari karena memiliki rasa yang enak, lunak, dan sedikit

manis (Sunarjono, 2004).

2.1.3 Nama umum

Di Indonesia tumbuhan Beta vulgaris L. dikenal dengan nama umbi bit

atau bit merah, sedangkan di Eropa (Beetroot) dan Afrika (sugar beet).

2.1.4 Morfologi buah bit merah

Tanaman bit (Beta vulgaris L.) dibudidayakan di seluruh dunia untuk

dimanfaatkan akarnya untuk dikonsumsi dan sebagai pewarna alami makanan. Bit

merupakan tanaman yang ukurannya tergolong kecil dan berdaun lebar berwarna

hijau gelap. Akar atau umbi bit akan matang dan dapat dipanen setelah 50-60 hari

dengan berat sekitar 100-150 gram. Warna merah buah bit disebabkan oleh

kandungan pigmen betalain yaitu betacyanin (merah keunguan) dan betaxanthin

(kuning). Pigmen tersebut saat ini telah banyak dimanfaatkan sebagai pewarna

alami makanan seperti pengolahan daging, kue kukus, es krim, permen, dan

8
yogurt. Selain penggunaannya sebagai pewarna makanan, buah bit juga

dikonsumsi sebagai penyedia bahan antioksidan dalam diet harian.

Spesies bit berasal dari sebagian wilayah Mediterania dan Afrika Utara

dan penyebarannya hingga Kepulauan Kanari dan pantai barat Eropa yang

meliputi Kepulauan Inggris dan Denmark. Pada awalnya, umbi bit merah

merupakan tanaman dimana daunnya dijadikan sebagai sayuran, dan akhirnya

setelah tahun 1500 munculnya ketertarikan untuk menggunakan umbinya

(Rubatzky, 1998). Umbi bit adalah tanaman yang berbentuk rumput, serta

memiliki batang pendek yang hampir tidak terlihat. Jenis akar yang dimiliki dari

umbi bit adalah akar tunggang yang nantinya akan tumbuh menjadi umbi. Daun

umbi bit tumbuh pada daerah leher pangkal umbi dan berwarna merah

(Steenis, 2005). Umbi bit merah memiliki bentuk bulat seperti gasing (Gambar

2.1). Akar dari tanaman ini terletak pada ujung umbinya. Bunga dari umbi bit

tersusun dalam satu rangkaian bunga yang bertangkai panjang banyak (racemus).

2.1.5 Jenis-jenis bit

Berdasarkan tipe buahnya, daging buah bit (Beta vulgaris L.) dapat dibagikan

terbagi dalam 2 bagian yaitu :

1 Bit Putih atau Bit Potong (Beta vulgaris L. Var. cicla L)

Tanaman ini ditanam khusus untuk menghasilkan daun besar, berdaging

renyah, separuh keriting, dan mengkilat ketimbang umbinya.Tulang daunnya

besar dan berwarna.Warna tulang daun biasanya putih, merah atau hijau.Warna

lembar daun berkisar dari hijau muda hingga hijau tua. Dimana umbinya berwarna

merah keputih-putihan.

9
2 Bit merah (Beta vulgaris L. Var. Rubra L)

Variasi yang warna umbinya merah tua. Jenis bit ini sudah banyak ditanam

di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia.

2.1.6 Kandungan kimia umbi bit

Kandungan Gizi Umbi Bit (Kusumaningrum, 2012) menyatakan, umbi bit

mengandung vitamin dan mineral yang memiliki banyak sekali manfaat. Oleh

karena itu, bit sangat cocok untuk dikonsumsi bagi penderita penyakit hati,

premenopause, dan kanker. Menurut (Wirakusumah, 2007) bit diyakini dapat

melindungi organ tubuh, seperti memperkuat fungsi ginjal, hati dan kantung

empedu, serta dapat melawan batu ginjal. Bit mengandung zat anti radang yang

dapat meredakan alergi. Bit juga membantu untuk mengatur siklus haid yang tidak

teratur. Kandungan kimia dalam 100 g umbi bit dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kandungan Kimia dalam 100 G Umbi Bit

Kandungan Nutrisi Buah Bit


(tiap 100 g)
Air 87,6 g
Protein 1,6 g
Lemak 0,1 g
Karbohidrat 9,6 g
Serat 2,6 g
Kalsium 27 g
Fosfor 43 g
Zat besi 1,0 g
Natrium 29 g
Kalium 404,9 g
Tembaga 0,20 g
Seng 0,7 g
Karoten total 20 g
Thiamin (Vitamin B1) 0,02 g
Riboflavin (Vitamin B2) 0,05 mg
Niasin 0,3 mg
Vitamin C 10 mg

10
2.1.7 Manfaat buah bit

Buah bit berkhasiat sebagai antioksidan, antiinflamasi, antiopoptosis,

hepatoprotektif, renal protektif, antihipertensi, dan sebagainya

(Gunardi dan Sandra,2016). Penelitian mengenai pemanfaatan buah bit dalam

penurunan tekanan darah pernah dilakukan, salah satunya penelitian yang

dilakukan oleh Devillya Puspita Dewi dan Kuntari Astriana bahwa terdapat

pengaruh pemberian jus buah bit dalam penurunan tekanan darah sistolik dan

diastolik pada lansia (Dewi dan Astriana, 2019). Penurunan tekanan darah juga

dibuktikan pada penelitian menggunakan hewan coba yang diberi buah bit untuk

melihat aktivitas antihipertensi (Patel dkk, 2017). Di Eropa Timur umbi bit ini

sudah cukup dikenal dan digunakan untuk pengobatan penyakit leukemia

(Andarwulan, 2012). Menurut (Kelly, 2005) dalam tubuh manusia bit tersebut

mampu membersihkan darah dan membuang deposit lemak yang berlebih. Oleh

karena itu, bit sangat cocok untuk dikonsumsi bagi penderita penyakit hati,

premenopause, dan kanker. Menurut (Wirakusumah, 2007) bit diyakini dapat

melindungi organ tubuh, seperti memperkuat fungsi ginjal, hati dan kantung

empedu, serta dapat melawan batu ginjal. Bit mengandung zat anti radang yang

dapat meredakan alergi. Bit juga membantu untuk mengatur siklus haid yang tidak

teratur.

2.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang

11
telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani

dan simplisia pelikan (mineral) (Fachrunisa, 2016).

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan menggunakan pelarut cair,

dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah

pemilihan pelarut dengan cara yang tepat (Sari, 2018). Senyawa aktif yang

terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan

mempengaruhi kelarutan serta slabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap

pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Dengan pemilihan

pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (RI., Menteri Pertanian, 2010).

(Musfandy, 2017), beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu:

a Cara Dingin

1. Maserasi

Maserasi ialah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokkan atau pengadukan pada

temperatur ruang (kamar) secara teknologi termasuk ekstraksi dengan

prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi

kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu (terus-menerus).

Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah

dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

2. Perkolasi

12
Perkolasi adalah ektraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruang. Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan,

tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak), terus- menerus sampai diperoleh ektrak

(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

b. Cara Panas

1. Refluks

Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses

pada residu pertama sampai 3-5 kali dapat termasuk proses ekstraksi

sempurna.

2. Soxhletasi

Soxhletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru

yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin

balik.

3. Digesti

Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara

umum dilakukan pada temperatur 40-50.

4. Infusa

13
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

mendidih, temperatur terukur 90-98oC selama waktu tertentu

(15-20 menit).

5. Dekoktasi

Dekoktasi adalah infus yang waktunya lebih lama (lebih dari 30 menit) dan

temperatur sampai titik didih air.

2.4 Kulit

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat yang terdapat pada bagian luar

yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Kulit disebut juga integumen

atau kutis, tumbuh dari dua macam jaringan yaitu jaringan epitel yang

menumbuhkan lapisan epidermis dan jaringan pengikat (penunjang) yang

menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam). Kulit merupakan organ yang paling

luas sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya matahari,

mikroorganisme dan menjaga keseimbangan tubuh dengan lingkungan

(Syaifuddin, 2012).

2.4.1 Struktur kulit

Kulit juga terdiri atas beberapa lapisan atau struktur, sehingga mampu

membungkus dan melindungi tubuh. Tiga lapisan kulit manusia yang utama, yakni

epidermis, dermis, dan hipodermis. Folikel rambut dan batangnya, kelenjar

minyak, kelenjar keringat, serta pembuluh darah hingga ujung saraf juga termasuk

bagian kulit.

14
Gambar 2.2 Struktur Kulit
(Tranggono, et al., 2007).
Kulit manusia terdiri dari 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan

subkutan.

1. Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang terdiri dari beberapa lapisan epitel

dan tidak memiliki pembuluh darah. Didalam epidermis terdapat 5 lapisan dari

dalam keluar yaitu stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum

lusidum dan stratum korneum. Terdapat empat jenis sel didalam epidermis yang

salah satunya merupakan faktor dari warna kulit yaitu keratinosit, melanosit, sel

langerhans, sel merkel (Laksono, 2017).

2. Dermis

Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang terletak di bawah lapisan

epidermis. Lapisan dermis dikenal pula sebagai kulit jangat. Lapisan dermis

merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari lapisan

epidermis. Pada lapisan ini, serabut kolagen dan elastin membentuk struktur

penunjang pada kerangka dasar kulit. Protein tersebut berperan terhadap

kekencangan, kekenyalan, dan kelenturan kulit. Di dalam dermis juga terdapat

jaringan saraf dan system pembuluh darah atau kapiler yang sangat banyak.

15
Pembuluh darah ini akan mensuplai nutrisi penting ke sel dan membuat kulit

tampak berkilau merna (Achroni, 2012).

3. Subkutan atau hipodermis

Jaringan ikat longgar dengan serat kolagen halus terorientasi dan sejajar

dengan permukaan kulit serta beberapa diantaranya menyatu dengan lapisan

dermis. Lapisan ini merupakan lapisan terdalam dan terdapat pembuluh darah

serta saraf. Terdapat banyak jaringan lemak dan lapisan ini bertanggung jawab

atas kestabilan suhu tubuh manusia dan melindungi organ vital (Laksono, 2017).

2.4.2 Jenis-jenis kulit

Jenis kulit dapat diklasifikasikan sesuai dengan kelembaban dan

kandungan lipid (Dachi, 2021)

1. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, memiliki pH normal, kadar air dan

kadar minyak seimbang, tekstur kulit kenyal, halus dan lembut, pori-pori kulit

kecil.

2. Kulit kering

Kulit kering memiliki karakteristik bersisik, kasar, dan kusam yang dapat

menyebabkan kulit tegang dan gatal. Kulit kering sering mengarah pada penuaan

dini dan lebih banyak keriput. Pengaruh lingkungan seperti kelembaban rendah,

cuaca dingin, dan sinar matahari serta kontak dengan air, surfaktan, dan pelarut

secara terus menerus serta beberapa penyakit kulit dan defisiensi nutrisi yang

dapat membuat kulit menjadi kering.

3. Kulit sensitif

16
Adalah kulit yang memberikan respons secara berlebihan terhadap kondisi

tertentu, misalnya suhu, cuaca, bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya yang

meneyebabkan timbulnya gangguan kulit mudah menjadi iritasi, kulit menjadi

lebih tipis dan sangat sensitif.

4. Kulit berminyak

Kulit berminyak memiliki ciri-ciri pori besar, kulit kilat karena aktivitas

berlebih dari kelenjar sebaseus. Kulit berminyak banyak dijumpai pada daerah

kening, hidung dan dagu. Jenis kulit ini umumnya terbentuk pada saat pubertas

dan mempengaruhi kebanyakan remaja. Faktor penyebab kulit berminyak berupa

warisan genetik, perubahan hormon, makanan, stress, dan penyebab eksternal

(seperti kosmetik, kimia, sinar UV). Individu yang memiliki jenis kulit ini sering

mengalami jerawat dan ketombe.

5. Kulit kombinasi

Kulit kombinasi merupakan kombinasi dari kulit normal dan berminyak

atau kulit berminyak dengan kering. Jenis kulit ini biasanya berminyak pada area

T-zone yaitu kening, hidung dan dagu sedangkan pada daerah lain seperti pipi dan

garis rambut normal atau kering.

2.4.3 Fungsi kulit

Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai

berikut (Wasitaatmadja, 1997).

1. Fungsi proteksi

Kulit dapat melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik

atau mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi seperti zat-

17
zat kimia iritan, gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar

ultraviolet, gangguan kuman,jamur, bakteri dan virus.

2. Fungsi absorbsi (penyerapan)

Kemampuan absorbsi pada kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,

kelembaban udara, metabolisme dan jenis venikulum zat yang menempel pada

kulit. Penyerapan dapat celah antar sel, seluran kelenjar atau saluran kelenjar

rambut.

3. Fungsi ekskresi

Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau

sisa metabolisme dalam tubuh misalnya keringat.

4. Fungsi pengindera (sensorik)

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Badan

ruffini yang terletak di dermis, menerima rangsangan dingin dan rangsangan panas

diperankan oleh kraus.

5. Fungsi pengatur suhu tubuh (termoregulator)

Disebut memiliki fungsi pengatur suhu tubuh, karena adanya kelenjar

keringat dan otot dinding pembuluh darah kulit. Jika udara sedang panas, keringat

akan keluar dan menguap. Akibatnya, panas tubuh terserap sehingga udara sejuk.

Sebaliknya jika udara dingin, pembuluh darah menciut agar panas tubuh tidak

banyak keluar dan bertahan sehingga tubuh dapat mengatasi udara dingin.

6. Fungsi pembentuk pigmen (malanogenesis)

Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak dilapisan basal epidermis.

Jumlah melanosit dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit.

18
7. Fungsi keretinisasi

Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboik, bermitosisi ke atas berubah

bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih keatas menjadi lebih

gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat

ke atas lebih gepeng dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan

akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya

mengering menjadi keras tanpa inti yang disebut sel tanduk.

8. Fungsi produksi vitamin D

Kulit dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dehidroksi kolesterol

dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini lebih rendah dari kebutuhan

tubuh akan vitamin D sehingga diperlukan tambahan vitamin D dari luar melalui

makanan.

9. Fungsi ekspresi emosi

Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyababkan kulit mampu

berfungsi sebagai alat untuk menyatakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia.

Kegembiraan dapat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum,

kesedihan diutarakan oleh kelenjar air mata, ketakutan oleh kontraksi pembuluh

darah kapiler sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak

dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah dan

berminyak.

2.4.4 Mata

Mata merupakan organ yang diciptakan Tuhan dan termasuk salah satu

organ vital yang penting nilainya. Mata berbentuk seperti bola, kecuali tonjolan

19
yang berada didepan mata yaitu tempat masuknya cahaya. Bagian luar mata

terdapat sebuah lapisan putih dan kaku, keras disebut sclera. Daerah tonjolan mata

terdapat lapisan transparan yang dilewati cahaya disebut dengan kornea

(Syaifuddin, 2012). Mata dapat bekerja secara efektif menerima cahaya dengan

rentang intensitas yang sangat lebar sekitar 10 milyar cahaya.

Gambar 2.3 Struktur Mata

2.5 Kosmetik

2.5.1 Pengertian kosmetik

Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital

bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk

membersihkan, mewangikan, dan mengubah penampilan, memperbaiki bau badan

dan melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM, 2011).

2.5.1 Manfaat kosmetik

Bila dasar kecantikan adalah kesehatan, maka penampilan kulit yang sehat

adalah bagian yang langsung dapat kita lihat, karena kulit merupakan organ tubuh

yang paling luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Dengan demikian

pemakaian kosmetika yang tepat untuk perawatan kulit, rias atau dekoratif akan

20
sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Berdasarkan penggolongannya,

kosmetika dibagi menjadi 2 golongan utama yaitu kosmetika perawatan kulit

(skin care) dan kosmetika dekoratif (tata rias/make up).

1. Kosmetik perawatan kulit (skin care)

Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics) jenis ini perlu untuk

merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Antara lain, kosmetik untuk

membersihkan kulit (cleanser), kosmetik untuk melembabkan kulit

(mouisturizer), kosmetik pelindung kulit, Kosmetik untuk menipiskan atau

mengampelas kulit (peeling).

2. Kosmetik dekoratif

Tujuan awal penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha

untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat

dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terlihat sehingga tampak

lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada.

2.5.2 Penggolongan kosmetik

Menurut Tranggono dan Latifah (2007), membagi kosmetik dekoratif

dalam dua golongan besar, yaitu:

a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan

pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye

shadow, dan lain-lain.

21
b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu

yang lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut,

pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut.

Perbedaan antar kosmetika tersebut terletak pada bahan dasar dan zat

warna. Konsentrasi zat warna dan bahan dasar akan menentukan bentuk dan daya

rias suatu kosmetika rias.

a. Kosmetika rias rambut

Rias rambut mempunyai sediaan kosmetika yang paling banyak ragamnya,

mungkin karena rambut adalah mahkota kecantikan seorang wanita. Rambut dapat

diganti warna, bentuk, banyak, bahkan baunya.

b. Kosmetika rias mata

Mata merupakan organ tubuh yang sering dinilai keindahannya dalam

penampilan sesorang. Estetika dari mata sering menjadi bahan ucapan, tulisan atau

lukisan baik dalam lagu cinta, novel, puisi, atau lukisan wanita cantik jelita. Rias

mata merupakan hal yang tidak dapat dilupakan begitu saja apabila seseorang

ingin berpenampilan lebih, tentu dengan selalu mempertimbangkan kondisi,

keperluan dan tujuan yang ingin dicapai. Bagian-bagian mata yang perlu dirias,

yaitu: kelopak mata (eye lid), bulu mata (eye lash), dan alis mata (eye brow).

c. Kosmetika rias kuku

Meskipun sempit, kuku juga tidak ketinggalan untuk dirias guna

meningkatkan penampilan. Yang termasuk kosmetika rias kuku, yaitu: cat dan

vernis kuku (nail lacquer), penghapus cat kuku (nail lacquer remover),

22
penghilang dan pelunak kutikel kuku (cuticle remover and softener), krim kuku

(nail cream).

d. Kosmetika rias bibir

Bagi bibir yang begitu sempit ternyata tersedia berbagai macam kosmetika

rias. Mungkin karena bibir dianggap sebagai bagian penting dalam penampilan

seseorang maupun alat seksual yang paling cukup diandalkan. Ada beberapa

macam kosmetika rias bibir, yaitu: lipstick dan lip crayon, krim bibir (lip cream),

pengkilap bibir (lip gloss), penggaris bibir (lip liner) dan lip sealers.

e. Kosmetika pelembab

Kosmetika pelembab perlu dipakaikan terutama pada kulit yang kering

atau normal cenderung kering. Kosmetika pelembab dibedakan atas dua tipe yaitu:

1. Kosmetika yang didasarkan pada lemak akan membentuk lapisan lemak

dipermukaan kulit untuk mencegah penguapan air kulit dan menyebabkan

kulit menjadi lembab dan lembut.

2. Kosmetika yang didasarkan pada gliserol atau humektan sejenis kosmetika

yang didasarkan pada gliserol atau humektan sejenis akan membentuk lapisan

yang bersifat hidroskopis yang akan menyerap uap air dari udara dan

mempertahankannya di permukaan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.6 Eye Cream

Eye cream adalah krim mata dirancang untuk mengurangi kekeringan dan

menghaluskan tampilan kerutan di area mata, meningkatkan penampilan

elastisitas, dan mengurangi tampilan lingkaran hitam di bawah mata. Eye cream

dapat digunakan pada semua jenis kulit tetapi bekerja paling baik pada kulit

dewasa. Produk ini telah diuji secara independen oleh dokter spesialis mata untuk

23
memastikan bahwa itu aman untuk digunakan di sekitar mata dan tidak mungkin

menyebabkan iritasi atau reaksi alergi (Lees, 2012). Karakteristik produk krim ini

dikemas dalam botol kecil. Eye cream adalah krim lembut yang menyebar dengan

mudah di kulit area mata. Eye cream digunakan secara tipis dikulit, dua kali sehari

dengan gerakan lembut menggunakan ujung jari, dan dapat diapliaksikan di kedua

area kelopak mata atas dan bawah. Eye cream dirancang khusus untuk kulit di

sekitar area mata. area kulit ini biasanya lebih kering dan lebih sensitif daripada

area kulit lainnya. Oleh karena itu, krim yang dirancang untuk area ini umumnya

lebih tinggi emolien dan lebih rendah humektan. Kulit di sekitar mata sangat tipis,

jika banyak mengandung agen hydrating dapat membuat kelopak mata terlihat

bengkak. Tingginya emolien yang ditambahkan ke krim ini untuk membantu

menggantikan kekurangan produksi minyak yang berhubungan dengan area mata.

Eye cream terkadang menyebabkan iritasi dan reaksi alergi, oleh karena itu krim

mata tidak mengandung mengandung pewarna, parfum atau pun butiran kristal

29 (pearlescence) karena area ini sangat tipis dan sensitif (Lees, 2012).

2.7 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini

secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai

28 konsistesi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak ataupun

minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk

yang terdiri dari emulsi minyak dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih

ditujukan untuk penggunaan kosmetik dan estetika (Depkes RI, 1995).

2.7.1 Formulasi Krim

24
a. Zat Aktif

Zat aktif merupakan bahan atau zat yang mempunyai efek tertentu dan

merupakan komponen utama dalam suatu formula.

b. Bahan Pengemulsi

Bahan pengemulsi digunakan dalam krim guna menstabilkan sediaan.

Sediaan pengemulsi bekerja dengan cara mengurangi tegangan antar

permukaan dan mencegah pecahnya emulsi. Bahan pengemulsi idealnya

tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, tidak toksik, tidak

mengiritasi dan membentuk sistem emulsi yang baik pada konsentrasi

rendah (Collet dan Aulton, 1990).

c. Bahan Pembawa

Bahan pembawa krim terdiri dari air dan minyak. Banyaknya penggunaan

tergantung dari tipe krim yang diinginkan (Idson dan Lazarus, 1994).

d. Bahan Pelembut

Bahan Pelembut merupakan bahan pembantu konsistensi krim agar lebih

halus dan lembut. Setil alkohol, parafin, gliserin isopropil miristat dapat

digunakan sebagai pelembut (emolien) dan juga sebagai pembantu emulsi

(Idson dan Lazarus, 1994).

e. Bahan Pelembab

Bahan pelembab dapat mencegah krim menjadi kering, mencegah

pembentukan kerak bila krim dikemas dalam dan juga memperbaiki

konsistensi dan mutu terhapusnya krim jika digunakan pada kulit.

Pelembab yang umum digunakan adalah gliserin, propilenglikol,

sorbito 70% dan polietilenglikol (Idson dan Lazarus, 1994).

25
f. Bahan Pengawet

Bahan pengawet yang digunakan harus dapat mencegah konsentrasi dan

kerusakan oleh bakteri. Kriteria umum pengawet adalah toksisitas rendah,

stabil dalam pemanasan dan penyimpanan, dapat bercampur secara kimia,

mempunyai aktivitas terhadap mikroorganisme seperti fungi, ragi, dan

bakteri yang merupakan kontaminasi umum (Collet dan Aulton, 1990).

Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin)

0,12-0,18% dan propil paraben (nipasol) 0,02-0,05% (Depkes RI, 1979).

2.7.2 Komponen eye cream

1. Ekstrak buah bit

Ekstrak buah bit digunakan sebagai zat aktif pada sediaan eye cream yang

merupakan hasil maserasi serbuk buah bit dengan menggunakan pelarut etanol,

lalu di rotary evaporator untuk memperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental buah

bit mengandung vitamin C, flavonoid, dan antosianin. Vitamin C dapat berfungsi

sebagai oxygen scavenger agar kulit segar dan bersinar (Giese, 1995), kuarsetin

dapat mencegah terjadinya peroksidasi lemak (Agestia dan Sugrani, 2009), serta

antosianin merupakan antioksidan yang membantu penyerapan vitamin C (Angela,

2012).

2. Asam Stearat

Asam stearat atau acidum stearicum berwarna agak kuning mengkilap

padat, kristal, dan sedikit bau. Memiliki rentang pH antara 4-5. Asam stearat

sangat larut dengan benzene, karbon tetraklorida, kloroform dan eter. Asam stearat

digunakan sebagai pengemulsi bersama TEA dalam tipe krim M/A dengan

konsentrasi 1-20%. Asam stearat inkompatibel dengan hidroksi logam, basa, zat

26
pereduksi, dan oksidator. Asam stearat harus disimpan dalam wadah tertutup baik,

di tempat kering dan sejuk (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).

3. Setil Alkohol

Setil alkohol merupakan serpihan putih seperti lilin, berbentuk granul,

butiran, atau kubus, baunya khas dan samar. Larut dalam etanol (95%), eter, dan

lemak. Setil Alkohol memiliki pH 5-6 dan stabil dengan adanya asam, alkali,

cahaya, udara dan berubah menjadi tengik. Setil alkohol berfungsi sebagai

penyerap air, pengemulsi, meningkatkan stabilitas, dan memperbaiki tekstur, serta

meningkatkan konsistensi krim. Setil alkohol juga memiliki sifat emolien karena

penyerapan dan retensi setil alkohol di epidermis yang dapat melumasi dan

melembutkan kulit sehingga memberikan karakteristik membuat kulit lebih halus.

Setil alkohol digunakan dengan konsetrasi 2-5% sebagai emolien, disimpan dalam

wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering. Setil alkohol dapat bereaksi

dengan oksidator kuat (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).

4. Trietanolamin

TEA atau trietanolamin merupakan salah asatu pegemulsi yang digunakan

dalam sediaan topikal krim dengan konsentrasi 2-4% dari banyaknya asam lemak.

TEA berupa cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip

amoniak, higroskopik, mudah larut dalam etanol, air, gliserin dan kloroform.

Ketika dicampur dengan jumlah molar yang sama dengan asam lemak, seperti

asam stearat, trietanolamin membentuk sabun anionik dengan pH sekitar 8 dan

menghasilkan sifat lembut dan bebas dari efek iritasi kulit. TEA dapat bereaksi

dengan asam mineral membentuk kristal garam dan ester. TEA harus disimpan

dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering. TEA juga dapat digunakan

27
sebagai penambah kebasaan dan sebagai humektan

(Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).

6. Metil paraben

Metil paraben merupakan pengawet yang digunakan untuk

meminimalisir pertumbuhan mikroorganisme didalam sediaan krim dengan

rentang konsentrasi antara 2-5%. Metil paraben adalah antimikroba yang paling

banyak digunakan dalam sediaan kosmetik. Berbentuk kristal putih, berasa agak

getir, nipagin atau metil paraben dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi

dengan antimikroba lain. Metil paraben aktif pada kisaran pH 4-8 dan memiliki

antimikroba spektrum luas. Mudah larut dengan pelarut etanol, eter, dan

propilenglikol serta larut dalam air pada suhu 80 oC dengan perbandingan 1:30.

Inkompatibel dengan surfaktan nonionik seperti polysorbat 80

(Wade dan Weller, 1994).

7. Aquadest

Aquadest digunakan sebagai pelarut dan pembawa dalam pembuatan obat

dan sediaan farmasi (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009). Berupa cairan jernih tidak

berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa (Depkes RI,1979). Aquadest

memiliki pH 7 diperoleh dengan destilasi yang dibuat dari air yang memenuhi

persyaratan air minum dan tidak mengandung zat tambahan lain

(Depkes RI, 1995).

2.8 Antioksidan

Antioksidan adalah suatu senyawa kimia yang dalam kadar tertentu

mampu menghambat atau memperlambat kerusakan lemak dan minyak akibat

proses oksidasi. Ada dua macam antioksidan, yaitu antioksidan internal dan

28
eksternal. Antioksidan internal yaitu antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

sendiri, disebut sebagai antioksidan primer. Secara alami tubuh mampu

menghasilkan antioksidan sendiri, tetapi kemampuan inipun ada batasnya. Sejalan

bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk mmeproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang. Hal inilah yang menyebabkan stres oksidatif, yaitu

keadaan dimana jumlah radikal bebas melebihi kapasitas kemampuan netralisasi

antioksidan (Winarsi, 2010).

Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron

(electron donor). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang

dapat menangkal atau meredam dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja

dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan

sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat di hambat (Winarsi, 2010).

2.8.1 Jenis-jenis antioksidan

Menurut Mishra dan Bisht (2011), jenis-jenis antioksidan ada 4 yaitu:

1 Antioksidan primer mencegah terjadinya pembentukan senyawa radikal

baru. Antioksidan primer dapat bereaksi dengan radikal lipid dan peroksil

mengubahnya menjadi radikal yang lebih stabil atau produk non-radikal.

2 Antioksidan sekunder dapat menghambat oksidasi lipid melalui berbagai

mekanisme, termasuk chelating ion logam transisi, pemulungan oksigen,

pengisian ulang hidrogen menjadi antioksidan primer, penyerapan radiasi

UV dan deaktivasi spesies reaktif.

3 Antioksidan sintetis adalah senyawa fenolik seperti butylated

hydroxyanisol (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), tersier

butylhydroquinone (TBHQ) dan propyl gallate (PG) yang banyak

29
digunakan dalam industri. Sebagian besar digunakan dalam industri

makanan karena efektivitasnya dan lebih murah. Antioksidan ini beracun

dan memiliki potensi karsinogenik yang mengarah pada kebutuhan akan

alternatif alami.

4 Antioksidan alami ditemukan dihampir semua tanaman, mikroorganisme,

jamur, dan bahkan dalam jaringan hewan. Mayoritas antioksidan alami

adalah senyawa fenolik, dan kelompok antioksidan alami yang paling

penting adalah tokoferol, flavonoid, dan asam fenolik

2.9 Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa reaktif, yang secara

umum diketahui sebagai senyawa yang memilki elektron yang tidak berpasangan

di kulit terluarnya. Adanya radikal bebas didalam tubuh manusia dapat

menimbulkan berbagai penyakit degenerative. Radikal bebas dapat ditangkal atau

diredam dengan pemberian antioksidan atau dengan mengkonsumsi antioksidan

(Suena dkk, 2021).

Apabila radikal bebas dalam tubuh jumlahnya berlebih dapat bereaksi

dengan protein dan lemak menimbulkan banyak masalah, sehingga dapat merusak

struktur fungsi membran sel yaitu lapisan yang melindungi mebran sel. Banyak

faktor yang menyebabkan timbulnya radikal bebas dalam tubuh antara lain radiasi

baik sinar matahari (UV) atau sinar X, polusi lingkungan, asap rokok maupun

asap mobil, bahan kimia dalam makanan (pengawet, pewarna sintetik, residu

pestisida dan bahan tambahan makanan lainnya), bahan kimia termasuk obat-

obatan (Winarti, 2010).

2.10 Metode DPPH

30
Metode DPPH adalah suatu metode kolorimetri yang efektif dan cepat

untuk memperkirakan aktivitas antiradikal/antioksidan. Uji kimia ini secara luas

digunakan dalam penelitian produk alami untuk isolasi antioksidan fitokimia dan

untuk menguji seberapa besar kapasitas ekstrak dan senyawa murni dalam

menyerap radikal bebas. Metode DPPH berfungsi untuk mengukur elektron

tunggal seperti aktivitas transfer hidrogen sekaligus untuk mengukur aktivitas

penghambatan radikal bebas. (Suhaling, 2010)

Radikal DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) adalah suatu senyawa organik

yang mengandung nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada λmax 217 nm

dan berwarna ungu gelap. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH

tersebut akan tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan

tersebut dapat diukur dengan spektrofotometer dan diplotkan terhadap konsentrasi.

Penurunan intensitas warna yang terjadi disebabkan oleh berkurangnya

ikatan rangkap terkonjugasi pada DPPH. Keberadaan sebuah antioksidan yang

mana dapat menyumbangkan elektron kepada DPPH, menghasilkan warna kuning

yang merupakan ciri spesifik dari reaksi radikal DPPH. Metode DPPH juga

merupakan metode kolorimetri yang efektif dan cepat untuk memperkirakan

aktivitas antiradikal/antioksidan (Suhaling, 2010).

Reaksi penangkapan radikal DPPH dengan antioksidan dapat dilihat pada

Gambar 2.4

31
Gambar 2.4 Reaksi Penangkapan Radikal DPPH dengan Antioksidan
(Tristantini dkk., 2016)

2.11 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer

ialah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang gelombang tertentu,

sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan

atau yang diserap. Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur

energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau

diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang (Muchlisyam dan Pardede, 2017).

Spektrofotometri ultraviolet dan spektrofotometri sinar tampak adalah satu

alat metoda analisis yang paling sering digunakan dalam industri farmasi,

terutama berkaitan dengan pengukuran pada daerah spektrum antara lain

ultraviolet, sinar tampak dan inframerah. Metode ini dilakukan pengukuran

penyerapan pada radiasi monokromatik dengan larutan komponen obat, sinar

ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak

berada pada panjang gelombang 400-800 nm (Muchlisyam dan Pardede, 2017).

2.11.1 Prinsip spektrofotometri UV-Vis

Mengukur jumlah cahaya yang diabsorbsi atau ditransmisikan oleh

molekul-molekul di dalam larutan. Ketika panjang gelombang cahaya

ditransmisikan melalui larutan. Sebagai energi cahaya tersebut akan diserap

(diabsorbsi). Besarnya kemampuan molekul-molekul zat terlarut untuk

mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang tertentu dikenalkan dengan istilah

absorbansi (A), yang setara dengan nilai konsentrasi larutan tersebut dan berkas

cahaya yang dilalui (biasanya 1 cm dalam spektrofotometri) Ke suatu point

32
dimana persentase jumlah cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi diukur

dengan phototube (Pratiwi, 2020).

2.11.2 Instrumentasi spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV/Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang

memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380) dan sinar

tampak (380-780) dengan menggunakan instrumen spetrofotometer.

Spektrofotometri UV/Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada

molekul yang dianalisis, sehingga spetrofotometer UV/Vis lebih banyak dipakai

untuk analisis kuantitatif dibanding kualitatif (Bittaqwa, 2018).

Sumber cahaya – monokromatis –sel sampel –detector –read out

Gambar 2.5 Instrument Spektrofotometri

Instrumentasi dari spektrofotometer UV-Vis ini dapat diuraikan sebagai

berikut:

1 Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah

spektrum yang mana alat tersebut dirancang untuk beroperasi.

2 Suatu monokromator, yakni sebuah piranti untuk memencilkan pita sempit

panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber

cahaya.

33
3 Suatu wadah untuk sampel (dalam hal ini digunakan kuvet).

4 Detektor, yang berupa transduser yang merubah energi cahaya menjadi

suatu isyarat listrik.

5 Suatu amplifier (pengganda) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat

isyarat listrik itu memadai untuk dibaca.

6 Suatu sistem baca dimana diperagakan besarnya isyarat listrik yang

ditangkap (Bittaqwa, 2018).

BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dan eksperimental,

menggunakan sampel buah bit (Beta vulgaris L.). Penelitian ini meliputi tahapan

pengumpulan dan penyiapan sampel, determinasi/identifikasi tumbuhan di

Herbarium Medanense (MEDA), Universitas Sumatera Utara, pembuatan ekstrak

etanol buah bit, skrining fitokimia, formulasi sediaan eye cream meliputi,

penetapan formula standar, penetapan formula modifikasi dasar eye cream dan

pembuatan blanko eye cream, pembuatan sediaan eye cream ekstrak etanol buah

bit (Beta vulgaris L.) dalam variasi konsentrasi 1,5%, 2%, 2,5%.

Selanjutnya, dilakukan uji pemeriksaan mutu fisik sediaan eye cream

meliputi uji homogenitas, uji stabilitas sediaan, pengukuran pH sediaan, uji daya

sebar, uji viskositas, uji iritasi, dan uji kemampuan sediaan melembabkan kulit

menggunakan alat Skin Analizer Checker (Aramo®), uji kesukaan, uji aktivitas

antioksidan terhadap blanko, sediaan eye cream dan ektrak etanol buah bit (Beta

vulgaris L.) antara lain meliputi, pembuatan larutan induk baku DPPH, penentuan

34
panjang gelombang serapan maksimum DPPH, pengukuran operating time,

pengukuran absorbansi DPPH dan ekstrak, dan penentuan nilai IC50.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas laboratorium, lemari

pengering, pH meter (ATC®), rotary evaporator, Skin moisture detector,

spektrofotometer UV-Vis, timbangan digital, viskometer Brookfield.

3.2 Bahan-bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air suling, buah bit (Beta

vulgaris L, DPPH (2,2-diphenyl-1-picylhidrazil), etanol 96%, metanol p.a, dan

nipagin. Bahan formula untuk pembuatan eye cream dari ekstrak buah bit yaitu

asam stearat, aquadest, metil paraben, propil paraben, setil alcohol, dan

trietanolamin.

3.3 Pembuatan Larutan Pereaksi


3.3.1 Pereaksi asam klorida 0,5 N

Sejumlah 4,15 mL asam klorida pekat diencerkan dengan aquadest hingga

volume 100 mL (Mierza, 2019).

3.3.2 Pereaksi asam klorida 2 N

Sejumlah 16,67 mL asam sulfat pekat diencerkan dalam aquadest hingga

volume 100 mL (Mierza, 2019).

3.3.3 Pereaksi Bouchardart

35
Sejumlah 4 g kalium iodida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam

aquadest kemudian 2 g iodium dilarutkan sedikit demi sedikit kedalamnya setelah

semuanya larut ditambahkan air suling hingga volume 100 mL (Mierza, 2019).

3.3.4 Pereaksi Dragendorf

Sejumlah 0,17 g bismuth (III) nitrat ditambahkan kedalam 2 mL asam

asetat glasial dan 8 mL air suling (larutan 1). Larutan 2 diperoleh dengan

dilarutkan 4 g kalium iodida ke dalam campuran 10 mL aquadest dan 20 mL asam

asetat glasial. Larutan 1 dan larutan 2 dicampurkan lalu dicukupkan sampai 100

mL dengan aquadest (Mierza, 2019).

3.3.5 Pereaksi Mayer

Sejumlah 1,35 g raksa (II) klorida dilarutkan dalam 60 mL aquadest.

Kemudian pada wadah lain sejumlah 5 g kalium iodida dilarutkan dalam 10 mL

aquadest lalu kedua larutan dicampurkan dan dicukupkan hingga 100 mL (Mierza,

2019).

3.3.6 Pereaksi Molish

Sejumlah 3 g alfa-naftol ditimbang kemudian dilarutkan sedikit demi

sedikit dalam asam nitrat 0,5 N hingga volume 100 mL (Mierza, 2019).

3.3.7 Pereaksi natrium hidroksida 2 N

Sejumlah 8 g kristal natrium hidroksida dilarutkan sedikit demi sedikit

dalam aquadest volume 100 mL (Mierza, 2019).

3.3.8 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M

Sejumlah 15,17 g timbal (II) asetat dilarutkan sedikit demi sedikit dalam

aquadest bebas karbon dioksida hingga volume 100 mL (Mierza, 2019).

36
3.3.9 Pereaksi besi (III) klorida 10%

Sejumlah 5 g besi (III) klorida ditimbang, dilarutkan dalam aquadest

hingga diperoleh larutan 100 mL (Mierza, 2019).

3.3.10 Pereaksi Lieberman-Bouchard

Campur secara perlahan 5 mL asam asetat anhidrida dengan 5 mL asam

sulfat pekat tambahkan etanol hingga 50 mL (Mierza, 2019).

3.3.11 Pereaksi natrium pikrat

Dilarutkan sedikit demi sedikit 0,5 g asam pikrat kedalam campuran 2,5 g

natrium karbonat yang telah dilarutkan dalam 100 mL aquadest (Mierza, 2019).

3.3.12 Pereaksi Fehling A

Sejumlah 36,64 g kupri sulfat dilarutkan dalam aquadest hingga volume

500 mL, kemudian ditambahkan kedalamnya 0,5 mL asam sulfat pekat

(Mierza, 2019).

3.3.13 Pereaksi Fehling B

Sejumlah 77 g natrium hidroksida dilarutkan dalam aquadest hingga

volume 500 mL, kemudian ditambahkan kedalamnya sedikit demi sedikit 176 g

kalium natrium tartrat (Mierza, 2019).

3.3.14 Pereaksi asam nitrat 0,5 N

Sejumlah 4,2 mL asam nitrat pekat diencerkan dalam aquadest hingga

volume 100 mL (Mierza, 2019).

3.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulani Desember 2021 sampai dengan April 2022.

2.5 Tempat Penelitian

37
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian di Fakultas Farmasi,

Universitas Tjut Nyak Dhien.

3.6 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panelis sejumlah 12 orang dengan kriteria

sebagai berikut (Elsa, 2018).

1. Wanita, sehat jasmani dan rohani

2. Usia 20-30 tahun

3. Tidak memiliki penyakit yang berhubungan dengan alergi

4. Bersedia menjadi sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panelis (subjek penelitian) adalah

sukarelawan yang tidak menggunakan produk apapun yang dapat melembabkan

bibir selama pengujian, serta orang terdekat dan sering berada di dekat pengujian

sehingga lebih mudah untuk diawasi dan diamati bila ada reaksi pada kulit sekitar

mata yang diuji (Ditjen POM, 1985).

3.7 Pengumpulan Bahan Tumbuhan

Tumbuhan yang digunakan adalah buah bit (Beta vulgaris L.) yang masih

segar yang diperoleh dari Pasar Tradisional Setia Budi, Kota Medan, Provinsi

Sumatera Utara. Pengambilan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif

sempling, yaitu tanpa membandingkan tumbuhan yang serupa dari daerah lain.

3.8 Identifikasi Simplisia

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Herbarium Medanense

(MEDA) Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara. Identifikasi bertujuan untuk

memastikan kebenaran tumbuhan yang akan digunakan dalam penelitian.

3.9 Pembuatan Simplisia

38
Sejumlah 10 kg daging buah bit (Beta vulgaris L.) yang sudah

dikumpulkan, dilakukan pencucian dengan air mengalir dan ditiriskan, kemudian

buah bit (Beta vulgaris L) dibelah menjadi empat bagian pisahkan kulitnya,

dipotong tipis, diperoleh buat bit 9 kg, lalu dikeringkan dilemari pengering pada

suhu 40°C, kemudian diserbukkan atau dihaluskan menggunakan blender lalu,

lalu diperoleh simplisia serbuk dan seragam sejumlah 700 g, kemudian disimpan

dalam wadah tertutup baik dan diikat, diberi etiket disimpan ditempat kering.

3.10 Pembuatan Ekstrak Etanol

Serbuk simplisia buah bit sejumlah 500 g dimaserasi dengan pelarut etanol

96%, kemudian dimasukkan kedalam bejana lalu ditambah 3750 ml etanol,

ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, dengan pengadukan 4-

5 x 24 jam. Setelah 5 hari kemudian disaring menggunakan kertas saring dan

didapatkan maserat pertama. Ampas yang didapatkan ditambahkan 1250 mL

etanol dibiarkan didalam bejana yang tertutup dan terlindung dari cahaya selama 2

hari dengan pengadukan 4-5x24 jam, kemudian endapan dipisahkan dan didapat

hasil maserat kedua. Setelah itu hasil maserat pertama dan kedua dicampurkan

kemudian diuapkan diatas rotary evaporator, didapatkan hasil ekstrak kental dari

buah bit kemudian uapkan lagi menggunakan cawan porselin guna mengentalkan

kembali ekstrak etanol buah buah bit diperoleh hasil ekstrak 103 g

(Beta vulgaris L.) (Utami,2015).

3.11 Skrining Fitokimia

39
Skrining fitokimia dilakukan terhadap ekstrak buah bit (Beta vulgaris L. )

dilakukan pemeriksaan senyawa kimia meliputi golongan senyawa kimia alkaloid,

flavonoid, saponin, tannin, glikosdia, terpenoid dan steroid. Skrining dilakukan di

Laboratorium Fitokimia, Universitas Tjut Nyak Dhien, Medan.

3.11.1 Pemeriksaan flavonoid

Sejumlah 1 gram serbuk simplisia direndam dalam metanol, tambahkan

asam klorida 2N, dipanaskan, disaring ketika panas, apabila filtrat berwarna

merah, orange maka perlu diencerkan dengan aquadest sampai tidak berwarna.

Namun jika filtrat berwarna hijau atau coklat tidak perlu diencerkan. Filtrat

dimasukkan ke corong pisah ditambahkan heksana, lalu di goyang dan keluarkan

gasnya sampai gasnya hilang. Diambil lapisan bawah (metanol). Uapkan pada

suhu 40˚C lalu dilarutkan dengan etil asetat dan disaring. Filtratnya dibagi 2 dan

digunakan sebagai larutan uji.

1. Filtrat 1 ml diuapkan sampai kering lalu dilarutkan dalam 2 ml etanol lalu

ditambah 0,5 g serbuk zinkum dan 2 ml asam klorida pekat. Maka akan

memberikan warna merah.

2. Filtrat 1 ml diuapkan sampai kering lalu dilarutkan dalam 2 ml etanol lalu

ditambah 0,5 g serbuk magnesium dan 2 ml asam klorida pekat. Maka akan

memberikan warna merah, kuning, ungu atau jingga (Mierza et al., 2019).

3.11.2 Pemeriksaan tanin

Sejumlah 0,5 gram serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling lalu

disaring, filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Larutan

diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III)

40
klorida 1%. Jika terjadi warna biru atau kehitaman atau hijau kehitaman

menunjukkan adanya tanin (Mierza et al., 2019).

3.11.3 Pemeriksaan saponin

Sejumlah 0,5 gram ekstrak, dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan

10 ml air panas dan dikocok selama 10 menit, hingga terbentuk busa atau lebih

lalu ditetesi dengan HCl 2N maka ekstraksi tersebut positif mengandung saponin.

3.11.4 Pemeriksaan steroid dan terpenoid

Sejumlah 2 ml ekstrak ditambahkan asam asetat glasial sebanyak 10 tetes

dan asam sulfat pekat sebanyak 2 tetes. Larutan dikocok perlahan dan dibiarkam

selama beberapa menit. Adanya steroid ditunjukkan oleh warna biru atau

hijau,sedangkan terpenoid memberikan warna merah atau ungu (Marjoni, 2016).

3.11.5 Pemeriksaan glikosida

Sejumlah 1 gram serbuk simplisia dilarutkan dalam etanol, ditambahkan

asam klorida 2 N (cek asam), dipanaskan selama 45 menit, didinginkan dan

disaring. Diambil filtrat di uapkan di atas penangas air sampai kental tambahkan

25 ml akuades lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 25 ml timbal

(II) asetat, di aduk lalu di diamkan sampai membentuk endapan. Disaring dan

diambil filtratnya lalu di masukkan ke dalam corong pisah. Dimasukkan 20 ml

campuran kloroform-isopropanol dengan perbandingan 3:2, lalu di goyangkan

sambil dibuang gasnya sesekali sampai gasnya hilang, kemudian diambil kedua

lapisan.

Lapisan bawah untuk uji aglikon (non gula) dan lapisan atas untuk uji

glikon (gula). Lapisan bawah dimasukkan ke dalam erlenmeyer ditambahkan

serbuk natrium sulfat anhidrat sampai jenuh, lalu disaring dan diuapkan filtrat

41
sampai kering. Didinginkan dan ditambah metanol 5 ml kedalamnya. Dipindahkan

ke cawan penguap lain dan di uapkan lagi sampai kering. Ditetesi asam asetat

anhidrat 5 tetes dan asam sulfat pekat 5 tetes. Jika terjadi warna merah/merah

ungu/ungu maka positif aglikon triterpenoid. Jika terbentuk warna hijau/biru hijau

maka positif aglikon steroid. Lapisan atas diuapkan di atas penangas air sampai

kental lalu dimasukkan ke tabung reaksi kemudian direbus bagian bawah tabung

ke dalam air selama 15 menit. Kemudian dibagi menjadi 2 tabung. Tabung 1

ditambahkan 2 ml akuades dan 5 tetes pereaksi molisch. Lalu ditambahkan asam

sulfat 2 N. Jika positif maka akan terbentuk cincin ungu. Pada tabung II

ditambahkan 2 ml akuades lalu 1 ml fehling A dan 1 ml fehling B maka akan

terbentuk warna jingga (Mierza et al., 2019).

3.12 Formulasi Sediaan Eye Cream

Formula sediaan meliputi pemilihan formula standar, penetapan formula

modifikasi sediaan eye cream, dan pembuatan formulasi eye cream ekstrak etanol

buah bit dalam berbagai konsentrasi sediaan, yaitu : 1,5%, 2%, 2,5%, serta blanko.

3.12.1 Pemilihan Formula standar

Formula standar sediaan eye cream yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menurut Brinda dan Tanuja (2015) susunan formula sebagai berikut:

R/ Asam stearat 18 g
Cetyl alkohol 0,1 g
Pottasium hidroxid 0,1 g
Trietanolamin 1,2 g
Glycerin 10 g
Metyl paraben 0,01 g
Akuadest ad 100

42
3.12.2 Formula Modifikasi Eye Cream

R/ Asam stearat 18 g
Cetyl alkohol 0,1 g
Pottasium hidroxid 0,1 g
Trietanolamin 1,2 g
Glycerin 10 g
Metyl paraben 0,01 g
Ekstrak etanol buah bit x
Akuadest ad 100
Keterangan :
X : ekstrak etanol buah bit

Formula dasar eye cream dibuat berupa modifikasi yaitu tanpa menggunakan

gliserin karena aktivitas buah bit sudah melembabkan.

3.12.3 Pembuatan Seidaan Eye Cream

Pembuatan ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.) yang digunakan

dalam sediaan eye cream dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu: 1,5%, 2%, dan

2,5% serta blanko. Pembuatan sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit

(Beta vulgaris L.) dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Pembuatan sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
(Beta vulgaris L.)
No Jumlah yang digunakan (%)
Bahan Formula Formula Formula Formula Keterangan
Formula blanko I II III
1 EEBB - 1,5 2 2,5 Zat Aktif
2 Asam stearat 10 g 10 g 10 g 10 g Emulgator
3 Setil alkohol 2g 2g 2g 2g Emolien
4 Trietanolamin 2g 2g 2g 2g Emulgator
5 Metil paraben 0,18 g 0,18g 0,18 g 0,18 g Pengawet
6 Aquadest ad 100 100 100 100 Pembawa

Keterangan:
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit

43
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)

3.13 Prosedur Pembuatan Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
(Beta vulgaris L.)

a. Cara Pembuatan Formula Dasar

1. Timbang semua bahan

2. Panaskan mortir dan stamper

3. Masukkan asam stearat dan setil alkohol ke dalam cawan (fase minyak).

Lebur fase minyak pada suhu 75ºC

4. Panaskan aquadest, tambahkan triethanolamin, metil paraben, pada suhu

75 ºC (fase air), kemudian aduk homogen

5. Masukkan fase air ke dalam mortir panas

6. Campurkan fase air ke dalam fase minyak sedikit demi sedikit dalam

keadaan sama-sama panas sambil diaduk dengan pengaduk elektrik sampai

terbentuk massa krim.

b. Cara pembuatan formula modifikasi ekstrak etanol buah bit

1. Timbang semua bahan

2. Panaskan mortir

3. Masukkan asam stearat, dan setil alkohol ke dalam cawan (fase minyak).

Lebur fase minyak (massa 1).

4. Panaskan aquadest, tambahkan triethanolamin, dan nipagin (fase air),

kemudian aduk homogen (massa 2)

5. Masukkan fase air ke dalam mortir panas

44
6. Campurkan fase air ke dalam fase minyak sedikit demi sedikit dalam

mortir panas, gerus homogen sampai terbentuk massa krim yang stabil dan

homogen (massa 3)

7. Masukkan ekstrak kental buah bit (Beta vulgaris L.), tambahkan ekstrak

etanol buah bit dalam berbagai konsentrasi. Setelah semua homogen

masukkan ke dalam wadah tertutup baik.

3.14 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Eye Cream Ekstrak Buah Bit (Beta
vulgaris L.)

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan eye

cream. Pemeriksaan mutu fisik meliputi pemeriksaan homogenitas, uji daya sebar,

uji stabilitas sediaan, uji pH sediaan, uji viskositas, uji sukarelawan, uji efektivitas

kelembaban sediaan menggunakan Skin Analyzer Checher (Aram®)

(Ratih dkk., 2014).

3.14.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan object glass. Sejumlah

tertentu sediaan dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang

cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen, dan tidak terlihat

adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.14.2 Uji Stabilitas Sediaan

Uji stabilitas dilakukan dengan metode cycling test selama 12 hari

(6 siklus) pada suhu 4ºC ± 2ºC selama 24 jam, lalu dipindahkan ke dalam oven

bersuhu 40ºC ± 2ºC selama 24 jam (perlakuan ini adalah 1 siklus). Perlakuan yang

sama dilakukan sebanyak 6 siklus dan dilakukan pengamatan organoleptis (warna,

bau dan bentuk) (Dachi, 2020).

45
3.14.3 Uji pH

Uji pH menggunakan alat pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi

dengan menggunakan larutan dapar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH basa

(pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci

dengan aquadest, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi

1% yaitu timbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam aquadest hingga 100 ml.

kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. dibiarkan alat

menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter

merupakan pH sediaan (Ester, 2012).

3.14.4 Uji kekentalan/viskositas

Uji dilakukan menggunakan viskometer brokfield. Sampel dimasukkan

kedalam beaker glass 250 ml. Kemudian spindle dimasukkan ke dalam sampel

hingga tanda batas yang ada pada spindle, spindle yang digunakan spindel no. 4

dengan kecepatan 30 rpm, kemudian alat dinyalakan. Pemeriksaan dilakukan pada

minggu ke-1 dan minggu ke-6 (Lachman dkk, 1994).

3.14.5 Uji Daya Sebar

Sejumlah 0,5 gram sampel eye cream diletakkan diatas kaca bulat

berdiameter 15 cm, kaca lainnya diletakkan diatasnya dan dibiarkan selama 1

menit. Diameter sebar eye cream diukur. Setelahnya, ditambahkan 150 gram

beban tambahan dan didiamkan selama 1 menit lalu diukur diamter yang konstan

(Astuti, et al., 2010).

3.14.6 Uji iritasi kulit

46
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan eye cream yang mengandung ekstrak

etanol buah bit (Beta vulgaris L.) dengan maksud untuk mengetahui bahwa eye

cream yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Uji iritasi

dilakukan dengan teknik uji sampel terbuka (Open Test) pada kulit sekitar mata

bagian dalam terhadap 15 orang panelis. Uji sempel terbuka dilakukan dengan

mengoleskan sediaan yang di buat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x

2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan

Sebanyak 3 kali sehari selama 2 hari beruturut-turut

(Tranggono dan Latifah, 2007).

Reaksi iritasi positif ditandai adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak

pada kulit lengan bawah bagian bawah yang diberikan perlakuan

(Marlina dan Putri, 2019).

3.14.7 Uji efektivitas kelembaban sediaan eye cream terhadap kulit


sukarelawan menggunakan alat Skin Analizer Checher (Aramo®)

Pengujian dengan membandingkan keadaan kulit sebelum dan sesudah

pemakaian sediaan dengan nilai parameter kelembapan (moisture). Semua panelis

diukur terlebih dahulu kondisi kelembaban kulit awal/sebelum perlakuan dengan

menggunakan alat Skin Analyzer Checker (Aramo®).

Pengujian efektivitas kelembaban dilakukan terhadap 15 orang panelis.

Pengujian dilakukan pada daerah kulit. Pengelompokan dibagi menjadi:

a. Kelompok I : 3 orang panelis menggunakan formula blanko.

b. Kelompok II : 3 orang panelis menggunakan formula 1,5%.

c. Kelompok III : 3 orang panelis menggunakan formula 2%.

d. Kelompok IV : 3 orang panelis menggunakan formula 2,5%.

47
e. Kelompok VI : 3 orang panelis menggunakan eye cream merek lain.

Sediaan eye cream dioleskan pada kulit panelis lalu dibiarkan hingga 20

menit. Dilakukan kembali pengecekan kondisi kelembaban kulit setelah

pemakaian eye cream. Pengukuran kondisi kulit dilakukan setiap minggu selama

empat minggu dengan pemberian sediaan eye cream setiap hari secara rutin pagi

dan malam hari.

3.14.8 Uji kesukaan (hedonic test)

Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis

terhadap sediaan yang dibuat, jumlah panelis uji kesukaan makin besar makin

baik. Jumlah panelis 20 orang dengan cara setiap panelis diminta untuk

mengoleskan formula sediaan yang dibuat pada bibir panelis. Kemudian, panelis

memilih variasi formula mana yang paling disukai. Panelis menuliskan:

1. Sangat tidak suka

2. Tidak suka

3. Netral

4. Suka

5. Sangat suka

Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan,

aroma, homogenitas, dan kelembaban yang dirasakan pada kulit. Kemudian

dihitung persentase kesukaan terhadap masing-masing sediaan

(Hutami dkk., 2014).

Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan dioleskannya

eye cream ke kulit, homogenitas dan intensitas warna. Menurut Badan

48
Standarisasi Nasional (2006) data yang diperoleh dari lembaran penilaian

ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari

hasil rata-rata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95% menggunakan

rumus:

P ( x -(1,96.s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96.s/√ n)) = 95%

Keterangan :
n : Banyak panelis
S² : Keseragaman nilai kesukaan
1,96 : Koefisien standar deviasi pada saraf
X̅ : Nilai kesukaan rata-rata
Xi : Nilai dari panelis ke 1, dimana 1, 2, 3 ... N
S : Simpangan baku nilai kesukaan
P : Tingkat kepercayaan
µ : Rentang nilai

Kriteria panelis (Elsa, 2018)

1. Memiliki kepekaan dan konsistensi yang tinggi.

2. Panelis yang digunakan adalah panelis yang tidak berlatih dan diambil secara

acak.

3. Berbadan sehat jasmani dan rohani.

4. Tidak dalam keadaan tertekan.

5. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang penilaian organoleptis.

3.15 Uji aktivitas antioksidan Ekstrak Etanol Buah Bit

Pengujian aktivitas antioksidan meliputi pembuatan larutan induk baku

DPPH (2,2-diphenyl-1-picyllhydrazil), penentuan panjang gelombang serapan

maksimum, pengukuran operating time, pengukuran absorbansi DPPH tanpa

sampel ekstrak buah bit (blanko) dan penentuan nilai inhibition concentration

(IC50).

3.15.1 Pembuatan larutan induk baku DPPH

49
Ditimbang sejumlah 20 mg DPPH, kemudian dilarutkan dengan methanol

dalam labu ukur 100 ml,volumenya dicukupkan dengan metanol sampai tanda

batas sehingga didapatkan 200 μg/ml.

3.15.2 Penentuan panjang gelombang serapan maksimum DPPH

Larutan induk baku DPPH (2,2-diphenyl-1-picyllhydrazil), dipipet 2 ml

dan dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml kemudian cukupkan dengan

metanol sampai garis tanda sehingga diperoleh konsentrasi 40 μg/ml, kemudian

diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400-800 nm, sehingga diperoleh

absorbs maksimum sebagai panjang gelombang.

3.15.3 Penentuan operating time

Ditimbang sebanyak 20 mg sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit

merah kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan dilarutkan dengan

metanol dan cukupkan sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan induk baku

dengan konsentrasi 200 μg/ml, kemudian operating time dilakukan dengan cara

pipet 0,5 ml ,1 ml, 1,5 ml, dan 2 ml masukkan ke dalam masing-masing labu ukur

10 ml, tambahkan larutan DPPH (2,2-diphenyl-1-picyllhydrazil) sebanyak 2 ml

yang diambil, (untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 10 μg/ml , 20 μg/ml,

30μg/ml, 40 μg/ml) kemudian larutan diukur absorbansinya dengan

spektrofotometer visible pada panjang gelombang 515-520 nm dimulai dari menit

pertama sampai 30 menit kemudian diperoleh absorbansinya yang sesuai dengan

hukum lambert beer pada rentang waktu pengukuran yang stabil.

3.15.4 Pengukuran absorbansi DPPH pada sampel

Sejumlah 20 mg sampel ditimbang lalu dimasukkan ke dalam labu ukur

100 mL, kemudian dilarutkan dengan metanol sampai batas (200 µg/mL). Larutan

50
uji dipipet 0,5 mL, 1 mL, 1,5 mL, dan 2 mL kemudian masing-masing

dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL (untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji

10 µg/mL, 20 µg/mL, 30 µg/mL, dan 40 µg/mL) ditambahkan masing-masing

2 mL larutan DPPH (200 µg/mL) lalu ditambahkan metanol sampai garis tanda

batas. Labu uji didiamkan ditempat gelap selama 30 menit. Diukur serapan dengan

spektrofotometri UV-VIS pada panjang gelombang 512-520 nm.

3.16 Analisis Penentuan Aktivitas Antioksidan

Data hasil pengukuran absorbansi dianalisa persentase aktivitas

antioksidan menggunakan persamaan berikut:

absorbsi blanko−absorbsi sampel


% aktivitas antioksidan= x 100 %
absorbsi blanko

Kemudian dibuat dalam kurva regresi linier untuk memperoleh nilai IC50.

3.17 Analisis Nilai IC50

Dari data persentase aktivitas antioksidan dibuat persamaan garis regresi

linear yang menandakan hubungan antara konsentrasi dengan persentase aktivitas

antioksidan untuk menentukan nilai IC50 ( Mustarichie dkk., 2017). Hubungan

nilai IC50 terhadap aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hubungan Nilai IC50 terhadap Aktivitas Antioksidan


No. IC50 (µg mL) Aktivitas Antioksidan
1. < 50 µg/mL Sangat Kuat
2. 50 µg/mL - 100 µg/mL Kuat
3. 101 µg/mL – 250 µg/mL Sedang
4. 250 µg/mL – 500 µg/mL Lemah
5. > 500 µg/Ml Tidak aktif

51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah diperoleh hasil dari penelitian yang telah dilakukan pada bahan uji

buah bit (Beta vulgaris L.), berupa hasil identifikasi, hasil skrining fitokimia, hasil

pembuatan ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.), hasil pembuatan eye cream

buah bit (Beta vulgaris L), hasil analisa kualitatif, hasil evaluasi mutu fisik

sediaan eye cream yang meliputi hasil uji homogenitas, hasil pengukuran pH

sediaan, hasil uji daya sebar, hasil pengukuran lama pengeringan, dan hasil uji

stabilitas sediaan, hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dan hasil uji

perbandingan kemampuan sediaan eye cream dalam melembabkan kulit terhadap

sukarelawan dengan menggunakan alat Skin analyzer (Aramo®) serta hasil uji

kesukaan. Hasil uji aktivitas antioksidan terhadap eye cream meliputi, hasil

52
pembuatan larutan induk baku DPPH, hasil penentuan panjang gelombang serapan

maksimum DPPH, hasil pengukuran operating time, hasil pengukuran aktivitas

antioksidan pada ekstrak, hasil blanko eye cream dan hasil sediaan eye cream serta

hasil penentuan nilai IC50.

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Medanense (MEDA),

Universitas Sumatera Utara. Identifikasi tanaman ini bertujuan untuk menentukan

identitas tanaman yang digunakan sehingga dapat dihindari adanya kesalahan

dalam pengambilan spesies tanaman, hasil identifikasi sampel tumbuhan yaitu

daging buah bit (Beta vulgaris L.). Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada

Lampiran 1, halaman 79.

4.2 Hasil Perolehan Simplisia

Dari 9 kg buah bit (Beta vulgaris L.), yang dikeringkan dengan cara

pengeringan pada suhu 40ºC diperoleh serbuk simplisia buah bit (Beta vulgaris L.)

sejumlah 700 g.

4.3 Hasil Perolehan Ekstrak

Sejumlah 500 g serbuk simplisia buah bit (Beta vulgaris L.) dimaserasi

1:10 dengan menggunakan pelarut etanol 96%, diperoleh hasil maserat sejumlah

4,0 liter, kemudian maserat diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator.

Diperoleh ekstrak etanol kental buah bit sejumlah 102 gram. Ekstrak kental

daging buah bit berwarna merah kecoklatan. Gambar bahan uji dapat dilihat pada

Lampiran 2, halaman 80.

Bobot Ekstrak Kental


% Rendemen= x 100 %
Bobot Simplisia

53
102
= x 100 %
500
= 20,4 %
Rendemen ekstrak dihitung dengan cara jumlah bobot ekstrak yang

diperoleh (gram) terhadap jumlah bobot simplisia awal (gram), yang hasilnya

dinyatakan dengan persen (%) (Depkes, 2000).

4.4 Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining ekstrak buah bit dilakukan untuk mengetahui komponen

senyawa kimia yang terkandung pada daging buah bit (Beta vulgaris L.) meliputi

pemeriksaan senyawa kimia golongan flavonoid, alkaloid, glikosida, tannin,

saponin, triterpen/stroid. Hasil skrining golongan senyawa kimia dari ekstrak

etanol buah bit (Beta vulgaris L.) Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Skrining Golongan Senyawa Kimia dari Ekstrak Etanol
Buah Bit (Beta vulgaris L.)
Uji Fitokimia Peraksi Hasil Kesimpulan
Uji
Alkaloid Mayer + Putih kekuningan
Bouchardart + Endapan merah
Dragendorf + Endapan coklat
Flavonoid Mg(s) + HCl (p) + Kuning Jingga
Tanin FeCl3 10% + Hitam Kehijauan
Saponin Aquadest panas + HCL + Berbentuk busa
Glikosida 2N + Terbentuk cincin ungu
Steroid/ Molish - Warna coklat
Triterpenoid Lieberman-Bouchardart

Keterangan:
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
(-) : Tidak mengandung senyawa
(+) : Mengandung senyawa

Berdasarkan hasil pada Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa hasil skrining

fitokimia daging buah bit (Beta vulgaris L.) mengandung alkaloid, flavonoid,

54
tanin, glikosida dan saponin. Sedangkan untuk senyawa steroid/triterpenoid,

antrakuinon, dan sianogenik tidak terdapat terkandung senyawa pada daging buah

bit (Beta vulgaris L.). Gambar hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada

Lampiran 4, halaman 83.

4.5 Hasil Formulasi Sediaan

Data hasil formulasi sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit dapat

dilihat di Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data Hasil Formulasi Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit.

No Sediaa Bentuk Warna Bau Bentuk Warna Bau


n
1 F0 Putih Putih Khas Kental Putih Khas
2 F1 Kental Coklat Khas Kental Coklat Khas
3 F2 Kental Coklat Khas Kental Coklat Khas
4 F3 Kental Coklat Khas Kental Coklat Khas
5 F4 Kental Sedikit Khas Kental Sedikit Khas
coklat coklat
Keterangan:
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 diatas menujukkan bahwa seluruh sediaan

eye cream ekstrak etanol buah bit dengan konsentrasi 1,5%, 2%, 2,5%, blanko dan

pembanding tidak terjadi perubahan bentuk, warna dan bau setelah penyimpanan

selama 12 hari (6 siklus) di suhu yang berbeda. Hal ini menunjukkan sediaan eye

cream merupakan sediaan yang stabil.

4.6 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

55
Hasil pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi hasil pengujian

homogenitas sediaan, hasil uji stabilitas fisik sediaan, hasil uji daya sebar, hasil uji

pH, hasil uji viskositas, hasil uji iritasi sediaan, hasil uji efektivitas sediaan

terhadap kulit dengan menggunakan alat skin analyzer (Aramo®), hasil uji

kesukaan (hedonic test) terhadap variasi sediaan yang telah dibuat.

4.6.1 Hasil pengujian homogenitas

Data hasil uji homogenitas sediaan eye cream dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Data Hasil Uji Homogenitas Sediaan Eye Cream.

No Formula Homogen Tidak Homogen


1. F0 √ -
2. F1 √ -
3. F2 √ -
4. F3 √ -
5. F4 √ -

Keterangan:
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 diatas hasil pemeriksaan homogenitas

pada sediaan eye cream yang mengandung ekstrak etanol buah bit menunjukkan

bahwa sediaan yang dibuat memiliki susunan yang homogen. Hal ini ditandai

dengan tidak adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada object

glass (Ditjen pom, 1979). Gambar hasil uji homogenitas sediaan dapat dilihat pada

Lampiran 13, halamaan 89.

4.6.2 Hasil Uji pH

56
Pengukuran pH sediaan eye cream dilakukan untuk mengetahui pH

sediaan krim sesuai dengan kulit atau tidak, karena akan terjadi kontak langsung

dengan kuklit sehingga mempengaruhi kondisi kulit. Hasil uji pH krim ekstrak

kulit buah bit menunjukan sesuai dengan range pH krim yang seharusnya. Tidak

bersifat terlalu asam ataupun terlalu basa, nilai rata-rata pH berkisar antara 4 - 7

(Tranggono & Latifa, 2007; Mappa dkk., 2013). Hasil uji pH eye cream ekstrak

etanol buah bit (Beta vulgaris L.) dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Uji pH Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit (Beta vulgaris L.)

pH
NO. Sediaan Saat setelah dibuat Saat setelah cycling test
selama 6 siklus (12 hari)
1. F0 6,7 6,6
2. F1 6,4 6,3
3. F2 6,3 6,2
4. F3 6,1 6,0
5. F4 7 7

Keterangan:
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
MS : Memenuhi Syarat (pH 4-7)
(Tranggono & Latifa, 2007)

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa, sediaan eye

cream ekstrak etanol buah bit mempunyai rentang pH 6,1-6,4 saat setelah dibuat

dan pH setelah cycling test 6,0-6,3 dan pH seluruh formula sediaan eye cream

yang diuji masih berada dalam range pH kulit yaitu 4-7 sehingga dapat

disimpulkan bahwa sediaan eye cream mengandung ekstrak etanol buah bit tidak

mengiritasi kulit.

57
4.6.3 Hasil uji viskositas

Uji viskositas dilakukan untuk menguji kekentalan dari krim yang dibuat

apakah sudah memenuhi syarat atau tidak, dan hasil uji viskositas krim dari

ekstrak kulit buah bit (Beta vulgaris L.) menunjukkan bahwa seluruh formula

krim memenuhi syarat yang ditetapkan dan masih dalam range yang ditentukan.

Viskositas formula krim memenuhi standar viskositas menurut SNI yaitu

2.000 - 50.000 cps. Hasil uji viskositas eye cream ekstrak etanol buah bit (Beta

vulgaris L.) dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Uji Viskositas Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
(Beta vulgaris L.)

Formula Viskositas (cps) Ket


F0 22.299 MS
F1 17.850 MS
F2 15.850 MS
F3 12.400 MS
F4 27.000 MS

Keterangan
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
MS : Memenuhi Syarat

Berdasarkan data pada Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa, sediaan eye

cream ekstrak etanol buah bit memiliki viskositas 2.400-17.850 yang berarti hasil

uji viskositas memenuhi syarat (2.000-50.000 cps) (Hartati, 2013).

4.6.4 Hasil uji daya sebar

58
Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan eye cream

ekstrak etanol buah bit menyebar pada permukaan kulit. Sediaan setengah padat

daya sebar diharapkan mampu menyebar dengan mudah pada saat dioleskan pada

kulit tanpa menggunakan tekanan yang berarti. Semakin mudah dioleskan pada

kulit maka luas permukaan kontak zat berkhasiat dengan kulit akan semakin besar

dan absorbsi obatnya akan semakin optimal pula. Sediaan semisolid yang nyaman

digunakan memiliki daya sebar 5 s/d 7 cm (Garg, A, et al., 2002). Hasil uji daya

sebar ekstrak etanol buat bit eye cream dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Daya Sebar Ekstrak Etanol Buah Bit Eye Cream
(Beta vulgaris L.)
Beban (g) Formula
F0 F1 F2 F3 F4
Tanpa Beban 4,7 5,5 5 4,9 6,5 MS
150 4,9 5,9 5,2 5 6,7 MS

Keterangan:
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
MS : Memenuhi Syarat (5-7 cm)
Seluruh formula sediaan eye cream uji daya sebar yang baik pada sediaan

krim yaitu berkisar antara 5 - 7 cm, dari hasil penelitian yang didapat menunjukan

bahwa, kemampuan menyebar krim tiap formula baik. Yang artinya krim mudah

dioleskan pada kulit.

4.6.5 Hasil uji iritasi kulit

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit

dengan maksud untuk mengetahui bahwa eye cream yang dibuat dapat

59
menimbulkan iritasi atau tidak pada kulit kepada 12 sukarelawan yang bersedia

untuk dilakukan uji iritasi pada bagian kulit belakang telinga. Data hasil uji iritasi

terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Data Hasil Uji Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan


Pengamatan Sukarelawan
F0 F1 F2 F3 F4
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Kemerahan - - - - - - - - - - - - - - -
Gatal - - - - - - - - - - - - - - -
Kulit kasar - - - - - - - - - - - - - - -

Keterangan
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)
- : Tidak terjadi reaksi
+ : Kulit Kemerahan

Berdasarkan data pada Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa, perlakuan

yang dilakukan selama 2 hari, dimana reaksi iritasi positif ditandai dengan adanya

kemerahan, gatal-gatal atau bengkak pada kulit yang diberikan perlakuan. Maka

didapatkan hasil bahwa tidak terdapat reaksi positif terjadinya iritasi dari ke

10 penelis yang bersedia untuk dilakukan uji iritasi sediaan eye cream pada

sediaan (F0), (F1), (F2), dan (F3). Hasil uji iritasi sediaan eye cream pada salah

satu sukarelawan dapat dilihat pada Lampiran 17, halaman 94.

4.6.6 Hasil Uji Efektivitas Kelembaban Sediaan

Pengujian efektivitas kelembaban dilakukan terhadap 15 orang panelis.

Pengujian dengan membandingkan keadaan kulit sebelum dan sesudah pemakaian

sediaan dengan nilai parameter kelembaban (moisture). Semua panelis diukur

60
terlebih dahulu kondisi kelembaban kulit awal/sebelum perlakuan dengan

menggunakan alat Skin analyzer (Aramo®).

Data hasil pengukuran kelembaban pada kulit panelis sediaan eye cream

dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Data Hasil Pengukuran Kelembaban pada Kulit Panelis Sediaan Eye
Cream
Waktu Perawatan Perminggu Pemulihan
Formula Sukarela Kondisi Minggu Minggu Minggu Minggu (%)
wan Awal 1 2 3 4
1 31 33 35 37 39
Blanko 2 32 35 37 39 41
3 28 31 35 35 39
Rata-rata 30,33 33,00 35,66 37,00 39,66 19,78
1 31 35 37 40 43
F1 2 31 33 36 39 41
3 29 32 35 39 43
Rata-rata 30,33 33,33 36,00 39,33 42,33 24,43
1 31 36 40 44 48
F2 2 33 37 41 45 46
3 32 35 37 43 48
Rata-rata 32,00 36,00 39,33 44,00 47,33 30,18
1 31 37 44 48 56
F3 2 29 37 45 48 54
3 32 39 41 46 51
Rata-rata 30,66 37,66 43,33 47,33 53,66 48,36
F4 1 31 41 49 51 63
2 33 44 44 56 56
3 28 50 54 58 58
Rata-rata 30,66 45 49 55 59 69,60

Keterangan:
ECEEBB : Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : MCEEBB 1,5 %
F2 : MCEEBB 2 %
F3 : MCEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)
M1 : Minggu 1
M2 : Minggu 2
M3 : Minggu 3

61
M4 : Minggu 4
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012)

Berdasarkan data pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa, selama empat

minggu perawatan dengan pemberian sediaan eye cream setiap hari pada pagi dan

malam hari secara rutin, kelembaban kulit panelis mengalami peningkatan eye

cream ekstrak etanol buah bit konsentrasi 2,5% (F3) merupakan sediaan yang

memiliki nilai kelembaban 48,36% termasuk kategori lembab.

4.6.7 Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan.

Data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan ditentukan nilai

kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rata-rata pada setiap

panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji kesukaan responden terhadap eye

cream ekstrak etanol buah bit dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hasil Uji Kesukaan Responden terhadap Eye Cream Ekstrak Etanol
Buah Bit
No Sediaan Interval Nilai Kesukaan
Warna Bau Bentuk
1. F0 - - -
2. F1 4,15-4,3 4,25-4,38 4,4-4,37
3. F2 4,3-4,43 4,55-4,65 4,65-4,78
4. F3 4,65-4,84 4,7-4,8 4,75-4,98

Keterangan :
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)
- : Tidak terjadi reaksi
+ : Kulit Kemerahan
Nilai Kesukaan:
1: Sangat tidak suka
2: Tidak suka
3: Netral
4: Suka

62
5: Sangat suka

Berdasarkan data pada Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa, sediaan yang

disukai panelis berdasarkan warna dan bau yaitu sediaan eye cream ekstrak etanol

buah bit konsentrasi 2,5% (F3).

1. Pada parameter warna memiliki interval nilai kesukaan tertinggi 4,65–4,84.

Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 4,65 dan

dibulatkan menjadi 4 (suka).

2. Pada parameter bau memiliki interval nilai kesukaan 4,7-4,8.

3. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 4,7 dan

dibulatkan menjadi 4 (suka).

4. Pada parameter bentuk memiliki interval nilai kesukaan 4,75– 4,98.

Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 4,75 dan

dibulatkan menjadi 4 (suka).

4.7 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Bit

Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.)

dan sediaan eye cream dengan ekstrak etanol daging buah bit (Beta vulgaris L.)

dilakukan secara spektrofotometri UV-Vis menggunakan metode DPPH

(2,2-diphenyl-1-picyllhidrazil). Metode ini merupakan metode yang paling

sederhana, mudah, cepat, dan hanya memerlukan sedikit sampel untuk evaluasi

aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam.

4.7.1 Hasil pengukuran panjang gelombang serapan maksimum DPPH

Pengujian aktivitas antioksidan diawali dengan pengukuran panjang

gelombang maksimum dari larutan DPPH dengan konsentrasi 200 µg/mL

menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 400-800 nm.

63
Menunjukkan serapan maksimum DPPH pada panjang gelombang 515.50 nm

dengan nilai absorbansi 1.079.

4.7.2 Hasil pengukuran operating time

Hasil pengukuran operating time diperoleh pada menit ke 20-24 dan

operating time DPPH dan Ekstrak buah bit diperoleh di menit ke 10-22

menunjukkan absorbansi yang stabil, dimana sampel bereaksi sempurna dengan

larutan DPPH.

4.7.3 Hasil Analisis Persentase Aktivitas Antioksidan Pada Sampel

Data hasil aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah bit dapat dilihat pada

Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi Aktivitas
Sampel Absorbansi
Sampel (µg/mL) Antioksidan (%)
0 1,079 -
10 0,954 11,58
Ekstrak Etanol
20 0,695 35,58
Buah Bit
30 0,451 58,20
40 0,246 77,20

Berdasarkan data pada Tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa, terjadi

penurunan absorbansi pada konsentrasi 10, 20, 30, 40. Hal ini menunjukkan

hubungan positif antara konsentrasi dengan tingkatan absorbansi. Perhitungan

persentase aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.).

Data hasil aktivitas antioksidan sediaan eye cream blanko (F0) dapat

dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream Blanko
(F0)
Konsentrasi
Sampel Absorbansi Peredaman (%)
Sampel (µg/mL)
Sediaan Eye 0 1,079 -

64
10 0,659 38,92
20 0,721 33,17
Cream F0 (blanko)
30 1,782 27,52
40 0,937 13,16

Berdasarkan data pada Tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa, terjadi

penurunan absorbansi pada konsentrasi 10, 20, 30, 40. Hal ini menunjukkan

hubungan positif antara konsentrasi dengan tingkatan absorbansi. Perhitungan

persentase aktivitas antioksidan dari ekstraketanol buah bit (Beta vulgaris L.).

Data hasil aktivitas antioksidan sediaan eye cream konsentrasi 1,5%

(F1) dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream


Konsentrasi 1,5% (F1)
Konsentrasi
Sampel Absorbansi Peredaman (%)
Sampel (µg/mL)
0 1,079 -
10 0,816 24,37
Sediaan eye cream
20 0,626 41,98
F1 (1,5%)
30 0,403 62,65
40 0,201 81,37

Berdasarkan pada Tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa adanya

penurunan absorbansi DPPH. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas

antioksidan pada larutan sampel yaitu sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit

konsentrasi 1,5% (F1). Semakin kecil nilai absorbansi sampel maka aktivitas

antioksidan yang diperoleh semakin besar.

Data hasil aktivitas antioksidan sediaan eye cream konsentrasi 2%

(F2) dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye cream Konsentrasi
2,5% (F2).

Sampel Konsentrasi Absorbansi Aktivitas


Sampel (µg/mL) Antioksidan (%)

65
0 1,079 -
10 0,798 26,04
Sediaan eye cream
20 0,602 44,20
F2 (2%)
30 0,409 62,09
40 0,212 80,35

Berdasarkan pada Tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa adanya

penurunan absorbansi pada konsentrasi 10, 20, 30, 40. Hal ini disebabkan karena

adanya aktivitas antioksidan pada larutan sampel yaitu eye cream ekstrak etanol

buah bit 2% (F2). Semakin kecil nilai absorbansi sampel maka aktivitas

antioksidan yang diperoleh semakin besar.

Data hasil aktivitas antioksidan sediaan eye cream konsentrasi 2%

(F3) dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream Konsentrasi
2,5% (F3)
Konsentrasi Aktivitas
Sampel Absorbansi
Sampel (µg/mL) Antioksidan (%)
0 1,079 -
10 0,866 27,64
Sediaan eye
20 0,651 39,66
cream 2,5% (F3)
30 0,432 67,86
40 0,241 85,56

Berdasarkan pada Tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa adanya

penurunan absorbansi 10, 20, 30, 40. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas

antioksidan pada larutan sampel yaitu eye cream ekstrak etanol buah bit

2,5% (F3). Semakin kecil nilai absorbansi sampel maka aktivitas antioksidan yang

diperoleh semakin besar.

Data hasil aktivitas antioksidan sediaan eye cream pembanding (F4)

dapat dilihat pada Tabel 4.15.

66
Tabel 4.15 Data Hasil Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream Pembanding
(F4)
Sampel Konsentrasi Absorbansi Aktivitas
sampel ( μg/mL antiksidan (%)
0 1,079 -
Sediaan Eye 10 1,154 6,95
Cream 20 0,976 9,54
Pembanding 30 0,589 45,41
40 0,359 66,72

Berdasarkan pada Tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa, adanya

penurunan absorbansi 10, 20, 30, 40. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas

antioksidan pada larutan sampel yaitu eye cream pembanding. Semakin kecil nilai

absorbansi sampel maka aktivitas antioksidan yang diperoleh semakin besar.

Berdasarkan hasil aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.),

sediaan eye cream blanko, sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit (Beta

vulgaris L.) di atas terlihat bahwa semakin kecil nilai absorbansinya maka

semakin besar nilai % peredaman yang diperoleh. Berdasarkan penelitian

sebelumnya, adanya penurunan absorbansi menunjukkan peningkatan kemampuan

peredaman radikal bebas DPPH (Amrun dan Umiyah, 2005).

4.7.4 Hasil Analisis Nilai IC50

Nilai IC50 pada ekstrak etanol buah bit dapat dilihat Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Nilai IC50 pada Ekstrak Etanol Buah Bit


Sampel Persamaan Regresi IC50
Ekstrak Etanol Buah y = 2,1948x – 9,23 18 µg/mL
Bit

Kurva hubungan konsentrasi ekstrak etanol buah bit dengan persentase

aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Grafik 4.1.

Grafik 4.1 Kurva Hubungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Buah Bit dengan
Persentase Aktivitas Antioksidan

67
EKSTRAK ETANOL BUAH BIT

90
80 y = 2,1948x - 9,23
70
% Peredaman

60
50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi

Berdasarkan Tabel 4.16 diatas bahwa, diperoleh nilai IC50 pada perhitungan

akhir yaitu 18 µg/mL. Berdasarkan nilai IC50 dapat disimpulkan bahwa ekstrak

etanol buah bit tergolong antioksidan “sangat kuat”. Maka semakin rendah nilai

IC50, maka aktivitas antioksidan semakin baik. Perhitungan nilai IC50 ekstrak

etanol buah bit dapat dilihat pada Lampiran 24, halaman 135.

Nilai IC50 sediaan eye cream blanko (F0) dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Nilai IC50 sediaan Eye Cream Blanko (F0)

Sampel Persamaan Regresi IC50


Sediaan Eye Cream F0 y = - 0,892x – 7,44 51,31 µg/mL
(Blanko)

Kurva hubungan konsentrasi sediaan eye cream blanko (F0) ekstrak etanol

buah bit dengan persentase aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Grafik 4.2.

Grafik 4.2 Kurva Hubungan Konsentrasi Sediaan Eye Cream Blanko (F0)
Ekstrak Etanol Buah Bit dengan Persentase Aktivitas Antioksidan.

