Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

BENTUK SEDIAAN OBAT


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah farmasetika lanjut

Disusun oleh:

Dea Yuniar

P17335119007

1A

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulisan
makalah Farmasetika Lanjut dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusunan makalah ini sebagai salah satu bentuk latihan untuk menghadapi
pembuatan karya tulis yang akan mendatang dan juga melatih tingkat pengembangan
pendapat dan penggunaan bahasa indonesia yang lebih baik lagi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini
sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pada pembaca pada umumya.
Atas perhatian dan kerjasamanya panulis ucapkan terima kasih.

Banyuasin, 15 Juni 2020


Penyusun,

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... I
DAFTAR ISI........................................................................................................ II
1. SEDIAAN TABLET......................................................................................... 1
1.1. Pengertian.....................................................................................................1
1.2. Macam-macam Sediaan Tablet.................................................................... 1
2. SEDIAAN SUPPOSITORIA DAN ENEMA.................................................. 3
2.1. Pengertian.....................................................................................................3
2.2. Macam-macam Suppositoria dan Enema..................................................... 3
2.3. Contoh obat supositoria dan enema yang beredar di pasaran...................... 4
2.4. Cara penggunaan sediaan Supositoria..........................................................4
2.5. Cara penggunaan sediaan Enema................................................................. 5
3. SEDIAAN LARUTAN (ORAL DAN TOPIKAL)......................................... 5
3.1. Pengertian.....................................................................................................5
3.2. Macam-macam Sediaan Larutan berdasarkan cara pemberian.................... 6
3.3. Cara Penggunaan sediaan larutan oral........................................................10
4. SEDIAAN EMULSI (ORAL DAN TOPIKAL)........................................... 10
4.1. Pengertian...................................................................................................10
4.2. Macam-macam Sediaan Emulsi................................................................. 11
4.3. Macam-macam Sediaan Emulsi berdasarkan cara penggunaannya........... 11
5. SEDIAAN SUSPENSI (ORAL DAN TOPIKAL)........................................ 12
5.1. Pengertian...................................................................................................12
5.2. Macam-macam Suspensi............................................................................13
6. SEDIAAN TETES MATA............................................................................. 13
6.1. Pengertian...................................................................................................13
6.2. Macam-macam sediaan tetes mata............................................................. 15
6.3. Cara penggunaan sediaan obat tetes mata.................................................. 15
6.4. Obat tetes telinga yang beredar di pasaran.................................................16
7. SEDIAAN TETES TELINGA....................................................................... 16
7.1. Pengertian...................................................................................................16
7.2. Macam-macam sediaan obat tetes telinga.................................................. 17
7.3. Cara penggunaan tetes telinga....................................................................17
8. SEDIAAN TETES HIDUNG......................................................................... 18

II
8.1. Pengertian...................................................................................................18
8.2. Cara penggunaan obat tetes hidung............................................................19
9. SEDIAAN GARGLE/ MOUTHWASHES................................................... 19
9.1. Pengertian...................................................................................................19
9.2. Macam-macam sediaan gargarisma........................................................... 20
10. SEDIAAN SEMISOLIDA (GEL, KRIM, PASTA)................................... 22
10.1. Pengertian.................................................................................................22
10.2. Macam-macam sediaan semisolida.......................................................... 22
10.3. Cara penggunaan sediaan semisolida (salep)........................................... 25
11. SEDIAAN AEROSOL DAN INHALER.....................................................25
11.1. Pengertian.................................................................................................25
11.2. Macam-macam Aerosol........................................................................... 26
11.3. Macam-macam Inhaler.............................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................30

III
1. SEDIAAN TABLET

1.1. Pengertian

Tablet merupakan sediaan padat dan mengandung bahan obat, dapat dengan
bahan tambahan atau tanpa menambahkan bahan penolong/eksipien, namun pada
topic ini akan disampaikan juga definisi menurut beberapa sumber, yaitu :
a. Tablet adalah sedian padat, dibuat
secara kempa-cetak, berbentuk rata
atau cembung rangkap, umumnya
bulat, mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. (Anief. M 1996)
b. Tablet adalah sediaan padat kompak,
dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua
permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang di gunakan dapat
berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat
pembasah, atau zat lain yang cocok. (FI III, 1997)
c. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. (FI IV, 1995)
d. Tablet dapat di definisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung
satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa eksperimen (yang meningkatkan
mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan
disintegrasi, dan sifat anti lekat dan di buat dengan cara mengempa campuran
serbuk dalam mesin tablet. (Voight, R. 1995.).

1.2. Macam-macam Sediaan Tablet

1. Tablet biasa atau tablet telan. Tablet


jenis ini dibuat tanpa penyalut,
digunakan per oral dengan cara ditelan,
pecah dilambung. 56
Contoh : Bodrex tablet

1
2. Tablet kunyah, bentuknya seperti tablet biasa, cara pakainya dikunyah dulu
dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak pahit.
Contoh : Promag tablet
3. Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles), adalah tablet yang dimaksudkan
untuk pengobatan iritasi lokal atau infeksi mulut atau tenggorokan yang
ditujukan untuk absorbsi sistemik setelah ditelan.
Contoh: Tablet Vitamin C.
4. Tablet larut (effervescent tablet). Tablet
Effervescent adalah tablet yang penggunaannya
dilarutkan terlebih dahulu dalam air kemudian
diminum. Didalam tablet selain zat aktif juga
mengandung campuran asam (asam sitrat, asam
tartrat) dan natrium bikarbonat yang jika
dilarutkan dalam air akan \menghasilkan
karbondioksida. Contohnya Ca-D-Redoxon, tablet
efervesen Supradin.
Contoh : Supradin Effervescent Tablet.
5. Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan berisi
hormon steroid, dimasukkan kebawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit,
kemudian tablet dimasukkan dan kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan dilepas
perlahan-lahan.
Contoh : Disulfiram Tablet Implantations.
6. Tablet hipodermik (hypodermic tablet).
Tablet steril, umumnya berbobot 30 mg,
larut dalam air, digunakan dengan cara
melarutkan kedalam air untuk injeksi
secara aseptik dan disuntikkan dibawah
kulit (subkutan).
Contoh : Placebo
7. Tablet bukal (buccal tablet) digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara
pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa
mulut.
Contoh : Buccastem M Tablet.

2
8. Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah
sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.7
Contoh : Nitrogliserin Tablet.
9. Tablet vaginal atau tablet yang disisipkan dimaksudkan agar dapat larut secara
perlahan lahan dan melepaskan obat yang terkandung didalamnya kerongga
vagina (Lachman, 1994).
Contoh : Canesten

2. SEDIAAN SUPPOSITORIA DAN ENEMA

2.1. Pengertian

Suppositoria adalah sediaan


farmasi bentuk sediaan padat yang
pemakaiannya dengan cara
memasukkan melalui lubang atau
celah pada tubuh, dimana ia akan
melebur, melunak atau melarut,
terdispersi dan memberikan efek
lokal atau sistemik. Suppositoria
adalah sediaan padat dalam berbagai obat dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra (Farmakope
Indonesia Edisi V, 1995).
Enema merupakan sediaan obat berupa larutan
ataupun gel yang dimasukkan kedalam rektum dan colon,
untuk merangsang pengeluaran kotoran (feses)
memberikan efek terapi lokal atau sistemik.

2.2. Macam-macam Suppositoria dan Enema

a. Rektal Suppositoria
Berbentuk ssperti peluru yang digunakan lewat rektal dan anus
b. Vaginal Suppositoria (ovula)
Berbentuk bola lonjong seperti kerucut yang digunakan melalui vagina

3
c. Urethral Suppositoria (bacilla, bougies)
Berbentuk batang panjang sekitar 7 cm - 14 cm digunakan melalui urethra

2.3. Contoh obat supositoria dan enema yang beredar di pasaran

a. Kaltrofen supositoria: untuk menghilangkan nyeri dan radang ( inflamasi )


akibat artitis rheumatoid, osteo artritis, asam urat akut, spondilitis ankilosa.
b. Profenid supositoria: pengobatan artritis reumatoid, osteoartritis, ankylosing
spondylitis, kelainan artikuler & periartikuler akut, fibrositis, spondylitis
servikal, nyeri pinggang, kondisi muskuloskeletal yang terasa nyeri.
c. Dulcolax supositoria : obat pencahar pada sembelit.
d. Profiretix supositoria : pereda rasa sakit, nyeri, panas,
demam
e. Stesolid supositoria: kondisi psikoneurotik (ansietas,
tegang, tidak bisa istiharat). Kondisi psikosomatik
(gangguan otot karena tegang, gangguan tidur,
gangguan GI, masalah jantung). Relaksasi otot pada
kejang (kejang demam & epilepsi). Premedikasi.
f. Boraginol supositoria: obat wasir
g. Tromos supositoria: untuk meredakan demam, nyeri sakit kepala, nyeri sakit
gigi.
h. Dumin supositoria: menghilangkan nyeri pada sakit kepala, sakit gigi,
dismenore (nyeri pada saat haid), nyeri otot dan sendi, masuk angin, flu.
i. Aminofilin supositoria: obat asma
j. Chlorpromazin supositoria: anti muntah
k. Kloral hidrat supositoria: sedatif, hipnotik
l. Kokain, prokain, benzokian supositoria : anestesi lokal.

2.4. Cara penggunaan sediaan Supositoria

1. Cuci tangan terlebih dahulu.


2. Buka pembungkus obat (jangan dibuka jika supositoria terlalu lunak).
3. Jika supositoria terlalu lunak sebaiknya didinginkan dulu dalam kondisi masih
dalam kemasan (masukkan dalam termos pendingin atau dipegang di bawah
aliran air dingin), kemudian setelah agak keras keluarkan dari kemasannya.

4
4. Lembutkan bagian tepi yang mungkin tajam dengan dihangatkan dalam
tangan.
5. Lembabkan supositoria dengan air dingin.
6. Berbaring miring pada salah satu sisi dan tekuk satu lutut ke arah badan dan
angkat lutut (lihat gambar).
7. Masukkan obat kedalam anus secara perlahan dengan bagian yang bulat
terlebih dahulu, dilanjutkan dengan bagian belakangnya.
8. Tetap berbaring selama beberapa menit.
9. Cuci tangan.
10. Usahakan untuk tidak melakukan buang air besar selama 1 jam

2.5. Cara penggunaan sediaan Enema

1. Untuk dewasa
1. Cucilah kedua tangan sebelum menggunakan
2. Buka tutup tube obat, keluarkan sedikit isinya dan lumuri di sekitar pipa
3. Ambil posisi berbaring dengan memeluk guling, masukkan ujung obat ke
dalam anus, lalu pencet hingaa seluruh isi obat masuk ke dalam anus
4. Masih dalam posisi tangan memencet tube, tarik keluar tubenya.
Pertahankan posisi selama 3-5 menit
2. Untuk bayi
1. Untuk bayi digunakan hanya sebagian isi obat
2. Setelah menggunakan, segera dibuang dan jangan menyimpan enema bekas
pakai meskipun belum habis digunakan
3. Cuci tangan kembali setelah menggunakan obat, 1 enema hanya boleh
digunakan untuk 1 orang dalam sekali pemakaian

3. SEDIAAN LARUTAN (ORAL DAN TOPIKAL)

3.1. Pengertian

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zatkimia yang
terlarut (Anonim, 1995). Larutan adalah sediaan cair yangmengandung bahan
kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain untuk larutan (solution)steril yang
digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang terterainjection

5
(Anonim, 1979). Sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarutkecuali
dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling (Anonim, 1979).
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinyadapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. La
rutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute reatif terhadap
jumlah pelarut.Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung
sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent (pelarut)
adalah medium dalamdimana solute terlarut (Baroroh, 2004).

3.2. Macam-macam Sediaan Larutan berdasarkan cara pemberian

1. Larutan Oral
Larutan Oral yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis
atau pewarna yang larut dalam air atau campuran cosolvent-air.
1. Potiones (obat minum)
Potiones adalah solutio yang dimaksudkan
untuk pemakaian dalam (peroral). Selain
berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk
emulsi atau suspensi.
Contoh : Combi, OBH, dll.
2. Sirup
Ada 3 macam sirup yaitu :
a. Sirup simpleks, mengandung 65 % gula
dalam larutan nipagin 0,25 % b/v.
b. Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis
obat dengan atau tanpa zat tambahan digunakan
untuk pengobatan.
c. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi
mengandung zat pewangi atau penyedap lain.
Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup
rasa atau bau obat yang tidak enak.
Contoh : Ambril Sirup

6
3. Elixir
Adalah sediaan larutan yang
mengandung bahan obat dan bahan
tambahan (pemanis, pengawet, pewarna dan
pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa
yang sedap dan sebagai pelarut digunakan
campuran air – etanol. Etanol berfungsi
mempertinggi kelarutan obat pada elixir
dapat pula ditmbahkan glicerol, sorbitol
atau propilenglikol. Sedangkan untuk
pengganti gula bisa digunakan sirup gula.
Contoh : Bisolvon
4. Netralisasi, saturatio dan potio effervescent.
a. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian
asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral.
Contohnya : solutio citratis magnesici, amygdalas ammonicus.
b. Saturatio adalah Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam
dengan basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan
jenuh dengan gas.
c. Potio effervescent adalah Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.
Contoh : Cdr, Redoxon, dll.
5. Guttae (drops)
Guttae / obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau
suspensi, apabila tidak dinyatakan lain maka dimaksudkan untuk obat dalam.
2. Larutan Topikal
Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air
tetapi seringkali juga pelarut lain, misalnya etanol untuk
penggunaan topikal pada kulit dan untuk penggunaan topikal
pada mukosa mulut. Larutan topikal yang berupa suspensi disebut
lotio. Sediaan-sediaan termasuk larutan topikal :
1. Collyrium
Collyrium adalah sediaan berupa larutan steril, jernih,
bebas pirogen, isotonis, digunakan untuk membersihkan mata.
Dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.

7
Contoh : Y-rins
2. Guttae Ophthalmicae
Tetes mata adalah larutan steril
bebas partikel asing merupakan sediaan
yang dibuat dan dikemas sedemikian
rupa hingga sesuai digunakan pada mata.
Tetes mata juga tersedia dalam bentuk
suspensi, partikel halus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan
iritasi atau goresan pada kornea.
Contoh : Rohto.
3. Gargarisma
Gargarisma / obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya
dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan.
Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi
tenggorokan.
Contohnya : Betadin gargle.
4. Guttae Oris
Tetes mulut adalah Obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara
mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumur, tidak untuk
ditelan.
Contoh : ProPolis SM
5. Guttae Nasalis
Tetes hidung adalah obat yang
digunakan untuk hidung dengan cara
meneteskan obat kedalam rongga hidung,
dapat mengandung zat pensuspensi,
pendapar dan pengawet. Minyak lemak atau
minyak mineral tidak boleh digunakan
sebagai cairan pembawa.
Contoh : Otrivin

8
6. Inhalation
Sediaan yang dimaksudkan untuk
disedot oleh hidung atau mulut, atau
disemprotkan dalam bentuk kabut
kedalam saluran pernafasan. Tetesan
butiran kabut harus seragam dan sangat
halus sehingga dapat mencapai
bronkhioli.
Contoh : Salmeterol, Salbutamol,
Teofilin, Aminofilin, dll.
7. Injectiones / Obat suntik
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir.
Contoh : Zycortal
8. Lavement / Enema / Clysma
Cairan yang pemakaiannya per
rectum / colon yang gunanya untuk
membersihkan atau menghasilkan
efek terapi setempat atau sistemik.
Enema yang digunakan untuk
membersihkan atau penolong pada
sembelit atau pembersih feces
sebelum operasi, tidak boleh
mengandung zat lendir. Selain untuk
membersihkan enema juga berfungsi sebagai karminativa, emolient,
diagnostic, sedativa, anthelmintic dan lain-lain.
Contoh : Fleet Enema
9. Douche
Douche adalah larutan dalam air yang
dimaksudkan dengan suatu alat kedalam vagina,
baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan.
Karena larutan ini mengandung bahan obat atau

9
antiseptik.
Contoh : Betadin Vagina Douche.

10. Epithema / Obat kompres


Epithema adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin
pada tempat-tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan
sifat perbedaan tekanan osmose digunakan untuk mngeringkan luka
bernanah.
Contoh : Rivanol.
11. Litus Oris
Oles bibir adalah cairan agak kental dan
pemakaiannya secara disapukan dalam mulut. Contoh
larutan 10 % Borax dalam gliserin.
Contoh : Gentian Violet

3.3. Cara Penggunaan sediaan larutan oral

1. Obat jenis ini paling baik diminum bersama dengan satu gelas air putih
2. Perhatikan waktu minum (sebelum, bersamaan, atau sesudah makan)
3. Apabila obat dalam bentuk cair, kocak terlebih dahulu dan gunakansendok
takar (perhatikan jumlah yang harus diminum)
4. Dilrang minum obat dengan teh, kopi, dan buah bersamaan

4. SEDIAAN EMULSI (ORAL DAN TOPIKAL)

4.1. Pengertian

Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak mau
bercampur, biasanya air dan minyak dimana cairan satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini
akan bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang
terpisah. Flavor dan pengawet yang berada dalam fase air yang mungkin larut
dalam minyak harus dalam kadar yang cukup untuk memenuhi yang diinginkan.
Emulgator merupakan komponen yang penting untuk memperoleh emulsi yang
stabil (Anief, 1993).

10
Emulsi adalah campuran dari dua cairan
yang biasanya tidak bergabung, seperti
minyak dan air. Perlu ditambahkan zat
tertentu yang bertindak sebagai pengemulsi,
yang dapat membantu dua cairan dapat
bercampur secara homogen dan stabil .
Menurut farmakope edisi IV Emulsi adalah
sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam
bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan
zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent).

4.2. Macam-macam Sediaan Emulsi

1. Emulsi alam/emulsi vera


Emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air.
Emulgator yang dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.
2. Emulsi buatan/emulsi spuria
Pembuatan emulsi dari Oleum olivarum, Oleum anisi, dan Eugenol
oil dengan penambahan gom arab, tragacanth dan kuning telur. Merupakan
emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar.

4.3. Macam-macam Sediaan Emulsi berdasarkan cara penggunaannya

1. Oral
Umumnya Emulsi tipe o/w karena rasa dan bau minyak yang tidak enak
dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah keci dan terbagi dalam
tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna
Contoh : Scott Emulsion, Curcuma Plus, Curvit
2. Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak
faktor, misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang
dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan
tujuan menghasilkan efek lokal.
Contoh : Dermacare Emollient Cream

11
3. Injeksi
Sediaan steril berupa
larutan, emulsi atau
suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau
disuspensika terlebih
dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan secara
merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir.
Contoh : Vitamin A
(Syamsuni, A. 2006)

5. SEDIAAN SUSPENSI (ORAL DAN TOPIKAL)

5.1. Pengertian

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung


partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase
cair. Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu
suspensi yang siap digunakan atau suspensi yang
direkonstitusikan dengan sejumlah air atau pelarut lain
yang sesuai sebelum digunakan. Jenis produk ini
umumnya campuran serbuk yang mengandung obat
dan bahan pensuspensi yang dengan melarutkan dan
pengocokan dalam sejumlah cairan pembawa
(biasanya air murni) menghasilkan bentuk suspensi
yang cocok untuk diberikan.
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung
partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma
yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral (Farmakope Indonesia IV,
1995)

12
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari
obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama
berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang
harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan (Fornas Edisi 2, 1978)
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispers terdiri dari partikel kecil yang
dikenal sebagai fase dispers, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau
medium dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan
bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi atau suspending agent.

5.2. Macam-macam Suspensi

1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam
bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai, yang ditujukan untuk penggunaan oral.
Contoh : Suspensi Amoksisilin
2. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam
bentuk halus yang terdispersi dalam cairan pembawa cair yang di tunjukkan
untuk penggunaan kulit.
Contoh : Lotion
3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair
yang mengandung partikel-partikel halus
yang ditunjukan untuk di teteskan pada
telinga bagian luar.
Contoh : Santadex

6. SEDIAAN TETES MATA

6.1. Pengertian

Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan pada
mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak
mata atau bola mata. Menurut Scoville’s, Larutan mata merupakan cairan steril

13
atau larutan berminyak dari alkaloid, garamgaram alkaloid, antibiotik atau
bahan-bahan lain yang ditujukan untuk dimasukkan kedalam mata. Ketika cairan,
larutan harus isotonis larutan mata digunakan untuk antibakterial, anestetik,
midriatik, miotik atau maksud diagnosa larutan ini disebut juga tetes mata dan
collyria (singular collyrium).
Tetes mata adalah suatu sediaan steril yang
mengandung air maupun minyak harus bebas
dari partikel asing baik dalam bentuk alkalk
atau garamnya atau bahan lain, digunakan
dengan cara meneteskan pada konjungtiva mata
dengan memperhatikan stabilitasnya.
Obat tetes mata (guttae ophthalmicae)
adalah sediaan steril berupa larutan atau
suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata,
disekitar kelopak mata dan bola mata. Dimaksudkan untuk obat dalam mata atau
obat luar mata, diteteskan dengan menggunakan penetes yang menghasikan
penetes setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku dalam Farmakope
Indonesia.
Obat tetes mata digunakan pada mata sebagai efek diagnostik dan terapeutik
lokal. maka obatnya harus stabil secara kimia, harus mempunyai aktivitas terapi
yang optimal, harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada
mata, harus jernih, harus bebas mikroorganisme yang hidup dan tetap demikian
selama penyimpan yang diperlukan.
Akhir-akhir ini pengobatan dengan penyisipan dan meresapkan obat ke
dalam mata telah dikembangkan untuk memberikan pelepasan obat secara
terus-menerus. Penyisipan obat ini mempunyai kegunaan khusus pada
obat-obatan yang pemberiannya diperlukan sepanjang hari. Karena kapasitas
mata untuk menahan atau menyimpan cairan dan salep terbatas, pada umumnya
obat mata diberikan dalam volume yang kecil. Preparat cairan sering dibentuk
dalam bentuk sediaan tetes dan salep dengan mengoleskan salep yang tipis pada
pelupuk mata.

14
6.2. Macam-macam sediaan tetes mata

1. Tetes mata.
larutan dalam air, minyak atau suspensi yang digunakan dengan cara
meneteskan kedalam konjunctiva.
2. Obat cuci mata (Collyria = Balnea Ophthalmica).
Yaitu larutan dalam air yang digunakan untuk membersihkan mata. Salaf mata
(Occulenta = Ungt. Ophthalmica).Yaitu salep-salep steril dengan konsistensi
lunak dan digunakan pada mata.
3. Lamellae.
Yaitu lempengan-lempengan tipis segi empat atau bundar, terbuat dari gelatin
atau dasar-dasar sintetis yang berisi bahan berkhasiat, yang digunakan pada
kelopak mata (augenlide).
4. Inserte (= Occusert).
Berupa lempengan tipis berpori, terbuat dari material innert, mengandung
bahan obat yang larut dengan adanya cairan mata secara perlahan,seteklah
semua obat larut pembungkusnya diangkat dari mata.
5. Lidsalben.
Salep mata lunak, yang biasa digunakan pada bagian luar kelopak mata.
6. Contaclens solution.
Yaitu larutan air yang digunakan sebagai lubrican, pencuci dan pembasah
kontak lensa.( Kontak lensa terbuat dari polymethylmethacrilate)kontak lensa
ada yang keras dan yang lunak.

6.3. Cara penggunaan sediaan obat tetes mata

1. Obat ini termasuk obat steril, maka untuk mencegah kontaminasi, ujung
wadah obat jangan terkena permukaan lain dan tutup rapat setelah digunakan
2. Dimulai dengan mencuci kedua tangan,menengadahkan kepala, lalu menarik
kelopak bagian bawah mata yang sakit
3. Lalu teteskan/ oleskan pada bagian kantung mata (jangan sentuhkan bagian
ujung obat dengan mata). tutup mata selama 1-2 menit dengan menekan
pangkal hidung setelah itu, kedip-kedipkan mata agar obat merata
4. Setelah dgunakan, tutp obat dengan rapat dan cuci tangan kembali. Obat yang
telah terbuka dan dipakai dengan bentuk sediaan single dose maksimal

15
digunakan 24 jam (1 hari) setelah dibuka. Jangan gunakan 1 obat tetes mata
untuk lebih dari 1 orang

6.4. Obat tetes telinga yang beredar di pasaran

1. Tetes mata rohto


2. Allegan refresh
3. Tetes mata insyo
4. Blink contacts
5. Tets mata sante
6. Tetes mata visine

7. SEDIAAN TETES TELINGA

7.1. Pengertian

Menurut FI III, Guttae Auriculares,


tetes telinga adalah obat tetes yang
digunakan untuk telinga dengan cara
meneteskan obat ke dalam telinga.
Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga
dibuat menggunakan cairan
pembawa bukan air. Menurut Ansel :
567 Tetes telinga adalah bentuk
larutan, suspensi atau salep yang
digunakan pada telinga dengan cara
diteteskan atau dimasukkan dalam
jumlah kecil ke dalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin
telinga) atau untuk mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit.
Menurut King dalam buku Dispensing of Medication: Tetes telinga adalah
sediaan obat yang dimasukkan ke dalam saluran telinga, yang dimaksudkan
untuk efek lokal, dimana bahan – bahan obat tersebut dapat berupa anestetik
lokal, peroksida, bahan – bahan antibakteri dan fungisida, yang berbentuk larutan,
digunakan untuk membersihkan, menghangatkan, atau mengeringkan telinga
bagian luar.

16
7.2. Macam-macam sediaan obat tetes telinga

1. Obat yan mengandung bahan berbasis untuk memecah kotoran telinga


2. Obat yang mengandung alkohol dan larutan asam asetat untuk mencegah
radang telinga luar
3. Obat yang mengandung antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri pada
telinga
4. Obat yang mengandung anestesi untuk membantu mengatasi rasa sakit pada
telinga yang terinfeksi
Obat yang beredar di pasaran :
1. Otopain
2. Colme
3. Erlamycetin
4. Vital ear

7.3. Cara penggunaan tetes telinga

(Meminta orang lain untuk membantu menggunakan tetes telinga ini akan
membuat prosedur menjadi lebih mudah)
1. Bersihkan telingam dengan kapas wajah yang basah kemudian keringkan.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air
3. Hangatkan tetes telinga mendekati suhu tubuh dengan cara memegang
wadahnya dalam tangan selama beberapa menit
4. Jika tetes telinga merupakan suspensi yang berkabut, kocok botol dengan baik
selama 10 detik
5. Periksa ujung penetes untuk meyakinkan bahwa tidak pecah atau retak
6. Tarik obat ke dalam penetes
7. Miringkan telinga yang terinfeksi ke atas atau ke samping
8. Hindari menyentuh ujung penetes pada telinga atau apapun, tetes telinga dan
penetesnya harus tetap terjaga bersih
9. Teteskan sejumlah yang benar ke telinga. Kemudian tarik penetesnya dari
telinga agar tetesannya dapat turun ke saluran telinga.
10. Tahan agar telinga tetap miring selama beberapa menit atau masukkan kapas
telinga yang lembut ke dalam telinga.
11. Letakkan kembali penetesnya pada botol dan tutup kencang penutupnya.

17
12. Cuci tangan untuk menghilangkan bahan-bahan obat yang mungkin ada.

8. SEDIAAN TETES HIDUNG

8.1. Pengertian

Sediaan hidung adalah cairan, semisolid atau sediaan padat yang digunakan
pada rongga hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau lokal. Berisi satu
atau lebih bahan aktif. Sediaan hidung sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak
memberi pengaruh yang negatif pada fungsi mukosa hidung dan cilianya.
Sediaan hidung mengandung air pada umumnya isotonik dan mungkin berisi
excipients, sebagai contoh, untuk
melakukan penyesuaian sifat merekat
untuk sediaan, untuk melakukan
penyesuaian atau stabilisasi pH, untuk
meningkatkan kelarutan bahan aktif,
atau kestabilan sediaan itu.
Menurut FI IV : Tetes hidung
adalah Obat tetes hidung (OTH) adalah
obat tetes yang digunakan untuk hidung
dengan cara meneteskan obat kedalam
rongga hidung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Menurut British Pharmakope 2001 Tetes hidung dan larutan spray hidung
adalah larutan, suspensi atau emulsi yang digunakan untuk disemprotkan atau
diteteskan ke dalam rongga hidung.
Sejarah dahulu sediaan untuk hidung ini dinamakan Collunaria, yang
mengandung bermacam-macam jenis minyak sebagai pembawa. Kemudian
berkembang pengetahuan bahwa meneteskan minyak ke dalam rongga hidung
mungkin berbahaya, maka kemudian digunakan cairan berair sebagai pembawa.
Pada tahun-tahun terakhir berkembang bahwa cairan pembawa harus isotonis dan
ditambahkan pengawet dan tidak mempengaruhi pergerakan cilia pada hidung.

18
8.2. Cara penggunaan obat tetes hidung

1. Cuci kedua tangan terlebih dahulu


2. Bersihkan hidung
3. Berbaring dan menengadahkan kepala hingga dagu menghadap ke atas
4. Teteskan obat pada lubang hidung, tahan posisi kepala selama 2-3 menit
5. Bersihkan ujung tetes hidung dengan air panas dan lap dengan tisu
6. Jangan gunakan 1 obat untuk lebih dari 1 orang

9. SEDIAAN GARGLE/ MOUTHWASHES

9.1. Pengertian

Gargarisma atau obat kumur adalah


sediaan berupa larutan umumnya dalam
keadaan pekat yang harus diencerkan
dahulu sebelum digunakan. Obat kumur
(Gargarisma) menurut FI III adalah
sediaan berupa larutan umumnya pekat
yang harus diencerkan terlebih dahulu
sebelum digunakan, dimaksudkan untuk
digunakan pencegahan atau pengobatan
infeksi tenggorokan. Obat kumur adalah
larutan yang biasanya mengandung
bahan penyegar nafas, astrigen, demulsen, atau surfaktan atau antibakteri untuk
menyegarkan dan pembersihan saluran pernapasan yang pemakaiannya dengan
berkumur (Backer, 1990).
Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan, umumnya
dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan.
Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi
tenggorokan atau jalan nafas.
Tujuan utama penggunaan obat kumur adalah agar obat yang terkandung di
dalamnya dapat langsung terkena selaput nlendir sepanjang tenggorokan. Obat
tidak dimaksudkan untuk menjadi pelindung selaput lendir. Maka dari itu bahan
obat yang bersifat lendir dan minyak yang memerlukan zat pensuspensi tidak

19
sesuai dimasukkan dalam obat kumur.
Penyimpanan obat kumur dalam dah botol berwarna susu atau wadah lain
yang cocok. Penandaan pada etiket harus tertera :
1. Petunjuk pengenceran sebelum digunakan
2. Tanda yang jelas “ Hanya untuk kumur, tidak ditelan “
Obat kumur dalam penggunaannya dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Sebagai kosmetik, hanya membersihkan, menyegarkan, dan atau
menghilangkan bau mulut
2. Sebagai terapeutik, untuk perawatan penyakit pada mukosa atau ginggiva,
pencegahan karies gigi atau pengobatan infeksi saluran pernafasan
3. Sebagai kosmetik dan terapeutik

9.2. Macam-macam sediaan gargarisma

1. Obat kumur chlorhexidine


Chlorhexidine adalah obat kumur yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah bakteri di mulut
dan mengatasi peradangan pada gusi atau gingivitis.
Chlorhexidine hanya dapat diperoleh melalui resep
dokter. Jika terlalu sering digunakan atau digunakan
di luar anjuran dokter, obat kumur ini dapat
menimbulkan efek samping berupa iritasi mulut,
mulut kering, gangguan indra pengecapan,
terbentuknya plak gigi, dan perubahan warna gigi.
Contoh :Minosep
2. Obat kumur hidrogen peroksida
Hidrogen peroksida merupakan zat yang banyak digunakan dalam
produk pembersih. Selain itu, zat yang memiliki sifat antibakteri ini juga aman
digunakan sebagai obat kumur sakit gigi, selama konsentrasinya hanya 1-3
persen.
Meski demikian, obat kumur dengan kandungan hidrogen peroksida
memiliki efek samping berupa kerusakan jaringan pulpa dan saraf gigi. Oleh

20
karena itu, penggunaan obat kumur sakit gigi yang
mengandung hidrogen peroksida sebaiknya dilakukan
berdasarkan anjuran dokter. Contoh : Listerine.
3. Obat kumur fluoride
Kebanyakan obat kumur sakit gigi yang
beredar di pasaran mengandung fluoride sebagai
bahan aktifnya. Fluoride terbukti efektif
memperkuat gigi dan mencegah gigi
berlubang akibat zat asam atau bakteri. Karena
kegunaannya tersebut, obat kumur fluoride baik
digunakan oleh orang yang berisiko mengalami
pembentukan karang gigi, seperti lansia dan orang yang kurang merawat
kesehatan gigi.
Selain itu, pengguna kawat gigi, gigi palsu, dan penderita mulut kering,
juga dianjurkan berkumur dengan obat kumur fluoride atas petunjuk dokter.
Meski jarang terjadi, obat kumur sakit gigi yang mengandung fluoride dapat
menyebabkan efek samping berupa iritasi pada mulut dan gusi jika digunakan
berlebihan. Obat ini juga tidak disarankan untuk digunakan oleh anak-anak di
bawah usia 7 tahun.
4. Obat kumur herbal
Ada banyak jenis tanaman herbal yang sering
digunakan sebagai obat kumur untuk sakit gigi.
Beberapa contoh tanaman tersebut antara lain
cengkeh, daun sirih, lidah buaya, jahe,
dan peppermint.
Seperti namanya, obat kumur herbal
mengandung zat tertentu atau minyak
esensial yang diekstrak dari
tumbuh-tumbuhan. Beberapa kandungan zat
dari tanaman herbal tersebut bersifat
antiradang dan antibakteri, sehingga banyak
digunakan sebagai obat kumur sakit gigi serta
obat kumut untuk menjaga kesehatan gigi dan
mulut.

21
Perawatan gigi yang baik dimulai dari menyikat gigi 2 kali sehari, diikuti
dengan flossing (membersihkan sela gigi dengan benang gigi), lalu dilanjutkan
dengan berkumur menggunakan obat kumur. Saat memilih obat kumur untuk
sakit gigi, sebisa mungkin hindari obat kumur yang mengandung alkohol.

10. SEDIAAN SEMISOLIDA (GEL, KRIM, PASTA)

10.1. Pengertian

Sediaan semisolid adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk tujuan
pengobatan topikal melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat bervariasi
tergantung bahan pembawa (basis) yang digunakan.
Sediaan semi solida meliputi satu kelompok yang diaplikasikan pada kulit atau
pada membran mukosa. Termasuk sediaan semisolid yaitu salep, krim, gel, dan
pasta.

10.2. Macam-macam sediaan semisolida

1. Salep
Salep (unguenta) adalah sediaan semisolid yang ditujukan untuk
pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir (Farmakope Indonesia Edisi
IV). Tujuan pembuatan salep yaitu pengobatan lokal pada kulit, melindungi
kulit (pada luka agar tidak terinfeksi), dan melembabkan kulit.
Contoh : Borraginol, Kalmicetine, dll.
Macam – Macam Salep
1. Salep berlemak
Senyawa hidrokarbon dan
malam juga dianggap termasuk
lemak.
2. Salep Pendingin
Suatu salep yang
mengadung tetes air yang
relatif besar. Pada pemakaian
pada kulit, tetes air akan menguap dan menyerap panas badan yang
mengakibatkan rasa sejuk.

22
3. Mikstur gojog
Suatu bentuk suspensi dari zat padat dalam cairan, biasanya terdiri air,
glycerinum dan alkohol. Mikstur gojog biasanya mengandung 60%
cairan.wadah yang digunakan adalah botol mulut lebar, sebelum dipakai
digojog dulu.sebagai pensuspensi digunakan bentonit.
2. Krim (Cream)
Krim (cream) adalah
sediaan semi solid yang
mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasasr
yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan
untuk sediaan setengah padat
yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air
dalam minyak atau minyak dalam air. Krim dapat digunakan untuk
pemberian obat, melalui vaginal (Farmakope Indonesia Edisi IV).
Contoh : Garamycin, Miconazole,dll.
Jenis-jenis Krim:
1. Krim Pendingin
Pelembab yang karena kandungan airnya menguap secara lambat
menimbulkan rasa dingin pada kulit. Biasanya bentuk sediaannya air
dalam minyak namun tidak terlalu lunak dan tidak terlalu lengket, berisi
bees-wax, mineral oil, paraffin, dan spermaceti.
2. Krim Vitamin
Mengandung Vitamin B kompleks, Asam Pantotenat, Vitamin E,
Vitamin A,C,D. Kegunaan permeabilitas kulit yang rendah dan jauh
kurang efisien dibanding bila diberikan per oral.
3. Krim Urut
Ditujukan untuk memperbaiki kulit yang rusak dan meninggalkan
minyak di permukaan kulit dalam waktu yang agak lama, biasanya
berentuk krim air dalam minyak.
4. Krim tangan atau badan

23
Digunakan untuk melembutkan dan menghaluskan kulit ditempat
tersebut dengan menggunakan emolien, humektan, dan barrier kulit.
Pelembab biasanya lebih cair, dapat ditambah tabir surya, aloe vera,
alantoin, AHA, atau vitamin.
5. Krim mengandung zat makanan
Tidak memberi makan kulit tetapi hanya untuk lubrikasi,
mengurangi hilangnya kelembaban kulit dan tidak menghilangkan kerut
secara permanen.
3. Gel atau Jelly
Gel atau Jelly merupakan
sistem semipadat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan
(Farmakope Indonesia Edisi IV).
Contoh : Erlamycetin, Gatsby, Acne Clean, dll
4. Pasta
Pasta adalah sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Pasta umumnya dibuat dengan
mencampurkan zat padat langsung ke dalam sistem yang dikentalkan dengan
menggerus sebagai basis untuk membentuk massa seperti pasta. Pasta
mengandung lebih banyak bahan padat dan oleh karena itu lebih kental dan
kurang meresap daripada salep.
Macam macam Pasta
1. Pasta berlemak
Suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap
dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai
afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti
serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari
salep.
Contoh : Acidi Salicylici Zinci Oxydi Pasta, Zinci Pasta, dll.
2. Pasta Kering

24
Pasta Kering adalah suatu pasta bebas berlemak mengandung kurang
lebih 60% zat padat (serbuk).
Contoh : Ichthanolum
3. Pasta Pendingin
Campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair, dikenal dengan
Salpe Tiga Dara.
4. Pasta Dentifriciae (Pasta Gigi)
Suatu campuran kental terdiri dari serbuk dan Glycerinum yang
digunakan untuk pembersih gigi. Pasta gigi digunakan untuk pelekatan
pada selaput ledit untuk memperoleh efek lokal.
Contoh : Pasta Gigi Triamsinolon Asetonida

10.3. Cara penggunaan sediaan semisolida (salep)

1. Sebelum menggunakan obat, cuci kedua tangan terlebih dahulu


2. Oleskan obat secara tipis dan merata pada bagian yang sakit yang telah
dibersihkan sebelumnya
3. Pastikan luka tidak terkena debu atau kotoran karena dapat memperlama
waktu sembuh luka

11. SEDIAAN AEROSOL DAN INHALER

11.1. Pengertian

Aerosol merupakan istilah yang digunakan untuk sediaan semprotan kabut


tipis dari sistem bertekanan tinggi. Sering disalah artikan pada semua jenis
sediaan bertekanan, sebagian diantaranya melepaskan busa atau cairan setengah
padat.
Aerosol adalah sediaan yang
mengandung satu atau lebih zat berkhasiat
dalam wadah yang diberi tekanan, berisi
propelan atau campuran propelan yang
cukup untuk memancarkan isinya hingga
habis, dapat digunakan untuk obat luar atau
obat dalam dengan menggunakan propelan

25
yang cukup (Farmakope Indonesia Edisi III)
Aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas dibawah
tekanan, mengandung zat aktif terapeutik yang dilepas pada saat sistem katup
yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaiaan topical pada kulit
dan juga pemakaiaan local pada hidung ( aerosol nasal ), mulut ( aerosol lingual )
atau paru-paru ( aerosol inhalasi ) ukuran partikel untuk aerosol inhalasi harus
lebih kecil dari 10 mm, sering disebut juga “ inhaler dosis turukur “.
Aerosol Busa adalah emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif,
surfaktan, cairan mengandung air atau tidak, dan propelan (Farmakope Indonesia
Edisi IV).
Inhaler merupakan bentuk sediaan
obat yang digunakan dengan cara
menyemprotkan obat ke paru-paru
melalui mulut. Inhaler adalah suatu alat
untuk penggunaan obat secara inhalasi.
Inhalasi menurut Farmakope Indonesia
Edisi IV adalah sediaan obat atau
larutan atau suspensi terdiri atas satu
atau lebih bahan obat yang diberikan
melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau
sistemik. Umumnya inhaler ditujukan untuk penggunaan obat asma, karena
dengan cara ini obat dapat langsung masuk ke paru-paru sehingga dapat

11.2. Macam-macam Aerosol

1. Aerosol Topikal (disemprotkan pada kulit), contoh: Chlor Aethyl Aerosol


2. Aerosol Nasal (disemprotkan pada hidung), contoh: Afrin Nasal Spray
3. Aerosol Lingual (disemprotkan ke dalam mulut), Contoh: Pengharum mulut
4. Aerosol Inhalasi (pada penggunaan aerosol paru) contoh: Alupent Aerosol

11.3. Macam-macam Inhaler

1. Aerosol Inhaler
Zat aktifnya dalam bentuk aerosol yang tersuspensi dalam propelen,
yaitu suatu gas inert bertekanan yang berfungsi sebagai pendorong. Pada saat

26
alat ditekan, maka propelan akan mendorong beberapa dosis obat dalam satu
hembusan, bersamaan dengan itu pengguna harus menarik napas dalam agar
obat terbawa masuk ke dalam saluran pernapasan. Jenis alat untuk aerosol
inhaler ada beberapa macam, yaitu :
a. MDI (Metered Dose Inhaler)
Standar MDI’s : ketika alat ditekan,
propelan akan mendorong beberapa dosis
obat, dan secara bersamaan dengan itu
pengguna harus menarik napas dalam agar
obat terbawa masuk ke dalam saluran
pernapasan. Butuh koordinasi yang baik
antara menekan alat dan menarik napas.
Breathe activated MDI’s : alat
dimasukkan ke dalam mulut, dan dosis
obat akan lepas bersamaan dengan saat
bernapas, sehingga tidak perlu ada koordinasi.
Cara Penggunaan :
1. Kocok tabung inhaler
2. Buka tutupnya
3. Bernapaslah di luar alat
4. Masukkan alat ke dalam mulut, dan kunci di antara gigi-gigi, tutup
mulur rapat secara rapat
5. Mulailah bernapas dengan perlahan, tekan bagian atas alat dan tetap
bernapas perlahan sampai satu tarikan penuh
6. Keluarkan alat dari mulut, tahan napas selama 10 detik sebelum
membuang napas
7. Jika butuh lebih dari satu puff, tunggu dulu selama kurang lebih 1
menit, kemudian kocok lagi tabung inhaler dan ulangi langkah 3-6
8. Setelah selesai, cuci muka dan berkumur dengan air jika menggunakan
inhaler yang mengandung kortikosteroid
b. Spacer
Ada ruangan antara
mulut dan inhaler, dan pada
bagian mulut ada katup, saat

27
menarik napas, katup terbuka dan dosis obat akan masuk, katup tertutup
secara otomatis saat menghembuskan napas. Lebih mudah dan tidak tidak
perlu koordinasi, biasanya digunakan untuk anak-anak atau bayi.
Cara penggunaan :
1. Buka tutupnya, kemudian kocok tabung inhaler (3-4 kali)
2. Pasang tabung pada spacer di bagian yang berlawanan dengan masker
3. Pasang menutupi mulut dan hidung dan pastikan tertutup dengan baik
4. Semprotkan satu puff obat ke dalam spacer, biarkan sampai 6 tarikan
napas
5. Tunggu selama satu menit
6. Ulangi langkah 4-5 jika dibutuhkan lebih dari satu puff
7. Setelah selesai, cuci muka dan berkumur dengan air jika menggunakan
inhaler yang mengandung kortikosteroid
2. Dry Powder Inhaler
Zat aktifnya dalam
bentuk serbuk kering yang
akan tertarik masuk ke
paru-paru saat menarik napas.
Pada inhaler jenis ini tidak
terdapat propelan untuk
mendorong obat masuk ke
dalam saluran napas.
Biasanya dosisnya lebih
kecil, dan ada indikator
untuk menunjukkan beberapa dosis yang tersisa. Alatnya ada beberapa
macam yaitu Turbohaler, Dishaler, dan Accuhaler, tergantung dari industri
farmasi yang memproduksinya.
Untuk turbohaler, penggunaannya yaitu :
1. Buka tutup Turbohaler, pegang turbohaler engan posisi berdiri
2. Putar sejauh mungkin pada bagian pegangan yang berwarna, kemudian
putar balik sampai terrdengar bunyi klik
3. Bernapaslah di luar alat
4. Masukkan alat ke dalam mulut, dan kunci di antara gigi-gigi, tutup mulur
rapat secara rapat, tarik napas dengan kuat dan dalam lewat mulut

28
5. Keluarkan alat dari mulut sebelum membuang napas
6. Selalu cek strip indikatornya untuk mengetahui beberapa dosis yang
tersisa
7. Setelah selesai, cuci muka dan berkumur dengan air jika menggunakan
inhaler yang mengandung kortikosteroid
3. Nebuliser
Zat aktifnya dalam bentuk uap,
pada penggunaanya perlu
menggunakan masker atau
mouthpiece untuk menghirup uap
obat. Tidak dibutuhkan koordinasi
pada penggunaan inhaler jenis ini,
hanya perlu bernapas seperti biasa
dan uap akan terhirup bersama
tarikan napas. Nebuliser biasanya
digunakan di rumah sakit untuk penanganan serangan asma yang
membutuhkan inhalasi dosis besar, tetapi sekarang sudah jarang digunakan
karena inhalasi dosis besar dapat dilakukan dengan spacer.

29
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1996. Penggolongan Obat berdasarkan Khasiat dan Penggunaannya.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anief, M. 1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Anonim. 1978. Formularium Nasional. Edisi Kedua. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Anonim. 1999. British Pharmacopoeia. Cambridge: London Her Majesty’s Stationery
Office. 699.
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. diterjemahkan oleh Ibrahim,
F. Edisi IV. 391-397. 607-617. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Banjarbaru: Universitas Lambung
Mangkurat.
Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Howard, C. Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI
Press
King, R.E. 1984. Dispensing of Medication. Ninth Edition. Philadelphia: Marck
Publishing Company.
Lachman, L., & Lieberman, H. A. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi
Kedua. 1091-1098. Jakarta: UI Press..
Martin. 1971. Dispensing of Medication. Pensilvania: Marck Publishing Company.
Kibbe,A.H. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient. London: The
Pharmaceutical Press.
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 29 – 31.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada. pp. 560-561.

30

Anda mungkin juga menyukai