Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH VALIDASI

SEDIAAN TABLET

NAMA : INDRA PRATAMA PUTRA

NIM : F201601079

KELAS : G2 FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES MANDALA WALUYA

KENDARI

2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Tablet merupakan salah satu jenis sediaan obat dengan rute pemberiaan  secara oral.

Rute oral ini paling disukai karena tingkat kenyamanan dan kepatuhan  pasien sangat baik.

Selain itu biaya produksinya juga cukup rendah. Obat yang  diberikan secara oral akan

terlarutkan (terdispersi molekuler)  dalam cairan  lambung sebelum diabsorpsi ke dalam

sirkulasi sitemik.  Kecepatan disolusi atau waktu yang dibutuhkan untuk obat melarut

dalam  cairan pencernaan menjadi kecepatan pembatas (rate-limiting step) dari

proses  absorbsi. Hal ini berlaku untuk obat yang diberikan dalam bentuk sediaan

padat  oral seperti tablet (Shargel & Yu, 1999).

Sedangkan menurut (Ditjen POM, 1995) tablet adalah bentuk sediaan padat

mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan,

tablet dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan

cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.

Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul

menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan

penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Sediaan Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan sebagai tablet

cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab

dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan

tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat

dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan

(Ditjen POM, 1995).

Komposisi utama dari tablet adalah zat berkhasiat yang terkandung di dalamnya,

sedangkan bahan pengisi yang sering digunakan dalam pembuatan tablet yaitu bahan

penghancur, bahan penyalut, bahan pengikat, bahan pemberi rasa dan bahan tambahan

lainnya (Ansel, 1989).

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat

dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda-beda

ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan aspek lainnya tergantung

pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Umumnya tablet digunakan pada

pemberian obat secara oral (Ansel, 1989).

Kelebihan sediaan tablet yaitu ringan, mudah dalam pembungkusan, pemindahan

dan penyimpanan. Pasien menemukan kemudahan untuk membawanya dan tidak perlu

menggunakan alat bantu seperti sendok untuk pemakaiannya (Parrott, 1971).

Kerugian sediaan tablet yaitu beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan

kompak dan obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan atau
obat yang peka terhadap kelembaban udara perlu pengapsulan atau penyelubungan sebelum

dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan (Banker dan Anderson, 1986).

A. Komposisi Tablet

Tablet umumnya disamping zat aktif, juga mengandung zat pengisi, zat pengikat,

zat penghancur dan zat pelicin. Untuk tablet tertentu zat pewarna, zat perasa, dan bahan-

bahan lainnya dapat ditambahkan jika diperlukan. Komposisi umum dari tablet adalah :

1. Zat berkhasiat/ zat aktif

Zat berkhasiat atau zat aktif jarang diberikan dalam keadaan murni,

tetapi harus dikombinasikan terlebih dahulu dengan zat-zat yang bukan

obat yang mempunyai fungsi khusus agar dapat dibentuk menjadi sediaan tablet

(Anief,1994).

2.      Zat pengisi

Zat pengisi adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu

formulasi tablet bertujuan untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet sehingga

sesuai dengan persyaratan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan tablet,

dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Zat pengisi yang biasa digunakan

adalah pati (amilum), laktosa, manitol, sorbitol dan lain-lain (Siregar dan

Wikarsa, 2010).

3.      Zat pengikat

Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dan

dapat dibentuk menjadi granul sehingga dapat dikempa atau dicetak (Anief,

1994). Ada dua golongan bahan pengikat yaitu bahan gula atau zat polimerik.

Bahan polimerik terdiri atas dua kelas yaitu polimer alam seperti pati, atau gom
mencakup akasia, tragakan dan gelatin; dan polimer sintetis seperti

polivinil pirolidon, metil selulosa, etil selulosa, dan hidroksipropilselulosa

(Siregar dan Wikarsa, 2010)

4.      Zat penghancur (disintegran)

Zat penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya tablet

ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah

absorbsi (Lachman, dkk, 1994). Disintegran idealnya menyebabkan tablet hancur,

tidak saja menjadi granul yang dikempa, tetapi juga menjadi partikel serbuk yang

berasal dari granul. Mekanisme kerja zat disintegran sebagai penghancur tablet

pada umumnya terdiri atas tiga teori klasik, antara lain:

a. Disintegran membentuk lorong-lorong kecil di seluruh matriks yang

memungkinkan air ditarik ke dalam struktur dengan kerja kapiler sehingga

menyebabkan tablet menjadi pecah. Contoh: pati, Avicel, Ac-Di-Sol,

alginat, dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

b. Konsep yang populer berkaitan dengan pengembangan,air merembes

kedalam tablet melalui celah antar partikel atau jembatan hidrofil yang

terbentuk. Dengan adanya air maka bahan penghancur akan mengembang

dimulai dari bagian lokal lalu meluas keseluruh bagian tablet. Akibat

pengembangan bahan penghancur menyebabkan tablet pecah dan hancur

(Voight, 1995).Contoh: Primojel, Explotab, Ac-Di-Sol, gom, povidon,

Isolca Floc, dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).


c. Reaksi kimia pelepasan gas yang menghancurkan struktur tablet,

digunakan terutama jika diperlukan disintegrasi ekstra cepat atau suatu

formulasi segera larut (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Mekanisme umum yang paling luas diterima untuk zat disintegran tablet

adalah pengembangan karena hampir semua disintegran dapat mengembang pada

tingkat tertentu. Dalam hal ini, disintegran berfungsi menarik air ke dalam tablet

kemudian mengembang dan menyebabkan tablet pecah secara terpisah-pisah. Jenis

zat disintegran yang biasa digunakan antara lain: pati alam, Sodium

starch glycollate (primojel, explotab), pati pragelatinisasi, Ac-Di-Sol, alginat, dan

lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

5.      Zat pelicin

Zat pelicin adalah zat tambahan yang digunakan dalam formulasi

sediaan tablet untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari

dalam lubang kempa dan untuk mencegah tablet melekat pada dinding lubang kempa.

Zat pelicin yang biasa digunakan adalah talk, magnesium stearat, kalsium

stearat,natrium stearat, polietilen glikol, dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

B. Penggolongan Tablet

Tablet digolongkan berdasarkan cara pemberian atau fungsinya, sistem

penyampaian obat yang disesuaikan dengan cara pemberian tersebut dan bentuk serta

metode pembuatannya. Susunan macam-macam penggolongan tablet dengan

penggolongan utama berdasarkan cara pemberiannya atau fungsinya sebagai berikut :

a. Tablet kempa atau tablet kempa standar, yaitu tablet oral tidak bersalut yang

dibuat dengan pengempaan dan biasanya terdiri atas zat aktif tunggal atau dalam
kombinasi dengan eksipien. Metode umum yang digunakan dengan granulasi

basah, granulasi kering atau kempa langsung.

b. Tablet multi kempa atau tablet kempa lapis ganda, adalah tablet yang dibuat

dengan lebih dari satu siklus kempa tunggal. Ada dua kelompok tablet ini yaitu :

tablet berlapis dan tablet yang disalut dengan pengempaan.

c. Tablet aksi diperlama atau tablet salut enterik, bentuk sediaan ini dimaksudkan

untuk melepaskan obat setelah beberapa waktu tunda atau setelah tablet telah

melewati satu bagian dari GIT ke yang lain. Tablet salut enterik adalah tablet

kempa konvensional disalut dengan suatu zat seperti selak atau suatu senyawa

selulosa, yang tidak terdisolusi dalam lambung (suasana asam), tetapi terlarut

dalam saluran usus (suasana basa).

d. Talet salut gula, adalah tablet kempa konvensional yang disalut dengan beberapa

lapisan tipis larutan gula berwarna atau tidak berwarna. Tujuan utamanya adalah

untuk menghasilkan tablet yang elegan, mengkilap, mudah untuk ditelan, secara

luas digunakan dalam pembuatan multivitamin dan kombinasi multivitamin

mineral.

e. Tablet salut lapis tipis, adalah tablet kempa konvensional disalut dengan film tipis

polimerik larut-air diberi warna atau tidak diberi warna yang terdisintegrasi segera

dalam saluran cerna.

f. Tablet kunyah, tablet yang dimaksudkan dikunyah dulu sebelum ditelan. Tablet

kunyah harus mengandung bahan tambahan dasar yang mempunyai rasa dan

aroma yang menyenangkan.


g. Tablet bukal, tablet berukuran kecil, datar, dan dimaksudkan untuk tertahan di

antara pipi dan gigi. Obat yang digunakan melalui rute ini memiliki aksi sistemik

cepat. Tablet ini dirancang untuk tidak hancur namun perlahan-lahan larut.

h. Tablet sublingual, sama seperti tablet bukal hanya saja penggunaannya di bawah

lidah.

i. Troche atau Lozenges, tablet yang digunakan dalam rongga mulut untuk

memberikan efek lokal di mulut dan tenggorokan. Umumnya digunakan untuk

mengobati sakit tenggorokan atau mengontrol batuk pada saat flu. Dapat berisi

obat bius lokal, antiseptik, agen antibakteri, astringent dan antitusif.

j. Dental cones, Cone gigi, tablet yang dirancang untuk ditempatkan

pada socket kosong yang ada setelah pencabutan gigi. Tujuan utamanya

adalah untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam socket atau mengurangi

perdarahan.

k.   Tablet implantasi, adalah tablet yang didesain dan dibuat secara aseptik untuk

implantasi subkutan pada hewan atau manusia. Kegunaannya ialah memberikan

efek zat aktif yang diperlama, sekitar satu bulan sampai satu tahun.

l. Tablet vaginal, tablet yang dirancang utuk terdisolusi lambat dan pelepasan

obatnya dalam rongga vagina. Tablet lebar atau berbentuk buah pir, digunakan

untuk antibakteri, antiseptik dan mengobati infeksi vagina.

m. Tablet effervescen, merupakan tablet yang dirancang untuk menghasilkan larutan

dengan cepat melalui pelepasan karbon dioksida. Bila tablet ini dimasukkan ke

dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat

sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan CO2 serta air.
c. Metode Pembuatan Tablet

Berdasarkan  prinsip  pembuatannya,  metode  pembuatan  tablet  ada  tiga macam

yaitu metode granulasi basah, granulasi kering dan cetak langsung.

a. Metode granulasi basah (wet granulation)

Granulasi basah adalah cara pembuatan tablet dengan mencampurkan zat aktif

dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat

dengan jumlah yang tepat sehingga diperoleh masa lembab yang dapat

digranulasi. Metode ini bisa dilakukan apabila zat aktif tahan lembab dan tahan panas

dan sifat alirannya buruk (Robert dkk, 1990).

Keuntungan granulasi basah :

-          Memperoleh aliran yang lebih baik

-          Meningkatkan kompresibilitas

-          Mendapatkan berat jenis yang sesuai

-          Mengontrol pelepasan

-          Mencegah pemisahan komponen selama prose

-          Meningkatkan distribusi keseragaman kandungan

Kekurangan/kerugian granulasi basah :

-          Tahap pengerjaan lebih lama

-          Banyak tahapan validasi yang harus dilakukan

-          Biaya cukup tinggi

-          Zat aktif tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan metode

ini
b.  Metode granulasi kering (dry granulation)

Granulasi kering adalah proses pembuatan tablet dengan cara mencampurkan

zat aktif dan bahan dalam keadaan kering, untuk dikempa lalu dihancurkan menjadi

partikel yang lebih besar dan dikempa kembali untuk mendapatkan tablet yang

memenuhi persyaratan. Prinsipnya membuat granul yang baik dengan cara mekanis,

tanpa pengikat dan pelarut. Metode ini boleh digunakan apabila zat aktif memiliki

sifat aliran yang buruk (tidak amorf), zat aktif sensitif terhadap panas dan

lembab dan kandungan zat aktif dalam tablet tinggi (Ansel, 1989).

Keuntungan granulasi kering :

-          Peralatan yang digunakan lebih sederhana

-          Dapat digunakan pada zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab

-          Tahap pengerjaan singkat

-          Biaya lebih efisien

-          Mempercepat waktu hancur obat dalam tubuh

Kerugian/kekurangan granulasi kering :

-          Memerlukan mesin tablet khusus untuk slug

-          Tidak dapat mendistribusikan zat warna dengan seragam

-          Proses banyak menghasilkan debu, sehingga rentan terhadap kontaminasi silang

c. Metode cetak langsung (direct granulation)

Kempa langsung adalah proses pembuatan tablet dengan cara pengempaan

zat aktif dan bahan tambahan secara langsung tanpa perlakuan awal terlebih

dahulu. Metode ini digunakan apabila sifat alirannya baik, dosis  kecil, rentang

dosis terapi zat tidak sempit,  zat aktif tidak tahan pemanasan dan lembab.
Beberapa zat seperti NaCl, NaBr, dan KCl dapat langsung dikempa, tetapi

sebagian besar zat tidak dapat langsung dikempa. Umumnya pengisi yang

digunakan adalah avicel. Keuntungan penggunaan metode ini adalah waktu

produksi yang lebih singkat, dapat dipakai untuk bahan yang tidak tahan air, tetapi

kerugiannya adalah sering terjadi pemisahan antar partikel (segregation) pada

waktu partikel turun di hopper ke die sehingga terjadi ketidakseragaman bahan

aktif (Ansel, 1989).

D. Evaluasi Tablet

1. Uji keseragaman sediaan

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari 2 metode

yaitu:

-          Keragaman bobot

Pengujian keragaman bobot dilakukan jika tablet yang diuji mengandung

50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau lebih dari

bobot satuan sediaan.

-          Keseragaman kandungan

Pengujian keseragaman kandungan dilakukan jika jumlah zat aktif kurang

dari 50 mg per tablet atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan.

2. Uji kekerasan tablet

Pada umumnya tablet harus cukup keras dan tahan pecah waktu

dikemas, dikirim dan waktu penyimpanan tetapi tablet juga harus cukup

lunak untuk hancur dan melarut dengan sempurna begitu digunakan atau

dapat dipatahkan dengan jari bila tablet perlu dibagi dalam pemakaiannya.
Tablet diukur kekuatannya dalam kg, pound atau dalam satuan lainnya.

Alat yang digunakan sebagai pengukur kekerasan tablet biasanya

adalah hardness tester (Ansel, 1989).

3. Uji keregasan tablet

Keregasan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan

alat friabilator.  Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm,

tablet dijatuhkan sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak

100 putaran. Tablet ditimbang sebelum dan sesudah diputar, kehilangan

berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5% sampai 1% (Lachman,

dkk, 1994).

4.   Uji waktu hancur

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi

partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorbsi. Uji waktu

hancur dilakukan dengan menggunakan alat uji waktu hancur. Masing-

masing sediaan tablet mempunyai prosedur uji waktu hancur dan

persyaratan tertentu. Uji waktu hancur tidak dilakukan jika pada etiket

dinyatakan tablet kunyah, tablet isap, tablet dengan pelepasan zat aktif

bertahap dalam jangka waktu tertentu (Siregar, 2008).

5. Uji disolusi

Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu sediaan

dalam medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat yang diberikan secara oral

dalam bentuk padat seperti tablet. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui
banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terapi di dalam

tubuh (Ansel, 1989).

6. Uji penetapan kadar zat berkhasiat

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam

tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch. Dalam penetapan kadar

zat berkhasiat pada sediaan tablet biasanya menggunakan 20 tablet yang

kemudian dihitung, ditimbang dan kemudian diserbukkan. Sejumlah

serbuk tablet yang digunakan dalam penetapan mewakili seluruh tablet

maka, harus ditimbang seksama. Kadar zat berkhasiat tertera pada masing-

masing monografi, baik persyaratan maupun cara penetapannya (Siregar,

2008).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Cara Pembuatan Tablet


            Tablet dapat dibuat dengan 3 metode yaitu metode cetak langsung, metode

granulasi kering, metode granulasi basah.

Metode cetak langsung (direct granulation) atau kempa langsung yaitu proses

pembuatannya dengan cara pengempaan zat aktif dan bahan tambahan secara langsung

tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini digunakan apabila sifat alirannya baik,

dosis  kecil, rentang dosis terapi zat tidak sempit,  zat aktif tidak tahan pemanasan dan

lembab.

Metode granulasi kering (dry granulation)  yaitu proses pembuatannya dengan

cara mencampurkan zat aktif dan bahan dalam keadaan kering, untuk dikempa lalu

dihancurkan menjadi partikel yang lebih besar dan dikempa kembali untuk mendapatkan

tablet yang memenuhi persyaratan. Prinsipnya membuat granul yang baik dengan cara

mekanis, tanpa pengikat dan pelarut. Metode ini boleh digunakan apabila zat aktif

memiliki sifat aliran yang buruk (tidak amorf), zat aktif sensitif terhadap panas dan

lembab dan kandungan zat aktif dalam tablet tinggi.

Metode cetak langsung (direct granulation) atau kempa langsung yaitu proses

pembuatannya dengan cara pengempaan zat aktif dan bahan tambahan secara langsung

tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini digunakan apabila sifat alirannya baik,

dosis  kecil, rentang dosis terapi zat tidak sempit,  zat aktif tidak tahan pemanasan dan

lembab. Beberapa zat seperti NaCl, NaBr, dan KCl dapat langsung dikempa, tetapi

sebagian besar zat tidak dapat langsung dikempa.


B. Evaluasi Tablet

Evaluasi tablet yang dilakukan adalah  uji keseragaman sediaan, uji kekerasan

tablet, uji keregasan tablet, uji waktu hancur, uji disolusi, uji penetapan kadar zat

berkhasiat. Evaluasi ini diterapkan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas atau mutu

dari tablet yang telah jadi.

C. Komposisi Talet

            Tablet merupakan sediaan padat farmasi yang mengandung zat aktif, juga

mengandung zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur dan zat pelican dan zat tambahan

lainnya berupa zat pewarna, zat perasa, dan bahan-bahan lainnya yang dapat ditambahkan

jika diperlukan.

            Tujuan dari penambahan zat tambahan seperti pewarna yaitu untuk mempercantik

sediaan tablet dan untuk menutupi atau mengisi cacat pada permukaan tablet yang

disebabkan oleh tahap pelapisan dasar serta memberikan warna yang diinginkan pada

sediaan tablet. Umumnya pewarnaan ditambahkan pada saat tablet sudah cukup halus

agar hasil akhir tablet tidak berbinik-bintik dan terjadi migrasi warna.

D. Penggolongan Tablet

Sediaan tablet memiliki berbagai macam bentuk dan penggolongannya yaitu

1. Tablet kempa atau tablet kempa standar, yaitu tablet oral tidak bersalut yang dibuat

dengan pengempaan dan biasanya terdiri atas zat aktif tunggal atau dalam kombinasi

dengan eksipien. Metode umum yang digunakan dengan granulasi basah, granulasi

kering atau kempa langsung.


2.  Tablet multi kempa atau tablet kempa lapis ganda, adalah tablet yang dibuat dengan

lebih dari satu siklus kempa tunggal. Ada dua kelompok tablet ini yaitu : tablet

berlapis dan tablet yang disalut dengan pengempaan.

3. Tablet aksi diperlama atau tablet salut enterik, bentuk sediaan ini dimaksudkan untuk

melepaskan obat setelah beberapa waktu tunda atau setelah tablet telah melewati satu

bagian dari GIT ke yang lain. Tablet salut enterik adalah tablet kempa konvensional

disalut dengan suatu zat seperti selak atau suatu senyawa selulosa, yang tidak

terdisolusi dalam lambung (suasana asam), tetapi terlarut dalam saluran usus (suasana

basa).

4. Talet salut gula, adalah tablet kempa konvensional yang disalut dengan beberapa

lapisan tipis larutan gula berwarna atau tidak berwarna. Tujuan utamanya adalah

untuk menghasilkan tablet yang elegan, mengkilap, mudah untuk ditelan, secara luas

digunakan dalam pembuatan multivitamin dan kombinasi multivitamin mineral.

5. Tablet salut lapis tipis, adalah tablet kempa konvensional disalut dengan film tipis

polimerik larut-air diberi warna atau tidak diberi warna yang terdisintegrasi segera

dalam saluran cerna.

6.  Tablet kunyah, tablet yang dimaksudkan dikunyah dulu sebelum ditelan. Tablet

kunyah harus mengandung bahan tambahan dasar yang mempunyai rasa dan aroma

yang menyenangkan.

7. Tablet bukal, tablet berukuran kecil, datar, dan dimaksudkan untuk tertahan di antara

pipi dan gigi. Obat yang digunakan melalui rute ini memiliki aksi sistemik cepat.

Tablet ini dirancang untuk tidak hancur namun perlahan-lahan larut.


8. Tablet sublingual, sama seperti tablet bukal hanya saja penggunaannya di bawah

lidah.

9.  Troche atau Lozenges, tablet yang digunakan dalam rongga mulut untuk memberikan

efek lokal di mulut dan tenggorokan. Umumnya digunakan untuk mengobati sakit

tenggorokan atau mengontrol batuk pada saat flu. Dapat berisi obat bius lokal,

antiseptik, agen antibakteri, astringent dan antitusif.

10. Dental cones, Cone gigi, tablet yang dirancang untuk ditempatkan

pada socket kosong yang ada setelah pencabutan gigi. Tujuan utamanya adalah untuk

mencegah pertumbuhan mikroba dalam socket atau mengurangi perdarahan.

11. Tablet implantasi, adalah tablet yang didesain dan dibuat secara aseptik untuk

implantasi subkutan pada hewan atau manusia. Kegunaannya ialah memberikan efek

zat aktif yang diperlama, sekitar satu bulan sampai satu tahun.

12.  Tablet vaginal, tablet yang dirancang utuk terdisolusi lambat dan pelepasan obatnya

dalam rongga vagina. Tablet lebar atau berbentuk buah pir, digunakan untuk

antibakteri, antiseptik dan mengobati infeksi vagina.

13. Tablet effervescen, merupakan tablet yang dirancang untuk menghasilkan larutan

dengan cepat melalui pelepasan karbon dioksida. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam

air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga

terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan CO2 serta air.

14. Tablet dispensing, adalah tablet kempa yang biasanya digunakan oleh apoteker dalam

meracik bentuk sediaan solid dan cairan.


15. Tablet hipodermik, adalah tablet kempa yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau

larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya untuk membuat sediaan injeksi

hipodemik segar yang akan diinjeksikan.

16. Tablet triturat, adalah tablet kempa yang fungsinya sama dengan tablet dispensing,

berbentuk kecil umumnya silindris dan digunakan untuk menyediakan zat aktif yang

tepat dalam peracikan obat. Biasanya mengandung zat aktif yang sangat toksik atau

sangat berkhasiat keras.


BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan

Diketahui tablet dapat dibuat dengan prinsip metoda sebagai berikut :

A. Metode granulasi basah (wet granulation)

B. Metode granulasi kering (dry granulation)

C. Metode cetak langsung (direct granulation)

Evaluasi yang diperlukan untuk uji kualitas atau mutu dari tablet jadi adalah: 

A. Uji keseragaman sediaan

B. Uji kekerasan tablet

C. Uji keregasan tablet

D. Uji waktu hancur

E. Uji disolusi

F. Uji penetapan kadar zat berkhasiat

Komposisi dari tablet umumnya sebagai berikut:

A.   Zat aktif

B. Zat pengisi

C. Zat pengikat

D. Zat penghancur

E. Zat pelican

F. Zat tambahan berupa zat pewarna, zat perasa, dan bahan-bahan lainnya.

Adapun macam-macam pengolongan dari tablet yaitu:

a. Tablet kempa atau tablet kempa standar

b. Tablet multi kempa atau tablet kempa lapis ganda


c. Tablet aksi diperlama

d. Talet salut gula

e. Tablet salut lapis tipis

f. Tablet kunyah

g. Tablet bukal

h. Tablet sublingual

i. Troche atau Lozenges

j. Dental cones atau Cone gigi

k. Tablet implantasi

l. Tablet vaginal

m. Tablet effervescen

n. Tablet dispensing

o. Tablet hipodermik

p. Tablet triturat

2. Saran

Dalam melakukan produksi tablet sebaiknya dengan pedoman CPOB yang

diterapkan / ditetapkan oleh BPOM RI agar mutu dari tablet yang dibuat terjamin.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,

Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta, UI Press.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Edisi

kedua, Airlangga University Press, Surabaya.

Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet DasarDasar   Praktis,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai