Anda di halaman 1dari 22

Hibah Penelitian Fakultas 2016

PROPOSAL PENELITIAN
PROGRAM HIBAH PENGEMBANGAN PENELITIAN LABORATORIUM
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS FARMASI UGM
TAHUN ANGGARAN 2016

JUDUL:

FORMULASI DAN OPTIMASI SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG


DELIVERY SYSTEM) BETAKAROTEN

OLEH :
Dr.rer.nat. Ronny Martien, M.Si

SUB JUDUL
1. Adella Clara Alverina NIM 12/3331235/FA/09248
Formulasi SNEDDS (Self Nanoemulsifying Drug Delivery System) Beta Karoten
Menggunakan Minyak Zaitun (Olea europeae)
2. Dea Arvina Ermacasnia NIM 12/33089/FA/09136
Formulasi SNEDDS (Self Nanoemulsifying Drug Delivery System) Beta Karoten
Menggunakan Minyak Jagung

Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2016

1
Hibah Penelitian Fakultas 2016

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN


PROGRAM HIBAH PENGEMBANGAN PENELITIAN LABORATORIUM
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS FARMASI UGM
TAHUN ANGGARAN 2016

1. JUDUL PENELITIAN:
FORMULASI DAN OPTIMASI SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING
DRUG DELIVERY SYSTEM) BETA KAROTEN

2. PENELITI UTAMA
a. Nama lengkap : Dr.rer.nat. Ronny Martien, M.Si
b. NIP : 197703042008121003
c. Pangkat/Jabatan/Golongan : 3C / Lektor
d. Bidang Spesialisasi/Keahlian : Sistem Penghantaran Obat Nanoparticle
e. Tempat penelitian : Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas
Farmasi, UGM
f. Alamat dan No. telpon
1. Unit kerja : Dept. Farmasetika, UGM
2. Rumah : Wedomartani, Sleman

3. LABORATORIUM : Teknologi Farmasi, Dept. Farmasetika,


UGM
4. JANGKA WAKTU PENELITIAN : 7 (Tujuh) bulan terhitung sejak
5 Mei – 5 November 2016
5. BIAYA YANG DIAJUKAN : Rp 12.500.000,00

Yogyakarta, 11 Maret 2016

Menyetujui, Peneliti Utama


Kepala Laboratorium

Dr. Rina Kuswahyuning, M.Si Apt Dr.rer.nat. Ronny Martien, M.Si


NIP 197902232005012003 NIP 197703042008121003

Mengetahui,
Dekan Fakultas Farmasi

Prof. Dr. Subagus Wahyuono, MSc, Apt


NIP 195307081977021001

2
Hibah Penelitian Fakultas 2016

III. INTISARI

Beta karoten merupakan senyawa antioksidan yang memiliki manfaat untuk


mencegah penyakit degeneratif dan kronis, meningkatkan daya tahan tubuh, serta
memberikan efek analgetik dan antiinflamasi. Sifat beta karoten yang tidak larut dan
mudah teroksidasi di dalam air menjadi masalah dalam formulasi beta karoten untuk
aplikasi per oral. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan beta karoten dalam
bentuk SNEDDS (Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System) sebagai alternatif
formulasi beta karoten untuk sediaan per oral.
Pada penelitian ini, akan dilakukan formulasi SNEDDS beta karoten
menggunakan minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan. Komposisi masing-masing
bahan dioptimasi dengan metode SLD (simplex lattice design) menggunakan software
Design Expert® versi 7.1.5. Evaluasi terhadap waktu emulsifikasi dan kejernihan
nanoemulsi dilakukan untuk mendapatkan formula optimum. SNEDDS beta karoten
dengan formula optimum diamati karakteristiknya meliputi stabilitas fisiknya dalam
media AGF (artificial gastric fluid) dan AIF (artificial intestinal fluid), ukuran dan
distribusi ukuran tetesan nanoemulsi, serta potensial zeta yang dihasilkan.

Kata kunci : SNEDDS, beta karoten, minyak zaitun, SLD

3
Hibah Penelitian Fakultas 2016

IV. ABSTRACT

Beta-carotene is an antioxidant, which have increase immunomodulation effect,


analgesic, anti-inflammation and prevent the generative diseases. Its have disadvantages
for oral application formulation such as low dissolution and easy to oxidize in the water
condition. The aim of this study is to develop beta-carotene formulation based on Self
Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) for oral application.
Several different oil, surfactants and co-surfactants will be used for SNEDDS
formulation. Simplex lattice design method will be obtained in order to optimize the
formulas by Design Expert® versi 7.1.5 Software. Emulsification time, turbidity study,
size and zeta potential of the Nano emulsion will be evaluated. Stabilities studies in
artificial gastric fluid and artificial intestinal fluid will be monitored.

Keywords : SNEDDS, beta-carotene, nanoemulsion, simplex lattice design

4
Hibah Penelitian Fakultas 2016

V. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang disintesis

oleh tanaman, alga, dan bakteri fotosintesis sebagai sumber warna kuning, oranye, dan

merah bagi tumbuhan (International Agency for Research on Cancer, 1998). Sebagian

beta karoten diubah menjadi vitamin A yang keduanya dapat bertindak sebagai

antioksidan di dalam tubuh untuk melawan radikal bebas. Beta karoten mampu menjaga

kesehatan mata, mencegah penyakit kanker, meningkatkan daya tahan tubuh melalui

peningkatan komunikasi antarsel, dan mengurangi risiko terjadinya stroke. Beta karoten

juga dapat memberikan efek analgetik dan antiinflamasi (Kasih, 2008).

Pemanfaatan karotenoid sebagai bahan fungsional dalam makanan dan minuman

saat ini masih terbatas karena memiliki kelarutan yang rendah di dalam air, titik leleh

yang tinggi, ketidakstabilan secara kimiawi, serta bioavailabilitas yang rendah (Qian

dkk., 2012). Sifat beta karoten yang tidak larut di dalam air (United States Pharmacopeial

Convention, 2006) menyebabkan beta karoten harus dikonsumsi bersama dengan

makanan atau susu untuk membantu kelarutannya di dalam tubuh. Banyak peneliti (Yuan

dkk., 2008; Silva dkk., 2011; Qian dkk., 2012) yang telah mengembangkan beta karoten

dalam bentuk nanoemulsi. Fase air yang terdapat di dalam sediaan nanoemulsi

dikhawatirkan akan mempengaruhi stabilitas beta karoten karena kandungan oksigen

dalam air akan menyebabkan sifat antioksidan beta karoten menurun (Gupta dkk., 2011;

Sutresna, 2008). Air juga mempengaruhi stabilitas biologi beta karoten karena dapat

memicu pertumbuhan mikroba (Arisman, 2008).

Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan formulasi

5
Hibah Penelitian Fakultas 2016

sediaan SNEDDS (Self-Nanoemulsifying Drug Delivery Sistem) yaitu sistem yang terdiri

dari campuran minyak, surfaktan, dan kosurfaktan. SNEDDS dapat membentuk

nanoemulsi secara spontan ketika bertemu fase air melalui agitasi yang ringan dalam

lambung dengan ukuran tetesan emulsi berkisar nanometer (Mahmoed dkk., 2013).

SNEDDS lebih menguntungkan karena lebih stabil secara biologi dan kimiawi serta lebih

acceptable dibandingkan bentuk sediaan nanoemulsi. SNEDDS memiliki karakteristik

seperti kapasitas kelarutan yang tinggi, ukuran partikel yang kecil, dan stabilitas fisik

yang sangat baik (Rane dan Anderson, 2008).

Formulasi SNEDDS beta karoten pada penelitian ini dilakukan menggunakan

minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan dengan metode precipitation from solution.

Hasil sediaan tersebut kemudian dioptimasi berdasarkan waktu emulsifikasi dan

kejernihan nanoemulsi yang dihasilkan. Kemudian dilakukan karakterisasi meliputi

stabilitas fisik di dalam media AGF (artificial gastric fluid) dan AIF (artificial intestinal

fluid), ukuran dan distribusi ukuran tetesan nanoemulsi, serta potensial zeta nanoemulsi

formula optimum. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif bentuk

sediaan beta karoten yang memiliki sistem penghantaran lebih baik daripada bentuk

sediaan yang sudah ada sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

1. Berapa perbandingan minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan optimum

yang dapat digunakan untuk membuat sediaan SNEEDS beta karoten?

2. Bagaimana karakteristik SNEDDS beta karoten dengan formula optimum

meliputi waktu emulsifikasi, nilai transmitan nanoemulsi, stabilitas fisik

6
Hibah Penelitian Fakultas 2016

nanoemulsi dalam media AGF (artificial gastric fluid), ukuran dan distribusi

ukuran tetesan nanoemulsi, serta potensial zeta nanoemulsi?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbandingan minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan optimum

yang dapat digunakan untuk membuat sediaan SNEDDS beta karoten.

2. Mengetahui karakteristik SNEDDS beta karoten dengan formula optimum

meliputi waktu emulsifikasi, nilai transmitan nanoemulsi, stabilitas fisik

nanoemulsi dalam media AGF (artificial gastric fluid), ukuran dan distribusi

ukuran tetesan nanoemulsi, serta potensial zeta nanoemulsi.

D. Landasan Teori

Beta karoten banyak digunakan sebagai suplemen karena merupakan salah satu

antioksidan yang memiliki manfaat untuk mencegah berbagai penyakit, meningkatkan

daya tahan tubuh, dan memberikan efek analgetik dan antiinflamasi (Kasih, 2008). Sifat

beta karoten yang tidak larut dan mudah teroksidasi di dalam air menjadi masalah dalam

formulasi beta karoten untuk aplikasi per oral terkait disolusi, absorbsi, dan

bioavailabilitasnya di dalam tubuh (Qian dkk., 2012). Salah satu alternatif untuk

mengatasi masalah tersebut adalah formulasi beta karoten dalam bentuk SNEDDS (Self-

Nanoemulsifying Drug Delivery System).

SNEDDS adalah bentuk sediaan yang mengandung minyak, surfaktan, dan

kosurfaktan yang dapat membentuk nanoemulsi secara spontan di dalam cairan

gastrointestinal. SNEDDS memiliki ukuran tetes emulsi dalam kisaran nanometer

7
Hibah Penelitian Fakultas 2016

sehingga dapat meningkatkan disolusi dan absoprsi oral lalu meningkatkan

bioavailabilitas dalam tubuh secara signifikan (Nazzal dkk., 2002). Tidak adanya

kandungan air di dalam SNEDDS memberikan keuntungan yaitu lebih menjaga stabilitas

beta karoten dan memberikan kenyamanan penggunaan bagi pasien karena volume

sediaan lebih kecil dibandingkan nanoemulsi konvensional.

Beta karoten diketahui dapat larut di dalam minyak (Meyer, 1966 dalam

Gunawan, 2009). Surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan akan membentuk lapisan

film dan menurunkan tegangan muka tetesan minyak sehingga dapat membentuk

nanoemulsi secara spontan di dalam cairan gastrointestinal.

Keberhasilan dalam formulasi SNEDDS dapat dilihat dari parameter waktu

emulsifikasi, kejernihan, stabilitas fisik nanoemulsi dalam AGF, ukuran dan distribusi

ukuran tetesan nanoemulsi yang dinyatakan dalam PI (polydispersity index), dan

potensial zeta nanoemulsi. SNEDDS yang baik akan menghasilkan nanoemulsi dengan

waktu emulsifikasi kurang dari satu menit, kejernihan atau nilai transmitan lebih dari

90%, stabil secara fisik dalam AGF selama 4 jam, ukuran tetesan nanoemulsi rata-rata

kurang dari 100 nm dengan PI kurang dari 1, dan potensial zeta lebih besar dari 30 mV

dengan muatan negatif atau positif.

Telah banyak formulasi SNEDDS yang berhasil dilakukan. Beta karoten sudah

pernah diformulasikan ke dalam bentuk nanoemulsi oleh Qian dkk. (2012) dengan

menggunakan trigliserida rantai panjang sebagai fase minyak dan Tween 20 sebagai

surfaktan. Perbandingan yang digunakan untuk komposisi minyak, surfaktan, dan

kosurfaktan dalam pembuatan SNEDDS beta karoten diperkirakan adalah 1:8:1

berdasarkan pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain oleh

8
Hibah Penelitian Fakultas 2016

Rachmawati dkk. (2010) dalam pembuatan SNEDDS Bovine Serum Albumine dan

Rachmawati dkk. (2014) dalam pembuatan nanoemulsi kurkumin. Berdasarkan beberapa

penelitian yang telah disebutkan dan teori yang mendukung, diperkirakan formulasi

SNEDDS beta karoten menggunakan minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan tertentu

dapat dilakukan.

E. Hipotesis

1. SNEDDS beta karoten dapat dibuat menggunakan minyak nabati, surfaktan,

dan kosurfaktan dengan perbandingan kurang lebih 1:8:1.

2. SNEDDS beta karoten dengan formula optimum memiliki karakteristik waktu

emulsifikasi kurang dari 1 menit, nilai transmitan nanoemulsi lebih dari 90%,

stabil secara fisik dalam media AGF selama 4 jam, ukuran tetesan nanoemulsi

kurang dari 100 nm dengan Polydispersity Index kurang dari 1, dan potensial

zeta nanoemulsi lebih dari ±30 mV.

9
Hibah Penelitian Fakultas 2016

F. Roadmap Penelitian

VI. METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik (Ohauss),

neraca semimikro (Ohauss), alat-alat gelas, pH meter (Hanna), magnetic stirrer (Stuart

CB162), hot plate magnetic stirrer (Ika C-Mag HS7), mikropipet (Thermo), sonikator

(Elma Transsonic 570), spektrofotometer UV/Vis (Genesys 10 Thermo), Particle Size

Analyzer (Horiba), yellow tip (LPI), blue tip (LPI), microtube (LPI), thermometer

(Memmert), stopwatch, masker, dan sarung tangan.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain beta karoten (Sigma);

minyak nabati meliputi minyak zaitun (Brataco), minyak jagung (Brataco), VCO

10
Hibah Penelitian Fakultas 2016

(Brataco), canola oil (Brataco), soya oil (Brataco), rice bran oil (Brataco), dan sunflower

seed oil (Brataco); surfaktan meliputi Tween 80 (Kao), Tween 20 (Brataco), Span 80

(Brataco), dan Span 20 (Brataco); kosurfaktan meliputi PEG 400 (Brataco) dan propilen

glikol (Brataco); akuades (Brataco); AGF (artificial gastric fluid) yang terdiri dari

akuades (Brataco), NaCl (Merck), asam klorida 37% (Merck), dan NaOH (Sigma); serta

etanol absolut p.a. (Merck).

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini antara lain jumlah minyak, surfaktan, dan

kosurfaktan yang digunakan dalam formulasi SNEDDS.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini antara lain waktu emulsifikasi,

kejernihan nanoemulsi dalam media AGF, stabilitas fisik nanoemulsi dalam media AGF

dan AIF, ukuran dan distribusi ukuran tetesan nanoemulsi, serta potensial zeta

nanoemulsi.

3. Variabel terkendali

Variabel terkendali pada penelitian ini antara lain dosis beta karoten serta kondisi

percobaan meliputi suhu, pencahayaan ruangan, lama pencampuran, dan kecepatan

pencampuran.

11
Hibah Penelitian Fakultas 2016

C. Cara Kerja

1. Skrining Komposisi Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan

a. Pembuatan kurva baku beta karoten

Pembuatan larutan induk beta karoten 50 mcg/mL dibuat dengan melarutkan 50,0

mg beta karoten ke dalam 100,0 mL etanol absolut p.a. Sebanyak 10 mcL larutan tersebut

diencerkan dengan etanol absolut p.a. ad 100,0 mL. Operating time larutan beta karoten

kemudian ditetapkan dengan membaca serapan pada panjang gelombang 425 nm

menggunakan spektrofotometer UV-Vis sampai diperoleh waktu serapan yang stabil.

Panjang gelombang maksimum ditetapkan dengan scanning pada panjang gelombang

350-550 nm. Penentuan kurva baku dilakukan dengan membuat seri kadar larutan beta

karoten dari larutan induk beta karoten 50 mcg/mL menjadi 3,0 mcg/mL; 6,0 mcg/mL;

9,0 mcg/mL; 12,0 mcg/mL; dan 15,0 mcg/mL dengan pengenceran. Masing-masing

larutan dibaca pada operating time dan panjang gelombang maksimum yang telah

ditetapkan.

b. Penentuan beta karoten terlarut

Sebanyak 1,0 ml pembawa (minyak zaitun, minyak jagung, VCO, canola oil, soya

oil, rice bran oil, sunflower seed oil, Tween 20, Tween 80, Span 20, Span 80, Propilen

Glikol, PEG 400) dimasukkan ke dalam microtube. Sejumlah 5 mg beta karoten

ditambahkan ke dalam masing-masing pembawa dan sistem dihomogenkan dengan

menggunakan vortex selama 30 detik untuk membantu pelarutan. Sistem kemudian

dikondisikan dalam waterbath 45°C selama 10 menit. Proses pelarutan beta karoten

dalam pembawa dimaksimalkan dengan menggunakan sonikator selama 15 menit dan

dibiarkan selama 2 hari pada suhu ruang. Pemisahan beta karoten yang terlarut dan yang

12
Hibah Penelitian Fakultas 2016

tidak terlarut dilakukan dengan sentrifugasi pada 3000 rpm selama 20 menit. Endapan

beta karoten yang tersisa dilarutkan dengan etanol absolut p.a. 10,0 ml dan kadarnya

ditetapkan secara spektrofotometri pada operating time dan panjang gelombang maksimum

beta karoten. Absorbansi yang diperoleh sebanding dengan kadar beta karoten yang tidak

terlarut. Pengujian kelarutan ini dilakukan sebanyak 2 kali replikasi. Minyak nabati,

surfaktan, dan kosurfaktan yang paling banyak melarutkan beta karoten digunakan untuk

optimasi SNEDDS selanjutnya.

c. Pemilihan komposisi minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan

Pemilihan komposisi minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan dilakukan dengan

mencampurkan minyak nabati terpilih dengan jumlah tertentu ke dalam surfaktan dan

kosurfaktan terpilih dengan perbandingan tertentu yang tampak pada tabel 1.

Tabel 1. Rasio komposisi minyak nabati, surfaktan dan kosurfaktan


Komposisi (%)
Minyak nabati Surfaktan Kosurfaktan
1 1 1
1 2 1
1 3 1
1 4 1
1 5 1
1 6 1
1 7 1
1 8 1

Sistem dibuat sebanyak 5 mL di dalam vial kemudian dihomogenkan

menggunakan magnetic stirrer selama 10 menit untuk membantu pencampuran dan

dilanjutkan dengan sonikasi selama 10 menit. Setelah itu, sistem dikondisikan dalam

waterbath 45°C selama 15 menit. Hasil pencampuran didiamkan selama 24 jam untuk

diamati secara visual stabilitas fisiknya pada suhu ruang. Sistem yang tidak memisah

menunjukkan bahwa minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan dapat bercampur dengan

baik.

13
Hibah Penelitian Fakultas 2016

d. Penentuan Batas Atas dan Batas Bawah Komposisi Minyak Nabati, Surfaktan,

dan Kosurfaktan

Sebanyak 1,0 mL formula yang tidak memisah dimasukkan ke dalam gelas beaker

berisi akuades 100 mL dengan suhu 37oC. Sistem diaduk menggunakan magnetic stirrer

dengan kecepatan 100 rpm sampai terbentuk nanoemulsi yang ditandai dengan

terbentuknya emulsi yang homogen dan jernih.

Pengamatan kejernihan emulsi dilakukan dengan metode spektrofotometri pada

panjang gelombang 650 nm menggunakan blanko akuades. Tetesan emulsi yang

berukuran nanometer ditunjukkan dengan hasil absorbansi atau tingkat kejernihan yang

mendekati akuades. Sistem dengan komposisi surfaktan terendah yang masih bisa

menghasilkan nanoemulsi digunakan sebagai dasar pemilihan batas perancangan formula.

2. Pemilihan Drug Loading Beta Karoten

Pemilihan drug loading beta karoten dilakukan dengan memasukkan seri bobot beta

karoten sebesar 3,0 mg; 6,0 mg; 9,0 mg; 12,0 mg; dan 15,0 mg dalam setiap g sistem

SNEDDS dengan formula yang terpilih sebagai batas optimasi. Masing-masing formula

dibuat sebanyak 4,0 g. Penimbangan dilakukan secara saksama dalam vial kedap cahaya dan

di dalam ruang yang terlindung dari cahaya. Sistem dihomogenkan menggunakan magnetic

stirrer dengan kecepatan 500 rpm selama 1 jam dan dilanjutkan dengan sonikasi selama 1

jam yang dihitung sebagai 1 siklus. Proses sonikasi dilakukan dengan menambahkan es batu

untuk menjaga temperatur sistem. Siklus diulangi sebanyak 10 kali sehingga diperoleh

SNEDDS yang homogen dan jernih.

Pengamatan kelarutan beta karoten dalam sistem dilakukan dengan mengukur

tingkat kejernihan sistem SNEEDS menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan

14
Hibah Penelitian Fakultas 2016

operating time dan panjang gelombang yang telah ditetapkan. Sebanyak 100,0 μl sistem

diemulsifikasikan ke dalam 50,0 ml akuades. Sistem yang paling jernih dipilih sebagai

drug loading beta karoten yang digunakan untuk optimasi formula SNEDDS.

3. Penentuan Rancangan Formula SNEDDS

Komposisi minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan terpilih divariasi dengan

metode simplex lattice design menggunakan software Design Expert® versi 7.1.5.

Masing-masing formula dibuat sebanyak 4,0 g dan dosis beta karoten yang digunakan

sesuai dengan drug loading beta karoten yang telah ditetapkan. Batas atas dan batas

bawah variabel bebas (minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan) yang telah diperoleh

dimasukkan ke dalam program mixture design pada software Design Expert® versi 7.1.5

hingga diperoleh 14 formula.

4. Pembuatan SNEDDS

Beta karoten sesuai drug loading yang telah ditetapkan ditimbang secara saksama

ke dalam vial kedap cahaya. Penimbangan dilakukan di dalam ruangan yang terlindung

dari cahaya. Minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan kemudian ditambahkan sesuai

dengan komposisi yang telah diperoleh dari software Design Expert® versi 7.1.5. Sistem

dihomogenkan menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 500 rpm selama 1 jam

dan dilanjutkan dengan sonikasi selama 1 jam yang dihitung sebagai 1 siklus. Proses

sonikasi dilakukan dengan menambahkan es batu untuk menjaga temperatur sistem.

Siklus diulangi sebanyak 10 kali sehingga diperoleh SNEDDS yang homogen dan jernih.

SNEDDS yang terbentuk didiamkan selama 24 jam untuk memastikan bahwa beta

15
Hibah Penelitian Fakultas 2016

karoten sudah terlarut sempurna dan tidak memisah.

5. Pengujian Sifat Fisikokimia SNEDDS

a. Waktu emulsifikasi

Pengujian waktu emulsifikasi dilakukan pada media AGF (artificial gastric fluid)

tanpa pepsin. Media AGF dibuat dengan menimbang saksama 2,0 gram NaCl kemudian

dilarutkan dengan sebagian akuades dalam labu takar 1000,0 mL. Sebanyak 7,0 mL HCl

pekat 37% dipipet kemudian ditambahkan ke dalam larutan NaCl. Sisa akuades

ditambahkan sampai 1000,0 mL. pH dinaikkan sampai 1,2 dengan menambahkan NaOH

2,0 N.

Media AGF sebanyak 250 mL dikondisikan pada suhu 37°C dan diaduk konstan

dengan magnetic stirrer berukuran 3 cm dengan kecepatan 100 rpm. Sebanyak 1,0 mL

sistem SNEDDS dimasukkan ke dalam media dan waktu yang dibutuhkan untuk

membentuk nanoemulsi dihitung menggunakan stopwatch. Pembentukan nanoemulsi

yang sempurna ditandai dengan terbentuknya campuran yang homogen.

b. Kejernihan nanoemulsi

Sistem SNEDDS yang telah diemulsifikasikan ke dalam media AGF kemudian

diukur kejernihannya dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 650 nm

dengan blanko akuades. Tetesan emulsi yang berukuran nanometer ditunjukkan dengan

hasil absorbansi atau tingkat kejernihan yang mendekati akuades.

16
Hibah Penelitian Fakultas 2016

6. Penentuan Formula SNEDDS Optimum

Formula SNEDDS yang optimum ditentukan dengan menggunakan software

Design Expert® versi 7.1.5. Variabel bebas yang digunakan adalah komposisi minyak

nabati, surfaktan, dan kosurfaktan. Variabel tergantung atau respon yang digunakan

adalah waktu emulsifikasi dan kejernihan. Formula yang diinginkan adalah formula yang

menghasilkan SNEDDS dengan nilai waktu emulsifikasi yang kecil dan nilai kejernihan

nanoemulsi yang besar.

7. Verifikasi Formula SNEDDS Optimum

Sistem SNEDDS dibuat dengan menggunakan formula optimum yang telah

diperoleh. Sifat fisikokimi SNEDDS meliputi waktu emulsifikasi dalam AGF, kejernihan

nanoemulsi, dan stabilitas fisik dalam AGF kemudian diuji dengan prosedur yang sama

seperti yang telah dilakukan pada pengujian 14 formula SNEDDS dari Design Expert®

versi 7.1.5 sebelumnya. Percobaan tersebut direplikasi 2 kali. Hasil pengujian formula

optimum kemudian diverifikasi menggunakan analisis single sample t-test dengan

bantuan software OpenStat®.

8. Pengamatan Karakteristik Partikel Nanoemulsi dari Formula SNEDDS

Optimum

a. Stabilitas fisik dalam AGF dan AIF

Media AGF dibuat dengan menimbang saksama 2,0 gram NaCl kemudian

dilarutkan dengan sebagian akuades dalam labu takar 1000,0 mL. Sebanyak 7,0 mL HCl

pekat 37% dipipet kemudian ditambahkan ke dalam larutan NaCl. Sisa akuades

17
Hibah Penelitian Fakultas 2016

ditambahkan sampai 1000,0 mL. pH dinaikkan sampai 1,2 dengan menambahkan NaOH

2,0 N. Media AIF dibuat dengan menimbang saksama sebanyak 304,6 mg MgCl2 (3

mM), 294,0 mg CaCl.2H2O (4 mM), 186,2 mg KCl (5 mM), 3510,0 mg NaCl (120mM),

dan 840,0 mg NaHCO3 (20 mM). Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam labu takar

sampai 1000 mL, kemudian dilarutkan menggunakan akuades bebas CO2 hinga tanda

tera. HCl 1,01 M ditambahkan untuk menurunkan pH sampai 7.

Media AGF dan AIF masing-masing sebanyak 250 mL dikondisikan pada suhu

37°C dan diaduk konstan dengan magnetic stirrer berukuran 3 cm dengan kecepatan 100

rpm. Sebanyak 1,0 mL sistem SNEDDS dimasukkan ke dalam media hingga terbentuk

nanoemulsi. Pembentukan nanoemulsi yang sempurna ditandai dengan terbentuknya

campuran yang homogen.

Sistem SNEDDS yang telah diemulsifikasikan ke dalam media AGF kemudian

diamati stabilitasnya setiap satu jam selama empat jam. Pengamatan yang dilakukan

adalah terbentuknya gumpalan atau endapan. Nanoemulsi dikatakan stabil jika tidak

membentuk endapan ataupun gumpalan.

b. Ukuran partikel dan distribusi ukuran tetesan nanoemulsi

Sebanyak 1,0 mL SNEDDS beta karoten optimum diemulsifikasikan ke dalam

250 mL media AGF. Sebanyak 5,0 mL emulsi yang terbentuk diambil kemudian

dianalisis ukuran dan distribusi ukuran tetesan nanoemulsi dengan menggunakan PSA

(Particle Size Analyzer). Data ukuran partikel yang didapatkan adalah ukuran partikel

rerata, distribusi ukuran partikel, dan deviasi terhadap rerata.

c. Potensial zeta nanoemulsi

Pengukuran potensial zeta tetesan nanoemulsi dilakukan menggunakan PSA.

18
Hibah Penelitian Fakultas 2016

Sebanyak 1,0 mL SNEDDS beta karoten optimum diemulsifikasikan ke dalam 250 mL

media AGF. Emulsi yang terbentu diambil 5,0 mL kemudian diukur nilai potensial

zetanya.

D. Analisis dan Pengolahan Data


1. Pemilihan formula optimum dilakukan menggunakan software Design

Expert® versi 7.1.5 dengan program mixture design.

2. Verifikasi formula optimum dilakukan menggunakan software OpenStat®

dengan analisis single sample t-test.

3. Pengamatan kejernihan dilakukan secara visual dan menggunakan

spektrofotometer.

4. Penetapan emulsification time dilakukan secara visual dengan alat bantu

stopwatch.

5. Pengamatan stabilitas fisik dilakukan secara visual.

6. Ukuran dan distribusi ukuran tetesan nanoemulsi serta potensial zeta

nanoemulsi diamati menggunakan PSA (Particle Size Analyzer).

VII. LUARAN PENELITIAN

1. Laporan penelitian

2. Draft naskah publikasi di Indonesian Journal of Pharmacy.

3. Laporan administratif

19
Hibah Penelitian Fakultas 2016

VIII. JADWAL PENELITIAN

Kegiatan Waktu Pelaksanaan Indikator Kinerja


Persiapan Bahan dan Lab Mei - Juni Kesiapan Lab dan bahan
Formulasi SNEDDS Juni-September Terbentuknya emulsi yang berukuran
10-100 nm
Karakterisasi SNEDDS September-Oktober Morfologi (TEM)
Ukuran (SEM)
Entrapment Efficiency
Laporan akhir Oktober -November Laporan Akhir
Draft Publikasi

20
Hibah Penelitian Fakultas 2016

VIII. RINCIAN ANGGARAN YANG DIUSULKAN

Justifikasi anggaran berisi rincian biaya kegiatan:

Jumlah
No Uraian
(Rp)
1 Bahan Habis Pakai 7.430.000
2 Peralatan 4.800.000
3 Lain-lain 270.000
Total 12.500.000

1. Bahan Habis Pakai


Biaya
No Bahan Volume Unit Satuan Biaya (Rp)
(Rp)
1 olive oil 1 liter 200.000 200.000
2 Beta karoten 4 gram 1.000.000 4.000.000
3 VCO 2 liter 165.000 330.000
4 Soya oil 2 25 ml 200.000 400.000
5 Tween 1 liter 800.000 800.000
6 etanol 96% 1 liter 700.000 700.000
7 Span 1 liter 1.000.000 1.000.000
Jumlah Biaya 7.430.000

2. Peralatan
Biaya
No Jenis Volume Satuan Satuan Biaya (Rp)
(Rp)
1 Sewa lab. 14 bulan 200.000 2.800.000
2 Sewa alat 2 pack 1.000.000 2.000.000
Jumlah Biaya 4.800.000

3. Lain-lain
Biaya
No Uraian Kegiatan Volume Satuan Satuan Biaya (Rp)
(Rp)
1 Kertas 1 rim 40.000 40.000
2 Tinta printer 1 unit 80.000 80.000
3 Pembuatan laporan 10 jilid 15.000 150.000
Jumlah 270.000

21
Hibah Penelitian Fakultas 2016

IX. DAFTAR PUSTAKA

Arisman, Dr., M.B., M.Kes., Keracunan Makanan : Buku Ajar Ilmu Gizi, 104, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Gunawan, E., 2009, Profil Peningkatan Recovery pada Proses Pembuatan B-Karoten dari
Minyak Sawit Kasar dengan Metode Pengulangan Fraksinasi Pelarut, Skripsi,
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB,
Bogor.
Gupta, S., Chavan, S., dan Sawant, K. K., 2011, Self-Nanoemulsifying Drug Delivery
System for Adefovir Dipivoxil: Design, Characterization, in Vitro and ex Vivo
Evaluation, Physicochem. Eng. Aspects., 392, 145-155.
International Agency for Research on Cancer, 1998, IARC Handbooks of Cancer
Prevention: Carotenoids, International Agency for Research on Cancer, Lyon.
Kasih, M. A. A. L., 2008, Khasiat Warna-Warni Makanan, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Nazzal, S., Smalkyukh, I.I., Lavrentovich, O. D., dan Khan, M. A., 2002, Preparation and
In Vitro Characterization of An Eutectic Based Semisolid Self-Nanoemulsifying
Drug Delivery System of Ubiquinone : Mechanism and Progress of Emulsion
Formation, Int. J. Pharm., 235, 247-265.
Qian, C., Decker, E. A., Xiao, H., dan McClements D. J., 2012, Inhibition of B-carotene
Degradation in Oil-in-water Nanoemulsions : Influence of Oil-soluble and Water-
soluble Antioxidants, Food Chemistry, 135, 1036–1043.
Rane, S.S. dan Anderson, B.D., 2008. What Determines Drug Solubility in Lipid
Vehicles: Is it Predictable? Adv. Drug Deliv. Rev. 60, 638–656.
Silva, H. D., Cerquira, M. A., Souza, B. W. S., Ribeiro, C., Avides, M., Quintas, M. A.
C., Coimbra, J. S. R., Carneiro-da-Cunha, M. G., dan Vicente, A. A., 2011.
Nanoemulsions of Beta Carotene Using A High-Energy Emulsification –
Evaporation Technique, Journal of Food Engineering, 102 (2), 130-135.
Sutresna, N., 2008, Kimia, 100, Grafindo Media Pratama, Bandung.
United States Pharmacopeial Convention, 2006, United States Pharmacopeia and the
National Formulary (USP 29 - NF 24), Twinbrook Parkway : The United States
Pharmacopeial Convention, Rockville (MD).
Yuan, Y., Gao, Y., Mao, L., dan Zhao, J., 2007, Characterization and Stability Evaluation
of Beta Carotene Nanoemulsions Prepared by High Pressure Homogenization
under Various Emulsifying Conditions, Food Research International, 41 (2008),
61-68.
Yuan, Y., Gao, Y., Mao, L., dan Zhao, J., 2008, Analytical Methods Optimisation of
Conditions for the Preparation of Beta Carotene Nanoemulsions Using Response
Surface Methodology, Food Chemistry, 107 (3), 1300-1306.

22

Anda mungkin juga menyukai