Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada
Ibu Hamidah S.S. S.farm., MSi., Apt selaku Dosen mata kuliah Farmakologi II
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Penyusun,.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
I.1 Latar belakang..................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................... 2
PEMBAHASAN......................................................................................... 2
II.1 Cara Pembutan Tablet...........................................................................2
II.1.1 Penyalutan Tablet..........................................................................4
II.1.2 Evaluasi Tablet..........................................................................5
BAB III.................................................................................................. 11
PENUTUP............................................................................................... 11
III.1 kesimpulan..................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 12

2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang

Tablet adalah sediaan dapat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak
dan tablet kempa.

Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan


bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul mengunakan cetakan baja.
Tablet dapat dibuat dengan bberbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan
tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet.
Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan, umumnya hewan
yang besar.

Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan rablet tergantung pada
ikkatan Kristal yang terbentuk selama prosespengeringan selanjutnhya dan tidak
tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.

Tablet triturate merupakan tablet cetak atau kempah berbentuk kecil,


umumnya silindris, digunakan untuk memberiakan jumlah terukur yang cepat
untuk peracikan obat. Jenis tablet ini sekarang sudah jarang digunakan. Tablet
hipodemik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah melarut atau
mmelarut sempurna dalam air, dulu umumnya digunakan untuk membuat sediaan
injeksi hipodermik. Diberika secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat
yang cepat seperti halnya pada tablet nitroliserin, dibberikan secara sublingual.

1
Tablet bukan digunakan denga cara meletakkan tablet diantara pipi dan
gusi tablet sublungual digunakan denga cara meletakan tablet dibawah lidah,
sehinggah zat aktif terserap secara langsung melalui mukosa kulit.

Tablet evervesen yang larut, dibuat dengan cara dikempa, selain zat aktif ,
juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium
bikkarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Cara Pembutan Tablet

Bahan obat dan zat-zat tambahan umunya berupa serbuk yang tidak dapat
langsung dicampur dan dicetak menjadi tablet karena akan langsung hancur dan
tablet menjadi mudah pecah. Campuran serbuk itu harus diubah menjadi granul-
granul, yaitu kumpulan serbuk dengan volume lebih besar yang saling melekat
satu sama lain. Cara mengubah serbuk menjadi garnul ini disebut granulasi.

Tujuan granulasi adalah sebagai berikut:

1. Supaya sifat alirnya baik (free-flowing). Granul dengan volume tertentu


dapat mengalir teratur dalam jumlah yang sama kedalam mesin pencetak
tablet.

2. Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibandingkan
dengan bentuk serbuk juka diukur dalam volume yang sama. Makin banyak
udaranya tablet makin mudah pecah.

2
3. Agar pada saat dicetak tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan mudah
lepas dari matriks (die).

Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung butiran-


butiran serbuk halus (fines) antara 10^%-20% yang bermanfaat untuk
memperbaiki sifat alirnya (free- flowing).

Cara pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara yaitu:

1. Granulasi basah

2. Granulasi kering (mesin rol atau mesin slug)

3. Dan kempa langsung

Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran


campuran dan / atau kemampuan kempa.

Granulasi basah, dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat


pengisi, dan zat penghancur sampai homogen, lalu dibasahi dengan larutan bahan
pengikat, jika perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul,
dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40 0c 500c (tidak lebih dari
600c). setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan dan ditambahkan bahan pelican (lubrikan) kemudian dicetak menjadi
tablet dengan mesin tablet.

Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat
disimpan lebih lama disbanding cara granulasi kering.

3
Granulasi kering/ slugging / precompression, dilakukan dengan mencampurakan
zat khasiat, zat pengisi, dan zat penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat
pengikat dan zat pelicin hinggah menjadi massa serbuk yang homogen, lalu
dikempa cetak pada tekanan tinggi, sehinggah menjadi tablet besar (slug) yang
tidak bebrbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul
dengan ukuran partikel yang diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai
ukuran tablet yang diinginkan.

Keuntungan granulasi kering, yaitu tidak diperlukan panas dan


kelembapan dalam proses granulasi kering ini serta penggunaan alatnya lebih
sederhana, sedangkan kerugiannya adalah menghasilakan tablet yang kurang
tahan lama dibandingkan dengan cara granulasi basah.

Cetak atau kempa langsung dilakukan jika:

1. Jumlah zat khasiat pertabletnya cukup untuk dicetak.

2. Zat khasiatnya mempunyai sifat alir yang baik (free-flowing).

3. Zat khasiat bebrbentuk Kristal yang bersifat free flowing.

Bahan pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah
selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yanag
dapat dikempa dan beberapa pati termodifikasi, misalnya tablet heksamin, tablet
NaCl, tablet KMnO4.

Tahap umum pembuatan tablet

4
Pembuatan tablet dengan zat aktif baru atau formul;asi baru pada
umumnya melalui beberapa tahap, yaitu dimulai dengan studi atau uji
praformulasi , kemudian diikuti berturut-turut oleh desain studi, formulasi dan
validasi produk percobaan, formulasi akhir, pengendalian mutu, antara lain mutu
fisikokimia, mekanik, stabilitas mutu, ketersediaan hayati secara in vitro dan /
atau in vivo, pengemasan, pendaftaran obat baru, peredahan secara komersial, dan
mutu stabilitas dalam peredaran.

II.1.1 Penyalutan Tablet

tablet disalut untuk berbagai alasan, antara lain melindungi zat aktif dari
udara, kelembapan atau cahaya menutupi rasa dan bau yang tidak enak, membuat
penampilan lebih baik dari mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.

Penyalutan adalah proses menutupi tablet dengan suatu lapisan yang tipis dari zat
yang umumnya inert.

Penyalutan

1. Udara yang dialirkan ke dalam panci penyalut untuk pengeringan hendaklah


disaring dan memiliki mutu yang tepat.(4)

2. Larutan penyalut dibuat dan digunakan dengan cara yang dapat menekan
seminiminal mungkin risiko pertumbuhan jasad renik. Dokumentasi mengenai
pembuatan dan pemakaian larutan penyalut hendaklah dibuat.

Berdasarkan jenis bahan penyalut

Tujuan penyalutan tablet:

5
a) Melindungi zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap
pengaruh udara, kelembapan atau cahaya.

b) Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.

c) Membuat penampilan lebih baik dan menarik.

d) Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna, misalnya tablet enterik
yang pecah diusus.

Berdasarkan jenis bahan penyalut, tablet dapat dibedakan menjadi:

1. Tablet salut biasa/salut gula (dragee), adalah tablet kempa yang disalut dengan
beberapa lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Lapisan gula berasal dari
suspense dalam air mengandung serbuk yang tidak larut,seperti pati,kalsium
karbonat,talk,atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia
atau gelatin.

2. Tablet salut selaput (film-coated tablet),tablet kempa yang disalut dengan salut
tipis,berwarna atau tidak dari baan polimer yang larut dalam air yang ancur
cepat didalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali. Disalut
dengan hidroksi propel metal selulosa,metal selulosa,hidroksi propel
selulosa,Na-CMC,dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak
mengandung air atau mengandung air.

3. Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa
granulat yang terdiri atas laktosa,kalsiun fosfat,dan zat lain yang cocok.mula-
mula dibuat tablet inti,kemudian dicetak lagi bersama granulat kelompok lain

6
sehingga terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet). Tablet ini sering
digunakan untuk pengobatan secara repeat action.

4. Tablet salut enteric (entericceated tablet), atau lepas tunda, adalah tablet ayng
dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung,
reaksi asam,tetapi terlarut dalam usus halus. Maka diperlukan penyalut enteric
yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati
lambung. Bahan yang sering digunakan adalah alol,keratin,selulosa acetat
phtalat.

5. Tablet lepas lambat, tablet yang pelepasan zat aktifnay dimodifikasi sehingga
tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang
kemudian disusul dengan dosis pemiliharaan sehingga jumblah zat aktif atau
kosentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu. (missal
tablet lepas lambat 6 jam,12 jam,dsb).

6. Tablet berlapis, tablet yang disiapkan dengan pengempaan granular tablet pada
granulasi yang baru dikempa. Proses ini dapat berlapis banyak dari 2 atau 3
lapisan.

II.1.2 Evaluasi Tablet

PERSYARATAN FARMAKOPE INDONESIA

Semua bahan awal, bahan baku, bahan pengemas, bahan aktif dan obat jadi harus
memenuhi standar atau monografi yang tertera dalam farmakope Indonesia ( yang
berlaku sekarang adalah FI. Ed, IV ) atau persyaratan lain yang ditetapkan oleh
regulator ( pemerintah ). Hal ini juga berlaku untuk sediaan tablet.

7
Parameter mutu sediaan tablet yang perlu diuju menurut FI. Ed. IV :

1. Uji kebenaran identitas zat aktif yang dikandung sediaan tablet

2. Uji disolusi zat aktif dari sediaan tablet

3. Uji keseragaman sediaan

Keseragaman kandungan

Keragaman bobot

4. Analisis kadar zat aktif dalam sediaan tablet

5. Uji waktu hancur tablet jika tertera dalam monografi

Uji Disolusi Zat Aktif dari Sediaan Tablet

Uji ini digunakan untuk menentukkan kesesuaian dengan persyaratan disolusi


yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet, kecuali pada
etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Bila pada etiket dinyatakan bahwa
sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam masing-masing monografi, uji disolusi
atau uji waktu hancur tidak secara khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut
enterik, digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas lambat seperti yang tertera
dalam FI. Ed. IV tentang uji pelepasan obat.

Alat Uji Disolusi

8
Uji disolusi dapat dilakukan dengan menggunakan alat 1 dan alat 2.
Tahap Jumlah yang Kriteria penerimaan
diuji (tablet)
S1 6 Tiap unit sediaaan tidak kurang Q+ 5%

S2 6 Rata-rata dari 12 unit ( S1 + S2 ) sama dengan atau lebih besar dari Q


dan tidak satupun unit sediaan lebih kecil dari Q-15%.
S3 12 Rata-rata dari 24 unit (S1+ S2 + S3) sama dengan atau lebih besar dari
Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan lebih kecil dari Q-15%, dan tidak
satu unit pun lebih kecil dari Q-25%.

Tabel 17.1 kriteria penerimaan uji disolusi menurut FI Ed. IV

Q- Jumlah zat aktif yang terlarut seperti yang ditetapkan dalam masing-masing
monografi. Q dinyatakan dalam presentase kadar pada etiket : angka 5% dan 15%
dalam tabel adalah presentase kadar pada etiket, dengan demikian, angka ini
mempunyai arti yang sama dengan Q.

Uji pelepasan zat aktif dapat di lakukan dengan menggunakan alat 1 dan alat 2. Uj
dilakukan seperti yang tertera pada uji disolusi dalam FI. Ed. IV.

Persyaratan pelepasan zat aktif dari tablet lepas lambat dan tablet salut enterik
diuji menggunakan alat disolusi yang sama 1 atau 2, dengan prosedur
sebagaimana dijelaskan dalam masing-masing monografi produk tablet.

9
Tablet salut enterik diuji menggunakan metode A atau B.

Tabel 17.2 tabel penerimaan 1 : kriteria penerimaan Tablet Lepas Lambat menurut
FI. Ed. IV.
Tingkat Jumlah tablet yang Kriteria penerimaan
pengujian diuji
L1 6 Tidak satupun nilai terletak diluar rentang penerimaan
yang dinyatakan dan tidak satupun nilai kurang dari
jumlah dinyatakan pada waktu penetapan akhir.
L2 6 Nilai rata-rata dari 12 unit sediaan ( L 1 L2 ), terletak
dalam tiap rentang penerimaan yang dinyatakan dan tidak
kurang dari jumlah yang dinyatakan pada waktu pengujian
akhir ; tidak satupun yang lebih dari 10% dari jumlah
yang tertera pada etiket dibawah jumlah yang dinyatakan
pada waktu pengujian akhir.

Tingkat Jumlah tablet yang Kriteria penerimaan


pengujian diuji
L3 12 Nilai rata-rata dari 24 unit sdiaan (L1+L2) terletak dalam
tiap rentang penerimaan yang dinyatakan dan tidak
kurang dari jumlah yang dinyatakan pada waktu
pengujian akhir; tidak lebih dari 2 dari 24 unit sediaan
yang diuji lebih dari 10% dar jumlah yang tertera pada
etiket dibawahjumlah yang dinyatakan pada waktu
pengujian akhir ; dan tidak satupun dari seluruh unit yang
diuji lebih dari 20% dari jumlah yang tertera pada etiket
diluar tiap rentang yang dinyatakan atau lebih dari 20%
dari jumlah yang tertera pada etiket dibawah jumlah yang
dinyatakaan pada waktu pengujiaan akhir.

10
Persyaratan tabley lepas tunda ( salut entorik ) terpenuhi jika juml;ah zat aktif
yang terlarut dari tiap tablet yang diuji sesuai dengan kriteria penermaan dalam
tabel penerimaan 2 dan 3.

Tabel 17.3 tabel penerimaan 2 : kriteria penerimaan tablet salut enterik Tahap
Tahap Jumlah tablet yang Kriteria penerimaan
pengujian diuji
A1 6 Tidak satu pun jumlah zat aktif yang terlarut melebihi
10%
A2 6 Rata-rata jumlah zat aktif yang terlarut dari 12 unit
sediaan (A1+A2) tidak lebih dari 10% dan tidak satu
unit sediaan pun dari jumlah zat aktif yang terlarut
lebih dari 25%.
A3 12 Rata-rata jumlah zat aktif yang terlarut dari 24 sediaan
(A1 +A2 +A3) tidak lebih dari 10% dan tidak satupun
dari jumlah zat aktif terlarut lebih dari 25%.

Tabel 17.4 tabel penerimaan 3 : Kriteria penerimaan tablet salut enterik Tahap
Dapar
Tingkat Jumlah tablet yang Kriteria peneriman
pengujian diuji
B1 6 Tiap unit tidak kurang dari Q + 5%

B2 6 Rata-rata dari 12 unit sediaan (B1 +B 2) sama atau


lebih besar dari Q dan tidak satu pun unit sediaan

11
kurang dari Q-15%.

B3 12 Rata-rata dari 24 unit sediaan (B1 +B2 +B3) sama


atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit
sediaan kurang dar Q-15%, dan tidak satu pun unit
sediaan dari Q-25%.

Uji Keseragaman Sediaan

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dardua metode, yaitu :
keragaman bobot dan keseragaman kandungan.

Keragaman Bobot

Pengujian keragaman bobot dipersyaratkan jika tablet yang duji tidak bersalut
dan mengandung 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau
lebih dari bobot satuan sediaan.

12
Keseragaman Kandungan

Pengujian dilakukan jika jumlah zat aktif dalam tablet tidak bersalut dan tablet
bersalut selaput individual kurang dari 50 mg per tablet atau kurang dari 50 % dari
bobot satuan sediaan.

Analisis Kadar Zat Aktif dalam Sediaan Tablet

Jika dalam penetapan kadar zat aktif dalam tablet disebutkan timbang dan
serbukkan tidak kurang dari suatu jumlah, biasanya 20 tablet, berarti tablet yang
telah dihitung ditimbang terlebih dahulu kemudian disebukkan.

Sejumlah serbuk tablet yang digunakan dalam penetapan mewakili seluruh tablet
maka, harus ditimbang saksama. Berdasarkan hasil penetapan tersebut, jumlah
bahan aktif tiap tablet dihitung dengan bobot serbuk tablet yang digunakan dalam
penetapan kadar.

Uji Waktu Hancur Tablet

Pada FI. Ed. IV, uji waktu hancur umumnya dilakukan untuk tablet yang belum
diuji laju disolusinya ( ada juga beberapa sediaan tablet yang waktu hancur dan
waktu disolusinya diuji dalam FI. Ed. IV). Uji waktu hancur tablet dilakukan
untuk Tablet tidak bersalut, tablet bersalut bukan enterik, tablet salut enterik,
tablet bukal, dan tablet sublingual. Uji waktu hancur dilakuakan dengan
menggunakan alat uji waktu hancur. Masing-masing sediaan tablet tersebut
mempunyai prosedur uji waktu hancur dan persyaratan tertentu.

13
Tablet umumnya diformulasi dengan suatu disintegran yang akan menyebabkan
tablet pecah dan hancur dalam air atau cairan lambung. Faktor-faktor yang
mempengaruhi disintegrasi tablet antara lain sifat fisik dan kimia granul,
kekerasan, porositas, dan disintegran yang digunakan.

Uji waktu hancur tidak menyatakan secara langsung bahwa tablet atau bahkan zat
aktif terlarut sempurna. Disintegrasi dikatakan sempurna jika residu tablet yang
tertinggal pada kasa alat uii waktu hancur merupakan masssa lunak yang tidak
mempunyai inti yang jelas.

Uji waktu hancur tidak dilakukan jika pada etiket dinyatakan tablet kunyah,
tablet isap, tablet dengan pelepasan zat aktif bertahap dalam jangka waktu
tertentu, atau tablet melepaskan zat aktif dalam dua periode berbeda atau lebih
dengan jarak waktu yang jelas antara periode pelepasan tersebut.

14
BAB III
PENUTUP
III.1 kesimpulan

kebanyakan sediaan tablet dimaksudkan untuk ditelan, kemudian zat aktifnya


diabsorbsi disaluran cerna. Namun, ada beberapa jenis tablet khusus yang
digunakan dengan cara lain. Seperti absorbsi melalui selaput mukosa oral, obat
bukal dan sublingual komersial, tablet vagina, dan tablet rektal.

15
DAFTAR PUSTAKA

16
1. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depertemen Kesehatan RI, 1995.

2. Prof. dr. Siregar, J.P. Charles, M.Sc., Apt. 2008. Teknologi Farmasi Sediaan
Tablet Dasar- dasar Praktis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

3. Drs. Syamsuni H.A, Apt. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

4. https://www.google.co.id/amp/s/nuniksites.wordpress.com/2014/01/28/makalah-
tablet-dunia farmasi/amp.

17

Anda mungkin juga menyukai