SEDIAAN TABLET
NIM : F201601079
KELAS : G2 FARMASI
KENDARI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tablet merupakan salah satu jenis sediaan obat dengan rute pemberiaan secara oral.
Rute oral ini paling disukai karena tingkat kenyamanan dan kepatuhan pasien sangat baik.
Selain itu biaya produksinya juga cukup rendah. Obat yang diberikan secara oral akan
sirkulasi sitemik. Kecepatan disolusi atau waktu yang dibutuhkan untuk obat melarut
proses absorbsi. Hal ini berlaku untuk obat yang diberikan dalam bentuk sediaan
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan,
tablet dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan
cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan
1. Sediaan Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab
dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan
tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat
dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan
Komposisi utama dari tablet adalah zat berkhasiat yang terkandung di dalamnya,
sedangkan bahan pengisi yang sering digunakan dalam pembuatan tablet yaitu bahan
penghancur, bahan penyalut, bahan pengikat, bahan pemberi rasa dan bahan tambahan
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda-beda
ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan aspek lainnya tergantung
pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Umumnya tablet digunakan pada
dan penyimpanan. Pasien menemukan kemudahan untuk membawanya dan tidak perlu
Kerugian sediaan tablet yaitu beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan
kompak dan obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan atau
obat yang peka terhadap kelembaban udara perlu pengapsulan atau penyelubungan sebelum
dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan (Banker dan Anderson, 1986).
A. Komposisi Tablet
Tablet umumnya disamping zat aktif, juga mengandung zat pengisi, zat pengikat,
zat penghancur dan zat pelicin. Untuk tablet tertentu zat pewarna, zat perasa, dan bahan-
bahan lainnya dapat ditambahkan jika diperlukan. Komposisi umum dari tablet adalah :
Zat berkhasiat atau zat aktif jarang diberikan dalam keadaan murni,
(Anief,1994).
2. Zat pengisi
Wikarsa, 2010).
3. Zat pengikat
Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dan
1994). Ada dua golongan bahan pengikat yaitu bahan gula atau zat polimerik.
Bahan polimerik terdiri atas dua kelas yaitu polimer alam seperti pati, atau gom
mencakup akasia, tragakan dan gelatin; dan polimer sintetis seperti
tidak saja menjadi granul yang dikempa, tetapi juga menjadi partikel serbuk yang
berasal dari granul. Mekanisme kerja zat disintegran sebagai penghancur tablet
kedalam tablet melalui celah antar partikel atau jembatan hidrofil yang
dimulai dari bagian lokal lalu meluas keseluruh bagian tablet. Akibat
Mekanisme umum yang paling luas diterima untuk zat disintegran tablet
tingkat tertentu. Dalam hal ini, disintegran berfungsi menarik air ke dalam tablet
5. Zat pelicin
dalam lubang kempa dan untuk mencegah tablet melekat pada dinding lubang kempa.
Zat pelicin yang biasa digunakan adalah talk, magnesium stearat, kalsium
stearat,natrium stearat, polietilen glikol, dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).
B. Penggolongan Tablet
penyampaian obat yang disesuaikan dengan cara pemberian tersebut dan bentuk serta
a. Tablet kempa atau tablet kempa standar, yaitu tablet oral tidak bersalut yang
dibuat dengan pengempaan dan biasanya terdiri atas zat aktif tunggal atau dalam
kombinasi dengan eksipien. Metode umum yang digunakan dengan granulasi
b. Tablet multi kempa atau tablet kempa lapis ganda, adalah tablet yang dibuat
dengan lebih dari satu siklus kempa tunggal. Ada dua kelompok tablet ini yaitu :
c. Tablet aksi diperlama atau tablet salut enterik, bentuk sediaan ini dimaksudkan
untuk melepaskan obat setelah beberapa waktu tunda atau setelah tablet telah
melewati satu bagian dari GIT ke yang lain. Tablet salut enterik adalah tablet
kempa konvensional disalut dengan suatu zat seperti selak atau suatu senyawa
selulosa, yang tidak terdisolusi dalam lambung (suasana asam), tetapi terlarut
d. Talet salut gula, adalah tablet kempa konvensional yang disalut dengan beberapa
lapisan tipis larutan gula berwarna atau tidak berwarna. Tujuan utamanya adalah
untuk menghasilkan tablet yang elegan, mengkilap, mudah untuk ditelan, secara
mineral.
e. Tablet salut lapis tipis, adalah tablet kempa konvensional disalut dengan film tipis
polimerik larut-air diberi warna atau tidak diberi warna yang terdisintegrasi segera
f. Tablet kunyah, tablet yang dimaksudkan dikunyah dulu sebelum ditelan. Tablet
kunyah harus mengandung bahan tambahan dasar yang mempunyai rasa dan
antara pipi dan gigi. Obat yang digunakan melalui rute ini memiliki aksi sistemik
cepat. Tablet ini dirancang untuk tidak hancur namun perlahan-lahan larut.
h. Tablet sublingual, sama seperti tablet bukal hanya saja penggunaannya di bawah
lidah.
i. Troche atau Lozenges, tablet yang digunakan dalam rongga mulut untuk
mengobati sakit tenggorokan atau mengontrol batuk pada saat flu. Dapat berisi
perdarahan.
k. Tablet implantasi, adalah tablet yang didesain dan dibuat secara aseptik untuk
efek zat aktif yang diperlama, sekitar satu bulan sampai satu tahun.
l. Tablet vaginal, tablet yang dirancang utuk terdisolusi lambat dan pelepasan
obatnya dalam rongga vagina. Tablet lebar atau berbentuk buah pir, digunakan
dengan cepat melalui pelepasan karbon dioksida. Bila tablet ini dimasukkan ke
dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat
sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan CO2 serta air.
c. Metode Pembuatan Tablet
Berdasarkan prinsip pembuatannya, metode pembuatan tablet ada tiga macam
dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat
dengan jumlah yang tepat sehingga diperoleh masa lembab yang dapat
digranulasi. Metode ini bisa dilakukan apabila zat aktif tahan lembab dan tahan panas
- Meningkatkan kompresibilitas
- Mengontrol pelepasan
- Zat aktif tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan metode
ini
b. Metode granulasi kering (dry granulation)
zat aktif dan bahan dalam keadaan kering, untuk dikempa lalu dihancurkan menjadi
partikel yang lebih besar dan dikempa kembali untuk mendapatkan tablet yang
memenuhi persyaratan. Prinsipnya membuat granul yang baik dengan cara mekanis,
tanpa pengikat dan pelarut. Metode ini boleh digunakan apabila zat aktif memiliki
sifat aliran yang buruk (tidak amorf), zat aktif sensitif terhadap panas dan
- Tahap pengerjaan singkat
zat aktif dan bahan tambahan secara langsung tanpa perlakuan awal terlebih
dahulu. Metode ini digunakan apabila sifat alirannya baik, dosis kecil, rentang
dosis terapi zat tidak sempit, zat aktif tidak tahan pemanasan dan lembab.
Beberapa zat seperti NaCl, NaBr, dan KCl dapat langsung dikempa, tetapi
sebagian besar zat tidak dapat langsung dikempa. Umumnya pengisi yang
produksi yang lebih singkat, dapat dipakai untuk bahan yang tidak tahan air, tetapi
D. Evaluasi Tablet
yaitu:
- Keragaman bobot
50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau lebih dari
- Keseragaman kandungan
dari 50 mg per tablet atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan.
Pada umumnya tablet harus cukup keras dan tahan pecah waktu
dikemas, dikirim dan waktu penyimpanan tetapi tablet juga harus cukup
lunak untuk hancur dan melarut dengan sempurna begitu digunakan atau
dapat dipatahkan dengan jari bila tablet perlu dibagi dalam pemakaiannya.
Tablet diukur kekuatannya dalam kg, pound atau dalam satuan lainnya.
berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5% sampai 1% (Lachman,
dkk, 1994).
partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorbsi. Uji waktu
persyaratan tertentu. Uji waktu hancur tidak dilakukan jika pada etiket
dinyatakan tablet kunyah, tablet isap, tablet dengan pelepasan zat aktif
5. Uji disolusi
Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu sediaan
dalam medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat yang diberikan secara oral
dalam bentuk padat seperti tablet. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui
banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terapi di dalam
tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch. Dalam penetapan kadar
maka, harus ditimbang seksama. Kadar zat berkhasiat tertera pada masing-
2008).
BAB III
PEMBAHASAN
pembuatannya dengan cara pengempaan zat aktif dan bahan tambahan secara langsung
tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini digunakan apabila sifat alirannya baik,
dosis kecil, rentang dosis terapi zat tidak sempit, zat aktif tidak tahan pemanasan dan
lembab.
cara mencampurkan zat aktif dan bahan dalam keadaan kering, untuk dikempa lalu
dihancurkan menjadi partikel yang lebih besar dan dikempa kembali untuk mendapatkan
tablet yang memenuhi persyaratan. Prinsipnya membuat granul yang baik dengan cara
mekanis, tanpa pengikat dan pelarut. Metode ini boleh digunakan apabila zat aktif
memiliki sifat aliran yang buruk (tidak amorf), zat aktif sensitif terhadap panas dan
pembuatannya dengan cara pengempaan zat aktif dan bahan tambahan secara langsung
tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini digunakan apabila sifat alirannya baik,
dosis kecil, rentang dosis terapi zat tidak sempit, zat aktif tidak tahan pemanasan dan
lembab. Beberapa zat seperti NaCl, NaBr, dan KCl dapat langsung dikempa, tetapi
tablet, uji keregasan tablet, uji waktu hancur, uji disolusi, uji penetapan kadar zat
berkhasiat. Evaluasi ini diterapkan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas atau mutu
C. Komposisi Talet
mengandung zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur dan zat pelican dan zat tambahan
lainnya berupa zat pewarna, zat perasa, dan bahan-bahan lainnya yang dapat ditambahkan
jika diperlukan.
Tujuan dari penambahan zat tambahan seperti pewarna yaitu untuk mempercantik
sediaan tablet dan untuk menutupi atau mengisi cacat pada permukaan tablet yang
disebabkan oleh tahap pelapisan dasar serta memberikan warna yang diinginkan pada
sediaan tablet. Umumnya pewarnaan ditambahkan pada saat tablet sudah cukup halus
agar hasil akhir tablet tidak berbinik-bintik dan terjadi migrasi warna.
D. Penggolongan Tablet
1. Tablet kempa atau tablet kempa standar, yaitu tablet oral tidak bersalut yang dibuat
dengan pengempaan dan biasanya terdiri atas zat aktif tunggal atau dalam kombinasi
dengan eksipien. Metode umum yang digunakan dengan granulasi basah, granulasi
lebih dari satu siklus kempa tunggal. Ada dua kelompok tablet ini yaitu : tablet
3. Tablet aksi diperlama atau tablet salut enterik, bentuk sediaan ini dimaksudkan untuk
melepaskan obat setelah beberapa waktu tunda atau setelah tablet telah melewati satu
bagian dari GIT ke yang lain. Tablet salut enterik adalah tablet kempa konvensional
disalut dengan suatu zat seperti selak atau suatu senyawa selulosa, yang tidak
terdisolusi dalam lambung (suasana asam), tetapi terlarut dalam saluran usus (suasana
basa).
4. Talet salut gula, adalah tablet kempa konvensional yang disalut dengan beberapa
lapisan tipis larutan gula berwarna atau tidak berwarna. Tujuan utamanya adalah
untuk menghasilkan tablet yang elegan, mengkilap, mudah untuk ditelan, secara luas
5. Tablet salut lapis tipis, adalah tablet kempa konvensional disalut dengan film tipis
polimerik larut-air diberi warna atau tidak diberi warna yang terdisintegrasi segera
6. Tablet kunyah, tablet yang dimaksudkan dikunyah dulu sebelum ditelan. Tablet
kunyah harus mengandung bahan tambahan dasar yang mempunyai rasa dan aroma
yang menyenangkan.
7. Tablet bukal, tablet berukuran kecil, datar, dan dimaksudkan untuk tertahan di antara
pipi dan gigi. Obat yang digunakan melalui rute ini memiliki aksi sistemik cepat.
lidah.
9. Troche atau Lozenges, tablet yang digunakan dalam rongga mulut untuk memberikan
efek lokal di mulut dan tenggorokan. Umumnya digunakan untuk mengobati sakit
tenggorokan atau mengontrol batuk pada saat flu. Dapat berisi obat bius lokal,
10. Dental cones, Cone gigi, tablet yang dirancang untuk ditempatkan
11. Tablet implantasi, adalah tablet yang didesain dan dibuat secara aseptik untuk
implantasi subkutan pada hewan atau manusia. Kegunaannya ialah memberikan efek
zat aktif yang diperlama, sekitar satu bulan sampai satu tahun.
12. Tablet vaginal, tablet yang dirancang utuk terdisolusi lambat dan pelepasan obatnya
dalam rongga vagina. Tablet lebar atau berbentuk buah pir, digunakan untuk
dengan cepat melalui pelepasan karbon dioksida. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam
air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga
terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan CO2 serta air.
14. Tablet dispensing, adalah tablet kempa yang biasanya digunakan oleh apoteker dalam
larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya untuk membuat sediaan injeksi
16. Tablet triturat, adalah tablet kempa yang fungsinya sama dengan tablet dispensing,
berbentuk kecil umumnya silindris dan digunakan untuk menyediakan zat aktif yang
tepat dalam peracikan obat. Biasanya mengandung zat aktif yang sangat toksik atau
Evaluasi yang diperlukan untuk uji kualitas atau mutu dari tablet jadi adalah:
E. Uji disolusi
A. Zat aktif
B. Zat pengisi
C. Zat pengikat
D. Zat penghancur
E. Zat pelican
F. Zat tambahan berupa zat pewarna, zat perasa, dan bahan-bahan lainnya.
f. Tablet kunyah
g. Tablet bukal
h. Tablet sublingual
k. Tablet implantasi
l. Tablet vaginal
m. Tablet effervescen
n. Tablet dispensing
o. Tablet hipodermik
p. Tablet triturat
2. Saran
diterapkan / ditetapkan oleh BPOM RI agar mutu dari tablet yang dibuat terjamin.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta, UI Press.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Edisi
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet DasarDasar Praktis,