Anda di halaman 1dari 111

Informasi Umum Obat

Mayang Aditya Ayuning Siwi, M.Farm.,Apt.


OBAT
Definisi
Zat yang digunakan untuk pencegahan dan
penyembuhan penyakit serta pemulihan dan
peningkatan kesehatan bagi penggunanya
Setiap obat punya manfaat, namun juga
mempunyai efek samping yang merugikan. Oleh
karena itu, obat harus digunakan sesuai dengan aturan
pakainya
Tempat Pembelian Obat

•Apotek
•Toko obat berizin
•Klinik
•Rumah sakit
Penandaan Obat
• Nama obat dan zat aktif
• Logo obat
• Nomor izin edar atau nomor registrasi

Contoh : DKL1234567891A1
Digit pertama Digit ketiga
D = nama Dagang L = Lokal
G = Generik I = Impor
Digit kedua Digit 4 & 5 = tahun registrasi
B = obat bebas Digit 6,7,8 = menunjukkan
T = obat bebas terbatas nomor urut pabrik
K = obat keras
P = psikotropika
N = narkotika
• Digit 9,10,11 : menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk
masing-masing pabrik
• Digit 12 dan 13 : menunjukkan bentuk sediaan obat jadi
• Digit 14 : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi
A=menunjukkan kekuatan obat jadi yang pertama di setujui
B=menunjukkan kekuatan obat jadi yang kedua di setujui
C=menunjukkan kekuatan obat jadi yang ketiga disetujui dst
• Digit 15 : menunjukkan kemasan berbeda untuk tiap nama, kekuatan
dan bentuk sediaan obat jadi
1 : menunjukkan kemasan utama
2 : menunjukkan beda kemasan yang pertama
3 : menunjukkan beda kemasan yang kedua dst.
Contoh : GNL 7615508910A1
G = nama generic
N = golongan obat narkotik
L = produksi local/dalam negeri
76 = tahun produksi
155 = nomor urut pabrik ke 155 di Indonesia
089 = obat jadi yang disetujui ke 89 dari pabrik tersebut
10 = bentuk sediaan tablet
A = kekuatan sediaan obat jadi yang pertama disetuji
1 = kemasan utama
Batas Kadaluarsa (Expire date/ED)
Batas waktu jaminan produsen
terhadap kualitas produk. Bila
penggunaan telah melewati batas
ED, produsen tidak menjamin
kualitas produk tersebut
Kemasan Obat
Kemasan obat dalam keadaan baik seperti segel tidak rusak, warna dan
tulisan pada kemasan tidak luntur

Nama dan Alamat Industri Farmasi


Syarat Suatu Obat
• Obat harus berkhasiat atau mempunyai efek, efek yang dimaksud
adalah tiga fungsi obat yaitu dengan tujuan preventif, promotif dan
kuratif
• Obat harus mempunyai mutu dan karakter, harus diketahui senyawa
kimianya (zat aktifnya)
• Obat harus aman ketika digunakan. Keamanan suatu obat biasanya
dinyatakan dengan suatu bilangan yang disebut Indeks Terapi yaitu
perbandingan antara Dosis Letal (DL50) dan Dosis Efektif (DE50)
Informasi Obat

?
1. Nama obat : Nama obat dalam kemasan terdiri dari nama dagang
dan nama zat aktif yang terkandung di dalamnya
2. Komposisi obat : informasi tentang zat aktif yang terkandung di
dalam suatu obat, dapat merupakan zat tunggal atau kombinasi dari
berbagai macam zat aktif dan bahan tambahan lain
3. Indikasi : informasi mengenai khasiat obat untuk suatu penyakit
4. Aturan pakai : informasi mengenai cara penggunaan obat yang
meliputi waktu dan berapa kali obat tersebut digunakan
5. Peringatan perhatian : tanda peringatan yang harus diperhatikan
pada setiap kemasan obat bebas dan obat bebas terbatas
6. Tanggal kadaluwarsa : tanggal yang menunjukkan berakhirnya
masa kerja obat
7. Nama produsen : nama industry farmasi yang memproduksi obat
8. Nomor batch : Nomor kode produksi yang dikeluarkan oleh industry
farmasi
9. Harga eceran tertinggi : harga jual obat tertinggi yang
diperbolehkan oleh pemerintah
10. Nomor registrasi : tanda ijin edar abash yang diberikan oleh
pemerintah
INFORMASI OBAT
DALAM SWAMEDIKASI
• Nama obat dan kekuatannya
• Indikasi dan aturan pakai
• Cara menggunakan
• Berapa lama obat harus digunakan
• Apa yang harus dilakukan jika terlupa minum atau menggunakan obat
• Mekanisme kerja obat
• Efek pada gaya hidup
• Cara penyimpanan obat
• Kemungkinan terjadinya efek samping yang akan dialami
• Interaksi antar obat dan makan
• Informasi tambahan lainnya
Peran Tenaga Kefarmasian Pada
Swamedikasi
• Merespon keluhan yang disampaikan oleh pasien saat melakukan
swamedikasi
• Memberikan solusi terhadap masalah pasien (informasi atau harus
dirujuk ke dokter
• Tindakan tersebut merupakan tuntutan praktek apoteker saat ini
(KepMenKes 1027/2004 dan KepMenKes 35/2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek)
Peran Farmasis dalam Swamedikasi
Penyedia
obat yang
berkualitas

Pengajar dan
Komunikator
pengawas

Promotor
Rekan setara
kesehatan
Perubahan paradigma praktek
kefarmasian mengacu kepada pola baru
pelayanan kefarmasian yang telah
berkembang di dunia yaitu Asuhan
Kefarmasian (Pharmaceutical Care)
Asuhan Kefarmasian (Pharmeceutical Care)
• Paradigma praktek kefarmasian yang berorientasi
kepada pasien
• Tanggung jawab farmasis dalam terapi obat kepada
pasien agar tercapai outcome tertentu untuk dapat
meningkatkan kualitas hidup
• Pasien memerlukan dan berhak mendapat asuhan
kefarmasian dan untuk pengamanan penggunaan obat
Proses Dalam Asuhan Kefarmasian
• Membangun kerjasama professional dengan pasien
• Informasi tentang pasien dikumpulkan dan
didokumentasikan
• Menjamin pasien mendapat semua informasi tentang
obat yang di dapat
• Melakukan control dan monitoring pengobatan pasien
• Peduli terhadap adanya kebutuhan pasien terkait obat
Hal yang Harus dikuasai oleh Farmasis pada
Pelayanan Swamedikasi
• Membedakan antara gejala minor dan gejala yang
lebih serius
• Kemampuan mendengarkan
• Kemampuan bertanya
• Pemilihan terapi berdasarkan bukti keefektifan
Pendekatan Dalam Membangun Hubungan
Terapeutik
• WWHAM
W- Who is the patient?
W- What are the symptoms?
H – How long have the symptoms been present?
A – Action taken?
M – Medication being taken?
ASMETOD
• A-age and appearance
• S – Self or someone else
• M – Medicines
• E – Extra medicines
• T – Time persisting
• H – History
• O – Other symptoms
• D – Danger symptoms
Dokumentasi Pengobatan
a. Informasi tersusun rapi, terorganisir, dan dapat ditemukan dengan cepat
b. Informasi dapat dipahami dengan mudah, sehingga setiap tenaga ahli
asuhan kesehatan dapat menentukan apa permasalahan, tindakan yang
diambil, dan tindak lanjut yang diperlukan
c. Informasi subyektif dan obyektif bersifat akurat
d. Merupakan pengkajian terhadap informasi pasien, berfokus pada
permasalahan terapi obat
e. Mencantumkan rencana untuk mengatasi permasalahan yang
terindentifikasi
f. Mencantumkan rencana pemantauan terapeutik dan tindak lanjut
Manfaat Dokumentasi Pengobatan
• Merupakan rekaman permanen informasi pasien
• Bertindak sebagai rekaman dan bukti aktivitas asuhan pasien oleh
farmasis
• Mengkomunikasikan informasi penting kepada farmasis dan tenaga
ahli asuhan kesehatan lainnya
• Bertindak sebagai rekaman legal dari asuhan pasien yang diberikan
Tanggung Jawab dalam Swamedikasi
• Tanggung jawab farmasis untuk memberi informasi dan saran yang
objektif tentang swamedikasi dan obat-obatan yang tersedia
• Melapor kepada pemerintah dan industry farmasi apabila ditemukan
adanya efek samping yang muncul
• Merekomendasikan rujukan kepada dokter apabila swamedikasi yang
dilakukan tidak tepat
• Memberi penjelasan kepada masyarakat bahwa obat adalah produk
khusus dan harus disimpan serta diberi perhatian khusus.
Penggunaan Obat yang
Rasional
Meningkatkan pengetahuan dalam memahami pengertian dan batasan
penggunaan obat yang rasional, mengenal dan memahami berbagai faktor yang
mempengaruhi terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional, memahami indicator
penggunaan obat rasional dan melakukan pembinaan untuk melakukan upaya
perbaikan penggunaan obat rasional

Tujuan penggunaan obat rasional :

Untuk menjamin pasien mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan


kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dengan harga yang terjangkau
Prinsip POR

Berbasis bukti
• Evidence based medicine (EBM)
ilmiah terkini

Tepat manfaat • High benefit-risk ratio

Tepat biaya • High benefit-cost ratio


Belum optimalnya penggunaan obat secara rasional di fasyankes,
misalnya polifarmasi, penggunaan AB irrasional, swamedikasi
tidak tepat dll

Gencarnya iklan dan pemasaran obat yang mempengaruhi


peresepan obat dan swamedikasi masyarakat

Masih tingginya penggunaan antibiotic secara tidak rasional oleh


tenaga kesehatan dan masyarakat

Masih kurangnya jumlah dan kompetensi tenaga farmasi


Dampak Ketidakrasionalan Penggunaan Obat
1. Dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan
2. Dampak terhadap biaya pengobatan
3. Dampak terhadap kemungkinan efek samping
dan efek lain yang tidak diinginkan
4. Dampak terhadap mutu ketersediaan obat
Tujuan Program POR
• Meningkatkan efektifitas dan efisiensi biaya pengobatan
• Mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh obat dengan
harga terjangkau
• Mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat yang dapat
membahayakan pasien
• Meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu
pelayanan kesehatan
EFEK SAMPING OBAT
Efek Samping Obat

• Tiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang
terjadi pada dosis yang digunakan manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis, dan terapi (WHO).

• Efek samping tidak bisa dihindari/dihilangkan sama sekali tetapi dapat


ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari faktor-
faktor resiko yang sebagian besar sudah diketahui
Faktor Penyebab Terjadinya ESO
a. Faktor Pasien
• Umur
• Genetik
• Penyakit yang diderita
b. Faktor Obat
• Pemilihan obat
• Jangka waktu penggunaan obat
• Interaksi obat
Macam Interaksi Obat
• Interaksi farmakokinetika : interaksi yang terjadi ketika satu obat
mengganggu absorbs, distribusi,biotransformasi (metabolism) atau
ekskresi obat lain. Interaksi yang dihasilkan dapat meningkatkan atau
mengurangi jumlah obat yang tersedia
• Interaksi Farmakodinamika : interaksi yang terjadi akibat obat bekerja
pada tempat kerja, reseptor, atau system fisiologi yang sama,
akibatnya: berkurang atau hilangnya khasiat terapi, meningkatnya
aktivitas obat, dapat terjadi reaksi toksik obat
Pengelompokan Efek Samping

a. Efek samping obat yang dapat diperkirakan

Timbul akibat aksi farmakologi yang berlebihan

Contoh : pasien stroke yang mengonsumsi obat antidiabetik oral dan


hipertensi dengan dosis tinggi dapat menyebabkan efek samping berupa
hipoglikemia dan hipotensi
b. Efek samping obat yang tidak dapat diperkirakan

Contoh : reaksi alergi dan idiosinkratik. Hal ini disebabkan karena tidak
tergantung oleh dosis dan hanya terjadi pada sebagian kecil populasi.

Gejala : kulit memerah dari ringan hingga berat atau berakibat fatal
seperti syok anafilaksis.
Dampak Efek Samping Obat

a. Ekonomi

ESO dapat menyebabkan keluhan baru dan meningkatkan biaya pengobatan

Contoh : penggunaan Asam Mefenamat dapat menimbulkan rasa mual,


sehingga pasien diharuskan mengonsumsi obat mag setengah/seperempat jam
sebelum makan, kemudian mengonsumsi obat tersebut
b. Efek Psikologik

Adanya keluhan lain yang dirasakan akibat ESO membuat pasien


seringkali trauma mengonsumsinya dan menimbulkan ketidakpatuhan
pada aturan pakai obat.

Contoh : antibiotic mempunyai efek samping rasa mual, sehingga


penggunaannya tidak sampai habis
ESO Yang Dapat Dimanfaatkan

????
1. Pasien flu yang mendapatkan obat penurun panas, obat batuk, dan
antihistamin akan mengantuk sesudah mengonsumsi obat tsb. ESO
mengantuk dari antihistamin tsb diperlukan untuk dapat beristirahat
dengan tidur sehingga mempercepat penyembuhan flu
2. Pasien penyakit alergi yang timbul gatal-gatal pada kulit, dengan
meminum antihistamin akan mengantuk dan tertidur, membuat
pasien dapat berhenti untuk menggaruk
3. Antihistamin lain, misalnya Siproheptadin sering diberikan kepada
anak yang tidak mau makan, karena mempunyai ESO meningkatkan
nafsu makan
Upaya Pencegahan Timbulnya ESO
• Baca dengan saksama penandaan yang tercantum pada etiket, label,
kemasan dan brosur obat
• Ingatlah efek samping yang pernah dialami supaya tidak terulang
kembali dan sampaikan
• Patuhi aturan pakai sesuai petunjuk dokter atau yang tertera pada
penandaannya
• Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi
sekaligus
• Beri informasi jika sedang hamil atau menyusui, alergi terhadap obat
tertentu, dan penderita diabetes
• Hati-hati memberikan obat bebas pada anak-anak
• Perhatikan tanggal kadaluarsa obat
• Perhatikan bentuk fisik obat
• Simpanlah obat sesuai petunjuk
• Jika dalam pengobatan terjadi gejala penyakit baru, atau memperburuk
keadaan segera periksa ke dokter untuk mencegah hal yang tidak
diinginkan
Upaya Untuk Mengatasi Terjadinya ESO
• Efek samping yang mengganggu seperti mual dan muntah akibat
antibiotic dapat diatasi dengan meminum obat anti mual kurang lebih
30 menit sebelumnya
• Nyeri lambung akibat penggunaan AINS bisa diatasi dengan obat
antimual
• Pasien rematoid artritis yang harus mengomsumsi AINS dalam jangka
panjang dapat mengatasi nyeri lambungnya dengan obat-obatan
gastrointestinal
Contoh ESO yang Terjadi pada Obat Lazim Digunakan dalam
Swamedikasi

• Mengantuk, mulut kering dan meningkatkan nafsu makan akibat


penggunaan Antihistamin
• Kerusakan hati dan ginjal akibat Parasetamol
• Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin
• Pendarahan usus akibat Aspirin
• Tuli dan gagal ginjal akibat antibiotik Gentamisin
• Iritasi pada kulit dan timbulnya reaksi alergi akibat Resorsinol
• Gangguan pada usus dan ruam di kulit akibat Amoksisilin
• Iritasi mukosa lambung akibat Asetosal
• Osteoporosis, peningkatan tekanan darah dan tukak lambung akibat
Deksametason
• Insomnia, sakit kepala, gelisah dan berkeringat akibat Efedrin
Penggolongan Obat berdasarkan Keamanannya
pada kehamilan
1. Kategori A

Studi terkontrol pada ibu hamil tidak menunjukkan adanya peningkatan


resiko untuk terjadinya kelainan janin apabila diberikan selama kehamilan

Misalnya : parasetamol, penisilin, eritromisin, digoksin, isoniazid, asam


folat, levotiroksin, supplemen kalium, dan vitamin preanatal jika diminum
sesuai dosis yang direkomendasikan
2. Kategori B

Studi pada hewan coba tidak menunjukkan adanya resiko pada


janin, tetapi tidak ada studi terkontrol pada ibu hamil

Misalnya : antibiotic golongan Penisillin (Amoksisilin, Ampisilin),


makrolida (Claritromisin, Azitromisin) , dan sebagian besar golongan
Sefalosporin (Cefadroksil, Cefixime, Ceftriakson, Cefotaxim)
Kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-temuan pada studi
toksikologi pada hewan, yaitu:

• B1 : dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatkan kejadian


kerusakan janin. Contoh : simetidin, dipiridamol, dan spektinomisin
• B2 : data dari penelitian pada hewan belum memadai, tetapi ada
petunjuk tidak meningkatkan kejadian kerusakan janin. Contoh :
tikarsilin, amfoterisin, dopamine, asetiksistein, dan alkaloid
belladonna
• B3 : penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian
kerusakan janin, tetapi belum tentu bermakna pada manusia. Contoh :
karbamazepin, pirimetamin, griseofulvin, trimethoprim, dan
mebendazol
3. Kategori C

Obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa


disertai malformasi anatomis semata-mata karena efek
farmakologiknya.

Obat ini hanya boleh diberikan jika besarnya manfaat yang


diperoleh melebihi besarnya resiko terhadap janin
Beberapa obat yang digunakan untuk terapi kondisi yang
mengancam nyawa seperti albuterol (asma), zidovudine dan lamivudine
(HIV/AIDS) dan obat antihipertensi golongan penyekat beta narkotik,
fenotiazin, rifampisin, aspirin, AINS, diuretika dan penyekat kalsium
4. Kategori D

Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian


malformasi janin pada manusia atau menyebabkan kerusakan janin yang
bersifat ireversibel

Contoh : androgen, fenitoin, pirimidon, fenobarbital, kinin, klonazepam,


asam valproate, steroid anabolic, kortikosteroid sistemik, azathioprine,
carbamazepine, dan lithium
5. Kategori X
Obat yang telah terbukti mempunyai resiko tinggi terjadinya pengaruh
buruk yang menetap (irreversible) pada janin jika diminum pada masa
kehamilan
Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi mutlak selama
kehamilan
Contoh : Isotretionin, Dietilbestrol, Talidomid
Golongan Obat Berdasarkan Penyakit
yang Dapat Digunakan Dalam
Swamedikasi
Obat Nyeri Panas
a. Demam
Demam merupakan suatu keadaan ketika suhu tubuh mengalami
keadaan di atas suhu normal. Demam bukan termasuk penyakit tapi
gejala dari suatu penyakit.
Contoh : Parasetamol/acetaminophen, Asetosal (Aspirin), Ibuprofen
b. Nyeri
Nyeri merupakan gejala akibat gangguan-gangguan pada tubuh
seperti infeksi dan kejang otot, serta peradangan. Penyebab nyeri adalah
rangsangan pada ujung syaraf dan kerusakan jaringan tubuh.
Contoh : Ibuprofen, Asetosal (Aspirin), Parasetamol
Obat Saluran Pernafasan
a. Batuk
Batuk adalah respons alami pertahanan tubuh untuk
mengeluarkan zat asing yang mengganggu saluran pernapasan seperti
debu, asap, lender dan iritan.
Contoh : Bromhexin, Gliseril Gualakolat, Dextrometorphan
b. Flu
Flu atau influenza adalah gangguan saluran pernapasan akibat
infeksi virus yang mempunyai gejala batuk, pilek, demam, sakit kepala.
Contoh : kombinasi obat batuk, pilek, dan antihistamin, atau kombinasi
obat batuk pilek, antihistamin dan parasetamol
c. Pilek

Pilek merupakan keadaan tersumbatnya saluran pernapasan karena


tubuh menghasilkan banyak lender atau ingus untuk mengeluarkan iritan yang
terdapat pada saluran pernapasan. Penyebab pilek antara lain alergi, radang,
dan adanya benda yang bersifat iritan seperti asap dan debu

Contoh : Antihistamin, Pseudoefedrin, Fenilpropanolamin, Fenilefrin dan


Oksimetazolin
d. Asma
Asma merupakan gangguan saluran pernapasan akibat
penyempitan saluran napas karena terdapat peradangan. Gejala yang
muncul adalah batuk yang menghasilkan dahak berlebihan, mengi, dan
sesak napas
Contoh : Teofilin, Salbutamol, dan Terbutalin
Obat Saluran Pencernaan
a. Diare
Diare merupakan gangguan yang dicirikan dengan buang air
besar berbentuk cairan sebanyak lebih dari tiga kali. Pada kasus diare
yang berat, dapat mengakibatkan dehidrasi
Contoh : Oralit, Norit, Adsorben
b. Sembelit
Sembelit merupakan gangguan sulit buang air besar atau sering
disebut konstipasi. Penyebabnya antara lain kurang konsumsi makanan
yang mengandung serat, kurang minum, dan kurang olahraga
Contoh : Bisakodil, Laktulosa
c. Mag
Mag adalah nyeri pada lambung akibat peningkatan produksi
asam lambung. Umumnya mag terjadi karena jadwal makan yang tidak
teratur
Contoh : Antasida AL(OH), Mg(OH)
Obat Kecacingan

Kecacingan adalah infeksi parasite berupa golongan cacing yang


hidup di dalam tubuh manusia. Kasus kecacingan banyak terjadi akibat
sanitasi dari perorangan dan lingkungan yang buruk

Contoh : Pirantel Pamoat dan Piperazine


Obat Penyakit Kulit
a. Biang keringat
Merupakan masalah kulit yang dialami akibat cuaca yang panas
dan lembap. Gejalanya ditandai dengan timbulnya bintil-bintil
kemerahan halus di daerah lipatan tubuh
Contoh : Salicyl Talk dan sediaan yang mengandung Kalamin
b. Jerawat
Perubahan hormone yang mengakibatkan produksi minyak
berlebih. Sumbatan minyak oleh keratin dari kulit dapat menjadi bisul
dan nanah apabila terkena infeksi
Contoh : Sulfur, Benzoil Peroksida, Resorsinol, dan Asam Salisilat
c. Kadas/kurap dan Panu

Termasuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur pada


kulit. Kadas/kurap memiliki gejala terdapat peradangan di kulit, terdapat lesi
yang berbentuk bulat dengan pinggir meninggi dan bersisik pada bagian
tengah agak cekung. Panu ditandai dengan munculnya bercak bersisik halus
berwarna putih hingga cokelat

Contoh : Klotrimazol, Ketoconazol, Miconazol


d. Kudis
Infeksi kulit yang disebabkan oleh parasite. Ciri-cirinya, yaitu
terdapat bintil-bintil kecil berwarna merah dan mengakibatkan gatal
hebat yang mengganggu. Kudis dapat menular kepada orang lain,
kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Contoh : sediaan yang mengandung Gamaheksan (lindane) 0,5%,
Triklorokarbanilida 0,5%, Asam Salisilat, serta sediaan yang
mengandung Lindane 1%, Asam Usnat 1%
e. Kutil

Gangguan kulit berupa jaringan yang tumbuh dan disebabkan


oleh virus. Biasanya keberadaan kutil tidak berbahaya tetapi sangat
mengganggu.

Contoh : sediaan mengandung Asam Salisilat 2 g, Asam Laktat 0,5 g,


Polidokanol 0,2 g
Obat Iritasi Mata

Masuknya benda asing seperti bahan kimia, debu, atau asap dapat
menyebabkan gangguan pada mata. Mata yang mengalami iritasi ringan
dicirikan dengan mata merah, berair atau gatal

Contoh : Benzalkonium, Tetrahidrozolin HCL, Hidroksipropil


Metilselulosa dan Sulfasetamida Natrium
Obat Sakit Telinga

Gangguan pada telinga akibat kotoran tersumbat, kemasukan air,


infeksi, atau radang. Pengobatan telinga secara mandiri hanya sebatas
pada bagian daun telinga hingga saluran pendengaran bagian luar.

Contoh : Natrium Dokusat


Obat Luka
a. Luka Bakar
Merupakan cedera pada jaringan kulit yang diakibatkan oleh api
atau cairan panas. Dapat dibagi menjadi 3 jenis, luka bakar permukaan,
luka bakar sedang, luka bakar dalam. Pertolongan pertama : celupkan
dalam air dingin kemudian letakkan di bawah aliran air selama 15
menit. Hindari penggunaan salep/krim, mentega, dan tidak perlu dibalut
Contoh : sediaan yang mengandung Perak Sulfadiazine dan obat yang
mengandung Oleum lecoris Aselli
b. Luka Iris dan Serut

Disebabkan oleh benda tajam, sedangkan luka serut disebabkan


oleh permukaan kasar yang bergesekan dengan kulit

Contoh : sediaan yang mengandung Povidon Iodin


Bentuk Sediaan Obat
Bentuk Sediaan Obat Padat
•Serbuk
•Granul
•Tablet
•Kapsul
SERBUK
• Campuran kering bahan obat atau zat kimia
• Diameter 1,2-1,7 µm dengan atau tanpa vehikulum serta untuk penggunaan
oral atau topical
Macam serbuk :
• Serbuk terbagi
Pulveres, dikemas dalam suatu bungkus/sachet untuk dosis tunggal
• Serbuk tak terbagi
Bulk Powder tersedia sebagai sirup oral antibiotik dan serbuk kering
lainnya yang tidak poten
Pulvis (serbuk tabur)
Powder for injection (serbuk injeksi)
Cara Penggunaan
• Pulveres dan bulk powder dilarutkan atau disuspensikan dalam
aquadest sebelum diminum
• Pulvis adspersorius (serbuk tabur), ditaburkan pada kulit
• Serbuk injeksi, dilarutkan atau disuspensikan dalam aqua pro injeksi
GRANUL
• Sediaan bentiuk padat, berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4µm
dengan atau tanpa vehikulum
Macam granul :
• Bulk granules
Tersedia sebagai sirup oral/dry sirup untuk multiple dose
• Divided granules
Dikemas dalam bungkus/sachet untuk single dose. Dikenal pula sediaan
effervescent granules
Cara Penggunaan
• Sebelum diminum, dilarutkan/disuspensikan dulu dalam air atau
pelarut yang sesuai
Tablet
Sediaan obat berbentuk padat kompak
dan merupakan tipe umum dari suatu
tablet kempa cetak, tanpa penyalut/salut.
Bentuk ini mengalami disintegrasi/pecah
dan disolusi/larut di lambung, dan
kemudian dilanjutkan di usus
Macam Tablet
1. Berdasarkan teknik pembuatannya dikenal 2 macam
a. Tablet cetak
b. Tablet kempa
2. Berdasarkan penggunaannya
a. Bolus f. Tablet efervescent
b. Tablet triturate g. Tablet Kunyah (chewable tablet)
c. Tablet hipodermik h. Tablet hisap (Lozanges)
d. Tablet bukal 1. Local
e. Tablet sublingual 2. Sistemik
3. Berdasarkan formulasinya
• Tablet salut gula
• Tablet salut film
• Tablet salut enteric
• Sediaan retard
4. Berdasarkan bentuknya
a. Bulat pipih dengan kedua permukaannya plat/rata atau cembung.
Dalam perdagangan disebut TABLET
b. Silindris seperti kapsul, dalam perdagangan disebut KAPLET
KAPSUL
• Sediaan padat, bahan aktifnya berbentuk padat atau setengah padat
dengan/tanpa bahan tambahan dan terbungkus suatu cangkang yang
keras terbuat dari gelatin dengan/tanpa bahan tambahan
• Ukuran kapsul 000,00,0,1,2,3,4,5. ukuran 000 mempunyai volume
terbesar (1,36 ml) dan ukuran 5 mempunyai volume terkecil (0,12 ml)
Macam
• Kapsul cangkang keras (Hard capsule)
• Kapsul cangkang lunak (Soft capsule)
Sediaan Cair
Sediaan cair terbagi menjadi 3 bentuk :
1. Solutiones (larutan)
2. Suspensiones (suspense)
3. Emulsa (emulsi)
Keuntungan Dari Sediaan Cair
1. Cocok untuk penderita yang sukar menelan
2. Absorbsi obat lebih cepat dibandingkan dengan sediaan oral lain. Urutan
kecepatan absorbsinya larutan > emulsi > suspense
3. Homogenitas lebih terjamin
4. Dosis/takaran dapat disesuaikan
5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan padat terutama bentuk
larutan. Untuk suspense dan emulsi keseragamannya dosis tergantung
pada pengocokan
6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung atau
dirusak cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat
Kerugian Dari Sediaan Cair
1. Tidak dapat dibuat untuk sneyawa obat yang tidak stabil dalam air
2. Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar ditutupi
3. Tidak praktis
4. Takaran penggunaan obat tidak dalam dosis terbagi, kecuali sediaan
dosis tunggal, dan harus menggunakan alat khusus
5. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan
merupakan katalis reaksi
6. Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang
khusus (sediaan parenteral)
Solutiones (Larutan)
• sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut
• Contoh :
Larutan penyegar cap kaki tiga
Iodine povidon solution
• Cara mengenal kerusakan
1. Terjadinya kekeruhan atau perubahan warna
2. Terbentuk Kristal atau endapan zat padat
3. Terjadi perubahan bau
4. Perubahan viskositas
SUSPENSIONES (SUSPENSI)
• Sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair
• Macam :
1. Suspensi oral
2. Suspensi topical
3. Suspensi untuk injeksi
• Contoh :
1. Sanmag suspense
2. Kenacort Injeksi
Cara Mengenal Kerusakan Sediaan Suspensi
• Terbentuk cake yang tidak dapat terdispersi kembali
• Terjadi perubahan warna dan perubahan bau
Emulsa (Emulsi)
• Sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain yang tidak saling campur, dalam bentuk tetesan kecil
• Macam :
1. Emulsi minyak dalam air (O/W)
2. Emulsi air dalam minyak (W/O)
• Contoh :
1. Scott’s emulsion
2. Laxadine emulsi
Cara Pengenalan Kerusakan
• Creaming, erpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain
• Cracking, pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak
dan butir minyak akan menyatu
• Terjadinya perubahan warna dan bau
Berdasarkan cara pemberiannya, bentuk sediaan cair digolongkan
menjadi :
1. Sediaan cair oral
2. Sediaan cair topical
3. Sediaan cair rektal/vaginal
4. Sediaan cair parenteral
Sediaan Cair Oral
• Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dnegan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna
yang kuat dalam air atau campuran kosolve-air.
• Macam :
1. Potiones (obat minum)
2. Elixir
Sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan
tambahan yang memiliki bau dan rasa yang sedap dan pelarut digunakan
campuran air-etanol. Etanol yang digunakan etanol 90% dengan kadar
5-15%
3. Sirup
Suatu larutan obat yang mengandung satu atau lebih jenis obat dengan
zat tambahan dan sukrosa sebagai pemanis
4. Guttae (Drop)
Sediaan cair (umumnya larutan), apabila tidak dinyatakan lain
dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara meneteskan
Sediaan Cair Topikal, antara lain :
1. Collyrium (Kolirium)
Sediaan berupa larutan steril, jernih, isotonis, digunakan untuk
membersihkan mata, dapat mengandung zat dapar dan zat pengawet
Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet digunakan paling
lama 24 jam setelah botol dibuka tutupnya
Kolirium yang mengandung pengawet digunakan paling lama tujuh
hari setelah botol dibuka
2. Guttae ophthalmicae (tetes mata)
Larutan steril bebas partikel asing dan digunakan pada mata
Hanya boleh digunakan selama 30 hari setelah tutupnya dibuka
Digunakan dengan cara meneteskan ke dalam lekuk atau ke
permukaan selaput bening mata
3. Gargarisma (Gargle)
Sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat dan harus
diencerkan sebelum digunakan, mengandung antiseptic
Digunakan untuk pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan,
juga digunakan untuk merawat atau mengubah faring dan nasofaring
dengan menekan udara dari paru-paru akibat dari penahanan sediaan
dalam tenggorokan
4. Mouthwash (pencuci mulut)
Larutan yang digunakan dengan cara dikumur-kumur dalam mulut
tetapi tidak sampai tenggorokan
Biasanya hanya mengandung zat-zat untuk membersihkan mulut dan
memperbaiki bau
5. Guttae nasals (tetes hidung)
Obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke
dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar
dan pengawet
Minyak lemak dan minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai
cairan pembawa
Pada umumnya zat aktif berkhasiat dekongestan, anastetik local atau
antiseptik
6. Guttae auricularis (tetes telinga)
Sediaan cair yang digunakan untuk telinga yang berupa larutan atau
suspense yang digunakan dengan cara meneteskan ke dalam telinga
Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya yang
mempunyai kekentalan yang cocok sehingga dapat menempel pada
liang telinga
7. Inhalationes (Inhalasi)
Sediaan obat atau larutan atau suspense terdiri atas satu atau lebih
bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut
untuk memperoleh efek local atau sistemik
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau
disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernapasan.
Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat
mencapai bronkioli
Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas
Sediaan Setengah Padat

Sediaan setengah padat pada umumnya hanya digunakan sebagai

obat luar, dioleskan pada kulit untuk keperluan terapi atau berfungsi

sebagai pelindung kulit. Di samping itu bentuk sediaan setengah padat

juga dapat digunakan untuk sediaan kosmetika


Cara Mengenal Kerusakan Sediaan Setengah Padat

• Karena mengandung minyak atau lemak sebagai basis,


maka dalam penyimpanan dapat terjadi ketengikan,
terutama untuk sediaan-sediaan dengan basis lemak
tak jenuh, ketengikan ini dapat diketahui pada
perubahan bau dan konsistensinya
• Dapat terbentuk Kristal atau keluarnya fase padat dari
basisnya
• Terjadi perubahan warna
Cremores (Krim)
• Bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai
• Umumnya berbentuk emulsi minyak dalam air atau
disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alcohol
berantai panjang dalam air
• Lebih mudah dibersihkan dari kulit dibandingkan
dengan salep
Jelly (Gel)
• Merupakan system semi padat terdiri dari suspense yang
dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organic yang besar. Gel fase tunggal terdiri dari
makromolekul organic yang tersebar serba sama dalam suatu
cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara
molekul makro yang terdispersi dalam cairan
• Mempunyai viskositas yang lebih encer dari salep
• Gel dapat dicuci karena mengandung mucilage, gum atau
bahan pensuspensi sebagai basis
Pastae (Pasta)
• Sediaan yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan
untuk pemakaian topical
• Konsistensi pasta lebih kenyal dari unguentum
• Pasta tidak memberikan rasa berminyak
• Keuntungan bentuk sediaan pasta:
1. Pasta mengikat cairan sekret
2. Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga
meningkatkan daya kerja lokal
Sapo
• Didapat dengan proses penyabunan alkali dengan
lemak atau asam lemak tinggi
• Konsistensi sapo tergantung pada basa yang
digunakan untuk proses penyabunan. KOH
menghasilkan sabun lunak/lemak dan NaOH
menghasilkan sabun keras
Unguenta (Salep)
• Sediaan setengah padat dengan konsistensi menyerupai lemak
• Mudah dioleskan tanpa perlu pemanasan, ditujukan untuk
pemakaian topical pada kulit atau selaput lender
• Bahan obat harus larut/terdispersi homogeny dalam dasar
salep yang cocok
• Secara umum salep dioleskan tipis-tipis pada daerah luka dan
banyaknya salep yang digunakantergantung dari luasnya
luka/lesi
Terimakasih
Selamat
belajar

Anda mungkin juga menyukai