Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada
Ibu Hamidah S.S. S.farm., MSi., Apt selaku Dosen mata kuliah Farmakologi II
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat

kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Penyusun,.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tablet adalah sediaan dapat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tabletcetak
dan tablet kempa.
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul mengunakan cetakan baja.
Tablet dapat dibuat dengan bberbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan
tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet.
Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan, umumnya hewan
yang besar.
Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuyk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan rablet tergantung pada
ikkatan Kristal yang terbentuk selama prosespengeringan selanjutnhya dan tidak
tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.
Tablet triturate merupakan tablet cetak atau kempah berbentuk kecil,
umumnya silindris, digunakan untuk memberiakan jumlah terukur yang cepat
untuk peracikan obat. Jenis tablet ini sekarang sudah jarang digunakan. Tablet
hipodemik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah melarut atau
mmelarut sempurna dalam air, dulu umumnya digunakan untuk membuat sediaan
injeksi hipodermik. Diberika secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat
yang cepat seperti halnya pada tablet nitroliserin, dibberikan secara sublingual.
Tablet bukan digunakan denga cara meletakkan tablet diantara pipi dan
gusi tablet sublungual digunakan denga cara meletakan tablet dibawah lidah,
sehinggah zat aktif terserap secara langsung melalui mukosa kulit.
Tablet evervesen yang larut, dibuat dengan cara dikempa, selain zat aktif ,
juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium
bikkarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida.
BAB II
PEMBAHASAN
1.2 Cara Pembutan Tablet

Bahan obatdan zat-zat tambahan umunya berupa serbuk yang tidak dapat
langsung dicampur dan dicetak menjadi tablet karena akan langsung hancur dan
tablet menjadi mudah pecah. Campuran serbuk itu harus diubah menjadi granul-
granul, yaitu kumpulan serbuk dengan volume lebih besar yang saling melekat
satu sama lain. Cara mengubah serbuk menjadi garnul ini disebut granulasi.

Tujuan granulasi adalah sebagai berikut:

1. Supaya sifat alirnya baik (free-flowing). Granul dengan volume tertentu dapat
mengalir teratur dalam jumlah yang sama kedalam mesin pencetak tablet.
2. Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibandingkan dengan
bentuk serbuk juka diukur dalam volume yang sama. Makin banyak udaranya
tablet makin mudah pecah.
3. Agar pada saat dicetak tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan mudah
lepas dari matriks (die).

Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung butiran-butiran


serbuk halus (fines) antara 10^%-20% yang bermanfaat untuk memperbaiki sifat
alirnya (free- flowing).

Cara pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara yaitu:

1. Granulasi basah
2. Granulasi kering (mesin rol atau mesin slug)
3. Dan kempa langsung

Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran


campuran dan / atau kemampuan kempa.

Granulasi basah, dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat


pengisi, dan zat penghancur sampai homogen, lalu dibasahi dengan larutan bahan
pengikat, jika perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul,
dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 400c 500c (tidak lebih dari
600c). setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan dan ditambahkan bahan pelican (lubrikan) kemudian dicetak menjadi
tablet dengan mesin tablet.

Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat
disimpan lebih lama disbanding cara granulasi kering.

Granulasi kering/ slugging / precompression, dilakukan dengan mencampurakan


zat khasiat, zat pengisi, dan zat penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat
pengikat dan zat pelicin hinggah menjadi massa serbuk yang homogen, lalu
dikempa cetak pada tekanan tinggi, sehinggah menjadi tablet besar (slug) yang
tidak bebrbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul
dengan ukuran partikel yang diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai
ukuran tablet yang diinginkan.

Keuntungan granulasi kering, yaitu tidak diperlukan panas dan


kelembapan dalam proses granulasi kering ini serta penggunaan alatnya lebih
sederhana, sedangkan kerugiannya adalah menghasilakan tablet yang kurang
tahan lama dibandingkan dengan cara granulasi basah.

Cetak atau kempa langsung dilakukan jika:

1. Jumlah zat khasiat pertabletnya cukup untuk dicetak.


2. Zat khasiatnya mempunyai sifat alir yang baik (free-flowing).
3. Zat khasiat bebrbentuk Kristal yang bersifat free flowing.

Bahan pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah
selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yanag
dapat dikempa dan beberapa pati termodifikasi, misalnya tablet heksamin, tablet
NaCl, tablet KMnO4.

Tahap umum pembuatan tablet

Pembuatan tablet dengan zat aktif baru atau formul;asi baru pada
umumnya melalui beberapa tahap, yaitu dimulai dengan studi atau uji
praformulasi , kemudian diikuti berturut-turut oleh desain studi, formulasi dan
validasi produk percobaan, formulasi akhir, pengendalian mutu, antara lain mutu
fisikokimia, mekanik, stabilitas mutu, ketersediaan hayati secara in vitro dan /
atau in vivo, pengemasan, pendaftaran obat baru, peredahan secara komersial, dan
mutu stabilitas dalam peredaran.

Tahap pembuatan tablet metode granulasi basah

1. Zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan terlebpih dahulu dalam


mesin penggiling, misalnya menggunakan mesin tornado mill
2. Pencampuran zat aktif, zat pengisi, sebagai zat disintegran dalam mesin
pencampuran misalnya planetary mixer atau twin-shell blender
- Pencampuran zat aktif, zat pengisi, zat pengikat kering/ sebagai zat
disintegran (penambahan pengikat kering) dalam mesin plantary mixer
atau twin-sheel blender
3. Penyiapan cairan pengranulasi basah, larutan musilago, atau suspense,
atau larutan gel dan lain-lain
- Penyiapan air, alcohol atau hidroalkohol untuk mengaktifkan pengikat
kering.
4. Pembuatan masa granulasi basah dengan cairan pengranulasi dalm mesin
seperti sikma blade mixer
5. Masa lembab dibentuk menjadi granul dengan mengektrusi melalui mesin
oxillating granulator dengan lempeng penyaring 6-12 mesh atau
melalui mesin fitz mill di lengkapi dengan lempengan penyaring besi
yang diperforasi.
6. Granul lembab dikeringkan diatas penampan dalam ofen pada suhu 50c
60 c atau dalam pengering lapis mengalir (fluit bed dryer)
7. Granul yang telah kering diekstrusi dalam mesin oscilating granulator
dengan lempeng penyaring 18- 20 mesh atau dengan mesin fitz ,ill
dengan lempeng penyaring 18-20 mesh
8. Granul ditapis melalui penyaring 18-20 mesh, kemudian dipindahakan ke
mesin twin shell blender atau mesin pencampur kubik dan dicampur
dengan disintegran, glidan dan lubrikan. (lubrikan dam glidan diayak
terlebih dahulu dengan pengayak 200 mesh).
9. Masa kempah (butir fiii) dikempah menjadi tablet.
1. Zat aktif
2. Exsipien: - pengisi
- disintegran Masing- Mesin
zat - pengikat kering masing
masing tornado mill

Zat aktif + eksipien Planetary mixer


Fase dalam: Dicampur atautwin shell
-zat disiintegran (sebagian) blender

Zat aktif + eksipien


Fase dalam: Planetary mixer
-Disintegran atautwin shell
Dicampur
- Zat pengikat kering blender
- metode basah

Metode basah
Dicampur
Cairan penggranulasi Dengan lia
(pengikat basah) Campuran dalam
MeddnkM
sigma blande
Fase dalam mixer
lib menjadi
massa
Metode kering lembab
Cairan penggranulasi Siapkan
Campur dalam
sigma blade mixer

Fase dalam iib


menjadi
massa
lembap
Pembuatan tablet metode granulasi kering

1. Zat aktif dan masing-masing eksipien dihaluskan terlebih dahulu


dalam mesin penggiling, misalnya mesin giling tornado mill
2. Zat aktif dan semua eksipien, yakni penggisi, pengikat kering,
sebagian disintegran, lubrikan dan glidan (sampai 50% dari jumlah
yang tertera pada formula) di campur dalam mesin planetary mixer
atau twin shell blender
3. Campuran serbuk pada nomor (2) dikempah dengan mesun besar
khusus dan kuat yang disebut mesin bongkah (slugging machine)
yang menghasilkan bongkahan (slugging); atau dengan mesin
kompaktor gulung (roller compactor); atau cilsonator yang
menghasilkan pita / lempeng campuran serbuk yang rapuh.
4. Bongkahan atau pita/ lempeng tadi dekstrusi melalui lempeng
penyaring 18-20 mesh dalam mesin oscillating granulator atau mesin
fitz mill.
5. Serbuk partikel halus yang dihasilkan dalam nomor (4) kembali
dipadatkan dengan mesin bongkah atau compactor gulung
6. Bongkahan atau lempeng rapuh hasil nomor (5), kembali dieksrusi
dalam mesin oscillating granulator atau mesin fitz mill (ukuran 18-20
mesh).
7. Granul hasil nomor (5) dan (6) disatukan dan dicampur dengan fase
luar, yaitu sisa lubrikan, disintegran dan glidan sebagai massa
kempah, didalam mesin twin sell blender atau mesin kubik.
8. Massa kempah di kempah menjadi tablet.

Pembuatan tablet metode kempah langsun

1. Masing-masing zat aktif dan eksipien dihalusakan terlebih dulu dalam


mesin penghalus, seperti tornado mill
2. Seluruh serbuk dicampu bersama-sama dalam alat pencampur, misalnya
planetary mixer atau twin shell blender
3. Campuran serbuk yang telah homogen di kempah dalam mesin tablet
menjadi tablet jadi.
Zat aktif

Dihaluskan
Eksipien Mesin Tornado mill
secara
Pengisi-pengikat
Disintegran
Lubrikan glidan

Dicampur
Zat aktif dan Mesin planetary
Eksipien mixer

Dikempa
Massa homogen Mesin tablet

Tablet jadi

II.2 Penyalutan Tablet


Tablet disalut untuk berbagai alasan, antara lain melindungi zat aktif dari
udara, kelembapan atau cahaya menutupi rasa dan bau yang tidak enak, membuat
penampilan lebih baik dari mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.

Penyalutan adalah proses menutupi tablet dengan suatu lapisan yang tipis dari zat
yang umumnya inert.

Penyalutan

1. Udara yang dialirkan ke dalam panci penyalut untuk pengeringan hendaklah


disaring dan memiliki mutu yang tepat.(4)
2. Larutan penyalut dibuat dan digunakan dengan cara yang dapat menekan
seminiminal mungkin risiko pertumbuhan jasad renik. Dokumentasi mengenai
pembuatan dan pemakaian larutan penyalut hendaklah dibuat.(4)

Berdasarkan jenis bahan penyalut

Tujuan penyalutan tablet

a. Melindungi zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh
udara, kelembapan atau cahaya.
b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
Misalnya tablet enterik yang pecah diusus.

Berdasarkan jenis bahan penyalut, tablet dapat dibedakan menjadi:

1. Tablet salut biasa/salut gula (dragee), adalah tablet kempa yang disalut dengan
beberapa lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Lapisan gula berasal dari
suspense dalam air mengandung serbuk yang tidak larut,seperti pati,kalsium
karbonat,talk,atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau
gelatin.
2. Tablet salut selaput (film-coated tablet),tablet kempa yang disalut dengan salut
tipis,berwarna atau tidak dari baan polimer yang larut dalam air yang ancur cepat
didalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali. Disalut dengan
hidroksi propel metal selulosa,metal selulosa,hidroksi propel selulosa,Na-
CMC,dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air
atau mengandung air.
3. Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa
granulat yang terdiri atas laktosa,kalsiun fosfat,dan zat lain yang cocok.mula-mula
dibuat tablet inti,kemudian dicetak lagi bersama granulat kelompok lain sehingga
terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet). Tablet ini sering digunakan untuk
pengobatan secara repeat action.
4. Tablet salut enteric (entericceated tablet), atau lepas tunda, adalah tablet ayng
dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung,
reaksi asam,tetapi terlarut dalam usus halus. Maka diperlukan penyalut enteric
yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
Bahan yang sering digunakan adalah alol,keratin,selulosa acetat phtalat.
5. Tablet lepas lambat, tablet yang pelepasan zat aktifnay dimodifikasi sehingga
tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang
kemudian disusul dengan dosis pemiliharaan sehingga jumblah zat aktif atau
kosentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu. (missal
tablet lepas lambat 6 jam,12 jam,dsb).
6. Tablet berlapis, tablet yang disiapkan dengan pengempaan granular tablet pada
granulasi yang baru dikempa. Proses ini dapat berlapis banyak dari 2 atau 3
lapisan.

II.3 Evaluasi Tablet

PERSYARATAN FARMAKOPE INDONESIA


Semua bahan awal, bahan baku, bahan pengemas, bahan aktif dan obat
jadi harus memenuhi standar atau monografi yang tertera dalam farmakope
Indonesia ( yang berlaku sekarang adalah FI. Ed, IV ) atau persyaratan lain yang
ditetapkan oleh regulator ( pemerintah ). Hal ini juga berlaku untuk sediaan tablet.
Parameter mutu sediaan tablet yang perlu diuji menurut FI. Ed. IV :
1. Uji kebenaran identitas zat aktif yang dikandung sediaan tablet
2. Uji disolusi zat aktif dari sediaan tablet
3. Uji keseragaman sediaan
Keseragaman kandungan
Keragaman bobot
4. Analisis kadar zat aktif dalam sediaan tablet
5. Uji waktu hancur tablet jika tertera dalam monografi
uji disolusi zat aktif dari sediaan tablet.
Uji ini digunakan untuk menentukkan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet,
kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Bila pada etiket
dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam masing-masing
monografi, uji disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus dinyatakan
untuk sediaan bersalut enterik, digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas
lambat seperti yang tertera dalam FI. Ed. IV tentang uji pelepasan obat.

Persyaratan tablet menurut FI III dan FI IV


1. Keseragaman ukuran (FI III)
Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu
sepertiga kali tebal tablet.
2. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (FI IV)
Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut (FI III)
a. Timbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-ratanya.
b. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh dari dua tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harag dalam
kolom B.
c. Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu
tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-
rat ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B.
Bobot rata-rata tablet Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
A B

<25 mg
26-150 mg 15 30
151-300 mg 10 20
>300 mg 7,5 15
5 10

Tablet harus memenuhi uji keragaman bobot jika zat aktif merupakan
bagian terbesar dari tablet jika uji keseragaman bobot cukup mewakili
keseragaman kandungan. Keragaman bobot bukan merupakan indikasi yang
cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian kecil dari
tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya farmakope
menyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau
kurang dari bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memnuhi
syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet
(FI IV).
3. Waktu hancur (FI IV)
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan per oral,
kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis
tablet lepas-lambat dan lepas-tunda. Untuk obat yang kelarutannya dalam
air terbatas, uji disolusi akan lebih berarti daripada uji waktu hancur.
4. Kekerasan tablet (FI III)
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya,
agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet erat
hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet, dan waktu hancur
tablet. Alat yang digunakan untuk pengukuran tablet adalah hardness
tester.
5. Keregasan tablet (friability)
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet digunjang.
Penentuan kekerasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu
tablet akan dilapis (coating). Alat yang digunakan disebut friability tester.
Persyaratan-persyaratan ukuran tablet

