Anda di halaman 1dari 17

1.

Sediaan Tablet
Tablet merupakan sediaan padat dan mengandung bahan obat, dapat dengan bahan
tambahan atau tanpa menambahkan bahan penolong/eksipien, namun pada topic ini
akan disampaikan juga definisi menurut beberapa sumber, yaitu :
a. Tablet adalah sedian padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan. (Anief. M 1996)
b. Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang di gunakan
dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat
pembasah, atau zat lain yang cocok. (FI III 1997)
c. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. (FI IV 1995)
d. Tablet dapat di definisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu
atau lebih zat aktif dengan atau tanpa eksperimen (yang meningkatkan mutu sediaan
tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat
anti lekat dan di buat dengan cara mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet.
(Charles S.2010)
1.1. Macam-macam sediaan tablet
1) Tablet biasa atau tablet telan. Tablet jenis ini dibuat tanpa penyalut, digunakan per
oral dengan cara ditelan, pecah dilambung. 56
Contoh : Bodrex tablet
2) Tablet kunyah, bentuknya seperti tablet biasa, cara pakainya dikunyah dulu dalam
mulut kemudian ditelan, umumnya tidak pahit.
Contoh : Promag tablet
3) Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles), adalah tablet yang dimaksudkan untuk
pengobatan iritasi lokal atau infeksi mulut atau tenggorokan yang ditujukan untuk
absorbsi sistemik setelah ditelan.
Contoh: Tablet Vitamin C.
4) Tablet larut (effervescent tablet). Tablet Effervescent adalah tablet yang
penggunaannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air kemudian diminum. Didalam
tablet selain zat aktif juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan
natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan \menghasilkan
karbondioksida. Contohnya Ca-D-Redoxon, tablet efervesen Supradin.
Contoh : Supradin Effervescent Tablet.
5) Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan berisi hormon
steroid, dimasukkan kebawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian
tablet dimasukkan dan kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan dilepas perlahan-lahan.
Contoh : Disulfiram Tablet Implantations.
6) Tablet hipodermik (hypodermic tablet). Tablet steril, umumnya berbobot 30 mg,
larut dalam air, digunakan dengan cara melarutkan kedalam air untuk injeksi secara
aseptik dan disuntikkan dibawah kulit (subkutan).
Contoh : Placebo
7) Tablet bukal (buccal tablet) digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi
dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
Contoh : Buccastem M Tablet.
8) Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah sehingga
zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.7
Contoh : Nitrogliserin Tablet.
9) Tablet vaginal atau tablet yang disisipkan dimaksudkan agar dapat larut secara
perlahan lahan dan melepaskan obat yang terkandung didalamnya kerongga vagina
(Lachman, 1994).
Contoh : Canesten
2. Supositoria dan Enema
Suppositoria adalah sediaan farmasi bentuk sediaan padat yang pemakaiannya
dengan cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia akan
melebur, melunak atau melarut, terdispersi dan memberikan efek lokal atau sistemik.
S u p o s i t o r i a   a d a l a h   s e d i a a n   p a d a t   d a l a m  berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra (FI V).
Enema merupakan sediaan obat berupa larutan ataupun gel yang dimasukkan kedalam
rektum dan colon, untuk merangsang pengeluaran kotoran (feses) memberikan efek
terapi lokal atau sistemik.
2.1. Macam-macam suppositoria dan enema berdasarkan tempat penggunaannya
 Rektal Suppositoria
Berbentuk ssperti peluru yang digunakan lewat rektal dan anus
 Vaginal Suppositoria (ovula)
Berbentuk bola lonjong seperti kerucut yang digunakan melalui vagina
 Urethral Suppositoria (bacilla, bougies)
Berbentuk batang panjang sekitar 7 cm - 14 cm digunakan melalui urethra
2.2. Contoh obat supositoria dan enema yang beredar di pasaran adalah :
a. Kaltrofen supositoria: untuk menghilangkan nyeri dan radang ( inflamasi ) akibat
artitis rheumatoid, osteo artritis, asam urat akut, spondilitis ankilosa.
b. Profenid supositoria: pengobatan artritis reumatoid, osteoartritis, ankylosing
spondylitis, kelainan artikuler & periartikuler akut, fibrositis, spondylitis servikal,
nyeri pinggang, kondisi muskuloskeletal yang terasa nyeri.
c. Dulcolax supositoria : obat pencahar pada sembelit.
d. Profiretix supositoria : pereda rasa sakit, nyeri, panas, demam
e. Stesolid supositoria: kondisi psikoneurotik (ansietas, tegang, tidak bisa istiharat).
Kondisi psikosomatik (gangguan  otot karena  tegang, gangguan tidur, gangguan
GI, masalah jantung). Relaksasi otot pada kejang (kejang demam & epilepsi).
Premedikasi.
f. Boraginol supositoria: obat wasir
g. Tromos supositoria: untuk meredakan demam, nyeri sakit kepala, nyeri sakit gigi.
h. Dumin supositoria: menghilangkan nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, dismenore
(nyeri pada saat haid), nyeri otot dan sendi, masuk angin, flu.
i. Aminofilin supositoria: obat asma
j. Chlorpromazin supositoria: anti muntah
k. Kloral hidrat supositoria: sedatif, hipnotik
l. Kokain, prokain, benzokian supositoria : anestesi lokal.
3. Sediaan Larutan (oral dan topikal)
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zatkimia yang terlarut
(Anonim, 1995). Larutan adalah sediaan cair yangmengandung bahan kimia terlarut,
