Disusun Oleh :
Halaman
Judul .................................................................................................................... i
Kata
Pengantar ....................................................................................................................
iii
Bab I
Pendahuluan ...............................................................................................................
4
A. Latar Belakang
Masalah ............................................................................................ 4
B. Rumusan
Masalah ....................................................................................................... 5
C. Tujuan
Penelitian ........................................................................................................ 6
Bab II Tinjauan
Pustaka ..................................................................................................... 7
1. Tablet ..................................................................................................................
......... 7
2. Ketersediaan
Farmasi ................................................................................................. 9
a. Keseragaman Bobot
Tablet ................................................................................. 9
b. Kekerasan
Tablet ................................................................................................. 10
c. Kerapuhan
Tablet ................................................................................................ 10
2
d. Ketebalan
Tablet .................................................................................................. 10
e. Diameter
Tablet ................................................................................................... 11
f. Waktu Hancur
Tablet ......................................................................................... 11
4. Penetapan Kadar
Obat ............................................................................................. 11
5. Uji
Disolusi ................................................................................................................
. 11
6. Parameter Sifat Kimia Fisika Dalam
HKSA ..................................................... 12
Bab III
Penutup ............................................................................................................ 18
3
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan berkahnya
serta salam kepada baginda besar Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya hidup
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam penyusunan
makalah ini, penyusun menyadari tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, baik dalam bentuk dorongan moril maupun materil, makalah ini tidak akan
terwujud sebagaimana harapan penyusun. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya atas motivasi dan bantuan yang telah diberikan.
Dalam makalah ini secara umum dibahas parameter sifat fisika-kimia dalam
hubungan kuantitatif struktur aktivitas yaitu parameter hidrofob, elektronik dan sterik
dengan bantuan sterik serta modifikasi struktur molekul obat. Dalam penyusunan makalah
ini penyusun telah berusaha melakukan yang terbaik namun,masih begitu banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan.
Semoga bermanfaat dan dapat diterima dengan baik. Dan semoga Allah SWT senantiasa
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
5
Salah satu obat dalam bentuk sediaan tablet adalah griseofulvin, sebagai antifungal.
Sediaan griseofulvin dalam bentuk tablet selain generik juga tersedia dengan merk
dagang. Beberapa industri farmasi yang memproduksi merk dagang griseofulvin
antara lain Fulcin®, Fungistop®, Grivin®, Mycostop®, dan lain-lain. Sedangkan produk
generiknya menggunakan nama zat yang berkasiat dan mencantumkan logo
perusahaan yang memproduksi. Untuk memasyarakatkan obat generik diperlukan
informasi tentang mutu obat yang bersangkutan. Masyarakat mengira bahwa mutu
obat generik kurang baik dibandingkan obat bermerk dagang, karena dengan harga
yang sangat murah, obat generik sering dipertanyakan apakah obat generik sama
kualitasnya dengan obat bermerk dagang (Idris dan Widjajarta, 2007).
Obat generik dan merk dagang ini memiliki aspek formulasi yang berbeda
tergantung dari perusahaan farmasi yang memproduksi, aspek formulasi ini meliputi:
formula, metode, proses, peralatan dan pengemas. Obat generik dan merk dagang
yang diproduksi ini memiliki kandungan bahan tambahan yang berbeda sesuai
dengan formula yang telah diteliti oleh perusahaan tersebut. Bahan tambahan yang
digunakan ikut memegang peranan penting pada pembuatan tablet dan membantu
dalam formulasi sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur, bahan
pelicin, bahan pembasah dan termasuk pula di dalamnya bahan pewarna, perasa dan
pemanis atau bahan lain yang cocok (Depkes RI, 1979; King, 1984).
Untuk melihat mutu fisik dan profil disolusi dari obat generik dan merk
dagang dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat ada tidaknya perbedaan
tablet griseofulvin generik dengan merk dagang. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat mendorong keberhasilan penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan.
B. Perumusan Masalah
senyawa?
suatu senyawa
Bab II
Tinjauan Pustaka
1. Tablet
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan (Anief, 2000). Tablet umumnya terdiri atas bahan berkhasiat
(zat aktif) dan bahan tambahan. Bahan berkhasiat terdiri atas satu macam atau
campuran zat berkhasiat. Bahan tambahan yang digunakan ikut memegang peranan
penting pada pembuatan tablet dan membantu dalam formulasi sebagai bahan
pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur, bahan pelicin, bahan pembasah dan
termasuk pula di dalamnya bahan pewarna, perasa dan pemanis atau bahan lain yang
cocok (Depkes RI, 1979; King, 1984).
2. Ketersediaan Farmasi
Ketersediaan farmasi adalah ukuran bagian zat aktif yang dilepaskan dari
bentuk sediaan obat yang diberikan dan ketersediaan zat aktif untuk proses absorbsi.
Tablet yang ditelan akan pecah di dalam lambung menjadi granul yang kecil, terdiri zat
aktif tercampur dengan bahan pengisi, pelekat atau penghancur. Selanjutnya granul
akan pecah dan zat aktifnya terlepas, bila daya larutnya cukup besar maka zat aktif
tersebut larut dalam cairan lambung dan usus tergantung di mana zat aktif tersebut
berada saat itu. Setelah zat aktif larut, proses absorbsi obat oleh usus dapat dimulai,
peristiwa ini disebut ketersediaan farmasi (Anief, 1997).
3. Pengujian Mutu Fisik Tablet
Pengujian yang dapat digunakan untuk mengetahui mutu fisik tablet yaitu:
a. Keseragaman Bobot Tablet
Keseragaman bobot tablet dapat menjadi indikator awal keseragaman kadar
atau kandungan zat aktif. Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman
bobot yang ditetapkan sebagaimana tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan penyimpangan bobot tablet (Depkes RI, 1979)
b. Kekerasan Tablet
Kekerasan tablet merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, benturan dan terjadi keretakan
tablet selama pengemasan, penyimpanan, transportasi sampai ke tangan pengguna.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat
bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan
meningkatkan kekerasan tablet. Peningkatan jumlah bahan pengikat akan
meningkatkan kekerasan tablet meskipun tekanan kompresinya sama. Pada umumnya
dikatakan tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4 – 8 kg (Sulaiman, 2007).
Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester (Stokes Monsanto) (Banker dan
Anderson, 1986).
c. Kerapuhan Tablet
Kerapuhan tablet merupakan parameter lain dari ketahanan tablet dalam
melawan pengikisan dan goncangan. Besaran yang dipakai adalah persen bobot
tablet yang hilang selama pengujian. Alat yang digunakan untuk mengukur
kerapuhan tablet adalah friability tester. Kerapuhan tidak boleh lebih dari 1%
(Depkes RI, 1995; Gunsel and Kanig, 1976).
d. Ketebalan Tablet
Ketebalan yang diinginkan dalam tablet harus diperhitungkan terhadap volume
dari bahan yang diisikan kedalam cetakan, garis tengah cetakan dan besarnya
tekanan yang dipakai punch untuk menekan bahan isian. Untuk mendapatkan tablet
yang seragam tebalnya selama produksi dan diantara produksi untuk formula yang
sama, harus dilakukan pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan
yang diberikan tetap sama. Tablet diukur dengan memakai jangka lengkung selama
proses produksi, supaya yakin ketebalannya sudah sesuai (Ansel, 2005).
e. Diameter Tablet
Diamater tablet tidak lebih dari 3kali dan tidak kurang dari 1⅓ tebal tablet
(Depkes RI, 1979).
9
Disolusi merupakan salah satu kontrol kualitas yang sangat penting untuk
sediaan farmasi. Disolusi merupakan suatu kontrol kualitas yang dapat digunakan
untuk memprediksi biovailabilitas dan dalam beberapa kasus dapat sebagai
pengganti uji klinik untuk menilai bioekivalen (bioequivalence).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses disolusi tablet termasuk diantaranya
kecepatan pengadukan, temperatur pengujian, viskositas, pH, komposisi medium
disolusi dan ada atau tidaknya bahan pembasah (wetting agent) (Sulaiman, 2007).
Secara sistematis kecepatan pelepasan obat dapat dinyatakan dengan persaman
Noyes-Whitney sebagai berikut :
dC
= K.S (Cs – C)............................................................................................ (1)
dt
Dimana :
dC/dt = jumlah zat padat yang terlarut tiap satuan
waktu K = tetapan kecepatan larutan
S = luas permukaan efektif
Cs = konsentrasi larutan
jenuh
C = kadar zat padat dalam medium pada waktu t
Dari persamaan dapat diketahui bahwa kecepatan pelarutan suatu zat padat
dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi dan banyaknya zat yang terlarut pada saat t,
disamping itu dipengaruhi pula oleh luas kontak permukaan (Abdou, 1989).
11
Parameter sifat kimia fisika yang sering digunakan dalam HKSA model Hansch
adalah parameter hidrofobik, elektronik dan sterik. Pada proses distribusi atau
kelrutan obat dalam lemak/air, suasana pH dan derajat ionisasi (pKa) sehingga dalam
hubungan kuantitatif dan aktivitas, parameter sifat kimia fisika yang sering dilibatkan
adalah parameter hidrofobik dan elektronik. Pada proses distribusi obat pengaruh sifat
Hidrofobik Parameter hidrofobik (lipofilik) yng sering digunakan dalam HKSA antara
lain logaritma koefisien partisi (log P), tetapan π Hansch, tetapan fragmentasi f Rekker-
Mannhold dan tetapan kromatografi Rm. a. Koefisien Partisi Koefisien partisi adalah
logaritma berhubungan dengan energi bebas. Koefisien partisi untuk bentuk molekul
obat dihitung melalui persamaan berikut: P = Co/ Cw Co = kadar obat dalam pelarut
minyak (pelarut non polar) Cw = kadar obat dalam pelarut air (pelarut polar) Logaritma
koefisien partisi (log P) adalah parameter hidrofobik yang karakteristik dari gugus-gugus
kimia yang disubstitusikan dalam suatu senyawa induk log P = log Co – log Cw Untuk
13
senyawa yang terionisasi, pengaruh derajat ionisasi (α) tidak boleh diabaikan. P = Co /
hubungan linier dengan system pelarut lain (P2), yang dinyatakan melalui persamaan :
log P1 = k1 log P2 + k2 b.
log (KSX / KSH) Untuk nilai lipofilitas ρ π X = log (PSX / PSH) Persamaan Hansch-
logPSH π X = tetapan dukungan gugus X terhadap sifat kelarutan senyawa induk dalam
sistem pelarut 1-oktanol/air PSX = koefisien partisi sistem 1-oktanol/air senyawa induk
yang tersubstitusi gugus X PSH = koefisien partisi sistem 1-oktanol/air senyawa induk Π
(+) substituen meningkatkan kelarutan senyawa induk pada pelarut nonpolar, relatif
relatif terhadap H c. Tetapan Fragmentasi f Fragmentasi hidrofobik (f) dari gugus dapat
tergantung pada sistem KLTFB Perhitungan regresi linier juga dapat dihitung
dan t0 adalah waktu elusi puncak-puncak senyawa dan pembanding e. Tetapan Distribusi
menggabungkan efek hidrofobik dan elektronik adalah tetapan distribusi (D) yang
14
dihitung melalui persamaan log D(asam) = log P + log 1/(1 + 10(pH-pKa)) log D(basa) =
log P + log 1/(1 + 10(pKa-pH)) 2. Parameter Elektronik Ada tiga jenis sifat elektronik
orbital molekul.
Henderson-Hasselbach.
adalah tetapan σ Hammet, tetapan σi Charton, tetapan σ* Taft, dan tetapan F, R Swain-
Lupton.
kimia. Hal ini berdasarkan bahwa gugus penarik elektron yang menempel
pada cincin aromatik asam benzoat dapat meningkatkan kekuatan asam dari
gugus karboksilat. Semakin besar kekuatan penarik elektron makin besar pula
untuk asam benzoat dalam air nilai ρ = 1 (pada 25oC) σX = tetapan dukungan
2. Tetapan σi Charton
elektronik terhadap substituen pada posisi para dan meta cincin aromatik. σi
substituen pada posisi para σm = tetapan induksi dari substituen pada posisi
3. Tetapan σ* Taft
NMR) c. Total energi elektron dalam molekul, contoh: Etot, EHOMO dan
berdasarkan sifat meruah gugus-gugus dan efek gugus pada kontak obat
dengan sisi reseptor yang berdekatan. Tetapan sterik yang sering digunakan
Hancock, tetapan dimensi van der waal’s, tetapan U Charton dan tetapan
sterimol Verloop. Karena data tetapan sterik tersebut tidak tersedia untuk
16
banyak tipe substituen, parameter sterik yang dihitung secara teoritis juga
x BM/ (n2 – 2) x d
n : indeks refraksi
d : kerapatan
6. Parakor Merupakan volume molar (V) yang telah dikoreksi dari kekuatan
3. Tetapan sterik Es Taft Berdasarkan hidrolisis dalam suasana asam sangat ditentukan
oleh faktor sterik dari gugus-gugus. Tetapan Es adalah logaritma kecepatan hidrolisis
yang dikatalisis oleh asam, pada kondisi pelarut, suhu dan keasaman yang sama, dari
sterik Es dan Es c tidak dapat diukur untuk banyak substituen yang tidak
memungkinkan.
5. Tetapan dimensi Van Der Waal’s 3 tetapan dimensi van der waals yaitu rv(min) (jarak
minimum radius, rv(maks) (jarak maksimum radius) dan rav (jarak rata-rata radius) Es =
6. Tetapan sterik U Charton Sebagai koreksi rv(min) van der waals yaitu dengan
= 0.82 U + 4.42
7. Tetapan sterimol Verloop Sebagai koreksi tetapan sterik lainnya sebab hanya
Hubungan kuantitatif struktur kimia dan aktivitas biologis obat (HKSA) merupakan
bagian penting rancangan obat, dalam usaha untuk mendapatkan suatu obat baru
dengan aktivitas yang lebih besar, keselektifan yang lebih tinggi, toksisitas atau efek
samping sekecil mungkin dan kenyamanan yang lebih besar. Selain itu dengan
menggunakan model HKSA, akan lebih banyak menghemat biaya atau lebih
ekonomis, karena untuk mendapatkan obat baru dengan aktivitas yang dikehendaki,
faktor coba-coba ditekan sekecil mungkin sehingga jalur sintesis menjadi lebih
pendek. Metode pendekatan Hansch (1963) adalah hubungan struktur kimia dengan
aktivitas biologis (log 1/C) suatu turunan senyawa dapat dinyatakan secara
parameter hidrofobik (π), elektronik (σ), dan sterik (Es). Modifikasi molekul
merupkan metode yang digunakan untuk mendapatkan obat baru dengan aktivitas
yang dikehendaki, antara lain yaitu meningkatkan aktivitas obat, menurunkan efek
samping, memperpanjang masa kerja obat, dan meningkatkan aspek ekonomis obat.
Metode yang digunakan yaitu seleksi atau sintesis “obat lunak”, pembuatan pra-obat
dan “obat target” dan modifikasi molekul obat yang telah diketahui aktivitas
biologisnya.
B. Saran
19
Daftar Pustaka
Ahmad, I., Ahmed, S., Anwar, Z., Sheraz, M.A., Sikorski, M., 2016. Photostability and
Photostabilization of Drugs and Drug Products. Int. J. Photoenergy 1, 1–19. Allen,
L.V., 2008. Dosage Form Design and Development. Clin. Ther. 30, 2102–2111.
Baertschi, S.W., Alsante, K.M., Reed, R.A., 2011. Pharmaceutical Stress Testing: Predicting
Drug Degradation, 2nd ed. Informa Health Care. Bharate, S.S., Bharate, S.B.,
Bajaj, A.N., 2010. Interactions and incompatibilities of pharmaceutical excipients with
active pharmaceutical ingredients: a comprehensive review. J. Excip. Food Chem.
1, 3–26.
Blessy, M., Ruchi, D.P., Prajesh N, P., Agrawal, Y.K., 2014. Development of forced
degradation and stability indicating studies of drugs - A review. J. Pharm. Anal. 4,
159– 165.
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., Buxton, I., 2011. Goodman and Gilman’s Manual
of Pharmacology and Therapeutics, 12th ed. Mc Graw Hill Company, New York.
Chadha, R., Bhandari, S., 2014. Drug-excipient compatibility screening-Role of thermo
analytical and spectroscopic techniques. J. Pharm. Biomed. Anal. 87, 82–97.
Chhabra, N., Aseri, M.L., Padmanabhan, D., 2013. A review of drug isomerism and its
significance. Int. J. Appl. Basic Med. Res. 3, 16–18.
DEPKES RI, 2018. Cara Pembuatan Obat yang Baik. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Fathima, N., Tirunagari, M., Qureshi, H.K., Anitha, N., Rao, J.V., 2011. Drug-excipient
interaction and its importance in dosage form development. J. Appl. Pharm. Sci.
01, 66– 71.
Ghaderi, F., Nemari, M., Siahi-Shadbad, M.R., Valizadeh, H., Monajjemzadeh, F., 2017.
Tracking of the Maillard reaction products in Pharmaceutical formulation of
sertraline hydrochloride. Int. J. Res. Appl. Basic Med. Sci. 3, 1–10.
Horien, C., Yuan, P., 2017. Drug Development. YALE J. Biol. Med. 90, 1–3.
Hotha, K.K., Patel, T., Roychowdhury, S., Subramanian, V., 2015. Identification, Synthesis,
and Characterization of Unknown Imputiry in the Famotidine Powder for Oral
Suspension Due to Excipient Interaction by UPLC-MS/MS and NMR. J. Liq.
Chromatogr. Relat. Technol. 38, 977–985.
Hotha, K.K., Roychowdhury, S., Subramanian, V., 2016. Drug-Excipient Interactions: Case
Studies and Overview of Drug Degradation Pathways. Am. J. Anal. Chem. 7, 107–
140. 30 A. Alfaridz dan I. Musfiroh, Majalah Farmasetika, 5 (1) 2020, 18-22 31
Kumar, B., Sahu, R., Rammamutrhy, K., Rao, S., Ramu, B., 2011. A review on mechanism,
importance and methods of compatibility testing in the formulation of dosage
forms. J. Chem. Pharm. Sci. 4, 141–151.
Kumar, V., Banker, G.S., 2005. Maillard Reaction and Drug Stability. Woodhead Publ. Ser.
Food Sci. Technol. Nutr. 20–27.
Ma, M., DiLollo, A., Mercuri, R., Lee, T., Bundang, M., Kwong, E., 2002. HPLC and
LCMS Studies of the Transesterification Reaction of Methylparaben with Twelve
3- to 6- carbon Sugar Alcohols and Propylene Glycol and the Isomerization of the
Reaction Products by Acyl Migration. J. Chromatogr. Sci. 40, 170–177.
Meireles, B.A., Pereira, V.L.P., 2013. Synthesis of Bio-Additives: Transesterification of
Ethyl Acetate with Glycerol Using Homogeneous or Heterogeneous Acid
20
Catalysts. J. Braz. Chem. Soc. 24, 17–25.
Patel, P., Ahir, K., Patel, V., Manani, L., Patel, C., 2015. Drug-Excipient compatibility
studies: First step for dosage form development. Pharma Innov. J. 4, 14–20.
Rozman, P.T., Grahek, R., Hren, J., Bastarda, A., Bergles, J., Urleb, U., 2015. Solid State
Compatibility Study and Characerication of a Novel Degradation Product of
Tacrolimus in Formulation. J. Pharm. Biomed. Anal. 110, 67–75.
Waterman, K.C., Adami, R.C., Rebecca, C., Hong, J., Landis, M.S., Lombardo, F., Shah,
J.C., Shalaev, E., Smith, S.W., Wang, H., 2002. Hydrolysis in Pharmaceutical
Formulations. Pharm. Dev. Technol. 7, 113–146.
21