Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat merupakan zat yang digunakan untuk pencegahan dan penyembuhan penyakit
serta pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi penggunanya. Setiap obat punya manfaat,
namun juga mempunyai efek samping yang merugikan. Oleh karena itu, gunakanlah obat
sesuai dengan aturan pakai (BPOM, 2015).
Obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk : (1) pengobatan,
peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, kelainan fisik atau gejala-gejalanya
pada manusia atau hewan; (2) dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organik
pada manusia atau hewan. Obat dapat merupakan bahan yang disintesis di dalam tubuh
(misalnya : hormon, vitamin D) atau merupakan bahan-bahan kimia yang tidak disintesis
di dalam tubuh (Selvina Hanifa, dkk, 2015).
Teknologi farmasi berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan lebih banyak
lagi studi teknik pembuatan sediaan obat. Diharapkan dengan studi ini akan didapatkan
suatu produk yang lebih baik dan lebih efisien (Selvina Hanifa, dkk, 2015).
Tablet merupakan suatu sediaan farmasetis yang sangat digemari oleh masyarakat
karena penggunaannya yang praktis. Keunggulan tablet meliputi : (Selvina Hanifa,
dkk, 2015).
1. tablet merupakan bentuk sediaan yang kompak dan mudah digunakan,
2. merupakan bentuk sediaan oral dengan ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling rendah,
3. memberikan stabilitas obat dalam sediaan yang baik.
Pada umumnya dalam pembuatan tablet terdapat zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengikat,
bahan penghancur, dan bahan pelicin (Anonim, 1979).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tablet?
2. Apa saja macam-macam sediaan obat tablet?
3. Apa keuntungan dan kerugian sediaan tablet?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tablet.
2. Mengetahui macam-macam sediaan obat tablet.
3. Mengetahui keuntungan dan kerugian sediaan tablet.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau
zat lain yang cocok (Anonim, 1979).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa (Anonim, 1995).
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau
tanpa bahan tambahan (Anief, 2006).

B. Macam-Macam Sediaan Obat Tablet


 Berdasarkan prinsip pembuatan (Syamsuni, 2006)
1. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan pons atau cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung zat
aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan tetapi juga dapat
mengandung bahan pewarna yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.
Contohnya vitamin C IPI.
2. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang
cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan atau ikatan krista yang
terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan atau tekanan yang
diberikan. Contohnya asam mefenamat.

3
3. Tablet triturate
Merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil,umumnya silindris, digunakan
untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan. Contohnya
nitrogliserin,bevitran.
4. Tablet hipodermik adalah tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah
larut/melarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan
injeksi steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril (Anonim, 1995).
Umumnya berbobot 30 mg dan disuntikkan di bawah kulit (subkutan). Dilarutkan lebih
dahulu sebelum dijadikan injeksi hipodermik. Contohnya atropine sulfat.
 Berdasarkan cara dan tujuan penggunaan (Syamsuni, 2006)
1. Tablet dengan Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Biasa/tablet telan adalah tablet yang dibuat dengan siklus kompresi
tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan
eksipien lainnya yang dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara
ditelan dan pecah di lambung. Contohnya tablet paracetamol.
b. Tablet Multi atau Ganda/Tablet Salut Kempa adalah tablet konvensional yang
dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal sehingga tablet akhir
tersebut terdiri atas dua atau lebih lapisan. Disebut juga sebagai tablet berlapis.
Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak
tersatukan). Contohnya tablet decolgen.
c. Tablet Lepas Lambat adalah tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi
sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi
yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif
atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu
(misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb). Contohnya Isoptin SR.
d. Tablet Lepas Tunda/Tablet Salut Enterik adalah tablet yang dikempa yang
disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam,
tetapi terlarut dalam usus halus yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada
waktu-waktu tertentu. Contohnya tablet bisacodyl.
e. Tablet Salut Gula adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis
lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Tujuannya untuk melindungi zat aktif

4
terhadap lingkungan udara (O2, kelembaban), menutup rasa dan bau tidak enak,
menaikkan penampilan tablet. Contohnya tablet Antiza.
f. Tablet Salut Film/salut selaput adalah tablet kempa yang disalut dengan salut
tipis, berwarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur
cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali. Contohnya
tablet nystatin, oxprenolol.
g. Tablet Effervesen adalah tablet yang dibuat dengan cara dikempa. Selain zat
aktif, tablet mengandung campuran zat asam dan natrium bikarbonat yang jika
dilarutkan dengan air akan menghasilkan CO2. Diberi wadah yang tertutup
rapat dan terlindung dari lembab, di etiket diberi tanda “bukan untuk ditelan”.
Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum. Contohnya Ca-D-Redoxon,
tablet efervesen Supradin.
h. Tablet Kunyah (chewable tablet) adalah tablet kempa yang mengandung zat
aktif dan eksipien seperti tablet biasa yang cara pakainya harus dikunyah dulu
dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak pahit. Contohnya Antasida
Doen.
2. Tablet yang efeknya atau tujuan dalam Rongga Mulut
a. Tablet bukal (buccal tablet)
Digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif
diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet biasanya berbentuk oval,
keras dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat
tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan). Contohnya teokap SR (teofilin
300 mg).
b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi nitrogliserin.
Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris)
sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi
oleh selaput lendir di bawah lidah. Contohnya obat vasodilator yaitu
ISDN/isosorbide dinitrate.

5
c. Tablet Hisap atau Lozenges (Trochisi, Pastiles)
Sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan
bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur
perlahanlahan dalam mulut. Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar
rasa dan bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal
pada selaput lendir mulut. Tablet ini dibuat dengan cara tuang disebut pastilles atau
dengan cara kempa tablet menggunakan bahan dasar gula disebut trochisi.
Umumnya mengandung antibiotic, antiseptic, adstringensia. Contohnya strepsil.
d. Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di dalam
akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk
mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi dengan
menggunakan suatu senyawa anti bakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan,
atau untuk mengurangi pendarahan dengan melepaskan suatu astringen atau
koagulan.
3. Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur) yang
tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik. Contohnya Stesolid rectal (Diazepam) dan
Stesolid tube (Diazepam).
4. Tablet Vaginal/Ovula
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di
dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik,
astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk pemberian
steroid dalam pengobatan sistemik. Tablet vagina mudah melemah dan meleleh pada suhu
tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khusus untuk vagina. Contohnya
Flagystatin.
5. Tablet Kempa untuk Implantasi
Tablet implantasi atau pelet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril.
Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (untuk KB, mencegah kehamilan). Contohnya
tablet implant testosteron.

6
 Berdasarkan Distribusi Obat Dalam Tubuh (Syamsuni, 2006)
1. Bekerja lokal. Misal : tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut; ovula untuk
pengobatan pada infeksi di vagina.
2. Bekerja sistemik : per oral.
a. Yang bekerja short-acting (jangka pendek) : dalam satu hari memerlukan beberapa
kali menelan obat. Contohnya tablet teofilin, digoksin.
b. Yang bekerja long-acting (jangka panjang) : dalam satu hari cukup menelan satu
tablet.Tablet jangka panjang dapat dibedakan menjadi :
a. Delayed Action Tablet (DAT)
Dalam tablet ini terjadi penundaan pelepasan zat aktif karena pembuatannya
adalah sebagai berikut : sebelum dicetak, granul dibagi dalam beberapa
kelompok. Kelompok pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua disalut
dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, kelompok
ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari kelompok
kedua. Granul-granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru dicetak.
Contohnya obat anti diabetes seperti sulfonylurea.
b. Repeat Action Tablet (RAT)
Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu
menjadi tablet inti (core tablet). Kemudian granul-granul yang kurang lama
pecahnya dimampatkan di sekeliling kelompok pertama sehingga
terbentuk tablet baru. Contohnya tramadol HCl.
 Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut (Syamsuni, 2006)
Tujuan penyalutan tablet yaitu :
a. Melindungi zat aktif dari udara, kelembaban, atau cahaya.
b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
Misal : tablet enterik yang pecah di usus
Macam-macam tablet salut :
a. Tablet salut biasa/salut gula (dragee) adalah disalut dengan gula dari suspensi dalam
air mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau

7
titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin. Contohnya
tablet antiza, tablet multivitamin.
Tahapan pembuatan salut gula :
1. Penyalutan dasar (subcoating). Jika tablet mengandung zat yang higroskopis,
tablet dilapisis dulu dengan salut penutup (sealing coat) agar air dari sirop salut-
dasar tidak masuk ke dalam tablet.
2. Melicinkan (smooting) Proses pembasahan berganti-ganti dengan sirop pelicin
dan pengeringan dari salut dasar tablet menjadi bulat dan licin.
3. Pewarnaan (coloring) Memberi zat warna yang dicampurkan pada sirop pelicin.
4. Penyelesaian (finishing) adalah proses pengeringan salut sirop
5. Pengilapan (polishing) merupakan tahap akhir, digunakan lapisan tipis lilin yang
licin.
b. Tablet salut selaput (film-coated tablet), disalut dengan hidroksipropil metilslulosa,
metilselulosa, hidroksipropilselulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat
dengan PEG yang tidak mengandung air atau mengandung air. Contohnya tablet
nystatin, oxprenolol.
c. Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa
granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Mula-mula
dibuat tablet inti, kemudian dicetak kembali bersama granulat kelompok lain sehingga
terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet). Tablet ini sering digunakan untuk
pengobatan secara berulang (repeat action). Contohnya tablet Decolgen.
d. Tablet salut enterik (enteric-coated tablet)/tablet lepas tunda. Jika obat dapat rusak
atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa
lambung, maka diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan
obat sampai tablet melewati lambung. Contohnya tablet bisacodyl.
e. Tablet lepas lambat (sustained-release tablet)/tablet dengan efek diperanjang. Tablet
yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia selama jangka
waktu tertentu setelah obat diberikan. Contohnya Isoptin SR.

8
C. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Tablet
 Keuntungan (Selvina Hanifa, dkk, 2015)
a. Tablet dipasaran mudah diberikan dalam dosis yang tepat jika diinginkan dosis dapat
dibagi rata dan akan memberikan efek yang akurat.
b. Tablet tidak mengandung alcohol.
c. Tablet dapat dibuat dalam berbagai dosis.
d. Sifat alamiah dari tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus dan dapat dibawa
kemana-mana, bentuknya kompak, fleksibel dan mudah pemberiannya.
e. Secara umum, bentuk pengobatan dangan menggunakan tablet lebih disukai karena
bersih, praktis dan efisien.
f. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan yang terbaik
dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan
yang paling lemah.
g. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
h. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal ditenggorokan,
terutama bila tersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi
i. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus
atau produk lepas lambat.
j. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara
besar-besaran.
k. Tablet oral mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan bantuan
segelas air.
l. Untuk anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak mungkin menelan tablet,
maka tablet tersebut dapat ditambahkan penghancur, dan pembasah dengan air lebih
dahulu untuk pengolahannya.
m. Dapat dibuat tablet kunyah dengan bahan mentol dan gliserin yang dapat larut dan rasa
yang enak, dimana dapat diminum, atau memisah dimulut

9
 Kerugian
a. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan);
b. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
 Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya,
flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
 Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar
atau tinggi, absorbs optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi dari
sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa).
 Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat
aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan
menkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik
dari pada tablet.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Obat merupakan zat yang digunakan untuk pencegahan dan penyembuhan penyakit serta
pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi penggunanya. Setiap obat punya manfaat,
namun juga mempunyai efek samping yang merugikan. Oleh karena itu, gunakanlah obat
sesuai dengan aturan pakai.
2. Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
3. Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas : tablet kempa dan tablet cetak.
4. Tablet kempa tujuan saluran pencernaan : tablet kempa multi atau kempa ganda yaitu :
tablet lepas lambat, tablet lepas tunda, tablet salut gula, tablet salut film, tablet effervesen,
tabel kunyah.
5. Tablet kempa yang digunakan dalam rongga mulut yaitu tablet sublingual, tablet hisap atau
lozenges, dental cones (kerucut gigi), tablet rektal, tablet vaginal, tablet kempa untuk
implantasi.
6. Tablet cetak untuk penggunaan lain yaitu : tablet triturat untuk dispensing, tablet
hipodermik, dan tablet dispending.
7. Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh yaitu : bekerja lokal dan ekerja sistemik
8. Berdasarkan jenis bahan penyalut yaitu : tablet salut biasa/salut gula, tablet salut selaput,
tablet salut kempa, tablet salut enteric, tablet lepas lambat.
9. Tujuan penyalutan tablet yaitu :melindungi zat aktif dari udara, kelembaban, atau cahaya,
menutupi rasa dan bau yang tidak enak, membuat penampilan lebih baik dan menarik, dan
mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
10. Keuntungan sediaan tablet yaitu : tablet tidak mengandung alcohol, tablet bisa dijadikan
produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus atau produk lepas lambat,
tablet oral mudah digunakan untuk pengobatan sendiri dengan bantuan segelas air, untuk
anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak mungkin menelan tablet, maka tablet
tersebut dapat ditambahkan penghancur, dan pembasah dengan air lebih dahulu untuk
pengolahannya.

11
11. Kerugian dari sediaan tablet yaitu : tidak cocok untuk pasien dalam keadaan tidak
sadar/pingsan ; formulasi tablet cukup rumit, antara lain : beberapa zat aktif sulit dikempa
menjadi kompak padat, zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), dan zat aktif yang rasanya
pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen,
atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan menkapsulasi sebelum dikempa.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anief Mohhamad. 2006. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

BPOM. 2015. Materi Edukasi Tentang Peduli Obat dan Pangan Aman. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Selvina Hanifa, dkk. 2015. Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Garut : Academia
Education. Diakses tanggal 3 September 2019.

Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai