Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT

TABLET

Nama : Regina Olivia Putri Alieni

NIM : 190102038

Dosen Pengampuh : apt. Doddy Rusli, M. Farm

STIFI BHAKTI PERTIWI PALEMBANG

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

PALEMBANG

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii

KATA PENGANTAR......................................................................................... iii

DAFTAR ISI........................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Tujuan PKL.............................................................................................2

1.3 Manfaat PKL...........................................................................................3

BAB II TINJAUAN UMUM...............................................................................4

2.1 Definisi Pedagang Besar Farmasi (PBF).................................................4

2.2 Tugas dan Fungsi Pedagang Besar Farmasi (PBF).................................4

2.3 Persyaratan Pedagang Besar Farmasi (PBF)...........................................5

2.4 Pemberian Izin Usaha Pedagang Besar Farmasi (PBF)..........................6

2.5 Pencabutan Izin Pedagang Besar Farmasi (PBF)....................................7

2.6 Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB)...............................................8

2 . 6 . 1 Manajemen Mutu.........................................................................8

2 . 6 . 2 Organisasi, Manajemen dan Personalia.......................................9

2 . 6 . 3 Bangunan dan Peralatan..............................................................9

2 . 6 . 4 Operasional..................................................................................10

2 . 6 . 5 Inspeksi Diri................................................................................10

2 . 6 . 6 Keluhan, Obat atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu, dan

Penarikan Kembali......................................................................10

i
2 . 6 . 7 Transportasi.................................................................................11

2 . 6 . 8 Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak....................................11

2 . 6 . 9 Dokumentasi................................................................................12

2.7 Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik................................................12

2.8 Tugas dan Fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian di PBF.............................21

BAB III TINJAUAN KHUSUS PBF TRI SAPTA JAYA................................22

3.1 Sejarah PBF Tri Sapta Jaya.....................................................................22

3.2 Visi dan Misi PBF Tri Sapta Jaya...........................................................22

3.3 Struktur Organisasi PBF Tri Sapta Jaya..................................................23

3.4 Tugas dan Fungsi Pada Struktur Organisasi PBF Tri Sapta Jaya......24

BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................33

4.1 Pengadaan................................................................................................33

4.2 Penerimaan..............................................................................................33

4.3 Penyimpanan...........................................................................................33

4.4 Pendistribusian atau Penyaluran..............................................................34

4.5 Pelaporan.................................................................................................35

4.6 Dokumentasi............................................................................................35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................37

5.1 Kesimpulan..............................................................................................37

5.2 Saran........................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................38

ii
Daftar Lampiran

Lampiran 1. Tanda Terima Pengiriman Barang PBF Tri Sapta Jaya....................39

Lampiran 2. Surat Jalan PBF Tri Sapta Jaya.........................................................40

Lampiran 3. Faktur Penjualan PBF Tri Sapta Jaya...............................................41

Lampiran 4. Faktur Pajak PBF Tri Sapta Jaya......................................................42

Lampiran 5. Gudang PBF Tri Sapta Jaya..............................................................43

Lampiran 6. Daftar Obat PBF Tri Sapta Jaya........................................................44

iii
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi farmasi berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan lebih banyak

lagi studi teknik pembuatan sediaan obat. Diharapkan dengan studi ini akan didapatkan

suatu produk yang lebih baik dan lebih efisien.

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak dalam tabung pipih

atau sirkuler, kedua permukaannya rata dan cembung, mengandung satu jenis obat atau

lebih dengan atau tanpa zat tambahan. (Farmakope Indonesia edisi III 1979).

Tablet merupakan suatu sediaan farmasetis yang sangat digemari oleh masyarakat

karena penggunaannya yang praktis. Keunggulan tablet meliputi:

1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang kompak dan mudah digunakan,

2. Merupakan bentuk sediaan oral dengan ketepatan ukuran serta variabilitas

kandungan yang paling rendah,

3. Memberikan stabilitas obat dalam sediaan yang baik.

Pada umumnya dalam pembuatan tablet terdapat zat tambahan. Zat tambahan

yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, bahan

penghancur, dan bahan pelicin (Anonim, 1979).

Salah satu bahan tambahan yang memegang peranan penting dalam tablet adalah

bahan pengikat. Bahan pengikat adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive yang

digunakan untuk mengikat serbuk- serbuk menjadi granul yang memungkinkan untuk
5

dikempa menjadi tablet yang kompak. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk

kering tetapi lebih efektif ditambahkan dalam bentuklarutan (Anonim, 1995)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini penulis berharap agar pembaca dapat lebih memahami

tentang cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk

tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu

jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan

dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat

pembasah atau zat lain yang cocok. (Farmakope Indonesia Edisi III).

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan

pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan

tablet kempa.Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak

tantangannya didalam mendesain dan membuatnya. Misalnya kesukaran untuk

memperoleh bioavailabilitas penuh dan dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi

dan melarutkannya lambat, begitu juga kesukaran untuk mendapatkan kekompakan

kahesi yang baik dari zat amorf atau gumpalan. Namun demikian, walaupun obat

tersebut baik kempanya, melarutnya, dan tidak mempunyai masalah bioavailabilitas,

mendesain dan memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab masih banyak

tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini. (Farmakope Indonesia Edisi IV).

Tablet adalah sediaan padat ,dibuat secara kempa cetak,berbentuk rata atau

cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau

tanpa bahan tambahan. (Ilmu Meracik Obat).


7

2.2 Kriteria Tablet

Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;

2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;

3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;

4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;

5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;

6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;

7. Bebas dari kerusakan fisik;

8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;

9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;

10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

2.3 Keuntungan Sediaan Tablet

Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;

2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;

3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga

memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;

4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.


8

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan,

antara lain :

1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan

oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan,

penyimpanan, dan pengangkutan

2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang

tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral

untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah

3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil

4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil

5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air

6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet

7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak

memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan

pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;

8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet

tidak segera terjadi;

9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas

terkendali);

10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang

tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);

11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya


9

lebih rendah;

12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;

13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,

mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

2.4 Komponen Tablet

1. Zat aktif

Zat Aktif Obat adalah unsur dalam obat yang memiliki khasiat menyembuhkan

penyakit. Beberapa obat dapat mengandung beberapa zat aktif obat.

2. Eksipien/bahan tambahan

a. Bahan pengisi (diluent)

Bahan pengisi adalah suatu zat inert secara farmakologis yang ditambahkan ke

dalam suatu formulasi sediaan tablet, bertujuan untuk penyesuaian bobot dan ukuran

tablet sesuai dengan yang dipersyaratkan, untuk membantu kemudahan dalam

pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Berikut ini beberapa zat

pengisi yang sering digunakan: laktosa, laktosa anhidrat, laktosa semprot kering, fast flo

lactose (FFL), starch 1500, dan mikrokristalin selulosa (Siregar, 2010).

b. Bahan pengikat (binder)

Bahan pengikat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk menambah

kohesivitas serbuk sehingga memberi ikatan yang penting untuk membentuk granul

yang dibawah pengempaan akan membentuk suatu massa kohesif atau kompak yang

disebut tablet. Beberapa jenis pengikat ya ng sering digunakan: pati5-10%, pati


10

pragelatinisasi 0,5%, starch 1500, gelatin 2-10%, sukrosa 50-75%, akasia 10-25%,

polivinilpirolidon 3-15% (Siregar, 2010).

c. Bahan penghancur/pengembang (disintegrant)

Bahan ini dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam saluran cerna. Zat-zat

yang digunakan seperti: amilum kering, gelatin, agar-agar, natrium alginat, selulosa

mikrokristal.

d. Glidan

Yaitu bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk. Umumnya

digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Contoh : silika pirogenik

koloidal.

e. Bahan pelicin (lubrikan)

Bahan ini dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Zat-zat yang

digunakan seperti: talcum, magnesii stearat, asam stearat. tablet, zat berkhasiat dan

bahan tambahan, kecuali bahan pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang

halus tidak mengisi cetakan dengan baik. Dengan dibuat granul akan terjadi free

flowing, mengisi cetakan secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadicapping (retak)

(Anief, 1987).

2.5 Jenis Sediaan Tablet

Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :

1. Tablet Kempa

Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada


11

serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.

2. Tablet Cetak

Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah

pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal

yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang

diberikan.

2.6 Metode Pembuatan Tablet

Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah,

granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini

biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat

tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain

sebagainya. Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut:

a. Granulasi Basah

Yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang

lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga

terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat

aktif tahan terhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak

langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsipdari metode

granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai

mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu

perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau

bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk


12

atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan

dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting

dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan

meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan

dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah

ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua

bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka

massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau

oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan

meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul

diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan

ukuran tablet yang akan dibuat.

Keuntungan metode granulasi basah :

1) Memperoleh aliran yang baik

2) Meningkatkan kompresibilitas

3) Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai

4) Mengontrol pelepasan

5) Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses

6) Distribusi keseragaman kandungan

7) Meningkatkan kecepatan disolusi

Kekurangan metode granulasi basah:


13

1) Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi

2) Biaya cukup tinggi

3) Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan

dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air

b. Granulasi Kering

Disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan

mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi

untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).

Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan

pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik,

digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa

langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.

Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak

tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh

massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug

kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih

baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas

dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin

khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar

500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan

satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu

penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang

mengalir dintara penggiling.


14

Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :

1) Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi

2) Zat aktif susah mengalir

3) Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab

Keuntungan cara granulasi kering adalah:

1) Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin

pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu

2) Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab

3) Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat

Kekurangan cara granulasi kering adalah:

1) Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug

2) Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam

3) Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya

kontaminasi silang

c. Metode Kempa Langsung

Yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan

eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.

Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat

pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil

dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa
15

zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa,

tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif

tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah

jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode

kempa langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan

mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Sedangkan

keuntungan metode kempa langsung yaitu:

1) Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit

2) Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu

yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin

yang dipergunakan juga lebih sedikit.

3) Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab

4) Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul,

tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus,

sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.

Kerugian metode kempa langsung :

1) Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat

menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat menyebabkan

kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.

2) Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena itu

biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan

sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa

kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan laktosa
16

spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi

aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga

keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.

3) Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat;

mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik.

2.7 Evaluasi Tablet

1) Penampilan Fisik Tablet

Dilakukan pengamatan penampilan fisik seluruh tablet yang sudah dicetak

seperti bentuk, warna, dan karakteristik lain yang menanadakan kerusakan.

2) Keseragaman Ukuran ( Diameter dan tebal )

Keseragaman ukuran tablet diketahui melalui mengukur diameter dan ketebalan

tablet yaitu diukur dengan alat thickness tester atau jangka sorong. Sebanyak 10

tablet diukur diameter dan ketebalannya dimana diameter tablet tidak lebih dari

tiga kali dan tidak kurang dari empat per tiga tebal tablet.

3) Uji Keseragaman Bobot

Ditimbang sebanyak 20 tablet pada timbangan analitik, dihitung bobot tiap

tablet, kemudian dihitung rata-rata bobot tablet, tidak boleh lebih dari dua tablet

yang masing-masing beratnya menyimpang dari rata-rata yang telah ditetapkan

pada kolom A dan tidak boleh satu tablet pun menyimpang dari rata-ratanya

lebih dari yang ditetapkan pada kolom B seperti tabel di bawah ini (FI edisi III)

Penyimpangan (%) dari bobot rata-rata

Bobot Tablet rata-rata A B

25 mg ≤ 15 30
17

26 mg – 150 mg 10 20

151 mg – 300 mg 7,5 15

>300 mg 5 10

4) Uji Kerengasan Tablet ( Kekerasan )

Dalam uji kekerasan tablet, alat yang digunakan adalah hardness tester. Uji

kekerasan tablet dilakukan dengan sebanyak 10 tablet diletakkan satu per satu

pada landasan mesin uji kekerasa. Angka yang ditunjukkan pada skala

menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan Newton, catat hasil pengamatan.

Kekuatan minimum dalam bidang farmasi untuk tablet adalahh 4 kg (Ansel,

2008)

5) Uji Kerapuhan Tablet

Dilakukan dengan cara sebanyak 10 tablet yang dipilih secara acak

dibebasdebukan terlebih dahulu kemudian ditimbang bobot awal. Kemudian 10

tablet tersebut dimasukkan pada alat friability tester yang sudah diatur kecepatan

pada 25 rpm dengan 100 kali putaran. Lakukan 2 kali percobaan dan catat hasil

akhir penimbangan tablet yang masih utuh dan hitung berapa kerapuhannya

dengan rumus (W1 – W2) / W1 x 100 %

Syarat kerapuhan tablet tidak lebih dari 0,8%

6) Uji Waktu Hancur Tablet

Untuk uji waktu hancur tablet menggunakan alat disintegration tester dimana

sebanyak 18 tablet dimasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dengan air

pada suhu 37° C dijalankan dan dihitung waktu hancur tablet. Syarat waktu
18

hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1) Beker gelas

2) Lumpang

3) Alu

4) Batang Pengaduk

5) Spatel

6) Gelas Ukur

7) Aluminium Foil

3.1.2 Bahan

1) Paracetamol 250Mg

2) Laktosa qs

3) Amylum Maydis 10%

4) Gelatin 5% qs

5) Explotab 2%

6) Mg steorat 2%

7) Talc 1%

8) Aerosil 3%

19
3.2 Perhitungan Bahan

- Bobot 1 tablet : 450 mg

(450mg/tab x 50tab) : 1000 = 225 gram

1. Paracetamol 250Mg/tab

250Mg : 450Mg x 100% = 55,55%

-Bobot yang ditimbang

55,55% = 55,55% x 225Gram = 124,98Gram

2. Amylum Maydis 10%

10% = 10% x 225Gram = 22,5 Gram

3. Larutan Pengikat (Gelatin 5%)

Jumlah zat pengikat terpakai sekitar 33,3% karena komponen fase dalam

bersifat hidrofob

5% = 5% x 33,3%= 1,665% = 1,67%

Bobot glatin yang ditimbang:

5% = 5% x 100ml= 5ml = 5gram

Aquadest ad 100ml = 100 – 5ml = 95ml

4. Explotab 2%

2%= 2% x 225 gram = 4,5 gram

5.MagnesiumStearat 2%

2% = 2% x 225gram = 4,5 gram

6. Talc 1%

1% = 1% x 225gram = 2,25gram

7. Aerosil 3%

20
3% = 3% x 225gram = 6,75 gram

8. Lactosa qs

= 100% - (55,55% + 10% + 1,67% + 2% + 2% + 1% + 3%)

= 100% - 75,22%

= 24,78%

-Bobot Lactosa yang ditimbang

24,78% = 24,78% x 225gram = 55,75gram

3.3 Penimbangan Bahan

1. Paracetamo 125Gram

2. Amylum Maydis 22,5Gram

3. Gelatin 5Gram

4. Explotab 4,5Gram

5. Magnesium Stearat 4,5Gram

6. Talc 2,25Gram

7. Aerosil 6,75Gram

8. Laktosa 55,75Gram

3.4 Cara Kerja

3.4.1 Pembuatan Larutan Pengikat

1. Siapakan alat dan bahan

2. Timbang Gelatin sebanyak 5Gram

3. Masukan kedalam bekerglass yang sudah ditimbang, tambahakan air sesuai

kebutuhan

21
4. Diamkan selama 24 Jam

5. Didihkan Larutan Gelatin hingga mengental

6. Dinginkan larutan gelatin kemudian timbang larutan gelatin tersebut.

3.4.2 PROSEDUR PEMBUATAN GRANULA

1. Timbang semua bahan yang diperlukan .

2. Siapkan lumpang besar,masukan zat aktif, zat pengisi, dan zat penghancur
dalam lalu homogenkan.

3. Masukkan larutan pengikat sedikit demi sedikit (tidak semua larutan terpakai)
kedalam lumpang yang sudah ada campuran serbuk hingga terbentuk massa
lembab. Catat jumlah zat pengikat yang terpakai.

4. Massa lembab tersebut dilewatkan pada ayakan sambil ditekan tekan sedikit
dengan ukuran 12-14 pilih salah satu.

5.Hasil ayakan lembab ditimbang kemudian dikeringkan pada lemari pengering


hingga kadar berkisar antara 2-4% sesekali dicek

3.4.3 Pencetakan Tablet

1. Timbang granul kering

2. Masukan granul tersebut ke dalam alat pembuat tablet

3. Kemudian cetak

22
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada makalah ini akan dibuat tablet dengan zat aktif paracetamol 250 mg

dengan berat 450 mg per tablet dan eksipien yang digunakan sebagai berikut :

1. Bahan penghancur luar : Amylum meydis 10 % (22,5 gram)

2. Larutan pengikat : Gelatin 5 % ( 5 gram)

3. Penghancur dalam : Explotab 2 % (4,5 gram)

4. Pelincir : Magnesium Stearat 2 % (4,5 gram)

5. Antilekat : Talkum 1 % (2,25 gram)

6. Glidant : Aerosil 3 % (6,75 gram)

7. Bahan pengisi : Laktosa qs (55,75 gram)

Pada makalah ini pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah

yaitu dengan menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran serbuk dalam

suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan granul.

Dalam proses granulasi basah zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur

homogeny, lalu dibasahi dengan larutan pengikat. Diayak menjadi granul lalu

dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Setelah kering diayak

lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambah

bahan pelican dan dicetak dengan mesin pencetak tablet.

23
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dilakukan dengan

membasahi serbuk hingga menjadi massa lembab lalu dikerikan dan diayak

menjadi granul. Sebagai bahan pengikat digunakan gelatin, bahan pengikat

dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak dan dapat melekat. Metode

granulasi basah biasanya digunakan

4.2 Saran

24
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

25

Anda mungkin juga menyukai