Ukuran dan bentuk tablet sedikit banyak ditentukan oleh zat aktif yang
dikandungnya. Zat aktif dengan dosis yang sangat kecil dalam rentang mikrogram
(misalnya asam folat, digitoksin, reserpin, deksametason, dll), memerlukan
penambahan eksipien pengisi untuk menghasilkan suatu massa atau volume zat
yang dapat di buat menjadi tablet dengan ukuran yang nyaman bagi pasien.
Ukuran yang biasa dan nyaman untuk zat aktif berdosis rendah adalah tablet bulat
tengan diameter inci atau 6,25 mm atau setara dengan beberapa bentuk lain. Hal
yang sulit dilakukan bagi beberapa pasien adalah untuk menghitung dan
mengambil tablet yang lebih kecil daripada diameter tersebut. Tablet dengan
ukuran ini biasanya berbobot 150 mg atau lebih tergantung pada bobot jenis
eksipien yang digunakan untuk membuat massa tablet.

Jika dosis zat aktif meningkat, ukuran tablet jika meningkat. Zat aktif
dangan dosis 100 sampai 200 mg membutuhkan bobot tablet 150 sampai 300 mg
dan ukuran diameter lubang kempa bulat adalah sampai 7/16 inci (6,25 mm
sampai 10,24 mm) tergantung pada bobot jenis dan ketermampatan serbuk yang
digunakan. Jika dosis zat aktif meningkat, jumlah eksipien dan ukuran tablet dapat
sangat beragam tergantung pada persyaratan masing masing untuk
menghasilkan suatu tablet yang dapat di terima. Jika diameter tablet dalam
beberapa hal sudah dipastikan, perubahan ketebalan memungkinkan formulator
sangat bebas dan fleksibel dalam menyesuaikan formulasi.

Jika dosis dan ukuran tablet meningkat, formulator menggunakan keahlian


dan pengetahuan eksepiennya untuk mempertahankan ukuran tablet sekecil
mungkin tanpa mengorbankan sifat-sifatnya yang penting. Oleh karena itu,
formulasi tablet mensyaratkan pertimbangan berikut ini.

1. Ukuran dosis atau kuantitas zat aktif.


2. Stabilitas zat aktif
3. Kelarutan zat aktif
4. Bobot jenis zat aktif
5. Ketermampatan zat aktif
6. Seleksi eksipien
7. Metode granulasi (persiapan untuk pengempaan)
8. Karakter granulasi
9. Mesin tablet, tipe, ukuran, dan klapasitas
10. Kondisi lingkungan (pengendalian lingkungan sekitar dan kelembapan)
11. Stabilitas produk jadi
12. Ketersediaan hayati kandungan zat aktif tablet.

Pengemasan

Proses pengemasan merupakan salah satu tahapan penting dalam


pembuatan sediaan farmasi. Tahapan ini juga ikut mempengaruhi stabilitas dan
mutu produk akhir. Bahkan belakangan ini, faktor kemasan dapat menjadi
gambaran ukuran bonafiditas suatu produk/perusahaan farmasi (Kurniawan,
2012). Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat
tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh
bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder
pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas (Voigt, 1995).

Berbagai Kemasan Obat


Pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu
mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang
dikemas / dibungkusnya. Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup dan selubung
sebelah luar, artinya keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan
dan/atau disimpan (Voigt, 1995). Menurut undang-undang pasal 24 menyatakan
bahwa Pengemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan
menggunakan bahan kemasan yang tidak membahayakan kesehatan manusia
dan/atau dapat mempengaruhi berubahnya persyaratan mutu, keamanan, dan
kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk


dengan kemasan)

a. Kemasan primer

Yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan yang


dikemas. Misalnya kaleng susu, botol minuman, strip/blister, ampul, vial dan
lain-lain.

a. Kemasan sekunder

Yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok


kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak
kayu untuk buah yang dibungkus dan sebagainya.

b. Kemasar tersier, kuartener


Yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder atau
tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya
jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan
ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas (Julianti dan Nurminah
2006).

FUNGSI DAN PERANAN KEMASAN

Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan


melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan,
diangkut dan dipasarkan. Secara umum fungsi pengemasan pada bahan pangan
adalah :

1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen, agar


produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran

2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar


ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran
dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.

3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada
kemasan.