68
BLANKO
45
% P ered am an 40
35 y = - 0892x - 7,44
30
25
20
15
10
5
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi

Berdasarkan data pada Tabel 4.17 diatas diperoleh nilai IC50 pada

perhitungan akhir yaitu 51,31 µg/mL. Berdasarkan nilai IC50 dapat disimpulkan

bahwa eye cream blanko tergolong antioksidan “kuat”.

Nilai IC50 sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit konsentrasi 1,5 % (F1)

dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Nilai IC50 Sediaan Eye Cream 1,5% (F1)


Sampel Persamaan Regresi IC50
Sediaan Eye Cream y = 1,9168x + 4,67 23 µg/Ml
F1 (1,5%)

Kurva hubungan konsentrasi sediaan eye cream 1,5% (F1) ekstrak etanol

buah bit dengan persentase aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Grafik 4.3.

Grafik 4.3 Kurva Hubungan Konsentrasi Sediaan Eye Cream 1,5% (F1) Ekstrak
Etanol Buah Bit dengan Persentase Aktivitas Antioksidan.

69
EYE CREAM 1,5%

90
y = 1,9168x + 4,67
80
70
% Peredaman

60
50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi

Berdasarkan data pada Tabel 4.18 diatas menunjukkan bahwa diperoleh

nilai IC50 pada perhitungan akhir yaitu 23 µg/mL. Berdasarkan nilai IC 50 dapat

disimpulkan bahwa eye cream ekstrak etanol buah bit konsentrasi 1,5% (F1)

tergolong antioksidan “sangat kuat”.

Nilai IC50 pada sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit konsentrasi 2%

(F2) dapat dilihat Tabel 4.19.

Tabel 4.19 Nilai IC50 Pada Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2% (F2)
Sampel Persamaan Regresi IC50
Sediaan Eye Cream y = 1,8082x + 7,97 23 µg/mL
F2 (2%)

Kurva hubungan konsentrasi sediaan eye cream 2% (F2) ekstrak etanol

buah bit dengan persentase aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Grafik 4.4.

Grafik 4.4 Kurva Hubungan Konsentrasi Sediaan Eye Cream 2% (F2) Ekstrak
Etanol Buah Bit dengan Persentase Aktivitas Antioksidan.

70
EYE CREAM 2%

90
y = 1,8082x + 7,97
80
70
% Peredaman

60
50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi

Berdasarkan data pada Tabel 4.19 diatas menunjukkan bahwa diperoleh

nilai IC50 pada perhitungan akhir yaitu 23 µg/mL. Berdasarkan nilai IC 50 dapat

disimpulkan bahwa eye cream ekstrak etanol buah bit konsentrasi 2% (F2)

tergolong antioksidan “sangat kuat”.

Nilai IC50 pada sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit konsentrasi 2,5%

(F3) dapat dilihat Tabel 4.20.

Tabel 4.20 Nilai IC50 Pada Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2,5% (F3)
Sampel Persamaan Regresi IC50
Sediaan Eye Cream F3 y = 2,0196x + 4,69 22 µg/mL
(2,5%)

Kurva hubungan konsentrasi sediaan eye cream 2,5% (F3) ekstrak etanol

buah bit dengan persentase aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Grafik 4.5.

Grafik 4.5 Kurva Hubungan Konsentrasi Sediaan Eye Cream 2,5% (F3) Ekstrak
Etanol Buah Bit dengan Persentase Aktivitas Antioksidan.

71
EYE CREAM 2,5%

90
y = 2,0196x + 4,69
80
70
% Peredaman

60
50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi

Berdasarkan data pada Tabel 4.20 diatas bahwa diperoleh nilai IC50 pada

perhitungan akhir yaitu 22 µg/mL. Berdasarkan nilai IC50 dapat disimpulkan

bahwa eye cream ekstrak etanol buah bit tergolong antioksidan “sangat kuat”.

Nilai IC50 pada sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit pembanding (F4)

dapat dilihat Tabel 4.21.

Tabel 4.21 Nilai IC50 Pada Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Pembanding (F4)
Sampel Persamaan Regresi IC50
Sediaan Eye Cream y = 2,5386x – 20,12 11 µg/mL
Pembanding

Kurva hubungan konsentrasi sediaan eye cream 2,5% (F3) ekstrak etanol

buah bit dengan persentase aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Grafik 4.6.

Grafik 4.6 Kurva Hubungan Konsentrasi Sediaan Eye Cream Pembanding (F4)
Ekstrak Etanol Buah Bit dengan Persentase Aktivitas Antioksidan.

72
EYE CREAM PEMBANDING
80
70 y = 2,5386x - 20,12

60
% Peredaman

50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi

Berdasarkan data pada Tabel 4.21 diatas bahwa diperoleh nilai IC50 pada

perhitungan akhir yaitu 11 µg/mL. Berdasarkan nilai IC50 dapat disimpulkan

bahwa eye cream ekstrak etanol buah bit tergolong antioksidan “sangat kuat”.

73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap buah bit (Beta vulgaris L.) dapat

disimpulkan bahwa:

1. Buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan

ke dalam sediaan eye cream yang homogen dan stabil. Mempunyai rentang

pH saat setelah dibuat 6,1-6,4 dan pH setelah cycling test 6,0-6,3, dan

memiliki daya sebar 5-7 cm.

2. Pengujian efektivitas seluruh sediaan eye cream dalam melembabkan kulit

menggunakan alat Skin Analyzer Checker (Aramo®) selama 4 minggu

perawatan menunjukkan bahwa sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit

(Beta vulgaris L.) pada konsentrasi 2,5% (F3) merupakan sediaan terbaik dan

yang paling disukai, memberikan efek melembabkan 53,66% dengan

persentase pemulihan tertinggi serta hasil uji aktivitas antioksidan tergolong

sebagai antioksidan “sangat kuat” dengan nilai IC50 18 µg/mL dan termasuk

kategori “lembab” dan eye cream pembanding dengan hasil uji aktivitas

antioksidan tergolong sebagai antioksidan “sangat kuat” dengan nilai IC 50 11

µg/mL lebih tinggi dari konsentrasi 2,5% (F3), Pada ekstrak etanol buah bit

(Beta vulgaris L.) memiliki nilai IC50 22 µg/mL termasuk kategori

antioksidan “sangat kuat” dan blanko memiliki nilai IC50 51,31 µg/mL

termasuk kategori antioksidan “kuat” Seluruh sediaan eye cream ekstrak

etanol buah bit (Beta vulgaris L.) tidak mengiritasi kulit kulit.

74
5.2 Saran

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat membuat formula sediaan

body lotion dan sunscreen ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.) yang

mengandung SPF sebagai pelembab kulit

75
DAFTAR PUSTAKA

Achroni, K. (2012). Semua rahasia kulit cantik & sehat ada disini. Yogyakarta:
Javalitera.
Agestia dan Sugraini. (2009). Sediaan Farmasi Padat (SFI-6). Bandung: ITB.
Hal. 47.
Andarwulan, N., dan Faradilla, R. H. F. (2012). Pewarna Alami untuk Pangan.
Bogor: SEAFAST Center. Hal. 56-68.
Angela, L., (2012). Aktivitas Antioksidan dan Stabilitas Fisik Gel Anti Aging
yang mengandung Ekstrak Air Kentang Kuning (Solanum tuberosum L.).
Skripsi Jurusan Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta. Hal 32-51.
Astuti, I.Y., Hartati, D. dan Aminiati, A. (2010). Peningkatan Aktivitas Antijamur
Candida albicans Salep Minyak aaatsiri Daun Sirih (Piper bettle LINN.)
melalui Pembentukan Kompleks Inklusi dengan β-sikloodekstrin. Majalah
Obat Tradisional, 15. Hal. 94-99.
Badan POM RI. (2013). Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak
volume 2 Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Hal. 513-525.
Bitaqwa, (2018). Skripsi. Penetapan Kadar Formadelhida Menggunakan
Spektrofotometri Ultraviolet-Visible. Hal. 78-90.
Brinda, S., dan Tanuja, N., (2015). Formulation, Characterization and Evaluation
of Herbal Under-Eye-Cream. World Journal of Pharmaceutical Sciences,
Pune, India 2321-3086.
Cahyadi, Wisnu. (2008). Analisis dan Aspek Bahan Tambahan Pangan Edisi Ke-
2. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 567-568.
Collet, D.M., dan Aulton, M.E., (1990). Dispensing for Pharmaceutical students.
12th Edition. Longman Singapore (Pte) Ltd, Singapore. Hal. 109, 114.
Dachi, K. (2020). Isolasi dan Formulasi Sediaan Masker Hydrogel Kolagen dan
Nanokolagen dari Tulang Ikan Gabus (Channa striata) sebagai Anti
Aging. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Departemen Kesehatan RI, (2000), Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat, Cetakan Pertama, 3-11, 17-19, Dikjen POM, Direktorat Pengawasan
Obat Tradisional. Hal. 30-31.
Depkes. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Dirjen POM, Departemen Kesehatan RI. Hal. 434-436.
Devasagayam, T. P. A., Tilak, J. C., Boloor, K.K., Sane, K.S., Ghaskadbi, S.S. &
Lele, R.D., (2004), Free radicals and antioxidants in human health:current

76
status and future prospects, Review Article, J. Assoc. Physicians India, 52,
Hal. 794-804.
Dewi DP, Astriana K. (1019). Efektivitas Pemberian Jus Buah Bit (Beta vulgaris
L.) Sebagai Minuman Fungsional Penurun Tekanan Darah pada Lansia.
Jurnal Riset Sains dan Teknologi. Hal. 30-36.
Ditjen POM RI. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Dapartemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 83-86, 195-197.
Ditjen POM RI. (1995) Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Dapartemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 143-147.
Elsa, Vera D. (2018). Formulasi dan Efektivitas Sediaan Masker Clay Ekstrak
Etanol Buah Andaliman (Zhantoxylum acanthopodium DC) sebagai Skin
Anti Aging. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman 30-37.
Ester, (2012). Formulasi Gel dari Ekstrak Rimpang. Medan: Universitas Sumatera
Utara. Vol 1. Hal. 12.
Giese, J., (1995). Vitamin and Mineral Fortification of Foods. Food Tech. 49 (5),
Hal. 110-122.
Gosse, B., dkk. (2002). Antiviral saponins FPom Tieghemella heckelii. Journal of
Natural Products 65. Hal. 1942-1944.
Gunardi, I., Sandra, A. (2016). Efektivitas Sari Perasan Buah Beta vulgaris
Sebagai Obat Kumur Terhadap Penyembuhan Stomatitis Aftosa Rekuren.
Jurnal PDGI,65(2), Hal. 43-47.

Hartati, Fadli H., Nangsih S.S., Fihrina M., Zulfiayu, S. (2020). Uji Aktivitas
Antioksidan Sediaan Lip Balm Rambut Jagung (Zea Mays L.) dengan
Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-Picrylhydrazyl). Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia. 18. Hal. 220-226.
Idson, B., dan Lazarus, J., (1994). Semi Solid. Dalam : Lachman, L., H.A.
Lieberman, & J.L. Kanig, (Editor). Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Hal. 43-49.
John, B., Sulaiman., George, S., Reddy. (2014). Total Phenolics And Flavonoids
In Selected Medical Plant From Kerala. Departemen of Botany, CMS
College, Kottayam. Hal. 406-408.
Kelly, S. G. Quarsetin. (2011). Journal Alternative Medicine Review. Hal. 54.
Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L., (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Terjemahan Oleh: Siti Suyatmi. Jakarta: Universitas
Indonesia Press. Hal. 1095.
Lees, M., (2012). Skin Care Beyond The Basics. Fourth Edition. A Part of
Cengage Learning. England. Hal. 211-212.

77
Mierza, V., Rosidah., Ginda. H., Dwi, S. (2019). Influence Of Variation
Extraxtion Methods (Clasical Prosedure) For Antibacterial Activity Of
Rarugadong (Dioscorea pyrifolia Kunth) tuber. Journal Of Inovation in
Applied Pharmaceutical Science (JIAPS). 4(1): Hal. 2-3.
Mokodompit, N.A, Edy, J.H, dan Wiyono, W. (2013). Penentuan Nilai Sun
Protective Factor (SPF) Secara In Vitro Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol
Kulit Alpukat. Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSTRAT Vol. 2. No.03. ISSN Hal.
2302-2493.
Muchlisyam dan Pardede, T. R. (2017). Spektrofotometri dan Analisis
Multikomponen Obat. Medan: USU. Hal. 7-36.
Musfandy, (2017). Skripsi. Formulasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim
Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Bali (Citrus maxima L.) Dengan Metode
DPPH.
Neldawati, Ratnawulan, Gusnedi. (2013). Analisis Nilai Absorbansi dalam
Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Jurnal Fisika Universitas Negeri Padang. Hal. 76.
Noormindhawati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta:
Kompas Gramedia. Hal. 75-77.
Patel D, Patil R, Patel A. (2017). Antihypertensive Activity Of Beta Vulgaris On
Dexamethasone Induced Hypertension In Rats. Journal Pharmaceutical
and Biological Evaluations,4(1), Hal. 37-46.

Pratiwi, (2020). Pengetahuan Mengenai Antibiotika Di Kalangan Mahasiswa Ilmu


Kesehatan. Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas. Hal. 61-70.

Ratih H, Titta H dan Ratna CP., (2014). Formulasi Sediaan Lip Balm Minyak
Bunga Kenanga (Cananga Oil) Sebagai Emolien, Prosiding Simposium
Penelitian Bahan Obat Alami. Yogyakarta: Leutikaprio. Hal. 3.

Rowe, R., C., Sheskey, P., J., Owen, S., C., (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th ed. London: Pharmaceutical Press. Hal. 58-60, 301- 303,
378-380, 466-468, 687-692, 821-822.
Rubatzky, V. E., dan Ma Yamaguchi, (1998), Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi
dan Gizi Jilid II, ITB, Bandung. Hal. 200.
Syaiffuddin, (2016). Ilmu Biomedik Dasar Untuk Mahasaiswa Keperawatan,
Jakarta, Salemba medika Indonesia. Hal. 32-38.
Steenis. (2005). Buah bit (Beta vulgaris L). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum,
Jakarta. Hal. 84.
Sheth P. B., Shah H. A., Dave J. N., (2014). Periorbital Hyperpigmentation: a
Study of Its Prevalence, Common Causative Factors and Its Association

78
With Personal Habits and Other Disorders. Indian J Dermatol. 2014;59(2):
Hal. 151-7.
Suena, dkk. (2021). Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Granul Effervesent
dari Kombinasi Ekstrak Kunyit Putih (Curcuma zedoria) Fakultas Farmasi
Mahasaraswati Denpasar.
Suhaling, (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukmawati, A. (2013). Pengaruh Konsentrasi PVA, HPMC, dan Gliserin
Terhadap Sifat Fisik Masker Wajah Gel Peel-Off Ekstrak Etanol 96%
Kulit Buah Manggis. Skripsi. Bali: Jurusan Farmasi Universitas Udayana.
Sunarjono H. H., (2004), Bertanam 30 Jenis Sayur, Jakarta: Penebar Swadaya.
Hal. 34.
Titta H. S., Ahmad N., Resi A., (2013). Formulasi Sediaan Masker Gel Dari
Ekstrak Metanol Daun Teh Hijau (Camellia sinensis L.) Dan Madu Hitam
(Apidorsata) Sebagai Antioksidan. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi : 1(17-
23).
Tranggono, dan Latifah., (2007). Pengantar Kosmetologi. Editor: Joshita
Djajadisastra. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 39-40. 74-75.
Utami, R.D., Yuliawati, K.M., dan Syafnir, L. (2015). Pengaruh Metode Ekstraksi
terhadap aktivitas Antioksidan Daun Sukun (Arthocorpus altilis
(Parkinson) Fosberg), Prosiding Penelitian SpeSIA Unisba. Bandung:
Program Studi Farmasi, Universitas Islam Bandung. Hal. 280-286.
Wade, A., and Weller P.J., (1994). Handbook of Pharmaceutical Exipients. 2sd
Edition. Washington: American Pharmaceutical Press. Hal. 221-223, 334,
335.
Wasiadmadja, S.M., (2007). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press
Hal. 3,5,16 – 21,199.
Winarsi, H. (2010). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas dan Aplikasinya dalam
Kesehatan. Cetakan keempat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 12-15.
Wirakusumah, Emma. (2007). Cantik Awet Muda Dengan Buah Sayur dan
Herbal. Jakarta: Penebar Swadana.
Yostiana Dwi Rusita, (2015), Optimasi Campuran CMC – Gelatin Untuk
Pembuatan Granul. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Vol. 4, No 2. Hal. 82-
196.

79
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

80
Lampiran 2. Gambar Bahan Uji yang Digunakan

81
Buah Bit Buah Bit

Simplisia Buah Bit Simplisia Buah Bit

Ekstrak Etanol Buah Bit

Lampiran 3. Gambar Sebagian Alat-Alat yang Digunakan

82
Timbangan Gram Rotary Evaporator

Skin Analyzer Oven

Lampiran 3. Gambar Sebagian Alat-Alat yang Digunakan (Lanjutan)

83
Timbangan Analitik pH Meter

Alat – Alat Laboratorium Kulkas

Spektrofotometer

Lampiran 4. Gambar Hasil Skrining Fitokimia

84
A B C

D E F

G H

Lampiran 4. Gambar Hasil Skrining Fitokimia (Lanjutan)

85
Kategori Uji Fitokimia Hasil Uji Kesimpulan
A Alkaloid - Coklat
B Alkaloid + Endapan merah
C Alkaloid + Endapan coklat
D Flavonoid + Kuning jingga
E Tanin + Hitam kehijauan
F Saponin + Berbentuk busa
G Glikosida + Terbentuk cincin ungu
H Lieberman-Bouchardart - Warna coklat

86
Lampiran 5. Bagan Alir Pengolahan Simplisia

10 kg buah bit

dicuci

pisahkan kulit

potong-potong

Diperoleh daging buah bit (Beta vulgaris L.) 9 kg

keringkan

Diperoleh serbuk simplisia sebanyak 730 g

di blender

Serbuk daging buah bit


(Beta vulgaris L.) 700 g

82
Lampiran 6. Bagan Alir Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Bit

± 500 g serbuk buah bit

+ etanol 96 % 3,75 L

Maserasi 5 hari

Saring Ampas

+ etanol 96 %1,25 L

Maserat I
Dimaserasi 2 hari

Saring

campur Maserat II

Rotary evaporator

Uapkan Waterbath

Ekstrak etanol buah bit


sejumlah 103 g

83
Lampiran 7. Bagan Alir Pembuatan Sediaan Eye Cream

Asam Stearat Cetyl Alkohol Nipagin

+Triethanolami
Lebur n
+ Aquadest
Mortir

Gerus homogen

Campur

Gerus homogen

+ Ekstrak etanol buah bit


dalam berbagai konsentrasi

Eye Cream EEBB

Wadah

84
Lampiran 8. Bagan Alir Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum
DPPH

20 mg DPPH

+ metanol p.a
sampai 100 ml
Larutan DPPH dalam
labu tentukur 100 ml

Larutan induk baku

Pipet sebanyak 2 ml

+ metanol p.a sampai


10 ml

Larutan induk baku

Ukuran absorbansinya dengan


spektrofotometri visible pada panjang
gelombang 400-800 nm

Diperoleh panjang
gelombang 515.50 nm

85
Lampiran 9. Bagan Alir Penentuan Operating Time

20 mg Ekstrak Etanol
Buah Bit

+ metanol p.a sampai


100 ml

Larutan DPPH dalam


labu tentukur 100 ml

Larutan uji (200 ppm)

Pipet sejumlah 2 ml +
2ml larutan DPPH
Larutan induk baku
40 ppm

+ metanol p.a sampai


10 ml

Ukuran absorbansinya dengan


spektrofotometri visible pada panjang
gelombang 515.50 nm dari menit 1 sampai
menit 60

Diperoleh absorbansi yang


stabil pada menit ke 10-22

86
Lampiran 10. Bagan Alir Pengukuran Kurva Kalibrasi Terhadap DPPH +
Ekstrak

20 mg sampel

+ metanol p.a ad
100 ml

Larutan DPPH dalam labu tentukur


100 ml (Larutan uji 200 ppm)

Pipet 0,5 ml, 1ml, 1,5ml, 2ml


masing-masing ke dalam labu 10 ml

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi


10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm

Pipet 2 ml DPPH ke dalam masing-


masing labu tentukur, kemudian ad
metanol p.a

(+) metanol p.a ad tanda


batas
Diukur absorbansinya dengan
spektrofotometri visible dengan
panjang gelombang 515.50 nm

87
Lampiran 11. Perhitungan Formulasi Modifikasi

 F0 yaitu sediaan tanpa ekstrak etanol buah bit


10
- Asam stearat 10% = ×100 g=10 g
100
2
- Cetyl alkohol 2% = ×100 g=2 g
100
2
- Trietanolamin 2% = ×100 g=2 g
100
0,18
- Metil paraben 0,18% = ×100 g=0,18 g
100
- Aquadest ad 100 = 100− (10+ 2+ 2+ 0,18 )=85,8g

 F1 yaitu sediaan dengan ekstrak etanol buah bit 1,5%


10
- Asam stearat 10% = ×100 g=10 g
100
2
- Cetyl alkohol 2% = ×100 g=2 g
100
2
- Trietanolamin 2% = ×100 g=2 g
100
0,18
- Metil paraben 0,18% = ×100 g=0,18 g
100
- Aquadest ad 100 =100− (10+ 2+ 2+ 0,18+1,5 g )=84,3 g
- Ekstrak etanol buah bit 1,5 g

 F2 yaitu sediaan dengan ekstrak etanol buah bit 2%


10
- Asam stearat 10% = ×100 g=10 g
100
2
- Cetyl alkohol 2% = ×100 g=2 g
100
2
- Trietanolamin 2% = ×100 g=2 g
100
0,18
- Metil paraben 0,18% = ×100 g=0,18 g
100
- Aquadest ad 100 =100− (10+ 2+ 2+ 0,18+2 g )=83,8 g
- Ekstrak etanol buah bit 2 g

 F3 yaitu sediaan dengan ekstrak etanol buah bit 2,5%


10
- Asam stearat 10% = ×100 g=10 g
100
2
- Cetyl alkohol 2% = ×100 g=2 g
100
2
- Trietanolamin 2% = ×100 g=2 g
100
0,18
- Metil paraben 0,18% = ×100 g=0,18 g
100

88
- Aquadest ad 100 =100− (10+ 2+ 2+ 0,18+2,5 g )=83,3 g
- Ekstrak etanol buah bit 2,5 g

Lampiran 12. Gambar Hasil Formulasi Sediaan Eye Cream

F0 F1

F2
F0 F3

F4

Keterangan :
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko

89
F1 : ECEEBB 1,5%
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5%
F4 : Eye Cream Pembanding

Lampiran 13. Gambar Hasil Uji Homogenitas

F0 F1 F2 F3 F4

Keterangan :
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5%
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5%
F4 : Eye Cream Pembanding

90
Lampiran 14. Gambar Hasil pH Sediaan

F0 F1 F2

F3 F4

Keterangan :
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko

91
F1 : ECEEBB 1,5%
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5%
F4 : Eye Cream Pembanding

92
Lampiran 15. Gambar Hasil Viskositas

F0 F1

F2 F3

F4

Keterangan :
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5%
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5%
F4 : Eye Cream Pembanding

93
Lampiran 16. Gambar Hasil Uji Daya Sebar

F0

F1

F2

F3

F4

94
Lampiran 17. Hasil Uji Iritasi Sediaan Eye Cream pada Salah Satu Sukarelawan

Sebelum dioleskan Pada saat dioleskan Setelah 24 jam


dioles

95
Lampiran 18. Gambar Aplikasi Sediaan Eye Cream

F0 F1

F2 F3

F4

Keterangan:
ECEBB : Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : LEEBK 1,5 %
F2 : LEEBK 2 %
F3 : LEEBK 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding

96
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®)

BLANKO (Minggu 0)
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

97
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

BLANKO (Minggu 1)
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

97
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

BLANKO (Minggu 2)
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

98
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

BLANKO (Minggu 3)
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

99
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

BLANKO (Minggu 4)
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

100
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F1 (1,5%) Minggu 0
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

101
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F1 (1,5%) Minggu 1
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

102
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F1 (1,5%) Minggu 2
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

103
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F1 (1,5%) Minggu 3
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

104
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F1 (1,5%) Minggu 4
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

105
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F2 (2%) Minggu 0
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

106
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F2 (2%) Minggu 1
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

107
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F2 (2%) Minggu 2
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

108
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F2 (2%) Minggu 3
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

109
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F2 (2%) Minggu 4
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

110
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F3 (2,5%) Minggu 0
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

111
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F3 (2,5%) Minggu 1
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

112
Lampiran 20. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F3 (2,5 %) Minggu 2
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

113
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F3 (2,5 %) Minggu 3
Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

114
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F3 (2,5 %) Minggu 4
Relawan 1

Relawan 2

Relwan 3

115
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F4 (Eye Cream Pembanding) Minggu 0


Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

116
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F4 (Eye Cream Pembanding) Minggu 1


Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

117
Lampiran 19. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F4 (Eye Cream Pembanding) Minggu 2


Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

118
Lampiran 20. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F4 (Eye Cream Pembanding) Minggu 3


Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

119
Lampiran 20. Gambar Hasil Pengukuran Kelembaban Menggunakan Alat Skin
Analyzer Checker (Aramo®) (Lanjutan)

F4 (Eye Cream Pembanding) Minggu 4


Relawan 1

Relawan 2

Relawan 3

120
Lampiran 20. Perhitungan Persen Pemulihan

 F0 (Blanko)

M 1+ M 2+ M 3+ M 4
F0 =
4
33+35,66+37+39,66
F0 = = 36,33
4
rata−rata M 1 sampai M 4−sebelum perlakuan
F0 = x 100
sebelum perlakuan
36,33−30,33
= x 100
30,33
= 19,78%

- F1
M 1+ M 2+ M 3+ M 4
F1 =
4
33,33+36+39,33+ 42,33
F1 = = 37,74
4
rata−rata M 1 sampai M 4−sebelum perlakuan
F1 = x 100
sebelum perlakuan
37,74−30,33
= x 100
30,33
= 24,43%

- F2
M 1+ M 2+ M 3+ M 4
F2 =
4
36+39,33+44 + 47,33
F2 = = 41,66
4
rata−rata M 1 sampai M 4−sebelum perlakuan
F2 = x 100
sebelum perlakuan
41,66−32
= x 100
32
= 30,18%

- F3
M 1+ M 2+ M 3+ M 4
F3 =
4
37,66+43,33+ 47,33+53,66
F3 = = 45,49
4
rata−rata M 1 sampai M 4−sebelum perlakuan
F3 = x 100
sebelum perlakuan
45,49−30,66
= x 100
30,66
= 48,36%

121
- F4
M 1+ M 2+ M 3+ M 4
F4 =
4
45+ 49+55+59
F4 = = 52
4
rata−rata M 1 sampai M 4−sebelum perlakuan
F4 = x 100
sebelum perlakuan
52−30,66
= x 100
30,66
= 69,60%
Lampiran 21. Data Hasil Uji Kesukaan Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol
Buah Bit

a. Warna
Panelis Umur (Tahun) Sediaan

F1 F2 F3

1 21 4 4 5

2 21 4 4 5

3 21 5 5 5

4 21 5 4 4

5 21 5 5 4

6 21 5 5 4

7 21 4 4 5

8 21 4 4 4

9 21 4 5 4

10 21 4 4 4

11 21 4 5 4

12 21 3 4 5

13 22 4 4 5

14 22 4 4 4

15 22 4 5 5

16 22 4 4 4

17 22 4 4 4

18 23 3 4 5

19 23 4 4 5

122
20 23 5 4 5

Total 83 86 90

Keterangan :
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5%
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5%

Lampiran 21. Data Hasil Uji Kesukaan Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol
Buah Bit (Lanjutan)

b. Bau

Panelis Umur (Tahun) Sediaan

F1 F2 F3

1 21 5 5 5

2 21 4 4 5

3 21 4 5 4

4 21 4 5 5

5 21 4 4 4

6 21 5 4 5

7 21 4 5 4

8 21 4 4 5

123
9 21 4 5 5

10 21 4 5 5

11 21 3 3 3

12 21 4 5 5

13 22 4 5 5

14 22 5 4 4

15 22 5 4 5

16 22 5 4 5

17 22 4 5 5

18 23 5 5 5

19 23 4 5 5

20 23 4 5 5

Total 85 91 94

Keterangan :
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5%
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5%

Lampiran 21. Data Hasil Uji Kesukaan Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah
Bit (Lanjutan)

124
c. Bentuk

Panelis Umur (Tahun) Sediaan

F1 F2 F3

1 21 5 5 5

2 21 4 5 5

3 21 5 4 4

4 21 5 5 5

5 21 4 5 5

6 21 5 4 5

7 21 4 5 4

8 21 5 5 5

9 21 4 4 5

10 21 4 5 5

11 21 5 4 4

12 21 4 5 5

13 22 4 5 5

14 22 3 4 5

15 22 5 4 5

16 22 4 5 5

17 22 5 5 5

18 23 4 5 5

19 23 5 4 5

20 23 5 5 5

Total 88 93 95

Keterangan :
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Estrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5%
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5%

125
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Warna

Formula Sediaan F1: Konsentrasi 1,5%

X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n

4+ 4+ 5+5+5+...+5
=
20

83
=
20

= 4,15

S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
=
( 4−4,15 ) 2+ ( 4−4,15 ) 2+ ( 5−4,15 ) 2+ (5−4,15 ) 2+ ( 5−4,15 ) 2+...+ ( 5−4,15 ) 2
20
√ 0,44
7,3
=
20
= 0,36
S = √ S2
= √ 0,36

126
=0,60
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,15 - (1,96.0,36/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,15 + (1,96.0,36/√ 20)) = 95%
P (4,15- 0,15) ≥ µ ≥ (4,15+ 0,15)
P 4≥ µ ≥ 4,3

Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan (Lanjutan)

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Warna

Formula Sediaan F2: Konsentrasi 2 %


n

X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
4+ 4+ 5+4 +5+...+4
=
20
86
=
20
= 4,3
n

S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
( 4−4,3 ) 2+ ( 4−4,3 ) 2+ ( 5−4,3 ) 2+ ( 4−4,3 ) 2+ ( 5−4,3 ) 2+...+ ( 4−3,85 ) 2
=
20
√ 0,44
2
=
20
= 0,1

127
S = √ S2
= √ 0,1
=0,31
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,3 - (1,96.0,31/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,3 + (1,96.0,31/√ 20)) = 95%
P (4,3- 0,13) ≥ µ ≥ (4,3+ 0,13)
P 4,17≥ µ ≥ 4,43

Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan (Lanjutan)

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Warna

Formula Sediaan F3: Konsentrasi 2,5%

X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n

5+5+5+ 4+5+...+5
=
20

93
=
20

= 4,65

128
n

S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
=
( 5−4,65 ) 2+ ( 5−4,65 ) 2+ ( 5−4,65 ) 2+ ( 4−4,65 ) 2+ ( 5−4,65 ) 2+...+ ( 5−4,65 ) 2
20
√ 0,44
4,2
=
20
= 0,21
S = √ S2
= √ 0,21
=0,45
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,65 - (1,96.0,45/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,65 + (1,96.0,45/√ 20)) = 95%
P (4,65- 0,19) ≥ µ ≥ (4,65+ 0,19)
P 4,46≥ µ ≥ 4,84

129
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan (Lanjutan)

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Bau

Formula Sediaan F1: Konsentrasi 1,5%

X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n

5+4 +5+5+5+...+5
=
20

85
=
20

= 4,25

S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
=
( 5−4,25 ) 2+ ( 4−4,25 ) 2+ ( 4−4,25 ) 2+ ( 4−4,25 ) 2+ ( 4−4,25 ) 2+...+ ( 4−4,25 ) 2
20
√ 0,44
2
=
20
= 0,1
S = √ S2
= √ 0,1
=0,31
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,25 - (1,96.0,31/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,25 + (1,96.0,31/√ 20)) = 95%
P (4,25- 0,13) ≥ µ ≥ (4,25 + 0,13)
P 4,12≥ µ ≥ 4,38

130
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan (Lanjutan)
 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Bau
Formula Sediaan F1: Konsentrasi 2%
n

X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
5+4 +5+5+ 4+...+5
=
20
91
=
20
= 4,55
n

S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
( 5−4,5 ) 2+ ( 4−4,5 ) 2+ ( 5−4,5 ) 2+ ( 5−4,5 ) 2+ ( 4−4,5 ) 2+...+ ( 5−4,5 ) 2
=
20
√ 0,44
1
=
20
= 0,1
S = √ S2
= √ 0,1
=0,31
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,55 - (1,96.0,31/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,55 + (1,96.0,31/√ 20)) = 95%
P (4,55- 0,13) ≥ µ ≥ (4,55 + 0,13)
P 4,42 ≥ µ ≥ 4,65

131
132
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan (Lanjutan)
 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Bau
Formula Sediaan F2: Konsentrasi 2,5%
n

X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
5+5+4 +4 +4 +...+4
=
20
94
=
20
= 4,7
n

S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
( 5−4,7 ) 2+ (5−4,7 ) 2+ ( 4−4,7 ) 2+ ( 5−4,7 ) 2+ ( 4−4,7 ) 2+...+ ( 5−4,7 ) 2
=
20
√ 0,44
71,2
=
20
= 0,06
S = √ S2
= √ 0,06
=0,24
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,7 - (1,96.0,24/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,7+ (1,96.0,24/√ 20)) = 95%
P (4,7- 0,10) ≥ µ ≥ (4,7 + 0,10)
P 4,6 ≥ µ ≥ 4,8

133
134
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan (Lanjutan)

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Bentuk

Formula Sediaan F1: Konsentrasi 1,5%

X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n

5+4 +5+5+ 4+...+5


=
20

88
=
20

= 4,4

S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
( 5−4,4 ) 2+ ( 4−4,4 ) 2+ ( 5−4,4 ) 2+ ( 5−4,4 ) 2+ ( 4−4,4 ) 2+...+ ( 5−4,4 ) 2
=
20
√ 0,44
12,4
=
20
= 0,62
S = √ S2
= √ 0,62
=0,78
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,4 - (1,96.0,78/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,4 + (1,96.0,78/√ 20)) = 95%
P (4,4- 0,34) ≥ µ ≥ (4,4 + 0,34)
P 4,06 ≥ µ ≥ 4,37

135
136
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan (Lanjutan)

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Bentuk

Formula Sediaan F2: Konsentrasi 2%

X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n

5+5+4 +5+5+...+5
=
20

93
=
20

= 4,65

S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n
=
( 5−4,65 ) 2+ ( 5−4,65 ) 2+ ( 4−4,65 ) 2+ ( 5−4,65 ) 2+ ( 5−4,7 ) 2+...+ ( 5−4,7 ) 2
20
√ 0,44
2
=
20
= 0,1
S = √ S2
= √ 0,1
=0,31
P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%
P (4,65 - (1,96.0,31/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,65 + (1,96.0,31/√ 20)) = 95%
P (4,65- 0,13) ≥ µ ≥ (4,65 + 0,13)
P 4,52 ≥ µ ≥ 4,78

137
138
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan (Lanjutan)

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Bentuk


Formula Sediaan F3: Konsentrasi 2,5%
n

X =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n

5+5+4 +5+ 4+...+5


=
20

95
=
20

= 4,75
n

S2 =
∑ ( xi−x ) 2
i=1
n

( 5−4,75 ) 2+ ( 5−4,75 ) 2+ ( 4−4,75 ) 2+ ( 5−4,75 ) 2+ ( 5−4,75 ) 2+...+ ( 5−4,75 ) 2


20
√ 0,44

6
=
20

= 0,3

S = √ S2

= √ 0,3

=0,54

P( x -(1,96 . s/√ n )) ≤ µ ≤ ( x + (1,96 . s/√ n)) = 95%

P (4,75 - (1,96.0,54/√ 20)) ≥ µ ≥ (4,75 + (1,96.0,54/√ 20)) = 95%

P (4,75- 0,23) ≥ µ ≥ (4,75 + 0,23)

P 4,52 ≥ µ ≥ 4,98

139
140
Lampiran 23. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Buah Bit

Data absorbansi:

Konsentrasi Larutan Aktivitas Antioksidan


Absorbansi
Uji (µg/mL) (%)

0 1,079 -
10 0,954 11,58
20 0,695 35,58
30 0,451 58,20
40 0,246 77,20

absorbansi blanko−absorbansi sampel


%Peredaman = ×100 %
absorbansi blanko

Perhitungan % Peredaman Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit 2,5%

1. Konsentrasi 10µg/mL

1,079−0,954
%Peredaman = ×100 %=¿ 11,58 µg/mL
1,079

2. Konsentrasi 20µg/mL

1,079−0695
%Peredaman = ×100 %=¿35,58 µg/mL
1,079

3. Konsentrasi 30µg/mL

1,079−0,451
%Peredaman = × 100 %=¿58,20 µg/mL
1,079

4. Konsentrasi 40µg/mL

1,079−0,246
%Peredaman = ×100 %=¿77,20 µg/mL
1,079

141
Lampiran 24. Perhitungan Nilai IC₅₀ Ekstrak Etanol Buah Bit

Konsentrasi (X) % aktivitas XY X²


antioksidan (Y)
0 0 0 0
10 11,58 115,8 100
20 35,58 711,6 400
30 58,20 1746 900
40 77,20 3088 1600
Ʃx = 100 Ʃy = 182,56 Ʃxy = 5.661,4 Ʃx² = 3000
x = 25 y = 45,64

X = Konsentrasi (µg/mL)

Y = % Aktivitas Antioksidan

( Ʃxy )−(Ʃx)( Ʃy)/n


a=
( Ʃ x2 ) −( Ʃx)²/n

5.661,4−(100)(182,56)/4
a=
3000−(100) ² /4

1.097,4
a=
500

a = 2,1948

b= y–ax

b = 45,64– 2,1948 (25)

b = -9,27

Jadi, persamaan garis regresi Y = 2,1948 x + -9,27

Nilai IC₅₀: Y = 2,1948 x + -9,27

50 = 2,1948 x + -9,27

50−(−9,27)
x=
2,1948

x = 18 µg/mL

142
143
Lampiran 25. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Blanko Sediaan
Eye Cream

Data absorbansi:

Konsentrasi Larutan
Absorbansi Aktivitas Antioksidan (%)
Uji (µg/mL)

0 1,079 -
10 0,659 38,92
20 0,721 33,17
30 0,782 27,52
40 0,937 13,16

absorbansi blanko−absorbansi sampel


%Peredaman = ×100 %
absorbansi blanko

Perhitungan % Peredaman Sediaan Eye Cream Blanko

1. Konsentrasi 10µg/mL

1,079−0,659
% Peredaman = ×100 %=33,92 µg/mL
1,079

2. Konsentrasi 20µg/mL

1,079−0,721
%Peredaman = × 100 %=¿33,17 µg/mL
1,079

3. Konsentrasi 30µg/mL

1,079−0,782
%Peredaman = × 100 %=27,52 µg/mL
1,079

4. Konsentrasi 40µg/mL

1.079−0,937
% Peredaman = ×100 %=¿13,16 µg/mL
1,079

144
145
Lampiran 26. Perhitungan Nilai IC₅₀ Blanko Sediaan Eye Cream

% aktivitas
Konsentrasi (X) antioksidan (Y) XY X²
0 0 0 0
10 38,92 389,2 100
20 33,17 663,4 400
30 27,52 825,6 900
40 13,16 526,4 1.600
Ʃx = 100 Ʃx = 112,77 Ʃxy = 2.404,6 Ʃx² = 3000
x = 25 Y = 28,1925

X = Konsentrasi (µg/mL)

Y = % Aktivitas Antioksidan

( Ʃxy )−(Ʃx)( Ʃy)/n


a=
( Ʃ x2 ) −( Ʃx)²/n

2.404,6−(100)(112,77)/ 4
a=
3000−(100) ² / 4

−414,9
a=
500

a = -0,8298

b= y–ax

b = 28,1925 – (-0,8292) (25)

b = 7,4475

Jadi, persamaan garis regresi Y = -0,8298x+7,4475

Nilai IC₅₀: Y = -0,8292x+ 7,4475

50 = -0,8292x+7,4475

50−7,4475
x=
−0,8292

x = 51,31 µg/ml

146
147
Lampiran 27. Perhitungan Persentase Aktivitas Sediaan Eye Cream Ekstrak
Etanol Buah Bit Konsentrasi 1,5%

Data absorbansi:

Konsentrasi Larutan Aktivitas


Absorbansi
Uji (µg/mL) Antioksidan (%)

0 1,079 -
10 0,816 24,37
20 0,626 41,98
30 0,403 62,65
40 0,201 81,37

absorbansi blanko−absorbansi sampel


%Peredaman = ×100 %
absorbansi blanko

Perhitungan % Peredaman Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit 1,5%

1. Konsentrasi 10 µg/mL

1,079−0,816
%Peredaman = ×100 %=¿24,37 µg/mL
1,079

2. Konsentrasi 20µg/mL

1,079−0,626
%Peredaman = ×100 %=¿41,98 µg/mL
1,079

3. Konsentrasi 30µg/mL

1,079−0,403
%Peredaman = ×100 %=¿62,65 µg/mL
1,079

4. Konsentrasi 40µg/mL

1,079−0,201
%Peredaman = × 100 %=¿81,37 µg/mL
1,079

148
Lampiran 28. Perhitungan IC₅₀ Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 1,5%

Konsentrasi (X) % aktivitas XY X²


antioksidan (Y)
0 0 0 0
10 24,37 243,7 100
20 41,98 839,6 400
30 62,65 1879,5 900
40 81,37 3.254,8 1.600
Ʃx = 100 Ʃy = 210,37 Ʃxy = 6.217,6 Ʃx² = 3000
x = 25 y = 52,59

X = Konsentrasi (µg/mL)

Y = % Aktivitas Antioksidan

( Ʃxy )−(Ʃx)( Ʃy)/n


a=
( Ʃ x2 ) −( Ʃx)²/n

6.217,6−(100)(210,37)/ 4
a=
3000−(100) ² / 4

958,4
a=
500

a = 1,9168

b= y–ax

b = 52,59 – (1,9168) (25)

b = 4,67

Jadi, persamaan garis regresi Y = 1,9168 x + 4,67

Nilai IC₅₀: Y = 1,9168 x + 4,67

50 = 1,9168 x + 4,67

149
50−(4,67)
x=
1,9168

x = 23 µg/mL

Lampiran 29. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream


Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 2%

Data absorbansi:

Konsentrasi Larutan
Absorbansi Aktivitas Antioksidan (%)
Uji (µg/mL)

0 1.079 -
10 0,798 26,04
20 0,602 44,20
30 0,409 62,09
40 0,212 80,35

absorbansi blanko−absorbansi sampel


%Peredaman = ×100 %
absorbansi blanko

Perhitungan % Peredaman Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit 2%

1. Konsentrasi 10µg/mL

1,079−0,789
%Peredaman = ×100 %=¿26,04 µg/mL
1,079

2. Konsentrasi 20µg/mL

1,079−0,602
%Peredaman = × 100 %=¿44,20 µg/mL
1,079

3. Konsentrasi 30µg/mL

1,079−0,409
%Peredaman = ×100 %=¿62,09 µg/mL
1,079

4. Konsentrasi 40µg/mL

1,079−0,212
%Peredaman = × 100 %=¿80,35 µg/mL
1,079

150
Lampiran 30. Perhitungan IC₅₀ Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2%

Konsentrasi % aktivitas XY X²
(X) antioksidan (Y)
0 0 0 0
10 26,04 260,4 100
20 44,20 884 400
30 62,09 1862,7 900
40 80,35 321,4 1.600
Ʃx = 100 Ʃy = 212,6 Ʃxy = 6.221,1 Ʃx² = 3000
x = 25 y = 53,17

X = Konsentrasi (µg/mL)

Y = % Aktivitas Antioksidan

( Ʃxy )−(Ʃx)( Ʃy)/n


a=
( Ʃ x2 ) −( Ʃx)²/n

6.221,1−(100)(53,17)/4
a=
3000−(100) ²/ 4

904,1
a=
500

a = 1,8082

b= y–ax

b = 53,17– 1,8082 (25)

b = 7,97

Jadi, persamaan garis regresi Y = 1,8082 x + 7,97

Nilai IC₅₀: Y = 1,8082 x + 7,97

50 = 1,8082 x + 7,97

151
50−7,97
x=
1,8082

x = 23 µg/mL

Lampiran 31. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream


Ekstrak Etanol Buah Bit Konsentrasi 2,5%

Data absorbansi:

Konsentrasi Larutan
Absorbansi Aktivitas Antioksidan (%)
Uji (µg/mL)

0 1,079 -
10 0,866 27,64
20 0,651 39,66
30 0,432 67,86
40 0,241 85,56

absorbansi blanko−absorbansi sampel


%Peredaman = ×100 %
absorbansi blanko

Perhitungan % Peredaman Sediaan Eye Cream Pembanding

1. Konsentrasi 10µg/mL

1,079−0,866
%Peredaman = ×100 %=¿27,64 µg/mL
1,079

2. Konsentrasi 20µg/mL

1,079−0,651
%Peredaman = × 100 %=¿39,66 µg/mL
1,079

3. Konsentrasi 30µg/mL

1,079−0,432
%Peredaman = × 100 %=¿67,86 µg/mL
1,079

4. Konsentrasi 40µg/mL

152
1,079−0,241
%Peredaman = × 100 %=¿85,56 µg/mL
1,079

153
Lampiran 32. Perhitungan IC₅₀ Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2,5%

Konsentrasi % aktivitas XY X²
(X) antioksidan (Y)
0 0 0 0
10 27,64 276,4 100
20 39,66 793,2 400
30 67,86 2.035,8 900
40 85,56 3.422,4 1600
Ʃx = 100 Ʃy = 220,72 Ʃxy = 6.527,8 Ʃx² = 3000
x = 25 y = 55,18

X = Konsentrasi (µg/mL)

Y = % Aktivitas Antioksidan

( Ʃxy )−(Ʃx)( Ʃy)/n


a=
( Ʃ x2 ) −( Ʃx)²/n

6.527,8−(100)( 220,72)/4
a=
3000−(100) ²/ 4

1.009,8
a=
500

a = 2,0196

b= y–ax

b = 55,18– 2,0196 (25)

b = 4,69

Jadi, persamaan garis regresi Y = 2,0196 x + 4,69

Nilai IC₅₀: Y =0,20196 x + 4,69

50 = 2,0196 x + 4,69

50−4,69
x=
2,0196

x = 22 µg/mL

154
Lampiran 33. Perhitungan Persentase Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream
Pembanding

Data absorbansi:

Konsentrasi Larutan
Absorbansi Aktivitas Antioksidan (%)
Uji (µg/mL)

0 1,079 -
10 0,954 5,46
20 0,695 22,70
30 0,451 71,36
40 0,245 73,86

absorbansi blanko−absorbansi sampel


%Peredaman = ×100 %
absorbansi blanko

Perhitungan % Peredaman Ekstrak Etanol Buah Bit

1. Konsentrasi 10µg/mL

1,079−1,020
%Peredaman = × 100 %=¿5,46 µg/mL
1,079

2. Konsentrasi 20µg/mL

1,079−0,834
%Peredaman = ×100 %=¿ 22,70 µg/mL
1,079

3. Konsentrasi 30µg/mL

1,079−0,309
%Peredaman = ×100 %=¿71,36 µg/mL
1,079

4. Konsentrasi 40µg/mL

1,079−0,282
%Peredaman = × 100 %=¿73,86 µg/mL
1,079

155
156
Lampiran 34. Perhitungan Nilai IC₅₀ Pembanding

Konsentrasi (X) % aktivitas XY X²


antioksidan (Y)
0 0 0 0
10 5,46 54,6 100
20 22,70 454 400
30 71,36 2.140,8 900
40 73,86 2.954,4 1.600
Ʃx = 100 Ʃy = 173,38 Ʃxy = 5.603,8 Ʃx² = 3000
x = 25 y = 43,345

X = Konsentrasi (µg/mL)

Y = % Aktivitas Antioksidan

( Ʃxy )−(Ʃx)( Ʃy)/n


a=
( Ʃ x2 ) −( Ʃx)²/n

5,603,8−(100)(173,38)/4
a=
3000−(100) ²/ 4

1.269,3
a=
500

a = 2,5386

b= y–ax

b = 43,345 – 2,5386 (25)

b = (20,12)

Jadi, persamaan garis regresi Y = 2,5386 x + (20,12)

Nilai IC₅₀: Y = 2,5386 x + (20,12)

50 = 2,5386 x + (20,12)

50−(20,12)
x=
2,5386

157
x = 11 µg/mL

158
Lampiran 35. Gambar Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH

159
Lampiran 36. Hasil Pengukuran Operating Time Ekstrak Etanol Buah Bit

160
Lampiran 36. Hasil Pengukuran Operating Time Ekstrak Etanol Buah Bit
(Lanjutan)

161
Lampiran 37. Gambar Absorbansi Ekstrak Etanol Buah Bit

162
Lampiran 38. Gambar Absorbansi Sediaan Blanko Eye Cream

163
Lampiran 39. Gambar Absorbansi Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 1,5%

164
Lampiran 41. Gambar Absorbansi Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2%

165
Lampiran 42. Gambar Absorbansi Sediaan Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
Konsentrasi 2,5%

166
Lampiran 43. Gambar Absorbansi Sediaan Eye Cream Pembanding

167
Lampiran 44. Contoh Kuesioner Uji Kesukaan (Hedonic Test)

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN


SEDIAAN EYE CREAM DARI EKSTRAK ETANOL
BUAH BIT (Beta vulgaris)

Nama :

Usia :

Berdasarkan kemudahan pengolesan, aroma, homogenitas, dan kelembaban yang


dirasakan pada kelopak mata, berikanlah penilaian saudara terhadap empat
sediaan pada uji sediaan eye cream yang mengandung ekstrak etanol buah bit

F1 (1,5%) F2 (2%) F3 (2,5%)

Bau

Warna

Bentuk

Nilai Kesukaan:
1 : Amat sangat tidak suka
2 : Sangat tidak suka
3 : Tidak suka
4 : Agak tidak suka
5 : Netral

Medan, Mei 2022


Sukarelawan

( Nama Lengkap )

168
Lampiran 45. Contoh Format Surat Pernyataan Untuk Uji Iritasi

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti mengenai prosedur dan


manfaat dari penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut sebagai
sukarelawan penelitian Jerni Katharina Pakpahan, NPM 174301078 dengan judul
“Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye cream Dari Ekstrak Etanol
Buah Bit (Beta vulgaris)”. Sekiranya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam
penelitian ini saya tidak akan menuntut pada peneliti. Demikianlah surat
pernyataan ini saya perbuat tanpa paksaan dari siapapun untuk dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

Medan, Mei 2022


Sukarelawan

(Nama Lengkap)

169

Anda mungkin juga menyukai