Anda di halaman 1dari 25

TABLET SALUT FILM

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Teknologi Sediaan farmasi
Dosen Pengampu : apt. Anshari Masri, S.Farm., M.Si
apt. Nurfadillah, S.Farm., M.Si

Disusun oleh : Kelompok 5

Nurul Fadillah 105131104920


Faika Aulia 105131105020
Anita Putri 105131104820
Ummul Inayah 105131104720
Alma Hervina 105131104620

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan yang maha
Pengasih dan Maha Penyayang, karena atas segala karunia dan ridho-Nya yang
telah dilimpahkan kepada hamba-Nya, sehingga penyusunan makalah mata kuliah
Teknologi Sediaan Farmasi yang berjudul “Tablet Salut Film” ini dapat selesai
tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini banyak mendapat saran


dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Makassar, 17 April 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................

A. Latar belakang.............................................................................................................

B. Rumusan masalah........................................................................................................

C. Tujuan penulisan.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................

A. Tablet salut film.......................................................................................................

B. Formulasi sediaan tablet salut film........................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu


sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa
yang digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk
sediaan obat di bidang farmasi, yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat
dan rute pemberian sediaan. Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu sediaan bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan
emulsi), bentuk sediaan semipadat (krim, lotion, salep, gel, supositoria), dan
bentuk sediaan solida/padat (tablet, kapsul, pil, granul, dan serbuk).
Perkembangan dalam bidang industri farmasi telah membawa banyak kemajuan
khususnya dalam formulasi suatu sediaan, salah satunya adalah bentuk sediaan
solida. Sediaan solida memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
sediaan bentuk cair, antara lain: takaran dosis yang lebih tepat, dapat
menghilangkan atau mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat, dan sediaan obat
lebih stabil dalam bentuk padat sehingga waktu kadaluwarsa dapat lebih lama
(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

Tablet menurut farmakope indonesia edisi III (1979), adalah sediaan padat
kompak, dibuat secara kempa cetak dalam tabung pipih atau sirkuler, kedua
permukaannya rata dan cembung, mengandung satu jenis onat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakana dapat berfungsi sebagai
zatpengisi, zat pengebang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain
yang cocok. Tablet umumnya berbentuk cakram pipih/gepeng, bundar, segitiga,
lonjong. Bentuk khusus ini ditujukan untuk menghindari, mencegah atau
mempersulit pemalsuan dan agar lebih mudah dikenal. Umumnya tablet berwarna
putih.

1
Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak
dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengemoaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat
dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja. Sedangkan tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.

Tablet dapat digolongkan sebagai tablet biasa atau konvensional, tablet


kunyah, tablet hisap, tablet salut film, tablet salut enterik, tablet effervescent,
tablet sublingual, tablet vaginal dan tablet rektal.

B. Rumusan masalah

Dari banyaknya permasalahan yang dapat diidentifikasikan dalam


penjelasan diatas, maka masalah yang diangkat dalam penulisan makalah ini
antara lain;

1. Apa itu tablet salut film?


2. Bagaimana formulasi tablet salut film?
3. Bagaimana uraian farmakologi dari formulasi tablet salut film?

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum
Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Teknologi Sediaan Farmasi
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari tablet salut film.
b. Untuk mengetahui formulasi tablet solut film.
c. Untuk mengetahui uraian farmakologi dari formulasi tablet salut
film.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tablet salut film

Tablet salut film adalah tablet kempa yang disalut dengan salut tipis,
berwarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur di dalam
saluran cerna (Depkes RI, 1979). Tablet salut film adalah tablet kempa yang
disalut dengan lapisan tipis berwarna tidak larut air atau tidak berwarna dan
larutan bahan polimer yang hancur dengan cepat dalam saluran pencernaan.
Tablet salut film memiliki kelebihan yaitu

1. Bentuk yang dapat disalut beranega ragam


2. Lebih tahan terhadap goresan dibandingkan dengan penyalut gula
3. Penyalutan lebih cepat dibandingkan penyalutan gula
4. Lokasi produksi lebih kecil
5. Penambahan berat penyalut kecil (2-3%) dibandingkan dengan
penyalut gula (>40%)
6. Lebih efisien dan ekonomis dalam pengerjaannya
7. Membutuhkan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan penyalutan
dengan gula

Tablet salut film juga memiliki kekurangan, yaitu:

1. Cara kerja dan formulasi ada yang dilindungi oleh hak paten
2. Polimer padat yang diperoleh sangat terbatas dan sering ada kesukaran
dalam proses melarutkan polimer
3. Dari segi undang-undang, dibeberapa negara ada pelanggaran
penggunaan pelarut organik untuk penyalutan lapis tipis.

Penyalutan tablet adalah pemakaian suatu campuran penyalut pada


sejumlah tablet yang bergerak dengan menggunakan udara panas untuk
mempermudah penguapan pelarut. Proses penyalutan melibatkan pemasukan dan

3
pengeringan formulasi pada lapisan secara konsisten ke permukaan obat sehingga
membentuk penyalut yang seragam.

Penyalutan bertujuan untuk memudahkan identifikasi tablet dan mampu


meningkatkan stabilitas tablet. Stabilitas tablet perlu dipertahankan untuk
keberhasilan pengembangan produk obat karena dengan mempertimbangkan
stabilitas obat maka dapat mengurangi kemungkinan degredasi obat. Penyalutan
tablet juga bertujuan untuk menjaga kualitas tablet dari pengaruh kelembaban.
Penyalut tablet akan melindungi zat inti yang bersifat mudah teroksidasi dan
higroskopis sehingga diharapkan kualitas dan kadar zat inti akan sabil dalam
jangka waktu yang lama.

Penyalut film memiliki fungsi yang sama dengan salut gula dengan
tambahan keuntungan yang kurang lebih tahan lama. Dimana tablet yang disalut
dengan lapisan yang dimuat dengan cara pengendapan zat penyalut dan pelarut
yang cocok. Lapisan selaput umumnya tidak lebih dari 10% berat tabel. Salut film
sekarang ini adalah metode yang lebih disuka untuk membuat tablet salut. Lebih
ekonomis dan memakan waktu, tenaga, biaya yang minimun dan mendapatkan
tablet tahan panas dan pelarut.

Dalam penyalut lapis film pada tablet biasanya mengandung jenis-jenis


bahan seperti polimer (pembentuk selaput), plasticizer, surfaktan, pewarna,
pemanis/perasa/pengharum, pengkilap, dan pelarut. Bahan polimer yang
digunakan adalah hidroksipropil metilselulosa (HPMC). Polimer ini merupakan
suatu bahan pilihan untuk sistem suspensi udara dan sistem panic penyulut dengan
penyemprotan.

Sebagai zat penyalut digunakan Na CMC, Asetatftalat selulosa, Hidroksi


etil selulosa dengan bermacam-macam perbandingan dalam campuran PEG dan
Polivinilpirolidon dalam pelarut alkohol atau terdispersi dalam Isopropanol
dengan tambahan Span dan Tween.

4
Tablet inti pada tablet salut film dapat dibuat dengan metode kempa
langsung yang mana pencetakan bahan obat atau campuran bahan obat dengan
pembantu tabletasi tanpa mengalami proses pengolahan awal, granulasi kering
dimana digunakan apabila bahan aktifnya terlalu tinggi untuk dilakukan
pencetakan langsung serta obatnya peka terhadap pemanasan dan lembab, maupun
granulasi basah dimana proses yang terjadi adalah pembasahan, pengayakan dan
pengeringan bahan.

Prinsip-Prinsip

Penyalutan Tablet Pemberian salut pada tablet yang merupakan langkah


tambahan dalam proses pembuatan dan menaikkan biaya produksi. Dengan
demikian, keputusan untuk menyalut tablet biasanya didasarkan atas salah satu
atau beberapa tujuan berikut ini:

1. Untuk menutupi rasa, bau, atau warna obat.


2. Untuk memberikan perlindungan fisik dan kimia pada obat.
3. Untuk mengendalikan penglepasan obat dari tablet.
4. Untuk melindungi obat dari suasana asam lambung, dengan menyalutnya
dengan salut enterik tahan asam.
5. Untuk menggabungkan obat lain atau membantu formula dalam
penyalutan untuk menghindari tidak tercampurnya obat secara kimia atau
untuk menjamin terselenggaranya penglepasan obat secara berurutan.
6. Untuk memperbaiki penampilan obat dengan menggunakan warna khusus
dan pencetakan kontras (Barkley, et.al., 2006).

Ada tiga komponen utama yang penting dalam penyalutan tablet yaitu :

1. Sifat-sifat tablet
Tablet-tablet yang akan disalut harus mempunyai sifat fisik tertentu yang
sesuai. Dalam proses penyalutan, tablet-tablet bergulir di dalam panci atau
berhamburan dalam aliran udara dari suatu penyalut suspensi udara ketika
proses penyalutan berlangsung. Agar mampu menahan benturan sesama
tablet atau benturan tablet dengan dinding panci, maka tablet harus tahan

5
terhadap abrasi dan gumpil. Permukaan tablet yang rapuh, yang lunak oleh
pemanasan, atau yang rusak oleh campuran penyalut, cenderung menjadi
kasar pada tahap awal proses penyalutan dan tidak cocok untuk disalut
dengan lapisan tipis. Bahan penyalut yang membentuk lapisan tipis
melekat ke seluruh permukaan yang terpapar, sehingga permukaan yang
tidak sempurna akan disalut dan tidak dibuang. Mutu dari penyalut lapisan
tipis yang melekat pada tablet cetak biasanya lebih banyak tergantung
pada mutu tablet awal yang dipakai dalam proses, daripada waktu yang
dibutuhkan dalam penyalutan gula. Penyalutan gula mengandung banyak
zat padat, sehingga lebih lambat mengering dan dapat mengisi banyak
cacat kecil di permukaan tablet yang dapat terjadi pada tahap awal proses
penyalutan selain permukaan yang halus, maka bentuk fisik tablet juga
sangat penting. Bentuk ideal tablet yang akan disalut adalah bulat, yang
memungkinkan tablet tersebut bergulir bebas di dalam panci penyalut,
dengan kotak sekecil mungkin sesama tablet (Augsburger & Hoag, 2008).
2. Proses penyalutan
Prinsip penyalutan tablet relatif sederhana. Penyalutan tablet adalah
pemakaian suatu campuran penyalut pada sejumlah tablet yang bergerak
dengan menggunakan udara panas untuk memepermudah penguapan
pelarut. Distribusi dari penyalut dilakukan dengan menggerakkan tablet-
tablet tersebut, baik secara tegak lurus (panci penyalut) maupun secara
vertikal (alat penyalut suspensi udara) terhadap pemakaian campuran
penyalut (Augsburger & Hoag, 2008). Tergantung pada peralatan dan
fasilitas yang tersedia, operasi penyalutan lapisan tipis dilakukan dengan
menggunakan panci penyalut untuk penyalutan. Cara penambahan larutan
penyalut dapat dilakukan dengan cara penuangan seperti halnya pada
penyalutan gula atau dengan cara penyemprotan dengan alat khusus. Baik
penuangan ataupun penyemprotan dapat dilakukan secara terus-menerus
atau dengan diselang-seling (intermittent) (Basri, 2009).
a. Cara Penuangan. Penuangan dapat dilakukan dalam panci penyalut
konvensional yang diberi penyangga agar perputaran tablet bisa

6
berlangsung dengan baik dan untuk mencegah penggelinciran tablet
dalam panci selama proses penyalutan (Basri, 2009).
b. Cara Penyemprotan. Cara umum yang dilakukan untuk penyalutan
lapisan tipis ialah cara penyemprotan. Cara penyemprotan tidak selalu
mudah, karena untuk proses penyalutan yang baik dibutuhkan
optimisasi antara peralatan, formulasi dan variabel lain selama proses
penyalutan (Basri, 2009).
1) Top Spray (Granulator mode). Meskipun itu tidak dapat digunakan
untuk tablet, top spray granulator dapat digunakan untuk
penyalutan. Partikel kecil dan berbagai bentuk film dalam proses
ini bukan seperti uniform (bentuk seragam), tapi untuk
pelepasannya tidak tergantung membrane tickness atau perfection.
Cara ini adalah mudah dan sederhana. Substrat cair dimasukan
pada mulut pipa, kemudian penyemprot listrik (elektronik)
disemprotkan ke bahan (material) (Basri, 2009).
2) Bottom Spray ( Wurster). Ditemukan kira-kira 25 tahun yang lalu
yang terbukti telah berhasil untuk penyalutan tablet. Bentuk aliran
disebabkan oleh sebuah partisi dan per lubang plate yang dikontrol
oleh air flow. Sebagian besar udara dialirkan memalui sekat dan
terbentuk fluidasi. Ketika tablet keluar dari sekat dan masuk ke
zona perluasan kecepatan udara bebrkurang dan inti-inti jatuh
diluar sekat. Udara dari bawah bertindak sebagai penyangga
sekaligus mengarahkan posisi penyalutan (Basri, 2009).
3) Susunan penyalutan. Proses Penyalutan Proses penyalutan tablet
terbagi atas beberapa tahap yaitu: protective, gum syrup, built up
syrup, smoothing syrup, colouring syrup, dan polishing. Lapisan
penutup merupakan tahap pemberian lapisan pelindung agar air
dari larutan berikutnya tidak masuk ke dalam tablet inti. Lapisan
elastis merupakan lapisan dasar dari salut gula yang bertujuan
untuk melapisi gum syrup agar tablet tidak retak selama proses atau
selama penyimpanan. Bahan-bahan yang akan dituang diaduk lebih

7
dahulu, kemudian masukkan CaCO3 secukupnya, aduk kembali
sampai semua serbuk melapisi tablet baru kemudian dialirkan udara
panas. Built up syrup merupakan proses pemberian lapisan
sebenarnya dari salut gula, sedangkan smoothing syrup bertujuan
untuk membuat permukaan tablet licin sehingga zat warna dapat
melapisi tablet secara merata. Colouring bertujuan untuk
memberikan warna pada permukaan tablet dan polishing
merupakan proses pengkilatan permukaan tablet sehingga menjadi
mengkilat (Asmarini, 2007).
Penyalutan dengan Lapisan Tipis
a) Metode Panci Tuang. Metode ini cukup lambat, dan sangat
tergantung pada keterampilan serta teknik dari operator untuk
mengimbangi tahap pembuatan produk yang dapat diterima.
Tablet yang akan dilapisi dengan lapisan tipis melalui proses
panci tuang hampir selalu memerlukan tahap tambahan untuk
pengeringan dalam rangka membuang pelarut laten. Penyalut
lapisan tipis yang menggunakan air sebagai bahan dasar tidak
cocok dengan metode pemakaian ini, karena keadaan setempat
yang terlalu basah yang dijumpai pada proses panci tuang akan
menimbulkan berbagai masalah, mulai dari erosi permukaan
sampai ketidakstabilan produk yang disebabkan tingginya
tingkat kelembapan laten dalam inti tablet (Lachman, et.al.,
1994
b) Metode Panci Semprot. Dalam rangka memperbaiki efisiensi
proses pelapisan tipis digunakan alat penyemprot.
Penyemprotan memeberikan banyak kegunaan terhadap proses
tersebut, dan memungkinkan pengawasan otomatis dari
pemakaian cairan. Corak penyemprot dipilih untuk
memberikan suatu pita kontinu melintasi permukaan tumpukan
tablet (Lachman, et.al., 1994).

8
c) Variabel Proses Variabel-variabel yang perlu dikendalikan
dalam proses penyalutan lapisan tipis menggunakan cara panci
penyemprot adalah:
i. Variabel Panci
- rancangan panci/pengaturan pergerakan cairan,
- kecepatan,
- muatan panci.
ii. Udara Proses
- kualitas udara,
- temperature,
- kecepatan aliran udara/volume/keseimbangan.
iii. Variabel Penyemprot
- laju penyemprotan,
- derajat atomisasi,
- pola penyemprotan,
- jarak mulut pipa penyemprot ke permukaan tumpukan
tablet (Lachman,et.al., 1994)
Proses Fluidized Bed Sistem fluidized bed telah berhasil
diterapkan dengan baik untuk penyalutan cepat dari tablet,
granul dan kapsul. Karena digunakan udara untuk
menggerakkan tablet di dalam proses penyalutan, maka ada
beberapa pengawasan proses yang khas bagi penyalut suspensi
udara. Rancangan ruang, bersamaan dengan udara proses,
mengendalikan corak fluidasi. Bentuk, ukuran dan kerapatan
tablet, serta beban kuantitas mempengaruhi kemampuan masa
tablet untuk mengalami fluidasi (Lachman, et.al., 1994).

Larutan selaput penyalut yang dapat menghasilkan penyalutan


pada tablet biasanya mengandung jenis-jenis bahan sebagai
berikut:
i. Pembentukan selaput : mampu menghasilkan lapisan
tipis yang halus, dapat diproduksi kembali di bawah

9
kondisi penyalutan biasa dan dapat untuk tablet dengan
berbagai bentuk. Contoh: selulosa asetat ftalat.
ii. Bahan logam campuran : memungkinkan kelarutan
dalam air atau permeabilitas air ke dalam selaput agar
pasti dapat ditembus oleh cairan tubuh dan
kemungkinan ketersediaan terapeutik obatnya.
iii. Plasticizer : untuk mendapatkan fleksibilitas dan
elastisitas dari penyalutan yang berarti memperpanjang
umur tablet. Contoh: minyak jarak.
iv. Surfaktan : untuk meningkatkan daya penyebaran film
selama penggunaanya.Contoh: derivat polioksietilen
sorbitan.
v. Opaquant dan pewarna : membuat penampilan tablet
menjadi manis dan khas. Contoh: opaquant,
titandioksid; pewarna, zat warna F.D dan C atau zat
warna D dan C.
vi. Pemanis, perasa, dan pengharum : untuk meningkatkan
diterimanya tablet oleh pasien. Contoh: pemanis,
sakarin; perasa dan pengharum, vanili.
vii. Pengkilap : memungkinkan berkilaunya tablet tanpa
memisahkan dari pekerjaan pengkilapan. Contoh: lilin
tawon.
viii. Pelarut yang mudah menguap : memungkinkan
penyebaran komponen-komponen lain di sekitar tablet
sambil mempercepat penguapan agar pekerjaan lebih
efektif dan lebih cepat. Contoh: campuran alkohol
aseton (Lachman, et.al., 1994)

Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Penyalutan Lapis Tipis

Suatu bahan penyalut lapisan tipis yang ideal harus mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :

10
1. Larut dalam pelarut yang digunakan untuk persiapan penyalutan.
2. Larut dalam keadaan tertentu yang dimaksud, misalnya kelarutan yang
mudah dalam air, lambat larut dalam air atau kelarutan yang tergantung
pada pH (lapisan enterik).
3. Kemampuan untuk menghasilkan produk yang tampak anggun.
4. Stabilitas dalam keadaan panas, cahaya, kelembapan, udara dan substrat
yang akan disalut. Sifat-sifat lapisan tipis harus tidak berubah dengan
berlalunya waktu.
5. Tidak memiliki warna, rasa ataupun bau.
6. Serasi dengan aditif larutan penyalut pada umumnya.
7. Tidak toksis, tidak mempunyai kegiatan farmakologis dan mudah dipakai
ke partikel atau tablet.
8. Tahan retakan dan dilengkapi dengan pelindung obat terhadap
kelembapan, cahaya dan bau bila perlu.
9. Tidak ada jembatan ataupun pengisian permukaan tablet yang tidak ditatah
oleh bahan pembentuk lapisan.
10. Prosedur pencetakan huruf/tanda/merk mudah dilakukan pada peralatan
berkecepatan tinggi (Saifullah, 2007).

Masalah yang Timbul dalam Penyalutan

1. Pengupilan (picking) adalah pelepasan fragmen lapis tipis penyalut dari


permukaan tablet yang disalut.
Penyebabnya adalah :
a. Pengeringan yang tidak cukup baik
b. Penyemprotan yang dilakukan berlebihan
Pencegahannya :
a. Dengan menurunkan kecepatan penyemprotan
b. Meningkatkan suhu pengeringan, menurunkan konsentrasi larutan
penyalut
c. Penambahan gula lebih dari 10% dari bobot polimer dalam larutan.

11
2. Keretakan : terlihat selama penyalutan atau penyimpanan tablet yang
sudah disalut.
Penyebabnya : Tegangan di dalam lapisan penyalut lebih besar dari
rentang dan adhesi dari larutan penyalut.
Pencegahannya :
a. Penambahan plasticizer lebih dari 20% berat HPMC
b. Menggunakan HPMC viskositas tinggi
c. Memperbaiki kerapuhan tablet inti

Pembentukan jembatan : hal ini terjadi karena pengaruh adhesi pada


permukaan tablet yang bergaris atau ada huruf logo yang terletak pada
permukaan. Pencegahan dengan penambahan PEG 6000 dalam jumlah 20-
30% dari berat HPMC.

3. Burik (molting) : cacat dimana warna tidak terkontribusi secara homogen


pada permukaan tablet. Pencegahannya dengan mendispersikan zat warna
secara homogen dalam larutan penyalut.
4. Pengelupasan (orange peel) merupakan tahap lanjut dari tahap pengupilan.
Penyebab :
a. Formula larutan penyalut yang tidak sesuai
b. Operasi penyalutan yang tidak baik
c. Terjadi penetesan larutan dari alat penyemprot
Pencegahan :
a. Menurunkan konsentrasi polimer
b. Menurunkan kecepatan penyemprotan
5. Variasi warna antar tablet hal ini terjadi karena variasi antar tablet dari
sejumlah tablet yang disalut.
Pencegahan :
a. Pengaturan formulasi larutan penyalut
b. Digunakan penyalutan dengan prinsip ”fluidized bed” (Aulton, 1988).

Peralatan Untuk Penyalutan

12
1. Sistem Panci Konvensional
Terminologi panci konvensional ini digunakan untuk jenis panci penyalut
yang sudah dikenal sejak lebih kurang 140 tahun yang lalu berbentuk
sferis, heksagonal ataupun berbentuk buah pear. Perubahan dan modifikasi
bentuk ini terutama berkembang dengan pemanfaatan panci tersebut. Dari
hasil percobaan diketemukan bahwa bentuk yang paling menguntungkan
untuk penyalutan tablet ialah bentukellipsoid (Aulton, 1988).
2. Sistem Panci Berlubang
Secara umum semua peralatan dari jenis ini terdiri dari panci berlubang
atau berlubang sebagian, yang berputar pada sumbu mendatarnya di dalam
kontak tertutup. Pada sistem Accela-Cota dan Hi-Coater, udara pengering
di arahkan ka dalam panci melewalitumpukakn tablet, dan dikeluarkan
melalui lubang-lubang dalam panci (Lachman, et. al., 1994).
3. Sistem Bidang Cair (Suspensi Udara)
Penyalutan jenis ini juga merupakan sistem pengeringan yang sangat
efisien. Pencairan masa tablet dicapai dalam ruang kolom, dengan cara
mengalirkan udara pengering ke atas.
Aliran udara dikendalikan sedemikian rupa sehingga lebih banyak udara
mengalir memasuki pusat kolom dan menyebabkan tablet-tablet yang ada
di pusat ditiyp ke atas larutan penyalut disemprotkan dari pipa penyemprot
di dasar tabung dan akan melapisi tablet (Lachman, et. al., 1994).
Kelemahan sistem suspensi udara ini adalah tidak dapat digunakan untuk
tablet inti yang rapuh, mudah pecah, atau terkikis karena terjadi tumbukan
sesama tablet dalam ruang (Basri, 2009).