4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan


berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan
penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan..

5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh buruk dari


produk di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang
berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk
yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat
melindungi produk-produk lain di sekitarnya (Julianti dan Nurminah 2006).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pengemasan:

1. Harus selalu mengikuti dan mematuhi prosedur tertulis yang sudah dibuat.
2. Harus selalu mengikuti dan menjalankan in process control.
3. Pra penandaan pada bahan pengemas harus selalu dilakukan.
4. Sebelum melakukan pengemasan, kesiapan jalur pengemasan harus selalu
diperiksa.
5. Hanya obat yang berasal dari satu batch saja yang boleh ditempatkan
dalam satu palet.
6. Produk yang rupa dan bentuknya sama tidak boleh dikemas pada jalur
yang berdampingan.
7. Pada jalur pengemasan, nama dan nomer batch harus terlihat jelas.
8. Produk antara dan produk jadi yang masih dalam proses pengemasan harus
selalu diberi label identitas dan jumlah.
9. Produk yang telah diisikan kedalam wadah akhir tapi belum diberi label,
harus dipisah dan diberi tanda.
10. Peralatan pengemasan tidak boleh bersentuhan langsung dengan produk.
11. Bahan untuk pengemasan seperti: pelincir, perekat, tinta, cairan
pembersih, ditempatkan dalam wadah berbeda dari wadah untuk produk
(Kurniawan, 2012).

6. Kertas Timah, Kertas, atau Kantung Plastik

Kantung yang fleksibel adalah konsep kemasan yang tidak hanya mampu
menyediakan
Mesin Vertikal

kemasan yang tahan gangguan, tetapi melalui seleksi bahan yang sesuai, juga
menyediakan kemasan yang dapat memberi perlindungan yang sangat ampuh
terhadap keadaan sekitarnya. Kantung yang fleksibel biasanya dibentuk selama
pekerjaan pengisian produk, baik dengan peralatan bentuk pembentukan ventrikal
maupun horizontal, mengisi dan menyegel.

Pada pelaksanaan membentuk/mengisi/menyegel secara vertical, suatu jaringan


lapis tipis ditarik meliputi cincin logam dan mengelilingi pipa pengisi yang
vertical, melalui mana produk dijatuhkan kedalam kemasan

Produk mesin vertikal

yang terbentuk. Pipa pengisi dari metal juga bekerja sebagai suatu mandrel yang
mengontrol keliling dari kantung dan terhadap mana dibuat segel membujur.
Pembentukan segel ini, yang dapat merupakan segel sirip maupun segel tumpang-
tindih, mengubah lapisan kemasan menjadi pipa dari lapisan yang kotinu. Alat
penyegel yang dapat bergerak, segel orthogonal sampai membujur, mengerutkan
bagian bawah tube, membentuk segel bawah dari kemasan. Produk dijatuhkan
melalui pipa, pembentuk ke dalam kemasan yang terbentuk. Alat penyegel yang
dapat bergerak mengangkat pipa lapisan tipis setinggi panjang kemasan, dan
membentuk segel paling atas dan paling akhir dari kemasan. Segel kemasan
paling atas ini menjadi segel bagian bawah dari kemasan berikutnya, dan proses
ini terulang lagi. Karena mesin vertical yang mmbentuk/mengisi/mnyegel diisi
sesuai arah gravitasi, mereka terutama digunakan untuk cairan, bubuk dan produk
berbentuk granul.

Sistem pembentuk/pengisi/penyegel secara horizontal umumnya digunakan untuk


produk dengan volume lebih kecil, yang dapat lebih cocok untuk ukuran kemasan
yang lebih datar yang dihasilkan mesin jenis ini. Dalam system ini, jaringan
lapisan tipis terlipat sendiri dan tidak mengelilingi suatu pipa. Sewaktu lipatan
lapisan tipis diisi secara horizontal melalui mesin, suatu pelat yang dapat bergerak
membentuk kantung-kantung dalam lapisan itu dengan cara membuat segel
pemisah secara vertical. Produk kemudian ditempatkan ke dalam tiap kantung,
dan segel atas akhir akan terbentuk (Gambar 24-6). Kemasan yang dibuat dengan
mesin pembentuk/pengisi/penyegel secara horizontal biasanya mempunyai segel
keliling bersisi tiga, tetapi ada kemungkinan terjadi variasi-variasi lain, tergantung
jenis mesin yang digunakan.

Mesin horizontal

Untuk menyiapkan tingkat kesempurnaan kemasan yang diperlukan bagi


kemasan yang tahan gangguan pada mesin horizontal maupun vertical, maka
haruslah digunakan segel permukaan-dalam-pada permukaan-dalam. Hal ini
memungkinkan pemakaian bahan segel yang efektif seperti polietilen, etilen vinil
asetat (EVA), dari Surlyn, yang bila disegel dengan layak harus dirobek lebih dulu
untuk mendapatkan produknya. Bahan penyegel ini harus digunakan sebagai
bagian dari susunan laminasi supaya diperoleh sifat-sifat yang diperlukan bagi
penampilan bahan kemasan yang layak. Permukaan luar dari laminasi harus
merupakan permukaan yang mudah dicetak dan tahan panas, karena langsung
bersentuhan dengan batang-batang pemanas. Bahan permukaan luar juga
digunakan sebagai pembawa substrat, yang memberikan sifat-sifat mekanis
kepada laminasi yang diperlukan untuk penanganan kemasan dan pengemasan
secara maksimal. Lapisan yang paling umum digunakan untuk pembawa substrat
ialah kertas. Polyester, nilon dan selofan juga digunakan bila diinginkan suatu
keadaan tembus pandang, tahan bocor atau mengkilap. Untuk produk yang peka
terhadap lembab dan oksigen, umumnya digunakan kertas timah (foil) sebagai
bagian dari laminasi lapisan tipis, dengan foil diapit seperti sandwich antara
lapisan luar dan lapisan segel panas. Laminasiseperti
kertas/polietilen/foil/polietilen dan polyester/polietilen/foil/polietilen umum
digunakan sebagai perintang yang baik. Polyester yang diberi logam digunakan
sebagai pengganti foil untuk pemakaian beberapa kemasan perintang karena
biayanya lebih rendah, penampilan yang baik sekali dan tahan lekukan (Lachman,
1994).

Dan masih ada banyak lagi teknik pengemasan produk farmasi seperti;
Penyegel Botol, Segel Berupa Pita, Tutup yang Mudah Dirobek, Tube yang
Disegel, Wadah Aerosol dan Kotak Karton yang Disegel (Lachman, 1994).
BAB III
PENUTUP

II.1 kesimpulan

Kebanyakan sediaan tablet dimaksudkan untuk ditelan, kemudian zat


aktifnya diabsorbsi disaluran cerna. Namun, ada beberapa jenis tablet khusus yang
digunakan dengan cara lain. Seperti absorbsi melalui selaput mukosa oral, obat
bukal dan sublingual komersial, tablet vagina, dan tablet rektal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depertemen Kesehatan RI, 1995.
2. Prof. dr. Siregar, J.P. Charles, M.Sc., Apt. 2008. Teknologi Farmasi Sediaan
Tablet Dasar- dasar Praktis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
3. Drs. Syamsuni H.A, Apt. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
4. https://www.google.co.id/amp/s/nuniksites.wordpress.com/2014/01/28/makalah-
tablet-dunia farmasi/amp.
5. Julianti, Elisa dan Nurminah, Mimi, 2006, Buku Ajar Tekologi Pengemasan,
Universitas Sumatera Utara Press, Sumatera
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat
7. Voight, Rudolf, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Ed.5, Universitas
Gadjah Mada Press, Yogyakarta
8. Lachman, L., Lieberman, Herbert A., Kanig, Joseph L., 1994, Teori dan Praktek
Farmasi Industri III Ed.3, Universitas Indonesia Press, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai