FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2021
1. Deskripsi/definisi teknik tersebut!
Nanosuspensi adalah dispersi partikel obat padat koloid yang sangat halus yang
bersifat bifasik, dalam pembawa berupa cairan dan distabilkan melalui surfaktan dan/
atau polimer yang nantinya akan berperan sebagai stabilisator (Surya Goel et al., 2019).
Nanosuspensi adalah sistem dispersi koloidal yang 100% mengandung bahan obat
dengan ukuran 10-1000 nm, tidak mengandung bahan pembawa kecuali sebagai bahan
penstabil surfaktan, polimer atau kombinasi keduanya (Patel et al., 2016).
Nanosuspensi terdiri dari obat murni yang sukar larut dalam air tanpa bahan matriks
yang tersuspensi dalam dispersi (Vishal R et al., 2011).
b. Kelemahan Nanosuspensi:
- Dapat mengalami ketidakstabilan fisik karena peningkatan laju
sedimentasi nanopartikel terdispersi selama penyimpanan.
- Ukuran partikel nanosuspensi yang akan dibuat harus relatif homogen,
untuk menghindari perbedaan besar dalam kelarutan berbagai kristal.
(Tomoda et al., 2014).
- Pada nanosuspensi, partikel yang lebih kecil dapat memunculkan
aglomerasi (proses pembesaran ukuran partikel akibat terikat satu sama
lain, menghasilkan struktur agregat berpori yang berukuran jauh lebih
besar daripada material awal) yang disebabkan oleh stabilisator yang
tidak sesuai karena fenomena pematangan Ostwald.
(Rahaiee et al., 2015).
- Metode pelarut campur membutuhkan obat yang memiliki sifat fisik dan
kimia tertentu seperti harus dapat dilarutkan dalam beberapa pelarut
organik.
- Teknologi inklusi mensyaratkan obat memiliki ukuran molekul yang
sesuai dan untuk metode mikronisasi tidak dapat meningkatkan
bioavailabilitas yang berarti.
(Tran et al., 2015).
- Nanosuspensi yang dalam tersedia dalam bentuk dispersi cair diketahui
memiliki kelemahan dari segi pengiriman dan penyimpanan serta
akseptabilitas pasien. Hal ini disebabkan karena nanosuspensi secara
termodinamik bersifat tidak stabil sehingga memicu terjadi agregasi,
hidrolisis atau instabilitas lainnya.
(Grumezecu dan Andronescu, 2018).
- Adanya media cair pada nanosuspensi juga menyebabkan rentannya
pertumbuhan mikroba. Penambahan pengawet pada pembuatan
nanosuspensi telah dilaporkan menyebabkan destabilisasi dari
nanosuspensi.
(Kobierski et al., 2011).
5. Contoh obat yang menggunakan teknik tersebut (dilengkapi dengan sitasi)!
Patel H. M., Patel B. B., Shah C. N., 2016. Nanosuspension: A novel approach to
enhance solubility of poorly water soluble drugs. International Journal of
Advances in Pharmaceutics, 5(2): 21-19.
Rahaiee, S., Shojaosdati, S.A., Hashemi, M., Moini, S., Razavi, S.H., 2015.
Improvement of crocin stability by biodegradable nanoparticles of
chitosan-alginate. Int. J. Biol. Macromol. 423-432.
Tran, T.T. D., Tran, K.A., Tran, P.H.-L. 2015. Modulation of particle size and
molecular interactions by sonoprecipitation method for enhancing
dissolution rate of poorly water-soluble drugs. Ultrason. Sonochem. 24,
256-263.
Zeng C, Zheng R and Yang X., 2019. Improved Oral Delivery of Tilianin Through
Lipid-Polymer Hybrid Nanoparticles to Enhance Bioavailability. Biochem
Biophys Res Commun, 519(2), 316–322.