Dosen :
Disusun Oleh :
Andry Maulana 15330015
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena anugerah dari-Nya saya dapat
Penyusun
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk membandingkan formulasi yang lebih baik dan
membuat formulasi dengan menentukan bahan tambahan sediaan suspensi oral
yang paling sesuai dengan sifat dan kelarutan dari zat aktif, dan untuk
1.4 Manfaat
Makalah yang penulis susun diharapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca, khususnya teman-teman dari prodi S1-Farmasi ISTN dalam proses
pembelajaran mata kuliah eknologi sediaan semi solod dan liquid. Makalah
ini juga dapat melengkapi dan menambah wawasan Mahasiswa S1-Farmasi
ISTN mengenai suspensi obat cacing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antelmintik
Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk membrantas atau
mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Sebagian besar obat cacing
efektif terhadap satu macam kelompok cacing. Obat-obat penyakit cacing diantaranya :
Mebendazol, Tiabendazol, Albendazol, Praziquante, Piperazin, Dietilkarbamazin,
Niklosamida, Pirantel, Oksantel, Levamisol dan Ivermectin.
Albendazole merupakan anthelmintik yang berfingsi mencegah larva cacing
tumbuh atau berkembang biak di dalam tubuh. Albendazole digunakan untuk mengobati
infeksi tertentu yang disebabkan oleh cacing seperti cacing pita babi dan cacing pita
anjing. [2] Nama IUPAC-nya adalah Metil [5- (propylthio) -1H-benzoimidazol-2-yl]
karbamat. [3] Suspensi oral sekarang sangat banyak digunakan pada anak-anak. Manfaat
lain dalam kasus pembangunan adalah bahwa obat tersebut tidak memerlukan obat
terlarut atau dengan cara lain, kita dapat mengatakan bahwa obat-obatan praktis yang
tidak dapat larut dapat diberikan dengan jenis formulasi ini. [4]
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat
antimikroba yang sesuai untuk melindungi kontaminasi bakteri, ragi dan jamur seperti yang tertera
pada Emulsi dengan beberapa pertimbangan penggunaan pengawet antimikroba juga berlaku untuk
suspensi. Sesuai sifatnya, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat mengendap pada dasar
wadah bila didiamkan. Pengendapan seperti ini dapat mempermudah pengerasan dan pemadatan
sehingga sulit terdispersi kembali, walaupun dengan pengocokan. Untuk
mengatasi masalah tersebut, dapat ditambahkan zat yang sesuai untuk meningkatkan
kekentalan dan bentuk gel suspensi seperti tanah liat, surfaktan, poliol, polimer atau gula.
Yang sangat penting adalah bahwa suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan untuk
menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa, hingga menjamin
keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Suspensi oral Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk
penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk
dalam kategori ini.
Suspensi topikal Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa
suspensi yang diberi etiket sebagai Lotio termasuk dalam kategori ini.
Suspensi tetes telinga Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-
partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
Kerugian Suspensi
Keseragaman dan keakuratan dari dosis saat sediaan digunakan untuk
pengobatan kurang juka dibandingkan tablet atau kapsul
Pengendapan yang kompak menyebabkan masalah dimana tidak mudah untuk
dilarutkan
Produknya cair dan relative massanya berat.
Keefektifan dari formulasi dan suspense secara farmasetik bagus biasanya
sulit untuk dicapai dari sediaan tablet/kapsul pada obat yang sama
Suatu suspensi yang dapat diterima mempunyai kualitas tertentu yang diinginkan:
Untuk cairan obat luar, produk tersebut harus cukup cair sehingga dapat tersebar
dengan mudah ke seluruh daerah yang sedang diobati tetapi juga tidak boleh
sedemikian mudah bergerak sehingga gampang hilang dari permukaan dimana
obat tersebut digunakan.
Cairan tersebut dapat kering dengan cepat dan membentuk suatu lapisan
pelindung yang elastis sehingga tidak akan mudah terhapus, juga harus
mempunyai warna dan bau yang nyaman.
Stabilitas suspensi adalah kondisi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan
mereka tetap terdispersi merata atau sisa partikel tetap mengendap, mereka mudah
terdispersi kembali dengan pengocokan yang ringan. Faktor faktor yang
mempengaruhi kestabilan suspensi adalah :
1. Ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)
diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang.
4. Sifat/muatan partikel
A. Zat Aktif
Zat aktif yang digunakan dalam pembuatan sediaan suspensi adalah zat aktif
yang sukar atau tidak larut didalam air. Contoh zat aktif yang sering
digunakan:
B. Zat Pensuspensi (Suspending Agent)
Sebaik nya zat pensuspensi memiliki sifat mudah terdisfersi kembali dengan
pengocokan ringan. Contoh zat pensuspensi :
1) Berasal dari Alam
Polisakarida
a. Gom Arab : Kurang efektif, karena dibutuhkan dalam jumlah besar
b. Na. Alginat : Mempunyai kekentalan yang stabil di dalam air pada pH 4
10. Kadar yang biasa digunakan adalah 1 %.
c. Pektin : Pektin biasa digunakn bersama sama denga gom arab dengan
kadar 0,1 gr/gr gom arab.
d. Tragacant : Dalam suspensi digunakan dalam kadar 0,2 %. pH stabil
adalah 4 7,5. Pengawet yang biasa digunakan kloroform, nipagin,
nipasol.
e. Amylum : Jika tidak dikatakan lain, dalam suspensi amylum digunakan
dengan kadar 2% (amylum dilarutkan dengan air sama banyak)
Tanah Liat
a. Bentonit : Kadar nya dalam suspensi 2 % dan untuk bentonit magma 5 %
b. Veegum : Kadar dalam sediaan suspensi adalah 0,5 2 %
2) Semi Sintesis
3) Sintesis
a. Karbomer
b. Colloidal Silikon Dooxyda
C. Zat Tambahan
Zat tambahan dipilih berdasarkan kesesuaian sifat sifat nya dengan zat aktif.
Jenis zat tambahan yang biasa digunakan dalam bentuk sediaan suspensi adalah
:
- Penambah rasa - Pengawet
- Penambah bau - Pembasah
- Penambah warna - Antimikroba
- Dapar - Pengikat
- Dan lain lain.
D. Zat Pembawa
Zat pembawa atau pelarut, umum nya jika tidak dikatakan lain adalah aqua
destilasi.
Deflokulasi :
Flokulasi :
4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah
terdispersi kembali seperti semula
Formulasi suspensi
Evaluasi Kimia
1. Penetapan Kadar
Penetapan kadar dilakukan dengan metode KCKT
2. Identifikasi
Untuk identifikasi diperlukan suatu larutan yang mengandung setara dengan 4 mg
ampisilin dengan penambahan asam klorida 0,1 N pada sejumlah ampisilin untuk
suspensi oral.
3. pH dan BJ
Evaluasi Mikrobiologi
1. Cemaran (bilangan mikroba), untuk zat tambahan alami
2. Potensi : untuk zat aktif antibiotic
ALBENDAZOL
Albendazole
Albendazol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,C 12H15N3O2S,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Kelarutan Larut dalam asam format anhidrat; sangat sukar larut dalam eter dan dalam metilen
klorida; praktis tidak larut dalam etanol dan dalam air.
Gliserin
Pemerian : - Warna : putih
- Rasa : Rasa tawar seperti lendir
- Bau : Hampir tidak berbau
- Bentuk : Butir, bentuk bulat (bulat telur)
Kelarutan :
- Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol 95 %
- praktis tidak larut dalam kloroform dalam eter dan dalam minyak lemak dan dalam minyak
menguap.
Titik lebur : 18 0C
Titik didih : 290 0C
Massa molekular : 92,09382g/mol
Bobot jenis : 1,261 g/ml
pH larutan :7
Stabilitas :
- Terhadap udara : Higroskopik dengan adanya udara dari luar (mudah teroksidasi)
- Terhadap panas : mudah terdekomposisi dengan adanya pemanasan, mengkristal dalam
suhu rendah, kristal tidak akan mencair sampai dengan suhu 20 0C akan timbul ledakan jika
dicampur dengan bahan teroksidasi.
Inkompatibilitas :
- seperti kromium trioksid, kalium horat, atau kalium permanganat.
- Berubah warna menjadi hitam dengan adanya cahaya atau setelah kontak dengan ZnO dan
bisulfat.
- Gliserin + kontaminan yang mengandung logam akan berubah warna dengan penambahan
fenol salisilat dan tanin.
- Asam borat membentuk kompleks gliseroborik acid (lebih kuat dari pada asam borat)
Sukrosa
Pemerian : - Warna : putih tidak berwarna
- Rasa : manis
- Bau : tidak berbau
- Bentuk : masa hablur atau berbentuk kubus, serbuk hablur
Kelarutan :
- Sangat mudah larut dalam air
- Lebih mudah larut dalam air mendidih
- Sukar larut dalam etanol
- Tidak larut dalam kloroform dan eter
Titik lebur : 160-1860 C
Masa molekular/ukuran partikel : 342,30 gr/mol
pKa : 12,62
Bobot jenis : 1,6 gr/ml atau 1,6 gr/cm3
Stabilitas :
- panas : suhu > 1600 C dapat teroksidasi
- udara : lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
Inkompatibilitas : logam berat, dapat mendegradasi zat
sumber :
- Handbook Of Pharmaceutical Exipent hal. 622-624
- Farmakope Indonesia Edisi IV hal. 762
Pemerian : Serbuk atau hablur, putih atau kuning pucat, bau lemah dank has.
Struktur Molekul :
Kelarutan :
Larutan berkabut
ASAM SITRAT
Citric Acid
C6H8O7 BM 192,13
Asam Sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat. Mengandung tidak
kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5%, C6H8O7, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus; putih; tidak
berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; agak sukar larut dalam eter.
NATRIUM SITRAT
Sodium Citrate
CH2(COONa)C(OH)(COONa)CH2COONa
Natrium Sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung dua molekul air berbentuk hidrat,
mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C6H 5Na3O7, dihitung terhadap
zat anhidrat.
Kelarutan Dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih;
tidak larut dalam etanol.
ASAM ASETAT
Acetic Acid
CH3COOH
C2H4O2 BM 60,05
Asam Asetat mengandung tidak kurang dari 36,0% dan tidak lebih dari 37,0% b/b C 2H4O2.
Pemerian Cairan; jernih tidak berwana; bau khas, menusuk; rasa asam yang tajam.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan etanol dan dengan gliserol.
NATRIUM BENZOAT
Sodium Benzoate
C6H5COONa
C7H5NaO2 BM 144,11
Natrium Benzoat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C 7H5NaO2,
dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian Granul atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; stabil di
udara.
Kelarutan Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam
etanol 90%.
NATRIUM SITRAT
Sodium Citrate
CH2(COONa)C(OH)(COONa)CH2COONa
Natrium Sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung dua molekul air berbentuk hidrat,
mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C6H 5Na3O7, dihitung terhadap
zat anhidrat.
Kelarutan Dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih;
tidak larut dalam etanol.
METILPARABEN
C8H8O3 BM 152,15
Metilparaben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C 8H8O 3, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih: tidak berbau atau berbau khas
lemah; sedikit rasa terbakar.
Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut
dalam etanol dan dalam eter.
-
3 Tambahan
Dapar sodium citrate, Glacial acetic As. Sitrat
citric acid acid (ml)
Corigensia
Co-Solvent Glyserin 3%
Zat Tambahan
Lain
- antifoam
-anticaking
-antioksidan
-flock agent
4 Pembawa Base purified up to Aquadest ad Water (ml) Water purified Air ad 100%
100% 100% 10 up to 100%
METODELOGI
Alat
Timbangan Analitik
Mortir dan Stamper
Kertas Perkamen
Gelas Ukur
Erlenmeyer
Kaca Arloji
Sudip
Sendok tanduk
Spatel Logam
Batang Pengaduk
Bahan
Albendazole
Na. CMC
As. Sitrat
Asam Benzoat
Glyserin
Sorbitol 70 %
Sunset Yellow
Essens Citrus
Aq Dest
Cara Pembuatan
1) Masukkan asam sitrat dan Asam benzoat kedalam Erlenmeyer tambahkan aq dest qs,
kocok ad larut, (M1)
PENUTUPAN
1. Kesimpulan
2. Saran