Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat


dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat
diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi (USP 26, Hal 2406). Tablet
adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa. (depkes RI, 1995).

Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan disukai
oleh masyarakat karena tablet mempunyai beberapa keuntungan diantaranya
adalah ketepatan dosis, mudah cara pemakaiannya, relatif stabil dalam
penyimpanan, mudah dalam transportasi dan distribusi kepada konsumen, serta
harganya relatif murah. (Banker dan Anderson, 1986).

Vitamin C bermanfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh dan


antioksidan alami yang dapat membantu menangkal radikal bebas. Di dalam
tubuh vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang
merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang dan jaringan
penyokong lainnya (Naidu KA, 2003).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja metode yang dapat dilakukan untuk membuat tablet ?
2. Apa saja uji yang dilakukan untuk menguji kualitas tablet ?

C. Tujuan

1. Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode kempa langsung

2. Melakukan parameter uji terhadap tablet.


D. Prinsip
Pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien
kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Dimana
zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, zat
pengikat, zat pelincir, zat pengembang, zat pembasah atau zat lain yang cocok
(Depkes RI, 1979).

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi (Depkes RI, 1995). Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut
dengan kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk hewan besar.
Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih / gepeng, bundar, segitiga,
lonjong, dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk menghindari,
mencegah atau mempersulit pemalsuan dan agar mudah dikenal orang. Warna
tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan karena zat aktifnya
berwarna, tetapi ada juga tablet yang sengaja diberi warna agar tampak lebih
menarik, mencegah pemalsuan, dan untuk membedakan tablet yang satu dengan
tablet yang lain (Syamsuri, 2006).

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-
tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya
hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan
metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat
secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna,
zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang
penggunaannya dengan cara sublingual, bukal, atau melalui vagina, tidak boleh
mengandung bahan tambahan seperti pada tablet yang digunakan secara oral
(Ansel, 2011).
1. Penggolongan Tablet
a. Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh
Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh, tablet dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu :
1) Bekerja lokal : misalnya tablet isap untuk pengobatan pada rongga mulut,
ovula untuk pengobatan pada infeksi di vagina.
2) Bekerja sistemik : peroral. Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan
menjadi :
a) Yang bekerja short-acting (jangka pendek) ; dalam satu hari memerlukan
beberapa kali menelan tablet.
b) Yang bekerja long-acting (jangka panjang) ; dalam satu hari cukup menelan
satu tablet. Tablet jangka panjang ini dapat dibedakan lagi menjadi :
 Delayed action tablet (DAT)
Dalam tablet ini terjadi penundaan pelepasan zat berkhasiat. Karena
pembuatannya sebagai berikut : sebelum dicetak, granul-granul dibagi dalam
beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua
disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, kelompok
ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari kelompok kedua,
demikian seterusnya, tergantung dari macamnya bahan penyalut dan lama kerja
obat yang dikehendaki. Granul-granul dari semua kelompok dicampurkan dan
baru dicetak.
 Repeat action tablet (RAT)
Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu menjadi
tablet inti (core tablet). Kemudian granul-granul yang kurang lama pecahnya
dimampatkan disekeliling kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru.

b. Berdasarkan jenis bahan penyalutan


1) Tablet salut biasa / salut gula (dragee), disalut dengan gula dari suspensi
dalam air mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium
karbohidrat, talk atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom
akasia atau gelatin. Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan lama
dan perlu penyalut tahan air. Tujuan penyalutan tablet adalah :
a. Melindungi zat aktif yang bersifat hygroskopis atau tidak tahan terhadap
pengaruh udara, kelembaban atau cahaya.
b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
2) Tablet salut selaput (film coated tablet / FCT) disalut dengan hidroksipropil
metilselulosa, metil selulosa, hidros propil selulosa, Na-cmc dan campuran
selulosa asetat ftalat dengan P.E.G yang tidak mengandung air atau
mengandung air.
3) Tablet salut kempa : tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa
granulat yang terdiri dari laktosa, kalsium fosfat dan zat laim yang cocok.
4) Tablet salut enterik (enteric coated tablet) disebut juga tablet lepas tunda.
Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat
mengiritasi mukosa lambung, diperlukan penyalut enterik yang bertujuan
untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
5) Tablet lepas lambat (sustained release), disebut juga tablet dengan efek
diperpanjang, efek pengulangan atau tablet lepas lambat.
c. Berdasarkan cara pemakaian
1) Tablet biasa / tablet telan. Dibuat tanpa penyalutan, digunakan peroral dengan
cara ditelan, pecah dilambung.
2) Tablet kunyah (chewable tablet). Bentuk seperti tablet biasa, digunakan
dengan cara dikunyah dalam mulut kemudian ditelan, rasanya umumnya tidak
pahit. Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu
dengan rasa enak dalam rongga mulut.
3) Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles) adalah sediaan padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar
beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan -
lahan dalam mulut.
4) Tablet larut (effervescent tablet). Dibuat dengan cara kempa : selain zat aktif
junga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan Natrium
bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida.
5) Tablet implantasi (pelet) tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan bersih
hormon steroid, dimasukkan ke dalam kulit dengan cara merobek kulit sedikit,
kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit.
6) Tablet hipodermik (hypodermic tablet) adalah tablet cetak yang dibuat dari
bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan
dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik.
7) Tablet bukal (buccal tablet) digunakan dengan meletakan tablet diantara pipi
dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
8) Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakan tablet dibawah lidah
sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan
secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti halnya
tablet nitrogliserin.
9) Tablet vagina (ovula) adalah sediaan padat, umumnya berbentuk telur mudah
melemah (melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan
digunakan sebagai obat luar khasus untuk vagina.

B. Komponen Tablet

Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan
pembantu (eksipien). Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam
mendesain formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas
eksipien sebagai berikut :

1. Pengisi/pengencer (diluents)

Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara


signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia
dari tablet jadi (akhir)

2. Pengikat (binders dan adhesive)


Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk
meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam
pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa kohesif atau
pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di dalam granul dapat
mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan.

3. Penghancur (disintegrants)

Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat


setelah ditelan pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum
dilakukan granulasi atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa
atau pada kedua tahap proses.

4. Pelincir (lubricant)

Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang


meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama
pengempaan dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat
pula menunjukan sifat sebagai antilengket (anti adherant) atau pelicin (glidan).
Stickland mendeskripsikan:

a. Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan kempa selama
proses pengempaan dan penolakan tablet dari lumpang.
b. Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak dan selanjutnya
ada dinding cetakan.
c. Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.
5. Antiadheran

Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi


mudah tersusun/terkumpul.

6. Pelicin (glidan)

Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke


dalam lobang lumpang. Glidan dapat meminimalkan ketidakmerataan yang
sering ditemukan/ditunjukan formula kempa langsung. Glidan meminimalkan
kecenderungan granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan
(Goeswin, hlm 288-291).

Selain bahan tambahan (eksipien) yang disebutkan diatas biasanya


ditambahkan pula agen pendapar, pemanis/flavor, agen pembasah,agen
penyalutan, pembentuk matriks dan pewarnaan (zat warna). Tablet yang dibuat
secara baik haruslah menunjukan kualitas sebagai berikut :

a. Harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai


identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pemucatan,
kintaminasi, dan lain lain.
b. Harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi dan pengepakan.
c. Stabil secara fisika, kimia.
d. Mampu melepas zat berkhasiat sesuai dengan yang diharapkan.
e. Bioavailibilitas (Lachman, 1986 halaman 647-648).
f. Memenuhi keseragaman ukuran.
g. Memenuhi keseragaman bobot.
h. Memenuhi waktu hancur.
i. Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat.
j. Memenuhi waktu larut (dissolution test) (Anief, M., 2005).
k. Tablet mengandung bahan obat sesuai dengan pernyataan dosis pada label dan
dalam batas yang dizinkan (spesifikasi).
l. Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses manufaktur,
transfortasi, dan penanganan hingga sampai kepada pasien yang akan
menggunakan.
m. Tablet harus menghantarkan dosi obat pada lokasi dan kecepatan yang
dipersyaratkan.
n. Ukuran, rasa, dan tampilan tidak menurunkan penerimaan pasien. (Goeswin,
hlm 304).

C. Cara Pembuatan Tablet


Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk yang tidak
dapat langsung dicampur dan dicetak menjadi tablet karena akan langsung hancur
dan tablet menjadi mudah pecah. Campuran serbuk ini harus diubah menjadi
granul-granul, yaitu kumpulan serbuk denga volume lebih besar yang saling
melekat satu sama lain. Cara mengubah serbuk menjadi granul ini disebut
granulasi. Tujuan granulasi adalah sebagai berikut :

1. Supaya sifat alirnya baik (free-flowing). Granul dengan volume tertentu dapat
mengalir teratur dalam jumlah yang sama ke dalam mesin pencetak tablet.
2. Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibandingkan dengan
bentuk serbuk jika diukur dalam volume yang sama. Makin banyak udaranya,
tablet makin mudah pecah.
3. Agar pada saat dicetak tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan mudah
melepas dari matris (die).

Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung butan-


butiran serbuk halus (fines) antara 10% - 20% yang bermanfaat untuk
memperbaiki sifat alirnya. Cara pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara yaitu
granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Tujuan dari granulasi
basah dan granulasi kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau
kemampuan kempa.

a. Granulasi basah

Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet kompresi


yang paling banyakdigunakan. Caranya yaitu dengan memproses campuran
partikel zat aktif dengan eksipien menjadipartikel yang lebih besar dengan
menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehinggaterjadi massa
lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif
tahanterhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak
langsung karena sifat aliran dankompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode
granulasi basah adalah membasahi massa tabletdengan larutan pengikat tertentu
sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masabasah tersebut
digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu
perekat (cairan pengikat) sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini
membetuhkan larutan, suspense atau bubur yangmengandung pengikat yang
biasanya ditambahkan ke dalam campuran serbuk atau dapt juga bahantersebut
dimasukkan kering kedalam campuran serbuk atau cairan dimasukkan terpisah.
Cairan yangditambahkan memiliki peranan yang sangat penting dimana jembatan
cair yang terbentuk di antarapartikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila
jumlah cairan yang ditambahkan meningkat. Gayategangan permukaan dan
tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairansudah
ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampi tercapai dispersi yang merata dan
semua bahanpengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh masa basah atau lembab
maka massa dilewatkan padaayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling
atau oscillating granulator tujuannya agar terbentukgranul segingga luas
permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat,
setelahpengeringan granul diayak kembali. Keuntungan metode granulasi basah:

 Memperoleh aliran yang baik.


 Meningkatkan kompresibilitas dan sifat kohesinya.
 Untuk serbuk dengan BJ nyata rendah (voluminous) sehingga dapat mencegah
kontaminasi silang.
 Dapat digunakan untuk tablet dengan system pelepasan zat aktif terkendali.
 Mencegah segregasi komponen sehingga diperoleh sediaan dengan keseragaman
kandungan yang baik.
 Distribusi keseragaman kandungan.
 Meningkatkan kecepatan disolusi untuk obat yang kurang larut (dengan cara
pemilihan larutanpengikat dan pengikat yang sesuai atau penambahan zat
pengikat kelarutan obat).

Kekurangan metode Granulasi Basah:

 Banyak tahap dalam proses yang harus dikalibrasi.


 Biaya cukup tinggi karena diperlukan ruang, energy, dan peralatan yang basar.
 Zat aktif yang sensitive terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan
cara ini.
 Rendemen akan lebih kecil karena hilangnya massa campur pada setiap tahap.

b. Granulasi kering

Metode granulasi kering disebut juga slugging, merupakan salah satu


metode pembuatan tablet dengan cara mengempa campuran bahan kering (partikel
zat aktif dan eksipien) menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk
menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar (granul) dari serbuk semula.
Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan
bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Pada proses ini
komponen-komponen tablet dikompakkan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan
ke dalam die dan dikompakkan dengan punch sehingga diperoleh massa yang
disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian
diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik
dari campuran awal. Bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas
dapat diulang (Kloe,2010).

Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif
dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat
yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih
besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul
secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat
melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang
memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif
yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban. Metode ini digunakan dalam
kondisi-kondisi sebagai berikut : (Andayana, 2009)

 Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi.


 Zat aktif susah mengalir.
 Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab.
Keuntungan cara granulasi kering adalah:

 Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin


pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu.
 Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab.
 Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat (Andayana, 2009).

Kekurangan cara granulasi kering adalah:

 Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug.


 Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.
 Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang (Andayana, 2009).

c. Kempa langsung

Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan


mengempalangsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui
perlakuan awalterlebih dahulu.Metode ini merupakan metode yang paling mudah,
praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat
aktif yang kecildosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan
lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang
mungkin langsungdikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk
langsung dikempa, selainitu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk
dijadikan tablet kebanyakan sulituntuk pecah jika terkena air (cairan tubuh).
secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah;
alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu
menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massatablet. Sedangkan
keuntungan metode kempa langsung yaitu :

a. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit.


b. Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit,
makawaktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat,
tenagadan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
c. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan
lembab.
d. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses
granul,tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel
halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih
dahulu.

Kerugian metode kempa langsung :

a. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan
pengisidapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya
dapatmenyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
b. Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsungkarena
itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan
proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan
mahal.Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat
sepertisenyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning.
Padakempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi
selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif
dalamgranul terganggu.
c. Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat;
mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dana dhesifitas yang
baik.
D. Evaluasi Granul

Granul adalah gumpalan dari partikel-partikel yang kecil. Umumnya granul


dibuatdengan cara melembabkan serbuk atau campuran serbuk yang digiling dan
melewatkanadonan yang sudah lembab pada celah ayakan dengan ukuran lubang
ayakan yang sesuaidengan granul yang diinginkan. Pemeriksaan-pemeriksaan
kualitas granul sangat bermanfaat,karena sifatsifat granul tidak hanya
mempengaruhi peristiwa pentabletan saja, tetapi jugakualitas tabletnya sendiri.
Parameter kualitas granul meliputi :

1) Distribusi ukuran partikel

Diameter rata-rata dari suatu populasi dapat diketahui dengan beberapa


cara di antaranyadengan metode pengayakan, metode mikroskopi, pengendapan,
absorpsi, dan lain-lain.Distribusi ukuran granul dipengaruhi oleh metode
granulasi, banyaknya larutan pengikat,waktu pemrosesan. Metode sederhananya
untuk menghitung ukuran rata-rata partikel denganmenggunakan ayakan standar
yang telah diketahui ukurannya yaitu mesh yang menandakan banyaknya lubang
perinchi.

2) Waktu alir

Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir
dalam suatu alat.Sifat ini dapat dipakai untuk menilai efektifitas bahan pelicin,
dimana adanya bahan pelicindapat memperbaiki sifat alir suatu granul. Mudah
tidaknya aliran granul dapat dipengaruhioleh bentuk granul, bobot jenis, keadaan
permukaan dan kelembapannya. Kecepatan alir granul sangat penting karena
berpengaruh pada keseragaman pengisian ruang kompresi dankeseragaman bobot
tablet.

3) Sudut diam

Sudut diam yaitu sudut yang terjadi antara timbunan partikel bentuk
kerucut dengan bidanghorizontal. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh
bentuk, ukuran dan kelembapangranul. Uji sudut diam menggambarkan sifat alir
serbuk pada waktu mengalami proses penabletan. Besar kecilnya sudut diam
dipengaruhi oleh gaya tarik dan gaya gesek antar partikel, jika gaya tarik dan
gaya gesek kecil maka akan lebih cepat dan lebih mudahmengalir. Semakin datar
kerucut yang dihasilkan, maka sudut kemiringan semakin kecil dansemakin baik
sifat aliran serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 300
biasanyamenunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih
besar atau sama dengan400 biasanya daya mengalirnya kurang baik.

4) Kompaktibilitas

Uji kompaktibilitas dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan zat untuk


saling berikatanmenjadi massa yang kompak, digunakan mesin tablet single punch
dengan berbagai tekanan dari yang rendah ke yang tinggi. Dengan mengatur
kedalaman punch atas turun ke ruang die, kompaktibilitas yang digambarkan oleh
kekerasan tablet yang dihasilkan.

E. Evaluasi Tablet
1. Keseragaman bobot

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode,
yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan
untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih
zat aktif (Depkes RI, 1995).

Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul


lunak berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih
yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan
keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat
steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah
dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah
akhir dan pada etiket dicantumkan cara penyiapan ini (Depkes RI, 1995).

Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang


ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap tablet.
Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak
mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A
dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-
rata yang ditetapkan kolom B.

Penyimpanan bobot rata-rata dalam %


Bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15 30
26 mg sampai dengan 150 mg 10 20
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 15
lebih besar dari 300 mg 5 10

Menurut Depkes RI (1995), untuk penetapan keseragaman sediaan dengan


cara keseragaman bobot, pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan lakukan sebagai
berikut untuk sediaan yang dimaksud. Untuk tablet tidak bersalut, timbang
saksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan
kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing monografi,
hitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat
aktif terdistribusi homogen.

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan


keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10
satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau dalam
keseragaman kandungan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera
pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%
(Depkes RI, 1995).

Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang
tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga
125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar
dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan.
Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak diluar rentang
85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang
terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan
simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8% (Depkes RI,
1995).

2. Uji kekerasan

Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi
tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan
kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada
saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan
adalahhardness tester (Banker and Anderson, 1984). Kekerasan adalah parameter
yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti
goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan,
pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan (Parrott, 1971).

Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet


diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness
tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan
kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran
dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan
akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki
waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun
tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan
mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya
kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan
tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak
melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan
memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat
pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat
diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi
yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Uji kekerasandilakukan dengan
mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap batch, yang kemudian diukur
kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet
lepas terkendali non swellable adalah 10-20 kg/cm2 (Nugrahani, 2005).

3. Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet

Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur


ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya
adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam
friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar
dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4
menit. Jadi ada 100 putaran (Andayana, 2009). Kerapuhan dapat dievaluasi
dengan menggunakan friabilator (contoh nya Rosche friabilator) (Sulaiman,
2007).

Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahuludibersihkan dari


debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan
ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi
kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari
alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung
persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap
baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% (Andayana, 2009).Uji kerapuhan
berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan
tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa
tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar
zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang
kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan
mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet (Sulaiman, 2007).

Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam
proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet
tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan
(bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua
kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan
(Andayana, 2009).

4. Uji keseragaman ukuran

Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan


telah memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian salah satunya
adalah uji Keseragaman ukuran (Depkes RI, 1979).

Uji keseragaman ukuran dilakukan dengan cara 10 tablet diukur


keseragaman ukuran satu per satu, mengukur diameter menggunakan jangka
sorong dan mengukur ketebalan menggunakan mikrometer sekrup. Kecuali
dinyatakan lain diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1
1/3 tebal tablet.

5. Waktu hancur

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur
menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang
terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalahdisintegration tester,
yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas,
sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman,
2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet


yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul.
Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas
dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet
akanmenghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga
memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet
bersalut tidak > 15 menit (Nugrahani, 2005).

Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air
dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya
merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung
berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur untuk
tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut
nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh
hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur
dalam medium basa (Sulaiman, 2007).

Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam


masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian
dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air
bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain
dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera
dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus
hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus
hancur sempurna (Lachman dkk., 2008).

6. Uji Disolusi

Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan


disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis
alat yang dapat digunakan untuk uji disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol
digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian
alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator
Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan
disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang
yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang
bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH
5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut dengan
mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan baku pembanding parasetamol
BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang maksimum 243 nm.
Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah
yang tertera pada etiket (Lachman dkk., 2008).

F. Vitamin C
Vitamin C Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul
176,13 dengan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni
merupakan kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau, dan mencair senyawa ini
bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Vitamin C sangat mudah larut
dalam air sedikit larut dalam alkohol dan tidak larut dalam benzene, eter,
kloroform, minyak dan sejenisnya. Vitamin C tidak stabil dalam larutan
(Andarwulan dan Koswara, 1989). Vitamin C mempunyai efek sistemik dalam
mensintesis kolagen, kolagen sangat penting pada kesehatan tulang rawan, tulang,
gigi, dan kulit. Gangguansintesis kolagen terjadi pada pasien skorbut, skorbut
adalah penyakit akibat kekurangan vitamin C. Hal ini tampak pada kesulitan
dalam penyembuhan luka, pendarahan pada gusi, gangguan pembentukan gigi,
berasa lemah dan nyeri sendi. Struktur kimia Vitamin C dapat dilihat pada
Gambar 2.1 di bawah ini (Ditjen POM, 1995)

Gambar 2.1 Struktur Kimia Vitamin C

a. Avicel ph 102

Avicel merupakan mikrokristalin selulosa (MCC) yang berbentuk sebuk


berwarna putih, tidak larut dalam air, tidak reaktif, dan merupakan bahan pengisi
yang baik. Avicel biasanya tidak digunakan sebagai bahan pengisi tunggal,
kecuali jika digunakan untuk mengetahui kemampuannya sebagai bahan pengikat
pada formulasi. Avicel akan lebih baik apabila dikombinasi dengan bahan pengisi
yang lain seperti laktosa, manitol, amilum, atau kalsium sulfat (Bandelin, 1989).
Avicel juga merupakan pengikat yang sangat baik dan dapat memperbaiki
kekuatan mekanik secara signifikan pada beberapa formulasi yang lemah, avicel
PH 101 (serbuk) dan PH 102 (granul) (Siregar dan Wikarsa, 2010).

b. Primojel

Primojel® merupakan derivat dari amilum kentang yang memiliki seperti


carboxymethyl cellulose. Nama lain dari Primojel® adalah sodium starch glycolat
atau sodium carboxymethyl starch, merupakan serbuk putih yang free flowing.
Primojel® merupakan salah satu dari superdisintegrant yang efektif digunakan
dalam pembuatan tablet secara granulasi basah maupun cetak langsung. Efektif
pada konsentrasi 2-8% dan konsentrasi diatas 8% umumnya menambah waktu
hancur tablet (Edge dan Miller, 2006). Unsur utama yang diperhatikan dalam
pembuatan tablet fast disintegrating adalah bahan penghancur. Kemampuan
Primojel® sangat baik karena kemampuan mengembangnya yang cukup besar
dengan tetap mempertahankan keutuhan tabletnya sehingga pengembangan
tersebut dapat memberikan dorongan ke daerah sekitarnya sehingga membantu
proses pecahnya tablet (Shangraw et al., 1980).

c. Talkum
Talkum adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung
sedikit aluminium silikat. Berupa serbuk hablur sangat halus, putih, atau kelabu
(Ditjen POM, 1995). Talkum memiliki tiga keuntungan antara lain dapat
berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelicin dan bahan pemisah hasil
cetakan. Talkum digunakan sebagai glidant pada proses pembuatan tablet sebagai
bahan tambahan (Voight, 1995).
d. Magnesium Stearat

Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran


asam padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat
dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan tidak kurang dari 6,8% dan
tidak lebih dari 8,3% MgO. Magnesium stearat merupakan serbuk halus, putih,
berbau lemak, khas mudah melekat dikulit, bebas dari butiran. Kelarutan tidak
mudah larut dalam air, dalam etanol, dalam eter (Ditjen POM.,1995).
BAB III

METODOLOGI

A. Preformulasi Zat Aktif


1. Zat Aktif : Asam Askorbat, Vitamin C
2. Nama Kimia : L. Asam askorbat
3. Pemerian : Hablur atau serbuk ; putih atau agak kuning oleh pengaruh
cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering, stabil di
udara. Dalam larutan cepat terkendali. Melebur pada suhu lebih kurang 190o.
4. Kelarutan : Mudah larut dalam air ; agak sukar larut dalam etanol ;
tidak larut dalam kloroform, eter dan benzen.
5. Kandungan : Asam askorbat mengandung tidak kurang dari 93 % dan
tidak lebih dari 100 %.
6. Baku Pembanding :Asam Askorbat tidak boleh dikeringkan disimpan dalam
wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
B. Preformulasi Zat Eksipien
 Primojel
1. Pemerian : Serbuk yang tidak memiliki laju alir balik, putih sampai
agak putih, tidak berbau dan tidak berasa
2. Konsentrasi : Konsentrasi yang biasa digunakan dalam formulasi adalah antara
2-1% dengan konsentrasi optimum 4% walaupun dalam kasus 2% sudah cukup.
3. Kelarutan : Larut sebagian dalam etanol 91 % prktis tidak larut air.
4. pH : 3,5 atau 5,5-7,5 untuk larutan.
5. Stabilitas : Disimpan dalam wadah tertutup baik terhindar cahaya.
6. Kegunaan : Penghancur
 Avicel 102
1. Pemerian : Serbuk kristalin dengan partikel berpori ; berwarna putih ;
tidak berbau ; dan tidak berasa.
2. Kelarutan : Praktis tidak larut air, larutan asam dan sebagian besar
pelarut organik.
3. Stabilitas : Material higroskopis yang stabil. Disimpan di wadah
tertutup rapat pada tempat yang sejuk dan kering.
4. Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen pengoksidasi yang kuat.
5. Kegunaan : pengisi atau pengikat, lubrikan dan disentegrant
6. Konsentrasi : 20-50% pengisi, 5-15% penghancur, 5-20% anti lengket.
 Mg Stearat [HOPE,2009]
1. Pemerian : Serbuk halus berwarna putih, bau samar, rasa khas.
2. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol (95%) eter dan air. Sedikit
larut dalam benzene hangat dan etanol hangat 95%.
3. Stabilitas : Stabil dan dapat disimpan dalam wadah tertutup rapat
kering.
4. Inkompatibilitas : Dengan asam kuat, basa kuat, garam besi. Hindari
pencampuran dengan bahan yang teroksidasi.
5. Penyimpanan : Wadah tertutup rapat dan disimpan dalam tempat sejuk.
6. Kegunaan : Lubricant 0,25%-5%.
 Talk [HOPE, 2009 hal 728-731]
1. Pemerian : Sangat halus warna putih keabu-abuan, tidak berbau,
berkilat mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
2. Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
3. Stabilitas : Bahan yang stabil dapat disterilisasi dengan pemanasan
sampai 160oC tidak kurang dari satu jam, dapat juga disterilisasi dengan gas etilen
oxide atau gamma radiasi.
4. Inkompatibilitas : Dengan kandungan amonium
5. Kegunaan : Glidan (1,0 – 10 %)

C. Analisis Formula
1. Vitamin C digunakan sebagai zat aktif dengan kekuatan 50 mg yang memiliki
khasiat sebagai antioksidan.
2. Primojel 10% digunakan sebagai desintegran yang memfasilitasi untuk hancur
dalam pencernaan. Besarnya adalah 3 – 15%.
3. Magnesium stearat berfungsi sebagai lubrikan yangberfungsi untuk mengurangi
gerakan selama proses pengempaan tablet dan berguna untuk mengurangi tablet
melekat pada alat. Besarnya adalah 0,25 – 5 %.
4. Talk 2% sebagai lubrikan dan glidan. Syaratnya adalah 1 – 10%.
5. Avicel 102 digunakan sebagai pengisi dan meningkatkan laju alir.
D. Perhitungan dan Penimbangan
1. Perhitungan
 Jumalah bobot 300 tablet = 300 mg x 300 tablet = 90000 mg = 90 gram
 Vitamin C = 50 mg x 300 tablet = 15000 mg = 15 gram
15
 Primojel 15% = 100 𝑥 300 𝑚𝑔 𝑥 300 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 = 4500 𝑚𝑔 = 4,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
1
 Mg. Stearat 1% = 100 𝑥 300 𝑚𝑔 𝑥 300 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 = 900 𝑚𝑔 = 0,9 𝑔𝑟𝑎𝑚
2
 Talk 2% = 100 𝑥 300 𝑚𝑔 𝑥 300 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 = 1800 𝑚𝑔 = 1,8 𝑔𝑟𝑎𝑚

 Avicel 102 = 90 gram – (15+4,5+0,9+1,8)


= 90 gram – 22,2 gram
= 67,8 gram
2. Penimbangan

No. Bahan Jumlah (gram)


1. Vitamin C 15
2. Primojel 4,5
3. Mg. Stearat 0,9
4. Talk 1,8
5. Avicel 102 67,8

E. Alat dan Bahan


1. Alat
- Mesin Cetak Tablet
- Neraca Analitik
- Piknometer
- Friablity Tester
- Hardness Tester
- Disintegration Tester
- Disolution Tester
- Spektrofotometer Uv-Vis
- Labu Ukur 10 mL
- Syringe 5 mL
- Syringe Filter
- Spuit 10 mL
- Top Density Meter
- Flow Tester
- Moisture Analyzer
2. Bahan
- Asam Askorbat
- Primojel
- Mg Stearat
- Avicel 102
- Aquadest
- Talk
- Paraffin
F. Prosedur Kerja
1. Prosedur Pembuatan
Timbang bahan sesuai kebutuhan, tidak dilakukan penghalusan
bahan karena bahan pembantu memang diharapkan berbentuk
granular (bahan aktif diayak jika menggumpal).

Campur bahan-bahan sesuai dengan aturan pencampuran


(kecuali Mg stearat dan Talk), campur selama 15 menit
hingga homogen, kemudian tambahkan Mg stearat dan
Talk, campur selama 2 menit.

Lakukan evaluasi terhadap massa kempa, sebagaimana


evaluasi yang dilakukan pada granul.
Massa kempa ditabletasi dengan menggunakanpunch
diameter 6-8 mm sesuai dengan bobot tablet yang
telah ditentukan.

Lakukan evaluasi terhadap tablet yang diperoleh.

2. Evaluasi Granul
a. Kecepatan aliran
 Metode Corong

Alat : Flow Tester

Prinsip : menetapkan jumlah granul yang mengalir dalam waktu tertentu.

Prosedur Kerja :
Sejumlah 30 gram granul dimasukkan
kedalam corong dengan ukuran tertentu.

Corong digetarkan sampai eluruh


granul keluar.

Kecepatan aliran dihitung dengan


membagi bobot dengan waktu yang
diperlukan granul untuk melewati corong
(g/detik).

Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan


untuk mengalirkan 100 gram granul ≤ 10 detik.

 Metode Sudut Istirahat


Alat : Flow Tester

Prinsip : pengukuran sudut yang terbentuk dan lereng timbunan granul yang
mengalir bebas dari corong terhadap suatu bidang datar.

Prosedur kerja :

Timbang 30 gram granul, masukkan kedalam corong.


Granul dibiarkan mengalir bebas dari lubang atau
corong dan tampung pada suatu bidang datar hingga
timbunan granul tersebut membentuk kerucut.

Dari timbunan tersebut diukur sudut


istirahat (sudut antara lereng granul
dengan bidang granul).

Jika : ∝ = 25-300 = granul sangat mudah mengalir

30-380 = granul mudah mengalir

> 38 0 = granul kurang mengalir


b. Kelembaban
Alat : Moisture Analyzer
Prosedur Kerja :

Timbang sebanyak 10 gram granul.

Masukkan kedalam alat moisture


analyzer, kemudian alat ditara.

Panaskan granul pada suhu 60oC -70OC


sampai skala pada alat setara (stabil).
Baca kadar yang tertera pada skala (%).

Syarat : kadar air yang baik 1-2%.

c. Bobot Jenis/Kerapatan
1) BJ Nyata

Timbang granul sebanyak 30 gram

Masukkan kedalam gelas ukur.


Catat volumenya.

W
Hitung : P = 𝑉

Keterangan : P = BJ Nyata

W = Bobot granul

2) BJ Mampat V = Volume granul tanpa pemanpatan


Alat : Tap Density
Fungsi : Mengukur kerapatan curah dan kerapatan mampat dari serbuk.
Timbang granul sebanyak 30 gram,
masukkan kedalam gelas ukur, catat
volumenya (Vo).

Tap density diketuk selama 5 menit,


catat volumenya.

W
Hitung : Pn = 𝑉𝑛

Keterangan :Pn = BJ n pada ketukan

W = Bobot granul

Vn = Volume granul pada n ketukan


3) Persen Kompresibilitas
Prosedur kerja :
Timbang granul sebanyak 30 gram,
masukkan kedalam gelas ukur, catat
volumenya (Vo).

Tap density diketuk selama 5 menit, catat volumenya.

Hitung : %K=
BJ Mampat−BJ Nyata
𝑥100%
BJ Mampat

Jika %K : 5-15% = Aliran sangat buruk

16-25% = aliran baik

>26% = aliran buruk


4) BJ Sejati
Alat : Piknometer
Timbang piknometer kosong (a).

Timbang piknometer dan 1 gram


granul (b).

Timbang piknometer dan 10 ml cairan


pendispersi /paraffin liq (d).

Timbang piknometer, 1 gram granul


dan cairan pendispersi/paraffin liq (c).
(a−b) x BJ cairan pendispersi
Hitung : BJ = (b+d)−(a+c)

3. Evaluasi Tablet
a. Visual / orgnoleptik
 Rupa : dengan cara visual menggunakan loop agar permukaan tablet lebih terlihat.
 Bau
 Rasa
b. Sifat fisik
1) Keseragaman ukuran

Diambil secara acak 20 tablet, lalu diukur diameter dan


tebalnya menggunakan jangka sorong.

Menurut FI III diameter tab tidak lebih dari 3x dan tidak


kurang dari 1/3 tebal tablet.

2) Kekerasan
Alat : Hardness tester
Prosedur Kerja :

Dilakukan terhadap 20 tablet, yang diambil acak.

Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan


tab, dengan menggunakan bahan yang
dinyatakan dalam kg/cm3.

Ditentukan kekerasan rata-rata dan


standar deviasinya.

Syarat : Tab besar 7-10kg/cm3, tab kecil


4kg/cm3.
3) Friabilitas
Alat : Friabilator
Prosedur Kerja :

Dilakukan terhadap 20 tab yang diambil secara acak.

Dibersihkan satu persatu dengan silika halus lalu


ditimbang (a).

Masukan semua tab kedalam alat , lalu putar sebanyak 1


putaran, lalu tab dibersihkan lagi dan ditimbang (b).

𝑎−𝑏
Hitung : 𝑥 100%
𝑎

Keterangan : a : Bobot tab sebelum di uji

b : Bobot tan setelah di uji

Syarat : Tab yang baik memiliki Friabilitas <1%

4) Keseragaman Bobot
Diambil 20 tablet, secara acak, lalu timbang
masing-masing tablet.

Hitung bobot rata-rata dan penyimpangan


terhadap bobot tablet.

Tidak boleh ada 2 tablet, yang masing-masing


menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari
harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak
boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari
bobot rata-rata > harga pada kolom B.
Bobot rata -rata Penyimpangan bobot A Penyimpangan bobot B
<25mg 15 % 30 %
26mg- 150mg 10 % 20 %
151mg - 300mg 7,5 % 15 %
>300mg 5% 10 %

c. Sifat Kimia
1) Uji waktu hancur
Alat : Disintegration Tester
Prosedur Kerja :
Bejana diisi dengan air volume diatur pada kedudukan tertinggi,
lempeng kassa tepat pada permukaan larutan dan pada kedudukan
terendah mulut tabung tetap diatas permukaan.

Suhu pelarut 36-38 0C , 6 tablet dimaukan satu persatu


kedalam masing-masing tabung, kemudian alat dinyalakan dan
diatur naik turun keranjang 30x tiap menit.

Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas
kassa, kecuali fragmen-fragmen bahan pembantu.

Waktu hancur dicetak sejak pertama kali alat dinyalakan hingga


tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kassa.

2) Uji Disolusi dan Penetapan Kadar


Media disolusi : 900ml aquadest
Alat tipe 2 : 50 rpm
Waktu : 30 menit

Masukan 900 ml larutan aquadest kedalam masing-


masing tabung kaca.
Pasang alat disolusi, biarkan media disolusi hingga suhu
37oC dengan pemanasan pada penangas air bertermostat.

Masukan 1 tablet masing-masing kedalam alat, hilangkan


gelembung udara dari permukaan sediaan yang diuji.

Alat dijalankan dengan laju kecepatan 50 rpm.


Pengambilan sampel 10 ml dilakukan pada menit ke 5,
15, 30 dan 45.

Posisi pengambilan sampel, pada daerah pertengahan


antara permukaan media disolusi dan bagian atas dari
daun alat dayung, tidak kurang dari dinding wadah.

Setiap larutan yang diganti sehingga medium tetap 900


mL.

Larutan 10 ml yang diambil diencerkan dulu kemudian diukur


serapannya pada panjang gelombang maksimal 265 nm.

Dihitung konsentrasi Vitamin C yang terdisolusi tiap


waktu 5, 15, 30 dan 45 dengan menggunakan data
persamaan linier yang diperoleh dari kurva kalibrasi
larutan Vitamin C dalam berbagai konsentrasi.
Lakukan penetapan jumlah Vitamin C yang
terlarut dengan mengukur serapan filtrat.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Uji Waktu Alir

Tabel 1.Uji Waktu Alir

No. Berat (gram) Waktu (detik) Rata-rata (gram/detik)


1. 10 1 10
2. 10 1,3 7,6
3. 10 1 10
Rata-rata 10 1,1 9,2
B. Sudut Istirahat

Tabel 2. Sudut Istirahat

No. Tinggi (cm) Diameter(cm) Jari-jari (cm)


1. 1,8 5,87 2,935
2. 2,2 5,95 2,975
3. 1,8 6,2 3,1
Rata-rata 1,93 9,16 3,003


tan∝ = 𝑟

1,93
= 3,003

tan∝ = 0,642

∝ = 32,70 0

C. Bobot Jenis

Tabel 3. Bobot Jenis

No. Berat (gram) Volume Awal (mL) Volume Mampat (mL)


1. 30 71 58
𝑊
a. BJ nyata = P = 𝑉
30 𝑔𝑟𝑎𝑚
= = 0,423 gram/mL
71 𝑚𝐿
𝑊
b. BJ mampat = Pn = 𝑉𝑛
30 𝑔𝑟𝑎𝑚
= = 0,517 gram/mL
58 𝑚𝐿
𝑉0−𝑉𝑛
c. Kadar pemampatan = Kp = 𝑥 100%
𝑉0

71 𝑚𝐿−58 𝑚𝐿
= 𝑥 100% = 18,31%
71 𝑚𝐿
d. Pebandingan Haussner
𝐵𝐽 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
Angka Haussner = 𝐵𝐽 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎
0,517
= 0,423 = 1,22

e. Persen Kompresibilitas
BJ mampat  BJ nyata
%K   100%
BJ mampat

0,517 − 0,423
= 𝑥 100 % = 18,18 %
0,517

D. Bobot Jenis Sejati

Tabel 4. Bobot Jenis Sejati

BJ Sejati Berat (gram)


Pikno kosong (a) 12,72
Pikno + 1 gram granul (b) 13,74
Pikno + 1 gram granul + cairan pendispersi (c) 21,78
Pikno + cairanpendispersi (d) 21,63

(𝑏−𝑎) 𝑥 𝜌 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑠𝑝𝑒𝑟𝑠𝑖


BJ Sejati = (𝑏+𝑑)−(𝑎+𝑐)

(13,74−12,72)𝑥 0,88
= (13,74+21,63)−(12,72+21,78)

0,8916
= = 1,0317 gr/mL
0,87

E. Keseragaman Ukuran

Tabel 5. Keseragaman Ukuran

No. Diameter (cm) Tebal (cm) 3 x T (cm) 1 1/3 x T (cm)


1. 1,31 0,22 0,66 0,29
2. 1,31 0,21 0.63 0,28
3. 1,31 0,21 0.63 0,28
4. 1,31 0,21 0.63 0,28
5. 1,31 0,21 0.63 0,28
6. 1,31 0,21 0.63 0,28
7. 1,31 0,22 0,66 0,29
8. 1,31 0,21 0.63 0,28
9. 1,31 0,21 0.63 0,28
10. 1,31 0,21 0.63 0,28
11. 1,31 0,21 0.63 0,28
12. 1,31 0,21 0.63 0,28
13. 1,31 0,21 0.63 0,28
14. 1,31 0,21 0.63 0,28
15. 1,31 0,21 0.63 0,28
16. 1,31 0,22 0,66 0,29
17. 1,31 0,22 0,66 0,29
18. 1,31 0,21 0.63 0,28
19. 1,31 0,21 0.63 0,28
20. 1,31 0,21 0.63 0,28
Rata-rata 1,31 0,212 0,66 0,282

F. Uji Kekerasan

Tabel 6. Uji Kekerasan

Tablet Kekerasan (kg/cm2) Tablet Kekerasan (kg/cm2)


1 7 11 7
2 8,5 12 7
3 2 13 9
4 8 14 7,5
5 6 15 9
6 7 16 7
7 8 17 8
8 5 18 7
9 8 19 5
10 6,5 20 2,5

135
Kekerasan rata-rata = = 6,75 kg/cm2\
20

G. Uji Kerapuhan

Tabel 7.Uji Kerapuhan

No. Berat (gram)


Bobot 20 tablet (a) 6,10 gram
Bobot 20 tablet setelah diuji (b) 5,95 gram

𝑎−𝑏
Friabilitas = x 100%
𝑎

6,10 𝑔𝑟𝑎𝑚−5,95 𝑔𝑟𝑎𝑚


= x 100 %
6,10 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 2,46%

H. Keseragaman Bobot

Tabel 8. Keseragaman Bobot

Tablet Bobot (gram) Tablet Bobot (gram)


1 0,31 11 0,31
2 0,30 12 0,30
3 0,31 13 0,31
4 0,31 14 0,30
5 0,31 15 0,29
6 0,29 16 0,30
7 0,30 17 0,32
8 0,31 18 0,29
9 0,30 19 0,31
10 0,30 20 0,30

Bobot rata-rata = 0,305 gram


Penyimpangan:

0,31−0,3055
 Tablet 1 = 𝑥 100 % = 1,45 %
0,31
0,305−0,300
 Tablet 2 = 𝑥 100 % = 1,8 %
0,305
0,31−0,3055
 Tablet 3 = 𝑥 100 % = 1,45 %
0,31
0,31−0,3055
 Tablet 4 = 𝑥 100 % = 1,45 %
0,31
0,31−0,3055
 Tablet 5 𝑥 100 % = 1,45 %
0,31
0,305−0,290
 Tablet 6 = 𝑥 100 % = 5,07 %
0,305
0,305−0,300
 Tablet 7 = 𝑥 100 % = 1,8 %
0,305
0,31−0,3055
 Tablet 8 = 𝑥 100 % = 1,45 %
0,31
0,305−0,300
 Tablet 9 = 𝑥 100 % = 1,8 %
0,305
0,305−0,300
 Tablet 10 = 𝑥 100 % = 1,8 %
0,305
0,31−0,3055
 Tablet 11 = 𝑥 100 % = 1,45 %
0,31
0,305−0,300
 Tablet 12 = 𝑥 100 % = 1,8 %
0,305
0,31−0,3055
 Tablet 13 = 𝑥 100 % = 1,45 %
0,31
0,305−0,300
 Tablet 14 = 𝑥 100 % = 1,8 %
0,305
0,305−0,290
 Tablet 15 = 𝑥 100 % = 5,07 %
0,305
0,305−0,300
 Tablet 16 = 𝑥 100 % = 1,8 %
0,305
0,320−0,305
 Tablet 17 = 𝑥 100 % = 4,5 %
0,320
0,305−0,290
 Tablet 18 = 𝑥 100 % = 5,07 %
0,305
0,31−0,3055
 Tablet 19 = 𝑥 100 % = 1,45 %
0,31
0,305−0,300
 Tablet 20 = 𝑥 100 % = 1,8 %
0,305

I. Uji Waktu Hancur

Tabel 9. Uji Waktu Hancur

No. WaktuHancur
1. 4 menit 42 detik
2. 4 menit 42 detik
3. 4 menit 42 detik
4. 4 menit 42 detik
5. 4 menit 42 detik
6. 4 menit 42 detik

Kurva Kalibrasi Uji Disolusi

Kurva Baku Vitamin C


1
y = 0.0322x + 0.0333
konsentrasi (ppm)

0.8 R² = 0.999
0.863
0.6 0.753
0.605
0.4 Series1
0.489
0.2 0.355 Linear (Series1)
0.224
0
0 10 20 30
absorbansi

Tabel 10. Waktu Disolusi

Waktu % Tablet 1 (%) % Tablet 2 (%)


5 61,12 % 115,344 %
15 45,26 % 36,486 %
30 186,336 % 29,61 %
45 20,442 % 58,05 %

Grafik Waktu Terhadap Absorbansi


0.9
0.8
0.7
0.6
Absorbansi

0.5
0.4 Absorbansi T1
0.3 Absorbansi T2
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50
Waktu

Grafik Waktu Terhadap % Kadar


200
180
160
140
120
% kadar

100
80 Kadar tablet 1 (%)
60 Kadar tablet 2 (%)
40
20
0
0 10 20 30 40 50
Waktu
J. Penetapan Kadar Vitamin C

Tabel 11. Absorbansi Uji Disolusi

Waktu (menit) Absorbansi tablet 1 Absorbansi tablet 2


5 0,252 (5x pengenceran) 0,446 (5x pengenceran )
15 0,843 (0x pngenceran) 0,686 (0x pengenceran)
30 0,700 (5x pengenceran) 0,563 (0x pengenceran)
45 0,399 (0x pengenceran) 0,241 (5x pengenceran)

a. Tablet 1
1. Menit ke 5
y = bx + a
y = 0,0322x + 0,0333
0,252 = 0,0322x + 0,0333
0,252−0,0333
x= 0,0322

x = 6,791 ppm
900
 Mg kadar = 6,791 x 5 x 1000 = 30,56 mg
30,56
 % kadar = x 100% = 61,12 %
50

2. Menit ke 15
y = bx + a
y = 0,0322x + 0,0333
0,843 = 0,0322x + 0,0333
0,843−0,0333
x=
0,0322

x = 25,145
900
 Mg kadar = 25,145 x 1000 = 22,63 mg
22,63
 % kadar = x 100% = 45,26 %
50

3. Menit ke 30
y = bx + a
y = 0,0322x + 0,0333
0,700 = 0,0322x + 0,0333
0,700−0,0333
x= 0,0322

x = 20,704
900
 Mg kadar =20,704 x 5 x 1000 = 93,168 mg
93,168
 % kadar = x 100% = 186,336 %
50

4. Menit ke 45
y = bx + a
y = 0,0322x + 0,0333
0,399= 0,0322x + 0,0333
0,399−0,0333
x= 0,0322

x = 11,357
900
 Mg kadar = 11,357 x 1000 = 10,221 mg
10,221
 % kadar = x 100% = 20,442 %
50

b. Tablet 2
 Menit ke 5
y = bx + a
y = 0,0322x + 0,0333
0,446 = 0,0322x + 0,0333
0,446−0,0333
x= 0,0322

x = 12,816 ppm
900
 Mg kadar = 12,816 x 5 x 1000 = 57,672mg
57,672
 % kadar = x 100% = 115,344 %
50

 Menit ke 15
y = bx + a
y = 0,0322x + 0,0333
0,686 = 0,0322x + 0,0333
0,686 −0,0333
x= 0,0322

x = 20,270 ppm
900
 Mg kadar = 20,270 x 1000 = 18,243 mg
18,243
 % kadar = x 100% = 36,486 %
50

 Menit ke 30
y = bx + a
y = 0,0322x + 0,0333
0,563 = 0,0322x + 0,0333
0,563−0,0333
x= 0,0322

x = 16,450 ppm
900
 Mg kadar = 16,450 x 1000 = 14,805 mg
14,805
 % kadar = x 100% = 29,61 %
50

 Menit ke 45
y = bx + a
y = 0,0322x + 0,0333
0,241 = 0,0322x + 0,0333
0,241−0,0333
x= 0,0322

x = 6,450 ppm
900
 Mg kadar = 6,450 x 5 x 1000 = 29,025 mg
29,025
% kadar = x 100% = 58,05 %
50

I. Pembahasan
Pada praktikum pembuatan sediaan tablet dengan metode kempa langsung.
Kempa langsung merupakan suatu metode pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal
terlebih dahulu. Metode ini digunakan untuk bahan yang memiliki sifat mudah
mengalir dan mempunyai daya kompresibilitas tinggi sebagaimana juga sifat-sifat
kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet
tanpa memerlukan granulasi basah atau kering.
Tujuan dari kempa langsung ini untuk enghindari berbagai masalah yang
timbul pada granulasi basah dan kering. Pembuatan tamblet dengan kecepatan
tinggi memerlukan eksipien yang memungkinkan pengempaan langsung tanpa
tahap granulsi terlebih dahulu. Eksipien ini terdiri dari zat berbentuk fisik khusus
yang mempunai sifat aliran dan kempa yang diinginkan. Sedikit perubahan pada
sifat fisik dapat mengubah sifat alir dan sifat kempa sehingga menjadi tidak sesuai
untuk dikempa langsung.
Zat aktif yang digunakan adalah Vitamin C. Vitamin C dikenal sebagai
salah satu vitamin yang memiliki banyak manfaat. Selain bersifat aktioksidan
yang mempu melawan radikal bebas, vitamin C juga berperan dalam
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Penggunaan Vitamin C sebagai zat aktif
pada praktikum kempa langsung karena Vitamin C tidak tahan pemanasan, stabil
diudara kering, kurang cocok dalam bentuk larutan karena cepat teroksidasi
sehingga tidak digunakan dengan metode granulasi basah, dan karena dosisnya
kecil ditambah dengan eksipien yang kompresibel dan mudah mengalir maka
dapat dibuat dengan metode kempa langsung. Vitamin C dengan metode kempa
langsung digunakan formula Vitamin C 50 mg , Primojel 5%, Avicel P 102qs, Mg
stearat 1%, Talk 2%
Vitamin C mempunyai rumus molekul C₆H₈O₆ dengan pemerian serbuk
hablur putih atau agak kuning; tidak bebau; rasa asam. Oleh cahaya lalu menjadi
gelap. Dalam keadaan kering mantap diudara dalam larutan cepat teroksidasi.
Vitamin C memiliki dosis yang kecil sehingga cocok dibuat tablet dengan metode
kempa langsung. Walaupun Vitamin C memiliki sifat alir yang kurang baik, tetapi
sifat alir tersebut dapat diatasi dengan penambahan bahan pelicin dalam formula .
Primojel digunakan pada sediaan tablet sebagai penghancur (disintegrasi).
Disentrigasi terjadi karena pengerapan air dengan cepat dan diikuti dengan
pembengkatan tablet yang tepat. Kosentrasi yang biasa digunakan adalah antara
2% - 8%, dengan kosentrasi optimal ±4%. Konsentarasi yang digunakan 5%
Avicel PH 102 digunakan pada sediaan tablet sebagai pengikat ataupun
penghancur. Pada metoda kempa langsung sangant diperlukan pengikat karena
tidak adanya proses granulasi pada saat pembuatan tablet. Kosentrasi yang
digunakan untuk pengikat adalah 20-90%, sedangkan untuk penghancur adalah 5-
15%.
Magnesium stearat pada pembuatan tablet digunakan sebagai pelinciratau
lubrikan. Sehingga dapat meminimalisir gesekan antara dinding die dengan pach
selama pengempaan dan penarikan, sehingga tablet yang dihasilkan memiliki
permungkaan yang halus. Kosentrasi yang digunakan 1%.Digunakan magnesium
stearat dengan konsentrasi 1 % dalamformulasi ini (Rentang 0,25%-5%).
Talk digunakan sebagai glidan, yaitu untuk meningkatkan aliran granul
dari permungkaan hopper ke permungkaan die.Dalam formulasi ini digunakan
talk dengan konsentrasi sebesar 2% (padaliteratur 1% - 10%). Talk 2% dipilih
dengan alasan apabila digunakan dengankonsentrasi terlalu besar maka akan
mengakibatkan tablet menjadi keras dan susahterdisintegrasi.
Prosedur awal pembuatan tablet dengan metode kempa langsung yaitu
dengan mencampur Vitamin C, Avicel PH 102, dan primojel menjadi satu,
pengadukan dilakukan sampai homogen selama 15 menit. Hal ini bertujuan agar
zat aktif dan bahan tambahan tercampur secara sempurna. Selanjutnya
menambahkan talkum dan mgstearat sebagai glidant dan lubrikan . pengadukan
serbuk sampai homogen selama 5 menit , bertujuan karena sifat lubrikan yang
hanya melumuri, jika diaduk terlalu lama maka berpotensi menempel pada serbuk
sehingga pemberian lubrikan malah akan mempersulit aliran campuran serbuk.
Sebelum serbuk dicetak, dilakukan evaluasi terhadap serbuk terlebih
dahulu. Evaluasi serbuk yang dilakukan yaitu
Yang pertama Kecepatan aliran metode corong dilakukan dengan menguji
kecepatan alir suatu granul. Kecepatan alir merupakan metode pengukuran yang
sangat sederhana dan dapat langsung diketahui kecepatan atau waktu yang
dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir. Laju alir granul memegang peranan
penting dalam pembuatan tablet. Apabila granul mudah mengalir, tablet yang
dihasilkan mempunyai keseragaman bobot yang baik. Laju alir ini dapat
ditentukan dengan menentukan sudut istirahat dari granul dengan menggunakan
metode corong. Aliran granul baik jika waktu yang diperrlukan untuk
mengalirkan 100 g granul < 10 detik. Dari hasil yang di dapat yaitu 30 gram
dalam 1,1 detik hal tersebut lebih sedikit dari persyaraan yaitu 10 gram granul < 1
detik, maka granul dimyatakan kurang baik dalam hal kecepatan alirnya.
Kecepatan aliran sudut istirahat ini merupakan sudut yang dibentuk oleh
tumpukan serbuk terhadap bidang datar setelah serbuk atau granul tersebut
mengalir secara bebas melalui suatu celah sempit dalam hal ini adalah corong.
Jadi, sudut istirahat diperoleh dengan memasukan sekitar 30 gr serbuk ke dalam
corong yang ditutup, kemudian tutup tersebut dibuka, dan dihitung waktu alir
serta tinggi dan diameter dari tumpukan granul yang dihasilkan. Dari hasil uji
terhadap granul yang dihasilkan, diperoleh sudut istirahat granul sebesar 17,83°.
Nilai ini menunjukkan bahwa granul yang dihasilkan memiliki sifat laju alir yang
baik karena pada umumnya granul dikatakan mengalir baik (free flowing) apabila
sudut diamnya lebih kecil dari 30 0C, sehingga granul dapat dicetak menghasilkan
tablet yang homogen
Evaluasi granul yang kedua yaitu pengujian bobot jenis, Evaluasi granul
dengan bobot jenis ini yaitu dengan mengetahui bobot jenis pada granul tersebut,
mulai dari bobot nyata, bobot mampat dan bobot sejati. Evaluasi ini bertujuan
untuk menjamin aliran granul yang baik. Evaluasi bobot jenis sejati ini dilakukan
menggunakan alat piknometer. Dari hasil yang didapat dari evaluasi granul
tersebut BJ nyata sebesar 0,423 gr/mL, BJ mampat sebesar 0,517 gr/mL, BJ sejati
sebesar1,0317 gr/mL.
Kadar pemampatan, uji ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampatan
campuran granul selama dikempa. Persen kamampatan granul alat dan metodenya
hampir sama seperti pada saat melakukan bj mampat. Setelah dilakukan pengujian
adalah sebesar 18,31%. Hasil tersebut menunjukan bahwa granul memenuhi
syarat karena persen kerapatannya yang kurang dari 20%. Pemampatan tergantung
pada penurunan volume granul atau serbuk akibat keretakan atau getaran.
Semakin kecil harga persen indek penetapan, semakin baik sifat alirnya.
Perbandingan Haussner. Pengujian ini sama dengan pengujian bj nyata.
Pada pengujian ini diperoleh angka 1,23. angka tersebut menunjukan bahwa nilai
tersebut tidak memenuhi syarat. penafsiran hasilnya adalah yang memenuhi syarat
adalah angka Haussner = 1. Pengujian ini hampir sama dengan pengujian kadar
pemampatan dimana nantinya akan diketahui granul setelah dimampatkan dengan
pengujian ini
Persen kompresibilitas, kompresibilitas adalah kemampuan granul untuk
tetap kompak dengan adanya tekanan. Setelah dilakukan pengujian diperoleh hasil
adalah 18,18 %. Penafsiran hasilnya adalah aliranbaik, karena masuk pada rentang
persyaratan aliran yang sangat baik yaitu 16-25%.
Kemudian dilakukan pengujian evaluasi pada tablet untuk mengetahui
tablet yang dibuat telah memenuhi syarat atau tidak. Pengujian yang pertama
yaitu uji organoleptik, uji ini dilakukan untuk mengetahui tablet yang dibuat baik
atau tidak dengan melihatnya secara visual meliputi bau, bentuk, warna dan rasa.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa tablet parasetamol yang telah dibuat
memiliki bentuk yang bulat, berwarna putih, memiliki rasa pahit dan tidak berbau.
Pengujian yang kedua yaitu keseragaman bobot dan ukuran. Pengujian
keseragaman bobot dan ukuran tablet dilakukan dengan mengukur diameter dan
tebal tablet. Diameter dan tebal tablet diukur masing-masing (pada pengujian kali
ini dilakukan terhadap 20 tablet) dengan menggunakan alat piknometer dan
timbangan analitik. Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari tiga
kali dan tidak kurang dari empat per tiga tebal tablet. Uji keseragaman bobot
dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tablet yang dibuat sudah memenuhi
syarat keseragaman bobot atau belum.

Keseragaman diameter dan ketebalan tablet sangat mempengaruhi kualitas


tablet yang lain. Diameter tablet akan mempengaruhi kekerasan, kerapuhan,
waktu hancur, dan sidolusi. Secara umum tablet dengan luas permukaan kontak
yang lebih besar dengan medium disousi akan terdisolusi lebih cepat, serta
memiliki waktu hancur yang cepat pada uji keseragaman ukuran# data hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata diameter dari tablet yang diuji adalah 1,32
, berdasarkan hasil tersebut tablet yang dibuat telah tidak memenuhi syarat dimana
menurut Farmakope Indonesia III, didiamter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang 1 1/3 tebal tablet sedangkan yang diuji melebihi syarat.

Keseragaman bobot merupakan faktor penting dalam suatu proses


produksi sediaan tablet, karena bobot yang sama diharapkan intensitas dosis obat
yang masuk kedalam tubuh juga akan sama, sehingga berpengaruh pula terhadap
keamanan terapi dari sediaan tablet yang dibuat. Keseragaman bobot dapat
dipengaruhi oleh sifat alir granul. Pada pengujian keseragaman bobot diperoleh
bahwa dari 20 tablet yang diuji diperoleh rata-rata dari bobot tablet tersebut yaitu
0,305 mg dimana berdasarkan hasil yang didapat dari uji keseragaman bobot
menunjukan bahwa tidak ada bobot yang menyimpang lebih dari 10% dan ada
yang menyimpang lebih dari 5% bobot tablet. Berarti tablet ini belum memenuhi
persyaratan keseragaman bobot yang terdapat dalam Farmakope Indonesia IV.

Kemudian dilakukan uji kekerasan tablet, uji ini ditetapkan untuk


mengetahui keras atau tahannya tablet bila mengalami guncangan baik saat
transportasi maupun penyimpanan. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh sifat alir
bahan, besarnya tekanan pada saat pencetakkan dan sifat bahan yang dibuat
tablet. Pada saat pentabletan tekanan kompresi dibuat sama, agar diperoleh tablet
dengan hasil yang nantinya dapat dianalisis ada tidaknya sifat fisik tablet sesuai
dengan karakter bahan tambahan yang digunakan. Kekerasan tablet berpengaruh
terhadap kerapuhan, semakin keras tablet maka semakin rendah kerapuhannya.
Uji kekerasan tablet dilakukan dengan menggunakan alat penguji kekerasan
(Hardness tester). Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa rata-rata kekerasan dari
20 tablet yang diuji yaitu 6,75 kg/cm2. Hasil yang diperoleh sesuai dengan
persyaratan tablet karena kekerasan tablet dari 20 tablet memenuhi persyaratan
kekerasan tablet besar yaitu 5-10 kg/cm2.

Selanjutnya dilakukan uji Friabilitas, kerapuhan tablet merupakan salah


satu hal yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan tablet. Kerapuhan
dihubungkan dengan kekuatan fisik dari permukaan tablet. Kekerasan tablet yang
semakin besar umumnya mempunyai kerapuhan yang kecil. Uji ini bertujuan
untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan sewaktu
pengemasan dan pengiriman selain itu kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi
kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet dengan konsentrasi zat aktif yang
kecil adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengruhi kadar zat aktif
yang masih terdapat dalam tablet. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa
kerapuhan yang diperoleh setelah dilakukan pengujian yaitu 2,46% dari hasil
tersebut disimpulkan bahwa tablet tersebut tidak memenuhi syarat karena tidak
memiliki friabilitas yang baik, tablet yang baik memiliki friabilitas < 1%.
Kerapuhan tersebut disebabkan karena pengempaan /proses pencetakan tablet.

Uji selanjutnya yaitu uji waktu hancur, menurut FI IV pengujian waktu


hancur ini menggunakan alat Desintegration tester, memasukkan 6 tablet ke dalam
keranjang, turun naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet
dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali
fragmen fragmen berasal dari penyalut. Kecuali dinyatakan lain waktu yang
diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk
tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit. Pada hasil pengamatan uji
waktu hancur tablet yakni 4 menit 42 detik dari hasil tersebut waktu hancur dari
tablet yang dibuat telah memenuhi syarat.

Selanjutnya yakni uji disolusi. Disolusi merupakan suatu proses pelarutan


senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Kecepatn
disolusi merupakan kecepatan zat aktif larut dari suatu bentuk sediaan utuh atau
pecahan atau partikel yang berasal dari bentuk sediaan itu sendiri. Dari hasil
pengujian disolusi tablet yang dibuat yakni pada menit menit awal jumlah obat
yang terdisolusi naik dengan cepat karena tablet mengalami desintegrasi yang
diikuti dengan disolusi. Selanjutnya terjadi peningkatan yang perlahan karena obat
yang terdisolusi tinggal sedikit. Namun setelah dihitung hasil nilai % kadar tiap
menit ke 5, 10, 30, dan 45 menunjukkan pada menit 5 menunjukkan kadar 61,12
% , pada menit ke 10 dari tablet 1 kadarnya yakni 45,26 % i, sedangkan pada
menit ke 30 kadarnya yakni 186,336% sedangkan pada menit ke 45 kadarnya
yakni % yaitu 20,442 kemudian pada tablet ke 2 pada menit ke 5 kadarnya
115,344% pada menit 10 kadarnya yakni 36,486 , pada menit ke 30 kadar nya
yakni 29,61, pada menit ke 45 kadar nya yaitu 58,05 % . Dari data hasil tersebut
% kadar yang terdisolusi banyak yang lebih dari 100% kemudian bila mengamati
Q30 pada tablet 1 kadarnya 186,336 %, hal tersebut tidak sesuai dengan syarat
yang ada pada Farmakope Indonesia. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV
(1995) dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang 80% dari jumlah yang
tertera dalam etiket,mungkin adanya ada kesalahan pada saat pembuatan larutan
baku sehingga berpengaruh pada kurva baku yang dibuat. Kemudian kadar
terdisolusi setiap menitnya pada tablet 1 bila dilihat dari kurva kadar
terdisolusinya keduanya mengalami naik turun dimana seharusnya semakin lama
waktu maka kadarnya semakin tinggi, hal ini terjadi karena mungkin saat
pengambilan cuplikan pada chamber jarak nya tidak sama setiap waktu nya,
karena kadar obat pada chamber semakin bawah semakin tinggi dan semakin atas
semakin rendah, seharusnya pengambilan medium, dilakukan pada tempat yang
sama misalnya pengambilan medium diambil 10 cm dari dayung.

II. Kesimpulan
Kempa langsung merupakan suatu metode pembuatan tablet dengan
mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui
perlakuan awal terlebih dahulu. Evaluasi granul kecepatan aliran metode
coronghasil yang di dapat yaitu 30 gram dalam 1,1 detik hal tersebut lebih sedikit
dari persyaraan yaitu 10 gram granul < 1 detik, maka granul dimyatakan kurang
baik dalam hal kecepatan alirnya.Kecepatan aliran sudut istirahatdiperoleh sudut
istirahat granul sebesar 17,83°. Nilai ini menunjukkan bahwa granul yang
dihasilkan memiliki sifat laju alir yang baik karna kurang dari 30 0C.
Evaluasi bobot jenis hasil yang didapat dari evaluasi granul tersebut BJ
nyata sebesar 0,423 gr/mL, BJ mampat sebesar 0,517 gr/mL, BJ sejati
sebesar1,0317 gr/mL.Kadar pemampatan hasil yang didapat 18,31%. Hasil
tersebut menunjukan bahwa granul memenuhi syarat karena persen kerapatannya
yang kurang dari 20%.Perbandingan Haussner yaitu 1,23 tidak memenuhi karena
melebihi 1. Persen kompresibilitas hasilnya 18,18 %. aliran baik, karena masuk
pada rentang persyaratan aliran yang sangat baik yaitu 16-25%.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Halaman 970-971, 999, 1083-1087.

Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kaning J.L. (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. Halaman 654, 697.

Siregar, C.J.P., Wikarsa, S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar


Dasar Praktis. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. Hal.1-2, 8, 416- 418.

Voight, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Cetakan II. Yogyakarta:


UGM-Press. Halaman 159.

Naidu KA, 2003. Vitamin C in Human Health and Disease is still a mystery, an
overview. Noutrition J; 2; 7.
LAMPIRAN

Vitamin C
Primojel Talkum Mg Stearat

Avichel pH 102 Penimbangan vit. C Penimbangan Penimbangan avichel


primojel ph 102

Penimbangan talkum Penimbangan mg Memasukan vit.c Memasukan primojel


stearat

Memasukan avichel Pencampuran dan Memasukan talkum Memasukan mg


pH 102 pengadukan pertama stearat
15 menit

Anda mungkin juga menyukai