kecuali dinyatakan lain untuk larutan (solution)steril yang digunakan sebagai obat luar
harus memenuhi syarat yang terterainjection (Anonim, 1979). Sediaan cair yang
mengandung bahan kimia terlarutkecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan
air suling (Anonim, 1979). Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara
dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinyadapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan
encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute reatif terhadap jumlah
pelarut.Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar
solute. Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent (pelarut) adalah medium
dalamdimana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Bentuk sediaan larutan berdasarkan cara pemberiannya dibedakan atas :
 Larutan oral
Yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat
dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau
campuran cosolvent-air.
1. Potiones (obat minum)
Adalah solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (peroral). Selain
berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi.
Contoh : Combi, OBH, dll.
2. Sirup
Ada 3 macam sirup yaitu :
a. Sirup simpleks, mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin 0,25 % b/v.
b. Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat
tambahan digunakan untuk pengobatan.
c. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau
penyedap lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa atau bau
obat yang tidak enak.
Contoh : Ambril Sirup
3. Elixir
Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan
(pemanis, pengawet, pewarna dan pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang
sedap dan sebagai pelarut digunakan campuran air – etanol.
Disini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat pada elixir dapat pula
ditmbahkan glicerol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti gula
bisa digunakan sirup gula.
Contoh : Bisolvon
4. Netralisasi, saturatio dan potio effervescent.
a. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam
dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral. Contohnya :
solutio citratis magnesici, amygdalas ammonicus.
b. Saturatio adalah Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan
basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh
dengan gas.
c. Potio effervescent adalah Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.
Contoh : Cdr, Redoxon, dll.
5. Guttae (drops)
Guttae / obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi,
apabila tidak dinyatakan lain maka dimaksudkan untuk obat dalam.
Larutan topikal
Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali juga
pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan untuk
penggunaan topikal pada mukosa mulut. Larutan topikal yang berupa suspensi disebut
lotio. Sediaan-sediaan termasuk larutan topikal :
1. Collyrium
Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas pirogen, isotonis, digunakan
untuk membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
Contoh : Y-rins
2. Guttae Ophthalmicae
Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang
dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Tetes
mata juga tersedia dalam bentuk suspensi, partikel halus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.
Contoh : Rohto.
3. Gargarisma
Gargarisma / obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam
keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan
untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.
Contohnya : Betadin gargle.
4. Guttae Oris
Tetes mulut adalah Obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara
mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumur, tidak untuk ditelan.
Contoh : ProPolis SM
5. Guttae Nasalis
Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan
obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan
pengawet. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai
cairan pembawa.
Contoh : Otrivin
6. Inhalation
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot oleh hidung atau mulut, atau
disemprotkan dalam bentuk kabut kedalam saluran pernafasan. Tetesan butiran
kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai bronkhioli.
Contoh : Salmeterol, Salbutamol, Teofilin, Aminofilin, dll.
7. Injectiones / Obat suntik
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir.
Contoh : Zycortal
8. Lavement / Enema / Clysma
Cairan yang pemakaiannya per rectum / colon yang gunanya untuk membersihkan
atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik. Enema yang digunakan
untuk membersihkan atau penolong pada sembelit atau pembersih feces sebelum
operasi, tidak boleh mengandung zat lendir. Selain untuk membersihkan enema
juga berfungsi sebagai karminativa, emolient, diagnostic, sedativa, anthelmintic
dan lain-lain.
Contoh : Fleet Enema
9. Douche
Adalah larutan dalam air yang dimaksudkan dengan suatu alat kedalam vagina,
baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan. Karena larutan ini
mengandung bahan obat atau antiseptik.
Contoh : Betadin Vagina Douche.
10. Epithema / Obat kompres
Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat-tempat
yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan
osmose digunakan untuk mngeringkan luka bernanah.
Contoh : Rivanol.
11. Litus Oris
Oles bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam
mulut. Contoh larutan 10 % Borax dalam gliserin.
Contoh : Gentian Violet
4. Sediaan Emulsi

Macam-macam emulsi :
1.     Emulsi alam/emulsi vera
Emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air.
Emulgator yang dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.
2.    Emulsi buatan/emulsi spuria
Pembuatan emulsi dari Oleum olivarum, Oleum anisi,  dan Eugenol
oil dengan penambahan gom arab, tragacanth dan kuning telur.
Merupakan emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari
luar.
Macam-macam Emulsi berdasarkan cara penggunaannya:
1. Oral
Umumnya Emulsi tipe o/w karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat
tertutupi, minyak bila dalam jumlah keci dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih
mudah dicerna
2. Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor, misalnya sifat zatnya
atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan
tujuan menghasilkan efek lokal.
3. Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan
atau disuspensika terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Contoh : Vit A
(Syamsuni, A. 2006)

scott Emulsion yang mengandung minyak ikan, sediaan emulsi ini bahkan memiliki aroma dan rasa yang
enak sehingga disukai anak. Sediaan lainnya adalah Curvit, Curcuma Plus, Scott +DHA dan masih banyak
yang lainnya.
4. Sediaan semisolida
Sediaan semisolid adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk tujuan pengobatan topikal
melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat bervariasi tergantung bahan pembawa (basis) yang
digunakan.
Sediaan semi solida meliputi satu kelompok yang diaplikasikan pada kulit atau pada
membran mukosa. Termasuk sediaan semisolid yaitu salep, krim, gel, dan pasta.
1. Salep (unguenta) adalah sediaan semisolid yang ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir (Farmakope Indonesia Edisi IV). Tujuan pembuatan
salep yaitu pengobatan lokal pada kulit, melindungi kulit (pada luka agar tidak
terinfeksi), dan melembabkan kulit.
Contoh : Borraginol, Kalmicetine, dll.
Macam – Macam Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. secara umum salep dapat   dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu:
1.      Salep berlemak
Senyawa hidrokarbon dan malam juga diaggap termasuk lemak.
3.      Salep pendingin
Suatu salep yang mengadung tetes air yang relatif besar. Pada pemakaian pada
kulit, tetes air akan menguap dan menyerap panas badan yang mengakibatkan
rasa sejuk.
5.      Mikstur gojog
Suatu bentuk suspensi dari zat padat dalam cairan, biasanya terdiri air,
glycerinum dan alkohol. Mikstur gojog biasanya mengandung 60% cairan.wadah
yang digunakan adalah botol mulut lebar, sebelum dipakai digojog dulu.sebagai
pensuspensi digunakan bentonit.

2. Krim (cream) adalah sediaan semi solid yang mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasasr yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat, melalui vaginal (Farmakope
Indonesia Edisi IV).
Contoh : Garamycin, Miconazole,dll.
Jenis-Jenis Krim menurut Wasitaatmadja (1997):

1. Krim pendingin (cold cream)

Pelembab yang karena kandungan airnya menguap secara lambat menimbulkan rasa
dingin pada kulit. Biasanya bentuk sediaannya air dalam minyak namun tidak terlalu
lunak dan tidak terlalu lengket, berisi bees-wax, mineral oil, paraffin, dan spermaceti.

2. Krim vitamin (vitamin cream)


Mengandung vitamin B compleks, asam pantotenat, vitamin E, vitamin A, C, D.
Kegunaan vitamin secara topikal pada kulit ini diragukan manfaatnya karena
permeabilitas kulit yang rendah dan jauh kurang efisien dibanding bila diberikan per
oral.

3. Krim urut (massage cream)

Ditujukan untuk memperbaiki kulit yang rusak dan meninggalkan minyak


dipermukaan kulit dalam waktu yang agak lama, biasanya berbentuk krim A/M.

4. Krim tangan atau badan (hand and body cream)

Dipakai untuk melembutkan dan menghaluskan kulit ditempat tersebut dengan


menggunakan emolien, humektan, dan barrier kulit. Pelembab biasanya lebih cair,
dapat ditambah tabir surya, aloe vera, alantoin, AHA, atau vitamin.

5. Krim mengandung zat makanan (nourishing cream or skin food cream)

Tidak memberi makan kulit tetapi hanya untuk lubrikasi, mengurangi hilangnya
kelembaban kulit dan tidak menghilangkan kerut secara permanent. Isi terpenting
adalah lanolin, white germ oil, sun flower oil atau corn oil.

3. Gel atau Jelly merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu
cairan (Farmakope Indonesia Edisi IV).
Contoh : Erlamycetin, Gatsby, Acne Clean, dll
4. Pasta adalah sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian topikal. Pasta umumnya dibuat dengan mencampurkan zat
padat langsung ke dalam sistem yang dikentalkan dengan menggerus sebagai basis
untuk membentuk massa seperti pasta. Pasta mengandung lebih banyak bahan padat
dan oleh karena itu lebih kental dan kurang meresap daripada salep.
Macam macam Pasta
1. Pasta berlemak
Suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). pasta berlemak
ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap dibandingkan dengan salep karena
tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung untuk
menyerap sekresi seperti serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi
lebih rendah dari salep.
Contoh : Acidi Salicylici Zinci Oxydi Pasta, Zinci Pata, dll.
2. Pasta Kering
Pasta Kering adalah suatu pasta bebas berlemak mengandung kurang lebih 60% zat
padat (serbuk).
Contoh : Ichthanolum
3. Pasta Pendingin
Campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair, dikenal dengan Salpe Tiga Dara.
4. Pasta Dentifriciae (Pasta Gigi)
Suatu campuran kental terdiri dari serbuk dan Glycerinum yang digunakan untuk
pembersih gigi. Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput ledit untuk
memperoleh efek lokal.
Contoh : Pasta Gigi Triamsinolon Asetonida
5. Sediaan Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu suspensi yang
siap digunakan atau suspensi yang direkonstitusikan dengan sejumlah air atau pelarut
lain yang sesuai sebelum digunakan. Jenis produk ini umumnya campuran serbuk
yang mengandung obat dan bahan pensuspensi yang dengan melarutkan dan
pengocokan dalam sejumlah cairan pembawa (biasanya air murni) menghasilkan
bentuk suspensi yang cocok untuk diberikan.
Macam-macam suspensi :
1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam
bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai, yang ditujukan untuk penggunaan oral.
Contoh : Suspensi Amoksisilin
2. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam  cairan pembawa cair yang di
tunjukkan untuk penggunaan kulit.
Contoh : Lotion
3. Suspensi tetes telinga adalah  sediaan cair yang mengandung partikel-
partikel halus yang ditunjukan untuk di teteskan pada telinga bagian
luar.
Contoh : Santadex
6. Aerosol dan inhaler
Aerosol merupakan istilah yang digunakan untuk sediaan semprotan kabut
tipis dari sistem bertekanan tinggi. Sering disalah artikan pada semua jenis sediaan
bertekanan, sebagian diantaranya melepaskan busa atau cairan setengah padat.
Aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam
wadah yang diberi tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk
memancarkan isinya hingga habis, dapat digunakan untuk obat luar atau obat dalam
dengan menggunakan propelan yang cukup (Farmakope Indonesia Edisi III)
Aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas dibawah
tekanan, mengandung zat aktif terapeutik yang dilepas pada saat sistem katup
yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaiaan topical pada kulit dan
juga pemakaiaan local pada hidung ( aerosol nasal ), mulut ( aerosol lingual ) atau
paru-paru ( aerosol inhalasi ) ukuran partikel untuk aerosol inhalasi harus lebih kecil
dari 10 mm, sering disebut juga “ inhaler dosis turukur “. Aerosol Busa adalah emulsi
yang  mengandung satu atau lebih zat aktif, surfaktan, cairan mengandung air atau
tidak, dan propelan (Farmakope Indonesia Edisi IV).
Macam-macam Aerosol :

 Aerosol Topikal (disemprotkan pada kulit), contoh: Chlor Aethyl Aerosol


 Aerosol Nasal (disemprotkan pada hidung), contoh: Afrin Nasal Spray
 Aerosol Lingual (disemprotkan ke dalam mulut), Contoh: Pengharum mulut
 Aerosol Inhalasi (pada penggunaan aerosol paru) contoh: Alupent Aerosol

Inhaler merupakan bentuk sediaan obat yang digunakan dengan cara menyemprotkan
obat ke paru-paru melalui mulut. 

Cara penggunaan inhaler:

1. Kocok inhaler keatas dan kebawah sebelum digunakan (3-4 kali kocok).
2. Melepaskan penutup pada inhaler.
3. Menghembuskan atau membuang nafas melalui mulut.
4. Meletakkan inhaler pada mulut diantara gigi.
5. Bernafaslah secara perlahan. Tekan bagian atas inhaler sekali dan hirup
perlahan namun sedalam mungkin.
6. Lepaskan inhaler dari mulut, tutup mulut dan tahan nafas hingga 10 detik lalu
hembuskan nafas.

Inhaler adalah suatu alat untuk penggunaan obat secara inhalasi. Inhalasi menurut Farmakope Indonesia Edisi IV
(FI IV) adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui
saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik. Umumnya inhaler ditujukan untuk
penggunaan obat asma atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), karena dengan cara ini obat dapat
langsung masuk ke paru-paru sehingga dapat bekerja lebih cepat untuk mengatasi serangan asma dan efek
sampingnya lebih minimal.

Berdasarkan bentuk obat yang dibawanya, inhaler dibedakan menjadi 3 macam, yaitu aerosol
inhaler, dry powder inhaler, dan nebuliser.
Aerosol Inhaler

Zat aktifnya dalam bentuk aerosol yang tersuspensi dalam propelan, yaitu suatu gas inert
bertekanan yang berfungsi sebagai pendorong. Pada saat alat ditekan, maka propelan
akan mendorong beberapa dosis obat dalam satu hembusan, bersamaan dengan itu
pengguna harus menarik napas dalam agar obat terbawa masuk ke dalam saluran
pernapasan. Jenis alat untuk aerosol inhaler ada beberapa macam, yaitu:

a. MDI (Metered dose inhaler)

Standard MDI’s : ketika alat ditekan, propelan akan mendorong beberapa dosis obat, dan
secara bersamaan dengan itu pengguna harus menarik napas dalam agar obat terbawa
masuk ke dalam saluran pernapasan. Butuh koordinasi yang baik antara menekan alat dan
menarik napas.

Breathe activated MDI’s : alat dimasukkan ke dalam mulut, dan dosis obat akan lepas
bersamaan dengan saat bernapas, sehingga tidak perlu ada kordinasi.

Cara penggunaannya yaitu:

1. Kocok tabung inhaler  (3-4 kali).


2. Buka tutupnya.
3. Bernapaslah di luar alat.
4. Masukkan alat ke dalam mulut, dan kunci diantara gigi, tutup mulut rapat-rapat.
5. Mulailah bernapas dengan perlahan, tekan bagian atas alat dan tetap bernapas
perlahan sampai satu tarikan penuh.
6. Keluarkan alat dari mulut, tahan napas selama 10 detik sebelum membuang
napas.
7. Jika butuh lebih dari satu puff, tunggu dulu selama kurang lebih 1 menit,
kemudian kocok lagi tabung inhaler dan ulangi langkah 3-6.
8. Setelah selesai, cuci muka dan berkumur dengan air jika menggunakan inhaler
yang mengandung kortikosteroid.

b. Spacer

Ada ruangan antara mulut dan inhaler, dan pada bagian mulut ada katup, saat menarik
napas, katup terbuka dan dosis obat akan masuk, katup tertutup secara otomatis saat
menghembuskan napas. Lebih mudah, dan tidak perlu koordinasi, biasanya digunakan
untuk anak-anak atau bayi.

Cara penggunaannya yaitu:

1. Buka tutupnya, kemudian kocok tabung inhaler  (3-4 kali).


2. Pasang tabung pada spacer, di bagian yang berlawanan dengan masker.
3. Pasang masker menutupi mulut dan hidung, pastikan tertutup dengan baik.
4. Semprotkan 1 puff obat ke dalam spacer, biarkan sampai 6 tarikan napas
5. Tunggu selama satu menit.
6. Ulangi lagi langkah 4-5 jika dibutuhkan lebih dari 1 puff.
7. Setelah selesai, cuci muka dan berkumur dengan air jika menggunakan inhaler
yang mengandung kortikosteroid.

Dry Powder Inhaler

Zat aktifnya dalam bentuk serbuk kering yang akan tertarik masuk ke paru-paru saat
menarik napas. Pada inhaler jenis ini tidak terdapat propelan untuk mendorong obat
masuk ke dalam saluran napas. Biasanya dosisnya lebih kecil, dan ada indikator untuk
menunjukkan berapa dosis yang tersisa. Alatnya ada beberapa macam yaitu Turbohaler,
Diskhaler, dan Accuhaler, tergantung dari industri farmasi yang memproduksinya.

Untuk turbohaler, penggunaannya adalah sebagai berikut:


1. Buka tutupnya, pegang turbohaler dalam posisi berdiri.
2. Putar sejauh mungkin bagian pegangan yang berwarna, kemudian putar balik
sampai terdengar bunyi klik.
3. Bernapaslah di luar alat.
4. Masukkan alat ke dalam mulut, dan kunci diantara gigi, tutup mulut rapat-rapat.
Tarik napas dengan kuat dan dalam lewat mulut.
5. Keluarkan alat dari mulut sebelum membuang napas.
6. Selalu cek strip indikatornya, untuk mengetahui berapa dosis yang tersisa.
7. Setelah selesai, cuci muka dan berkumur dengan air jika menggunakan inhaler
yang mengandung kortikosteroid.

Nebuliser

Zat aktifnya dalam bentuk uap, pada penggunaannya perlu menggunakan masker atau
mouthpiece untuk menghirup uap obat. Tidak dibutuhkan koordinasi pada penggunaan
inhaler jenis ini, hanya perlu bernapas seperti biasa dan uap akan terhirup bersama
tarikan napas. Nebuliser biasanya digunakan di rumah sakit untuk penanganan serangan
asma yang membutuhkan inhalasi dosis besar, tetapi sekarang sudah jarang digunakan
karena inhalasi dosis besar dapat dilakukan dengan spacer.

