PROPOSAL PENELITIAN
PROGRAM HIBAH PENGEMBANGAN PENELITIAN LABORATORIUM
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS FARMASI UGM
TAHUN ANGGARAN 2016
JUDUL:
OLEH :
Dr.rer.nat. Ronny Martien, M.Si
SUB JUDUL
1. Adella Clara Alverina NIM 12/3331235/FA/09248
Formulasi SNEDDS (Self Nanoemulsifying Drug Delivery System) Beta Karoten
Menggunakan Minyak Zaitun (Olea europeae)
2. Dea Arvina Ermacasnia NIM 12/33089/FA/09136
Formulasi SNEDDS (Self Nanoemulsifying Drug Delivery System) Beta Karoten
Menggunakan Minyak Jagung
Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2016
1
Hibah Penelitian Fakultas 2016
1. JUDUL PENELITIAN:
FORMULASI DAN OPTIMASI SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING
DRUG DELIVERY SYSTEM) BETA KAROTEN
2. PENELITI UTAMA
a. Nama lengkap : Dr.rer.nat. Ronny Martien, M.Si
b. NIP : 197703042008121003
c. Pangkat/Jabatan/Golongan : 3C / Lektor
d. Bidang Spesialisasi/Keahlian : Sistem Penghantaran Obat Nanoparticle
e. Tempat penelitian : Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas
Farmasi, UGM
f. Alamat dan No. telpon
1. Unit kerja : Dept. Farmasetika, UGM
2. Rumah : Wedomartani, Sleman
Mengetahui,
Dekan Fakultas Farmasi
2
Hibah Penelitian Fakultas 2016
III. INTISARI
3
Hibah Penelitian Fakultas 2016
IV. ABSTRACT
4
Hibah Penelitian Fakultas 2016
V. PENDAHULUAN
Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang disintesis
oleh tanaman, alga, dan bakteri fotosintesis sebagai sumber warna kuning, oranye, dan
merah bagi tumbuhan (International Agency for Research on Cancer, 1998). Sebagian
beta karoten diubah menjadi vitamin A yang keduanya dapat bertindak sebagai
antioksidan di dalam tubuh untuk melawan radikal bebas. Beta karoten mampu menjaga
kesehatan mata, mencegah penyakit kanker, meningkatkan daya tahan tubuh melalui
peningkatan komunikasi antarsel, dan mengurangi risiko terjadinya stroke. Beta karoten
saat ini masih terbatas karena memiliki kelarutan yang rendah di dalam air, titik leleh
yang tinggi, ketidakstabilan secara kimiawi, serta bioavailabilitas yang rendah (Qian
dkk., 2012). Sifat beta karoten yang tidak larut di dalam air (United States Pharmacopeial
makanan atau susu untuk membantu kelarutannya di dalam tubuh. Banyak peneliti (Yuan
dkk., 2008; Silva dkk., 2011; Qian dkk., 2012) yang telah mengembangkan beta karoten
dalam bentuk nanoemulsi. Fase air yang terdapat di dalam sediaan nanoemulsi
dalam air akan menyebabkan sifat antioksidan beta karoten menurun (Gupta dkk., 2011;
Sutresna, 2008). Air juga mempengaruhi stabilitas biologi beta karoten karena dapat
Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan formulasi
5
Hibah Penelitian Fakultas 2016
sediaan SNEDDS (Self-Nanoemulsifying Drug Delivery Sistem) yaitu sistem yang terdiri
nanoemulsi secara spontan ketika bertemu fase air melalui agitasi yang ringan dalam
lambung dengan ukuran tetesan emulsi berkisar nanometer (Mahmoed dkk., 2013).
SNEDDS lebih menguntungkan karena lebih stabil secara biologi dan kimiawi serta lebih
seperti kapasitas kelarutan yang tinggi, ukuran partikel yang kecil, dan stabilitas fisik
minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan dengan metode precipitation from solution.
stabilitas fisik di dalam media AGF (artificial gastric fluid) dan AIF (artificial intestinal
fluid), ukuran dan distribusi ukuran tetesan nanoemulsi, serta potensial zeta nanoemulsi
formula optimum. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif bentuk
sediaan beta karoten yang memiliki sistem penghantaran lebih baik daripada bentuk
B. Rumusan Masalah
6
Hibah Penelitian Fakultas 2016
nanoemulsi dalam media AGF (artificial gastric fluid), ukuran dan distribusi
C. Tujuan Penelitian
nanoemulsi dalam media AGF (artificial gastric fluid), ukuran dan distribusi
D. Landasan Teori
Beta karoten banyak digunakan sebagai suplemen karena merupakan salah satu
daya tahan tubuh, dan memberikan efek analgetik dan antiinflamasi (Kasih, 2008). Sifat
beta karoten yang tidak larut dan mudah teroksidasi di dalam air menjadi masalah dalam
formulasi beta karoten untuk aplikasi per oral terkait disolusi, absorbsi, dan
bioavailabilitasnya di dalam tubuh (Qian dkk., 2012). Salah satu alternatif untuk
mengatasi masalah tersebut adalah formulasi beta karoten dalam bentuk SNEDDS (Self-
7
Hibah Penelitian Fakultas 2016
bioavailabilitas dalam tubuh secara signifikan (Nazzal dkk., 2002). Tidak adanya
kandungan air di dalam SNEDDS memberikan keuntungan yaitu lebih menjaga stabilitas
beta karoten dan memberikan kenyamanan penggunaan bagi pasien karena volume
Beta karoten diketahui dapat larut di dalam minyak (Meyer, 1966 dalam
Gunawan, 2009). Surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan akan membentuk lapisan
film dan menurunkan tegangan muka tetesan minyak sehingga dapat membentuk
emulsifikasi, kejernihan, stabilitas fisik nanoemulsi dalam AGF, ukuran dan distribusi
potensial zeta nanoemulsi. SNEDDS yang baik akan menghasilkan nanoemulsi dengan
waktu emulsifikasi kurang dari satu menit, kejernihan atau nilai transmitan lebih dari
90%, stabil secara fisik dalam AGF selama 4 jam, ukuran tetesan nanoemulsi rata-rata
kurang dari 100 nm dengan PI kurang dari 1, dan potensial zeta lebih besar dari 30 mV
Telah banyak formulasi SNEDDS yang berhasil dilakukan. Beta karoten sudah
pernah diformulasikan ke dalam bentuk nanoemulsi oleh Qian dkk. (2012) dengan
menggunakan trigliserida rantai panjang sebagai fase minyak dan Tween 20 sebagai
berdasarkan pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain oleh
8
Hibah Penelitian Fakultas 2016
Rachmawati dkk. (2010) dalam pembuatan SNEDDS Bovine Serum Albumine dan
penelitian yang telah disebutkan dan teori yang mendukung, diperkirakan formulasi
SNEDDS beta karoten menggunakan minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan tertentu
dapat dilakukan.
E. Hipotesis
emulsifikasi kurang dari 1 menit, nilai transmitan nanoemulsi lebih dari 90%,
stabil secara fisik dalam media AGF selama 4 jam, ukuran tetesan nanoemulsi
kurang dari 100 nm dengan Polydispersity Index kurang dari 1, dan potensial
9
Hibah Penelitian Fakultas 2016
F. Roadmap Penelitian
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik (Ohauss),
neraca semimikro (Ohauss), alat-alat gelas, pH meter (Hanna), magnetic stirrer (Stuart
CB162), hot plate magnetic stirrer (Ika C-Mag HS7), mikropipet (Thermo), sonikator
Analyzer (Horiba), yellow tip (LPI), blue tip (LPI), microtube (LPI), thermometer
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain beta karoten (Sigma);
minyak nabati meliputi minyak zaitun (Brataco), minyak jagung (Brataco), VCO
10
Hibah Penelitian Fakultas 2016
(Brataco), canola oil (Brataco), soya oil (Brataco), rice bran oil (Brataco), dan sunflower
seed oil (Brataco); surfaktan meliputi Tween 80 (Kao), Tween 20 (Brataco), Span 80
(Brataco), dan Span 20 (Brataco); kosurfaktan meliputi PEG 400 (Brataco) dan propilen
glikol (Brataco); akuades (Brataco); AGF (artificial gastric fluid) yang terdiri dari
akuades (Brataco), NaCl (Merck), asam klorida 37% (Merck), dan NaOH (Sigma); serta
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini antara lain jumlah minyak, surfaktan, dan
2. Variabel tergantung
kejernihan nanoemulsi dalam media AGF, stabilitas fisik nanoemulsi dalam media AGF
dan AIF, ukuran dan distribusi ukuran tetesan nanoemulsi, serta potensial zeta
nanoemulsi.
3. Variabel terkendali
Variabel terkendali pada penelitian ini antara lain dosis beta karoten serta kondisi
pencampuran.
11
Hibah Penelitian Fakultas 2016
C. Cara Kerja
Pembuatan larutan induk beta karoten 50 mcg/mL dibuat dengan melarutkan 50,0
mg beta karoten ke dalam 100,0 mL etanol absolut p.a. Sebanyak 10 mcL larutan tersebut
diencerkan dengan etanol absolut p.a. ad 100,0 mL. Operating time larutan beta karoten
350-550 nm. Penentuan kurva baku dilakukan dengan membuat seri kadar larutan beta
karoten dari larutan induk beta karoten 50 mcg/mL menjadi 3,0 mcg/mL; 6,0 mcg/mL;
9,0 mcg/mL; 12,0 mcg/mL; dan 15,0 mcg/mL dengan pengenceran. Masing-masing
larutan dibaca pada operating time dan panjang gelombang maksimum yang telah
ditetapkan.
Sebanyak 1,0 ml pembawa (minyak zaitun, minyak jagung, VCO, canola oil, soya
oil, rice bran oil, sunflower seed oil, Tween 20, Tween 80, Span 20, Span 80, Propilen
dikondisikan dalam waterbath 45°C selama 10 menit. Proses pelarutan beta karoten
dibiarkan selama 2 hari pada suhu ruang. Pemisahan beta karoten yang terlarut dan yang
12
Hibah Penelitian Fakultas 2016
tidak terlarut dilakukan dengan sentrifugasi pada 3000 rpm selama 20 menit. Endapan
beta karoten yang tersisa dilarutkan dengan etanol absolut p.a. 10,0 ml dan kadarnya
ditetapkan secara spektrofotometri pada operating time dan panjang gelombang maksimum
beta karoten. Absorbansi yang diperoleh sebanding dengan kadar beta karoten yang tidak
terlarut. Pengujian kelarutan ini dilakukan sebanyak 2 kali replikasi. Minyak nabati,
surfaktan, dan kosurfaktan yang paling banyak melarutkan beta karoten digunakan untuk
mencampurkan minyak nabati terpilih dengan jumlah tertentu ke dalam surfaktan dan
dilanjutkan dengan sonikasi selama 10 menit. Setelah itu, sistem dikondisikan dalam
waterbath 45°C selama 15 menit. Hasil pencampuran didiamkan selama 24 jam untuk
diamati secara visual stabilitas fisiknya pada suhu ruang. Sistem yang tidak memisah
menunjukkan bahwa minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan dapat bercampur dengan
baik.
13
Hibah Penelitian Fakultas 2016
d. Penentuan Batas Atas dan Batas Bawah Komposisi Minyak Nabati, Surfaktan,
dan Kosurfaktan
Sebanyak 1,0 mL formula yang tidak memisah dimasukkan ke dalam gelas beaker
berisi akuades 100 mL dengan suhu 37oC. Sistem diaduk menggunakan magnetic stirrer
dengan kecepatan 100 rpm sampai terbentuk nanoemulsi yang ditandai dengan
berukuran nanometer ditunjukkan dengan hasil absorbansi atau tingkat kejernihan yang
mendekati akuades. Sistem dengan komposisi surfaktan terendah yang masih bisa
Pemilihan drug loading beta karoten dilakukan dengan memasukkan seri bobot beta
karoten sebesar 3,0 mg; 6,0 mg; 9,0 mg; 12,0 mg; dan 15,0 mg dalam setiap g sistem
SNEDDS dengan formula yang terpilih sebagai batas optimasi. Masing-masing formula
dibuat sebanyak 4,0 g. Penimbangan dilakukan secara saksama dalam vial kedap cahaya dan
di dalam ruang yang terlindung dari cahaya. Sistem dihomogenkan menggunakan magnetic
stirrer dengan kecepatan 500 rpm selama 1 jam dan dilanjutkan dengan sonikasi selama 1
jam yang dihitung sebagai 1 siklus. Proses sonikasi dilakukan dengan menambahkan es batu
untuk menjaga temperatur sistem. Siklus diulangi sebanyak 10 kali sehingga diperoleh
14
Hibah Penelitian Fakultas 2016
operating time dan panjang gelombang yang telah ditetapkan. Sebanyak 100,0 μl sistem
diemulsifikasikan ke dalam 50,0 ml akuades. Sistem yang paling jernih dipilih sebagai
drug loading beta karoten yang digunakan untuk optimasi formula SNEDDS.
metode simplex lattice design menggunakan software Design Expert® versi 7.1.5.
Masing-masing formula dibuat sebanyak 4,0 g dan dosis beta karoten yang digunakan
sesuai dengan drug loading beta karoten yang telah ditetapkan. Batas atas dan batas
bawah variabel bebas (minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan) yang telah diperoleh
dimasukkan ke dalam program mixture design pada software Design Expert® versi 7.1.5
4. Pembuatan SNEDDS
Beta karoten sesuai drug loading yang telah ditetapkan ditimbang secara saksama
ke dalam vial kedap cahaya. Penimbangan dilakukan di dalam ruangan yang terlindung
dari cahaya. Minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan kemudian ditambahkan sesuai
dengan komposisi yang telah diperoleh dari software Design Expert® versi 7.1.5. Sistem
dihomogenkan menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 500 rpm selama 1 jam
dan dilanjutkan dengan sonikasi selama 1 jam yang dihitung sebagai 1 siklus. Proses
Siklus diulangi sebanyak 10 kali sehingga diperoleh SNEDDS yang homogen dan jernih.
SNEDDS yang terbentuk didiamkan selama 24 jam untuk memastikan bahwa beta
15
Hibah Penelitian Fakultas 2016
a. Waktu emulsifikasi
Pengujian waktu emulsifikasi dilakukan pada media AGF (artificial gastric fluid)
tanpa pepsin. Media AGF dibuat dengan menimbang saksama 2,0 gram NaCl kemudian
dilarutkan dengan sebagian akuades dalam labu takar 1000,0 mL. Sebanyak 7,0 mL HCl
pekat 37% dipipet kemudian ditambahkan ke dalam larutan NaCl. Sisa akuades
ditambahkan sampai 1000,0 mL. pH dinaikkan sampai 1,2 dengan menambahkan NaOH
2,0 N.
Media AGF sebanyak 250 mL dikondisikan pada suhu 37°C dan diaduk konstan
dengan magnetic stirrer berukuran 3 cm dengan kecepatan 100 rpm. Sebanyak 1,0 mL
sistem SNEDDS dimasukkan ke dalam media dan waktu yang dibutuhkan untuk
b. Kejernihan nanoemulsi
dengan blanko akuades. Tetesan emulsi yang berukuran nanometer ditunjukkan dengan
16
Hibah Penelitian Fakultas 2016
Design Expert® versi 7.1.5. Variabel bebas yang digunakan adalah komposisi minyak
nabati, surfaktan, dan kosurfaktan. Variabel tergantung atau respon yang digunakan
adalah waktu emulsifikasi dan kejernihan. Formula yang diinginkan adalah formula yang
menghasilkan SNEDDS dengan nilai waktu emulsifikasi yang kecil dan nilai kejernihan
diperoleh. Sifat fisikokimi SNEDDS meliputi waktu emulsifikasi dalam AGF, kejernihan
nanoemulsi, dan stabilitas fisik dalam AGF kemudian diuji dengan prosedur yang sama
seperti yang telah dilakukan pada pengujian 14 formula SNEDDS dari Design Expert®
versi 7.1.5 sebelumnya. Percobaan tersebut direplikasi 2 kali. Hasil pengujian formula
Optimum
Media AGF dibuat dengan menimbang saksama 2,0 gram NaCl kemudian
dilarutkan dengan sebagian akuades dalam labu takar 1000,0 mL. Sebanyak 7,0 mL HCl
pekat 37% dipipet kemudian ditambahkan ke dalam larutan NaCl. Sisa akuades
17
Hibah Penelitian Fakultas 2016
ditambahkan sampai 1000,0 mL. pH dinaikkan sampai 1,2 dengan menambahkan NaOH
2,0 N. Media AIF dibuat dengan menimbang saksama sebanyak 304,6 mg MgCl2 (3
mM), 294,0 mg CaCl.2H2O (4 mM), 186,2 mg KCl (5 mM), 3510,0 mg NaCl (120mM),
dan 840,0 mg NaHCO3 (20 mM). Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam labu takar
sampai 1000 mL, kemudian dilarutkan menggunakan akuades bebas CO2 hinga tanda
Media AGF dan AIF masing-masing sebanyak 250 mL dikondisikan pada suhu
37°C dan diaduk konstan dengan magnetic stirrer berukuran 3 cm dengan kecepatan 100
rpm. Sebanyak 1,0 mL sistem SNEDDS dimasukkan ke dalam media hingga terbentuk
diamati stabilitasnya setiap satu jam selama empat jam. Pengamatan yang dilakukan
adalah terbentuknya gumpalan atau endapan. Nanoemulsi dikatakan stabil jika tidak
250 mL media AGF. Sebanyak 5,0 mL emulsi yang terbentuk diambil kemudian
dianalisis ukuran dan distribusi ukuran tetesan nanoemulsi dengan menggunakan PSA
(Particle Size Analyzer). Data ukuran partikel yang didapatkan adalah ukuran partikel
18
Hibah Penelitian Fakultas 2016
media AGF. Emulsi yang terbentu diambil 5,0 mL kemudian diukur nilai potensial
zetanya.
spektrofotometer.
stopwatch.
1. Laporan penelitian
3. Laporan administratif
19
Hibah Penelitian Fakultas 2016
20
Hibah Penelitian Fakultas 2016
Jumlah
No Uraian
(Rp)
1 Bahan Habis Pakai 7.430.000
2 Peralatan 4.800.000
3 Lain-lain 270.000
Total 12.500.000
2. Peralatan
Biaya
No Jenis Volume Satuan Satuan Biaya (Rp)
(Rp)
1 Sewa lab. 14 bulan 200.000 2.800.000
2 Sewa alat 2 pack 1.000.000 2.000.000
Jumlah Biaya 4.800.000
3. Lain-lain
Biaya
No Uraian Kegiatan Volume Satuan Satuan Biaya (Rp)
(Rp)
1 Kertas 1 rim 40.000 40.000
2 Tinta printer 1 unit 80.000 80.000
3 Pembuatan laporan 10 jilid 15.000 150.000
Jumlah 270.000
21
Hibah Penelitian Fakultas 2016
Arisman, Dr., M.B., M.Kes., Keracunan Makanan : Buku Ajar Ilmu Gizi, 104, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Gunawan, E., 2009, Profil Peningkatan Recovery pada Proses Pembuatan B-Karoten dari
Minyak Sawit Kasar dengan Metode Pengulangan Fraksinasi Pelarut, Skripsi,
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB,
Bogor.
Gupta, S., Chavan, S., dan Sawant, K. K., 2011, Self-Nanoemulsifying Drug Delivery
System for Adefovir Dipivoxil: Design, Characterization, in Vitro and ex Vivo
Evaluation, Physicochem. Eng. Aspects., 392, 145-155.
International Agency for Research on Cancer, 1998, IARC Handbooks of Cancer
Prevention: Carotenoids, International Agency for Research on Cancer, Lyon.
Kasih, M. A. A. L., 2008, Khasiat Warna-Warni Makanan, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Nazzal, S., Smalkyukh, I.I., Lavrentovich, O. D., dan Khan, M. A., 2002, Preparation and
In Vitro Characterization of An Eutectic Based Semisolid Self-Nanoemulsifying
Drug Delivery System of Ubiquinone : Mechanism and Progress of Emulsion
Formation, Int. J. Pharm., 235, 247-265.
Qian, C., Decker, E. A., Xiao, H., dan McClements D. J., 2012, Inhibition of B-carotene
Degradation in Oil-in-water Nanoemulsions : Influence of Oil-soluble and Water-
soluble Antioxidants, Food Chemistry, 135, 1036–1043.
Rane, S.S. dan Anderson, B.D., 2008. What Determines Drug Solubility in Lipid
Vehicles: Is it Predictable? Adv. Drug Deliv. Rev. 60, 638–656.
Silva, H. D., Cerquira, M. A., Souza, B. W. S., Ribeiro, C., Avides, M., Quintas, M. A.
C., Coimbra, J. S. R., Carneiro-da-Cunha, M. G., dan Vicente, A. A., 2011.
Nanoemulsions of Beta Carotene Using A High-Energy Emulsification –
Evaporation Technique, Journal of Food Engineering, 102 (2), 130-135.
Sutresna, N., 2008, Kimia, 100, Grafindo Media Pratama, Bandung.
United States Pharmacopeial Convention, 2006, United States Pharmacopeia and the
National Formulary (USP 29 - NF 24), Twinbrook Parkway : The United States
Pharmacopeial Convention, Rockville (MD).
Yuan, Y., Gao, Y., Mao, L., dan Zhao, J., 2007, Characterization and Stability Evaluation
of Beta Carotene Nanoemulsions Prepared by High Pressure Homogenization
under Various Emulsifying Conditions, Food Research International, 41 (2008),
61-68.
Yuan, Y., Gao, Y., Mao, L., dan Zhao, J., 2008, Analytical Methods Optimisation of
Conditions for the Preparation of Beta Carotene Nanoemulsions Using Response
Surface Methodology, Food Chemistry, 107 (3), 1300-1306.
22