Peralatan Pelengkap Untuk Penyalutan

1. Penyangga (Baffles) Pemasangan penyangga dalam panci penyalut


bertujuan untuk memperbaiki gerakan tablet di dalam panci selama proses
penyalutan. Hal tersebut akan meningkatkan efisiensi dan kualitas serta
uniformitas penyalutan. Jumlah, bentuk dan ukuran penyangga dalam
panci penyalut tergantung pada produsen dan pemakai perlengkapan

13
penyalut. Desain bentuk dan ukuran penyangga yang akan dipasang erat
hubunganya dengan persyaratan tablet, yang meliputi: bentuk, ukuran,
kerapuhan dan lain-lain, jenis panci yang digunakan atau proses
penyalutan yang dilakukan (Basri, 2009).
2. Tabung Immersi (Immersion Tube) Tabung Immersi (Immersion Tube)
berfungsi untuk meningkatkan efisiensi pengeringan (pada panci
konvensional). Bila menggunakan tabung emmersi penyalutan dapat
dilakukan dengan sistem tertutup (Basri, 2009).
3. Panci Pemoles (Polishing Pan) Panci Pemoles (Polishing Pan) berfungsi
untuk memoles tablet sehingga akan dapat dihasilkan tablet yang
mengkilap (Basri, 2009).

Metode Pembuatan Tablet Salut Film

1. Atomisasi Tanpa
Udara Suatu sistem penyemprot tanpa udara terdiri dari sietem penghisap
udara yang akan menekan larutan penyalut melewati suatu celah halus
pada pia semprot dibawah pengaruh tekanan tinggi. Proses atomisasi
terjadi karena penurunan tekanan mendadak pada waktu cairan
meninggalkan celah pipa semprot mencapai udara. Bentuk dan ukuran
celah tersebut serta tekanan udara yang mengaktifkan proses penyedotan
udara akan mempengaruhi pola penyemprotan dan ukuran tetesan yang
disemprotkan. Pada penyalutan lapis tipis sangat perlu dihasilkan tetesan
sehalus mungkin. Tetesan tersebut harus mengenai sasaran tablet dan
kering secepatr mungkin. Karena tablet akan melengket satu dengan yang
lain jika permukaan tablet terlalu basah (Basri, 2009).
2. Atomisasi Udara (Air Atomization)
Pada sistem penyemprotan atomisasi udara, larutan penyalut dengan
tekanan rendah melewati celah. Pada waktu larutan penyalut melewati
celah dalam waktu yang bersamaan datang aliran udara dengan tekanan
tinggi baik melalui celah atau melalui saluran lain di luar celah. Hal
tersebut menyebabkan larutan penyalut terdispersi menjadi partikel halus.

14
Derajat atomisasi dipengaruhi oleh bentuk celah dan tekanan udara yang
menyebabkan terjadinya atomisasi pada celah. Keuntungan pemakaian
prinsip atomisasi udara adalah karena baik celah ataupun jumlah cairan
yang disemprotkan dapat diatur misalnya dengan pompa peristaltik.
Keuntungan lain dari sistem ini ialah pembiayaan yang relatif murah
(Basri, 2009)

B. Formulasi sediaan tablet salut film

Daftar Bahan Item


(mg/tab Nama Jumlah/1000
Item %Lazim %Pakai
lets) bahan tablet (g)
400 mg 1 Ibuprofen 400 mg 400 mg 400 g
10 2 PVP 0,5-5% 2% 10
45 3 Laktosum QS QS 45
25 4 Amprotab 5-10% 3% 15
15 5 Talk 1-10% 1% 15
Magnesium
5 6 0,25-5% 1% 5
stearat

Daftar Bahan Penyalut


(mg/tab Jumlah/1000
Item Nama bahan %Lazim %Pakai
lets) tablet (g)
Hidroksipro
pil
20 1 15-35% 20% 20
methilselulos
a (HMPC)
FD & C Red
25 2 Dye No. 3 5-15% 10% 25
lake
10 3 Aquadest Qs qs 10

15
45 4 PEG 400 10-35% 25% 45
Na lauril
1 5 1-2% 1% 1
sulfat
Titanium
3 6 1-10% 5% 5
Oksid

1. Deskripsi senyawa aktif


Ibuprofen
Nama lain : Asam 2-(-4-Isobutilfenil) propionat
Rumus molekul : Cl3H18O2
Bobot molekul : 206.28 g/mol
Struktur molekul :

Gambar 1 Struktur Kimia Ibuprofen


Pemerian : Serbuk hablur putih hingga hampir putih, berbau
khas lemah dan tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut
dalam etanol, dalam metanol, dalam aseton dan
dalam chloroform serta sukar larut dalam etil asetat
Indikasi : Karena efek analgesik dan antiinflamasinya maka
dapat digunakan untuk meringankan gejala-gejala
penyakit rematik tulang, sendi dan non-sendi. Juga
dapat digunakan untuk meringankan gejala-gejala
akibat trauma otot dan tulang/sendi (trauma
muskuloskeletal). Karena efek analgesiknya maka
dapat digunakan untuk meringankan nyeri ringan

16
sampai sedang antara lain nyeri pada dismonore
primer (nyeri haid), nyeri pada penyakit gigi atau
pencabutan gigi, nyeri setelah operasi, sakit kepala.
Kontradiksi : Penderita yang hipersensitif terhadap asetosal
(aspirin) atau obat antiinflamasi non steroid lainnya,
wanita hamil dan menyusui, serta anak dibawah usia
14 tahun. Penderita dengan syndroma nasal polups,
angioderma dan reaksi brochospasma terhadap
asetosal (aspirin) atau antiinflamasi non steroid yang
lain. Dapat menyebabkan reaksi anafilaktik.
2. Fungsi bahan
Formula bahan inti
a. Zat aktif : ibuprofen.
Efek analgesik dan antiinflamasinya dapat digunakan untuk
meringankan gejala-gejala penyakit rematik tulang, sendi dan non-
sendi.
b. Pengikat : PVP (polivinil Pirolidon)
Larutan PVP dapat meningkatkan gaya kohesifitas serbuk, dan
diperlukan untuk membentuk granul
c. Pengisi : Lakosum
bobot zat aktif dalam dosis sedikit untuk dibentuk dan dibuat bulk dan
tidak mencukupi bobot tablet sehingga ditambahkan lalulosa sebagai
pengisi.
d. Penghancur : Amprotab
Sediaan tablet sukar hancur untuk segera hancur ketika kontak dengan
cairan lambung. Sehingga ditambahkan amilum kering sebagai
penghancur agar tablet mudah pecah menjadi granul dan terjadi
pelepasan zat aktif.
e. Glidan : Talk
Pada proses pembuatan kemungkinan lengket pada permukaan punch
dan die karena pengeringan yang kurang sempurna. Maka

17
ditambahkan talk sebagai antiadheren, membantu memperbaiki flidity
dan compactibilitas zat aktifnya.
f. Lubrikan : Magnesium stearat.
Kemungkinan tablet sulit dikeluarkan dari die dan terjadi gesekan
antara punch dan die yang dapat menyebabkan bentuk tablet yang tida
rata, maka ditambahkan magnesium stearat sebagai lubrikan untuk
membantu memperbaiki fluidity dan compactibility zat aktifnya.
Formula larutan penyalut
g. Polimer : Hidroksipropil metilselulosa (HPMC)
Kelarutan polimer yang khas dalam cairan lambung-usus serta dalam
sistem pelarut organik dan pelarut air, tidak berpengaruh dalam
kekerasan tablet dan pemakaian obat, fleksibilitas, mengurangi
resistensi, tidak memiliki rasa atau bau, stabil terhadap panas, cahaya,
udara, dan dapat disesuaikan dengan tingkat kelembaban, mempunyai
kemampuan untuk mencampurkan zat warna atau zat aditif lainnya
kedalam lapisan tipis tanpa kesukaran.
h. Plastizer : PEG 400
Jika hanya menggunakan polimer saja akan dihasilkan lapisan film
yang rapuh, mudah pecah, dan mudah terkelupas, untuk memperbaiki
hal tersebut diperlukan plasticizer untuk mempertinggi keluwesan dan
fleksibilitas dari lapisan tipis penyalut tesebut. PEG padat digunakan
sebagai plasticizer untuk membentuk lapisan penyalut dengan polimer,
dapat menaikkan permeabilitas airnya sehingga tablet mudah ditembus
cairan tubuh kemudian pecah dan melepaskan obatnya.
i. Pewarna : FD & C red Dye No. 3 lake
Pemakaian atau penambahan zat warna bertujuan untuk meningkatkan
nilai estetika sediaan dan untuk mempermudah identifikasi sediaan
(membedakan obat yang satu dengan yang lain). Lake dipilih dan
digunakan untuk film coating yang memberikan hasil yang baik.
j. Pelarut : Aquades

18
Karena pelarut untuk melarutkan polimer yang akan digunakan harus
memiliki volatilitas yang baik. Pelarut ini berfungsi untuk
menghantarkan atau menyampaikan partikel penyalut ke permukaan
tablet yang akan disalut.
k. Surfaktan : Na lauril sulfat
Na lauril sulfat digunakan agar bahan pembentuk plastik eksternal
dapat efektif, bahan tersebut harus larut dalam sistem pelarut yang
digunakan maka diperlukan surfaktan.
l. Pengkilap : Titanium Oxide
Membuat tablet salut licin dan mengkilap sehingga meningkatkan nilai
estetika.
3. Uraian dan analisis farmakologi

Ibuprofen disediakan dalam bentuk tablet potensi 200 hingga 800 mg.
dosis biasa adalah 400 hingga 800 mg tiga kali sehari. Ibuprofen diserap
dengan baik secara oral, konsentrasi puncak dicapai dalam 1 sampai 2 jam
setelah dikonsumsi dengan oral, dan dengan cepat ditransformasikan
secara biologis dengan waktu paruh dari 1,8 samapi 2 jam. Obat ini benar-
benar hilang dalam 24 jam setelah dosis terakhir dan dikeluarkan melalui
metabolisme.

Orang yang berusia lanjut tidak terpengaruh secara signifikan terhadap


pengeluaran ibuprofen. Orang yang mengalami gangguan ginjal juga tidak
terpengaruh pada kinetika obat, eliminasi cepat masih terjadi sebagai
akibat dari metabolisme. Pemberian tablet ibuprofen antara dalam kondisi
puasa atau segara sebelum makan menghasilkan konsentrasi-waktu yang
cukup sama. Ketika diberikan segera setelah makan, ada pengurangan
tingkat penyerapan tetapi tidak ada penurunan yang berarti dalam tingkat
penyerapannya.

Aplikasi terapi

19
Ibuprofen dosis rendah sama efektifnya dengan aspirin dan parasetanol
untuk indikasi yang biasanya diobati dengan obat bebas. Hal ini banyak
digunakan sebagai analgesik, anti inflamasi dan agen antipiretik. Recemic
ibuprofen dan S(+) enansiomer terutama digunakan dalam pengobatan
nyeri ringan samapi sedang yang berhubungan dengan dismenore, sakit
kepala, migrain, nyeri gigi pasca operasi, pengelolaan spondilitis,
osteoartritis, artritis reumatoid dan gangguang jaringan lunak.

Reaksi yang merugikan

Ibuprofen digunakan secara luas, sering digunkana secara tidak tepat dan
berpotensi berbahaya. Namun, ibuprofen menunjukkan sedikit efek
samping. Reaksi merugikan utama meliputi efek pada saluran cerna
(GIT) , ginjal dan sistem koagulasi. Berdasarkan data uji klinis, reaksi GIT
serius yang mendorong penghentian pengobatan karena hematemesis,
kerusakan lambung dan nyeri lambung yang parah atau muntah
menunjukkan insiden 1,5% dengan ibuprofen dibandingkan dengan 1%
plasebo, dan 12,5% aspirin. Ibuprofen berpotensi menjadi penyebab
saluran pencernaan berdarah, meningkatkan risiko kerusakan lambung,
gagal ginjal, epistaksis, apoptosis, gagal jantung, hiperkalemia,
kebingungan dan bronkospasme. Diperkirakan 1 dari 5 pengguna kronis
(berlangsung dalam jangka waktu yang lama) ibuprofen akan
menyebabkan kerusakan lambung.

Efek samping lain dari ibuprofen ialah trombositopenia, ruam, sakit


kepala, pusing, penglihatan kabur dan dalam beberapa kasus ambliopia
toksis, retensi cairan dan edema.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tablet salut film adalah tablet kempa yang disalut dengan salut tipis,
berwarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur di dalam
saluran cerna (Depkes RI, 1979). Tablet salut film memiliki kelebihan dibanding
dengan salut gula yaitu salut film lebih tahan terhadap goresan, bahan yang
digunakan lebih sedikit dan waktu pembuatannya lebih cepat. Keuntungan
penggunaan teknologi salut film lainnya yaitu waktu proses lebih cepat, luas area
produksi dapat dikurangi, peningkatan berat yang minimum. Tablet inti pada
tablet salut film dapat dibuat dengan metode kempa langsung yang mana
pencetakan bahan obat atau campuran bahan obat dengan pembantu tabletasi
tanpa mengalami proses pengolahan awal, granulasi kering dimana digunakan
apabila bahan aktifnya terlalu tinggi untuk dilakukan pencetakan langsung serta
obatnya peka terhadap pemanasan dan lembab, maupun granulasi basah dimana
proses yang terjadi adalah pembasahan, pengayakan dan pengeringan bahan.
Dalam penyalut lapis film pada tablet biasanya mengandung jenis-jenis bahan
seperti polimer (pembentuk selaput), plasticizer, surfaktan, pewarna,
pemanis/perasa/pengharum, pengkilap, dan pelarut.

21
DAFTAR PUSTAKA

Bushra, R., & Aslam, N. (2010). An overview of clinical pharmacology of


ibuprofen. Oman medical journal, 25(3), 155.

Chairunnisa, C., & Gozali, D. (2018). Pengaruh Eksipien Penyalutan Terhadap


Stabilitas Obat. Farmaka, 16(1), 124-126.

Murtini, G dan Elisa, Y. (2018(. Teknologi Sediaan Solid. Edisi tahun 2018.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Rahmawati, F. (2008). Pembuatan Tablet Salut Gula Dari Ekstrak Brotowali


(Tinospora crispa (L) Miers Ex Hook. F. Thems) Menggunakan
Pragelatinisasi Pati Suksinat Sebagai Bahan Penyalut. Skripsi. Universitas
Indonesia.

Seo, K. S., Bajracharya, R., Lee, S. H., & Han, H. K. (2020). Pharmaceutical
application of tablet film coating. Pharmaceutics, 12(9), 853.

Sugiyanto, K. C., Palupi, D. A., & Adyastutik, Y. (2017). Evaluasi Hasil


Keseragaman Ukuran, Keregasan dan Waktu Hancur Tablet Salut Film
Neuralgad Produksi Lafi Ditkesad Bandung. Cendekia Journal of
Pharmacy, 1(1), 34-40.

22

Anda mungkin juga menyukai