Gargarisma atau obat  kumur mulut adalah sediaan  berupa  larutan  umumnya dalam
keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan.

obat kumur (gargarisma/gargle) menurut FI IIIadalah sediaan berupa larutan,


umumnya pekat yang harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan,
dimaksudkan untuk digunakan pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.
Menurut Backer (1990), obat kumur adalah larutan yang biasanya mengandung bahan
penyegar nafas, astrigen, demulsen, atau surfaktan atau antibakteri untuk
menyegarkan dan pembersihan saluran pernapasan yang pemakainnya dengan
berkumur. Menurut Saragin dan Gershon (1972), secara garis besar, obat kumur
dalam penggunaanya dibedakan menjadi 3 yaitu:
1.      Sebagai kosmetik, hanya membersihkan, menyegarkan, dan/atau menghilangkan bau
mulut.
2.      Sebagai terapeutik, untuk perawatan penyakit pada mukosa atau ginggiva,
pencegahan karies gigi atau pengobatan infeksi saluran pernafasan.
3.      Sebagai kosmetik dan terapeutik
Sediaan hidung adalah cairan, semisolid atau sediaan padat yang digunakan pada
rongga hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau lokal. Berisi satu atau
lebih bahan aktif. Sediaan hidung sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak
memberi pengaruh yang negatif pada fungsi mukosa hidung dan cilianya. Sediaan
hidung mengandung air pada umumnya isotonik dan mungkin berisi excipients,
sebagai contoh, untuk melakukan penyesuaian sifat merekat untuk sediaan, untuk
melakukan penyesuaian atau stabilisasi pH, untuk meningkatkan kelarutan bahan
aktif, atau kestabilan sediaan itu.
Menurut FI IV : Tetes hidung adalah Obat tetes hidung (OTH) adalah obat tetes yang
digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung,
dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Menurut British Pharmakope 2001 Tetes hidung dan larutan spray hidung adalah
larutan, suspensi atau emulsi yang digunakan untuk disemprotkan atau diteteskan ke
dalam rongga hidung.
Sejarah dahulu sediaan untuk hidung ini dinamakan Collunaria, yang mengandung
bermacam-macam jenis minyak sebagai pembawa. Kemudian berkembang
pengetahuan bahwa meneteskan minyak ke dalam rongga hidung mungkin
berbahaya, maka kemudian digunakan cairan berair sebagai pembawa. Pada tahun-
tahun terakhir berkembang bahwa cairan pembawa harus isotonis dan ditambahkan
pengawet dan tidak mempengaruhi pergerakan cilia pada hidung.

Menurut FI III, Guttae Auriculares, tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan
untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan
lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air. Menurut Ansel :
567 Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada
telinga dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran
telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi,
peradangan atau rasa sakit. Menurut King dalam buku Dispensing of Medication:
Tetes telinga adalah sediaan obat yang dimasukkan ke dalam saluran telinga, yang
dimaksudkan untuk efek lokal, dimana bahan – bahan obat tersebut dapat berupa
anestetik lokal, peroksida, bahan – bahan antibakteri dan fungisida, yang berbentuk
larutan, digunakan untuk membersihkan, menghangatkan, atau mengeringkan
telinga bagian luar.

Cara penggunaan tetes telinga yang benar


(Meminta orang lain untuk membantu menggunakan tetes telinga ini akan membuat
prosedur menjadi lebih mudah)
1. Bersihkan telingam dengan kapas wajah yang basah kemudian keringkan.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air
3. Hangatkan tetes telinga mendekati suhu tubuh dengan cara memegang wadahnya
dalam tangan selama beberapa menit
4. Jika tetes telinga merupakan suspensi yang berkabut, kocok botol dengan baik
selama 10 detik
5. Periksa ujung penetes untuk meyakinkan bahwa tidak pecah atau retak
6. Tarik obat ke dalam penetes
7. Miringkan telinga yang terinfeksi ke atas atau ke samping
8. Hindari menyentuh ujung penetes pada telinga atau apapun, tetes telinga dan
penetesnya harus tetap terjaga bersih
9. Teteskan sejumlah yang benar ke telinga. Kemudian tarik penetesnya dari telinga
agar tetesannya dapat turun ke saluran telinga.
10. Tahan agar telinga tetap miring selama beberapa menit atau masukkan kapas
telinga yang lembut ke dalam telinga.
11. Letakkan kembali penetesnya pada botol dan tutup kencang penutupnya.
12. Cuci tangan untuk menghilangkan bahan-bahan obat yang mungkin ada.

Anda mungkin juga menyukai